279
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Usia Perusahaan, Return On Equity,
Ukuran Komisaris dan Frekuensi Rapat Komisaris terhadap
Pengungkapan Modal Intelektual
Djunaidi Mahari1), dan Ali Sandy Mulya2)
1,2)Universitas Budi Luhur 1)[email protected]
Abstrak
Laporan keuangan belum mampu menyajikan keberadaan modal intelektual dalam suatu
perusahaan. Sesuai dengan teori signaling, direksi perusahaan berusaha memberikan sinyal
positif kepada para pemangku kepentingan dengan meyajikan keberadaan modal intelektual
melalui penyajian dalam laporan tahunan. Kenyataannya, pengungkapan keberadaan modal
intelektual yang diukur dengan Indek Pengungkapan Modal Intelektual ternyata berbeda
termasuk perusahaan asuransi yang dalam operasinya banyak menggunakan modal
intelektual. Tujuan penelitian untuk mencari determinan pengungkapan modal intelektual pada perusahaan
asuransi yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan metode pengujian
menggunakan regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan secara simultan ukuran
perusahaan, usia perusahaan, return on equity, ukuran komisaris dan frekuensi rapat komisaris
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Implikasinya menjadi
pembuka jalan bagi akademisi untuk melakukan penelitian mengenai modal intelektual
berikutnya pada perusahaan asuransi dan menambah khazanah penelitian mengenai
asuransi di Indonesia yang memang masih sedikit jumlahnya. Kata kunci : pengungkapan modal intelektual, ukuran perusahaan, usia perusahaan, ROE,
ukuran komisaris, frekuensi rapat komisaris.
Pendahuluan Pada beberapa dekade yang lalu,
kuantitas dan kualitas fisik alat dan
sarana produksi merupakan suatu
komponen utama dalam menentukan
keberhasilan perusahaan. Namun seiring
dengan meningkatnya tuntutan jaman
yang kini lebih dikendalikan oleh
teknologi dan pengetahuan, keberhasilan
perusahaan tidak lagi dinilai dari
seberapa banyak perusahaan mampu
menjual produknya, namun lebih
ditentukan oleh kemampuan perusahaan
dalam memproduksi dan menyediakan
produk/jasa yang dapat dijual. Hal ini
secara tidak langsung memaksa
perusahaaan untuk mengubah strategi
bisnisnya, dari bisnis yang berdasarkan
tenaga kerja (labor based business)
menjadi berdasarkan pengetahuan
(knowledge based business) .
Perusahaan yang menerapkan
strategi knowledge based business
menciptakan nilai tambah dengan
mengelola nilai-nilai yang tidak tampak
(hidden value) yang ada pada aset tak
berwujud. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam penilaian dan
pengukuran aset tidak berwujud adalah
melalui modal intelektual (Guthrie,
2004). Model mengenai kategori atau
komponen modal intelektual yang sudah
diterima secara luas yaitu human capital,
relational capital, dan structural capital
(Pablo, 2003).
Dalam rangka mempertahankan
posisi kompetitif perusahaan, investasi
harus dilakukan pada komponen modal
intelekual seperti sumber daya manusia,
280 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
penelitian dan pengembangan (R&D),
dan teknologi informasi (Canibano et al.,
2000). Sebagian besar investasi dalam
modal intelektual ini tidak dapat
dikapitilisir rmenjadi aset dan harus
menjadi pengeluaran pendapatan
(revenue expenditure) sehingga menjadi
beban periode berjalan. PSAK no. 19
tahun 2012 tentang Aset Tak Berwujud
yang diadopsi dari International
Accounting Standard (IAS) no. 38 tidak
memperkenankan mencatat pengeluaran
untuk pendidikan karyawan sebagai aset
tak berwujud sepanjang perusahan tidak
mempunyai kekuatan untuk mencegah
karyawan untuk berhenti bekerja pada
perusahan tersebut (PSAK 19, 2012).
Akibatnya laporan posisi keuangan
perusahaan tidak dapat menyajikan
keberadaan modal intelektual (Canibano
et al., 2000), sehingga adanya
peningkatan perbedaan antara nilai buku
dan nilai pasar perusahaan, merupakan
bukti bahwa akuntansi tradisional
menjadi berkurang manfaatnya karena
tidak dapat menggambarkan nilai
perusahaan secara lengkap (Lev, 2001).
Perusahaan semakin bergantung pada
modal intelektual maka akan semakin
kurang bermanfaat prosedur akuntansi
keuangan dan pelaporannya untuk
merepresentasikan kesehatan perusahaan
(Roslender & Fincham, 2004).
Pendekatan yang sesuai untuk
meningkatkan nilai guna laporan
keuangan dengan cara meningkatkan
pengungkapan informasi mengenai aset
pengetahuan (Canibano et al., 2000).
Pengungkapan informasi mengenai
aset pengetahuan yang kemudian dikenal
dengan nama modal intelektual
(intellectual capital) di dalam laporan
keuangan tahunan telah menjadi tema
yang menarik, mengingat modal
intelektual merupakan salah satu
informasi yang dibutuhkan oleh investor
untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menciptakan kekayaan di masa
depan (Goh & Lim, 2004). Beberapa
penelitian juga menunjukkan tingginya
urgensitas pengungkapan modal
intelektual. Salah satunya, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Price
Waterhouse Coopers yang menemukan
bahwa lima dari sepuluh informasi yang
dibutuhkan oleh user adalah informasi
mengenai modal intelektual.
Pengugkapan modal intelektual
dalam laporan tahunan perusahaan di
Indonesia dinilai masih rendah. Fatimah
& Purnamasari (2013) menunjukkan
tingkat pengungkapan modal intelektual
pada perusahaan publik di Indonesia
masih kurang dari 50%. Selain jumlahnya
yang rendah, tingkat pengungkapan
modal intelektual dari setiap perusahaan
juga bervariasi (Stephanie & Yuyetta,
2013). Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya faktor biaya
pengungkapan yang cenderung mahal
(Fatimah & Purnamasari, 2013) dan
karakteristik perusahaan yang mencakup
jenis industri, ukuran perusahaan, usia
perusahaan tingkat profitabilitas,
penerapan tatakelola yang baik.
Pengungkapan modal intelektual pada
laporan tahunan 2014 beberapa
perusahaan publik di Indonesia yang
dihitung dengan menggunakan metode
yang digunakan oleh Li et al. (2008)
terlihat dalam
===== Lampiran 1=====
Sebagian literatur tentang
pengungkapan modal intelektual
merupakan studi deskriptif yang tidak
menguji alasan adanya perbedaan tingkat
pengungkapan modal intelektual antar
perusahaan (Whiting & Miller, 2008).
Sementara itu, penelitian lainnya menguji
faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi praktek pengungkapan
modal intelektual, hasilnya masih tidak
konsisten karena terdapat perbedaan hasil
pengujian atas beberapa variabel yang
diprediksi menjadi determinan
pengungkapan modal intelektual. Hal ini
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...281
sejalan dengan penelitian Bruggen et al.
(2009) bahwa modal intelektual belum
ada hasil yang pasti dan jelas mengenai
faktor-faktor yang menjadi determinan
pengungkapan modal intelektual.
Penelitian ini meneliti faktor apa
saja yang diperkirakan mempengaruhi
pengungkapan modal intelektual yang
disajikan dalam laporan tahunan
perusahaan. Faktor-faktor tersebut
meliputi ukuran perusahaan, umur
perusahaan, penerapan tata kelola yang
baik dengan mengukur jumlah komisaris
dan frequensi pertemuan komisaris, serta
profitabilitas perusahaan dengan
mengunakan return on equity (ROE).
Adapun alasan memilih perusahaan
asuransi sebagai objek penelitian: (a)
Industri asuransi seperti industri jasa
keuangan, dalam operasinya sangat
mengandalkan kapabilitas karyawan dan
kehandalan sistem operasi serta jaringan
bisnis dimana ketiga hal tersebut menjadi
unsur dalam modal intelektual, (b)
Beberapa transaksi penjualan saham
perusahaan asuransi kepada pihak asing
dalam beberapa tahun terakhir ini dengan
harga yang berlipat-lipat dari nilai
bukunya mengindikasikan tingginya nilai
modal intelektual dalam perusahaan
asuransi tersebut sebagai contoh Mitsui
Sumitomo Insurance Co, Ltd mengambil
alih 50% saham PT. Asuransi Jiwa
Sinarmas dengan membayar Rp. 8 triliun
(press release PT. AJS. 01 Mei 2011),
kurang lebih delapan kali nilai bukunya,
(c) Kurangnya penelitian akuntansi dalam
industri asuransi di Indonesia
Luasnya kontruk yang dibangun
dan didasarkan latar belakang seperti
dijelaskan di atas, penelitian ini
memotivasi model tentang pengaruh
ukuran perusahaan, usia perusahaan,
return on equity, ukuran komisaris dan
frekuensi rapat komisaris terhadap
pengungkapan modal intelektual, yang
selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual ?
b. Apakah usia perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual
?
c. Apakah return on equity berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual
?
d. Apakah ukuran komisaris
berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual ?
e. Apakah frekuensi rapat komisaris
berpengaruh terhadap pengungkapan
modal
intelektual ?
f. Apakah ukuran perusahaan, usia
perusahaan, return on equity, ukuran
komisaris dan
frekuensi rapat komisaris
berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual ?
Sedangkan tujuan penelitian ini
untuk meneliti seberapa jauh faktor yang
mempengaruhi pengungkapan modal
intelektual yang disajikan dalam laporan
tahunan perusahaan. Faktor-faktor
tersebut meliputi ukuran perusahaan, usia
perusahaan; penerapan tata kelola yang
baik (good corporate governance)
dengan mengukur jumlah komisaris dan
frequensi pertemuan komisaris, serta
profitabilitas perusahaan yang diukur dari
ROE.
