1 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEBAGAI
UPAYA MENGKONTROL TINGKAT KERUSAKAN
PADA UD. SINDANG KASIH GONDANG WETAN
Nur Fadilah, Sri Hastari, dan A. RatnaPudyaningsih
E-mail : [email protected]
Universitas Merdeka Pasuruan
Abstrak,.Unit Desa Sindang Kasih merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan tahu.
Perusahaan selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik serta menekan tingkat
kerusakan produk dengan menetapkan batas toleransi kerusakan sebesar 0,5% dari jumlah produksi.
Pada kenyataannya, di perusahaan masih menunjukkan tingkat kerusakan yang fluktuatif dan bahkan
terdapat kerusakan yang melebihi dari batas toleransi yang ditetapkan perusahaan. Hal yang dapat
dilakukan perusahaan adalah menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat, mempunyai tujuan
dan tahapan rencana yang jelas, memberikan inovasi produk dan melakukan pencegahan dan
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi perusahaan. Analisis pengendalian kualitas dilakukan
menggunakan Check sheet dan histogram, Peta kendali p, diagram pareto, diagram sebab akibat. Hasil
analisis dari peta kendali p menunjukkan dimana titik fluktuasi masih tinggi dan tidak beraturan, serta
yang keluar dari batas kendali. Dari diagram pareto, prioritas perbaikan yang perlu dilakukan adalah
untuk jenis kerusakan karena permukaan hancur dengan persentase 55,23%. Selanjutnya kerusakan
terjadi karena terdapat kotoran sebesar 24,80% dan salah potong atau tipis sebesar 19,97%. Dari analisis
diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab kerusakan berasal dari faktor manusia, mesin,
metode kerja, bahan baku dan lingkungan kerja, sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan
pencegahan dan perbaikan untuk menekan tingkat kerusakan serta meningkatkan kualitas produk yang
lebih baik.
Kata kunci : Pengendalian Kulitas,Kontrol, Tingkat kerusakan
Abstract.,Village Unit Sindang Kasih is a company engaged in the manufacture of tofu. The company
always strives to produce good quality products and reduce the level of product damage by setting a
damage tolerance limit of 0.5% of the total production. In reality, the company still shows a fluctuating
level of damage and there is even damage that exceeds the tolerance limit set by the company. The thing
that can be done by the company is to implement the right quality control system, have clear objectives
and stages of the plan, provide product innovation and prevent and resolve problems faced by the
company. Quality control analysis is done using Check sheet and histogram, P control map, Pareto
diagram, cause and effect diagram. The results of the analysis of the P control chart show where the
fluctuation points are still high and irregular, and that is out of the control limits. From the Pareto
diagram, the priority of improvement that needs to be done is for the type of damage because the surface
is destroyed with a percentage of 55.23%. Furthermore, the damage occurred because there were
24,80% impurities and 19,97% thin or wrong cuts. From the causal diagram analysis, it can be seen
that the causes of damage come from human, machine, work methods, raw materials and work
environment factors, so that the company can take preventive and corrective actions to reduce the level
of damage and improve product quality.
Keywords: Quality Control, Control, Level of Damage
PENDAHULUAN
Peranan kualitas produk perusahaan ini
akan semakin besar di dalam kaitannya dengan
perkembangan perusahaan. Kualitas output (baik
produk maupun jasa) dari suatu perusahaan tidak
dapat diabaikan, apabila perusahaan
menginginkan terdapatnya perkembangan yang
positif pada tahun-tahun yang akan datang (Agus
2 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
Ahyari, 2002:237). Namun, meski proses
produksi telah dilaksanakan dengan baik sesuai
prosedur, pada kenyataannya sering ditemukan
ketidaksesuaian antara produk yang dihasilkan
dengan yang diharapkan, dimana kualitas produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar, atau
dengan kata lain produk yang dihasilkan
mengalami kerusakan. Hal tersebut disebabkan
adanya penyimpangan dari berbagai faktor, baik
yang berasal dari bahan baku, tenaga kerja, alat-
alat yang digunakan pada saat proses produksi
maupun lingkungan. Data jumlah produksi yang
diperoleh dari Perusahaan Tahu UD. Sindang
Kasih pada bulan April 2018 adalah sebesar
265.118 biji dengan kerusakan yang terjadi
sebesar 1.242 biji. Rata-rata kerusakan produksi
diatas 0,47 %.
