TESIS
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN
INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN
ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS
ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
TESIS
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN
INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN
ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS
ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI
NIM 1291662026
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN
INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN
ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS
ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI
NIM 1291662026
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 30 DESEMBER 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak.
NIP. 19670501 199203 2 002 NIP. 19730515 199903 2 003
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 22 Desember 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No:4454/UN14.4/HK/2014, Tanggal 11 Desember 2014
Ketua : Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.
Anggota : Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak.
Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak.
Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE, MSi., Ak.
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani
NIM : 1291662026
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi
dan Asimetri Informasi pada Akuntabilitas Organisasi dengan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi sebagai Variabel Intervening
(Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Provinsi Bali)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Januari 2015
(Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani)
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan
Asimetri Informasi pada Akuntabilitas Organisasi dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di
Provinsi Bali)”.
Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. sebagai Dosen Pembimbing Akademis
sekaligus Pembimbing I beserta Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak.
sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar
telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
2. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.
3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
4. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman
Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu
Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis
ini.
8. Bapak Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak., Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE,
MSi., Ak., beserta Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.sebagai Penguji yang
dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada
penulis.
9. Pimpinan serta staf perguruan Tinggi Negeri di Bali yang telah bersedia memberikan
data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Orang tua tercinta, Ayah I Nyoman Abdi, SE, Mecom. dan Ibu Made Agiari SE,adik-
adik tersayang Ni Made Mega Abdi Utami, Komang Budi Abdi Wiguna dan Ketut
Adyaksa Abdi Wibawa serta rekan terbaik dalam hal apapun Made Dion Adi Negara
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral dan material kepada
penulis.
vii
11. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan khususnya Diah Anggreni, Astrid Krisdayanthi
dan Cokorda Istri Juliana Dewi serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XI dan
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam
penulisan tesis ini.
Denpasar, 30 Desember 2014
Penulis
viii
ABSTRAK
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL,
KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI
PADA AKUNTABILITAS ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai
pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening. Studi empiris dilakukan pada
empat Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali yaitu Universitas Udayana,
Universitas Pendidikan Ganesha, Politeknik Negeri Bali, Institut Seni Indonesia.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 99 responden yang dipilih berdasarkan metode
purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Partial Least
Square.
Hasil yang diperoleh ada 3. Pertama, keefektifan pengendalian internal
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan
akuntansi. Kedua, ketaatan aturan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Ketiga, asimetri
informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Kata kunci: Keefektifan pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi,
Asimetri Informasi, Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, Akuntabilitas
Organisasi
ix
ABSTRACT
INFLUENCE THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL,
COMPLIANCE OF ACCOUNTING RULES AND INFORMATION
ASYMMETRY ON ORGANIZATIONAL ACCOUNTABILITY
THROUGH TENDENCY OF ACCOUNTING FRAUD AS AN
INTERVENING VARIABLE
(EMPIRICAL STUDY ON UNIVERSITIES IN THE PROVINCE OF BALI)
This study aims to obtain empirical evidence about the influence of the
effectiveness of internal control, compliance of accounting rules and information
asymmetry on organizational accountability, using the tendency of accounting
fraud as an intervening variable. This study was conducted at four Universities in
Bali Province, such as: Universitas Udayana, Universitas Pendidikan Ganesha,
Politeknik Negeri Bali and Institut Seni Indonesia.
Data was collected using the questionnaire technique. The number of
samples in this study were 99 respondents, selected using purposive sampling
method. This research uses analytical techniques Partial Least Square.
The results are threefolds. First, the effectiveness of internal control affects
the accountability of the organization through the tendency of accounting fraud.
Second, compliance of accounting rules affect the accountability of the
organization through the tendency of accounting fraud. Third, information
asymmetry affects the accountability of the organization through the tendency of
accounting fraud.
Keywords: Effectiveness of Internal Control, Compliance of Accounting Rules,
Information Asymmetry, Tendency of Accounting Fraud, Organizational
Accountabilit
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PRASYARAT GELAR .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN............................... ........ .................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA................ .................................................. 10
2.1 Teori Keagenan ........................................................................ 10
2.2 Teori Perkembangan Moral ...................................................... 12
2.3 Teori Atribusi .......................................................................... 14
2.4 Pengendalian Internal ............................................................... 15
2.5 Ketaatan Aturan Akuntansi ....................................................... 18
2.6 Asimetri Informasi .................................................................... 23
2.7 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi ..................................... 25
2.8 Akuntabilitas Organisasi ........................................................... 27
2.9 Penelitian Terdahulu ................................................................. 31
11
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN............................................................................. 34
3.1 Kerangka Berpikir............................................................... 34
3.2 Konsep Penelitian............................................................... 36
3.3 Hipotesis................................................................................. 37
BAB IV METODE PENELITIAN.............. ................................ ............ 44
4.1. Rancangan Penelitian............................................... ......... 44
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................... ......... 45
4.3. Populasi dan Sampel.................................................. ......... 46
4.4. Penentuan Sumber Data............................................. ......... 49
4.5. Variabel Penelitian.................................................... ......... 50
4.6. Instrumen Penelitian.................................................. ......... 51
4.7. Analisis Data.............................................................. ......... 55
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 60
5.1 Karakteristik Responden .................................................... 60
5.2 Uji Partial Least Square .................................................... 64
5.3 Pengujian Hipotesis ........................................................... 71
BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... 74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 4.1 Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Bali.................................. 46
Tabel 4.2 Populasi Perguruan Tinggi Negeri di Bali ............................... 47
Tabel 4.3 Daftar Jumlah Sampel Penelitian .............................................. 49
Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 60
Tabel 5.2 Rincian Pengiriman dan pengembalian kuisioner ...................... 61
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................... 62
Tabel 5.4 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 62
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...... 63
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ................ 64
Tabel 5.7 Hasil Uji Outer Model .............................................................. 66
Tabel 5.8 Hasil Uji Discriminant Validity dengan Cross Loading ............. 68
Tabel 5.9 Hasil Uji Discriminant Validity dengan Square Root AVE......... 69
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Inner Model dengan ukuran R-Square. ............ 70
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 72
Tabel 5.12 Hasil Path Coefficients ............................................................ 72
13
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................... 35
Gambar 3.2 Konsep penelitian .............................................................. 36
Gambar 4.1 Rancangan penelitian ........................................................ 44
Gambar 5.1 Full Model Struktural ........................................................ 65
Gambar 5.2 Hasil Pengujian Bootstraping ............................................ 71
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penelitian Terdahulu
Lampiran 2 Permohonan Kesediaan menjadi Responden
Lampiran 3 Identitas Responden
Lampiran 4 Kuisioner
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wacana tentang good government atau kepemerintahan yang baik merupakan
isu yang paling mengemuka belakangan ini. Tuntutan masyarakat agar pengelolaan
negara dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab adalah sejalan dengan
keinginan masyarakat saat ini (Arifiyadi, 2008). Organisasi yang bergerak di bidang
jasa pelayanan publik dalam pengelolaannya harus melakukan transparansi dan
akuntabilitas (Riantiarno dan Azlina, 2011). Akuntabilitas merupakan salah satu
unsur pokok perwujudan good government yang saat ini sedang diupayakan di
Indonesia. Pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program yang telah
dilaksanakan sehingga masyarakat dapat menilai apakah pemerintah telah bekerja
dengan ekonomis, efisien dan efektif (Sadjiarto, 2000).
Akuntabilitas diyakini mampu mengubah kondisi pemerintahan dari yang
tidak memberikan pelayanan publik secara baik dan korup menuju suatu tatanan
pemerintahan yang demokratis (Riantiarno dan Azlina, 2011). Penyelenggaraan
pemerintahan yang akuntabel akan mendapat dukungan dari publik. Hal ini berarti
bahwa pemerintah tersebut mendapat kepercayaan masyarakat atas apa yang
diselenggarakan, direncanakan, dan dilaksanakan.
1
16
Rasul (2003), mengemukakan salah satu akuntabilitas publik adalah
akuntabilitas financial (keuangan) dimana mengharuskan lembaga-lembaga publik
untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi
kepada pihak luar. Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban lembaga-
lembaga publik untuk menggunakan dana publik secara ekonomis, efisien dan efektif,
tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas keuangan
terkait dengan penghindaran penyalahgunaan dana publik (Mardiasmo, 2002).
Penurunan atau peningkatan akuntabilitas organisasi disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya karena terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi
di dalam suatu instansi (Thoyibatun, 2009). Kecurangan akuntansi merupakan
kesengajaan untuk melakukan tindakan penghilangan atau penambahan jumlah
tertentu sehingga terjadi kesalahan dalam laporan keuangan. Kecurangan akuntansi
dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank di Indonesia, diajukannya
manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi
pajak, korupsi di komisi penyelenggaraan pemilu, dan DPRD (Wilopo, 2006), serta
dugaan kasus korupsi yang melibatkan Perguruan Tinggi Negeri di Bali, antara lain
dugaan korupsi dana hibah B-Art senilai Rp 629 juta di Institut Seni Indonesia
(www.infokorupsi.com, 23 Juli 2010) sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara.
Temuan BPK terhadap penyimpangan yang berujuk pada tindak pidana
korupsi yang dapat terkait praktik kecurangan akuntansi yang terjadi di lingkungan
Perguruan Tinggi Negeri adalah permasalahan pengadaan barang dan jasa. Kasus
17
yang banyak ditemui adalah pekerjaan tidak sesuai kontrak dan spesifikasi, kemudian
pengadaan alat praktikum yang tidak sesuai kebutuhan dan belum dapat
dimanfaatkan, indikasi mark-up, pengadaan perabot asrama mahasiswa yang belum
dimanfaatkan, pembukaan rekening universitas tanpa persetujuan Menkeu, sisa dana
kegiatan yang belum dipertanggungjawabkan, penggunaan dana tidak sesuai dengan
peruntukannya (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan,
2014).
Tindakan kecurangan dapat dipengaruhi oleh pengendalian internal dan
monitoring oleh atasan (Wilopo, 2006). Jika pengendalian internal suatu perusahaan
lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan semakin besar.
Sebaliknya, jika pengendalian internalnya kuat maka kemungkinan terjadinya
kecurangan dapat diperkecil (Adelin dan Fauzihardani, 2013). Keefektifan
pengendalian internal mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya pencegahan
kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya pengendalian internal maka
pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang oleh orang
lain. Teori Atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin atau orang yang
diberi kewenangan atau kekuasaan dipengaruhi oleh atribut penyebab yang terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Oleh sebab itu, diperlukan sistem
pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan
kecurangan akuntansi. Hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Semester I
Tahun 2014 menunjukkan adanya 6.531 kasus yang merupakan kelemahan sistem
18
pengendalian intern (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa
Keuangan, 2014).
Aturan akuntansi memberikan pedoman bagi manajemen dalam melakukan
kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga menghasilkan laporan keuangan
yang efektif dan mampu menghasilkan informasi yang handal kepada pihak yang
berkepentingan (Adelin dan Fauzihardani, 2013). Menurut teori perkembangan moral
pada tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu pada level moral ini
akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan
suatu tindakan dan pada tahap tertinggi (post-conventional) individu akan mendasari
tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan mendasarkan
tindakannya pada hukum-hukum universal (Puspasari dan Suwardi, 2012).
Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang
secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung jawaban sosial. Karena
adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan
tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya
(Rahmawati, 2012). Hasil pemeriksaan keuangan BPK Semester I Tahun 2014
mengungkapkan sebanyak 8.323 kasus merupakan temuan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak finansial yang
mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan (Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan, 2014).
19
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, asimetri informasi juga
merupakan faktor lain yang mempengaruhi terjadi kecurangan akuntansi. Menurut
teori keagenan yang dilandasi oleh asumsi-asumsi yakni asumsi bahwa manusia yang
memiliki sifat mementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasan rasionalitas, tidak
menyukai risiko, terjadinya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria
produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen serta informasi
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan sehingga agen akan termotivasi
untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya dengan
berbagai cara. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal
tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen
bekerja sesuai dengan keinginan principal. Prinsipal tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai
perusahaan secara keseluruhan (Wisnumurti, 2010). Hal inilah yang mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen (Nasution
dan Setiawan, 2007). Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan
asimetri informasi sehingga mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agen.
Penelitian ini mengacu pada Penelitian Thoyibatun (2012) yang berjudul
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi menunjukkan
20
hasil bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh
faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap
aturan dan perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang
berpengaruh terhadap semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi
dipengaruhi kejadian oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem
kompensasi dan ketaatan terhadap aturan akuntansi.
Penelitian Wilopo (2006) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada
Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia menunjukkan hasil
bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat
diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi, namun
penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil
penelitian sebelumnya bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan
ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan
akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak
sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari
perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang
diterimanya. Demikian pula saat ini di Indonesia belum ada sistem kompensasi yang
menjadi acuan secara nasional bagi perusahaan, dan pemerintah untuk mengatur hak
21
dan kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan, serta ganjaran dan pinalti dalam
mengelola organisasi.
Perguruan Tinggi Negeri di Bali sebagai lembaga publik diharapkan memiliki
ciri dan komunitas yang berbeda dengan lembaga publik yang mengalami
permasalahan kecenderungan kecurangan akuntansi yang berdampak negatif pada
akuntabilitas organisasi. Berdasarkan uraian ini peneliti melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri
di Provinsi Bali).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana pengaruh keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan
Tinggi Negeri di Provinsi Bali?