Landasan Teori
Signalling Theory
Teori Sinyal merupakan salah satu
teori pilar dalam memahami akuntansi.
Secara umum teori sinyal diartikan
sebagai isyarat yang dilakukan oleh
perusahaan (agen) kepada pihak luar
(investor) . Sinyal tersebut bisa dalam
berbagai bentuk, baik yang langsung bisa
diamati ataupun yang memerlukan
penelaahan lebih mendalam untuk
memahaminya. Apapun bentuk atau jenis
sinyalnya, semuanya menyiratkan sesuatu
282 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
dengan harapan pasar atau pihak
eksternal merubah penilaiannya atas
perusahaan, atau dengan kata lain sinyal
yang dikeluarkan harus memiliki
kekuatan informasi untuk merubah
penilaian pihak eksternal atas perusahaan.
Agen sebagai pihak yang ditunjuk
untuk mengelola perusahaan, memiliki
informasi mengenai perusahaan lebih
banyak dan lebih cepat daripada yang
dimiliki oleh pihak luar perusahaan
seperti investor atau kreditor. Kondisi ini
yang disebut sebagai kondisi informasi
asimetris. Kurangnya informasi yang
diperoleh pihak luar tentang perusahaan
menyebabkan pihak luar melindungi diri
dengan memberikan nilai yang rendah
terhadap perusahaan tersebut. Agen dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan
cara mengurangi informasi asimetris,
salah satu caranya adalah dengan
memberikan signal kepada pihak luar
berupa informasi keuangan yang dapat
dipercaya sehingga dapat mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan pada masa yang akan datang.
Laporan tentang kinerja perusahaan yang
baik akan meningkatkan nilai perusahaan.
Modal Intelektual
Berbagai definisi mengenai modal
intelektual telah dibuat para peneliti.
Diantaranya Sullivan (2000) menyatakan
“intellectual capital is knowledge that
can be converted into profit”. Kemudian
Steward (1997) menyatakan “IC is
intellectual material-knowledge,
information, intellectual property,
experience that can be put to use to
create wealth-collective brainpower”.
Sedangkan PSAK 19 tahun 2012 dalam
paragraph 8 menyatakan bahwa aset tak
berwujud adalah aset non moneter
teridentifikasi tanpa wujud. Selanjutnya
pada paragraph 10 dinyatakan bahwa
untuk dapat dicatat secara akuntansi
sebagai aset tak berwujud harus
memenuhi syarat keteridentifikasian,
dalam pengendalian manajemen, dan
memiliki manfaat ekonomi masa depan.
Jadi, tidak semua penggunaan sumber
daya ataupun peningkatan liabilitas dalam
rangka perolehan, pengembangan,
pemeliharaan atau peningkatan sumber
daya tak berwujud, seperti ilmu
pengetahuan atau teknologi, desain dan
implementasi sistem atau proses baru,
lisensi, hak kekayaan intelektual,
pengetahuan mengenai pasar, merek
dagang, loyalitas pelanggan dan
sebagainya, secara otomatis dapat dicatat
sebagai aset tak berwujud. Modal
intelektual tidak selalu indentik dengan
aset tak berwujud, karena tidak semua
bentuk modal intelektual dapat tercatat
dalam laporan posisi keuangan, karena
tidak memenuhi kriteria untuk dapat
dicatat sebagai aset tak berwujud.
Untuk mempermudah pemahaman
mengenai modal intelektual, maka
beberapa peneliti mengklasifikasikan
modal intelektual ke dalam beberapa
kategori. Choong (2008) menemukan
adanya dua alasan mengapa pemahaman
dengan menggunakan kategorisasi lebih
baik dalam menggambarkan apakah itu
modal intelektual dibandingkan dengan
menggunakan pendekatan definisi.
Pertama, karena modal intelektual tidak
dapat dilihat (invisible) maka akan lebih
sulit untuk mendefinisikannya
dibandingkan dengan item lain. Kedua,
penelitian mengenai modal intelektual
relatif masih baru sehingga sulit untuk
memberikan batasan tentang aktivitas
yang berhubungan dengan modal
intelektual yang dapat didefmisikan.
Keberadaan modal intelektual
disajikan oleh perusahaan dalam laporan
tahunan perusahaan, dalam bentuk narasi,
angka-angka, grafik, visual yang bersifat
keuangan dan non keuangan seperti
perputaran karyawan, pelatihan
karyawan, kepuasan pelanggan, beban
penelitian dan pengembangan dan
sebagainya.
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...283
Pengungkapan Modal Intelektual
Permintaan akan pengungkapan
modal intelektual terus meningkat akhir-
akhir ini, karena akuntansi tradisioanal
atas aset tidak dapat lagi menjadi
komponen terbesar untuk menjelaskan
harga pasar perusahaan (Ballow et al.,
2004). Hasil penelitian Ballow et al.
tahun 2004 atas rasio market to book
value pada perusahaan yang tergabung
dalam S&P 500 di Amerika Serikat,
menunjukkan bahwa pada masa 20 tahun
sebelum penelitian dilakukan 80 % harga
pasar dapat dijelaskan oleh akuntansi
tradisioanal atas aset, tetapi sejak tahun
2003, hanya 15 % dari rasio market to
book value saja yang dapat dijelaskan
oleh akuntansi tradisioanal atas aset.
Ballow et al (2004) menyimpulkan
bahwa penyebabnya karena ada aset lain
yang tidak dapat diliput oleh akuntansi
tradisional, dan aset tersebut disebut
dengan modal intelektual (intellectual
capital).
Di Indonesia, tidak semua modal
intelektual dapat dilaporkan sebagai aset
dalam laporan keuangan perusahaan,
karena tidak memenuhi definisi
pengakuan aset dalam conceptual
framework. PSAK 19 (2012) menyatakan
bahwa aset tidak berwujud diakui jika
dan hanya jika kemungkinan besar
perusahaan akan memperoleh manfaat
ekonomis masa depan dari aset tersebut,
dan biaya perolehan aset tersebut dapat
diukur secara andal serta aset tersebut
dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Kriteria pengakuan yang demikian, maka
akan sangat sulit untuk dapat mengakui
semua modal intelektual sebagai aset
tidak berwujud dalam laporan keuangan
perusahaan .
Pengungkapan modal intelektual
masih dalam taraf pengembangan dan
masih kurang didefinisikan dalam laporan
tahunan (Vergauwen et al., 2007). ).
Secara umum, pengungkapan modal
intelektual memuat berbagai informasi
keuangan dan non- keuangan seperti
perputaran karyawan dan kepuasan kerja,
pelatihan karyawan, kepuasan pelanggan,
beban penelitian dan pengembangan dan
sebagainya. Mouritsen et al. (2001)
menemukan bahwa pengungkapan modal
intelektual bersifat kompleks karena
dapat berisikan angka-angka, narasi, dan
visualisasi, untuk itu keterangan yang
dapat digunakan untuk merepresentasikan
informasi mengenai modal intelektual
dapat kuantitatif maupun kualitatif.
Pengukuran dengan menganalisis isi
laporan tahunan perusahaan berdasarkan
data tersebut merupakan hal penting
untuk melengkapi pengukuran yang
terdapat dalam laporan keuangan.
Perusahaan mengungkapkan modal
intelektual dalam laporan tahunannya,
dapat diukur dengan salah satu cara yang
disebut sebagai content analysis atas
laporan tahunan tersebut. Guthrie et. al
(2004) menyatakan bahwa content
analysis merupakan metode untuk
mengukur tingkat pengungkapan modal
intelektual. Teknik ini merupakan cara
pengumpulan data dengan membuat kode
secara sistematis, obyektif dan reliabel,
berdasarkan informasi kuantitatif maupun
kualitatif ke dalam kategori yang telah
ditentukan untuk mendapatkan pola
dalam pelaporan informasi. Biasanya
teknik ini menghasilkan indeks mengenai
tingkat pelaporan modal intelektual.
Komponen yang akan digunakan untuk
melakukan content analysis terhadap
praktek pengungkapan modal intelektual
dalam penelitian ini akan diadopsi dari
daftar item (Li et al.,2008).
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan banyak
digunakan sebagai variabel penjelas
dalam studi empiris tentang
pengungkapan akuntansi (Rashid et al.,
2012). Beberapa peneliti misalnya
Oliveira et al. (2006), Cordazzo (2007),
284 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
Cerbioni dan Parbonetti (2007) dan
Rashid et al.(2012) telah menggunakan
berbagai proxy untuk ukuran perusahaan
misalnya total assets, jumlah karyawan,
total pendapatan dan nilai pasar
perusahaan, yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
Penelitian Hamadeen dan Suwaidan
(2014) menunjukkan bahwa hampir 17%
dari variasi dalam pengungkapan
informasi IC antara perusahaan dapat
dijelaskan oleh beberapa faktor penyebab
yaitu ukuran perusahaan yang diproxy
dengan total asets, struktur modal,
profitabilitas, konsentrasi kepemilikan,
kepemilikan institusional, usia
perusahaan, dan jenis auditor. Namun
hanya variabel ukuran perusahaan dan
konsentrasi kepemilikan yang
berpengaruh signifikan. Hal ini
membuktikan bahwa perusahaan besar
dengan konsentrasi kepemilikan yang
lebih tinggi cenderung untuk
mengungkapkan informasi lebih luas
tentang modal intelektual mereka
(Hamadeen dan Suwaidan, 2014).
Jumlah ekuitas sebagai proxy ukuran
perusahaan karena ukuran total asset
terdistorsi dengan penerapan PSAK no. 1
(revisi 2009) tentang penyajian laporan
keuangan yang diterapkan pada tahun
2011, Total aset perusahaan asuransi dan
reasuransi meningkat dengan signifikan
pada tahun 2011 karena penyajian premi
yang belum merupakan pendapatan yang
tadinya sebelum penerapan PSAK no. 1
(revisi 2009) disajikan secara net dirubah
menjadi secara gross yang menyebabkan
aset dan kewajiban perusahaan asuransi
dan reasuransi meningkat sangat
signifikan.
