Pengaruh Rangkap Jabatan (Interlocking Directorate)
dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap
Kinerja Perusahaan dan Kinerja Pasar Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S2
Program Magister Akuntansi
Disusun Oleh:
Nugroho Dwi Prihandoko
121600532
MAGISTER AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA
YOGYAKARTA
2018
1
Pengaruh Rangkap Jabatan (Interlocking Directorate)
dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap
Kinerja Perusahaan dan Kinerja Pasar Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
ABSTRACT
This research srudies the impact of interlocking directorate and the proportion of
independent commissioners on the company's financial performance and market
performance. The company's financial performance can be seen through the ratio
of return on assets (ROA). The company's market performance can be seen
through the price to book value (PBV) and Tobin‟s Q ratios. The population of
this research is 144 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX). The research sample consisted of 46 companies that met the
criteria for purposive sampling in a row starting in 2012-2016. The research data
used is secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange. Data analysis
method used in this research is partial least square (PLS) method using WarpPLS
4.0 application. The results of this research showed that interlocking directorate
and the proportion of independent commissioners have a positive effect on the
company's financial performance and the company's market performance.
Keywords: Return on Assets, Price to Book Value, Interlocking Directorate,
Proportion of Independent Commissioners.
PENDAHULUAN
Perusahaan sebagai organisasi profit pada dasarnya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Perusahaan bahkan seringkali
melakukan berbagai cara untuk mencari keuntungan yang lebih besar serta
membuat perusahaan menjadi pemenang dalam persaingan bisnis. Salah satu
bentuk upaya perusahaan untuk mencapai tujuan dan target kinerja perusahaan
adalah dengan melakukan monopoli. Praktik monopoli meski dengan jelas
dilarang oleh undang-undang, namun ada bentuk perilaku manajemen perusahaan
yang dapat dianggap sebagai bentuk monopoli. Salah satu bentuk perilaku yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat adalah praktik rangkap jabatan (interlocking directorate), Direksi dan/atau
Komisaris. Rangkap Jabatan dalam perspektif Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun 1999), khususnya pasal 26 memang tidak
jelas dilarang. Namun undang-undang tersebut melarang rangkap jabatan
bilamana direksi atau direktur yang memegang jabatan yang sama tersebut berada
dalam perusahaan dengan kriteria: beroperasi pada pasar yang sama, memiliki
keterkaitan bisnis satu sama lainnya dalam produksi (industri hulu hilir),
menguasai pangsa pasar barang atau jasa secara bersama, dan mengakibatkan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Perilaku rangkap jabatan yang terjadi di perusahaan masih menjadi
fenomena karena masih ditemukan praktiknya (http://economy.okezone.com/,
diakses Selasa, 17 April 2018 “OJK masih Temukan Perusahaan Langgar Aturan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2
Direksi Ganda”). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menemukan masih ada direksi
perusahaan yang melanggar Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik. OJK menyebut, masih ada anggota direksi yang merangkap jabatan
sebagai direktur maupun komisaris di perusahaan lain melebihi ketentuan OJK.
Suatu praktik rangkap jabatan terjadi apabila seseorang yang sama duduk
dalam dua atau beberapa dewan direksi perusahaan atau menjadi wakil dua atau
lebih perusahaan yang bertemu dalam dewan direksi satu perusahaan. Semua
aspek yang berhubungan dengan rangkap jabatan memiliki implikasi penting bagi
struktur dan efektivitas fungsi dewan perusahaan, yang pada akhirnya memiliki
peran penting dalam tata kelola perusahaan dan kinerja perusahaan (Hermalin &
Weisbach, 2000 dalam De, 2003).
Rangkap Jabatan itu sendiri dapat memiliki dampak terhadap iklim
persaingan usaha, karena adanya rangkap jabatan seseorang yang duduk dalam
dua perusahaan dan bersaing atau berada dalam pasar yang sama (dalam sector
yang sama). Misalnya menimbulkan kontrol atas keputusan atau kebijakan
perusahaan untuk membuat strategi bersama (dengan perusahaan lain yang berada
dalam pasar yang sama). Strategi ini dapat mengatur jumlah produksi, tata cara
pemasaran, penetapan harga (price fixing), alokasi, dan berbagai strategi lain yang
menguntungkan kedua perusahaan. Dengan kata lain, rangkap jabatan dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan
yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui peran dalam
menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak
manajemene dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu
laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Dengan semakin banyak jumlah
dewan komisaris independen, pengawasan terhadap laporan keuangan akan lebih
ketat dan objektif, sehingga kecurangan yang dilakukan oleh manajer untuk
memanipulasi laba dapat diminimalisir dan tindakan kecurangan dapat dihindari.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
perusahaan. Pengukuran tersebut dapat digunakan salah satunya untuk menilai
keberhasilan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja
unit hingga menilai kinerja individu karyawan. Selama ini banyak perusahaan
yang berorientasi pada aspek keuangan saja dalam menilai kinerjanya. Kinerja
perusahaan merupakan gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan, sehingga
dapat diketahui baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Kinerja perusahaan yang
baik dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat
dilihat dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dalam suatu
periode tertentu, atau dalam pelaporan keuangan setiap periode. Salah satu metode
pengukuran kinerja perusahaan dilakukan dengan menggunakan alat ukur seperti
return on aset (ROA).