2) Bagaimana pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan
Tinggi Negeri di Provinsi Bali?
3) Bagaimana pengaruh asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi
melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan Tinggi Negeri
di Provinsi Bali?
22
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris:
1) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh keefektifan
pengendalian internal pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening di
Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali.
2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh ketaatan aturan
akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi
Negeri di Provinsi Bali.
3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh asimetri informasi
pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi Negeri di
Provinsi Bali.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis untuk berbagai pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini,
yaitu:
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan yang lebih luas terkait teori keagenan, teori perkembangan
23
moral dan teori atribusi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis berupa
pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau
pertimbangan bagi Perguruan Tinggi Negeri terutama untuk pembuat
keputusan di dalam bidang keuangan dalam mengevaluasi keputusan yang
diambil.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Keagenan
Menurut Hadiprajitno (2013) Teori Keagenan merupakan ranting yang
diturunkan dari teori ekonomi neoklasik Adam Smith. Manajer perusahaan yang
bukan pemilik sepenuhnya perusahaan, tidak dapat diharapkan berkinerja baik sesuai
tujuan pemilik lainnya. Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki
rasional ekonomis (rational economic person) yang dimotivasi oleh kepentingan
pribadi, tetapi mereka mungkin berbeda rasa dalam preferences, beliefs dan
informasi. Teori Keagenan (agency theory) menjadi terkenal setelah Jensen dan
Meckling mempublikasikan hasil penelitian tentang teori perusahaan dilihat dari
perilaku managerial. Wright et al. (2001) melakukan usaha membuat asumsi teori
keagenan lebih mudah. Biaya keagenan muncul ketika kepentingan agen (manajer
perusahaan) tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal (pemilik perusahaan) dan
mempengaruhi pilihan dalam tugas, kelalaian, serta keputusan manajer berdasarkan
kepentingan sendiri maupun keputusan pembentengan (entrenchment) yang berarti
mengurangi kesejahteraan prinsipal juga.
Teori Keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi
teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini
25
menyatakan bahwa organisasi sebagai suatu hubungan kerja sama antara pemegang
saham (prinsipal) dan manajer (agent) berdasarkan kontrak yang telah disepakati.
Manajer tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan
keputusan, dan resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham
(prinsipal). Oleh karena itu, para manajer cenderung melakukan pengeluaran yang
bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti
peningkatan gaji dan status. Terdapat tiga kondisi yang akan menyebabkan terjadinya
kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial statement) dan
penyalahgunaan aset (missapproproation assets), sebagaimana dijelaskan dalam PSA
70 (SA 316). Ketiga kondisi ini dinamakan dengan segitiga kecurangan (fraud
triangle). Ketiga kondisi yang mempengaruhi dalam melakukan kecurangan yang
terdapat dalam fraud triangle teory adalah sebagai berikut (Scott, 2000):
a. Tekanan
Tekanan merupakan situasi dimana manajemen atau pegawai lain merasakan
insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Tekanan yakni insentif
yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup,
ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba
untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.
26
b. Kesempatan
Kesempatan yaitu adanya atau tersedianya kesempatan untuk melakukan
kecurangan atau situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan fraud.
c. Rasionalisasi
Rasionalisasi dapat diartikan sebagai adanya atau munculnya sikap, karakter,
atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai
untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Rasionalisasi sebagai pemikiran
yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang
secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal.
Teori Keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut
dibedakan menjadi tiga jenis, yakni asumsi tentang sifat manusia, asumsi
keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan pada
manusia yang memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
keterbatasan rasionalitas (bounded rasionality), dan tidak menyukai risiko (risk
aversion). Asumsi keorganisasian adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi
sebagai kriteria produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan
agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa
diperjualbelikan.
27
2.2 Teori Perkembangan Moral
Salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam
penelitian etika adalah model Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran
moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam perkembangan
yang dapat teridentifikasi. Kohlberg (1969) menggunakan cerita-cerita tentang dilema
moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan
menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral
yang sama. Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon
yang dimunculkan ke dalam tahap yang berbeda. Tahapan perkembangan moral
adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan
penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969). Keenam tahapan
tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pre-konvensional, konvensional, dan post-
konvensional.
Tiga tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg (1969) yaitu :
1) Tingkat 1 (Pre-Konvensional)
a. Orientasi kepatuhan dan hukuman
b. Orientasi minat pribadi
2) Tingkat 2 (Konvensional)
a. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
b. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
28
3) Tingkat 3 (Post-Konvensional)
a. Orientasi kontrak sosial
b. Prinsip etika universal ( Principled conscience)
Dalam tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu akan
melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum/peraturan yang ada. Selain
itu individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya
sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua
(conventional), individu akan mendasarkan tindakannya persetujuan teman-teman
dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat. Pada tahap
tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan
kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada hukum-hukum universal
(Puspasari dan Suwardi, 2012). Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan
manajemen dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis.
Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang
secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban sosial.
Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi
diharapkan tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya
(Rahmawati, 2012).
2.3. Teori Atribusi
Teori Atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang
yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell,
29
dalam Waworuntu, 2003). Teori Atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider yang
berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan
internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu
faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan (Ikhsan dan Ishak 2005). Hal yang sama dikemukakan Robbins
(2006) bahwa Teori Atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai
orang secara berlainan, bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu
perilaku tertentu.
Teori Atribusi menurut Ikhsan dan Ishak (2005) merupakan suatu proses
untuk menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilaku seseorang.
Teori ini ingin menjelaskan tentang perilaku seseorang terhadap peristiwa di
sekitarnya dan mengetahui alasan-alasan melakukan perilaku seperti itu. Teori
Atribusi yang dikemukakan oleh Robbins (2006) menjelaskan perilaku seseorang
yang disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Teori Atribusi adalah teori yang menjelaskan upaya untuk memahami
penyebab dibalik perilaku orang lain.
Perilaku individu menurut Robbins (2006) disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Perilaku yang disebabkan oleh faktor internal adalah perilaku yang
diyakini berada di bawah kendali atau berasal dari dalam diri individu seperti ciri
kepribadian, motivasi atau kemampuan. Perilaku yang disebabkan oleh faktor
30
eksternal adalah perilaku yang diyakini sebagai hasil dari sebab-sebab luar atau
berasal dari luar diri individu seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain
(Kusumastuti, 2012).
2.4. Pengendalian Internal
Menurut Bastian (2006) pengendalian akuntansi merupakan bagian dari
sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, sedangkan Boynton dan Johnson (2006)
mendefinisikan aktivitas pengendalian sebagai kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilakukan. Aktivitas
pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan
dengan risiko yang diambil untuk pencapaian tujuan organisasi.
Menurut PP No. 8 Tahun 2006 pengendalian internal adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang
memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan.
Committee of sponsoring organization (COSO) pada tahun 1992
mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai proses yang didesain untuk
menghasilkan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan dalam kategori
sebagai berikut:
31
1) Efektivitas dan efisiensi operasi
2) Keandalan dalam laporan keuangan
3) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendefinisikan
sistem pengendalian internal mencakup susunan organisasi dan semua metode beserta
kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk
melindungi:
1) Harta kekayaan perusahaan
2) Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi
3) Meningkatkan efisiensi operasi usaha
4) Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan
Tiga tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002) yaitu:
1) Keandalan informasi keuangan, manajer bertanggung jawab atas
menyiapkan laporan keuangan untuk investor, kreditur, dan para
pemakaian lainnya. Manajemen mempunyai tanggung jawab baik
hukum dan profesional untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut
disiapkan secara wajar.
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, kendali dalam
suatu organisasi dimaksudkan untuk mendorong penggunaan yang
efektif dan efesien atas sumber dayanya, mencakup personel untuk
mengoptimalkan sasaran manajemen.
32
3) Efektivitas dan efisiensi operasi, perusahaan harus mampu
meningkatkan efektifitas dan efesiensi operasi perusahaan, dimana
kegiatan operasi perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan PP SPIP nomor 60 tahun 2008 tersebut, sistem pengendalian
internal pemerintah terdiri dari lima unsur, yaitu :
1) Lingkungan pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah
yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya
pengendalian suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi
tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian
internal.
2) Penilaian risiko, merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan
terjadinya situasi yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan
mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi.
3) Kegiatan pengendalian, merupakan tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi risiko serta penerapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur
untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan
secara efektif.
4) Informasi dan komunikasi. Informasi merupakan data yang telah diolah
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka
33
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, sedangkan
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.
5) Pemantauan, merupakan proses penilaian atas mutu kinerja sistem
pengendalian internal dan proses yang memberikan keyakinan bahwa
temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
2.5. Ketaatan Aturan Akuntansi
Menurut Rahmawati (2012), aturan merupakan tindakan atau perbuatan yang
harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar dalam
penyusunan laporan keuangan. Dalam standar akuntansi terdapat aturan-aturan yang
harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan yang
berpedoman terhadap aturan-aturan yang dikeluarkan oleh IAI. Informasi yang
tersedia dilaporan keuangan sangat dibutuhkan bagi investor dan manajemen jadi
harus dapat diandalkan sehingga dibutuhkan suatu aturan untuk menjaga keandalan
informasi tersebut dan menghindari tindakan yang dapat merugikan perusahaan atau
organisasi.
Ada dua kebutuhan yang berkepentingan terhadap hasil laporan keuangan
yaitu pihak pemakai (pihak ekstern) dan pimpinan selaku pihak pengelola aset dan
penyaji laporan keuangan. Dari pihak ekstern, pemakai laporan keuangan terdiri atas:
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor, pelanggan, pemerintah,
34
dan masyarakat. Mereka memilki kebutuhan informasi yang berbeda-beda yang harus
dipenuhi (Thoyibatun, 2009). Agar menghasilkan informasi yang berkualitas maka
penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan prosedur dan prinsip serta aturan
kerja yang sesuai dengan prinsip akuntansi. Prinsip-prinsip akuntansi merupakan
sejumlah aturan yang menjadi pedoman betindak dalam melaksanakan akuntansi di
perusahaan (Thoyibatun, 2009). Penerapan prinsip etika profesi Ikatan Akuntan
Indonesia:
1) Tanggung jawab penerapan
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam
masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2) Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
35
3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
4) Obyektifitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap
adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh
pihak lain.
5) Kehati-hatian
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini
mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung-jawab profesi kepada publik.
36
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Konsistensi
Konsistensi merupakan konsep dalam akuntansi yang menuntut
diterapkannya standar secara terus-menerus, tidak di ubah-ubah kecuali
dengan alasan yang dapat dibenarkan.
8) Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis
dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of
Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang
relevan.
Secara teoritis, ketaatan akuntansi juga merupakan kewajiban. Sebab, jika
laporan keuangan dibuat tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, keadaan
tersebut dinyatakan sebagai suatu bentuk kegagalan dan akan menimbulkan
37
kecenderungan kecurangan atau perilaku tidak etis yang tidak dapat atau sulit
ditelusuri auditor (Thoyibatun, 2009).
Ketaatan aturan akuntansi dipandang sebagai tingkat kesesuaian prosedur
pengelolaan aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi, dan penyajian laporan
keuangan beserta bukti pendukungnya dengan aturan yang ditentukan BPK dan atau
SAP (PP RI Nomor 24/2005). Dinyatakan mentaati aturan akuntansi jika PTN telah
menerapkan persyaratan pengungkapan, menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
kepentingan publik, objektif, memenuhi syarat kehati-hatian dan memenuhi konsep
konsistensi penyajian (Thoyibatun, 2009).
Persyaratan pengungkapan menjelaskan bahwa setiap entitas akuntansi di
lingkungan pemerintah diharapkan menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas
laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan terdiri atas laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, sedangkan
laporan kinerja berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan
hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam
dokumen pelaksanaan APBN/APBD yang diatur dalam PP RI nomor 24, 2005
tentang SAP. Laporan-laporan tersebut dibuat dalam bentuk dan dengan isi sesuai
SAP supaya kinerja organisasi antar periode dapat dibandingkan.
2.6. Asimetri Informasi
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk digunakan oleh berbagai pihak,
termasuk pihak internal perusahaan itu sendiri. Pihak-pihak yang sebenarnya paling
38
berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (pemegang
saham, kreditor, pemerintah, masyarakat) (Kusumastuti, 2012). Para pengguna
internal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perusahaan, sedangkan
pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung,tidak mengetahui
informasi tersebut sehingga tingkat ketergantungan manajemen terhadap informasi
akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan prinsipal adalah adanya
asimetri informasi (Rahmawati, 2012). Asimetri informasi adalah suatu keadaan
dimana agen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan
prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan prinsipal (Wisnumurti,
2010). Asimetri informasi adalah situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi
antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang
membutuhkan informasi (Scoot, 2003). Kondisi ini memberikan kesempatan kepada
agen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. Asimetri informasi
ini mengakibatkan terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen untuk
melakukan kecurangan akuntansi. Menurut Scott (2003), terdapat dua macam
asimetri informasi yaitu:
1) Adverse selection yaitu jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha,
atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.