Usia Perusahaan
Usia perusahaan dapat diukur dari
sejak berdirinya. Namun demikian,
banyak penelitian menggunakan umur
listing, yaitu seberapa lama perusahaan
telah terdaftar di bursa efek, apabila
penelitian menggunakan data dari
perusahan yang telah listing di bursa
efek. Bukh et al. (2005) menyatakan usia
perusahaan seringkali mencerminkan
risiko sehingga seberapa jauh tingkat
pengungkapan perusahaan akan
berhubungan dengan seberapa banyak
tahun-tahun yang dilewati perusahaan
dimana perusahaan bisa bertahan dalam
bisnis. Sebaliknya White et al. (2007)
memprediksi bahwa perusahaan yang
baru berdiri akan tergantung pada modal
intelektual sehingga akan lebih banyak
melakukan pengungkapan modal
intelektual.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
penelitian ini menggunakan umur
alamiah perusahaan sebagai proxy dari
umur perusahaan yang dihitung dari sejak
perusahan didirikan sampai dengan tahun
dari laporan tahunan.
Return on Equity (ROE)
Salah satu ukuran profitabilitas
perusahaan adalah ROE yang dihitung
dari laba bersih dibagi dengan jumlah
ekuitas. Perusahaan mungkin akan
melakukan lebih banyak pengungkapan
tentang modal intelektual mereka sebagai
sinyal kepada investor mengenai investasi
mereka guna peningkatan pertumbuhan
jangka panjang atas nilai perusahaan.
Profitabilitas semakin tinggi, berarti
perusahaan telah melakukan banyak
investasi dalam modal intelektual
sehingga mereka diprediksi juga akan
melakukan pengungkapan modal
intelektual lebih banyak. Hal ini sejalan
dengan signalling theory, bahwa
perusahaan dengan tingkat profitabilitas
tinggi akan mengungkapkan hal ini
sebagai good news untuk mengantisipasi
undervaluation atas sahamnya.
William (2001) menemukan adanya
hubungan negatif antara profitabilitas dan
pengungkapan modal intelektual, hal ini
disebabkan jika perusahaan telah
mencapai tingkat kinerja tertentu, akan
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...285
menurunkan tingkat pengungkapan untuk
mempertahankan keunggulan bersaing
mereka. Cerbioni dan Parbonetti (2007)
dalam penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh positif terhadap jumlah
pengungkapan sukarela modal
intelektual. Berdasarkan hal tersebut
diatas, penelitian ini menggunakan ROE
sebagai ukuran probitabilitas perusahaan.
Ukuran Komisaris dan Frekuensi
Rapat Komisaris
Penerapan tata kelola perusahaan
yang baik diharapkan dapat memberikan
nilai tambah bagi para pemangku
kepentingan. Penerapan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik,
otomatis modal intelektual dapat terkelola
dengan baik. Salah satu aspek penerapan
corporate governance (CG) adalah
keberadaan komisaris termasuk di
dalamnya komisaris independen, yang
bertugas mengawasi direksi dan memberi
saran-saran kepada komisaris. Seperti
yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) no. 2/POJK.05/2014
tentang Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik Bagi Perusahaan Perasuransian
jumlah komisaris independen pada
perusahaan asuransi minimal 50 % dari
jumlah komisaris. Komisaris independen
yang mewakili pemegang saham
minoritas diharapkan dapat mengimbangi
pemegang saham pengendali sehingga
kepentingan pemegang saham dapat
terlindungi.
Kerangka Penelitian
Sesuai dengan teori signal, manajer
berusaha untuk mengungkapkan good
news kepada para pemangku kepentingan
untuk mengurangi asimetri information
(Olievera et al., 2006). Pengungkapan
bisa menjadi sinyal yang dapat
dihandalkan, sehingga nilai pasar saham
perusahaan dapat mencerminkan nilai
perusahaan ( Hughes, 2007).
Penelitian ini mencoba
menganalisa sejauh mana jenis industri,
ukuran perusahaan, usia perusahaan,
return on equity, ukuran komisaris serta
frekuensi rapat komisaris mempengaruhi
pengungkapan modal intelektual pada
perusahaan perasuransian yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan paparan diatas, model
kerangka penelitian ini ditampilkan pada
===== lampiran 2 =====
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka penelitian
yang dijelaskan di atas, hipotesa
penelitian ini dapat dijelaskan berikut ini.
Pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap Indeks Pengungkapan Modal
Intelektual
Ukuran perusahaan banyak
digunakan sebagai variabel penjelas
dalam studi empiris tentang
pengungkapan akuntansi (Rashid et al.,
2012). Beberapa peneliti misalnya
Oliveira et al. (2006), Cordazzo (2007)
dan Cerbioni dan Parbonetti (2007) telah
menggunakan berbagai proxy untuk
ukuran perusahaan misalnya total assets,
jumlah karyawan, total pendapatan dan
nilai pasar perusahaan, yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Penelitian ini,
proxy ukuran perusahaan menggunakan
logarithma jumlah ekuitas.
Jumlah ekuitas sebagai proxy
ukuran perusahaan karena ukuran total
assets terdistorsi dengan penerapan
PSAK no. 1 (revisi 2009) tentang
penyajian laporan keuangan yang
diterapkan pada tahun 2011, yang
menyebabkan aset total perusahaan
asuransi dan reasuransi meningkatkan
dengan signifikan pada tahun 2011
karena penyajian premi yang belum
merupakan pendapatan yang tadinya
sebelum penerapan PSAK no. 1 (revisi
2009) disajikan secara net dirubah
menjadi secara gross yang menyebabkan
aset dan kewajiban perusahaan asuransi
286 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
dan reasuransi meningkat sangat
signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini memprediksi bahwa
semakin besar ukuran perusahaan, maka
akan semakin meningkat jumlah
pengungkapan modal intelektual dalam
laporan tahunan perusahaan, maka
dikembangkan
Hipotesa 1: Ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap indeks
pengungkapan
modal intelektual.
Pengaruh Usia Perusahaan terhadap
Indeks Pengungkapan Modal
Intelektual
Setiap perusahaan harus secara
berkelanjutan mencari cara untuk
menunjukkan keberlanjutan usahanya
berada dalam norma yang berlaku di
masyarakat (Guthrie & Parker, 1989).
Perusahaan yang sudah lama
berkecimpung di dunia bisnis, maka
semakin banyak cara yang telah
dilakukannya agar tetap diterima oleh
masyarakat, salah satunya melalui
pengungkapan informasi modal
intelektual (Fatimah & Purnamasari,
2013).
Berdasarkan hal tersebut diatas,
penelitian ini mengambil hipotesa bahwa
semakin tua usia perusahaan, semakin
meningkat pengungkapan modal
intelektualnya, sehingga hipotesanya
adalah
Hipotesa 2: Usia perusahaan
berpengaruh terhadap
indeks pengungkapan
modal
intelektual.
Pengaruh ROE terhadap Indeks
Pengungkapan Modal Intelektual
Salah satu ukuran profitabilitas
perusahaan adalah ROE yang dihitung
dari laba bersih dibagi dengan jumlah
ekuitas. Perusahaan melakukan lebih
banyak pengungkapan tentang modal
intelektual memberikan sinyal kepada
investor mengenai peningkatan
pertumbuhan jangka panjang atas nilai
perusahaan. Profitabilitas semakin tinggi,
berarti perusahaan telah melakukan
banyak investasi dalam modal
intelektual. Hal ini sejalan dengan
signalling theory, bahwa perusahaan
dengan tingkat profitabilitas tinggi akan
mengungkapkan hal ini sebagai good
news untuk mengantisipasi
undervaluation atas sahamnya. Meek &
Gray (1988) menemukan bahwa
mekanisme untuk membedakan
perusahaan tingkat profitabilitasnya
tinggi dengan perusahaan yang tingkat
profitabilitasnya rendah adalah dengan
melihat tingkat pengungkapan
sukarelanya.
Anggapan ini dilandaskan pada
teori sinyal yang menyatakan bahwa
superior and profitable firm (perusahaan
besar dan memiliki profitabilitas tinggi)
cenderung mengungkapkan lebih banyak
informasi kepada investor
(Purnomosidhi, 2006). Semakin tinggi
profitabilitas yang berarti semakin besar
dukungan finansial perusahaan, maka
akan semakin banyak pengungkapan
informasi termasuk informasi mengenai
modal intelektual. Berdasarkan hal
tersebut diatas, penelitian ini
mengajukan
Hipotesa 3: Return on equity
berpengaruh terhadap indeks
pengungkapan modal
intelektual.
Pengaruh Ukuran Komisaris terhadap
Indeks Pengungkapan Modal
Intelektual
Dewan komisaris merupakan salah
satu mekanisme di dalam corporate
governance (CG). CG merupakan
sekumpulan mekanisme yang
mempengaruhi keputusan yang akan
diambil oleh seorang manajer.
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...287
Pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian, beberapa dari
pengendalian ini terletak pada fungsi dari
dewan direksi, pemegang saham
institusional, dan pengendalian dari
mekanisme pasar (Wardhani, 2007).
Klapper & Love (2003) menenukan
adanya tingkat korelasi yang tinggi
antara indikator mekanisme corporate
governance dengan kinerja dan market
valuation. Hasil penelitian secara empiris
menjelaskan bahwa corporate
governance yang diukur secara berbeda-
beda berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan (Erdianti & Djakman, 2011).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka
hipotesis yang diambil adalah
Hipotesa 4: Ukuran komisaris
berpengaruh terhadap
Indeks pengungkapan
modal intelektual.