Salah satu metode pengendalian kualitas
yaitu menggunakan alat bantu statistik yang
terdapat pada Statistical Process Control (SPC)
serta Statistical Quality Control (SQC), dimana
metode ini di lakukan pada saat proses produksi
berlangsung sampai dengan produk jadi.
Pengendalian kualitas dengan alat bantu statistik
bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi.
TINJAUAN PUSTAKA
Tahu
Tahu merupakan salah satu makanan
tradisional yang populer. Hampir semua
masyarakat mengkonsumsi tahu, baik sebagai
lauk maupun sebagai cemilan. Meski produk ini
sangat diminati, namun merupakan jenis
makanan yang mudah rusak, karena mengandung
kadar air dan protein tinggi yang merupakan
media tumbuh yang potensial bagi bakteri.
Produk tahu hanya memiliki umur simpan antara
dua sampai tiga hari dan tidak dapat disimpan
dalam waktu yang lama. Dalam proses
pembuatan tahu, membutuhkan berbagai
peralatan penunjang untuk meminimalisir
terjadinya kerusakan pada produk apabila
pengendalian pada setiap proses tidak dilakukan
dengan baik. Standar mutu kedelai menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-39221995
dan BPTP (2018).
No. Standar Mutu Kedelai (SNI)
1. Bebas hama penyakit
2. Bebas bau busuk, bau asam, bau apek dan bau asing
3. Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida
4. Memiliki suhu normal
Standar Proses Produksi
No. Standar Proses Produksi Tahu Keterangan
1. Memilih kedelai Kedelai harus bersih, biji besar, kulitnya halus dan bebas benda
asing seperti kerikil, daun kering dan lainnya.
2. Mencuci dan
merendam kedelai
Kedelai disortir, dibersihkan, direndam selama 8-12 jam (air
biasa) dan direndam selama 1-2 jam (air bersuhu 55 C)
3. Menggiling kedelai Proses penggilingan diberi air panas untuk mengaktifkan enzim
lipoksigenase
4. Pendidihan bubur kedelai Perhatikan keadaan api agar stabil dan besar, diaduk-aduk dan
waktu pendidihan 15-30 menit
5. Penyaringan Alat penyaring: kain belacu, atau mori
6. Penggumpalandan
pengendapan
Bahan penggumpal: larutan sioko yang diendapkan 1 malam,
dengan dosis 5-10 g/400-800 ml air dan suhu : 70-90 C
7. Pencetakan Proses pengepakan atau pengepresan: 1 menit, atau hingga Tahu
padat, pencetakan selama 20-30 menit, lalu dipotong dan dimasak
pada suhu 100 C s ± 10 menit
3 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
Standar Mutu Tahu menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN)
pada SNI 01-3142-1998
No Keadaan Standar Mutu Tahu
1. Warna Normal, putih normal, atau kuning normal (tidak
terlalu mencolok)
2. Aroma Normal, tidak terlalu wangi
3. Rasa Normal
4. Penampakan Normal, tidak berlendir, atau berjamur
Pengertian Kualitas
Adapun pengertian kualitas menurut The
American Society For Quality, kualitas adalah
“The totality of features and characteristics of a
product that bear on ability to satisfy stated or
implied needs” (Sobarsa Kosasih, 2009:71).
Artinya kualitas atau mutu adalah keseluruhan
corak dan karakteristik dari produk yang
berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang
tampak jelas maupun yang tersembunyi.
Joseph Juran mempunyai suatu pendapat
bahwa ”quality is fitness for use” yang bila
diterjemahkan secara bebas berarti kualitas
(produk) berkaitan dengan enaknya barang
tersebut digunakan (Suyadi Prawirosentono,
2007:5).
Pengertian Produk Rusak
Kerusakan normal adalah kerusakan yang
timbul dengan kondisi operasi yang efisien yang
merupakan hasil inheren (keluaran) dari proses
tertentu. Kerusakan abnormal adalah kerusakan
yang tidak dapat diharapkan timbul dengan
kondisi operasii yang efisien, yang bukan bagian
dari proses produksi yang terpilih.
Pengertian Pengendalian Kualitas
Menurut Sofjan Assauri (2008:210),
pengendalian kualitas adalah pengawasan mutu
merupakan usaha untuk mempertahankan mutu
atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar
sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan
perusahaan.
Tujuan Pengendalian Kualitas
Secara terperinci, dapat dikatakan bahwa
tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan
Assauri (2008:210) adalah :
1) Agar barang hasil produksi dapat mencapai
standar kualitas yang telah ditetapkan.
2) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat
menjadi sekecil mungkin.
