PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP KALOR
(Quasi Eksperiment di SMP Aulia Bogor)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
LISNA NAFIKAH
105016300601
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
iii
ABSTRAK
Lisna Nafikah (105016300601). “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif
Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Perpindahan Kalor.” Skripsi,
Program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
generatif terhadap hasil belajar fisika pada konsep perpindahan kalor. Penelitian
ini dilakukan di SMP Aulia Bogor tahun pelajaran 2010-2011, metode penelitian
yang digunakan adalah quasi experiment desain nonrandomized pretest-posttest
control group design, dengan 80 orang siswa sebagai sampel yang terbagi menjadi
dua kelompok. Kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dengan model
pembelajaran generatif dan siswa kelas VII-2 sebagai kelompok kontrol dengan
metode ceramah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
objektif tipe pilihan ganda dengan empat pilihan yang digunakan model
pembelajaran generatif untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada
konsep perpindahan kalor. Dalam penelitian ini, diperoleh skor pretest untuk
kelompok eksperimen adalah 40,3 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah
37,33. Sedangkan hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-
rata 67 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 56,7. Berdasarkan perhitungan
uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh harga t tabel = 2,00 t hitung =
1,11 dari hasil pengujian diperoleh t hitung < t tabel , dengan demikian Ho diterima
Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan
rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh
model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa signifikan.
Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran generatif, metode ceramah.
iv
ABSTRAC
Lisna Nafikah (105016300601), “INFLUENCE OF GENERATIF
LEARNING MODEL toward the result of physics study about calor
transfer”. Skripsi physics education study programme, major sains faculty
Tarbiyah and education, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010.
The purpose of this research is to determine the influence of generatif
learning model toward the result of physics study about calor transfer. This
research has been conducted in SMP Aulia Bogor. The method of research, is
used quasi experimental method, nonrandomized pretest-postest control group
design with 80 students as the sample. This sample divided into two group which
is student at class VII-3 as the experimental group with generatif learning model
and student at VII-2 class as the control group with lecture method. According to
the instrument in this research such as object test multiple choice with a four
choice that influence the student result in study physic about moving callor
concept. The pretest score of experimental group is 40,3 and the average score of
control group is 37,33. The postest result of experiment group get average score
67 and the average score of control group is 56,7. By the t-test postest calculation,
the level of certainty is 95%, value t table = 2,00 and t calculate = 1,11. Those
test result show that the value of t calculate < t table. It means that Ho accept Ha
reject to belief level 95% in this case show that significantly different betwen
average postest score experimental group with average postest score control
group. Can be concluded from these result that the learning generatif model give
significant influence to the result of student learning.
Keyword: Result of physics study, generative learning model.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Salawat dan salam tak lupa penulis sampaikan
kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia kejalan yang terang benderang, beserta keluarga dan para
sahabatnya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi dalam
bidang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan fisika.
Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi semua pihak yang
telah membantu terselesainya skripsi ini. Sehingga penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A, selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Seketaris Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Iwan Permana, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan..
5. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta nasehat
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
vi
6. Ibu Erina Hertanti, M. Si, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah Khususnya di Jurusan
IPA (Pendidikan fisika) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.
8. Bapak Drs, Ahmad Sanusi selaku Kepala Sekolah SMP Aulia Bogor atas
izinnya kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Aulia Bogor.
9. Bapak Encep, S.Pd, selaku guru pembimbing mata pelajaran fisika yang telah
banyak memberikan ilmunya, arahan, dan bimbingannya selama pelaksanaan
penelitian.
10. Seluruh dewan Guru dan Staff SMP Aulia Bogor yang selalu membantu
penulis.
11. Teruntuk Ibunda Ikah, Ayahanda Said Ali, Suamiku tercinta Decki Faizal,
dan anakku tersayang Alya Rizkia. Mama Dede Suhartati dan papa Dedi
Sutardi yang selalu memberikan dorongan dan motivasi baik moril maupun
materil serta doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Teruntuk saudara-saudaraku dan semua sahabat anak fisika 2005 yang telah
memberikan motivasi, semangat, dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya
skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi para pembaca.
Alhamdulillahirobbil’Alamin
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Jakarta, Februari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH .................................. ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………... 5
C. Pembatasan Masalah...................................................................... 5
D. Rumusan Masalah........................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
F. Mamfaat Penelitian ...................................................................... . 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................... 7
1. Pandangan Konstruktivisme...................................................... 7
2. Model Pembelajaran Generatif................................................. 13
3. Hakikat Proses Belajar Mengajar.............................................. 20
4. Fisika dan Hasil Belajar Fisika.................................................. 24
B. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................... 26
C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 29
D. Pengajuan Hipotesis....................................................................... 31
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 32
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian.................................... 32
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 33
D. Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 33
E. Prosedur Penelitian...................................................................... 34
F. Instrumen Penelitian.................................................................... 36
G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 37
H. Variabel Penelitian...................................................................... 37
I. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................... 38
1) Uji Validitas .......................................................................... 38
2) Uji Reliabilitas ...................................................................... 39
3) Uji Tingkat Kesukaran .......................................................... 40
4) Daya Pembeda ....................................................................... 41
J. Teknik Analisis Data Hasil Belajar ........................................... 42
1. Uji Normalitas ........................................................................ 42
2. Uji Homogenitas ..................................................................... 44
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 45
4. Uji Normal Gain ..................................................................... 47
K. Hipotesis Statistik ...................................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................ 49
1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 49
2. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 50
3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ........................................ 52
B. Hasil Analisis............................................................................... 52
1. Uji Prasyarat Analisis ............................................................ 52
a. Uji Normalitas Pretest-Posttest ......................................... 53
b. Uji Homogenitas Pretest-Posttest ...................................... 53
vi
2. Uji Hipotesis .......................................................................... 54
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pretest ................................. 54
b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Posttest ................................ 55
c. Uji Normal Gain ................................................................ 57
C. InterPretasi Data ........................................................................ 58
D. Pembahasan ............................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 61
B. Saran........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme ........................................... 7
Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Generatif ......................................... 17
Tabel 3.1 Desain Penelitian............................................................................... 32
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ............................................... 36
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r .............................................. 39
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ..................................................................... 40
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat kesukaran .......................................................... 41
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 42
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok
Eksperimen ........................................................................................ 50
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok
Kontrol ............................................................................................... 51
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok
Eksperimen ........................................................................................ 52
Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok
Kontrol ............................................................................................... 53
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian .................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kontrol ............................................................................................... 55
Tabel 4.7 Hasil Uji homogenitas Pretest-Posttest ............................................ 56
Tabel 4.8 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ....................................... 57
Tabel 4.10 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Normal Gain..................................... 58
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................... 30
Gambar 3.2 Bagan Tahap-tahap Prosedur Penelitian ....................................... 35
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ................. 50
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Kontrol ....................... 51
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ............... 52
Gambar 4.4 Diagram batang hasil Posttest Kelompok Kontrol ........................ 53
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ........................................... 67
Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar.................. 80
Lampiran 3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar ........................................................................... 86
Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar .......................................................................... 87
Lampiran 5 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar ........................................................................... 89
Lampiran 6 Distribusi Daya pembeda Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar ........................................................................... 90
Lampiran 7 Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok
Bawah yang Menjawab Benar ...................................................... 91
Lampiran 8 Klasifikasi Kelompok Siswa ........................................................ 93
Lampiran 9 Soal Penelitian Tes Hasil Belajar ................................................. 94
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran
Generatif ....................................................................................... 98
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa .................................................................... 104
Lampiran 12 Analisis Data ............................................................................... 108
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sains dan teknologi secara keseluruhan telah memberikan
dampak dalam berbagai segi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan
yang merupakan salah satu bagian dari pembangunan bangsa. Melalui pendidikan,
manusia dapat meningkatkan potensi dasar yang dimilikinya baik itu potensi fisik,
intelektual, emosional, mental, sosial, dan etika sehingga pendidikan merupakan
hal penting yang harus didapatkan setiap manusia menuju terbentuknya manusia
yang berkualitas.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan pendidikan tertentu. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik
dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan,
serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.1Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah,
penyelenggaraan pendidikan di sekolah lebih di kenal dengan istilah pengajaran,
yaitu proses belajar mengajar yang melibatkan banyak faktor, baik pengajar,
pelajar, dan bahan atau materi, serta fasilitas maupun lingkungan.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan tempat berlangsungnya
proses belajar haruslah diselenggarakan secara sistematis dan terarah dalam
rangka mencapai fungsi dan tujuan pendidikan seperti tertera dalam undang-
undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB II Pasal 3 yang berbunyi:
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yanng beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
1 Nana Syaodiah Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2003) hal, 3-4
1
2
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.2
Pendidik sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar memiliki tugas
yang tidak mudah karena ia merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
pencapaian proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk
memiliki sejumlah kemampuan, keterampilan di dalam bidangnya, serta memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas. Banyak sekali jenis kemampuan,
keterampilan dan keahlian yang harus dimiliki oleh pendidik yang profesional,
karena pendidik merupakan fasilitator maupun motivator bagi peserta didik.
Pendidik sebagai fasilitator, harus menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan dan membimbing peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
menghasilkan perubahan dalam diri peserta didik, baik dalam pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Seperti di ungkapkan
oleh W.S Winkel tentang belajar yaitu ”suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, serta keterampilan dan
perubahan itu bersikap relatif konstan dan berbekas.3
Pembelajaran, harapan yang tidak pernah sirna dan selalu pendidik tuntut
adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan pendidik dapat dikuasai
oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang
dirasakan oleh pendidik. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya
sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada
tiga aspek yang membedakan anak yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek
intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar
permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di
sekolah. Hal ini pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi pendidik dalam
mengelola kelas dengan baik.
2 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Tamina Utama,
2004) hal 7
3 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996) hal 53
3
Dalam mengajar hendaknya pendidik berupaya menciptakan kondisi
belajar dimana peserta didik terlibat secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari dalam fisika. Kemampuan
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dapat terwujud jika peserta didik
diberi kesempatan untuk aktif berperan dalam proses pembelajaran. Pendidik
belum secara intensif menerapkan rancangan program pembelajaran yang mampu
mengembangkan pengetahuan yang dibangun sendiri oleh peserta didik, pendidik
selalu menggunakan metode ceramah yang dianggap paling mudah dalam
menyampaikan bahan pelajaran.
Kebanyakan pendidik memfokuskan diri pada upaya penuangan
pengetahuan kedalam pikiran peserta didiknya, sehingga mungkin saja pendidik
telah merasa mengajar dengan baik namun peserta didik tidak merasa belajar,
dalam arti tidak terjadi penambahan pengetahuan atau perubahan pada diri peserta
didik. Banyak pendidik yang hanya memikirkan bagaimana mengajar IPA dengan
baik, tetapi jarang memikirkan agar peserta didik belajar dengan baik, akibatnya
prestasi belajar peserta didik yang merupakan kategori hasil belajar peserta didik
masih rendah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dianggap
sebagai pelajaran yang paling sulit dan menjadi momok bagi peserta didik.
Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-
hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran
fisika, disamping pengajar fisika yang mengajar secara monoton, metode
pembelajaran yang kurang bervariasi, dan hanya berpegang teguh pada buku paket
saja.
Tidak adanya praktikum pada pembelajaran fisika, mengakibatkan
kesulitan peserta didik yang berakibat rendahnya pemahaman konsep-konsep
fisika dan rendahnya hasil belajar fisika. Dalam kegiatan belajar mengajar
pendidik memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena
fungsi utama pendidik adalah merancang , mengelola dan mengevaluasi
pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika di SMP/MTs, sebagian besar pendidik
kurang inovatif dan kreatif dalam mencari dan menemukan metode pembelajaran
4
yang dapat merangsang motivasi belajar peserta didik. Disamping itu dalam
pembelajaran fisika guru kurang menyajikan demonstrasi, sehingga tidak
menantang siswa berhipotesis, akibatnya jika melihat dugaan maka timbul
perasaan kacau yang membuat siswa tidak termotivasi. Guru kurang menantang
kemampuan berpikir siswa dalam hal kegiatan berupa eksperimen/percobaan,
sehingga siswa tidak aktif dalam proses belajar. Guru kurang memberikan soal-
soal terbuka yang dikerjakan secara berkelompok. Kemudian sebagian besar
pendidik dalam mengajar fisika lebih banyak mengajar konsep-konsep, prinsip-
prinsip, hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada peserta didik, dan
pembelajaran fisika banyak dilakukan dengan memberi konsep fisika tanpa
melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada
disekitarnya.
Siswa belajar menghafal konsep dan bukan menguasai konsep, sehingga
belajar fisika kurang bermakna dengan tidak terbentuk konstruk konsep fisika
yang benar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Willis
Dahar bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan adalah bila dalam
struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan maka informasi
baru dipelajari secara hafalan.4 Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan
peserta didik tidak berperan aktif, sehingga di dalam pikiran peserta didik tidak
terjadi perkembangan struktur kognitif. Oleh karena itu, metode yang diterapkan
pendidik sering membosankan dan kurang merangsang peserta didik untuk
berpikir sehingga hasil belajar fisika siswa masih rendah.
Belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana
seseorang peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya seperti
membangun ide atau membangun arti suatu istilah dan juga membangun suatu
strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan bagaimana, dan
mengapa. Model belajar generatif pada pembelajaran sains akan dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dalam hal ini peserta
didik mendapat kebebasan dalam mengejukan ide-ide dan masalah serta
4 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Bandung: Erlangga, 1996), hal 114.
5
mendiskusikan konsep fisika tanpa dibebani rasa takut, serta peserta didik dapat
berargumentasi sampai pada penguasaan konsep.
Model pembelajaran generatif dirasa tepat menjadi salah satu alternatif
untuk menyelesaikan permasalahan di atas dalam pembelajaran fisika, karena
dalam model pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntun untuk membangun
pengetahuan sendiri, tetapi guru diharapkan dapat memberikan suasana emosional
yang positif kepada siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir
pembelajaran dapat tercapai yang ditunjukkan dengan adanya pengaruh hasil
belajar siswa.
Penulis mengambil konsep perpindahan kalor, karena dalam konsep ini
siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar dalam kegiatan
eksperimen/percobaan, menjawab soal-soal terbuka yang diberikan oleh guru, dan
siswa dituntut untuk aktif membangun pengetahuannya sampai siswa bertanya
bagaimana dan mengapa. Untuk itu, konsep ini dirasa tepat pada model
pembelajaran generatif.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul ”PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
PADA KONSEP PERPINDAHAN KALOR”.
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat masalah yang telah diuraikan sebelumnya dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari
menjadi penyebab siswa cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika
2. Siswa kesulitan memahami konsep-konsep fisika yang di ajarkan oleh guru
3. Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah
4. Metode belajar yang digunakan oleh guru didominasi ceramah
5. Tidak ada praktikum pada pembelajaran fisika
6
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes kognitif
saja. Adapun ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang
sudah direvisi oleh Anderson dkk mengingat (C1), memahami (C2),
menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).
2. Konsep dalam penelitian ini Perpindahan Kalor.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran generatif
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di
atas, maka permasalahan ini adalah: ”Apakah model pembelajaran generatif
berpengaruh terhadap hasil belajar fisika pada konsep Perpindahan Kalor”?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep Perpindahan Kalor.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran generatif diharapkan dapat membangun pengetahuan
siswa dalam proses belajar, dan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam
pembelajaran konsep fisika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran generatif dapat dijadikan model alternatif
yang dapat membantu siswa untuk memahami konsep fisika, dan proses
belajar mengajar yang menyenangkan.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Pandangan Konstruktivisme
Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses aktif seseorang
dalam membangun pengetahuan yang bermakna dalam dirinya sendiri melalui
interaksi dengan lingkungannya dengan cara membangun keterkaitan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan yang sedang dipelajarinya. Konstruktivisme
menganggap bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan
dikontruksi secara aktif oleh siswa.
Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seseorang yang mahatahu,
dan siswa bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu. Dalam
proses belajar, siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya,
sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal
guru dan siswa bersama-sama membangun pengetahuan. Dengan demikian,
hubungan guru dan siswa lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun
pengetahuan.5
Tugas guru adalah membantu siswa agar mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sesuai dengan situasi yang konkret. Adapun langkah-langkah
pembelajaran konstruktivisme menurut Driver dan Oldham dalam Matthews
sebagai berikut, yaitu :6
Tabel 2.1 Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
No. Langkah-langkah
Konstruktivisme
Keterangan
1. Orientasi Siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan motivasi dalam
5 Paulina Pannen, dkk. Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka (PAU-
PPAI-UT), 2001)., h. 31 6 Didi Sutardi & Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM di SD (Bandung : UPI PRESS, 2008),
hal 136
7
8
mempelajari suatu topik. Siswa diberi
kesempatan untuk mengadakan observasi
terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elicitasi Siswa dibantu untuk mengungkapkan
idenya secara jelas dengan berdiskusi,
menulis, membuat poster, dan lain-lain.
Siswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan apa yang diobservasikan
dalam wujud tulisan, gambar, ataupun
poster.
3. Restrukturisasi Ide Klarifikasi ide yang dikontraskan
dengan ide-ide orang lain atau teman
lewat diskusi ataupun pengumpulan ide.
Berhadapan dengan ide-ide lain,
seseporang dapat terangsang untuk
merekontruksi gagasannya kalau tidak
cocok atau sebaliknya, menjadi lebih
yakin bila gagasnnya cocok.
Membangun ide yang baru, yang dapat
terjadi bila dalam diskusi idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya
tidak dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan teman-teman.
Mengevaluasi ide barunya dengan
eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada
baiknya bila gagasan yang baru dibentuk
diuji dengan suatu percobaan atau
persoalan yang baru.
4. Penggunaan ide dalam
banyak situasi
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk
oleh siswa perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi yang dihadapi,
sehingga menjadi lebih lengkap dan
bahkan lebih rinci dengan segala macam
9
kondisinya
5. Review, bagaimana ide
berubah
Dapat terjadi bahwa dalam mengaplikasi
pengetahuannya seseorang perlu merevisi
gagasannya, dengan menambahkan suatu
keterangan ataupun dengan mengubah
menjadi lebih lengkap.
Menurut Widodo lingkungan pembelajaran yang konstruktivis pada
dasarnya mencakup lima unsur penting, yaitu:7
1) Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Kegiatan
pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan
memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu
pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan
memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan
konsepsi pada diri siswa.
2) Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna. Segala kegiatan yang
dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga
bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar
siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan
melakukan pembelajaran.
3) Adanya lingkungan sosial yang kondusif. Siswa diberi kesempatan untuk bisa
berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru.
4) Adanya dorongan agar pembelajar bisa mandiri. Siswa didorong untuk bisa
bertanggung jawab terhadap proses belajar. Oleh karena itu siswa dilatih dan
diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan
belajarnya.
5) Adanya unsur untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah. Sains bukan
hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan
7 Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.
064, Tahun ke-13, 2007), hal. 99-100
10
sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan
memperkenalkan siswa tentang kehidupan ilmuwan.
