PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS
INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
Aziiz Barianto
Nim: 11140460000139
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS
INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
Aziiz Barianto
Nim: 11140460000139
Dibawah Bimbingan Pembimbing
Ahmad Chairul Hadi, M.A
NIP: 197205312007101002
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
iii
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Aziiz Barianto
NIM : 11140460000139
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Syariah dan Hukum
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian harin terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau
merupakan jiplakan orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juli 2021
Aziiz Barianto
v
ABSTRAK
Aziiz Barianto. NIM 11140460000139, PENGELOLAAN WAKAF
SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM
DE-LISTING BAGI NAZHI Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442
H/2021 M. Ix 63 halaman.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pertanggungjawaban
nazhir apabila Portofolio wakaf saham Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia
de-listing serta mengalami kerugian dan Bagaimana Pengawasan wakaf saham
perusahaan bila nazhir wakaf saham Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia
berbadan hukum.
Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan penelitian normatif empiris sehingga penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data dan melihat kenyataan yang ada dalam praktik di
lapangan tempat penelitian dilakukan yaitu pada PT Phillip Sekuritas Indonesia
serta menggunakan penelitian kepustakaan dan pendekatan wawancara dengan
menganalisis pelaksanaan wakaf saham di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Analisis
dan identifikasi data yang didapatkan disandingkan dengan regulasi hukum Islam
di Indonesia yaitu fatwa-fatwa DSN-MUI terkait akad-akad yang digunakan.
Adapun penemuan penulis terkait Secara prinsip dan pelaksanaan mengacu
kepada pasal 57 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2019
tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksa Dana Syariah. Yakni, nazhir harus
melakukan istibdal paling lambat 10 (hari) kerja setelah saham yang menjadi
mauquf bih dinyatakan tidak lagi memenuhi kriteria saham syariah. Kemudian
apabila terjadi kerugian pada potofolio wakaf saham yang disebabkan karena
kesalahan nazhir karena kurangnya prinsip kehati-hatian maka nazhir dapat diminta
pertanggungjawaban sesuai dengan tanggungjawab yang didasarkan pada
kesalahan (based on fault).
Kegiatan pengawasan dalam pengelolaan portofolio saham yang
diwakafkan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerjasama dengan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Terkait dengan
teknis pengawasan tersebut dimana OJK dan DSN-MUI secara berkala melakukan
peninjauan saham-saham yang sesuai dengan kriteria syariah dimana dihimpun
dalam Daftar Efek Syariah (DES). Dan pengawasan pengelolaan wakaf (Nazhir)
berdasarkan Undang-undang wakaf menyebutkan nazhir memperoleh pembinaan
apabila terdaftar pada menteri dan Badan Wakaf Indonesia menurut Peraturan
Menteri Agama Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan Benda Tidak
Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang.
Kata Kunci: Wakaf, Wakaf Saham, De-Listing, PT Phillip Sekuritas Indonesia
Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, M.A.
Daftar Pustaka : Tahun 1988 sampai 2021
vi
KATA PENGANTAR
حي حمن الر الر بسم الله
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
melimpah curahkan nikmat rohani dan jasmani kepada kami semua. Shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena dengan
Rahmat dan syafaatnya sampai saat ini kami dapat menimba ilmu yang sangat
bermanfaat.
Dengan rahmat dan hidayah serta pertolongan dari Allah SWT,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah Saya dalam bentuk
skripsi dengan Judul “Pengelolaan Wakaf Saham dan Perusahaan De-Listing dalam
Kontek Hukum di Indoneisa Studi Kasus (PT Phillip Sekuritas Indonesia).”
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali tantangan yang peneliti hadapi
namun semua itu selesai karena banyaknya motivasi dan do’a dari para pihak, untuk
itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada para
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada yang
terhormat :
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A.M.Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. Ketua dan Sekretaris
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdurrauf, Lc. M. A. Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan
motivasi, arahan, dan saran-saran serta banyak meluangkan waktu untuk
mengoreksi tulisan penulis agar lebih baik.
4. Zainal Falah, Selaku Vice President POEMS Syariah. yang telah bersedia
untuk menjadi narasumber wawancara guna membantu peneliti untuk
mendapatkan sumber informasi di PT Phillip Sekuritas Indonesia dengan
tangan terbukanya.
vii
5. Pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Pimpinan
perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
6. Terkhusus Kepada Keluarga Orang Tua yang selalu memanjatkan doa dan
harapan untuk penulis tiada hentinya serta kakak dan adik penulis.
7. Juga kepada lingungan pertemanan Keluarga Besar HMI Komfaksy, Native
C, Wacaners, KS dan Marjinskuy tempat mengisi hari-hari akhir masa
perkuliahan.
Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dalam menyalurkan ilmu
pengetahuan, pengalaman, dukungan, serta do’a. Peneliti ucapkan terimakasih
banyak dan mohon maaf jika dalam penulisan ini ada kesalahan ataupun ada pihak
yang dirugikan. Untuk itu kritik dan saran selalu terbuka untuk pembaca.
Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik kepada kaumnya yang selalu
memberikan bantuan kepada sesama.
Aamiin
Jakarta, 9 Juli 2021
Aziiz Barianto
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................. i
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................... iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................ 5
D. Rumusan Masalah .................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................... 6
G. Metode Penelitian ..................................................... 6
H. Rancangan Sistematika Penulisan ............................ 9
BAB II WAKAF SAHAM DALAM KONTEK HUKUM
DI INDONESIA
A. Kerangka Teori ......................................................... 11
1. Teori Hukum ..................................................... 11
2. Konsep Wakaf ................................................... 12
a. Pengertian Wakaf ....................................... 12
b. Dasar Hukum Wakaf .................................. 19
c. Rukun dan Syarat ....................................... 21
d. Macam-Macam Wakaf ............................... 25
B. Kerangka Konseptual ............................................... 27
C. Studi (Review) Terdahulu ......................................... 27
BAB III GAMBARAN UMUM WAKAF SAHAM DI PT PHILLIP
SEKURITAS INDONESIA
ix
A. Gambaran Singkat PT Phillip Sekuritas Indonesia .. 31
1. Sejarah Berdirinya PT Phillip Sekuritas
Indonesia ............................................................ 31
2. Fungsi dan Kebijakan Manajemen Resiko ......... 31
3. Tugas dan Tanggung Jawab ............................... 32
B. Pengertian Wakaf Tunai ........................................... 33
C. Wakaf Saham ........................................................... 34
D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Saham ................... 36
E. Regulasi Terkait Wakaf Saham ................................ 37
BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN DAN
PENGAWASAN WAKAF SAHAM DI PT
PHILLIP SEKURITAS INDONESIA
A. Pertanggung Jawaban Pengelola Wakaf (Nazhir)
Apabila Portofolio Wakaf Saham Mengalami
Kerugian di PT Phillip Sekuritas Indonesia ............. 39
1. Rukun dan Syarat Wakaf dan Penerapannya
dalam Wakaf Saham ............................................ 39
2. Konsep Objek Hukum Wakaf Klasik terhadap
Saham sebagai Objek Wakaf ............................... 41
B. Pengawasan Terhadap Nazhir Wakaf Berbadan
Hukum ...................................................................... 51
BAB V PENUTUP
1. Simpulan ................................................................... 55
2. Rekomendasi ............................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Wakaf Saham .......................................................... 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filantropi adalah kedermawanan sosial yang terprogram dan ditujukan
untuk pengentasan masalah sosial dalam jangka panjang.1 Umat muslim harus
memberikan perhatian khusus pada filantropi. Terutama terkait penyesuaaian
terhadap perkembangan dan tantangan zaman. Filantropi Islam sebagai salah
satu pilar agama haruslah menjadi yang terdepan bagi umat lainnya.
sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis “Islam itu tinggi dan tidak ada yang
lebih tinggi darinya.” (H.R. Ad-Daruquthni dan al-Baihaqi). Salah satu
filantropi yang memiliki potensi cukup besar dalam konsep pemberdayaan
ekonomi kerakyatan yakni wakaf. Hal tersebut berbanding lurus dengan
ungkapan Badan Wakaf Indonesia (BWI) bahwa wakaf memiliki potensi besar
menjadi salah satu instrumen dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, yakni
dengan potensi mencapai Rp. 40,5-75 triliun per tahunnya.2
Di Indonesia perwakafan pernah diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah No. 28
Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Sementara saat ini kita telah
memiliki Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, yang mana di
dalamnya juga diatur pelaksanaan wakaf baik berupa benda bergerak seperti
uang, logam dan lain-lain serta benda tidak bergerak seperti tanah. Yang
bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya sekaligus
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum.3 Sangat sesuai sudah
1 Fitra Rizal, Haniatul Mukaromah, “Filantropi Islam Solusi atas Masalah Kemiskinan
Akibat Pandemi Covid-19”, Al-Manhaj: Jurnal hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 3 (1), (2021)
35-36, h. 41. 2 Muhammad Wildan, “Wakaf Miliki Peran Besar dalam Pembangunan, Ini
Penjelasannya”, https://ekonomi.bisnis.com/read/20190725/9/1128809/wakaf-miliki-peran-besar-
dalam-pembangunan-ini-penjelasannya, diakses pada tanggal 22 Juni 2021 22.03 WIB. 3 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,
(Jakarta: Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 1.
2
dengan salah satu upaya Indonesia yang ada didalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yakni memajukan kesejahteraan
umum. Penggalian potensi dan perkembangan dibidang pemberdayaan
ekonomi kemasyarakatan di Indonesia tersebut terus bergulir sampai detik ini
dengan adanya aturan-aturan yang sesuai dengan perkembangan zaman
Dalam perkembangannya wakaf tidak hanya berbentuk pada barang
yang tetap semisal tanah maupun bangunan. Namun kini, wakaf juga banyak
dilakukan pada benda bergerak contohnya uang dan surat berharga. Wakaf uang
(cash waqf) sudah cukup lama diaplikasikan di beberapa negara contohnya
Malaysia, Bangladesh, Mesir, Kuwait, dan negara-negara lainnya yang berada
di Timur Tengah.4
Dalam praktiknya penerapan prinsip syariah pada industri pasar modal
terkhusus saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan ini
berdasarkan instrumen saham. Saham merupakan bukti sertifikat yang
menunjukkan kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan serta aktiva perusahaan. Harga suatu saham akan
cenderung naik jika suatu saham mengalami kelebihan penawaran.5
Dewan Syariah Nasional (DSN) mendefinisikan Saham Syariah yakni
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria dan tidak
bertentangan dengan syariat Islam, serta tidak termasuk saham yang memiliki
hak-hak istimewa. Pada tanggal 8 Agustus 2019, Bursa Efek Indonesia (BEI)
memberikan terobosan pada ranah filantropi Islam dengan meluncurkan
instrumen wakaf baru yakni Wakaf Saham.6 Program ini merupakan bentuk
kerjasama antara BEI, perusahaan sekuritas yang telah memiliki Sharia Online
Trading System (SOTS), dan Nazir Wakaf di Indonesia. Salah satu perusahaan
4 M.E. Burhanudin, “Status Wakaf Saham Pada Emiten yang Keluar dari Daftar Efek
Syariah”, vol. 12 no.1, (Bandung: Al-Awqaf ; Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam h.72-85, 2019),
h.73. 5 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syaria, Pustaka Setia.
Bandung, 2013, h.33. 6 Ed. Ari Nursanti, “Global Wakaf Luncurkan Layanan Wakaf Saham di BEI”, diakses dari
https://www.pikiran-rakyat.com/advertorial/pr-01317226/global-wakaf-luncurkan-layanan-wakaf-
saham-di-bei, pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 13.20 WIB
3
sekuritas yang telah meluncurkan program Wakaf Saham adalah PT. Philip
Sekuritas Indonesia yang bekerjasama dengan Rumah Zakat sebagai nazir serta
didukung oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).7
Berdasarkan temuan awal peneliti, benda wakaf (mauquf) adalah saham
yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Sebagaimana yang kita
ketahui pengertian saham pada konteks saham syariah merujuk kepada definisi
saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan. Ada dua jenis saham syariah yang diakui di pasar
modal Indonesia. Pertama, saham yang dinyatakan memenuhi kriteria seleksi
saham syariah menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangaan Nomor
35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, kedua
adalah saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau
perusahan publik syariah berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
17/POJK.04/2015.
Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia,
baik yang tercatat di BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek
Syariah (DES) yang diterbitkan oleh OJK secara berkala, setiap bulan Mei dan
November. 8 Dilihat dari ketentuan saham yang masuk dalam kriteria saham
syariah menurut peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 peniliti melihat
persoalan yang mendasar. Dimana perusahan yang terdaftar dalam Daftar Efek
Syariah (DES) memiliki risiko bisa keluar dari daftar tersebut. Hal ini diketahui
sebagaimana pada tanggal 28 November 2019 diumumkan terdapat 26 emiten
saham syariah yang dikeluarkan dari Daftar Efek Syariah teruntuk periode 1
Desember 2019 dari perhitungan Index Saham Syariah Indonesia (ISSI).9
7Dompet Dhuafa Luncurkan Wakaf Saham,
http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Dompet-Dhuafa-Luncurkan-Wakaf-Saham, diakses pada
tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.10 WIB. 8 https://www.idx.co.id/idx-syariah/produk-syariah/, diakses pada tanggal 22 Juni 2021
pukul 23.15 WIB. 9 tahir saleh, https://www.cnbcindonesia.com/market/20191128092842-17-118572/26-
saham-didepak-dari-efek-syariah-hanya-31-saham-baru-masuk, diakses pada tanggal 21 Juni 2021
pukul 23.20 WIB.