39
Adverse selection terjadi karena para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh prinsipal tersebut yang
tidak disampaikan kepada prinsipal, sehingga muncul bias dalam pemilihan
untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Jadi adverse selection timbul akibat
adanya informasi yang tersembunyi.
2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor),
sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma
mungkin tidak layak dilakukan. Moral hazard adalah memanfaatkan
ketidaktahuan pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perjanjian awal yang akibatnya merugikan pihak lain. Dalam hal ini agent
memanfaatkan ketidaktahuan prinsipal untuk menyajikan suatu laporan yang
tidak sesuai perjanjian awal atau standar yang berlaku sehingga terjadilah
moral hazard.
Schift dan Lewin (1970) menyatakan bahwa agen berada pada posisi yang
memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan
perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa
individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka
40
dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal.
Penyajian informasi akuntansi khususnya penyusunan laporan keuangan,
seorang agen memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel
mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Dengan
adanya kondisi yang asimetri, maka agen dapat mempengaruhi angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan.
2.7. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Kecenderungan menurut Daryanto dalam Thoyibatun (2009) diartikan sebagai
„lebih tertarik pada‟. Kecurangan sering kali menyangkut (a) suatu tekanan atau suatu
dorongan untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang disarankan ada untuk
melaksanakan kecurangan (Wilopo, 2006).
Kecurangan Akuntansi dapat diartikan sebagai tindakan, cara, penyembunyian
dan penyamaran yang tidak semestinya secara sengaja dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu (Wilopo, 2006). IAPI (2013) menjelaskan kecurangan
akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan
keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan
keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan
pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai
41
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau
dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih
individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
Menurut Bastian (2007) kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial
reporting) terdiri dari tindakan-tindakan seperti:
1) Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan atau dokumen
pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.
2) Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-
peristiwa, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada
dalam laporan keuangan.
3) Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang
berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Jadi kecenderungan kecurangan akuntansi berarti terkait dengan tindakan
yang lebih tertarik ingin dilakukan yang mengakibatkan terjadinya salah saji yang
timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan karena adanya penghilangan
secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dan salah saji
yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva yang berkaitan dengan
42
pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.8. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai
"pertanggungjawaban". Sugijanto, et al (1995) mengutip Patricia Douglas
menguraikan fungsi accountability tersebut meliputi tiga unsur: (1) providing
information about decisions and actions taken during the course of operating entity;
(2) having the internal parties review the information, and (3) taking corrective
actions where necessary. Jadi, suatu entitas (atau organisasi) yang accountable adalah
entitas yang mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-
keputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut, memungkinkan
pihak luar (misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview
informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil
tindakan korektif. Akuntabilitas adalah bentuk suatu pertanggungjawaban atas
delegasi wewenang dan tugas yang diberikan kepada setiap instansi pemerintah dan
setiap satuan kerja atau unit kerja yang berada di dalamnya (Ulum, 2010).
Pertanggungjawaban (akuntabilitas) tersebut adakalanya berbentuk sebagai
akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
43
pertanggungjawaban secara periodik (Lembaga Administrasi Negara, 2003).
Sedangkan akuntabilitas keuangan lebih difokuskan pada kepentingan kontrol
keuangan. Tujuannya untuk meyakinkan bahwa anggaran pemanfaatan dana dan
pembelanjaan atas dana publik yang dipercayakan telah dilakukan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat sesuai aturan yang berlaku (Thoyibatun, 2009).
Akuntabilitas publik yang harus dijalankan oleh organisasi sektor publik
mempunyai beberapa dimensi. Ellwood dalam Mardiasmo (2002) menjelaskan
terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor
publik, yaitu:
1) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity
and legality)
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penyalahgunaan jabatan (abuse of
power), sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap aturan hukum dan aturan lain yang disyaratkan dalam
penggunaan sumber dana publik.
2) Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
44
3) Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya
minimal.
4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban baik pusat maupun
daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Lembaga Administrasi Negara (2003) membedakan akuntabilitas dalam tiga
macam akuntabilitas, yaitu :
1) Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan. Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi pemerintah.
Komponen pembentuk akuntabilitas keuangan terdiri atas :
a) Integritas Keuangan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas berarti kejujuran,
keterpaduan, kebulatan dan keutuhan. Dengan kata lain, integritas
keuangan mencerminkan kejujuran penyajian. Agar laporan keuangan
45
dapat diandalkan informasi yang terkandung didalamnya harus
menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b) Pengungkapan.
Konsep pengungkapan mewajibkan agar laporan keuangan didesain dan
disajikan sebagai kumpulan gambaran atau kenyataan dari kejadian
ekonomi yang mempengaruhi instansi pemerintahan untuk suatu periode
dan berisi cukup informasi.
c) Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan.
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan akuntansi pemerintahan. Apabila terdapat pertentangan antara
standar akuntansi keuangan pemerintah dengan peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi, maka yang digunakan adalah
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas Manfaat
Akuntabilitas manfaat pada dasarnya memberi perhatian pada hasil-hasil dari
kegiatan pemerintahan. Hasil kegiatannya terfokus pada efektivitas, tidak
sekedar kepatuhan terhadap prosedur. Bukan hanya output, tapi sampai
outcome. Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
46
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output
hanya mengukur dari hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur output dan dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu restopektif dan prospektif.
Peran restopektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran
prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang.
3) Akuntabilitas Prosedural
Akuntabilitas yang memfokuskan kepada informasi mengenai tingkat
kesejahteraan sosial. Diperlukan etika dan moral yang tinggi serta dampak
positif pada kondisi sosial masyarakat. Akuntabilitas prosedural yaitu
merupakan pertanggungjawaban mengenai aspek suatu penetapan dan
pelaksanaan suatu kebijakan yang mempertimbangkan masalah moral, etika,
kepastian hukum dan ketaatan pada keputusan politik untuk mendukung
pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini, merujuk pada pembagian akuntabilitas menurut
Lembaga Administrasi Negara (LAN), akuntabilitas yang dimaksud mengerucut pada
akuntabilitas keuangan.
2.9. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah penelitian
Wilopo (2009) yang menunjukkan hasil bahwa perilaku tidak etis manajemen dan
kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan
47
keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen,
serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini menemukan hal yang
bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa
kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan
perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil penelitian Thoyibatun (2012) menunjukkan hasil bahwa kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh faktor kesesuaian sistem
pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap aturan dan perilaku tidak
etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang berpengaruh terhadap
semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh faktor
kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi dan ketaatan terhadap
aturan akuntansi.
Penelitian dari Fauwzi (2011) dengan menggunakan variabel keefektifan
pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas manajemen, perilaku tidak
etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Pengendalian internal dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap
perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan kesesuaian
kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh
positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil penelitian Rahmawati (2012) menunjukkan bawa pengendalian internal
yang efektif, ketaatan manajemen terhadap aturan akuntansi, dan semakin tinggi
48
moralitas yang dimiliki tiap manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi,sedangkan pemberian kompensasi dan adanya
asimetri informasi tidak mempengaruhi adanya kecenderungan kecurangan akuntansi
secara signifikan.
Hasil penelitian Meliany et al. (2012) menunjukkan bahwa keefektifan
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Keefektifan Pengendalian Internal secara statistik memiliki pengaruh secara positif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. kesesuaian kompensasi secara
statistik memiliki pengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada beberapa hal
yaitu objek penelitian adalah di perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali dan dengan
waktu penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 serta menggunakan alat analisis
yaitu PLS (Partial least Square). Untuk ringkasan penelitian sebelumnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
49
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka berpikir
Tindakan kecurangan akuntansi dapat dipengaruhi oleh pengendalian internal,
ketaatan aturan akuntansi dan asimetri informasi yang ada dalam organisasi. Menurut
teori perkembangan moral, pada tahapan yang paling rendah individu pada level
moral ini akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam
melakukan suatu tindakan. Seseorang dengan tingkat kematangan moral yang rendah
dikhawatirkan akan melakukan berbagai cara untuk mencari celah melakukan
perilaku yang menyimpang dan kecurangan akuntansi.
Keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh dalam upaya
pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya pengendalian
internal maka pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang
oleh orang lain sehingga tindakan kecurangan akuntansi dapat dikurangi. Hasil
pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Semester I Tahun 2014 menunjukkan
adanya 6.531 kasus yang merupakan kelemahan sistem pengendalian intern, hal ini
mengindikasikan bahwa pengendalian internal yang ada terbukti masih memberikan
celah untuk melakukan kecurangan. Aturan akuntansi akan memberikan pedoman
dalam melakukan kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga mengurangi
adanya kecurangan akuntansi, tetapi ketaatan aturan akuntansi yang ada di organisasi
kurang baik terbukti dengan hasil pemeriksaan keuangan BPK Semester I Tahun
50
2014 yang mengungkapkan sebanyak 8.323 kasus merupakan temuan ketidakpatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Asimetri informasi akan
mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen,
salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kecurangan akuntansi.
Kecenderungan kecurangan akuntansi yang ada dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi akuntabilitas khususnya akuntabilitas keuangan. Kecenderungan
kecurangan akuntansi yang ada dalam organisasi mengakibatkan laporan keuangan
yang dibuat tidak dapat dipertanggungjawabkan (accountable), sehingga
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak accountable tidak akan mendapat
dukungan dari publik dan tidak mendapat kepercayaan masyarakat atas apa yang
diselenggarakan, direncanakan, dan dilaksanakan.
Kajian Empiris:
1. Wilopo (2009)
2. Thoyibatun (2012)
3. Kusumastuti (2012)
4. Rahmawati (2012)
5. Fauwzi (2011)
6. Riantiarno et al. (2011)
7. Aranta (2008)
8. Garnita (2008) 9. Gaviria (2001)
10. Ramandei (2009)
11. Meliany et al. (2009)
12. Dewi (2012)
13. Primayoni et al. (2014)
14. Tresnawati (2011)
15. Kartika (2013)
16. Widyaningsih et al. (2011)
17. Nugraha (2011)
18. Isvihana (2011)
19. Kresiadanti (2012) 20. Puspasari et al. (2012)
21. Zirman et al. (2010)
22. Hapsari (2013)
23. Yue (2010)
24. Priyanto et al. (2014)
Lampiran 1
Kajian Teori:
1. Teori Keagenan
2. Teori Perkembangan Moral
3. Teori Atribusi
4. Pengendalian internal 5. Ketaatan aturan akuntansi
6. Asimetri Informasi
7. Kecenderungan kecurangan
akuntansi
8. Akuntabilitas Organisasi
Rumusan
masalah
Hipotesis
Uji statistik
Hasil
Kesimpulan dan
saran
51
3.2. Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan
hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian merupakan
hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris. Konsep disajikan dalam
Gambar 3.2 berikut ini:
H1
H3
H2
Gambar 3.2. Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini meliputi: variabel eksogen yaitu sistem
pengendalian internal (X1), ketaatan aturan akuntansi (X2) dan asimetri informasi
(X3). Variabel intervening adalah kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1).
Variabel endogen adalah akuntabilitas organisasi (Y2).
Keefektifan
Pengendalian Internal
(X1)
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Y1)
Asimetri Informasi
(X3)
Ketaatan Aturan
Akuntansi (X2)
Akuntabilitas
Organisasi (Y2)
52
3.3 Hipotesis
3.3.1 Hubungan keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi
Green and Mitchell dalam Waworuntu (2003) menyatakan bahwa
Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang
yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab antara lain
terdiri dari kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha,
dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari
luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan dan Ishak
2005). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi
penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi.
Pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan
menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung
melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan
kecurangan akuntansi.
Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan
menutup peluang untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Smith et al. (1997) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif
mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini berpendapat
bahwa pengendalian internal yang efektif mempengaruhi kecenderungan
53
kecurangan akuntansi. Abbot et al. (2002) juga menyatakan bahwa
pengendalian internal yang efektif akan mengurangi kecenderungan
kecurangan akuntansi. AICPA (1947) menjelaskan bahwa pengendalian
internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
Wilopo (2006), Puspasari et al. (2012) Meliany et al. (2012) yang menyatakan
bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Hasil penelitian dari Fauwzi (2011) juga menyatakan
bahwa Pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis
dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut hasil penelitian
Thoyibatun (2012) dikatakan bahwa kesesuaian sistem pengendalian internal
merupakan faktor yang berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Penelitian dari Rahmawati (2012) dan Kusumastuti
(2012) juga memberikan bukti bahwa pengendalian internal berpengaruh
negatif pada kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Gaviria (2001)
kecurangan akuntansi melanggar kesepakatan yang ada dan hanya berfokus
pada meningkatnya kekayaan pihak tertentu dan menjadikan pihak lain
sebagai bagian yang dirugikan sehingga apabila tingkat kecurangan dalam
organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi. Menurut
54
Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong terbentuknya budaya
organisasi dan perilaku anggota organisasi yang dapat meminimalkan
kecenderungan kecurangan akuntansi. Sehingga dengan adanya pengendalian
internal yang efektif dalam organisasi maka kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat diminimalkan sehingga akan tercapai akuntabilitas organisasi
yang baik.