3) Mengusahakan agar biaya desain dari produk
dan proses dengan menggunakan kualitas
produksi tertentu dapat menjadi sekecil
mungkin.
4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat
menjadi serendah mungkin.
Tahapan Pengendalian Kualitas
Secara umum menurut Suyadi
Prawirosentono (2007:74), pengendalian atau
pengawasan akan kualitas di suatu perusahaan
manufaktur dilakukan secara bertahap meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1) Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan
mentah (bahan baku, bahan baku penolong
dan sebagainya), kualitas bahan dalam proses
dan kualitas produk jadi. Demikian pula
standar jumlah dan komposisinya.
2) Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses
pembuatan. Hal ini berlaku untuk barang
setengah jadi maupun barang jadi.
3) Pemeriksaan cara pengepakan dan
pengiriman barang ke konsumen. Melakukan
analisis fakta untuk mengetahui
penyimpangan yang mungkin terjadi.
4) Mesin, tenaga kerja dan fasilitas lainnya yang
dipakai dalam proses produksi harus juga
diawasi sesuai dengan standar kebutuhan.
Pengertian Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas secara statistik
dilakukan dengan menggunakan kombinasi alat
bantu statistik yang terdapat pada SPC
(Statistical Process Control) dan SQC (Statistical
4 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
Quality Control). Ada pengertian dari keduanya
yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Heizer dan Render (2006:268)
yang dimaksud dengan Statistical Process
Control (SPC) adalah : “A process used to
monitor standars, making measurements and
taking corrective action as a product or service
is being produced.”Artinya: Sebuah proses yang
digunakan untuk mengawasi standar, membuat
pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan
selagi sebuah produk atau jasa sedang
diproduksi.
Menurut Sofjan Assauri (2004:219)
pengertian dari Statistical Quality Control (SQC)
sebagai berikut : Statistical Quality Control
(SQC) adalah suatu sistem yang dikembangkan
untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas
hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum
dan menerapkan bantuan untuk mencapai
efisiensi.
Alat Bantu Dalam Pengendalian Kualitas
Alat bantu untuk mengendalikan kualitas
sebagaimana disebutkan juga oleh Heizer dan
Render dalam bukunya Manajemen Operasi
(2006:263-268), antara lain yaitu check sheet,
histogram, control chart, diagram pareto,
diagram sebab akibat, scatter diagram dan
diagam proses.
Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)
Check Sheet atau lembar pemeriksaan
merupakan alat pengumpul dan penganalisis data
yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi
data jumlah barang yang diproduksi dan jenis
ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang
dihasilkannya.
1) Diagram Sebar (Scatter Diagram)
Scatter diagram atau disebut juga dengan
peta korelasi adalah grafik yang menampilkan
hubungan antara dua variabel apakah hubungan
antara dua variabel tersebut kuat atau tidak yaitu
antara faktor proses yang mempengaruhi proses
dengan kualitas produk.
2) Diagram Sebab-akibat (Cause and Effect
Diagram)
Diagram ini disebut juga diagram tulang
ikan (fishbone chart) dan berguna untuk
memperlihatkan faktor-faktor utama yang
berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat
pada masalah yang kita pelajari.
3) Diagram Pareto (Pareto Analysis)
Menurut Heizer dan Render (2006:266),
Diagram Pareto (Pareto charts) adalah sebuah
metode untuk mengelola kesalahan, masalah,
atau rusak untuk membantu memusatkan
perhatian pada usaha penyelesaian masalah.
4) Diagram Alir atau Diagram Proses
(Process Flow Chart)
Diagram Alir secara grafis menyajikan
sebuah proses atau sistem dengan menggunakan
kotak dan garis yang saling berhubungan.
Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan
alat yang sangat baik untuk mencoba memahami
sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah
sebuah proses.
5) Histogram
Histogram adalah suatu alat yang
membantu untuk menentukan variasi dalam
proses. Histogram dapat berbentuk “normal” atau
berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan
bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-
ratanya.
6) Peta Kendali (Control Chart)
Peta kendali adalah suatu alat yang secara
grafis digunakan untuk memonitor dan
mengevaluasi apakah suatu aktivitas atau proses
berada dalam pengendalian kualitas secara
statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan
masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas.
