PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON
PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI
KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT
Oleh:
Eriz Rakhmadania
104051001824
Di bawah bimbingan:
Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008M/1429H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia
yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua penulis, Papa Muslim Wahi dan Mama Hanifah Ahmad. Terima kasih
atas doa, dukungan, kepercayaan, nasehat, dan tentunya kasih sayang yang tiada
taranya.
2. Mami Yulidar dan Papi Asril, nenek tersayang, who has given me fantastic
references.
3. Ibu Umaimah, dosen pembimbingku yang teramat baik, terima kasih atas
dukungan, bantuan dan arahan selama penyusunan skripsi.
4. Pak Wahidin dan Bu Umi, terima kasih atas dukungan dalam pembuatan skripsi
ini, yang tidak pernah bosan bertanya kapan selesai skripsinya.
5. Pak Jumroni dan Pak Suhaimi, tanpa bapak-bapak, saya tidak akan pernah
mengerti bagaimana membuat skripsi dan merancang penelitian. Terimakasih
saya haturkan.
6. Pak Bekti, Statistic is always the best choice for research, terimakasih pak sudah
mengajarkan statistik ilmu yang sangat mengasyikkan.
7. My best friends, Ayu, Uji, Rosdi, Dewa, Dama, Syukriah, Adhe, FLP community:
Murni, Ka Dodo, Ka Aep, Lina, Rahmat, dkk. Novita terimakasih atas bantuannya
dalam penelitian.. YOU ALL MAKE IT, GUYS..Thanks!!
8. Buat para kru Demi Gisela Citrasinema yang aneh dan suka memberikan petuah
yang complicated. Terutama buat Mas Wahyu and Pak Hakim, saya rasa mereka
berdua adalah seniman filsafat tingkat tinggi setelah mentor saya sendiri.
9. Buat kakakku cenop yang selalu kusayang! terimakasih atas segala kritik, sindiran
lantaran menulis skripsi kelamaan, dan makasih karena sudah sangat berbaik hati
membiarkan daku bolak-balik masuk kamarmu untuk mengetik skripsi di
laptopmu.
10. Spesial buat Ka Pampam, mentor yang selalu memberikan wejangan terbaik yang
pernah ada di muka bumi ini, apalagi kalau bukan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.,
jangan bosan-bosan nasihatin orang-orang yang lalai ya, Kak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
sangat mengaharapkan saran dan kritik pembaca untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Ciputat, 5 Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar i
Daftara Isi iii
Daftar Tabel v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7
1.4 Tinjauan Kepustakaan 8
1.5 Metodologi Penelitian 10
1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional 11
1.5.2 Populasi dan Sampel 13
1.5.2.1 Populasi 13
1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel 13
1.5.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 13
1.5.4 Teknik Pengumpulan Data 14
1.6 Teknik Analisis Data 15
1..6.1 Uji Validitas 15
1..6.2 Uji Reliabilitas 16
1.7 Sistematika Penulisan 17
BAB II KERANGKA TEORITIS 18
2.1 Motif dan Gratifikasi Media 18
2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media 18
2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media 21
2.2 Teori Uses and Gratifications 23
2.3 Media Televisi 27
2.3.1 Fungsi Televisi 28
2.3.2 Televisi Sebagai Media Dakwah 32
2.4 Sinema Elektronik 34
BAB III DATA-DATA PENELITIAN 37
3.1 Sejarah Perkembangan Citrasinema 37
3.1.1 Sejarah Singkat 37
3.1.2 Manajemen 37
3.2 Visi dan Misi Citrasinema 38
3.3 Strukturisasi Anggota Citrasinema 40
3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan 41
3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan 41
3.4.2 Alur dan Penokohan 42
3.4.2.1 Alur 42
3.4.2.2 Penokohan 43
3.5 Profil Penonton Sinema Para Pencari Tuhan 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52
4.1 Deskripsi Data 52
4.1.1 Identitas Responden 52
4.1.2 Kepuasan yang didapat 54
4.1.3 Kepuasan yang dicari 56
4.1.4 Uji validitas dan Realibilitas 57
4.1.5 Uji hipotesis 57
4.2 Analisis Data 60
4.2.1 Identitas responden 60
4.2.2 Motivasi menonton responden 60
4.2.3 Kepuasan yang didapat 61
BAB V PENUTUP 62
5.1 Kesimpulan 62
5.2 Saran 63
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden 48
Tabel 1.2 Usia Responden 49
Tabel 1.3 Pendidikan Responden 50
Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari 52
Tabel 1.5 Frekuensi menonton PPT 53
Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat 54
Tabel 1.7 Motivasi menonton 56
Tabel 1.8 validitas instrumen 57
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, dapat dipastikan ia pernah
mendengarkan radio, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau
majalah. Di saat seseorang mendengar radio, membaca koran, atau menonton film,
sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terpaan media massa, di mana pesan media
itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini
mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa dengan segala bentuk mendia massa
terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa.1
Bagi orang yang suka menerpakan dirinya pada media massa dapat dikatakan ia
memiliki motif tertentu, hingga memotivasi dirinya untuk menerpakan diri pada media
massa. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Biasanya hal ini
berhubungan dengan psikologis seseorang. Globalisasi dan kepadatan penduduk telah
membuat ketegangan tersendiri, sehingga pada akhirnya orang yang menggantungkan diri
kepada media massa demi pemuasan kebutuhan.
Bagi umat Islam hadirnya media massa dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media massa dapat membantu dalam
upaya transfer pemahaman akan ajaran Islam, di samping itu dapat menambah pengetahuan tentang teknologi. Dakwah adalah
kegiatan komunikasi yang saat ini menuntut adanya sarana media massa demi memudahkan ajaran Islam dapat diterima hingga ke
pelosok pedalaman.
Dalam melakukan aktifitas dakwah, bukan hanya media yang berperan, namun
juga person yang menyampaikan ajaran atau risalah Rasulullah aktifitas dakwah memang
bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktifitas
paruh waktu semata. Akan tetapi setiap muslim, baik berpendidikan maupun tidak,
1 Drs. Elvinaro Ardiyanto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), Cetakan ke-2. h.1
1
memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah dan tanggung jawab ini
lebih besar bagi orang yang berilmu dan arif.2
Gejala meningkatnya peranan agama dalam masyarakat mengisyaratkan
munculnya keperluan baru dalam bidang dakwah Islam. Setiap kejadian di berbagai
sektor kehidupan masyarakat yang melibatkan kepentingan umat Islam, hampir selalu
memerlukan fatwa dari organisasi-organisasi Islam terutama MUI (Majelis Ulama
Indonesia) atau, dengan satu dan lain cara mendorong keterlibatan lembaga-lembaga
agama. Itu berarti, terjadi interaksi yang semakin luas dan kompleks antara agama dan
masyarakat yang makin berubah.
Kompleksitas hubungan antara agama dan masyarakat itu agaknya ingin lebih
banyak berperan untuk mengendalikan nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat yang
sedang berubah itu, agar tidak membahayakan sistem nilai umat Islam yang sudah lama
mapan, dan juga tidak membahayakan tatanan hidup beragama itu sendiri.3
Dari pernyataan di atas, kita dapat mengambil suatu pembaharuan yang dapat
digunakan dalam berdakwah untuk tetap menjaga kemapanan sistem Islam yang telah
terbina, yakni dengan menggunakan media massa. Mubalig sepatutnya tidak hanya
menguasai ilmu agama, namun juga menguasai sains dan teknologi.
Pandangan yang menyatakan bahwa dunia barat merupakan buah dari demokrasi
adalah perkataan yang dilontarkan oleh orang yang tidak mengetahui fakta dan realita.
Alasannya, karena berbagai bentuk penemuan itu lahir berdasarkan proses penelitian
ilmiah, yang merupakan perkara-perkara yang bisa dicapai oleh akal manusia manapun
yang telah diberikan Allah. Jadi, hal itu tidak berkaitan dengan pandangan hidup
2 Alwi Shihab. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1997) h. 252-
253. 3 A. Muis, Komunikasi Islam. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2000) h.135
(ideology). Fenomena tentang sains dan teknologi bisa kita saksikan ada dalam kalangan
orang-orang kapitalis, sosialis, atau pun muslim. Sebab Allah telah memberikan kepada
manusia kemampuan akal seperti itu.4 Karena itu, sudah sepatutnya seorang mubalig
dapat memanfaatkan media massa sebagai sarananya untuk berdakwah.
Kita dapat menggunakan metode debat, ataupun mauizhah hasanah dalam
formatnya. Salah satu media massa yang dapat dijadikan media dakwah adalah sinema
elektroniik. Sinema elektronik merupakan gambaran bergerak yang dapat menyampaikan
suatu maksud kepada penontonya, ia dapat berupa persuasif maupun edukasi. Dengan
menggunakan sinema elektronik atau yang biasa disebut dengan sinetron, dakwah yang
disampaikan akan lebih mudah dimengerti, karena mereka dapat melihat secara langsung
visualisasi tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Karenanya dibutuhkan suatu skrip
atau skenario yang sarat akan edukasi atau pemahaman tentang Islam yang mana dapat
mengajak umat Islam untuk menjalankan perintah tuhan dengan penuh kerelaan. Dari
sinilah akan tumbuh motivasi para audiens untuk mendapatkan kepuasan yang lebih
daripada sekedar pesan-pesan verbal semata.
Hubungannya sendiri dengan teori uses and gratifications, dapat disandarkan
pada sinetron yang saat ini diminati oleh masyarakat kita, yakni, sinetron Para Pencari
Tuhan. Audiens sinetron Para Pencari Tuhan dapat dikatakan hampir mencakup seluruh
nusantara, data-data yang diambil dari situs SCTV dapat dijadikan acuan, bahwa audiens
kemungkinan aktif dalam menggunakan media, dan dakwah dapat dilakukan dengan
metode apa saja, selain metode konvensional yang selama ini masih di anut. Dibanding
stasiun televisi lainnya, menurut MUI, hanya tiga stasiun televisi yang memiliki itikad
4 Ahmad Mahmud, Dakwah Islam jilid 2 Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah, (Bogor;
Pustaka Thariqul Izzah, 2003) h.111
baik untuk menayangkan acara-acara yang bernuansa Ramadhan, seperti Metro TV, O
channel, dan SCTV, sedangkan stasiun televisi lainnya, semuanya hampir menampilkan
suasana yang sama, yakni: kekejaman, mistik, caci maki, kesadisan dan kebodohan.
Khusus untuk SCTV, MUI menyatakan apresiasinya pada stasiun SCTV karena telah
menampilkan sinetron Para Pencari Tuhan yang sarat pendidikan dan me.nghibur bagi
masyarakat. Dilihat dari pencapaian rating, sinetron Para Pencari Tuhan menduduki
peringkat pertama untuk seluruh stasiun televisi. Berikut ini penilaian masyarakat
mengenai sinetron Para Pencari Tuhan dari skala satu sampai lima.
Nilai Overall 4.9
Ceritanya? 4.4
Peran/tokoh dalam cerita? 4.4
Keaslian cerita 4.4
Kualitas akting pemain 4.3
Musik pendukung 4.3
Apakah rutin mengikuti 4.1
Apakah menikmatinya 4.6
Perbandingannya dengan
sinetron lain dengan
sutradara yang sama
4.6
Dari tabel kita bisa melihat, bahwa sinetron Para Pencari Tuhan telah
menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk menontonnya, namun yang perlu
diketahui disini, benarkah mereka termotivasi menonton sinetron Para Pencari Tuhan?
Apa yang mereka dapat setelah menontonnya? Maka di sini peneliti hendak menguji
sikap masyarakat dengan berpijak pada teori uses and gratifications.
Berdasarkan dari uraian tertulis diatas maka skripsi ini mengangkat judul
“Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan di
Majelis Taklim Al-Amin RT 005 RW 06 Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat.”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang hendak diteliti, pada
penelitian ini yang menjadi subjek adalah penonton sinema Para Pencari Tuhan,
sedangkan objek penelitian adalah motivasi dan kepuasan yang dicari dan didapat
penonton. Penonton dibatasi pada majelis taklim al-Amin yang berdomisili di RT 005
RW 06 kelurahan Mekarsari, Depok.
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron
Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok?
Dari masalah penelitian yang peneliti uraikan, maka dapat ditarik sebuah
hipotesis. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum
diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.5
Hipotesis-hipotesis yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak ada pengaruh motivasi terhadap
kepuasan penonton sinetron para Para Pencari Tuhan di kelurahan
Mekarsari, Depok.
H1: Ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton
5 W. Gulo. Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2002) cetakan ke-2. h. 56-57
sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok
Ho adalah pernyataan yang tidak memihak pada hipotesis yang diambil, artinya
hipotesis nol bertolak pada asas praduga tak bersalah.
H1 adalah hipotesis alternatif jika hipotesis nol tidak dapat dibuktikan atau
tertolak, hipotesis ini disebut sebagai hipotesis operasional. Hipotesis alternatif dapat
dibuat sebanyak mungkin untuk mendapat variabel yang valid.6
1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
Secara umum 1. Untuk mencari pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para
Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kepuasan yang didapat penonton setelah
menonton sinetron Para Pencari Tuhan.
Secara khusus Untuk mengetahui betul atau tidaknya konsumsi media massa dipengaruhi oleh
motif
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu
Komunikasi terutama dalam bidang kajian Komunikasi Massa untuk teori Uses and
Gratifications yang meneliti kepuasan khalayak dalam menggunakan media massa pada
umumnya, dan khususnya dalam hal kepuasan atas pilihan media elektronik dalam hal ini
adalah televisi
6 Ibid. h.71
Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi tentang motif-motif yang mendorong penonton
sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari Depok dalam mengakses
acara tersebut.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas
mengenai sinetron yang seperti apa yang lebih bisa memuaskan pengguna
media televisi. Agar dapat digunakan sebagai bahan rujukkan dalam bidang
dakwah melalui sinetron.
1.4 Tinjauan Kepustakaan
Dari penelitian skripsi sebelumnya yang berjudul “Motivasi dan Kepuasan
Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur” karya Nyoman Dewi
PP, didapatkan hasil bahwa ada kaitan antara motivasi dengan pemenuhan kebutuhan,
namun sayangnya tidak dijelaskan dengan terperinci motif apa yang memotivasi perilaku
responden, penelitian sebelumnya hanya memberikan data-data tentang kepuasan yang
didapat dan kepuasan yang dicari responden, namun variabel motif itu sendiri tidak
dijelaskan pengaruhnya terhadap kepuasan yang didapat. Maka dari penelitian yang
peneliti lakukan ini, peneliti mencoba mencari motif apa yang sesungguhnya benar-benar
memotivasi responden, ataukah hubungan motivasi dan kepuasan yang didapat penonton
hanya didasarkan pada faktor kebiasaan menonton televisi atau memang ada faktor
lainnya, seperti mutu cerita, penokohan, atau alurnya.
Penelitian lain menunjukkan beberapa pola demografik yang menyatakan kaum
wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman; “orang-orang lebih muda
menonton televisi untuk menghabiskan waktu, kelompok usia menegah menonton televisi
untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi, dan kaum lebih tua menonton untuk
mencari informasi.
Dari penelitian itu Lichtenstein dan Rosenfeld menyimpulkan bahwa keputusan
menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua – bagian:
yakni, kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian
berdasarkan informasi yang kita miliki bersama tersebut, masing-masing dari kita
membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi,
persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten; kita
cenderung memiliki citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang
dipersepsi.7
Dalam sebuah laporan yang lengkap dari penelitian yang sama, Levy (1978)
menyimpulkan bahwa di samping menyampaikan informasi kepada pemirsa, berita-berita
televisi juga menguji persepsi dan sikap pemirsa terhadap peristiwa-peristiwa maupun
orang-orang “baru”. Namun demikian, partisipasi berjarak dengan realitas yang
“disucihamakan” dan diselamatkan oleh pembaca berita selebritis. Banyak pemirsa,
katanya “yang secara aktif” memilih di antara siaran-siaran berita yang tengah bersaing ,
“mengatur jadwal mereka agar berada didekat pesawat televisi pada jam berita, dan
memberikan perhatian yang akrab tapi selektif terhadap acara tersebut.8
Tidak hanya audiens televisi, bahkan audiens radio pun berlaku sama. Para
pendengar radio dengan cepat memanfaatkan medium radio untuk memantapkan suasana
7 Stewart L. Tubbs - Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya,1998) jilid 2 pengantar Deddy Mulyana. h.212 8 Werner J. Severin – James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam
Media Massa, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2001) h.356
hati, menghabiskan hari, mendapatkan teman, melegakan diri secara sosial dan
mendapatkan hiburan dan informasi.9
Para peneliti lain bahkan membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil
(sebagian berdasar spekulatif) dan literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan
psikologis media massa “kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori”:
1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman.
2. Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.
3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri,
stabilitas, dan status.
4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan
sebagainya.
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan.10
1.5 Metodologi Penelitian Pendekatan atau metodologi yang digunakan adalah kuantitatif. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Penelitian survei
menggunakan alat kuesioner dalam mengukur tingkat motivasi dan kepuasan penonton
sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari. Proses dimulai dengan
mengumpulkan data pada responden tentang bagaimana kepuasan mereka terhadap
sinetron Para Pencari Tuhan.
Motivasi dan kepuasan responden diukur dengan menggunakan skala Likert,
dengan tingkatan (1). Sangat setuju, (2). Setuju, (3). Ragu-ragu, (4). Tidak setuju, (5).
9 James Lull, Media Komunikasi dan Kebudayaan. Penerjemah A. Setiawan Abadi. (Jakarta; Yayasan Obor
Indonesia, 1997) h.107-108 10 Werner J. Severin. Ibid. h. 357
Sangat tidak setuju. Setiap tingkatan memiliki nilai tersendiri, yakni, jika responden
menjawab sangat setuju maka di beri nilai lima, jika menjawab setuju, maka di beri
empat, jika menjawab ragu-ragu maka di beri tiga, dan seterusnya.
1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional
Konsep kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan terbagi menjadi dua,
yaitu motif atau biasa disebut dengan Gratification Sought dan kepuasan yang diperoleh
atau Gratification Obtained. Kepuasan terhadap sinetron Para Pencari Tuhan diukur
berdasarkan kesenjangan (discrepancy) antara gratification sought dan gratification
obtained. Dengan kata lain kesenjangan kepuasan adalah perbedaan perolehan kepuasan
yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil
discrepancy-nya, semakin memuaskan media tersebut.
Menurut pendiri teori ini Katz, Blumer, dan Gurevitch, teori ini terbagi atas
beberapa komponen dasar, (1) Sumber sosial dan psikologis, (2) Kebutuhan yang
melahirkan, (3) Harapan-harapan, (4) Media massa atau sumber-sumber yang lain, (5)
Perbedaan pola terpaan media, (6) Pemenuhan kebutuhan.11
Dalam penelitian ini, peneliti
hanya meniliti komponen dua dan enam, yakni kebutuhan yang melahirkan dan
pemenuhan kebutuhan.
Model Expectancy-Values Dari Philip
Palmgreen12
11
www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2006. Desember 2006, Universitas Kristen Indonesia, disadur
dari buku Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi.Remaja Rosdakarya, Bandung. 12 Rachmat Kriyantono,S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media,
Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group) Cet ke-2, Juni 2007. h.208
Kepercayaan-
Kepercayaan
(beliefs)
Pencarian
Kepuasan
(GS)
Perolehan
kepuasan
yang
diterima (GO)
Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan pengguna media
ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain, pengguna akan
memilih atau tidak memilih suatu media tertentu dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu,
yaitu didasari motif pemenuhan sejumlah kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Gratification obtained adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu
atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan
media, yang dimaksud dengan gratification obtained (kepuasan yang diperoleh) dalam
penelitian ini adalah sejumlah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah menonton sinetron
Para Pencari Tuhan. Kepuasan ini diukur berdasarkan motif awal (gratification sought)
yang mendasari individu dalam menonton sinetron Para Pencari Tuhan.
Kategori motif dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut:
1. motif informasi; penonton dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka:
a. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah
b. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan
2. motif indentitas pribadi; penonton dikatakan memiliki motif identitas pribadi
apabila mereka:
a. Dapat memperoleh nilai lebih sebagai masyarakat yang beragama
b. Dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam sinetron
3. motif integrasi dan interaksi sosial; penonton dikatakan memiliki motif intergrasi
dan interaksi sosial apabila mereka;
Evaluasi-
evaluasi
Konsumsi
media
a. Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang
lain disekitarnya
b. Keinginan untuk dekat dengan orang lain
4. motif hiburan; penonton dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka;
a. Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan
b. Bisa bersantai dan mengisi waktu luang
Dari opersionalisasi konsep di atas, peneliti kemudian membuat definisi
operasionalnya yang terdiri atas, pengaruh, motivasi, dan kepuasan. Ketiga hal tersebut
dapat dijabarkan menurut tabel dibawah ini:
Konsep Definisi Nominal Definisi Operasional
Pengaruh Pengaruh adalah taraf
tercapainya tujuan dan
sasaran yang berkaitan
dengan penggunaan suatu
daya, dana, sarana, dan
prasarana dalam prosesnya.
Pengaruh adalah derajat
perubahan yang terjadi
selama mengikuti tontonan
di media yang dapat dilihat
dari sikap dan perbuatan.
Motivasi Penonton Motivasi adalah kekuatan
dorongan dari dalam yang
ada pada diri seseorang
untuk bertindak dengan
cara-cara tertentu
Motivasi adalah derajat
kesungguhan mengikuti
tontonan yang timbul dari
sikap dan perbuatan
seseorang
Kepuasan Penonton Perasaan-perasaan positif
seorang penonton
mengenai apa yang
Dengan lima tingkatan
motif, pada tataran kognitif,
afektif, integratif sosial,
ditontonnya integratif personal,pelepasan
ketegangan.
