PENGARUH MEDIA ILUSTRASI MUSIK TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X
(Eksperimen di SMA PGRI 22 SERPONG)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh:
Intan Febrina Wulandini
NIM : 107013000668
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011
i
ABSTRAK
Intan Febrina Wulandini, NIM 107013000668, “Pengaruh Media Ilustrasi Musik
Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI
22 Serpong).”
Media ilustrasi musik merupakan media yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi, media
ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan
sehingga para siswa pun antusias untuk belajar. Musik dapat memicu keterkaitan
besar di antara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi
dan ingatan. Menggunakan musik sebagai alat memaksimalkan potensi manusia
merupakan upaya yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong
partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan dalam fungsi-
fungsi sosial, bahasa, dan motorik. Dengan menggunakan media ilustrasi musik di
sekolah diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dan
mampu mengubah suasana lingkungan belajar siswa menjadi menyenangkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penggunaan media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas
X SMA PGRI 22 Serpong.
Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian true
experimental design (eksperimen yang betul-betul). Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian posttest-only control group design, yaitu kedua kelompok
(kelas eksperimen dan kelas kontrol) hanya diambil hasil tes akhirnya saja
(posttest). Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan
sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA PGRI 22 Serpong
sebanyak 51 siswa, 25 siswa sebagai kelas kontrol dan 26 siswa sebagai kelas
eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilakukan pada kelas X
SMA PGRI 22 Serpong menunjukan bahwa terdapat pengaruh media ilustrasi
musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Hal ini berdasarkan hasil uji t,
didapat thitung = 2,73 dan ttabel = 2,01. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ha -
diterima dan Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar yang
menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar
yang tidak menggunakan media ilustrasi musik.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan
studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pengaruh Media Ilustrasi Musik
Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI
22 Serpong).”
Dengan diselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Nurlena Rifa’I, M.A.,Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan dan dosen penasihat
akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi
dalam menyelesaikan skripsi ini;
3. Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A., dosen pembimbing, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
menyusun skripsi ini;
4. Dra. Hindun, M.Pd., sekretaris jurusan, yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama penulis belajar;
iii
6. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah
yang telah mempermudah penulis mencari referensi;
7. Drs. Samya Suryana, kepala SMA PGRI 22 Serpong, yang telah
membantu memudahkan penulis melakukan penelitian; Mueliah, S.Pd.,
guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan penelitian;
8. Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah menaruh harapan besar dan selalu
berdoa demi selesainya skripsi ini; serta seluruh keluargaku yang kucintai;
9. Sahabat-sahabat angkatan 2007 kelas A, khususnya untuk Halimah,
Nurfamelia, Hilda, Ani, Kokom, Wita, Indah, Istika dan Utami yang selalu
setia mendengarkan semua keluhan dan memberikan masukan selama
penyusunan skripsi ini.
Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Swt
memberikan balasan yang melimpah atas bantuannya dalam menyusun skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya.
Jakarta, 24 November 2011
Intan Febrina Wulandini
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II : ACUAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9
B. Hakikat Menulis .......................................................................... 11
C. Hakikat Puisi ............................................................................... 14
1. Pengertian Puisi ..................................................................... 14
2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi .................................... 17
3. Menulis Kreatif Puisi ............................................................ 30
4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi ................................... 34
D. Hakikat Media Pembelajaran ...................................................... 36
1. Pengertian Media .................................................................. 37
2. Fungsi Media Pembelajaran .................................................. 38
3. Jenis-jenis Media ................................................................... 45
4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran ........................ 47
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 55
B. Metode Penelitian........................................................................ 55
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 57
1. Angket ................................................................................... 57
2. Tes ......................................................................................... 58
D. Populasi dan Sampel ................................................................... 58
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 59
v
1. Uji prasayarat analisis ........................................................... 60
2. Pengujian Hipotesis ............................................................... 61
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................ 63
1. Profil Sekolah ......................................................................... 63
2. Visi dan Misi sekolah ............................................................. 64
3. Kurikulum sekolah ................................................................. 66
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ....................................... 67
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 69
1. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 69
2. Analisis Data .......................................................................... 86
3. Deskripsi Hasil Analisis Kuantitatif Pengujian Hipotesis ...... 96
4. Deskripsi Hasil Analisis Pengelolaan Angket ........................ 98
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 107
B. Saran ......................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 109
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Desain Metode Penelitian ..................................................................... 56
Tabel 2 Struktur Kurikulum SMA PGRI 22 Serpong Kelas X ......................... 66
Tabel 3 Data Personil SMA PGRI 22 Serpong ................................................. 68
Tabel 4 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X
(Kelas Eksperimen) ............................................................................. 86
Tabel 5 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X
(Kelas kontrol) .................................................................................... 87
Tabel 6 Data Pengolahan Hasil Posttest pada Kemampuan Menulis Puisi
Siswa Kelas X ....................................................................................... 88
Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) ........................................................... 97
Tabel 8 Hasil Angket .......................................................................................... 98
Tabel 9 Kriteria Penafsiran Angket .................................................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan salah satu dari pendidikan tentang sastra di
sekolah terutama di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk
mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses
kreatif sastra.1 Dari ketiga kompetensi tersebut, yang menjadi titik
konsentrasi dalam penelitian ini adalah proses kreatif sastra atau
pendidikan kreatif sastra yang mencoba membelajarkan peserta didik
untuk mau dan mampu menulis karya sastra.
Dari berbagai observasi yang dilakukan oleh beberapa ahli
terhadap pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah, aspek penulisan
kreatif sastra ini kurang mendapat perhatian yang serius. Tidak banyak
guru yang mempunyai metode atau model untuk melatih peserta didiknya.
Dalam strategi belajar mengajar memang sangat dituntut bagi guru
untuk menggunakan sebuah metode pembelajaran yang baik dan tepat.
Metode yang baik harus memperhatikan siswa, dalam hal ini siswa
dijadikan objek yang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu jalan
keluarnya yaitu sebuah pembelajaran dengan media yang menarik dan
dapat memancing perhatian siswa. Antusias para siswa dapat mendorong
1 Wahyudi Siswanto,Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 168-170.
2
keinginan dan keaktifan pada pembelajaran, sehingga pembelajaran
menjadi menyenangkan.
Pemanfaatan media pembelajaran yang dikelola guru secara baik
dapat membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan perkembangan
pendidikan dewasa ini, media pembelajaran memiliki banyak jenis media
yang digunakan oleh sekolah pada umumnya, diantaranya media visual
(penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual, yang masing-
masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya
masing-masing. Media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, untuk
itu perlu memilihnya dengan cermat dan benar agar dapat digunakan
secara tepat guna.
Media ilustrasi musik yaitu media yang bersifat auditif atau media
yang lebih menggunakan pendengaran seseorang. Musik pada umumnya
dapat melenturkan otot-otot yang kaku dan tegang sehingga menjadi lebih
rileks. Ini ada hubungannya dengan lingkungan belajar siswa yang
memerlukan musik dalam lingkungan belajarnya, karena kondisi fisiologis
selama melakukan pelajaran, tekanan darah dan denyut jantung cenderung
meningkat dan otot-otot menjadi tegang, lalu dengan iringan musik, siswa
mampu mengalirkan energi kreatif yang membuat pendengarnya terkejut
sekaligus gembira.2 Di sinilah peran ilustrasi musik sebagai media
2 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Bandung: Mizan Media Utama, 2003),
h. 72
3
pembelajaran sangat diperlukan, khususnya untuk meningkatkan
kemampuan menulis puisi.
Untuk merangsang imajinasi dan keinginan siswa menulis sebuah
puisi, maka penulis menggunakan ilustrasi musik sebagai media
pembelajaran agar kemampuan dan keinginan para siswa dalam menulis
puisi meningkat sehingga pembelajaran jadi menyenangkan. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle bahwa puisi merupakan
ungkapan pikiran yang bersifat musikal,3 maksudnya, puisi merupakan
ungkapan pikiran yang terdiri dari rima dan ritme sehingga pada saat
dibaca, puisi tersebut mempunyai nada yang indah, sedangkan nada adalah
unsur dari musik. Contoh musik yang dijadikan bahan media dalam
penelitian ini yaitu musik klasik karya Mozart, Bach, Beethoven, Vivaldi
dan Pachelbel.
Selama ini guru-guru di sekolah masih menggunakan cara
mengajar yang monoton dalam menyampaikan materi menulis puisi,
mereka masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan
media pembelajaran yang mendukung untuk mencapai hasil yang
memuaskan. Selain cara mengajar yang membosankan dan sangat
monoton, ditemukan juga masalah lain yang biasanya dijumpai. Masalah
itu merupakan ketidaktepatan pemilihan kata dan penggunaan gaya bahasa
dalam penulisan puisi siswa.
3 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Surakarta: Erlangga, 1995), h. 23.
4
Melihat kenyataan itu, diduga ada hubungan antara cara guru
membelajarkan siswanya dengan suasana belajar yang kurang
menyenangkan sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini
dilihat dari ketidaktertarikan siswa untuk memahami materi dan
ketidaktepatan pemilihan kata dan bahasa kiasan dalam penulisan puisi
siswa. Sehubungan dengan itu, dirumuskan langkah solusi yaitu dengan
menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan lebih inovatif
sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa ini,
metode penggunaan media ilustrasi musik merupakan metode yang dipilih
dalam penelitian ini. Pemilihan metode tersebut berdasarkan beberapa
keunggulan seperti di bawah ini:
1. Menciptakan suasana belajar terasa santai tetapi siswa tetap siap untuk
berkonsentrasi.
2. Merangsang dan memperkuat belajar.
3. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan.
4. Merangsang imajinasi para siswa.
Penerapan media pembelajaran ilustrasi musik untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kemampuan menulis puisi merupakan tindakan
yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun judul yang penulis buat
adalah “Pengaruh Media Ilustrasi Musik terhadap Kemampuan Menulis
Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong).”
5
B. Identifikasi Masalah
1. Minimnya guru Bahasa Indonesia dalam menggunakan atau
memanfaatkan media ilustrasi musik dalam meningkatkan kemampuan
menulis puisi siswa kelas X.
2. Kurangnya alat-alat pendukung saat guru akan menggunakan sebuah
media.
3. Kurangnya minat siswa dalam memahami materi menulis puisi.
4. Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan media
pembelajaran.
5. Masih ditemukan ketidaktepatan pemilihan kata dalam penulisan puisi
siswa.
6. Masih ditemukan ketidaktepatan penggunaan diksi dan gaya bahasa
dalam penulisan puisi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah penelitian yaitu: Pengaruh media ilustrasi musik
terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI 22
Serpong tahun ajaran 2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka
permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Bagaimanakah
pengaruh media ilustrasi musik pada kemampuan menulis puisi siswa
kelas X SMA PGRI 22 Serpong?
6
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media ilustrasi
musik terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI
22 Serpong.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat
bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat
memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar
mengajar terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui
media ilustrasi musik. Dengan adanya pemanfaatan media ilustrasi musik
akan memberikan daya tarik pada siswa untuk meningkatkan
kemampuannya melalui daya imajinasi dalam menuliskan sebuah cerita
sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan tidak
membosankan.
Manfaat praktis dari temuan penelitian ini bagi siswa adalah
mempermudah siswa untuk menemukan ide-ide secara cepat dan
mengembangkan imajinasi mereka dan menuangkan kata-kata indah dalam
bentuk tulisan yaitu sebuah puisi dengan memperhatikan pemilihan kata
dan bahasa kiasan yang tepat. Sedangkan bagi para guru, temuan ini
sebagai bahan masukan tentang penerapan media ilustrasi musik dalam
peningkatan kemampuan menulis puisi.
7
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah gambaran dari keseluruhan dalam
skripsi, sehingga akan mendapatkan suatu kemudahan dalam menelaah
dan memahaminya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab
yang sistematikanya sebagai berikut :
Bab Pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar
umum kepada tulisan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua membahas tentang tinjauan teoretis menulis puisi dan
media pembelajaran yang meliputi: Tinjauan Pustaka, Hakikat Menulis,
Hakikat Puisi, dan Hakikat Media Pembelajaran.
Bab ketiga membahas tentang tempat penelitian dan metodologi
pnelitian yang meliputi: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, dan Teknik Analisa Data
Bab keempat membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan
yang meliputi: Gambaran Umum Sekolah dan Hasil Penelitian.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan
saran – saran.
8
BAB II
ACUAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam
komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah
suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide/gagasan
tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain
itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menurut Tarigan, menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif.4 Tetapi dalam menulis banyak hal yang perlu
diperhatikan salah satunya penggunaan bahasa. Seorang penulis
menggunakan bahasa yang baik dan benar agar orang lain dapat mahami
tulisan.
Keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh siswa, bahkan
mahasiswa. Mereka menganggap bahwa menulis bukanlah sesuatu yang
mudah untuk dilakukan. Menulis juga dianggap suatu kegiatan yang
menjenuhkan dan membosankan. Oleh karena itu seorang guru harus
mencari dan menerapkan penggunaan media untuk meningkatkan
keterampilan menulis, misalnya menulis sebuah puisi bagi para siswa.
4 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 3-4
8
9
Penelitian tentang keterampilan menulis sudah banyak dilakukan.
Misalnya Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis
naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penulisan keterampilan menulis puisi
dengan mempergunakan media pembelajaran masih jarang dilakukan.
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti keterampilan menulis
puisi. Adapun penelitian ini berjudul, ―Pengaruh Media Ilustrasi Musik
terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA
PGRI 22 Serpong)‖.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Nurul Melti Indah yang berjudul ―Peningkatan
Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai
Tokoh dalam Cerita dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X4
SMAN 2 Tegal‖. Hasil analisis data penelitian pada siklus I diperoleh
rata-rata nilai 70. Rata-rata nilai yang dinyatakan belum menunjukan
terlihat adanya peningkatan. Akan tetapi pada siklus II terjadi peningkatan
dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 75. Rata-rata nilai tersebut
termasuk dalam kategori baik karena berada dalam rentang 70-84.
Pemerolehan nilai ini menunjukan bahwa pembelajaran menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual pada siswa X4 SMAN 4 Tegal mengalami peningkatan dan
berhasil.
Penelitian Nurul Melti Indah Septiani merupakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan ialah meneliti
10
dengan menggunakan desain penelitian eksperimen. Ada perbedaan dalam
media pembelajaran yang penulis lakukan, yaitu Nurul Melti Indah
Septiani menggunakan media audio visual, sedangkan dalam penelitian ini
peneliti menggunakan media ilustrasi musik sebagai media pembelajaran.
Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian penulis adalah
penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani yang berjudul ―Keefektifan Media
Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas
VIII Semester 2 SMPN Bandung‖. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen. Berdasarkan hasil uji statistik, bahwa keterampilan menulis
puisi lebih efektif dengan media Kartu Kata. Hal tersebut dapat dilihat dari
rata-rata (mean) nilai tes akhir yang diperoleh kelas eksperimen adalah
73,95, sedangkan nilai tes akhir kelas kontrol adalah 53,45 dengan selisih
rata-rata kedua kelas sampel yaitu 20,5. Maka dapat disimpulkan bahwa
kelas yang menggunakan media kartu kata lebih baik daripada kelas yang
tidak menggunakan kartu kata dalam pembelajaran menulis puisi.
Ada perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriyani. Perbedaan tersebut yaitu pada penggunaan media
pembelajaran, media yang dilakukan oleh Fitriyani adalah media kartu
kata sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah media ilustrasi musik.
Dengan keberhasilan penelitian Nurul Melti Indah Septiani dan
Fitriyani dalam menggunakan media pembelajaran, maka penulis juga
11
memanfaatkan sebuah pemanfaatan media, yaitu media ilustrasi musik
untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.
B. Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Menulis
adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, kegiatan menulis juga
dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan
pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menurut
Cahyani dan Hodijah, menulis dapat dikatakan:
suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-
jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis
bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat,
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.5
Walaupun kegiatan menulis itu terlihat mudah, tetapi dalam
prakteknya memang sulit untuk dilakukan. Seperti yang telah dikatakan
oleh Cahyani dan Hodijah, bahwa dalam menulis juga diperlukan
kemampuan dalam mengolah kata dan menyusun struktur tulisan yang
teratur.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.6 Menulis bukan
sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan
5Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD (Bandung:UPI
PRESS,2007), h.10 Cet. Ke 1 6 Henry Guntur Tarigan, Op.Cit., h.22
12
melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai
ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara
sistematis dan logis.
Sedangkan menurut Suparno dengan singkat mengatakan bahwa
menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.7
Melihat pengertian Suparno di atas, secara umum kita dapat menjadikan
tulisan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada si pembaca.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis merupakan kegiatan
menggambarkan sesuatu (lambang-lambang grafik) dan penyampaian
pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya, serta
mengembangkan dan menuangkan pikiran dalam struktur tulisan yang
teratur.
Adapun manfaat menulis menurut Suparno adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kecerdasan.
2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas.
3. Penumbuhan keberanian.
4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Manfaat menulis menurut Dr. Pennebaker dalam buku Quantum
Writing8 adalah sebagai berikut:
7 Suparno Mohammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),
h. 1.3 8 Hernowo, Quantum Writing Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi
Menulis (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), h. 54
13
1. Menulis dapat menjernihkan pikiran.
2. Menulis dapat mengatasi trauma.
3. Menulis dapat membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
4. Menulis dapat membantu memecahkan masalah.
5. Menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.
Manfaat menulis menurut Tarigan9 adalah:
1. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para
pelajar berpikir.
2. Menolong kita berpikir secara kritis.
3. Memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi kita.
4. Memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi.
5. Membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai
banyak manfaat, di antaranya dapat mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas, dapat mengatasi trauma, dapat memberikan informasi baru
kepada orang lain, membantu kita berpikir secara kritis, dapat menuangkan
ide atau gagasan-gagasan kita ke dalam tulisan, dan bisa mempengaruhi
pandangan orang lain.
9 Henry Guntur Tarigan, Loc.cit.
14
C. Hakikat Puisi
1. Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani
poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan.
Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai
dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.10
Menurut Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur
batinnya.11
Puisi lahir secara alamiah berdasarkan pengalaman atau
pikiran dan perasaan si penyair yang bersifat imajinatif. Puisi
merupakan rekaman dan interpretasi dan pengalaman manusia yang
penting, dan diubah dalam wujud yang paling berkesan.
William Wordsworth (dalam Semi, t.t :93) dengan menggunakan
pendekatan struktural merumuskan pengertian puisi : Poetry is the best
words in the best order, artinya adalah kata-kata terbaik dalam susunan
terbaik.12
Maksudnya puisi merupakan kumpulan kata-kata pilihan
yang berada dalam pilihan kata yang indah dan bentuk susunan tulisan
(tipografi) terbaik.
10
Abdur Rosyid, ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9 Juni 2011pukul
17.54 WIB dari http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-
unsurnya/ 11
Herman .J. Waluyo, Teori Apresiasi Puisi (Surakarta: Erlangga, 1995), h.97. 12
Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, t.t), h.93.
15
Pengertian puisi memang tidak jauh dari luapan perasaan
seseorang, saat seseorang merasakan senang, sedih, rindu, atau bahkan
kecewa, maka sebagian orang pasti ingin meluapkannya melalui
sebuah puisi. Seperti yang dikatakan Leigh Hunt (dalam Semi, t.t :94)
dengan menggunakan pendekatan emotif merumuskan pengertian
puisi, Poetry is imaginative passion, artinya puisi merupakan luapan
gelora perasaan yang bersifat imajinatif.13
Perrine (dalam Siswantoro, 2002) mengatakan bahwa poetry might
be defined as kind of language that says more and says it more
intensenly than does ordinary language.14
Pernyataan ini menegaskan
bahwa puisi merupakan bahasa yang berbeda dari bahasa sehari-hari
karena puisi lebih banyak mengatakan dan mengekspresikan dirinya
secara intens. Kata intens dalam bahasa Indonesia bisa disejajarkan
dengan padat, sarat muatan makna, dan sebagainya, yang
membedakannya dari bahasa keseharian atau prosa yang longgar, dan
cenderung menggunakan kata dengan lugas. Makna dari tiap kata jelas,
tidak menimbulkan ambiguitas. Inilah sifat bahasa keseharian yang
cenderung praktis.
Sedangkan bahasa puisi bersifat plastis maksudnya bersifat mudah
dibentuk dengan makna lain atau mampu mengakomodasi berbagai
dimensi makna di balik apa yang tersurat. Jadi, meskipun sebuah kata
itu hanya mempunyai beberapa arti tetapi makna yang dapat ditangkap
13
Ibid, h.94 14
Siswantoro, Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris (Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2002), h. 2. Cet. 1
16
dari sebuah kata itu sangat luas. Misalnya kata gerimis, bukan hanya
berarti turun hujan tetapi juga bermakna lebih dari pada itu yaitu
melambangkan kedukaan.
W.H Auden mengatakan Poetry makes nothing happen.15
Maksudnya puisi bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Sesuatu yang tidak mungkin terpikirkan oleh kita, menjadi ada dan
bermakna. Misalnya puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang
membebaskan kata-kata dari maknanya yang disebut juga sebagai puisi
konkret. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf—baik
huruf besar maupun kecil—sangat potensial membentuk gambar.
Gambar wujud fisik yang ―kasat mata‖ lebih dipentingkan daripada
makna yang ingin disampaikan. Ini membuktikan pengertian puisi dari
Auden di atas dapat juga dikatakan bahwa puisi adalah sesuatu yang
tidak mungkin akan menjadi mungkin.
Jadi, dari berbagai pengertian puisi di atas dapat dismpulkan bahwa
pada hakikatnya, puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang
penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau
dialaminya dengan menggunakan bahasa figuratif. Cetusan ide berasal
dari peristiwa atau keadaan yang dikemas oleh seorang penyair ke
dalam bahasa yang padat dan indah.
15
Jerome Beaty,dkk, The Norton Introduction to Literature-Shorter eighth edition (London: W.W.
Norton & Company, Inc., 2002), h. 626.
17
2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi
Unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik
dan struktur batin puisi.
a) Struktur fisik
(1). Perwajahan Puisi (Tipografi)
Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi.
Menurut Siswanto, perwajahan (tipografi) adalah pengaturan dan
penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.16
Sedangkan menurut
Waluyo:
tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan
drama. Larik-larik puisi tidak seperti paragraf tetapi membentuk bait.
Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris.
Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu
terpenuhi tulisan, tidak seperti tulisan yang berbentuk prosa.17
Di dalam puisi-puisi kontemporer, penyajian tipografi puisi itu
dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna
kata-kata, contohnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri.
Tipografi puisi dapat membentuk suasana dan maksud yang
hendak dikatakan penyair.
(2). Diksi
Diksi adalah pilihan kata, menurut Wahyudi Siswanto,
lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
16
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113 17
Herman.J.Waluyo, Op.cit., h. 97
18
penyair dalam puisinya.18
Puisi adalah bentuk karya sastra yang
menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak
hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus secermat-
cermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Pemilihan kata dalam menciptakan puisi berhubungan erat
dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair,
semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata-kata
dalam puisi tidak hanya sekedar kata-kata yang dihafalkan, tetapi
sudah mengandung pandangan pengarang. Kata-kata dalam puisi
juga bisa mengungkapkan perasaan pengarang. Perasaan marah,
riang, cemas, khawatir, tegang, dan takut bisa terungkap melalui
puisi yang diciptakan pengarang.
Untuk menampilkan kata yang tepat penyair harus paham
dengan arti kata-kata yang digunakan, padanan katanya, dan
konteks sajak yang akan ditulis. Meskipun kata-kata yang
digunakan kadang-kadang mengandung arti yang sama, tetapi akan
lebih mendalam apabila penggunaan kata diperhatikan dengan
konteks. Penggunaan kata, seperti betina, perempuan, atau wanita
memberikan kesan yang berbeda meskipun ketiga kata tersebut
memilik persamaan makna, mengacu kepada jenis kelamin. Di
18
Wahyudi Siswanto, Op.cit., h. 114.
19
sinilah bagaimana kecermatan penyair dalam pemilihan kata
diperlukan untuk memberikan nilai tambah kepada pembacanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan kata
dalam puisi merupakan kegiatan penyair dalam mencari dan
mengolah kata-kata sebaik mungkin. Hal tersebut dimaksud agar
semua luapan hati dalam diri penyair dapat disampaikan secara
lengkap, sesuai dengan kehendak penyair.
(3). Pengimajian (Pencitraan)
Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk,
menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji.
Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini
tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap
gambarannya di alam pikir pembaca puisi.
Menurut Siswanto, imaji adalah kata atau kelompok kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan.19
Jabrohim mengungkapkan bahwa
citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai
kepuitisan.20
Maksud kepuitisan itu di antaranya ialah: keaslian
ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat,
membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan
pikiran. Waluyo berpendapat bahwa imaji pengimajian adalah kata
atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
19
Ibid, h. 118 20
Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 41, Cet. Ke-1
20
sensoris, seperti penglihatan (imaji visual), pendengaran (imaji
auditif), dan perasaan (imaji taktil).21
Jadi imaji dapat dibagi
menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan
imaji perasaan atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan
merasakan seperti yang dialami oleh penyair.
(4). Kata Konkret
Untuk membangkitkan daya imaji (daya bayang) pembaca,
maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu
dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya
pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya
dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan
kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau
merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi.
Menurut Jabrohim, kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan
keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca.22
Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji.
Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang.
Misalnya, kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret
21
Herman.J.Waluyo, Op.cit. 78 22
Sukino, Menulis itu Mudah (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010), hlm. 127.
21
rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup,
bumi, dan kehidupan.
Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang penuh dosa,
Chairil Anwar menggunakan kata: “aku hilang bentuk/remuk”.
Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang bulat untuk kembali
ke jalan Tuhan, diperkonkret dengan ungkapan: “Tuhanku/ di
pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.” Hal ini berbeda
dari usahanya untuk mengkonkretkan sikan kebebasannya dengan
kata-kata: “Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang.”
Untuk mengkonkretkan cita-citanya yang abadi, ia menulis:
“Kumau hidup seribu tahun lagi.”
(5). Bahasa Figuratif atau Gaya Bahasa
Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa
figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna.
Perrine (dalam Waluyo, 1995:83) menyatakan bahwa bahasa
figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang akan
dimaksud penyair.23
Keefektifan tersebut disebabkan beberapa hal,
yaitu:
a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.
23
Herman .J. Waluyo, Op.Cit., h.83
22
b. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan
menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan
penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair.
d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna
yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu
yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.
Definisi gaya bahasa atau dikenal juga dengan sebutan
majas menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa).24
Majas mempunyai berbagai macam
jenis, antara lain:
a. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat.25
Contoh: bunga bangsa, buaya darat,
buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
Contoh gaya bahasa metafora terdapat pada puisi
Rendra dalam ―Surat Cinta‖, Rendra mengiaskan diri
kekasihnya sebagai Putri Duyung.
24
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.113, cet.
Ke-20 25
Ibid. h. 139
23
Engkaulah Putri Duyung
Tawananku
Putri Duyung dengan suara merdu
Lembut bagi angin laut
Mendesahlah bagiku
b. Persamaan (simile)
Menurut Keraf, persamaan atau simile adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit.26
Yang dimaksud
dengan perbandingan yang ekspilisit ialah bahwa ia
langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.
Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama,
sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh:
Kikirnya seperti kepiting batu
Bibirnya seperti delima merekah
Matanya seperti bintang timur
Contoh-contoh dalam puisi modern yaitu: rindunya
bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan
bopeng oleh luka, dan sebagainya.
c. Personifikasi
Menurut Keraf, personifikasi adalah semacam gaya
bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
26
Ibid. h.138
24
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan.27
Contoh:
Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap itu
menambah ketakutan kami.
Contoh personifikasi dalam penggalan puisi ―Kubakar
Cintaku‖ karya Emha Ainun Najib pada bait ketiga, yaitu:
Rinduku terbang
Menembus penyap bayang
Rinduku burung malam
Menangkup cahaya: rahasia bintang-bintang
d. Hiperbola
Hiperbola yaitu kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair
merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu
agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca.
Contoh:
Penonton sepak bola membanjiri lapangan.
Air mataku terkuras saat menangisimu.
Chairil Anwar melukiskan kata-kata yang berlebihan
(hiperbola) pada puisinya yang berjudul ―Aku‖, berikut
penggalan puisinya:
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
27
Ibid, h.140
25
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
e. Sinekdoke
Sinekdoke yaitu menyebutkan sebagian untuk maksud
keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud
sebagian. Sinekdoke terbagi menjadi pars prototo
(menyebut sebagian untuk seluruh) dan totem proparte
(menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian). Contoh :
1) Pars prototo: sejak pagi batang hidungnya belum juga
kelihatan.
