i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP KEAKTIFAN
DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI
KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN IYOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Agustina Havui Batoq
NIM: 121124037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus yang selalu memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya dalam setiap
langkah hidupku.
Kepada semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan
skripsi ini, terutama kepada kedua orangtuaku
Ayah Yakobus Batoq,
Ibu Margareta Haran,
kedua adikku (Martinus Laing & Julius Lasah),
Yosep Ari Bowo yang selalu menjadi penyemangat,
Keluarga Bpk. Sarijan di Gunung Kidul,
Bude Ping dan Pakde Panus,
Pemerintah Kutai Barat,
Dosen Pembimbing,
Teman-teman seangkatan,
dan
semua keluarga yang mendukung dan mendoakanku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Cara terbaik untuk menemukan dirimu sendiri adalah dengan
kehilangan dirimu dalam melayani orang lain.
(Mahatma Gandhi)
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”
(Lukas 1: 37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN
IYOGYAKARTA.Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis
terhadap model pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang cenderung
pasif dan monoton sehingga para siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Tantangan tersebut perlu diatasi
dengan model pembelajaran yang menarik. Salah satu model pembelajaran yang
bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.
Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemericing terhadap keaktifan dan hasil
belajar Pendidikan Agama Katolik.
Pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam Pendidikan
Agama Katolik merupakan suatu model pembelajaran yang khusus untuk
memberikan dorongan kepada peserta didik agar dapat bekerja sama, saling
membantu selama proses belajar. Sedangkan keaktifan adalah tindakan siswa
berinteraksi selama mengikuti proses belajar mengajar dan hasil siswa merupakan
nilai akhir yang diperoleh dari proses belajar Pendidikan Agama Katolik untuk
materi pokok tertentu.
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara empirik maka peneliti
dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif berbentuk uji t (uji beda).
Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta sebanyak 57 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu skala Likert. Dari uji validitas pertemuan pertama dan kedua terdapat 22 item
yang valid dengan hasil uji reliabilitas diperoleh Cornbarach Alpha pertemuan
pertama sebesar 0,770 dan kedua 0,802 yang berarti reliabilitas instrumen sangat
baik.
Hasil penelitian menunjukkan keaktifan siswa dengan nilai rata-rata (mean)
sebelum perlakuan 127,07 dan setelah perlakuan139,37. Hasil belajar siswa rata-
rata (mean) pertemuan pertama sebesar 73,16 dan pertemuan kedua sebesar 74,21.
Sedangkan untuk hasil uji paired sampel t-test pengaruh model pembelajaran
kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap keaktifan belajar siswa yakni
10,704 dengan signifikansi 0,000 dan hasil belajar siswa yakni 12,298 dengan
signifikansi 0,000. Yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing berpengaruh terhadap
keaktifan dan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD
Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar
guru Pendidikan Agama Katolik menggunakan model pembelajaran kooperatif
Teknik kancing gemerincing yang bisa berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil
siswa dalam belajar Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitled THE EFFECT OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL OF KANCING GEMERINCING TECHNIQUES TO THE
ACTIVENESS AND LEARNING OUTCOME OF STUDENTS IN 5TH
GRADE
OF KANISIUS WIROBRAJAN 1 ELEMENTARY SCHOOL
YOGYAKARTA.The writing of the thesis is motivated by the authors concerns in
the Catholic Religious Education Learning model in which the students are passive
and the method is monotonous so that the students are less active in teaching and
learning process in the Catholic Religious Education in school. The challenge
needs to be addresed by an interesting learning model. One of the learning model
that can be used is the cooperative learning model of kancing gemerincing
technique. Therefore, the thesis aims to identity the effect of cooperative learning
model of kancing gemerincing technique to the activeness and the learning
outcomes of students in the Catholic Religious Education.
The cooperative learning of kancing gemerincing in the Catholic Religious
Education is a special learning model to encourage learners to work together, help
each other through the learning process. While activeness is the action of students
interact for the learning process and student learning outcome is the final value
obtained from the learning process of Catholic Religious Education for certain
subject matter.
To prove the hypothesis empirically, the researcher uses quantitative
research in the form of t test (different test). The population of research is the
students in 5th
grade ofKanisius Wirobrajan1 elementary school Yogyakarta as
many as 57 respondents. The instrument used in this research is Likert scale. From
Validity test of first and second meeting there are 22 valid items with reliability test
results obtained Cornbarach Alpha first meeting of 0.770 and second 0.802 which
means excellent instrument reliability.
The results showed students' activity with mean (mean) before treatment
127,07 and after treatment 139,37. Average student learning outcomes (mean) first
meeting amounted to 73.16 and the second meeting amounted to 74.21. While for
paired test result of t-test the influence of cooperative learningof kancing
gemerincing technique to student learning activity that is 10,704 with significance
0,000. And student learning result that is 12.298 with significance 0,000 Which
means Ha accepted and Ho rejected. This means that the cooperative learning
model of kancing gemerincing technique affects the liveliness and learning
outcomes of Catholic Religious Education students in 5th
grade ofKanisius
Wirobrajan1 elementary school Yogyakarta. Therefore, the authors suggest that the
Catholic Religious Education teachers use the cooperative learning techniques of
kancing gemerincingbecause it could enhance and the learning outcomes of
students in the Catholic Religious Education
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab karena kasih-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD
KANISIUS WIROBRAJAN I, YOGYAKARTA.
Skripsi ini disusun dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis dengan sepenuh hati dan syukur mengucapkan terima kasih kepada:
1. F.X Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen
pembimbing akademik yang selalu siap sedia memberikan dukungannya
dengan penuh kesabaran dalam memberikan koreksi saat bimbingan skripsi
sehingga penulis termotivasi, dan mendapat wawasan baru dalam
menyempurnakan skripsi ini sampai selesai.
2. Yoseph Kristianto, SFK, M. Pd, selaku dosen penguji ke II yang telah
bersedia memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulis mempunyai
semangat dalam menulis skripsi hingga selesai.
3. Dr. C. Putranto, SJ, selaku dosen penguji III yang bersedia meluangkan
waktu bagi penulis untuk mengadakan bimbingan dalam rangka meminta
saran pada saat penulisan skripsi, sehingga penulis mempunyai semangat
dalam menulis skripsi ini hingga selesai.
4. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan
mendidik penulis selama belajar hingga menyelesaikan tugas akhir skripsi
ini.
5. Seluruh teman-teman PAK yang selalu ada di saat penulis memerlukan
bantuan.
6. Terkhusus teman-teman PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
angkatan 2012 yang telah banyak memberikan dukungan, perhatian, saran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..…. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………..…… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………..………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..… iv
MOTTO………………………………………………………………...…… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..…… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA…...… vii
ABSTRAK………………………….………………………………………. viii
ABSTRACT……………………………………………………………………...…… ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………...……………………… xii
DAFTAR SINGKATAN…………….……………………………………… xviii
BAB I. PENDAHULUAN………………..………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….… 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………...… 7
C. Batasan Masalah…………………………………………...…….. 8
D. Rumusan Masalah…………………………………..…………… 9
E. Tujuan Penulisan………………………………………………… 9
F. Manfaat Penulisan………………………………..……………… 10
G. Metode Penulisan…………………………………..……………. 11
H. Sistematika Penulisan……………….…………………………… 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS……………………...…… 13
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK)………………………………. 13
1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik……………..……………. 14
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik (PAK)…………...……….. 15
a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah…………….. 16
b. Demi Kedewasaan Iman Kristiani…………….…………….. 18
c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia…………………… 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK)……………..……. 20
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik (PAK)…….…….. 21
B. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)………………………..
23
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)…….……… 23
a. Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)………….…….. 23
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Di
Sekolah…………………………….…………………...…..
29
2. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)…..… 31
3. Model Pembelajaran kooperatif…………………………...….. 37
a. Pembelajaran Kooperatif………………………………….. 37
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………………………….. 39
c. Tipologi Prinsip Pembelajaran Kooperatif…………..……. 40
d. Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif………………….. 41
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif……………..…………. 43
f. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif………...……. 44
g. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif……..……………… 46
h. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif…………..…………. 48
i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif………………..……….. 49
4. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing
Gemerincing dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)……...
50
C. Keaktifan Siswa………………………………………………….. 54
1. Pengertian Keaktifan Siswa……………………….………….. 54
2. Ciri-ciri Keaktifan Siswa…………………….……………….. 56
3. Aspek-Aspek Keaktifan Siswa………………..……………… 57
a. Keberanian……………………………..………………….. 58
b. Berpartisipasi………………………………………...……. 58
c. Kreativitas Belajar………………………..……………….. 59
d. Kemandirian Belajar…………………………….………… 60
D. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik……………………….. 61
1. Pengertian Hasil Belajar……………………………………… 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar…………….. 63
3. Indikator Hasil Belajar………………………………….…….. 65
E. Penelitian Yang relevan…………………………….……………. 66
F. Kerangka Pikir…………………………..……………………….. 67
G. Hipotesis…………………………………………….…………… 69
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………….. 70
A. Jenis Penelitian…………………………………...………………. 70
B. Desain Penelitian………………………………………………… 71
C. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 72
D. Populasi Penelitian……………………………….………………. 72
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………..…………… 73
1. Variabel Penelitian……………………………………………. 73
2. Definisi Konseptual………………………..…………………. 73
3. Definisi Operasional…………………………….……………. 73
4. Teknik Pengumpulan Data………………………..………….. 76
5. Instrumen Pengumpulan Data………………………………… 77
6. Kisi-kisi Instrumen…………………………………..……….. 78
7. Pengembangan Instrumen……………………….……………. 81
8. Validitas dan Reliabilitas…………………...………………… 81
F. Teknik Analisis Data……………………………….…………….. 85
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…..…… 88
A. Hasil Penelitian……………………………………….………….. 88
1. Uji Persyaratan Penelitian…………………………………….. 88
a. Uji Normalitas…………………………………...………… 89
b. Uji Homokedastisitas……………………...………………. 90
B. Hasil Pengujian Hipotesis…………………………….………….. 91
1. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Perkelas………..………….. 93
2. Hasil Belajar Siswa………………………...…………………. 98
C. Refleksi Kateketis………………………………….…………….. 102
D. Keterbatasan Penelitian………………………….……………….. 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………… 107
A. Kesimpulan………………………………………...…………….. 107
B. Saran…………………………………………………...………… 108
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..……………… 110
LAMPIRAN…………………………………..…………………………….. 112
Lampiran 1:Surat Ijin Penelitian……………………………...…………….. (1)
Lampiran 2:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)…………….……… (2)
Lampiran 3:Kisi-Kisi Observasi/Pengamatan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing………………...…….
(13)
Lampiran 4:Kisi-Kisi Keaktifan Siswa dalam Belajar PAK………...……… (15)
Lampiran 5:Jawaban Kisi-Kisi Pretest dan Postest Siswa…..……………… (17)
Lampiran 6:Data Hasil Pretest Siswa……………………………………….. (21)
Lampiran 7:Data Hasil Postest Siswa………….……………………………. (23)
Lampiran 8:Data Hasil Belajar Siswa…….....................…………………… (25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif……………..…………. 44
Tabel 2. Desain Pretest-Postest………………………………………...…… 71
Tabel 3. Data Populasi Siswa Kelas V Tahun 2016-2017……..……………. 72
Tabel 4. Skor Keaktifan Siswa………………………………………...……. 77
Tabel 5. Validitas Keaktifan Siswa Pertemuan 1…………………...………. 82
Tabel 6. Validitas Keaktifan Siswa Pertemuan 2……………...……………. 82
Tabel 7. Reliabilitas Pertemuan 1…………………………………...………. 84
Tabel 8. Reliabilitas Statistik Pertemuan 1…………….……………………. 84
Tabel 9. Reliabilitas Pertemuan 2…………………………………………… 84
Tabel 10. Reliabilitas Statistik Pertemuan 2………………..……………….. 85
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Pertemuan Pertama……………..…………. 89
Tabel 12.Hasil Uji Normalitas Pertemuan Kedua…………………...……… 90
Tabel 13. Uji Homokedastisitas……………………………………….……. 90
Tabel 14. Perbedaan Mean Pretest-Postest Kelas V SD…………………….. 91
Tabel 15. Uji Paired Samples Test Uji T…………….....…………………… 92
Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Kelas Va…………………………………… 94
Tabel 17.Perbedaan Mean Pretest-Postest Kelas Va……………..…………. 95
Tabel 18.Hasil Uji T-Test Kelas Va…………………………………...……. 95
Tabel 19.Hasil Uji Normalitas Kelas Vb…………………………….……… 96
Tabel 20. Perbedaan Mean Pretest-Postest Kelas Vb………….……………. 97
Tabel 21. Hasil Uji T-Test Kelas Vb………………………………..………. 98
Tabel 22. Rangkuman Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa…………….. 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 23. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pertemuan 1 Dan 2……...……….. 100
Tabel 24. Hasil Belajar Pertemuan 1………………………….…………….. 100
Tabel 25. Hasil Belajar Pertemuan 2……………………………...………… 101
Tabel 26. Uji t untuk hasil belajar siswa……………………………………. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan
yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokaninika (1995)
terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Singkatan Dalam Penelitian
ANOVA : Analisys of Variance
Ho : Hipotesis Nol
Ha : Hipotesis Alternatif
Std : Standard
Sig : Signifikansi
SPSS : Statistical Package For The Social Science
C. Singkatan Lain
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal
KS : Kitab Suci
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
MNPK : Majelis Nasional Pendidikan Katolik.
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PBM : Proses Belajar Mengajar
PPL : Program Pengalaman Lapangan
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum
secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat
direalisasikan secara maksimal. Pendidikan juga merupakan hal yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian manusia. Proses pembentukan
kepribadian manusia sendiri berjalan seumur hidup dari lahir sampai akhir hayat.
Proses pembentukan tersebut dapat ditempuh melalui jalur formal, informal, dan
non formal.
Pada pendidikan formal, proses pembelajaran memiliki kontribusi yang
besar, karena pada umumnya seseorang akan melalui sistem pendidikan dari SD,
SMP, SMA dan perguruan tinggi. Di dalam proses pendidikan formal tersebut
seringkali menemui beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dalam
proses pembelajaran tentu berkaitan dengan siswa, guru, sekolah dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sekolah. Semuanya memiliki kontribusi yang sama pentingnya dalam
peningkatan kualitas pendidikan disuatu sekolah. Namun dalam proses
pembelajarannya, interaksi antara guru dan siswa menjadi suatu keharusan,
sehingga peran para guru dalam pembelajaran sangatlah penting. Supriyadi
(2012:73) menyebutkan bahwa “fungsi guru dalam proses mengajar belajar ialah
sebagai director of learning (direktur belajar)”. Artinya bahwa setiap guru
diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
mencapai keberhasilan belajar seperti yang telah ditetapkan dalam proses belajar
mengajar.Jadi dewasa ini peran guru menjadi semakin meningkat, dulu
pembelajaran berpusat pada guru, namun sekarang pembelajaran berpusat pada
siswa sehingga dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan metode
pembelajaran supaya peserta didik mencapai keberhasilan sesuai tujuan yang
telah direncanakan.
Dalam proses pembelajarannya seorang guru hendaknya mengetahui latar
belakang siswa serta kebutuhan siswa, sehingga nantinya guru bisa memberikan
pembelajaran dengan maksimal. Seorang siswa menurut Kristi dalam Kesuma
(2013 : 10) menyebutkan bahwa “ siswa adalah jiwa yang terus berubah,
berproses, bertumbuh, berkembang, dan bertransformasi sehingga mereka bukan
objek pembelajaran”. Melalui sistem yang baik seharusnya guru dan sekolah
bekerjasama untuk memenuhi hak-hak peserta didik berdasarkan tahap
perkembangan dan kebutuhan setiap pribadi peserta didik. Tujuan belajar
menurut Kesuma (2013:10) adalah “tujuan belajar adalah membuat siswa senang
belajar, membuat mereka menikmati belajarnya, membuat mereka menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
relasi-relasi pengetahuan berdasarkan apa yang mereka pelajari”. Maka sebagai
guru yang profesional hal ini menjadi suatu keharusan, bahwa dalam proses
belajar mengajar sedapat mungkin guru membuat suasana belajar yang
menyenangkan, dengan pembelajaran yang menyenangkan maka akan
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Apalagi di era modernisasi ini, guru
diberikan berbagai kemudahan, misalnya saja dengan adanya LCD. Melalui
LCD, guru dapat menampilkan video-video pembelajaran yang akan membuat
suasana yang berbeda di kelas.
Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga dapat meningkatkan
keaktifan, minat dan hasil dalam belajar. Namun dalam prakteknya tidak semua
guru dapat memenuhi standar profesional. Dalam kenyataannya di sekolah, guru
memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, tidak jarang juga pihak sekolah
menemui kendala atau permasalahan yang berkaitan dengan keprofesionalan
seorang guru.
Proses pembelajaran di kelas biasanya berkaitan dengan cara atau metode
pembelajarannya. Metode atau cara pembelajaran berkaitan dengan sifat
profesionalisme guru dalam mengajar. Seorang guru yang profesional sebaiknya
mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Penggunaan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif tentu akan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Namun
pada kenyataannya, proses pendidikan di Indonesia tidak semua berjalan dengan
lancar dan tidak semua guru dapat menempatkan dirinya pada situasi dan
kebutuhan siswa, seperti yang diungkapkan oleh Nini Subini (2012:89)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh guru, salah satunya
adalah “Berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, terutama saat kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas seperti berpikir egosentris, merasa paling pintar,
tidak menguasai materi dan sebagainya”. Disini guru memang tidak menjadi
faktor utama penentu kualitas pendidikan, namun disini guru memiliki peran
yang penting dalam proses pembelajaran, seperti yang ditegaskan Nini Subini
(2012:45) bahwa “yang paling menentukan mengenai kualitas pendidikan di
negara ini adalah guru. Walaupun selama ini telah terjadi beberapa kali
pergantian kurikulum, namun yang terpenting adalah pelaksanaan dan hasil yang
didapatkan”. Jadi pelaksanaan pendidikan erat hubungannya dengan kinerja guru
yang dituntut profesional.
Ketika penulis melaksanakan PPL di Sekolah Dasar dan Menengah Atas
khususnya dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah belum sesuai dengan
tujuan dan harapan, masih banyak siswa yang pasif dan kebanyakan dari mereka
tidak mendengarkan dan sibuk dengan diri sendiri bahkan ada siswa yang tidur
di dalam kelas saat pelajaran berlangsung.Berdasarkan hasil wawancara dengan
para siswa-siswi selama praktek PPL, beberapa siswa-siswi, mengatakan bahwa
Pelajaran Pendidikan Agama Katolik tidaklah baik jika hanya menggunakan
cerita dari buku, mencatat, kuis tanya jawab antar pribadi baik antara siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru tanpa menekankan kerja sama dalam
kelompok sehingga bila ada materi yang menggunakan kerja kelompok mereka
selalu menolak dan lebih memilih kerja sendiri. Hal ini terjadi, karena
pembelajaran Agama Katolik di kelas selama ini masih memakai model yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
monoton, guru kurang inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran,
metode yang selalu digunakan adalah ceramah, padahal sekolah menyediakan
LCD namun kurang dimanfaatkan dan guru juga kurang tegas dalam
memberikan arahan kepada siswa sehingga menyebabkan siswa pasif karena
pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa dalam kelas hanya
mendengarkan penjelasan dari guru sehingga tidak adanya sebuah interaksi
dalam pelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran kurang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keadaan tersebut akan
menyebabkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran sangat rendah. Siswa
yang hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat
menjawab pertanyaan dari guru secara optimal.