Ketiga definisi operasional di atas disesuaikan dengan teori uses and
gratifications model. Dalam penjabaran hasil penelitiannya tiap-tiap variabel akan
diwakilkan dalam bentuk angka-angka.
1.5.2 Populasi dan Sampel
1.5.2.1 Populasi Penelitian
populasi penelitian ini adalah seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin yang berjumlah 120
orang.
1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive,
setelah itu dilakukan pengukuran sampel, baru kemudian diambil jumlah sampel yang
dibutuhkan dalam penelitian. Untuk pengukuruan sampel, menggunakan rumus Taro
Yamane, rumus ini digunakan untuk populasi diatas seratus atau lebih. Presisi yang
ditetapkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, sehingga dihasilkan sampel
sebesar 55 orang.13
1.5.3 Lokasi dan waktu penelitian
Tempat penelitian ini berada di wilayah kelurahan Mekarsari, Depok, tepatnya pada majelis taklim al-Amin. Alasan
mengambil majelis tersebut sebagai tempat penelitian adalah guna mencari keseragaman karakteristik, yakni reseponden bergerak
dalam wadah yang sama serta menyukai sinetron Para Pencari Tuhan diukur dari segala tingkatan usia, jenis kelamin, maupun
pendidikan. Dari segi waktu, waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitan ini adalah selama tiga bulan, terhitung dari bulan 19
Desember 2007 hingga 16 Maret 2008.
1.5.4 Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
13 Rachmat Kriyantono, S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi.(Kencana Prenada Media Group,
Jakarta), Cet ke-2, Juni 2007. h.160
Wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur, dalam hal ini peneliti
mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan
pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan.14
Dalam
penelitian ini, peneliti mewawancarai penulis skenario sinetron Para Pencari Tuhan.
b. Dokumentasi
Instrumen pengumpulan data yang juga sering digunakan dalam metode survey
adalah dokumen. Peneliti menggunakan beberapa dokumen sebagai sumber informasi
dalam menginterpretasi data hasil survey. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik
atau dokumen privat.15
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan adalah
dokumen publik, yakni skenario sinetron Para Pencari Tuhan.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Disebut juga
angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Ada
beberapa jenis angket atau kuesioner: angket terbuka dan tertutup. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan angket tertutup. Angket tertutup dipilih, semata-mata untuk
meminimalisir kesalahan dari jawaban responden.
1.6 Teknik Analisis Data
14 ibid. h.98 15 ibid.h.114
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
dua variabel, biasanya terdapat diantara dua variabel yang keduanya diukur pada skala
ordinal, interval atau ratio. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus moment
product correlation, uji atas kedua variabel dilakukan untuk menegaskan pengaruh yang
ada antara kedua variabel tersebut adalah merupakan pengaruh yang signifikan dan bukan
hanya secara kebetulan saja.
Untuk menguji tingkat signifikansinya dilakukan dengan menggunakan rumus
pearson correlation untuk analisis sampel tidak berpasangan. Adapun pertimbangan
peneliti menggunakan rumus statistik karena pearson correlation adalah berfungsi untuk
menguji perbandingan, uji korelasional, dan uji estimasi secara statistik. Selain itu,
pearson correlation digunakan untuk data yang berskala interval atau ratio. Sedangkan
dalam penelitian ini datanya berskala interval. Sebelum tahap pengujian dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas data.
1.6.1. Uji Validitas Instrumen
Berkaitan dengan pengujian validitas. Arikunto (1995:63) menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang
hendak diukur (ketepatan).16
16 Drs. Riduwan, M.B.A. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta,
Bandung Cet ke-2, September 2005. h. 97
Pada pengujian validitas dalam penelitian ini, peneliti bertumpu pada validitas
internal. Dalam penelitian, validitas internal merupakan tolok ukur yang paling utama
karena kalau kita sudah meragukan validitas hasil penelitian yang diperoleh, maka semua
konsekuensi berikutnya menjadi tidak bermakna lagi. Oleh karena itu, peneliti harus
memberikan perhatian khusus terhadap validitas internal hasil penelitan yang telah
dilakukannya.17
1.6.2 Uji Realibilitas
alat ukur yang disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten
memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan
berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil dan tidak
berubah-ubah, dapat diandalkan, dan tetap ajeg.18
1.7 Sistematikan Penulisan
Skripsi yang akan ditulis terdiri dari lima bab, dalam setiap bab terdiri dari
beberapa sub bab atau bagian:
BAB I Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan
masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, metodologi penelitian,
sistematika penulisan
BAB II Landasan teoritis
Berisikan tentan motif dan gratifikasi media, teori uses and gratifications,
media televisi,fungsi televisi, dan sinema elektronik
17 Furqon, Ph.D. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Cet ke-1, 1997. h.12-13 18 Rachmat Kriyantono,S.Sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group,
Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h.140
BAB III Sinema Para Pencari Tuhan Berisikan tentang seluk-beluk sinema Para Pencari Tuhan, visi dan misi
perusahaan tersebut, struktur kru dibalik layar, skenario.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang deskripsi data, identitas responden, kepuasan yang dicari,
kepuasan yang didapat, uji hipotesis, interpretasi data, identitas
responden,kepuasan yang dicari, kepuasan yang didapat.
BAB V Penutup Berisikan tentang kesimpulan dan saran, hasil wawancara dan lampiran-
lampiran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Motif dan Gratifikasi Media
Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena
itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.
Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait
mengkait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut
motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah
sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau
perilaku yang termotivasi (Motivated Behaviour).
Para pakar komunikasi membagi motif menjadi dua bagian berdasarkan
penggunaan dan gratifikasi media. Pertama, motif kognitif dan gratifikasi media, kedua
motif afektif dan gratifikasi media. Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan
informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif
menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.
2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, Mc Guire menyebut empat teori: teori
konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungannya. Teori kategorisasi yang
menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita; dan teori
objektifitas yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal.
1. Teori Konsistensi – memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada
berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi di antara beberapa kepercayaan
yang dimilikinya sepertti antara “merokok itu merusak kesehatan” dan “merokok
itu membantu proses berpikir”, atau di antara beberapa hubungan sosial, atau di
antara beberapa pengalaman masa lalu dan masa kini. Dalam suasana konflik,
19
manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan sedapat mungkin
mencari kompromi. Kompromi diperoleh dengan rasionalisasi, atau melemahkan
salah satu kekuatan penyebab konflik. Dalam hubungan ini, komunikasi massa
mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan
kestabilan psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu
mempunyai kebebasan untuk memilih media, media massa memberikan banyak
peluang untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Teori Atribusi – memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba
memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia
mencoba menemukan apa menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa
melakukan apa. Respons yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada
interprestasi kita tentang peristiwa itu. Kita tidak begitu gembira dipuji oleh orang
yang menurut persepsi kita – menyampaikan pujian kepada kita karena ingin
meminjam uang. Kita sering dipuji oleh orang asing yang – menurut persepsi kita
– memberikan pujian yang objektif.
3. Teori Kategorisasi – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah
dipersiapkannya. Untuk setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam
prakonsepsi yang dimilikinya. Dengan cara itu individu menyederhanakan
pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding dengan cepat. Menurut teori ini
orang memperoleh kepuasan apabila sanggup memasukkan pengalaman dalam
kategori-kategori yang sudah dimilikinya, dan menjadi kecewa bila pengalaman
itu tidak cocok dengan prakonsepsinya.
4. Teori objektifitas – memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak
berpikir, yang selalu merumuskan konsep-konsep tertentu. Teori ini
menyimpulkan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku
yang tampak.
Keempat teori di atas menekankan aspek kognitif dari individu sebagai makhluk
yang memelihara stabilitas psikologisnya. Empat teori kognitif berikutnya – otonomi,
stimulasi, teori teleologis, dan ultilitarian – melukiskan individu sebagai makhluk yang
berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya.
1. Teori otonomi – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha
mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.
2. Teori stimulasi – memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang
senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha
memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Komunikasi massa selalu
menyajikan hal-hal yang baru, yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau
pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari.
3. Teori teleologis – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha
mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal
dari kondisi yang dikehendak. Isi media massa sering memperkokoh moralitas
konvensional dan menunjukkan bahwa orang yang berpegang teguh kepadanya
memperoleh ganjaran dalam hidupnya.
4. Teori ultilitarian - memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap
situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau
keterampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup.
2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Seperti di atas, peneliti akan memulai dengan motif-motif yang ditujukan untuk
memelihara stabilitas psikologis dan motif-motif yang mengembangkan kondisi
psikologis. Pada kelompok pertama kita masukkan teori reduksi tegangan, teori ekspresif,
teori ego-defensif, dan teori peneguhan. Pada kelompok kedua kita memasukkan teori
penonjolan, teori afiliasi, teori identifikasi, dan teori peniruan.
1. Teori reduksi tegangan – memandang manusia sebagai sistem tegangan yang
memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Tegangan emosional karena
marah berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu, baik langsung
maupun tidak langsung. Film kekerasan dalam televisi dianggap bermanfaat karena
membantu orang melepaskan kecenderungan agresifnya.
2. Teori ekspresif – menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam
pengungkapan eksistensi dirinya – menampakkan perasaan dan keyakinannya.
Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalu identifikasi
dengan tokoh-tokoh yang disajikan. Sehingga orang secara tidak langsung
mengungkapkan perasaannya.
3. Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra
diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta
berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Teori ini memberikan penjelasan
mengapa terjadi perhatian selektif atau pemberian makna terhadap pesan
komunikasi yang mengalami distorsi.
4. Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah
laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah
dialaminya pada waktu lalu. Di samping isi media yang menarik, peristiwa
menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan;
misalnya, menonton televisi sering dilakukan ditengah-tengah keluarga.
5. Teori penonjolan – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya
dan dari orang lain. Berhubungan tentang pemenuhan fantasi seseorang atau
memberikan kesempatan pada orang untuk mengidentifikasi dirinya pada media.
6. Teori afiliasi – memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang
dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media banyak
sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam
menghubungkan individu dengan individu lain. Lasswell (1948) menyebutnya
dengan fungsi “correlation”.
7. Teori identifikasi – memandang manusia sebagai pemain peranan yang berusaha
memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep
dirinya. Saat ini isi media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi
dramatis yang melibatkan respons-respons menarik dan memperkenalkan khalayak
pada berbagai peranan dan gaya hidup.
8. Teori peniruan – hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia
sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Teori
peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Komunikasi
massa menampilkan berbagai model untuk ditiru khalayaknya.19
1. massa diasumsikan mempunyai tujuan.
19 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Cet ke-23, Oktober 2005. h. 208-216
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain 2.2 Teori Uses and
Gratifications
Peneliti menggunakan teori uses and gratifications, teori ini menitikberatkan pada
pola penggunaan dan pola pemanfaatan media massa oleh manusia. Dalam asumsi ini
tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (Utility): Bahwa konsumsi media
diarahkan oleh motif (intentionatility).20
Asumsi dasar dari teori uses and gratifications model :
3. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagian penting dari penggunaan media untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari
rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi
melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang
bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan
kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti
lebih dahulu orientasi khalayak.21
Model uses and gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional
dan sangat selektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam model
ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan.
20 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984) cetakan ke-
13, mei 2007, h.65 21 Jalaluddin, op.cit h. 205
Dibandingkan dengan jarum hipodermik, model uses and gratifications mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Sven Windhal (1981:177) menuliskan perbedaan
antara pendekatan efek (model jarum hipodermik) dengan pendekatan uses and
gratifications seperti diagram dibawah ini:
Keuntungan Pendekatan Efek
Memperhitung-
kan seluruh proses komunikasi
minat pada karakteristik
stimuli
Pendekatan uses and
gratifications
Memperhitungkan deskripsi
dinamis tentang khalayak.
Anggota khalayak tidak
sepenuhnya pasif.
Menjelaskan penggunaan
media
Kerugian Khalayak sering dilukiskan
sebagai makhluk yang
seluruhnya pasif dan mudah
dimanipulasikan
Pandangan mekanistis
terhadap proses komunikasi
Terlalu banyak menjelaskan
efek dalam hubungannya
dengan stimuli
Stimuli tidak diperhitungkan
hanya model penerimaannya
saja
Terlalu melebih-lebihkan
anggota khalayak
Menggunakan faktor-faktor
mental (seperti motif mencari
keterangan)
Sebelum menceritakan berbagai motif yang mendorong orang menggunakan
media, menurut Mc Guire, kita harus menjawab dulu pertanyaan : betulkah konsumsi
komunikasi massa merupakan perilaku yang di dorong oleh motif? Sebagian orang
menyatakan bahwa terpaan media lebih merupakan kegiatan yang kebetulan dan amat
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan kebutuhan
dengan media begitu kecil dibandingkan dengan kebutuhan khalayak sehingga faktor
motivasional hampir tidak berperanan dalam menentukan terpaan media. Sebagian yang
lain lagi berpendirian bahwa walaupun ada pemuasan potensial dalam komunikasi massa,
kita tidak begitu berhasil dalam menemukan pemuasan karena media massa tidak
memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran yang dapat diberikan.
Model ini mempunyai beberapa komponen, yaitu : anteseden, motif, penggunaan
media dan efek. Komponen anteseden diukur dengan variabel individual yang terdiri dari
data demografis, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis komunikan. Variabel
lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.22
Model Awal Uses and Gratifications Dari Rosengreen23
Anteseden motif penggunaan media efek
-variabel individu -personal -hubungan -kepuasan
-variabel lingkungan - diversi -macam isi -pengetahuan
-personal -hubungan dengan isi
-identity
Menurut teori behaviorisme “law of effects” perilaku yang tidak mendatangkan
kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila
media massa tidak memberikan pemuasan kebutuhan kita. Jadi jelaslah bahwa
penggunaan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.24
Denis McQuail menyebutkan ada dua hal dibalik pendekatan ini. Pertama adalah
adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang
22 Drs. Jumroni, M.Si dan Drs. Suhaimi, M.Si, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h.59 23 Rachmat Kriyantono, S.Sos, M. Si, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada
Media Group, Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h. 206 24 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h.207
merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model
komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering
dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera
individu. Dalam hal ini, pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara
alternatif untuk memandang pada hubungan isi media dan audiens, dan pengkategorian
isi media menurut fungsi daripada tingkat selera yang berbeda.25
2.4 Media Televisi Dan Sinetron Sebagai Media Dakwah
2.4.1 Pengertian Media Televisi
Pengertian televisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :“TV adalah
pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi
(suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah
cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi
berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk
penyiaran, pertunjukkan, berita, dan sebagainya.”26
Roger Maxwell menulis bahwa televisi adalah sebagai “a brand of broadcasting,
and it depends like sound radio, on the transmission of signals in the form of
elektromagnetic waves that travel at the speed of light” (sebagai suatu cabang dari
penyiaran radio, dan sebagaimana siaran radio, ia tergantung pada penyampaian tanda-
tanda elektromagnetis secepat sinar).27
25 S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Januari 2002) h.5.37 26 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989. h.919 27 Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik dalam Perkembangannya di Indonesia Menjadi Ilmu
Komunikasi, Bina Aksara, Jakarta , Cet. Ke-3, 1986, h.59
Sedangkan Maurice Gorham mengatakan “Television is the transmission of
images by wire or radio and their simultaneous reception at a distant spot” ( Televisi
adalah penyampaian dengan gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya
secara simultan di tempat yang jauh).28
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa televisi adalah sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang
membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi tersebut penonton dapat
mendengar dan melihat gambar-gambar yang disajikan, yang memadukan unsur-unsur
radio dan film.
2.4.2 Fungsi Televisi
tidak pelak lagi, umat manusia sekarang ini telah memasuki era revolusi yang
dahsyat dalam upaya-upaya yang sadar atau tidak bagi pemenuhan kebutuhannya akan
informasi. Era yang memungkinkan kemampuan dan kapasitas intelektual menjadi –
meminjam ungkapannya Idi Subandy Ibrahim – “Condition sine quo non” guna dapat
memahami dan mengoperasikan peralatan tercanggih hasil penemuan rasionalitas
manusia dalam dasawarsa terakhir abad XX.
Perkembangan masyarakat modern, tak lepas dari perkembangan media massa.
Komunikasi antarpersona yang dilakukan face to face, sudah tak sanggup lagi
menampung proses interaksi hubungan manusia dalam masyarakat yang semakin maju.
Karena itu, masyarakat modern pasti membutuhkan media yang bersifat massal – dalam
masyarakat modern – lahirlah apa yang disebut produk budaya massa.
Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi
yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media
28 Ibid.
massa. Tetapi di pihak lain, secara timbal balik fenomena ini menimbulkan dampak yang
teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan
pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif konstruktif,
melainkan yang negatif destruktif. Lalu para pakar ini mempertanyakan fungsi
sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu.
Harold D. Lasswell menjelaskan dengan gamblang tentang beberapa fungsi
komunikasi (dalam hal ini media massa) bagi masyarakat umum, sebagai berikut:
1. Informasi; pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat
mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan
orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi; penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang
menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam
masyarakat.
3. Motivasi; menjelaskan tujuan jangka pendek dan panjang setiap masyarakat,
mendorong menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu
dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar.
4. Pendidikan; pengalihan ilmu pengetahuan sehingga memotivasi perkembangan
intelektual, pembentukkan watak dan pendidikan keterampilan.
5. Memajukan kebudayaan; penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan
memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas
serta kebutuhan estetikanya.
6. Hiburan; penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari ,
dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan individu dan kelompok.
7. Integrasi; menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan
memperoleh pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal dan
mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.29
Era bagi bangsa Indonesia yang akan datang adalah era informasi – begitu dugaan
dan harapan banyak orang. Namun, berbicara tentang era informasi berarti juga berbicara
tentang peranan media elektronik (dalam hal ini televisi) bagi kepentingan dan kebutuhan
umat manusia dalam menyongsong masa depan dan gelombang ketiga.
Lebih lanjut Dennis McQuail mengemukakan tentang fungsi media massa, yaitu :
1. Media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang, yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain
yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan
dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat
industri lainnya. Di lain pihak, institusi media massa diatur oleh masyarakat.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol manajemen dan inovasi
dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti sumber daya lain.
3. Media massa sering kali berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa
kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional ataupun internasional.
29 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, Cet ke-9, h.
27-28
4. Media massa sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,
yang bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi
juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.
5. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu dalam
upaya memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat
dan keluarga masyarakat dan keluarga secara kolektif. Media juga menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.30
Dengan demikian jelaslah bahwa secara fungsional televisi menjadi perangkat
universal bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam
kehidupan, seperti mendifusikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur
(to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Namun kita juga dapat melihat
kenyataan, walaupun semua fungsi universal tersebut sudah dipenuhi, ada fungsi lain
yang seringkali (mungkin tidak disadari) terabaikan atau terlecehkan. Dalam hal ini
fungsi khas budaya Indonesia yang memberikan dasar dan landasan kultural atau
“benteng budaya” belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, apabila kita ingin melihat
seberapa jauh kontribusi stasiun televisi yang ada dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang dicita-citakan, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya atau
masyarakat madani, jawatannya akan sangat tergantung pada seberapa jauh orientasi dan
tujuan penyelenggaraan televisi tersebut sebagai sarana massa.
2.4.3 Televisi Sebagai Media Dakwah
30 N. Syamsuddin Ch. Haesy, Tehnik Manajemen Penyiaran dan Penerangan Agama dalam Media Massa,
Makalah Seminar IAIN Jakarta, 15 Mei 1993, h. 1-2
Munculnya media TV dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan
teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia.
Khusus bagi TV sendiri, memang harus diakui mempunyai banyak keunggulan
ketimbang media massa lainnya. Dedy Djamluddin dalam tulisannya, “Mencari Solusi
Dakwah Efektif di Televisi”, menyimpulkan bahwa ada beberapa alasan mengenai
keunggulan televisi. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio visual. Kedua, dilihat
dari sisi kualitas peristiwa televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada
masyarakat. Ketiga, disisi khalayak televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang media
massa lainnya yang mungkin hanya menjangkau pemirsa ratusan ribu. Keempat, efek
kultural televisi lebih besar daripada efek media massa lainnya khususnya bagi
pembentukkan perilaku proposial dan antionak.31
Media berarti segala bentuk yang membantu juru dakwah dalam menyampaikan
dakwahnya secara efektif dan efisien.32
Saat ini hampir di setiap stasiun penyiaran televisi di Indonesia memiliki program
acara dakwah Islam baik yang sifatnya rutin atau tidak rutin, meski porsinya cukup jauh
dari pada tayangan-tayangan komersial lainnya, namun paling tidak hal ini cukup
memuaskan dalam hal pemenuhan kebutuhan khalayak terhadap televisi yang berfungsi
sebagai media informasi dan pendidikan.
Televisi dapat dikatakan sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena
kemampuannya dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar
sekaligus narasinya. Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
31 Dedy Djamaluddin Malik, Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi: Dakwah Kontemporer Pola
Alternatif Dakwah Melalui TV, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, hal.87 32 Abd. Karim Zaedan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah II, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), cet. Ke-2, hal.225
dalam bentuk ceramah, sandiwara, ataupun drama. Dengan televisi seorang pemirsa dapat
mengikuti dakwah seakan ia berada langsung dihadapan da’i, seakan ia dapat
mengadakan komunikasi langsung dengannya untuk menarik dakwah langsung melalui
televisi apalagi jika da’i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu
program yang sederhana dan disenangi oleh berbagai kalangan masyarakat.33
Kehadiran berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak
langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah dan bagi
pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara
menarik. Televisi merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982,
menyebutkan bahwa televisi mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %, majalah 28
%, dan radio 6 %.34
Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus tanggap bahwa
dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak orang terlebih mayoritas
negara kita 88 % pemeluk agama Islam, maka sudah selayaknya para pengelola televisi
bisa menghadirkan paket acara dengan nuansa Islami sebagai penghormatan dan sebagai
penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informative, dan hiburan.