Informasi pasar (dalam hal ini pasar keuangan) adalah informasi yang
berasal dari pasar yang digunakan untuk analisis keuangan. Pasar mencerminkan
informasi yang relevan, dengan demikian informasi dari pasar bisa dimanfaatkan
oleh seorang analis keuangan. Sebagai contoh apabila kondisi ekonomi suatu
Negara membaik maka pasar akan merespon dengan harga-harga saham yang
cenderung naik. Seorang analis akan memperkirakan prospek ekonomi hanya
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3
dengan menganalisis harga-harga saham perusahaan tersebut. Indikator kinerja
pasar yang digunakan adalah price to book value (PBV) & Tobin’s Q.
Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh praktik rangkap jabatan dan
proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan dan
kinerja pasar. Data dalam penelitian ini didasarkan pada data perusahaan yang
telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
RUMUSAN MASALAH
Undang-undang melarang rangkap jabatan bilamana direksi dan/atau komisaris
yang memegang jabatan yang sama pada perusahaan yang beroperasi pada pasar
yang sama, memiliki keterkaitan bisnis satu sama lain dalam produksi, dan
menguasai pangsa pasar barang tau jasa secara bersama, dan mengakibatkan
praktik monopoli dan persaingan tidak sehat. masih banyak di Indonesia
melakukan praktik rangkap jabatan tersebut. Rangkap jabatan dapat memiliki
dampak terhadap iklim persaingan usaha, karena antara perusahaan yang
melakukan rangkap jabatan itu dapat secara bersama-sama mengatur strategi
bisnis untuk menguasai pasar. Proporsi dewan komisaris independen yang tinggi
diharapkan mampu meningkatkan fungsi pengawasan pihak manajemen
menyusun laporan keuangan sehingga dapa diperoleh suatu laporan keuangan
yang berkualitas. Dengan laporan keuangan yang berkualitas dari sisi fungsi
dewan komisaris independen yang tinggi diharapkan meningkatkan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya. Tingkat return perusahaan sama dengan
tingkat return yang diharapkan bagi investor, oleh karena itu para investor
bersedia untuk membayar nilai pasar saat ini pada sekuritas perusahaan.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Rangkap Jabatan (interlocking directorate) dan Proporsi Dewan
Komisaris Independen berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan?
2. Apakah Rangkap Jabatan (interlocking directorate) dan Proporsi Dewan
Komisaris Independen berpengaruh terhadap Kinerja Pasar?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan dari penelitian
ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh Rangkap Jabatan (interlocking directorate) dan
Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan.
2. Menganalisis pengaruh Rangkap Jabatan (interlocking directorate) dan
Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Pasar.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi perusahaan, dapat membantu dan menjadikan saran mengenai rangkap
jabatan dan proporsi dewan komisaris independen yang terjadi di
perusahaan untuk evaluasi tentang pentingnya pemisahan tugas dalam
struktur orgnisasi.
2. Memberikan kontribusi bagi ilmu akuntansi, juga diharapkan menambah
informasi mengenai pengaruh rangkap jabatan dan proporsi dewan
komisaris independen terhadap kinerja perusahaandan kinerja pasar.
KONTRIBUSI PENELITIAN
Penelitian ini menambah variabel proporsi dewan komisaris independen dan
melihat pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur
menggunakan metode ROA (Return On Aset) sedangkan kinerja pasar diukur
menggunakan metode Price to Book Value (PBV) dan Tobin’s Q.
LANDASAN TEORI
Teori Sumber Daya (Resource-Based Theory)
Teori sumber daya menjelaskan bahwa perusahaan yang memanfaatkan bebagai
sumber daya yang intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan
kompetitif serta nilai tambah bagi perusahaan (Barney et al, 2011). Atas dasar
kenggulan yang kompetitif serta nilai tambah perusahaan tersebut, maka investor
juga merupakan salah satu pihak yang memiliki peran penting (stakeholder) yang
akan memberikan sebuah penghargaan kepada perusahaan yang dimana memiliki
nilai investasi lebih tinggi. Teori sumber daya merupakan suatu pemikiran yang
sedang berkembang di dalam teori manajemen stratejik serta keunggulan
kompetitif perusahaan yang dimana akan meyakinkan bahwa perusahaan akan
mendapatkan keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul dan
kompetitif. Dengan memiliki sumber daya yang unggul, perusahaan mampu
melakukan strategi bisnis apa saja, yang pada akhirnya akan membawa
perusahaan tersebut memiliki keunggulan yang kompetitif (Barney et al, 2011).
Hubungan resource-based theory dengan penelitian ini adalah jabatan
rangkap yang dilakukan oleh dewan komisaris dan dewan direksi pada perusahaan
bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar serta menjadikan
perusahaan tersebut yang paling unggul atau pemenang dalam persaingan bisnis.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dewan komisaris dan dewan direksi harus
memiliki nilai intelektual yang tinggi dan dapat memberikan keunggulan yang
kompetitif bagi perusahaan. Karena dewan komisaris dan dewan direksi
merupakan sumber daya perusahaan yang dimana memiliki kebijakan tertinggi di
dalam perusahaan. Dampak keunggulan yang kompetitif akan berpengaruh
terhadap kinerja sebuah perusahaan, jadi semakin baik seorang dewan komisaris
dan dewan direksi yang menjalankan kebijakan perusahaan maka akan semakin
tinggi peluang perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
Sebaliknya, apabila seorang dewan komisaris dan dewan direksi menjalankan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5
kebijakan dengan sangat buruk maka akan semakin rendah juga peluang
perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
Teori Agensi
Jensen & Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi
(agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of
contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent)
yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan
keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi
asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki
lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi
operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya konflik kepentingan (conflict of
interest) akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak
sesuai dengan kepentingan pemilik.