2) Totem proparte: Indonesia menjadi juara ke-1 dalam
perlombaan bulu tangkis saat melawan Malaysia.
Toto Bachtiar dalam penggalan puisinya yang berjudul
―Gadis Peminta-minta‖, melukiskan penderitaan gadis
peminta-minta, menggunakan kalimat dengan gaya bahasa
totem proparte, yaitu:
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Contoh lain dari gaya totem proparte dan pars prototo ada
dalam puisi Hartoyo Andangjaya ―Rakyat‖yaitu:
26
Rakyat adalah kita totem proparte
Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja pars
prototo
Di bumi tanah tercinta
Jutaan tangan mengayun bersama pars prototo
Membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
f. Ironi
Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk
memberikan sindiran. Menurut Keraf, ironi adalah suatu
acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau
maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam
rangkaian kata-katanya.28
Contoh ironi terdapat dalam puisi-puisi Rendra,
diantaranya yaitu puisi atau sajak yang berjudul ―Sajak
SLA‖, Rendra melukiskan potret kehidupan seorang guru
dengan tujuan untuk menyindir guru-guru yang
menyelewengkan wewenangnya demi memenuhi
kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik
generasi muda. Hal tersebut terdapat dalam penggalan puisi
berjudul ―Sajak SLA‖ di bawah ini:
Ibu guru perlu sepeda motor Jepang
Ibu guru ingin hiburan dan cahaya
28
Ibid. h.143
27
Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor
Dan juga ingin jaminan pil penenang
…………………………….
(6). Rima dan Ritme
a. Rima
Menurut Waluyo, rima adalah pengulangan bunyi dalam
puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.29
Dengan
pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca.
Contoh penggalan puisi Rendra ―Ballada Terbunuhnya Atmo
Karpo‖ berikut ini perpaduan konsonan /k/, /b/, dan /p/, serta
vokal /a/, /i/, /u/, memberi efek suasana yang kacau dan penuh
kesibukan.
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi.
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya pada pucuk-
pucuk para.
b. Ritme
Menurut Waluyo, ritme sangat berhubungan dengan bunyi
dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase,
dan kalimat.30
Sedangkan menurut Siswanto, ritme merupakan
tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.31
Ritme
sangat menonjol bila puisi dibacakan.
29
Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.90 30
Herman .J. Waluyo, Loc.Cit. 31
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, h.123
28
Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai
perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk
ritme. Dalam puisi lama jelas sekali pemotongan baris puisi
menjadi dua frase merupakan teknik pembentuk ritme yang
padu, namun teknik tersebut bersifat statis. Berikut ini contoh
ritme dalam puisi lama:
Dari mana / punai melayang
Dari sawah / turun ke kali
Dari mana / kasih sayang
Dari mata / turun ke hati
(7). Struktur Batin
a. Tema
Menurut Waluyo, tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan oleh penyair.32
Pokok
pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam
jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan
antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan
bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas
kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan.
Dengan demikian tema puisi berkaitan dengan tujuan
penyair dalam menyampaikan sebuah pesan yang terkandung di
32 Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.106
29
dalam puisi itu. Tema puisi harus dihubungkan dengan
penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimanjinasikan.
Oleh karena itu, tema bersifat khusus bagi penyair, tetapi
objektif bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat).
b. Rasa
Menurut Siswanto, rasa dalam puisi adalah sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya.33
Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan
latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
pikologis, serta pengetahuan. Contoh, Toto Sudarto Bachtiar
dalam ―Gadis Peminta-minta‖, menyikapi pengemis kecil
dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas
kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan
pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan
dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang.
c. Nada
Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca.
33
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, h.124
30
Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan
masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca.
d. Amanat (Pesan)
Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan
oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud
yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan
yang hendak disampaikan penyair.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang
disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan
oleh penyair.
3. Menulis Kreatif Puisi
Menulis sastra tidak sama dengan menulis laporan, surat dinas,
ataupun makalah, akan tetapi prinsip-prinsip dasarnya dapat dibinakan
kepada calon penulis. Adapun masalah isi gaya penulisan dan
penggarapan unsur-unsur sastra dapat diserahkan kepada penulis untuk
dikembangkan. Menulis sastra berkaitan dengan pribadi kreatif, karena
dalam menulis sastra harus ada nilai seni dan kegunaan yang
terkandung di dalamnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Quintus Horatius Flaccus dalam tulisannya yang berjudul Ars
Poetica, penyair kelahiran Venosa Italia ini mengemukakan istilah
„dulce et utile‟. Bahwa sastra berfungsi ganda, ia tidak hanya
31
menghibur (dulce) karena keindahan, tetapi juga memberikan makna
(utile) terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun
kegembiraan) atau memberikan pelepasan kepada dunia imajinasi.34
Jabrohim mengemukakan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pribadi kreatif menunjukan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan,
memang memberikan peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya
untuk menjadi ―kreatif‖, baik dalam tujuannya yang apresiatif maupun
yang ekspresif.35
Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif adalah
cara mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau
berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan
kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang
bermakna. Salah satu teks yang kreatif adalah teks puisi.
Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan.
Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada
pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang
dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan
melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Jadi, sumber
penciptaan karya kreatif adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya
dan lingkungan kehidupan si penulis puisi (penyair).
34
Khris Bheda, ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul 17.10 WIB dari
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007 35
Jabrohim, dkk, Cara Menulis Kreatif, h.75
32
Menurut Roekhan (dalam Nurmalasari, 2008:13)36
unsur penting
dalam menulis kreatif adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam kreativitas sangat dituntut,
karena dengan berpikir kritislah orang dapat menemukan sesuatu
yang belum pernah dipikirkan orang lain. Contohnya sang penyair
Sutardji Calzoum Bachri. Sutardji selalu berpikir kritis saat akan
menulis sebuah puisi maka dari itu ia terkenal dengan puisi-
puisinya yang sangat khas (puisi mantra) yang lebih mementingkan
tipografi (bentuk) dalam puisinya, sedangkan kata-kata, ia
bebaskan dari maknanya.
b. Kepekaan emosi
Kepekaan emosi sangat perlu, agar seseorang dapat menangkap
dan merasakan sesuatu yang sangat samar dari apa yang ada di
sekitarnya. Maksudnya ia bisa menangkap dan merasakan sesuatu
yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain, ia harus bisa
menangkap detil-detil dari apa yang dirasakannya. Contoh:
seseorang sedang berada di puncak gunung, emosi yang didapatkan
adalah kedamaian dan ketenangan. Bila seseorang itu memiliki
kepekaan emosi, pasti seseorang itu terbesit dalam pikirannya
untuk menumpahkan emosinya pada sebuah tulisan puisi.
36
Vita Nurmalasari, ―Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama Dengan Menggunakan
Pendekatan Partisipatif Pada Siswa Kelas XI IPA 3 Sman 23 Bandung: Studi Praeksperimen,‖ (Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), h. 13
33
Meskipun hanya satu larik saja. Itulah yang dimaksud dengan
kepekaan emosi.
c. Bakat
Bakat yang memperkuat daya kreativitas seseorang tetapi
bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Orang yang berbakat
menulis (sastra) akan lebih berhasil menulis dibandingkan orang
yang kurang atau orang yang tidak berbakat. Tetapi seseorang yang
kreatif tidak hanya mengandalkan bakat saja.
d. Daya imajinasi
Kreativitas menuntut pelibatan daya imajinasi yang tinggi.
Dengan imajinasinya orang mampu mengasosiasikan apa yang
dilihat, dicium, dirasa, didengar atau dirabanya dengan sesuatu
yang lain.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan
menulis merupakan salah satu kegiatan yang menunjukan
kreativitas. Oleh karena itu, dalam keterampilan menulis dikenal
dengan istilah menulis kreatif. Menulis kreatif berhubungan dengan
memberanikan siswa untuk menggunakan sepenuhnya apa-apa
yang mereka miliki, mencakup ide, pesan, pikiran dan perasaan
mereka dalam mengomentari sebagian pikiran siswa yang jarang
mereka gunakan.
34
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis kreatif puisi atau menulis
puisi adalah suatu proses penciptaan karya sastra yang merupakan
bentuk curahan pengalaman dengan penyampaian menggunakan
bahasa figuratif.
4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi
Nenden Lilis. A. mempunyai tips atau cara dalam menulis puisi,37
yaitu:
a. Menggali dan Mengolah Ide Penulisan Puisi
Seorang penyair akan mendapat ide jika hal-hal yang
dialaminya dari realitas itu ditangkap oleh jiwanya: diamati,
dirasakan, direnungkan, dan dihayati. Jika tidak, pengalaman itu
akan berlalu begitu saja dan tidak akan meninggalkan bekas.
Dengan begitu tidak akan pernah muncul ide untuk dijadikan
bahan penulisan puisi. Banyak cara untuk menggali dan mengolah
ide tersebut. Secara umum, penggalian dan pengolahan ide itu
dapat terjadi apabila kita selalu mengaktifkan dan membuka jiwa
kita pada berbagai hal yang terjadi dalam realitas, antara lain:
1) Selalu mendengarkan dan mempedulikan perasaan-perasaan
dan suara-suara hati sendiri.
2) Selalu mengamati dan menghayati segala hal yang menjadi
aktivitas hidup sehari-hari: pada saat berjalan, bekerja, mandi,
37
Nenden Lilis. A, Tips Praktis Menulis Kreatif (Bandung: Rumput Merah, t.t), h. 69-74
35
makan, menyapu, dan lain-lain, tidak ada yang kita lewatkan
untuk dirasakan lebih dalam. Misalnya, pada saat berjalan ada
kerikil yang bagi orang lain tidak berarti apa-apa, bagi kita bisa
menjadi ide dan pengalaman puitik bagi penciptaan puisi.
3) Tak pernah bosan membaca, baik sumber-sumber tertulis,
maupun yang tidak tertulis. Membaca sumber-sumber tertulis
misalnya koran, buku, majalah, jurnal, dan lain-lain mengenai
berbagai hal: psikologi, sosiologi, sejarah, sains, karya-karya
sastra, dan lain-lain. Membaca yang tidak tertulis misalnya:
fenomena alam, fenomena masyarakat, sikap atau mimik
seseorang, dan lain-lain.
b. Menulis dengan Memperhatikan Unsur-unsur yang Membangun
Puisi
Yang dilakukan dalam proses ini adalah :
1) Memilih kata secermat-cermatnya dan setepat mungkin. Ia
mungkin mencoret berkali-kali kata yang dipilihnya hingga
ditemukan yang paling mewakili perasaan dan pengalamannya.
Kata-kata itu bisa dipikirkannya berhari-hari, bahkan
berminggu-minggu. Ini yang sering disebut dengan pengolahan
unsur diksi.
2) Melukiskan dengan kata-kata sehingga apa yang
digambarkannya itu seolah-olah dapat diindera: dilihat,
36
didengar, dicium, diraba, dan dirasakan oleh pembaca. Upaya
ini disebut dengan pencitraan.
3) Mencari lambang dan perumpamaan (majas) yang tepat
mengungkapkan pengalaman jiwanya. Proses ini disebut
pengolahan bahasa figuratif.
4) Memvariasikan struktur kalimat, membuat pengulangan-
pengulangan (repetisi), dan eksplorasi-eksplorasi struktur
kalimat lainnya. Proses ini disebut penyiasatan struktur.
5) Memaksimalkan daya guna bunyi kata-kata: asonansi, aliterasi,
onomatope, rima, dan lain-lain untuk menimbulkan efek yang
diharapkan.
6) Menciptakan irama bahasa dengan intonasi kalimat yang
berbeda-beda, pengulangan, pola waktu, dan tekanan secara
teratur dengan penyusunan jumlah suku kata tiap larik tersebut.
7) Jika perlu, tata letak/perwajahan (tipografi) pun diolah oleh
penyair untuk memperkuat estetika dan makna puisinya.
Tipografi puisi dengan bentuk zig-zag misalnya, dapat
menggambarkan makna hidup yang berliku-liku, hati yang
galau, dan lain-lain.
D. Hakikat Media Pembelajaran
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
komunikasi atau proses penyampaian pesan. Proses ini harus diciptakan
37
atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau
informasi oleh setiap guru dengan siswa. Pesan atau informasi dapat
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Untuk
mempermudah penyampaian pesan atau informasi dalam proses
komunikasi, diperlukan sarana dan prasarana. Salah satu sarana yang
digunakan adalah media pembelajaran.
Media adalah suatu alat yang dipergunakan dalam proses belajar
mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak. Media berfungsi
untuk menyampaikan dan memperjelas materi sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
1. Pengertian Media
Menurut Arsyad, kata media berasal dari bahasa Latin medius
yang secara harfiah berarti ‗tengah‘, ‗perantara‘ atau ‗pengantar‘.
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.38
Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2010:3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.39
Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar-
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau
38
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.3. 39
Azhar Arsyad, Loc.Cit.
38
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Menurut Munadi, media pembelajaran dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif.40
Dari tiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga
dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2010:15), pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, bahkan bisa membawa pengaruh
psikologis terhadap siswa.41
Maka dari itu, agar pembelajaran menulis
puisi ini menjadi menarik dan memotivasi siswa untuk gemar menulis
40
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), Cet. Ke-1, h.7 41
Azhar Arsyad, Op.Cit. h.15
39
puisi diperlukan sebuah media pembelajaran agar pembelajaran
menjadi berbeda dari biasanya.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
memadatkan informasi.
Pada dasarnya fungsi media pembelajaran adalah sebagai sumber
belajar. Menurut Munadi (2008:36), fungsi media pembelajaran
terbagai menjadi lima:
a) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Mudhoffir (dalam Munadhi, 2008:37) menyebutkan bahwa
sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan
lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai
segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta
didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses
belajar.
40
b) Fungsi Semantik
Maksud dari fungsi semantik yaitu kemampuan media dalam
menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau
maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).
Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) –yakni
pikiran dan atau perasaan—yang keduanya telah menjadi totalitas
pesan (message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari
bahasa itu adalah ―kata‖. Kata atau kata-kata sudah jelas
merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan
atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar
Harimau dapat dipakai sebagai simbol keberanian, seperti
digunakan oleh masyarakat kota Bandung (Maung Bandung).
Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukan kepada binatang
buas. Hubungan antara kata, makna dan perujukan kepada binatang
buas. Hubungan antara kata, makna, dan perujukan menjadi amat
jelas, yakni ―makna‖ tidak melekat pada ―kata‖; ―kata‖ hanya
bermakna bila telah dirujukan kepada sejumlah referen.
c) Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik)
umum yang dimilikinya sebagai tersebut di atas. Berdasarkan
karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni
mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan
inderawi.
41
d) Fungsi Psikologis
(1) Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian
(attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki
sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang
berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan
adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan
perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan
membuang rangsangan-rangsangan lainnya.
(2) Fungsi Afektif
Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, dan
tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.
Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan
sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu.
Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Terlihat
pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan
untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang
diikutinya. Hal lain dalam penerimaan itu adalah munculnya
tanggapan yakni berupa partisipasi siswa keseluruhan proses
pembelajaran secara sukarela, ini merupakan siswa terhadap
rangsangan yang diterimanya.
42
(3) Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif ini terlihat apabila media yang
digunakan adalah darmawisata, siswa mampu menceritakan
pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada teman-
temannya. Melihat hal ini, jelas bahwa media pembelajaran
telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif
siswa. Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan
semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya,
atau semakin kaya dan luas alam kognitifnya.
(4) Fungsi Imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup
penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi
masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi
(khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran autistik.
(5) Fungsi Motivasi
Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara
membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan
dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainya suatu
hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan
guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu
yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap
lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran
43
yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat
guna.
(6) Fungsi sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi
hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran.
Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa memiliki
jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40
orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena
media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Fungsi atau kegunaan media pendidikan menurut Arief .S.
Sadiman, dkk42
adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
42
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), h. 17.
44
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
d. Kesulitan latar belakang lingkungan guru dengan siswa yang
berbeda dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan
kemapuannya dalam:
1) Memberikan perangsang yang sama
2) Mempersamakan pengalaman
3) Menimbulkan persepsi yang sama
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu
dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses
belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh
karena itu, media dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu
dan mempermudah proses belajar mengajar. Dengan demikian hasil
pembelajaran dapat lebih optimal.
Penggunaan media juga dapat membangkitkan minat dalam
pembelajaran menulis puisi karena dapat merangsang imajinasi dan
perasaan siswa untuk dapat menulis puisi secara baik.
45
3. Jenis-jenis Media
Munadhi (2008) menggolongkan media menjadi lima, yaitu:
a. Media Audio
Media audio adalah media yang isi pesannya hanya
diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis
ini hanya melibatkan indera dengar. Jenis-jenis media audio adalah
Phonograph (Gramaphone), Open Reel Tapes, Cassette Tapes,
Compact Disk, Radio, Laboratiorium Bahasa.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indera
penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media
visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Jenis media visual antara
lain: gambar, grafik, diagram, bagan, peta, buku atau modul,
komik, majalah, poster, dan papan visual.
c. Media Audio-Visual
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media audio-visual antara lain: film,
video, dan televisi.
d. Multimedia
Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu
melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses
pembelajaran berlangsung. Jenis multimedia antara lain : komputer,
internet, dan E-learning.
46
e. Peralatan Proyeksi
1) Overhead Projector (OHP)
Adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan
bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan.
2) Slide (Film Bingkai)
Pada dasarnya slide sama dengan film strip, perbedaannya
adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu,
sedangkan film strip merupakan rangkaian atau keseluruhan
penyampaian ide tertentu. Lazimnya slide dapat digunakan
untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan.
3) Film Strip (Film Rangkai)
Berbeda dengan slide, gambar (frame) pada film strip
berurutan merupakan satu kesatuan.
4) Opaque Projector (Proyektor Tak Tembus Pandang)
Bila ketiga proyektor di atas berbasis bahan transparan,
maka proyektor yang satu ini mampu memproyeksikan bahan-
bahan tidak tembus pandang (opaque). Benda-benda datar, tiga
dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman
dapat diproyeksikan. Jadi berbeda dengan proyektor yang
memproyeksikan bahan visual dari tranparansi yang tembus
pandang, seperti OHP, slide, dan film strip.
47
5) Digital Projector
Perbedaan digital projector dengan OHP yaitu kalau digital
projector dapat menampilkan bahan visual diam dan gerak,
sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual diam saja.
Dari berbagai jenis media yang diurai di atas, maka dalam
penelitian ini, penulis menerapkan penggunaan satu media baru yang
bersifat auditif yaitu ilustrasi musik sebagai media pembelajaran
menulis puisi yang berfungsi untuk membangkitkan keinginan, minat,
motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, serta meningkatkan
kemampuan menulis puisi.
4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran
Kata ilustrasi dan musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI),43
ilustrasi yaitu penjelasan tambahan berupa contoh,
bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan dsb),
sedangkan arti kata musik yaitu nada atau suara yang disusun demikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama
yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi
itu). Pengertian ilustrasi musik dalam KBBI adalah musik yang
mengiringi pertunjukan sandiwara di pentas atau melatari film.
Ilustrasi musik bukan hanya untuk mengiringi pertunjukan sandiwara
atau melatari film saja tetapi bisa juga menjadi sebuah media
43
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hlm. 526 dan 943.
48
pembelajaran. Ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar
menjadi menyenangkan sehingga para siswa pun antusias untuk
belajar.
Musik sangat penting untuk lingkungan Quantum Teaching
karena musik sebenarnya berhubungan dan mempunyai kondisi
fisiologis selama melakukan pelajaran mental yang berat, tekanan
darah dan denyut jantung cenderung meningkat, dan otot-otot menjadi
tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung dan tekanan
darah menurun dan otot-otot mengendur.
Musik sangat berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai
seorang guru, dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati,
mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar.
Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih
banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar,
baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu, kebanyakan
siswa memang mencintai musik.44
Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa
masing-masing otak (otak kiri dan otak kanan) mengendalikan
aktivitas intelektual yang berbeda-beda sesuai dengan tugas yang
sudah menjadi tugas masing-masing. Hal inilah yang menyebabkan
tidak terjadinya tumpang tindih antara otak kanan dan otak kiri, karena
keduanya mempunyai ruang yang berbeda. Otak kiri menangani
44
Bobbi Deporter, dkk, Quantum Teaching (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), h. 110
49
masalah tentang angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang
memerlukan pemikiran lebih rasional. Sedangkan otak kanan
mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi.
Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang
memerlukan kreativitas, orisinilitas, daya cipta, dan bakat artistik.45
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa musik berpengaruh
signifikan terhadap konsentrasi, kesehatan, daya ingat, kreativitas dan
daya pikir. Bahkan mahasiswa yang diperdengarkan musik-musik
klasik beberapa jam sebelum tes IQ berakibat pada bertambahnya nilai
IQ para mahasiswa tersebut dibanding jika mereka tidak didengarkan
musik klasik.46
Para ahli percaya bahwa pelatihan menggunakan musik
membentuk jalur baru di dalam otak. Pelatihan menggunakan musik
juga memberikan lebih dari sekedar hubungan sebab akibat terhadap
perkembangan bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka panjang.
Musik memicu keterkaitan yang lebih besar dari stimulus lainnya
terhadap belahan otak sebelah kiri dan otak kanan. Musik juga memicu
keterkaitan yang lebih besar diantara bidang-bidang di dalam otak
yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Menggunakan musik
sebagai alat untuk memaksimalkan potensi manusia merupakan upaya
yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong
45
Miftahul A‘la, Quantum Teaching (Yogyakarta: DIVA Press, 2010), h. 25-26. 46
Amrizal, ―Peranan Musik dalam Pembelajaran‖, artikel diakses pada pukul 15:50, tanggal 6
April 2011 dari http://lembaga-pendidikan-pengabdian-knpi.blogspot.com/2010/07/peranan-
musik-dalam-pembelajaran.html
50
partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan di
dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa dan motorik.47
Di negara-negara maju, musik telah dimanfaatkan untuk
kepentingan umum dan bukan hanya pada kepentingan musik. Bank,
dokter gigi, agen asuransi rumah sakit dan tempat-tempat yang
berhubungan dengan orang banyak telah memanfaatkan musik untuk
kepentingan tertentu. Negara Indonesia belum mampu untuk melihat
prospek musik dari aspek manfaat. Musik masih difungsikan untuk
sekedar hiburan dan menjadi disiplin khusus yang sangat spesial
sehingga terasa sulit untuk disejajarkan dengan disiplin ilmu lain. Plato
pernah berkata, ―Di dalam pendidikan, musik menduduki posisi
tertinggi karena tidak ada satupun disiplin yang dapat masuk ke dalam
jiwa dan menyertai dengan kemampuan bertahap melebihi irama dan
harmoni‖.48
Musik sepertinya merupakan sistem yang sudah terpasang pada
otak kita. Dalam Origins of Music, Wallin, Merker, dan Brown (1999)
mengatakan bahwa musik merupakan bentuk komunikasi universal
yang mempengaruhi pemeliharaan spesies dan memainkan peran
dalam menarik pasangan, mengikat, dan harmoni. Weinberger (2004),
seorang neuroscientist pada University of California di Irvine,
menunjukan bahwa temuan-temuan baru mendukung teori bahwa otak
dikhususkan untuk membangun blok musik. Risetnya mengemukakan
47
Ibid. 48
Ibid.
51
bahwa auditory cortex menanggapi titinada dan bukan hanya frekuensi
suara mentah dan bahwa sel-sel otak individual mengolah kontur
melodi.49
Dampak musik dapat dirasakan juga pada detak jantung, seperti
diukur dengan denyut, yang cenderung sinkron dengan hentakan musik
yang sedang kita dengar—semakin cepat musik, semakin cepat denyut.
Tubuh ikut beresonansi dengan panjang gelombang molekul yang
stabil; musik memiliki frekuensinya sendiri, yang entah beresonansi
pada frekuensi yang sama, kita merasa nyaman, kita belajar lebih baik,
dan kita akan lebih sadar dan siaga.50
Jadi, dengan musik, kegiatan
belajar mengajar akan terasa menyenangkan.
Menurut Eric Jensen, efek potensial musik terhadap pikiran dan
tubuh mencakup berikut ini:
1. Meningkatkan energi otot.
2. Meningkatkan energi molekuler.
3. Mempengaruhi detak jangtung.
4. Mengurangi sakit dan stres.
5. Mempercepat penyembuhan dan pemulihan pasien bedah.
6. Menghilangkan kelelahan.
7. Membantu dalam melegakan emosi.
8. Merangsang kreativitas, sensitivitas, dan berpikir.
49
Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru (Jakarta: PT Indeks,
2011), h. 101 50
Ibid.
52
Selanjutnya, berikut ini adalah manfaat pembelajaran yang
dianggap berasal dari musik:
1. Relaksasi dan pengurangan stres (stres menghambat pembelajaran).
2. Mendorong kreativitas melalui aktivasi gelombang-otak.
3. Stimulasi imajinasi dan pemikiran.
4. Stimulasi keterampilan gerakan (motor), berbicara, dan vokabulari.
5. Pengurangan dalam masalah disiplin.
6. Pemfokusan dan pengaturan energi kelompok.
7. Transmisi informasi sadar dan bawah sadar.
Menurut Hernowo, berikut adalah beberapa kegiatan yang bisa
ditingkatkan oleh musik:51
1. Mengerjakan karya seni maupun ilmiah.
2. Menulis naskah atau artikel.
3. Belajar untuk ujian atau membantu anak-anak belajar.
4. Membaca novel atau buku teks.
5. Menyiapkan bahan kuliah atau bahan lokakarya.
6. Menulis karangan.
7. Berlatih yoga, tai chi, atau bentuk meditasi fisik yang lain.
8. Mencari ilham untuk karya kelompok.
9. Menghafal pidato atau naskah untuk peran sebuah drama.
10. Menciptakan program komputer yang baru.
51
Hernowo, Quantum Writing (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), h. 166.
53
Menurut Hernowo dalam bukunya, Quantum Writing, musik bisa
secara fenomenal membantu pembelajaran dan untuk belajar. Orang-
orang yang menerapkan teknik Superlearning biasanya memutar musik
yang temponya lambat atau largo karena musik dengan tempo lambat,
yaitu 60 ketukan per menit, mampu menurunkan gelombang otak dan
detak jantung sehingga memicu relaksasi yang lebih dalam.
Berikut ini adalah cara melatih keahlian berimajinasi menurut
Hernowo:
1. Cari tempat yang tenang untuk duduk atau berbaring.
2. Sebelum musik diputar, yakinkan diri bahwa Anda akan
mengamati setiap citra dan keterkaitan yang muncul.
3. Amati setiap perasaan yang muncul bersama dengan pencitraan
tersebut.
4. Bayangkan Anda berada di alam terbuka, di sebuah tempat yang
Anda sukai.
5. Putar Intriduction and Allegro dari Ravel atau Prelude to the
Afternoon of Faun. Biarkan musik membawa Anda pergi.
6. Catat di dalam buku harian Anda, citra, keterkaitan, dan emosi
yang muncul. Tulis secepat mungkin, jangan berpikir.
Cara membuat karangan dengan iringan musik menurut
Hernowo:
1) Untuk memicu kreativitas yang lebih dalam dan lebih introspektif,
putar Brandenburg Concerto No. 5 (movement kedua) karya Bach.
54
2) Siapkan pena dan kertas kosong yang tidak bergaris.
3) Dengarkan dalam suasana santai, pertama-tama tarik napas dalam,
kemudian lakukan sedikit latihan peregangan.
4) Setelah musik mulai diputar, bayangkan Anda berada di sebuah
jalan setapak. Perhatikan bagaimana bentuknya dan rasakan
permukaannya di bawah telapak kaki Anda. Perhatikan suasana
keliling Anda. Kemudian, biarkan musik menunjukan kepada
Anda, kemana jalan tersebut mengarah.
5) Setelah selesai, putar sekali lagi.
6) Sambil mendengarkan, tuliskan kemana jalan setapak itu
membawa Anda pergi.
Jadi, media ilustrasi musik dalam pembelajaran menulis
terutama menulis puisi sangat mempengaruhi konsentrasi, kesehatan,
daya ingat, kreativitas, imajinasi dan daya pikir siswa sehingga
pengaruh tersebut dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi
siswa. Pengaruh peningkatan kemampuan menulis puisi para siswa
tersebut perlu dibuktikan dengan penelitian. Oleh karena itu, penulis
meneliti bagaimana peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas
X dengan media ilustrasi musik.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 22 Serpong. Sekolah ini
terletak di Jalan Pahlawan Seribu No. 60, Tangerang Selatan, Banten.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2011-2012,
tepatnya selama tiga bulan, mulai dari bulan Juli s.d September 2011.