4
Melihat realita hari ini wakaf saham belum memiliki peraturan atau
fatwa tersendiri untuk mengatur bagaimana regulasinya. Objek dari wakaf
saham itu sendiri merujuk kepada peraturan dan regulasi yang sama terhadap
wakaf uang. Dimana wakaf uang mengacu pada nilai nominal rupiah (al-ashl)
dan nilai pokok Wakaf harus dijaga kelestarian nilainya oleh Nazhir. Sesuai
Fatwa DSN MUI Tahun 2002 tentang Wakaf Uang, surat berharga tergolong
dalam wakaf uang. Maka sesuai konsep wakaf uang, nilai pokok wakaf yang
harus dilestarikan adalah nilai nominal rupiah (al-ashl), bukan jumlah lot saham
(al-ain). Artinya objek pada wakaf tersebut tidak boleh berubah (berkurang)
sebagaimana yang peneliti ketahui saham sendiri memiliki nilai yang voliteil
atau tingkat volatilitas yang tinggi. Karena nilai saham cenderung fluktuatif
(berubah-ubah).10 Kemudian bagaimana pengelolaan wakaf saham apabila
terjadi objek wakaf saham tersebut keluar dari daftar efek syariah dan juga
pengawasan terhadap pengelolaan wakaf saham.
Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
membahas masalah wakaf saham dengan mengambil judul “PENGELOLAAN
WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN
IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Kesesuaian implementasi wakaf saham di perusahaan sekuritas;
2. Tata cara pengelolaan aset wakaf saham;
3. Kepastian hukum dalam pengelolaan aset wakaf saham;
4. Kesesuaian pengelolaan wakaf produktif dalam hukum positif dan hukum
syariah;
5. Kriteria saham yang dapat diwakafkan persepektif keuangan dan syariah;
6. Kemampuan nazhir dalam pengelolaan wakaf produktif saat ini;
10 Fatwa DSN MUI Tahun 2002 tentang Wakaf Uang
5
7. Pengawasan pengelolaan wakaf saham;
8. Kerugian investasi pada produk wakaf saham;
C. Pembatasan Masalah
Setelah latar belakang dan identifikasi masalah diuraikan, untuk
membuat penelitian ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu
dilakukan. Untuk memfokuskan penelitian dan memudahkan proses analisis,
maka penelitian ini dibatasi hanya dengan membahas permasalahan
pertanggungjawaban nazhir terhadap portofolio wakaf saham yang ada pada PT
Phillip Sekuritas Indonesia yang mengalami de-listing serta pengawasan wakaf
saham yang dikelola nazhir yang berbadan hukum. Studi ini juga dibatasi hanya
pada produk wakaf saham di PT Phillip Sekuritas Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Berikut merupakan perumusan masalah penelitian yang dirincikan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pertanggungjawaban nazhir apabila Portofolio wakaf saham
Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia de-listing serta mengalami
kerugian?
2. Bagaimana Pengawasan wakaf saham perusahaan bila nazhir wakaf saham
Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia berbadan hukum?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Menjelaskan bagaimana hukum positif dan syariah mengatur persoalan
pertanggung jawaban nazhir apabila wakaf saham yang berupa portofolio
saham yang dimiliki mengalami kerugian karena de-listing pada Daftar Efek
Syariah.
2. Menjelaskan bagaimana pandangan hukum positif dan syariah mengenai
pengawasan pengelolaan wakaf saham .
6
F. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Teoritis
Untuk menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan
memberikan informasi terkait dengan implementasi wakaf saham
dilembaga keuangan syariah terkait isu yang diangkat oleh penulis.
2. Praktis
Memberikan panduan dalam pelaksanaan wakaf saham apa bila
terjadi persoalan wakaf saham yang mengalami de-listing pada Daftar Efek
Syariah dan memahami pertanggungjawaban serta pengawasan nazhir yang
berbadan hukum melalui perspektif hukum positiv dan syariah..
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan ini peneliti akan menggunakan pendekatan hukum
normatif empiris. Pendekatan hukum normatif empiris ialah metode yang
dipergunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
daftar pustaka yang ada serta berdasarkan data studi lapangan yang
diperoleh dengan melakukan observasi berupa data-data di lapangan serta
data hasil wawancara yang dilakukan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan deskriptif – kualitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang
sesuatu hal di daerah tertentu.11 Selanjutnya, metode kualitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme/enterpretif, digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah,
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.12
11 Bambang, Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta:Sinar Grafika,2008), h.8. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung:Alfabeta, 2014), h. 347.
7
Dengan metode ini penulis mengumpulkan dan memaparkan data
yang diperoleh dengan melakukan studi lapangan (Field research) dan
penelitian kepustakaan dengan cara mengadakan wawancara, yang
kemudian hasil penelitian tersebut akan dipaparkan oleh penulis dalam
bentuk kata-kata tanpa menggunkan data angka.
3. Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data penelitian dengan
rincian sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang menjadi sumber rujukan
utama untuk dianalisis, bersumber baik dari literatur kepustakaan berupa
ketentuan syariah yang telah dipositivisme menjadi hukum positiv yang
berlaku di Indonesia, seperti:
1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,
2) Peraturan Meneri Agama Republik Indonesia Nomor 73 Tentang
Tatacara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak
Selain Uang,
3) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tentang Wakaf.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang guna menguatkan
sumber data primer yang dirasa kurang melengkapi inti dari masalah
yang diteliti, yang bersumber baik dari literatur kepustakaan yakni dari
sumber Al-Qur’an, Hadist, buku-buku ilmiah, kitab-kitab, makalah-
makalah, dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan erat dengan skripsi
ini. Serta data penunjang yang didapat langsung dari hasil Interview
ditempat terjadinya permasalahan yang diteliti sehingga mendapatkan
kecocokan dari apa yang dijelaskan melalui sumber data primer dan juga
data sekunder.
8
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhan dalam
penelitian ini, penulis melakukan kajian dengan cara :
a. In-Depth Interview
Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama.13 Penelitian ini melaksanakan
wawancara mendalam dengan pihak PT Phillip Sekuritas Indonesia
tentang pelaksanaan wakaf saham.
b. Library Research
Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian.14 Dengan teknik pengumpulan studi pustaka
ini digunakan untuk mendapatkan acuan teori dalam mempelajari serta
melengkapi data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi. Data-
data yang digunakan diperoleh dari mempelajari berbagai macam teori
yang diperoleh dari memmbaca dan mempelajari beberapa literatur,
buku-buku, dan catatan yang sesuai dengan pembahasan yang akan
diteliti.
5. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah praktik wakah saham yang dilaksanakan
di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Didirakan pada 1975 secara global dan
13 Sutopo, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UMS, 2006), .h. 72. 14 Mestika, Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia), 2008,
h.3.
9
memasuki Indonesia pada tahun 1994. PT Phillip Sekuritas Indonesia
adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Keuangan dengan produk
sekuritas dan Manajer Investasi.15
6. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis hermeunetik yakni dengan
melakukan interpretasian kepada aturan-aturan syariah terkait dengan
wakaf, dan melakukan analisis terhadap penerapan wakaf saham.
7. Metode Penulisan
Penelitian menggunakan metode penulisan yang terdapat pada Buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok
penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari
tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Pada Bab ini peneliti menjelaskan mengenai latar
belakang penelitian yakni gambaran tentang risiko hukum yang berpotensi
terjadi pada wakaf saham. Masalah yang telah terinventarisir kemudian
dihimpun dan dibatasi, akhirnya merumuskan permasalahan penelitian. Bab ini
juga membahas mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti untuk
menjelaskan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
Bab II Wakaf Saham dalam Konteks Fiqh dan Hukum di Indonesia. Setelah
tergambar permasalahan dan metode penelitiannya, pada Bab II peneliti
15 https://www.phillip.co.id/TentangKami/Profil, diakses pada Kamis, 10 Juni 2021 pada
pukul 18.21 WIB.
10
menjabarkan mengenai kerangka teori. Adapaun teori yang digunakan untuk
membantu peneliti dalam mengurai dan menjelaskan permasalahan terdiri dari,
teori-teori fiqh mengenai wakaf saham, nishab wakaf saham, kadar wakaf
saham, perhitungan wakaf saham, mekanisme wakaf saham dan hukum serta
aturan terkait dengan wakaf saham.
Pada bagian ketiga menjelaskan mengenai Gambaran Umum Layanan
Wakaf Saham Di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Pembahasan dimulai dari
profil singkat PT Phillip Sekuritas Indonesia, produk-produk yang ditawarkan,
Syariah Online Trading System, hingga layanan wakaf saham.
Selanjutnya pada Bab IV Analisis Pertanggung Jawaban dan
Pengawasan Wakaf Saham di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Pada Bab ini,
peneliti melakukan analisa terhadap permasalahan penelitian, yakni mengenai
pertanggung jawaban apabila terjadi risiko hukum dan dan kerugian terhadap
objek wakaf. Melalui Bab ini juga akan dijabarkan hasil analisis terhadap
permasalahan melalui teori dan aturan perundang-undangan terkait dengan
mekanisme pengawasan praktik wakaf saham.
Pada bagian terakhir yaitu Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.
11
BAB II
WAKAF SAHAM DALAM KONTEK HUKUM DI INDONESIA
A. Kerangka Teori
Segala bentuk kegiatan hukum yang sifatnya praktikal pasti didasari
dengan teori dasar yang menguatkan tentang sebab akibat yang berlaku, begitu
pula dengan terjadinya suatu hukum.Hukum terjadi sebab adanya suatu teori
yang mendasarinya, teori hukum tidaklah sama dengan Ilmu Hukum sebab,
dalam Tradisi Anglo Saxon, jurisprudence terkadang diselasarkan sebagai
teori hukum. hal yang mendasari perbedaan tersebut adalah teori hukum adalah
penjelasan dari mengenai aspek-aspek tertentu dalam sebuah field hukum
sedangkan ilmu hukum adalah cabang dasar dari segala aspek-aspek dasar yang
berkaitan dengan hukum.
Mengenai Teori hukum, poin-poin penting mengenai teori hukum yang
berkaitan dengan penelitian ini terangkum beberapa diantaranya sebagai
berikut:
1. Teori Hukum
a. Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum dimaknai sebagai suatu keadaan dimana
telah pastinya hukum karena adanya kekuatan yang konkret bagi
hukum yang bersangkutan. Keberadaan asas kepastian hukum
merupakan sebuah bentuk perlindungan bagi yustisiabel (pencari
keadilan) terhadap tindakan sewenang- wenang, yang berarti bahwa
seseorang akan dan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam
keadaan tertentu.1
Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Van Apeldoorn bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu
dapat ditentukannya hukum dalam hal yang konkret dan keamanan
1 Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1993), h. 2.
12
hukum. Hal memiliki arti bahwa pihak yang mencari keadilan ingin
mengetahui apa yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu
sebelum ia memulai perkara dan perlindungan bagi para pencari
keadilan.
b. Teori Pendekatan Hukum dan Kebijakan
Hukum bekerja mengikuri peristiwa-peristiwa konkret yang
muncul. Oleh karena itu, dalil-dalil hukum yang universal harus
diganti dengan logika yang fleksibel dan eksperimental sifatnya.
Hukum pun tidak mungkin bekerja menurut disiplinnya sendiri. Perlu
ada pendekatan inter disipliner dengan memanfaatkan ilmu-ilmu
seperti ekonomi, sosiologi, kriminologi, dan psikologi. Dengan
penyelidikan terhadap faktor sosial berdasarkan pendekatan tersebut
dapat disinkronkan antara apa yang dikehendaki hukum dan fakta-
fakta (realita) kehidupan sosial. Semua itu diarahkan agar hukum
dapat bekerja secara lebih efektif.2
Soetandyo Wignyosoebroto menyatakan bahwa positivisasi
norma-norma hukum adalah suatu proses politik, yang amat
menentukan bagi perkembangan hukum sebagai suatu applied art.
Ajaran hukum ini dengan jabaran-jabaran yang dikembangkan
sebagai doktrin (seperti netralitas dan objektivitas hukum) sudah
demikian standar sejak awal abad ke-19.3
2. Konsep Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Kata “wakaf” atau “waaf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”.
Adapun asal kata “Waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau
“diam di tempat” atau “tetap berdiri”. Kata “Waqafa-Yuqifu-Waqfan”
2 Isharyanto, Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik. (Surakarta: WR,
2016), h. 43. 3 Isharyanto, Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik. (Surakarta: WR,
2016), h. 45.