Penelitian Primayoni et al.(2014), Tresnawati (2011), Kartika (2013),
Widyaningsih et al. (2011), Nugraha (2011), Isvihana (2011), Kresiadanti
(2012) juga menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh
signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk
mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggungjawaban
pengelolaan dana instansi pemerintah, organisasi dituntut untuk menerapkan
suatu pengendalian yang efektif dan efisien. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian internal yang efektif dapat memberikan pengaruh positif
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan uraian ini
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Keefektifan pengendalian internal berpengaruh positif pada
akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
3.3.2 Hubungan ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi
melalui kecenderungan kecurangan akuntansi
Pada teori perkembangan moral Kohlberg (1969), moralitas
manajemen yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku.
55
Dalam teori tersebut pada tahap pasca konvensional, manajemen berorientasi
pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat
membentuk moralitas manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan
kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
(Kusumastuti, 2012). Faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk
menyediakan informasi laporan keuangan adalah kekuatan pasar serta
kekuatan regulasi (Foster, 1986). Regulasi ini mensyaratkan perusahaan untuk
menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai aturan atau standar
akuntansi kepada para pihak yang membutuhkan. Wolk and Tearney (1997:
93-95) menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang
disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, akan menimbulkan
kecurangan perusahaan yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor. Hal ini
dapat ditunjukkan dari beberapa yaitu penelitian dari Wilopo (2006)
memberikan hasil bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian dari Thoyibatun
(2009) juga menunjukkan bahwa ketaatan terhadap aturan akuntansi
berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hipotesis
ketaatan terhadap aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi juga telah dibuktikan oleh Rahmawati
(2012) dan Kusumastuti (2012). Menurut Thoyibatun (2009), akuntabilitas
bisa mendorong terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota
56
organisasi yang dapat meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Ketaatan aturan akuntansi di dalam organisasi dapat menurunkan
kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
sehingga akan meningkatkan akuntabilitas organisasi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Zirman et al. (2010), Hapsari
(2013), Yue (2010), Riantiarno et al. (2011) yang menyatakan ketaatan pada
peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan uraian ini maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
3.3.3 Hubungan asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi
Teori keagenan (Jensen and Meckling) sering digunakan untuk
menjelaskan kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan
dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah
problem yang muncul bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen
bertentangan, dan juga disaat prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa
yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya
memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki kenginan dan
motivasi yang berbeda, maka agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai
keinginan prinsipal (pemegang saham). Keinginan, motivasi dan utilitas yang
57
tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan
kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham (Aranta,
2008).
Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan akan
menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi
untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan
dan lain-lain (Khang, 2002). Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi,
manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan
sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratio-
ratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13). Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Aranta (2008) yang
membuktikan bahwa asimetri informasi yang terjadi akan berpengaruh positif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Gaviria (2001)
kecurangan akuntansi melanggar kesepakatan yang ada dan hanya berfokus
pada meningkatnya kekayaan pihak tertentu dan menjadikan pihak lain
sebagai bagian yang dirugikan sehingga apabila tingkat kecenderungan
kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja
organisasi. Menurut Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong
terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota organisasi yang dapat
meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Asimetri informasi
yang terjadi di dalam organisasi akan meningkatkan kecenderungan
58
kecurangan akuntansi sehingga akan berpengaruh terhadap akuntabilitas
organisasi.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Priyanto et al. (2014) yang
menyatakan bahwa asimetri Informasi berpengaruh signifikan terhadap tata
kelola perusahaan, salah satu indikatornya adalah akuntabilitas. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi yang tinggi, tata
kelola perusahaan akan lebih buruk dan begitu sebaliknya, apabila asimetri
informasi rendah maka tata kelola perusahaan akan lebih baik. Berdasarkan
uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3: Asimetri informasi berpengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi
melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
59
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian survei di lapangan yaitu penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai data
yang pokok. Adapun rancangan dalam penelitian ini adalah :
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Masalah
penelitian
Kajian pustaka dan
penelitian
sebelumnya
Hipotesis
penelitian Data primer
kuesioner
Variabel
penelitian
1. Akuntabilitas Organisasi (Y2) 2. kecenderungan kecurangan
akuntansi (Y1) 3. Pengendalian internal (X1) 4. Ketaatan aturan akuntansi
(X2) 5. Asimetri Informasi (X3)
Analisis
PLS
Hasil pengujian
Kesimpulan
penelitian
Saran dan
implikasi
Tujuan
Penelitian
60
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada perguruan tinggi negeri di Provinsi Bali.
Alasan peneliti mengambil lokasi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) karena
pendanaan PTN bersumber dari APBN, selain itu menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2013 pada pasal 3 ayat (2) selain dialokasikan dari APBN,
pendanaan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi oleh PTN Badan Hukum juga dapat
bersumber dari masyarakat, biaya pendidikan, pengelolaan dana abadi dan usaha-
usaha PTN Badan Hukum, kerjasama tridharma, pengelolaan kekayaan Negara yang
diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk kepentingan pengembangan
Pendidikan Tinggi; dan atau sumber lain yang sah, oleh karena itu sangat penting
untuk menciptakan akuntabilitas PTN dalam rangka good government khususnya di
PTN di Provinsi Bali. Perguruan Tinggi Negeri sebagai instansi milik pemerintah
baru-baru ini dikagetkan dengan beberapa dugaan kasus korupsi yang melibatkan
beberapa pejabat Perguruan Tinggi Negeri di Bali yang membuat peneliti tertarik
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya kecenderungan
kecurangan akuntansi dan pengaruhnya terhadap akuntabilitas di instansi pemerintah
khususnya di Perguruan Tinggi Negeri.
Menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (2014), di Provinsi Bali terdapat
4 Perguruan Tinggi Negeri Negeri yang berada di bawah pengelolaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Universitas Udayana, Politeknik Negeri Bali,
Universitas Pendidikan Ganesha, Institut Seni Indonesia) dan 3 perguruan tinggi
61
negeri di bawah pengelolaan kementrian lain. Penelitian ini akan dilakukan pada 4
Perguruan Tinggi Negeri di Bali yang berada di bawah pengelolaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk lebih memfokuskan penelitian pada satu
Kementrian dan jumlah perguruan tinggi negeri di bawah pengelolaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan lebih banyak daripada kementrian lain.
Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali yang berada di bawah pengelolaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berjumlah 4, antara lain dapat dilihat pada
Tabel 4.1:
Tabel 4.1
Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Bali
No. Nama Perguruan Tinggi Negeri Lokasi
1 Universitas Udayana Badung
2 Politeknik Negeri Bali Badung
3 Institut Seni Indonesia Denpasar
4 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Sumber : DIKTI (2014)
4.3 Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2003) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat dan pegawai Perguruan Tinggi
62
Negeri yang berada di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
di Provinsi Bali, antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2
Populasi Perguruan Tinggi Negeri di Bali
No. Nama Perguruan Tinggi Negeri Jumlah Total
1 Universitas Udayana
- Rektor, PR 1, PR 2,PR 3,PR 4
- Biro Administrasi Akademik
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- Biro Administrasi Kemahasiswaan
- Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem
Informasi
- UPT Perpustakaan
- UPT Pusat Komputer
- Lembaga Penelitian
- Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
- Fakultas Sastra, Ekonomi,Hukum,
Kedokteran,
Pertanian,Peternakan,Teknik,MIPA,
Kedokteran Hewan
5
26
98
35
24
19
42
8
19
12
482
770
2 Politeknik Negeri Bali
- Direktur, PD 1, PD 2, PD 3
- Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- UPT Perpustakaan, Komputer, Perawatan
dan Perbaikan
- Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik
Elektro, Akuntansi, Administrasi Niaga,
Pariwisata
- Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
5
17
45
31
26
70
4
197
63
3 Institut Seni Indonesia
- Rektor, PR 1, PR 2, PR 3, PR 4
- Biro Adm Akademik, Kemahasiswaan dan
Kerjasama
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- Fakultas Seni Pertunjukan,Seni Rupa dan
Desain
- LP2M
- UPT Perpustakaan, Bengkel Peralatan,
Ajang Gelar, Penerbitan, Pusat
Dokumentasi Seni
5
21
45
16
139
12
18
256
4 Universitas Pendidikan Ganesha
- Rektor, PR 1, PR 2, PR 3, PR 4
- Biro Adm. Akademik Kemahasiswaan,
Perencanaan dan Sistem Informasi
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- Lembaga Penelitian
- Lembaga Pengabdian Masyarakat
- UPT Perpustakaan
- UPT Pusat Komputer
- Fakultas MIPA, Ilmu Pendidikan, Teknik
dan Kejuruan, Bahasa dan Seni, Olahraga
dan Kesehatan
5
24
51
23
7
23
38
9
142
322
TOTAL 1545
Sumber: Perguruan Tinggi Negeri (2014)
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi atau sebagian populasi yang menjadi subyek penelitian yang dapat mewakili
populasi penelitian (Arikunto, 2003). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
tujuan tertentu (Sugiyono, 2001). Penelitian ini akan meneliti mengenai ketaatan
aturan akuntansi dan akuntabilitas organisasi yang terkait dengan akuntabilitas
64
keuangan serta mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi, maka kriteria
pemilihan sampel dalam penelitian ini:
1) Semua pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan transaksi
keuangan, penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas di PTN
Provinsi Bali.
2) Bagian keuangan pada kantor pusat di setiap PTN di Provinsi Bali di bawah
pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
3) Kuisioner yang dikembalikan dengan pengisian yang lengkap.
Tabel 4.3
Jumlah Pegawai Bagian Keuangan
No Nama Perguruan Tinggi Negeri Jumlah
1 Universitas Udayana 35
2 Politeknik Negeri Bali 31
3 Institut Seni Indonesia 16
4 Universitas pendidikan Ganesha 23
Total 105
Populasi penelitian adalah sebanyak 1545 dan sampel yang terkait dalam
penelitian ini adalah bagian keuangan di kantor pusat setiap PTN Provinsi Bali yang
berjumlah 105 orang serta terdapat 6 kuisioner yang tidak dikembalikan dan
pengisian yang tidak lengkap sehingga sampel yang digunakan adalah 99 dan ada
sebanyak 1446 responden yang dikeluarkan dari sampel.
65
4.4 Penentuan Sumber Data
4.4.1 Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer merupakan informasi yang diperoleh dari tangan pertama
peneliti, (Sekaran, 2007). Data primer dalam penelitian ini berupa
pernyataan responden dalam menjawab kuisioner.
2) Data sekunder yaitu informasi yang dikumpulkan dari sumber yang
telah ada, (Sekaran, 2007). Data sekunder dalam penelitian ini adalah
jumlah pegawai di setiap perguruan tinggi negeri.
4.4 Variabel Penelitian
Di dalam analisis Partial Least Square, variabel laten dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel dependen disebut
sebagai variabel endogen dan variabel independen disebut variabel eksogen
(Sugiyono, 2001).
a. Variabel Endogen yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya
variabel eksogen, (Sugiyono, 2001). Variabel endogen dalam hal ini adalah
Akuntabilitas Organisasi. Dalam penelitian ini, akuntabilitas organisasi lebih
terfokus pada akuntabilitas keuangan yang selanjutnya disebut dengan Y2.
Akuntabilitas keuangan (Y2) merupakan pertanggungjawaban mengenai
integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan (Lembaga Administrasi Negara, 2003).
66
b. Variabel Eksogen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
timbulnya variabel endogen, (Sugiyono, 2001). Variabel eksogen dalam hal ini
adalah:
1) Keefektifan Pengendalian internal (X1): suatu proses yang dipengaruhi
oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang
memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian
laporan keuangan (PP No.8 Tahun 2006).
2) Ketaatan Aturan Akuntansi (X2): tingkat kesesuaian prosedur pengelolaan
aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi, dan penyajian laporan
keuangan beserta bukti pendukungnya dengan aturan yang ditentukan BPK
dan atau SAP (PP RI Nomor 24/2005).
3) Asimetri Informasi (X3): situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi
antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak
yang membutuhkan informasi (Scoot, 2003).
c. Variabel antara atau penghubung (intervening variable) yaitu variabel yang
membantu mengkonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah
kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1). Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Y1) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan
67
keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia (IAPI, 2013).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang diadopsi dari
penelitian sebelumnya Wilopo (2006) dan Garnita (2008). Kuisioner dalam penelitian
ini sebelumnya diuji melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Penelitian ini
menggunakan skala dasar pengukuran Likert memakai urutan skala lima dengan
kriteria: Sangat setuju=5, Setuju=4, Netral=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju
(STS)= 1. Alasan digunakan skala Likert 5 dengan pilihan ”netral” adalah untuk
mengindikasi item pernyataan dalam kuisioner yang tidak dimengerti dan tidak
diketahui oleh partisipan.
a. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian
internal terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari
Wilopo (2006) diukur dengan menggunakan skala Likert 1 – 5 dengan 5
indikator antara lain:
1) P1.1 : Penerapan wewenang dan tanggungjawab
2) P1.2 : Pencatatan transaksi
3) P1.3 : Pengendalian fisik
4) P1.4 : Sistem akuntansi
68
5) P1.5 : Pemantauan dan evaluasi
b. Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketaatan aturan akuntansi terdiri
dari 7 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan
diukur dengan menggunakan skala Likert 1 – 5 dengan 7 indikator antara
lain:
1) KAA.1 : Tanggung jawab penerapan
2) KAA.2 : Integritas
3) KAA.3 : Obyektivitas
4) KAA.4 : Kehati-hatian
5) KAA.5 : Kerahasiaan
6) KAA.6 : Konsistensi
7) KAA.7 : Standar teknis
c. Instrumen yang digunakan untuk mengukur Asimetri Informasi terdiri dari 7
item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan diukur
dengan menggunakan skala Likert 1 – 5 dengan 7 indikator antara lain:
1) AI.1 : Situasi di mana bagian keuangan memiliki informasi
yang lebih baik atas aktivitas yang menjadi tanggung
jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan.