Pengaruh Frekuensi Rapat Komisaris
terhadap Indeks Pengungkapan Modal
Intelektual
Peraturan OJK no. 2/POJK.05/2014
tentang Tata kelola Perusahaan Yang
Baik bagi Perusahaan Perasuransian
mewajibkan dewan komisaris perusahaan
asuransi dan reasuransi melakukan rapat
minimal 12 kali dalam satu tahun,
merupakan cerminan bahwa pemantauan
dan pengawasan komisaris adalah bagian
penting dalam penegakan CG. Struktur
CG, pemantauan dewan komisaris adalah
fungsi dari pengawasan diukur bukan
hanya dari komposisi dewan, tetapi juga
dari frekuensi pertemuan atau rapat yang
dilakukan komisaris (Cotter & Silvester,
2003).
Efektifitas pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris tidak saja dari
besarnya jumlah komisaris, tetapi yang
lebih penting seberapa intens komisaris
melakukan pengawasan dengan
melakukan pertemuan dengan direksi dan
atau sesama komisaris dan jajaran komite
pendukungnya. Berdasarkan alasan
tersebut di atas, maka penelitian ini
mengajukan
Hipotesa 5: Frequensi rapat komisaris
berpengaruh terhadap indeks
pengungkapan modal
intelektual.
Secara simultan peneliti mengajukan:
Hipotesa 6: Ukuran perusahaan, usia
perusahaan, return on equity,
ukuran komisaris dan
frequensi rapat komisaris
berpengaruh terhadap indeks
pengungkapan modal
intelektual.
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam
penelitian kausalitas yaitu penelitian
yang menganalisai hubungan sebab
akibat antara variabel bebas
(independent) dengan variabel terikat
(dependent),
Penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu laporan tahunan (annual
report) perusahaan yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2006 - 2014 yang diunduh dari situs
resmi BEI.
Populasi, Sampel dan Metode
Pengunpulan Data
Populasi penelitian ini adalah
perusahaan perasuransian yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2006 s/d 2014. sebanyak 9
perusahaan pada
===== lampiran
5 =====.
Metode pemilihan perusahaan
sebagai sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling,
yaitu sampel yang diambil dari
pertimbangan tertentu berdasarkan
tujuan (Sekaran, 2011). Kriteria
pengambilan sampel:
1. Perusahaan perasuransian yang
terdaftar pada BEI tahun 2006
288 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
sampai dengan tahun 2014.
2. Menerbitkan laporan tahunan dari
tahun 2006 sampai dengan tahun
2014.
3. Tidak di delisting selama periode
anatara tahun 2006 – 2014.
4. Perusahaan perasuransian.
Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Indeks Pengungkapan Modal
Intelektual (Intellectual Capital
Disclosure Index; ICDI). ICDI dihitung
dengan melakukan content analysis atas
laporan tahunan perusahaan.
Komponen yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengungkapan modal
intelektual adalah komponen yang
diambil dari Li et al. (2008). Li et al.
(2008) mengembangkan daftar yang
komprehensif tentang informasi modal
intelektual yang terdiri dari 61
komponen yang merupakan hasil dari
review dari beberapa penelitian
sebelumnya (seperti Guthrie dan Petty,
2007; Bozzolan et al., 2003; Beattie dan
Thomson, 2004). Sejalan dengan
penelitian sebelumnya ( Guthrie et al.,
2007; Li et al., 2008; Sonnier, 2008,
Vergauwen et.al., 2007 dan Mangena,
2010) dan tujuan dari penelitian ini,
komponen pengungkapan modal
intelektual dibagi menjadi modal
intelektual manusia, modal intelektual
struktural dan modal intelektual
relasional. Ukuran pengungkapan modal
manusia (HCDI) terdiri dari 22
komponen, pengungkapan modal
struktural (STCDI) terdiri dari 18
komponen, dan pengungkapan modal
relasional (RCDI) terdiri dari 21
komponen. Sehingga akan terdapat 61
komponen yang akan dianalisis.
Untuk membuat indeks
pengungkapan modal intelektual,
digunakan analisa konten (content
analysis) dari laporan tahunan dengan
teknik “ada” (presence) dan “tidak ada”
(absence). Masing-masing item akan
diberikan skor 1 jika suatu perusahaan
melakukan pengungkapan atas item
tersebut, dan skor 0 bila tidak melakukan
pengungkapan. Skor ini kemudian akan
dijumlahkan dengan seluruh skor yang
diperoleh dalam setiap kategori dan
dibobot dengan total item per kategori
sehingga didapatkan indeks untuk setiap
kategori. Indeks pengungkapan modal
intelektual merupakan total indeks dari
tiga indeks kategori yang terdiri dari
human capital, structural capital dan
relational capital. Adapun penjelasan
lengkapnya ada pada di
=====lampiran 3=====
Rasio tingkat pengungkapan modal
intelektual dari masing-masing
perusahaan diperoleh dengan membagi
total skor pengungkapan pada setiap
perusahaan dengan total item dalam
indeks pengungkapan modal intelektual.
Persentase pengungkapan modal
intelektual dihitung dengan rumus
berikut:
dimana:
ICDI : Indeks pengungkapan modal
intelektual perusahaan
di : Skor total pengungkapan modal
intelektual pada laporan
tahunan
perusahaan
M : Total item dalam indeks
pengungkapan modal intelektual
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari :
a. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan dapat ditentukan
dengan berbagai cara seperti besarnya
jumlah aset, jumlah ekuitas, besarnya
m
ICDI = ( ∑ di/M) x 100%
i=1
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...289
jumlah penjualan, nilai kapitalisasi pasar.
Penilitian ini menggunakan logarithma
natural dari jumlah ekuitas. Tidak
digunakannya total aset karena
penerapan SAK No. 1 (Revisi 2009)
tentang Penyajian Laporan Keuangan
yang mulai diterapkan pada 2011 yang
menyebabkan asset total perusahaan
asuransi dan reasuransi terdistorsi.
b. Usia Perusahaan (X2)
Usia perusahaan dapat diukur dari
sejak berdirinya. Namun demikian,
banyak penelitian menggunakan umur
listing, yaitu seberapa lama perusahaan
telah terdaftar di bursa efek, apabila
penelitian menggunakan data dari
perusahan yang telah terdaftar di bursa
efek. Penelitian ini mengukur usia
perusahaan dihitung dari sejak berdiri
sampai dengan tahun laporan tahunan,
dinyatakan dalam tahun dengan
pembulatan 6 bulan ke atas dianggap
satu tahun.
c. Return on Equity (X3)
Return on equity (ROE) adalah salah
satu ukuran tingkat keuntungan
perusahaan yang dihitung dari laba
bersih setetelah pajak dibagi dengan
jumlah ekuitas perusahaan.
ROE = EkuitasTotal
pajaksetelahBersihLaba
d. Ukuran Komisaris (X4)
Variabel Ukuran Komisaris diambil
dari jumlah komisaris yang dilaporkan
dalam laporan tahunan. Dalam ukuran
komisaris ini termasuk jumlah komisaris
independen.
e. Frequensi Rapat Komisaris (X5)
Variabel frekuensi rapat komisaris
diambil dari berapa kali komisaris
melakukan rapat komisaris dalam satu
tahun buku, yang diperoleh datanya dari
laporan tahunan.
Metode Analisis Data
Data yang akan dianalisa adalah
data panel yaitu gabungan antara data
lintas waktu (time series) dan data kerat
lintang (cross section). Data panel sering
juga disebut pooled data, micropanel
data, longitudal data, event history
analysis, dan cohort analysis (Ghozali &
Ratmono, 2013).
Ghozali & Ratmono (2013)
menyatakan bahwa penggunaan data
panel memiliki beberapa keuntungan
utama dibandingkan dengan data cross
section maupun time series, yaitu :
1. Data panel dapat memberikan peneliti
jumlah pengamatan yang besar,
meningkatkan degree of freedom, data
memiliki variabilitas yang besar dan
mengurangi kolinieritas antar variable
independen sehingga dapat
menghasilkan estimasi ekonometri
yang efisien.
2. Data panel dapat memberikan
informasi lebih banyak yang tidak
dapat diberikan hanya oleh data cross
section atau time series saja.
3. Data panel dapat memberikan
penyelesaian yang lebih baik dalam
inferensi perubahan dinamis
dibandingkan data cross section.
Analisa data akan menggunakan
perangkat lunak Eviews 9 yang
dikembangkan oleh Quantitative Micro
Software (QMS) sebagai penerus
program TSP. Program eviews dipilih
karena kemampuannya mengolah
berbagai jenis data seperti cross-section,
time series dan panel.
HASIL ANALISIS PENELITIAN
DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini analisa
regresi yang digunakan adalah analisa
regresi linear berganda, yang dirumuskan
sebagai berikut :
Y = α + β1X1 +β2X2 + β3X3 + β4X4 +
βX5 + ὲ
Dimana :
Y = Indeks Pengungkapan Modal
Intelektual (ICDI)
α = Konstanta
290 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
β = Slope atau koefisien regresi
X1 = Ukuran Perusahaan (UKPER)
X2 = Usia Perusahaan (USPER)
X3 = Return On Equity (ROE)
X4 = Ukuran Komisaris (UKKOM)
X5 = Frequensi Komisaris (FREKOM)
ὲ = Error
Pengujian dilakukan dengan
perangkat lunak Eviews 9 dengan
menggunakan Ordinary Least Square
(OLS) dengan menggunakan model efek
tetap (fixed effect model). Hasil uji
ditampilkan pada
===== lampiran 8 =====
Diskusi Hasil Penelitian a. Pengaruh ukuran perusahaan
(UKPER) terhadap indeks
pengungkapan modal intelektual
(ICDI)
UKPER ada pengaruh terhadap
indeks pengungkapan modal intelektual
yang ditunjukkan dengan probabilitasnya
(nilai sig) variabel UKPER = 0.0475 <
0.05. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian Oliveira et al. (2006) yang
menunjukkan adanya pengaruh yang
positip ukuran perusahaan terhadap
indeks pengungkapan modal intelektual.