Hubungan teori agensi dengan proporsi dewan komisaris independen,
diharapkan dengan tingginya proporsi dewan komisaris independen di perusahaan
dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para
manajer internal dan pengawasi kebaikan manajemen serta memberikan nasihat
kepada manajemen. Dengan semakin tingginya pengawasan yang dilakukan oleh
dewan komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan
dan kinerja pasar perusahaan.
Rangkap Jabatan (Interlocking Directorate)
Rangkap jabatan (interlocking directorate) merupakan praktik di mana dewan
direksi pada suatu perusahaan menduduki posisi direksi di perusahaan lain
(Chiu, et al. 2013). Conyon & Muldoon (2006) mengatakan bahwa ikatan
rangkap jabatan memungkinkan adanya pertukaran informasi antarperusahaa
untuk menyampaikan informasi organisasi yang efektif dan inovatif kepada
perusahaan lainnya. Borgatti & Foster (2003) mengungkapkan bahwa rangkap
jabatan dewan direksi dapat menjadi media bagi perusahaan untuk
mengurangi ketidakpastian dan mempermudah dalam mencari acuan sumber
daya.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6
Gambar Ilustrasi:
Sesuai dengan gambar ilustrasi diatas, rangkap jabatan antara perusahaan A dan B
terjadi dalam bentuk komisaris perusahaan A menjadi komisaris dan/ atau direksi
perusahaan B. Hal serupa yang dapat terjadi adalah direksi perusahaan A menjadi
komisaris dan/ atau menjadi direksi perusahaan B. Dalam hal ini hubungan
perusahaan A dan B dalam kondisi yang sejajar atau berhubungan horizontal, atau
kedua perusahaan memiiliki pasar yang saling terkait/sama sesuai dengan yang
dinyatakan dalam Pasal 26 A dan C dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu entitas perusahaan yang bertugas
melakukan melaksanakan operasi dan kepengurusan perusahaan. Anggota dewan
direksi diangkat oleh RUPS. Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas segala
bentuk operasional dan kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan
kepentingan-kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dewan direksi
juga bertanggung jawab terhadap urusan perusahaan dengan pihak-pihak eksternal
seperti pemasok, konsumen, regulator dan pihak legal (UU NO. 40 Tahun 2007).
Dewan Komisaris
Berdasarkan UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan Terbatas. Dewan komisaris
adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan mengenai
kebijakan dan memberikan nasehat kepada direksi dalam menjalankan tugas
perseroan yang sesuai dengan anggaran dasar. Pengawasan yang dilakukan oleh
dewan komisaris hanya dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan
menganalisis laporan yang diterima dari direksi mengenai hasil yang diberikan
sesuai dengan pekerjaannya, dan termasuk laporan akuntan yang dibuat oleh
akuntan publik.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7
Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja Keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan
suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011)
Kinerja Pasar
Kinerja Pasar merupakan kinerja perusahaan yang dapat diukur dan dilihat dari
besarnya tingkat pengembalian investasi (return) jangka panjang yang dilakukan
oleh investor pada perusahaan atau sering disebut juga sebagai return saham.
Tingkat pengembalian atau return diharapkan dapat dilihat dan dianalisis dari
harga pasar yang telah ditentukan dan disesuaikan sebelumnya dengan tingkat
pengembalian yang diinginkan para investor. Tingkat return perusahaan sama
dengan tingkat return yang diharapkan bagi para investor, oleh karena itu para
investor bersedia untuk membayar nilai pasar yang sekarang belaku untuk nilai
sekuritas tersebut (Ulupu, 2015).
Return on Asset (ROA)
ROA merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih
baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen
dalam menggunakan aktivauntuk memperoleh pendapatan (Fahmi, 2012).
Price to Book Value (PBV)
Alat ukur ini akan membuktikan seberapa besar sebuah perusahaan akan mampu
menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan tingkat
pertumbuhan yang baik pada umumnya akan mendapatkan nilai PBV diatas 1,
yang dimana menunjukkan nilai pasar lebih tinggi dari nilai bukunya. Price to
Book Value (PBV) akan membuktikan bahwa seberapa besar nilai aktiva bersih
(Net Assets) yang dimiliki oleh satu lembar saham perusahaan tersebut (Sugiarto,
2011). Karenanya, aktiva bersih hasilnya akan sama dengan total ekuitas dari para
pemegang saham, maka nilai buku perusahaan per lembar saham hasilnya akan
sama dengan total ekuitas dibagi jumlah saham yang beredar.