2.5 Sinetron atau Sinema Elektronik
Alat televisi pertama kali diperjualbelikan pada akhir tahun.1920-an, meski tidak
banyak didiskusikan sebelumnya. Pemindai mekanis televisi pertama terbuat dari sebuah
“kotak topi”. Baird menghargai perlunya publisitas apalagi karena ia sangat bergantung
33 Darmawansastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University
Press,1994), hal.89 34 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita 13 Desember 1991)
pada dukungan dana orang lain, akibatnya ia lebih banyak membuat publisitas bagi
televisi di kedua sisi lautan Atlantik dibandingkan orang lain manapun.
Pada 30 September 1929 untuk pertama kalinya Baird meluncurkan layanan
televisi percobaan. Presiden the British Broadcaster of Trade, yang memberikan
persetujuannya menyatakan pada para penonton (viewers) bahwa ia mengharapkan di
masa depan ilmu terapannya yang baru ini mendorong tumbuhnya suatu industri baru,
tidak hanya bagi Inggris dan kerajaan Inggris Raya saja, tetapi juga bagi seluruh dunia.35
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi elektronik, khususnya media televisi di
dunia telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Hadirnya televisi
swasta di Indonesia dengan berbagai macam mata acara yang menarik terus- menerus
diikuti perkembangannya oleh pemirsa, siaran langsung sepak bola di negara Italia dan
Inggris misalnya dapat dilihat dalam waktu yang dapat bersamaan di RCTI.
Pemirsa televisi dihadapkan pada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara
televisi yang berbeda. Salah satunya adalah sinetron atau sinema elektronik.
Menjamurnya paket sinetron bukan hal luar biasa. Kehadiran sintetron merupakan satu
bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita
untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari.
Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat
sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Tetapi para kru
televisi dituntut untuk bertanggung jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan
beban moral yang harus diterima.
35 Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2006) h. 215
Berbicara mengenai isi pesan dalam sinetron dalam sebuah paket sinetron televisi,
bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi,
ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan
kehidupan nyata dari masyarakat sehari-hari.
Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial
dalam masyarakat.
2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan
responsif.
Jadi kesimpulannya, isi pesan sinetron di televisi harus dapat mewujudkan dan
mengekspresikan kenyataan sosial masyarakat, tanpa melepaskan diri dari lingkungan
budaya pemirsa yang heterogen.36
Dilihat dari segi dakwah, sinetron memiliki potensi besar sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada khalayak.
36 Drs. Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta; PT RINEKA
CIPTA, 1996) h.129-133
BAB III
DATA-DATA PENELITIAN
3.1 Latar Belakang Berdirinya PT Demigis Citrasinema
3.1.1 Sejarah Singkat
PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan pada awal tahun 1997 oleh Deddy
Mizwar, yang bertindak selaku komisaris, direktur utama, sekaligus produser.
Perusahaan ini bergerak di bidang produksi tayangan film dan sinetron serta iklan. Pada
awal berdiri, Citra Sinema mengkaryakan 7 (tujuh) orang karyawan tetap, kemudian
berkembang menjadi 25 orang sampai sekarang.
Produksi pertama Citra Sinema adalah sinetron serial komedi “Mat Angin” (1997, TPI),
berlanjut dengan judul-judul populer lainnya, di antaranya serial “Lorong Waktu”,
“Kiamat Sudah Dekat”, “Ketika”, “Demi Masa”, “Bingkisan untuk Presiden”, dan
banyak lagi lainnya. Citra Sinema dikenal dengan produksi film dan sinetron bernuansa
relijius yang dibumbui humor cerdas.
Citra Sinema mendapat banyak penghargaan dari Festival Film Indonesia,
Festival Sinetron Indonesia, Festival Film Bandung, dan dari berbagai event serta
lembaga-lembaga yang bersimpati.37
3.1.2 Manajemen
Manajemen di dalam PT Demi Gisela Citra Sinema tidak berbeda dengan
perusahaan-perusahaan lainnya. Dipimpin oleh seorang Direktur Utama/Produser, yang
dibantu oleh General Manager, Sekretaris, Finance Department, Production Department,
dan Creative Department. Sebagai sebuah perusahaan kecil-menengah, beberapa bidang
tugas dirangkap oleh satu orang, misalnya General Manager yang merangkap tugas
37 Dokumen privat dari rumah produksi Demi Gisela Citrasinema, diambil pada tanggal 23 Maret 2008
37
HRD; Production Department yang sekaligus mengurusi pemeliharaan alat-alat syuting
dan editing.
Standar gaji karyawan sesuai dengan UMR, begitu pula dengan pemberian THR
dan tunjangan-tunjangan lainnya.
Citra Sinema bertempat di sebuah ruko tiga lantai dengan pembagian sebagai
berikut:
Lantai Dasar: digunakan oleh Departemen Produksi, mushola, ruang penyimpanan alat-
alat syuting, pantry, ruang tunggu, dan ruang casting para calon pemain (talent), serta
toilet.
Lantai Dua: terdiri dari tujuh ruangan untuk Departemen Keuangan, Sekretaris, ruang
kerja Direktur Utama/Produser, ruang kerja Finance Manager/General Affairs, Meeting
Room, Creative Department, dan Ruang Tunggu.
Lantai Tiga: dibagi menjadi dua, yakni Ruang Preview dan Ruang Editing (terdiri dari
lima bilik, termasuk Digital Library).
Untuk keperluan produksi syuting, selain mempekerjakan karyawan tetap,
perusahaan ini juga mempekerjakan SDM outsource yang terikat kontrak dalam jangka
waktu produksi; misalnya Sutradara, kru, Musisi, tambahan tenaga Editor, penyedia
peralatan syuting, Penulis Skenario, dan sebagainya.38
3.2 Visi dan Misi PT Demigis Citrasinema
VISI
PT Demi Gisela Citra Sinema: "Dunia dengan segala kehidupannya adalah sarana
beribadah kepada Allah SWT."
38 Ibid
PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan dan dimiliki oleh Deddy Mizwar.
Sebagai seorang yang relijius, Deddy Mizwar ingin mengorientasikan hidupnya pada
ibadah kepada Allah dengan landasan ayat dalam Al Qur'an "Tidak Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu" (Surat Az Zariat: 51).
Maka, segala usaha dan kerja dalam hidupnya, termasuk perusahaan yang dia
dirikan, dijalankan dengan mengarah pada tujuan tersebut. Semua produksi yang dibuat
oleh PT Demi Gisela Citra Sinema senantiasa berlandaskan pada visi tersebut. Dalam
produksi sinetron, misalnya, tema-tema yang ditampilkan lebih banyak mengacu pada
tema-tema relijius yang dikemas dengan nuansa entertainment sehingga bisa dinikmati
penonton pada umumnya. Demi Gisela Citra Sinema menyadari bahwa penonton tidak
hanya membutuhkan hal-hal yang bernilai luhur, tapi juga membutuhkan kesenangan
selama menonton.
MISI
PT Demi Gisela Citra Sinema: "Memproduksi karya sinema yang berorientasi pada
pencerdasan dan pencerahan ummat."
Semua produksi PT Demi Gisela Citra Sinema bertujuan turut mencerdaskan dan
mencerahkan ummat (pemirsa). Berkreasi dengan koridor semacam ini berarti Produser
sangat berkepentingan dalam pemilihan tema-tema dan topik yang tertuang dalam setiap
sinetron dan film yang diproduksinya. Tema-tema yang diangkat berkisar pada tema-
tema relijius (Islam) yang dikolaborasi dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat Indonesia, khususnya.
Cara penyajiannya juga diupayakan mengarah pada upaya pencerdasan dan
pencerahan ummat. Sinetron dan film produksi Demi Gisela Citra Sinema menghindari
penyajian yang menggurui, vulgar, verbal, dan melanggar suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) serta etika. Sebagai gantinya, teknik penyajiannya lebih
merupakan teknik analogi yang tidak secara langsung tapi lebih efektif dan "membekas"
dalam benak pemirsa. Selain itu, kadang disisipkan pula elemen-elemen humor dalam
penyajian agar mudah diterima dan disukai pemirsa. Jenis humornya pun diseleksi yang
tidak melanggar aturan agama. Kadangkala harus menghilangkan sebuah adegan yang
sangat menarik hanya untuk menghindari dari pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Demi Gisela Citra Sinema mencoba untuk lebih bertanggung-jawab terhadap
pemirsa, khususnya bertanggung-jawab kepada Tuhan.
3.3 Struktur Jabatan PT Demigis Citrasinema
STRUKTUR PRODUKSI FILM & SINETRON
PT DEMI GISELA CITRASINEMA
3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan
3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan
POST PRODUCTION
• Editor
• Musisi
• Animator
• Sound Engineer
• Dll.
ARTIS/
TALENT
SUTRADARA
MANAJER
PRODUKSI TIM KREATIF • Pengarah kreatif
• Penulis
• Disain grafis
PUBLIC
RELATIONS
KRU • Pengarah
fotograrfi/D O P
• Pengarah Artistik
• Kostum&Make Up
• Kameramen
• Operator Peralatan
• Driver
• Diesel/Genset
UNIT
PRODUKSI
Untuk pemilihan tema dan topik, biasanya merupakan hasil diskusi antara Wahyu
dengan tim kreatifnya yang terdiri dari: Bang Diding Jacob, HAMBA, Kang Arief, Albert
Hakim, Farrel M. Rizqy, Amiruddin Olland, dan Veronica Grensilia.
Tema umum sinetron Para Pencari Tuhan adalah Hidup dengan Al Qur'an.
maksudnya, Wahyu ingin menggambarkan tentang masyarakat yang kehidupan atau
segala aktifitasnya dalam prosesnya diatur berdasarkan Al-Qur’an, kehidupan yang ingin
ditampilkan disini, bahwa hidup dibawah naungan Al-Qur’an tidak sesempit pikiran
manusia zaman sekarang, yang kebanyakan justru menjauhi Al-Qur’an.39
Pesan utamanya adalah dekatkan kembali hidupmu pada Islam. Di sini Wahyu
hendak mengatakan, hidup dalam Islam tidaklah seburuk persangkaan kita, di mana
aturan yang ketat memenjarakan setiap langkah kita, namun ia ingin mengatakan dengan
kembali pada Islam, hidup akan lebih aman, damai, tentram, dan sejahtera, ia pun ingin
menyampaikan, bahwa sesungguhnya Islam itu bersifat fleksibel, namun bukan berarti
karena kefleksibelannya, kita mencampuradukkannya dengan pemahaman lain yang
tergolong asing dalam Islam.
3.4.2 Alur dan Penokohan
3.4.2.1 Alur
Dalam skenario sinetron Para Pencari Tuhan, yang digunakan adalah alur
campuran, di mana sinopsis bercerita mengenai kisah hidup tiga mantan narapidana,
39 Wawancara dengan Wahyu HS, penulis skenario, tanggal 27 Maret 2008
yaitu: Barong, Juki, dan Chelsea. Mereka tidak lagi dapat diterima oleh masyarakat
dilingkungan tempat mereka bersosialisasi dikarenakan mantan napi.
Setelah keluar dari penjara, Barong diusir dari komplotan curamnor lantaran
sering menyanyi di pengadilan. Dengan kasus yang hampir sama, Juki yang mantan
copet, ditolak mentah-mentah saat kembali ke rumah ibunya. Nasib Chelsea sedikit
menyedihkan. Ketika akan mengajak rujuk kembali dengan mantan istri, ternyata sang
istri sudah menikah dengan polisi yang menjebloskannya ke penjara.
Akhirnya mereka bertiga secara tak sengaja bertemu dan luntang lantung
menyusuri Jakarta yang tak lagi ramah. Seharian mereka menjumpai warung tutup. Hati
mereka makin sakit, merasa dunia sudah benar-benar menutup diri bagi mereka. Mereka
baru tersadar saat ada yang memberitahu bahwa hari ini adalah hari pertama bulan puasa,
sehingga tak ada orang makan di warung.
Ketiganya kemudian terdampar di musala. Di sana ada Bang Jack, penjaga musala
yang fanatik dengan bedug. Dia tak mau adzan jika belum menabuh bedug. Mantan
tukang jagal ini akhirnya tak hanya menerima ketiga narapidana, tapi sekaligus sudi
membimbingnya ke jalan yang benar. Sebenarnya Bang Jack sendiri ilmu agamanya pas-
pasan, sehingga dalam penerapan agama sering keliru. Untunglah ada Aya yang
membantunya. Gadis cantik penjual kolak dan pengelola taman bacaan itu paham soal
agama. Ada pula Ustad Ferry sang ketua pengurus musala, yang pamornya tengah
menanjak setelah menjadi komentator di sebuah televisi.
Insyaf bukanlah hal mudah bagi ketiganya. Pun ketika mereka harus berpuasa di
Ramadan, apalagi Bang Jack mencanangkan "Bulan Berburu Rezeki Halal". 40
40 www.Liputan6.com, 23 september 2007
Sebenarnya sinetron ini diangkat dari keresahan Deddy Mizwar sebagai
penggagas seni. Ia merasa selama bulan ramadhan acara yang ditampilkan kebanyakan
lebih bersifat hura-hura dan saling ejek fisik. Sedangkan nasihat atau inti sari agama yang
disampaikan tidak tercapai. Karena itu Deddy mengangkat sinetron ini untuk
menyalurkan segala keresahannya dan menjadikan sinetron ini sebagai salah satu
tanggung jawab moral kepada masyarakat di Indonesia yang membutuhkan tontonan
yang mendidik.
3.4.2.2 Penokohan
Dalam hal penokohan, Wahyu berujar bahwa dirinya menggunakan pendekatan
psikologis yang realistis untuk membedah karakter psikologis setiap karakter atau
tokoh hingga detail-detailnya dengan pendekatan realistis. Tokoh atau karakter yang
dimunculkan disesuaikan dengan kebutuhan cerita, karena setiap tokoh/karakter harus
mampu mendukung alur cerita atau plot. Tentunya karakter ini dapat semakin terasah
dengan bantuan sang sutradara.
Dalam sinetron PPT, pembangunan karakter sangat sempurna bahkan boleh
dikatakan cukup revolusioner bila dibandingkan dengan berbagai sinetron kurang
mendidik yang masih saja ditayangkan, dengan orang-orang Bollywood sebagai tokoh
utama konspiratornya. Sinteron-sinetron kita saat ini bukan saja rendah pembentukan
karakternya tapi memang tidak diperhatikan. Namun dalam sinetron PPT tidak, dalam
sinema Para Pencari Tuhan, sutradaranya mampu membentuk karakter masing-masing
orang bahkan dengan memperkuat karakter kepribadian orang itu. Deddy adalah jenis
sutradara yang tidak menjadikan aktornya tersiksa dalam karakter orang lain. Contoh
yang bisa dilihat, seperti karakter Udin, si Udin Nganga, kemungkinan dalam
kesehariannya memang berkarakter asal bicara, cerewet dan kritis. Di tangan Deddy
Mizwar aktor Udin ini diperkuat, dari seluruh pemeran PPT karakter Udinlah yang
terbaik, dia menjadi penterjemah pikiran Deddy Mizwar tentang pembumian Al-Qur’an,
penghubungan relasi-relasi antara mistifikasi agama dengan realitas kemasyarakatan.
Karakter Udin adalah tendensi sekuler dalam masyarakat.
Sedikit dibawah Udin adalah karakter Asrul Dahlan yang berperan sebagai Asrul,
karakter Asrul dengan logat Medannya yang khas diperkuat Deddy dengan sikap idealis.
Disini sesungguhnya Asrul dikurung oleh Idealismenya, Asrul adalah perwakilan terbaik
dalam cerminan sikap Nabi Ayub dalam melihat kemiskinan, walaupun ia berteriak
dengan kemiskinannya, ia masih berpegang pada idealismenya, karakter ini dipasangkan
pada Udin yang realistis kemudian bukan melahirkan kontra tapi sebuah gabungan di
mana Idealisme atau Realitas semuanya berujung pada satu kepentingan, `bagaimana gua
bisa makan hari ini'. Duet Asrul dan Udin merupakan duet menarik yang
menggambarkan kebimbangan kaum proletar. Mereka berupaya keras untuk bergantung
pada orang kaya tapi dalam hati mereka memusuhi. Ketidakberdayaan kaum proletar ini
semakin dipaksa ke dalam susunan masyarakat yang sudah ada dimana memang secara
ekonomis kaum kapitalislah yang memegang kekuasaan dan pendorong supaya Udin dan
Asrul ini dapat menerima takdir kemiskinan mereka secara fatalistis.
Adalah Ustadz Ferry yang diperankan secara parodikal oleh Akri. Deddy Mizwar
tidak salah menarik Akri sebagai parodi Ustadz yang senang akan uang dan selebritas
sebuah tendensi dakwah jaman kita. Mungkin Deddy mengamati secara serius
karakterisasi Akri ketika melawak dengan Patrio, dan harus diakui Deddy adalah orang
paling pintar dalam mengambil aktor dengan kesesuaian karakter, ini bisa dilihat dalam
Nagabonar 2 bagaimana Karakter Lukman Sardi yang sopir bajaj tanpa banyak bicara
bisa terbangun sebagai bagian dari masyarakat marginal ibukota yang juga dirugikan oleh
sejarah (suatu saat Nagabonar tua melihat foto orang tua karakter Lukman Sardi yang
berseragam perwira AURI, pada jaman Orde Baru AURI mengalami korban sejarah
akibat Gestapu), begitu juga saat Deddy memasukkan karakter Jaja Mihardja yang tanpa
bicara bisa mengundang tawa penonton, karakter Jaja sebagai seorang Gay Tua.
Akri yang sering memparodikan dalam lawakannya sebagai orang Arab bisa
dijadikan oleh Deddy sebagai gambaran elite agama yang lidahnya ke Arab-Araban
namun perilakunya tetap Indonesia asli. Lidah ke Arab-Araban dalam konteks
keberagamaan di Indonesia dalam ruang bahasa sudah bisa masuk ke dalam masyarakat
elite, ini sama saja dengan lidah ke Perancis-Perancisan bagi orang Jerman dan Rusia
pada abad 17, dimana bahasa Perancis adalah bahasa Dewa sementara bahasa Jerman dan
Rusia cukup buat bicara dengan kuda.
Kecemerlangan Deddy juga membawa karakter Akri ke dalam komoditifikasi
Dakwah. Dakwah dalam pikiran Ustadz Ferry bukan lagi media perjuangan sebagai
pewaris Ilmu Nabi, tapi merupakan sebuah industri. Ini bisa terlihat bagaimana Ustadz
kecewa pada isterinya yang lebih dipilih oleh industri sinetron daripada dirinya,
kekecewaan ini menunjukkan bahwa konsepsi dakwah Ustadz Ferry adalah industrialis
bukan idealis.
Zascia Mecca yang memainkan karakter Ayya. Ini merupakan sebuah
kecemerlangan Deddy yang secara diam-diam melihat Zascia sebagai etalase perempuan
berpenampilan muslim, tapi cukup sampai pada batasan etalase belum substansial
kemuslimannya. Ini diperlihatkan bagaimana Ayya menjadi wanita pendendam hanya
karena dikatakan `bodoh' oleh pacarnya. Karakterisasi Ayya ini merupakan sindiran pada
kaum muslimah bahwa dengan baju berpenampilan Muslim apa sudah bisa melakukan
substansi keIslamannya. Atau sekedar
menjadi etalase.
Pelawak Jarwo yang memainkan peran sebagai Pak Djalal, lelaki kaya yang sinis
menjadi semacam klise bahwa menjadi kaya adalah kurang baik dan cenderung kikir. Ini
merupakan karakter biasa dimanapun, baik di Amerika maupun di Indonesia. Kekayaan
dalam sinema-sinema selalu digambarkan sebagai orang yang culas dan mencuri dari
keringat orang lain. Hanya saja Jarwo disini selalu merasa menang ketika bisa menghina
orang lain dengan bandingan kekayaan.
Puncak dari karakter sinetron Para Pencari Tuhan adalah Bang Jack sendiri yakni
Deddy Mizwar, dia lucu, cerdas, namun na'if. Puncak kelucuannya saat dia berkhutbah di
rumah Pak Djalal tapi tidak fokus pada apa yang dibicarakannya dan membuat malu
teman-temannya. Hal ini mengingatkan saya pada sinetron Bajaj Badjuri saat itu Si Said
kedatangan pamannya dari Arab yang tidak bisa bahasa Indonesia, dia hanya bisa bahasa
Arab. Sang paman dan si Said diundang ke acara selamatan Mpok Minah. Saat paman si
Said bicara pada Said dalam bahasa Arab, tetangga-tetangga si Said termasuk Pak RT,
Ucup, Emak, Badjuri, berkata "Amien...Amien" menganggap yang dikatakan pamannya
si Said adalah doa. Ini merupakan sindiran bahwa orang kita tidak pernah paham
substansi sebuah makna. Apalagi makna beragama.