Peta kendali digunakan untuk membantu
mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara
menetapkan batas-batas kendali:
a) Upper Control Limit (UCL) atau batas kendali
atas
b) Central Line (CL) atau garis pusat atau tengah
c) Lower Control Limit (LCL) atau batas kendali
bawah
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
5 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2010:38).
a. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah pengawasan
mutu merupakan usaha untuk mempertahankan
mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan,
agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan
perusahaan (Sofjan Assauri, 2008:210). Adapun
pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan
meliputi tiga (3) tahapan, yaitu pengendalian
terhadap bahan baku, pengendalian terhadap
proses produksi, pengendalian terhadap produk
jadi.
b. Pengukuran Kualitas Secara Atribut
Pengukuran kualitas secara atribut yaitu
pengukuran kualitas terhadap karakteristik
produk yang tidak dapat atau sulit diukur.
Adapun perusahaan telah menetapkan empat (4)
karakteristik produk yang dianggap rusak yaitu:
a. Salah potong atau tipis
b. Permukaan hancur
c. Terdapat kotoran
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di perusahaaan
tahu UD. Sindang Kasih Desa Karang Sentul
RT.01 RW.03 Kecamatan Gondang Wetan
Kabupaten Pasuruan 67174. Penelitian ini hanya
membahas tentang seberapa besar tingkat
kerusakan produk yang terjadi pada Perusahaan
Tahu UD. Sindang Kasih.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode
pengambilan sampel ini menggunakan teknik
puposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah produk tahu yang
mengalami kerusakan pada bulan Januari sampai
bulan April, tetapi peneliti hanya mengambil data
kerusakan selama bulan April tahun 2018.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dari UD. Sindang Kasih yang menjadi tempat
penelitian. Data yang diperoleh berupa data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
yaitu data yang berupa angka-angka berupa data
mengenai jumlah produksi dan data kerusakan
produk. Data kualitatif yaitu data yang berupa
informasi tertulis diperoleh dari wawancara dan
pengamatan secara langsung di perusahaan.
Teknik Analisis Data
1. Mengumpulkan data menggunakan check
sheet
Data yang diperoleh dari perusahaan
terutama yang berupa data produksi dan data
kerusakan produk kemudian disajikan dalam
bentuk tabel secara rapi dan terstruktur.
2. Membuat histogram
Agar mudah dalam membaca atau
menjelaskan data dengan cepat, maka data
tersebut perlu untuk disajikan dalam bentuk
histogram yang berupa alat penyajian data secara
visual berbentuk grafik balok yang
memperlihatkan distribusi nilai yang diperoleh
dalam bentuk angka.
3. Membuat peta kendali p
Adapun langkah-langkah dalam membuat
peta kendali p sebagai berikut :
a. Menghitung Prosentase Kerusakan
np
p =
n
Keterangan :
Np : jumlah gagal dalam sub grup
n : jumlah yang diperiksa dalam sub grup
Subgrup : Hari ke-
b. Menghitung garis pusat atau Central Line
(CL)
Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan
produk (p)
∑ np
CL = p =
∑ n
6 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
Keterangan :
∑ np : jumlah total yang rusak
∑ n : jumlah total yang
diperiksa
c. Menghitung batas kendali atas atau Upper
Control Limit (UCL)
Untuk menghitung batas kendali atas atau
UCL dilakukan dengan rumus :
UCL = p +
Keterangan :
p : rata-rata ketidaksesuaian produk
n : jumlah produksi
d. Menghitung batas kendali bawah atau Lower
Control Limit (LCL)
Untuk menghitung batas kendali bawah
atau LCL dilakukan dengan rumus:
LCL = p −
Keterangan :
p : rata-rata ketidaksesuaian produk
n : jumlah produksi
4. Menentukan prioritas perbaikan
(menggunakan diagram pareto)
Dari data jenis kerusakan produk yang
terjadi, kemudian dibuat diagram pareto untuk
mengidentifikasi, mengurutkan dan bekerja
menyisihkan kerusakan secara permanen.
Dengan diagram ini, maka dapat diketahui jenis
cacat yang paling dominan atau terbesar.
5. Mencari faktor penyebab yang dominan
menggunakan diagram sebab akibat
Setelah diketahui penyebab yang paling
dominan, maka dilakukan analisa faktor
penyebab kerusakan produk dengan
menggunakan fishbone diagram, sehingga dapat
menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi
penyebab kerusakan produk.
6. Membuat rekomendasi perbaikan kualitas
Setelah diketahui penyebab terjadinya
kerusakan produk, maka dapat disusun sebuah
rekomendasi atau usulan tindakan untuk
melakukan perbaikan kualitas produk.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Aktivitas Pengendalian Kualitas pada Perusahaan
a. Pengendalian Terhadap Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor utama yang
dapat mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan. Apabila bahan baku yang digunakan
memiliki kualitas baik atau memenuhi standar,
maka produk yang dihasilkan akan memiliki
kualitas yang baik juga.