Tobin’s Q
Pengukuran kinerja pasar dilakukan dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q
merupakan perbandingan yang dilakukan untuk melihat tingkat nilai pasar
perusahaan terhadap nilai buku total aktiva. Alasan penggunaan metode Tobin’s Q
yaitu dalam komponen perhitungannya akan memasukkan nilai dari harga
penutupan saham di akhir periode buku, jumlah saham yang beredar dan total
aktiva dari perusahaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8
PENELITIAN TERDAHULU
NO
Nama
Penelitian
(Tahun)
Interlocking Directorate
Nilai
Perusahaan
Kinerja
Keuangan
Kinerja
Pasar
M.
Laba
K.
Audit
1
Kaczmarek,
Kimino & Pye
(2014)
S (Q)
2
Cai, Dhaliwal,
Kim dan Pan
(2014)
TS
3 Ahmar (2013) Penelitian Kualitatif
4 Omer, Shelley
& Tice (2013) TS TS
5
Mahdi,
Almajid, Safar,
Riquelme dan
Torabi (2012)
S
6
Connelly dan
Van Slyke
(2012)
S
7
Pombo dan
Gutierrez
(2011)
S
8
Kiel dan
Nicholson
(2003)
S
Proporsi Dewan Komisaris Independen
Kinerja Perusahaan
9 Putra (2015) TS
10
Barnhart &
Rosenstein
(1998)
S
Keterangan : S = Signifikan
TS = Tidak Signifikan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9
KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini hendak mengetahui pengaruh rangkap jabatan dan proporsi dewan
komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kinerja pasar
perusahaan dengan kerangka konsep sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang dikemukakan maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. H1: Rangkap Jabatan (Interlocking Directorate) memiliki pengaruh
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
2. H2: Pengaruh Rangkap Jabatan (Interlocking Directorate) terhadap Kinerja
Pasar Perusahaan.
3. H3: Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja
keuanganPerusahaan.
4. H4: Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja
Pasar Perusahaan.
DATA PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengkaji perusahaan publik sektor
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), data keuangan, profil
dewan komisaris dan direksi yang diperoleh dari annual report yang terdapat di
IDX. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penggunaan metode
kuantitatif dikarenakan metode ini telah memenuhi kaidah ilmiah yang konkrit,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Angka-angka dalam data populasi dan
sampel yang akan digunakan berupa data rangkap jabatan, proporsi dewan
komisaris independen, dan data angka kinerja perusahaan yang diukur dengan
Variabel independen:
Rangkap jabatan (interlocking directorate)
Variabel independen:
Proporsi dewan komisaris
independen
Variabel dependen:
Kinerja keuangan
Variabel dependen:
Kinerja pasar
H1
H2
H3
H4
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10
return on asset (ROA) dan kinerja pasar yang diukur dengan dua indikator yaitu
price to book value (PBV) dan Tobin’s Q. Perusahaan publik yang menjadi obyek
penelitiain ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dalam rentang waktu selama 5 tahun dari tahun 2012 sampai tahun 2016.
Kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan publik memiliki data laporan keuangan yang tersedia berturut-
turut dan memiliki data keuangan lengkap yang dapat diandalkan
kebenarannya selama periode tahun 2012 sampai 2016.
2. Perusahaan memiliki data laba positif selama periode tahun penelitian.
3. Perusahaan memiliki data keuangan yang dipublikasikan dalam mata uang
Rupiah.
VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini ada dua yaitu kinerja keuangan perusahaan dan kinerja pasar
perusahaan. Pengukuran variabel kinerja keuangan perusahaan menggunakan
metode return on asset (ROA) sedangkan pengukuran kinerja pasar menggunakan
metode price to book value (PVB) dan Tobin’s Q.
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG DI UKUR
MENGGUNAKAN :
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) diukur dengan cara membandingkan laba bersih setelah
dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Taxes/EAT) yang dihasilkan dari
kegiatan pokok perusahaan dengan total aset (assets) yang dimiliki perusahaan
untuk melakukan aktivitas perusahaan secara menyeluruh dan dinyatakan dalam
presentase. ROA akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ROA = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐚𝐬𝐞𝐭 X100%
KINERJA PASAR PERUSAHAAN YANG DI UKUR MENGGUNAKAN :
Price to Book Value (PVB)
PVB dalam penelitian ini adalah alat untuk mengukur rasio antara harga pasar
saham terhadap nilai bukunya. Harga pasar saham yang semakin tinggi terhadap
saham perusahaan menunjukkan semakin tinggi nilai rasio PVB. Nilai rasio PVB
yang semakin tinggi akan berdampak positif pada return perusahaan. Rumus
untuk menentukan PBV adalah sebagai berikut:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11
PBV = 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐁𝐮𝐤𝐮 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
Tobin’s Q
Tobin’s Q adalah perbandingan antara nilai pasar perusahaan terhadap nilai buku
total aktiva. Tobin’s Q digunakan untuk untuk melihat dan mengukur seberapa
besar kinerja perusahaan di pasar modal. Rumus Tobin’s Q adalah sebagai
berikut:
Tobin’s Q = (𝑴𝑬+𝑫𝑬𝑩𝑻)
𝑻𝑨
Dimana:
ME = Harga penutupan akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang
beredar
DEBT = Total Liabilitas
TA = Nilai buku total aset perusahaan
Rangkap jabatan (Interlocking Directorate)
Rangkap jabatan merupakan keadaaan dimana dewan direksi pada suatu
perusahaan menduduki posisi direksi di perusahaan lain. Rangkap jabatan
diperoleh dari mengamati setiap profil dewan direksi setiap perusahaan yang
memiliki jabatan direksi di perusahaan lain.