Prinsip konstruktivisme, seorang guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik, yaitu
dengan:
a) Menyediakan pengalaman belajar yang dapat memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
b) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekpresikan gagasannya
dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, menyediakan sarana yang
merangsang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan
pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa.
c) Memotivator, mengevaluasi, dan menunjukkan hasil apakah pemikiran siswa
dapat didorong secara aktif atau tidak.8
a. Konstruktivisme Jean Piaget
Dalam konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu
diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-
masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi
seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan
dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan
kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia (Nurhadi, 2004). Oleh
karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua
proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi
yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang
berisi dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan
8 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1997), h.66
11
pengetahuan yang diterima oleh manusia atau disebut dengan asimilasi. Kedua,
mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan
baru, sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium). Dalam proses adaptasi
ini, Piaget mengemukakan empat konsep dasar yaitu, skemata, asimilasi,
akomodasi, dan keseimbangan.
Piaget (1990) menjelaskan pentingnya berbagai faktor internal seseorang
seperti tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya,
konsep diri, dan keyakinan dalam proses belajar. Berbagai faktor internal tersebut
mengindikasikan kehidupan psikologis seseorang, serta bagaimana dia
mengembangkan struktur dan strategi kognitif, dan emosinya. Sebagai contoh,
piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif manusia sesuai urutan atau
sequence tertentu. Kemampuan berpikir pada satu tahapan yang lebih tinggi
merupakan perkembangan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan yang
lebih tinggi seseorang lebih mampu berpikir terorganissasi dan abstrak. Piaget
menyebutnya sebagai kemampuan untuk mengembangkan skema berpikir
(schemas, berarti building blocks of thinking).9
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu
pada saat tumbuh mulai dari bayi baru dilahirkan sampai menginjak dewasa
mengalami empat tingkat perkembangan kognitif yaitu, sensorimotor,
praoperasional, operasi kongkrit, dan operasi formal.
Menurut Piaget (dalam Slavin, 1994), perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya.10
9 Udin S. Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h 6.8 10
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Preatasi
Pustaka, 2007), hal.14-16
12
b. Konstruktivisme Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk
pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa.
Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik faktor biologis
menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-
respon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental
lebih tinggi untuk perkembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan
keputusan.
Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika
anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-
tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of
proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah
perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut.
Ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan
kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan
tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggungjawab yang semakin besar setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran
terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas
kompleks, sulit, dan realistic dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk
menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi
sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari
diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas
kompleks tersebut.11
11
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Preatasi
Pustaka, 2007), hal. 26-27
13
2. Model Pembelajaran Generatif
Model pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains
yang intinya bahwa belajar mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam
lingkungan belajar konstruktivistis.12
Menurut Osborne dan wittrock bahwa esensi pembelajaran generatif
adalah pikiran atau otak manusia bukanlah penerima informasi secara pasif tetapi
aktif mengkonstruksi dan menafsirkan informasi dan selanjutnya menarik
kesimpulan berdasarkan informasi itu. Pembelajaran generatif melibatkan
aktivitas mental berpikir. Mental berpikir seseorang yang telah melakukan
pembelajaran akan berkembang sejalan dengan proses belajarnya.
Aktivitas mental oleh Piaget menggunakan istilah ”skema” yang diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang dapat berulang kembali. Hal ini merupakan
struktur kognitif individu yang disesuaikan dengan lingkungan dan
mengorganisasikannya. Sejalan dengan hal ini Skemp (1982) menjelaskan bahwa
skema merupakan struktur kognitif, yaitu rangkaian konsep-konsep yang saling
berhubungan yang ada dalam pikiran pelajar.
Dalam rangka mengembangkan struktur kognitif, menurut Piaget terjadi
dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi
baru ke dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali pikiran
karena adanya informasi baru sehingga informasi itu punya tempat.13
Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika
diperlukan adanya keaktifan pelajar untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
fisika dalam pikirannya agar skema yang dimilikinya menjadi berkembang.
Dalam melaksanakan pembelajaran generatif, guru perlu memperhatikan
beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru
mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi
12
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ISSN 0215-
8250 No. 2 TH. XXXIV April 2001), hal. 50
13
Fahinu, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematika Pada
Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif, (Bandung: Tesis Pascasarjana, UPI, 2002), hal 40-
41.
14
yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan
melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran
mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis
membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka
untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan.
b. Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan
menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa
eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi
atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple
representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi
kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup
memuaskan.
c. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan
soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich
problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan
secara kelompok.14
Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana
seseorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun
ide tentang suatu fenomena alam atau membangun arti suatu istilah dan juga
membangun suatu strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan
bagaimana dan mengapa.
Teori pembelajaran generatif dikemukakan oleh Wittrock (dalam
Grabowski, 1996) dengan asumsi bahwa siswa bukan penerima informasi yang
pasif, melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam
mengkonstruksikan makna dari informasi yang ada disekitarnya, adalah sangat
penting bagi guru untuk meminta siswa to generate ’menghasilkan’ sendiri makna
dari informasi yang diperoleh, sebagaimana dikemukakan Wittrock (dalam
Grabowski, 1996): ” although a student may not understand sentences spoken to
14
Model Pembelajaran Generatif (MPG), http://anwarholil.blogspot.com/2010/08/pembelajaran-
generatif-mpg.html. 29 Agustus 2010, 13:24.
15
him by his teacher, it is highly likely that a student understands sentences that he
generates himself”.15
Model pembelajaran generatif memiliki empat komponen, yaitu proses
motivasi (the motivational processes), proses belajar (the learning processes),
proses penciptaan pengetahuan (the knowledge creation processes), dan proses
generasi (the processes of generation).16
a) Proses Motivasi
Proses motivasi amat ditentukan oleh minat (interest) dan atribusi
(attribution). Menurut Wittrock, persepsi siswa terhadap dirinya yang berhasil
atau gagal sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, sedangkan minat sangat
bersifat pribadi dan berasal dari diri siswa sendiri.
b) Proses Belajar
Proses belajar seseorang dipengaruhi oleh rangsangan dan niat. Faktor
penting dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian, proses
belajar tidak akan pernah terjadi. Perhatian dirangsang oleh stimulus eksternal,
kemudian siswa secara aktif dan dinamik menyeleksi rangsangan tersebut.
c) Proses Penciptaan Pengetahuan
Proses penciptaan pengetahuan dilandasi pada beberapa komponen
ingatan, yaitu hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya, kepercayaan atau sistem
nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif, dan pengalaman. Ingtan berfungsi
untuk menerima, mengkode, dan menyimpan informasi. Sementara itu, diantara
lima komponen ingatan tersebut, maka hubungan antar konsep diformulasikan,
dan kebermaknan dapat terbentuk sebagai pengetahuan seseorang. Dalam hal ini,
hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya oleh seseorang sangat berpengaruh
terhadap proses belajarnya.
d) Proses Generasi
Pada dasarnya, pada saat proses konstruksi pengetahuan, siswa
menggenerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang mereka
15
Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas
Terbuka,2001), hal.79 16
Ibid, hal. 79-82
16
peroleh dari pengalaman mereka. Siswa kemudian mereorganisasi, mengelaborasi,
dan merekonseptualisasi informasi untuk membentuk pengetahuan.
Dalam model pembelajaran generatif, guru memiliki tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Mengajarkan kepada siswa bahwa belajar dengan pemahaman adalah
’generatif learning’.
2. Mengajarkan kepada siswa bahwa kesuksesan di sekolah bermula dari percaya
diri pada kemampuan diri sendiri dan menghargai usaha.
3. Mengajarkan kepada siswa untuk mengikuti proses membangun pemahaman
diri instruksi guru.
4. Mengajarkan kepada siswa untuk menggenerasi maksud mengapa mereka
harus belajar.17
Dari penjelasan di atas seseorang guru dapat melakukan hal-hal di bawah
ini sebagai bekal awal untuk lebih memahami tentang model pembelajaran
generatif ini:
a) Pelajari apa itu model, prakonsepsi strategi pembelajaran, sikap, dan percaya
bahwa kemampuan siswa relevan dengan apa yang diajarkan guru,
b) Mendesain struktur yang akan mengetahui, kemampuan siswa dalam
menghubungkan antara konsep materi dengan model pengetahuan.
c) Menghubungkan self control strategi agar siswa dapat diketahui kemampuan
kognitif dan efektif18
Ada beberapa hal yang mendapat perhatian khusus dalam model belajar
generatif, yaitu motivasi, perhatian, konsepsi awal dan pengalaman belajar.
Menurut Osborne dan Wittrock dalam Maria (1999), motivasi serta perhatian
siswa merupakan hal penting dalam menentukan keberhasilan belajarnya.
Penelitian sebelumnya oleh Rasker (dalam Maria, 1999) menemukan beberapa hal
yang menyebabkan beberapa hasil belajar IPA masih belum seperti yang
17
Nina Husna, Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
Pada Larutan Penyangga. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 23 18
Nina Husna, Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada
Larutan Penyangga. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 23-24
17
diharapkan. Diantaranya karena siswa sering menunjukkan minat dan perhatian
yang rendah dalam pembelajaran serta menganggap pelajarannya sebagai sesuatu
kejadian yang terisolisir dari pengalaman hidupnya.
Model pembelajaran generatif terdiri atas empat fase (langkah)
pembelajaran yaitu:
Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Generatif
No. Fase Keterangan
1. Eksplorasi Pendahuluan
Pada fase ini guru mengeksplorasi dan
mengklasifikasi gagasan-gagasan siswa
tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.
Prakonsepsi siswa yang tereksplorasi pada
fase ini digunakan sebagai titik awal program
pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa prakonsepsi siswa
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar siswa. Prakonsepsi siswa yang pada
umumnya bersifat miskonsepsi secara terus
menerus dapat mengganggu pembentukan
konsepsi ilmiah (matematis).
2. Pemusatan Pada fase kedua guru melakukan pemusatan
yang terarah pada konsep yang akan
dipelajari siswa. Guru memberi motivasi
kepada siswa dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terbuka kepada siswa. Respon
dan gagasan siswa diinterpretasi dan
diklarifikasi. Pada pihak lain, para siswa
melakukan kegiatan-kegiatan untuk lebih
mengenal material-material yang digunakan
untuk mengeksplorasi konsep. Di samping
itu, para siswa juga mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajari, melakukan refleksi, dan
mengklarifikasi konsepsinya. Lebih lanjut,
18
para siswa mempresentasikan atau
mengkomunikasikan konsepsinya kepada
teman sejawatnya melalui diskusi kelompok
atau diskusi kelas
3. Tantangan (challenge) Pada fase ini guru berfungsi sebagai
fasilitator dan motivator pembelajaran untuk
mengubah miskonsepsi siswa menuju
konsepsi matematis, guru
mempertimbangkan dan menghargai semua
gagasan siswa, serta tetap mempertahankan
suasana diskusi. Pada pihak lain, para siswa
mempertimbangkan serta menguji gagasan
teman sejawatnya dengan jalan mencari
bukri-bukti matematis.
4. Aplikasi Kegiatan guru dalam fase keempat adalah
mulai dengan menyajikan soal-soal yang
sederhana yang dapat dipecahkan siswa
dengan menggunakan konsep-konsep
matematis. Lebih lanjut, guru membimbing
siswa untuk mengklarifikasi pandangan
matematis, dan menunjukkan bahwa
pandangan matematis itu dapat diaplikasikan
dalam suatu rentang situasi. Pada akhirnya,
guru membantu para siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang sulit.19
Dengan fase-fase pembelajaran diatas, siswa diharapkan memiliki
pengetahuan, kemampuan serta keterampilan untuk mengkonstruksikan/
membangun pengetahuan secara mandiri. Dengan pengetahuan awal (prior
knowledge) yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan
konsep yang dipelajari, akhirnya siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru.
19
Novi Faizaty, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Generatif Terhadap Motivasi Belajar
Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009, hal 29-30.
19
3. Hakikat Proses Belajar Mengajar
Setiap manusia dalam kehidupannya pasti belajar, baik itu secara formal
maupun belajar non formal. Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu
menjadi sudah mampu, terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus
secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku
yang saat ini nampak , tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman20
. Menurut
kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti teks,
dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya
dikempangkan.21
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
kebiasaan, sikap dan tingkah laku, serta perubahan-perubahan aspek lain yang
dialami individu dalam belajar.
Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang
menafsirkan arti belajar.22
Belajar sering dianggap sama dengan menghafal. Kalau
orang tua menyuruh anaknya belajar, maka pada dasarnta ia menyuruh anaknya
untuk menghafal, yaitu menghafal berbagai materi pelajaran yang akan diujikan
Dalam konteks ini belajar adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep.
Siswa hampir tidak pernah melihat hubungan antara materi pelajaran yang
dihafalkannya dengan mamfaat atau kebutuhannya. Pandangan bahwa belajar
sama dengan menghafal ada beberapa karakteristik yang melekat yaitu:
a. Belajar berarti menambah sejumlah pengetahuan
b. Belajar berarti mengembangkan kemampuan intelektual
20
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), hal. 76 21
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Penelitian, (Yogyakarta:Kanisius, 1997),h.61 22
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.64
20
c. Belajar adalah hasil bukan proses23
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai
objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain
adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara
aktif untuk mencapainya.24
Kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan
tertentu.
b) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik
d) Adanya aktifitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar.
e) Aktor guru yang cermat dan tepat
f) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing-
masing.
g) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
h) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.25
Hilgrad dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning (1975)
mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-
ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang.26
23
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media group, 2005), hal 87-88 24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. Rineka
Cipta, 2002),h.38 25
Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h.11 26
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h.84
21
Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Lameto (1987)
meliputi:
(1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar
bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya
berkembang, dan lain-lain.
(2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan
proses yang statis karena terus berkembang secara grandual dan setiap hasil
belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
(3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
(4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika
perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain.
(5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang
hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui
belajar.
(6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial.27
James O. Whittaker (dalam Djamarah), merumuskan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau
pengalaman.28
Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa
belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia.
Perubahan dalam menunjukan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan
semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam
belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti
pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai.
Sementara Witting seperti dikutip oleh Muhibbin Syah mengemukakan
bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
27
Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h.10 28
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002) cet ke-1. h.12
22
pengalaman.29
Pada definisi yang dikemukakan oleh Witting menekankan pada
perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko fisik organisme yang didasarkan
pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan
indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat
diobservasi langsung.30
Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan. ia
menerima.31
. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dan seseorang
yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui
pengalaman, dan proses belajar telah terjadi di dalam diri anak setelah terjadi
perubahan. Perubahan dalam diri anak yang dikatakan sebagai hasil proses
belajar, jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu adanya pengalaman
dan perubahan. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang melalui proses latihan
atau pengalaman sehingga terjadi perubahan yang lebih baik sebelumnya.
Perubahan itu meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku.
Dari sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga ranah yakni: Kognitif,
afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini, penulis hanya mengungkapkan hasil
belajar pada ranah kognitif saja dalam pengaruh model pembelajaran generatif.
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti
mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.89 30
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, loc. Cit., h. 89 31
Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN Press,
2006) cet ke-1, h.14
23
berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dkk,
dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan,
yakni:
(a) Mengingat (C1), jenjang mengingat meliputi kemampuan menyatakan
kembali fakta, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.
(b) Memahami (C2), jenjang memahami meliputi kemampuan menangkap arti
dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram,
atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan
matematis atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu
(ekstrapolasi dan interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip
dengan kata-kata sendiri.
(c) Menerapkan (C3), yang termasuk jenjang menerapkan ialah kemampuan
menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru
atau pada situasi konkrit.
(d) Menganalisis (C4), jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu
informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.
(e) Mensinresis (C5), yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu.
(f) Menghasilkan karya (C6), kemampuan pada jenjang evaluasi ialah
kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian,
pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
4. Hasil Belajar Fisika
Pendidikan sains atau lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), seperti pendidikan pada umumnya, memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak. Dengan
berbagai upaya dilakukan, pendidikan sains senantiasa mengalami pengkajian
ulang dan pembaruan untuk mencari bentuknya yang paling sesuai.
24
Menurut hardy dan Fleer pengertian sains dalam perspektif yang lebih
luas adalah sebagai berikut:
a. Sains sebagai kumpulan pengetahuan, mengacu pada kumpulan berbagai
konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi
berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai
penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta,
konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.
b. Sains sebagai suatu proses penelusuran (investigation), umumnya merupakan
suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan
erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.
c. Sains sebagai kumpulan nilai, berhubungan erat dengan penekanan sains
sebagai proses.
d. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia, proses sains dipengaruhi oleh
cara dimana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya.
e. Sains sebagai institusi sosial, sains seharusnya dipandang dalam pengertian
sebagai kumpulan profesional, di mana malalui sains para ilmuan dilatih dan
diberi penghargaan akan hasil karya yang telah dihasilkan, didanai, dan diatur
dalam masyarakat, dikaitkan dengan unsur pemerintah bahkan dipengaruhi
oleh politik.
f. Sains sebagai hasil konstruksi manusia, pandangan ini menunjuk pada
pengartian bahwa sains sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran
ilmiah mengenai hakikat semesta alam.
g. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, orang menyadari bahwa apa
yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat
dipengaruhi oleh sains.32
Secara sederhana pengertian fisika ialah ilmu pengetahuan atau sains
tentang energi, transformasi energi, dan kaitannya dengan zat. Sebagaimana sains
yang lain, fisika juga mengalami perkembangan yang pesat terutama sejak abad
ke-19. Oleh karena itu orang membagi fisika dalam fisika klasik dan fisika
modern. Fisika klasik merupakan akumulasi dari pengatahuan, teori-teori, hukum-
32
Sumaji, Pendidikan Sains yang Hunanistis, (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h 144-115
25
hukum tentang sifat zat dan energi yang sebelum tahun 1900 mengalami
penyempurnaan. Fiska modern mempelajari struktur dasar suatu zat, yakni
molekul, atom, inti serta partikel dasar.33
Fisika adalah ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat
diamati oleh manusia. Jadi, jelas bahwa teknik-teknik pengamatan (observasi)
merupakan bagian yang amat penting dalam pengajaran fisika. Manusia memiliki
lima indera, tetapi khususnya ilmu fisika yang terutama menggarap benda mati,
penglihatan dan pendengaran merupakan dua indera yang paling banyak dipakai.34
Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam
lingkup ruang dan waktu. Fiska adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian
alam serta interaksi antara benda-benda, atau materi-materi di alam ini. Banyak
faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan
menghasilkan prestasi siswa yang lebih tinggi. Namun, satu faktor terpenting
untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih
menggunakan objek konkret sebagai bagian dari pelajaran.
Ilmu fisika tidak hanya menggarap gejala dan perilaku alam secara
kualitatif, tetapi juga secara kuntitatif. Untuk itu, diperlukan juga unsur
kecermatan dan ketelitian, yang menjadi salah satu andalan dari kemahiran
pengamatan. Yang dimaksud dengan “pengamatan” di sini bukan hanya
pengamatan secara langsung, tetapi juga pengamatan tidak langsung.35
33
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h 31 34
Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Pekerti-
MIPA, 2001), h.6 35
Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Pekerti-
MIPA, 2001), h.7
26
5. Perpindakan Kalor
a. Konduksi
Proses perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa diikuti perpindahan
bagian-bagian zat itu disebut konduksi atau hantaran. Misalnya, salah satu ujung
batang besi kita panaskan. Akibatnya, ujung besi yang lain akan terasa panas, lihat
pada gambar.
Gambar 2.1 Konduksi kalor pada logam
Pada batang besi yang dipanaskan, kalor berpindah dari bagian yang
panas ke bagian yang dingin. Pada peristiwa konduksi kalor berpindah dari satu
molekul ke molekul lain dalam batang besi. Molekul-molekul pada ujung besi
yang dipanaskan akan bergetar lebih cepat karena menerima kalor. Getaran ini
mengakibatkan molekul di sampingnya ikut bergetar.