Susunan masyarakat dalam sinetron Para Pencari Tuhan digambarkan dengan
apik oleh Deddy. Dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat susunan masyarakat ini tidak
terlalu terlihat relasi-relasinya, namun oleh Deddy di sinetron Para Pencari Tuhan
diperlihatkan relasi-relasinya termasuk penindasan terselubung si kaya dengan si miskin
yang dengan baik digambarkan pada negosiasi kerja antara Pak Djalal dengan Asrul
Dahlan dan saat Pak Djalal membayar uang dengan membuang uang bukan memberikan
baik-baik, inilah kekerasan struktural masyarakat. Dari semua penggambaran susunan
struktural
masyarakat pesannya singkat, bahwa kita harus menerima susunan masyarakat tanpa
harus mengkritisinya dan mungkin bila stres larinya ke doa-doa serta dzikir.41
3.5 Profil Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan
Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Jenis Kelamin, Usia, dan
Pendidikan
Gambaran umum dari segi jenis kelamin
Tabel 1.1
Jenis kelamin responden
Jenis kelamin Frekuensi (F) Persentase relatif
(%)
Persentase
kumulatif
(%)
Laki-laki 30 54,6 54,6%
Perempuan 25 45. 100%
41 Forum kompas, www.kompas.com, edisi 23 Septemnber 2007
0
5
10
15
20
25
30
frekuensi persentase
laki-laki
perempuan
Jumlah 55 100
Dari tabel di atas ternyata perbandingan jumlah lelaki dengan perempuan lebih
banyak lelaki, yakni 30 orang (54,6%) dan perempuan sebanyak 25 orang (45,5%). Ini
berarti jumlah responden perempuan tidak mencapai 50% dari seluruh responden.
Gambaran umum identitas responden dari segi usia
Tabel 1.2
Usia responden
Tingkatan usia Laki-laki Perempuan Frekuensi (F) Persentase
relatif (%)
< 20 tahun 5 2 7 12,74
20-25 tahun 5 7 12 21,84
26-35 tahun 6 5 11 20,02
36-45 tahun 7 5 12 21,84
0
2
4
6
8
10
12
laki-laki perempuan frekuensi persen
<20 tahun
20-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
46-55 tahun 4 5 9 16,38
56-65 tahun 3 1 4 7,28
Jumlah 30 25 55 100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memasuki
kategori dewasa. Terdapat 7 orang (12,74%) responden yang berusia kurang dari 20
tahun. Jika diperhatikan lebih seksama, maka yang terbanyak responden berusia 36-45
tahun yang berjumlah 12 orang (21,84%) begitu juga dengan responden yang berusia 20-
25 tahun yang berjumlah dan berpersentase sama. Selebihnya dengan responden berusia
26-35 tahun yang berjumlah 11 orang (20,02%), 46-55 tahun yang berjumlah 9 orang
(16,38%) dan yang terkecil yakni usia 56-65 tahun yang berjumlah 4 orang (7,28%).
Gambaran umum berdasarkan pendidikan
Tabel 1.3
Pendidikan responden
Tingkat
pendidikan
Laki-laki Perempuan Frekuensi Persentase
SD 5 3 8 14,56
SLTP 7 7 14 25,48
SLTA 8 8 16 29,12
Diploma 4 - 4 7,28
S1 dan S2 6 7 13 23,66
Total 30 25 55 100
Dari tabel di atas, dari segi pendidikan, responden majelis taklim Al-Amin
terbilang beragam dabn cukup tinggi. Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas
responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 16 orang atau 29,12%. Sedangkan 14
orang atau 25,48% responden berpendidikan SLTP. Dan sisanya 8 orang atau 14,56%
berpendidikan SD, 4 orang atau 7,28% berpendidikan Diploma, dan 13 orang atau
23,66% berpendidikan S1 dan S2.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
laki-laki perempuan frekuensi persentase
SD
SLTP
SLTA
Diploma
S1 danS2
Dari data demografi diatas kita dapat melihat bahwa dari segi jenis kelamin, baik
lelaki maupun perempuan sama-sama menyenangi sinetron Sinema Para Pencari Tuhan,
sedangkan dari segi usia, penonton sinetron Para Pencari Tuhan cukup merata, dan dari
segi pendidikan, bisa dikatakan, sinetron Para Pencari Tuhan merupakan sinetron yang
diminati dari berbagai latar pendidikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Identitas Responden Penonton Sinema Para Pencari Tuhan
Berikut ini akan dipaparkan mengenai identitas responden yang dibagi dalam
empat hal yakni mengenai persentase frekuensi berapa kali menonton sinema Para
Pencari Tuhan, lamanya menonton televisi dalam sehari, kepuasan yang dicari dan
kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan dilihat dari segi
pengetahuan, hiburan, pengalaman, dan relaksasi.
4.1.1 Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Lamanya Menonton Televisi
Tabel 1.4
Lamanya Menonton Televisi dalam Sehari
Jam Laki-laki Perempuan Frekuensi Persentase
8 jam 1 - 1 1,82
6 jam 12 12 24 43,68
4 jam 16 13 29 52,78
2 jam 1 - 1 1,82
0 jam - - - -
Total 30 25 55 100
D
ari
tabel
0
5
10
15
20
25
30
8 6 4 2 0
laki-laki
perempuan
frekuensi
persentase
52
diatas, dapat dilihat bahwa di kelurahan Mekarsari bahwa mereka cukup sering menonton
televisi selama sehari, ini bisa dillihat dari jumlah orang yang menonton, yakni sebanyak
29 orang atau 52,78% menonton perharinya selama 4 jam, lalu dilanjutkan 24 orang atau
43,68% selama 6 jam, kemudian 1 orang atau 1,82% selama 8 jam perhari, dan 1 orang
atau 1,82% selama 2 jam perhari.
4.1.2 Frekuensi Menonton Sinetron Para Pencari Tuhan Dalam Seminggu
Tabel 1.5
Frekuensi menonton PPT
Frekuensi
menonton
PPT
Laki-laki Perempuan Frekuensi Persentase
7 kali 12 8 20 36,4
5 kali 15 10 25 45,5
3 kali 3 7 10 18,2
1 kali - - - -
0 kali - - - -
Total 30 25 55 100
Dari
tabel
0
5
10
15
20
25
7 5 3 1 0
laki-laki
perempuan
frekuensi
persentase
di atas dapat diperhatikan, bahwa sebanyak 20 orang atau 36,4% sangat sering menonton
sinetron Para Pencari Tuhan, yakni tujuh kali dalam seminggu, dilanjutkan sebanyak 25
orang atau 45,5% menonton lima kali dalam seminggu, lalu sebanyak 10 orang atau 18,2
% menonton sebanyak tiga kali dalam seminggu, ini menunjukkan tingkat peminat
sinema Para Pencari Tuhan sangat tinggi.
4.1.3 Kepuasan Yang Didapat Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan
Tabel 1.6
Kepuasan yang didapat
Sangat
setuju
setuju Ragu-
ragu
Kurang
setuju
Tidak
setuju
frekuensi persentase
Pengetahuan 4 9 - - - 13 23,66
Hiburan 4 10 - - - 14 25,48
Pengalaman - 4 6 - - 10 18,2
Relaksasi
(pelepasan
ketegangan)
10 8 - - - 18 32,76
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mendapatkan kepuasan
menonton sinetron Para Pencari Tuhan dari segi pendidikan sebanyak 4 orang atau
7,28%, selebihnya sebanyak 9 orang atau 16,38% menjawab setuju jika mereka mendapat
pendidikan dari sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi hiburan sebanyak 4 orang atau
7,28% menyatakan sangat setuju jika mereka mendapatkan hiburan saat menonton
sinetron Para Pencari Tuhan, selebihnya sebanyak 10 orang atau 18,2% menyatakan
setuju jika mereka mendapatkan hiburan saat menonton sinetron Para Pencari Tuhan.
Dari segi pengalaman sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan setuju jika mereka
mendapatkan pengalaman berharga dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan,
sedangkan 6 orang atau 10,92% menyatakan setuju jika mereka mendapatkan
pengalaman dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi relaksasi, sebanyak
10 orang atau 18,2% menyatakan sangat setuju jika mereka dapat relaksasi dengan
menonton sinetron Para Pencari Tuhan, selebihnya 8 orang atau 14,56% menjawab
setuju.
4.1.3 Alasan Menonton Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan
Tabel 1.7
Kepuasan yang dicari
Sangat
setuju
Setuju Ragu-
ragu
Kurang
setuju
Tidak
setuju
Frekuensi persentase
Pengetahuan 4 10 - - - 14 25,48
Hiburan 5 9 - - 14 25,48
Pengalaman 6 - 4 - - 10 18,2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
pendidikan hiburan pengalaman relaksasi
sangat setuju
setuju
ragu-ragu
kurang setuju
tidak setuju
Relaksasi 5 12 - - - 17 30,94
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden secara keseluruhan menyetujui
jika mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari pengetahuan,
sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan sangat setuju dan 10 orang atau 18,2%. Dari
segi hiburan , 5 orang atau 9,10% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron
Para Pencari Tuhan karena ingin mencari hiburan dan 9 orang atau 16,38% menjawab
setuju, Dari segi pengalaman, 6 orang atau 10,92% menjawab sangat setuju jika mereka
menonton sinetron Para Pencari, sedangkan 4 orang atau 7,28% menjawab ragu-ragu
bahwa mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari pengalaman. Dari
segi relaksasi, 5 orang atau 9,1% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron
Para Pencari Tuhan karena mencari relaksasi, 12 orang atau 21,84% menjawab setuju.
4.1.4 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Untuk mengetahui ketepatan atau kelayakan alat pengukuran serta kesesuaiannya.
Maka dibawah ini penulis melakukan pengujian alat ukur dengan cara menguji setiap
butir pertanyaan untuk mendapatkan data atau alat pengukuran yang tepat dan sesuai.
Berikut ini hasil dari pengujian instrumen.
Tabel 1.8
Validitas instrumen
Variabel Item valid Item tidak valid Total item
Motivasi 1,2,3,4,5 - 5
Kepuasan 1,2,3,4,5 - 5
Dari tabel di atas, setelah dilakukan pengujian validitas dan realibilitas, maka di
dapat item yang valid dan reliabel terdiri dari keseluruhan item untuk variabel motivasi,
sedangkan untuk variabel kepuasan item yang valid dan reliabel terdiri dari keseluruhan
pula, pengujian menggunakan rumus korelasi product moment. Tahap perhitungan dapat
dilihat dilampiran.
4.1.6 Uji Hipotesis
Pada uji hipotesis, peneliti menggunakan item-item yang valid dan reliabel guna
dijadikan acuan, total keseluruhan pertanyaan berjumlah 10 item dan keseluruhan
terhitung valid. Berikut uji hipotesis dari hubungan antara motivasi dan kepuasan
Hipotesis:
H0 : tidak pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di
kelurahan Mekarsari,Depok
Ha : ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di
kelurahan Mekarsari, Depok
Ha : r ≠ 0
H0 : r = 0
No X y x2 y2 xy
1 22 21 484 441 462
2 19 19 361 361 361
3 18 20 324 400 360
4 23 21 529 441 483
5 24 21 576 441 504
6 21 20 441 400 420
7 20 22 400 484 440
8 20 19 400 361 380
9 20 20 400 400 400
10 19 20 361 400 380
11 20 19 400 361 380
12 20 23 400 529 460
13 18 22 324 484 396
14 21 19 441 361 399
15 20 21 400 441 420
16 19 22 361 484 418
17 21 21 441 441 441
18 19 22 361 484 418
19 21 22 441 484 462
20 19 21 361 441 399
21 20 23 400 529 460
22 18 20 324 400 360
23 21 20 441 400 420
24 21 21 441 441 441
25 24 24 576 576 576
26 21 21 441 441 441
27 20 22 400 484 440
28 20 19 400 361 380
29 19 21 361 441 399
30 18 19 324 361 342
31 21 19 441 361 399
32 24 21 576 441 504
33 23 20 529 400 460
34 19 22 361 484 418
35 23 22 529 484 506
36 20 23 400 529 460
37 24 24 576 576 576
38 18 23 324 529 414
39 21 22 441 484 462
40 19 22 361 484 418
41 19 23 361 529 437
42 20 21 400 441 420
43 19 19 361 361 361
44 21 20 441 400 420
45 22 21 484 441 462
46 20 22 400 484 440
47 21 21 441 441 441
48 21 21 441 441 441
49 18 20 324 400 360
50 18 21 324 441 378
51 20 21 400 441 420
52 18 20 324 400 360
53 19 20 361 400 380
54 19 21 361 441 399
55 21 22 441 484 462
1114 1156 22716 24390 23440
r hitung = 1289200-1287784
√ 8384 . 5114
= 1416
6547
= 0,216
Dari hasil r hitung diatas, kita cocokkan dengan ukuran kekuatan hubungan
berdasarkan koefiesien asosiasi, yakni:
Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali, tidak valid
0,20 – 0,39 hubungan rendah tetapi pasti
0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90 hubungan yang tinggi; kuat
lebih dari 0,90 hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat
diandalkan
dilihat dari hasil, 0,216 termasuk hubungan yang rendah namun pasti, sedangkan
berdasarkan r tabel, r hitung dikatakan memiliki taraf signifikansi 5 % jika:
dk-2 = 55- 2
= 53
untuk r tabel, N = 53, maka r tabelnya adalah 0,266, jika r hitung > r tabel, maka ia
memiliki hubungan signifikan, jika r hitung < r tabel maka ia tidak memiliki pengaruh
yang signifikan. Hasilnya 0,216 < 0,266, maka dapat dikatakan :
antara motivasi dengan kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan memiliki
pengaruh namun bernilai rendah. Sehingga Ha diterima, Ho ditolak.
4. 2 Analisis data
4.2.1 Identitas Responden
Dari segi responden, sinema para pencari tuhan mampu menyerap dari segala
tingkatan usia dan pendidikan, ini menandakan sinetron Para Pencari Tuhan cukup
mampu memotivasi penonton untuk menikmati acara tersebut. Dari aspek usia, usia yang
paling menonjol adalah antara usia 20-25 tahun dan usia 36-45 tahun, dari aspek
pendidikan, yang paling menonjol adalah dari latar pendidikan SLTA di susul SLTP dan
S1 serta S2.
4.2.2 Motivasi Menonton
Dari tabel yang telah dijelaskan di atas, maka dapat kita ketahui bersama, bahwa
hampir seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan menyatakan setuju jika mereka
menonton untuk mencari hiburan dan relaksasi.
4.2.3 Kepuasan Yang Didapat
Dari segi kepuasan, rata-rata responden menjawab setuju jika mereka menonton
sinetron Para Pencari Tuhan sebagai relaksasi atau melepaskan ketegangan serta mencari
hiburan. Dengan menonton sinema tersebut mereka menjadi segar kembali dan siap untuk
beraktifitas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian ditemukan adanya pengaruh antara motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan
di majelis taklim al-Amin rt 005 rw 06 di kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat. Dari penelitian itu didapatkan pengaruh motivasi
yang rendah terhadap kepuasan penonton, sehingga hasil tersebut tidak bisa dijadikan patokkan kalau motivasi itu mempengaruhi
kepuasan, hal ini terjadi karena struktur sosial dan cara pandang di setiap negara itu berbeda. Mungkin saja motivasi dapat
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan penonton di negara Amerika lantaran di negara itu kesadaran akan media massa
sudah relatif tinggi, namun jika kita menggunakan negara Indonesia sebagai tempat penelitian, jelas hasilnya sudah pasti berbeda. Dari
penelitian ini, maka hipotesis alternatif yang telah dibuat diterima, sedangkan hipotesis nol di tolak.
5.2 Saran
Saran peneliti, sebaiknya jika ingin membuat program atau acara di media massa, seorang dai tidak boleh melupakan
kondisi sosial masyarakat tersebut, karena ini berhubungan dengan gratifikasi yang akan diperoleh penonton setelah menyaksikan
program yang telah dibuat, tidak lupa pula kita juga harus berpijak pada struktur masyarakat sosial yang ada, jangan selalu membuat
tayangan yang terlampau jauh dari realitas kemasyarakatan bangsa Indonesia. Contohnya membuat penayangan sinetron rohani yang
terlampau berlebihan dalam mengangkat hal-hal yang berbau mistik, secara logika pasti akan sulit diterima masyarakat yang
berpengetahuan, namun akan mudah merambah masyarakat awam, tetapi yang patut dijadikan acuan adalah, fungsi dari media massa
itu sendiri, yakni bukan hanya sebagai sarana hiburan melainkan juga pendidikan yang dapat memotivasi penonton kearah yang
positif.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, Elvinaro, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa
Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004
Briggs, Asa dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2006
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.1998
Dewi PP, Nyoman. Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan
Pondok Kopi Jakarta Timur.Jakarta. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.2007
Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo, 2002
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta .PT RINEKA
CIPTA.1996
Lull, James. Media Komunikasi dan Kebudayaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.1997
Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam jilid 2 kajian kritis terhadap metode dakwah rasulullah.
Bogor. Pustaka Thariqul Izzah.2003
Muhiddin, Asep, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung. CV PUSTAKA
SETIA. 2002
Muis. A, Komunikasi Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2000
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya,
1984. Edisi revisi mei 2007
. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005
Jumi’ah Bin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah.Solo. Intermedia, 1998
Jumroni dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta. UIN Jakarta
Press.2006
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Apilikasi. PT Grafindo Raja Persada. Jakarta.2006
Quthb, Sayyid. Ma’alim Fitthoriq terjemahan. Jakarta. Media Da’wah, 1997
Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta, 2005
Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta. Modern
English Press. 1995
Sendjaja, Djuarsa. S. Teori Komunikasi. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
2002
Severin, Warner. J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2001
Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Mizan. Bandung,
1997
Sukardi. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa. Jakarta. 1996
Tubbs, Stewart. L dan Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks
Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.1998
Walgito, Bimo, Prof, Dr. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta. Andi Yogyakarta.
1981
Situs-situs:
www.liputan6.com
www.kompas.com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
No. undian :
DAFTAR KUESIONER
UNTUK MAJELIS TAKLIM AL-AMIN
KELURAHAN MEKARSARI DEPOK
Hal : kuesioner untuk Majelis Taklim Al-Amin tentang motivasi dan
kepuasan penonton Sinema Para Pencari Tuhan
Responden : Jama’ah Majelis Taklim Al-Amin kelurahan Mekarsari, Depok
A. Petunjuk Pengisian Jawablah sepuluh pertanyaan dibawah ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Jangan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban. Buatlah checklist (√ )
Kuesioner ini bukan merupakan testing tetapi penelitian ilmiah untuk skripsi.
Rahasia anda dipegang teguh.