Waktu untuk mengajar adalah dua kali pertemuan dengan siswa.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Pemilihan metode ekperimen ini berdasarkan karena
peneliti ingin mengetahui secara pasti pengaruh penggunaan media
ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa di dua kelompok
sampel yang dijadikan penelitian. Menurut Sugiyono, penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan.52
Menurut Burhan Bungin:
52
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2010) cet.9, h. 107
55
56
apabila penelitian bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-
hal yang terjadi atau yang akan terjadi di antara variabel-
variabel tertentu melalui upaya manipulasi atau pengontrolan
variabel-variabel tersebut atau hubungan di antara mereka,
agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah satu
atau lebih variabel, maka penelitian yang demikian disebut
penelitian eksperimen.53
Jadi, metode eksperimen yaitu suatu cara untuk mencari hubungan
sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu
dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu kelakuan. Untuk
itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain penelitian “Posttest-Only Control Design”.
Tabel. 1
Desain Metode Penelitian
(Sugiyono, 2010 : 112)
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan (X) dan
kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut
53
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2010), h.39
R X O2
R O4
57
kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2).
Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis
dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup:
1. Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.54
Dalam
penelitian ini responden diberi instrumen angket yang berisi daftar
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Pada penelitian ini,
angket yang peneliti gunakan berisi tentang dua hal utama yakni
bagaimana respon siswa pada media ilustrasi musik yang digunakan
dalam pembelajaran menulis puisi dan substansinya. Angket dalam
penelitian ini berjumlah 15 pertanyaan. Untuk menghitung persentase
data angket, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
54
Sugiyono, Opcit, h. 199
58
Rumus analisis data angket:
Keterangan : P = Persentase yang dicapai.
F = Frekuensi (jawaban responden terhadap salah
satu alternatif jawaban).
N = Jumlah responden.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.55
Adapun tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu siswa menulis
puisi dengan memperhatikan tema, pemilihan kata (diksi), penggunaan
gaya bahasa (majas), bait, rima, dan irama, serta pengimajian.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), h. 127, Cet. Ke- 12
P = F x 100
N
59
dan kemudian ditarik kesimpulan.56
Pada penelitian ini yang menjadi
populasi adalah keseluruhan siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong
yang berjumlah 51 siswa.
2. Sampel
Sutrisno Hadi mengemukakan ―sampel adalah sejumlah
penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasinya‖.57
Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas X dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel yaitu sampel kelompok (Cluster Sampling).
Sampel kelompok adalah sampel dalam bentuk kelompok, bukan
individu.58
Misalnya kelas siswa. Dalam sampel kelompok, nilai
sampel adalah rata-rata kelompoknya, bukan nilai individu unsur
sampel. Dalam penelitian ini terpilih dua kelas yang dijadikan sebagai
sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
E. Teknik Analisis Data
Untuk pengujian hipotesis, data hasil post test kemampuan menulis
puisi siswa dari kedua kelompok, baik kelompok eksprimen maupun
kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial
melalui uji beda rata-rata. Namun sebelumnya harus diadakan uji prasyarat
analisis.
56
Sugiyono. Opcit, h. 90 57
Sutrisno Hadi. Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996), h.221, Cet. Ke-19 58
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 71, Cet. Ke-1
60
1. Uji prasayarat analisis
Uji homogenitas varians:
Uji homogenitas varians ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang didapat homogen atau tidak. Pengujian homogenitas
ada tiga cara,59
yaitu:
a. Varians terbesar dibandingkan varians terkecil
b. Varians terkecil dibandingkan varians terbesar
c. Uji Bartlett (untuk lebih dari 2 kelompok)
Dari ketiga cara di atas peneliti memilih cara yang pertama yaitu
cara varians terbesar dibandingkan varians terkecil dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat.
2) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus:
F= Varians terbesar
Varians terkecil
3) Tetapkan taraf signifikansi (α).
4) Hitung Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F1/2 α (dk varians terbesar – 1, dk varians terkecil – 1)
dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel.
59
Husaini Usman, R Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
h.133.
61
5) Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu :
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima (homogen)
6) Bandingkan Fhitung dengan Ftabel.
7) Buatlah kesimpulannya.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan statistik inferensial yaitu uji
perbedaan dua rata-rata. Adapun rumus statistik uji- t yang digunakan
jika varians tidak homogen, yaitu :
Uji hipotesis untuk Ho : akan mempunyai statistik uji60
:
th = x1 – x2 diketahui : x1 = ∑ x1
√( S12 ) + (S2
2)
n1
n1 n2
di mana t mengikuti distribusi t dengan derajat bebas sama dengan:
db = √( S12 + S2
2)2
n1 n2
(S12/ n1)
2 + (S2
2/ n2)
2
n1-1 n2-1
60
R.Gunawan Santosa, Statistik, (Yogyakarta: Andi, 2004), h.107.
62
Sedangkan rumus statistik uji t yang digunakan jika varians
homogen, yaitu:
�̅�1 − �̅�2 ; dengan derajat bebas (db)= 𝑛1 + 𝑛2 − 2
𝑆𝐺 1
𝑛1 +
1
𝑛2
Pada penggunaan tabel t maka db dibulatkan pada “integer terdekat”.
t=
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Profil Sekolah
Nama Yayasan : Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (Anak
Lembaga PB
PGRI)- YPLP-PGRI
Nama Sekolah : Sekolah Menengah Atas (Atas) Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI): SMA PGRI Serpong
Tahun Berdiri : 08 Januari 1978
Izin Operasional : Dari KANWIL DEPDIKBUD Propinsi Jawa Barat
NO : 189 /I02.KEP / E.81 tanggal 28 September
1981
Status Sekolah : Terakreditasi ―B‖
Alamat : Yayasan Pusat di Jakarta
: Yayasan Propinsi di Serang
: Yayasan Kabupaten di Tangerang
: Sekolah : Jl. Pahlawan Seribu No. 60 Serpong
Tangerang Telepon/Fax. (021) 7562410
KEPALA SEKOLAH
Nama : Drs. Samya Suryana
Tempat Tanggal lahir : Sumedang, 18 Februari 1956
63
64
NIP : 195602181986031008
Pangkat, Jabatan, Golongan : Pembina Tingkat Satu/IVa
Pendidikan : S1. IPPS
2. Visi dan Misi sekolah
Visi SMA PGRI 22
Sekolah Besar Kuat Demokratis, Kompetitif dan Berkualitas Pilihan
Masyarakat
Visi ini menggambarkan cita-cita sekolah yang objektif,
rasional, dan fokus. Ke depan sebagai lembaga pendidikan terdepan
yang berwibawa, dihargai, disegani, dan diakui oleh stake holder
pendidikan.
Misi SMA PGRI 22
a. Misi Pendidikan Nasional untuk melaksanakan proses pendidikan
efektif guna menghasilkan lulusan yang bermutu, cerdas
berpengetahuan luas dan dalam, memilikinya kepribadian,
memiliki keterampilan hidup
b. Misi Kebudayaan Nasional adalah untuk menumbuhkembangkan
budaya bangsa, melestarikan nilai – nilai luhur serta menjungjung
tinggi nilai agama untuk mencapai ahlakul karimah, berkesenian
yang sehat dan bermanfaat.
65
c. Misi Nilai Perjuangan salah satu jati diri PGRI sebagai organisasi
induknya mengawal, menjaga, menegakkan dan mengisi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus
1945, dengan menanamkan kesadaran bela negara dan rasa
kebangsaan yang tinggi.
d. Misi Pengabdian merupakan kesadaran berkorban berkarya nyata
bagi para guru sebagai pendidik, pengajar, pelatih, penilai dalam
kiprahnya terhadap misi organisasi PGRI dengan penuh rasa
tanggung jawab dan niat ibadah.
e. Misi Pengembangan dan Pembaharuan selalu, memperluas,
memperdalam, memperkuat, memperkaya, perubahaan kearah
kemajuan menyeluruh secara bertahap terprogram dan terukur
secraa terus menerus.
f. Misi Kompetensi : sekolah mampu meningkatkan potensi guru, staf
sekolah dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap tingkah
laku dan kepribadian (afektif) dan keterampilan hidup (life skill).
g. Misi IMTAQ dan IPTEK diharapkan sekolah ini sebagai egen
pembentukan manusia beriman, bertakwa, berahlak mulia serta
agen ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberi manfaat besar
bagi kehidupan umat lahir dan bathin.
66
3. Kurikulum sekolah
Struktur kurikulum di SMA PGRI Serpong meliputi substansi
pembelajaraan yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga
tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum
disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi
mata pelajaran.
Pengorganisasian kelas – kelas di SMA PGRI Serpong dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang
diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XII merupakan program
penjurusan yang terdiri atas dua program: (1) Program Ilmu Pengetahuan
Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Table 2. Struktur Kurikulum SMA PGRI Serpong Kelas X
Komponen Alokasi waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 4 4
6. Fisika 2 2
7. Biologi 2 2
8. Kimia 2 2
9. Sejarah Nasional dan Dunia 2 2
10. Geografi 2 2
11. Ekonomi 2 2
12. Sosiologi 2 2
13. Seni Budaya 2 2
14. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan
2 2
15. BK / BP - -
16. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
2 2
67
17. Keterampilan / Bahasa Asing 2 2
B. Muatan Lokal 1 1
C. Pengembangan Diri 2* ) 2
* )
Jumlah 41 41
28*
) Ekuivalen 2 jam pembelajaraan
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Kepala Sekolah
N a m a : Drs. Samya Suryana
Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 18 Februari 1956
N I P : 195602181986031008
Pangkat, Jabatan, Golongan : Pembina Tingkat Satu / IV a
Pendidikan : S1 IPPS
a. Guru
Jenis Kelamin : L = 15 P = 14 Jumlah : 29
Pendidikan : D3 = 1 S1 = 27 S2 = 1 Jumlah : 29
Pengalaman : 4 Thn = 6 8 Thn = 5 > 12 Thn = 18
b. Staff
Jenis Kelamin : L = 4 P = 3 Jumlah : 7
Pendidikan : SLTP = 4 SLTA = 3 Jumlah : 7
Pengalaman : < 4 Thn : 1 > 4 Thn : 2 > 8 Thn : 4
68
Tabel 3. Data Personil SMA PGRI 22 Serpong
No. Nama Guru/TU/Penjaga Agama Pendidikan
Terakhir
Jabatan Mengajar Mata
Pelajaran
1. Drs. Samya Suryana Islam S1 Kepsek Sosiologi/Sejarah
2. Dra. Hj.Tini Nuraeni Islam S1 Guru Bahasa dan Sastra
Indonesia
3. Dra. Hj.Ellien Ajatri LT Islam S1 PKS Kur. Ekonomi
4. Dra. Catharina SDD Kristen S1 Guru Kimia
5. Kusmiati Roebyo, S.Pd Islam S1 PKS Kes. Bahasa Inggris
6. Naijan, S.Pd Islam S1 PKS Sarana Sosiologi/sejarah
7. Drs. Muhammad Halimi, MMPd Islam S1 PKS Humas Pendidikan Agama
Islam
8. M. Asro S.Pd. Islam S1 Guru Pendidikan
Kewarganegaraan
9. Aminah, S.Pd. Islam S1 Guru Ekonomi
10. Drs. M. Chotib Islam S1 Guru Pendidikan Agama
Islam
11. Dra. Maryati Islam S1 Guru Sejarah/SPJD
12. Drs. Suparto Islam S1 Guru Kesenian
13. Dra.Rr Tatik Purwaningsih Islam S1 Guru Biologi
14. Suhardjo CR, SP Islam S1 Guru Biologi
15. Iis Rosita, S.Pd Islam S1 Guru Fisika
16. Dede Syarif, S.Pd Islam S1 Guru Biologi
17. Mueliah, S.Pd Islam S1 Guru Bahasa dan Sastra
Indonesia
18. R. Rudi Darmawan, S.Pd Islam S1 Guru Sosiologi/Kesenian
19. Euis Hasmayanti Dewi, SIP Islam S1 Guru Pendidikan
Kewarganegaraan
20. Jonih Surya, S.Pd Islam S1 Guru Penjaskes
21. Drs. Memed Sumantri Islam S1 Guru Kesenian
22. Ani Wahyu Sumawijaya, S.Pd Islam S1 Guru Matematika
23. Ahmad Fauzi, S.Pd Islam S1 Guru Matematika
24. Irawan, S.Kom Islam S1 Guru Komputer
25. Apriyanti Cinta Jayanti, S.Pd Islam S1 Guru Matematika
26. Ratna Ismawati, S.Pd Islam S1 Guru Bahasa Inggris
27. Harid Adhari, S.Kom Islam S1 Guru Komputer
28. Dede Komarudin, S.Pd Islam S1 Guru Ekonomi/Akuntansi
29. Tri Junaedi, S.Pd Islam S1 Guru Fisika/Geografi
30. Awal Oedijono Islam S1 Guru Keterampilan Otomotif
31. Sukenah Islam SMKK Guru Keterampilan Tata
Busana
32. Amelia Islam D2 Guru Bahasa Inggris
33. Cacih Islam SMA Tata Usaha --
34. Tuti Sutihat Islam SMA Kasir --
35. Rusdiana Islam SMA Tata Usaha --
36. Ruri Ismayanti Islam SMK Perpustakaan --
37. Arham Islam SMP Pesuruh --
38. Maman Rusman Islam SMP Penjaga --
39. Ading Sukardi Islam SMP Penjaga --
40. Mulya Kustini Islam SMA Tata Usaha --
69
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini, diperoleh hasil tes akhir
(post test) pada kedua kelas. Adapun hasil data yang peneliti peroleh,
dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel yang disertai
pendeskripsiannya. Hasil akhir dari data yang telah diproses bertujuan
untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah media ilustrasi musik
diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi.
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Data penelitian ini berupa lembar kerja siswa yang menulis puisi
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes keterampilan
menulis puisi itu telah diubah ke dalam bentuk bahasa tulis
(transkrip). Data yang berupa larik-larik puisi diubah ke dalam bentuk
angka-angka sehingga data yang diperoleh dapat dihitung dengan
menggunakan perhitungan statistik.