Tabel 1
Standar Mutu Kedelai Menurut SNI 01-3922-1995
No Standar Mutu Kedelai (SNI) UD. Sindang Kasih
1. Bebas hama penyakit Bebas hama penyakit
2. Bebas bau busuk, bau asam, bau apek
dan bau asing
Bebas bau busuk, bau asam, bau apek
dan bau asing
3. Bebas dari bahan kimia seperti
insektisida dan fungisida
Bebas bahan kimia
4. Memiliki suhu normal Suhu normal
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
√𝑝(1 − 𝑝)3
𝑛
√𝑝(1 − 𝑝)3
𝑛
7 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
b. Pengendalian Terhadap Proses Produksi
Selama proses produksi berlangsung, karyawan terlibat dalam mengawasi setiap tahap. Mesin
yang digunakan, tenaga kerja dan kebersihan merupakan pengendalian mutu produk dalam proses.
Tabel 2
Pengendalian Mutu Terhadap Proses Produksi
No Standar Proses
Produksi Tahu Keterangan UD. Sindang Kasih
1. Memilih kedelai Kedelai harus bersih, biji
besar, kulitnya halus dan
bebas benda asing seperti
kerikil, daun kering dan
lainnya.
Impor dan lokal, biji sedang dan
masih terdapat kotoran seperti daun
kering dan kerikil
2. Mencuci dan
merendam kedelai
Kedelai disortir, dibersihkan,
direndam selama 8-12 jam
(air biasa) dan direndam
selama 1-2 jam (air bersuhu
55 C)
Kedelai direndam tanpa disortir
selama 4 jam (air biasa), lalu dicuci
3. Menggiling kedelai Proses penggilingan diberi air
panas untuk mengaktifkan
enzim lipoksigenase
Diberi air panas
4. Pendidihan bubur
kedelai
Perhatikan keadaan api agar
stabil dan besar, diaduk-aduk
dan waktu pendidihan 15-30
menit
Uap stabil dan waktu pendidihan 20
menit
5. Penyaringan Alat penyaring: kain belacu,
atau mori
Dengan kain belacu
6. Penggumpalan dan
pengendapan
Bahan penggumpal: larutan
sioko yang diendapkan 1
malam, dengan dosis 5-10
g/400-800 ml air dan suhu :
70-90 C
Bahan penggumpal : whey yang
dieram 1 hari dan tidak terdapat dosis
whey, serta bubur kedelai
7. Pencetakan Proses pengepakan atau
pengepresan: 1 menit, atau
hingga Tahu padat,
pencetakan selama 20-30
menit, lalu dipotong dan
dimasak pada suhu 100 C s ±
10 menit
Pencetakan dilakukan 15 menit, lalu
dipotong
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
c. Pengendalian Terhadap Produk Jadi
Pengendalian terhadap produk jadi atau produk akhir berkaitan dengan penanganan produk
sampai ke tangan konsumen.
8 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
Tabel 3
Perbandingan Standar Mutu Tahu dengan Mutu Tahu Perusahaan
No Keadaan Standar Mutu Tahu UD. Sindang Kasih
1. Warna Normal, putih normal, atau
kuning normal (tidak terlalu
mencolok)
Putih normal
2. Aroma Normal, tidak terlalu wangi Normal, tidak wangi
Aroma khas kedelai
3. Rasa Normal Normal
4. Penampakan Normal, tidak berlendir, atau
berjamur
Normal, tidak berlendir dan
tidak berjamur
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Jenis-jenis Kerusakan Yang Terjadi pada
Produksi
Dalam melakukan pengendalian proses
produksi, ternyata masih ditemukan kerusakan
pada tahu hasil produksi yang bahkan melebihi
batas toleransi kerusakan produk yang ditetapkan
oleh perusahaan. Jenis-jenis kerusakan yang
terjadi pada tahu antara lain:
a. Salah potong atau tipis
b. Permukaan hancur
c. Terdapat kotoran
Analisis Data
Dalam menyelesaikan permasalahan
pengendalian kualitas, akan dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Dimana check sheet berguna untuk
mempermudah proses pengumpulan data serta
analisis. Adapun hasil pengumpulan data melalui
check sheet yaitu 265.118 biji dengan kerusakan
yang terjadi sebesar 1.242 biji dengan rata-rata
kerusakan produksi diatas 0,47 %. Jenis-jenis
kerusakan yang terjadi yaitu permukaaan hancur
sebanyak 686 biji, jumlah kerusakan terdapat
kotoran sebanyak 308 biji, jumlah kerusakan
salah potong atau tipis sebanyak 248 biji. Data
produk rusak tersebut disajikan dalam bentuk
grafik balok yang dibagi berdasarkan jenis
kerusakan masing-masing.