B. Biodata singkat Responden
Nama :
C. keterangan:
5 = sangat setuju/ sangat sering
4 = setuju/ sering
3 = ragu-ragu/ kadang-kadang
2 = Kurang setuju/ hampir tidak pernah
1 = tidak setuju/tidak pernah
keterangan kotak :
1. jenis kelamin :
X1 = laki-laki
X2 = perempuan
2. pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA/SMK
4. D3
5. S1 atau S2
3. usia
1 2
3
D. Pertanyaan:
No. Pertanyaan 5 4 3 2 1
a. Motivasi dan kepuasan no. 1 dan 2 wajib diisi
1. Berapa lama anda menonton televisi setiap hari
SS = 8 jam HTP = 2 jam
S = 6 jam TP = 0 jam
KK = 4 jam
2. Berapa kali anda menonton sinema para pencari tuhan
dalam seminggu
SS = 7 kali HTP = 1 kali
S = 5 kali TP = 0 kali
KK = 3 kali
3. Anda menonton televisi untuk mencari pengetahuan
4. Anda menonton televisi untuk mencari hiburan
5. Anda menonton televisi untuk mencari pengalaman
6. Anda menonton televisi untuk mencari relaksasi
b. Kepuasan
1. Saya mendapatkan pendidikan dengan menonton sinema
para pencari tuhan
2. Saya mendapatkan hiburan dengan menonton sinema
para pencari tuhan
3. Saya mendapatkan pengalaman dengan menonton
sinema para pencari tuhan
4. Saya dapat relaksasi dengan menonton sinema para
pencari tuhan
Uji validitas
Variabel motivasi penonton
Jumlah responden: 55 orang
Jumlah pertanyaan: 5 item
1. item pertanyaan no 1
No x y x2 y2 xy
1 4 22 16 484 88
2 3 19 9 361 57
3 3 18 9 324 54
4 3 23 9 529 69
5 4 24 16 576 96
6 4 21 16 441 84
7 4 20 16 400 80
8 3 20 9 400 60
9 3 20 9 400 60
10 4 19 16 361 76
11 3 20 9 400 60
12 3 20 9 400 60
13 3 18 9 324 54
14 4 21 16 441 84
15 3 20 9 400 60
16 4 19 16 361 76
17 4 21 16 441 84
18 4 19 16 361 76
19 4 21 16 441 84
20 3 19 9 361 57
21 3 20 9 400 60
22 3 18 9 324 54
23 3 21 9 441 63
24 4 21 16 441 84
25 4 24 16 576 96
26 4 21 16 441 84
27 4 20 16 400 80
28 4 20 16 400 80
29 4 19 16 361 76
30 3 18 9 324 54
31 3 21 9 441 63
32 4 24 16 576 96
33 4 23 16 529 92
34 4 19 16 361 76
35 4 23 16 529 92
36 4 20 16 400 80
37 5 24 25 576 120
38 3 18 9 324 54
39 3 21 9 441 63
40 3 19 9 361 57
41 2 19 4 361 38
42 4 20 16 400 80
43 4 19 16 361 76
44 4 21 16 441 84
45 4 22 16 484 88
46 4 20 16 400 80
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 3 18 9 324 54
50 3 18 9 324 54
51 3 20 9 400 60
52 3 18 9 324 54
53 3 19 9 361 57
54 3 19 9 361 57
55 3 21 9 441 63
194 1114 702 22716 3956
2. item pertanyaan no.2
No x y x2 y2 xy
1 4 22 16 484 88
2 4 19 16 361 76
3 4 18 16 324 72
4 5 23 25 529 115
5 5 24 25 576 120
6 4 21 16 441 84
7 4 20 16 400 80
8 4 20 16 400 80
9 4 20 16 400 80
10 4 19 16 361 76
11 4 20 16 400 80
12 4 20 16 400 80
13 4 18 16 324 72
14 5 21 25 441 105
15 4 20 16 400 80
16 4 19 16 361 76
17 4 21 16 441 84
18 4 19 16 361 76
19 4 21 16 441 84
20 4 19 16 361 76
21 4 20 16 400 80
22 4 18 16 324 72
23 4 21 16 441 84
24 4 21 16 441 84
25 5 24 25 576 120
26 4 21 16 441 84
27 4 20 16 400 80
28 5 20 25 400 100
29 4 19 16 361 76
30 4 18 16 324 72
31 5 21 25 441 105
32 5 24 25 576 120
33 4 23 16 529 92
34 4 19 16 361 76
35 4 23 16 529 92
36 4 20 16 400 80
37 5 24 25 576 120
38 4 18 16 324 72
39 5 21 25 441 105
40 4 19 16 361 76
41 4 19 16 361 76
42 5 20 25 400 100
43 4 19 16 361 76
44 4 21 16 441 84
45 4 22 16 484 88
46 4 20 16 400 80
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 18 16 324 72
50 4 18 16 324 72
51 4 20 16 400 80
52 4 18 16 324 72
53 4 19 16 361 76
54 4 19 16 361 76
55 5 21 25 441 105
231 1114 979 22716 4699
3. item pertanyaan no.3
No x y x2 y2 xy
1 5 22 25 484 110
2 4 19 16 361 76
3 4 18 16 324 72
4 5 23 25 529 115
5 5 24 25 576 120
6 4 21 16 441 84
7 4 20 16 400 80
8 4 20 16 400 80
9 4 20 16 400 80
10 4 19 16 361 76
11 4 20 16 400 80
12 4 20 16 400 80
13 4 18 16 324 72
14 4 21 16 441 84
15 4 20 16 400 80
16 4 19 16 361 76
17 4 21 16 441 84
18 4 19 16 361 76
19 4 21 16 441 84
20 4 19 16 361 76
21 4 20 16 400 80
22 4 18 16 324 72
23 4 21 16 441 84
24 5 21 25 441 105
25 5 24 25 576 120
26 4 21 16 441 84
27 4 20 16 400 80
28 4 20 16 400 80
29 4 19 16 361 76
30 4 18 16 324 72
31 4 21 16 441 84
32 5 24 25 576 120
33 5 23 25 529 115
34 4 19 16 361 76
35 5 23 25 529 115
36 5 20 25 400 100
37 5 24 25 576 120
38 4 18 16 324 72
39 4 21 16 441 84
40 4 19 16 361 76
41 4 19 16 361 76
42 4 20 16 400 80
43 4 19 16 361 76
44 4 21 16 441 84
45 4 22 16 484 88
46 4 20 16 400 80
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 18 16 324 72
50 4 18 16 324 72
51 4 20 16 400 80
52 4 18 16 324 72
53 4 19 16 361 76
54 4 19 16 361 76
55 4 21 16 441 84
230 1114 970 22716 4684
4. item pertanyaan no.4
No x y x2 y2 xy
1 5 22 25 484 110
2 3 19 9 361 57
3 3 18 9 324 54
4 5 23 25 529 115
5 5 24 25 576 120
6 5 21 25 441 105
7 3 20 9 400 60
8 5 20 25 400 100
9 5 20 25 400 100
10 3 19 9 361 57
11 5 20 25 400 100
12 5 20 25 400 100
13 3 18 9 324 54
14 3 21 9 441 63
15 5 20 25 400 100
16 3 19 9 361 57
17 5 21 25 441 105
18 3 19 9 361 57
19 5 21 25 441 105
20 3 19 9 361 57
21 5 20 25 400 100
22 3 18 9 324 54
23 5 21 25 441 105
24 3 21 9 441 63
25 5 24 25 576 120
26 5 21 25 441 105
27 3 20 9 400 60
28 3 20 9 400 60
29 3 19 9 361 57
30 3 18 9 324 54
31 5 21 25 441 105
32 5 24 25 576 120
33 5 23 25 529 115
34 3 19 9 361 57
35 5 23 25 529 115
36 3 20 9 400 60
37 5 24 25 576 120
38 3 18 9 324 54
39 5 21 25 441 105
40 3 19 9 361 57
41 5 19 25 361 95
42 3 20 9 400 60
43 3 19 9 361 57
44 5 21 25 441 105
45 5 22 25 484 110
46 3 20 9 400 60
47 5 21 25 441 105
48 5 21 25 441 105
49 3 18 9 324 54
50 3 18 9 324 54
51 5 20 25 400 100
52 3 18 9 324 54
53 3 19 9 361 57
54 3 19 9 361 57
55 5 21 25 441 105
221 1114 943 22716 4540
5. item pertanyaan no.5
No x y x2 y2 xy
1 4 22 16 484 88
2 5 19 25 361 95
3 4 18 16 324 72
4 5 23 25 529 115
5 5 24 25 576 120
6 4 21 16 441 84
7 5 20 25 400 100
8 4 20 16 400 80
9 4 20 16 400 80
10 4 19 16 361 76
11 4 20 16 400 80
12 4 20 16 400 80
13 4 18 16 324 72
14 5 21 25 441 105
15 4 20 16 400 80
16 4 19 16 361 76
17 4 21 16 441 84
18 4 19 16 361 76
19 4 21 16 441 84
20 5 19 25 361 95
21 4 20 16 400 80
22 4 18 16 324 72
23 5 21 25 441 105
24 5 21 25 441 105
25 5 24 25 576 120
26 4 21 16 441 84
27 5 20 25 400 100
28 4 20 16 400 80
29 4 19 16 361 76
30 4 18 16 324 72
31 4 21 16 441 84
32 5 24 25 576 120
33 5 23 25 529 115
34 4 19 16 361 76
35 5 23 25 529 115
36 4 20 16 400 80
37 4 24 16 576 96
38 4 18 16 324 72
39 4 21 16 441 84
40 5 19 25 361 95
41 4 19 16 361 76
42 4 20 16 400 80
43 4 19 16 361 76
44 4 21 16 441 84
45 5 22 25 484 110
46 5 20 25 400 100
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 18 16 324 72
50 4 18 16 324 72
51 4 20 16 400 80
52 4 18 16 324 72
53 5 19 25 361 95
54 5 19 25 361 95
55 4 21 16 441 84
238 1114 1042 22716 4837
Perhitungan:
1. r hitung = 217580-216116
√38610-37636 . 1249380 - 1240996
= 1464
√974.8384
= 1464
2857
= 0,512
thitung = 0,512 √53
√ 1- 0,5122
= 3,72
0,73
= 5,09 valid
2. . r hitung = 258445-257334
√ 484.8384
= 1111
2014
= 0,551
thitung = 0,551 √53
√ 1- 0,5512
= 4,01
0,69
= 5,81 valid
3. rhitung = 257620-256220
√450 .8384
= 1400
1942
= 0,720
thitung = 0,720 √53
√ 1- 0,7202
= 5,24
0,48
= 10,9 valid
4. r hitung = 249700-246194
√3024 .8384
= 3506
5036
= 0,696
thitung = 0,696 √53
√ 1- 0,6962
= 5,06
0,52
= 9,73 valid
5. .r hitung = 266035-265132
√666. 8384
= 903
2362
= 0,382
thitung = 0,382 √53
√ 1- 0,3822
= 2,78
0,85
= 3,27 valid
Variable Kepuasan penonton
Jumlah Responden : 55 orang
Jumlah pertanyaan : 5 item
1. item pertanyaan no.1
NO x Y x2 y2 xy
1 4 21 16 441 84
2 3 19 9 361 57
3 4 20 16 400 80
4 4 21 16 441 84
5 4 21 16 441 84
6 4 20 16 400 80
7 5 22 25 484 110
8 3 19 9 361 57
9 3 20 9 400 60
10 3 20 9 400 60
11 3 19 9 361 57
12 5 23 25 529 115
13 5 22 25 484 110
14 3 19 9 361 57
15 5 21 25 441 105
16 5 22 25 484 110
17 5 21 25 441 105
18 5 22 25 484 110
19 5 22 25 484 110
20 4 21 16 441 84
21 4 23 16 529 92
22 4 20 16 400 80
23 4 20 16 400 80
24 4 21 16 441 84
25 4 24 16 576 96
26 4 21 16 441 84
27 4 22 16 484 88
28 3 19 9 361 57
29 4 21 16 441 84
30 3 19 9 361 57
31 3 19 9 361 57
32 5 21 25 441 105
33 5 20 25 400 100
34 5 22 25 484 110
35 5 22 25 484 110
36 5 23 25 529 115
37 5 24 25 576 120
38 5 23 25 529 115
39 5 22 25 484 110
40 5 22 25 484 110
41 5 23 25 529 115
42 5 21 25 441 105
43 4 19 16 361 76
44 4 20 16 400 80
45 4 21 16 441 84
46 4 22 16 484 88
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 20 16 400 80
50 4 21 16 441 84
51 4 21 16 441 84
52 4 20 16 400 80
53 4 20 16 400 80
54 4 21 16 441 84
55 4 22 16 484 88
230 1156 988 24390 4869
2.item pertanyaan no.2
NO x Y x2 y2 xy
1 4 21 16 441 84
2 4 19 16 361 76
3 4 20 16 400 80
4 4 21 16 441 84
5 4 21 16 441 84
6 4 20 16 400 80
7 4 22 16 484 88
8 4 19 16 361 76
9 4 20 16 400 80
10 5 20 25 400 100
11 4 19 16 361 76
12 5 23 25 529 115
13 4 22 16 484 88
14 4 19 16 361 76
15 4 21 16 441 84
16 4 22 16 484 88
17 4 21 16 441 84
18 5 22 25 484 110
19 4 22 16 484 88
20 4 21 16 441 84
21 5 23 25 529 115
22 4 20 16 400 80
23 4 20 16 400 80
24 4 21 16 441 84
25 5 24 25 576 120
26 4 21 16 441 84
27 5 22 25 484 110
28 4 19 16 361 76
29 4 21 16 441 84
30 4 19 16 361 76
31 4 19 16 361 76
32 4 21 16 441 84
33 3 20 9 400 60
34 4 22 16 484 88
35 4 22 16 484 88
36 4 23 16 529 92
37 5 24 25 576 120
38 5 23 25 529 115
39 4 22 16 484 88
40 4 22 16 484 88
41 5 23 25 529 115
42 4 21 16 441 84
43 3 19 9 361 57
44 4 20 16 400 80
45 4 21 16 441 84
46 5 22 25 484 110
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 20 16 400 80
50 4 21 16 441 84
51 4 21 16 441 84
52 4 20 16 400 80
53 4 20 16 400 80
54 4 21 16 441 84
55 4 22 16 484 88
228 1156 956 24390 4811
3. item pertanyaan no.3
NO x y x2 y2 xy
1 4 21 16 441 84
2 4 19 16 361 76
3 4 20 16 400 80
4 4 21 16 441 84
5 4 21 16 441 84
6 4 20 16 400 80
7 4 22 16 484 88
8 4 19 16 361 76
9 4 20 16 400 80
10 4 20 16 400 80
11 4 19 16 361 76
12 4 23 16 529 92
13 4 22 16 484 88
14 4 19 16 361 76
15 4 21 16 441 84
16 4 22 16 484 88
17 4 21 16 441 84
18 4 22 16 484 88
19 4 22 16 484 88
20 4 21 16 441 84
21 5 23 25 529 115
22 4 20 16 400 80
23 4 20 16 400 80
24 4 21 16 441 84
25 5 24 25 576 120
26 4 21 16 441 84
27 4 22 16 484 88
28 4 19 16 361 76
29 4 21 16 441 84
30 4 19 16 361 76
31 4 19 16 361 76
32 4 21 16 441 84
33 4 20 16 400 80
34 4 22 16 484 88
35 4 22 16 484 88
36 5 23 25 529 115
37 4 24 16 576 96
38 5 23 25 529 115
39 4 22 16 484 88
40 4 22 16 484 88
41 5 23 25 529 115
42 4 21 16 441 84
43 5 19 25 361 95
44 4 20 16 400 80
45 4 21 16 441 84
46 4 22 16 484 88
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 20 16 400 80
50 4 21 16 441 84
51 4 21 16 441 84
52 4 20 16 400 80
53 4 20 16 400 80
54 4 21 16 441 84
55 5 22 25 484 110
227 1156 943 24390 4781
4. item pertanyaan no.4
NO x y x2 y2 xy
1 5 21 25 441 105
2 4 19 16 361 76
3 4 20 16 400 80
4 5 21 25 441 105
5 5 21 25 441 105
6 4 20 16 400 80
7 4 22 16 484 88
8 4 19 16 361 76
9 4 20 16 400 80
10 4 20 16 400 80
11 4 19 16 361 76
12 5 23 25 529 115
13 5 22 25 484 110
14 4 19 16 361 76
15 4 21 16 441 84
16 4 22 16 484 88
17 4 21 16 441 84
18 4 22 16 484 88
19 4 22 16 484 88
20 5 21 25 441 105
21 5 23 25 529 115
22 4 20 16 400 80
23 4 20 16 400 80
24 5 21 25 441 105
25 5 24 25 576 120
26 5 21 25 441 105
27 5 22 25 484 110
28 4 19 16 361 76
29 5 21 25 441 105
30 4 19 16 361 76
31 4 19 16 361 76
32 4 21 16 441 84
33 4 20 16 400 80
34 5 22 25 484 110
35 5 22 25 484 110
36 5 23 25 529 115
37 5 24 25 576 120
38 4 23 16 529 92
39 5 22 25 484 110
40 5 22 25 484 110
41 4 23 16 529 92
42 4 21 16 441 84
43 3 19 9 361 57
44 4 20 16 400 80
45 5 21 25 441 105
46 5 22 25 484 110
47 5 21 25 441 105
48 5 21 25 441 105
49 4 20 16 400 80
50 5 21 25 441 105
51 5 21 25 441 105
52 4 20 16 400 80
53 4 20 16 400 80
54 4 21 16 441 84
55 4 22 16 484 88
243 1156 1089 24390 5128
5. item pertanyaan no. 5
NO x y x2 y2 xy
1 4 21 16 441 84
2 4 19 16 361 76
3 4 20 16 400 80
4 4 21 16 441 84
5 4 21 16 441 84
6 4 20 16 400 80
7 5 22 25 484 110
8 4 19 16 361 76
9 5 20 25 400 100
10 4 20 16 400 80
11 4 19 16 361 76
12 4 23 16 529 92
13 4 22 16 484 88
14 4 19 16 361 76
15 4 21 16 441 84
16 5 22 25 484 110
17 4 21 16 441 84
18 4 22 16 484 88
19 5 22 25 484 110
20 4 21 16 441 84
21 4 23 16 529 92
22 4 20 16 400 80
23 4 20 16 400 80
24 4 21 16 441 84
25 5 24 25 576 120
26 4 21 16 441 84
27 4 22 16 484 88
28 4 19 16 361 76
29 4 21 16 441 84
30 4 19 16 361 76
31 4 19 16 361 76
32 4 21 16 441 84
33 4 20 16 400 80
34 4 22 16 484 88
35 4 22 16 484 88
36 4 23 16 529 92
37 5 24 25 576 120
38 4 23 16 529 92
39 4 22 16 484 88
40 4 22 16 484 88
41 4 23 16 529 92
42 4 21 16 441 84
43 4 19 16 361 76
44 4 20 16 400 80
45 4 21 16 441 84
46 4 22 16 484 88
47 4 21 16 441 84
48 4 21 16 441 84
49 4 20 16 400 80
50 4 21 16 441 84
51 4 21 16 441 84
52 4 20 16 400 80
53 4 20 16 400 80
54 5 21 25 441 105
55 5 22 25 484 110
228 1156 952 24390 4801
Perhitungan:
1.r hitung = 267795-265880
√ 1440 .5114
= 1915
2713
= 0,705
thitung = 0,705√53
√ 1- 0,7052
= 5,13
0,50
= 10,2 valid
2.r hitung = 264605-263568
√596.5114
= 1037
1745
= 0,594
thitung = 0,594 √53
√ 1- 0,5942
= 4,32
0,64
= 6,75 valid
3. r hitung = 262955-262412
√336 . 5114
= 543
1310
= 0,414
thitung = 0,414 √53
√ 1- 0,4142
= 3,01
0,82
= 3,67 valid
4. r hitung = 282040-280908
√ 846 . 5114
= 1132
2080
= 0,544
thitung = 0,544 √53
√ 1- 0,5442
= 3,96
0,70
= 5,65 valid
5. r hitung = 264055-263568
√ 376 .5114
= 487
1386
= 0,351
thitung = 0,351 √53
√ 1- 0,3512
= 2,55
0,87
= 2,93 valid
FADE IN:
01 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di teras. Barong membakar obat nyamuk, Chelsea menata
ransel-ransel berjejer sebagai bantal, sedangkan Juki
menata selembar tikar pandan yang sudah lapuk untuk alas
tidur. Setelah beres, ketiganya sama-sama merebahkan diri
disana dan berkerudung sarung.
CHELSEA
Di penjara lebih enak, ya? Dapet
kasur sama bantal empuk.
Bang Jack keluar dari dalam mushola. Setelah menutup rapat
pintunya, ia melangkah menuju kamarnya. Di dekat ketiga
pemuda itu, ia berhenti.
BARONG
‘Met tidur, boss.
BANG JACK
Jadi, kite tidur semua, nih? Trus
siape yang ngebangunin buat makan
sahur?
Ketiga pemuda itu terdiam saling pandang, lalu bangkit
dengan malas. Bang Jack mengulurkan arlojinya kepada Juki.
BANG JACK
Ni jam udah diservis. Liat, semua
jarumnye normal, kan? Oke? Jangan
sampe kesiangan lagi kayak
kemaren. Jam tiga.
Setelah berkata begitu, Bang Jack melenggang menuju kamar.
Sempat ia menggantung pukulan bedug di tempatnya, kemudian
masuk kamar.
Juki sangsi memandangi arloji Bang Jack di tangannya.
JUKI
Gue nggak yakin sama jam tua ini.
Dari tampangnya keliatan masih
suka bohong. Kita nggak bisa pake
jam ini sebagai patokan. Bakalan
tersesat semuanya.
CHELSEA
Baiknya gimana?
Tahu-tahu Hansip nongol dari halaman teras.
HANSIP
(becanda)
Hayo, rapat apaan? Mau masang bom,
ya?
Tatapan Barong tampak berbinar melihat sang Hansip.
BARONG
Kebetulan dateng. Bang Udin, ada
amanah dari Bang Jack ....
HANSIP
Kayak mau mati aja, titip-titip
pesen. Amanah apaan?
BARONG
Bang Jack minta dibangunin jam
tiga.
Hansip terkekeh, tahu yang mereka maksud.
HANSIP
Trus loe bertiga ngapain? Enak-
enakan tidur?
Barong garuk kepala. Tengsin.
JUKI
Maunya sih bangun, tapi yang udah-
udah kan kita kesiangan terus.
HANSIP
Mendingan ikut gue ronda. Nanti
pas jam tiga, kita balik kemari
dan makan sahur bareng.
Ketiga pemuda itu saling pandang.
CHELSEA
Iya juga, ya? Siapa tau ada
maling. Penasaran juga sih, gimana
rasanya nangkep maling. Selama ini
kan kita terus yang jadi sasaran
penangkapan.
BARONG
Hehehe ... setuju banget. Ayo!
02 EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip dan ketiga mantan napi berjalan santai di keheningan
malam sambil ngobrol.
HANSIP
Cita-cita gue sebetulnya pengen
jadi Kopasus. Minimal satwalpres.
Gue udah sempet daftar ke Akabri,
ngambil fakultas angkatan darat.
CHELSEA
Akabri fakultas angkatan darat?
Emang ada?
BARONG
Disini apa sih yang nggak bisa.
Terus, bang?
HANSIP
Tapi kemudian muncul konflik fisik
antara gue dengan pihak Akabri.
JUKI
Gila. Konflik fisik? Tembak-
tembakan?
HANSIP
Nggak sampe kasar gitu. Semua
diselesaikan dengan saling
pengertian. Kita kan sama-sama
satu nusa, satu bangsa, dan satu
bahasa.
CHELSEA
Konflik fisik gimana sih
maksudnya?
HANSIP
Konflik dalam cara memandang
masalah fisik. Menurut mereka ...
tinggi badan gue kurang.
Barong kesal menendang kaleng bekas.
BARONG
Kirain konflik apa!
HANSIP
(cuek, melanjutkan)
Dan akhirnya gue berubah orientasi
jadi hansip.
JUKI
Iyalah, daripada nggak laku jadi
Kopasus.
HANSIP
Eh, hansip dan kopasus itu in
prinsip sama. Tugasnya sama-sama
bidang keamanan, sama-sama pake
topi, baris-berbarisnya nggak
beda, bahkan sepatunya mirip.
BARONG
Bedanya, yang satu pake pestol,
yang satu pentungan.
HANSIP
Buat apa pestol? Pentungan juga
bisa jadi senjata yang mematikan.
TENG! TENG! TENG! Hansip memukul-mukul tiang listrik ala
main anggar. Terdengar bentakan SESEORANG dari salah satu
rumah.
SESEORANG (OS)
Brisik! Minta dihajar, ya?!
Hansip lebih dulu kabur meninggalkan ketiga teman rondanya.
03 INT. MUSHOLA JACK/Kamar Jack – MALAM
Bang Jack mengigau dalam tidurnya.