2)
AI.2 :
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengenal
hubungan input-output dalam bagian yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
3) AI.3 : Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui
potensi kinerja yang menjadi tanggung jawabnya
dibanding pihak luar bagian keuangan.
4) AI.4 : Situasi di mana bagian keuangan lebih mengenal
69
teknis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
dibanding pihak luar bagian keuangan.
5) AI.5 : Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui
pengaruh faktor eksternal dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
6) AI.6 : Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui
pengaruh faktor internal dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
7) AI.7 : Situasi di mana bagian keuangan lebih mengerti apa
yang dapat dicapai dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
d. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan
akuntansi terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari
Wilopo (2006) dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1–5 dengan 5
indikator antara lain:
1) KKA.1 : Kecenderungan untuk melakukan manipulasi,
pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya.
2) KKA.2 : Kecenderungan untuk melakukan penyajian yang
salah atau penghilangan peristiwa, transaksi, atau
informasi yang signifikan dari laporan keuangan.
3) KKA.3 : Kecenderungan untuk melakukan salah menerapkan
prinsip akuntansi secara sengaja.
4) KKA.4 : Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan
keuangan yang salah akibat pencurian (penyalah-
gunaan/penggelapan) terhadap aktiva yang membuat
entitas membayar barang/jasa yang tidak diterima.
5) KKA.5 : Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan
keuangan yang salah akibat perlakuan yang tidak
semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan
catatan atau dokumen palsu dan dapat menyangkut
satu atau lebih individu di antara manajemen,
karyawan, atau pihak ketiga.
70
e. Instrumen yang digunakan untuk mengukur akuntabilitas keuangan terdiri
dari 10 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Garnita (2008)
yang dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1-5 dengan 3 indikator
antara lain integritas keuangan pada pertanyaan 1,2 dan 3, pengungkapan
pada pertanyaan 4,5,6 dan 7 dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan pada pertanyaan 8,9 dan 10. Indikator ini akan membentuk 10
item pertanyaan antara lain:
1) AK.1 : Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam
organisasi di otorisasi oleh pimpinan PTN.
2) AK.2 : Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam
organisasi disajikan secara transparan (adanya
keterbukaan).
3) AK.3 : Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam
organisasi telah sesuain dengan kebutuhan dan target
yang ditetapkan.
4) AK.4 : Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan
secara komprehensif (lengkap dan terperinci).
5) AK.5 : Sumber-sumber dan penggunaan dana harus akurat
dan jelas.
6) AK.6 : Sumber-sumber dan penggunaan dana diketahui oleh
stakeholder
7) AK.7 : Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan
secara informatif (dapat dimengerti dan dipahami)
8) AK.8 : Sumber-sumber dan penggunaan dana selalu dibuat
secara periodik.
9) AK.9 : Laporan keuangan yang disajikan menyediakan
informasi keuangan yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode
pelaporan.
10) AK.10 : Sistem pelaporan akuntansi dan keuangan organisasi
telah dan selalu diaudit oleh auditor yang
independen.
71
4.7 Analisis Data
4.7.1 Uji Partial Least Square (PLS)
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Structural Equation
Model (SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS)
yaitu software Smart PLS versi 2.0.M3. Adapun alasan peneliti menggunakan
metode ini, karena penelitian ini terdiri dari 3 variabel eksogen, variabel
dalam penelitian ini bersifat laten karena memerlukan indikator atau
pernyataan-pernyataan untuk menjelaskannya serta sampelnya yang tidak
terlalu besar sehingga alat analisis yang cocok adalah dengan menggunakan
PLS.
PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar
variabel laten, PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk
dengan indikator refleksif dan formatif dan ukuran sampel tidak terlalu besar.
Menurut Ghozali (2008) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan
prediksi. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikatagorikan
menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk
menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path
estimate) yang menghubungakan variabel laten dan antar variabel laten dan
blok indikatornya (loading). Ketiga adalah berkaitan dengan mean dan lokasi
parameter (nilai konstan regresi) untuk indikator dan variabel laten.
72
Dalam analisis dengan menggunakan PLS ada beberapa hal yang
dilakukan yaitu:
a. Menilai outer model atau measurement model.
Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity dan Composite Reliability.
Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score/componen score yang
dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut
Chin (1998) dalam Ghozali (2008) untuk penelitian tahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap
cukup memadai.
Discriminant Validity dari model pengukuran dengan refleksif
indikator dinilai berdasarkan Cross Loading pengukuran dengan
konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada
ukuran pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai Discriminant
Validity adalah membandingkan nilai square root of average variance
extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya dalam model (Ghozali, 2008). Jika nilai akar kuadrat
73
AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk
dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai
discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih
besar 0.5 (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Imam Ghozali, 2008).
b. Menilai Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antar variabel laten, nilai signifikansi dan R-square dari model
penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square
untuk konstruk dependen dan uji t serta signifikansi dari koefisien
parameter jalur struktural.
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square
untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat
digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang
substantif (Ghozali, 2008).
c. Mengkonstruksi diagram Jalur
d. Estimasi
Nilai estimasi koefisien jalur antara konstruk harus memiliki nilai
yang signifikan. Signifikansi hubungan dapat diperoleh dengan prosedur
Bootstrapping. Nilai yang dihasilkan berupa nilai T statistik yang
74
kemudian dibandingkan dengan t tabel. Apabila nilai t statistik > t tabel
maka nilai estimasi koefisien jalur tersebut signifikan.
e. Goodness of fit
Goodness of fit dalam PLS dibagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut:
1) Outer Model
Wiyono (2011) menyatakan kriteria penilaian yang digunakan dalam
menilai indikator adalah:
a) Convergent Validity nilai loading factor 0.5 sampai 0.6
b) Discriminant Validity nilai korelasi cross loading dengan
variable latennya harus lebih besar dibandingkan dengan
korelasi terhadap variable laten yang lain.
c) Nilai AVE harus diatas 0.5
d) Nilai Composite reliability yang baik apabila memiliki nilai ≥
0.7.
2) Inner Model
Goodness of fit pada inner model diukur dengan menggunakan
R square variable laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat
digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang
substantif.
75
f. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada pengujian inner model
yaitu:
1) T statistik
Apabila koefisien t statistik menunjukkan koefisien yang lebih
besar dari t tabel, hasil ini menggambarkan variabel tersebut
signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
bermakna variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Variabel
eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogen apabila hasil t
statistik lebih besar dari t tabel.
2) Path Coefficients
Nilai path coefficients menunjukkan koefisien hubungan antara
variabel laten dengan variabel laten lainnya.
3) Pengujian Variabel Intervening
Pengujian variabel intervening ini dapat dilihat dari
perbandingan pengaruh langsung dengan total effect, apabila pengaruh
langsung lebih kecil daripada total effect maka terbukti bahwa variabel
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening.
76
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Karakteristik Responden
Jumlah kuesioner menunjukkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria
penelitian: (1) Semua pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan
transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas di PTN
Provinsi Bali yaitu bagian keuangan pada kantor pusat di setiap PTN di Provinsi Bali
adalah sebanyak 105 responden. Sisanya dinyatakan gugur karena tidak memenuhi
kriteria penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
5.1 :
Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
NO. NAMA PTN
JUMLAH
POPULASI
(Orang)
JUMLAH
SAMPEL
(Orang)
1. Universitas Udayana 770 35
2. Politeknik Negeri Bali 197 31
3. Institut Seni Indonesia 256 16
4. Universitas Pendidikan Ganesha 322 23
Total 1545 105
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
77
Tabel 5.2 Rincian pengiriman dan pengembalian kuesioner
KETERANGAN JUMLAH
Kuesioner yang disebarkan 105
Kuesioner yang tidak kembali 3
Kuesioner yang dikembalikan 102
Kueisioner yang digugurkan (tidak lengkap
pengisiannya) 3
Kuesioner yang digunakan 99
Tingkat pengembalian 97%
Sumber: Data diolah (2014)
Kuisioner yang disebar dalam penelitian adalah sebanyak 105 kuisioner sesuai
dengan jumlah sampel, jumlah kuisioner yang dikembalikan adalah sebanyak 102
kuisioner sehingga ada 3 kuisioner yang tidak dikembalikan. Tingkat pengembalian
kuisioner ini termasuk tinggi yaitu sebesar 97%. Dari 102 kuisioner yang
dikembalikan, ada 3 kuisioner yang tidak lengkap sehingga dikeluarkan dari sampel.
Jadi sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 99.
5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Data responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini:
78
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
Dari hasil Tabel 5.3. terlihat bahwa responden berusia 30-39 tahun memiliki
persentase paling banyak yaitu sebesar 39,4% atau 39 responden dan responden
berusia lebih dari 50 tahun memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 11,1% atau
11 responden. Responden dengan kelompok usia 20-29 memiliki presentase 25,3%
atau 25 responden. Responden dengan usia 40-49 tahun memiliki persentase 24,2%
atau 24 responden.
5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 48 48,5%
2 Perempuan 51 51,5%
Total 99 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
No Usia Jumlah Persentase
1 20 -29 tahun 25 25.3%
2 30-39 tahun 39 39.4%
3 40-49tahun 24 24.2%
4 ≥50 tahun 11 11.1%
Total 99 100%
79
Berdasarkan Tabel 5.4. terlihat bahwa responden perempuan memiliki
persentase lebih besar yaitu sebesar 51% atau 51 responden. Responden laki-laki
memiliki presentase 48,5% atau 48 responden.
5.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1 SMA 14 14,1%
2 Diploma 17 17,2%
3 S1 61 61,6%
4 S2 7 7,1%
Total 99 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendidikan S1
dengan persentase 61,6% atau sebanyak 61 responden. Responden dengan pendidikan
terakhir SMA memiliki persentase 14,1% atau 14 responden. Responden
berpendidikan Diploma memiliki presentase 17,2% atau sebanyak 17 responden.
Responden dengan pendidikan terakhir S2 memiliki persentase paling sedikit sebesar
7,1% atau sebanyak 7 responden.
5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Data responden berdasarkan lama bekerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
80
Tabel 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No. Lama Bekerja Jumlah Persentase
1 1 – 5 tahun 46 46,5%
2 5 – 10 tahun 22 22,2%
3 10 –15 tahun 20 20,2%
4 > 15 tahun 11 11,1%
Total 99 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa responden yang memiliki lama bekerja
1–5 tahun memiliki persentase paling besar yaitu 46,5% atau 46 responden dan
responden yang memiliki lama bekerja lebih dari 15 tahun memiliki persentase paling
kecil yaitu sebesar 11,1% atau 11 responden. Responden yang memiliki lama kerja 5–
10 tahun memiliki presentase 22,2% atau 22 responden. Responden yang memiliki
lama bekerja 10–15 tahun memiliki persentase 20,2% atau 20 responden.
5.2. Uji Partial Least Square (PLS)
5.2.1. Penilaian Outer Model (Measurement Model)
Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity dan Composite Reliability (Ghozali, 2008). Gambar full model
persamaan struktural untuk menilai outer model dengan menggunakan Smart PLS
versi 2.0 dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.
81
Gambar 5.1. Full Model StrukturaL
Keterangan:
PI : Pengendalian Internal
KAA : Ketaatan Aturan Akuntansi
AI : Asimetri Informasi
KKA : Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
AK : Akuntabilitas Keuangan
82
Tabel 5.7. Hasil Uji Outer Model
Variabel Indikator Loading Composite
Reliability
PI
(Pengendalian
Internal)
PI1 0.844
0.894
PI2 0.838
PI3 0.827
PI4 0.810
PI5 0.630
KAA
(Ketaatan Aturan
Akuntansi)
KAA1 0.855
0.927
KAA2 0.666
KAA3 0.788
KAA4 0.861
KAA5 0.808
KAA6 0.744
KAA7 0.882
AI
(Asimetri Informasi)
AI1 0.699
0.892
AI2 0.653
AI3 0.701
AI4 0.823
AI5 0.780
AI6 0.746
AI7 0.746
KKA
(Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi)
KKA1 0.825
0.881
KKA2 0.760
KKA3 0.799
KKA4 0.745
KKA5 0.732
AK
(Akuntabilitas
Keuangan)
AK1 0.652
0.927
AK2 0.718
AK3 0.776
AK4 0.737
AK5 0.778
AK6 0.765
AK7 0.751
AK8 0.708
AK9 0.792
AK10 0.788
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
83
Setelah melakukan uji outer model terhadap variabel keefektifan
pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi,
kecenderungan kecurangan akuntansi dan akuntabilitas keuangan seperti pada
Tabel 5.7. maka didapat seluruh indikator-indikator konstruk memenuhi nilai
convergent validity dengan faktor loading > 0.5. Jadi dapat disimpulkan
bahwa, seluruh data dalam diagram full model adalah valid dan memiliki
konvergen yang baik.