13
memiliki makna yang sama dengan “Habasa-Yahbisu-Tahbisan”.4
mennurut arti bahasanya, waqafa berarti menahan atau mencegah,
misalnya ان عسير saya menahan diri dari berjalan”.5 Maksud “ وقفت
dari menghentikan disini apabila dikaitkan dengan waqaf dalam
istilah ilmu Tajwid, yakni tanda berhenti dalam bacaan Al-Qur’an.
Begitu juga jika dihubungkan dalam masalah ibadah haji, yaitu wuquf,
berarti berdiam diri atau bertahan di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Namun, pengertian menghentikan, menahan atau wakaf di sini
yang berkenaan dengan harta dalam pandangan hukum Islam, seiring
disebut ibadah wakaf atau habs. Khusus istilah habs di sini, atau ahbas
biasanya dipergunakan kalangan masyarakat di Afrika Utara yang
bermazhab Maliki.6 Begitupun istilah syara’, menurut Muhammad
Jawad Mughniyah yang terdapat dalam Fiqih Lima Mazhab, wakaf
merupakan sejenis pemberian yang pelaksanaannya diaplikasikan
dengan cara menahan (pemilikan) asal ( الأصلت حبيس ), kemudian
dijadikan manfaatnya berlaku untuk umum. Maksud dari تحبيس الأصل
itu sendiri yakni menahan barang yang diwakafkan agar tidak
diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan,
disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan cara
pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.7
Pengertian wakaf menurut istilah, para ulama berbeda
pendapat dalam memberikan batasan mengenai wakaf. Perbedaan
tersebut menyebabkan akibat yang berbeda pada hukum yang
ditimbulkan.
Adapun definisi wakaf menurut para ahli fiqih adalah sebagai
berikut :
4 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir,
2008), h. 151. 5 Muhammad Jawad Mughniyah, Terjemahan Masykur A.B, Afif Muhammad & Idrus Al-
Kaff, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta : Penerbit Lentera, 2007), h. 635. 6 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: UI Press, 1988), cet. 1, h. 80. 7 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: UI Press, 1988), cet 1, hlm. 80
14
1) Menurut Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut
hukum, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan
manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka
pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia
dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si
wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli
warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah
“menyumbangkan manfaat”.
Karena itu madzhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah
: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang
berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang
maupun akan datang”.8
2) Menurut Mazhab Maliki
Wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif
melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas
harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban
menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali
wakafnya. Perbuatan wakif menjadikan manfaat hartanya agar
digunakan kepada mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang
dimilikinya itu berbentuk upah, atau menjadikan hasilnya untuk
dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan
dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai
dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta
menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan, tetapi
membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu
pemberian manfaat benda secara wajar sedangkan benda itu tetap
8 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir,
2008), h. 151.
15
menjadi milik wakif. Perwakafan itu berlaku untuk suatu masa
tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf
kekal (selamanya).9
3) Menurut Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
Adapun pendapat beliau berdua bahwa wakaf adalah
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif,
setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh
melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti:
perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain,
baik dengan cara tukaran atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang
diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya.
Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada
mauquf ‘alaih (yang diberikan wakaf) sebagai shadaqah yang
mengikat, di mana wakif tidak dapat melarang penyaluran
sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarang, maka Qadli
(pihak yang memutuskan perkara) berhak memaksanya agar
memberikannya kepada mauquf ‘alaih.
Maka dari itu Mazhab Syafi’i mendefinisikan wakaf
adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang
berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.10
Ahmad bin Hambal mengatakan wakaf terjadi karena dua
hal. Pertama karena kebiasaan (perbuatan) bahwa dia itu dapat
dikatakan mewakafkan hartanya. Seperti seorang mendirikan
mesjid, kemudian mengizinkan orang shalat di dalamnya secara
spontanitas bahwa ia telah mewakafkan hartanya itu menurut
kebiasaan (uruf). Walaupun secara lisan ia tidak
menyebutkannya, dapat dikatakan wakaf karena sudah kebiasaan.
9 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir,
2008), h. 152. 10 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr al-
Mu’ashir, 2008), h. 153.
16
Kedua, dengan lisan baik dengan jelas (sariih) atau tidak. Atau ia
memaknai kata-kata habastu, wakaftu, sabaltu, tasadaqtu,
abdadtu, harramtu. Bila menggunakan kalimat seperti ini ia harus
mengiringinya dengan niat wakaf.
Bila telah jelas seseorang mewakafkan hartanya, maka
wakif tidak mempunyai kekuasaan bertindak atas benda itu dan
juga menurut Hambali tidak bisa menariknya kembali. Hambali
menyatakan, benda yang diwakafkan itu harus benda yang dapat
dijual, walaupun setelah jadi wakaf tidak boleh dijual dan benda
yang kekal dzatnya karena wakaf bukan untuk waktu tertentu,
tapi buat selama-lamanya.11
4) Imam Taqiy ad-Din Abi Bakr
يمكن الانتفاع به مع بقاء عينه ممنوع من التصرف فى عينه حبس مال
االله تعالى تصرفمنافعه فى البر تقربا الي
Artinya: “Dengan wakaf dimungkinkan adanya
pengambilan manfaat beserta menahan dan menghentikan harta
yang dapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan
untuk mendekatkan diri kepada Allah”.12
5) Muhammad Jawad Mughniyah dalam bukunya al-Ahwalus
Syakhsiyah
Mengatakan wakaf adalah suatu bentuk pemberian yang
menghendaki penahanan asal harta dan mendermakan hasilnya
pada jalan yang bermanfaat.13
6) Sayyid Sabiq
حبس الاصل وتسبيل الثمرة اى حبس المال وصرف منافعه فى سبيل .االله
11 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr al-
Mu’ashir, 2008), h. 153.
12 Taqiyuddin Abi Bakr, Kifayah al-Akhyar, Juz 1, (Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, t.th), h.
319. 13 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwad al-Syakhsiyah, dikutip oleh Abdul Halim,
Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 9.
17
Artinya: “Wakaf adalah menahan harta dan memberikan
manfaatnya dijalan Allah”.14
Jadi bisa juga dikatakan pengertian wakaf sendiri dalam
syari’at Islam apabila ditinjau dari perbuatan orang yang
mewakafkan, wakaf merupakan bagian dari perbuatan hukum
seseorang yang dengan sengaja memisahkan atau mengeluarkan
harta bendanya untuk digunakan manfaatnya bagi keperluan
umum dalam hal kebaikan dan serta merta berada di jalan Allah
untuk mendapatkan ridho-Nya.
Eksistensi wakaf di Indonesia sudah bukan menjadi hal
baru lagi, hal ini sudah diberlakukan dalam suatu peraturan
perundang-undangan, salah satunya termaktub dalam Undang
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, yang merupakan
kenyataan dari tuntutan masyarakat di Indonesia. Bergulirnya ide
wakaf tunai dan banyaknya penerapakan aktifitas perwakafan di
Indonesia seperti: Dompet Duafa Republika, Pos Keadilan Peduli
Umat, bahkan hadirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adanya
MUI ini menjadi solusi dari persoalan yang timbul dan dihadapi
oleh masyarakat muslim baik diminta atau tidak, maka ini bernilai
suatu hal yang positif dan responsif dalam menangani suatu
permasalahan umat.
Sedangkan pengertian wakaf dalam Undang-Undang
sebagai berikut :
1) Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan
sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk
selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan
14 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz 3, (Beirut: Darul Kutub, t.th.), h. 378.
18
umum lainnya sesuai dengan ajaran islam Berdasarkan
ketentuan Pasal 215 ayat 4 KHI tentang pengertian benda
wakaf adalah : Segala benda baik bergerak atau tidak
bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali
pakai dan bernilai menurut ajaran Islam
2) Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat
(1).
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
3) Menurut PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU
No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf Pasal 1 ayat (1)
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syari’ah.
Dari beberapa pengertian wakaf di atas, kiranya dapat
ditarik cakupan bahwa wakaf meliputi:
1) Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang.
2) Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya atau tidak habis
apabila dipakai.
3) Harta tersebut dilepaskan kepemilikannya oleh pemiliknya,
kemudian harta tersebut tidak bisa dihibahkan, diwariskan,
ataupun diperjual belikan.
4) Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum
sesuai dengan ajaran Islam.15
15Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.
491.
19
b. Dasar Hukum Wakaf
Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya untuk wakaf
bersumber dari pemahaman teks ayat Al-Qur’an dan juga As-Sunnah.
Akan tetapi tidak ada dalam ayat Al-Qur’an yang secara tegas
menjelaskan tentang ajaran wakaf. Namun pemahaman konteks
terhadap ayat Al-Qur’an yang dikategorikan memilik kandungan
makna seperti wakaf yakni terkait amal kebaikan. Dengan demikian
ditemukan petunjuk umum tentang wakaf walaupun secara implisit.
Misalnya Firman Allah :
1) Surat Ali Imran ayat 92
بهۦ عليم ا تحبون وما تنفقوا من شىء فإن ٱلل لن تنالوا ٱلبر حتى تنفقوا مم
Artinya : “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang
kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka
Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.16
2) Surat Al-Baqarah ayat 261
ثم ل يتبعون ما أنفقوا منا ول أذى لهم أ جرهم عند لهم فى سبيل ٱلل ٱلذين ينفقون أمو
رب هم ول
خوف عليهم ول هم يحزن ون
Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 62.
20
siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui”.17
3) Surat Al-Hajj ayat 77
لة أ بيكم ين من حرج م حق جهادهۦ هو ٱجتبىكم وما جعل عليكم فى ٱلد هدوا فى ٱلل وج
هيم سول شهيدا عليكم وتكونوا إبر ذا ليكون ٱلر ىكم ٱلمسلمين من قبل وفى ه هو سم
هو مولىكم فنعم شهداء على ٱلناس كوة وٱعتصموا بٱلل لوة وءاتوا ٱلز فأقيموا ٱلص
ٱلمولى ونعم ٱلنصير
Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-
kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu,
dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi
saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-
baik Penolong”.18
Menanggapi ayat-ayat di atas, Imam Ahmad al-Maragi dalam
tafsirnya al-Maragi menyatakan bahwa: wahai orang-orang yang
mempercayai Allah dan Rasulnya, tunduklah kepada Allah dengan
bersujud, beribadah kepadanya dengan segala apa yang kalian
gunakan untuk menghambakan diri kepadanya, dan berbuatlah
kebaikan yang diperintahkan kepada kalian melakukannya, seperti
mengadakan hubungan silaturrahmi dan menghiasi diri dengan akhlak
17Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h.32. 18Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 341.
21
yang mulia, supaya beruntung memperoleh pahala dan keridhaan
yang kalian cita-citakan.19
Selain dalam Al-Qur’an di dalam beberapa Hadits juga
dijelaskan tentang shadaqah secara umum yang dapat dipahami
sebagai wakaf.
Diantaranya Sabda Nadi SAW:
عن ابي هريرة ان رسول االله صلى االله عليه وسلم قال اذا: مات النسان انقطع عنه
عمله المن ثلاثة : الصدقة جارية, اوعلم ينتفع به, او ولد صالح يدعوله.
.(رواه مسلم ).
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bahwa Rasulullah saw
bersabda: Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga
(perkara): Shadaqah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau
anak saleh yang berdoa untuk orang tuanya. (HR. Muslim).20
c. Rukun dan Syarat
Ada dua pendapat ulama mengenai rukun wakaf. Pertama,
pendapat ulama mazhab Hanafi yang menyatakan bahwa rukun wakaf
itu hanya satu yaitu “ṣighat”. ṣighat adalah lafaz yang menunjukkan
arti wakaf, seperti ucapan, Aku wakafkan tanah ini kepada fakir
miskin untuk selamanya". Atau dengan ucapan "Aku wakafkan tanah
ini" tanpa menyebutkan tujuan tertentu.16 Kedua, pendapat jumhur
ulama (mazhab Maliki, Shafi'i dan Hanbali) menyatakan bahwa rukun
wakaf ada empat:
1) Wāqif atau orang yang berwakaf
2) Mauqūf atau barang atau benda yang akan diwakafkan
3) Mauqūf alaih atau orang yang menerima wakaf
19 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, juz 17, (Semarang : Karya
Toha Putra, tth), h. 262. 20 Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid III, (Beirut: Darul Kutub Ilmiah, tth), h. 1255.
22
4) Ṣighat atau lafaẓ wakaf 21
Berdasarkan dari keempat rukun wakaf di atas dan sudah
menjadi kesepakatan para ulama bahwa setiap unsur dari rukun
tersebut harus mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Syarat itu merupakan elemen penting yang dianut oleh keempat
rukun tersebut. Apabila salah satunya tidak terpenuhi maka
pelaksanaan wakaf itu dapat dikatakan gugur dan tidak sah
dalam syariah.
Sebagai bentuk sebuah akad, wakaf memerlukan rukun dan
syarat. Sehingga wakaf dapat dinyatakan sah yang rukun dan syaratnya
terdiri dari wakif (orang yang mewakafkan harta), mauquf ‘alaih (orang
yang mendapatkan manfaat dari wakaf/pihak yang diberi wakaf),
mauquf bih (harta atau barang/benda yang diwakafkan) dan shighat (
pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan
sebagian harta bendanya).22
Menurut Pasal 6 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf
dilakukan dengan terpenuhinya unsur wakaf sebagai berikut:
1) Wakif
Adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
Wakif terbagi dalam: perseorangan, organisasi, dan badan hukum.