Getaran ini juga mengakibatkan molekul disampingnya lagi ikut bergetar.
Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul pada ujung besi yang lain juga
ikut bergetar. Akibatnya, ujung besi itu yang semula dingin berubah menjadi
panas. Berdasarkan kemampuan manghantarkan kalor, zat dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Benda-benda yang dapat
dilewati kalor dengan baik disebut penghantar kalor atau konduktor. Sebaliknya,
benda-benda yang sangat sulit dilewati kalor disebut penghambat kalor atau
isolator.
Tabel 2.3 Beberapa Zat yang Bersifat Konduktor dan Isolator
Konduktor Isolator
Tembaga
Aluminium
Besi
Emas
Kayu
Kapas
Plastik
Wol
27
Seng
Raksa
Silikon
Gabus
Kertas
Karet
Daya hantar kalor adalah kemampuan benda untuk menghantarkan kalor.
Zat yang daya hantar kalornya besar sangat mudah dilewati kalor. Sebaliknya, zat
yang daya hantar kalornya kecil sangat sulit dilewati kalor. Dengan demikian,
perbedaan antara isolator dan konduktor sebenarnya terletak pada daya hantar
kalornya. Pada umumnya logam merupakan konduktor yang baik.
Sifat udara sebagai isolator banyak dimanfaatkan pada pembuatan
pakaian di negara-negara yang mengalami empat musim. Pada musim dingin
orang memakai pakaian yang bahannya terbuat dari wol. Pada serat kain wol
banyak terdapat celah yang berisi udara. Dengan demikian, ketika dikenakan
pakaian wol tersebut terasa hangat karena udara dingin di luar tertahan oleh udara
yang ada di bahan pakaian.
Baik konduktor maupun isolator sangat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
Peralatan seperti panci, ceret, dan setrika biasanya terbuat dari bahan logam
karena logam merupakan penghantar kalor yang baik
Gagang panci, ceret, dan setrika biasanya terbuat dari bahan kayu atau plastik
karena kedua bahan tersebut merupakan isolator yang baik.
b. Konveksi
Proses perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan bagian
perpindahan bagian-bagian yang dilaluinya disebut konveksi atau aliran. Konveksi
dapat terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi pada air
contohnya memasak air. Karena mendapatkan kalor, bagian-bagian air yang
dipanaskan memuai sehingga massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis air
yang masih dingin di atasnya. Oleh karena itu, air yang panas ini naik, sedangkan
air yang dingin turun menggantikan tempat yang kosong di bawahnya.
Sesampainya di bawah, air dingin ini akan mendapatkan pemanasan.
28
Air akan kembali naik ketika massa jenisnya telah menjadi lebih kecil.
Demikian seterusnya, hingga terjadi perputaran air yang disebabkan oleh
perbedaan massa jenis. Air yang berputar ini menyerap kalor saat mendapat
pemanasan. Jadi, kalor berpindah dengan mengikuti aliran air. Konveksi pada gas,
misalnya udara. Beberapa peristiwa yang terjadi akibat adanya konveksi udara
adalah sebagai berikut:
1) Adanya angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, pada siang hari daratan
lebih cepat menjadi panas daripada lautan, sehingga udara di daratan naik dan
digantikan oleh udara dari lautan.
2) Adanya angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, pada malam hari
daratan lebih cepat menjadi dingin daripada lautan. Dengan demikian, udara di
atas lautan naik dan digantikan oleh udara dari daratan.
3) Adanya sirkulasi udara pada ruang kamar di rumah
4) Adanya cerobong asap pabrik.
c. Radiasi
Pada siang hari kita merasakan panasnya sinar matahari, berarti, kita
merasakan kalor yang dipancarkan matahari. Apakah kalor dari matahari
berpindah secara konduksi ataukah secara konveksi? Telah dibuktikan secara
ilmiah bahwa ruang hampa antara matahari dan bumi kebanyakan berupa ruang
hampa udara. Hampir tidak ada zat yang mengisi ruang tersebut. Dengan
demikian, perpindahan kalor dari matahari ke bumi tidak melalui zat atau dibawa
oleh zat. Oleh karena itu, perpindahan kalor tersebut bukan merupakan konduksi
atau konveksi. Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara disebut
radiasi.
Kita merasakan panas saat terkena cahaya matahari atau terkena cahaya
dari api unggun. Bila kita menghalangi cahaya matahari dengan memakai payung,
maka kita tidak lagi merasakan panasnya cahaya matahari tersebut. Hal yang sama
terjadi kalau kita menghalangi tubuh kita terhadap cahaya yang dipancarkan api
unggun dengan menggunakan tabir. Makin panas suatu benda berarti makin
banyak kalor yang dipancarkannya. Permukaan yang hitam dan kusam adalah
29
penyerap atau pemancar radiasi kalor yang baik. Permukaan yang putih dan
mengkilap adalah penyerap atau pemancar radiasi yang buruk. Mengamati daya
serap radiasi kalor, lihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2 Mengamati Daya Serap Radiasi Kalor
Ketika mendapat radiasi, bohlam bercat hitam menyerap kalor lebih
banyak. Akibatnya, suhu ruang di dalam bohlam bercat hitam naik lebih cepat
daripada suhu ruang di dalam bohlam bercat putih. Karena suhunya naik maka
tekanan menjadi lebih besar. Akibatnya, permukaan air di bawah bohlam hitam
turun. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa permukaan benda hitam turun.
Merupakan penyerap kalor yang baik. Sebaliknya, permukaan benda putih
merupakan penyerap kalor yang buruk.
Selain menyerap kalor, benda juga memancarkan kalor. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan para ahli, jika suatu benda merupakan penyerap kalor
yang baik, benda itu juga merupakan pemancar kalor yang baik. Sebaliknya,
benda yang merupakan penyerap kalor yang buruk juga merupakan pemancar
kalor yang buruk. Oleh karena itu, pada malam hari yang dingin kita akan merasa
lebih dingin jika memakai pakaian hitam, karena kalor yang ada di tubuh kita
diserap oleh pakaian dan kemudian dipancarkan keluar. Sebaliknya, jika memakai
baju putih mengkilap, kita akan merasa nyaman karena baju tersebut hanya sedikit
menyerap dan memancarkan kalor dari tubuh kita.
d. Mencegah Perpindahan Energi kalor
Energi kalor dapat dicegah untuk berpindah dengan mengisolasi ruang
tersebut. Misalnya, pada penerapan beberapa peralatan rumah tangga, seperti
termos dan setrika listrik.
1) Termos
30
Mengapa permukaan di dalam botol termos mengkilap? Dindingnya
berlapis dua dan ruang di antara kedua dinding itu dihampakan. Dengan
demikian, zat cair yang ada di dalamnya tetap panas untuk waktu yang relatif
lama. Termos dapat mencegah perpindahan kalor, baik secara konduksi,
konveksi, maupun radiasi.
2) Setrika Listrik
Mengapa pakaian yang disetrika menjadi halus dan tidak kusut?
Didalam setrika listrik terdapat filamen dari bahan nikelin yang berbentuk
kumparan. Kumparan nikelin ini ditempatkan pada dudukan besi. Ketika listrik
mengalir, filamen setrika listrik menjadi panas. Panas ini dikonduksikan pada
dudukan besi dan akhirnya dikonduksikan pada pakaian yang disetrika. Dengan
demikian, setrika mengkonduksi kalor pada pakaian yang disetrika.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. I wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana (2001/2002). Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja. Dengan judul ”
Pembelajaran Generatif dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia dasar II”. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan pada mata kuliah kimia dasar II mahasiswa TPB jurusan
pendidikan kimia, terdiri dari 23 orang mahasiswa. Penelitian ini dirancang
dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan. Temuan
penelitian ini menunjukan bahwa aktifitas dan hasil belajar mahasiswa
tergolong baik.
2. Abdi Rinaldi (2006). Dengan judul ” Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme
Dengan Strategi Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Konsep Senyawa Hidrokarbon”. Studi kasus di SMA Setia Budi Sungailiat
Bangka, mahasiswa jurusan IPA pendidikan kimia. Temuan penelitian ini
menunukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol.
31
3. Nina Husna (2007/2008) dengan Judul ” Penerapan Pembelajaran Generatif
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga”. Sebuah
penelitian tindakan kelas di Mas As-syafi’iyah 01 Tebet Jakarta Selatan, yang
terdiri dari 30 orang siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi
tentang pentingnya penerapan konstruktivisme berbasis generatif untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep larutan penyangga demi
tercapainya tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kimia. Penelitian ini
dirancang dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan.
Penelitian ini dapat menarik kesimpulan bahwa berdasarkan siklus-siklus dan
metode-metode yang telah dilalui dapat terlihat meningkatnya pemahaman
siswa melalui proses pembelajaran generatif.
4. IB. Putu Mardana. Program Studi Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja.
Dengan judul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif.” Sebuah
penelitian tindakan kelas di SMUN 3 Singaraja, yang terdiri dari 49 orang
siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang
terdiri atas dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan,
tahap tindakan, tahap observasi/evaluasi dan tahap refleksi. Berdasarkan
temuan ini, disarankan agar guru dapat menerapkan Model Pembelajaran
Generatif secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa.
5. Suryani Lily (2004/2005). Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Malang, dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Generatif
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika
Siswa” Kelas XI IA-2 SMAN 7 Malang. Sebuah penelitian tindakan kelas
(PTK), penelitiannya terdiri dari dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa SMAN 7 Malang kelas XI IA-2 dengan jumlah siswa 33 orang.
Berdasarkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran
generatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
siswa kelas XI IA-2 SMAN 7 Malang.
32
6. Sutarman dan Suwasono (2003), sebuah penelitian di SLTP Negeri 17 Malang
menyimpulkan bahwa strstegi pembelajaran generatif dapat (1) meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar fisika pada pokok bahasan
energi dan kemagnetan di SLTP Negeri 17 Malang, dan (2) penerapan model
generatif dapat meningkatkan keterampilan proses fisika siswa.
7. Yuslina.(2008/2009). Jurusan Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Generative Learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Yang Bernuansa Nilai”. Sebuah
penelitian quasi eksperimen di MTs Negeri Rajeg Tangerang. Berdasarkan
temuan ini, disarankan agar guru dapat menerapkan pembelajaran generative
learning atau model-model pembelajaran yang berorientasi konstruktivisme
pada materi-materi yang dianggap sesuai untuk menggunakan model tersebut
karena dapat meningkatkan aktivitas minat, dan hasil belajar siswa.
8. Made Sumadi (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan
Strategi Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Aktivitas Mengajukan
Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SLTP
Negeri I Singaraja. Menyimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran
generative yang dilaksanakan dengan pengembangan LKS, dapat
meningkatkan aktivitas siswa, khususnya aktivitas bertanya/mengajukan
masalah, meningkatkan hasil belajar siswa dan tanggapan guru maupun siswa
terlibat langsung dalam pembelajaran ini tergolong positif.
C. Kerangka Berpikir
Menjadi guru merupakan profesi yang mulia, karena itu adalah
keniscayaan bagi seorang guru untuk memfungsikan dirinya pada tataran
kemuliaan profesinya, yaitu dengan menjadikan guru sebagai washilah
pembentukan karakter murid, dimana pondasi paradigmanya tidak sekedar
mengajar tetapi belajar. Menjadi guru yang mampu mengajar dengan baik dikelas,
selalu kaya dengan ide-ide, kaya dengan kreatifitas adalah dambaan setiap orang.
Sedangkan kompetensi profesi seorang guru sangat ditentukan oleh
kecakapan/keterampilannya sebagai guru.
33
Penguasaan fisika sejak dini sangat diperlukan, karena mempunyai
banyak manfaat. Selain untuk pemakaian praktis dalam kehidupan sehari-hari,
fisika berguna sebagai sarana pembentuk pola pikir, maupun sebagai landasan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam belajar fisika, siswa
akan menjumpai ide-ide atau konsep-konsep yang tersusun secara hirarkis dan
saling berhubungan. Namun demikian, konsep-konsep fisika tersebut bukanlah
tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Artinya konsep-konsep fisika yang abstrak
tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa kita temukan
dalam model pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme telah
dapat perhatian yang besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada masa akhir-
akhir ini. Model ini memiliki masa depan yang menjanjikan dalam bidang
pendidikan sains. Model ini merupakan pengembangan dari teori perkembangan
kognitif piaget.
Beberapa alasan menggunakan Model Pembelajaran Generatif
diantaranya: peserta didik cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika,
karena ketidaktahuan mereka mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-
hari, tidak adanya praktikum dalam pembelajaran fisika, sehingga peserta didik
sulit memahami konsep fisika dan mengakibatkan hasil belajar fisika yang masih
rendah, guru kurang menantang kemampuan berpikir siswa dalam proses belajar,
dan guru kurang memberikan soal-soal terbuka yang dikerjakan secara
berkelompok. Model pembelajaran generatif memperlihatkan bahwa peserta didik
bukan penerima informasi yang pasif, melainkan aktif berpartisipasi dalam proses
belajar mengajar, pembelajaran ini merupakan proses aktif dalam membuat
sebuah pengalaman menjadi masuk akal dan proses ini sangat dipengaruhi oleh
apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan
pembelajaran guru harus memperoleh atau sampai pada persamaan pemahaman
dengan murid.
Model pembelajaran generatif pada pembelajaran sains akan memberi
keuntungan, selain pembelajaran fisika menjadi lebih bermakna dan tuntas, juga
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang generatif dan menyenangkan,
peserta didik mendapat kebebasan dalam mengajukan ide-ide dan masalah-
34
masalah serta mendiskusikan perihal konsep yang terkait dengan pembelajaran
fisika tanpa dibebani rasa takut serta berargumentasi menuju pada penguasaan
konsep yang ilmiah. Singkatnya dengan menggunakan model pembelajaran
generatif, hasil belajar peserta didik akan meningkat.
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran
generatif terhadap hasil belajar fisika.
Hasil Belajar
Hasil belajar fisika yang masih
rendah
Sulitnya siswa memahami konsep
fisika
Tidak adanya praktikum
Ketidaktahuan siswa mengenai
kegunaan fisika dalam kehidupan
sehari-hari
Guru kurang menantang
kemampuan berpikir siswa dalam
proses belajar
Guru kurang memberikan soal-soal
terbuka yang dikerjakan secara
berkelompok
Evaluasi Belajar
Penerapan model
pembelajaran generatif
Konsep Perpindahan
Kalor
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dapat dilakukan di SMP Aulia Bogor. Pada semester ganjil
tahun ajaran 2010/2011 bertepatan dengan konsep Perpindahan Kalor.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment.
Metode quasi eksperimen berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek
dalam kelompok yang dibandingkan dalam desain quasi experiment (eksperimen
semu) menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi
perlakuan, bukan menggunakan sujek yang diambil secara acak.36
Desain penelitian yang digunakan yaitu Nonrandomized Pretest-Posttest
Control Group Design, dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok
yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu.37
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Tes Awal Perlakuan (X) Tes Akhir
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
O1 : Kelompok eksperimen.
O2 : Kelompok kontrol
X1 : Perlakuan yang dilakukan pada kelompok eksperimen
X2 : Perlakuan yang dilakukan pada kelompok kontrol
36
http://Pakguruku.blogspot.com/2009/10/metode-penelitian-experimen-semu-quasi.html 37
Dimiter M. Dimitrov and Philip D. Rumrill, Jr. Pretest-Posttest design and Measurement Of
Change. Hal. 160
35
36
O1 : Pretest
O2 : Posttest
Dari tabel 3.1 pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberikan pretest
pada kelompok eksperimen dan kontrol dengan soal yang sama, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap kelompok,
kelompok eksperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
generatif, sedangkan kelompok kontrol diajarkan dengan menggunakan metode
ceramah.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah sebagaian dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
menentukan populasi dan sampel sebagai berikut :
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah SMP Aulia
Bogor yang terdaftar dalam semester ganjil tahun pelajaran 2010-2011.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu siswa SMP Aulia Bogor kelas
VIII semester ganjil tahun ajaran 2010-2011, yang terdiri dari empat kelas
yaitu kelas VIII.1 –VIII.4.
3. Sampel
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu VIII.3 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu proses pemilihan sampel oleh peneliti yang memberi
hak kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.38
38
Yanti Herlanti, Tanya jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains (Makalah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008), h.23
37
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan :
a. Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.
c. Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat
dengan bimbingan dosen pembimbing., Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang
diujikan. Kemudian mempersiapkan alat percobaan, LKS, desain alat
evaluasi serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran
di kelas eksperimen.
d. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan
memperbaiki instumen.
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
b. Memberikan tes awal (pre-tes) pada kelas eksperimen dan kelas control
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
akan disampaikan.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran Generatif.
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah).
e. Memberikan tes akhir (post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.
f. Membandingkan antara hasil pretest dengan posttest untuk menentukan
apakah ada perbedaan yang muncul. Jika sekiranya perbedaan itu ada,
maka hal itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang
diberikan.
3. Tahap Akhir :
a. Analisis data
38
b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari
pengolahan data
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat
lebih jelas pada gambar di bawah:
39
Gambar 3.1 Bagan Tahap-tahap Prosedur Penelitian
Tahap
Persiapan Mengurus surat izin penelitian
Survei tempat uji coba instrumen
Membuat instrumen penelitian,
RPP, LKS
Pretest
Pelaksanaan
pembelajaran
Uji coba instrumen, analisis hasil uji
coba instrumen, dan perbaikan
instrumen
Tahap
Pelaksanaan
Posttest
Kesimpulan
Hasil Penelitian
Tahap
Akhir Analisis data
Kelas eksperimen :
Menggunakan model
pembelajaran
Generatif
Kelas kontrol :
Menggunakan model
pembelajaran
konvensional
(ceramah)
40
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar, tes yang digunakan
pada penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang
meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis
(C4).
Tes hasil belajar yang digunakan yaitu tes tertulis berupa tes objektif
(short answer test). Pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Tes disususn
berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah
pembelajaran (posttest). Skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai
satu (1) untuk jawaban yang benar dan bernilai nol (0) untuk jawaban yang salah.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian
tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan GBPP SMP Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
3. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi
4. Instrumen yang telah dibuat kemudian di konsultasikan ke dosen pembimbing
5. Melaksanakan uji coba instrumen.
Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar model pembelajaran
generatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini (lihat struktur kisi-kisi instrumen).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Kompet
ensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Indikator Aspek yang diukur Σ
soal
%
Soal C1 C2 C3 C4
2.3
Men
deskr
ipsik
an
cara
Perpindahan
Kalor
Konduksi,
faktor-faktor
yang
Mendeskripsik
an cara
perpindahan
kalor secara
konduksi
1,2*,
9,17*
3,4,2
3
5,6,2
2*
7,8,
24,3
2*
14
35%
41
perpi
ndah
an
kalor
dala
m
kehid
upan
sehar
i-hari
mempengar
uhi
perpindahan
kalor secara
konduksi,
peristiwa
konduksi
dan
contohnya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Konveksi,
faktor-faktor
yang
mempengar
uhi konveksi
dan
contohnya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Radiasi, dan
contohnya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsik
an cara
perpindahan
kalor secara
konveksi
10,18
,25*
11,12
*,28
13,14
*,19,
21,
15*,
16,3
1
13
32,5
%
Mendeskripsik
an cara
perpindahan
kalor secara
radiasi
26,33
,34*
20,27
,35*,
36,
29,30
*,38,
37
39,4
0* 13
32,5
%
Jumlah 10 10 11 9 40
100%
G. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan posttest. Pretest
adalah hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan
awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran generatif. Sedangkan posttest
adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
generatif untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah terdapat pengaruh
hasil belajar akibat adanya perlakuan.
H. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut:
1. Variabel bebas / independent (X) yaitu model pembelajaran Generatif pada
sub konsep Perpindahan Kalor.
42
2. Variabel terikatnya / dependent (Y) yaitu hasil belajar siswa pada sub konsep
Perpindahan Kalor.
I. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika adalah tes
obyektif ( pretest dan posttest) berupa tes pilihan ganda ( multiple choice) dengan
empat pilihan. Soal-soal yang diajukan berupa materi yang akan dibahas pada
pelaksanaan pembelajaran. Bentuk penilaian adalah dengan memberikan nilai 1
apabila siswa menjawab dengan benar dan nilai 0 apabila siswa menjawab salah.
Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diujicobakan pada
siswa kelas VIII SMP Al-Aulia Bogor. Uji coba ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan seperti uji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.
1. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar
berupa tes obyektif, maka untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini
digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, yaitu39
:
)1.3..(..................................................
)()(
))((
2222
YYNXXN
YXXYNrxy
Dengan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
X : skor tiap butir soal
Y : skor total butir soal
N : jumlah siswa
39
Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) , hal. 206
43
Setelah nilai koefisien korelasi diperoleh, maka dilakukan uji signifikansi
untuk mengukur keberartian korelasi berdasarkan distribusi kurva normal dengan
menggunakan statistik uji-t dengan rumus:
)2.3(................................................................................1
2
2
xy
xy
hitung
r
nrt
Keterangan:
t hitung = nilai hitung koefisien validitas
r xy = koefisien korelasi tiap butir soal
n = jumlah responden
Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada
signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Kaidah
keputusannya:
jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya;
jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas menggunakan korelasi Pearson
Product Moment dari 40 butir soal yang dibuat diperoleh 27 soal yang valid dan
13 soal yang tidak valid, lihat lampiran.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
korelasinya (r) pada tabel 3.2 sebagai berikut:40
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,8 < r ≤ Sangat tinggi
0,6 < r ≤ 0,8 Tinggi
0,4 < r ≤ 0,6 Cukup
0,2 < r ≤ 0,4 Rendah
0,0 < r ≤ 0,2 Sangat rendah
40
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 75
44
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai
apa yang dinilainya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus K – R. 20, yaitu41
:
)3.3......(................................................................................1 2
2
11
S
pqS
n
nr
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah skor varians)
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes, nilai yang
didapat dari 27 butir soal yang valid, reliabilitasnya yaitu sebesar 0,78, lihat
lampiran.
Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh
digunakan tabel 3.3.
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,9 < r ≤ Sangat Tinggi
0,7 < r ≤ 0,9 Tinggi
0,4 < r ≤ 0,7 Sedang
0,2 < r ≤ 0,4 Rendah
0,0 < r ≤ 0,2 Kecil
3. Uji Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sulit. Bilangan yang menunjukkan mudah atau sulitnya suatu soal disebut indeks
41
Ibid, h. 100-101
45
kesukaran (difficulty indekx). Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal
digunakan rumus:42
)4.3....(....................................................................................................JS
BP
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, terdapat 2 butir soal termasuk
kategori sukar, 34 butir soal termasuk kategori sedang, dan 4 butir soal termasuk
kategori mudah, lihat pada lampiran.
Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang
diperoleh digunakan Tabel 3.4 sebagai berikut:43
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,0 < r ≤ 0,3 Sukar
0,3 < r ≤ 0,7 Sedang
0,7 < r ≤ 1,0 Mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Angka yang
menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui
indeks diskriminasi, digunakan rumus:44
)5.3.........(......................................................................BA
B
B
A
A PPJ
B
J
BD
42
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 208.
43
Ibid., h. 210
44
Ibid, h. 213.
46
Keterangan:
D = daya pembeda (indeks diskriminasi)
Ba = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Ja = banyak peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P sebagai taraf
kesukaran).
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh, tidak
terdapat soal dengan kategori baik sekali, kategori baik sebanyak 3 butir soal,
kategori cukup sebanyak 23 butir soal, kategori jelek 12 butir soal, dan kategori
sangat jelek (drop) sebanyak 2 butir soal. Lihat pada lampiran.
Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut :45
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,0 < r ≤ 0,2 Jelek (poor)
0,2 < r ≤ 0,4 Cukup (satisfactory)
0,4 < r ≤ 0,7 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
J. Teknik Analisi Data Hasil Belajar
1. Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
45
Ibid., h. 218
47
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah uji normalitas
adalah sebagai berikut:46
1) Mencari skor terbesar dan terkecil
2) Mencari nilai Rentangan (R)
terkecilskorterbesarskorR
3) Mencari Banyaknya Kelas ( BK )
NLogBK 3,31 (Rumus Sturgess)
4) Mencari nilai panjang kelas ( i )
BK
Ri
5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No. Kelas Interval f Nilai Tengah ( ix ) 2
ix ixf . 2. ixf
Jumlah Σ f = - - Σ ixf . = Σ2
. ixf
=
6) Mencari rata-rata (mean)
n
xfx
i
7) Mencari simpangan baku (standard deviasi)
1
.22
nn
xfxfns
ii
8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a). Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah
0,5.
b). Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
46
Devi Solehat, Implementasi Model Pembelajaran Novick Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Fisika Siswa SMP, (Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: t. d.,
2008), h. 51-52.
48
s
xKelasBatasZ
c). Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
d). Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka
0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang
berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris
berikutnya.
e). Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden.
9) Mencari chi-kuadrat hitung (χ2
hitung)
10) Membandingkan χ2
hitung dengan χ2
tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = n-1, dengan kriteria:
Jika χ2hitung ≥ χ
2tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan
Jika χ2hitung ≤ χ
2tabel, artinya Data Berdistribusi Normal.
b) Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor
setiap variabel memiliki varians yang homogen. Teknik yang digunakan untuk uji
homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett. Adapun langkah-
langkah uji homogenitas dengan Bartlet menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad
Sandy, yaitu:47
1) Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel
penolong
47
Devi Solehat, op.cit., h. 52-53.
)6.3......(........................................
1
2
2
k
i fe
fefo
49
Kelompok dk (n-1) iS iSLog iSLogdk.
Σ = Σ (n-1) = - - Σ iSLogdk. =
Si = varians (kuadrat standar deviasi )
2) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada
1
1
i
ii
gabungann
SnS
3) Menghitung Log S
4) Menghitung nilai B, yaitu:
1log inSB
5) Menghitung nilai χ2
hitung
iihitung SnB log110ln2
Dengan:
iii LogSdkSn .log1
Sehingga:
ihitung SLogdkB .10ln2
6) Membandingkan χ2
hitung dengan nilai χ2
tabel untuk α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika χ2hiung ≥ χ
2tabel, berarti Tidak Homogen, dan
Jika χ2hiung ≤ χ
2tabel, berarti Homogen.
2. Analisis /Hipotesis
Metode statistika untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan
kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan
varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan:
50
21
21
11
nnS
xxt
g
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnSg
1) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Homogen
Untuk data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis
digunakan statistik parametrik yaitu uji-t sesuai persamaan berikut:48
.......... ........................................(3.7)
Dengan:
............. ............................(3.8)
Dimana:
1x = rata-rata skor kelompok eksperimen
2x = rata-rata skor kelompok kontrol
gS = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
2
1S = varians kelompok eksperimen
2
2S = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
a) Mengajukan hipotesis, yaitu:
1) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X ≠Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
48
Subana et.al., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 171.
51
2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X = Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
b) Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t
c) Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1)
d) Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05
e) Menguji hipotesis
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
2) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Tidak Homogen
Menurut Sudjana dalam Ratih Komala, maka untuk menguji hipotesis
digunakan statistik t’ sebagai berikut:49
)9.3.....(................................................................................'
2
2
2
1
2
1
21
n
s
n
s
XXt
Dengan:
1X : rata-rata skor kelompok eksperimen
2X : rata-rata skor kelompok kontrol
2
1s : standar deviasi kelompok eksperimen
2
2s : standar deviasi kelompok kontrol
n1 : jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
49
Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 174-175
52
n2 : jumlah anggota sampel kelompok control
Kriteria pengujian adalah, terima hipotesis 0H jika:
–NKt’< t
’< NKt
’ atau
21
2211
21
2211 'ww
twtwt
ww
twtw
2
2
221
2
11 /;/ nswnsw
Dengan:
12
11
12
11
22
11
ntt
ntt
Untuk harga t’ lainnya, 0H ditolak.
3. Uji Normal Gain
“Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan guru”. Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan
bias penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah
berbeda, digunakan uji normal gain.
Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:
)10.3.(..................................................pretestskoridealskor
pretestskorposttestskorgainN
Menurut Richard R. Hake, dengan kategorisasi perolehan,:50
g-tinggi : nilai (<g>) > 0,7
g-sedang : nilai 0,7 e”(<g>)e” 0,3
g-rendah : nilai (<g>) < 0,3
“Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua
kelompok dilakukan statistik parametrik, yaitu uji-t.
50 Richard R. Hake, Interactive-engangement vs traditional methods: A six-thousand-student
survey of mechanics test data for introductory physics courses, (Department of Physics, Indiana
University, Bloomington, Indiana 47405) http://www.Physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-
Gain.Pdf.hal 3
53
K. Hipotesis Statistik
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : X = Y
Ha : X > Y
Keterangan:
Ho : Hipotesis nihil
Ha : Hipotesis alternatif
X : Nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah diajar dengan model pembelajaran
generatif (postest).
Y : Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran
generatif (pretest).
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1) Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian, hasil belajar pretest pada
kelompok eksperimen dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor
terendah 20 dan skor tertinggi 65, skor rata-rata sebesar 40,3, varians (11,43) 2 dan
simpangan baku 11,43. Untuk kelompok kontrol dari 40 siswa yang dijadikan
sampel diperoleh skor terendah 15 dan skor tertinggi 65, skor rata-rata sebesar
37,33, varians (13,13) 2 dan simpangan baku 13,13.
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
Pretest Pretest
N 40 40
Skor max 65 65
Skor min 20 15
Rata-rata (Mean, x ) 40,3 37,33
Simpangan Baku 11,43 13,13
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat dibuat sebuah
diagram batang yang disajikan pada gambar 4.1 berikut ini.
54
55
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Dari diagram batang di atas terlihat bahwa pada kelompok eksperimen
terdapat tiga orang siswa atau sebesar 7,5% yang mendapat nilai terendah pada
interval 15-23. Skor terbanyak berada pada interval 33-41 yaitu tiga belas orang
siswa atau sebesar 32,5%., dan skor tertinggi berada pada interval 60-68 sebanyak
empat siswa atau sebesar 8%. Untuk kelompok kontrol, terdapat dua orang siswa
atau sebesar 5% yang mendapat nilai terendah yaitu pada interval 51-59. Skor
terbanyak berada pada interval 24-32 yaitu tiga belas siswa atau sebesar 32,5%,
dan skor tertinggi berada pada interval 60-68 sebanyak tiga orang siswa atau
sebanyak 7,5%.
2) Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang diperoleh dari hasil
posttest pada kelompok eksperimen, dari 40 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh skor terendah 45 dan skor tertinggi 95, skor rata-rata sebesar 67,
varians (10,39) 2 dan simpangan baku 10,39. Sedangkan untuk kelompok kontrol
dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 30 dan skor
tertinggi 80, skor rata-rata sebesar 56,7, varians (12,2) 2 dan simpangan baku 12,2
56
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Hasil Posttest
Kelompok Eksperimen
Statistik Eksperimen Kontrol
Posttest Posttest
N 40 40
Skor max 95 80
Skor min 45 30
Rata-rata (Mean, x ) 67 56,7
Simpangan Baku 10,39 12,2
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat dibuat sebuah
diagram batang yang disajikan pada gambar 4.3. berikut ini.
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Berdasarkan diagram batang di atas, terlihat bahwa hasil posttest pada
kelompok eksperimen terdapat lima orang siswa atau sebesar 8,5% yang
mendapat nilai terendah pada interval 39-47 Skor terbanyak berada pada interval
48-56 yaitu sebanyak dua belas orang siswa atau sebesar 30%, dan skor tertinggi
berada pada interval 75-83 sebanyak lima orang siswa atau sebesar 8,5%. Untuk
57
kelompok kontrol nilai terendah terdapat pada interval 30-38 sebanyak tiga orang
siswa atau sebesar 7,5%. Skor terbanyak berada pada interval 48-56 yaitu empat
belas orang siswa atau sebesar 35%, dan skor tertinggi berada pada interval 75-83
sebanyak tiga orang siswa atau sebesar 7,5%.
3) Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data pretest dan posttest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Statistik Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 40 40 40 40
x 40,3 67 37,33 56,7
s 11,43 10,39 13,13 12,2
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest
kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan pretest kelompok kontrol,
untuk nilai rata-rata posttest juga sama kelompok eksperimen nilai rata-ratanya
lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan untuk nilai
simpangan baku (standar deviasi) pada pretest kelompok eksperimen lebih kecil
dibandingkan dengan pretest kelompok kontrol, begitu juga dengan posttest
kelompok eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan posttest kelompok kontrol.
B. Hasil Analisis
a) Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dianalisis menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.
(i) Uji Normalitas Pretest-Posttest
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
58
menggunakan rumus Kai Kuadrat (Chi Square) pada taraf signifikan (α) = 0,05,
kriterianya adalah jika hitungx 2 ≤ tabelx2 maka Ho diterima, jika
hitungx 2 > tabelx2 maka Ho ditolak.
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat
dilihat seperti pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran D.1
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
Ptetest Posttest Ptetest Posttest
x 40,3 67 37,33 56,7
s 11,43 10,39 13,13 12,2
hitungx 2 5,96 0,95 5,1 2,81
tabelx2 11,07 11,07 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 95% ( = 0,05) dengan derajat
kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari Tabel 4.4 dapat
disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen dan
kontrol berdistribusi normal karena memenuhi tabelxhitungx 22 .
(ii) Uji Homogenitas Pretest-Posttest
Setelah kedua kelompok sampel dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini homogenitas didapat
dengan menggunakan uji Bartlet, kriteria pengujian yang digunakan, yaitu: kedua
kelompok sampel dinyatakan homogen apabila tabelxhitungx 22 diukur pada
taraf signifikan dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat
seperti pada Tabel 4.5
59
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest
Statistik
Skor Pretest Posttest
s 2 gabungan 151,48 128,75
hitungx 2 0,75348 1,0764
tabelx2 3,841 3,841
Kesimpulan Homogen Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05 ) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1. Untuk pretest dan posttest kedua kelompok sampel
berasal dari populasi yang homogen karena memenuhi
kriteria tabelxhitungx 22 .
b) Uji Hipotesis
1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor tes awal (pretest) kelompok eksperimen dengan skor tes
awal (pretest) kelompok kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis
sebagai berikut:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika – ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung < – ttabel atau ttabel < thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
60
Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Statistik Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
N 40 40
x 40,3 37,33
s 2 130,645 172,397
thitung 1,11
ttabel 2,00
Kesimpulan Tidak Berbeda
Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 1,11 dan ttabel sebesar 2,00.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada di daerah
penerimaan Ho, yaitu thitung < ttabel atau 1,11 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima
dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen
dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol. Perhitungan lengkap uji kesamaan
dua rata-rata hasil pretest dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor tes akhir (posttest) kelompok eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran generatif dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah. Untuk pengujian tersebut
diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
61
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung < -ttabel atau ttabel < thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan
0,95.
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Statistik Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
N 40 40
x 67 56,7
s 2 107,952 14884
thitung 4,12
ttabel 2,00
Kesimpulan Berbeda
Dari pengujian diperoleh nilai thitung sebesar 4,12 dan ttabel sebesar 2,00.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung berada di daerah
penolakan H0, yaitu ttabel < thitung atau 2,00 < 4,12. Dengan demikian H0 ditolak
dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan
rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Perhitungan lengkap uji kesamaan dua
rata-rata hasil posttest dapat dilihat pada lampiran D.3.
3. Uji Normal Gain
Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan menggunakan alat
pengumpul data berupa tes objektif pilihan ganda. Data yang disajikan untuk
kedua kelompok sampel tersebut digolongkan menjadi data hasil pretest dan
posttest. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, maka perlu diadakan
perbandingan hasil pretest dengan posttest dari kedua kelompok, serta
62
membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Dari hasil
perhitungan untuk normal gain diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain
Keterangan Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Jumlah Sampel 40 40
x 0,463 0,317
s 2 0,029 0,038
thitung 3,88
ttabel 2,00
Kesimpulan Berbeda
Peningkatan hasil belajar fisika siswa diperoleh dari nilai normal gain.
Adapun nilai rata-rata normal gain dari hasil belajar fisika siswa kelompok
eksperimen sebesar 0,463 dan kelompok kontrol sebesar 0,317. Dari nilai tersebut
dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih
besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji-t dengan
taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), diperoleh normal gain pada kelompok
eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (thitung = 3,88 dan
ttabel = 2,00). Perhitungan lengkap uji kesamaan dua rata-rata normal gain dapat
dilihat pada lampiran.
Kategori peningkatan hasil belajar fisika siswa diperoleh dari
perhitungan normal gain. Peningkatan hasil belajar fisika siswa pada kelompok
eksperimen secara umum termasuk kategori sedang (0,463), sedangkan pada
kelompok kontrol peningkatan hasil belajar fisika siswa termasuk kategori rendah
(0,317)
63
C. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen
sebesar 40,3 dan kelompok kontrol sebesar 37,33. Untuk hasil posttest diketahui
nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 67 dan kelompok kontrol sebesar
56,7. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran generatif memiliki kenaikan nilai rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
Kelompok eksperimen dan kontrol berada pada distribusi normal, baik
uji pretest maupun posttest. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian persyaratan
analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan bahwa thitung < ttabel
dengan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 11,07. Selain itu, hasil
pretest dan posttest menunjukkan bahwa kedua kelompok homogen, yang
menyatakan bahwa thitung < ttabel dengan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95%
sebesar 3,841.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk uji
kesamaan rata-rata pretest dan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata posttest, pada
taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan rata-rata pretest, dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest
kelompok eksperimen dan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung
sebesar 1,11 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan
bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu thitung < ttabel atau 1,11 <
2,00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok
kontrol.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk mengetahui
apakah skor posttest kelas eksperimen dengan model pembelajaran generatif lebih
besar secara signifikan dibandingkan dengan skor posttest kelompok kontrol
dengan metode ceramah. Diperoleh thitung sebesar 4,12 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ada di daerah penerimaan
Ha, yaitu ttabel < thitung atau 2,00 < 4,12. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
64
diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan
rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain
untuk kelas eksperimen sebesar 0,43 dan kelas kontrol sebesar 0,28. Dari nilai
tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen
lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan uji-t 95%
diperoleh nilai thitung 3,41 dan nilai ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian dapat
disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara
signifikan dari kelompok kontrol.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil posttest nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar
67 dan kelompok kontrol sebesar 56,7 yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan
dua rata-rata posttest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dengan rata-,rata
kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata kelompok kontrol. Hal
ini dikarenakan siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan pengetahuan yang
mereka peroleh adalah hasil konstruk mereka sendiri. Sehingga pembelajaran
lebih bermakna dan tidak mudah terlupakan oleh siswa.