BANG JACK
Pukulan bedug gue ... jangan
diambil ... pukulan bedug gue...
Bang Jack tersentak bangun. GROSAKK ... BRUG ... BRUGG ...
terdengar suara orang lari di luar mushola. Menjauh. Bang
Jack cepat bangkit menyambar senter.
04 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di luar sepi. Bang Jack tegang mengarahkan nyala senternya
ke bedug.
BANG JACK
Innalillahi wa inna ilaihi
ro’jiun. Pukulan bedug gue ilang
lagi.
Ia menyenter ke kolong bedug. Tak ada apa-apa. Senter
terarah ke lapak tidur ketiga muridnya. Hanya ada tikar,
ransel, dan obat nyamuk bakar yang masih menyala.
BANG JACK
(bergumam)
Pada beli makanan ‘kali. Tapi
kenapa mesti bawa pukulan bedug?
Bang Jack berpikir sejenak kemudian kembali masuk kamar.
FADE OUT/FADE IN:
05 EXT. DESA – MALAM
Desa sepi di waktu malam.
06 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Aya menata piring, gelas, sendok, bakul nasi, sayur dan
lauk-pauk, di meja makan untuk bertiga.
07 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Haifa berdiri di tepi ranjang dengan kedua tangan terlipat
di dada, memandang Ustadz Ferry yang sedang mengigau dalam
tidurnya.
UST. FERRY
Para pemirsa televisi yang
dimuliakan Allah ... dari sinetron
berjudul “Jenazah Dikerubuti
Laron” tadi kita bisa mengambil
hikmah ...
HAIFA
(menggoyang kaki
suaminya, lembut)
Bangun, pa. Sahur, sahur ....
UST. FERRY
(masih mengigau)
Mmmhh ... cut! Cut!
Ustadz Ferry diam beberapa jenak dalam tidurnya, lalu
bangun sambil mengucek-ucek mata. Belum sadar betul.
HAIFA
Syutingnya break dulu, pa.
Sekarang sahur.
Haifa keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih
bengong.
UST. FERRY
Tadi sinetron yang episode berapa,
ya?
HAIFA (OS)
Papaaa ....
08 EXT. RUMAH UST. FERRY - MALAM
Hansip, Chelsea, Barong, dan Juki menyusuri jalan depan
rumah Ustadz Ferry.
HANSIP
Ini rumahnya Ustadz Ferry, ketua
mushola kita sekaligus atasan
langsungnya bang Jack. Aya juga
tinggal disini.
Sayup terdengar dari dalam rumah itu, suara gemerincing
sendok-garpu beradu dengan piring.
HANSIP
Mampir yuk?
BARONG
Jangan, ah. Malu.
HANSIP
Kita cari obyekan, boy.
CHELSEA
Obyekan apa?
HANSIP
Tau beres aja dah.
(berseru ke arah rumah)
Sahur, sahuuur! Bangun, pak
Ustadz! Sahuur!
09 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya baru akan memulai makan sahur.
Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup demi mendengar
seruan sang Hansip.
UST. FERRY
(berseru sedang)
Udah bangun, Din. Makasih.
HANSIP (OS)
Sahur, pak Ustadz! Sahuuur!
HAIFA
Siapa?
AYA
Bang Udin.
HANSIP (OS)
Pak Ustadz ... banguuun ....
UST. FERRY
Saya sudah bangun, Udiiin. Terima
kasih atas perhatiannya.
10 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Chelsea, Barong, dan Juki berdiri di belakang Hansip.
Tampak tak enak hati.
CHELSEA
Jalan lagi yuk, bang. Yang punya
rumah udah bangun dari tadi.
HANSIP
Loe nggak ngerti maksud gue, ya?
Diem aja deh. Di rumah ini
masakannya enak-enak.
KETIGANYA
Ooo ....
11 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya kembali menghadapi makan
sahurnya. Lalu, terdengar lagi suara itu.
HANSIP (OS)
Pak Uuustaadz .... Nggak sahur,
nih?!
AYA
(geli)
Ya ampun ...
UST. FERRY
(mendesah kesal)
Astaghfirullah hal ‘adziim.
Budeg apa tuli, sih tu orang?
(keras lagi)
Saya udah bangun dan sekarang lagi
sahur, Din!
HAIFA
Ajak makan deh, pa.
UST. FERRY
Udah pergi orangnya.
Baru saja Ustadz Ferry mau menyuap nasinya, terdengar
ketukan di pintu. TOK, TOK, TOK ....
HANSIP (OS)
Assalamu’alaikuuum ....
Aya dan Haifa menahan geli demi mendengar suara itu lagi.
Ustadz Ferry menunduk sejenak dalam duduknya untuk menghela
napas, membanting lap makan ke meja.
UST. FERRY
(menyabarkan diri)
Wa’alaikum salam wa rakhmatullahi
wa barakatuh.
12 INT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack selesai berdoa di atas sajadahnya, kemudian
bangkit dan melangkah ke pintu. Disitu ia berhenti dan
menatap ke tikar Barong cs yang masih kosong.
BANG JACK
Kok belum pada pulang? Masih sore
‘kali. Tidur lagi, ah.
Bang Jack melangkah keluar menuju kamar. Ia berjalan sambil
mencopot pici dan sarungnya.
13 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki makan dengan lahap
ditemani Ustadz Ferry dan Haifa. Juki mengorek nasi yang
tersisa di bakul hingga kosong licin tandas.
HAIFA
Tambah lagi nasinya?
UST. FERY
(berbisik)
Udah dua kali, ma.
HAIFA
(kepada tamu-tamunya,
ramah)
Masih banyak, kok. Tambah ya?
HANSIP
Kalo nggak ada yang makan lagi sih
boleh.
Haifa bangkit membawa bakul nasinya yang kosong.
UST. FERRY
Jadi loe bertiga sekarang tinggal
di mushola lagi?
BARONG
Betul, pak Ustadz. Bang Jack belum
laporan, ya?
UST. FERRY
Belum. Mungkin dia sungkan mau
ngomong sama saya.
14 INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM
Aya mengisi tiga gelas air putih hingga penuh. Haifa masuk
dapur langsung membuka rice cooker. Semua nasi yang ada
disitu dipindahkan ke bakul.
HAIFA
Untuk kedua kalinya Bang Jack
melangkahi wewenang kak Ferry,
ketua musholanya. Harusnya dia
laporan dulu kalo mau nampung
orang.
AYA
Sudahlah, kak, Bang Jack nggak
bermaksud gitu. Dia kan orang
sederhana. Kurang faham sopan-
santun dan tata-tertib organisasi.
HAIFA
Makanya harus diajarin biar
ngerti. Jangan didiemin.
Haifa keluar dapur membawa bakul nasi yang sudah penuh.
Langsung setel muka manis lagi.
15 INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM
Bang Jack lelap dalam tidur.
16 EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan tergopoh-gopoh
panik sambil mengelap mulutnya yang berminyak habis makan.
Juki sesekali memeriksa arloji Bang Jack di tangannya.
CHELSEA
Keasikan ngobrol, sih, jadi lupa
sama Bang Jack.
JUKI
Lima menit lagi subuh. Cepet,
cepet!
BARONG
Bang Udin juga nih, pake nambah
sampe tiga kali.
HANSIP
(mencungkil sisa makanandengan
tusuk gigi)
Namanya juga lagi kalap, boy.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, Elvinaro, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa
Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004
Briggs, Asa dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2006
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.1998
Dewi PP, Nyoman. Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan
Pondok Kopi Jakarta Timur.Jakarta. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.2007
Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo, 2002
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta .PT RINEKA
CIPTA.1996
Lull, James. Media Komunikasi dan Kebudayaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.1997
Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam jilid 2 kajian kritis terhadap metode dakwah rasulullah.
Bogor. Pustaka Thariqul Izzah.2003
Muhiddin, Asep, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung. CV PUSTAKA
SETIA. 2002
Muis. A, Komunikasi Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2000
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya,
1984. Edisi revisi mei 2007
. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005
Jumi’ah Bin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah.Solo. Intermedia, 1998
Jumroni dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta. UIN Jakarta
Press.2006
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Apilikasi. PT Grafindo Raja Persada. Jakarta.2006
Quthb, Sayyid. Ma’alim Fitthoriq terjemahan. Jakarta. Media Da’wah, 1997
Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta, 2005
Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta. Modern
English Press. 1995
Sendjaja, Djuarsa. S. Teori Komunikasi. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
2002
Severin, Warner. J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2001
Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Mizan. Bandung,
1997
Sukardi. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa. Jakarta. 1996
Tubbs, Stewart. L dan Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks
Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.1998
Walgito, Bimo, Prof, Dr. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta. Andi Yogyakarta.
1981
Situs-situs:
www.liputan6.com
www.kompas.com
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON
PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI
KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT
Oleh:
Eriz Rakhmadania
104051001824
Di bawah bimbingan:
Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008M/1429H
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON
SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM
AL-ALMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK
JAWA BARAT
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syarat-
syarat mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (Sos. I )
Oleh :
Eriz Rakhmadania
NIM 104051001824
Di bawah Bimbingan :
Dr. Umaimah Wahid
NIP 150293222
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dakwah dan komunikasi
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Eriz Rakhmadania
ABSTRAK
Dalam hidup kita seringkali melihat orang-orang berusaha mencapai targetnya.
Semua target mereka seringkali berhubungan dengan kebutuhan dalam hidup mereka.
Saat mereka hendak berusaha mencapai target tersebut, di dalam pikiran mereka akan ada
motivasi untuk mencari kepuasan saat mereka dengan berhasil meraih apa yang mereka
inginkan.Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau
menggerakkan, karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang mendorong untuk berbuat. Motif sebagai pendorong umumnya tidak
berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi motif disebut motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu
atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Tercapainya tujuan, maka akan
menghasilkan kepuasan pada diri, kepuasan artinya hal-hal positif yang dirasakan dalam
diri setelah tercapainya tujuan, baik itu dari segi afektif, pengetahuan, dan lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengurai permasalahannya. Jika
ada pengaruh motivasi penonton, maka akan mendorong kepuasan penonton sinetron
Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarasari. Apakah ada
pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan
di kelurahan Mekarsari Depok?
Dari pertanyaan di atas, peneliti dapat membuat dua hipotesis. Hipotesis
merupakan jawaban sementara dalam penilitian. Hipotesis dapat dibagi menjadi dua
jawaban. Pertama hipotesis yang merupakan jawaban negatif, dan yang kedua merupakan
jawaban positf. Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dibuat peniliti adalah; pertama,
tidak ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di
majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarsari. Dan yang kedua adalah; ada pengaruh
motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-
Amin di kelurahan Mekarsari.
Penelitian ini berdasarkan teori uses and gratifications model. Uses and
gratifications berbicara mengenai audiens yang selalu aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Sedangkan teknik analisis data menggunakan
rumus product moment.
Dari hasil penelitian didapat bahwa ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan
penonton di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarsari. Pengaruh yang
didapat bernilai positif. Namun, tidak signifikan.
Kesimpulannya adalah bahwa khalayak tidaklah pasif terhadap terpaan media,
mereka bersifat aktif, mereka memanfaatkan media untuk mendapatkan kepuasan dari
media yang mereka gunakan. Tetapi, tidak semua dari mereka sadar akan media,
terkadang itu bergantung dari cara mereka menempatkan media dalam struktur sosialnya,
masing-masing memiliki persepsi yang berbeda.
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH
Da’wa and Communication
Communication and Broadcast of Islam
Eriz Rakhmadania
ABSTRACT
In our life, we usually see that people always do something to shape their target,
all of their target usually have a relation with what they need in their life. And when they
tried to involve their needs, there would a motif inside their mind to find any
gratification. Motif comes from Latin language; “movere”, the meaning is to make a
move or move to, in consequence motif which is interpreted as strength, is in organism in
self pushing to do. Motif as impeller, generally does not stand up by it self, but related to
other factors. Things could influence motif referred as by motivation. Motivation
represents situation in individual in self or organism pushing behavior toward target. The
appearanced of target, hence will yield gratifications at in self, gratifications mean all
about positive things which felt in self after reached the target, such as; afective aspect,
knowledge aspect, and others.
In this research, researcher tried to look at into the problem. if there’s any
influence of motivation of the audience cinema “Para Pencari Tuhan”, it will encourage
the gratifications of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-
Amin in sub-district Mekarsari. So, the question in this research was; Is there any
influence of the audience motivation toward the gratifications of the audience of cinema
“Para Pencari Tuhan”?
From the question above, reseacher could make two hypothesis. Hypothesis
represents a tentative answer in the research. Hypothesis colud be slice into two answers.
First hypothesis represents a negative answer and the second hypothesis represents a
positive answer. In this research, researcher made two hypothesis. The first hypothesis
was; there’s no any influence of motivation toward the gratifications of the audience of
cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-Amin in sub-district Mekarsari. And
the second hypothesis was; there’s any influence of motivation toward the gratifications
of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-Amin in sub-district
Mekarsari.
This research based on the theory of uses and gratifications model. Uses and
gratifications model explain about the audience, who always active using the media for
get any needs.
In this research, researcher used interview, documentation, and questioner for got
many data. And for the analysis, reseacher used product moment formula to test the
hypothesis.
From the research, researcher got any result that there was an influnce of
motivation toward the gratifications of the audience of cinema Para Pencari Tuhan in
sub-district Mekarsari, but it didn’t significant.
From the research we could take any conclusion and that is “the audience are
always active using the media, they are not passive just like we know in others theory,
such as bullet theory and hypodermic model. But not all of them really realize about
media, sometimes it depends on how they put the media in the different way in their
social structure, each other have a different perception.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden 48
Tabel 1.2 Usia Responden 49
Tabel 1.3 Pendidikan Responden 50
Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari 52
Tabel 1.5 Frekuensi menonto PPT 53
Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat 54
Tabel 1.7 Motivasi menonton 56
Tabel 1.8 validitas instrumen 57
No. undian :
DAFTAR KUESIONER
UNTUK MAJELIS TAKLIM AL-AMIN
KELURAHAN MEKARSARI DEPOK
Hal : kuesioner untuk Majelis Taklim Al-Amin tentang motivasi dan
kepuasan penonton Sinema Para Pencari Tuhan
Responden : Jama’ah Majelis Taklim Al-Amin kelurahan Mekarsari, Depok
A. Petunjuk Pengisian Jawablah sepuluh pertanyaan dibawah ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Jangan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban. Buatlah checklist (√ )
Kuesioner ini bukan merupakan testing tetapi penelitian ilmiah untuk skripsi.
Rahasia anda dipegang teguh.
B. Biodata singkat Responden Nama :
C. keterangan:
5 = sangat setuju/ sangat sering
4 = setuju/ sering
3 = ragu-ragu/ kadang-kadang
2 = Kurang setuju/ hampir tidak pernah
1 = tidak setuju/tidak pernah
keterangan kotak :
1. jenis kelamin :
X1 = laki-laki
X2 = perempuan
2. pendidikan
6. SD
7. SMP
8. SMA/SMK
9. D3
10. S1 atau S2
3. usia
D. Pertanyaan:
No. Pertanyaan 5 4 3 2 1
a. Motivasi dan kepuasan no. 1 dan 2 wajib diisi
1. Berapa lama anda menonton televisi setiap hari
SS = 8 jam HTP = 2 jam
S = 6 jam TP = 0 jam
KK = 4 jam
2. Berapa kali anda menonton sinema para pencari tuhan
1 2
3
dalam seminggu
SS = 7 kali HTP = 1 kali
S = 5 kali TP = 0 kali
KK = 3 kali
3. Anda menonton televisi untuk mencari pengetahuan
4. Anda menonton televisi untuk mencari hiburan
5. Anda menonton televisi untuk mencari pengalaman
6. Anda menonton televisi untuk mencari relaksasi
b. Kepuasan
1. Saya mendapatkan pendidikan dengan menonton sinema
para pencari tuhan
2. Saya mendapatkan hiburan dengan menonton sinema
para pencari tuhan
3. Saya mendapatkan pengalaman dengan menonton
sinema para pencari tuhan
4. Saya dapat relaksasi dengan menonton sinema para
pencari tuhan
FADE IN:
01 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di teras. Barong membakar obat nyamuk, Chelsea menata
ransel-ransel berjejer sebagai bantal, sedangkan Juki
menata selembar tikar pandan yang sudah lapuk untuk alas
tidur. Setelah beres, ketiganya sama-sama merebahkan diri
disana dan berkerudung sarung.
CHELSEA
Di penjara lebih enak, ya? Dapet
kasur sama bantal empuk.
Bang Jack keluar dari dalam mushola. Setelah menutup rapat
pintunya, ia melangkah menuju kamarnya. Di dekat ketiga
pemuda itu, ia berhenti.
BARONG
‘Met tidur, boss.
BANG JACK
Jadi, kite tidur semua, nih? Trus
siape yang ngebangunin buat makan
sahur?
Ketiga pemuda itu terdiam saling pandang, lalu bangkit
dengan malas. Bang Jack mengulurkan arlojinya kepada Juki.
BANG JACK
Ni jam udah diservis. Liat, semua
jarumnye normal, kan? Oke? Jangan
sampe kesiangan lagi kayak
kemaren. Jam tiga.
Setelah berkata begitu, Bang Jack melenggang menuju kamar.
Sempat ia menggantung pukulan bedug di tempatnya, kemudian
masuk kamar.
Juki sangsi memandangi arloji Bang Jack di tangannya.
JUKI
Gue nggak yakin sama jam tua ini.
Dari tampangnya keliatan masih
suka bohong. Kita nggak bisa pake
jam ini sebagai patokan. Bakalan
tersesat semuanya.
CHELSEA
Baiknya gimana?
Tahu-tahu Hansip nongol dari halaman teras.
HANSIP
(becanda)
Hayo, rapat apaan? Mau masang bom,
ya?
Tatapan Barong tampak berbinar melihat sang Hansip.
BARONG
Kebetulan dateng. Bang Udin, ada
amanah dari Bang Jack ....
HANSIP
Kayak mau mati aja, titip-titip
pesen. Amanah apaan?
BARONG
Bang Jack minta dibangunin jam
tiga.
Hansip terkekeh, tahu yang mereka maksud.
HANSIP
Trus loe bertiga ngapain? Enak-
enakan tidur?
Barong garuk kepala. Tengsin.
JUKI
Maunya sih bangun, tapi yang udah-
udah kan kita kesiangan terus.
HANSIP
Mendingan ikut gue ronda. Nanti
pas jam tiga, kita balik kemari
dan makan sahur bareng.
Ketiga pemuda itu saling pandang.
CHELSEA
Iya juga, ya? Siapa tau ada
maling. Penasaran juga sih, gimana
rasanya nangkep maling. Selama ini
kan kita terus yang jadi sasaran
penangkapan.
BARONG
Hehehe ... setuju banget. Ayo!
02 EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip dan ketiga mantan napi berjalan santai di keheningan
malam sambil ngobrol.
HANSIP
Cita-cita gue sebetulnya pengen
jadi Kopasus. Minimal satwalpres.
Gue udah sempet daftar ke Akabri,
ngambil fakultas angkatan darat.
CHELSEA
Akabri fakultas angkatan darat?
Emang ada?
BARONG
Disini apa sih yang nggak bisa.
Terus, bang?
HANSIP
Tapi kemudian muncul konflik fisik
antara gue dengan pihak Akabri.
JUKI
Gila. Konflik fisik? Tembak-
tembakan?
HANSIP
Nggak sampe kasar gitu. Semua
diselesaikan dengan saling
pengertian. Kita kan sama-sama
satu nusa, satu bangsa, dan satu
bahasa.
CHELSEA
Konflik fisik gimana sih
maksudnya?
HANSIP
Konflik dalam cara memandang
masalah fisik. Menurut mereka ...
tinggi badan gue kurang.
Barong kesal menendang kaleng bekas.
BARONG
Kirain konflik apa!
HANSIP
(cuek, melanjutkan)
Dan akhirnya gue berubah orientasi
jadi hansip.
JUKI
Iyalah, daripada nggak laku jadi
Kopasus.
HANSIP
Eh, hansip dan kopasus itu in
prinsip sama. Tugasnya sama-sama
bidang keamanan, sama-sama pake
topi, baris-berbarisnya nggak
beda, bahkan sepatunya mirip.
BARONG
Bedanya, yang satu pake pestol,
yang satu pentungan.
HANSIP
Buat apa pestol? Pentungan juga
bisa jadi senjata yang mematikan.
TENG! TENG! TENG! Hansip memukul-mukul tiang listrik ala
main anggar. Terdengar bentakan SESEORANG dari salah satu
rumah.
SESEORANG (OS)
Brisik! Minta dihajar, ya?!
Hansip lebih dulu kabur meninggalkan ketiga teman rondanya.
03 INT. MUSHOLA JACK/Kamar Jack – MALAM
Bang Jack mengigau dalam tidurnya.
BANG JACK
Pukulan bedug gue ... jangan
diambil ... pukulan bedug gue...
Bang Jack tersentak bangun. GROSAKK ... BRUG ... BRUGG ...
terdengar suara orang lari di luar mushola. Menjauh. Bang
Jack cepat bangkit menyambar senter.
04 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di luar sepi. Bang Jack tegang mengarahkan nyala senternya
ke bedug.
BANG JACK
Innalillahi wa inna ilaihi
ro’jiun. Pukulan bedug gue ilang
lagi.
Ia menyenter ke kolong bedug. Tak ada apa-apa. Senter
terarah ke lapak tidur ketiga muridnya. Hanya ada tikar,
ransel, dan obat nyamuk bakar yang masih menyala.
BANG JACK
(bergumam)
Pada beli makanan ‘kali. Tapi
kenapa mesti bawa pukulan bedug?