Pembelajaran yang berpusat pada guru mempunyai kelemahan yaitu tidak
adanya siswa yang bertanya, banyak siswa yang mengantuk, dan siswa tidak
mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hasil
belajar siswa juga hanya pada tingkatan paling rendah, yaitu pada tingkatan
mengingat saja karena siswa hanya menghafalkan apa yang dicatat dari guru dan
yang ada dibuku paket. Hal ini bertantangan dengan pernyataan berikut:
Belajar bukanlah semata kegiatan menghafal, banyak hal yang diingat
akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan
semuanya. Siswa harus mengolah dan memahami materi pelajaran untuk
mengingat apa yang telah diajarkan oleh guru mereka. Seorang guru juga
tidak bisa serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak siswanya.
Kerana mereka sendirilah yang harus menata apa yang mereka dengar,
lihat, menjadikan satu kesatuan yang bermakna.Proses belajar perlu
dilakukan secara bergelombang, kedekatan dengan materi yang dipelajari,
jauh sebelum mempelajarinya ( Melvin L. Silberman, 2009:27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Metode menghafal menjadi kurang baik untuk digunakan dalam
pemahaman mengenai pelajaran Agama di sekolah. Oleh karena itu,
pembelajaran di kelas tidak hanya berpusat pada guru dan buku paket, tetapi
harus memperhatikan bagaimana siswa dapat memahami materi yang
disampaikan.
Dalam pembelajaran PAK di sekolah siswa cenderung pasif dan sulit
diajak untuk lebih aktif, kreatif, dan percaya diri. Misalnya siswa belum berani
bertanya bila belum paham dan pada saat diskusi kelas mereka banyak yang
diam dan tidak mengungkapkan pendapatnya, sehingga pembelajaran di kelas
kurang efektif dan kondusif. Apabila guru menerangkan terus menerus, siswa
banyak yang merasa bosan dan kemudian berbicara dengan teman sebangku dan
bermain sendiri. Hal itu membuat hasil belajar siswa rendah karena belum
memenuhi nilai KKM (75). Berbagai permasalahan di atas memerlukan solusi
yang tepat agar target pembelajaran dapat tercapai. Salah satu langkah yang
akan diambil adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing. Dalam model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing, siswa dituntut untuk mampu bekerjasama dan lebih aktif
memberikan pendapat selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan dapat
menumbuhkan keberanian siswa dalam berpendapat.
Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, materi yang diajarkan
berdasarkan terang Kitab Suci dan pengalaman hidup para siswa, artinya materi
yang diajarkan oleh guru membahas tentang bagaimana meneladani pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah seperti yang diungkapkan dalam Kitab
Suci serta pengalaman langsung siswa dalam memahami dan menghayati serta
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu juga, media yang digunakan selama proses belajar mengajar PAK di kelas
diharapkan menggunakan media audio visual agar guru dapat terbantu dalam
memberikan contoh atau gambaran dari inti pokok materi pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan di atas penulis mengusulkan
suatu model pembelajaran kooperatif dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)
yang mungkin mampu memberikan kontribusi bagi guru PAK dalam
membangun proses belajar yang menyenangkan dan relevan dengan kehidupan
siswa di sekolah. Adapun salah satu pembelajaran tersebut ialah model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Penulis tertarik dengan
model ini karena adanya interaksi semua siswa dalam proses belajar sehingga
dapat membangkitkan semangat belajar siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran PAK di kelas. Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk
memilih topik dengan judul skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Kancing Gemerincing terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Katolik siswa-siswi Kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah penulisan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1. Bagaimanakah proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik di
sekolah?
2. Bagaimanakah tanggapan dan kesan para siswa saat mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik?
3. Mengapa siswa tidak aktif dalam mengikuti pelajaran PAK?
4. Mengapa siswa aktif mengikti proses belajar dalam PAK?
5. Apakah model pembelajaran kooperatif pernah digunakan saat pembelajaran
PAK?
6. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing relevan
terhadap mata pelajaran PAK?
7. Bagaimana tanggapan siswa saat dikenalkan dengan model belajar yang
bervariasi?
8. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pelajaran
PAK?
C. Batasan Masalah
Setelah melihat permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti
memilih 3 macam aspek yang akan dikaji yakni mengenai proses pembelajaran,
keaktifan dan hasil. Mengingat luasnya aspek yang akan dikaji dalam proses
pembelajaran, keaktifan dan hasil belajar. Maka penulis membatasi penulisan
penelitian pada “Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
Terhadap Keaktifan dan Hasil SiswaBidang Studi Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakartadengan tujuan agar penulisan
dapat lebih fokus dan relevan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang disampaikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah penulisan ini, yakni: adakahpengaruh penggunaan model
kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap keaktifan dan hasil belajar
Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan I,
Yogyakarta?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan model kooperatif teknik kancing gemerincing pada
siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.
b. Mendeskripsikan keaktifan dan hasil belajar siswa-siswi pada Mata
Pelajaran Agama Katolik kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.
c. Mengetahui adakah pengaruh penggunaan model kooperatif teknik
kancing gemerincing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa-siswi pada Mata Pelajaran Agama Katolik pada siswa-siswi kelas V
SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
F. Manfaat Penulisan.
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran dalam
mempertimbangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi
siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru Pendidikan Agama Katolik
Penelitian ini diharapkan memberi informasi bagi guru Pendidikan Agama
Katolik mengenai hubungan strategi mengajar guru terhadap hasil belajar
siswa.
3. Bagi calon guru Agama Katolik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para calon guru
Pendidikan Agama Katolik untuk dapat memakai strategi pembelajaran
yang cocok dengan hasil belajar siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran yang berlangsung.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan proses dan
hasil penelitian di kelas pada periode berikutnya khususnya dalam Mata
Pelajaran Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
G. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis berdasarkan
penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang
menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data
yang diperoleh, sampai pada penyajian data, yaitu untuk menunjukkan pengaruh
antara variabel X (Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing
Gemerincing) terhadap variabel Y1 (keaktifan) dan Y2 (Hasil Belajar Siswa)
dalam Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisius Wirobrajan I,
Yogyakarta.
H. Sistematika Penulisan
Judul yang dipilih oleh penulis adalah “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan
Hasil Belajar Siswa-Siswi Bidang Studi Pendidikan Agama Katolik Kelas V SD
Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta”. Pokok-pokoknya sebagai berikut:
Bab I: Menguraikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
penulisan, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II: Penulis akan menguraikan kajian pustaka yang berisi tentang:
Pendidikan Agama Katolik (PAK), Model Pembelajaran Kooperatif
menggunakan Teknik Kancing Gemerincing, keaktifan siswa, hasil belajar,
penelitian yang relevan dan hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Bab III: penulis akan menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi
jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, teknik dan alat penelitian dan teknik analisis data.
Bab IV: penulis akan menyampaikan hasil dari penelitian yang terdiri dari
uji normalitas, uji Homokedastisitas, Uji Hipotesis, pembahasan serta
keterbatasan penelitian serta refleksi.
Bab V: Penulis menyampaikan tentang kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang melandasi penelitian yang
meliputi: Pendidikan Agama Katolik, Model Pembelajaran Kooperatif,
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa, Penelitian Yang Relevan, Hipotesis.
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Pengertian Pendidikan Agama Katolik dalam buku berjudul Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti tingkat Sekolah Menengah Atas (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014:2), dirumuskan sebagai
berikut:
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Hal ini dilakukan
dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk
memampukan peserta didik berinteraksi (berkomunikasi), memahami,
menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi
antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu
diharapkan iman peserta didik semakin diperteguhkan.
Dari rumusan tersebut memberikan gambaran bahwa Pendidikan Agama
Katolik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Katolik
diharapkan dapat membantu seseorang menjadi manusia yang beriman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, dengan begitu
seseorang dapat menentukan arah dan tujuan hidupnya sendiri. Ia tidak mudah
goyah ketika menghadapi situasi atau arus perkembangan zaman yang penuh
dengan pergulatan karena ia mempunyai arah dan tujuan yang baik untuk
membangun dan mewartakan Kerajaan Allah di tengah dunia ini. Oleh karena
itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk
memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan dan
penghayatan iman dalam konteks hidup nyatanya. Dengan demikian proses ini
mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan iman, penghayatan iman dan
hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan semakin memperteguh dan
mendewasakan iman peserta didik.
1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dipahami sebagai “proses
pendidikan dalam iman atau proses pendidikan agar para siswa semakin
beriman” (Heryatno, 2003:21). Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
merupakan bentuk katekese Gereja yang dilaksanakan dalam sekolah karena
melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kabar gembira
diwartakan dan para siswa dihantar untuk menghubungkan kenyataan dunia
dengan terang iman, yaitu injil.Satu hal penting dari Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik adalah “perkembangan nilai-nilai religius dan motivasi religius”
(KWI-MNPK, 1991:127). Pendidikan Agama Katolik berdasarkan pernyataan
tersebut bervisi spiritual sebab berhubungan dengan hal religius. Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Agama Katolik secara konsisten memperkembangkan kedalaman hidup, jati diri,
dan inti hidup siswa. Dengan demikian, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya
mengutamakan segi kognitif namun memberikan bekal bagi siswa untuk
menanggapi kenyataan hidup dan menjawab tantangan di masa depan dalam
rangka menanggapi panggilan hidupnya.
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Tujuan Pendidikan Agama Katolik menurut Groome (2010:48) yaitu
“demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah, untuk menghidupi iman Kristiani
dan untuk kebebasan manusia”. Tujuan tersebut bersifat holistik dan kognitif.
Disebut holistik karena karena PAK bertujuan untuk memperkembangkan secara
utuh dan serentak segi kognitif, afektif, dan praksis hidup peserta. Disebut
kognitif karena PAK mendorong siswa setia dan tekun mewujudkan tujuannya
dengan senang hati.
Dapiyanta (2008:32) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Katolik
ditantang untuk mengambil pilihan tujuan yang jelas, mengingat Pendidikan
Agama Katolik (PAK) adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dan sekolah
berada di bawah pengaturan sistem pendidikan suatu negara. Selama ini, tujuan
Pendidikan Agama Katolik bersifat mendua namun tidak tuntas. Tujuan PAK
mendua antara orientasi pada pengembangan hidup beriman atau pengetahuan
iman. Mangunwijaya dalam Dapiyanta (2008:33) mengatakan “untuk mencapai
yang minimal, yakni pengetahuan, banyak yang tidak puas, sedangkan untuk
mencapai pengembangan hidup beriman, sangat sulit karena PAK masuk dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
sebuah sistem pendidikan suatu negara”. Pendapat Dapiyanta dan Mangunwijaya
ini menjadi pertanyaan yang selalu aktual karena PAK berhubungan dengan
proses hidup beriman seseorang dimana iman bukan hal yang sekali jadi dan
terus berproses, dimana proses tersebut sulit jika diukur secara sistem
pendidikan.
Adanya permasalahan di atas menunjukan bahwa Mata Pelajaran PAK
bukanlah hal yang sepele. PAK perlu diberi keleluasan sedemikian rupa
mengingat tujuan umum PAK adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.
Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah perkembangan dan kedewasaan
iman. Pendidikan Agama Katolik di sekolah diharapkan membantu siswa supaya
mengetahui dan semakin peka terhadap Rahmat Tuhan yang dilimpahkan dalam
dirinya dan tekun menanggapinya.
a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah
Kerajaan Allah adalah tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan
kehidupan Yesus. Oleh karena itu, Mata Pelajaran PAK bermaksud mengantar
orang-orang ke arah iman Kristiani. “Kerajaan Allah sebagai metapurpose
pendidikan dalam iman menuntut proses pendidikan yang membentuk dan
memberdayakan seluruh dimensi kehidupan peserta sebagai mitra Yesus dalam
memperjuangkan terwujudnya Kerajaan tersebut” (Heryatno, 2003:24)
Groome (2010:69-72) menyebutkan dua belas pernyataan yang berkaitan
dengan arah dasar pendidikan iman demi Kerajaan Allah, yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1. Kerajaan Allah merupakan simbol yang mengungkapkan tindakan Allah
yang senantiasa hadir dan berkarya di tengah-tengah kehidupan manusia.
Kerajaan Allah merupakan kekuatan tindakan Allah yang sesuai dengan
sifat utama Allah: penuh kasih, sabar, dan setia, menghendaki keadilan,
kedamaian, cinta kasih, keutuhan, dll
2. Kerajaan Allah dapat dipahami dalam konteks masa lampau, kini dan yang
akan datang.
3. Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan mengundang tanggapan
manusia. Ia sudah mulai terwujud dan lain pihak belum mencapai
kepenuhannya.
4. Kerajaan Allah adalah kabar gembira bagi mereka yang terbelanggu,
tertawan, dianiya dan menderita.
5. Anugerah Allah untuk menjalin relasi dengan-Nya dan sesama manusia
sebagai anggota Kerajaan-Nya.
6. Karena Allah mengasihi manusia, maka Allah menghendaki supaya
manusia hidup saling mengasihi seperti Allah mengasihi mereka. Jalan
mengasihi Allah dengan mengasihi manusia. Tolak ukur kasih tidak lain
adalah hidup Yesus sendiri yang mengasihi sampai sehabis-habisnya.
7. Kerajaan Allah memanggil kita untuk bertobat (metanonia), meninggalkan
cara hidup lama dan menggunakan cara hidup baru. Pertobatan yang
diusahakan adalah yang bersifat integral.
8. Pertobatan kita juga meminta agar kita menantang dan melawan seluruh
ekspresi dosa yang bersifat sosial dan budaya dalam dunia kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
9. Kita harus berjuang untuk menciptakan struktur-struktur ekonomi, sosial,
politik dan pengaturan-pengaturan budaya yang mampu mempromosikan
Kerajaan Allah.
10. Pengutusan Gereja adalah menjadi sakramen kehadiran Kerajaan Allah.
11. Buah-buah kehidupan kita sebagai respon terhadap rencana Allah bagi
ciptaan adalah perwujudan Kerajaan Allah di tengah-tengah sejarah, dan
buah-buah dari usaha kita masa kini yang tetap ada di Kerajaan yang
sempurna.
12. Terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah hidup manusia menjadi
tolak ukur dari segala pendidikan iman. Proses pendidikan iman sungguh
berhasil kalau nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh
semua manusia.
Kedua belas pernyataan ini memberi arahan bagaimana seharusnya PAK
itu dijalankan. PAK menjadi sarana untuk menghadirkan Kerajaan Allah, maka
penggunaan terang iman adalah keharusan. Terang iman digunakan sebagai nilai
dasar untuk memahami kenyataan manusia dalam sejarah dan melalui terang
iman, manusia semakin mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan suara
hatinya.
b. Demi Kedewasaan Iman Kristiani
Groome (2001:81) menjelaskan bahwa hidup dalam iman Kristiani
merupakan tindakan dari manusia sebagai agent-subject melalui komunitas iman
Kristiani dengan menggabungkan tiga tindakan: meyakini (beliving),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mempercayai (trusting), dan menjalankan kehendak Allah (doing God‟s will).
Pendidikan iman di sekolah merupakan proses pendewasaan iman yang
diharapkan memperkembangkan secara seimbang dan integratif ketiga hal
tersebut (Heryatno, 2003:28).
Dengan kemampuan akal budinya, manusia mampu mengenal Allah dan
meyakini (beliving). Melalui kedalaman jiwanya, manusia mengambil keputusan
untuk beriman dan berserah secara penuh pada Allah (trusting). Akhirnya,
manusia mewujudnyatakan imannya (doing God‟s will) dengan mengusahakan
kesejahteraan bersama. Ketiga tindakan ini yang dikembangkan melalui PAK.
c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia
Iman Kristiani hidup sebagai respon terhadap Kerajaan Allah maka
didasarkan pada kebebasan manusia dan bertujuan pada hidup bersama di dalam
kebebasan. “ Tujuan terdekat PAK yakni iman Katolik dan kebebasan manusia
adalah “kebebasan untuk” (freedom for) dan “kebebasan dari” (fredom from).
Dasar dari kebebasan ini adalah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah, maka kebebasan manusia sebagai citra Allah memiliki kemungkinan
untuk bebas.
Menurut Groome (2010:310) freedom for adalah kebebasan untuk menjadi
apa kita dipanggil, yakni kebebasan menjadi satu dengan Allah yang
diekspresikan dalam kebebasan bersatu dengan orang lain dan melayani orang
lain. Fredom from adalah kebebasan Kristiani yang secara logis. Karena kuasa
Allah yang menyelamatkan Yesus, sekarang kita dapat bebas dari dosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Heryatno (2003:33) menjelaskan tiga deskripsi kebebasan. Pertama,
kemampuan manusia bertindak memenuhi kebutuhan dasar. Kedua, manusia
bebas untuk memilih tanpa paksaan batin mana pun. Manusia sungguh bebas
mengatur dirinya sendiri berdasarkan keyakinan, kesadaran, pilihan dan
keputusannya; maka manusia sungguh otonom. Ketiga, manusia bebas untuk
menghayati keputusannya sendiri dengan segala resikonya.
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Konteks Pendidikan Agama Katolik perlu dipahami dalam kaitannya yang
erat dengan pendekatan Pendidikan Agama Katolik yang bersifat kontekstual.
Keadaan konkret lingkungan sosial membentuk perkembangan pribadi dan
penghayatan hidup beriman siswa. Groome (2010:157) berpendapat bahwa
konteks PAK terjadi melalui interaksi dalam situasi sosial dan budaya. Hal ini
dikarenakan peserta didik berada dan terlibat dalam hubungan di mana ia tinggal
dan di mana ia belajar. Maka peran komunitas Kristiani sangat diperlukan
sebagai konteks PAK. Komunitas Kristiani yang dimaksudkan adalah keluarga,
gereja, masyarakat, dan sekolah. Keempat komunitas ini adalah konteks PAK
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Keadaan awal peserta didik juga perlu diperhatikan. Heryatno (2003:50)
menyebutkan konteks hidup peserta didik meliputi “kebutuhan dan minat
mereka, daya tangkap dan kemampuan mereka, latar belakang hidup dan
permasalahan mereka dan masih banyak lagi lainnya”. Sehubungan dengan hal
ini ada dua pendekatan yaitu: sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
proses di mana diri kita menjadi diri sendiri sebagaimana adanya, dengan jalan
berinteraksi dengan orang lain, tatanan hidup yang ada, nilai hidup yang diikuti
dan dengan pola tingkah laku yang diharapkan oleh lingkungan sosial kita.