Hal ini disebabkan adanya
ketentuan OJK yang menetapkan ekuitas
minimum perusahaan asuransi Rp. 100
milyar dan Rp. 200 milyar untuk
perusahaan reasuransi yang harus
dipenuhi pada akhir tahun 2014, sehingga
perusahaan asuransi berusaha
meningkatkan ekuitasnya untuk
memenuhi ketentuan OJK tersebut, yang
diikuti dengan peningkatan yang sama
pada pengungkapan modal
intelektualnya.
b. Pengaruh usia perusahaan (USPER)
terhadap indeks pengungkapan
modal intelektual (ICDI).
USPER ada pengaruh terhadap
indeks pengungkapan modal intelektual
yang ditunjukkan dengan probabilitasnya
(nilai sig) variabel USPER = 0.0000 <
0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya pengaruh usia perusahaan
terhadap pengungkapan modal intelektual
artinya semakin tinggi usia perusahaan
semakin berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan modal intelektual
perusahaan dan ini sesuai dengan hasil
penelitian White et al. (2007) yang
melakukan penelitian pada perusahaan
biotechnology.
c. Pengaruh return on equity (ROE)
terhadap indeks pengungkapan modal
intelektual (ICDI).
ROE tidak ada pengaruh terhadap
indeks pengungkapan modal inteletual
yang ditunjukkan dengan probabilitasnya
(nilai sig) variabel ROE = 0.0829 > 0.05).
Hasil penelitian ini sesuai pula dengan
hasil penelitian Meca dan Martinez
(2005) pada 257 laporan perusahaan yang
terdaftar pada bursa saham Madrid,
Spanyol.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori signalling karena
manajemen perusahaan tidak berusaha
memberi sinyal yang bagus kepada para
pemangku kepentingan untuk
menggambarkan keadaan perusahaan
melalui laporan tahunan.
d. Pengaruh ukuran komisaris
(UKKOM) terhadap indeks
pengungkapan modal intelektual
(ICDI).
UKKOM ada pengaruh terhadap
indeks pengungkapan modal intelektual
yang ditunjukkan dengan probabilitasnya
(nilai sig) variabel UKKOM = 0.0422 <
0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Li et
al. (2008) atas 100 perusahaan yang
terdaftar pada bursa efek London tahun
2004 dan 2005, yang membuktikan
bahwa semua struktur corporate
governance yang diproksikan dengan
ukuran komisaris berpengaruh terhadap
pengungkapan suka rela modal
intelektual.
Hal ini dewan komisaris tidak
membatasi pengungkapan modal
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...291
intelektual untuk melindungi kompetitif
perusahaan dari para pesaingnya.
e. Pengaruh frekuensi rapat komisaris
(FREKOM) terhadap indeks
pengungkapan modal intelektual
(ICDI).
FREKOM tidak ada pengaruh
terhadap indeks pengungkapan modal
intelektual yang ditunjukkan dengan
probabilitasnya (nilai sig) variabel
FREKOM = 0.4947 > 0.05. Hasil
penelitian tidak sesuai dengan yang
dilakukan oleh Faniyya dan Sudarno
(2012) atas laporan tahunan 100
perusahaan yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia menunjukkan frekuensi
rapat komite audit berpengaruh positip
secara signifikan terhadap pengungkapan
modal intelektual.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa bukan jumlahnya, tetapi seberapa
intens komisaris mengawasi direksi yang
direpresentasikan oleh jumlah pertemuan
komisaris yang lebih menentukan luasnya
pengungkapan modal intelektual dalam
laporan tahunan.
f. Pengaruh ukuran perusahaan, usia
perusahaan, return on equity, jumlah
komisaris, frekuensi rapat komisaris
secara bersama-sama terhadap indeks
pengungkapan modal intelektual
(ICDI).
Hasil uji determinasi yang
menghasilkan koefisien (adjusted R-
squared) sebesar 92 % mengindikasikan
bahwa ukuran perusahaan, usia
perusahaan, return on equity, jumlah
komisaris dan frekuensi rapat komisaris
sangat kuat mempengaruhi
pengungkapan modal intelektual dalam
perusahaan.
Simpulan Dan Saran
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan modal
intelektual. Faktor-faktor yang diteliti
dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, usia perusahaan, ROE,
jumlah dewan komisaris dan frekuensi
rapat dewan komisaris. Beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
pengujian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengungkapan modal intelektual pada
perusahaan perasuransian rata-rata
48.2 % dari 61 item, pengungkapan
tergolong masih rendah. Penyusunan
laporan tahunan perusahaan mengacu
kepada peraturan OJK No. X.K.6
tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Tahunan bagi Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersifat
mandatory sehingga penekanan
pengungkapan modal intelektual
hanya pada aspek-aspek tertentu saja
sesuai peraturan tersebut.
2. Secara keseluruhan terdapat
kecenderungan peningkatan
pengungkapan modal intelektual dari
periode 2006 sampai dengan 2014.
3. Hasil penelitian ukuran perusahan
menggunakan proksi total ekuitas.
Kemungkinan besar ini disebabkan
karena perusahaan perasuransian pada
periode 2010-2014 berkonsentrasi
untuk meningkatkan ekuitasnya untuk
memenuhi ketentuan OJK mengenai
ekuitas minimum dan tingkat
kesehatan keuangan. Peningkatan
ekuitas ini tidak diimbangi dengan
peningkatan pengungkapan modal
intelektual, sehingga secara statistik
terjadi hubungan yang negatip.
4. Grafik ICDI yang meningkat
mengindikasikan bahwa semakin
lama semakin perusahaan
perasuransian menyadari perlunya
pengungkapan sukarela atas
keberadaan modal intelektual mereka.
Kesadaran bahwa landasan bisnis
asuransi adalah trust dari para
tertanggung/pemegang polis kepada
perusahaan perasuransian mestinya
menjadi insentip bagi perusahaan
292 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
untuk memberikan sinyal positif
kepada para pemangku kepentingan
termasuk tertanggung/pemegang polis
dengan mengungkapkan keberadaan
modal intelektualnya dalam laporan
tahunan.
Implikasi hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Sudah selayaknya perusahaan
perasuransian meningkatkan trust
para tertanggung/pemegang polis dan
pemangku kepentingan lainnya
dengan memberikan pengungkapan
yang lebih luas atas keberadaan
modal intelektualnya.
b. Jika perusahaan asuransi dan
reasuransi mematuhi peraturan ini
akan terjadi peningkatan dalam
pengungkapan modal intelektual.
Indikasinya sudah terlihat dari grafik
ICDI yang meningkat tajam pada
2014, lihat pada
===== lampiran 9 =====
c. Pembuka jalan bagi penelitian
mengenai modal intelektual
berikutnya pada perusahaan asuransi
dan menambah khazanah penelitian
mengenai asuransi di Indonesia yang
memang masih sedikit jumlahnya.
Sedangkan keterbatasan pada
penelitian ini adalah,
a. Item-item pengungkapan yang dipakai
dalam penelitian ini tidak ditujukan
khusus untuk sektor perasuransian
saja sementara sampel yang
digunakan adalah perusahaan asuransi
dan reasuransi sehingga terdapat
kemungkinan adanya item-item
pengungkapan lain yang seharusnya
dimasukkan dalam penelitian ini.
Sebaiknya penelitian mengenai
pengungkapan modal intelektual
berikutnya dapat membangun item-
item sesuai sampel penelitian yang
digunakan sehingga hasil penelitian
dapat di analisis lebih akurat dan
menghasilkan kesimpulan yang
relevan.
b. Penelitian ini hanya menggunakan
satu sektor industri yaitu
peransuransian di Indonesia sehingga
hasil penelitian ini daya bandingnya
dengan industri lain dan negara lain
terbatas.
Saran bagi penelitian selanjutnya
adalah,
1. Mengacu kepada uji determinasi
sebesar 92.29%, berarti masih ada
27.71% lagi variabel independen lain
yang belum teidentifikasi. Penelitian
berikutnya dapat memasukkan
variabel lain dari corporate
governance seperti komisaris
independen, jumlah komite audit,
frekuensi rapat komite audit.
2. Penelitian ini menggunakan content
analysis untuk menghitung ICDI dan
diharapkan peneliti lain dapat
menggunakan metode word count
untuk menghitung ICDI.
Daftar Rujukan
Accounting Standards Board (ASB,
2007). A review of narrative
reporting by UK listed companies
in 2006, London: FRC.
Ballow, J., Burgman, R. and Molnar, J.
(2004), ―Managing for shareholder
value:
intangibles,future value and
investment decision‖, Journal of
Business Strategy, Vol. 25 No. 3,pp.
26-34.
Beattie, V. dan Thomson, S.J. (2004). A
Comprehensive Analysis of
Intellectual Capital Categories as a
Precursor to Empirical
Investigation of Disclosures in
Annual Reports, Paper presented
at the Annual Financial Reporting
and Business Communication
Conference, Cardiff Wales, July.
Beattie, V. dan Thomson, S.J. (2007).
Lifting the Lid on The Use of
Content Analysis to Investigate
Intellectual Capital Disclosures,
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...293
Accounting Forum, 31: 129-163.
Bozzolan, S., Favotto, F. dan Ricceri, F.
(2003). Italian Annual Intellectual
Capital Disclosure: An Empirical
Analysis. Journal of Intellectual
Capital, 4(4), 543-558.
Bruggen, A., Vergauwen, P., Dao, M.
(2009). Determinants of Intellectual
Capital Disclosure: Evidence From
Australia. Management Decision,
47 (2), 233-245.