Variabel dummy : 0 = Tidak terkait rangkap jabatan
1 = Perusahaan memiliki rangkap jabatan
Proporsi dewan komisaris independen
Variabel ini diukur berdasarkan banyak jumlah komisaris independen terhadap
jumlah komisaris dalam perusahaan. Informasi mengenai jumlah komisaris
independen diperoleh dari laporan tahunan perusahaan.
Kom_ind = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐝𝐧𝐞𝐧
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬
ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat hitung
statistik dengan sistem kerja komputer bernama Partial Least-Square (PLS). PLS
adalah salah satu alat analisis statistik berbasis komputer selain SPSS dan
program aplikasi statistik lainnya. Pada dasarnya, program aplikasi PLS adalah
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12
bagian dari Structural Equation Model (SEM) yang merupakan suatu teknik
analisis multivariat yang menggabungkan analisis faktor dan analisis jalur.
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Rangkap Jabatan 185 80 80 80
Rangkap Jabatan 45 20 20 100
Total 230 100 100
Sumber: Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan banyaknya sampel pengamatan yang terkait rangkap
jabatan(interlocking directorate) dan tidak melakukan rangkap jabatan
(interlocking directorate) yang dilakukan pengukuran dengan variabel dummy.
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diamati sebanyak 230.
Berdasarkan hasil frekuensi diatas ditemukan sebanyak 185 untuk sampel
pengamatan yang tidak memiliki status rangkap jabatan, dan sebanyak 45 untuk
sampel pengamatan yang memiliki status rangkap jabatan.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PDKI 230 0,00 0,67 0,34 0,136
ROA 230 0,00 0,66 0,11 0,105
PBV 230 0,08 62,93 4,66 9,519
TOBINSQ 230 0,27 18,64 2,70 3,345
Valid N (listwise) 230
Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan besarnya variabel
proporsi dewan komisaris independen (PDKI) berkisar antara nilai terendah
(minimum) sebesar 0,00 sampai nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0,67 dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 0,34 dan nilai standar deviasi sebesar 0,136. Nilai
standar deviasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean), berarti
tingkat sebaran proporsi dewan komisaris independen antar perusahaan sampel
tidak terlalu tinggi.
Nilai terendah (minimum) return on asset (ROA) sebesar 0,00 (0,0004)
sampai nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0,66 dengan nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,11 dan nilai standar deviasi sebesar 0,105. Nilai standar deviasi lebih
rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean), berarti tingkat sebaran
proporsi dewan komisaris independen antar perusahaan sampel tidak terlalu
tinggi.
Nilai terendah (minimum) price to book value (PVB) sebesar 0,08 sampai
nilai tertinggi (maksimum) sebesar 62,93 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
4,66 dan nilai standar deviasi sebesar 9,519. Nilai standar deviasi lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean), berarti tingkat sebaran rangkap
jabatan antar perusahaan sampel terlalu tinggi.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13
Nilai terendah (minimum) tobin’s q (TOBINSQ) sebesar 0,27 sampai nilai
tertinggi (maksimum) sebesar 18,64 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 2,7 dan
nilai standar deviasi sebesar 3,345. Nilai standar deviasi lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai rata-rata (mean), berarti tingkat sebaran rangkap jabatan antar
perusahaan sampel terlalu tinggi. Standar deviasi yang rendah dalam tabel di atas
menunjukkan bahwa titik data cenderung sangat dekat dengan mean, sedangkan
standar deviasi yang tinggi menunjukkan bahwa titik data yang tersebar di
berbagai macam nilai-nilai.
Analisis partial least square
Hasil Inner Model (R-Square)
Variabel R-Square
RJ -
PDKI -
KPrshn 00.06
KPsr 00.15
Sumber: Output WarpPLS 4.0 RJ: Rangkap Jabatan PDKI: Proporsi dewan
komisaris Independen KPrshn: Kinerja Keuangan Perusahaan KPsr: Kinerja
Pasar
Dalam analisis PLS, goodness of fit inner model menggunakan ukuran stone-
geisser Q-square berupa nilai Q-square predictive relevance (Q2) yang dihitung
berdasarkan nilai R-square masing-masing variabel sehinggah nilai Q-square
predictive relevance adalah sebesar:
Q2
=1- (1-R12 KPrshn) (1-R2
2 KPsr)
=1 - (1 - 0.06) (1 - 0.15)
=1-(0.94)(0.85)
=1 – 0,799
=21.1%
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai Q-square predictive relevance
sebesar 21,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kinerja perusahaan dan
kinerja pasar mampu menjelaskan variabel rangkap jabatan dan proporsi dewan
komisaris independen sebesar 21,1% dan sisanya 79,9% dijelaskan oleh variabel
lain di luar penelitian ini.