Wakif perseorangan dapat memenuhi syarat-syarat yaitu: dewasa,
berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan
pemilik sah harta benda wakaf. Wakif organisasi hanya dapat
melakukan jika memenuhi ketentuan organisasi untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan
21 Muhammad Khaṭīb, al-Sharbīnī, Mughnī al-Muḥtāj, Jilid II (Beirut Dar lhyā' al-Turāth
al- 'Arabī, t.th.).h. 279 22 Nawawi, Ar-Raudhah, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah), IV, dikutip oleh Direktotarat
Pemberdayaan Wakaf, Fiqih wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), h. 21.
23
anggran dasar organisasi yang bersangkutan. Wakif badan hukum
dapat melaksanakan wakaf apabila dapat memenuhi ketentuan
badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan
hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.
2) Nazhir
Adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif
untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Tugas nazhir ialah:
a) Melakukan pengadminsitrasian harta benda wakaf
b) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai
dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya
c) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
d) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf
Indonesia (BWI)
Dalam pelaksanaan tugasnya nazhir dapat menerima imbalan dari
hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
yang besarnya tidak melebihi 10%. Nazhir pun memperoleh pembinaan
dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.
3) Harta benda wakaf
Merupakan harta benda yang memiliki daya tahan lama
dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi
menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Harta benda wakaf
terbagi atas benda tidak bergerak dan benda bergerak.
a) Benda tidak bergerak
Hak atas tanah yang berlaku baik yang sudah maupun
yang belum terdaftar, bangunan atau bagian bangunan,
tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah, hak
milik atas seluruh rumah susun sesuai dengan ketentuan
24
peraturan perundang-undangan yang berlaku, benda tidak
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan lain.
b) Benda bergerak
Ialah harta benda yang tidak bisa habis karena
dikonsumi diantaranya: uang, logam muliah, surat berharga,
kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, serta
benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Ikrar wakaf’
Adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara
lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta
benda miliknya. Pelaksanaan ikrar wakaf yaitu wakif menyatakan
kehendaknya kepada Nazhir dihadapan PPAIW dengan disaksikan
oleh 2 orang saksi baik melalui lisan maupun tulisan yang
selanjutnya akan dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) suatu pejabat yang
berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar
wakaf. Untuk dapat melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau
kuasanya menyerahkan surat dan/atau bukti kepemilikan atas harta
benda wakaf kepada PPAIW.
5) Peruntukan harta benda wakaf
Hal ini diperuntukan untuk mencapai tujuan dan fungsi dari
wakaf itu sendiri, dijelaskaan dalam Pasal 22 Undang Undang
Nomor 41 Tahun 2004 wakaf hanya dapat diperuntukan bagi:
a) Sarana dan kegiatan ibadah
b) Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan
c) Bantuan kepada fakir miskin anak terlantar, yatim piatu, bea
siswa
d) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan./atau
25
e) Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-
undangan.
6) Jangka waktu wakaf
Merujuk pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf (“Undang-Undang Wakaf”), wakaf
diartikan sebagai perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
d. Macam Macam Wakaf
Ditinjau dari segi peruntukannya kepada siapa saja wakaf itu
diserahkan, maka wakaf terbagi menjadi 2 macam yaitu:
1) Wakaf ahli
Merupakan wakaf yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Dapat
juga disebut sebagai wakaf Dzurri, atau wakaf ‘alal aulad adalah
wakaf yang peruntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam
lingkungan keluarga (famili), lingkungan kerabat sendiri.23
2) Wakaf khairi
Yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
atau kemasyarakatan (kebajikan umum). Dalam hal misalnya
pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti
asuhan, anak yatim dan lain sebagainya. Wakaf ini diorientasikan
untuk kepentingan umum dengan tidak terbatas penggunaannya
23 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009), h. 461.
26
yang mencakup semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan
umat manusia.
Dalam tinjauannya wakaf jenis ini memiliki banyak
manfaat dibandingkan wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihak-
pihak yang ingin mengambil manfaat, wakaf khairi ini
sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri
secara umum. 24
Indonesia sendiri wakaf cukup mendapatkan perhatian
dengan diterbitkannya Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006.
Mengulas kebelakang adanya kelebihan dan kekurangan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan
tanah milik beserta peraturan pelaksanaannya dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI) melalui Inpres Nomor 1 Tahun 1991.
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 154 Tahun 1991 yang
pernah dijadikan rujukan pengelolaan wakaf. Dikeluarkannya
berbagai aturan -aturan sebagai usaha awal pembaharuan hukum
nasional dalam lingkup perwakafan sehingga yang saat ini menjadi
pusat rujukan, dengan hadirnya Undang Undang Nomor 41 Tahun
2004 tentang wakaf.
Penerbitan peraturan mengenai wakaf pada awalnya dipicu
oleh bergulirnya wacana wakaf tunai yang digagas oleh Prof. M.A.
Mannan, wakaf tunai sebagai instrumen financial, keuangan sosial
dan perbankan sosial. Sehingga diterbitkannya Fatwa Majelis
Ulama Indonesia yang mengatur mengenai wakaf uang, yang
dihukumi boleh dilaksanakan. Dapat terlihat jika perkembangan
wakaf di Indonesia sangat perlu untuk diperhatikan karena
24 Choirun Nissa, “Sejarah, Dasar Hukum dan Macam-Macam Wakaf”, Tazkiya Jurnal
Keislaman, Kemasyarakatan & kebudayaan, vol 18 No. 2, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
2017, h. 217.
27
memang dampak dari keberlakuan wakaf dapat memberikan suatu
hal yang produktif dan untuk kepada kesejahteraan umat.
B. Kerangka Konseptual
Agar tidak terdapat kekeliruan dalam memahami istilah-istilah kunci
dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan definisi-definisi sebagai
berikut:
1. Wakaf Saham
Yang dimaksud disini adalah wakaf yang objeknya saham atau
keuntungan investasi saham, yang mana saham ini akan dikelola oleh
Nazhir Badan Wakaf Indonesia yang kemodian akan disalurkan untuk
kemaslahatan umat.
2. Perusahaan De-Listing
Mengenai pengertian De-Listing harus dipahami dari Listing
dalam pasar modal, listing pada pasar modal adalah pencatatan, yaitu
pencatatan perusahan yang menjadi go public. Dengan kata lain
perusahaan yang sebelumnya adalah perusahaan tertutup (private) menjadi
perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada pun
Perusahaan De-Listing adalah perusahaan yang tidak ada dalam daftar
Bursa Efek Indonesia atau berniat untuk didaftarkan menjadi untuk
perushaan terbuka.
3. Hukum Indonesia
Adalah cara pandang hukum yang berlaku di Indonesia sebagai
bahan untuk menganalisis permasalahan penelitian.
C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap literatur-literatur terkait dengan
penelitian terdahulu tentang wakaf saham, maka peneliti dapat menginventarisir
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan tema penelitian ini, yaitu
sebagati berikut:
28
1. Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang” oleh Latif Ali Romadhoni Program
Studi Muamalat Fakultass Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tahun 2015. Penelitian mencari bagaimana
kedudukan hukum wakaf uang menurut Syari’ah Islam dan bagaimana
istinbat hukum yang digunakan oleh Majelsi Ulama Indonesia dalam
menetapkan hukum wakaf uang yang menghasilkan penelitian
bahwasannya hukum wakaf uang diperbolehkan melalui peninjauan
aspek-aspek hukum Islam, didasari karena unsur memiliki manfaat meski
secara fisik zatnya lenyap, tetapi nilai uangnya yang diwakafkantetap
terpelihara kekekalannya serta metodologi istinbat hukum yang digunakan
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam pengambilan keputusan
fatwa didassarkan pada al-Qur’an, sunnah, dan ijma’ dan qiyas, akan tetapi
Komisis Fatwa Majelsi Ulama Indonesia tidak konsisten dalam
menerapkan metode istinbat hukum tersebut. Hal ini terlihat pada fatwa
wakaf uang tidak dicantumkan qiyas dan kaidah-kaidah usul fiqh sebagai
pertimbangan penetapan hukum.
Perbedaan dengan penelitian ini, penulis menggunakan fatwa
wakaf uang sebagai landasan hukum guna menggali proses wakaf saham
yang terjadi pada PT Phillip Sekuritas Indonesia.
2. Jurnal yang berjudul “Wakaf Saham dalam Perspektif Hukum Islam” oleh
Siti Hanna dalam Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 3, No. 1, tahun 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali legitimasi syariah wakaf saham
dan ketepatan tujuan pentasyrian wakaf dalam Islam. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa, saham hukumnya mubah untuk dijadikan
sebagai objek wakaf, walaupun tidak ada dalil-dalil nash yang secara
langsung mengatur kebolehan wakaf saham. Saham dihukumi sebagai
harta berharga yang memiliki nilai manfaat, sehingga diperbolehkan untuk
dijadikan sebagai objek wakaf. Transaksi pemindah tanganan saham
dikatakan boleh juga dilakukan, asal tetap menjaga nilai wakaf.
29
Perbedaan antara penelitian pada artikel tersebut dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan, yakni artikel tersebut hanya membahas tentang
kebolehan wakaf saham berdasarkan perspektif hukum Islam dengan cara
menggali fakta-fakta sejarah dan dalil-dalin nash sebagai dasar kebolehan
dari wakaf saham. Sementara peneliti, akan membahas penelitian tersebut
lebih lanjut, terutama dalam hal apabila saham yang telah dijadikan
sebagai objek wakaf dalam suatu waktu tidak memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan untuk masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES).
Kemudian, peneliti juga akan membahas tentang panduan dalam
mengelola potensi kerugian dari berinvestasi saham yang dijadikan asset
wakaf produktif dalam perspektif hukum positif dan syariah.
3. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah pada
Pelaksanaan Wakaf Saham di PT MNC Sekuritas Bandung” oleh Frida
Yustika Rahmat, Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalat) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, Tahun 2020. Hasil dari penelitian ini mendapati bahwa
mekanisme pelaksanaan wakaf saham di MNC Sekuritas pada dasarnya
adalah sama seperti wakaf pada umumnya, yang pelaksanaannya sangat
mudah dan efisien. Pelaksanaan wakaf saham di MNC Sekuritas Bandung
secara keseluruhan telah sesuai dengan perspektif Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 40 Tahun 2000
Karena dalam hal harta wakaf yang diwakafkan telah sesuai dengan syariat
Islam yakni saham syariah yang telah masuk ke dalam Daftar Efek
Syariah.
Yang menjadi perbedaan penelitian di atas dengan penulis punya
terkait mitigasi risiko wakaf saham yang keluar dari daftar efek syariah,
serta lapangan penelitian yang berbeda dimana penulis melakukan
peelitian pada PT Phillip Sekuritas.
4. Jurnal yang berjudul “Model Penerapan dan Potensi Wakaf Saham di
Indonesia” oleh Indah Yuliana dan Surya Perdana Hadi dalam Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 5, No. 2, tahun 2019. Hasil
30
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua model wakaf saham yang
dapat dilakukan. Model pertama menggunakan keuntungan investasi
saham sebagai objek wakaf investor saham yang terdaftar dalam Syariah
Online Trading System (SOTS). Model kedua menggunakan saham yang
terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) sebagai objek wakaf. Penelitian
tersebut juga menemukan bahwa potensi wakaf saham di Indonesia sangat
besar dengan didasari dua indikator, yakni besarnya jumlah muslim di
Indonesia dan peningkatan signifikan pada jumlah investor saham syariah.
Peneliti mencoba melanjutkan penelitian di atas terutama dalam
penggunaan model wakaf saham yang menjadikan saham dari Daftar Efek
Syariah (DES) sebagai objek wakaf apabila suatu waktu keluar dari DES.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM WAKAF SAHAM DI PT PHILLIP SEKURITAS
INDONESIA
A. Gambaran Singkat PT Phillip Sekuritas Indonesia
1. Sejarah Berdirinya PT Phillip Sekuritas Indonesia
Sejak 1975, Phillip Capital telah berkembang sebagai lembaga
keuangan Asia yang terintegrasi dan secara umum menawarkan berbagai
layanan yang berkualitas dan inovatif untuk pelanggan ritel, korporasi dan
institusi. Kehadiran Phillip Capital Group di Indonesia ditandai dengan
dimilikinya saham mayoritas PT Phillindo Santana Perkasa oleh Phillip
Brokerage Pte Ltd pada tahun 1994. 1
Di tahun 2003, PT Phillindo Santana Perkasa resmi berganti nama
menjadi PT Phillip Securities Indonesia dan terus menciptakan berbagi
inovasi hingga kini menjadi salah satu perusahaan sekuritas dengan
kepercayaan dan layanan terbaik di Indonesia. Sejarah berdirinya Phillip
Sekuritasi Indo dari masa ke masa dapat di jabarkan melalui tabel berikut
ini. 2
2. Fungsi dan Kebijakan Manajemen Resiko
Menetapkan arahan, kebijakan dan strategi manajemen risiko pada
level Perseroan (firm-wide) dan pada level Divisi atau Bagian, sebagai
berikut:
a. Menetapkan toleransi risiko Perseroan dan mengalokasikannya ke
masing – masing divisi / business unit.
b. Menetapkan kebijakan mengenai batasan – batasan bertransaksi dengan
pihak ketiga serta batasan pengelolaan investasi untuk dana Perseroan
maupun untuk dana pihak ketiga/ nasabah.