Hasil penerapan model pembelajaran generatif yang telah dilakukan di
SMP Aulia Bogor diperoleh nilai rata-rata hasil belajar posttest kelompok
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran generatif lebih besar dari
nilai rata-rata hasil belajar posttest kelompok kontrol yang menggunakan metode
ceramah. Penerapan model pembelajaran generatif dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode
ceramah, hal ini dapat ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok
eksperimen sebesar 40,3 dan nilai rata-rata posttest 67. Hal ini menunjukkan
perbedaan hasil belajar fisika siswa pada konsep perpindahan kalor antara
kelompok yang menggunakan model pembelajaran generatif dan kelompok yang
menggunakan metode ceramah.
65
Selain itu, nilai rata-rata normal gain kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain yang dilakukan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai
yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara
signifikan dari kelompok kontrol. Keadaan ini menggambarkan bahwa
meningkatkan skor siswa pada konsep perpindahan kalor lebih baik dengan
menerapkan Model Pembelajaran Generatif.
Model pembelajaran Generatif lebih baik karena dalam model
pembelajaran ini, siswa dituntut secara aktif untuk mengemukakan konsepsi awal
mereka. Sehingga kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Dengan
adanya konflik konseptual, siswa menjadi lebih termotivasi untuk menemukan
jawaban dari konflik konseptual tersebut, sehingga siswa melakukan percobaan
dengan antusias yang sangat tinggi.
Trianto mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif proses belajar mengajar.51
Penekanan belajar siswa secara aktif
perlu dikembangkan, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka
untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Menurut Paulina Pannen, pembelajaran generatif didefinisikan sebagai
suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan.52
Pengetahuan
itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya, karena
pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. Pembelajaran generatif
ini mengedepankan aktivitas siswa dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat
melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan Model Pembelajaran Generatif menjadi
suatu pertimbangan sebagai alternatif variasi model pembelajaran. Hal ini sesuai
52
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Prestasi Pustaka,
2007) h.106 53
Paulina Pannen dkk, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, (PAU-PPAI, Universitas Terbuka,
2001) h.79
66
dengan penelitian yang dilakukan oleh IB. Putu Mardana dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa menerapkan model pembelajaran generatif secara
berkesinambungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa53
.
Selain itu penelitian lain yang relevan yaitu penelitian Sutarman dan
Suwasono (2003) menyimpulkan bahwa strategi pembnelajaran generatif dapat
(1) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar fisika pada pokok
bahasan energi listrik dan kemagnetan di SLTP Negeri 17 Malang, dan (2)
penerapan model generatif dapat meningkatkan keterampilan proses fisika siswa.
Berdasarkan perhitungan statistika yang dilakukan telah terbukti yaitu dengan
adanya peningkatan skor yang lebih baik pada kelas eksperimen dan perbedaan
nilai skor pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap skor siswa.
54
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (IKIP Negeri Singaraja, 2001). Hal 48
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, model pembelajaran generatif
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika pada konsep
perpindahan kalor. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest dalam
pembelajaran generatif adalah 40,3 dan setelah dilakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran generatif nilai rata-rata posttes menjadi 67. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran generatif terhadap
hasil belajar fisika pada konsep perpindahan kalor.
B. Saran
Dengan adanya pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
generatif terhadap hasil belajar fisika siswa, maka peneliti mengemukakan saran
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dapat
memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa,
untuk itu guru bidang studi khususnya fisika dapat menerapkan pembelajaran
fisika dengan menggunakan model pembelajaran generatif.
2. Bagi peneliti selanjutnya, agar mendapat hasil belajar yang lebih baik maka
perlu memberikan motivasi dan konseptual awal mengenai bahan pelajaran
serta mengarahkan dan merangsang siswa agar konsentrasinya terarah pada
bahan pelajaran.
67
62
DAFTAR PUSTAKA
Anwarholil. 2010. Pembelajaran Generatif – Mpg.html. Terakses
http://anwarholil.blogspot.com. Tgl 04/23/2010
Arifin, Anwar. 2005. Memahami Paradigma baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-Undang SISDIKNAS
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara
Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Brotosiswoyo, Suprapto. 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pekerti-MIPA
Dimitter M. Dimitrov and Philip D. Rumrill. 2010. Pretest-Posttest design and
Measurement Of Change. http://cehd.gmu.edu/assets/docs/faculty-
publication/dimitrov/files.pdf. Tgl 24/01/2010.
Fahinu. (2001). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian
Belajar Matematika Pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif.
Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung.
Faizaty, Novi. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Generatif Terhadap
Motivasi Belajar Matematika Siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Fathurrahman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: Refika Aditama.
Hari Suderajat. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung:
CV. Cipta Cekas Grafika.
Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar penelitian Pendidikan Sains, Jakarta:
Universitas Islam Negeri.
Husna, Nina. 2008. Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
62
63
Mardana, Putu. IB. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. Dalam
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ISSN 0215-8250 No. 2 TH. XXXIV.
Metode Penelitian, 2009. Metode Penelitian Experiment. Terakses http://
pakguruku.blogspot.com. 24/01/2009.
Neni, Zikri, Iska. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan,
Jakarta: Kizi Brother’s
Pannen, Paulina, dkk. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)
Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Rosdakarya.
Richard R. Hake. 2010. Interactive-engangement vs traditional methods: A six-
thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics
courses, (Department of Physics, Indiana University, Bloomington,
Indiana 47405) http://www.Physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-
Gain. 24/11/2010.
Sambasalim, 2009. Populasi dan Sampel Penelitian. Terakses
http://sambasalim.com/statistika/populasi dan- sampel- penelitian.
03/10/2009
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi KBK. Jakarta :
Kencana.
Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta : UIN Press.
Solehat, Devi. 2008 Implementasi Model Pembelajaran Novick Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP, Jakarta: Skripsi
Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sumaji. 1998. Pendidikan Sains yang Hunanistis, Yogyakarta:Kanisius.
64
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Penelitian. Yogyakarta:
Kanisius.
Sutardi, Didi dan Encep Sudirjo. 2007. Pembaharuan dalam PBM di SD.
Bandung: UPI PRESS
Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Widodo, Ari. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan
dan kebudayaan No. 064 Tahun ke-13.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
65
Lampiran 1
Kisi – kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Standar Kompetensi :
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud suhu suatu benda dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan cara perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
KD Konsep/sub
konsep
Indikator Soal Pertanyaan Kunci Jenis
kognitif
Mendeskripsikan
cara perpindahan
kalor dalam
kehidupan
sehari-hari
Perpindahan
Kalor
Menyebutkan
pengertian
konduksi
1. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara
disebut…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. polarisasi
C C1
Menyebutkan
faktor-faktor
perpindahan kalor
secara konduksi
2. Perpindahan kalor secara konduksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut, kecuali…
a. konduktivitas termal c. massa jenis
b. luas penampang d. perubahan suhu
C C1
Memperkirakan laju
konduksi
3. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi…
a. hanya dalam zat padat
b. hanya dalam zat cair
c. hanya dalam gas
d. hanya dalam zat padat, cair, dan gas
A C2
66
Menjelaskan
terjadinya
perpindahan kalor
secara konduksi
4. Pernyataan berikut ini benar, kecuali…
a. laju konduksi sebanding dengan luas penampang
benda
b. laju konduksi sebanding dengan konduktivitas
termal benda
c. laju konduksi sebanding dengan panjang benda
d. laju konduksi sebanding dengan perbedaan suhu
C C2
Menentukan contoh
konduktor yang baik
dalam kehidupan
sehari-hari
5. Kelompok benda berikut yang merupakan konduktor
yang baik adalah…
a. emas, raksa, alumunium
b. besi, baja, tembaga
c. gabus, emas, perak
d. kayu, gabus, kaca
B C3
Mengemukakan alas
an pada proses
perpindahan kalor
dalam kehidupan
sehari-hari
6. Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain
hitam akan lebih cepat kering dari pada kain putih,
karena warna hitam…
a. sedikit menyerap kalor
b. banyak memencarkan kalor
c. sedikit memancarkan kalor
d. banyak menyerap kalor
D C3
Mengaitkan
perpindahan kalor
secara konduksi dan
konveksi
7. Dinding termos memiliki ruang hampa dengan
maksud untuk…
a. menghindari dinding dari kemungkinan pecah
b. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi dan
konveksi
c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
B C4
67
d. memperkecil koefisien muai dinding
Menyimpulkan dari
percobaan
perpindahan kalor
secara konduksi
8. Perhatikan gambar!
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti pada
gambar di atas, maka ujung yang lain akan menjadi
panas, perpindahan kalor terjadi secara…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. induksi
A C4
Menyebutkan
pengertian
konduktor
9. Zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik
disebut…
a. isolator c. penghasil kalor
b. konduktor d. pemancar kalor
B C1
Menyebutkan proses
terjadinya konveksi
10. Konveksi terjadi karena perpindahan…
a. massa jenis c. volum
b. massa d. ukuran partikel
A C1
Menjelaskan
terjadinya
perpindahan kalor
secara konveksi
11. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi…
a. hanya dalam zat padat
b. hanya dalam zat cair
c. hanya dalam gas
d. dalam zat cair atau gas
D C2
Memperkirakan
bahan alas setrika
12. Bagian atas setrika sebaiknya terbuat dari bahan…
a. pemancar kalor yang baik
D C2
68
yang baik b. penyerap kalor yang baik
c. penghambat kalor yang baik
d. penghantar kalor yang baik
Menentukan
terjadinya peristiwa
konveksi
13. Angin darat dan angin laut terjadi karena peristiwa…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. rotasi bumi
B C3
Menentukan contoh
perpindahan kalor
secara konveksi
14. Salah satu aplikasi dari perpindahan kalor secara
konveksi adalah…
a. efek rumah kaca
b. memasak air dengan panci
c. pemanasan logam
d. pendingin mobil
D
C3
Menganalisis contoh
konveksi dalam
kehidupan sehari-
hari
Menyimpulkan
contoh dalam
kehidupan sehari-
hari
15. Pada malam hari, tanah lebih cepat menjadi dingin
daripada air laut. Hal ini disebabkan…
a. massa jenis udara diatas daratan lebih kecil
daripada massa jenis udara diatas lautan
b. massa jenis udara diatas daratan lebih besar
daripada massa jenis udara diatas lautan
c. massa jenis udara dibawah daratan lebih kecil
daripada massa jenis udara dibawah lautan
d. massa jenis udara dibawah daratan lebih besar
daripada massa jenis udara dibawah lautan
16. Baju wol efektif menjaga badan kita tetap hangat
selama hari yang dingin, sebab…
a. wol dapat mempertahankan suhu tinggi
b. wol adalah penyerap kalor yang baik
c. udara yang diperangkap dalam wol bertindak
d. sebagai isolator menjaga kalor hilang akibat
A
C
C4
C4
69
konveksi dan radiasi
Menyebutkan
contoh kalor yang
baik
17. Penyerap kalor yang baik adalah…
a. cermin c. benda hitam
b. benda putih d. benda mengkilap
C C1
Menyebutkan
pengertian konveksi
18. Perambatan kalor melalui ruang hampa disebut…
a. radiasi c. polarisasi
b. konveksi d. infeksi
B C1
Memperkirakan ciri-
ciri mempercepat
konveksi
19. Salah satu cara mempercepat konveksi adalah…
a. memperbanyak jumlah zat
b. menggunakan zat alir yang lebih kental
c. menggunakan zat alir yang memiliki partikel besar
d. melakukan pengadukan
D C2
Memperkirakan
perpindahan kalor
secara radiasi
20. Data:
1. Mendidihkan air diatas api
2. Berjalan disiang hari yang panas
3. Memanaskan ujung logam diatas bara api
4. Berdiam di dekat api unggun
Yang merupakan perpindahan kalor secara radiasi
adalah nomor…
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
C C2
Menjelaskan contoh
konveksi dalam
kehidupan sehari-
21. Pembeku dalam sebuah lemari es dipasang dibagian
atas agar…
a. jauh dari kompresor panas yang ada di dasar
C C2
70
hari b. menyenangkan
c. pembeku dapat mendinginkan seluruh bagian
dalam dengan membangkitkan arus konveksi
d. semua pernyataan diatas adalah benar
Menentukan
konduksi dan
konveksi dalam
22. Sinar matahari tidak akan sampai kebumi karena…
a. konduksi c. konveksi
b. radiasi d. konduksi dan konveksi
D C3
Menentukan contoh
zat-zat yang dapat
memindahkan kalor
secara konveksi
23. Zat-zat berikut yang dapat memindahkan kalor
secara konveksi adalah…
a. udara, besi, tanah c. emas, perak, tembaga
b. air, oli, udara d. kayu, gabus, plastik
B C3
Menyimpulkan dari
percobaan kalor
24. Sebongkoh es ditahan pada dasar tabung berisi air,
ketika air dipanaskan pada mulut tabung, air tempat
itu mendidih. Sementara es di dasarnya tidak
mencair, peristiwa ini menunjukan bahwa…
a. air tidak mendapat kalor yang baik
b. air merupakan konduktor yang baik
c. air merupakan konduktor yang buruk
d. massa jenis air tidak berubah
A C4
Menyebutkan
perambatan kalor
25. Perambatan kalor yang terjadi dalam fluida disebut…
a. radiasi c. polarisasi
b. konveksi d. konduksi
B C1
Menyebutkan
contoh isolator yang
baik
26. Gagang setrika sebaiknya berupa…
a. pemancar kalor yang baik
b. penyerap kalor yang baik
c. penghambat kalor yang baik
d. penghantar kalor yang baik
C C1
Memperkirakan 27. Termos mencegah perpindahan kalor secara: D C2
71
contoh perpindahan
kalor
1. konduksi
2. konveksi
3. radiasi
Pernyataan yang benar adalah…
a. 1 dan 2 c. 2 dan 3
b. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3
Mencontohkan
peristiwa
perpindahan kalor
secara konveksi
28. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi
pada…
a. pengelasan besi c. memasak air
b. api unggun d. terik matahari
C C2
Menentukan
perpindahan kalor
secara radiasi
29. Angin laut terjadi pada siang hari karena pada siang
hari…
a. tekanan udara di darat lebih besar
b. suhu udara di laut lebih tinggi
c. tekanan udara di laut lebih besar
d. suhu udara di laut lebih rendah
C C3
Menentukan faktor-
faktor penyebab
terjadinya konveksi
dan radiasi
30. Dalam suatu ruangan yang berlampu, badan kita
terasa hangat, karena mendapat kalor dari lampu
dengan cara konveksi dan radiasi. Berikut ini faktor-
faktor penyebabnya, kecuali…
a. kalor dipancarkan lampu kesegala arah
b. terjadi aliran udara dalam ruangan
c. udara cukup baik untuk merambatkan kalor
d. kalor dapat berpindah tanpa zat perantara
C C3
Menganalisis
peristiwa terjadinya
konveksi di udara
31. Konveksi di udara menyebabkan terjadinya angin
laut. Dari gambar di bawah ini yang menjelaskan
terjadinya angin laut adalah…
C C4
72
73
Menganalisis
perpindahan kalor
secara konduksi
32. C
A B
Pada gambar proses konduksi di atas kalor
berpindah dari…
a. B ke A c. A ke C
b. A ke B d. B ke c
B C4
Menyebutkan
perpindahan kalor
yang tidak
memerlukan zat
perantara
33. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara
disebut…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. infeksi
C C1
Menyebutkan
contoh peristiwa
perpindahan kalor
secara radiasi
34. Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah…
a. terjadi angin darat dan angin laut
b. cahaya matahari sampai ke bumi
c. memasak air sampai mendidih
d. pemanasan sampai ujung logam
B C1
Memperkirakan
contoh akibat radiasi
35. Perhatikan pernyataan dibawah ini:
1. Air di dalam panci mendidih karena dipanaskan
2. Pada siang hari terasa panas dibandingkan malam
hari
3. Alat memasak umumnya diberi pegangan dari
kayu atau plastik
4. Lilin yang sedang menyala akan meleleh sampai
C C2
90˚ 20˚
74
habis
Dari pernyataan tersebut yang menyatakan akibat
radiasi adalah nomor…
a. 1 dan 3 c. 2 dan 4
b. 1 dan 4 d. 2 dan 3
Menjelaskan
maksud dari sifat
dinding termos
36. Dinding termos bersifat sebagai cermin dengan
maksud untuk…
a. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi
b. mengurangi perpindahan kalor secara konveksi
c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
d. memperlancar pertukaran kalor dengan udara di
luar termos
C C2
Menentukan
gerakan molekul air
37. Gerakan molekul air pada gambar dibawah ini yang
benar adalah…
B
C3
Menentukan
perpindahan kalor
yang benar
38. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar, kecuali…
a. perpindahan kalor pada ujung batang kuningan
yang dipanasi, secara konduksi
b. perpindahan air yang dipanasi pada suatu bejana
aluminium, secara konveksi
c. sinar matahari sampai ke bumi melalui radiasi
d. aliran udara pada cerobong asap merupakan
perpindahan kalor secara radiasi
D C3
75
Menyimpulkan dari
percobaan
39. Jika air kopi panas di aduk dengan sendok logam,
sendok itu akan terasa lebih panas dari pada air kopi
itu di aduk dengan sendok yang terbuat dari plastik.
Hal ini menunjukkan bahwa…
a. perpindahan kalor secara konveksi
b. perpindahan kalor secara radiasi
c. logam menghantar kalor lebih jelek dari pada
plastik
d. logam menghantar kalor lebih baik dari pada plastik
D
C4
Menganalisis contoh
dalam kehidupan
sehari-hari
40. Pada malam hari yang dingin ketika menyentuh
permukaan logam dalam suatu ruangan, maka…
a. permukaan logam terasa lebih dingin dari pada
permukaan kayu
b. permukaan kayu terasa lebih dingin dari pada
permukaan logam
c. kedua permukaan sama dinginnya
d. permukaan logam bisa terasa lebih dingin atau
lebih hangat tergantung pada jenis logamnya.