Histogram
Jenis Kerusakan Perusahaan Tahu UD. Sindang Kasih Bulan April 2018
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
686
308248
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Permukaan Hancur Terdapat Kotoran Salah Potong
JUM
LAH
KER
USA
KA
N
9 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
b. Analisis Menggunakan Peta Kendali p
d. Menghitung Prosentase Kerusakan
np 43
Penelitian 1: p = = = 0,44
n9.774
np 33
Penelitian 2: p = = = 0,36
n9.272
np 50
Penelitian 3: p = = = 0,50
n9.970
Dan seterusnya ...
e. Menghitung garis pusat atau Central Line (CL)
∑ np 1.242
CL = p = = = 0,0047
∑ n 265.118
f. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL)
Untuk perhitungannya adalah :
Dan seterusnya...
g. Menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL)
Maka perhitungannya adalah :
Dan seterusnya...
Penelitian 1 ∶ UCL = 𝑝 +√𝑝 (1 − 𝑝)3
𝑛= 0,0047 +
√0,0047(1 − 0,0047)3
9.774= 0,0048
Penelitian 2 ∶ UCL = 𝑝 +√𝑝 (1 − 𝑝)3
𝑛= 0,0047 +
√0,0047(1 − 0,0047)3
9.272= 0,0048
Penelitian 3 ∶ UCL = 𝑝 +√𝑝 (1 − 𝑝)3
𝑛= 0,0047 +
√0,0047(1 − 0,0047)3
9.970= 0,0048
Penelitian 1 ∶ LCL = 𝑝 −√𝑝 (1 − 𝑝)3
𝑛= 0,0047 −
√0,0047(1 − 0,0047)3
9.774= 0,0046
Penelitian 2 ∶ LCL = 𝑝 −√𝑝 (1 − 𝑝)3
𝑛= 0,0047 −
√0,0047(1 − 0,0047)3
9.272= 0,0046
Penelitian 3 ∶ LCL = 𝑝 −√𝑝 (1 − 𝑝)3
𝑛= 0,0047 −
√0,0047(1 − 0,0047)3
9.970= 0,0046
10 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
Tabel 5
Perhitungan Batas Kendali p Bulan April 2018 (dalam satuan biji)
Tanggal Jumlah
Produksi
Jumlah
Rusak
Proporsi
Rusak (p) CL UCL LCL
1 9.774 43 0,0044 0,0047 0,0048 0,0046
2 9.272 33 0,0036 0,0047 0,0048 0,0046
3 9.970 50 0,0050 0,0047 0,0048 0,0046
4 9.592 68 0,0071 0,0047 0,0048 0,0046
5 8.584 58 0,0068 0,0047 0,0048 0,0046
6 9.798 20 0,0020 0,0047 0,0048 0,0046
7 7.898 30 0,0038 0,0047 0,0048 0,0046
8 8.338 14 0,0017 0,0047 0,0048 0,0046
9 8.854 121 0,0137 0,0047 0,0048 0,0046
10 9.512 0 0,0000 0,0047 0,0048 0,0046
11 9.502 71 0,0075 0,0047 0,0048 0,0046
12 11.806 48 0,0041 0,0047 0,0048 0,0046
13 8.650 43 0,0050 0,0047 0,0048 0,0046
14 7.662 33 0,0043 0,0047 0,0048 0,0046
15 8.960 24 0,0027 0,0047 0,0048 0,0046
16 8.796 34 0,0039 0,0047 0,0048 0,0046
17 8.658 78 0,0090 0,0047 0,0048 0,0046
18 7.892 26 0,0033 0,0047 0,0048 0,0046
19 7.982 33 0,0041 0,0047 0,0048 0,0046
20 8.104 36 0,0044 0,0047 0,0048 0,0046
21 7.730 31 0,0040 0,0047 0,0048 0,0046
22 8.180 21 0,0026 0,0047 0,0048 0,0046
23 8.318 34 0,0041 0,0047 0,0048 0,0046
24 6.962 23 0,0033 0,0047 0,0048 0,0046
25 10.156 79 0,0078 0,0047 0,0048 0,0046
26 7.494 32 0,0043 0,0047 0,0048 0,0046
27 9.474 28 0,0030 0,0047 0,0048 0,0046
28 8.592 37 0,0043 0,0047 0,0048 0,0046
29 10.386 37 0,0036 0,0047 0,0048 0,0046
30 8.222 57 0,0069 0,0047 0,0048 0,0046
Total 265.118 1.242
Gambar Peta kendali
11 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
686
308248
55,23%
80,03%
100,00%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Permukaan Hancur Terdapat Kotoran Salah Potong
JUM
LAH
KER
USA
KA
N
Sumber :Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan gambar peta kendali p diatas
dapat dilihat bahwa data yang diperoleh tidak
seluruhnya berada dalam batas kendali yang telah
ditetapkan. Ada tujuh (7) titik yang melebihi
batas kendali yaitu pada penelitian tanggal
4,5,9,11,17,25,30. Kerusakan tertinggi berada
pada penelitian tanggal 9, dimana proporsi
kecacatan hampir 0,015.