Hasil Goodness of Fit Model
Hasil Hasil Syarat Keterangan
(APC)=0,201 P<0,001 Good If P < 0,05 Didukung
(ARS)=0,108 P=0,013 Good If P < 0,05 Didukung
(AVIF)=1,001 1,003 Nilai < 5 Didukung
Sumber: Output WarpPLS 4.0
Model fit indices merupakan ukuran yang sangat penting dalam pengolahan data
dengan WarpPLS karena fit indices menunjukkan kesesuaian model dengan data
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14
serta menunjukkan kualitas model yang diteliti. Average R-Squared (ARS)
digunakan untuk menilai besarnya variabel independen, dependen dan mediasi.
ARS dikatakan baik jika nilai ARS < 0,05. Average Path Coefficient (APC)
digunakan untuk melihat besarnya hubungan atau keterikatan antar variabel. APC
dikatakan baik jika nilai APC < 0,05. Average Variance Inflation Factor (AVIF)
digunakan untuk melihat besarnya korelasi antar variabel dependen atau
multikolinearitas. AVIF dikatakan baik jika nilai AVIF < 5. Interpretasi indikator
fit model dalam penelitian ini memenuhi kriteria nilai goodness of fit model,
sehingga model penelitian ini dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
Uji Validitas konvergen
Validitas konvergen (convergent validity) bertujuan untuk mengetahui validitas
setiap hubungan antara indikator dengan konstruk atau variabel latennya.
Penelitian ini menggunakan dua indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja pasar dengan menggunakan price to book value (PVB) dan Tobin’s Q.
Hasil Nilai Uji Validitas konvergen
RJ PDKI Kprshan KPsr
Type (as
difined) SE P value
RJ (1.00) 0.000 0.000 0.000 Reflective 0.055 <0.001
PDKI 0.000 -1.000 0.000 0.000 Reflective 0.055 <0.001
ROA 0.000 0.000 -1.000 0.000 Reflective 0.055 <0.001
PBV 0.011 -0.022 -0.189 (0.976) Reflective 0.055 <0.001
Tobins Q -0.011 0.022 0,1313 (0.976) Reflective 0.055 <0.001
Sumber: Output WarpPLS 4.0
Pada gambar diatas menunjukan nilai loading pada price to book value (PVB) dan
Tobin’s Q sebesar 0,976 dan 0,976 yang lebih besar dari 0,70 berarti memiliki
tingkat validitas yang tinggi, sehingga memenuhi uji validitas konvergen.
Hasil Pengujian Hipotesis
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
15
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa tanda arah panah
menunjukkan pengaruh antar variabel hipotesis, simbol beta (β) menunjukkan
koefisien dan simbol P merupakan tingkat probabilitas. Proses pengujian hipotesis
dapat dilakukan dengan melihat koefisien beta dan nilai signifikansi P-value.
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Ringkasan
hasil pengujian hipotesis ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Hasil Pengujian Hipotesi
Hipotesis Variabel Koef. Jalur P-value Signifikansi Hasil
H1 RJ →KPrshn 0,1 0,03 Signifikan Didukung
H2 RJ→KPsr 0,1 0,03 Signifikan Didukung
H3 PDKI→KPrshn 0,23 0,01 Signifikan Didukung
H4 PDKI→KPsr 0,37 0,01 Signifikan Didukung
Sumber: Pengolahan Data RJ: Rangkap Jabatan PDKI: Proporsi dewan
komisaris Independen KPrshn: Kinerja Keuangan Perusahaan KPsr: Kinerja
Pasar
Pengaruh Rangkap Jabatan (Interlocking directorate) terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan
Hasil pengujian pada H1 menunjukkan bahwa rangkap jabatan berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan Hal tersebut terbukti dari hasil pengujian
hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa P-value = 0,03, lebih kecil dari
tingkat signifikansi yang ditetapkan (≤ 0,05) dan nilai koefisien jalur bertanda
positif (0,1) Rangkap jabatan merupakan kondisi struktur dewan atau komisaris
yang menjabat dua atau lebih di perusahaan dengan kedudukan yang sama atau
silang. Sehingga rangkap jabatan memiliki dampak terhadap iklim persaingan
usaha, praktik ini menimbukan kontrol atas keputusan atau kebijakan perusahaan
untuk membuat strategi. Strategi ini dapat berupa pengaaturan jumlah produksim
tata cara pemasaran, penetapan harga, alokasi, dan berbagai strategi lain yang
menguntungkan kedua perusahaan. Praktik rangkap jabatan ini adalah suatu
bentuk upaya perusahaan mencapai tujuan dan kinerja perusahaan, perilaku
rangkap jabatan ini dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat.
Pengaruh Rangkap Jabatan (Interlocking directorate) terhadap Kinerja
Pasar Perusahaan
Hasil pengujian pada H2 menunjukkan bahwa rangkap jabatan berpengaruh
positif terhadap kinerja pasar perusahaan. Hal tersebut terbukti dari hasil
pengujian hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa P-value = 0,03, lebih kecil
dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (≤ 0,05) dan nilai koefisien jalur bertanda
positif (0,1). Perusahaan yang berstatus interlock secara impiris terbukti memiliki
kinerja keuangan yang baik, sehingga berdampak pada tingkat kepercayaan
investor dimana dan diharapkan kinerja pasar semakin baik karena reputasi dewan
direksi dan dewan komisaris dipercaya oleh investor. Hal ini membuktikan bahwa
perusahaan akan mendapatkan kinerja pasar yang baik salah satunya dengan
ditandai laba yang berkualitas. Jika seorang dewan direksi atau komisaris
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
16
menjabat rangkap jabatan dengan memiliki nilai intelektual yang tinggi, maka
akan diindikasikan dapat membantu fungsi dan mampu mengorganisasi sesuai
dengan tugas dan fungsi yang semestinya menjadi tanggung jawabnya sehingga
memberikan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan.