Burgman, R. dan Roos, G. (2007). The
Importance of Intellectual Capital
Reporting: Evidence and
Implications, Journal of Intellectual
Capital, 8(1): 7-51.
Canibano, L., Garcia-Ayuso, M. dan
Sanchez, P. (2000). The Value
Relevance and Managerial
Implications of Intangibles: A
Literature Review. The Journal of
Accounting Literature, 19, 102-30.
Cerbioni, F., dan Parbonetti, A. (2007).
Exploring The Effects of Corporate
Governance on Intellectual Capital
Disclosure: An Analysis of
European BiotecTmoiogy
Companies, European Accounting
Review, 16 (4), 791-826.
Choong, Kwee Keong (2008).
Intellectual Capital : Definitions,
Categorization and Reporting
models. Journal of Intellectual
Capital, Vol. 9 no. 4; 609-638.
Cordazzo, M. (2007). Intangibles and
Italian IPO Prospectuses : A
Disclosure Analysis. Journal of
Intellectual Capital, Vol. 8 No. 2 :
288-305.
Cotter, J., and Silvester, M.
(2003). ̳Board and Monitoring Committee
Independence‘,
Abacus , 39 (2): 211- 232.
Erdianthy, D. dan Djakman, C.D. (2014).
Pengungkapan Modal Intelektual,
Proposi Komisaris Independen dan
Kinerja Bank di Indonesia,
Simposium Nasional Akuntansi 17,
Mataram Lombok.
Fatimah, Nurul dan Purnamasari, Imas.
(2013). Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Tingkat
Pengungkapan Modal Intelektual
(Studi pada Perusahaan Go Public
yang Tergabung dalam Indeks
LQ45 Tahun 2012 di Bursa Efek
Indonesia), Simposium Nasional
Akuntansi 16, Manado.
FASB (2001). Business and Financial
Reporting: Challenges From the
New Economy, New York:
Financial Accounting Standards
Board.
Fernando,G.D., Meguid, A.M.A, dan
Elder, R.J. (2010). Audit Quality
Attributes, Client Size and Cost of
Equity. Review of Accounting and
Finance. Vol. 9 No.4:363-381.
Francis, J., dan Schipper, K. (1999).
Have Financial Statements Lost
their Relevance ? Journal of
accounting research. Vol.37(2),
319-352.
Ghozali, Imam; Fuad. (2005). Structural
Quation Modelling. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Dwi Ratmono
(2013). Analisa Multivariat dan
Ekonometrika, Teori, Konsep dan
Aplikasi dengan Eviews 8. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Goh, P.C dan K.P, Lim. (2004).
Disclosing Intellectual Capital in
Company Annual Reports:
Evidence from Malaysia. Journal of
Intellectual Capital.5, 3: 500.
Guthrie, J., Petty, R. dan Ricceri, F.
(2007). Intellectual Capital
reporting Investigations into
Australia and Hong Kong.
Edinburgh: Institute of Chartered
Accountants of Scotland.
Guthrie, J., Petty, R., Yongvanich, K. dan
Ricceri, F. (2004). Using Content
Analysis as A Research Method to
Inquire Into Intellectual Capital
294 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
Reporting. Journal of Intellectual
Capital, 5 (2), 282-93.
Hail, L. (2002). The Impact of Voluntary
Corporate Disclosures On The Ex-
Ante Cost Of Capital For Swiss
Firms, European Accounting
Review, 11 (4): 741-773.
Hamadeen, R. dan Suwaidan, M. (2014),
Content and Determinants of
Intellectual Capital Disclosure :
Evidence from Annual Report of
the Jordanian Industrial Public
Listed Company. International
Journal of Business and Social
Science. Vol 5. No. 8 : 165-175.
Handa, P. dan Linn, S. (1993). Arbitrage
Pricing with Estimation Risk,
Journal of Financial and
Quantitative Analysis, 28 (1): 81-
100.
Healy, EM. dan Palepu, K.G. (2001).
Information Asymmetry, Corporate
Disclosure, and The Capital
Markets: A review of The
Empirical Disclosure Literature.
Journal of Accounting and
Economics, Vol. 31 (1-3), pp. 405-
440.
Hughes, JS., Liu, J dan Liu, J. (2007).
Information Asymmetry
Diversification and Cost of Capital.
The Accounting Review; May 2007;
82, 3: pg. 705.
IAI (2012), Pernyataan Standar
Akuntansi No. 19: Aset Tak
Berwujud. Ikatan Akuntan
Indonesia.
IASB (2002). International Accounting
Standards Committee Foundation,
Annual Report, London:
International Accounting Standards
Board.
ICAEW (2003). Information for markets:
New reporting models for business,
London: Institute of Chartered
Accountants in England and Wales.
Itami, H. (1991). Mobilizing Invisible
Assets. Harvard University Press,
Cambridge, MA.
Lambert, R.C., Leuz, C. dan Verrecchia,
R. (2007). Accounting Information,
Disclosure, And The Cost of
Capital, Journal of Accounting
Research, 45 (2): 385-420.
Lee, Y.M., Whiting, R.H.,dan Williams,
K.W. (2011). Technology
Intellectual Capital Disclosure and
Cost of Capital. International
Journal on GSTF Business Review.
Vol. 1 No. 1.
Leuz, C. dan Verrecchia, R. (2000). The
Economic Consequences of
Increased Disclosure. Journal of
Accounting Research, 38
(Supplement), 91-124.
Lev, B. (2001). Intangibles:
Management, Measurement and
Reporting. Washington, D.C., WA:
Brookings Institution Press.
Li, J., Pike, R. dan Haniffa, R. (2008).
Intellectual Capital Disclosure and
Corporate Governance Structure in
UK firms. Accounting and
Business Research, 38 (2), 137-
159.
Mangena, M., Pike, R. dan Li, J. (2010)
Intellectual Capital Disclosure
Practices and Effects on the Cost
of Equity Capital: Uk Evidence,
The Institute of Chartered
Accountants of Scotland,
Edinburgh.
Marr, B., Schiuma, G. dan Neely, A.
(2004). Intellectual Capital:
Defining Key Performance
Indicators for Organisational
Knowledge Assets, Business
Process Management Journal, 10
(5): 551-569.
Maury, B. (2006). Family Ownership and
Firm Performance Empirical
Evidence-from Western European
Corporations. Journal of Corporate
Finance 12: 321– 341.
Meek, G.K., dan S.J., Gray. (1988). The
Value Added Statement: An
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...295
Innovation For The US Companies.
Accounting Horizons,. 12 (2), 73-
81.
Mouritsen, J., Bukh, P.N. Larsen, H.T.
dan Johansen, M.R. (2002).
Developing and Managing
Knowledge Through Intellectual
Capital Statements. Journal of
Intellectual Capital, 3 (1), 10-29.
Mouritsen, J., Bukh, P.N., Larsen, H.T.
dan Johansen, M.R. (2001).
Reading an Intellectual Capital
Statement: Describing and
Prescribing Knowledge
Management Strategies. Journal of
Intellectual Capital, 2 (4), 359-83.
Nachrowi, Djalal. (2006). Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan. Lembaga Penerbit FE-
UI.
OECD (2014). Intellectual Assets and
Value Creation: Implications for
Corporate Reporting,
www.oecd.org/dataoecd/2/40/3781
1196.pdf (Accessed October 2015).
Ohlson, J.A. (1995). Earnings, Equity
Book Values, and Dividends in
Equity Valuation. Contemporary
Accounting Research, 11 (2), 661-
87.
Oliveira L., Rodrigues, L.L. dan Craig,
R. (2006). Firm-Specific
Determinants of Intangibles
Reporting: Evidence From The
Portuguese Stock Market. Journal
of Human Resource Costing and
Accounting, 10 (1), 11-33.
Ousama, A.A., Fatima, A.H., dan Majdi,
A.R.H. (2012). Determinants of
Intellectual Capital Reporting
Evidence from Annual Reports of
Malaysian. Journal of Accounting
in Emerging Economies. Vol. 2 No.
2:119-139.
Pablo, Patricia Ordenez. (2003).
Intellectual Capital Reporting in
Spain: a comparative review.
Journal of Intellectual Capital. Vol.
4 No. 1: 61-81.
Petty, R. dan Cuganesan, S. (2005).
Voluntary Disclosure of
Intellectual Capital by Hong Kong
Companies: Examining Size,
Industry and Growth Effects Over
Time. Australian Accounting
Review, 15 (2), 40.
Pulic, A. (1998). Measuring The
Performance of Intellectual
Potential in Knowledge Economy,
www.measuring-ip.at.
Pulic, A. dan M. Bomemann. (1999).
The Physical and Intellectual
Capital of Austrian Banks,
www.measuring-ip.at
Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik
Pengungkapan Modal Intelektual
pada Perusahaan Publik di BEJ.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Vol 9, No.1, 1-20.
Rashid, A.A., Ibrahim, M.K., Othman, R.
dan See, K.F. (2012). Disclosures in
IPO Prospectuses : Evidence from
Malaysia. Journal of Intellectual Capital.
Vol. 13 No. 1: 57-80.
Riahi-Belkaoui, A. (2003). Intellectual
Capital and Firm Performance of
US Multinational Firms: A Study
of The Resource-Based and
Stakeholder Views. Journal of
Intellectual Capital, 4 (2), 215-26
Richardson, A.J. dan Welker, M., (2001).
Social Disclosure, Financial
Disclosure and The Cost of Equity
Capital, Accounting, Organisations
and Society, 26 (7-8): 597-616.
Roslender, R. dan Fincham, R., (2004).
Intellectual Capital Accounting in
the UK. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 17
No. 2, 178 – 209.
Sekaran, Uma and Bougie, R. (2011).
Research methods, for business a
spill building approach, John Wiley
& Sons Ltd, The Atrium, Southern
Gate, Chichester, WestSussex,
PO19 8SQ, United Kingdom.