1 https://www.phillip.co.id/TentangKami/Profil, diakses pada Kamis, 10 Juni 2021 pada
pukul 18.21 WIB. 2 Data Company Profile PT. Phillip Sekuritas Indonesia, h. 3.
32
c. Menetapkan sistem manajemen risiko yang akan digunakan dalam
pengelolaan risiko usaha Perseroan.
d. Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan manajemen
risiko pada level Perseroan dan pada level Divisi atau Bagian.
e. Menetapkan system pengendalian risiko yang menyeluruh dan
terintegrasi.
f. Menetapkan kebijakan mengenai penetapan kewenangan dalam
melakukan transaksi dengan pihak ketiga.
3. Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun
sekali) arahan, kebijakan dan strategi manajemen risiko pada level
Perseroan (firm-wide) dan pada level Divisi atau Bagian
b. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun
sekali) toleransi risiko Perseroan dan mengalokasikannya ke masing –
masing divisi/ business unit
c. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun
sekali) kebijakan mengenai batasan – batasan bertransaksi dengan pihak
ketiga serta batasan pengeloalaan investasi untuk dana Perseroan
maupun untuk dana pihak ketiga/ nasabah
d. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun
sekali) system manajemen risiko, termasuk metodologi dan model yang
akan digunakan dalam pengololaan risiko usaha Perseroan
e. Memantau dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali)
standard operating procedure (SOP) dari masing – masing bagian
berkoordinasi dengan unit terkait
f. Melakukan pemantauan dan penilaian secara periodic (minimal 3 bulan
sekali) terhadap pelaksanaan manajemen risiko pada level Perseroan dan
pada level Divisi atau Bagian
33
g. Memberikan masukan, atau jika diperlukan peringatan, kepada divisi/
bagian jika ditemui indikasi penyimpangan terhadap arahan, kebijakan
dan strategi manajemen risiko yang telah ditetapkan sebelumnya
h. Menetapkan dan meninjau ulang (minimal 1 tahun sekali) risk-based
performance appraisal system yang dikaitkan dengan pengelolaan
risiko masing – masing divisi/ bagian
i. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun
sekali) system pengendalian risiko yang menyeluruh dan terintegrasi
j. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun
sekali) kebijakan mengenai penetapan kewenangan dalam melakukan
transaksi dengan pihak ketiga
k. Merubah arahan, kebijakan atau strategi manajemen risiko dalam
kondisi tertentu secara ad hoc bilamana diperlukan untuk kepentingan
Perseroan
l. Melakukan rapat Komite secara periodic (minimal 3 bulan sekali)
terutama untuk memantau dan menilai pelaksanaan manajemen risiko
baik pada level Perseroan maupun pada level divisi/ bagian
m. Mengadministrasikan keputusan – keputusan dan laporan/ surat Komite
secara baik dan tertib.
Pemimpin Divisi/ Pemimpin Bagian dapat menunjuk bawahany
B. Pengertian Wakaf Tunai
Wakaf tunai merupakan wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.3 Wakaf tunai
atau yang sering kita kenal dengan istilah cash waqf masuk kedalam kategori
wakaf benda bergerak dimana objek wakaf tersebut adalah uang tunai. Hukum
Wakaf tunai sendiri sudah menjadi perhatian para fuqaha’ (juris Islam). Wakaf
tunai pertama kali diaplikasikan saat era Utsmani di Mesir, di akhir abad ke-16
3 Kementrian Agama RI, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktotarat Jendral
Bimbimbingan Masyarkat Islam dan Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 1.
34
(1555-1823 M). Pada masa Utsmani di Mesir, berkembang pemakaian fiqih
Hanafi dalam menjalankan aktifitas bisnis dan sosialnya. Imam Muhammad
asy-Syaibani menjelaskan bahwa sekalipun tidak ada dukungan hadis yang
kuat, penggunaan harta bergerak sebagai wakaf dibolehkan, jika memang hal
itu sudah menjadi kebiasaan umum pada daerah tertentu.
C. Wakaf Saham
Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, terdiri
atas benda tidak bergerak dan benda bergerak. Dalam peraturan
pelaksanaannya, terdapat pembagian jenis benda bergerak, yaitu benda
bergerak selain uang dan benda bergerak berupa uang.4 Selanjutnya dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyebutkan benda
digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah atau
dipindahkan maupun karena ketetapan Undang-Undang. Benda bergerak
terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang tidak dapat
dihabiskan karena pemakaian. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena
pemakaian tidak dapat diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang
persediaannya berkelanjutan. Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan
karena pemakaian dapat diwakafkan dengan memperhatikan ketentuan prinsip
syariah.5
Wakaf saham merupakan kegiatan menyumbangkan sebagian saham
berkategori syariah yang investor miliki, untuk dikelola oleh Nazhir yang
tepercaya. Keuntungan dari saham-saham ini nantinya akan disalurkan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan. Tentunya melalui wakaf saham ini, investor
dapat mengumpulkan bekal amal akhirat serta membantu sesama yang
membutuhkan.6
4 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 5 Pasal 19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 6 https://www.poems.co.id/htm/Freeducation/LPNewsletter/v84/vol84_
wakafsahamadalah.html, diakses pada tanggal 8 Agustus 2021, Pukul 01.45.
35
1. Saham Syariah
Perkataan saham berasal dari bahasa Arab sahm atau sahmun, yang
bermakna bagian. Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang
dalam sebuah perusahaan. Saham berwujud selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Saham juga diartikan sebagai salah
satu produk keuangan yang merupakan bukti kepemilikan suatu entitas,
juga salah satu jenis surat berharga yang dapat diperjualbelikan di pasar
modal.7
Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah, efek berupa saham termasuk Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah dan Waran Syariah,
emiten harus menyatakan bahwa kegiatan usahanya tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. Adapun kegiatan usaha dari emiten saham
syariah harus terbebas dari unsur riba’, gharar, maysir, tadlis, ihtikar,
riswah, dan sebagainya, serta barang atau jasa produk emiten saham
syariah tidak boleh haram zatnya (haram li-dzatihi) dan haram buka
karena zatnya (haram lighairihi).
Emiten saham syariah juga harus memenuhi ketentuan rasio-rasio
keuangan sebagai berikut:
a. Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak
lebih dari 45% (empat puluh lima per seratus); atau
b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratur),
Saham yang memenuhi kriteria di atas, kemudian dimuat dalam
Daftar Efek Syariah (DES) yang akan diterbitkan secara periodik 2 (dua)
7 G. Havita dan G. Hakim, “Wakaf Saham Ditinjau dari Hukum Islam dan Peraturan
Perundang-Undangan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf”,
Jurnal Syarikah, Vol. 3, No. 1, (Juni 2017), h. 360
36
kali setiap tahun oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Efek berupa saham
dapat tetap berada dalam DES sepanjang termasuk efek syariah yang
ditetapkan oleh regulator dan/atau penyedia indeks di luar negeri yang
menggunakan kriteria kegiatan usaha dan rasio keuangan yang paling
kurang terdiri dari rasio terkait utang dan/atau utang berbasis bunga dan
rasio terkait pendapatan non halal.
2. Objek Wakaf Saham
Wakaf saham dapat dilakukan dengan dua model, yaitu: 1) objek
wakaf yang berupa saham syariah; dan 2) objek wakaf yang berupa
keuntungan investasi dari saham syariah. Objek wakaf yang berupa saham
terdiri dari saham syariah perseroan terbatas terbuka (tercatat di BEI)
maupun tertutup (tidak tercatat di BEI). Saham syariah yang tercatat di
BEI harus masuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).8
3. Rukun dan Syarat Wakaf dan Penerapannya dalam Wakaf Saham
Kesesuaian rukun dan syarat wakaf pada kitab fiqh klasik dengan
penerapannya pada wakaf saham.
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya.
Rukun wakaf ada empat (4), yaitu :
a. Wakif (orang yang mewakafkan harta);
b. Mauquf bih (barang atau benda yang diwakafkan);
c. Mauquf ‘Alaih (pihak yang diberi wakaf/peruntukan wakaf);
d. Shighat (pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagian harta bendanya).9
Para Ulama berbeda pendapat dalam menentukan rukun wakaf.
Perbedaan tersebut merupakan implikasi dari perbedaan mereka
memandang substansi wakaf. Jika pengikut Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah
dan Hanabilah memandang bahwa rukun wakaf terdiri dari waqif, mauquf
alaih, mauquf bih dan sighat, maka hal ini berbeda dengan pandangan
8 Indonesia Stock Exchange, “Wakaf Saham di Pasar Modal Syariah,” Makalah Webinar
Rumusan Aturan Wakaf Saham sebagai Instrumen Wakaf Produktif, 8 Agustus 2020, h. 19. 9 Nawawi, Ar-Raudhah, (Bairut : Dar al-Kutub al-Ilmiah), IV, dikutip oleh Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006, h, 21.
37
pengikut Hanafi yang mengungkapkan bahwa rukun wakaf hanyalah
sebatas sighat (lafal) yang menunjukkan makna/ substansi wakaf.10
Dalam bukunya Junaya S. Praja dan Mukhlisin Muzarie yang
berjudul. Pranata Ekonomi Islam Wakaf, bahwa rukun wakaf itu adalah
pewakaf (waqif), harta yang diwakafkan (mauquf bih), penerima wakaf
(mauquf ‘alaih), pernyataan atau ikrar wakaf (shighat), dan pengelola
(nazhir, qayim, mutawali) baik berupa lembaga atau perorangan yang
bertangguang jawab untuk mengelola dan mengembangkan serta
menyalurkan hasil-hasil wakaf sesuai dengan peruntukannya.11
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf yaitu Pasal 6 menyatakan bahwa wakaf dilaksanakan dengan
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Wakif;
b. Nazhir;
c. Harta benda wakaf;
d. Ikrar wakaf;
e. Peruntukan harta benda wakaf;
f. Jangka waktu wakaf
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan
wakaf dapat dinyatakan sah apabila memenuhi rukun-rukun tersebut, wakif,
nazhir, harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf,
jangka waktu wakaf. Hal tersebut merupakan titik temu antara hukum
positif yakni Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dengan
fiqh klasik. Wakaf dengan harta benda wakaf
Selanjutnya syarat-syarat yang harus dipenuhi dari rukun wakaf
yang telah disebutkan adalah waqif (orang yang mewakafkan)
Pada hakikatnya amalan wakaf adalah tindakan tabbaru’
(mendermakan harta benda), karena itu syarat seorang wakif cakap
10 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Depok: IIMan Press, 2004), h.
83. 11 Juhaya S. Pradja dan Mukhlisin Muzarie, Pranata Ekonomi Islam Wakaf, (Yogyakarta:
Dinamika, 2009), h. 58.
38
melakukan tindakan tabarru’.12 Artinya, sehat akalnya, dalam keadaan
sadar, tidak dalam keadaan terpaksa/ dipaksa, dan telah mencapai umur
baligh. Dan wakif adalah benar-benar pemilik harta yang diwakafkan. Oleh
karena itu wakaf orang yang gila, anak-anak, dan orang yang
terpaksa/dipaksa, tidak sah.
Menurut Abdul Halim dalam buku Hukum Perwakafan di Indonesia
mengatakan ada beberapa syarat bagi waqif, yaitu :
a. Wakaf harus orang yang merdeka;
b. Baligh;
c. Berakal;
d. Cerdas.
Jalaluddin al-Mahally menambahkan, wakif bebas berkuasa atas
haknya serta dapat menguasai atas benda yang akan diwakafkan, baik itu
orang atau badan hukum. Wakif menurut al-Mahally mesti orang yang
“shihhatu ibarah dan ahliyatut-tabarru”, wakif harus cakap hukum dalam
bertindak. Jadi tidak bisa wakif itu orang yang berada dalam pengampuan,
anak kecil dan harus memenuhi syarat umum sebagaimana dalam hal
mu’amalah (tabarru’). Wakaf menjadi sah, apabila wakif telah dewasa,
sehat pikirannya (akalnya) dan atas kemauannya sendiri, tidak ada unsur
keterpaksaan atau unsur lainnya, serta si wakif memiliki benda itu secara
utuh.13
Sedangkan dalam KHI Pasal 217 ayat 1 bahwa :
Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang
telah dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak terhalang untuk
melakukan perbuatan hukum, atas kehendak sendiri dapat mewakafkan
benda miliknya dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
12Muhammad Rawas Qal’ah, Mausuah Fiqh ‘Umar ibn al-Khattab, (Beirut : Dar al-Nafais,
1409H/1989M), dikutip oleh Ahmad Rofiq, op, cit, , h. 493 13Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 9.
39
Dalam Pasal 7 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, bahwa
Waqif meliputi :
a. Perseorangan;
b. Organisasi;
c. Badan Hukum.