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan
Hasil pengujian pada H3 menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap kinerja pasar. Hal tersebut terbukti dari
hasil pengujian hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa P-value = 0,01, lebih
kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (≤ 0,05) dan nilai koefisien jalur
bertanda positif (0,23). Ketika jumlah dari dewan komisaris independen ditambah
maka kinerja keuangan perusahaan akan naik. Fungsi dari dewan komisaris
independen yakni merupakan dewan pengawas, jadi ketika proporsi dewan
komisari independen tinggi maka fungsi pengawasan akan lebih ketat terhadap
manajemen, sehingga manajemen akan selalu bertindak untuk kepentingan
pemegang saham. Ketika proporsi untuk dewan komisaris independen ditambah
makan akan menaikkan kinerja perusahaan. meningkatnya kinerja perusahaan
akan meningkatkan ROA tersebut.
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Pasar
Perusahaan
Hasil pengujian pada H4 menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap kinerja pasar. Hal tersebut terbukti dari
hasil pengujian hipotesis keempat yang menunjukkan bahwa P-value = 0,01, lebih
kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (≤ 0,05) dan nilai koefisien jalur
bertanda positif (0,37). Hal ini diakibatkan karena adanya proporsi dewan
komisaris independen yang tinggi akan mengurangi kecurangan dalam pelaporan
keuangan dan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dan
mengupayakan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan. Adanya
pengawasan yang baik akan meminimalisir tindakan kecurangan yang dilakukan
manajemen dalam pelaporan keuangan. Dengan begitu maka kualitas laporan
keuangan juga semakin baik dan menyebabkan investor percaya untuk
menanamkan modal di perusahaan tersebut, sehingga pada umumnya harga saham
perusahaan akan lebih tinggi dan nilai perusahaan semakin meningkat. Selain itu,
pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan
komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang
saham akan dapat membantu meminimalkan konflik agen yang akhirnya akan
berdampak pada peningkatan kinerja pasar.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil pengujian pengaruh rangkap jabatan dan proporsi
dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kinerja
pasar, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
17
1. Rangkap jabatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki dewan direksi /atau dewan
komisaris yang melakukan praktik rangkap jabatan di perusahaan lain,
terbukti memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan
demikian hipotesis pertama yang menyatakan pengaruh rangkap jabatan
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan didukung.
2. Rangkap jabatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pasar
perusahaan. Kinerja pasar merupakan kinerja keuangan perusahaan yang
dapat diukur dan dilihat dari besarnya tingkat pengembalian investasi
(return), apabila kinerja keuangan perusahaan baik akan meningkatkan
kepercayaan investor terhadap investasi diperusahaan tersebut dan
meningkatkan kinerja pasar. Dengan demikian hipotesis kedua yang
menyatakan pengaruh rangkap jabatan berpengaruh positif terhadap kinerja
pasar.
3. Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi proporsi dewan
komisaris independen di perusahaan diharapkan semakin tinggi tingkat
independensi terhadap fungsi pengawasan dan menganalisis laporan
keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan proporsi
dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pasar perusahaan. Semakin tinggi tingkat proporsi dewan komisaris
indepeden, meningkatkan fungsi pengawasan dan analisis laporan keuangan.
Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan pengaruh rangkap jabatan
berpengaruh positif terhadap kinerja pasar.
KETERBATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Banyak data annual report tidak tersedia di IDX sampling mengakibatkan
eliminasi data yang cukup banyak.
2. Tidak memasukkan perusahaan rugi, sehingga tidak mengetahui pengaruh
rangkap jabatan (interlocking directorate) dan proporsi dewan komisaris
independen terhadap kinerja perusahaan tersebut.
3. Tidak memperhatikan perkembangan waktu cross-section dalam penelitian
ini.
4. Tidak mengamati perusahaan yang aktif didalam perdagang Bursa Efek
Indonesia.
5. Penelitian ini tidak menguji lebih dalam faktor-faktor yang menyebabkan
praktik rangkap jabatan (interlocking directorate).
SARAN
Berdasarkan keterbatasan diatas, maka penulis berharap penulis selanjutnya dapat
memperbaiki atau menyempurnakan penelitian mengenai rangkap jabatan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
18
(interlocking directorate) dan proporsi dewan komisaris independen terhadap
kinerja keuangan perusahaan dan kinerja pasar, saran untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel perusahaan
selain perusahaan manufaktur agar hasil penelitian dapat digeneralisasi
untuk semua sektor perusahaan.
2. Menggunakan indokator lain selain ROA untuk variabel kinerja keuangan
perusahaan agar perusahaan yang mengalami rugi dapat digunakan sebagai
sampel.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau memperluat
variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian terkait rangkap
jabatan (interlocking directorate) dan proporsi dewan komisaris
independen.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
19
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, A. & Zaini, S. 2004. Komisaris Independen. Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan. PT.Indeks Kelompok Gramedia.