296 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
Singh, I. dan Van der Zahn, J.L.WM.
(2007). Does Intellectual Capital
Disclosure Reduce an IPO’s Cost of
Capital: The Case of Underpricing,
Journal of Intellectual Capital, 8
(3): 494-516.
Singh, I. dan Van der Zahn J.L.W.M.
(2008). Determinants of Intellectual
Capital Disclosure in Prospectuses
of Initial Public Offerings.
Accounting & Business Research,
vol. 38, pp. 409-431.
Sonnier, B.M. (2008). Intellectual
Capital Disclosure: High-tech
Versus Traditional Sector
Companies, Journal of Intellectual
Capital, 9 (4): 705-722.
Stewart. T.A. (1997). Intellectual
Capital-the New Wealth of
Organizations Nicholas Brealey
Publishing Limited. London.
Steptiana, G.R. & Yuyetta, E.N.A.,
(2013) Analisis faktor faktor yang
mempengaruhi pengungkapan
intellectual capital pada prospectus
IPO, Diponegoro Journal of
Accounting, Vol.2, No. 3, hal 1-
15.
Sullivan, P.H. (2000). Value-Driven
Intellectual Capital: How to
Convert Intangible Corporate
Assets into Market Value. Wiley,
New York.
Swart, J. (2006), Intellectual Capital:
Disentangling An Enigmatic
Concept, Journal of Intellectual
Capital, Vol. 7 No. 2, pp. 136-159.
Vergauwen, P., Bollen, L, dan Oirbans,
E. (2007). Intellectual Capital
Disclosure and Intangible Value
Drivers: An Empirical Study.
Journal of Intellectual Capital,
45(1), 1163-1180.
White, G., Lee, A., dan Tower, G.,
(2007). Drivers of Voluntary
Intellectual Capital Disclosure in
Listed Biotechnology Companies.
Journal of Intellectual Capital, 8
(3), 517-537.
Whiting, Rosalind H., dan Miller, James
C., (2008). Voluntary Disclosure of
Intellectual Capital in New Zealand
Annual Reports and the “hidden
value”", Journal of Human
Resource Costing & Accounting,
Vol. 12 lss 1 pp, 26-50.
Widarjoni, Agus (2007). Ekonometrika,
teori dan aplikasi, Fakultas
Ekonomi, UII, Sleman, Jogyakarta.
Williams, S.M (2001). Are IC
Performance and Disclosure
Practice Related ?. Journal of
Intellectual Capital, 2 (3), 192-
203.
Wright, EM., McMahan, G.C.,
McCormick, B. dan Sherman, W.S.
(1998). Strategy, Core Competence,
and Human Resource Involvement
as Determinants of Human
Resouces Effectiveness and
Refinery performance, Human
Resource Management, 37 (1): 17-
29.
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...297
Lampiran 1
Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual Beberapa Perusahaan Publik
Pada Laporan Tahunan 2014
N0 Kode Saham Nama Perusahaaan Bidang Usaha ICDI*)
1 RUIS PT. Radians Utama Interinsco Tbk. Pertambangan 44%
.2 CTTH PT. Citatah Tbk. Batu Marmer 27%
3 BIRD PT. Blue Bird Tbk. Transportasi 40%
4 ZBRA PT, Zebra Nusantara Tbk. Transportasi 18%
5 LSIP PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perkebunan 49%
6 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. Industri rokok 33%
7 HMSP PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Industri rokok 31%
*) ICDI (Intellectual Capital Disclosure Index, Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual, skala 1% s/d 100%).
Lampiran 2
Model Kerangka Penelitian
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Ukuran
Perusahaan (X1)
Umur
Perusahaan (X2)
Return
On Equity (X3)
Ukuran
Komisaris (X4)
Frequensi Rapat
Komisaris (X5)
Jenis Industri
I C D I
(Y)
298 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
Lampiran 3
Deskripsi Pengungkapan Modal Intelektual Human Capital
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8
9.
10.
11.
12.
Number of employees
Employee age
Employee diversity
Employee equity
Employee relationship
Employee education
Skills/know-how
Employee work-related
Competences
Employee work-related
Knowledge
Employee
attitudes/Behaviour
Employee commitments
Employee motivation
Employee count of a firm, employee breakdown by e.g.
market (business operation or geographical segments),
department and job function, and information about its
changes and reasons for such changes.
Biological age of employees in the firm. Include qualitative
description of age-related advantages/strengths of a
company’s employees, and indicators such a average age of
a company’s employees and age distribution.
Diversity is defined as a division of classes among a certain
population. The item refers to the mix of, e.g. ethnicity,
gender, color, and sexual orientation. Relevant disclosures
include employee diversity policy, the mix and breakdown
of employee by race, religion, and culture.
Equal treatment of people irrespective of social and culture
differences. Related disclosures include employee equality
policy and initiatives taken for enforcement, senior
management bu gender, percentage of disabled employees.
The recognition of importance of employees, employee
appreciation, dependence on key employees, employee
satisfaction, loyalty, Health & safety and working
environment. It also includes initiatives to built and
improve employee relationship, e.g. trade union activities,
promotion in share ownership and employee contractual
relationships.
Education of directors as well as other employees.
Employees’ professional recognition is classified under
employee work-related competences.
Disclosures can be description of knowledge, know-how,
expertise or skills of directors and other employees.
Matrices could also be shown indicating number of
employees with skills, etc.
The knowledge and skills that can be useful to accomplish
jobs. It refers to, e.g. current position held outside the
company by directors, professional
recognition/qualification, awards won (external), and
employee publications.
What is acquired during the job in the term of tacit, explicit
and implicit knowledge. It mainly relates to knowledge that
employees have related to their current job description,
including employees’ previous working experiences.
It reflects how employees are working. Relevant disclosure
could be, e.g. employee friendliness, welcoming, hard
working, optimism, enthusiasm, and identification of
individuals with company’s goals.
It refer to employees being bound
emotionality/intellectually to the organization. It covers e.g.
description of employee commitments, employee
commitment matrix/index, and indicators such as
attendance of meetings.
Policies, initiatives and evidence of motivation of directors
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...299
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Employee productivity
Employee training
Vocational qualifications
Employee development
Employee flexibility
Entrepreneurial spirit
Employee capabilities
Employee teamwork
Employee involvement
Other employee features
and other employees. It includes reward (internal) and
incentives systems, e.g. employee explicit recognition,
performance/psychometric/occupational assessment, and
indicators of such as employee turnover, stability, absence,
and seniority
It is typically measured as output per employee or output
per labor-hour, an output which could be measured in
physical terms or in price terms. It shows the value added
and efficiency of employees. Indicators include, e.g.
employee value added, revenue or customers per employee.
It includes, e.g. training policies, training programmers,
training time, attendance, investment in training, number of
employees trained per period and training
result/effectiveness/efficiency.
It refers to education, managed and monitored by trade and
professional organizations (Brooking, 1996), received by
an employee for particular vacation that proves the skill,
knowledge and understanding he/she has to do a job well.
Employee career development. Disclosures include
employee development policies and programs (e.g.
succession planning), recruitments policies (e.g. internal
promotion). Indicators include change of employee
seniority, and rate of internal promotion.
Strategies used by employers to adapt the work of
employees to their production/business cycles; and a
method to enable worker to adjust working life and
working hours to their own preferences. For example,
temporary/fixed term contracts, relaxed hiring and firing
regulations, adjustable working hours or schedules (e.g.
part-time, flexible working hours/shifts, working time
accounts, leave, and overtime), outsourcing, job rotation,
home-worker, outworkers.
It refers to, e.g. employee engagement (e.g. employee
suggestion systems/consultations, rate of employee
suggestion acceptance), empowerment (responsibility
taking), creativity (e.g. valuing creativity, tolerance of
creative people), innovativeness, knowledge sharing, and
employee proactive/reactive ability.
Other employee abilities apart from the above discussed
e.g. communication ability, interpersonal ability, sensitivity
(e.g. thoughtful), flexibility, and management quality.
Teamwork is the concept of people working together
cooperatively. It covers information about culture of
teamwork (expert teams and network, teamwork capacity),
programmers that enhance relationships between
employees within/across departments.
Employee social competence cam be reflected by their
involvement with community. It is defined as providing
employees opportunities for contact with an often
concealed but significant part of the firm’s stakeholders.
It refers to the special display or attraction of, or gives
special prominence to, employees of the firm, e.g.
photographs of employees, other employee profile
300 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
information (e.g. positions held).
Structural capital
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Intellectual property
Process
Management philosophy
Corporate culture
Organization flexibility
Organization structure
Organization learning
Research &
Development (R & D)
Innovation
Technology
It is a term that encompasses patent, copyrights,
trademarks, trade secrets, licenses commercial rights
and other related fields. It covers the assets of a
company which is protected by law.
It normally refers to a company’s managements (sales
tools, company co-operation forms, corporate
specialization, operational or administrative processes).
It includes utilization of organization resource,
processes/procedures/routines, and documentations
which enables the company or employees to follow.
Indicators are e.g. efficiency, effectiveness, and
productivity.
“The way leaders in the firm think about the firm and
its employees” (Brooking, 1996:62), i.e. the way a
firm’s managed.
The set of key values, beliefs, attitudes and
understanding shared by people and groups in an
organization, which controls the way members of the
organization interact with each other and with other
stakeholders. It covers information about, e.g.
description of the firm’s corporate culture and value,
stories and myths that build up about people, events
and history conveying a message about what is valued
within a firm.
A company’s ability to face challenges and changes,
such as specific processes firms use to alter their
resource base.
Reporting lines, hierarchies, and the way that work
flows through the business, including management
structure and business models.
A characteristic of an adaptive organization. It covers
what firms learn from experience and incorporate the
learning as feedback into their planning process.