Uji composite reliability seluruh variabel dinyatakan reliable apabila
nilai loading-nya di atas 0.7. Nilai Composite Reliability seluruh variabel
penelitian berada diatas 0.7, hal ini menunjukkan bahwa variabel dalam
penelitian ini reliable karena telah memenuhi kriteria Composite Reliability.
Uji discriminant validity menggambarkan korelasi antara variabel
dengan nilai korelasi cross loading seluruh indikator yang digunakan dalam
membentuk variabel laten dinyatakan valid apabila nilai korelasi cross
loading variabel latennya yang lebih besar dibandingkan dengan korelasi
terhadap variabel laten yang lain. Nilai korelasi cross loading masing-masing
variabel dijelaskan pada Tabel 5.8 sebagai berikut :
84
Tabel 5.8. Hasil Uji Discriminant Validity dengan Cross Loading
PI KAA AI KKA AK
PI1 0.844 0.597 -0.604 -0.608 0.668
PI2 0.838 0.584 -0.624 -0.651 0.677
PI3 0.827 0.577 -0.645 -0.634 0.703
PI4 0.810 0.621 -0.654 -0.623 0.640
PI5 0.630 0.484 -0.472 -0.451 0.522
KAA1 0.565 0.855 -0.554 -0.635 0.681
KAA2 0.440 0.666 -0.531 -0.554 0.599
KAA3 0.585 0.788 -0.548 -0.565 0.621
KAA4 0.666 0.861 -0.633 -0.639 0.710
KAA5 0.570 0.808 -0.610 -0.609 0.673
KAA6 0.621 0.744 -0.622 -0.590 0.680
KAA7 0.598 0.882 -0.581 -0.605 0.634
AI1 -0.474 -0.506 0.699 0.590 -0.608
AI2 -0.512 -0.576 0.653 0.612 -0.583
AI3 -0.580 -0.546 0.701 0.599 -0.658
AI4 -0.624 -0.554 0.823 0.651 -0.738
AI5 -0.623 -0.529 0.780 0.534 -0.624
AI6 -0.540 -0.519 0.746 0.565 -0.617
AI7 -0.556 -0.518 0.746 0.515 -0.627
KKA1 -0.609 -0.596 0.638 0.825 -0.712
KKA2 -0.546 -0.517 0.607 0.760 -0.641
KKA3 -0.618 -0.568 0.600 0.799 -0.666
KKA4 -0.586 -0.626 0.632 0.745 -0.680
KKA5 -0.547 -0.580 0.578 0.732 -0.681
AK1 0.548 0.605 -0.589 -0.708 0.652
AK2 0.599 0.617 -0.607 -0.732 0.718
AK3 0.691 0.613 -0.684 -0.635 0.776
AK4 0.509 0.590 -0.621 -0.623 0.737
AK5 0.642 0.655 -0.671 -0.601 0.778
AK6 0.662 0.623 -0.695 -0.627 0.765
AK7 0.598 0.602 -0.654 -0.617 0.751
AK8 0.575 0.587 -0.585 -0.705 0.708
AK9 0.708 0.613 -0.703 -0.653 0.792
AK10 0.522 0.620 -0.660 -0.644 0.788
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
85
Hasil pada Tabel 5.8. menunjukkan bahwa nilai korelasi korelasi
konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk
lainnya, maka hal tersebut menunjukkan konstruk laten telah memprediksi
ukuran pada blok variabel konstruk lebih baik daripada ukuran pada blok
lainnya.
Discriminant validity juga dapat ditunjukkan dengan membandingkan
square root AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya.
Tabel 5.9. Hasil Uji Discriminant Validity dengan Square Root AVE
Variabel PI KAA AI KKA AK
PI 0.794
KAA 0.523 0.804
AI 0.577 0.529 0.738
KKA 0.567 0.560 0.626 0.773
AK 0.661 0.673 0.752 0.767 0.748
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Tabel 5.9. menunjukkan bahwa Discriminant Validity tercapai karena
nilai Square Root AVE pada masing-masing konstruk lebih besar dari 0.5,
selain itu hasil di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel memiliki
nilai Square Root AVE yang lebih besar dari nilai konstruk lainnya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa model penelitian telah memenuhi kriteria Uji Partial
Least Square dengan ukuran Outer Model (Measurement Model).
86
5.2.2. Pengujian Inner Model
Tabel 5.10. Hasil Pengujian Inner Model dengan ukuran R-Square
Variabel R-Square
Pengendalian Internal
Ketaatan Aturan Akuntansi
Asimetri Informasi
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi 0.712
Akuntabilitas Keuangan 0.882
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Tabel 5.10. menunjukkan nilai R-square variabel terikat
kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 0.712 dan variabel
akuntabilitas keuangan sebesar 0,882. Berdasarkan Tabel 5.10. koefisien
determinasi R square menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan
dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi,
asimetri informasi dan kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 88,2%,
sisanya 11,8% dipengaruhi faktor lain yang tidak ada dalam model.
Sedangkan, R square kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 71,2%
artinya kecenderungan kecurangan akuntansi merupakan variabel intervening
yang cukup kuat karena dipengaruhi oleh variabel eksogen yaitu keefektifan
pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi 71,2%
sisanya 28,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
87
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ukuran kriteria pengukuran
Inner Model didapatkan bahwa model penelitian telah memenuhi kriteria
Inner Model.
5.3. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis didapatkan dari pengujian Bootstrapping dengan
menggunakan bantuan software SmartPLS 2.0. Hasil pengujian disajikan pada
gambar di bawah ini :
89
5.3.1 T Statistik
Variabel eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogennya
apabila hasil t statistik > t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil t statistik masing-
masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut :
Tabel 5.11. Hasil Pengujian Hipotesis
Path
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
PI -> AK 0.152 0.164 0.064 0.064 2.386
KAA -> AK 0.221 0.215 0.059 0.059 3.780
AI -> AK -0.318 -0.317 0.078 0.078 4.075
PI -> KKA -0.247 -0.253 0.109 0.109 2.269
KAA -> KKA -0.278 -0.281 0.094 0.094 2.963
AI -> KKA 0.401 0.393 0.093 0.093 4.307
KKA -> AK -0.343 -0.340 0.060 0.060 5.756
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Tabel 5.11. menunjukkan bahwa nilai t statistik pada masing-masing
variabel signifikan karena memiliki nilai t statistik > 1.96 (Sig=5%). Hasil
original sample yang bernilai negatif menunjukkan pengaruh yang
berlawanan (negatif) antar variable dan hasil original sample yang bernilai
positif menunjukkan pengaruh yang searah (positif).
90
5.3.2 Path Coefficients
Tabel 5.12. Hasil Path Coefficients
Path Path Coefficients Total Effect
PI -> KKA -0.247 -0.247
KAA -> KKA -0.278 -0.278
AI -> KKA 0.401 0.401
KKA -> AK -0.343 -0.343
PI -> AK 0.152 0.237
KAA -> AK 0.221 0.316
AI -> AK -0.318 -0.456
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan
keefektifan pengendalian internal berpengaruh pada akuntabilitas organisasi
sebesar 0.152 disertai dengan meningkatnya total effect sebesar 0.237. Maka
hasil ini mendukung hipotesis pertama, yaitu keefektifan pengendalian
internal berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan pengaruh
ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.221 disertai
dengan meningkatnya total effect sebesar 0.316. Maka hasil ini mendukung
hipotesis kedua, yaitu ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada
akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan.
Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan asimetri
informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sebesar -0.318 disertai
dengan meningkatnya total effect sebesar -0.456. Maka hasil ini mendukung
91
hipotesis ketiga, yaitu asimetri informasi berpengaruh negatif pada
akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
92
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas organisasi
melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil path coefficients menunjukkan keefektifan pengendalian internal
berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.152 dan t statistik 2.386 >
t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil ini konsisten dengan penelitian Primayoni et al. (2014)
yang telah dilakukan yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal
berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggungjawaban
pengelolaan dana instansi pemerintah, organisasi dituntut untuk menerapkan suatu
pengendalian yang efektif dan efisien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tresnawati (2011), yang menunjukkan bahwa efektivitas
pengendalian internal berpengaruh positif pada kinerja Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bandung. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kartika
(2013) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah dan kualitas
laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan pada
pemerintah daerah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat. Serta dalam penelitian
Widyaningsih et al. (2011) yang menyatakan apabila sistem pengendalian intern
berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang
berkualitas, tentunya hal tersebut akan mendorong meningkatnya kualitas
74
93
akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan
hasil penelitian Nugraha (2011) bahwa sistem pengendalian intern secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas aset tetap di pemerintah
kota Cimahi. Sesuai dengan penelitian Isvihana (2011) yang menunjukan bahwa
pengendalian intern memiliki pengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengendalian intern akan berpengaruh baik
dalam meningkatkan atau menurunkan akuntabilitas publik. Sesuai dengan teori
menyatakan bahwa untuk mendukung akuntabilitas dibutuhkan adanya sistem
pengendalian intern dan ekstern yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Kresiadanti (2012) yang
menjelaskan dalam penelitiannya berkaitan dengan internal control dan internal
auditor terhadap akuntabilitas bahwa terdapat hubungan internal control
(pengendalian intern) terhadap akuntabilitas.
Pada penelitian ini keefektifan pengendalian internal secara tidak langsung
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar
0.237. Sehingga hipotesis pertama berhasil membuktikan bahwa keefektifan
pengendalian internal berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti
dengan meningkatnya keefektifan pengendalian internal yang disertai dengan
kecenderungan kecurangan akuntansi yang menurun akan menghasilkan akuntabilitas
94
organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian mengenai pengaruh
tidak langsung dari variabel keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari
Wilopo (2006), menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi, penelitian oleh juga menyatakan bahwa
pengendalian internal yang efektif akan mengurangi kecenderungan kecurangan
akuntansi, dan juga beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Novita (2012),
Meliany et al. (2012), Fauwzi (2011), Thoyibatun (2012), Rahmawati (2012) dan
Kusumastuti (2012) yang menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan
penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam
organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi.
6.2 Pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil path coefficients menunjukkan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
positif pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.221 dan t statistik 3.780 > t tabel 1.96
(Sig=5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zirman et al. (2010)
menyatakan ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan
signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian dari Hapsari
(2013) juga menyatakan hasil analisis data, bahwa ketaatan pada peraturan
perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
95
instansi pemerintah. Menurut Yue (2010), Hal ini memberikan gambaran bahwa
penerapan akuntabilitas keuangan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan
berpengaruh positif dan signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Riantiarno (2011) yang
menyatakan bahwa variabel ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Pada penelitian ini ketaatan aturan akuntansi secara tidak langsung
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar
0.316. Sehingga hipotesis kedua berhasil membuktikan bahwa ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti dengan meningkatnya
ketaatan aturan akuntansi yang disertai dengan menurunnya kecenderungan
kecurangan akuntansi akan menghasilkan akuntabilitas organisasi yang semakin baik.
Hasil ini sesuai dengan penelitian mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel
ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari Kusumastuti (2012), bahwa ketaatan
aturan akuntansi akan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi yang
dilakukan oleh manajemen. Hal ini juga sesuai dengan beberapa yaitu penelitian dari
Wilopo (2006), Thoyibatun (2009), Rahmawati (2012) juga menunjukkan bahwa
ketaatan terhadap aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
96
kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001)
yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi
dapat menurunkan kinerja organisasi.
6.3 Pengaruh asimetri Informasi pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil path coefficients menunjukkan asimetri informasi berpengaruh negatif
pada akuntabilitas organisasi sebesar -0.318 dan t statistik 4.075 > t tabel 1.96
(Sig=5%). Hasil ini konsisten dengan penelitian Priyanto et al. (2014) yang
menyatakan bahwa asimetri Informasi berpengaruh signifikan terhadap tata kelola
perusahaan, salah satu indikatornya adalah akuntabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya asimetri informasi yang tinggi, tata kelola perusahaan akan lebih
buruk dan begitu sebaliknya, apabila asimetri informasi rendah maka tata kelola
perusahaan akan lebih baik.
Pada penelitian ini asimetri informasi secara tidak langsung berpengaruh pada
akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai
variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar -0.456. Sehingga
hipotesis ketiga berhasil membuktikan bahwa asimetri informasi berpengaruh pada
akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai
variabel intervening yang berarti dengan menurunnya asimetri informasi yang disertai
dengan menurunnya kecenderungan kecurangan akuntansi akan menghasilkan
akuntabilitas organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian
97
mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel asimetri informasi pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari
Petra (2008), Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa bahwa asimetri informasi yang
terjadi akan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada
akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan
bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan
kinerja organisasi.
98
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, landasan teori, bukti
empiris, hipotesis, dan hasil pengujian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Keefektifan pengendalian internal berpengaruh positif pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan
meningkatnya keefektifan pengendalian internal maka kecenderungan kecurangan
akuntansi akan menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin
baik.
2) Ketaatan aturan akuntansi pengaruh positif pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan meningkatnya
ketaatan aturan akuntansi maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan
menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik.
3) Asimetri informasi pengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan menurunnya asimetri
informasi maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan menurun sehingga
akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik.