Edukasi adalah proses di mana kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan
peserta didik agar mengalami perkembangan hidup sehingga mencapai
kepenuhan.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Kurikulum Pendidikan 1984 mengemukakan ruang lingkup bahan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah: saya, sesama dan lingkungan,
membangun hidup yang berarti dan mendalam, Yesus Kristus dan Gereja.
Kurikulum PAK 1994 merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah doa, Kitab
Suci, Sakramen,Allah Bapa, Yesus, Roh Kudus, dan Gereja Moral. Kurikulum
2004 juga merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah saya, Yesus, Gereja dan
Masyarakat (dalam Dapiyanta, 2008:5-6). Kurikulum 2013 (Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014:3) merumuskan ruang lingkup bahan PAK
mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan
pemahaman peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Pribadi peserta didik
Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria
dan wanita yang dimiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan
kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
b. Yesus Kristus
Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi
Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti
yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
c. Gereja
Ruang lingkup ini membahas tentang makna gereja, bagaimana
mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
d. Masyarakat
Ruang lingkup ini membahas mendalam tenang hidup bersama dalam
masyarakat sesuai firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus Kristus dan ajaran
Gereja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup bahan
Pendidikan Agama Katolik adalah membahas mengenai peserta didik, Yesus
Kristus, Gereja dan Masyarakat. Ini berarti bahwa Pendidikan Agama Katolik
tidak hanya sebatas mewartakan Kitab Suci saja melainkan beberapa aspek
seperti yang telah diuraikan. Selain itu, untuk mencapai ruang lingkup bahan
Pendidikan Agama Katolik yang terarah perlu pola pembelajaran berdasarkan
atas dasar yang kuat untuk mencapai tujuannya. Adapun pola tersebut
(Setyakarjana (1997:141) ialah pola Malino, pola Naratif (menampilkan model),
pola berbuat dan sikap iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
B. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Dalam
Pendidikan Agama Katolik (PAK)
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)
a. Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang
sebenarnya merupakan “gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan
kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan
pakaian, kita makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi
satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati
Bendera Sang Merah Putih, kita mengemudi kendaraan bermotor, dan lain
sebagainya. Gejala-gejala semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu-
persatu, karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari
(Winkel, 2012:56)
Winkel (2012:58) juga mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan
mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri
seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya
dengan mengamati orang itu. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan;
dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi
peristiwa manusia belajar. Namun, tidak sembarang berada di tengah-tengah
lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orang harus aktif sendiri,
melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Misalnya
setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa di kelas, belum
berarti siswa sedang belajar; selama siswa tidak melibatkan diri, dia tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
belajar. Maka, supaya terjadi belajar, dituntut orang melibatkan diri, harus ada
interaksi aktif yang berupa aktivitas mental saja, tidak disertai gerak-gerik
jasmani. Jadi dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia dapat
dirumuskan sebagai berikut: “suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012:32-33) mengemukakan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan
secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap
setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang
lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
John Dewey dalam Daryanto juga menyatakan bahwa belajar adalah
“menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka
inisiatif belajar harus muncul dari dirinya”. Menurut Reber dalam Muhibbin
Syah (2013:66) dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi belajar
dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah the process of acquiring
knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Pengertian ini biasanya lebih
sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli
dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan
keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change
in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
diperkuat). Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan
perlu disoroti untuk memahami proses belajar, istilah-istilah tersebut meliputi:
1) Relatively Permanent (yang secara umum menetapkan). Konotasinya ialah
bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk,
lelah, jenuh, dan perubahan karena kematangan fisik tidak termasuk belajar.
2) Response potentiality (kemampuan bereaksi) berarti menunjukkan
pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau
kinerja hasil-hasil belajar.
3) Reinforced (yang diperkuat). Konotasinya ialah bahwa kemampuan yang
didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila
tidak diberi penguatan.
4) Practice (praktek atau latihan) ini menunjukkan bahwa proses belajar itu
membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian
kinerja akademik yang telah dicapai siswa.
Selain itu, Slameto (2013:2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Adapun perubahan tingkah laku tersebut
adalah:
1) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan di dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah
dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu
sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk
beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan
sebagainya, ini tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai. Tentunya perubahan belajar terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Bertolak dari berbagai macam definisi yang telah diutarakan tadi, secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini
perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat
proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang
sebagai proses belajar.
Daryanto & Rahardjo (2012:16) mengemukakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai pengalaman. Belajar juga merupakan
proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu, indikator belajar ditujukan
dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu
pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau
pemahaman.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut
pengertian belajar sebagai berikut: Pertama, belajar merupakan suatu proses,
yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berlangsung seumur hidup. Kedua, dalam belajar terjadi adanya perubahan
tingkah laku yang bersifat relatif permanen. Ketiga, hasil belajar ditujukan
dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan. Dan keempat, adanya
peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional,
sikap dan sebagainya.
Dalam konteks pendidikan, PAK di sekolah (Setyakarjana,1997:9) adalah
salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang mempunyai kedudukan
yang sama dengan bidang studi yang lainnya seperti Pendidikan Moral
Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Sosial, dll. Berhubung karena mempunyai kedudukan yang sama
dengan bidang studi yang lain, maka Pelajaran Agama Katolik di sekolah mau
tidak mau harus terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia.
Setyakarjana juga mengatakan (1997:9) Pelajaran Agama Katolik di
sekolah merupakan salah satu bagian dari tugas pastoral gereja terhadap anak-
anak yang bertujuan “Agar Peserta Didik Mampu Menggumuli Hidup Dari Segi
Pandangan-Pandangan Katolik Dan Dengan Demikian Mudah-Mudahan
Berkembang Terus Menjadi Manusia Paripurna (Manusia Beriman)”.
Pendidikan Agama Katolik adalah bentuk pelayanan demi pembinaan iman di
sekolah; sekolah dengan situasi dan kondisinya, kelemahan dan kelebihannya
beserta tuntutan-tuntutannya.
Dari uraian tersebut, belajar PAK berarti suatu kegiatan (aktivitas)
mental/psikis, yang berlangsung dalam proses interaksi aktif di dalam
lingkungan kelas, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap demi perkembangan imannya sebagai
manusia beriman. Dapiyanta (dalam Setyakarjana, 1997: 137) mengemukakan
belajar PAK pada dasarnya ialah belajar menurut teladan Kristus. Ini bukan
berarti tanpa relasi dengan Kristus. Menurut teladan Kristus berarti juga bahwa
seseorang semakin erat berelasi dengan Yesus. Semakin seseorang berkata,
berkehendak, dan bertindak seperti Kristus berarti semakin terjadi belajar PAK
dalam diri seseorang itu. Semakin orang terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan
Kristus, semakin terjadi interaksi aktif dalam diri orang itu terhadap
lingkungannya, semakin terjadi belajar dalam diri orang itu.
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Di Sekolah
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat
20Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Isjoni (2014:11) dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning,
efektifitas pembelajaran kelompok menyatakan bahwa pembelajaran adalah
sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran
pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi
dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang
terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan/atau kelompok)
serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan/atau komunitas) yang
berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan.
Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan
peserta didik dalam pembelajaran.
Dimyati & Mudjiono (2009:297) menjelaskan pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Oermar Hamalik (https://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/15-
pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli.html) (4 November 2016)
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi
segala unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling
mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Beliau
mengemukakan tiga rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran,
yaitu: pertama, pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan
lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa.
kedua, pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan. Dan ketiga,
pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi
kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.
Dapiyanta (2008:10) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah aktivitas
guru dalam membelajarkan murid. Pembelajaran adalah sebuah interaksi antara
guru yang mengajar dan murid yang belajar. Mengajar dapat pula diartikan
sebagai pengaturan kondisi eksternal tertentu (Winkel,1989). Kondisi eksternal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
adalah paduan dari bahan, metode, media, suasana yang diatur berdasar keadaan
murid dan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang membelajarkan. Artinya di dalam suatu
proses pembelajaran ada suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru
yang memungkinkan orang lain (murid) belajar secara bertahap dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan yang dimaksud dalam
konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah adalah menciptakan
kondisi dan situasi yang sedemikian rupa, sehingga murid belajar
mengembangkan hidup beriman (Dapiyanta, dalam Setyakarjana, 1997:137)
2. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Miftahul Huda (2013:143) mengatakan ada banyak model pembelajaran
yang berkembang untuk membantu siswa berpikir kreatif dan produktif. Bagi
guru, model-model ini penting dalam merancang kurikulum pada siswa-
siswanya. Tentu saja, model-model yang tercantum dalam bagian ini tidak
mencerminkan sederan daftar yang ketat, semuanya berupa refleksi atas beragam
teori pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi keutuhan siswa yang juga
beragam. Model pembelajaran harus dianggap sebagai kerangka kerja struktural
yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan
dan aktivitas belajar yang kondusif. Model pembelajaran juga dimaksudkan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung (Anurrahman,
2009:141).
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya
rasa senang siswa terhadap pembelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk
memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar
yang lebih baik. Hal penting yang harus diingat bahwa tidak ada satu strategi
pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi. Oleh sebab itu guru
dituntut untuk memiliki pemahaman yang kompehensip serta mampu
mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan
salah satu atau beberapa strategi secara efektif (Killen dalam
Anurrahman,2009:143).
Aspek-aspek dalam setiap model dapat digunakan untuk merancang
kurikulum. Pemilihannya sebaiknya bergantung pada lingkungan sekolah,
sumber yang tersedia dan outcomes yang diinginkan. Ketika berencana
memasukan salah satu atau beberapa model ke dalam suatu program tertentu,
guru seharusnya menggunakan kerangka-kerja kurikulum yang didalamnya
berisi prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran untuk memandu belajar
siswa, serta penilaian atau assessment untuk melihat hasil akademik yang telah
diperoleh siswa. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari
kemampuan seorang guru mengembangkan model-model pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di
dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Eggen, Kauchar, dan Harder (dalam Miftahul Huda, 2013:74) sebenarnya
pernah membahas enam model memproses informasi, yakni model induktif,
model pencapaian konsep, model taba, model deduktif, model Ausubel, dan
model inkuiri. Akan tetapi review paling kompehensip tentang model-model
pengajaran, untuk sementara ini,”hanya” review yang dilakukan Joyce dan Weill
(1980) yang telah mengidentifikasikan setidaknya 23 model yang diklasifikasi
kedalam empat kelompok yang didasarkan pada sifat-sifatnya, karakteristik-
karakteristiknya dan pengaruh-pengaruhnya. Empat kelompok tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Model-model memproses informasi
2. Model-model personal
3. Model-model interaksi sosial
4. Model-model perubahan prilaku
Dalam setiap kelompok ini, ada model-model spesifik yang dirancang
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Model-model yang dikembangkan oleh Joyce dan Weill (dalam Miftahul
Huda, 2013:75) di atas memiliki struktur yang jelas. Implementasi setiap model
dideskripsikan dalam struktur ini. Ada lima aspek struktur umum, antara lain:
sintak, sistem sosial, tugas/peran guru, sistem dukungan dan pengaruh model.
1. Sintaks (tahap-tahap). Model pengajaran merupakan deskripsi
implementasi model di lapangan. Ia merupakan rangkaian sistematis
aktivitas-aktivitas dalam model tersebut. Setiap model memiliki aliran
tahap yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Sistem sosial mendeskripsikan peran dan relasi antara guru dan siswa.
Dalam beberapa model, guru sangat berperan dominan. Dalam sebagian
model, aktivitas ini lebih dipusatkan pada siswa, dan dalam bagian yang
lain aktivitas tersebut di distribusikan secara merata.
3. Tugas/peran guru mendeskripsikan bagaimana seorang guru harus
memandang siswanya dan merespons apa yang dilakukan siswanya.
Prinsip-prinsip ini merefleksikan aturan-aturan dalam memilih model dan
menyesuaikan respons instruksional dengan apa yang dilakukan siswanya.
4. Sistem dukungan mendeskripsikan kondisi-kondisi yang mendukung yang
seharusnya diciptakan atau dimiliki oleh guru dalam menerapkan model
tertentu. “dukungan” di sini merujuk pada prasyarat-prasyarat tambahan di
luar skill-skill, kapasitas-kapasitas manusia pada umumnya dan fasilitas-
fasilitas teknis pada khususnya. Dukungan tersebut berupa buku, film,
perangkat laboratorium, materi-materi rujukan dan sebagainya.
5. Pengaruh model merujuk pada efek-efek yang ditimbulkan oleh setiap
model. Pengaruh ini bisa terbagi menjadi dua: instruksional dan pengiring.
Pengaruh instruksional merupakan pengaruh langsung dari model tertentu
yang disebabkan oleh konten atau skill yang menjadi dasar
pelaksanaannya. Pengaruh pengiring merupakan pengaruh yang sifatnya
implisit dalam lingkungan belajar; pengaruh ini merupakan pengaruh tidak
langsung dari model pengajaran tertentu. Akan tetapi, dalam buku ini,
kedua pengaruh itu terkadang dilebur menjadi satu. Sehingga hanya guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang kreatif, fleksibel, dan cerdas yang dapat memperoleh keuntungan
maksimal dari model-model pengajaran.
Dalam konteks PAK, untuk menghadapi masalah di ruang kelas tersebut
guru juga harus menyiapkan model pengajaran yang berorientasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
pembelajaran serta relevan untuk peserta didik. Menurut Heryatno Wono
Wulung (2012:13) ada empat model PAK yang dipandang memberikan
wawasan konseptual yakni model tranmisi (transfer), model yang berpusat pada
pengalaman hidup peserta, model praksis dan model pendidikan yang bersifat
Estetis
a. Model Transmisi (transfer)
Dalam model ini guru menyampaikan informasi tentang ajaran Gereja
kepada para peserta didik dengan cara mentranfer. Prosesnya bersifat satu arah
sehingga pendidik aktif tetapi peserta didik pasif. Peserta hanya menghafal dan
mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh guru atau yang ditulis di dalam buku
pegangan sehingga peserta tidak berkembang secara utuh. Yang terpenting
adalah bahwa model ini berpusat pada pendidik yang mentranfer seluruh
pengetahuannya pada peserta didik dengan menerapkan relasi guru dan murid.
b. Model yang berpusat pada pengalaman hidup peserta
Sifat yang ditekankan dalam model ini bukan kognitif melainkan kualitatif
dan subyektif karena menekankan pada proses. Yang ditekankan dalam model
ini adalah kualitas hidup peserta didik bukan kuantitas materi yang diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Model ini juga membantu peserta didik untuk menghayati dan
memperkembangkan imnnya.
c. Model Praksis
Model praksis atau model shared Christian Praxis (SCP) ini
dikembangkan oleh TH Groome (dalam Heryatno 2012:23). Model ini hendak
menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta. Partisipasi itu berdasarkan
pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis
sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Tujuan praksis
baru adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di
tengah-tengah hidup manusia.
d. Model pendidikan yang bersifat Estetis
Model ini dikembangkan oleh Maria Haris. Ia melukiskan gaya pendidikan
Tully Anderson, seniornya sebagai model yang bernilai estetis dengan
menyatukan segi kognitif dengan afektif dan sekaligus mengundang semua
peserta untuk berekspresi. Sebagai model yang estetis, PAK membutuhkan
persiapan, tetapi tidak semata-mata mengumpulkan materi melainkan juga
memperhatikan suasana, menentukan bahasa dan komtemplasikan hidup peserta.
Dalam model ini materi pendidikan iman disampaikan dengan cara yang
komunikatif yang mengundang peserta untuk berefleksi, yang menumbuhkan
rasa serta mendorong pada tingkat konkret. Maka Maria Haris meminta agar
pendidik memperhatikan tiga hal yakni: bahasa, suasana, dan ekspresi setiap
peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan segala sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim (Isjoni 2014:15). Slavin
dalam Isjoni (2014:15) mengemukakan, “in cooperative learning methods,
students work together in four member teams to master material initiallity
presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Wina Sanjaya (2010:240) “pembelajaran kooperatif merupakan
model yang menggunakan sistem pengelompokan tim kecil, yakni antara empat
sampai lima orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”. Sedangkan Sunal dan Hans
dalam (Isjoni, 2014:12) mengemukakan pembelajarn kooperatif merupakan
suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk
memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran. Selanjutnya Stal dalam Isjoni (2014:12) menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap tolong menolong dalam prilaku sosial. Maka, Pembelajaran
kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok
mencapai tujuan dan tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Isjoni, 2014:6).
Anita Lie (2010:29) mengungkapkan bahwa cooperative learning tidak
sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Jhonson dalam (anita Lie, 2010:
31) mengemukakan ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning
yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan,
yaitu: saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Namun, Pembelajaran
kooperatif menurut Slavin (2015:4-8) merujuk pada berbagai macam model
pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin dan latar belakang etnik
yang berbeda untuk saling membantu, saling mendiskusikan, dan
berargumentasikan untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran
kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model
pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-
hubungan yang bersifat independensi efektif anggota kelompok.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang
dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar
belajar sama anggota maksimal. Bila dihubungkan dengan Pendidikan Agama
Katolik (PAK), maka pembelajaran kooperatif berarti suatu cara atau pendekatan
(strategi) khusus yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada siswa
untuk dapat saling bekerja sama dan membantu satu sama lain selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2014:21) mengemukakan tujuan dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap
tolong menolong dalam beberapa prilaku sosial. Selain itu juga tujuan utama
dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar
secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Slavin (2015) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa
menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Wisenbaken (Slavin,2015) mengemukakan bahwa tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro-akademik
diantara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang
amat penting bagi pencapaian siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Jika dilihat dari uraian tujuan pembelajaran kooperatif oleh para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang
mereka butuhkan supaya menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan
memberikan kontribusi. Hal ini cocok bila diterapkan pada pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah sebab dengan tujuan yang
demikian maka akan menciptakan hasil dan memberikan dampak yang baik pada
siswa apabila diterapkan pada pembelajaran PAK.
c. Tipologi Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2015:26-28) metode pembelajaran alternatif memiliki
berbagai macam perbedaan, tetapi dapat dikategorikan menurut enam
karakteristik prinsipil, yang pertama; tujuan kelompok, kebanyakan metode
pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok.
Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi
lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi keriteria yang telah
ditentukan sebelumnya. kedua; tanggungjawab individual,dilaksanakan dalam
dua cara yakni pertama, dengan jumlah skor kelompok atau nilai rata-rata
individual atau penilaian selanjutnya. Kedua, spesialisasikan tugas, setiap siswa
diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok. Ketiga;
kesempatan sukses yang sama untuk berkontribusi dalam timnya. Keempat,
kompetisi tim. Studi tahap awal dari poin kemajuan dan kompetisi dengan yang
setara atau adaptasi tugas terhadap tingkat kinerja individual. Kelima,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
spesialisasi tugas. Unsur utama dari metode pembelajaran kooperatif adalah
tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota
kelompok. Keenam, adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Metode
pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah
kelompok.