A C4
76
STRUKTUR KISI-KISI INSTRUMEN
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
Kurikulum : KTSP
Kelas : VII Semester Ganjil
Standar
kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Indikator Aspek yang diukur Σ soal
C1 C2 C3 C4
2.1
Mendeskripsikan
peran kalor
dalam mengubah
wujud suhu
suatu benda dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
2.2
Mendeskripsikan
2.3
Mendeskripsi
kan cara
perpindahan
kalor dalam
kehidupan
sehari-hari
Perpindahan
Kalor
Konduksi,
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i perpindahan
kalor secara
konduksi,
peristiwa
konduksi dan
Mendeskripsikan
cara perpindahan
kalor secara
konduksi
1,2*,9,1
7* 3,4,23 5,6,22*
7,8,24,3
2* 14
Mendeskripsikan
cara perpindahan
kalor secara
konveksi
10,18,25
* 11,12*,28
13,14*,19
,21,
15*,16,3
1 13
77
berbagai cara
perpindahan
kalor
contohnya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Konveksi,
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i konveksi dan
contohnya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Radiasi, dan
contohnya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
cara perpindahan
kalor secara
radiasi
26,33,34
*
20,27,35*
,36,
29,30*,38
,37 39,40* 13
Jumlah 10 10 11 9 40
Keterangan :
* soal yang tidak digunakan
78
Σ Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 28 70
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 26 65
3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 27 67,5
4 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 27 67,5
5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 26 65
6 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 26 65
7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 25 62,5
8 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 24 60
9 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 23 57,5
10 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 25 62,5
11 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 22 55
12 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 23 57,5
13 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 23 57,5
14 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 22 55
15 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 22 55
16 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 21 52,5
17 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 20 50
18 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 18 45
19 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18 45
20 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 18 45
21 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 16 40
22 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 15 37,5
23 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 15 37,5
24 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 16 40
25 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 13 32,5
26 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 12 30
27 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 12 30
28 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 9 22,5
29 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 20
30 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 18
Jumlah 24 10 16 6 22 20 20 14 15 13 10 22 17 16 11 20 18 12 16 17 18 16 10 12 12 24 16 17 12 9 14 10 9 14 10 11 16 11 11 16 586
rhitung 0,4 0,08 0,3 0,38 0,5 0,45 0,33 0,39 0,37 0,34 0,47 0,05 0,41 0,14 0,16 0,51 0,08 0,41 0,36 0,34 0,36 0,01 0,39 0,38 0,09 0,42 0,49 0,47 0,33 0,21 0,38 0,24 0,45 0,13 0,15 0,45 0,39 0,39 0,4 0,21
thitung 2,32 0,41 1,68 2,19 3,06 2,65 1,85 2,25 2,13 1,94 2,85 0,28 2,38 0,73 0,87 3,1 0,44 2,39 2,03 1,93 2,07 0,03 2,26 2,16 0,45 2,42 2,98 2,78 1,86 1,12 2,18 1,31 2,64 0,68 0,79 2,64 2,25 2,24 2,32 1,16
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
RspNomor Butir Soal
ttabel 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
vldts V I V V V V V V V V V I V I I V I V V V V I V V I I V V V I V I V I I V V V V I
p 0,8 0,33 0,53 0,2 0,73 0,67 0,67 0,47 0,5 0,43 0,33 0,73 0,57 0,53 0,37 0,67 0,6 0,4 0,53 0,57 0,6 0,53 0,33 0,4 0,4 0,8 0,53 0,57 0,4 0,3 0,47 0,33 0,3 0,47 0,33 0,37 0,53 0,37 0,37 0,53
q 0,2 0,67 0,47 0,8 0,27 0,33 0,33 0,53 0,5 0,57 0,67 0,27 0,43 0,47 0,63 0,33 0,4 0,6 0,47 0,43 0,4 0,47 0,67 0,6 0,6 0,2 0,47 0,43 0,6 0,7 0,53 0,67 0,7 0,53 0,67 0,63 0,47 0,63 0,63 0,47
Σpq 0,16 0,22 0,25 0,16 0,2 0,22 0,22 0,25 0,25 0,25 0,22 0,2 0,25 0,25 0,23 0,22 0,24 0,24 0,25 0,25 0,24 0,25 0,22 0,24 0,24 0,16 0,25 0,25 0,24 0,21 0,25 0,22 0,21 0,25 0,22 0,23 0,25 0,23 0,23 0,25 9,15888889
s2 38
r11 0,78
thitung 6,56
ttabel 1.7
rlblts Reliabel
Tinggi
89
Lampiran 6
Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
Item PA PB D Kategori Item PA PB D Kategori
1 0,87 0,73 0,14 Jelek 21 0,73 0,47 0,26 Cukup
2 0,33 0,33 0 Jelek
22 0,5 0,53 -
0,03
Sangat
Buruk
3 0,6 0,47 0,13 Jelek 23 0,5 0,2 0,3 Cukup
4 0,4 0 0,4 Cukup 24 0,6 0,2 0,4 Cukup
5 0,9 0,6 0,3 Cukup 25 0,5 0.33 0,17 Jelek
6 0,8 0,53 0,27 Cukup 26 0,7 0,66 0,04 Jelek
7 0,8 0,53 0,27 Cukup 27 0,7 0,33 0,37 Cukup
8 0,6 0,33 0,27 Cukup 28 0,6 0,2 0,4 Cukup
9 0,7 0,33 0,37 Cukup 29 0,6 0,2 0,4 Cukup
10 0,5 0,27 0,23 Cukup 30 0,47 0,2 0,27 Cukup
11 0,5 0,13 0,37 Cukup 31 0,6 0,33 0,27 Cukup
12 0,8 0,67 0,13 Jelek 32 0,4 0,27 0,13 Jelek
13 0,7 0,4 0,3 Cukup 33 0,5 0,07 0,43 Baik
14 0,5 0,53 -
0,03
Sangat
Buruk 34 0,6 0,33 0,27 Cukup
15 0,6 0.2 0,4 Cukup 35 0,4 0,27 0,13 Jelek
16 0,9 0,4 0,5 Baik 36 0,6 0,13 0,47 Baik
17 0,6 0,6 0 Jelek 37 0,6 0,47 0,13 Jelek
18 0,5 0,27 0,23 Cukup 38 0,5 0,2 0,3 Cukup
19 0,7 0,4 0,3 Cukup 39 0,47 0,27 0,2 Jelek
20 0,7 0,4 0,3 Cukup 40 0,6 0,47 0,13 Jelek
Distribusi Daya Pembeda
Klasifikasi Σ %
Sangat Buruk 2
Jelek 12 32.5%
Cukup 23 45%
Baik 3 15%
Baik Sekali 0 0%
88
Lampiran 5
Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian tes Hasil Belajar
Item B Js P Kategori
Item B Js P Kategori
1 24 30 0.8 Mudah
21 18 30 0.6 Sedang
2 10 30 0.33 Sedang
22 16 30 0.53 Sedang
3 16 30 0.53 Sedang
23 10 30 0.33 Sedang
4 6 30 0.2 Sukar
24 12 30 0.4 Sedang
5 22 30 0.73 Mudah
25 12 30 0.4 Sedang
6 22 30 0.73 Mudah
26 21 30 0.7 Sedang
7 20 30 0.67 Sedang
27 16 30 0.53 Sedang
8 14 30 0.47 Sedang
28 12 30 0.4 Sedang
9 15 30 0.5 Sedang
29 12 30 0.4 Sedang
10 11 30 0.37 Sedang
30 10 30 0.33 Sedang
11 10 30 0.33 Sedang
31 14 30 0.47 Sedang
12 26 30 0.87 Mudah
32 10 30 0.33 Sedang
13 19 30 0.63 Sedang
33 9 30 0.3 Sukar
14 16 30 0.53 Sedang
34 14 30 0.47 Sedang
15 12 30 0.4 Sedang
35 10 30 0.33 Sedang
16 20 30 0.67 Sedang
36 11 30 0.37 Sedang
17 15 30 0.5 Sedang
37 16 30 0.53 Sedang
18 12 30 0.4 Sedang
38 11 30 0.37 Sedang
19 16 30 0.53 Sedang
39 11 30 0.37 Sedang
20 16 30 0.53 Sedang
40 16 30 0.53 Sedang
Persentase Tingkat Kesukaran
Klasifikasi Σ %
Sukar 15 37.50%
Sedang 13 32.50%
Mudah 12 30%
79
Lampiran 2
Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes hasil Belajar
Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling benar !
1. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut...
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. Polarisasi
2. Perpindahan kalor secara konduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut, kecuali...
a. konduktivitas termal c. massa jenis
b. luas penampang d. perubahan suhu
3. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi...
a. hanya dalam zat padat c. hanya dalam gas
b. hanya dalam zat cair d. hanya dalam zat padat, cair, dan gas
4. Pernyataan berikut ini benar, kecuali...
a. laju konduksi sebanding dengan luas penampang benda
b. laju konduksi sebanding dengan konduktivitas termal benda
c. laju konduksi sebanding dengan panjang benda
d. laju konduksi sebanding dengan perbedaan suhu
5. Kelompok benda berikut yang merupakan konduktor yang baik adalah…
a. emas, raksa, alumunium c. gabus, emas, perak
b. besi, baja, tembaga d. kayu, gabus, kaca
6. Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain hitam akan lebih cepat
kering dari pada kain putih, karena warna hitam…
a. sedikit menyerap kalor c. sedikit memancarkan kalor
b. banyak memencarkan kalor d. banyak menyerap kalor
7. Dinding termos memiliki ruang hampa dengan maksud untuk...
a. menghindari dinding dari kemungkinan pecah
b. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi
c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
d. memperkecil koefisien muai dinding
8. Perhatikan gambar!
Nama : Hari/tanggal :
No. Absen : waktu :
Kelas :
80
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti pada gambar di atas, maka
ujung yang lain akan menjadi panas, perpindahan kalor terjadi secara…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. induksi
9. Zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik disebut...
a. Isolator c. penghasil kalor
b. Konduktor d. pemancar kalor
10. Konveksi terjadi karena perpindahan...
a. Massa jenis c. volum
b. Massa d. ukuran partikel
11. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi...
a. hanya dalam zat padat c. hanya dalam gas
b. hanya dalam zat cair d. dalam zat cair atau gas
12. Bagian atas setrika sebaiknya terbuat dari bahan…
a. Pemancar kalor yang baik c. penghambat kalor yang baik
b. Penyerap kalor yang baik d. penghantar kalor yang baik
13. Angin darat dan angin laut terjadi karena peristiwa…
a. Konduksi c. radiasi
b. Konveksi d. rotasi bumi
14. Salah satu aplikasi dari perpindahan kalor secara konveksi adalah...
a. Efek rumah kaca c. pemanasan logam
b. Memasak air dengan panci d. pendingin mobil
15. Pada malam hari, tanah lebih cepat menjadi dingin daripada air laut. Hal ini
disebabkan...
a. Massa jenis udara diatas daratan lebih besar daripada massa jenis udara
diatas lautan
b. Massa jenis udara diatas daratan lebih kecil daripada massa jenis udara
diatas lautan
c. Massa jenis udara dibawah daratan lebih kecil daripada massa jenis udara
dibawah lautan
d. Massa jenis udara dibawah daratan lebih besar daripada massa jenis udara
dibawah lautan
16. Baju wol efektif menjaga badan kita tetap hangat selama hari yang dingin,
sebab...
a. Wol dapat mempertahankan suhu tinggi
b. Wol adalah penyerap kalor yang baik
c. Udara yang diperangkap dalam wol bertindak
d. Sebagai isolator menjaga kalor hilang akibat konveksi dan radiasi
17. Penyerap kalor yang baik adalah...
a. Cermin c. benda hitam
b. Benda putih d. benda mengkilap
18. Perambatan kalor melalui ruang hampa disebut...
a. Radiasi c. polarisasi
b. Konveksi d. infeksi
81
19. Salah satu cara mempercepat konveksi adalah...
a. Memperbanyak jumlah zat
b. Menggunakan zat alir yang lebih kental
c. Menggunakan zat alir yang memiliki partikel besar
d. Melakukan pengadukan
20. Data :
1. Mendidihkan air diatas api
2. Berjalan disiang hari yang panas
3. Memanaskan ujung logam diatas bara api
4. Berdiam di dekat api unggun
Yang merupakan perpindahan kalor secara radiasi adalah nomor...
a. 4 c. 2
b. 3 d.1
21. Pembeku dalam sebuah lemari es dipasang dibagian atas agar...
a. Jauh dari kompresor panas yang ada di dasar
b. Menyenangkan
c. Pembeku dapat mendinginkan seluruh bagian dalam dengan
membangkitkan arus konveksi
d. Semua pernyataan benar
22. Sinar matahari tidak akan sampai kebumi karena...
a. Konduksi c. konvekssi
b. Radiasi d. konduksi dan konveksi
23. Zat-zat berikut yang dapat memindahkan kalor secara konveksi adalah…
a. Udara, besi, tanah c. emas, perak, tembaga
b. Air, oli, udara d. kayu, gabus, plastik
24. Sebongkoh es ditahan pada dasar tabung berisi air, ketika air dipanaskan pada
mulut tabung, air tempat itu mendidih. Sementara es di dasarnya tidak
mencair, peristiwa ini menunjukan bahwa…
a. air tidak mendapat kalor yang baik
b. air merupakan konduktor yang baik
c. air merupakan konduktor yang buruk
d. massa jenis air tidak berubah
25. perambatan kalor yang terjadi dalam fluida disebut...
a. radiasi c. polarisasi
b. konveksi d. konduksi
26. Termos mencegah perpindahan kalor secara:
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi
Pernyataan yang benar adalah…
a. 1 dan 2 c. 2 dan 3
b. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3
27. Gagang setrika sebaiknya berupa…
a. Pemancar kalor yang baik
b. Penyerap kalor yang baik
c. Penghambat kalor yang baik
82
d. Penghantar kalor yang baik
28. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada…
a. Pengelasan besi c. memasak air
b. Api unggun d. terik matahari
29. Angin laut terjadi pada siang hari karena pada siang hari…
a. Tekanan udara di darat lebih kecil
b. Suhu udara di laut lebih tinggi
c. Tekanan udara di laut lebih besar
d. Suhu udara di laut lebih rendah
30. Dalam sebuah ruangan yang berlampu, badan kita terasa hangat, karena
mendapat kalor dari lampu dengan cara konveksi dan radiasi. Berikut ini
faktor-faktor penyebabnya, kecuali...
a. Kalor dipancarkan lampu kesegala arah
b. Terjadi aliran udara dalam ruangan
c. Udara cukup baik untuk merambatkan kalor
d. Kalor dapat berpindah tanpa zat perantara
31. Konveksi di udara menyebabkan terjadinya angin laut. Dari gambar di bawah
ini yang menjelaskan terjadinya angin laut adalah...
32. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut...
a. Konduksi c. radiasi
b. Konveksi d. infeksi
33. Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah...
a. Terjadi angin darat dan angin laut
b. Cahaya matahari sampai ke bumi
c. Memasak air sampai mendidih
83
d. Pemanasan sampai ujung logam
34. Perhatikan pernyataan dibawah ini:
1. Air di dalam panci mendidih karena dipanaskan
2. Pada siang hari terasa panas dibandingkan malam hari
3. Alat memasak umumnya diberi pegangan dari kayu atau plastik
4. Lilin yang sedang menyala akan meleleh sampai habis.
Dari pernyataan tersebut yang menyatakan akibat radiasi adalah nomor...
a. 1 dan 3 c. 2 dan 4
b. 1 dan 4 d. 2 dan 3
35. Dinding termos bersifat sebagai cermin dengan maksud untuk...
a. Mengurangi perpindahan kalor secara konduksi
b. Mengurangi perpindahan kalor secara konveksi
c. Mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
d. Memperlancar pertukaran kalor dengan udara di luar termos
C
36. A B
Pada gambar proses konduksi di atas kalor berpindah dari...
a. B ke A c. A ke C
b. A ke B d. B ke C
37. Gerakan molekul air pada gambar dibawah ini yang benar adalah…
38. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar, kecuali...
a. Perpindahan kalor pada ujung batang kuningan yang dipanasi, secara
konduksi
b. Perpindahan air yang dipanasi pada suatu bejana aluminium, secara
konveksi
c. Sinar matahari sampai ke bumi melalui radiasi
d. Aliran udara pada cerobong asap merupakan perpindahan kalor secara
radiasi
39. Jika air kopi panas di aduk dengan sendok logam, sendok itu terasa lebih
panas dari pada air kopi itu di aduk dengan sendok yang terbuat dari plastik.
Hal ini menunjukan bahwa...
a. Perpindahan kalor secara konveksi
b. Perpindahan kalor secara radiasi
c. Logam menghantar kalor lebih jelek dari pada plastik
90˚ 20˚
84
d. Logam menghantar kalor lebih baik dari pada plastik
40. Pada malam hari yang dingin ketika menyentuh permukaan logam dalam
suatu ruangan, maka...
a. Permukaan logam terasa lebih dingin dari pada permukaan kayu
b. Permukaan kayu terasa lebih dingin dari pada permukaan logam
c. Kedua permukaan sama dinginnya
d. Permukaan logam bisa terasa lebih dingin atau lebih hangat tergantung
pada jenis logamnya.
85
86
Lampiran 3
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
1. a 11. d 21. c 31. c
2. c 12. d 22. d 32. b
3. a 13. b 23. b 33. c
4. c 14. d 24. a 34. b
5. b 15. a 25. b 35. c
6. d 16. c 26. c 36. c
7. b 17. c 27. d 37. b
8. a 18. b 28. c 38. d
9. b 19. d 29. c 39. d
10. a 20. c 30. c 40. a
93
Lampiran 9
Soal Instrumen Penelitian Tes hasil Belajar
Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling benar !
1. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. polarisasi
2. Kelompok benda berikut yang merupakan konduktor yang baik adalah…
a. emas, raksa, alumunium
b. besi, baja, tembaga
c. gabus, emas, perak
d. kayu, gabus, kaca
3. Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain hitam akan lebih cepat
kering dari pada kain putih, karena warna hitam…
a. sedikit menyerap kalor
b. banyak memencarkan kalor
c. sedikit memancarkan kalor
d. banyak menyerap kalor
4. Dinding termos memiliki ruang hampa dengan maksud untuk…
a. menghindari dinding dari kemungkinan pecah
b. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi
c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
d. memperkecil koefisien muai dinding
5. Perhatikan gambar!
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti pada gambar di atas, maka
ujung yang lain akan menjadi panas, perpindahan kalor terjadi secara…
a. konduksi c. radiasi
b. konveksi d. induksi
6. konveksi terjadi karena perpindahan…
a. massa jenis c. volum
b. massa d. ukuran partikel
7. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi…
a. hanya dalam zat padat
b. hanya dalam zat cair
Nama : Hari/tanggal :
No. Absen : waktu :
Kelas :
94
c. hanya dalam gas
d. dalam zat cair atau gas
8. Angin darat dan angin laut terjadi karena peristiwa…
a. Konduksi c. radiasi
b. Konveksi d. rotasi bumi
9. Baju wol efektif menjaga badan kita tetap hangat selama hari yang dingin,
sebab…
a. Wol dapat mempertahankan suhu tinggi
b. Wol adalah penyerap kalor yang baik
c. Udara yang diperangkap dalam wol bertindak
d. Sebagai isolator menjaga kalor hilang akibat konveksi dan radiasi
10. Perambatan kalor melalui ruang hampa disebut…
a. Radiasi c. polarisasi
b. Konveksi d. infeksi
11. Salah satu cara mempercepat konveksi adalah…
a. memperbanyak jumlah zat
b. menggunakan zat alir yang lebih kental
c. menggunakan zat alir yang memiliki partikel besar
d. melakukan pengadukan
12. Gerakan molekul air pada gambar dibawah ini yang benar adalah…
13. Bagian atas setrika sebaiknya terbuat dari bahan…
a. Pemancar kalor yang baik
b. Penyerap kalor yang baik
c. Penghambat kalor yang baik
d. Penghantar kalor yang baik
14. Data:
1. mendidihkan air diatas api
2. berjalan disiang hari yang panas
3. memanaskan ujung logam di atas bara api
4. berdiam di dekat api unggun
Yang merupakan perpindahan kalor secara radiasi adalah nomor…
a. 4 c. 2
b. 3 d. 1
15. Pembeku dalam sebuah lemari es dipasang dibagian atas agar…
a. Jauh dari kompresor panas yang ada di dasar
b. Menyenangkan
c. Pembeku dapat mendinginkan seluruh bagian dalam dengan
membangkitkan arus konveksi
d. Semua pernyataan diatas adalah benar
16. Zat-zat berikut yang dapat memindahkan kalor secara konveksi adalah…
95
a. Udara, besi, tanah c. emas, perak, tembaga
b. Air, oli, udara d. kayu, gabus, plastik
17. Sebongkoh es ditahan pada dasar tabung berisi air, ketika air dipanaskan pada
mulut tabung, air tempat itu mendidih. Sementara es di dasarnya tidak
mencair, peristiwa ini menunjukan bahwa…
a. air tidak mendapat kalor yang baik
b. air merupakan konduktor yang baik
c. air merupakan konduktor yang buruk
d. massa jenis air tidak berubah
18. Gagang setrika sebaiknya berupa…
a. Pemancar kalor yang baik
b. Penyerap kalor yang baik
c. Penghambat kalor yang baik
d. Penghantar kalor yang baik
19. Termos mencegah perpindahan kalor secara:
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi
Pernyataan yang benar adalah…
a. 1 dan 2 c. 2 dan 3
b. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3
20. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada…
a. Pengelasan besi c. memasak air
b. Api unggun d. terik matahari
21. Angin laut terjadi pada siang hari karena pada siang hari…
a. Tekanan udara di darat lebih kecil
b. Suhu udara di laut lebih tinggi
c. Tekanan udara di laut lebih besar
d. Suhu udara di laut lebih rendah
22. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut…
a. Konduksi c. radiasi
b. Konveksi d. infeksi
23. Dinding termos bersifat sebagai cermin dengan maksud untuk…
a. Mengurangi perpindahan kalor secara konduksi
b. Mengurangi perpindahan kalor secara konveksi
c. Mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
d. Memperlancar pertukaran kalor dengan udara di luar termos
24. Jika air kopi panas di aduk dengan sendok logam, sendok itu akan terasa lebih
panas dari pada air kopi itu di aduk dengan sendok yang terbuat dari plastik.