Sedangkan dalam Pasal 8 UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf,
bahwa :
a. Perseorangan adalah apabila memenuhi persyaratan dewasa, berakal
sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, pemilik sah harta
benda wakaf;
b. Organisasi adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan
anggaran saran organisasi yang bersangkutan;
c. Badan hukum adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan
anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan;
Dalam PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun
2004 tentang wakaf Pasal 1 ayat 2 Wakif adalah pihak yang mewakafkan
harta benda miliknya.
D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Saham
Wakaf saham dilaksanakan dengan jangka waktu abadi. Satuan objek
wakaf saham syariah dihitung berdasarkan lot saham dan nilai rupiahnya. Nilai
saham syariah sebagai objek wakaf mengacu pada nilai rupiah nominal saham
pada saat ikrar wakaf dengan menggunakan harga saham di akhir hari bursa
sebelumnya sebagai dasar perhitungan.
Mekanisme dari wakaf saham yaitu investor melakukan transaksi wakaf
saham dengan perusahaan sekuritas. Perusahaan sekuritas kemudian
mentransfer saham ke rekening efek nazhir untuk dikelola. Perlu diingat bahwa
saham yang boleh diwakafkan untuk wakaf saham ini adalah saham syariah.
40
Saham syariah yang akan diwakafkan tadi disetor atau diserahkan ke
lembaga pengelola investasi. Selanjutnya, keuntungan yang berasal dari
pengelolaan saham syariah oleh pengelola investasi akan disetor ke lembaga
pengelola wakaf. Pemanfaatan wakaf saham yang akan digunakan adalah hasil
dividen atau pembagian laba dari pemegang saham.14
Dalam hal ini lebih jelas digambarkan melalui skema yang ada di bawah
ini.
Gambar 3.1
Skema Wakaf Saham
E. Regulasi Terkait Wakaf Saham
Adapun regulasi terkait wakaf saham antara lain:
a. Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004
Undang-Undang ini mengatur tentang segala macam regulasi
tentang pengertian wakaf, nazhir, harga benda wakaf, ikrar wakaf,
peruntukan harta benda wakaf, serta jangka waktu wakaf.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 tentang wakaf.
PP ini dibuat untuk meningkatkan pengamanan, efektivitas,
efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan harta benda perundang-undangan
14 Data Company Profile PT. Phillip Sekuritas Indonesia, h. 26.
41
yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
c. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 73 Tahun 2013 tentang tata cara
perwakafan benda tidak bergerak dan benda bergerak selain uang.
d. Fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia Nomor 40/DSN-MUI/X/2003
tentang penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal.
42
BAB IV
ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN DAN PENGAWASAN WAKAF
SAHAM DI PT PHILIP SEKURITAS
A. Pertanggung Jawaban Pengelola Wakaf (Nazhir) Apabila Portofolio
Wakaf Saham De-listing dan Mengalami Kerugian di PT Philip Sekuritas
Indonesia
1. Pertanggung Jawaban Pengelolaan Wakaf (Nazhir) di PT Philip
Sekuritas Indonesia
Dalam mengelola wakaf saham PT. Philip Sekuritas Indonesia
bekerjasama dengan Dhompet Duafa selaku Nazhir. Yang mana dalam
pengelolaan tesebut sudah diatur dalam Undang-Undang, Dompet Dhuafa
juga telah memenuhi kriteria nazhir profesional sebagaimana yang
dirumuskan oleh BWI. Asas profesionalitas moral diterapkan dengan shiddiq,
amanah, tablig, dan fathanah. Selain itu, juga telah diterapkan asas
profesionalitas manajemen yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
kewajaran, dan independensi.
Undang-undang wakaf mengatur bahwa nazhir memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi dan peruntukannya;
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; dan
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI.1
Pengertian dari melakukan pengadministrasian adalah PPAIW
(Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) atas nama nazhir mendaftarkan harta
benda wakaf kepada instansi yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.2
1 Pasal 11 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 2 Pasal 32 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
43
Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai tujuan,
fungsi, dan peruntukannya maksudnya nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukan yang
tercantum dalam AIW (Akta Ikrar Wakaf). Nazhir dapat bekerja sama dengan
pihak lain dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.3
Pengelolaan dan pengembangannya harus dilakukan secara produktif seperti
investasi, produksi, kemitraan, perdagangan, pembangunan gedung, pasar
swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan
usaha lain yang tidak bertentangan dengan syariah.4
Adapun maksud dari mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
adalah nazhir harus melaksanakan tertib hukum dan administrasi wakaf.
Wakaf yang diserahkan wajib dicatat dan dituangkan dalam AIW, didaftarkan
dan diumumkan sesuai peraturan perundang-undangan serta harus
dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar harta benda wakaf aman dari campur
tangan pihak ketiga yang merugikan kepentingan wakaf. Selain itu juga perlu
meningkatkan kemampuan profesional nazhir agar saham yang dikelolanya
dapat berkembang.5
Kemudian arti dari yang dimaksud dengan melaporkan pelaksanaan
tugas kepada BWI yakni nazhir wajib menyampaikan laporan pengelolaan
wakaf saham kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan BWI
setiap enam bulan sekali. Dalam laporan tersebut disertai pelaksanaan
pengelolaan, pengembangan, dan penggunaan hasil pengelolaan.6 Sehingga
BWI dalam menjalankan tugasnya dapat mengawasi dan mengevaluasi
laporan dari nazhir untuk selanjutnya dibahas saat pembinaan oleh Menteri
Agama dan BWI. Undang-undang wakaf menyebutkan nazhir memperoleh
pembinaan apabila terdaftar pada menteri dan BWI.
3 Pasal 45 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf 4 Pasal 43 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf 5 Penjelasan Umum atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf. 6 Pasal 28 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang
44
Kemudian jika nazhir telah melaksanakan tugasnya sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas, nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih
atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak
melebihi 10% (sepuluh persen). 7
2. Pertanggung Jawaban Nazhir Terhadap Kerugian Investasi wakaf
Saham Menurut Hukum Positif
Para ulama mazhab sepakat bahwa terhadap pengelola harta wakaf
yang ditunjuk olehpara pewakaf atau hakim boleh mengangkat siapa saja
yang dia kehendaki untuk mengusahakan kemaslahatan dari barang yang
diwakafkan.8 Sebagai pengelola wakaf, nazhir bertanggung jawab penuh
terhadap pemeliharaan harta wakaf. Nazhir adalah seorang figur penting yang
menentukan berkembang atau tidaknya harta wakaf.9
Sesuai dengan Undang-Undang Wakaf No. 41 tahun 2004, seorang
nazhir, baik perorangan, organisasi atau badan hukum memiliki beberapa
tugas sebagai berikut:
a. Melakukan pengadminstrasian harta benda wakaf
b. Menjaga, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, sesuai
dengan tujuan, fungi peruntukannya.
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
d.Melaporkan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka menumbuhkan
Kembangan harta wakaf dimaksud. Pada intinya, baik nazhir
perseorangan, organisas ataupun badan hukum memiliki kewajiban yang
sama, yaitu memegang amant untuk memelihara, mengurus dan
menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuannya.
Menurut Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi menyatakan nazhir
berkewajiban melaksanakan dan mengikuti syarat-syarat dari wakif yang
7 Pasal 12 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf 8 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritam, 1990). 9Adijani Al- Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori Dan Praktek, (Raja
Grafindo Persada: Jakarta, 2002), h. 38.
45
diakui secara hukum atau syarat tertulis saat serah terima dan tidak boleh
melanggar kecuali jika ada faktor lain yang memperbolehkannya. Kemudian
nazhir berkewajiban untuk membela mempertahankan kepentingan harta
wakaf jika terjadi suatu sengketa.10 Dalam usaha mengembangkan harta
wakaf itu, agar produktif, menurut ulama mazhab Hanafi, nazhir demikian
kata mazhab Hanafi berhak menerima upah yang wajar.11
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas sebagai nazhir yang begitu
berat, maka seorang nazhir hendaknya memiliki kemampuan, diantaranya:
a. Kemampuan atau keahlian teknis, misalnya mengoperasikan komputer,
mendesain ruangan dan lainnya.
b. Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat, khususnya
kepada pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan wakaf.
c. Keahlian konseptual dalam rangka memegang dan memproduktif harta
wakaf.
d. Tegas dalam mengambil keputusan, setelah dimusyawarahkan dan
dipikir secara matang
e. Keahlian dalam mengelola waktu, dan
f. Termasuk didalamnya memiliki energi maksimal, berani mengambil
resiko, antusias, dan percaya diri.
Nazhir sebagai manager harta wakaf, juga berhak mempekerjakan
seseorang atau lebih dalam rangka menjaga, memelihara, dan
menumbuhkembangkan harta wakaf. Nazhir juga memiliki kewajiban untuk
membagi hasil dari harta wakaf tersebut kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan peruntukannya. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa
harta wakaf boleh disewakan dan hasilnya diperuntukkan bagi kemaslahatan
umat.
10 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Ahkam Al-Waqf Fi Al-Syariah Al-Islamiyah
Terjemahan AhlulSani Fatkhurrahman, Et Al. Hukum Wakaf, (Jakarta: Dompet Dhuafa dan Imam,
2005), h. 479. 11H. Harun Nasutionm Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1998), h. 1910.
46
Seorang nazhir berhak mendapatkan bagian dari hasil usaha wakaf
produktif yang ia kelola dan kembangkan. Hal ini berdasarkan praktek
sahabat Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abu Thalib. Menurut madzhab Hanafi,
Maliki dan Imam Ahmad nazhir berhak mendapat upah dari hasil isaha harta
wakaf yang telah dikembangkan. Adapun besarnya berbeda satu sama lain
sesuai dengan tanggung jawab dan tugas yang diembankan. Tetap sesuai
dengan ketentuan wakif, jika wakif tidak menetapkan, maka ditetapkan oleh
hakim atau kesepakatan para pengelola/managemen wakaf yang ada.
Sementara madzhab Syafi’i menyatakan bahwa wakif tidak berhak
mendapatkan bagian. Lembaga kenazhiran memiliki peran sentral dalam
pengelolaan harta wakaf secara umum. Oleh karena itu eksistensi dan kualitas
SDM nazhir harus betul-betul diperhatikan. Nazhir (baik perorangan,
organisasi maupun badan hukum) haruslah terdiri dari orang-orang yang
berakhlak mulia, amanah, berkelakuan baik, berpengalaman, menguasai ilmu
administrasi dan keuangan yang dianggap perlu untuk melaksanakan tugas
tugasnya sesuai dengan jenis wakaf dan tujuannya. Secara umum,
pengelolaan wakaf dapat terarah dan terbina secara optimal, apabila
nazhirnya amanah (dapat dipercaya) dan profesional. Karena dua hal ini akan
menentukan apakah lembaga tersebut pada akhirnya bisa dipercaya atau
tidak.
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 menyebutkan, di
dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, nazhir dilarang
melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin
tertulis dari Badan Wakaf Indonesia. Izin sebagaimana hanya dapat diberikan
apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan
peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar wakaf. Untuk itu, nazhir juga
diwajibkan untuk membuat laporan secara berkala mengenai hasil
pengelolaan usaha tersebut.12
12 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
47
Nazhir bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian atau hutang
yang timbul dan bertentangan dengan undang-undang wakaf serta
diberhentikan dan digantikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh nazhir lain karena
pemberhentian dan penggantian nazhir, dilakukan dengan tetap
memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan tujuan
serta fungsi wakaf.
Harta akan dimintai pertanggungjawaban. Maka lakukanlah
tindakan pada harta sesuai yang Allah syariatkan, maka dari itu jika terjadi
kerugian maka dilakukannya Istibdal (mengganti harta yang diwakafkan
dengan yang lain karena ada kemaslahatan atau memang mesti diganti)
apabila terjadi kerugian wakaf dalam hal turunnya nilai saham maka dalam
hal ini nazhir mengganti saham tersebut kepada saham yang lain yang di
nilainya itu berdasarkan tim pengelola investasi saham cenderung naik.
Apabila masalah atau kerugian wakaf saham disebabkan karena
kesalahan dari pihak nazhir, baik karena kesengajaan maupun kelalaian dan
tidak diperhatikannya prinsip kehati-hatian, maka nazhir dapat dimintakan
pertanggungjawaban sesuai dengan tanggungjawab yang didasarkan pada
kesalahan (based on fault). Hal tersebut diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUHPerdata) khususnya terdapat
dalam Pasal 1365, 1366 dan 1367. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru
dapat dimintakan pertanggung-jawaban secara hukum jika ada unsur
kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal
sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan
terpenuhinya empat unsur pokok, yakni:
a. Adanya perbuatan melawan hukum;
b. Adanya unsur kesalahan;
c. Adanya kerugian yang diderita;
48
d. Adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dan kerugian.13
Dengan demikian apabila beberapa ketentuan yang berkaitan dengan
prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan dapat dibuktikan, maka nazhir
diharuskan mengganti kerugian dan mengembalikan dana wakaf tersebut
Sebagaimana dijelaskan pada Bab sebelumnya bahwa saham yang
diperdagangkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) harus melalui proses
screening sebelum dinyatakan sebagai saham syariah. Saham-saham yang
telah melalui proses screening, kemudian dihimpun ke dalam Daftar Efek
Syariah (DES). Pasal 1 poin (8) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
mendefinisikan Daftar Efek Syariah sebagai kumpulan Efek Syariah, yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atau diterbitkan oleh Pihak Penerbit
Daftar Efek Syariah.14
Risiko melekat dalam setiap investasi, termasuk juga saham syariah.