Isjoni (2009:17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang
diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas
yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu cara untuk mengajak siswa yang kurang aktif terlibat
dalam kelompok dan mau menunjukkan kemampuan yang dimilikinya untuk
dapat bekerjasama dengan yang lain. Bila dikaitkan dengan PAK maka akan
membawa perkembangan bagi siswa untuk menampilkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki sehingga dapat memberikan kontribusi dalam
kelompok untuk mencapai ketuntasan.
d. Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan belajar kooperatif menganut lima prinsip utama, sebagai
berikut (Anita Lie, 2010:31-37), yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja keras seluruh anggotanya.
Setiap anggota berperan aktif dan mempunyai andil yang sama terhadap
keberhasilan kelompok.
2. Tanggungjawab perorangan
Tanggung jawab perseorangan muncul ketika seorang anggota kelompok
bertugas untuk menyajikan yang terbaik dihadapan guru dan teman
sekelasnya.
3. Interaksi tatap muka
Bertatap muka merupakan kesempatan baik bagi anggota kelompok untuk
berinteraksi memecahkan masalah bersama.
4. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan anggota kelompok bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling berkomunikasi secara efektif.
5. Evaluasi proses secara kelompok
Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Jika prinsip ini diterapkan dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) di
sekolah maka akan sangat baik karena pada diri siswa ditanamkan suatu
ketergantungan positif yang membawa mereka berpikir positif terhadap
lingkungan sekitar, siswa ditanamkan rasa tanggung jawab, toleransi, partisipasi,
komunikasi dan sikap interaksi sosial yang baik dengan sesamanya karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial maka akan sangat baik bila
bekerjasama dan saling menghargai satu sama lain dengan menciptakan
hubungan baik dengan lingkungan, sesama, dan terlebih relasi pada Tuhan.
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2012:248) mengemukakan prosedur pembelajaran
kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama
kelompok dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran. Seorang guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran
yang harus dikuasai kemudian siswa memperdalam materi pelajaran dalm
kelompok/tim. Dalam tahap ini guru menggunakan metode ceramah, curah
pendapat, dan tanya jawab bahkan menggunakan demonstrasi. Guru juga dapat
menggunakan media pembelajaran agar proses penyampaian materi dapat lebih
menarik.
2. Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-
masing yang telah dibentuk sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis.
Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok.
Tujuannya adalah memberikan informasi kemampuan setiap siswa. Hasil
akhirnya setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua.
4. Pengakuan tim
Pengakuan tim (tim recognition) adalah penetapan tim yang dianggap
paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah.
f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif
terdiri dari enam fase sebagai berikut:
Tabel –1: Fase-fase dalam pembelajaran kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1: present goals and set
menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa siap belajar
Fase 2: present information
menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada
siswa secara verbal
Fase 3: organize students into
learning teams mengorganisir siswa
ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada siswa
tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and studeny
membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
siswa mengerjakan tugasnya
Fase 5: test on the materials
mengevaluasi
Menguji pengetahuan siswa mengenai
berbagai materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: provide recognition
memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
a) Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa
harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b) Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.
c) Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam
kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok.
Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung
tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada
individu lainnya.
d) Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-
tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan
yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa
siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e) Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f) Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa.
Variasistruktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan
orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha
individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward
kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
g. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2012:249-250) mengemukakan keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu sinergi pembelajaran diantaranya:
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang
lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide dari orang lain.
3. Pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
terhadap sekolah.
6. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata
(riil). Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna
untuk proses pendidikan jangka panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
h. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Di samping keunggulan Pembelajaran kooperatif, Wina Sanjaya
(2012:250-251) juga mengemukakan kelemahan-kelemahan diantaranya, yaitu:
a. Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang
butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis
siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran koopratif. Untuk
siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa
terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menggangu iklim kerja sama dalam
kelompok.
b. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, maka
dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara
belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak
pernah tercapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi dari individu siswa.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran dalam berkelompok memerlukan priode waktu yang cukup
panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali
penerapan strategi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu,
idealnya dalam pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan
pekerjaan yang mudah.
i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kagan (1994) tersedia dalam http: // ktipk. Blogspirit. Com /
archive / 2009 / 01 / 26 / tgt. html (25 Oktober 2015), pembelajaran kooperatif
mempunyai manfaat, yaitu dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran
kognitif siswa, dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki
hubungan sosial, dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan, dapat
meningkatkan kepercayaan diri, dan dapat meningkatkan kemahiran teknologi.
Sadker dalam Miftahul (2011:66) menjabarkan beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan
afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar
lain seperti berikut ini:
a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
b. Siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap
harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-
temannya dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang
positif (independensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.
d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap
teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang
berbeda-beda.
Selanjutnya, Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000:18) juga
mengemukakan beberapa manfaat-manfaat model pembelajaran kooperatif bagi
siswa dengan hasil yang rendah, diantaranya:
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Prilaku menggangu menjadi lebih kecil
5. Konflik antar pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi
4. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
Dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Teknik kancing gemerincing merupakan teknik pembelajaran yang
menggunakan kancing-kancing sebagai media untuk mengatur pola interaksi
siswa dalam kelompok belajar. Kegiatan pembelajaran pada teknik kancing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
gemrincing memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi
mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran siswa lain dalam satu
kelompok.Pelajaran teknik kancing gemerincing ini bertujuan untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sehingga terjadi peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa dari pelajaran sebelumnya.
Namun yang perlu diketahui bahwa teknik belajar mengajar kancing
gemerincing ini, dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran angota lain.
Kancing gemerincing atau pembelajaran talking chips merupakan salah
satu model pembelajaran yang menggunakan pembalajaran kooperatif.
Sebagaimana dinyatakan Masitoh dan Laksmi Dewi dalam bukunya strategi
pembelajaran(2009:244). Model pembelajaran talking chips merupakan model
pembelajaran kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
(1992).Kata „talking‟ diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara
sedangkan chips berarti kartu. Dalam pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang,
masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi
untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukan kartu
tersebut ke atas meja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Dalam pelaksanaan talking chips atau kancing gemerincing setiap anggota
diberi sejumlah kancing atau kartu “chips” (biasanya dua sampai tiga kancing
atau kartu). Setiap kali anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam
diskusi, ia harus meletakkan satu kartunya di tengah kelompok. Setiap anggota
kelompok diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang
dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi
kartu sampai semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartu
mereka. Jika semua kartu telah habis, sedangkan mereka belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan
diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan 2000:47)
Model pembelajaran teknik kancing gemerincing dipilih karena model ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi mereka
dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Selain itu juga dapat
menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan serta mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka yang bermuara pada
meningkatnya hasil belajar siswa.
Adapun keunggulan teknik kancing gemerincing adalah masing-masing
anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lainnya, untuk mengatasi
hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok,
pemerataan tanggung jawab bisa tercapai karena siswa yang pasif akan mandiri
dan tidak bergantung pada siswa yang lebih dominan dan memastikan setiap
siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Penerapan teknik kancing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
gemerincing dimulai dari setiap anggota mendapatkan kancing benda-benda
kecil yang berbeda yang harus digunakan setiap kali menyatakan keraguan,
menjawab, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi
ide, merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya (Lie,
2007:63).
Adapun prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing
menurut Sugiyanto (2010:57) yaitu:
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga
benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan
sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing
kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah-tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok
boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi
prosedur kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
C. Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan belajar siswa dituntut untuk selalu aktif dalam kegiatan hal
apapun yang menyangkut kegiatan belajar, hal itu untuk menunjang keberhasilan
siswa dalam proses belajar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya
dalam tes tertulis yang harus mendapatkan nilai yang baik namun juga dalam
proses belajar juga siswa dituntut untuk selalu aktif mengikuti kegiatan belajar.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai keaktifan siswa yang meliputi: (1)
pengertian keaktifan siswa, (2) ciri-ciri keaktifan siswa, dan (3) aspek-aspek
keaktifan siswa.
1. Pengertian Keaktifan Siswa
Dalam belajar sangatlah diperlukan adanya aktivitas. Aktivitas di sini
dapat bersifat fisik maupun mental. Menurut Sardiman (2003:48) keaktifan
siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu
sebagai berikut:
a. Visual activities, yang termasuk didalamnya adalah membaca, percobaan,
memperhatikan gambar dan demonstrasi.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi.
c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, dan pidato.
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan
menyalin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik dan peta grafik
f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi dan
bermain
g. Mental activities seperti mengingat, menganalisis, melihat hubungan dan
mengambil keputusan.
h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Interaksi antara guru dan siswa sangat berguna bagi pembelajaran,
penjelasan dari teman biasanya juga lebih dipahami oleh siswa. Belajar
berkelompok juga akan menimbulkan rasa malu jika tidak bisa menjawab
pertanyaan sehingga akan memperkuat motivasi dan keinginan yang kuat
mempelajari materi itu. Belajar bersama-sama juga akan terasa menyenangkan,
suasana ini diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
siswa adalah aktivitas fisik dan mental siswa dalam proses pembelajaran yang
dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek-aspek dalam keaktifan siswa dapat
dilihat dengan melihat aktivitas siswa yang diklasifikasikan menjadi aktivitas
mata, telinga, mulut, tangan, gerak, mental, dan emosi. Keaktifan siswa tidak
bisa dilepaskan dari interaksi dengan guru maupun siswa lain sehingga guru dan
siswa lain turut mempengaruhi keaktifan. Dipertegas lagi oleh Ahmad
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
&Supriyono (2004:207) yang mengemukakan bahwa Siswa aktif adalah siswa
yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar.
2. Ciri-Ciri Keaktifan Siswa
Kadar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada
dimensi siswa yaitu pembelajaran yang berkadar siswa aktif akan terlihat pada
diri siswa akan adanya keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
keinginan dan kemauannya. Dalam dimensi siswa ini nanti pada akhirnya akan
tumbuh dan berkembang kemampuan kreativitas siswa (Sugandi, 2007:75-76)
Untuk melihat terwujudnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Melalui indikator cara
belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam proses
belajar mengajar. Indikator tersebut adalah (1) keinginan, keberanian
menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya; (2) keinginan dan
keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar; (3) penampilan berbagai usaha/kreatifan belajar
mengajar sampai mencapai keberhasilannya; dan (4) kebebasan melakukan hal
tersebut tanpa tekanan guru/pihak lainnya (Ahmadi & Supriyono, 2004:207-
208).
Keaktifan siswa tampak dalam kegiatan, antara lain: (1) berbuat sesuatu
untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari,
mengalami dan menemukan sendiri bagaimana perolehan situasi pengetahuan;
(3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kepadanya; (4) belajar dalam kelompok; (5) mencoba sendiri konsep-konsep
tertentu; dan (6) mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan
nilai-nilai secara lisan atau penampilan (Suryosubroto, 2002:71-72).
Berdasarkan ciri-ciri keaktifan siswa yang telah disebutkan oleh 3 ahli maka
indikator keaktifan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) keberanian
untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan, dan kemauannya serta
menampilkan berbagai usaha dalam kegiatan belajar, (2) berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar serta mengkomunikasikan hasil
belajar, (3) menampilkan berbagai usaha belajar untuk mencapai keberhasilan
(kreativitas belajar), dan (4) mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri
pengetahuan yang diperoleh.
3. Aspek-Aspek Keaktifan Siswa
Aspek-aspek keaktifan siswa adalah hal-hal yang mempengaruhi dan dapat
menciptakan keaktifan siswa. aspek keaktifan siswa merupakan pusat perhatian
dalam penelitian. Keaktifan siswa ini dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam
belajar. Dan dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya keaktifan siswa karena
dalam pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya
peserta didik terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Aspek-aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut
meliputi: (1) keberanian, (2) berpartisipasi, (3) kreativitas belajar, (4)
kemandirian belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
1. Keberanian
Keberanian dalam penelitian ini berkaitan dengan keadaan mental siswa
dalam mengikuti aktivitas belajar. Keberanian ini mengarah kepada keberanian
siswa dalam menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya dalam proses
belajar. Menurut Irons (dalam munawar, 2010:56) keberanian adalah suatu
tindakan memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu
menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya
kebenarannya.
Keberanian adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu
merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk. Adapun ciri khusus seseorang
yang memiliki keberanian menurut Munawar (2010) meliputi: a) berpikir secara
matang dan terukur sebelum bertindak, b) mampu memotivasi orang lain, c)
selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta pikiran dengan pengetahuan
baru menuju ke arah yang benar, d) bertindak nyata, e) semangat, f) menciptakan
kemajuan, g) siap menanggung resiko, dan h) konsisten
2. Berpartisipasi
Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan
pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.
Menurut Davis (dalam Asrofudin, 2010:79) partisipasi didefinisikan sebagai
keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut
bertanggung jawab didalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Adapun unsur-unsur dalam partisipasi, yaitu: 1) keterlibatan peserta didik
dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dan b)
kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Tidak ada proses belajar tanpa
partisipasi dan keaktifan anak didik dalam belajar. Setiap anak didik pasti aktif
dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah bobot/kadar keaktifan anak
didik dalam belajar.
3. Kreativitas Belajar
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakkan baru untuk
disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Siswa yang
aktif mempunyai motivasi untuk menciptakan cara belajar yang baru untuk
mengkreativitaskan belajar mereka agar mendapatkan pemahaman yang mereka
inginkan.Munandar (1999: 51) mengemukakan kreativitas belajar yang dimiliki
siswa aktif dapat dilihat melalui indikator sebagai berikut:
a. Rasa ingin tahu yang tinggi. Siswa yang aktif keingintahuannya akan hal-hal
baru sangat besar, sehingga dari situ dapat mencari jawabannya sendiri.
b. Pantang menyerah. Siswa yang aktif tidak mudah pantang menyerah apabila
ada hal baru yang membuatnya penasaran belum menemukan jawaban.
c. Berani mengambil resiko. Siswa yang aktif tidak mudah pantang menyerah
dengan berbagai resiko yang akan dihadapinya.
d. Ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Siswa yang aktif tentu saja
tidak puas terhadap apa yang telah mereka capai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
e. Optimis. Siswa aktif akan selalu optimis dengan apa yang telah mereka
kerjakan.
f. Proaktif. Siswa yang aktif selalu mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
mengerjakan sesuatu.
4. Kemandirian Belajar.
Kemandirian dalam pembelajaran merupakan suatu aktivitas dalam
pembelajaran yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan mengatur
diri untuk mencapai hasil yang optimal. Siswa yang aktif dengan sikap mandiri
dengan tidak selalu bergantung pada orang lain.Toha (1996:204) menyatakan
indikator dari kemandirian belajar siswa aktif adalah sebagai berikut:
a. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain
c. Tidak menghindari masalah
d. Tidak merasa rendah diri
e. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisplinan
f. Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh
situasi pengetahuan
g. Merasakan sendiri tugas-tugas yang diberikan guru
h. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu
Dalam keaktifan siswa perlu adanya keberanian, karena dengan keberanian
siswa mampu menunjukan kemampuannya dalam berbagai metode belajar.
Selain keberanian dalam keaktifan siswa juga perlu adanya berpartisipasi, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dengan adanya partisipasi dari siswa mampu menampakkan dirinya dalam
keikutsertaan dalam setiap kegiatan belajar. Dalam keaktifan siswa juga perlu
adanya aktivitas belajar, dengan adanya kreatifitas belajar dari siswa maka siswa
mampu menampilkan berbagai usaha belajar dengan segala kemampuan yang
dimilikinya. Dan kemandirian belajar sangat diperlukan dalam keaktifan siswa,
karena dengan siswa mandiri dalam belajar maka siswa sudah mampu
menyelesaikan permasalahan belajar, serta mampu menyelesaikan tugas
belajarnya sendiri tanpa adanya kesulitan. Keaktifan siswa juga tidak hanya
diperlukan dalam kegiatan belajar di kelas saja melainkan dalam kegiatan
kelompok siswa diharapkan dapat aktif, ikut berpartisispasi dalam kegiatan
kelompok. Hal itu dapat menunjang keberhasilan siswa dalam mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam belajar serta dapat melatih siswa untuk berpikir secara
logis dalam menyampaikan argumentasi yang dikemukakan, dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan ataupun membahas suatu
permasalahan.
D. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:250-251) hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannnya bahan
pelajaran. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah
bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.
Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari
sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2005:22) yang
menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik
(bertindak).
Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga ranah kategori antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor
(Nana Sudjana, 2005:23-33). Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol. Namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Howard Kingsley dalam Daryanto (2007:102-124) membagi 3 macam hasil
belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita-cita. Pendapat ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses
belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah
menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar PAK adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individual yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih
baik. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes. Dalam penilaian ini hasil
belajar peserta didik merupakan skor post test yang diperoleh dari hasil tes pada
akhir siklus.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Bloom dalam Daryanto & Muljo Raharjo (2012: 28 ) ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yakni:
1. Faktor internal
Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor internal ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh
dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yang
meliputi: Pertama, faktor intelektual terdiri atas: faktor potensial
(intelegensi dan bakat) dan faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan
prestasi. Kedua, faktor non intelektual yaitu komponen-komponen
kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,
kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang termasuk di dalam faktor eksternal adalah faktor
kematangan baik secara fisik maupun psikis. Selain itu ada faktor yang lain
sebagai berikut:
a. Faktor sosial yang terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, dan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian dan sebagainya.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim
dan sebagainya.
d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sedangkan dalam Sumiati dan Asra (2009:200) faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dipengaruhi oleh guru dalam menyusun pembelajaran.
Dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari
dalam dan luar siswa yang melaksanakan evaluasi pembelajaran. Faktor tersebut
sebagai tolak ukur siswa sudah menguasai, materi pembelajaran atau belum.
3. Indikator Hasil Belajar
Menurut Sudjana dalam Jihad dan Haris (2008) mengemukakan bahwa
terdapat dua kriteria yang menjadi keberhasilan pengajar yang bersifat umum.
Dua kriteria tersebut yaitu:
a) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai
suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek
mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk mengukur
keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa
persoalan dibawah ini:
1. Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru
dengan melibatkan siswa secara sistematik?
2. Apakah guru memakai multimedia?
3. Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengobrol dan menilai sendiri
hasil belajar yang dicapainya?
4. Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
5. Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup
menyenangkan dan merangsang siswa belajar?
b) Kriteria ditinjau dari hasilnya
Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat
dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi
hasil atau produk yang dicapai siswa:
1. Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak
dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
2. Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa?
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kriteria dilihat dari
proses dan hasilnya. Kriteria yang dilihat dari proses bagaimana siswa tersebut
melakukan proses belajar dengan metode yang diberikan oleh guru yang dapat
dilihat dari aspek afektif siswa. Sedangkan kriteria yang dilihat dari hasilnya
yaitu dilihat dari proses tersebut dan posttest siswa yang dapat dilihat dari aspek
kognitif siswa.