Hal ini menunjukan bahwa…
a. Perpindahan kalor secara konveksi
b. Perpindahan kalor secara radiasi
c. Logam menghantar kalor lebih jelek dari pada plastik
d. Logam menghantar kalor lebih baik dari pada plastik
25. Konveksi di udara menyebabkan terjadinya angin laut. Dari gambar di bawah
ini yang menjelaskan terjadinya angin laut adalah…
96
26. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar, kecuali...
a. Perpindahan kalor pada ujung batang kuningan yang dipanasi, secara
konduksi
b. Perpindahan air yang dipanasi pada suatu bejana aluminium, secara
konveksi
c. Sinar matahari sampai ke bumi melalui radiasi
d. Aliran udara pada cerobong asap merupakan perpindahan kalor secara
radiasi
27. Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah...
a. Terjadi angin darat dan angin laut
b. Cahaya matahari sampai ke bumi
c. Memasak air sampai mendidih
d. Pemanasan sampai ujung logam
103
Lampiran 11
LEMBAR KERJA SISWA
KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR
SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal : ……………
Kelompok : …………….
Nama Anggota : 1. …………… 3. ……………….
2. …………… 4. ……………….
5. ……………….
Konsep : Kalor
Sub Konsep : Perpindahan Kalor (Konduksi)
Percobaan
Alat dan Bahan
1. Logam tembaga ± 10 cm
2. Logam baja ± 7 cm
3. Pembakar (Lilin/Bunsen)
4. Arloji / Stopwatch
Langkah Kerja
Pada pagi yang cerah hasan pergi kesekolah pukul 07.00 Wib, dengan
menggunakan sepeda miliknya, hasan mengayunkan sepeda dengan
cepat sekali agar tidak terlambat sekolah. Dengan hangatnya sinar
matahari yang menyinari bumi, sehingga sampai sekolah hasan
mengeluarkan keringat dari tubuhnya, ini artinya hasan memiliki energi
kalor mengeluarkan energi kalor berupa keringat karena terkena sinar
matahari.
104
1. Buatlah percobaan seperti pada gambar
2. Panaskan salah satu ujung logam tembaga
yang memiliki panjang ± 10 cm
3. Apa yang akan kamu rasakan pada ujung
logam yang kamu pegang
4. Catatlah berapa lama waktu yang diperlukan untuk
perpindahan kalor ke ujung logam yang kamu pegang
5. Sekarang lakukan pada logam baja yang memiliki panjang ± 7 cm
6. Apa yang terjadi?
Hasil Pengamatan
Tuliskan hasil percobaanmu dalam tabel di bawah ini!
No. Peristiwa Panjang Logam waktu
1. Logam dipanaskan ………… ………….
2. Logam dipanaskan …………. ………….
Isilah pertanyaan dibawah ini !
1. Jika logam pertama adalah tembaga dan logam kedua adalah baja, logam
manakah yang lebih cepat menghantarkan panas? Jelaskan!
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Setelah melakukan kegiatan di atas, apa yang dapat kamu simpulkan.
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Selamat Bekerja
105
LEMBAR KERJA SISWA
KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR
SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal : ……………
Kelompok : …………….
Nama Anggota : 1. …………… 3. ……………….
2. …………… 4. ……………….
5. ……………….
Kelompokkan sifat beberapa zat di bawah ini, baik sebagai isolator maupun
konduktor!
1. Gelas
2. Besi
3. Silikon
4. Wol
5. Plastik
6. Seng
7. Tembaga
8. Karet
9. Aluminium
10. Kertas
11. kayu
Selamat Bekerja
106
LEMBAR KERJA SISWA
KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR
SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal : ……………
Kelompok : …………….
Nama Anggota : 1. …………… 3. ……………….
2. …………… 4. ……………….
5. ……………….
Konsep : Kalor
Sub Konsep : Perpindahan Kalor (Konveksi)
Percobaan
Alat dan Bahan
1. Lilin
2. Pembakar / Korek api
Langkah Kerja
1. Sediakan lilin dan korek api
2. Nyalakan lilin dengan korek api
3. Dekatkan korek api di sekitar lilin
4. Amatilah korek api yang ada disekitar lilin
Coba kamu masak air dalam panci dengan menggunakan kompor di
rumahmu. Pemanasan sebenarnya hanya terjadi pada bagian air yang
bersentuhan dengan dinding panci, sedangkan bagian air di tengah panci tidak
kamu panaskan. Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata air dibagian tengah panci
juga ikut panas, ini terjadi karena adanya perpindahan kalor dari bagian yang
dipanaskan ke bagian tengah panci
107
5. Apa yang terjadi?
Isilah pertanyaan dibawah ini !
1. Batang korek api disebelah mana yang dahulu cepat terbakar, ketika
didekatkan disekitar lilin yang sedang menyala?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Setelah melakukan kegiatan di atas, apa yang dapat kamu simpulkan.
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Selamat Bekerja
108
LEMBAR KERJA SISWA
KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR
SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal : ……………
Kelompok : …………….
Nama Anggota : 1. …………… 3. ……………….
2. …………… 4. ……………….
5. ……………….
Konsep : Kalor
Sub Konsep : Perpindahan Kalor (Radiasi)
Mengamati Daya serap Radiasi Kalor
1. Perhatikan gambar di bawah ini. Pada gambar terdapat bohlam yang dicat
hitam dan bohlam yang dicat putih. Bagian dalam kedua bohlam telah
dikosongkan. Bagian bawah kedua bohlam dihubungkan oleh pipa-U yang
berisi alkohol. Alkohol dalam pipa-U tidak penuh mencapai bohlam.
2. Mengapa alkohol pada bohlam yang dicat putih tetap, sedangkan alkohol pada
bohlam yang dicat hitam berkurang?
3. Apa yang dapat kamu simpulkan?
Apabila kita berdiam di dekat api unggun, kita merasa hangat. Kemudian, jika kita
memasang selembar tirai di antara api dan kita, radiasi kalor akan terhalang oleh
tirai itu. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa: kalor dari api unggun
atau matahari dapat dihalangi oleh tabir sehingga kalor tidak dapat merambat.
Selamat Bekerja
97
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran Generatif
Sekolah : SMP Negeri Pamijahan Bogor
Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Kalor
Kelas/ Semester : VII/II
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi :
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud suhu suatu benda
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan cara perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
Indikator :
1. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara konduksi
2. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara konveksi
3. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara radiasi
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan pengertian dari jenis-jenis perpindahan kalor
2. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis perpindahan kalor
3. Siswa dapat menjelaskan contoh-contoh perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
Perpindahan Kalor
dibagi
Konduksi Konveksi Radiasi
98
Konduksi contoh: besi dibakar
Konveksi contoh: batang korek api yang diletakkan di atas lilin yang menyala
Radiasi contoh : api unggun
C. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Model Pembelajaran generatif
Metode : Eksperimen, dan Tanya jawab
D. Alat dan Sumber Belajar
Alat : Terlampir di LKS
Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA.
E. Kegiatan Pembelajaran
(Pertemuan ke I)
Pretest
(Pertemuan ke 2)
Model
Pembelajaran
Generatif
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan Guru memasuki kelas dan
memulai aktivitas
pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan
mengecek kehadiran
siswa
B. Kegiatan Inti
Fase I:
Eksplorasi
Pendahuluan
• Guru memberikan
apersepsi konsep
tentang konduksi
“Jika pakaian putih dan
hitam dijemur bersama,
kain hitam akan lebih
cepat kering dari pada
kain putih, mengapa?”
Guru meminta
beberapa orang siswa
mengemukakan
jawaban mereka dari
7’
99
pertanyaan di atas.
Guru menuliskan
jawaban siswa di papan
tulis
Guru menyimpulkan
jawaban-jawaban yang
ada di papan tulis
Siswa menjawab
pertanyaan yang
di berikan oleh
guru
Fase II:
Pemusatan
Guru memberi
motivasi kepada siswa
dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa, dengan
pertanyaan sebagai
berikut:
“Logam mana yang
lebih cepat panas,
logam panjang atau
logam pendek ketika di
panaskan?”
Siswa menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh
guru
5’
Fase III:
Tantangan
Guru membentuk
kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari
4-5 orang.
Guru membagikan
LKS kepada tiap-tiap
kelompok.
Guru membimbing dan
menjelaskan prosedur
percobaan konduksi
yang harus dilakukan
oleh siswa sesuai
dengan LKS yang
dibagikan.
Tiap-tiap
kelompok
ditugaskan
melakukan
percobaan sesuai
dengan LKS
Siswa
memecahkan
masalah-masalah
yang ada di LKS
dengan dibantu
guru
Siswa
melakukan
percobaan
konduksi
Siswa mencatat
dan melaporkan
15’
100
hasil penelitian
Fase IV:
Aplikasi
Guru menyajikan soal-
soal yang sederhana
yang dapat dipecahkan
siswa dengan
menggunakan konsep-
konsep matematis,
dengan soal sebagai
berikut:
- Sebutkan benda-
benda yang dapat
dilewati kalor?
- Jika logam pertama
adalah tembaga dan
logam kedua adalah
baja, logam
manakah yang lebih
cepat
menghantarkan
panas?
Siswa
mengerjakan
soal-soal yang
diberikan oleh
guru.
10’
C. Kegiatan
Penutup Guru memberikan
tugas kepada siswa
untuk membuat
rangkuman tentang hal
yang telah dipelajari.
3’
(Pertemuan ke 3)
Model
Pembelajaran
Generatif
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan Guru memasuki kelas dan
memulai aktivitas
pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan
mengecek kehadiran
siswa
101
B. Kegiatan Inti
Fase I:
Eksplorasi
Pendahuluan
Guru memberikan
apersepsi konsep
tentang konveksi dan
radiasi
“ Mengapa angin laut
terjadi pada siang hari?
“Mengapa orang arab
senang memakai jubah
gombrang warna hitam?
Guru meminta
beberapa orang siswa
mengemukakan
jawaban mereka dari
pertanyaan di atas.
Guru menuliskan
jawaban siswa di
papan tulis
Guru menyimpulkan
jawaban-jawaban yang
ada di papan tulis
Siswa menjawab
pertanyaan yang
di berikan oleh
guru
7’
Fase II:
Pemusatan
Guru memberi
motivasi kepada siswa
dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa, dengan
pertanyaan sebagai
berikut:
“Batang korek api
didekatkan disekitar
lilin yang menyala
dengan membentuk
lingkaran, batang
korek api yang sebelah
mana terlebih dahulu
terbakar?”
Siswa menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
guru
5’
102
Fase III:
Tantangan
Guru membentuk
kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari
4-5 orang.
Guru membagikan
LKS kepada tiap-tiap
kelompok.
Guru membimbing
dan menjelaskan
prosedur percobaan
konveksi yang harus
dilakukan oleh siswa
sesuai dengan LKS
yang dibagikan
Tiap-tiap
kelompok
ditugaskan
melakukan
percobaan sesuai
dengan LKS
Siswa
memecahkan
masalah-masalah
yang ada di LKS
dengan dibantu
guru
Siswa melakukan
percobaan
Siswa melakukan
penelitian dan
melaporkan hasil
penelitian
Salah satu
kelompok
mempresentasika
n hasil percobaan
yang dilakukan
15’
Fase IV:
Aplikasi
Guru menyajikan soal-
soal yang sederhana
yang dapat dipecahkan
siswa dengan
menggunakan konsep-
konsep matematis,
dengan soal sebagai
berikut:
- Apa yang dimaksud
dengan konveksi,
faktor-faktor yang
mempengaruhi
konveksi dan
berikan contohnya?
- Apa yang dimaksud
dengan radiasi dan
10’
103
berikan contohnya?
C. Kegiatan
Penutup Guru memberikan
tugas kepada siswa
untuk membuat
rangkuman tentang hal
yang telah dipelajari.
.
3’
(Pertemuan ke 4)
Postest
F. Penilaian
1. Penilaian Kelompok : Hasil Eksperimen (Laporan Kelompok)
2. Penilaian Tertulis : Hasil Rangkuman siswa (tugas individu)
Bogor, Agustus 2010
Peneliti
Lisna Nafikah
109
Lampiran 12
UJI NORMALITAS
A. Uji Normalitas Data Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen
Skor terbesar = 66,6
Skor terkecil = 25,9
Rentang (R) = Skor terbesar – Skor terkecil
= 66,6 – 25,9
= 40,7
Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,6)
= 1 + 5,28
= 6,28
Panjang Kelas (i) = 8,66
7,40
BK
R
7
No X No X No X No X
1. 44,4 11. 44,4 21. 44,4 31. 51,8
2. 51,8 12. 48,1 22. 25,9 32. 44,4
3. 55,5 13. 51,8 23. 29,6 33. 25,9
4. 29,6 14. 48,1 24. 48,1 34. 66,6
5. 25,9 15. 48,1 25. 51,8 35. 59,2
6. 29,6 16. 51,8 26. 37 36. 51,8
7. 37 17. 55,5 27. 62,9 37. 48,1
8. 62,9 18. 29,6 28. 48,1 38. 55,5
9. 51,8 19. 29,6 29. 48,1 39. 51,8
10. 62,9 20. 25,9 30. 51,8 40. 66,6
110
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas Interval F Nilai tengah
(xi)
xi2
f.xi f.xi2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
25,9 – 32,9
33,9 – 40,9
41,9 – 48,9
49,9 – 56,9
57,9 – 64,9
65,9 – 72,9
6
9
8
12
2
3
28,9
36,9
44,9
52,9
60,9
68,9
835,21
1361,61
2016,01
2798,41
3708,81
4747,21
173,4
332,1
359,2
634,8
121,8
206,7
5011,26
12254,49
16128,08
33580,92
7417,62
14241,63
Jumlah 40 1612 70058
Rata-rata (X)
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Membuat daftar frekuensi yang di harapkan dengan cara :
a. Menentukan batas kelas, yaitu :
25,9 32,9 40,9 48,9 56,9 64,9 72,9
b. Mencari nilai Z – score
111
38,243,11
3,409,72
68,143,11
3,409,64
98,043,11
3,409,56
28,043,11
3,409,48
42,043,11
3,409,40
12,143,11
3,409,32
82,143,11
3,409,25
7
6
5
4
3
2
1
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z
c. Mencari luas 0 – Z dari table kurva normal dari 0 – Z di dapat
0,4656 0,3686 0,1628 0,1103 0,3365 0,3365 0,4913
d. Mencari luas tiap kelas interval
0,4656 – 0,3686 = 0,097
0,3686 – 0,1628 = 0,2058
0,1628 + 0,1103 = 0,2731
0,1103 - 0,3365 = 0,2262
0,3365 – 0,4535 = 0,117
0,4535 – 0,4913 = 0,0378
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,097 x 40 = 3,88
0,2058 x 40 = 8,232
0,2731 x 40 = 10,924
0,2262 x 40 = 9,048
0,117 x 40 = 4,68
0,0378 x 40 = 1,512
No Batas Kelas Z Luas 0 -
Z
Luas tiap kelas
interval
fe Fo
1. 25,9 -1,82 0,4656 0,097 3,88 6
2. 32,9 -1,12 0,3686 0,2058 8,232 9
3. 40,9 -0,42 0,1628 0,2731 10,924 8
112
4. 48,9 0,28 0,1103 0,2262 9,048 12
5. 56,9 0,98 0,3365 0,117 4,68 2
6. 64,9 1,68 0,3365 0,0378 1,512 3
72,9 2,38 0,4913
∑fo =
40
Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)
+
= 1,16 + 0,07 + 0,78+ 0,96 + 1,53+1,46 = 5,96
Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07
Dengan criteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2
hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal
Jika x2 hitung ≤ x
2 tabel, artinya Data berdistribusi normal
Dari perhitungan di dapat
x2hitung = 5,96 x
2tabel = 11,07
jadi,
x2hitung ≤ x
2tabel, artinya Data berdistribusi normal.