Adapun risiko yang melekat pada investasi saham syariah adalah sebagai
berikut:
a. Capital Loss, yakni ketika investor menjual sahamnya saat kondisi saham
tersebut harga jualnya lebih rendah dibandingkan harga beli;
b. Risiko Likuidasi, yakni ketika perusahaan (emiten) dinyatakan bangkrut
oleh Pengadilan atau dibubarkan;
c. Delisting dari Bursa, yakni ketika saham syariah suatu emiten dihapus
dari pencatatan Saham dari Bursa oleh Bursa Efek Indonesia (BEI);
d. Delisting dari Daftar Efek Syariah (DES), yakni kondisi ketika saham
syariah keluar dari kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Otoritas Jasa
13Siti Nurhayati dan Nurjamil, “Tanggungjawab Nazhir Koperasi Syariah Sebagai LKS
PWU Dalam Pengelolaan Wakaf Uang Melalui Aplikasi Fintech”, Jurnal RES NULLIUS, Vol. 2,
No. 2, (Juli 2020), h. 155 14 Pasal 1 poin (8) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2017 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
49
Keuangan Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah.15
Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu risiko yang melekat pada
investasi saham syariah adalah keluarnya saham dari Daftar Efek Syariah
(DES). Hal ini dikarenakan strategi bisnis emiten terutama dalam pengelolaan
keuangan perusahaan yang dinamis. Maka dari itu, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) melakukan peninjauan ulang terhadap saham-saham yang terdaftar
pada Daftar Efek Syariah (DES) secara berkala setiap tahunnya. Lebih
detailnya dijelaskan pada Pasal 5 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
sebagai berikut:
a. Daftar Efek Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan
secara berkala 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu:
1) penetapan Daftar Efek Syariah pertama dilakukan paling lambat 5
(lima) hari kerja sebelum berakhirnya bulan Mei dan berlaku
efektif pada tanggal 1 Juni; dan
2) penetapan Daftar Efek Syariah kedua dilakukan paling lambat 5
(lima) hari kerja sebelum berakhirnya bulan November dan
berlaku efektif pada tanggal 1 Desember.
b. Daftar Efek Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui situs web Otoritas Jasa Keuangan
dan/atau media massa lainnya.16
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa, pada wakaf saham, yang
menjadi objek wakaf (mauquf bih) adalah saham syariah. Maka dari itu,
dalam pengelolaan saham syariah sebagai portofolio wakaf melekat juga
risiko investasi saham syariah sebagaimana telah dijelaskan di atas. Fokus
peneliti disini adalah risiko keluarnya mauquf bih dari Daftar Efek Syariah
(DES).
15 Schroders, “Saham Syariah”, diakses dari https://www.schroders.com/id/id/investasi-
reksadana/edukasi/tips-dan-artikel/saham-syariah/, pada 20 Juni 2021 pukul 16.03 WIB. 16 Pasal 5 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah.
50
Berdasarkan hasil indepth interview (wawancara mendalam) yang
dilakukan peneliti kepada pihak Philip Sekuritas, menemukan bahwa ketika
terjadi kondisi dimana saham syariah suatu emiten yang dijadikan objek
wakaf (mauquf bih) oleh nazhir dalam hal ini Dompet Dhuafa keluar dari
Daftar Efek Syariah (DES), maka akan dilakukan penggantian (istibdal),
yakni nazhir melakukan penjualan saham syariah tersebut kemudian uang
hasil penjualannya dibelikan saham yang dinyatakan terdaftar pada Daftar
Efek Syariah (DES).17
Risiko yang melekat pada wakaf saham menurut peniliti merupakan
hal yang lumrah, karena dalam mengelola asset produktif pasti melekat risiko.
Hal ini sebagaimana dijelaskan pada kaidah fiqh yang berbunyi:
الغنم بالغرم
Artinya: “Keuntungan itu diberikan karena ada risiko kerugian”
Kaidah al-ghunm bi al-ghurm dalam banyak literatur selalu
bersandingan dengan kaidah al-kharāj bi al-ḍamān. Kaidah al-ghunm bi
al-ghurm maknanya adalah profit muncul bersama risiko atau risiko
itu menyertai manfaat. Maksud dari kaidah al-ghunm bi al-ghurm ialah
bahwa seseorang yang memanfaatkan sesuatu harus menanggung
risiko. Sedangkan menurut ‘Umar Abdullah al-Kamil, makna yang tersirat
dari kaidah ini adalah bahwa barang siapa yang memperoleh manfaat
dari sesuatu yang dimanfaatkannya maka ia harus bertanggung jawab
atas dharār atau ghurm serta ḍamān yang akan terjadi.18
Seperti dijelaskan di atas, mengenai risiko yang melekat pada
pengelolaan asset produktif, tidak hanya dijelaskan dengan kaidah al-ghunm
bi al-ghurm melainkan juga kaidah al-kharaj bi al-dhaman sebagai berikut
yang diriwayatkan dari hadis Aisyah R.A. yang artinya:19
17 Hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan Bapak Zainal Falah, Vice
President POEMS Syariah. 18 Hendri Hermawan Adinugraha, “Penerapan Kaidah al-Ghunm bi al-Ghurm dalam
Pembiayaan Mushārakah pada Perbankan Syariah Economica: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 8, No.
1, (2017), h. 84. 19 Hendri Hermawan Adinugraha, “Penerapan Kaidah al-Ghunm bi al-Ghurm…, h. 85
51
“Dari Aisyah bahwa seorang laki-laki membeli seorang budak
kemudian budak tersebut tinggal bersamanya selama yang Allah
kehendaki. Kemudian si pembeli mendapatkan cacat pada budak
tersebut dan melaporkan kepada Nabi saw. Maka Nabi
mengembalikan budak itu kepada laki-laki yang menjual.Lalu laki-
laki ituberkata, “Wahai Rasulullah,ia (pembeli) telah
mempekerjakan (mengambil manfaat) dari budakku”. Rasulullah saw.
bersabda, “Hak mendapatkan hasil itu disebabkan oleh keharusan
menanggung kerugian”.(HR. Abu Dawud)
Mengenai istibdal yang dilakukan oleh nazhir ketika terjadi risiko
mauquf bih keluar dari Daftar Efek Syariah (DES) dijelaskan lebih lanjut oleh
oleh pihak Philip Sekuritas Syariah pada kutipan wawancara sebagai berikut:
“Saham wajib ditukarkan maksimal 10 (sepuluh) hari kerja, mengikuti
ketentuan tentang Reksadana Syariah. Kalau di Reksadana Syariah seperti itu
kalau ada saham-saham yang keluar dari DES maka wajib ditukar atau
dibelikan ke saham yang lain yang berkategori syariah dikenal dengan istilah
cleansing. Dimana selama 10 (sepuluh) hari saat setelah ditetentukan oleh
DES, bahwa saham tersebut keluar dari DES.”20
Mauquf bih yang dapat keluar dari Daftar Efek Syariah (DES) apabila
tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan pada poin (2) Lampiran
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor: KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah jo. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
135/DSN-MUI/V/2020 tentang Saham sebagai berikut:
a. Efek berupa saham termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) syariah dan Waran syariah yang diterbitkan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara
20 Hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan Bapak Zainal Falah, Vice
President POEMS Syariah.
52
pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah
sebagaimana tertuang dalam anggaran dasar;
b. Efek berupa saham termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) syariah dan Waran syariah yang diterbitkan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta
cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah,
sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut:
1) tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
a) perjudian dan permainan yang tergolong judi;
b) perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
c) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa;
2) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
a) jasa keuangan ribawi, antara lain:
b) bank berbasis bunga;
3) perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
a) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional;
b) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan,
dan/atau menyediakan antara lain:
c) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
d) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram
lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;
e) memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
(1) total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan
total asset tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per
seratus); atau
(2) total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha
(revenue) dan
53
(3) pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per
seratus);21
Berdasarkan pernyataan pihak Philip Sekuritas Syariah di atas dapat
peneliti interpretasikan bahwa dalam kondisi terjadi risiko keluarnya mauquf
bih dari Daftar Efek Syariah (DES), nazhir harus melakukan istibdal
mengikuti ketentuan sebagaimana di atur pada Pasal 57 Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2019 tentang Penerbitan dan Persyaratan
Reksa Dana Syariah. Mengapa harus menyadur POJK tersebut? Hal itu
dikarenakan belum ada aturan khusus mengenai Wakaf Saham. Adapun bunyi
dari Pasal 57 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2019
tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksa Dana Syariah adalah sebagai
berikut:
Dalam hal Reksa Dana Syariah memiliki Efek dan/atau instrumen
pasar uang selain Efek dan/atau instrumen pasar uang syariah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf f dan Pasal 14 ayat (2) huruf g, yang
bukan disebabkan oleh tindakan Manajer Investasi dan Bank Kustodian,
Manajer Investasi wajib menjual secepat mungkin paling lambat 10 (sepuluh)
hari kerja sejak:
a. Saham tidak lagi tercantum dalam Daftar Efek Syariah dengan ketentuan
selisih lebih harga jual dari nilai pasar wajar pada saat masih tercantum
dalam Daftar Efek Syariah dapat diperhitungkan dalam nilai aktiva
bersih Reksa Dana Syariah; dan/atau
b. Efek selain saham dan/atau instrumen pasar uang tidak memenuhi
Prinsip Syariah di Pasar Modal, dengan ketentuan selisih lebih harga jual
dari nilai pasar wajar pada saat masih memenuhi Prinsip Syariah di Pasar
Modal, dapat diperhitungkan dalam nilai aktiva bersih Reksa Dana
Syariah.
21 Poin (2) Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
54
Berdasarkan aturan di atas, nazhir diberikan tenggat waktu selama 10
(sepuluh) hari untuk melakukan istibdal sejak pengumuman yang
menyatakan bahwa mauquf bih dalam portofolio wakaf telah keluar dari
Daftar Efek Syariah (DES). Istibdal menurut bahasa adalah menjadikan
sesuatu menempati tempat sesuatu yang lain. Pada konteks wakaf yang
dimaksud istibdal adalah mengganti harta yang diwakafkan dengan yang lain
karena ada kemaslahatan atau memang mesti diganti.22
Merujuk pendapat yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah bahwa
dalam kondisi mauquh bih harus diganti dinyatakan wakafnya sah. Tetapi
terdapat masalah dimana menurut ulama Hanafiyah, syarat wakaf tersebut
batal.23 Adapun syarat wakaf yang dimaksud adalah mauquf bih harus bernilai
tetap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketika nazhir melakukan istibdal
terhadap saham yang menjadi mauquf bih, dinyatakan wakafnya sah namun
syaratnya telah batal.
Meskipun saham yang keluar dari Daftar Efek Syariah (DES) tersebut
memiliki profitabilitas yang baik, namun tetap harus dilakukan istibdal
karena tidak memenuhi prinsip syariah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sayyid Sabiq yang mengutip pendapat Ibn Taimiyyah yang membolehkan
istibdal wakaf dengan sesuatu yang lebih baik meskipun masih bermanfaat.24
B. Pengawasan terhadap Pengelola Wakaf Saham Berbadan Hukum
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam menjalankan aktivitas wakaf
saham, PT Philip Sekuritas Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Dompet
Dhuafa. Peran nazhir dalam hal ini dilakukan oleh Yayasan Dompet Dhuafa,
sementara PT Philip Sekuritas Indonesia dalam hal ini bertindak sebagai
perusahaan sekuritas atau menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal dikenal sebagai istilah Perusahaan Efek.
22 Nazih Hammad, Mu’jam Al Musthalahat Al Maliyyah Wa Al Iqtishadiyyyah, (Damaskus:
Darul Qalam, 2008), h. 51 23 Dubyan bin Muhammad Al Dubyan dikutip oleh Atep Hendang Waluya, “Istibdal Wakaf
Dalam Pandangan Fukaha Klasik Dan Kontemporer”, Misykat Al-Anwar Jurnal Kajian Islam Dan
Masyarakat, Vol. 29, No. 2, (2018), h. 56. 24 Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah, (Mesir: Dar Al Hadits, 2004), h. 1072.
55
PT Philip Sekuritas Indonesia sebagai perusahaan efek, berdasarkan
Pasal 1 Poin (21) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
melakukan kegiatan usaha Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan
atau Manajer Investasi.25 Terkait dengan aktivitasnya dalam wakaf, Philip
Sekuritas tidak terlibat dalam hal pengelolaan, melainkan terbatas pada kegiatan
perdagangan saham yang di wakafkan oleh nasabah Philip Sekuritas.