E. Penelitian Yang Relevan
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
beberapa pelajaran yang berbeda-beda. Penelitian tersebut sebagaimana
dipaparkan sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Monoarfa, Universitas Negeri Gorontalo
(2015) tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Koopertatif Teknik Kancing
Gemerincing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing lebih tinggi
yaitu dengan skor rata-rata 28,1, sedangkan pembelajaran menggunakan
think pair share skor rata-ratanya hanya 24,5.
2. Penelitian oleh A. Eka Yunda Dewi, Ni Nym. Kusmariyatni, Nym. Jampel
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia tentang “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Di Gugus III Kecamatan
Tejakula”.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil
belajar IPS Siswa Kelas SDN Di Gugus III Kecamatan Tejakula.
F. Kerangka Pikir
Dalam kegiatan belajar, seorang guru harus menciptakan suatu model
pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi semangat dan
tertarik mengikuti pelajaran di kelas khususnya dalam Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Agar siswa terlibat, tidak bosan dan dapat dengan mudah
memahami materi pelajaran yang diterima maka dibutuhkan upaya untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
peningkatan tersebut perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi dan
menarik sehingga siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh yaitu menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.
Model pembelajaran teknik kancing gemerincing merupakan model
pembelajaran dimana dalam pembelajaran siswa belajar secara kelompok.
Artinya siswa tidak lagi belajar sendiri-sendiri tetapi juga belajar secara
kelompok, dari diskusi kelompok juga akan memupuk kerja sama antar
kelompok belajar PAK. Model pembelajaran teknik kancing gemerincing akan
memberikan suasana positif karena bisa memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencintai pembelajaran dan sekolah ataupun guru. Dalam kegiatan yang
menyenangkan ini, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
Pembelajaran dengan Model teknik kancing gemerincing memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berbicara dalam proses pembelajaran
baik menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat. Siswa yang aktif pada
proses pembelajaran tidak hanya mengetahui materi tetapi dapat memahami
secara mendalam materi yang dipelajari. Pemahaman yang mendalam tentang
materi timbul sebagai akibat dari keaktifan bicara siswa. hal tersebut akan
meningkatkan hasil belajar dari materi yang bersangkutan. Maka, kerangka pikir
uraian ini secara sistematis dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
G. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:96) “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan peneliti telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dengan jawaban sementara ini membantu
peneliti agar proses penelitiannya lebih terarah.Berdasarkan uraian yang telah
ada dalam kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Ho: Model Pembelajaran Kooperatif teknik kancing gemerincing tidak
berpengaruh terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Katolik siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta tahun
2016/2017.
2. Ha: Model Pembelajaran Kooperatif teknik kancing gemerincing
berpengaruh terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Katolik siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta tahun
2016/2017.
Hipotesis diuji pada tingkat signifikansi 5%.
Variabel terikat Y1: Keaktifan
siswa dan Hasil Belajar
Pendidikan Agama Katolik
Variabel terikat Y2: keaktifan
dan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Katolik
Variabel Bebas X: Model
Pembelajaran Kooperatif
Teknik Kancing Gemerincing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian.
Ketepatan metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Dalam metode
penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu
dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian tersebut akan dilakukan.
Hal ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian secara sistematis.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi: Jenis
Penelitian, Desain Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi dan
Sampel, Teknik dan Instrumen Penelitian, Teknik Analisis Data.
A. Jenis Penelitian
Bila dilihat dari segi pendekatan dan data yang diperoleh, maka
penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk uji beda.
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantitatif
angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai
pada menampilkan data. Sugiyono (2013:8) menyatakan bahwa penelitian
kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Penelitian ini dibuat untuk melihat pengaruh variabel X (Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing) terhadap variabel Y1
(Keaktifan ) dan Y2 (Hasil Belajar) Pendidikan Agama Katolik siswa kelas V di
SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan bentuk Pre-experimental designs.
Dikatakan Pre-experimental design, karena dalam desain ini, belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh. Yang artinya masih terdapat variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (Sugiyono,
2010:109). Ada beberapa jenis Pre-experimental designs, namun penulis
menggunakan jenis one-shot case study pretest-posttest seperti gambar di bawah
ini:
Tabel –2: Desain Pretest-Posttest
Pretest Variabel Bebas
(Perlakuan)
Posttest
Y1 X Y2
Dalam desain ini, peneliti akan memberikan tes pada awal kegiatan
yang akan diteliti kemudian akan dilakukan tes yang sama diakhir kegiatan
untuk melihat perbandingan skor keduanya. Adapun variabel yang diukur dalam
penelitian ini adalah variabel Y, sedangkan variabel X adalah sebagai
treatment/perlakuan yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta
yang beralamat di Jalan Hos Cokroaminoto No. 8, Desa Gampingan, Kelurahan
Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. SD Kanisius Wirobrajan I
Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena pernah PPL di sekolah ini
dan pernah menggunakan model kerja kelompok saat mengajar Pendidikan
Agama Katolik di kelas.
2. Waktu Peneltian
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 6 dan 11April 2017.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan kelas V di SD Kanisius Wirobrajan I,
Yogyakarta. Adapun jumlah keseluruhan siswa kelas V adalah 57 orang
Tabel –3: Data Populasi siswa kelas XI tahun 2016-2017
V A 30 siswa
V B 27 siswa
JUMLAH 57 Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur,terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
“Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing”, dan variabel
terikatnya adalah “Keaktifan Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik”.
2. Definisi Konseptual
Berdasarkan kajian pustaka pada BAB II, maka definisi konseptual
untuk variabel Pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing
dalamPendidikan Agama Katolik merupakan suatu model atau strategi yang
khusus untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar dapat bekerja
sama, saling membantu selama proses belajar PAK.
Definisi konseptual untuk keaktifan (Y1) adalah kesadaran siswa untuk
melakukan sesuatu dalam proses belajar mengajar.
Definisi konseptual untuk hasil belajar (Y2) merupakan perubahan
tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diperoleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Definisi Operasional
a. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
Model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing
merupakan suatu model atau serangkaian tindakan dari guru dalam proses
belajar mengajar yang dirancang untuk mempengaruhi pola perilaku dan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
belajar siswa. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran teknik kancing
gemerincing sebagai berikut:
1. Fase Pertama: present goals and set
Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Kemudian
guru mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting
untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan
aturan dalam pembelajaran
2. Fase Kedua: present information
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik
3. Fase Ketiga: organize students into learning teams
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di
dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan
kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk
mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting
jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan
tugas kelompok kepada individu lainnya
4. Fase Keempat: Assist team work and studeny
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-
tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini
bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
5. Fase Kelima: test on the materials
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran
6. Fase Keenam: provide recognition
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada
siswa. Variasistruktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui
usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur
reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya
saling bersaing.
b. Keaktifan siswa
Keaktifan siswa adalah tindakan siswa berinteraksi, bertanya, membaca,
berpendapat selama proses belajar mengajar di sekolah. Indikator keaktifan
siswa dapat dilihat melalui:
1. Keberanian
Ciri khusus seseorang yang memiliki keberanian meliputi: berpikir
secara matang dan terukur sebelum bertindak, mampu memotivasi orang lain,
selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta pikiran dengan
pengetahuan baru menuju ke arah yang benar, bertindak nyata, menciptakan
kemajuan, siap menanggung resiko dan konsisten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
2. Berpartisipasi
Unsur-unsur dalam berpartisipasi yaitu keterlibatan diri peserta didik
dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, dan
kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
c. Hasil Belajar PAK
Hasil belajar adalah nilai akhir yang diperoleh siswa dari proses belajar
PAK. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud mencakup:
1. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penelitian.
2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah Afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yang menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati)
4. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Skala
Pengukuran.Skala pengukuran bersifat langsung karena sisi tepat saat dibagikan.
Setelah diisi langsung dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sama. Selain
itu, untuk memastikan kebenaran model pembelajaran kooperatif teknik kancing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
gemerincing ini berhasil atau tidak diterima oleh siswa maka digunakan
observasi/pengamatan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang variabel yang terdapat dalam
Instrumen.Instrumen tersebut berupa pretest-postest. Adapun variabel yang
hendak diukur dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa kelas
V yang dibandingkan sebelum dan setelah diberikan model pembelajaran
kooperatif teknik kancing gemerincing.Instrumen ini bersifat tertutup, artinya
jawaban untuk pernyataan sudah disediakan pada kolom jawaban. Responden
tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, sebagai berikut:
Tabel – 4: skor keaktifan siswa
Alternatif Jawaban Skor
Selalu-Tidak Pernah 4-1
Setuju-Tidak Setuju 4-1
Menyenangkan-Menyusahkan 4-1
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberikan
skor sesuai dengan kategori di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
6. Kisi-kisi Instrumen
a. Kisi-Kisi Observasi aktivitas Guru menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.
Aspek yang diamati Sub Variabel
Indikator Item
Soal
Proses Pembelajaran
PAK melalui model
pembelajaran
kooperatif teknik
kancing gemerincing
Fase pertama:
present goals
and set
Mengucapkan salam 1
Memberikan apersepsi 2
Menyampaikan masalah
yang menjadi fokus
pembelajaran
3
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
4
Fase kedua:
Present
Information
Menjelaskan peranan siswa 5
Fase ketiga:
organize
students into
learning teams
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
melakukan kegiatan
berkelompok menggunakan
teknik kancing gemerincing
6
Fase keempat:
assist team work
and studeny
Membimbing siswa selama
proses belajar kooperatif
menggunakan teknik
kancing gemerincing
7
Memberikan motivasi pada
siswa
8
Memberikan pujian pada
siswa
9
Fase kelima: test
on the materials
Memberikan informasi
tambahan pada siswa yang
masih merasa kesulitan
10
Mendorong siswa untuk
mengkomunikasikan hasil
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
diskusinya
Membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi
12
Fase keenam:
provide
recognition
Mengarahkan siswa untuk
menjumlahkan skor
tertinggi
13
b. Kisi-Kisi (Pretest-Posttest) Keaktifan Siswa Dalam Belajar PAK
No Sub Variabel Indikator Item
soal
1 Keberanian 1.1 Berpikir secara matang sebelum
bertindak
2
16
1.2 Mampu memotivasi orang lain 2
1.3 Bertindak nyata 6
1.4 Semangat 4
1.5 Siap menanggung resiko 1
1.6 Konsisten 1
2 Berpartisipasi 1.1 Merespons dan berkreasi dalam
kegiatan proses belajar
2
6
1.2 Ingin mencari pengalaman-
pengalaman baru
1
1.3 Optimis 1
1.4 Proaktif 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
c. Kisi-Kisi untuk Melihat Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik
Materi
pokok
Indikator Indikator Soal Item
Rupa-rupa
Karunia Roh
Kudus
Menjelaskan rupa-
rupa Karunia Roh
Kudus dalam
gereja dan untuk
diri sendiri
1. Mana saja karunia Roh
Kudus yang disebut dalam
kutipan KS (1Kor 12:4-11)
2. Karunia mana yang menarik
perhatianmu?
3. Karunia mana yang
dibutuhkan gereja pada saat
ini?
4. Karunia mana yang kamu
butuhkan sendiri?
4
Tempat-
Tempat
Khusus
Untuk
Berdoa
Menjelaskan
sikap dan
tindakan
Yesus dalam
menghormati
rumah ibadat
(Luk 19:45-
48)
Menyebutkan
nama tempat
berdoa dan
Kitab Suci
yang dipakai
oleh masing-
masing agama.
Menjelaskan
mengapa kita
harus
menghormati
tempat ibadat
agama lain.
1. Mengapa Yesus mengusir
para pedagang dari bait
suci?
2. Sebutkan nama tempat
berdoa dan beribadat umat
Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha,
Kong Hu Chu?
3. Sebutkan nama Kitab Suci
agama Islam, Katolik,
Kristen Protestan, Hindu,
Budha, Kong Hu Chu?
4. Jelaskan mengapa kita
harus menghormati tempat-
tempat ibadat itu?
4
Jumlah 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
7. Pengembangan Instrumen
Uji coba yang dipakai dalam pengembangan instrumen ini adalah uji
coba terpakai artinya tanpa mengadakan uji coba sebelum penelitian diadakan,
instrumennya langsung dipakai untuk menganalisis instrumen penelitian. Uji
coba dilakukan dengan mencari validitas dan rebilitas, butir soal yang memiliki
nilai relibilitas dan validitasnya rendah akan dibuang dan tidak dipakai dalam
analisa data sedangkan yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan relibilitas
akan dipakai untuk menguji hipotesis.
8. Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel
(Sujarweni 2008:186). Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan
validitas kontruk yaitu sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung
pada seseorang. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat
diselidiki berbagai komponen sehingga tes dapat disusun berdasarkan
komponen-komponen itu. penelitian dilakukan dengan bantuan program
komputer SPSS versi 20. Untuk mencapai syarat validitas dengan taraf
signifikansi 0,05. Maka, jika signifikansi > 0,05 item tidak valid, jika
signifikansinya < 0,05 item valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
1) Validitas Variabel keaktifan Pertemuan 1
Tabel-5. Validitas Keaktifan pertemuan 1
Butir
Item
Hasil Butir
Item
Hasil
1 0,000 12 0,006
2 0,001 13 0,002
3 0,000 14 0,203
4 0,000 15 0,005
5 0,041 16 0,549
6 0,008 17 0,150
7 0,001 18 0,007
8 0,013 19 0,004
9 0,003 20 0,005
10 0,000 21 0,002
11 0,003 22 0,004
Dari Variabel keaktifan pertemuan 1 terdapat 22 item yang valid
karena nilai signifikansinya < 0,05. Item yang valid tersebut dipakai dalam
analisis data.
2) Validitas Variabel Keaktifan Pertemuan 2
Tabel-6. Validitas Keaktifan Pertemuan 2
Butir
Item
Hasil Butir
Item
Hasil
1 0,000 12 0,008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
2 0,019 13 0,000
3 1,015 14 0,007
4 0,003 15 0,111
5 0,013 16 0,000
6 0,001 17 0,001
7 0,004 18 0,013
8 0,001 19 0,004
9 0,006 20 0,002
10 0,002 21 0,009
11 0,000 22 0,001
Dari Variabel keaktifan pertemuan 2 terdapat 22 item yang valid karena
nilai signifikansinya < 0,05. Item yang valid tersebut dipakai dalam analisis
data.
b. Uji Reliabilitas
Relibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk
kuesioner (Sujarweni 2008:187). Uji relibilitas dapat dilakukan secara
bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Dalam penelitian ini, uji
relibilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha Cronbach menggunakan
program SPSS 20. Jika nilai alpha kurang 0,60 maka relibilitasnya adalah
kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
1) Uji Relibilitas Keaktifan Pertemuan 1
Tabel-7.Relibilitas Pertemuan 1
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 57 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 57 100,0
Diketahui bahwa data atau case yang valid jumlahnya 57 dengan
persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exlude).
Tabel-8. Reliabilitas Statistik Pertemuan 1
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of
Items
,774 ,770 22
Diketahui nilai Cronbach Alpha 0,774. Jika nikai Alpha kurang 0,60
maka reliabilitasnya adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan
diatas 0,8 adalah baik. Karena nilainya diatas 0,7 maka hasilnya dapat
diterima. Sedangkan jumlah item (N) adalah 22 item pernyataan yang valid.
Dari data tersebut dapat disimpulkan keaktifan pertemuan 1 mempunyai
reliabilitas yang dapat diterima.
2) Uji Reliabilitas Keaktifan Pertemuan 2
Tabel-9. Reliabilitas Pertemuan 2
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 57 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 57 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Diketahui bahwa data atau case yang valid jumlahnya 57 dengan
persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exlude).
Tabel-10. Reliabilitas Statistik Pertemuan 2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
,795 ,802 22
Diketahui nilai Cronbach Alpha 0,774. Jika nikai Alpha kurang 0,60 maka
reliabilitasnya adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8
adalah baik. Karena nilainya diatas 0,8 maka hasilnya baik. Sedangkan jumlah
item (N) adalah 22 item pernyataan yang valid. Dari data tersebut dapat
disimpulkan keaktifan pertemuan 1 mempunyai reliabilitas yang sangat baik.
F. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis uji t
(sampel berpasangan) untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel
berpasangan. Uji ini bisa dilakukan pada subjek sebelum dan sesudah suatu
proses. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah keaktifan sebelum
dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing. Maka kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi < 0,05
maka terjadi perbedaan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Untuk melakukan uji t diperlukan data yang berskala interval atau ratio
yang dalam SPSS disebut scale. Adapun skala yang digunakan dalam
pengukuran penelitian ini adalah skala likert seperti yang dijelaskan diatas.
1. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data digunakan
untuk seluruh data yang akan diolah. Dalam pembahasan ini peneliti
menggunakan uji normalitas dengan metode one sample kolmpgprov-smirnov
dengan taraf signifikansi 0,05 bertujuan untuk menentukan jenis statistik yang
akan digunakan. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang
ada normal atau tidak normal sebagai berikut:
1) Jika signifikansinya (2-tailed) lebih dari 5% atau 0,05 (>0,05), maka
distribusi data normal. jika data berdistribusi normal, maka teknik statistik
inferensial yang digunakan yaitu statistik parametrik uji t (independent-
samples t-test dan paired-samples t-test) dengan tingkat kepercayaan 95%
2) Jika signifikansi (2-tailed) kurang dari 5% atau 0,05 (< 0,05), maka
distribusi data tidak normal. Jika tidak berdistribusi normal, maka teknik
statistik yang digunakan yaitu statistik non parametrik (Two Related
Samples Tests (uji 2 sampel berpasangan) dengan uji Wilcoxon dan two
Independent Samples Test (uji 2 sampel bebas) dengan uji Mann Whitney)
dengan tingkat kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
b. Uji Hipotesis
1) Uji hipotesis untuk melihat perbedaan selisih hasil nilai pretest ke
postest pada sampel sebanyak 57 orang.
Uji perbedaan pretest ke postest pada sampel sebanyak 57 orang
digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai pretest kepostest
yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 5%. Syarat yang digunakan
untuk uji perbedaan pretest ke postest yaitu:
a) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan
antara pretest dengan postest.
b) Jika nilai > 0,05, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest
dengan postest.
Ho= tidak ada perbedaan yang signifikan antara Y1 dengan Y2
Ha= Terdapat perbedaan yang signifikan antara Y1 dengan Y2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang uji persyaratan analisis, penelitian pengujian
hipotesis, pembahasan dan refleksi.
Hasil penelitian akan dianalisis berdasarkan SPSS versi 20 untuk
instrumen pretest-postest yang telah dibuat dan diisi guna penelitian Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius
Wirobrajan I, Yogyakarta. Pretest dan postest yang disebarkan sebanyak 57
siswa.