99
7.2 Saran
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan sehingga masih perlu untuk
disempurnakan. Saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1) Penelitian ini dilakukan di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali di bawah
pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saja. Pada penelitian
selanjutnya disarankan mencakup penelitian di Perguruan Tinggi Negeri di
Provinsi Bali di bawah pengelolaan Kementrian lain misalnya Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar di bawah Kementrian Agama (Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013), Poltekkes Kesehatan
Denpasar di bawah pengelolaan Kementrian Kesehatan (Surat Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 298/Men.Kes-
Kesos/SK/IV/2001) dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali di bawah pengelolaan
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 102 tahun 1993).
2) Penelitian selanjutnya disarankan menentukan sampel dengan kriteria
pendidikan terakhir dan pengalaman kerja. Staff dengan pendidikan terakhir
yang lebih tinggi dan pengalaman bekerja yang lebih lama diharapkan lebih
mampu memahami faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi
akuntabilitas.
3) Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kecenderungan kecurangan
akuntansi mampu menjadi variabel intervening, maka disarankan pihak
100
Perguruan Tinggi Negeri mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi
untuk meningkatkan akuntabilitas organisasi. Salah satu caranya adalah
dengan meningkatkan pengendalian dan disiplin para pegawai. Selain itu
diperlukan suatu upaya peningkatan moral pegawai dan mengurangi
terjadinya perbedaan informasi, sehingga kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat dikurangi dan bisa meningkatkan akuntabilitas organisasi.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L. J., Parker, Susan., Peters, Gary F. 2002. Audit Committee
Characteristics and Financial Statement: A Study of the Efficacy of Certain Blue
Ribbon Committee Recommendation. Working paper. www.ssrn.com.
Adelin, Vani dan Fauzihardani, Eka. 2013. Pengaruh Pengendalian Internal,
Ketaaatan pada Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan Terhadap Perilaku
Tidak Etis. WRA, Vol: 1, No. 2, Oktober 2013.
AICPA. 2003. Auditor‟s Responsibility for Fraud Detection. Journal of
Accountancy. (serial online), Jan.-Mar., [diakses 22 Maret 2014]. Available from:
URL: http://www.aicpa.org/PUBS/JOFA.
Alvin, A. Arens., Ellder, J. Ronald., Beasley, Mark S. 2008. Auditing dan
Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi. Erlangga: Jakarta.
Aranta, Petra Zulia. 2008. “Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri
Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi” (skripsi). Padang:
Universitas Negeri Padang.
Arifiyadi, Teguh. 2008. Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya
di Indonesia. (serial online), Jul.-Sept., [diakses 15 September 2014]. Tersedia: URL:
http://blogs.depkominfo.go.id/itjen/2008/12/19/konsep-tentang akuntabilitas-dan-
implementasinya-di-indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta: Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2014. Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2014.
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Erlangga:
Jakarta.
. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga:
Jakarta.
Boynton, W. C., Johnson, R.N., Kell, W.G. 2006. Modern Auditing. Eight
Edition: John Wiley and Son. Inc.
102
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, (serial online), [diakses 10 Oktober
2014]. Tersedia: URL: http://www.evaluasi.dikti.go.id.
Dewi, Sarita Permata. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada
SPBU Anak Cabang Perusahaan RB. Group). Jurnal Nominal. Vol: 1, Nomor 1. hal.
1 – 22.
Eisenhardt, Kathleem M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.
Academy of Management Review, 14, 57-74.
Fauwzi. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi
Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis 2nd Edition. New Jersey, USA:
Prentice Hall International, Inc.
Garnita, Nita. 2008. “Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi
Pemerintah (Studi Kasus Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik)” (tesis).
Bandung: Universitas Widyatama.
Gaviria, A. 2001. Assessing the Effects of Corruption and Crime on Firm
Performance. Working Paper. di-download dari Social Science Research Network.
Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hadiprajitno, P. Basuki. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola
Perusahaan dan Biaya Keagenan di Indonesia. (Studi Empirik pada Perusahaan di
Bursa Efek di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol. 9, No. 2. hal. 97 –
127.
Hapsari, Dian Tri. 2013. ”Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan, Kompetensi Aparatur
Pemerintah Daerah dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Lumajang)” (skripsi).
Jember: Universitas Jember.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA
Seksi 316. Pertimbangan Atas Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan.
103
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Pemeriksaan Akuntan
Publik. SA Seksi 240. Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam
Suatu Audit atas Laporan Keuangan.
Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan.
Salemba Empat. Jakarta.
Isvihana. 2011. “Pengaruh Pengendalian Intern dan Audit Kinerja Terhadap
Akuntabilitas Publik (Pada Pemerintah Kota Bandung)”(skripsi). Bandung:
Universitas Komputer Indonesia.
Kartika, Indriya. 2013. “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya Terhadap
Akuntabilitas Keuangan (Penelitian Pada Laporan Realisasi Anggaran di Pemerintah
Daerah Kabupaten Wilayah Provinsi Jawa Barat)”(skripsi). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Khang, K. dan Tao Hsien, Dolly King. 2002. Is Devidend Policy Related to
Information Asymmetry? Evidence from Insider Trading Gains. Working Paper.
www.ssrn.com.
Kohlberg, L. 1969. Stage and sequence: The cognitive-development approach
moral action to socialization. In D. A. Goslin (Ed). Handbook of socialization theory
and research. Chicago: RandMcNally. p.347-480.
Kresiadanti, Anastasia Rasia Rahma. 2012. “Pengaruh Internal Control dan
Internal Auditor terhadap Akuntabilitas di Universitas Brawijaya” (skripsi). Malang:
Universitas Brawijaya.
Kusumastuti, Nur Ratri. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai
Variabel Intervening” (skripsi). Semarang: Unversitas Diponegoro.
LAN, BPKP. 2003. Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah, Modul
Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Lembaga
Administrasi Negara. Jakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Meliany, Lia dan Ernawati, Herna. 2009. Pengaruh Keefektifan Pengendalian
Internal dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi. Journal dan Proceeding Universitas Jenderal Soedirman, Vol: 3, No.1.
Hal. 1-10.
104
Mulyadi. 2002. Auditing. Yogyakarta: Salemba Empat.
Nasution, Marihot dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007.
Nugraha, Darya Setia. 2010. The Influence Of Internal Control System To
The Reliability Of Local Goverment Financial Statement (Case Study at Pemerintah
Provinsi Jawa Barat). Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi, Vol: 2,
No. 2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor. 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Primayoni, R., Adiputra, P., dan Sujana, Edy. 2014. “Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran dan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada SKPD Kabupaten Klungkung)”
(tesis). Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha.
Priyanto, E., Maryunani., Mazkie, Ghozali dan Khusaini, M. 2014. Effects Of
Asymmetric Information, Transaction Cost To Corporate Governance, And Public
Organization Performance. IOSR Journal of Business and Management.
Puspasari, Novita dan Suwardi, Eko. 2012. Pengaruh Moralitas Individu dan
Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi
Eksperimen Pada Konteks Pemerintahan Daerah). Simposium Nasional Akuntansi 15.
Radar Bali. 2010. Terdakwa Korupsi ISI Denpasar Nangis, Minta Rektor
Dijadikan Terdakwa Utama. (serial online), [diakses 24 Desember 2013]. Tersedia:
URL: http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=6688&l=terdakwa-korupsi-isi
denpasar-nangis-minta-rektor-dijadikan-terdakwa-utama.
Rahmawati, Ardiana Peri. 2012. “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan
Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi” (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
105
Ramandei, Pilipus. 2009. “Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan
Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jaya Pura)” (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Rasul, S. 2000. Pengukuran Kinerja: Suatu Tinjauan pada Instansi
Pemerintah. BPKP.
Riantiarno, Reynaldi dan Azlina, Nur. 2011. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu). Jurnal Pekbis, Vol: 3, No.3.
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi (Drs. Benjamin Molan), Edisi
Bahasa Indonesia, Klaten: PT. INTAN SEJATI.
Sadjiarto, Arja. 2000. Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintah.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol: 2, No. 2. Hal. 138-150.
Schiff, M. and Lewin, A. 1970. The Impact of People on Budgets. The
Accounting Review, Volume: 45, p. 259 -268.
Scott, William. R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition.
Canada: Prentice-Hall Canada Inc.
Smith, R., Tiras, Sam., and Vichitlekarn, Stan, 1997. The Interaction Between
Internal Control Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working
Paper. Di download dari Social Science Research Network.
Sugijanto, Gunardi H., Robert dan Loho, Sonny. 1995. “Akuntansi
Pemerintahan dan Organisasi Non Laba”. Malang: Unibraw.
Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
The Committee of Sponsoring Organizations of the Tread way Commission
(COSO). 2009. Fraudulent Financial Reporting : 1998 – 2007, An Analysis of U.S.
Public Company. USA.
Thoyibatun, Siti. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku
Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap
Kinerja Organisasi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol: 16, No. 2. Hal. 245 – 260.
Tresnawati, Rina. 2011. “Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap
Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung” (skripsi).
Bandung: Universitas Widyatama.
106
Uma Sekaran. 2007. Research Methods For Business. Salemba Empat:
Jakarta.
Widyaningsih, Aristanti., Triantoro, Arvian dan Widyantoro, Lili Sugeng.
2011. Hubungan Efektivitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian
Intern dengan Kualitas Akuntabilitas Keuangan: Kualitas Informasi Laporan
Keuangan sebagai Variabel Intervening (Penelitian pada Laporan Realisasi Anggaran
di Pemda Kabupaten/Kota Wilayah Provinsi Jawa Barat). Simposium Nasional
Akuntansi XIV. Aceh.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan
Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Wisnumurti, Andhika. 2010. “Analisis Pengaruh Corporate Goverance
Terhadap Hubungan Asimetris Informasi dengan Praktik Manajemen Laba” (skripsi).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Wolk, H. I. and Tearney, Michael G. 1997. Accounting Theory: A Conceptual
and Institusional Approach 4th ed. Ohio, South-Western College Publishing.
Wright, P., A. Mukherji and Kroll, M.J. 2001. “A Reexamination of Agency
Theory Assumptions: Extensions and Extrapolations.” Journal of Socio- Economics,
Vol: 30, No. 5, pp. 413-429.
Waworuntu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Depok:Departemen Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Wiyono, Gendro. 2001. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis
SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yue, Marion Yulian. 2010. “Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah
Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan, dan Ketaatan Terhadap Peraturan
Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) (Studi pada
satuan kerja perangkat daerah kota Tembilahan)” (skripsi). Riau: Universitas Riau.
Zirman., Darlis, Edfan dan Rozi, R., Muhammad. 2010. Pengaruh
Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan,
Motivasi Kerja, dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Ekonomi, Vol: 18, No. 1.
107
Lampiran 1
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun
penelitian
Kesimpulan hasil penelitian Variabel
1
Wilopo
(2009)
Perilaku tidak etis manajemen
dan kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat diturunkan
dengan meningkatkan
keefektifan pengendalian
internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen,
serta menghilangkan asimetri
informasi.
Penelitian menggunakan variabel
pengendalian intern, kepatuhan
akuntansi, moralitas manajemen,
asimetri informasi, kecenderungan
kecurangan akuntansi, perilaku
tidak etis.
2
Thoyibatun
(2012)
Kecenderungan kecurangan
akuntansi dipengaruhi
kejadiannya oleh faktor
kesesuaian sistem pengendalian
internal, sistem kompensasi,
ketaatan terhadap aturan dan
perilaku tidak etis. Perilaku tidak
etis sebagai salah satu faktor
kuat yang berpengaruh terhadap
semakin naiknya kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Kecenderungan kecurangan
akuntansi berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja tidak
terbukti dalam penelitian ini.
Penelitian menggunakan variabel
pengendalian internal, ketaatan
aturan akuntansi, kecenderungan
kecurangan akuntansi.
3 Fauwzi (2011) Pengendalian internal dan
moralitas manajemen
berpengaruh negatif terhadap
perilaku tidak etis dan
kecenderungan kecurangan
akuntansi, sedangkan kesesuaian
kompensasi tidak memiliki
pengaruh terhadap perilaku tidak
Penelitian menggunakan variabel
keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, moralitas
manajemen, perilaku tidak etis dan
kecenderungan kecurangan
akuntansi.
108
etis dan berpengaruh positif
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
4 Kusumastuti
(2012)
Faktor keefektifan pengendalian
internal, kesesuaian kompensasi,
ketaatan aturan akuntansi,
asimetri informasi, dan moralitas
manajemen berpengaruh
signifikan terhadap perilaku
tidak etis. Sedangkan perilaku
tidak etis berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Tetapi
penelitian ini juga menunjukan
bahwa faktor keefektifan
pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, ketaatan
aturan akuntansi, asimetri
informasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi, sedangkan moralitas
manajemen berpengaruh
signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi.
Penelitian menggunakan variable
keefektifan pengendalian internal,
ketaatan aturan akuntansi,
kesesuaian kompensasi, asimetri
informasi, moralitas manajemen,
kecenderungan kecurangan
akuntansi perilaku tidak etis.
5 Rahmawati
(2012)
Pengendalian internal yang
efektif, ketaatan manajemen
terhadap aturan akuntansi, dan
semakin tinggi moralitas yang
dimiliki tiap manajemen
berpengaruh secara signifikan
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi,sedangkan
pemberian kompensasi dan
adanya asimetri informasi tidak
mempengaruhi adanya
kecenderungan kecurangan
akuntansi secara signifikan.
Penelitian menggunakan variabel
Keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, ketaatan
aturan akuntansi, asimetri
informasi, dan moralitas
manajemen, kecenderungan
kecurangan akuntansi.