Bang Jack berpikir sejenak kemudian kembali masuk kamar.
FADE OUT/FADE IN:
05 EXT. DESA – MALAM
Desa sepi di waktu malam.
06 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Aya menata piring, gelas, sendok, bakul nasi, sayur dan
lauk-pauk, di meja makan untuk bertiga.
07 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Haifa berdiri di tepi ranjang dengan kedua tangan terlipat
di dada, memandang Ustadz Ferry yang sedang mengigau dalam
tidurnya.
UST. FERRY
Para pemirsa televisi yang
dimuliakan Allah ... dari sinetron
berjudul “Jenazah Dikerubuti
Laron” tadi kita bisa mengambil
hikmah ...
HAIFA
(menggoyang kaki
suaminya, lembut)
Bangun, pa. Sahur, sahur ....
UST. FERRY
(masih mengigau)
Mmmhh ... cut! Cut!
Ustadz Ferry diam beberapa jenak dalam tidurnya, lalu
bangun sambil mengucek-ucek mata. Belum sadar betul.
HAIFA
Syutingnya break dulu, pa.
Sekarang sahur.
Haifa keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih
bengong.
UST. FERRY
Tadi sinetron yang episode berapa,
ya?
HAIFA (OS)
Papaaa ....
08 EXT. RUMAH UST. FERRY - MALAM
Hansip, Chelsea, Barong, dan Juki menyusuri jalan depan
rumah Ustadz Ferry.
HANSIP
Ini rumahnya Ustadz Ferry, ketua
mushola kita sekaligus atasan
langsungnya bang Jack. Aya juga
tinggal disini.
Sayup terdengar dari dalam rumah itu, suara gemerincing
sendok-garpu beradu dengan piring.
HANSIP
Mampir yuk?
BARONG
Jangan, ah. Malu.
HANSIP
Kita cari obyekan, boy.
CHELSEA
Obyekan apa?
HANSIP
Tau beres aja dah.
(berseru ke arah rumah)
Sahur, sahuuur! Bangun, pak
Ustadz! Sahuur!
09 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya baru akan memulai makan sahur.
Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup demi mendengar
seruan sang Hansip.
UST. FERRY
(berseru sedang)
Udah bangun, Din. Makasih.
HANSIP (OS)
Sahur, pak Ustadz! Sahuuur!
HAIFA
Siapa?
AYA
Bang Udin.
HANSIP (OS)
Pak Ustadz ... banguuun ....
UST. FERRY
Saya sudah bangun, Udiiin. Terima
kasih atas perhatiannya.
10 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Chelsea, Barong, dan Juki berdiri di belakang Hansip.
Tampak tak enak hati.
CHELSEA
Jalan lagi yuk, bang. Yang punya
rumah udah bangun dari tadi.
HANSIP
Loe nggak ngerti maksud gue, ya?
Diem aja deh. Di rumah ini
masakannya enak-enak.
KETIGANYA
Ooo ....
11 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya kembali menghadapi makan
sahurnya. Lalu, terdengar lagi suara itu.
HANSIP (OS)
Pak Uuustaadz .... Nggak sahur,
nih?!
AYA
(geli)
Ya ampun ...
UST. FERRY
(mendesah kesal)
Astaghfirullah hal ‘adziim.
Budeg apa tuli, sih tu orang?
(keras lagi)
Saya udah bangun dan sekarang lagi
sahur, Din!
HAIFA
Ajak makan deh, pa.
UST. FERRY
Udah pergi orangnya.
Baru saja Ustadz Ferry mau menyuap nasinya, terdengar
ketukan di pintu. TOK, TOK, TOK ....
HANSIP (OS)
Assalamu’alaikuuum ....
Aya dan Haifa menahan geli demi mendengar suara itu lagi.
Ustadz Ferry menunduk sejenak dalam duduknya untuk menghela
napas, membanting lap makan ke meja.
UST. FERRY
(menyabarkan diri)
Wa’alaikum salam wa rakhmatullahi
wa barakatuh.
12 INT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack selesai berdoa di atas sajadahnya, kemudian
bangkit dan melangkah ke pintu. Disitu ia berhenti dan
menatap ke tikar Barong cs yang masih kosong.
BANG JACK
Kok belum pada pulang? Masih sore
‘kali. Tidur lagi, ah.
Bang Jack melangkah keluar menuju kamar. Ia berjalan sambil
mencopot pici dan sarungnya.
13 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki makan dengan lahap
ditemani Ustadz Ferry dan Haifa. Juki mengorek nasi yang
tersisa di bakul hingga kosong licin tandas.
HAIFA
Tambah lagi nasinya?
UST. FERY
(berbisik)
Udah dua kali, ma.
HAIFA
(kepada tamu-tamunya,
ramah)
Masih banyak, kok. Tambah ya?
HANSIP
Kalo nggak ada yang makan lagi sih
boleh.
Haifa bangkit membawa bakul nasinya yang kosong.
UST. FERRY
Jadi loe bertiga sekarang tinggal
di mushola lagi?
BARONG
Betul, pak Ustadz. Bang Jack belum
laporan, ya?
UST. FERRY
Belum. Mungkin dia sungkan mau
ngomong sama saya.
14 INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM
Aya mengisi tiga gelas air putih hingga penuh. Haifa masuk
dapur langsung membuka rice cooker. Semua nasi yang ada
disitu dipindahkan ke bakul.
HAIFA
Untuk kedua kalinya Bang Jack
melangkahi wewenang kak Ferry,
ketua musholanya. Harusnya dia
laporan dulu kalo mau nampung
orang.
AYA
Sudahlah, kak, Bang Jack nggak
bermaksud gitu. Dia kan orang
sederhana. Kurang faham sopan-
santun dan tata-tertib organisasi.
HAIFA
Makanya harus diajarin biar
ngerti. Jangan didiemin.
Haifa keluar dapur membawa bakul nasi yang sudah penuh.
Langsung setel muka manis lagi.
15 INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM
Bang Jack lelap dalam tidur.
16 EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan tergopoh-gopoh
panik sambil mengelap mulutnya yang berminyak habis makan.
Juki sesekali memeriksa arloji Bang Jack di tangannya.
CHELSEA
Keasikan ngobrol, sih, jadi lupa
sama Bang Jack.
JUKI
Lima menit lagi subuh. Cepet,
cepet!
BARONG
Bang Udin juga nih, pake nambah
sampe tiga kali.
HANSIP
(mencungkil sisa makanan
dengan tusuk gigi)
Namanya juga lagi kalap, boy.
Hansip dan Kopasus emang mesti
banyak makan.
JUKI
Bakalan abis deh kita dihajar Bang
Jack.
HANSIP
Ya dia nggak perlu tau soal
insiden ini, dong.
Ketiga pemuda itu menoleh dengan pandangan bertanya.
CHELSEA
Maksudnya?
17 INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM
Bang Jack menggeliat bangun dari tidurnya.
BANG JACK
Jam berape nih? Kok gue bangun
sendiri?
Bang Jack beringsut membuka pintu kamar dan keluar.
18 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack tenang berjongkok mengamati Barong, Chelsea,
Juki, dan Hansip yang bergeletakan di tikar, pura-pura
tidur. Napas mereka tampak ngos-ngosan; sisa lari tadi.
BANG JACK
(bergumam)
Ngimpi ngejar maling ‘kali, sampe
ngos-ngosan begini.
Bang Jack memungut arlojinya dalam genggaman Juki.
Diarahkannya ke sumber cahaya. Kaget.
BANG JACK
Astaghfirullah ... semenit lagi
subuh!
Cepat ia membangunkan keempat bedebah itu.
BANG JACK
Bangun, bangun! Apa gue bilang?!
Akhirnya kejadian lagi, kan, kita
nggak sempet sahur. Bangun, bangun
....
Keempat orang itu pura-pura tergagap bangun.
HANSIP
(mengucek-ucek mata)
Dimana aku?
JUKI
Yaah ... bakalan sahur pake air
keran lagi, deh.
(bersendawa)
Eegghh!
Barong menyikut perutnya supaya diam.
19 EXT. MUSHOLA JACK/Tempat Wudlu – MALAM
Bang Jack meminum air keran beberapa teguk. Barong,
Chelsea, dan Juki menanti giliran di belakangnya dengan
menyimpan rasa bersalah. Sementara itu, Hansip kembali asik
mencungkil sisa makanan dengan tusuk gigi. Barong
memberinya tanda supaya menghentikan kegiatan itu.
BANG JACK
Tadi gue sempet bangun, loe pada
nggak ada. Kemana sih?
CHELSEA
Nggak ... nggak kemana-mana.
BANG JACK
Salah liat ‘kali gue. Dah,
sekarang giliran loe. Sekalian
wudlu.
Ketiga pemuda itu membungkuk di keran dan mulai minum.
BANG JACK
Mudah-mudahan kita kuat puasa
sampe maghrib.
Ketiga pemuda itu diam-diam saling pandang. Bang Jack
melihat sang Hansip nampak tenang menunggu giliran.
BANG JACK
(menunjuk keran)
Loe nggak ikut sahur, Din? Mumpung
masih ada waktu.
HANSIP
Gampang. Saya kan hansip, Bang,
biasa prihatin. Tenang aja.
BANG JACK
Ada yang bawa pukulan bedug gue,
nggak?
BARONG
Enggak, bang.
Bang Jack tercenung sendiri, kemudian melangkah keluar dari
tempat wudlu.
FADE OUT/FADE IN:
20 EXT. RUMAH UST. FERRY – PAGI
Ustadz Ferry menerima dua orang tamu di teras.
TAMU 1
Setelah tau bahwa tiga orang itu
mantan narapidana, warga jadi pada
resah, Pak Ustadz. Kita sih
bukannya mau berprasangka buruk,
tapi ... yah gitulah. Hidup sama
orang bener aja was-was, apalagi
sama yang baru keluar dari
penjara.
TAMU 2
Ibu-ibu malah nggak berani sholat
di mushola kita lagi. Takut diapa-
apain.
Ustadz Ferry mengangguk sambil mengelus janggutnya.
UST. FERRY
Jadi, gimana baeknya? Kita balikin
lagi ke penjara?
TAMU 1
Ya nggak gitu, Pak Ustadz. Tolong
diekstradisilah ke mushola lain
yang jauh dari kampung kita.
21 EXT. MUSHOLA JACK – PAGI
Bang Jack perlahan mengampelas pukulan bedugnya yang baru.
Ia sedang bersama Ustadz Ferry di halaman luar mushola.
Tampak dari situ, Juki, Chelsea, dan Barong sedang
membersihkan dan menata kembali tanaman hias di samping
mushola dengan penuh semangat.
BANG JACK
Diekstradisi?
UST. FERRY
Begitu usulan dari perwakilan
warga, Bang. Bukan saya. Saya sih
sementara ini netral.
BANG JACK
Diekstradisi kemana? Mereka udah
kenyang diusir sana-sini, Pak
Ustadz.
Bang Jack mengarahkan pandangannya jauh ke arah ketiga
pemuda itu, yang masih bersemangat bekerja.
UST. FERRY
Kasihan juga sih, ya? Tapi ...
ehm, kita juga ... ehm, apa tuh
... maksudnya ... perlu menimbang
keresahan warga, Bang.
Bang Jack terdiam memikirkan sesuatu dengan serius.
BANG JACK
Saya masih inget ceramahnya Pak
Ustadz dulu. Intinye, Rasulullah
yang begitu mulia masih bisa
berlapang hati terhadap orang yang
ngeludahin dia, termasuk terhadap
yang mau membunuh dia.
UST. FERRY
Kapan itu ya? Oh ya ya ... Bang
Jack masih inget aja, nih ....
Hehehe ....
BANG JACK
Nah, kenapa menampung tiga orang
yang lagi mau insyaf aja kita
nggak bisa?
Ustadz Ferry tertegun diam.
BANG JACK
Terus-terang saya jadi bingung
nih, Pak Ustadz. Mohon dibimbing.
Kita ngikutin teladan Rasulullah
atau ngikutin prasangka buruknye
ummat?
22 EXT. JALAN DESA – PAGI
Ustadz Ferry berjalan pulang dengan tampang kecut.
UST. FERRY
(menggerutu)
Kalo dibalikin ke akhlak
Rasulullah, ya sama aja ngejedotin
gue. Bisa ngomong apa gue? Gue
malah nggak inget pernah ngajarin
begituan sama tu merbot.
Berpapasan dengan Tamu 1 dan Tamu 2.
TAMU 1 & 2
Assalamu’alaikum, Pak Ustadz.
UST. FERRY
Wa’alaikum salam.
TAMU 1
Gimana, Pak Ustadz? Udah ketemu
Bang Jack?
UST. FERRY
Udah. Saya udah kasih teguran
keras sama dia.
TAMU 2
Jadi kan tiga anak muda itu
diusir?
UST. FERRY
Belum, tapi saya kasih tenggang
waktu sedikit. Rasulullah yang
begitu mulia aja bisa berlapang
hati terhadap orang yang
meludahinya, bahkan mau
membunuhnya. Kenapa untuk toleran
dikit sama orang yang mau insyaf,
kita nggak sanggup?
Kedua orang itu terdiam.
UST. FERRY
Saya ini kan ustadz, pembimbing
agama buat ummat. Jadi, apa-apa
saya kembalikan ke Quran dan
sunnah Rasul. Untung saya inget,
tuh. Jadi, kita liat aja
perkembangannya.
23 EXT. MUSHOLA JACK – SIANG
Barong, Chelsea, dan Jack berdiri memegang alat kerjanya
masing-masing, mendengarkan Bang Jack bicara.
BANG JACK
Loe jangan kecil hati bahwa masih
banyak warga yang belon bisa
nerima loe disini.
JUKI
(bergumam, pasrah)
Diusir lagi.
BANG JACK
Gue minta waktu ame Pak Ustadz
buat ngebuktiin kesungguhan loe
mau insyaf.
BARONG
Kita emang pengen insyaf, kok.
BANG JACK
Masalahnye, itu harus dibuktiin,
nggak cuman diniatin.
CHELSEA
Gimana cara ngebuktiinya, Bang?
Tiap hari kita di mushola. Apa itu
bukan bukti bahwa kita mau jadi
orang bener?
BANG JACK
Belum. Yang tinggal di kolong
jembatan juga bukan berarti nggak
pengen jadi orang bener.
JUKI
Pusing, nih. Trus kita harus
gimana sekarang, Bang?
BANG JACK
Ikutin program gue. Loe harus bisa
cari nafkah yang halal,
memperdalam ilmu agama,
mengamalkan agama, dan bermanfaat
buat ummat. Loe mesti istiqomah.
BARONG
Istiqomah? Apa tuh?
Bang Jack terdiam menatap ketiga anak muda itu.
BANG JACK
Masa loe nggak tau?
Ketiganya menggeleng.
BANG JACK
(bergumam)
Gue juga lupa. Gini aja, deh.
Pokoknya, loe nurut sama gue dulu.
Entar kita cari bareng-bareng tu
istilah maksudnya ape.
CHELSEA
Kalo nggak tau, gimana abang bisa
ngomong pake istilah itu?
BANG JACK
Loe mau ngajak debat? Iya? Mau
bikin gue tambah pusing?
CHELSEA
Nggak, Bang, nggak ... maaf.
24 EXT. HUTAN KECIL/Pinggir – SIANG
Bang Jack, Chelsea, Barong, dan Juki bergerombol di antara
semak-belukar di tepian hutan kecil itu. Bang Jack menengok
arlojinya.
BANG JACK
Jam setengah sepuluh. Kita punya
waktu dua jam buat latihan, abis
itu balik ke mushola sebelum waktu
dzuhur.
Dari dalam hutan, muncullah sang Hansip.
HANSIP
Lokasi sudah diamankan. Silakan
masuk.
BANG JACK
Makasih, Din.
Bang Jack melangkah masuk hutan diikuti oleh ketiga anak
muda itu. Hansip pun ikut masuk.
25 EXT. HUTAN KECIL/Bagian Dalam – SIANG
Kelima orang itu berada di bagian dalam hutan. Sekitar
nampak lengang. Hansip duduk di bawah pohon, menonton.
BARONG
Mau latihan apa sih kita, Bang?
Pencak silat?
BANG JACK
Adzan.
BRG,CHLS,JK
Oooo ....
BANG JACK
Sebagai calon generasi penerus
pengurus mushola, loe harus bisa
adzan. Istilahnye, secara
acapella.
Ketiga pemuda itu saling pandang heran.
CHELSEA
Setahu saya, dimana-mana adzan
emang acapella, Bang. Cuman vokal,
nggak pake iringan musik.
BANG JACK
Gitu ye? Ehm ... maksud gue secara
monophonic. Ya, ya, monophonic.
Ketiga pemuda itu kembali saling pandang dengan bete.
JUKI
(pelan)
Terserah dia deh.
BANG JACK
Gue baru inget. Mono kan satu.
Phonic ... suara. Satu suara. Ya,
ya, betul ... soalnya adzan cuman
dilakukan oleh satu orang, satu
suara. Kalo bareng-bareng namanya
vokal grup. Bukan adzan.
HANSIP
Udah deh, Bang. Adzan, adzan aja,
nggak usah pake istilah macem-
macem. Penonton mulai rusuh, nih!
BANG JACK
Oke. Loe bertiga, perhatiin gue,
trus tiruin.
HANSIP
Ini penyakitnye bangsa kita. Sibuk
nyari istilah, substansinya
dilupakan.
BANG JACK
Yang kebanyakan komentar juga bisa
bikin program macet, nih.
HANSIP
Dicopy. Silakan lanjut.
Bang Jack mempersiapkan diri untuk adzan. Dua tangan
dipasang di kuping kanan-kiri. Menghirup napas panjang.
BARONG
Bentar, Bang. Kalo adzan,
menghadapnya kemana?
Bang Jack terdiam sejenak. Bingung juga.
BANG JACK
Ke depan. Perhatiin, jangan
interupsi terus.
(mulai adzan)
Allahu akbar, Allahu akbar!
26 EXT. PERSAWAHAN – SIANG
Suara adzan Bang Jack terdengar sayup-sayup sampai ke areal
persawahan dimana beberapa petani sedang bekerja di
petaknya masing-masing. Mendengar itu, para petani
menghentikan pekerjaannya dengan keheranan. Areal
persawahan berada di seberang hutan kecil itu.
PETANI 1
(melihat ke langit)
Lho, sudah waktunya dzuhur, ya?
PETANI 2 di petak sebelah, berseru ke arahnya.
PETANI 2
Jam berapa sekarang?!
PETANI 1
Sebentar.
Petani 1 merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah
handphone warna pink. Dia melihat penunjuk waktu di
handphone itu yang menunjukkan pukul 10:00.
PETANI 1
Wah, berarti jam di handphone saya
terlambat dua jam. Banyak amat
kurangnya.
Petani 1 meletakkan cangkulnya dan beranjak ke pematang.
Petani 2 mengikuti, begitu pula dengan para petani lain di
petaknya masing-masing.
27 EXT. HUTAN KECIL/Bagian Dalam – SIANG
Bang Jack menunjuk Juki.
BANG JACK
Coba sekarang loe.
Juki mempersiapkan diri untuk adzan seperti yang sudah
diajarkan oleh Bang Jack tadi. Agak ragu.
*** JUKI ***
Terjemahin ke bahasa Indonesia
dong, Bang, biar cepet hafal.
Bang Jack tertegun mendengar usulan itu.
*** BARONG ***
Betul, Bang. Bahasa Indonesia
lebih mudah dimengerti.
*** BANG JACK ***
Sekarang loe rubah adzannye. Entar
loe ganti Al Quran pake bahasa
Jawa.
*** HANSIP ***
Wah, saya malah baru kepikiran.
Seru juga tuh.
*** CHELSEA ***
Jadi kita punya Al Quran versi
Jawa, Bang.
*** BANG JACK ***
Yang perlu diperbarui bukan
bahasanye, tapi ketaqwaan kita
terhadap ajaran Allah. Nabi
Muhammad sendiri nggak berani
ngerubah biar satu huruf pun. Dan
sekarang loe, yang training merbot
aje belon tentu lulus, mau
ngerubah firman Allah cuma
lantaran males menghafal?
Ketiga pemuda itu terdiam, lalu sama mengangguk.
JUKI
Iya, iya ... saya ngerti.
Bang Jack menghela napas panjang, lega, sambil menepuk bahu
Hansip.
HANSIP
(pelan)
Udeh bisa ceramah, nih. Ngaji
dimane?
BANG JACK
Ya di mushola, ame Ustadz Ferry.
Juki mulai adzan.
JUKI
Allahu akbar ... allahu akbar!
28 EXT. PERSAWAHAN – SIANG
Bang Jack, Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan
beriringan di pematang sawah.
*** BANG JACK ***
Seenggak-enggaknye, keliatan loe
bertiga punya warna vokal yang
bagus buat jadi muadzin. Tinggal
pitch control-nya yang mesti loe
latih.
Ketiga pemuda itu gembira mendengarnya.
BARONG
Gaji muadzin gede ya, Bang?
BANG JACK
Pilih gaji atau pahala?
CHELSEA
Kalo abang pilih yang mana?
BANG JACK
Gue sendiri bingung kalo ditanya
begitu.
SEMUANYA
Hahaha!
HANSIP
Eh, lihat tuh ....
Mereka melewati sebuah gubuk, dimana beberapa petani—
termasuk Petani 1 & 2—sedang shalat berjamaah dengan
khusyuk. Bang Jack heran melihat mereka, lalu menengok
arlojinya.
BANG JACK
(bergumam)
Shalat apa jam segini? Baru jam
sebelas.
Beberapa langkah dari gubuk, Bang Jack berhenti dengan
sikap tertegun. Mengingat-ingat.