Alvarez, S. A., & Barney, J. B. (2017). Resource‐based theory and the
entrepreneurial firm. Strategic entrepreneurship: Creating a new
mindset, 87-105.
Barney, J. B., Ketchen Jr, D. J., & Wright, M. (2011). The future of resource-
based theory: revitalization or decline?. Journal of management, 37(5),
1299-1315.
Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Borgatti, S. P., & Foster, P. C. (2003). The network paradigm in organizational
research: A review and typology. Journal of Management, 29 (6), 991-
1013.
Chiu, P. C., Teoh, S. H., & Tian, F. (2013). Board interlocks and earning
management contagion. The Accounting Review, 88(3), 915-944.
Chua, W. F., & Petty, R. (1999). Mimicry, Director Interlocks, and The
Interorganizational Diffusion of A Quality Strategy: A Note. Journal of
Management Accounting Research, 11(1), 93-104.
Conyon, M. J., & Muldoon, M. R. (2006). The small world of corporate boards.
Journal of Business Finance and Accounting, 33 (9), 1321-1343.
Daily, Catherine M., Dan R. Dalton. 1994. Bankruptcy and Corporate
Governance: The Impact of Board Composition and Structure. The
Academy of Management Journal. December, Vol. 37(6), 1603-1617.
Dalton, Dan R., Catherine M.Dalton. 2006. Spotlight on Corporate Governance.
Business Horizons Indiana University. 49, 91-95
Darmawati, D., Khomsiyah, & Rahayu, R. G. Hubungan Corporate Governance
dan Kinerja Perusahaan. Makalah SNA VII.
Davis, G. F. (1996). The Significance of Board Interlocks for Corporate
Governance. Corporate Governance An International Review, 4(3), 154-
159.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Penerbit, CV. Alfabeta, Jakarta.
Geletkanycz, M. A., & Hambrick, D. C. (1997). The external ties of top
executives: Implications for strategic choice and performance.
Administrative Science Quarterly, 42(4), 654-681.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
20
Grant, R. M. (1999). The resource-based theory of competitive advantage:
implications for strategy formulation. In Knowledge and strategy (pp. 3-
23).
Hallock, K. F. (1997). Reciprocally interlocking boards of directors and executive
compensation. Journal of Financial and Quantitive Analysis, 32(3), 331-
334.
Haosana, C. (2012). Pengaruh Return On Asset Dan Tobin‟s Q Terhadap Volume
Perdaagangan Saham Pada Perusahaan Retail Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Haunschild, P. R. (1993). Interorganizational imitation: The impact of interlocks
on corporate acquisition activity. Administrative Science Quarterly,
38(4), 564-592.
Hermalin, B., Weisbach, M.S. (2000). The Effect of Board Composition and
Direct Incentives on Firm Performance. Financial Management.
Jensen, Michael C. dan Meckling. William H., 1976, “Thery of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”, Jurnal of
Financial Economics, Vol. 3, No. 4, October pp. 305-360
Jumingan. 2006.“Analisa Laporan Keuangan”. Jakarta : Bumi Aksara.
Juniarti. 2009. Penggunaan Economic Added (EVA) dan Tobin‟s Q sebagai alat
ukur kinerja finansial perusahaan di Industri Food and Beverages yang
listing di Bursa Efek Indonesia.
Linda dan F. Syam. (2005). Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, dan Total
Arus Kas dengan Market Value: Studi Akuntansi Relevansi Nilai. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia.
Mizruchi, M. S. (1996). What Do Interlocks Do? An Analysis, Critique, and
Assessment of Research on Interlocking Directorates. Annual Review of
Sociology, 271-298.
Palmer, D. A., Jennings, P. D., & Zhou, X. (1993). Late adaption of the
multidivisonal from large US corporations: Institutional, political and
economic accounts. Administrative Science Quarterly, 38 (1), 100-131.
Peteraf, M. A. (1993). The cornerstones of competitive advantage: A
resource‐based view. Strategic management journal, 14(3), 179-191.
Phan, Phillip H., Soo Hoon Lee, and Siang Chi Lau. “The performance impact of
interlocking directorates: The case of Singapore”. Journal of Managerial
Issues (2003): 338-352
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
21
Prastowo D. Dwi. 2011. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Unit penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Republik Indonesia, Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40
tahun 2007
Sheikh, N. A., Z. Wang, dan S. Khan. 2013. "The impact of internal attributes of
corporate governance on firm performance: Evidence from Pakistan".
International Journal of Commerce and Management.
Sugiarto, A., 2011. Analisa Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER dan PBV Ratio
Terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi, 3 (1).
Ulupu, I.G.K.A., Utama, S. dan Kamen, K.A., 2015. Pengaruh Kepemilikan
Keluarga, Kedekatan Direksi & Komisaris Dengan Pemilik Pengendali
Terhadap Kompensasi Direksi & Komisaris Perusahaan Di Pasar Modal
Indonesia. Jurnal Organisasi dan Mnajemen, 11(1), Pp.62-74.
Usman, R. (2013) Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Penerbit Sinar Grafika,
Jakarta.
Wardhani, Ratna. 2006. “ Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan
yang Mengalami Masalah Keuangan (Financially Distressed Firms) ,”
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id