It refers to future-oriented, longer-term activities in
business practice, which can achieve higher levels of
knowledge and improvement in business includes e.g.
R&D policies, programmers, planning, progress,
budgets, successful rate, rate of peer-reviewed
publications.
Defined as the successful implementation of creative
ideas within a firm by introducing something new and
useful (radical or incremental changes to products,
processes or services)
A collection of techniques, which is the current state of
humanity’s knowledge of how to combine resources to
produce desired product, to solve problems, fulfil
needs, or satisfy wants. It includes machines, IT (e.g.
computer hardware and software), IS (e.g. SAP,
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...301
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Financial dealings
Customer support
Function
Knowledge-based
Quality management &
improvement
Accreditations
(certificate)
Overall
infrastructure/Capability
Networking
Distribution network
PeopleSoft, database), technical methods, and
techniques.
Defined as the favourable relationships the firm has
with investors, banks and other financiers, financial
ratings, financial facilities available, and listings.
Functions for customers support, such as customer
support centre (e.g. call centre) and other related
activities and programmers.
It includes, e.g. documented materials (e.g. shared
database) that a firm shares amongst employees,
facilities or centre (knowledge centre, laboratories) for
training & learning, and knowledge management and
sharing programs/policies/facilities.
Practices in maintaining and improving quality
standards of products and services. Information
considered relevant includes, e.g. policies and
objectives, programmers, control activities (e.g. TQM),
description of quality performance, and existence of
quality committee.
A process in which certification of competency,
authority, or credibility is presented. It has been
broadly referred to as quality certificates. “Investor in
people’ accreditation represents a firm’s commitment
to is employees; hence classified under employee
relationship.
Infrastructure/Capabilities of a firms that cannot be
classified under the other 17 structural capital items.
Where acquisition are stated to add a firm’s capability
of products and services provision, such information is
included under this item.
The systems available in a firm that allows interaction
of people via abroad array of communication media
and devices, e.g. voicemail, e-mail, voice or video
conferencing, the internet, groupware and corporate
intranets, personal digital assistants, and newsletters.
Internal network of distribution, such as distribution
centre. It is what a company owns and forms a very
essential part of the business supply chain.
Relational capital
1.
2.
3.
Customers
Market presence
Customer relationships
General customers information, e.g. type of customers,
customers names, reputation of customers, customers base,
knowledge of market/customers, and customer purchasing
histories.
It covers target markets of a firm, geographically or by market
segmentation, percentage of sales represented by each market
segment, and market share.
It includes policies and program for building customer
relationships (e.g. customer loyalty schemes, customer
302 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Customer acquisition
Customer retention
CTE
Customer involvement
Company
image/Reputation
Company awards
Public relation
Diffusion & networking
Brands
Distribution channels
Relationship with
Business collaboration
Business agreements
satisfaction survey and initiatives taken for improvement,
complaints management), current relationship with customers
(e.g. customers satisfaction and loyalty, customer
recommendation, recognition of defence on key customers,
customers perception (e.g. expressed by direct quotes), and
various activities/indicators that enhance customer
relationships, such as on-time deliveries, convenience of
returning good, value for money).
It refers to a company’s new customers/contracts (unless
identified as favourite contracts). It also includes a company’s
effort on acquiring new or more customers, such as
investments/costs.
It focuses on retaining the existing customers. Relevant
information includes e.g. the number of repeated
customers/contracts, renewed contracts, backlog orders, and
customer repurchase.
Customer training & education (CTE), such as presentation,
road shows, exhibitions, etc
It focuses in customer consultation on product or service
development, which could also include customer and company
connectivity.
It refers to the evaluation / perception of a firm by its
stakeholder in terms of their effect, esteem, and knowledge,
and what a company stand for.
It includes award to a company which is not specially to other
aspects, such as innovation or employee.
It is that managing of outside communication of an
organization to create and maintain a positive image. Public
relations involve, e.g. popularizing successes and
downplaying failures.
It includes taking part in social events, courses, conference,
lectures, or other presentations or seminars.
Information about, e.g. brand names, brand images brand
awareness, brand loyalty (e.g. word of mouth advocacy),
brand-building strategies and activities, and brand-related
sales.
Defined as appropriate mechanism of getting products and
services into the market (brooking, 1996). It refers to various
third party distribution channels, e.g. distribution, agents,
dealers.
It includes, e.g. knowledge of suppliers, relationships with
them (such as reliance on key suppliers, bargaining power
against suppliers, support of suppliers, and payment terms).
Collaborations established with other business partners. It
covers issues such as strategic alliances, joint venture and
partnership for the purpose of working together to improve
effectiveness and efficiency by combining each other’s
advantages.
It includes such as licensing and franchising agreements.
However, the transactions are not within a consolidated group
of companies.
A contract obtained because of the unique market position
held by the firm (Brooking, 1996). It includes description of
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...303
17.
18.
19.
20.
21.
Favourite contracts
Research collaboration
Marketing
Relationship with
Stakeholder
Marketing leadership
the contract and the favourable relationships.
Collaboration with scientific associations or institutions (e.g.
schools and university) for research or development purposes
for the benefit of the company or the community.
It includes, e.g. marketing initiatives, investment, strategies,
capabilities, and effects (e.g. awareness raised or sales created)
A firm’s relationship with stakeholder, which cannot be
covered by relationship with customers, suppliers and
shareholder, e.g. community, government and competitors.
A firm’s leadership in various markets or top positions.
Market share supplementing market leadership statement is
also included.
Lampiran 4
Operasional Variabel
No. Variabel Penjelasan Proxy/Ukuran Skala
1 Pengungkapan
Modal Intelektual
Seberapa luas pengungkapan
MI dalam laporan tahunan
ICDI Rasio
2 Ukuran Perusahaan Besarnya perusahaan
Logarithma
Jumlah Ekuitas
Rasio
3 Usia Perusahaan Umur perusahaan dihitung dari
tahun berdirinya
Umur perusahaan
dinyatakan dalam
tahun
Rasio
4 ROE Ukuran profitabilitas
perusahaan
ROE Rasio
5 Ukuran Komisaris Jumlah komisaris yang ada
termasuk komisaris
independen
Jumlah komisaris Rasio
6 Frekuensi Rapat
Komsaris
Berapa kali rapat komisaris
dalam satu tahun buku
Jumlah rapat
komisaris
Rasio
Lampiran 5
Daftar perusahaan yang menjadi sampel
No Kode Nama Tahun
Berdiri Saham Emiten
1 ABDA Asuransi Bina Dana Artha Tbk. 1982
2 AHAP Asuransi Aman Harta Pratama Tbk. 1981
3 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk. 1980
4 ASBI Asuransi Bintang Tbk. 1955
5 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk. 1982
6 ASIT Asuransi Jasa Tania Tbk. 1979
7 ASRM Asuransi Ramayana Tbk. 1956
8 LPGI Lippo General Insurance Tbk. 1963
9 MREI Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. 1953
Lampiran 6
304 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm. 279-305
Statistik Deskriptif Model Penelitian
Lampiran 7
Eliminasi Pemilihan Sampel
Jumlah sampel perusahaan perasuransian yang
terdaftar di bursa efek tahun 2006 – 2014
81 sampel
Pengurang :
Outlier pada variabel ROE
(9 sampel)
Jumlah sampel final
72 sampel
Lampiran 8
HASIL UJI OLS DENGAN FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: ICDI
Method: Panel Least Squares
Date: 01/25/16 Time: 20:51
Sample: 2006 2014
Periods included: 9
Cross-sections included: 9
Total panel (unbalanced) observations: 72 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.300652 0.303875 0.989393 0.3266
UKPER -0.072761 0.035942 -2.024384 0.0475
USPER 0.026082 0.003633 7.178202 0.0000
ROE 0.002142 0.001214 1.764460 0.0829
UKKOM -0.020957 0.010086 -2.077796 0.0422
FREKOM 0.001635 0.002379 0.687234 0.4947 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
UKPER USPER ROE UKKOM FREKOM ICDI
Mean 288,000,000,000 39.5 13.9475 3.347222 6.930556 0.482013
Median 140,000,000,000 32.5 14.625 3 6 0.483607
Maximum 1,320,000,000,000 62 26.32 6 12 0.721311
Minimum 28,400,000,000 24 2.04 2 3 0.262295
Std. Dev. 310,000,000,000 12.58996 6.49948 0.73465 2.519369 0.125323Keterangan Tabel: Tabel ini merepresentasikan statistik deskriptif masing-masing variabel yang digunakan dalam
model penelitian. Tujuan dari tabel ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi penyebaran dan
distribusi dari data yang digunakan. Variabel dependen dalam model ini adalah ICDI (Intellectual Capital
Disclosure Index). Variabel independen adalah UKPER, USPER, ROE, UKKOM dan FREKOM. Definisi
operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut: (i) ICDI Intellectual Capital Disclosure Index:,
meruapakan index pengungkapan modal intelektual dengan menggunakan variabel dummy. (ii) UKPER: Ukuran
perusahaan dengan menggunakan pengukuran nilai ekuitas (iii)USPER: Umur perusahaan (iv) ROE: return on
equity (v) UKKOM: jumlah total dewan komisaris (vi) FREKOM : frekuensi rapat Dewan Komisaris.
Mahari, Mulya, Pengaruh Ukuran Perusahaan...305
R-squared 0.937022 Mean dependent var 0.482013
Adjusted R-squared 0.922906 S.D. dependent var 0.125323
S.E. of regression 0.034797 Akaike info criterion -3.705918
Sum squared resid 0.070227 Schwarz criterion -3.263233
Log likelihood 147.4131 Hannan-Quinn criter. -3.529684
F-statistic 66.38129 Durbin-Watson stat 0.921808
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 9
Grafik Ukuran Perusahaan
Tahun 2006 - 2014