d. Diagram Pareto
Tabel 6
Jumlah Frekuensi Kerusakan (berdasarkan urutan jumlahnya)
Gambar Diagram Pareto
Sumber :Data primer yang diolah, 2018
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hampir 60% kerusakan yang terjadi
pada produksi tahu bulan April 2018 yaitu karena permukaan hancur dengan persentase
55,23%. Selanjutnya kerusakan terjadi karena terdapat kotoran dan salah potong atau tipis
yang masing-masing mempunyai persentase 24,80% dan 19,97%.
No Jenis Kerusakan Jumlah (biji) Persentase Persentase
Kumulatif
1 Permukaan hancur 686 55,23% 55,23%
2 Terdapat kotoran 308 24,80% 80,03%
3 Salah potong atau tipis 248 19,97% 100,00%
Total 1.242 100,00%
12 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
e. Analisis Diagram Sebab-Akibat
1. Permukaan hancur
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Tekstur yang terlalu lembek akan mengakibatkan tahu hancur pada saat proses produksi. Waktu
pengepresan yang terlalu singkat dan kurangnya proses adukan menyebabkan tekstur tahu menjadi
lembek. Perusahaan tidak memiliki standar waktu lamanya proses pengepresan. Tidak adanya peraturan
tentang perawatan mesin dan peralatan secara tertulis, sehingga perawatan tidak dilakukan secara
bertahap sebagaimana mestinya, sehingga berdampak pada kelancaran proses dan mutu produksi.
2. Terdapat kotoran
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Terdapat kotoran pada tahu juga merupakan jenis kerusakan produk yang sering terjadi. Pekerja
yang kurang memperhatikan kebersihan peralatan yang digunakan saat proses produksi, misal mesin
giling yang digunakan tidak dibersihkan terlebih dahulu, atau alat penyaring yang sobek sehingga
kotoran tidak tersaring sempurna. Proses produksi yang menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu,
sehingga udara di sekitar tempat produksi menjadi panas.
13 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
3. Salah potong atau tipis
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Kesalahan pemotongan disebabkan karena
pekerja yang tidak fokus atau kurang konsentrasi
pada saat proses memotong tahu. Pada saat
sedang bekerja, seringkali dilakukan sambil
mengobrol atau bercanda dengan sesama pekerja,
akibatnya terjadi salah penggunaan ukuran pada
saat pemotongan tahu. Tidak adanya sistem
tertulis dan baku dari perusahaan tentang
bagaimana proses produksi dan ketentuan-
ketentuan yang harus dilakukan selama proses
produksi berlangsung.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam upaya menerapkan pengendalian
kualitas untuk menekan tingkat kerusakan
produk, perusahaan menetapkan standar kualitas
produksi dengan target kerusakan kumulatif
sebesar 0,5 % dari jumlah yang diproduksi. Hal
tersebut dilandasi dari kebijakan perusahaan
untuk meningkatkan jumlah pesanan yang
masuk. Pengendalian kualitas dilakukan terhadap
bahan baku, proses produksi dan produk jadi.
Pengendalian kualitas produk dilakukan sebagai
bagian dari kebijakan perusahaan dalam upaya
meminimalisir terjadinya kerusakan produk pada
setiap produksi.
Penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas (2017)
dan Sulaeman (2014) menggunakan metode
statistik untuk menganalisis permasalahan yaitu
dengan alat bantu yang terdapat pada Statistical
Quality Control (SQC). Dari hasil analisis
dengan menggunakan SQC, dapat diketahui
jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada produk
yang dihasilkan serta faktor yang menyebabkan
kerusakan produk. Secara umum, faktor utama
yang menyebabkan terjadinya kerusakan adalah
disebabkan oleh faktor manusia atau pekerja dan
metode yang digunakan. Selain itu faktor bahan
baku yang digunakan, peralatan serta lingkungan
juga menjadi penyebab yang sangat
mempengaruhi kerusakan terjadi. Hasil
perhitungan dengan menggunakan peta kendali p
dapat dilihat bahwa proses produksi tidak dalam
batas kendali yang ditentukan, bahkan cenderung
tidak terkendali karena adanya titik-titik tidak
beraturan dan berada di luar dari batas kendali.
Sistem pemeliharaan corrective
maintenance yaitu pemeliharaan mesin rusak,
dimana dalam sistem ini kegiatan pemeliharaan
bersifat memperbaiki atau hanya dilakukan saat
mesin telah mengalami kerusakan. Sedangkan
tindakan pencegahan (preventive maintenance)
yang berlaku hanya sebatas pemeliharaan rutin
sederhana seperti adanya inspeksi dan perawatan
harian seperti pembersihan peralatan setelah
digunakan. Dengan penelitian lebih lanjut
kemudian dapat disusun rekomendasi usulan
perbaikan yang bisa dilakukan oleh perusahaan
untuk menekan tingkat kerusakan yang terjadi.
14 Jurnal EKSIS Vol. 11, No. 2. September 2019 ISSN : 1978-8185
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan data jumlah produksi yang
diperoleh dari Perusahaan Tahu UD. Sindang
Kasih pada bulan April 2018 adalah sebesar
265.118 biji dengan kerusakan yang terjadi
sebesar 1.242 biji. Rata-rata kerusakan
produksi diatas 0,47 %.
2. Jenis kerusakan yang terjadi pada produksi
yaitu disebabkan oleh permukaaan hancur
sebanyak 686 biji, jumlah terdapat kotoran
sebanyak 308 biji, dan jumlah salah potong
atau tipis sebanyak 248 biji.
3. Peta kendali p dalam pengendalian kualitas
produk dapat mengidentifikasi bahwa ada
lima (7) titik yang melebihi batas kendali
yaitu pada penelitian tanggal
4,5,9,11,17,25,30. Kerusakan tertinggi berada
pada penelitian tanggal 9, dimana proporsi
kecacatan hampir 0,015.
4. Dari diagram pareto, diketahui bahwa hampir
60% kerusakan terjadi pada produksi tahu
bulan April 2018 yaitu karena permukaan
hancur dengan persentase 55,23%.
Selanjutnya kerusakan terjadi karena terdapat
kotoran dan salah potong atau tipis yang
masing-masing mempunyai persentase
24,80% dan 19,97%.
5. Dari analisis diagram sebab akibat dapat
diketahui faktor penyebab kerusakan dalam
produksi yaitu berasal dari faktor manusia
atau pekerja, mesin atau peralatan produksi,
metode kerja, material atau bahan baku dan
lingkungan kerja.
Saran
Usaha untuk mengatasi terjadinya
kerusakan pada tahu dapat dilakukan dengan cara
yaitu perlunya bagian Quality Control untuk
pengecekan terhadap bahan baku, proses
produksi dan produk jadi. Melakukan
pengecekan mesin sebelum digunakan dan
sesudah digunakan, membersihkan peralatan
setelah digunakan. Penggunaan alat pemotong
yang modern agar memudahkan dalam proses
pemotongan sehingga mengurangi tingkat
kerusakan pada tahu serta efektifitas
waktu.Adanya penetapan standar waktu
pengepresan tahu agar tidak menyebabkan
tekstur tahu menjadi lembek dan
hancur.Memperhatikan kebersihan tempat
produksi dan tempat penyimpanan bahan baku.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi
Pengendalian Produksi. Yogyakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan
Operasi. Edisi Revisi 2008. Jakarta:
Lembaga Penerbit FE-UI.
Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality
Management. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Heizer, Jay and Barry Render. 2006. Operations
Management (Manajemen Operasi). Edisi
7. Jakarta: Salemba Empat.
Kosasih, Sobarsa. 2009. Manajemen Operasi
Internasional. Edisi Pertama. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media.
Nur Ilham, Muhammad. 2012. “Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Dengan
Menggunakan Statistical Processing
Control (Spc) Pada Pt. Bosowa Media
Grafika (Tribun Timur)”. Diakses 28
Maret 2018, dari
www.scribd.com/document/344262201/p
engendalian-mutu-PR-pdf.
Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru
Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad
21 “Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitataif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.