B. Uji Normalitas data Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen
No X No X No X No X
1. 66,6 11. 74 21. 70,3 31. 70,3
2. 70,3 12. 74 22. 66,6 32. 62,9
3. 81,4 13. 81,4 23. 66,6 33. 62,9
4. 77,7 14. 81,4 24. 70,3 34. 85,1
5. 51,8 15. 85,1 25. 70,3 35. 77,7
6. 55,5 16. 62,9 26. 62,9 36. 66,6
7. 62,9 17. 70,3 27. 88,8 37. 77,7
113
Rentang (R) = Skor terbesar – skor terkecil
= 88,8 – 51,8
= 37
Banyak kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,6)
= 1 + 5,28
= 6,28 ≈ 6
Panjang Kelas (i) = 62,66
37
BK
R
Table distribusi frekuensi
No Kelas
Interval
F Nilai tengah
(xi)
xi2
f.xi f.xi2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
51,8 – 57,8
58,8 – 64,8
65,8 – 71,8
72,8 – 78,8
79,8 – 85,8
86,8 – 92,8
3
11
14
8
3
1
54,8
61,8
68,8
75,8
82,8
89,8
3003,04
3819,24
4733,44
5745,64
6855,84
8064,04
164,4
679,8
963,2
606,4
248,4
89,8
9009,12
42011,64
66268,16
45965,12
20567,52
8064,04
Jumlah 40 2752 191885,6
Rata-rata (X)
8,6840
2752
n
fniX
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
46,858,711560
101920
1560
75735047675424
)140(40
)2752(6,19188540
)1(
)( 222
x
nn
fxifxin
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara
a. Menentukan batas kelas, yaitu :
51,8 57,8 64,8 71,8 78,8 85,8 92,8
b. Mencari nilai Z – score
8. 70,3 18. 70,3 28. 66,6 38. 70,3
9. 77,7 19. 77,7 29. 59,2 39. 70,3
10. 70,3 20. 74 30. 66,6 40. 88,8
114
S
xKelasBatasZ
17,246,8
688,511
Z 29,1
46,8
688,785
Z
29,146,8
688,572
Z 17,2
46,8
688,856
Z
43,046,8
688,643
Z 03,3
46,8
688,927
Z
43,046,8
688,714
Z
c. Mencari luas 0 – Z dari table kurva normal dari 0 – Z, didapat
0,4850 0,4015 0,1664 0,1664 0,4015 0,4850 0,4988
d. Mencari luas tiap kelas interval
0,4850 – 0,4015 = 0,0835
0,4015 – 0,1664 = 0,2351
0,1664 + 0,1664 = 0,3328
0,1664 – 0,4015 = 0,2351
0,4015 – 0,4850 = 0,0835
0,4850 – 0,4988 = 0,0138
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0835 x 40 = 3,37
0,2351 x 40 = 9,404
0,3328 x 40 = 13,312
0,2351 x 40 = 9,404
0,0835 x 40 = 3,37
0,0138 x 40 = 0,552
No Batas Kelas Z Luas 0 -
Z
Luas tiap kelas
interval
fe Fo
1. 51,8 -2,17 0,4850 0,0835 3,37 3
2. 57,8 -1,29 0,4015 0,2351 9,404 11
3. 64,8 -0,43 0,1664 0,3328 13,312 14
4. 71,8 0,43 0,1664 0,2351 9,404 18
5. 78,8 1,29 0,4015 0,0835 3,37 3
6. 85,8 2,17 0,4850 0,0138 0,552 1
92,8 3,03 0,4988
115
∑fo =
40
Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)
x
2 hitung =
552,0
552,01
37,3
37,33
404,9
404,98
312,13
312,1314
404,9
404,911
37,3
37,33222222
= 0,04 + 0,27 + 0,03 + 0,21 + 0,04 + 0,36 = 0,95
Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal
Jika x2 hitung ≤ x
2 tabel, artinya Data berdistribusi normal
Dari perhitungan Jika x2
di dapat
x2hitung = 0,95 x
2tabel = 11,07
jadi,
x2hitung ≤ x
2tabel, artinya Data berdistribusi normal.
C. Uji Normalitas Data Skor Pretest Siswa Kelas kontrol
No X No X No X No X
1. 29,6 11. 29,6 21. 55,5 31. 51,8
2. 29,6 12. 62,9 22. 25,9 32. 29,6
3. 25,6 13. 14,8 23. 29,6 33. 29,6
4. 14,8 14. 44,4 24. 48 34. 55,5
5. 51,8 15. 29,6 25. 55,5 35. 37
6. 14,8 16. 37 26. 14,8 36. 29,6
7. 29,6 17. 37 27. 29,6 37. 51,8
116
Skor terbesar = 62,9
Skor terkecil = 14,8
Rentang (R) = Skor terbesar – skor terkecil
= 62,9 – 14,8
= 48,1
Banyak kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,6)
= 1 + 5,28
= 6,28 ≈ 6
Panjang Kelas (i) = 86
1,48
BK
R
Tabel Distribusi Frekuensi
No. Kelas Interval F Nilai tengah
(xi)
xi2
f.xi f.xi2
1.
2.
3.
4.
5.
6
14,8 – 22,8
23,8 – 31,8
32,8 – 40,8
41,8 – 49,8
50,8 – 58,8
59,8 – 67,8
5
13
8
7
4
3
18,8
27,8
36,8
45,8
54,8
63,8
353,44
772,84
1354,24
2097,64
3003,04
4070,44
94
361,4
294,4
320,6
219,2
191,4
1767,2
10046,92
10833,92
14683,48
12012,16
12211,32
Jumlah 40 1489 62149
Rata-rata (X)
33,3740
1489
n
fxiX
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
1560
22171212485960
14040
14896214940
1
222
x
nn
fxifxinS
8. 44,4 18. 29,6 28. 48,1 38. 44,4
9. 48,1 19. 51,8 29. 55,5 39. 29,6
10. 25,9 20. 48,1 30. 66,6 40. 55,5
117
= 13,1333,1721560
268839
Membuat daftar frekuensi yang di harapkan dengan cara:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
14,8 22,8 31,8 40,8 49,8 58,8 67,8
b. Mencari nilai Z- Score
S
XkelasBatasZ
73,113,13
33,378,141
Z
05,113,13
33,378,222
Z
36,013,13
33,378,313
Z
33,013,13
33,378,404
Z
4,213,13
33,378,67
69,113,13
33,378,58
01,113,13
33,378,49
7
6
5
Z
Z
Z
c. Mencari luas 0 – Z dari table kurva normal dari 0 – Z didapat:
0,4582 0,3531 0,1406 0,1293 0,3438 0,4545 0,4918
d. Mencari luas tiap kelas interval
0,4582 – 0,3531 = 0,1051
0,3531 – 0,1406 = 0,2125
0,1406 + 0,1293 = 0,2699
0,1293 – 0,3438 = 0,2145
0,3438 – 0,4545 = 0,1107
0,4545 – 0,4918 = 0,0373
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,1051 x 40 = 4,204
118
0,2125 x 40 = 8,5
0,2699 x 40 = 10,798
0,2145 x 40 = 8,58
0,1107 x 40 = 4,428
0,0373 x 40 = 1,492
No Batas Kelas Z Luas 0 -
Z
Luas tiap kelas
interval
fe Fo
1. 14,8 -1,73 0,4582 0,1051 4,204 5
2. 22,8 -1,05 0,3531 0,2125 8,5 13
3. 31,8 -0,36 0,1406 0,2699 10,796 8
4. 40,8 0,33 0,1293 0,2145 8,58 7
5. 49,8 1,01 0,3438 0,1107 4,428 4
6. 58,8 1,69 0,4545 0,0373 1,492 3
67,8 2,4 0,4918
∑fo =
40
Mencari chi- kuadrat hitung ( 2x hitung)
2x hitung =
2
1
k
i fe
fefo
2x hitung = 22222
428,4
428,44
58,8
58,87
796,10
796,108
5,8
5,813
204,4
204,45
1,552,104,029,072,038,215,0492,1
492,132
Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2
hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal
Jika x2 hitung ≤ x
2 tabel, artinya Data berdistribusi normal
Dari perhitungan di dapat
x2hitung = 5,1 x
2tabel = 11,07
jadi,
x2hitung ≤ x
2tabel, artinya Data berdistribusi normal.
119
D. Uji Normalitas Data Skor Postest Siswa Kelas Kontrol
Skor terbesar = 81,4
Skor terkecil = 29,6
Rentang (R) = Skor terbesar – skor terkecil
= 81,4 – 29,6
= 51,8
Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,6)
= 1 + 5,28
= 6,28 6
Panjang kelas (i) = 85,86
8,51
BK
R
No X No X No X No X
1. 55,5 11. 55,5 21. 55,5 31. 62.9
2. 62,9 12. 70,3 22. 29,6 32. 55,5
3. 29,6 13. 37 23. 70,3 33. 66,6
4. 44,4 14. 70,3 24. 48,1 34. 55,5
5. 55,5 15. 51,8 25. 70,3 35. 70,3
6. 62,9 16. 48,1 26. 37 36. 51,8
7. 44,4 17. 44,4 27. 62,9 37. 81,4
8. 51,8 18. 66,6 28. 55,5 38. 55,5
9. 66,6 19. 70,3 29. 51,8 39. 70,3
10. 70,3 20. 77,7 30. 70,3 40. 81,4
120
Tabel disrtibusi frekuensi
No Kelas Interval F Nilai Tengah
(xi)
2xi fxi f 2xi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
29,6 – 37,6
38,6– 46,6
47,6 – 55,6
56,6 – 64,6
65,6 – 73,6
74,6 – 82,6
3
5
14
7
8
3
33,6
42,6
51,6
60,6
69,6
78,6
1128,96
1814,76
2662,56
3672,36
4844,16
6177,96
100,8
213
722,4
424,2
556,8
235,8
3386,88
9073,8
37275,84
25706,52
38753,28
18533,88
40 2253 132730,2
Rata – rata ( x )
7,5640
2269
n
fxix
Simpangan Baku (standar deviasi)
2,121560
233199
1560
51483615381560
14040
226913453940
1
22
2
x
nn
fxifxinS
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
29,6 37,6 46,6 55,6 64,6 73,6 82,6
b. Mencari nilai Z – score
S
xkelasBatasZ
121
2,22,12
7,566,82
45,12,12
7,566,73
72,02,12
7,566,64
02,02,12
7,566,55
75,02,12
7,566,46
49,12,12
7,566,37
2,22,12
7,566,29
7
6
5
4
3
2
1
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z
c. Mencari luas 0 - Z dari table kurva normal dari 0 – Z, didapat:
0,4861 0,4319 0,2734 0,0080 0,2642 0,4265 0,4861
d. Mencari luas tiap kelas interval
0,4861 – 0,4319 = 0,0542
0,4319 – 0,2734 = 0,1585
0,2734 + 0,0080 = 0,2814
0,0080 – 0,2642 = 0,2562
0,2642 – 0,4265 = 0,1623
0,4265 – 0,4861 = 0,0596
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0542 x 40 = 2,168
0,1585 x 40 = 6,34
0,2814 x 40 = 11,256
0,2562 x 40 = 10,248
122
0,1623 x 40 = 6,492
0,0596 x 40 = 2,384
No Batas
Kelas
Z Luas 0 -
Z
Luas tiap kelas
interval
fe Fo
1. 29,6 -2,2 0,4861 0,0542 2,168 5
2. 37,6 -1,49 0,4319 0,1585 6,34 5
3. 46,6 -0,75 0,2734 0,2814 11,256 14
4. 55,6 0,02 0,0080 0,2562 10,248 7
5. 64,6 0,72 0,2642 0,1623 6,492 8
6. 73,6 1,45 0,4265 0,0596 2,384 3
82,6 2,2 0,4861
∑fo =
40
Mencari chi- kuadrat hitung ( 2x hitung)
k
i fe
fefohitungx
1
2
2
2x hitung = 22222
492,6
492,68
248,10
248,107
256,11
256,1114
34,6
34,65
168,2
168,23
+
2
384,2
384,2381,216,035,003,167,028,032,0
Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2
hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal
Jika x2 hitung ≤ x
2 tabel, artinya Data berdistribusi normal
Dari perhitungan di dapat
x2hitung = 2,81 x
2tabel = 11,07
jadi,
x2hitung ≤ x
2tabel, artinya Data berdistribusi normal.
123
B. Uji Homogenitas
1. Uji Homogenitas Pretest
Sampel dk = n- 1 iS Log iS (dk) log iS
VII
(eksperimen)
39 130, 63 2,1160 82,524
VII (kontrol) 39 172, 33 2,2364 87,2196
Jumlah = 2 ∑(n-1) =
78
169,7436
Varians Gabungan
78
87,672057,5094
78
33,1723963,13039
1
11 2211
xx
n
SnSnS
= 48,15178
44,11815
Log S = log 151,48 = 2, 1804
0712,170781804,21log xnxsB
isdkBxhitungx log10ln2
= (2,3) x (170,0712 – 169,7436)
= (2,3) x (0,3276)
= 0,75348
tabelx2 untuk (dk) = k – 1 = 2 – 1 = 1 dengan = 0,05 didapat:
tabelx2 = 3,841
Dengan kriteria pengujian:
Jika ,22 tabelxhitungx berarti tidak homogen
Jika ,22 tabelxhitungx berarti homogen
124
Dari perhitungan didapat:
75348,02 hitungx dan 841,32 tabelx
Ternyata, hitungx 2 tabelx2 atau 0,75348 3,841, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok berawal dari populasi yang homogen.
2. Uji Homogenitas Posttest
Sampel dk = n - 1 iS Log iS (dk) log iS
VII(eksperimen) 39 108 2,0334 79,3026
VII(kontrol) 39 149,5 2,1746 84,8094
Jumlah = 2 ∑ (n – 1 )
= 78
164,112
Varians Gabungan
78
5,58304212
3939
5,1493910839
21
2211
xx
nn
SnSnS
= 75,12878
5,10042
Log S = log 128,75 = 2,11
58,1647811,21log xnxSB
0764,1
468,03,2
112,16458,1643,2
log10ln2
x
x
SdkBxhitungx i
tabelx2 untuk (dk) = k – 1 = 2 – 1 = 1 dengan = 0,05 didapat:
tabelx2 = 3,841
Dengan kriteria pengujian:
Jika ,22 tabelxhitungx berarti tidak homogen
125
Jika ,22 tabelxhitungx berarti homogen
Dari perhitungan didapat:
0764,12 hitungx dan 841,32 tabelx
Ternyata, hitungx 2 tabelx2 atau 1,0764 3,841, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok berawal dari populasi yang homogen.
C. UJI HIPOTESIS
1. Uji kesamaan dua rata – rata hasil pretest
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok control.
Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika –t table ≤ t hitung ≤ t table maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan
0,95
Jika t hitung < - t table atau t table < t hitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
Uji – t
21
21
11
nnS
xxt
g
Dimana:
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnS g
126
31,1248,151
78
44,11815
24040
33,17214063,130140
xxS g
Sehingga
11,16686,2
97,2
22,013,12
97,2
40
1
40
113,12
33,373,40
xt
tabelt untuk 7811 21 nndk dengan α = 0,05 didapat tabelt = 2,00
Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa hitungt sebesar 1,11
dan tabelt = 2,00. Ternyata hitungt ≤ tabelt , dengan demikian Ho diterima dan
Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata- rata skor pretest kelompok eksperimen
dengan rata – rata skor pretest kelompok kontrol.
2. Uji kesamaan dua rata – rata hasil posttest
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok control.
Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika –t table ≤ t hitung ≤ t table maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95
Jika t hitung < - t table atau t table < t hitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
Uji – t
21
21
11
nnS
xxt
g
127
Dimana:
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnS g
35,1175,128
78
5,10042
24040
5,149140108140
xxS g
84,4497,2
1,12
22,035,11
1,12
40
1
40
135,11
7,568,68
xt
tabelt untuk 7811 21 nndk dengan α = 0,05 didapat tabelt = 2,00
Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa hitungt sebesar 4,84 dan
tabelt = 2,00. Ternyata memenuhi kriteria tabelt < hitungt atau 2,00 < 4,84.
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor
pretest kelompok dengan rata – rata skor posttest kelompok kontrol.
D. Uji Normal gain
Kelas Kontrol
Item Pretest Posttest N-Gain Item Pretest Posttest N-Gain
1 29,6 55,5 0,371 21 55,5 55,5 0
2 29,6 62,9 0,471 22 14,8 51,8 0,435
3 25,9 29,6 0,054 23 29,6 70,3 0,571
4 14,8 44,4 0,341 24 48,1 48,1 0
5 51,8 55,5 0,083 25 44,4 70,3 0,464
6 55,5 62,9 0,159 26 29,6 37 0,1
7 29,6 44,4 0,2 27 29,6 62,9 0,471
8 44,4 51,8 0,143 28 62,9 70,3 0,189
9 48,1 66,6 0,365 29 55,5 55,5 0
10 25,9 70,3 0,595 30 66,6 70,3 0,091
11 29,6 55,5 0,371 31 51,8 66,6 0,313
12 62,9 70,3 0,189 32 29,6 55,5 0,371
13 14,8 37 0,235 33 29,6 62,9 0,471
14 44,4 70,3 0,464 34 55,5 59,2 0,068
128
15 29,6 51,8 0,314 35 37 70,3 0,524
16 37 48,1 0,175 36 29,6 51,8 0,314
17 37 44,4 0,111 37 51,8 81,4 0,604
18 29,6 66,6 0,529 38 44,4 55,5 0,214
19 51,8 70,3 0,375 39 29,6 70,3 0,571
20 48,1 77,7 0,577 40 55,5 81,4 0,604
Skor terbesar = 0,604
Skor terkecil = 0
Rentang (R) = Skor terbesar – Skor terkecil
= 0,604 - 0
= 0,604
Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,6)
= 1 + 5,28
= 6,28
Panjang Kelas (i) = 101,06
604,0
BK
R
Tabel frekuensi
No Kelas
Interval
F Nilai tengah
(xi)
xi2
f.xi f.xi2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0-0,10
0,11-0,21
0,22-0,32
0,33-0,43
0,44-0,54
0,55-0,65
8
7
5
6
8
6
0,05
0,16
0,27
0,38
0,49
0,60
0,0025
0,0256
0,0729
0,1444
0,2401
0,36
0,4
1,12
1,35
2,28
3,92
3,6
0,02
0,1792
0,3645
0,8664
1,9208
2,16
Jumlah 40 12,54 5,5109
Rata-rata (X)
317,040
67,12
n
fxiX
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
1560
529,160436,220
14040
67,125109,540
1
222
x
nn
fxifxinS
= 038,0 =0,19
129
Kelas eksperimen
Item Pretest Posttest N-
Gain Item Pretest Posttest
N-
Gain
1 44,4 66,6 0,411 21 44,4 70,3 0,464
2 51,8 70,3 0,375 22 25,9 66,6 0,554
3 55,5 81,4 0,568 23 29,6 66,6 0,529
4 29,6 77,7 0,686 24 48,1 70,3 0,423
5 25,9 51,8 0,351 25 51,8 70,3 0,375
6 29,6 55,5 0,371 26 37 62,9 0,413
7 37 62,9 0,413 27 62,9 88,8 0,633
8 62,9 70,5 0,189 28 48,1 66,6 0,365
9 51,8 77,7 0,536 29 48,1 59,2 0,212
10 62,9 70,3 0,5 30 51,8 66,6 0,313
11 44,4 74 0,604 31 51,8 70,3 0,375
12 48,1 74 0,635 32 44,4 62,9 0,339
13 51,8 81,4 0,712 33 25,9 62,9 0,5
14 48,1 81,4 0,229 34 66,6 85,1 0,545
15 48,1 85,1 0,318 35 59,2 77,7 0,463
16 51,8 62,9 0,571 36 51,8 66,6 0,313
17 55,5 70,3 0,333 37 48,1 77,7 0,577
18 29,6 70,3 0,571 38 48,1 70,3 0,318
19 29,6 77,7 0,667 39 51,8 70,3 0,375
20 25,9 74 0,649 40 66,6 88,8 0,667
Skor terbesar = 0,667
Skor terkecil = 0,189
Rentang (R) = Skor terbesar – Skor terkecil
= 0,667– 0,189
= 0,478
Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,6)
= 1 + 5,28
= 6,28
Panjang Kelas (i) = 08,06
478,0
BK
R
Tabel frekuensi
No Kelas
Interval
F Nilai tengah
(xi)
xi2
f.xi f.xi2
130
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0,18-0,26
0,270-0,35
0,36-0,44
0,45-0,53
0,54-0,62
0,63-0,71
4
6
10
5
8
7
0,22
0,31
0,40
0,49
0,58
0,67
0,0484
0,0961
0,16
0,2401
0,3364
0,4489
0,88
1,86
4
2,45
4,64
4,69
0,1936
0,5766
1,6
1,2005
2,6912
3,1423
Jumlah 40 18,52 9,4042
Rata-rata (X)
463,040
52,18
n
fxiX
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
1560
9904,342168,376
14040
52,184042,940
1
222
x
nn
fxifxinS
= 021,0 =0,15
Uji-t
21
21
11
nnS
xxt
g
Dimana:
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnS g
171,00293,0
78
8775,04079,1
24040
15,014019,0140 22
xxSg
Sehingga
88,303762,0
146,0
22,0171,0
146,0
40
1
40
1171,0
317,0463,0
xt