Untuk memperoleh angka-angka tersebut peneliti menggunakan
skala 1 sampai dengan 100. Skala tersebut dilihat dari deskripsi
kriteria penilaian keterampilan menulis puisi ada di lampiran. Setiap
aspek penilaian keterampilan menulis puisi memiliki bobot yang
berbeda. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kepentingan masing-
masing aspek dalam keterampilan menulis puisi.
70
Berikut akan diuraikan contoh hasil analisis tes akhir (post test)
keterampilan menulis puisi siswa di kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Dalam pembahasan ini, peneliti tidak mencantumkan semua
hasil analisis tes keterampilan menulis puisi karena keterbatasan
waktu dan biaya. Peneliti hanya memberikan beberapa contoh
mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam mengubah data
kualitatif yang berupa kalimat menjadi data kuantitatif yang berbentuk
angka-angka.
Hasil penyekoran setiap aspek dari kedua kelas kemudian di
klasifikasikan menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama, dengan skor
tertinggi yaitu 100. Tingkat kedua, dengan skor sedang yaitu 70.
Tingkat ketiga, dengan skor terendah, yaitu 50. Untuk lebih jelasnya
peneliti memaparkan klasifikasi perolehan skor setiap aspek sebagai
berikut:
a. Deskripsi Analisis Puisi Tes Akhir (Post Test) kelas
Eksperimen Subyek Nomor 10 dan 12
Analisis puisi subyek no.10
Nomor 10
Nama Cindy Tania. M
Nilai 80
71
1) Tema atau Judul Puisi
Tema atau judul dalam menulis puisi pun harus
diperhatikan. Tema atau judul harus tepat dengan isi puisi
yang ditulis. Dalam puisi subyek nomor 10, judul yang
diambil adalah Penyesalan. Judul telah sesuai dengan isi
puisi karena di dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa
si penulis membenci dirinya sendiri seperti orang yang
sedang lepas kendali. Tersirat ada penyesalan di dalamnya.
Untuk itu peneliti memberi skor 20 untuk ketepatan
penentuan tema dalam puisi di atas.
Judul puisi:
Penyesalan
Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
…..diriku sendiri
Seperti aku
Menjadi seteru
…..diriku sendiri
Waktu itu
Aku…
Seperti orang lain dari diriku
Aku tak puas
Sebab itu aku menjadi buas
Menjadi buas dan panas
72
2) Pemilihan Kata (Diksi)
Diksi memiliki peranan yang penting dalam sebuah
puisi, karena dengan pemilihan diksi yang tepat seorang
penyair akan mendapatkan efek yang lebih indah dari
puisinya. Pada subyek nomor 10, pemilihan kata tampak
pada penggalan: menjadi seteru//aku menjadi buas// buas
dan panas.
Siswa menggunakan kata seteru dengan maksud
ingin menegaskan bahwa ia sedang bertengkar atau
berseteru dengan dirinya sendiri. Siswa memilih kata buas
dan panas untuk menggambarkan bahwa dirinya benar-
benar lepas kendali atas amarahnya. Melihat ketepatan
siswa dalam memilih kata, maka peneliti memberi skor 25.
3) Gaya Bahasa (Majas)
Gaya bahasa yang digunakan oleh subyek nomor 10
ini adalah jenis gaya bahasa hiperbola, seperti pada
penggalan, aku menjadi buas dan panas. Gaya bahasa pada
kalimat aku menjadi buas dan panas merupakan sebuah
gaya bahasa yang berlebihan. Untuk gaya bahasa yang
digunakan diberikan skor 10.
4) Bait, Rima, dan Irama
Bait dalam puisi erat kaitannya dengan tipografi
(perwajahan) puisi, fungsinya untuk menarik perhatian
73
pembaca dan membantu pembaca memahami makna dan
situasi yang tergambar dalam puisi. Pemenggalan-
pemenggalan pada puisi di atas yang ditulis oleh subyek
no.10 telah memiliki struktur yang indah dan memudahkan
pembaca memahami makna yang ingin disampaikan oleh
penyairnya. Pada bait dalam puisi tersebut, siswa menulis
puisi dalam bait yang masing-masing tiap lariknya semakin
menjorok ke dalam. Penempatan bait diberikan skor sebesar
5.
Rima dalam puisi di atas lebih dominan pada bentuk
rima i-i i-i. seperti penggalan puisi; Kadang-kadang aku
benci// Bahkan sampai aku maki//…diriku sendiri/. Jelas
sekali bunyi akhir pada setiap larik berbentuk i-i i-i. Siswa
pun mengulang bentuk rima di bait kedua dan terakhir
dalam puisinya, seperti penggalannya berikut ini; Aku tak
puas// Sebab itu aku menjadi buas// Menjadi buas dan
panas.
Terdapat pola sajak akhir pada setiap bait. Bait
kesatu: ci-ki-ri; bait kedua: ku-ru-ri; bait ketiga: tu-ku-ku;
bait keempat: as-as-as. Pola sajak tersebut terasa sangat
berirama dan juga liris. Kalau diperhatikan, kombinasi
asonansi dari bait pertama ke bait keempat, dari asonansi i-i
ke konsonansi s-s, menunjukan suasana yang sangat berat
74
dan murung, sesuai dengan perasaan sesal yang semakin
meningkat sehingga di bait keempat semakin terasa suasana
kemarahan pada dirinya sendiri. Karena menariknya unsur
estetik pada puisi ini maka skor untuk kriteria penilaian
rima diberikan skor sebesar 10.
Irama bernilai sangat estetik saat dibaca, jika rima
yang dipilih juga bernilai estetik. Rachmat Djoko Pradopo
menyebut irama sebagai orkestra bunyi, yaitu kombinasi
bunyi yang meliputi semua persajakan.61
Apabila rima
yang dipilih sudah bernilai estetik, maka irama yang
dibentuk akan indah pula saat dibaca. Kombinasi bunyi
dominan asonansi i-i dan konsonansi s-s menimbulkan rasa
penyesalan yang kuat dan kemarahan yang menggelora.
Karena keestetikan tersebut, maka peneliti memberi nilai 5
pada komponen penilaian irama puisi.
5) Pengimajian (Pencitraan)
Pengimajian atau imaji adalah susunan kata yang
mencitrakan pengalaman sensoris seperti melihat,
mendengar, dan meraba. Puisi yang ditulis oleh subyek
no.10 ada pencitraan yang disebut dengan citra suhu, dalam
Rachmad Djoko Pradopo, citra suhu adalah citra yang
dibangkitkan melalui pengalaman sensoris yang berkaitan
61
Rachmat Djoko Pradopo. Puisi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h.3.7, Cet. Ke-3
75
dengan suhu.62
Citra suhu ini dapat kita lihat pada larik
puisi di atas pada bait terakhir; Menjadi buas dan panas,
kata panas tersebut merupakan pengalaman sensoris yang
berkaitan dengan suhu. Pada kategori pencitraan ini,
peneliti memberikan skor 5 dalam puisi subyek no.10.
Analisis puisi subyek no.12
Nomor 12
Nama Sintia Dewi
Nilai 90
Judul Puisi:
Sajak Putih
Beribu saat dengan kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
Sewaktu detikpun jatuh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengabur batas ruang
62
Ibid. h. 4.22
76
Kita pun bisa tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
1) Tema atau Judul
Pada puisi subyek no.12, tema/judul pada puisi ini
adalah Sajak Putih. Dalam analisa peneliti, makna kata
putih pada umumnya adalah nuansa kesucian, ketulusan,
kebersihan, kelembutan, dan keagungan. Keterkaitan antara
judul dengan isi puisi dirasa kurang sesuai karena isi dari
puisi tersebut berbicara tentang keadaan alam, yaitu
kesetiaan bumi terhadap seluruh makhluk hidup yang
berpijak di atasnya. Oleh karena itu, peneliti memberi skor
10 pada kategori tema/judul.
2) Pemilihan Kata (Diksi)
Pada puisi subyek no.12 terlihat si penulis sudah
sangat terampil dalam memilih kata yang sesuai, seperti
pada larik /Beribu saat dengan kenangan/ dan /sewaktu
bayang-bayang kita memanjang / mengabur batas ruang/.
Pada larik /kita dengar bumi yang tua dalam setia/, untuk
menggambarkan kesetiaan, si penulis lebih memilih kata
77
tua. Karena ketepatan subyek no.12 dalam memilih kata,
maka peneliti memberi skor sebesar 25.
3) Penggunaan Gaya Bahasa (Majas)
Gaya bahasa yang banyak digunakan dalam puisi di
atas adalah majas personifikasi. Seperti pada penggalan
larik ketiga; /kita dengarkan bumi menerima tanpa
mengaduh/, lalu di larik keempat; /sewaktu detik pun jatuh/,
kemudian di larik kelima; /kita dengar bumi yang tua
dalam setia/. Dari semua penggalan larik di atas
menyiratkan bahwa seolah-olah bumi dan detik adalah
makhluk hidup yang menyerupai sifat-sifat manusia.
Karena ketepatan gaya bahasa yang digunakan, maka
peneliti memberikan skor sebesar 25.
4) Bait, Rima, dan Irama
Struktur bait dalam puisi pada subyek no. 12 sudah
baik atau sudah tepat. Walaupun struktur yang dibuat
merupakan struktur yang sudah lazim digunakan. Namun si
penulis konsisten dalam menuliskan setiap bait terdiri dari
empat larik. Untuk bait, peneliti memberi skor 5.
Rima dalam puisi tersebut sangat terasa. Rima yang
digunakan adalah aabb dan abba. Bisa dilihat pada setiap
akhir paragraf, seperti pada bait pertama; beribu saat
dengan kenangan/ surut perlahan/ kita dengarkan bumi
78
menerima tanpa mengaduh/ sewaktu detik pun jatuh/.
Untuk rima pada puisi di atas, peneliti memberi skor 10.
Dikarenakan rima yang dibentuk secara konsisten
dan kombinasi bunyi yang dihasilkan dari rima an-an dan
uh-uh maka terbentuk juga irama yang indah saat puisi
tersebut dibaca. Rima an-an pada bait pertama seakan
mengekspresikan suasana kasih atau cinta. Sedangkan rima
uh-uh menimbulkan suasana sedih atau muram. Karena
keestetikannya itu, peneliti memberikan skor sebesar 5
untuk kategori irama ini.
5) Pengimajian (Pencitraan)
Pengimajian yang dibuat sudah berhasil membuat
pembaca seperti merasakan apa yang dirasakan maupun
yang dilihat oleh si penulis. Imaji yang terasa dalam puisi
tersebut adalah imaji pendengaran dan penglihatan. Imaji
pendengaran sangat terasa pada larik ketiga pada bait
pertama dan larik pertama pada bait kedua; /kita dengarkan
bumi menerima tanpa mengaduh//, //kita dengar bumi yang
tua dalam setia/ serta pada larik kedua di bait ketiga;
/sewaktu ia pun memanggil-manggil/. Kata ‗dengarkan‘,
‗dengar‘, dan ‗memanggil-manggil‘ adalah kata-kata yang
menimbulkan imaji pendengaran. Sedangkan imaji
penglihatan sangat terasa pada larik ketiga pada bait kedua;
79
/sewaktu bayang-bayang kita memanjang/ dan pada larik
pertama di bait ketiga; /kita pun tersekat dalam pesona/.
Kata ‗bayang-bayang‘, ‗memanjang‘, ‗tersekat‘, dan
‗pesona‘ merupakan kata-kata yang bisa menimbulkan
imaji penglihatan. Untuk kategori penilaian pengimajian,
peneliti memberikan skor sebesar 10.
b. Deskripsi Analisis Puisi Tes Akhir (Post Test) kelas Kontrol
Subyek Nomor 4 dan 7
Analisis puisi subyek no. 4
Nomor 4
Nama Muhammad Anhar
Nilai 62
Judul puisi :
Sahabatku
Di kala tangisku
Kaulah yang menghiburku
Di kala sepiku
Kaulah yang menemaniku
80
Sahabatku….
Kaulah teman yang setia
Menemaniku
Hadir di saat suka
Dan dukaku
Sahabatku…
Kaulah yang berarti
Di hidupku
Kaulah yang mengerti
Hidupku…
Terimakasih sahabatku
Tanpa kau tak ada arti
Yang indah dihidupku..
1) Tema atau Judul
Tema atau judul puisi di atas sudah sesuai dengan
isi puisi. Isi cerita yang diangkat merupakan perwujudan
kasih sayang seseorang terhadap sahabatnya. Oleh karena
kesesuaian judul dengan isi puisi, maka peneliti memberi
skor sebesar 20 pada kategori ini.
81
2) Pemilihan Kata (Diksi)
Pemilihan kata yang dilakukan oleh subyek no. 4 ini
merupakan pilihan kata sehari-hari. Seperti terlihat pada
setiap baitnya, tidak ada kata-kata yang mempunyai makna
khusus. Subyek no.4 ini memaparkan yang dirasakannya
secara gamblang. Oleh karena itu, peneliti memberi skor
sebesar 15 untuk kategori pemilihan kata.
3) Gaya Bahasa (Majas)
Subyek no. 4 ini kurang terampil dalam
mempercantik kata sehingga tidak ada gaya bahasa yang
digunakan dalam puisinya. Peneliti memberi skor sebesar
10 untuk kategori gaya bahasa.
4) Bait, Rima, dan Irama
Struktur bait sudah benar atau sudah sesuai dengan
struktur bait puisi pada umumnya. Bentuk dari setiap
baitnya dibuat zig-zag. Peneliti memberi skor sebesar 5
untuk kategori ini.
Rima yang dimunculkan dalam puisi tersebut belum
bernilai estetik, karena rima yang terbentuk adalah
kebanyakan pengulangan dari kata ganti –ku. Walaupun
rima akhir dari puisi tersebut berbentuk aaaa pada bait
pertama dan abab pada bait-bait berikutnya, tetapi nilai
82
estetiknya belum terasa. Maka dari itu peneliti memberi
skor sebesar 5 pada kategori rima.
Irama yang dimunculkan dalam puisi saat puisi itu
dibacakan masih kurang terasa indah. Maka peneliti
memberi skor sebesar 2 pada kategori ini.
5) Pengimajian (Pencitraan)
Imaji yang ditimbulkan oleh kata-kata dalam puisi
tersebut belum mampu membawa pembaca ke dalam
perasaan yang dirasakan penyair pada saat menuliskan puisi
tersebut. Karena kata-kata yang digunakan belum bisa
merangsang imajinasi dan mengguah perasaan. Maka dari
itu peneliti memberi skor sebesar 5 untuk kategori ini.