109
6 Riantiarno et al.
(2011)
Ketaatan pada peraturan
perundangan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Sedangkan
untuk variabel penerapan
akuntabilitas keuangan tidak
berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
Penelitian menggunakan variable
Penerapan Akuntabilitas Keuangan,
Ketaatan pada Peraturan
Perundangan, Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
7 Aranta (2008) Moralitas aparat berpengaruh
signifikan negatif terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi, asimetri informasi
berpengaruh signifikan positif
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Penelitian menggunakan variable
moralitas aparat, asimetri informasi
dan kecenderungan kecurangan
akuntansi.
8 Garnita (2008) Akuntabilitas terbukti
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja.
Penelitian menggunakan variable
Akuntabilitas dan variabel Kinerja
Instansi Pemerintah.
9 Gaviria (2001) Korupsi memiliki efek yang
nyata pada hasil ekonomi dari
perusahaan. korupsi dan
kejahatan secara substansial
mengurangi daya saing .
Penelitian menggunakan variable
korupsi, kejahatan, hasil ekonomi.
10 Pilupus (2009) Karakteristik sasaran anggaran
(Partisipasi Anggaran, kejelasan
sasaran anggaran, umpan balik
anggaran dan evaluasi anggaran)
tidak bepengaruh terhadap
Kinerja Manajerial. Sedangkan
system pengendalian intern
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial aparat
pemerintah daerah.
Penelitian menggunakan variable
karakteristik sasaran anggaran,
sistem pengendalian internal dan
kinerja managerial.
11 Dewi (2012) Pengendalian Internal
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja
Karyawan dan Gaya
Kepemimpinan berpengaruh
Penelitian menggunakan variable
pengendalian internal, gaya
kepemimpinan dan kinerja
karyawan.
110
positif dan signifikan terhadap
Kinerja Karyawan
12
Meliany et al.
(2012)
Keefektifan pengendalian
internal dan kesesuaian
kompensasi secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh
secara signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi. Keefektifan
Pengendalian Internal secara
statistik memiliki pengaruh
secara positif terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi. kesesuaian
kompensasi secara statistik
memiliki pengaruh secara positif
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Penelitian menggunakan variable
keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi dan
kecenderungan kecurangan
akuntansi.
13 Primayoni et al.
(2014)
Efektivitas Pengendalian
Internal berpengaruh positif
terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Penelitian menggunakan variabel
kejelasan sasaran Anggaran,
efektivitas pengendalian internal
dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah
14 Tresnawati
(2011)
Pengendalian internal
mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja.
Penelitian menggunakan variabel
pengendalian internal dan kinerja.
15 Kartika (2013) Sistem pengendalian intern
berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
Penelitian menggunakan variabel
sistem pengendalian intern
pemerintah, kualitas laporan
keuangan, akuntabilitas keuangan.
16 Widyaningsih et
al. (2011)
Sistem akuntansi keuangan
daerah telah berjalan dengan
sangat efektif dan sistem
pengendalian intern yang
berjalan dengan sangat baik
sehingga menghasilkan
informasi laporan keuangan
yang berkualitas, tentunya hal
tersebut akan mendorong
Penelitian menggunakan variabel
efektifitas sistem akuntansi
keuangan daerah, pengendalian
intern, kualitas akuntabilitas
keuangan dan kualitas informasi
laporan keuangan.
111
meningkatnya kualitas
akuntabilitas keuangan
pemerintah daerah.
17 Nugraha (2011) Sistem pengendalian intern
secara simultan berpengaruh
politik dan signifikan terhadap
akuntabilitas aset tetap.
Penelitian menggunakan variabel
sistem pengendalian intern,
transparansi dan akuntabilitas aset
tetap pemerintah.
18 Isvihana (2011) Pengendalian intern berpengaruh
terhadap akuntabilitas publik.
Penelitian menggunakan variabel
pengendalian intern, audit kinerja
dan akuntabilitas publik.
19 Kresiadanti
(2012)
Terbukti terdapat hubungan
internal control terhadap
akuntabilitas.
Penelitian menggunakan variabel
internal control dan internal
auditor terhadap akuntabilitas.
20 Zirman et al.
(2010)
Ketaatan pada Peraturan
Perundangan juga memiliki
pengaruh positif dan signifikan
terhadap Akuntabilitas
KinerjaInstansi Pemerintah.
Penelitian menggunakan variabel
kompetensi aparatur pemerintah
daerah, penerapan akuntabilitas
keuangan, motivasi kerja, ketaatan
pada peraturan perundangan
danakuntabilitas kinerja instansi
pemerintah
21 Hapsari (2013) Ketaatan pada Peraturan
Perundangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Penelitian menggunakan variabel
Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), Ketaatan
pada Peraturan Perundangan (KPP),
Kompetensi Aparatur Pemerintah
Daerah (KAP), Motivasi Kerja dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
22 Priyanto et al.
(2014)
Asymmetric information has
significant influence toward
corporate governance.
Penelitian menggunakan variabel
Asymmetric
Information,Transaction Cost To
Corporate Governance, And Public
Organization Performance.
112
23 Puspasari et al.
(2012)
Terdapat interaksi antara
moralitas individu dan
pengendalian internal. Kondisi
elemen pengendalian internal
tidak mempengaruhi individu
dengan level moral tinggi untuk
cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi.
Sedangkan individu dengan
level moral rendah cenderung
melakukan kecurangan
akuntansi pada kondisi tidak
terdapat elemen pengendalian
internal
Penelitian menggunakan variabel
moralitas individu, pengendalian
internal dan kecenderungan
kecurangan akuntansi.
24 Yue (2010) Penerapan akuntabilitas
keuangan dan ketaatan terhadap
peraturan perundangan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Penelitian menggunakan variabel
Kompetensi aparatur Pemerintah
Daerah, Penerapan Akuntabilitas
Keuangan, ketaatan terhadap
peraturan perundangan dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
113
KUISIONER PENELITIAN
Disusun oleh:
Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
114
Lampiran 2
Perihal : Permohonan Kesediaan menjadi Responden
Kepada Yth.
Bapak / Ibu / Sdr / Sdri
di Tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tesis pada Program Magister Akuntansi di
Universitas Udayana, maka peneliti sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr/
Sdri untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi kuisioner yang saya sertakan ini
di tengah kesibukan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri pada saat bertugas.
Kuisioner ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu jawaban
yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu
dan penelitian saya. Kuisioner ini tidak ada hubungannya dengan status dan
kedudukan di tempat kerja, sehingga saya berharap Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mengisi
kuisioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sesuai
etika penelitian, maka data yang diperoleh akan kami jaga kerahasiaannya dan hanya
akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja. Data tersebut akan dianalisis
dan disajikan secara agregat bukan secara individu.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan yang
telah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan dalam penelitian ini.
Denpasar, September 2014
Hormat saya,
Ni Luh Pt. Normadewi Abdi Pradnyani
115
Lampiran 3
IDENTITAS RESPONDEN
1. Usia anda saat ini :
a. 20 – 29 tahun. c. 40 – 49 tahun
b. 30 – 39 tahun. d. > 50 tahun
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Pendidikan formal tertinggi :
SMA
Diploma
S1
S2
4. Masa Kerja di posisi sekarang :
116
Lampiran 4
Petunjuk Pengisian
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dimohon untuk memberikan tanggapan atas pernyataan
yang ada pada kuisioner ini sesuai dengan keadaan, pendapat, perasaan
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri sebenarnya, bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat
orang lain. Pernyataan-pernyataan dalam angket ini mempunyai lima alternatif
jawaban yaitu (SS) = Sangat setuju, (S) = Setuju, (N) = Netral, (TS) =Tidak setuju,
(STS) = Sangat tidak setuju. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban
dalam angket dibawah ini sesuai dengan keadaan, pendapat, perasaan
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Akuntabilitas Keuangan
No Pernyataan Pilihan
STS TS N S SS
1 Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi di
otorisasi oleh pimpinan PTN.
2 Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi
disajikan secara transparan (adanya keterbukaan).
3 Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi telah
sesuai dengan kebutuhan dan target yang ditetapkan.
4 Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara
komprehensif (lengkap dan terperinci).
5 Sumber-sumber dan penggunaan dana harus akurat dan jelas.
6 Sumber-sumber dan penggunaan dana diketahui oleh
stakeholder (Pemberi sumber dana, Badan pengawas).
7 Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara
informatif (dapat dimengerti dan dipahami) bagi pembuat
keputusan.
8 Sumber-sumber dan penggunaan dana selalu dibuat secara periodik.
9 Laporan keuangan yang disajikan menyediakan informasi
keuangan yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode pelaporan.
10 Sistem pelaporan akuntansi dan keuangan organisasi telah dan
selalu diaudit oleh auditor yang independen (Inspektorat,
BPK).
1 of 5 Pages
117
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
No Pernyataan Pilihan
STS TS N S SS
1 Agar saldo organisasi ini tampak lebih besar, maka
wajar bila pimpinan bagian akuntansi/ keuangan di
organisasi ini memperkecil biaya-biaya yang tercatat
dalam pembukuan organisasi
2 Bagi pimpinan keuangan di organisasi ini, demi
mengamankan posisi pimpinan lembaga adalah wajar
bila catatan dan dokumen penyuapan kepada pejabat
pemerintah dihilangkan dari pembukuan
3 Bila ingin menunjukkan kinerja organisasi yang lebih
baik, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan
di organisasi ini diperkenankan untuk mengubah saldo-
saldo pada Laporan Realisasi Anggaran.
4 Pimpinan bagian keuangan di perusahaan ini, sepatutnya
berusaha untuk tidak menerima berbagai pembayaran
fiktif yang ada di organisasi
5 Pimpinan bagian akuntansi/ keuangan di organisasi ini,
seharusnya, berani menolak permintaan pimpinan
lembaga untuk membeli pengadaan barang dan jasa
dengan harga murah (di bawah harga pasar)
2 of 5 Pages
118
Keefektifan Pengendalian Internal
No Pernyataan Pilihan
STS TS N S SS
Di Organisasi tempat saya bekerja ini:
1 Penerapan wewenang dan tanggung jawab tidak terlalu
dipentingkan
2 Bila laporan keuangan perlu segera diterbitkan, maka
otorisasi transaksi dan bukti pendukung dapat diabaikan
3 Pemeriksaan fisik atas kekayaan perusahaan (kas,
persediaan dan lain-lain) hanya dilakukan pada saat
diperlukan
4 Sistem akuntansi tidak dapat mencatat seluruh informasi
kegiatan operasional organisasi
5 Pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional
untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal
(misalnya derajat keamanan kas, persediaan) tidak
dilakukan secara terus menerus.
3 of 5 Pages
119
Ketaatan Aturan Akuntansi
No Pernyataan Pilihan
STS TS N S SS
1 Dalam melaksanakan tugas, penanggung jawab
penyusunan laporan keuangan di organisasi ini perlu
mempertimbangkan kepentingan pengguna laporan
keuangan sebagai skala prioritas.
2 Dalam menyusun laporan keuangan, sangatlah sulit bagi
penanggungjawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini untuk mengungkapkan seluruh kejadian
dan transaksi keuangan yang ada di organisasi.
3 Dalam menyusun laporan keuangan, penanggung jawab
penyusunan laporan keuangan di organisasi ini harus
berusaha membebaskan diri dari berbagai pengaruh
kepentingan tertentu dari pihak lain yang bertentangan
dengan ketentuan akuntansi.
4 Dalam menyusun laporan keuangan, penanggung jawab
penyusunan laporan keuangan di organisasi ini perlu
bertindak hati-hati yang didasarkan pada keahliannya
5 Bila diminta sebagai saksi di depan pengadilan,
penangungjawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini wajib mengungkapkan rahasia dan
kejadian organisasi yang sebenarnya.
6 Bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas,
penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini tidak harus mentaati ketentuan organisasi
secara konsisten.
7 Dalam kenyataannya bila menyusun laporan keuangan,
penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini tidak perlu menggunakan standar
akuntansi keuangan.
4 of 5 Pages
120
5 of 5 Pages
Asimetri Informasi
No Pernyataan Pilihan
STS TS N S SS
1 Atas pekerjaan di bidang akuntansi, pihak luar baik
langsung atau tidak langsung, juga mengetahui seluruh
informasi yang berkaitan dengan transaksi PTN yang
mempunyai dampak keuangan.
2 Dalam PTN ini, hanya penanggung jawab penyusunan
laporan keuangan yang memahami seluruh hubungan
antara data transaksi keuangan dengan proses
penyusunan laporan keuangan.
3 Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, selalu
mengetahui dan memahami isi dan angka laporan
keuangan yang selesai dikerjakan.
4 Di PTN ini, hanya penanggung jawab penyusunan
laporan keuangan yang mengerti lika-liku pembuatan
laporan keuangan.
5 Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, juga
mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi
kegiatan pembuatan laporan keuangan.
6 Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, juga
mengetahui faktor internal yang mempengaruhi
kegiatan pembuatan laporan keuangan.
7 Di PTN ini, pihak luar baik langsung atau tidak
langsung, tidak pernah mengetahui isi dan angka yang
sebenarnya dari laporan keuangan yang disusun
perusahaan.
Terimakasih atas partisipasi Bapak/ Ibu/ Sdr/ Sdri.