A. Hasil Penelitian
1. Uji Persyaratan Analisis
Asumsi normalitas merupakan prasyarat dari kebanyakan prosedur
statistika inferential.Ada beberapa cara untuk mengeksplorasi asumsi normalitas
antara lain dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan Kolmogorof-Smirnov. Untuk
menggunakan metode Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro Wilk dengan membaca
nilai Signifikansi. Jika signifikansinya kurang dari 0,05 berarti data tidak
berdistribusi normal. Tetapi jika signifikansi lebih dari 0,05, maka data
berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pengujian akan dilakukan untuk menguji perbedaan hasil pretest ke
postest pada sampel sebanyak 57 siswa dengan menggunakan bantuan program
komputer SPSS versi 20.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah semua variabel
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus kolmogorov-
Smirnov dalam perhitungan menggunakan SPSS 20. Berdasarkan analisis total
pretest-postest (Y1-Y2) maka diperoleh data pada tabel berikut ini:
Tabel – 11: Hasil Uji Normalitas Pertemuan Pertama
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
PRETEST ,075 57 ,200* ,990 57 ,927
POSTEST ,084 57 ,200* ,983 57 ,597
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total
keseluruhan variabel Y1 (pretest) sebesar 0,200 dan variabel Y2 (postest)
sebesar 0, 200. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 dan Y2 berdistribusi normal,
karena di atas 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel – 12: Hasil Uji Normalitas Pertemuan Kedua
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
PRETEST ,089 57 ,200* ,987 57 ,818
POSTEST ,107 57 ,157 ,986 57 ,727
Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total
keseluruhan variabel Y1 (pretest) sebesar 0,200 dan variabel Y2 (postest)
sebesar 0, 157. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 dan Y2 berdistribusi normal,
karena di atas 0,05.
b. Uji Homokedastisitas
Setelah diketahui tingkat kenormalan data, maka selanjutnya dilakukan uji
homokedastisitas. Uji homokedastisitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kesamaan varians antara dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Hasil uji homokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel – 13: Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 132,86 146,14 139,37 2,708 57
Residual -13,347 14,257 ,000 6,203 57
Std. Predicted
Value -2,402 2,500 ,000 1,000 57
Std. Residual -2,132 2,278 ,000 ,991 57
Dari Scatterplot antara standardized residual *ZRESID dan standardized
predicted value *ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar diantara titik
nol (0) pada sumbu x dan y dengan demikian bisa dianggap residual mempunyai
variance konstan (Homocedasticity).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
B. Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. Analisis yang
digunakan adalah analisis uji Paired Samples t-test atau uji t sampel
berpasangan.Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji
perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek
yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dan motivasi sesudah
(postest) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing.
Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi < 0,05, maka terjadi
perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai > 0,05 maka tidak ada
perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai
berikut:
Tabel–14.Perbedaan Mean Pretest – Postest Kelas V SD
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Pre_Test 127,07 57 8,773 1,162
Post_Test 139,37 57 6,768 ,896
Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai
sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (postest). Output tersebut terdiri dari
jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std Error Mean.
Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 57, mean pretest sebesar
127,07 dan postest sebesar 139,37, Std. Deviation 8,773 dan 6,768, dan Std.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Error Mean 1.162 dan 896. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
perbedaan nilai sebelum (pretest) perlakuan dan setelah (poatest) diberikan
perlakuan menurun.
Dalam menguji hipotesis di uji berdasarkan ketentuan bila signifikansi
0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu pula sebaliknya, bila signifikansi
> 0,05 maka Ho diterima. Nilai pretest pada matrik korelasi menunjukkan angka
sebesar 0,400. Oleh karena itu Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikansi antara pretest
(sebelum ada perlakuan) dan postest (setelah mendapat perlakuan).
Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, maka uji hipotesis yang
digunakan adalah dengan uji paired sampel t-test. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dari model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing terhadap keaktifan belajar siswa. Maka untuk melihat hasil uji
paired sampel t-test pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing terhadap keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel-15. Uji Paired Samples Test Uji T-Test
Paired Differences T Df Sig.
(2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Pre_Test -
Post_Test -12,298 8,675 1,149 -14,600 -9,997 -10,704 56 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan
(paired sampe t-Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada
perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika
signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan
sesudah perlakuan.
Keterangan pengujian
(a) Jika signifikansi <0,05, maka Ho ditolak
(b) Jika signifikansi >0,05, maka Ho diterima
Dari output dapat dilihat signifikansisi (2-tailed) adalah 0,000. Karena
signifikansi <0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakukan.
2. Uji Normalitas dan uji Hipotesis Perkelas
1). Kelas 5a
a). Uji Normalitas kelas 5a
Dalam uji normalitas kelas 5a ini, data yang dianalisis adalah sampel
berjumlah 30 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memenuhi kriteria
valid. Setelah item total pretest-postest dianalisis menggunakan SPSS 20
diperoleh data pada tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tabel -16. Hasil Uji Normalitas kelas 5a
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest kelas 5a .172 30 .024 .928 30 .044
Postest kelas 5a .201 30 .003 .835 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas
5a variabel Y1 (pretest) sebesar 0,024 dan variabel Y2 (postest) sebesar 0,003.
Jadi, kesimpulannya adalah data variabel Y1 dan Y2 tidak berdistribusi normal
karena kurang dari 0,05.
b). Uji Hipotesis
Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. analisis yang
digunakan adalah analisis uji paired sampels t-test atau uji t sampel berpasangan.
Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua
rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan
adalah motivasi (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing dan motivasi sesudah (postest) menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.
Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi <0,05, maka terjadi
perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada perbedaan
yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:
(1) Analisis Deskriptif Statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel - 17. Perbedaan Mean Pretest-Postest kelas 5a
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest kelas 5a 61.67 30 4.581 .836
Postest kelas 5a 72.40 30 3.635 .664
Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai
sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (postest). Output tersebut terdiri dari
jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation Dan Std. Error
Mean. Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 30, Mean pretest
61,67 dan postest 72,40, Std. Deviation 4.581 dan 3.635, dan Std. Error Mean
836 dan 664. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan meningkat.
(2) Uji Hipotesis
Tabel - 18. Hasil uji T-Test kelas 5a
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Pretest 1kelas 5a -
Postest kelas 5a -10.733 6.324 1.155 -13.095 -8.372 -9.296 29 .000
Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan
(paired samples t-test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
perbedaan nilai test antara sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan jika
signifikansi lebih dari 0,05 maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan
setelah perlakuan. Dari output dapat dilihat bahwa signifikansi (2-tailed) adalah
0.000. karena signifikansi <0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat di simpulkan
bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
2). Kelas 5b
a). Uji Normalitas
Dalam uji normalitas kelas 5b, data yang dianalisis adalah sampel
berjumlah 27 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memenuhi kriteria
valid. Setelah item total pretest-postest (Y1-Y2) dianalisis menggunakan SPSS
20 diperoleh data pada tabel berikut ini:
Tabel - 19.Hasil Uji Normalitas kelas 5b
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Pretest kelas 5b .095 27 .200* .976 27 .774
Postest kelas 5b .148 27 .137 .955 27 .279
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas
5b variabel Y1 (pretest) sebesar 0,200 dan variabel Y2 (postest) sebesar 0,137.
Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 dan Y2 berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
b). Uji Hipotesis
Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. analisis yang
digunakan adalah analisis uji paired sampels t-test atau uji t sampel berpasangan.
Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua
rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan
adalah motivasi (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing dan motivasi sesudah (postest) menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.
Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi <0,05, maka terjadi
perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada perbedaan
yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:
(1) Analisis Deskriptif Statistik
Tabel - 20. Perbedaan Mean Pretest-postest Kelas 5b
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest kelas 5b 60.44 27 5.221 1.005
Postest kelas 5b 68.52 27 6.369 1.226
Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai
sebelum dan setelah perlakuan. Output tersebut terdiri dari jumlah data (N),
rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std. Error Mean. Dari output
dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 27, Mean pretest 60,44 dan postest
68,52, Std, Deviation 5,221 dan 6,369, dan Std. Error Mean 1.005 dan 1.226.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai sebelum dan setelah
diberikan perlakuan meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(2) Uji Hipotesis
Tabel- 21. Hasil Uji T-Test Kelas 5b
Paired Samples Test
Paired Differences
T Df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Pretest kelas 5b -
Postest kelas 5b -8.074 7.060 1.359 -10.867 -5.281 -5.943 26 .000
Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan
(Paired samples t-Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada
perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika
signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan
setelah perlakuan. Dari output dapat dilihat bahwa signifikansi (2-tailed) adalah
0,000. Karena signifikansi <0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan baha
ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
C. Hasil Belajar siswa
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Adapun hasil
belajar yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama dan kedua secara
keseluruhan dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel - 22. Rangkuman Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Statistics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Hasil Belajar
N Valid 57
Missing 0
Jumlah Instrumen 10
Mean 147,37
Std. Error of Mean 1,538
Median 145,00
Mode 145
Std. Daviation 11,615
Variance 134,915
Range 60
Minimum 125
Maximum 185
Sum 8400
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 57 anak dengan jumlah instrumen
10 butir diketahui bahwa rata-rata skor hasil siswa harga mean147,37 dengan
standar deviasi 11,615. Untuk range adalah 60 dengan skor minimum 125 dan
skor maksimum 185. Sedangkan nilai tengah dari hasil siswa (median) adalah
145,00 serta nilai mode adalah 145.Sementara itu, berdasarkan data yang
diperoleh maka dapat dideskripsikan bahwa hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut:
Tabel- 23. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pertemuan 1 dan 2
Keterangan
Nilai Siswa
Pertemuan 1 Pertemuan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Total Nilai 4170 4230
Rata-Rata 73,16 74,21
Nilai Tertinggi 90 95
Nilai Terendah 50 55
Jumlah Siswa Tuntas 36 38
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 21 19
Capaian Siswa Tuntas 72% 75%
Capaian Siswa Tidak Tuntas 18% 15%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil tes pertemuan pertama
dan kedua yang diikuti oleh 57 siswa memiliki nilai rata-rata 73-74. Dengan 36-
38 siswa yang dapat dinyatakan sudah mencapai nilai ketuntasan dengan capaian
72-75% serta siswa yang belum tuntas ada 19 – 21 siswa dengan capaian sebesar
15-18%.
Tabel- 24. Hasil Belajar Siswa Pertemuan 1
Kriteria
Pencapaian
Interval Jumlah Anak
(57)
Persentase
%
Sangat Tinggi (ST) 84-100 4 7%
Tinggi (T) 68-83 41 72%
Sedang (S) 52-67 11 19%
Rendah (R) 36-51 1 2%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Sangat Rendah (SR) 20-35 0 0%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang mencapai
kriteria sangat tinggi yaitu 7%, tinggi 72%, sedang 19%, rendah 2%, dan tidak
ada siswa yang mencapai kriteria sangat rendah.
Tabel - 25. Hasil Belajar Siswa Pertemuan 2
Dari hasil upaya yang telah dilakukan pada pertemuan 1, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Kriteria
Pencapaian
Interval Jumlah Anak
(57)
Persentase
%
Sangat Tinggi (ST) 84-100 7 12%
Tinggi (T) 68-83 40 70%
Sedang (S) 52-67 10 18%
Rendah (R) 36-51 0 0%
Sangat Rendah (SR) 20-35 0 0%
Dari tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada pertemuan 2
mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Hal ini terlihat dari persentase
kriteria pencapaian siswa pada pertemuan kedua sebanyak sangat tinggi 12%,
tinggi 70%, sedang 18%.
Tabel- 26. Uji T-test untuk hasil belajar siswa pertemuan 1 dan 2
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
(2-
tailed)
Lower Upper
Pair
1
Pre_Test -
Post_Test -12,298 8,675 1,149 -14,600 -9,997 -10,704 56 ,000
D. Refleksi Kateketis
1. Aspek Kateketis dalam Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Kancing Gemerincing
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing merupakan
salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir
bersama, mendengar pandangan dan pemikiran anggota lain, di mana masing-
masing siswa telah diberikan kancing dalam kelompok untuk bekerjasama dalam
kegiatan diskusi. Jadi, dalam kegiatan kancing gemerincing masing-masing
anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.
Model pembelajaran ini melatih siswa untuk dapat bekerjasama dan
menghargai pendapat orang lain dan membuat siswa terbiasa dengan adanya
perbedaan. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan konteks PAK, maka model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing merupakan sebuah model
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dalam berpikir bersama, dimana masing-masing siswa diberikan 2-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
kancing, kemudian setiap kali mengeluarkan pendapat harus menyerahkan salah
satu kancingnya, jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis makan siswa
tersebut tidak boleh berbicara sampai semua rekan menghabiskan kancingnya.
Namun apabila kancing habis sebelum tugas selesai maka kelompok boleh
mengambil kesepakatan untuk membagi kancing dalam masing-masing
kelompoknya untuk bekerjasama dalam kegiatan diskusi belajar PAK.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa ada aspek kateketis yang menjadi
bagian terpenting bagi Gereja untuk memberikan katekese. Model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan aspek kebersamaan
yang berarti ada interaksi mendalam antara yang satu dengan yang lainnya.
Dengan adanya interaksi tersebut bisa digunakan untuk strategi pewartaan kabar
gembira yaitu dengan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing dengan tujuan untuk memperdalam iman dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada saat
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK).
2. Aspek Kateketis dalam Keaktifan Siswa
Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa adalah
sebuah tindakan bertanya, berpendapat, maupun berinteraksi dengan guru dan
dengan sesama siswa dalam proses belajar mengajar. Aspek-aspek dalam
keaktifan siswa dapat dilihat dengan melihat aktivitas siswa yang
diklasifikasikan menjadi aktivitas mata, telinga, mulut, tangan, gerak, mental,
dan emosi. Keaktifan siswa tidak bisa dilepaskan dari interaksi dengan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
maupun siswa lain sehingga guru dan siswa lain turut mempengaruhi keaktifan.
Dipertegas lagi oleh Ahmad & Supriyono (2004:207) yang mengemukakan
bahwa siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional
dalam kegiatan belajar. Bila dikaitkan dengan PAK, maka keaktifan belajar PAK
adalah cara seseorang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan dan
kemauannya dalam mengikuti proses belajar PAK di kelas.
Dengan uraian di atas dapat diartikan bahwa dengan adanya keaktifan
siswa dalam proses belajar mampu mendukung pewartaan di dalam belajar PAK.
Dengan demikian, aspek kateketis dalam keaktifitas belajar PAK terlihat dari
hasil belajar yang dicapai siswa. Pada saat hasil belajar tercapai maka aspek
keaktifan siswa ini mempengaruhi katekese.
3. Aspek Kateketis dalam Hasil Belajar
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa menerima
pengalaman belajarnya. Bisa juga dikatakan bahwa, hasil belajar adalah nilai
akhir yang diperoleh masing-masing siswa dalam proses belajar mencakup tiga
hal yakni kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik
(bertindak).Hal ini dapat dipandang melalui dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran.
Jika dikaitkan dengan hasil belajar PAK artinya suatu penilaian akhir dari
proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan
tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-
lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individual
yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah
cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa keterbatasan,
kekurangan dan hambatan sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diasumsi bahwa responden
menjawab sesuai dengan keadaan dan pengalaman yang sebenarnya
sehingga kebenaran data dapat diukur dengan baik. Bila responden dalam
mengisi pretest-postest tidak sesuai dengan realita dan pengalaman yang
sebenarnya. Kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran data dapat diukur
dengan baik.
2. Peneliti mengalami keterbatasan dalam mencari buku-buku acuan yang
mendukung penelitian ini khususnya mengenai variabel model pembelajaran
kooperatatif teknik kancing gemerincing yang memiliki sumber refrensi
yang terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
3. Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam pengetahuan dan
kemampuan membuat pernyataan pretest-postest yang bisa menggambarkan
dan menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing, keaktifan siswa dan hasil belajar PAK dalam arti menjelaskan
semua indikator sesuai dengan kemampuan siswa.
4. Peneliti memiliki hambatan dalam materi, kesehatan dan keuangan sehingga
kesulitan untuk mengerjakan secara maksimal dalam proses penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing merupakan
salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir
bersama, mendengar pandangan dan pemikiran anggota lain, di mana masing-
masing siswa telah diberikan kancing dalam kelompok untuk bekerjasama dalam
kegiatan diskusi. Keaktifan siswa adalah sebuah tindakan bertanya, berpendapat,
maupun berinteraksi dengan guru maupun dengan sesama siswa dalam proses
belajar mengajar.Berdasarkan hasil pretes-postest pertemuan pertama dan kedua
maka hasil mean yang diperoleh adalah 12,298. Sedangkan hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya. Bisa juga dikatakan bahwa, hasil belajar
adalah nilai akhir yang diperoleh siswa dalam proses belajar mencakup tiga hal
yakni kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik
(bertindak).Maka, hasil pretest dan postest Mean adalah 147,37.
Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing
terhadap keaktifan siswa karena berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan
adanya hasil yang diperoleh berdasarkan nilai pretest sebesar 0, 200 dan postest
sebesar 0,200 diuji normaalitassedangkan untuk mean pretest dan postest
mengalami peningkatan dari 127,07 menjadi 139,37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Maka, uji hipotesis penelitian ini adalah, Ha: diterima dan Ho: ditolak,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (signifikansi <0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu
model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap variabel
terikat yaitu keaktifan dan hasil belajar PAK.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan beberapa
saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan keaktifan siswa dan
hasil belajar PAK melalui model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing di kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta:
1. Guru
Guru perlu membiasakan menggunakan metode pembelajaran yang
bervariatif sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh dalam kegiatan
pembelajaran dikelasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan
keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Untuk itu, guru sebaiknya mampu
mengembangkan metode pembelajaran secara kreatif sehingga permasalahan
yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas bisa terpecahkan. Salah satu
model yang peneliti tawarkan bagi guru adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam proses belajar
mengajar. Karena model ini mampu melatih kerjasama antar siswa dan
membangun interaksi yang baik diantara mereka seperti tidak membeda-bedakan
teman, saling mendengarkan dan menghargai pendapat satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya mengawasi tindakan guru saat melaksanakan
proses belajar mengajar. Agar guru mengajar tidak monoton karena akan
berakibat buruk bagi perkembangan nilai hasil belajar siswa. Kepala sekolah
harus tegas dan bersifat mengarahkan kepada para guru dengan maksud
menciptakan pembelajaran yang berkualitas.
3. Bagi Siswa
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yakni sebagai
berikut:
Saat guru menggunakan metode dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya
siswa memahami langkah pembelajarannya dan memahami tujuan
penggunaan metode tersebut. Siswa yang tidak memahami langkah-langkah
pembelajaran menjadikan mereka kebingungan dengan apa yang mesti
dikerjakan. Mereka tidak akan dapat menyerap materi pembelajaran yang
diberikan guru.