BANG JACK
(bergumam)
Jangan-jangan ....
Wajah Bang Jack menegang. Tiba-tiba ia bergegas menyalip
rombongan dan setengah berlari paling depan. Keempat orang
lainnya terheran mengikuti.
HANSIP
Ade ape nih buru-buru? Bang!
BANG JACK
Entar deh gue ceritain.
Bang Jack makin mempercepat langkahnya.
BANG JACK
Astaghfirullah ... astaghfirullah
.... Moga-moga nggak ketauan siapa
biang keladinye.
29 EXT. WARUNG AYA – SORE
Aya mengambil beberapa buku dari rak, lalu diberikan kepada
dua BOCAH kecil.
AYA
Baca sampe habis, ya? Kalo ada
yang nggak ngerti, tanya kakak.
BOCAH 1
Iya, kak.
BOCAH 2
Kalo baca bukunya banyak, dikasih
kolak, kan?
AYA
Iyaaa .... Yang penting kamu harus
rajin baca.
*** BOCAH 1 ***
(membolak-balik
halaman buku)
Bahasa Indonesia semua. Ada yang
bahasa Inggris nggak, kak?
Aya tertawa mengusap kepala bocah itu, lalu keluar untuk
menata dagangan kolaknya di meja. Bang Jack menghampiri.
BANG JACK
Loe liat anak buah gue tuh.
Bang Jack menunjuk ke arah halaman mushola dimana Barong,
Chelsea, dan Juki sedang giat bersih-bersih.
BANG JACK
Udah banyak kemajuan. Tadi siang
gue ajarin adzan, langsung hapal.
AYA
Alhamdulillah. Mudah-mudahan
pandangan orang terhadap mereka
juga membaik, Bang.
BANG JACK
Dan yang bikin gue terharu, mereka
udah mulai bisa puasa tanpa
ngomel. Biasanya jam segini pada
tereak laper.
AYA
Mereka makin dewasa ya, Bang?
BANG JACK
Padahal semalem cuma sahur pake
aer minum dari keran. Bayangin,
Ay.
AYA
Sahur air keran? Nggak, ah. Mereka
makan nasi, kok.
BANG JACK
Tau dari mane loe?
*** AYA ***
Kan semalam pada makan sahur di
rumah Aya, termasuk Bang Udin.
Bang Jack terdiam menatap gadis cantik itu, kemudian
menoleh ke arah halaman mushola. Barong, Chelsea, dan Juki
masih sibuk bersih-bersih. Ia kembali menghadapi Aya.
BANG JACK
Ay ... gue pengen minta kerjasama
loe.
Aya menatap Bang Jack dengan kening berkerut, penuh tanda
tanya.
30 EXT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB
Semburat merah berpendar di lembaran langit barat. Puncak
bulan-bintang mushola menjulang dalam bentuk siluet. Sayup
adzan bersahutan di kejauhan, juga di mushola itu.
CHELSEA (OS)
Allahu akbar ... allahu akbar!
31 INT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB
Chelsea adzan dengan wajah tegang, memegang mikrofon sambil
menatap kertas di tangan Bang Jack yang berisi lafal adzan.
Bang Jack menunjuk baris terakhir.
CHELSEA
Laa illaaha illallaah ...!
BANG JACK
Alhamdulillah. Vokal loe boleh
juga. Mudah-mudahan adzan loe
sukses mengilhami ummat untuk
pergi sholat.
CHELSEA
Makasih, Bang.
32 EXT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB
Barong, Juki, dan Hansip duduk melingkar di tikar siap
untuk berbuka. Aya datang membawa nampan berisi empat
mangkok kolak dan lima gelas teh manis.
BARONG
Buat Aya mana?
AYA
Sudah tadi, sedikit. Tinggal minum
tehnya aja yang belum.
Bang Jack dan Chelsea keluar dari dalam mushola dan
langsung bergabung dalam lingkaran mereka. Bang Jack
sendiri yang membagi keempat mangkok dan lima gelas teh
manis itu kepada mereka. Mereka baru menyadari bahwa hanya
Bang Jack yang tidak mendapat bagian.
BANG JACK
Jangan liat-liatan aja.
Menyegerakan berbuka itu lebih
utama.
CHELSEA
Buat Bang Jack sendiri mana?
BANG JACK
Udah ade. Gampang.
Bang Jack melenggang ke arah tempat wudlu. Semua yang ada
disitu memandang tertegun, kecuali Aya yang terus menunduk
memegang gelas tehnya sambil menahan senyum.
JUKI
Ay ... Bang Jack cuma pesen
segini?
*** AYA ***
Uangnya nggak cukup untuk beli
lebih banyak. Katanya, uang yang
ada buat beli makan sahur aja.
Terdengar keran dibuka dan bunyi kucuran air. Terdengar
Bang Jack membaca basmallah, minum, lalu alhamdulillah.
Barong, Chelsea, Juki, dan Hansip terdiam saling pandang.
HANSIP
(menghela napas
prihatin)
Nggak nyangka ya, rejekinya Bang
Jack cuman sampe di aer keran.
BARONG
Kita bagi koleknya, yuk, biar Bang
Jack bisa ikut makan.
HANSIP
Setuju banget.
Bang Jack muncul lagi sambil menyeka mulutnya yang basah.
BANG JACK
Alhamdulillah masih bisa berbuka
puasa biarpun aer keran.
HANSIP
Bang Jack, mau kolek? Bagi dua tuh
sama Barong.
Aya menutup mulutnya, hampir lepas tertawa.
BANG JACK
Nggak usah, nggak apa-apa. Yang
penting loe pada bisa makan cukup.
Gue sih gampanglah. Ay, pinjem
buku, ya? Buat baca-baca.
AYA
Ambil aja, Bang.
Bang Jack melangkah gontai ke warung Aya. Sekali tampak ia
seperti mau jatuh karena lemas. Barong, Chelsea, Juki, dan
Hansip menatap penuh rasa bersalah.
JUKI
Gue yakin sebetulnya Bang Jack
laper banget. Dia lebih mentingin
kita daripada dirinya sendiri.
CHELSEA
Ngerasa bersalah nggak, sih?
Semalem dia sendiri di mushola,
sementara kita makan enak di rumah
Aya tanpa inget dia.
BARONG
Gue jadi nggak enak makan nih.
HANSIP
Buat gue sini.
AYA
(menahan tawa)
Ha ....
Aya cepat menutup tawanya dengan tangan.
33 EXT. WARUNG AYA – MAGHRIB
Bang Jack berdiri di depan rak buku, memilih-milih di
jajaran paling bawah. Makin menunduk, makin menunduk,
akhirnya berjongkok hingga tak terlihat dari luar. Di atas
bangku, sudah tersedia sebuah mangkok kolak dan gelas teh
manis yang ditutup kertas. Bang Jack terkekeh membuka
kertas penutup itu.
BANG JACK
Bismillah ....
Bang Jack mulai minum dan makan. Aya muncul di warung
mengambil tas mukenanya, tersenyum melirik ke dalam
perpustakaan.
AYA
Kasihan, mereka merasa bersalah
banget sama Bang Jack. Aya jadi
nggak enak udah membantu
membohongi mereka.
BANG JACK
Biar pada belajar apa artinya
setia kawan. Tenang aja.
AYA
(agak merajuk)
Pokoknya, nama Aya jangan dibawa-
bawa lho, Bang.
BANG JACK
Iye, iye ....
Aya beringsut pergi membawa tas mukenanya.
34 EXT. DESA – MALAM
Establishment.
35 INT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack duduk berdzikir sambil menyandar lemas ke tembok
mushola. Di latar belakang tampak Barong, Chelsea, Juki,
dan Hansip mengamatinya dari balik pintu. Bang Jack melirik
ke belakang, kepala-kepala itu langsung lenyap.
36 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Keempat orang itu berdiskusi di teras.
BARONG
Hancur hati gue ngeliat
penderitaan Bang Jack. Kalo gue
punya duit, gue beliin nasi
bungkus buat dia.
HANSIP
Bang Jack kan masih punya duit.
Aya yang bilang.
CHELSEA
Iya, Bang, tapi itu kan buat makan
sahur kita nanti. Hhh ... salah
kita juga, sih.
JUKI
Kita harus minta maaf sama dia.
BARONG
Kan belum lebaran.
JUKI
Masa mesti nunggu lebaran, sih?
Minta maaf bisa kapan aja. Kalo
orangnya keburu meninggal, gimana?
HANSIP
Gini, gini. Jangan buru-buru
ngerasa bersalah. Terburu-buru itu
pekerjaan syaiton dan ... belon
tentu kita yang salah. Masalah ini
harus dianalisis oleh ahlinya
supaya clear, mana yang hak dan
mana yang batil.
CHELSEA
Yaelah, sampe kesitu pikiran
abang.
BARONG
Siapa yang mesti kita tanya, Bang?
HANSIP
The one and only ... Ustadz Ferry.
Kalo dia bilang kita bersalah,
baru kita minta maaf ame Bang
Jack.
Juki menengok arloji Bang Jack di tangannya.
JUKI
Masih jam sembilan, nih. Kita ke
rumahnya sekarang?
HANSIP
Gue bilang jangan buru-buru.
Sekarang masih kesorean, boy.
Tunggu dong sampai waktunya tepat.
CHELSEA
(tidak sabar)
Kapan?
HANSIP
Nanti, pas makan sahur.
Ketiga pemuda itu nampak tak setuju.
BARONG
Ogah, ah. Malu, makan disana lagi.
HANSIP
Kenapa malu? Kita nemuin Ustadz
Ferry kan buat nanya masalah
agama. Kalopun ditawarin makan, ya
alhamdulillah banget. Sekali
dayung, dua-tiga pulau kelewatan,
boy.
JUKI
Ngomongnya gimana?
HANSIP
Jangan paniklah. Kan gue MC-nya.
Percakapan mereka terhenti karena Bang Jack keluar dari
dalam mushola. Dengan langkah terhuyung-huyung sok lemas,
dia melangkahi mereka. Mereka memandangnya was-was.
HANSIP
Kena stroke dia.
Bang Jack berhenti dengan satu tangan menopang ke tembok.
BANG JACK
Bangunin jam tiga.
BRG,JK,CHLS
Iya, Bang.
BANG JACK
Simpen pukulan bedug di dalem biar
nggak ilang.
BRG,JK,CHLS
Iya, Bang.
Bang Jack kemudian terhuyung melanjutkan langkahnya menuju
kamar sambil memegangi perutnya. Barong, Chelsea, dan Juki
memandanginya dengan rasa sangat bersalah.
HANSIP
Sempet-sempetnya inget pukulan
bedug.
37 INT. RUMAH UST. FERRY/Kamar Aya – MALAM
Aya duduk melipat kaki di tempat tidur, membaca Al Quran
dengan suara lirih.
TOK, TOK, TOK!
HAIFA (OS)
Aya?
AYA
Masuuuk ....
Haifa membuka pintu tanpa masuk.
HAIFA
Telepon dari ayah.
Aya langsung cemberut dan menutup Al Qurannya.
AYA
Nggak, ah.
Aya menaruh kitab itu dan langsung tengkurap di bantal.
Haifa menghela napas, lalu masuk, duduk di tepi ranjang.
HAIFA
Jangan gitu dong, Ay.
AYA
Ah, paling ngomongin lamaran lagi.
HAIFA
Ayah juga bingung mau menjawab
gimana. Orang yang pengen melamar
kamu datang lagi ke rumah.
AYA
Kan udah dibilangin, Aya belum
pengen menikah sekarang. Ngotot.
Kayak nggak ada perempuan lain.
HAIFA
(tersenyum geli)
Mungkin kamu dianggap sebagai
gadis paling istimewa.
AYA
Nggak, nggak.
Aya kesal menarik selimut hingga menutupi wajah dan seluruh
tubuhnya. Haifa menghela napas panjang, tak tahu harus
bagaimana.
HAIFA
Atau ... biar kak Ferry yang
carikan calon suami buat kamu?
Terdengar teriakan Aya dari dalam selimut.
AYA
Nggaaaak!!!
FADE OUT/FADE IN:
38 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki setengah mengantuk duduk
dalam jarak yang agak jauh dari rumah Ustadz Ferry.
HANSIP
Jam berape, Ki?
Juki melihat arloji.
JUKI
Jam setengah empat persis, Bang.
Sang Hansip serentak berdiri.
HANSIP
Oke, kita bergerak sekarang. Bu
Ustadz pasti udah selesai masak.
Sang Hansip melangkah menuju rumah itu, diikuti oleh
Barong, Chelsea, dan Juki.
CHELSEA
Bang, nanti makannya nggak usah
nambah, ya? Takut keburu subuh.
HANSIP
Ya jangan, dong. Cukup ngambil
sekali, tapi banyak.
BARONG
Bungkusin juga buat Bang Jack.
HANSIP
Sip.
Mereka sampai di pintu pagar. Hansip mengetuk-ngetukkan
pentungannya. TOK, TOK, TOK ....
HANSIP
Assalamu’alaikum! Pak Uustaaadz!
Terdengar sahutan dari dalam rumah.
UST. FERRY (OS)
Wa’alaikum salaam!
Tak berapa lama, Ustadz Ferry keluar. Ia menyambut hangat
dan membuka pintu pagar.
UST. FERRY
Masuk, masuuuk ... saya bersyukur
banget ngeliat anak muda pada
rajin menjaga keamanan lingkungan.
Duduk, duduk ....
Ustadz Ferry menunjuk kursi-kursi tamu yang ada di teras.
Hansip yang sudah mau masuk pintu dalam, langsung putar
balik bergabung dengan rombongannya di kursi teras.
39 INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM
(MCU) Haifa dan Aya mengelap tumpukan piring, sendok-garpu,
dan gelas bersih.
HAIFA
Bang Udin, ya?
AYA
Suaranya sih dia.
40 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry duduk menghadapi Hansip, Barong, Chelsea, dan
Juki. Samar-samar dari dalam rumah terdengar gemerincing
piring dan gelas beradu. Para tamu itu sesekali menoleh ke
arah dalam rumah sambil mendengarkan Ustadz Ferry bicara.
UST. FERRY
Kalo saya sih memandangnya bukan
kesalahan murni, melainkan
kelalaian. Khilaf. Kalian makan
sahur disini, trus kita ngobrol,
baru inget kalo kalian harus
ngebangunin Bang Jack. Namanya
juga lupa, mau gimana lagi?
BARONG
Jadi, kita harus minta maaf sama
Bang Jack, Pak Ustadz?
UST. FERRY
Minta maaf aja, nggak ada ruginya.
Kalo perlu, ceritain kronologis
kejadiannya biar jelas. Insya
Allah Bang Jack ngertiin.
JUKI
Tuh, apa saya bilang. Minta maaf
tuh nggak perlu nunggu lebaran.
Kapan ada waktu, ya minta maaf.
UST. FERRY
Betul.
HANSIP
(menyindir)
Dingin banget disini, ya? Sampe
merinding nih tengkuk saya. Kalo
di dalem ‘kali lebih anget.
CHELSEA
Masa sih, Bang? Kayaknya biasa-
biasa aja.
Hansip diam-diam menyikut Chelsea. Chelsea baru mengerti.
Terdengar lagi suara gemerincing gerabah dari dalam rumah.
HANSIP
Suara apaan tuh, Pak Ustadz?
UST. FERRY
Biasalah ... kesibukan ibu-ibu
kalo lagi berurusan sama piring
dan gelas.
Keempat tamu itu diam-diam membelalak bergairah.
BARONG
Jam berapa sekarang, Ki?
JUKI
(melihat arloji)
Ehm ... waktunya sahur, nih.
UST. FERRY
Sudah pada makan sahur apa belum,
nih? Jangan sampe kelewatan, lho.
HANSIP
Pak Ustadz aja masih tenang-tenang
disini.
UST. FERRY
Saya sih udah sahur. Kebetulan
lebih awal dari biasanya.
KEEMPATNYA
Ha?!
Keempat orang itu nampak kecewa dan panik.
HANSIP
Lhah ... barusan Bu Ustadz di
belakang klonengan sama Aya,
ngapain?
UST. FERRY
Kayaknya sih abis nyuci piring,
Din. Jadi belon pada makan, nih?
(berseru ke dalam)
Maaaa! Mamaaaah!
HAIFA (OS)
Ya, pah.
Haifa muncul di pintu, langsung menyenyumi orang-orang di
teras.
UST. FERRY
Masih ada makanan, nggak? Bang
Udin dan kafilahnya belon sahur.
HAIFA
Ya Allah ... udah habis, pa.
Kebetulan mama cuma masak sedikit.
Nggak tau sih kalo bakal ada tamu.
HANSIP
Apa ... apa nggak ada sisa barang
dikit, Bu?
HAIFA
Aduuh ... apa ya? Paling-paling
tinggal ... coba deh ibu liat
sebentar.
Haifa segera masuk kembali.
41 EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan pulang tergopoh
sambil masing-masing makan krupuk putih. Tampangnya asem
semua.
JUKI
(kesal)
Apes banget kita. Pasti ada yang
belum mandi.
CHELSEA
Bang Udin juga sih, nih. Mana yang
katanya sekali mendayung, dua-tiga
pulau kelewatan. Yang ada cuma
krupuk.
HANSIP
Salahin Bu Ustadz, dong, kenapa
masaknya ngepas?
BARONG
Cepetan jalannya. Mudah-mudahan
Bang Jack udah bangun dan udah
beli makanan buat kita. Jam
berapa, Ki?
Tiba-tiba terdengar gema adzan di kejauhan. Keempat orang
itu terhenti dengan wajah tegang.
JUKI
Lariii!
Keempat orang itu pun berlari sekencang-kencangnya.
42 EXT. MUSHOLA JACK – SUBUH
Bang Jack keluar dari tempat wudlu dengan wajah basah. Ia
sudah mengenakan baju sholat. Ketika itulah terdengar
grabak-grubuk kedatangan Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki.
HANSIP
Bang Jack, Bang Jack! Cepetan
bangun!
BANG JACK
Loe pikir gue lagi merem? Pada
kemana, sih? Untung gue tadi
ngimpi didatengin kebo dan
kebangun. Gue liat loe pada nggak
ada.
CHELSEA
Ya udah, sekarang biar saya beli
makanan, Bang. Duitnya, duitnya.
BANG JACK
Gue udeh beli makanan tadi buat
kita berlima.
JUKI
Alhamdulillah. Slamet kita.
BANG JACK
Tapi karena sampe ampir subuh loe
nggak nongol, akhirnya gue kasih
orang.
HANSIP
Yaaah ....
BARONG
Bang Jack sendiri udah makan
sahur?
BANG JACK
Alhamdulillah udah. Apa ya tadi?
Pecel lele sama empal .... Dikasih
jengkol juga sama yang punya
warung.
HANSIP
Udah deh, Bang, jangan diceritain.
Cuma bikin sakit hati.
BANG JACK
Emangnya loe abis makan ape?
Keempat orang itu diam tak menjawab. Shocked berat. Mereka
lihat-lihatan dengan tampang kuyu, lalu .... (MENGERUBUTI
BANG JACK, TANGIS-TANGISAN PENUH PENYESALAN, MINTA MAAF
ATAS KESALAHAN KEMARIN MALAM). Bang Jack meladeni mereka
sambil terkekeh.
BANG JACK
Nggak papa, nggak papa. Kite
sodara seiman, saling memaafkan.
Juki, sekarang loe yang adzan, ya?
JUKI
Saya kan nggak sahur, Bang. Masih
lemes.
BANG JACK
Orang laper juga boleh adzan, kok.
Nggak ada yang ngelarang.
43 EXT. JALAN DESA – SUBUH
Serombongan JAMAAH MUSHOLA berjalan dengan pakaian sholat.
Ada pula yang baru keluar dari pagar rumah. Tampak di
antara mereka adalah Tamu 1 dan Tamu 2 yang kita lihat di
rumah Ustadz Ferry.
Gema adzan dari mushola Jack mengiringi langkah mereka.
Suara muadzinnya terdengar mendayu, memelas. Suara Juki.
JUKI (OS)
Assholaatu khoirum minannauum!
Assholaatu khoirum minannauum!
44 INT. MUSHOLA JACK – SUBUH
Juki adzan didampingi Bang Jack, yang memegang kertas
bertuliskan lafal adzan untuk dibaca. Sementara di belakang
mereka, tampak Hansip, Chelsea, dan Barong duduk menyender
lemas di tembok dengan tatapan kosong.
JUKI
Allahu akbar ... allahu akbar! Laa
ilaaha illallaah!
Bang Jack mengacungkan jempol.
JUKI
Makin laper, Bang.
Bang Jack hanya terkekeh. Ketika itulah rombongan Jamaah
Mushola baru sampai di teras. Jumlahnya sekitar 15 orang.
Bang Jack nampak takjub melihat kedatangan mereka.
JAMAAH
Assalamu’alaikum!
BANG JACK
Wa’alaikum salam!
(bergumam)
Subhanallah ... tumben banyak
banget yang dateng.
Para jamaah langsung shalat sunnah di tempat masing-masing.
Tamu 1 dan Tamu 2 mengambil posisi dekat Bang Jack.
TAMU 1
Bang Jack, adzannya yang barusan
tadi bagus banget. Menyayat hati,
jadi kita merasa terpanggil buat
shalat berjamaah.
HANSIP
(menggerutu)
Terang aja. Yang adzan orang
laper.
BANG JACK
Hehehe .... gitu ya?
TAMU 2
Iya, Bang. Betul. Siapa yang
adzan, Bang? Dari kaset, ya?
BANG JACK
Bukan. Ini nih si Juki, anggota
baru kite di mushola.
Tamu 1 dan Tamu 2 berubah masam mendengar itu.
TAMU 1
Oooo ... cuma vokalnya masih
mentah.