Pengawasan terhadap aktivitas perdagangan saham yang di wakafkan
sebetulnya tidak ada aturan khusus, namun apabila merujuk pada Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dilakukan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang selanjutnya diubah dengan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menjadi kewenangan dari OJK.
Meskipun tidak terlibat langsung dalam pengelolaan wakaf saham,
Philip Sekuritas sebagai perusahaan efek tetap memiliki peranan penting dalam
aktivitas wakaf, hal ini dikeranakan kewenangan Philip Sekuritas sebagai
pemegang saham Bursa Efek berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Selain itu, Philip Sekuritas juga dapat
memberikan rekomendasi kepada nazhir tentang saham yang baik untuk dibeli
dan dijual sebagaimana diatur pada Pasal 35 huruf (d) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Hal itu patut dilakukan karena kompetensi
Perusahaan Efek telah mumpuni dalam pengelolaan portofolio investasi, agar
mengurangi risiko kerugian pengelolaan wakaf saham yang dilakukan oleh
nazhir.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang berwenang dalam
pengawasan aktivitas Pasar Modal, melakukan kegiatan pengawasan melalui
laporan yang disampaikan oleh Perusahaan Efek secara berkala. Berdasarkan
Pasal 96 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor , Perusahaan Efek
wajib menyampaikan laporan ke OJK secara berkala diklasifikasikan dalam
beberapa periode kewajiban sebagai berikut:
25Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
56
a. tahunan;
b. tengah tahunan;
c. triwulanan;
d. bulanan;
e. harian;
f. insidentil.
Sementara itu, Yayasan Dompet Dhuafa yang bekerjasama dengan
Philip Sekuritas dalam aktivitas wakaf saham, diawasi oleh Badan Wakaf
Indonesia (BWI). Sebagai organisasi berbadan hukum yayasan, Dompet Dhuafa
memisahkan kekayaannya yang diperuntukkan pada kegiatan di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan sebagaimana diatur pada Pasal 1 poin (1)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Lebih khusus lagi,
sebagai badan hukum yayasan yang menjalankan kegiatan wakaf kegiatannya
diawasi oleh Kementerian Agama dalam hal ini Badan Wakaf Indonesia (BWI)
sebagaimana di atur pada Pasal 63 ayat (1) Undang-Undang 41 Tahun 2004
tentang Wakaf. Kegiatan pengawasan dilakukan melalui penyampaian laporan
pelaksanaan tugas nazhir kepada BWI sesuai dengan amanat Pasal 11 Undang-
Undang 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Adapun terkait dengan kegiatan pengawasan dalam pengelolaan
portofolio saham yang diwakafkan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI). Terkait dengan teknis pengawasan tersebut dimana OJK dan
DSN-MUI secara berkala melakukan peninjauan saham-saham yang sesuai
dengan kriteria syariah dimana dihimpun dalam Daftar Efek Syariah (DES).
Selanjutnya yang dimaksud dengan melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI
adalah nazhir wajib menyampaikan laporan pengelolaan wakaf saham kepada
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan BWI setiap enam bulan
sekali. Laporan tersebut meliputi pelaksanaan pengelolaan, pengembangan, dan
penggunaan hasil pengelolaan. Hal ini dilakukan agar BWI dapat mengawasi
dan mengevaluasi laporan dari nazhir untuk selanjutnya dibahas saat pembinaan
57
oleh Menteri Agama dan BWI. Undang-undang wakaf menyebutkan nazhir
memperoleh pembinaan apabila terdaftar pada menteri dan BWI. 26
26 Pasal 28, Peraturan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan Benda
Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertanggung jawaban nazhir apabila portofolio wakaf saham de-listing
yang mana dinyatakan tidak lagi sesuai dengan kriteria Daftar Efek
Syariah (DES) sebagaimana di atur oleh Surat Keputusan Bapepam
Lembaga dan Keuangan Nomor: KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria
dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Secara prinsip dan pelaksanaan
mengacu kepada pasal 57 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2019 tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksa Dana
Syariah. Yakni, nazhir harus melakukan istibdal paling lambat 10 (hari)
kerja setelah saham yang menjadi mauquf bih dinyatakan tidak lagi
memenuhi kriteria saham syariah. Kemudian apabila terjadi kerugian
pada potofolio wakaf saham yang disebabkan karena kesalahan nazhir
karena kurangnya prinsip kehati-hatian maka nazhir dapat diminta
pertanggungjawaban sesuai dengan tanggungjawab yang didasarkan
pada kesalahan (based on fault). Hal tersebut diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1365, 1366 dan 1367. Pasal
1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan
melawan hukum maka nazhir bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian atau hutang yang timbul berdasarkan prinsip tanggungjawab.
2. Pengawasan terhadap pengelolaan wakaf saham dalam pengelolaan
portofolio saham yang diwakafkan dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI). Terkait dengan teknis pengawasan
tersebut dimana OJK dan DSN-MUI secara berkala melakukan
peninjauan saham-saham yang sesuai dengan kriteria syariah dimana
dihimpun dalam Daftar Efek Syariah (DES) sesuai dengan Undang-
59
Undang Nomor 21 tahun 2011. Selanjutnya yang dimaksud dengan
melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI adalah nazhir wajib
menyampaikan laporan pengelolaan wakaf saham kepada Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan BWI setiap enam bulan
sekali. Laporan tersebut meliputi pelaksanaan pengelolaan,
pengembangan, dan penggunaan hasil pengelolaan. Hal ini dilakukan
agar BWI dapat mengawasi dan mengevaluasi laporan dari nazhir untuk
selanjutnya dibahas saat pembinaan oleh Menteri Agama dan BWI.
Undang-undang wakaf menyebutkan nazhir memperoleh pembinaan
apabila terdaftar pada menteri dan BWI menurut Peraturan Menteri
Agama Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan Benda
Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Peraturan yang berlaku untuk wakaf Saham masih mengikuti wakaf
uang meskipun secara objeknya sama tapi tetap meiliki kriteria yang
berbeda. Sehingga menimbulkan stigma kepada masyarakat umum
wakaf saham sendiri masih ambigu, artinya dibutuhkan secara khusus
peraturan yang mengatur secara keseluruhan tentang wakaf saham.
2. Nazhir dalam pengelolaan portofolio wakaf saham harus menjunjung
tinggi prinsip kehati-hatian. Dikarenakan dengan potensi keuntungan
saham yang besar, juga melekat risiko kerugian yang besar juga.
3. Peneliti selanjutnya disarankan membuat penelitian wakaf saham
dengan membandingkan bebrapa praktik wakaf saham di Indonesia.
Baik dari perspektif perusahaan sekuritas, maupun lembaga wakaf
sebagai nazhir.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abi Bakr, Taqiyuddin. (t.th). Kifayah al-Akhyar. Mesir: Dar al-Kitab al-Araby.
Adinugraha, Hendri Hermawan. (2017). Penerapan Kaidah al-Ghunm bi al-Ghurm
dalam Pembiayaan Mushārakah pada Perbankan Syariah. Vol. 8, No. 1.
Economica: Jurnal Ekonomi Islam,.
Al- Alabij, Adijani. (2002). Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori Dan
Praktek. Raja Grafindo Persada: Jakarta,.
Ali, Muhammad Daud. (1988) Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: UI Press.
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. (2005). Ahkam Al-Waqf Fi Al-Syariah Al-
Islamiyah Terjemahan AhlulSani Fatkhurrahman, Et Al. Hukum Wakaf.
Jakarta: Dompet Dhuafa dan Imam.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, juz 17, (Semarang :
Karya Toha Putra, tth),
Bambang, Waluyo. (2008). Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta:Sinar
Grafika.
Data Company Profile PT. Phillip Sekuritas Indonesia
Departemen Agama RI, (2009). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : PT.
Sygma Examedia Arkanleema.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,
(Jakarta: Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006).
Dompet Dhuafa Luncurkan Wakaf Saham,
http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Dompet-Dhuafa-Luncurkan-
Wakaf-Saham, diakses pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.10 WIB.
Dubyan bin Muhammad Al Dubyan dikutip oleh Atep Hendang Waluya, “Istibdal
Wakaf Dalam Pandangan Fukaha Klasik Dan Kontemporer”, Misykat Al-
Anwar Jurnal Kajian Islam Dan Masyarakat, Vol. 29, No. 2, (2018),
Ed. Ari Nursanti, “Global Wakaf Luncurkan Layanan Wakaf Saham di BEI”,
diakses dari https://www.pikiran-rakyat.com/advertorial/pr-
01317226/global-wakaf-luncurkan-layanan-wakaf-saham-di-bei, pada
tanggal 22 Juni 2021 pukul 13.20 WIB
Fatwa DSN MUI Tahun 2002 tentang Wakaf Uang
61
Hammad, Nazih. (2008). Mu’jam Al Musthalahat Al Maliyyah Wa Al
Iqtishadiyyyah, Damaskus: Darul Qalam.
Havita, G. dan G. Hakim, “Wakaf Saham Ditinjau dari Hukum Islam dan Peraturan
Perundang-Undangan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf”, Jurnal Syarikah, Vol. 3, No. 1, (Juni 2017),
https://www.idx.co.id/idx-syariah/produk-syariah/, diakses pada tanggal 22 Juni
2021 pukul 23.15 WIB.
https://www.phillip.co.id/TentangKami/Profil
https://www.poems.co.id/htm/Freeducation/LPNewsletter/v84/vol84_wakafsaham
adalah.html, diakses pada tanggal 8 Agustus 2021, Pukul 01.45.
Indonesia Stock Exchange, “Wakaf Saham di Pasar Modal Syariah,” Makalah
Webinar Rumusan Aturan Wakaf Saham sebagai Instrumen Wakaf
Produktif, 8 Agustus 2020,.
Isharyanto. (2016). Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik.
Surakarta: WR,
Kementrian Agama Republik Indonesia, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai
(Jakarta: Direktotarat Jendral Bimbimbingan Masyarkat Islam dan
Pemberdayaan Wakaf, 2013),.
Khaṭīb, Muhammad. al-Sharbīnī, Mughnī al-Muḥtāj, Jilid II (Beirut Dar lhyā' al-
Turāth al- 'Arabī, t.th.).
M.E. Burhanudin, “Status Wakaf Saham Pada Emiten yang Keluar dari Daftar Efek
Syariah”, vol. 12 no.1, (Bandung: Al-Awqaf ; Jurnal Wakaf dan Ekonomi
Islam h.72-85, 2019),
Mertokusumo, Sudikno. (1993) Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung:
Citra Aditya Bakti,),
Mestika, Zed. (2008),.Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia
Mughniyah, Muhammad Jawad. (1990). Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: PT Lentera
Basritam,.
Mughniyah, Muhammad Jawad. (2005). al-Ahwad al-Syakhsiyah, dikutip oleh
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, ,
62
Muslim, Imam. Shahih Muslim, Jilid III, (Beirut: Darul Kutub Ilmiah, tth),.
Nasution, H. Harun. (1998). Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Nawawi, Ar-Raudhah, (2006), dikutip oleh Direktotarat Pemberdayaan Wakaf,
Fiqih wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf.
Nissa, Choirun “Sejarah, Dasar Hukum dan Macam-Macam Wakaf”, Tazkiya
Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan & kebudayaan, vol 18 No. 2, UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2017,
Nurhayati, Siti dan Nurjamil, “Tanggungjawab Nazhir Koperasi Syariah Sebagai
LKS PWU Dalam Pengelolaan Wakaf Uang Melalui Aplikasi Fintech”,
Jurnal RES NULLIUS, Vol. 2, No. 2, (Juli 2020),
Penjelasan Umum atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf.
Peraturan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan
Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Poin (2) Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah
63
Rizal, Fitra dan Haniatul Mukaromah, “Filantropi Islam Solusi atas Masalah
Kemiskinan Akibat Pandemi Covid-19”, Al-Manhaj: Jurnal hukum dan
Pranata Sosial Islam, Vol. 3 (1), (2021) 35-36, h. 41.
Rofiq, Ahmad. (2007). Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sabiq, Sayid. (2004) Fiqh Al Sunnah, (Mesir: Dar Al Hadits,)
Saleh, Tahir. https://www.cnbcindonesia.com/market/20191128092842-17-
118572/26-saham-didepak-dari-efek-syariah-hanya-31-saham-baru-
masuk, diakses pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 23.20 WIB.
Schroders, “Saham Syariah”, diakses dari
https://www.schroders.com/id/id/investasi-reksadana/edukasi/tips-dan-
artikel/saham-syariah/, pada 20 Juni 2021 pukul 16.03 WIB.
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung:Alfabeta.
Sutopo, Tahir.(2006)Metodelogi Penelitian Kualitatif,. Surakarta: UMS.
Umam, Khaerul. (2013) Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syaria,
Pustaka Setia. Bandung.
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Wildan, Muhammad. “Wakaf Miliki Peran Besar dalam Pembangunan, Ini
Penjelasannya”, https://ekonomi.bisnis.com/read/20190725/9/1128809/wakaf-
miliki-peran-besar-dalam-pembangunan-ini-penjelasannya, diakses pada
tanggal 22 Juni 2021 22.03 WIB.
Zuhaili, Wahbah . (2008). Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu. (Damaskus:Dar al-Fikr
alMu’ashir,.