Pembelajaran dengan teknik ini akan berlangsung dengan maksimal apabila
siswa terlebih dahulu menyiapkan diri dengan mempelajari materi yang
akan dibahas, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung siswa akan
lebih mudah menangkap dan mengerti penjelasan guru. Hal ini akan
memudahkan siswa dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan
permasalahan pada lembar kerja siswa yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning (mempraktekkan cooperative learning di
ruang-ruang kelas). Jakarta: Grasindo
Dapiyanta, FX. 2008. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah.Diktat Kuliah Program Studi Pendidikan Agama
Katolik. Universitas Sanata Dharma.
_____________. 2008. Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Dasar. Diktat
Kuliah Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Universitas
Sanata Dharma.
Daryanto & Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Penerbit: Gava
Media
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar & pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Goome, Thomas H. 2010. Christian Religious Education: Sharing Our Story and
Vision. San Fransisco: Harper and Ron Publisher
Heryatno Wono Wulung, FX. 2003. Pengantar PAK Sekolah. Diktat Kuliah
Program Studi Pendidikan Agama Katolik.Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Elfabeta
Jihad, A & Haris, A. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo
Kemanterian Pendidikan dan kebudayaan RI. Pendidikan Agama Katolik dan
budi Pekerti (kurikulum 2013). Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif
Kunandar. 2014. Penelitian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik
berdasarkan kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers
Miftahul Huda. 2011. Coopertive Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
____________. 2013. Model-model Pengajaran & Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Muhibbin Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi aksara
Setyakarjana. 1997. Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Puskat
Slameto. 2010. Belajar & faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning (teori riset & praktik). Bandung:
Penerbit Nusa Media
Sugandi, Achmad. 2004. Teori pembelajaran. Semarang: UNNES Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R & D).Bandung: ALFABETA
Trihendradi. C. 2009. Langkah mudah menguasai statistik menggunakan SPSS
15. Yogyakarta: Penerbit Andi
____________. 2013. Langkah mudah menguasai statistik menggunakan SPSS
21. Yogyakarta: Penerbit Andi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta:
Kencana Pranada Media
Winkel, W.S. 2012. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Pel. 18 Rupa-Rupa Karunia Roh Kudus)
Nama Sekolah : SD Kanisius Wirobrajan I
Kelas/Semester :............/.............
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Alokasi waktu : 2 X 40 menit
Pelaksanaan :..............................................
I. STANDAR KOMPETENSI
Siswa memahami tantangan dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan
Allah sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama serta Yesus
Kristus dan para pengikut-Nya. Sekaligus menumbuhkan keyakinan bahwa
Allah akan selalu menguatkan mereka melalui Roh Kudus sehingga mereka
mampu mewujudkannya dalam hidup bersama, baik sebagai laki-laki maupun
sebagai perempuan.
II. KOMPOTENSI DASAR
Siswa memahami dan menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang
terungkap melalui doa-doa dan diwujudkan melalui tindakan-tindakan jujur
dan adil dalam Gereja dan masyarakat.
III. INDIKATOR
a. Menyebutkan kemampuan-kemampuan khas yang dimiliki orang-orang di
sekitarnya dan apa manfaat kemampuan-kemampuan itu untuk hidup
bersama di lingkungan sekolah dan masyarakat.
b. Menjelaskan bahwa setiap orang diberi karunia Roh Kudus untuk
membangun hidup bersama
c. Menjelaskan maksud Tuhan memberikan karunia Roh Kudus kepada kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing, siswa
dapatmenyebutkan manfaat kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
2. Menjelaskan Maksud Tuhan Memberikan Kemampuan Kepada Setiap
Orang,
3. Menceritakan Kembali Cerita Kitab Suci ”Rupa-Rupa Karunia, Tetapi
Satu Roh”,
4. Menyebutkan Kemampuan Khas Yang Dimiliki Setiap Orang Yang Dapat
Disumbangkan Untuk Kehidupan Bersama.
V. MATERI PEMBELAJARAN
Rupa-Rupa Karunia Roh Kudus
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
- Model pembelajaran : Kooperatif teknik kancing gemerincing
- Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No Kegiatan Waktu Karakter yang
dikembangkan
1 Pendahuluan
a. Guru membuka pembelajaran
b. Guru mengkondisikan siswa
c. Guru memberikan motivasi sebelum
bersiap untuk menerima materi
pembelajaran
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
e. Guru melakukan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi untuk
10
menit
Perhatian,
semangat dan
rasa ingin tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
apresiasi
f. Guru membagi pre test sebelum
memulai pelajaran (terlampir)
2 Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan mengenai materi
yang akan dibahas
b. Guru mengajak siswa menulis
talenta yang dimilikinyakemudian
memplenokan di depan kelas
c. Guru mengajak siswa membaca atau
mendengarkan cerita “Rupa-rupa
Karunia, tetapi Satu Roh” (1Kor
12:4-11)
d. Siswa menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan cerita tersebut.
(pertanyaan terlampir)
e. Siswa mendengarkan penjelasan
guru tentang rupa-rupa karunia,
tetapi satu Roh
f. Siswa menulis tindakan-tindakan
yang menghambat dan membantu
seseorang mengembangkan talenta
g. Siswa membuat rangkuman bersama
45
menit
Kerja keras,
kreatif, mandiri,
kritis, dan
gotong royong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
tentang topik yang sedang
dibicarakan
h. Siswa menulis doa syukur atas
kemampuan yang Tuhan berikan
kepadanya.
3 Kegiatan Penutup
- Siswa mengerjakan soal latihan
(terlampir)
- Setelah siswa selesai mengerjakan
soal latihan
- Guru memberikan post test
(terlampir)
- Guru menutup pelajaran
25
menit
Tanggung
jawab, mandiri,
disiplin
VIII. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian : Tertulis
2. Alat Penelitian : soal uraian
IX. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Menjadi Murid Yesus, PAK SD Buku Guru dan Buku Murid 5 Pelajaran
18
b. Kitab Suci
c. Pengalaman Siswa
X. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 ayat kitab suci
2. Lampiran 2 lembar diskusi kelompok
3. Lampiran 4 pretest dan postest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
RUPA-RUPA KARUNIA, TETAPI SATU ROH
(1KOR 12:4-11)
Ada rupa-rupa karunia, tetaoi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan
tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah
satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.
Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk
kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk
berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan
karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan
mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan
kepada yang lain lagi ia memberikan karunia untuk membeda bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa Roh
itu. tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendaki-Nya.
PERTANYAAN:
(Tugas Kelompok)
1. Mana saja karunia Roh Kudus yang disebut dalam kutipan Kitab Suci di
atas?
2. Karunia mana yang menarik perhatianmu? Mengapa?
3. Karunia mana yang dibutuhkan gereja pada saat ini?
4. Sebutkan hal-hal yang menghambat dan membantu seseorang untuk
mengembangkan karunia yang dimilikinya!
5. Buatlah salah satu doa atau puisi yang sesuai dengan tema “Rupa-Rupa
Karunia Roh Kudus”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Pel. 19 Tempat-Tempat Khusus Untuk Berdoa)
Nama Sekolah : SD Kanisius Wirobrajan I
Kelas/Semester :............/.............
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Alokasi waktu :2 X 40 menit
Pelaksanaan :..............................................
I. STANDAR KOMPETENSI
Siswa memahami tantangan dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah
sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama serta Yesus Kristus
dan para pengikut-Nya. Sekaligus menumbuhkan keyakinan bahwa Allah
akan selalu menguatkan mereka melalui Roh Kudus sehingga mereka mampu
mewujudkannya dalam hidup bersama, baik sebagai laki-laki maupun sebagai
perempuan.
II. KOMPOTENSI DASAR
Siswa memahami dan menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang
terungkap melalui doa-doa dan diwujudkan melalui tindakan-tindakan jujur
dan adil dalam Gereja dan masyarakat.
III. INDIKATOR
a. Menyebutkan nama tempat-tempat ibadat umat beragama yang ada di
Indonesia.
b. Menyebutkan sikap dan tindakan ketika berada di rumah ibadat.
c. Menjelaskan bahwa Yesus menyediakan waktu khusus untuk berada di
rumah ibadat.
d. Menyebutkan alasanYesus mengusir orang yang berjualan di rumah
ibadat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing,
Siswa Dapat Menyebutkan Nama-Nama Tempat Ibadat Umat Beragama
Yang Ada Di Indonesia.
2. Memiliki Sikap Menghormati Tempat-Tempat Ibadat.
3. Menjelaskan Cara YesusMenyucikan Bait Allah.
4. Menyebutkan Bagian-Bagian Tertentu Yang Dianggap Suci Dalam
Tempat Ibadat
V. MATERI PEMBELAJARAN
Tempat-Tempat Khusus Untuk Berdoa
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
- Model pembelajaran : Kooperatif teknik kancing gemerincing
- Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja mandiri
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No Kegiatan Waktu Karakter yang
dikembangkan
1 Pendahuluan
a. Guru membuka pembelajaran
b. Guru mengkondisikan siswa
c. Guru memberikan motivasi sebelum
bersiap untuk menerima materi
pembelajaran
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
e. Guru melakukan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi untuk
apresiasi
10
menit
Perhatian,
semangat dan
rasa ingin tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
f. Guru membagi pre test sebelum
memulai pelajaran (terlampir)
2 Kegiatan Inti
a. Guru memperlihatkan gambar
tempat-tempat ibadat umat beragama
di indonesia
b. Guru mengajak siswa menulis nama-
nama agama serta nama alkitabnya
c. Guru mengajak siswa memplenokan
hasil jawaban
d. Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang tempat-tempat ibadat
e. Siswa mendengarkan atau membaca
cerita alkitab “Yesus Menyucikan
Bait Allah”
f. Siswa menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan cerita
g. Guru mengajak siswa menulis sikap
yang pantas dan tidak pantas dalam
rumah ibadat
45
menit
Kerja keras,
kreatif, mandiri,
kritis, dan
gotong royong
3 Kegiatan Penutup
- Siswa mengerjakan soal latihan
(terlampir)
25
menit
Tanggung
jawab, mandiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
- Setelah siswa selesai mengerjakan
soal latihan
- Guru memberikan post test
(terlampir)
- Guru menutup pelajaran dengan doa
disiplin
VIII. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian : Tertulis
2. Alat Penelitian : soal uraian
IX. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Menjadi Murid Yesus, PAK SD Buku Guru dan Buku Murid 5 Pelajaran
18
b. Kitab Suci, gambar
c. Pengalaman Siswa, internet
X. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 ayat kitab suci
2. Lampiran 2 lembar diskusi kelompok
3. Lampiran 4 pre test dan post test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH
(LUKAS 19:45-48)
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua
pedagang di situ, kataNya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumahku adalah rumah
doa. Tetapi kamu menjadikan sarang penyamun”.
Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-iman kepala dan
ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk
membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu bagaimana harus melakukannya,
sebab seluruh rakyat terpikat kepadaNya dan ingin mendengarkan Dia.
PERTANYAAN:
(Tugas kelompok)
1. Mengapa Yesus mengusir para pedagang dari bait Allah?
2. Sebutkan nama tempat berdoa dan beribadat umat Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu?
3. Sebutkan nama Kitab Suci agama Islam, Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Budha, Kong Hu Chu?
4. Mengapa kita harus menghormati tempat-tempat ibadat itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Tempat Ibadat Masing-Masing Agama Di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 3:Kisi-kisi Observasi/Pengamatan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik kancing Gemerincing
LEMBAR PENGAMATAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK KANCING GEMERINCING
Sekolah : Nama Guru:
Kelas : Tanggal :
Pokok Bahasan: Pukul :
Petunjuk :
Berilah tanda check () pada kolom hasil pengamatan yang sesuai, pilih “YA”
apabila butir-butir pengamatan memang muncul dan pilih “TIDAK” apabila butir-
butir instrumen tersebut tidak muncul dalam proses pembelajaran Agama Katolik
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.
No Aspek yang diamati Dilakukan
Ya Tidak
1 Guru mengucapkan salam sebelum memulai
pelajaran
2 Guru memberikan apersepsi untuk mengarahkan
siswa pada materi Agama Katolik yang diajarkan.
3 Guru menyampaikan masalah yang menjadi fokus
pembelajaran
4 Guru menjelaskan peranan siswa dalam proses
pembelajaran
5 Guru menerapkan Teknik Kancing Gemerincing
dengan menjelaskan terlebih dahulu pertaurannya
6 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
melalukan kegiatan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
7 Guru membimbing kelompok saat diskusi
8 Guru memberikan motivasi pada siswa yang
masih kurang bersemangat dalam kegiatan
kelompok
9 Guru memberikan pujian kepada siswa yang giat
10 Guru memberikan informasi tambahan pada siswa
yang masih kesulitan
11 Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
berani maju ke depan untuk mengkomunikasikan
hasil diskusinya di depan kelas
12 Guru menyimpulkan materi dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
13 Guru memberikan reward/penghargaan kepada
tim yang mendpatkan nilai tertinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Lampiran 4:Kisi-Kisi Keaktifan Siswa dalam Belajar PAK
A. Identitas
Nama :............................................................................
Kelas/No.Absen :................/.................
Jenis Kelamin : Perempuan/Laki-laki
B. Petunjuk
a. Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik
b. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan perasaan anda pada kolom yang
tersedia
c. Adapun cara menjawab dengan memberikan tanda ceck list () pada
setiap pernyataan anda pilih.
Contoh:
No Pernyataan Jawaban
SS S TP STP
1 Saya menjawab pertanyaan yang diajukan
guru
Keterangan:
SS : Sangat Sering
S :Sering
TP :Tidak Pernah
STP : Sangat Tidak Pernah
C. Tes Objektif Keaktifan Siswa
No Pernyataan Jawaban
SS S TP STP
4 3 2 1
1 Saya mengerjakan tugas dengan sungguh-
sungguh dan teliti
2 Saya dapat memberikan contoh dengan
tepat dan benar
3 Saya membantu dan mendukung teman
yang kesulitan
4 Sewaktu saya mengeluarkan pendapat,
saya juga memberikan kesempatan kepada
teman yang lain untuk bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
5 Saya dapat mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
6 Di dalam kelas dan dalam tugas kelompok,
saya dapat menjadi teladan bagi teman
7 Saya membaca buku pelajaran yang
berhubungan dengan materi
8 Saya menjaga ketertiban saat belajar
Agama di kelas
9 Saya aktif mencari berbagai informasi
yang terkait dengan materi Agama Katolik.
10 Saya bertanya kepada guru atau siswa lain
11 Saya berusaha mengumpulkan tugas tepat
waktu
12 Saya aktif mengikuti kegiatan belajar di
kelas
13 Setiap ada jam Pelajaran Agama Katolik,
saya mengikuti dengan serius.
14 Mengikuti Pelajaran Agama Katolik
membuat saya gembira
15 Saya mampu bertanggungjawab
16 Saya mampu berkata benar.
17 Saya menjawab dan mengajukan
pertanyaan ketika guru menerangkan
materi
18 Saya selalu aktif dalam tugas kelompok
19 Saya tidak cepat puas dengan apa yang
saya peroleh
20 Saya yakin dengan yang saya lakukan
21 Saya mempunyai kesadaran yang tinggi
untuk mengerjakan sesuatu
22 Saya mencatat setiap materi yang
diberikan guru dalam buku catatan dengan
rapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Lampiran 5: Jawaban kisi-kisi pretest dan postest siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Lampiran 6: Data Hasil Pretest Siswa
12
34
56
78
910
1112
1314
1516
1718
1920
2122
12
34
56
78
910
1112
1314
1516
1718
1920
2122
1Fe
lix3
33
33
33
33
22
42
13
32
23
34
361
33
42
42
33
23
33
43
34
34
34
43
7013
1
2M
arce
l2
32
34
21
32
41
44
43
32
13
41
359
33
33
43
32
32
33
33
33
32
22
34
6312
2
3Ag
ung
33
33
23
23
33
33
44
44
23
44
42
693
33
33
33
33
22
34
23
24
23
23
261
130
4An
dhika
33
32
32
34
24
22
23
33
31
23
33
593
33
33
33
33
33
33
33
33
33
43
468
127
5Be
nedic
tus O
.P3
33
23
23
23
33
33
33
32
34
42
363
44
43
24
44
34
44
43
34
43
32
43
7714
0
6Be
nedic
tus T
.K2
23
23
33
33
33
33
23
42
33
34
464
43
43
33
32
34
43
24
34
23
24
34
7013
4
7C.
Ade
fan G
.W2
22
22
34
43
22
13
44
42
13
32
358
31
12
32
14
34
23
31
32
32
31
33
5311
1
8Cl
ara M
. Putr
i3
33
33
32
23
43
34
42
32
32
33
364
43
23
22
32
23
23
22
34
23
32
34
5912
3
9Cr
esen
tia2
33
33
33
33
32
32
32
32
32
32
359
44
34
21
32
32
32
34
33
32
13
24
6112
0
10Cr
isty
22
33
33
33
33
23
33
33
22
32
32
593
33
34
34
23
44
33
34
33
33
43
371
130
11Ek
a Putr
a4
44
42
32
42
32
21
33
23
23
44
263
33
33
33
33
23
32
33
34
33
34
23
6512
8
12Fi
delia
33
32
14
42
32
33
33
33
33
23
23
613
33
33
23
22
32
33
23
33
22
33
359
120
13F.
Acit
ya2
23
33
33
43
32
23
22
12
33
32
458
33
44
33
33
34
33
34
33
34
44
34
7413
2
14El
ysa
22
33
43
23
23
23
23
23
23
23
23
574
42
33
34
23
33
34
32
13
44
23
265
122
15Er
ra3
33
33
33
34
44
44
42
44
44
33
375
33
34
33
44
33
44
43
33
23
34
44
7414
9
16Ga
ding
43
23
32
33
33
34
42
32
32
33
32
634
21
23
43
13
43
32
43
33
43
33
162
125
17G.
Gale
n3
33
33
43
44
34
34
34
33
32
32
471
33
33
32
33
33
33
33
33
33
33
33
6513
6
18Ig
natiu
s3
33
22
32
44
23
42
34
44
34
33
368
32
24
32
33
43
33
33
33
33
33
33
6513
3
19Jo
natha
n3
33
33
32
21
44
42
34
21
34
32
362
32
33
43
43
34
33
34
33
33
43
24
7013
2
20K
rese
ntia
43
33
33
33
23
24
33
33
22
32
34
643
33
33
33
33
33
33
32
23
33
33
465
129
21M
artha
42
22
22
33
44
44
42
32
32
32
43
643
32
32
33
32
13
42
33
44
12
44
261
125
22N
athan
ia2
33
31
33
22
24
44
44
23
23
23
261
34
22
23
42
31
33
32
34
23
23
32
5912
0
23N
ico3
33
33
32
22
33
32
33
33
32
32
360
34
33
33
33
33
23
23
23
43
34
23
6512
5
24O
ktha
rio4
22
22
33
33
33
44
44
23
23
23
263
33
32
33
34
23
44
33
33
33
33
33
6713
0
25Ra
fael G
alih
23
33
33
33
23
23
23
33
32
32
33
603
34
33
23
34
33
44
33
23
23
32
467
127
26Ra
fael R
ega
43
33
32
11
11
33
32
33
22
22
34
544
44
13
43
43
33
44
41
23
44
34
372
126
27Re
no2
22
33
33
33
23
23
23
23
23
33
358
33
33
33
33
33
43
33
32
33
33
33
6612
4
28S.