Analisis puisi subyek no.7
Nomor 7
Nama Mamay Suprihartini
Nilai 62
Judul puisi:
Masa lalu
Dalam kenangan dulu
Aku selalu merindukanmu
Dalam masa lalu
83
Aku sangat menyayangimu
Dalam diriku teringat tentangmu
Terbayang wajahmu
Teringat setiap malam di kala
Aku merana
Kini tak ada lagi yang bisa aku rindukan
Tak ada lagi yang bisa kusayangi
Karena itu hanyalah sekedar masa lalu
1) Tema atau Judul
Keterkaitan tema/judul dengan isi puisi memang
penting. Pada subyek no.7 ini pemilihan judul dengan isi
puisi sudah sesuai. Judul yang diberikan oleh penyair adalah
Masa Lalu. Judul tersebut sesuai dengan isi puisi yang
memang menceritakan sebuah kisah masa lalu. Karena
kesesuaian tema/judul puisi ini, maka peneliti memberikan
skor sebesar 20.
2) Pemilihan Kata (Diksi)
Sama seperti subyek no.4, subyek no.7 ini juga
menggunakan pilihan kata sehari-hari untuk
mengekspresikan perasaannya dalam puisi. Ada beberapa
kata yang menurut peneliti kurang sesuai, seperti pada lirik
/dalam diriku teringat tentangmu/. Saat dicermati,
84
pemilihan kata dalam diriku dan disandingkan dengan kata
teringat tentangmu kurang sesuai. Akan lebih indah dan
sesuai jika diriku diganti dengan benakku sehingga menjadi;
/dalam benakku, teringat tentangmu/. Oleh karena kurang
sesuainya pemilihan kata yang digunakan, maka peneliti
memberikan skor sebesar 15 untuk kategori ini.
3) Gaya Bahasa (Majas)
Puisi pada subyek no.7 ini tidak menggunakan gaya
bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian
yang tidak mengandung makna yang mendalam. Karena
dalam puisi ini tidak menggunakan gaya bahasa, maka
peneliti memberikan skor sebesar 10.
4) Bait, Rima, dan Irama
Bait yang ditulis berstruktur zig-zag. Dalam satu bait
terdiri empat larik dan ada yang terdiri dari tiga larik.
Struktur bait ini sudah benar. Maka peneliti memberikan
skor sebesar 5.
Rima yang dibentuk oleh penulis masih kurang sesuai.
Walaupun di akhir setiap larik terdapat akhiran rima yang
sama, tetapi menurut peneliti masih belum bernilai estetik,
karena akhiran rima itu lebih banyak mengulang akhiran
kata ganti –mu. Maka dari itu, peneliti memberikan skor
sebesar 5.
85
Sedangkan irama puisi saat puisi tersebut dibacakan
masih kurang terasa indah, karena irama puisi saat dibaca
kurang menimbulkan dan menggambarkan suasana
perasaan yang dirasakan si penulis puisi itu. Maka dari itu
peneliti memberi skor 2.
5) Pengimajian (Pencitraan)
Imaji yang ditimbulkan dalam kata-kata yang ditulis
oleh subyek no. 7 adalah imaji penglihatan seperti pada bait
kedua, pada larik kedua, /terbayang wajahmu/. Walaupun
subyek no.7 ini memberikan imaji penglihatan dalam
puisinya, namun imaji yang ditimbulkan itu masih belum
membuat pembaca merasakan kedalaman rasa sang penulis
tentang apa yang dirasakan dan dilihatnya. Maka dari itu,
peneliti memberikan skor 5 pada kategori ini.
Jadi, kesimpulan dari analisis pemberian skor di atas adalah
terdapat perbedaan pada hasil post test kedua kelas di atas. Kelas
eksperimen mendapat nilai lebih baik dari pada kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen, skor menulis puisi subyek no.10 mendapatkan skor
sebesar 80 dan subyek no.12 mendapatkan skor sebesar 90.
Sedangkan pada kelas kontrol, skor menulis puisi subyek no.4
mendapatkan skor sebesar 62 dan subyek no.7 mendapatkan skor
sebesar 62. Hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada pemaparan hasil
analisis data dan uji hipotesis di sub. bab berikut ini.
86
2. Analisis Data
Hasil post test pada materi menulis puisi adalah sebagai berikut:
Tabel. 4. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X
(Kelas Eksperimen)
No Nama Siswa
(Kelas
Eksperimen)
Tema Pemilihan
kata
Majas Bait, rima, dan
irama
Imaji Nilai
1. Bima Nugie 20 15 10 9 5 50 2. Yosphin Sinalita 10 15 25 12 10 72 3. Achmad Fajar 20 25 25 17 10 97 4. Nila Sari 20 25 25 12 10 92 5. Repiyanti 20 15 10 9 5 59 6. Junita Sari 20 25 10 12 5 72 7. Obit .S. 10 15 25 20 10 80 8. Rizky Manalu 20 15 25 12 10 82 9. Ira Maulida 20 25 10 20 10 85 10. Cindy Tania 20 25 10 20 5 80 11. Triyani 5 15 10 12 5 47 12. Sintia Dewi 10 25 25 20 10 90 13. Nuraida 20 25 10 20 10 85 14. Suchi Zaini 20 25 10 9 5 69 15. Dennis .S. 20 15 10 9 5 59 16. Feti Silvia 20 15 25 20 10 90 17. Sri Silviani 10 15 25 20 5 75 18. Noviyanti 20 15 10 12 5 62 19. Deby Sintia 20 25 25 20 5 95 20. Anita Rahayu 10 25 10 20 5 70 21. Dinda Amalia .P. 20 15 10 12 5 62 22. Tri Astuti Yunsa 20 15 10 12 10 67 23. Rezky Audia 10 15 25 12 5 67 24. Octaviani 20 15 10 20 10 75 25. Hanafiah 10 15 25 20 10 80 26. Eisa 20 15 10 12 5 62
Jumlah 1924
87
Tabel. 5. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X
(Kelas Kontrol)
No Nama Siswa
(Kelas Kontrol)
Tema Pemilihan
kata
Majas Bait, rima, dan
irama
Imaji Nilai
1. Lucky Apriansyah 5 25 10 9 5 54
2. Ari Miswar 20 15 10 9 5 59
3. Amirullah 5 25 10 9 5 54
4. Muhammad
Anhar
20 15 10 12 5 62
5. Zulfikar Aris
Akbar
20 15 25 12 5 77
6. Sri Suarsih 20 15 25 9 5 74
7. Mamay
Suprihatini
20 15 10 12 5 62
8. Nudrika 20 15 10 12 5 62
9. Nurul Amalia 10 5 10 9 5 39
10. Asri D.W 5 15 25 12 5 62
11. Hikmah 5 5 10 9 5 34
12. Widiya 20 25 10 12 5 72
13. Anisa 10 5 10 9 5 39
14. Silviani 5 15 10 9 5 44
15. Deanti 20 25 10 12 5 72
16. Dwi Adesty 20 15 10 20 10 75
17. Resvi 20 25 25 17 10 97
18. Tika 20 25 10 20 10 85
19. Ade Septi 5 15 10 9 5 44
20. Iramayanti 10 15 10 12 5 52
21. Fatma Fatima 10 5 10 9 5 39
22. Fichto Richdiadi 20 15 25 20 10 90
23. Desi Endriani 20 15 10 20 5 70
24. Sarah Amelia 20 25 25 12 5 87
25. Ratna Sari 10 15 10 12 10 46
26. -
Jumlah 1551
88
Tabel. 6. Data Pengolahan Hasil Posttest Pada Kemampuan Menulis
Puisi Siswa Kelas X
Untuk pengujian hipotesis, data hasil belajar siswa dari
kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui
uji beda rata-rata. Namun sebelumnya harus diadakan uji prasyarat
analisis.
No. Kelas Eksperimen
(x1)
Kelas Kontrol
(x2)
x12
x22
1. 50 54 2500 2916
2. 72 59 5184 3481
3. 97 54 9409 2916
4. 92 62 8464 3844
5. 59 77 3481 5929
6. 72 74 5184 5476
7. 80 62 6400 3844
8. 82 62 6724 3844
9. 85 39 7225 1521
10. 80 62 6400 3844
11. 47 34 2209 1156
12. 90 72 8100 5184
13. 85 39 7225 1521
14. 69 44 4761 1936
15. 59 72 3481 5184
16. 90 75 8100 5625
17. 75 97 5625 9409
18. 62 85 3844 7225
19. 95 44 9025 1936
20. 70 52 4900 2704
21. 62 39 3844 1521
22. 67 90 4489 8100
23. 67 70 4489 4900
24. 75 87 5625 7569
25. 80 46 6400 2116
26. 62 - 3844 -
Jumlah 1924 1551 146.932 103.701
89
a. Uji prasyarat analisis
Uji homogenitas varians
Uji homogenitas adalah pengujian data, apakah data tersebut
homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
cara uji: varians terbesar dibandingkan varians terkecil.
1) Hipotesis
Ho= Tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2
(homogen)
Ha= Terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2 (tidak
homogen)
2) Menentukan Fhitung dan Ftabel.
Fhitung = varians terbesar (S2)
varians terkecil (S2)
;dengan derajat bebas (db) = (nbesar-1, nkeci l-1)
mencari varians (S2):
S12
= n1 ∑ x12
– (∑ x1)2
n1(n1-1)
= 26 (146.932) – (1924)2
26 (26-1)
90
S22 = n2 ∑x2
2 – (∑x2)
2
n2 (n2 – 1)
= 25 (103.701) – (1551)2
25 (25 – 1)
= 2.592.525 – 2.405.601
600
= 186.924
600
= 311,54
= 3.820.232 – 3.701.776
650
= 118.456
650
= 182,24
Keterangan :
S2
= varians
N1= banyaknya jumlah kelas eksperimen
N2= banyaknya jumlah kelas kontrol
3) Menghitung Fhitung
F = varians terbesar
varians terkecil
91
= 311, 54
182,24
= 1,7095 ; db= (26-1, 25-1)
= (25, 24)
4) Hitung Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F1/2 α (dk varians terbesar – 1, dk varians terkecil – 1)
Ftabel= F1/2 . 0,01 (25, 24)
= 0,05 (25,24)
= 1,939
dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel = 1,939.
5) Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu :
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima (homogen)
Hasil yang didapat yaitu Fhitung =1,709 dan Ftabel = 1,939.
Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima (homogen), yang
berbunyi : ―Tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians
2‖.
Kesimpulannya adalah dinyatakan bahwa variansi kedua
kelompok relatif sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua
kelompok dalam keadaan homogen.
92
b. Pengujian Hipotesis
Setelah uji kehomogenan dilakukan dengan hasil varians
adalah homogen. Maka selanjutnya nilai-nilai hasil siswa
diolah dengan menggunakan statistik inferensial. Berikut
adalah langkah-langkah penghitungannya:
1) Menentukan Hipotesis
Ho= Rata-rata hasil belajar materi menulis puisi yang
menggunakan media ilustrasi musik sama dengan
rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media
ilustrasi musik.
Ha= Rata-rata hasil belajar yang menggunakan media
ilustrasi musik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil
belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik
2) Statistik Hitung
Rumus hitung:
�̅�1 − �̅�2 ;dengan derajat bebas(db)= 𝑛1 + 𝑛2 − 2
𝑆𝐺 1
𝑛1 +
1
𝑛2
t=
93
Rumus untuk mencari Standar Deviasi Gabungan
(SG) adalah sebagai berikut:
𝑆𝐺 = 𝑛1−1 𝑆1
2 + 𝑛1−1 𝑆22
𝑛1 +𝑛2−2
Keterangan :
�̅�1 = rata-rata nilai kelas eksperimen
�̅�2 = rata-rata nilai kelas kontrol
𝑆12 = varians kelas eksperimen
𝑆22 = varians kelas kontrol
𝑛1 = jumlah sampel kelas eksperimen
𝑛2 = jumlah sampel kelas kontrol
Sebelum menghitung thitung, harus dicari terlebih dahulu
standar deviasi gabungannya.
𝑆𝐺 = 𝑛1 − 1 𝑆₁2 + 𝑛1 − 1 𝑆₂2
𝑛1 + 𝑛2 − 2
= 26−1 182,24+ 25−1 311,54
26 +25−2
= 25 182,24+ 24 311,54
49
= 4556 + 7476,96
49
= 12032 ,96
49
94
= 245,57
= 15,67
Setelah didapat hasil dari standar deviasi gabungan.
Maka langkah selanjutnya adalah menghitung thitung dengan
memakai rumus di atas.
Diketahui:
Mencari nilai rata-rata kelas:
�̅�1 = 𝑥₁ = 1924 = 74
𝑛₁ 26
�̅�1 = 𝑥₂ = 1551 = 62,04
𝑛₂ 25
Nilai Varians: S12 = 182,24
S22 = 311,54
Selanjutnya mencari hasil thitung :
�̅�1 − �̅�2
𝑆𝐺 1
𝑛1 +
1
𝑛2
= 74 – 62,04
15,67 1
26 +
1
25
t h =
95
= 11,96
15,67 0,038 + 0,04
= 11,96
15,67 0,078
= 11,96
4, 376
= 2,73 ; db = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
= 26 + 25 − 2
= 49
Setelah proses penghitungan, maka didapat hasil thitung
= 2,73 dan derajat bebas (db)= 49.
3) Statistik Tabel
α = 5% = 0,05
db = 26 + 25 − 2 = 49
Karena derajat bebas 49 tidak ada ditabel, maka
derajat bebas dibulatkan pada integer terdekat yaitu 50
sehingga didapat ttabel = 2,01.
ttabel = (0,05 ; 49)= 2,01
96
4) Membandingkan Statistik Hitung dengan Statistik Tabel
Setelah dibandingkan ternyata:
thitung = 2,73 ttabel = 2,01 Ha diterima
(lebih besar dari) Ho ditolak
5) Kesimpulan
Ho yang berbunyi: ―Rata-rata hasil belajar materi
menulis puisi yang menggunakan media ilustrasi musik
sama dengan rata-rata hasil belajar yang tidak
menggunakan media ilustrasi musik‖, ditolak.
Sebaliknya Ha yang berbunyi: ―Rata-rata hasil belajar
yang menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi
dibanding rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan
media ilustrasi musik‖, diterima.
3. Deskripsi Hasil Analisis Kuantitatif Pengujian Hipotesis
Data yang digunakan dalam analisis pengujian hipotesis adalah
data hasil evaluasi akhir (post test) setelah pembelajaran dilaksanakan.
Seperti diketahui data prestasi belajar post test telah dinyatakan
berasal dari sampel yang homogen. Kemudian dilakukan uji (t). Uji (t)
ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh hasil belajar atau
kemampuan menulis puisi antara kelas yang diberi pembelajaran
97
dengan menggunakan media ilustrasi musik dan yang tidak diberikan
media ilustrasi musik.
Tabel 7.
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t)
Antar Kelompok thitung ttabel 5% Keterangan
Kemampuan menulis puisi siswa pada
pembelajaran dengan media ilustrasi
musik dan yang tidak.
2,73 2,01 Berbeda
Hasil analisis tersebut dapat digambarkan dalam daerah kritis
penerimaan Ho dari uji t sebagai berikut:
Daerah tolak Ho Daerah daerah tolak Ho
Diterima Ho
-2,01 2,01 2,73
Hasil uji memperoleh nilai thitung
> ttabel
(2,73 > 2,01) pada taraf
signifikansi 5%, maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan
kemampuan menulis puisi antara kelompok siswa yang diberi
pembelajaran dengan media ilustrasi musik dan yang tidak
menggunakan media ilustrasi musik. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan media ilustrasi musik berpengaruh terhadap
98
hasil belajar siswa dalam menulis puisi dan hipotesis diterima. Artinya
pembelajaran dengan menggunakan media ilustrasi musik lebih baik
dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
4. Deskripsi dan Hasil Analisis Pengelolaan Angket
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis
puisi dengan menggunakan media ilustrasi musik, siswa diberi lima
belas pernyataan, dengan komposisi 10 pernyataan yang terkait
dengan pembelajaran pemahaman puisi dan 5 pernyataan terkait
dengan pembelajaran dengan media ilustrasi musik.
Berikut gambaran respon siswa terhadap pembelajaran menulis
puisi dengan menggunakan media ilustrasi musik.
Tabel. 8
Hasil Angket
No. Komponen dan Aspek yang Diamati
Hasil Pengamatan
SS S KS
I. Pembelajaran Menulis Puisi
1. Saya senang mempelajari bahasa
Indonesia.
30,8% 69,3% 0%
2. Bahasa Indonesia sangat mudah
dipelajari.
26% 61,6% 11,6%
3. Saya suka semua kegiatan
berbahasa.
15,4% 69,3% 23,1%
99
4. Saya suka kegiatan menulis, seperti
puisi, surat, dan karangan (novel dan
cerpen).
7,7%
73,1%
15,4%
5. Saya pernah menulis puisi. 19,3% 76% 42,3%
6. Menulis puisi merupakan salah satu
media yang sangat bermanfaat untuk
mengekspresikan perasaan.
42,3%
42,3%
15,4%
7. Saya tidak pernah merasa kesulitan
dalam menulis puisi.
11,6%
42,3%
46,2%
8. Penggunaan gaya bahasa, diksi, bait,
rima, dan irama merupakan hal yang
sangat sulit dalam menulis puisi.
26%
53,9%
19,3%
9. Tema dalam menulis puisi sangat
beragam, diantaranya tema tentang
cinta, lingkungan alam, sosial,
persahabatan, dan sebagainya.
57,7%
38,5%
0%
10. Menulis puisi di ruang terbuka
adalah cara yang paling tepat untuk
menemukan inspirasi dan
berimajinasi.
38,5%
57,7%
3,9%
II. Media Ilustrasi Musik
11. Proses pembelajaran puisi lebih baik
diterapkan di dalam kelas, bila di
38,5%
57,7%
3,9%
100
dalam kelas menggunakan media
ilustrasi musik.
12. Ilustrasi musik sangat berperan
penting dalam proses berimajinasi
dan kenyamanan dalam kegiatan
menulis puisi.
38,5%
57,7%
0%
13. Menulis puisi dengan menggunakan
iringan musik (ilustrasi musik)
menjadi sangat menyenangkan.
57,7%
42,3%
0%
14. Saya sering menulis puisi dengan
iringan musik.
15,4%
42,3%
42,3%
15. Bagaimana menurut Anda? Apakah
Anda setuju dengan penerapan
media ilustrasi musik untuk
pembelajaran menulis puisi
selanjutnya?
50%
38,5%
11,6%
Tabel. 9
Kriteria Penafsiran Angket
Interval Persentase
Jawaban
Interpretasi
0% - 24% Berarti sebagian kecil
25% - 49% Berarti hampir
101
separuh
50% Separuhnya
51% - 74% Berarti sebagian besar
atau lebih dari separuh
75% - 99% Berarti hampir
seluruhnya
100% Berarti seluruhnya
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil angket pemahaman
menulis puisi yang diperoleh dari siswa sebagai berikut:
1) Komponen yang menyatakan bahwa siswa senang dan tertarik
dalam belajar bahasa Indonesia, sebanyak 30,8% siswa
menyatakan sangat setuju, 69,3% menyatakan setuju dan 0%
menyatakan kurang setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa siswa memiliki ketertarikan dalam belajar bahasa
Indonesia.
2) Komponen yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia mudah
dipelajari, sebanyak 26% siswa yang menyatakan sangat setuju,
61,6% menyatakan setuju dan 11,6% menyatakan kurang setuju.
Dari hasil tersebut ternyata lebih banyak yang menyatakan setuju.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelajaran bahasa
Indonesia sangat mudah dipelajari.
102
3) Komponen yang menyatakan kesukaan siswa pada semua
kegiatan berbahasa, sebanyak 15,4% siswa yang menyatakan
sangat setuju, 69,3% menyatakan setuju dan yang menyatakan
kurang setuju sebanyak 23,1%. Hasil persentase yang paling besar
adalah yang menyatakan setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa di kelas menyukai
kegiatan berbahasa.
4) Komponen yang menyatakan kesukaan siswa pada kegiatan
menulis seperti puisi, surat, dan karangan (novel dan cerpen)
diperoleh 7,7% yang menyatakan sangat setuju, 73,1%
menyatakan setuju, dan yang menyatakan kurang setuju sebesar
15,4%. Hasil persentase yang paling besar adalah yang
menyatakan setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa di kelas menyukai kegiatan menulis.
5) Komponen yang menyatakan pengalaman siswa dalam menulis
puisi, diperoleh 19,3% menyatakan sangat setuju, 76%
menyatakan setuju, dan 42,3% menyatakan kurang setuju. Dari
hasil persentase tersebut siswa lebih banyak mengatakan setuju.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa pernah
menulis puisi.
6) Komponen yang menyatakan bahwa menulis puisi merupakan
salah satu media yang bermanfaat untuk mengekspresikan
perasaan. Dari pernyataan tersebut diperoleh 42,3% siswa
103
menyatakan sangat setuju, 42,3% menyatakan setuju, dan yang
menjawab kurang setuju sebesar 15,4%. Dari hasil persentase
tersebut ternyata diperoleh hasil yang sama pada pernyataan
sangat setuju dan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa menyetujui pernyataan di atas.
7) Komponen yang menyatakan bahwa puisi bukanlah hal yang sulit
untuk ditulis, diperoleh 11,6% menyatakan sangat setuju, 42,3%
menyatakan setuju, dan 46,2% menyatakan kurang setuju. Dari
hasil persentase tersebut banyak siswa yang menyatakan kurang
setuju. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hampir
separuh dari siswa di kelas yang menyatakan bahwa puisi
merupakan hal yang sulit untuk ditulis.
8) Komponen yang menyatakan bahwa penggunaan gaya bahasa,
diksi, bait, rima, dan irama merupakan hal yang sangat sulit
dalam menulis puisi. Diperoleh 26% siswa yang menyatakan
sangat setuju, 53,9% menyatakan setuju, dan 19,3% menyatakan
kurang setuju. Dari hasil persentase di atas, sebagian siswa
menyatakan setuju. Maka dapat disimpulka bahwa siswa
menganggap bahwa penggunaan gaya bahasa, diksi, bait, rima
dan irama merupakan hal yang sangat sulit dalam menulis puisi.
9) Komponen yang menyatakan bahwa tema dalam puisi banyak
ragamnya, diperoleh 57,7% siswa menyatakan sangat setuju,
38,5% menyatakan setuju, dan 0% menyatakan kurang setuju.
104
Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa menyatakan
sangat setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa menyetujui
tema dalam menulis puisi itu sangat banyak dan tidak terbatas.
10) Komponen yang menyatakan bahwa cara yang paling tepat untuk
menemukan inspirasi dan berimajinasi adalah dengan menulis
puisi di ruang terbuka, diperoleh 38,5% menyatakan sangat
setuju, 57,7% menyatakan setuju, dan 3,9% menyatakan kurang
setuju. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa
menyatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa
menyetujui menulis puisi di ruangan terbuka karena dapat
menimbulkan inspirasi dan kenyamanan dalam menulis.
11) Komponen yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis puisi
lebih beik diterapkan di dalam kelas, bila di dalam kelas
menggunakan media ilustrasi musik, diperoleh 38,5%
menyatakan sangat setuju, 57,7% menyatakan setuju, dan 3,9%
menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut,
sebagian besar siswa menyatakan setuju. Maka dapat disimpulkan
bahwa siswa menyetujui apabila pembelajaran menulis puisi di
dalam kelas dengan menggunakan media ilustrasi musik.
12) Komponen yang menyatakan bahwa ilustrasi musik sangat
berperan penting dalam proses berimajinasi dan kenyamanan
dalam kegiatan menulis puisi, diperoleh 38,5% menyatakan
sangat setuju, 57,7% menyatakan setuju, dan yang menyatakan
105
kurang setuju sebesar 0%. Dari hasil persentase tersebut, sebagian
besar siswa menyatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa
siswa menyetujui pemutaran ilustrasi musik sangat berperan
penting dalam proses berimajinasi dan kenyamanan dalam
kegiatan menulis puisi.
13) Komponen yang menyatakan bahwa menulis puisi dengan
menggunakan iringan musik (ilustrasi musik) menjadi sangat
menyenangkan, diperoleh 57,7% menyatakan sangat setuju,
42,3% menyatakan setuju, dan yang menyatakan kurang setuju
sebesar 0%. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa
menyatakan setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan siswa
menyetujui bahwa pembelajaran dengan media ilustrasi musik
sangat menyenangkan.
14) Komponen yang menyatakan bahwa saya sering menulis puisi
dengan iringan musik, diperoleh 15,4% menyatakan sangat setuju,
dan 42,3% menyatakan setuju, dan 42,3% menyatakan kurang
setuju. Dari hasil persentase tersebut, terdapat hasil yang sama
yang menyatakan setuju dan yang menyatakan kurang setuju,
maka dapat disimpulkan bahwa separuh siswa ada yang pernah
menulis puisi dengan iringan musik dan separuh siswa lainnya
tidak pernah menulis puisi dengan iringan musik.
15) Komponen yang menyatakan bahwa apakah siswa setuju jika
penerapan media ilustrasi musik dilakukan dalam pembelajaran
106
menulis puisi untuk selanjutnya, diperoleh 50% menyatakan
sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, dan 11,6% menyatakan
kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa separuh dari siswa menyatakan sangat setuju
terhadap penerapan media ilustrasi musik untuk pembelajaran
selanjutnya.
107
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pada perolehan data di lapangan melalui berbagai
rangkaian penelitian, pengolahan data serta menjawab hipotesis penelitian
maka diperoleh kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian
mengenai pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi
kelas X SMA PGRI 22 Serpong. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil
pembelajaran berupa karya puisi dan perhitungan statistik diketahui bahwa
terdapat pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi
siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, penulis
menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya memandang bahwa
pembelajaran menulis puisi merupakan bagian yang penting dan tak
terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga kita
perlu memperhatikan kemampuan siswa dalam menulis puisi yang baik.
2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam
memilih teknik dan media pembelajaran menulis puisi agar siswa menjadi
107
108
lebih berminat mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran
puisi tidak menjenuhkan.
3. Salah satu alternatif dalam menggunakan media pembelajaran puisi adalah
penggunaan media ilustrasi musik yang telah terbukti dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi dan membuat pembelajaran materi menulis
puisi menjadi menyenangkan.
109
DAFTAR PUSTAKA
A‘la, Miftahul. Quantum Teaching. Yogyakarta: DIVA Press. 2010.
Amrizal,S.Si.,M.Pd. ―Peranan Musik dalam Pembelajaran‖, artikel diakses pada pukul
15:50, tanggal 6 April 2011 dari http://lembaga-pendidikan-pengabdian-
knpi.blogspot.com/2010/07/peranan-musik-dalam-pembelajaran.html
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2002.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010.
Beaty, Jerome, dkk. The Norton Introduction to Literature-Shorter eighth edition.
London: W.W. Norton & Company, Inc. 2002.
Bheda, Khris. ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul
17.10 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup. 2010.
Cahyani, Isah, dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD.
Bandung:UPI PRESS. 2007.
DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Bandung: Mizan Media
Utama. 2003.
Deporter, Bobbi, dkk. Quantum Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2010.
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching. 2006.
Hadi, Sutrisno. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset. 1996.
109
110
Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Learning Center. 2003.
Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001.
Jensen, Eric. Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru.Jakarta:
PT Indeks. 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2008.
Keraf, Gorys.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2010.
Lilis, Nenden. A. Tips Praktis Menulis Kreatif. Bandung: Rumput Merah. 2007.
Munadi, Yudhi.Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Tangerang:
Gaung Persada Press. 2008.
Nurmalasari, Vita. ―Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama Dengan
Menggunakan Pendekatan Partisipatif Pada Siswa Kelas XI IPA 3 Sman 23
Bandung : Studi Praeksperimen.” Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni, Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.
Pradopo, Rachmat Djoko. Puisi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2010.
Rosyid, Abdur. ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9
Juni 2011 pukul 17.54 WIB dari
http://www.abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-
unsur-unsurnya/
Sadiman, Arief S., (dkk). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2009.
111
Santosa, R.Gunawan. Statistik.Yogyakarta: Andi. 2004.
Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya. t.t.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT Grasindo. 2008.
Siswantoro. Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris. Surakarta: Muhammadiyah
University Press. 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta. 2010.
Sukino. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS. 2010.
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 2008.
Usman, Husaini, dan R. Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara. 2008.
Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga. 1995.
Yunus, Suparno Mohammad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2009.