Aur
ael
41
11
22
33
23
33
33
33
33
32
32
562
33
43
44
42
31
23
43
23
43
23
264
120
29Va
lentin
o2
23
32
32
32
33
33
32
34
24
44
161
33
33
43
32
33
33
33
32
33
33
33
6512
6
30Yo
el3
22
22
22
44
41
11
12
33
43
42
456
33
33
33
43
33
33
34
33
43
42
33
6912
5
DAT
A H
ASIL
PEN
GO
LAH
AN K
UESI
ON
ER K
EAK
TIFA
N S
ISW
A (P
RE-
TEST
KEL
AS V
A-B)
Total
Sk
or S
etia
p Pe
rnya
taan
(Per
tem
uan
2 )
No
Nam
a Si
swa
Skor
Set
iap
Pern
yata
an (P
erte
mua
n 1
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
31Ra
fael. J
. A3
33
33
33
22
21
22
23
33
34
34
461
43
23
42
22
33
33
34
32
23
44
33
65126
32M
aria.
A2
33
33
33
33
34
44
32
32
33
33
366
33
33
33
33
33
23
44
33
33
32
33
66132
33Ag
ustinu
s. F
44
22
22
22
33
33
32
34
32
32
23
593
32
23
23
32
33
33
33
22
33
23
359
118
34Ag
ustinu
s. S
32
22
22
34
24
21
23
33
22
23
44
571
13
43
23
12
33
32
34
44
33
22
258
115
35A.
Putri
33
34
44
23
22
23
22
21
12
34
33
583
32
44
43
23
23
23
43
32
42
32
364
122
36Bo
nave
ntura
22
32
31
33
21
23
33
33
22
22
42
533
22
33
23
33
44
32
32
22
34
32
361
114
37Elf
rida
33
33
33
33
44
21
23
44
44
22
13
642
32
23
23
32
23
32
33
33
33
43
461
125
38Eli
sabeth
24
44
44
32
32
33
33
12
12
22
23
593
44
44
42
44
24
44
44
42
43
44
379
138
39Fe
lisitas
44
41
33
33
32
22
23
42
33
32
24
623
34
43
44
44
44
43
33
32
33
34
476
138
40Flo
rencia
43
33
33
33
33
22
22
33
41
22
34
614
43
44
33
33
33
33
43
33
32
33
370
131
41Gi
sela
33
33
33
33
33
34
44
43
44
43
23
724
33
44
34
32
33
43
33
32
33
33
470
142
42Gu
stavia
no3
22
22
22
34
44
32
22
22
22
22
253
33
44
32
33
22
32
34
33
22
44
32
64117
43Im
manu
el. R
33
22
22
23
33
33
23
21
23
33
31
543
22
43
22
22
23
22
32
32
23
24
355
109
44Jo
natha
n. D
43
42
22
34
13
34
44
22
33
42
32
643
33
43
23
23
33
32
23
22
32
33
360
124
45Jo
wan
23
33
33
33
23
24
42
31
13
43
22
593
33
34
34
32
34
43
34
33
43
33
371
130
46Ke
vin3
33
23
12
21
13
24
31
22
22
23
350
32
33
31
31
22
43
23
23
23
33
32
56106
47Le
onard
us3
12
23
44
23
23
42
32
22
23
33
257
24
33
33
32
24
34
23
42
22
33
42
63120
48M
aria.
M3
23
33
22
23
34
43
23
42
32
12
359
34
33
42
33
23
33
34
34
24
32
33
67126
49Na
stiti
33
22
22
33
32
31
12
32
33
23
33
543
34
34
33
32
34
43
33
33
43
33
471
125
50Ra
fael. A
. K2
42
23
33
33
34
44
44
33
32
12
365
33
34
33
44
23
34
44
43
34
43
33
74139
51Sa
muel
Melv
in2
23
33
33
32
34
33
42
33
32
32
362
33
33
32
33
13
32
23
21
31
13
11
50112
52Th
eodo
ra4
32
22
22
23
42
23
34
22
33
44
260
33
33
43
23
23
33
33
33
33
33
33
65125
53Yo
hana
44
33
33
33
33
22
22
42
23
41
34
634
33
34
33
43
33
44
43
33
43
34
475
138
54Br
igita
43
22
22
33
33
32
22
44
23
24
24
613
33
33
34
43
44
33
43
33
33
43
473
134
55Ra
chel
44
33
33
33
33
42
22
22
21
34
33
623
23
34
44
43
44
34
44
34
43
33
477
139
56Bu
nga
34
44
44
43
33
23
23
33
22
34
44
713
33
43
23
43
43
33
43
33
34
44
372
143
57De
utelin
23
33
33
34
44
23
21
33
23
43
44
663
33
44
32
42
34
43
33
23
32
33
367
133
TOTA
L168
160
158
150
155
156
155
166
155
165
155
166
158
159
166
155
142
144
163
159
159
168
3482
177
170
166
179
183
157
178
165
152
171
178
179
170
184
169
163
161
172
168
172
172
175
3761
7243
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
Lampiran 7: Data Hasil Postest Siswa
12
34
56
78
910
1112
1314
1516
1718
1920
2122
12
34
56
78
910
1112
1314
1516
1718
1920
2122
1Fe
lix4
33
44
33
33
34
44
43
42
33
33
373
33
33
33
33
23
42
42
42
23
43
32
64137
2Ma
rcel
33
43
43
43
33
34
34
34
43
33
34
743
32
32
41
41
33
33
23
23
23
34
461
135
3Ag
ung3
43
33
34
33
33
32
43
33
33
43
369
23
44
44
44
42
32
32
32
32
33
33
67136
4An
dhika
33
33
33
42
43
33
34
33
34
34
34
714
42
41
31
33
32
12
12
22
23
33
455
126
5Be
nedictu
s O.P
43
32
43
44
43
44
44
33
34
24
34
763
33
11
22
22
23
43
44
44
23
42
462
138
6Be
nedictu
s T.K
34
33
33
33
34
33
34
34
43
34
34
732
22
43
43
44
23
23
23
33
24
34
365
138
7C.
Ade
fan G
.W3
34
33
33
44
33
33
33
33
43
34
371
44
44
44
32
14
12
43
23
23
33
34
67138
8Cla
ra M.
Putri
34
33
33
43
33
44
34
33
34
34
33
734
44
44
22
32
33
33
33
33
44
44
372
145
9Cr
esentia
Celli
na3
33
23
33
33
44
33
33
33
44
34
370
42
32
44
43
33
33
33
33
44
42
34
71141
10Cr
isty3
34
34
33
44
33
43
34
34
34
33
475
33
23
42
33
33
33
43
33
22
31
34
63138
11Ek
a Putr
a3
34
43
34
34
33
43
33
34
33
43
373
33
33
43
34
34
24
24
32
32
32
34
67140
12Fid
elia3
33
44
33
33
33
33
33
34
33
33
369
43
33
41
23
33
33
34
44
44
43
33
71140
13F.
Acitya
33
34
32
33
34
33
34
33
34
33
34
704
43
34
23
33
33
44
42
23
33
33
369
139
14Ely
sa3
33
44
34
33
34
43
33
33
33
43
372
34
42
42
32
34
34
43
44
23
34
44
73145
15Err
a3
33
33
34
43
23
44
43
32
33
44
472
22
33
44
42
34
43
32
33
44
44
32
70142
16Ga
ding
43
42
42
33
33
43
34
33
33
33
43
704
33
34
34
44
12
34
44
34
34
34
273
143
17G.
Gale
n4
33
33
34
33
34
33
33
33
33
33
369
22
33
42
44
33
23
32
33
33
43
32
64133
18Ign
atius
43
44
41
33
34
34
33
33
34
33
34
721
33
34
33
34
34
34
44
43
42
34
372
144
19Jon
athan
32
43
43
32
33
43
34
33
34
34
24
703
23
34
33
33
44
42
33
23
33
34
368
138
20Kr
esentia
33
34
43
44
33
34
34
22
34
33
24
712
33
34
43
34
44
33
33
34
44
42
373
144
21Ma
rtha
43
43
33
44
34
33
44
34
23
34
33
741
23
34
33
33
33
33
33
44
32
13
262
136
22Na
thania
43
44
43
44
34
44
44
43
34
44
44
834
44
34
32
32
33
33
33
33
23
24
266
149
23Ni
co4
33
34
23
33
44
33
33
33
43
43
371
24
33
43
33
32
32
32
32
34
44
32
65136
24Ok
thario
33
33
33
34
43
34
33
33
23
33
33
682
33
34
33
23
24
44
23
23
23
33
465
133
25Ra
fael G
alih3
34
33
33
33
33
33
43
33
34
33
470
23
33
42
32
32
32
32
44
43
32
32
62132
26Ra
fael R
ega4
43
23
33
22
33
34
43
43
33
33
368
32
33
44
34
24
24
23
42
34
44
23
69137
27Re
no4
44
44
34
33
44
44
34
34
44
44
483
43
33
42
34
24
44
43
33
42
42
32
70153
28S.
Aurae
l4
33
34
34
34
34
43
44
33
44
33
477
33
33
43
32
32
32
44
44
33
23
14
66143
29Va
lentino
33
44
23
44
33
33
33
34
44
33
33
723
32
24
42
42
42
44
42
24
33
33
266
138
30Yo
el3
34
43
34
34
43
33
33
34
33
34
373
22
22
42
31
31
33
33
33
44
34
44
63136
DATA
HAS
IL PE
NGOL
AHAN
KUE
SION
ER K
EAKT
IFAN
SISW
A (PO
ST-T
EST K
ELAS
VA-
B)
Total
Sk
or Se
tiap P
ernya
taan (
Perte
muan
1 )
No
Na
ma Si
swa
Skor
Setia
p Pern
yataa
n (Pe
rtemu
an 2
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
Rafae
l. J. A
33
23
43
33
44
43
34
33
33
34
33
714
43
34
34
44
44
33
23
33
34
44
376
147
Maria.
A3
33
33
33
43
44
33
44
33
34
33
473
33
44
43
34
33
33
44
44
23
24
33
73146
Agust
inus. F
33
32
33
33
43
33
33
34
43
34
43
703
23
34
33
44
42
23
43
34
44
42
371
141
Agust
inus. S
33
33
34
33
33
34
34
43
33
33
33
704
43
34
43
44
44
33
23
33
33
34
273
143
A. Pu
tri4
34
22
24
34
34
44
43
33
33
44
474
34
34
44
44
24
33
33
33
32
42
33
71145
Bonav
entura
33
33
43
33
33
33
34
44
23
33
33
692
33
34
44
33
42
33
33
33
44
33
471
140
Elfrid
a3
32
23
14
43
33
33
33
33
32
43
364
33
34
43
33
33
32
34
44
43
33
34
72136
Elisabe
th4
44
44
42
24
24
44
44
42
43
34
377
33
34
43
23
33
33
33
33
34
33
34
69146
Felisit
as3
34
33
44
43
34
43
33
32
33
43
473
33
32
43
34
33
32
33
44
44
23
44
71144
Floren
cia3
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
366
44
32
44
33
33
44
42
34
24
23
23
70136
Gisela
43
43
43
43
33
44
33
33
33
34
34
744
33
34
33
24
33
33
33
32
44
43
370
144
Gusta
viano
33
43
32
34
32
32
33
44
22
44
32
663
33
44
32
33
33
33
43
33
43
33
470
136
Imma
nuel. R
22
33
32
32
23
33
23
33
22
32
33
572
43
44
34
44
44
34
33
33
33
33
273
130
Jonath
an. D
33
34
33
32
33
33
33
33
33
23
33
653
22
24
33
33
43
32
44
43
33
33
468
133
Jowan
33
43
43
33
24
43
33
43
34
34
44
744
44
34
33
33
34
44
44
43
33
44
479
153
Kevin
32
33
32
32
22
33
22
33
23
33
33
583
33
34
22
23
34
43
33
33
33
34
468
126
Leona
rdus
33
33
33
44
42
34
33
33
34
44
43
733
44
44
33
33
33
33
33
32
33
32
267
140
Maria.
M3
33
34
23
33
33
32
32
43
32
22
160
34
34
43
33
33
33
32
44
44
43
34
74134
Nastit
i3
33
44
43
32
34
43
33
33
43
33
371
44
44
43
43
43
43
33
33
34
44
33
77148
Rafae
l. A. K
33
34
33
44
13
33
44
33
33
34
34
713
33
34
33
34
34
43
34
33
34
33
473
144
Samu
el Melv
in3
33
33
33
31
33
22
32
23
11
31
253
34
43
43
33
24
33
33
33
33
44
43
72125
Theod
ora3
33
33
33
23
33
33
33
33
33
33
365
23
33
43
44
34
34
44
33
33
33
43
73138
Yohan
a4
34
34
43
43
44
44
44
33
43
34
480
33
44
44
44
44
44
33
33
33
33
34
77157
Brigita
33
32
33
33
33
33
33
32
33
34
33
654
43
44
33
33
33
32
24
44
43
44
374
139
Rache
l3
32
34
44
43
44
33
44
34
33
33
475
33
33
43
24
44
43
42
44
44
44
33
76151
Bunga
33
34
32
34
33
33
34
33
33
44
33
704
44
44
44
44
33
44
34
34
44
34
483
153
Deute
lin3
33
43
32
42
34
33
33
23
32
33
466
43
43
43
34
43
33
34
34
33
44
44
77143
TOTA
L18
517
418
818
019
216
419
218
217
418
019
419
117
719
718
017
817
118
617
419
417
919
040
2217
318
017
717
921
817
417
118
117
418
017
817
518
317
018
617
718
018
118
917
918
218
239
6979
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Felix 10 5 15 20 15 65 20 20 10 15 15 80 145
2 Marcel 15 15 20 10 15 75 15 10 10 15 20 70 145
3 Agung 10 15 15 10 15 65 10 20 15 20 10 75 140
4 Andhika 5 20 20 15 15 75 10 5 20 15 20 70 145
5 Benedictus O.P 10 20 15 15 20 80 20 15 15 10 15 75 155
6 Benedictus T.K 20 10 15 20 5 70 15 15 10 20 15 75 145
7 C. Adefan G.W 10 20 5 20 20 75 10 10 5 20 10 55 130
8 Clara M. Putri 20 20 15 10 20 85 20 10 15 15 20 80 165
9 Cresentia 15 20 10 15 10 70 15 20 20 10 15 80 150
10 Cristy 15 15 10 20 15 75 10 10 15 15 20 70 145
11 Eka Putra 10 20 15 20 10 75 20 20 15 20 5 80 155
12 Fidelia 20 10 15 15 20 80 20 10 15 20 5 70 150
13 F. Acitya 20 15 20 10 15 80 5 20 15 15 10 65 145
14 Elysa 10 10 20 15 20 75 15 20 20 10 10 75 150
15 Erra 15 15 20 10 15 75 20 20 15 10 10 75 150
16 Gading 5 20 15 15 10 65 10 5 20 10 20 65 130
17 G. Galen 10 10 15 15 20 70 20 15 10 10 15 70 140
18 Ignatius 20 20 15 20 5 80 15 15 10 20 15 75 155
19 Jonathan 20 10 20 20 5 75 15 15 10 20 15 75 150
20 Kresentia 10 20 5 20 20 75 10 20 10 20 10 70 145
21 Martha 20 10 15 15 20 80 10 20 5 20 20 75 155
22 Nathania 10 20 5 20 20 75 20 20 15 10 20 85 160
23 Nico 20 15 15 10 15 75 15 15 20 20 15 85 160
24 Okthario 15 15 10 15 10 65 15 15 10 5 20 65 130
25 Rafael Galih 20 20 15 15 10 80 10 15 20 20 10 75 155
26 Rafael Rega 10 15 15 10 10 60 20 20 15 15 10 80 140
27 Reno 10 20 15 15 10 70 15 15 15 20 10 75 145
28 S. Aurael 15 15 10 10 20 70 20 15 15 10 15 75 145
29 Valentino 5 10 15 15 15 60 15 15 10 10 15 65 125
30 Yoel 20 15 10 10 15 70 10 10 15 20 5 60 130
31 Rafael. J. A 20 10 20 15 10 75 15 10 15 20 15 75 150
32 Maria. A 10 20 15 15 15 75 20 20 15 15 10 80 155
33 Agustinus. F 10 20 15 15 10 70 15 15 15 20 10 75 145
34 Agustinus. S 15 15 10 10 20 70 20 15 15 10 15 75 145
35 A. Putri 15 15 20 20 15 85 20 20 15 10 20 85 170
36 Bonaventura 15 15 10 5 20 65 20 15 15 10 15 75 140
37 Elfrida 10 15 20 20 10 75 20 20 10 15 10 75 150
38 Elisabeth 20 20 15 15 10 80 20 15 15 20 10 80 160
39 Felisitas 15 15 15 20 10 75 20 15 15 10 15 75 150
40 Florencia 20 15 15 10 15 75 15 15 10 15 10 65 140
41 Gisela 15 15 10 10 15 65 10 20 15 15 10 70 135
42 Gustaviano 20 15 15 20 5 75 10 15 15 10 10 60 135
43 Immanuel. R 10 20 15 15 15 75 15 20 15 15 10 75 150
44 Jonathan. D 10 15 10 10 5 50 15 20 10 10 20 75 125
45 Jowan 15 15 10 10 15 65 10 20 15 15 15 75 140
46 Kevin 10 15 20 10 15 70 20 15 10 10 15 70 140
47 Leonardus 15 10 10 10 15 60 10 20 20 15 10 75 135
48 Maria. M 20 20 15 15 20 90 15 15 20 20 15 85 175
49 Nastiti 15 15 10 10 10 60 15 15 15 20 15 80 140
50 Rafael. A. K 20 10 15 15 20 80 15 10 15 15 15 70 150
51 Samuel Melvin 15 20 10 10 20 75 10 10 15 10 20 65 140
52 Theodora 20 15 20 5 15 75 10 15 15 20 15 75 150
53 Yohana 15 15 15 10 20 75 10 15 10 10 20 65 140
54 Brigita 10 20 15 10 20 75 20 20 10 20 15 85 160
55 Rachel 15 15 15 20 15 80 20 20 15 10 10 75 155
56 Bunga 20 15 20 20 15 90 15 20 20 20 20 95 185
57 Deutelin 20 10 15 20 10 75 15 15 20 15 20 85 160
4170 4230 8400
73.16 74.21
50 55
90 95Nilai Tertinggi
TOT
Rata-Rata Kelas
Nilai Terendah
Data Hasil Belajar Siswa pertemuan 1 dan 2
No Nama SiswaPertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Lampiran 8: Data Hasil Belajar Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI