1
PENGGUNAAN BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA 4-5
TAHUN DI PAUD RINJANI PLN BENDEGE MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016-2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
TITI KADARSIHEIF 113 078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
2016/2017
i
2
ii
3
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
Judul Proposal : “Penggunaan Media Boneka Tangan untuk
Meningkatkan Berbahasa Indonesia Anak Usia
4-5 Tahun di PAUD Rinjani PLN Bendega
Mataram Tahun Ajaran 2016/2017”
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal : Juli 2017
Mataram, 2017
Dosen Pembimbing Skripsi I, Dosen Pembimbing Skripsi II,
(Dr. MA. Muazar Habibi, S.Psi, M.Pd) (Ika Rachmayani,M.Pd.)NIP. 196001121986031003 NIP. 198101022005012001
Menyetujui,
Ketua Program Studi PG PAUD
(Baik Nilawati Astini ,M. Pd)NIP. 197508302005012001
iii
4
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Proposal : “Penggunaan Media Boneka Tangan untuk
Meningkatkan Berbahasa Indonesia Anak Usia
4-5 Tahun di PAUD Rinjani PLN Bendega
Mataram Tahun Ajaran 2016/2017”
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal : Juli 2017
Mataram, 2017
Dosen Pembimbing Skripsi I, Dosen Pembimbing Skripsi II,
(Dr. MA. Muazar Habibi, S.Psi, M.Pd) (Ika Rachmayani,M.Pd.)NIP. 196001121986031003 NIP. 198101022005012001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
(Drs. Syafruddin, M.Pd) NIP. 195710031985031002
iv
5
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Proposal : “Penggunaan Media Boneka Tangan untuk
Meningkatkan Berbahasa Indonesia Anak Usia
4-5 Tahun di PAUD Rinjani PLN Bendega
Mataram Tahun Ajaran 2016/2017”
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal : Juli 2017
PENGUJI I
(Dr. MA. Muazar Habibi, S.Psi, M.Pd)NIP. 196001121986031003
PENGUJI II
(Ika Rachmayani,M.Pd.)NIP. 198101022005012001
PENGUJI III
(Drs. I Nyoman Suarta, M.Si)NIP. 195910191986031003
Mengetahui;FKIP UNIVERSITAS MATARAMDekan
(Drs. H. Wildanm M.Pd)NIP. 195712311983031037
v
6
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Hidup Bagai Dua Buah Tangah
Dan
Janganlah Hidup Bagai Du Buah
Telinga
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Orang tuaku tersayang (H. Hasan, alm)
dan (Hj. Zubaedah), berkat do’a mereka
yang telah menyertai langkahku. Buat
suamiku (Syamsul Sani) dan anakkku
tercinta (Alif dan Caca), dengan do’a
dan dukungan mereka yang telah
member semangat. Buat sahabat-
sahabatku di Jurusan semua ini dapat
terselesaikan. Teman-teman dan para
sahabat seperjuangan terimakasih atas
do’a dan motivasinya.. terakhir semua
pihak yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung terimakasih atas
segalanya.
vi
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “ Penggunaan Boneka Tangan Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak Usia 4-5 Tahun Di PAUD Rinjani
PLN Bendege Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017” dengan baik.
Dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih
atas bimbingan, masukan dan dukungan dari awal mengajukan judul skripsi,
sampai penilitian di lapangan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada :
1. Prof. Ir. Sunarpi, Ph.D., Rektor Universitas Mataram.
2. Dr. H. Wildan M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram.
3. Drs. Syafruddin M.Pd., Ketua jurusan Ilmu Pendidikan.
4. Baik Nilawati Astini M.Pd., Ketua Program Studi S1 PG PAUD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.
5. Dr. MA. Muazar Habibi, S.PSi, M.Pd., Dosen Pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ika Rachmayani, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing dan
mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.
7. I Made Suwasa Astawa, M.Sn., Dosen PA yang telah mendukung dan
mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PG- PAUD FKIP Universitas Mataram.
vii
8
9. Kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dan
dukungannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan atau belum sempurna baik dari segi isi, bentuk maupun
susunannya. Untuk itu kritik dan saran diharapkan dari berbagai pihak yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak pada umumnya dan insan pendidikan pada khususnya.
Mataram, 2017
Penulis
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JDUL ........................................................................................ i
HALAMAN LOGO FAKULTAS ................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
ABSTRAK..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah ............................. 3
1. Rumusan Masalah....................................................................... 3
2. Diagnosis Masalah...................................................................... 3
3. Pemecahan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Teori yang Relevan........................................................................... 7
1. Hakikat Boneka Tangan.............................................................. 5
2. Hakikat Kemampuan Berbahasa ................................................. 6
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................19
C. Kerangka Berfikir.............................................................................24
ix
10
D. Hipotesis Tindakan...........................................................................25
BAB III PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian..............................................................................26
B. Subyek dan Observer Penelitian .......................................................26
C. Faktor yang Diteliti...........................................................................26
1. Faktor Guru ................................................................................26
2. Faktor Siswa...............................................................................26
D. Variabel Penelitian ...........................................................................27
1. Definisi Operasional Variabel Harapan .......................................27
2. Definisi Operasional Variabel Tindakan .....................................27
E. Rancangan dan Langkah-Langkah Penelitian....................................28
F. Metode Pengumpulan Data...............................................................33
G. Instrumen Pengumpulan Data ...........................................................34
H. Teknik Analisis Data ........................................................................35
I. Indikator Keberhasilan/Indikator Kinerja .........................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 37
B. Pembahasan ........................................................................................ 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 96
B. Saran................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 99
LAMPIRAN
x
11
Penggunaan Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak Usia 4-5 Tahun Di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram
Tahun Ajaran 2016/2017
ABSTRAKOleh
TITI KADARSIHEIF 113 078
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara penggunaan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia pada kelompok usia 4-5 tahun di Paud Rinjani tahun pelajaran 2016-2017 setelah menerapkan metode bercerita dengan boneka tangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian jenis pengembangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelompok A yang berusia 4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege Tanjung karang yang berjumlah 16 orang anak yang terdiri 10 orang anak perempuan dan 6 orang anak laki-laki. Hasil penelitian diperoleh bahwa terbukti dari hasil penelitian yang dimulai dari tahap pengembangan I yang mencapai 65%, menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak belum mencapai targe ketercapaian dalam penelitian ini yakni 80%. Hal ini disebabkan karena masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang mengakibatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak belum terstimulasi dengan baik sehingga pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak masih berjalan lambat. Kemudianmengalami peningkatan hingga 81% pada tahap pengembangan II dan telah mencapai target penelitian. Hal ini karena usaha guru yang sangat maksimalmelakukan pembenahan kinerjanya dalam mengelola kelas sebelum selama proses pembelajaran melalui kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan hingga membawa dampak yang besar terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak kelompok A PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram.
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 yang
masih membutuhkan stimulasi pada setiap perkembangannya, diantaranya
perkembangan kognisi, bahasa, moral, fisik motorik, serta sosial emosional,
perkembangan tersebut dapat berkembang secara optimal bila diberikan
rangsangan yang sesuai dengan tahapan-tahapan usia anak.Pengertian Anak
Usia Dini menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1, Pasal 1, Butir ke 14
menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah “Upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki
pendidikan lebih lanjut”. Tujuan utama diselenggarakannya Pendidikan Anak
Usia Dini adalah untuk membentuk anak indonesia yang berkualitas yaitu
anak yang tumbuh dan berkembangan sesuai dengan tingkat perkembangan
sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengurangi kehidupan di masa dewasa (Depdiknas, 2004).
Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini
adalah kemampuan bahasa. Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan
kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan
sistematikanya dalam berfikir, yang termasuk dalam pengembangan bahasa
1
2
selain dari berbicara adalah kemampuan menyimak, membaca, dan menulis.
Kemampuan bahasa pada anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan
usia dan karakteristik perkembangannya. Santrock (dalam Dhieni, 2008: 1.17)
menyebutkan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi
yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata
bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik (penggunaan) bahasa. Dengan
bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun
perasaannya pada orang lain.
Bahasa mencakup cara untuk berkomunikasi, di mana pemikiran dan
perasaan individu dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol seperti
lisan,tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, maupun mimik yang digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi
memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti,
perasaan dan pengalaman. Badudu (dalam Dheieni, 2008: 1.11) menyatakan
bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota
masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pikiran,perasaan, dan keinginannya. Pada anak usia 5-6 tahun, tingkat
kemampuan bahasanya sudah terlihat melalui proses pembelajaran.Tahapan
perkembangan bahasa anak menurut Peraturan Menteri 58 Tahun 2009 yaitu
menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan (membaca dan
menulis). Dari tahapan-tahapan tersebut, bagaimana cara guru ataupun orang
tua menstimulus sejak dini agar dapat berkembang sesuai dengan tahapan
usianya.
3
Berdasarkan kenyataan di lapangan, kemampuan bahasa pada anak
usia 5-6 tahun belum sepenuhnya tercapi seperti anak belum dapat memahami
bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (Pramembaca),
contohnya membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana
dan menceritakan isi buku yang menunjuk beberapa kata yang dikenalnya,
menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-
keterangan), melanjutkan sebagian cerita atau dongeng yang telah di
perdengarkan. Hal inilah yang menjadi dorongan untuk meningkat kosa kata
bahasa dalam menggunakan media boneka tangan. Maka dari itu peneliti
mengangkat masalah dengan judul “Penggunaan boneka tangan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia Anak Usia 4-5 tahun di
PAUD Rinjani PLN tahunajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana cara penggunaan boneka tangan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia Anak Usia 4-5 tahun di
PAUD Rinjani PLN tahunajaran 2016/2017?”
2. Diagnosis Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diagnosis masalah dari
penelitian ini adalah:
a. Kemampuan berbahasa anak masih rendah.
b. Penggunaan media dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak
masih kurang.
c. Penerapan kosa kata masih belum optimal.
4
3. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan dan diagnosis masalah di atas, cara yang
dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak adalah
dengan memanfaatkan media boneka tangan dan menciptakan kegiatan
yang bervariasi untuk memperkenalkan berbagai kosa kata sehingga
kemampuan bahasa anak menjadi lebih optimal.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui cara penggunaan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia pada kelompok usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani tahun
ajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan guru mengenai peningkatan kemampuan berbahasa
anak.
2. Meningkatkan kreatifitas guru melalui pembelajaran dengan kegiatan
bercerita khususnya dengan menggunakan boneka tangan.
3. Sebagai bahan untuk menambah informasi bahwa data yang diperoleh
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan penggunaan
boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak
di Paud Rinjani PLN Bendege Tanjung Karang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Boneka Tangan
a. Pengertian Boneka Tangan
Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sering
termasuk tiruan dari binatang. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat
boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita zaman sekarang
(Asfandiyan, 2009:19). Boneka merupakan alat peraga yang
disesuaikan dengan karakteristik anak usia 4-5 tahun. Piaget (dalam
Suyanto, 2005:53) menyatakan bahwa anak usia 4-5 tahun berada pada
masa Praoprasional. Pada masa ini anak mampu mengadakan
representatif dunia pada tingkatan yang kongkrit. Boneka menjadi alat
peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita. Tokoh-tokoh
yang diwujudkan melalui boneka berbicara dengan gerakan-gerakan
yang mendukung cerita dan mudah diikuti anak. Melalui boneka anak
tahu tokoh mana yang sedang berbicara, apa isi
pembicaranya,bagaimana pelakunya (Musfiroh, 2005: 147).
Simanjuntak (dalam Latif, 2014:42) mengungkapkan bahwa
boneka dapat digunakan sebagai alat peraga untuk membawakan cerita
kepada anak-anak, karena boneka merupakan objek yang dekat dengan
mereka.
5
6
Sedangkan menurut Dhieni bercerita menggunakan boneka
tangan adalah cerita dengan menggunakan boneka yang dapat
dimasukkan ke tangan (2011:6.52). Boneka tangan mengandalkan
keterampilan guru dalam menggerakkan ibu jari dan telunjuk yang
berfungsi sebagai tulang tangan. Boneka tangan biasanya kecil dan
dapat digunakan tanpa alat bantu yang lain, guru perlu memberikan
kesempatan pada anak untuk mencoba boneka tangan sambil
menceritakan kembali isi cerita tersebut guna mengembangkan
kemampuan berbahasa anak (Suhartono, 2005:7).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bercerita menggunakan boneka tangan merupakan cara penyajian
cerita dengan menggunakan alat peraga berupa boneka yang
dimasukkan dan digerakan oleh tangan. Boneka dipilih karena sesuai
dengan karaktristik anak usia 4-5 tahun yang mampu mengadakan
resperentatif dunia pada tingkatan yang kongkrit.
b. Langkah – Langkah Menggunakan Boneka Tangan
Dhieni (2011:6.53) mengemukakan langkah-langkah dalam
penggunaan boneka tangan sebagai berikut:
1) Pendidik menyiapkan alat peraga dan boneka yang diperlukan
2) Pendidik mengatur posisi tempat duduknya
3) Pendidik menunjukkan alat peraga yang telah disiapkan dan
menyebutkan nama tokoh-tokoh dalam cerita.
4) Pendidik memberi tahu judul ceritanya
7
5) Pendidik bercerita dengan melaksanakan dialog/percakapan antar
boneka
6) Sambil bercerita pendidik menggerakkam boneka tangan secara
bergantian
7) Setelah selesai bercerita pendidik memperhatikan kembali seluruh
boneka tangan secara bergantian
8) Anak menyimpulkan isi cerita
9) Pendidik melengkapi kesimpulan isi cerita dari anak
Dari uraian langkah – langkah pelaksanaan bercerita dengan
menggunakan boneka tangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
untuk mewujudkan suatu kegiatan bercerita yang memiliki makna dan
pembelajaran bagi anak, maka pendidik perlu memperhatikan langkah-
langkah dalam pelaksanaan kegiatan bercerita ini, terutama untuk
meningkatkan kemampuan berbicara anak, pendidik harus
memberikan kesempatan anak untuk menceritakan kembali isi yang
sudah dibawakan dengan menggunakan boneka tangan.
c. Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Bercerita dengan
Menggunakan Boneka Tangan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika bercerita
dengan boneka tangan menurut Latif (2014 : 42)
8
1) Memilih Boneka
Pilihlah boneka yang menarik dan disesuaikan dengan
jumlah tokoh yang ada dalam cerita, usahakan boneka yang satu
dengan boneka yang lain berbeda, baik bentuknya, pakaiannya,
dan warnanya.Tujuannya untuk mengenalkan kepada anak –anak
tentang karakter-karakter tokoh ang disesuaikan dengan perannya.
2) Memiliki Suara yang Berbeda
Suara mempunyai peran yang cukup besar untuk
memaksimalkan penyampaian materi dalam
bercerita.Kemampuan menirukan suara, baik suara tokoh,
binatang maupun benda-benda yang ada di sekitar membuat si
pendongeng dapat lebih ekspresif dalam menyampaikan cerita.
Dengan memiliki suara-suara yang banyak, mendongeng dengan
boneka tangan akan lebih menarik dan dapat dinikmati anak-anak
dengan baik.
3) Diskusi
Ajak anak untukdiskusi baik dengan pendongengnya
maupun dengan boneka yang dibawanya, sehingga cerita akan
lebih hidup dan anak-anak akan merasakan ikut terlibat dalam
sebuah cerita.
d. Karaktristik Bercerita dengan Menggunakan Boneka Tangan
Bercerita dengan menggunakan boneka tangan memiliki
beberapa karakter sebagai berikut:
9
1) Tampilan boneka tangan disukai anak
2) Topik cerita menarik perhatian anak
3) Disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak
4) Menghubungkan pengalaman dengan keetertarikan
5) Penyajian cerita sangat bersahabat dan menjadi kesukaan anak
6) Ilustrasi cerita sangat relevan pada latar belakang keluarga dan
budaya anak.
7) Isicerita merupakan kesukaan anakyang selalu ingin didengar
8) Bahasa dan boneka tangan mampu memberikan informasi serta ide
baru bagi anak.
e. Fungsi Bercerita Menggunakan Boneka Tangan
Dhieni (2011 : 6.29) membagi fungsi bercerita dengan
menggunakan alat peraga (boneka tangan) menjadi 2 yaitu:
1) Bagi anak
Sebuah cerita akan menarik untuk didengarkan dan
diperhatikan apabila menggunakan alat peraga. sehingga anak akan
mudah menyerapisi cerita
2) Bagi guru
Terasa lebih ringan dalam menyampaikan cerita karena
terbantu oleh peran alat peraga yang digunakan. Sehingga guru
akan lebih rileks dalam menyampaiakan cerita dan isi cerita dapat
tersampaikan dengan baik
10
2. Hakikat Kemampuan Bahasa
a. Pengertian kemampuan
Kata kemampuan merupakan dasar dari kata “mampu”, dalam
kamus lengkap bahsa Indonesia (2005:233) kata mampu berarti
kesanggupan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
menurut Puji Santosa (2005 : 518) kemampuan adalah keterampilan
berbuat, berpikir dan bernalar, serta dapat memperluas wawasan dan
mempertajam kompetensi.
Dari definisi kemampuan diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan dalam hal ini adalah kemampuan atau kesanggupan dalam
melakukan sesuatu untuk memperluas wawasan dan mempertajam
kompetensi.
b. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan,pendapat, perasaan dengan menggunakan
simbol-simbol, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan dan
membentuk kalimat yang mempunyaimakna. Bahasa adalah mencakup
segala sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan
untuk menyampaikan makna pada orang lain (Hurlock, 2008 : 176).
Bromley (dalam Dhieni, 2008:1.11) mendefinisikan bahasa sebagai
sistim simbol yang teratur untuk menstransfer berbagai ide maupun
informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.
Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca.
11
Sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak
dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara
sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Adapun kemampuan bahasa
anak usia dini terdiri dari kemampuan menyimak, mendengar
,berbicara, dan menulis.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perkembangan bahasa adalah simbol untuk menstranfer ide dan
informasi untuk menyatukan pikiran dan perasaan berupa makna
sebagai sarana berkomunikasi.
c. Kemampuan Bahasa
Kemampuan Bahasa dalam arti luas adalah kemampuan
mengorganisasikan pikiran, keinginan, ide, pendapat atau gagasan
dalam bahasa lisan maupun tulisan (Puji Santosa, 2005 : 518).
Sedangkan Badudu (dalan Dhieni 2005:1.8) berpendapat bahwa
kemampuan bahasa merupakan alat penghubung atau komunikasi
antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang
menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa
adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dengan baik
serta mempunyai makna yang dapat dipahami terdiridari menyimak,
berbicara, membaca dan menulis
12
3. Indikator Kemampuan Bahasa anak usia 4-5 tahun
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun
2009, ada 3 Tahapan perkembangan bahasa, yaitu mengungkapkan bahasa,
menerima bahasa, dan keaksaraan. Berikut indikator perkembangan bahasa
yang dimiliki anak usia 4-5 tahun :
No Tahapan Perkembangan Bahasa
Indikator Capaian
1. Menerima bahasa a. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan
b. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.
c. Memahami aturan dalam suatu permainan
2. Mengungkapkan bahasa a. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
b. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.
c. Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca,menulis dan berhitung.
d. Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada oarang lain
e. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
3. Keaksaraan a. Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.
b. Mengenal suara huruf awal dari mana benda-benda yang ada disekitarnya.
c. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama.
d. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.
e. Membaca nama sendiri.f. Menuliskan nama sendiri
13
4. Tahap-tahap Kemampuan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Secara umum tahap-tahap anak dapat di bagi kedalam beberapa
rentang usia, yang masing-masing menunjukan ciri-ciri tersendiri.
Menurut Guntur (dalam Susanto,2012:75) tahapan perkembangan sebagai
berikut:
a. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari
(1)Tahap meraban-1 (Pralinguistik 1) tahap ini dimulai dari bulan
pertama hingga bulan keenam di mana anak akan mulai menangis,
tertawa, dan menjerit. (2) Tahap meraban-2 ( Pralinguistik II) tahap ini
pada dasarnya merupakan tahapan kata tanpa makna mulai dari bulan
ke-6 hingga 1 tahun.
b. Tahap II (linguistik), terdiri dari 2 tahap yaitu ;(1) Holafrastik (1
tahun)Anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat
dalam satu kata dan ditandai dengan perbendaharaan kata anak
sehingga kurang lebih 50 kosa kata. (2) Frasa (1-2) anak mampu
mengucapkan dua kata dan ditandai dengan perbendaharaan kata anak
sampai dengan rentang 50-100 kata.
c. Tahap III ( Pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun )
pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat dan anak dapat
memperpanjang kata menjadi suatu kalimat.
d. Tahap IV ( Tata bahasa menjelang dewasa yaitu 6-8 tahun ) ditandai
dengan kemampuan menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat
komleks.
14
5. Aspek-aspek Kemampuan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Anak usia TK berada dalam fase perkembangan bahasa secara
ekspresif. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah dapat mengungkapkan
keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya melalui bahasa lisan.
Menurut Jamaris (dalam Susanto.2012:77), Aspek-aspek
perkembangan bahasa terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Kosakata, Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungannya, kosakata anak berkembang dengan
pesat.
b. Sintaksis, (tata bahasa), anak telah dapat menggunakan bahasa lisan
dengan susunan kalimat yang baik, misalnya “Alif membaca buku”
bukan “Alif buku membaca”.
c. Sematik (penggunaan kata sesuai tujuan) Anak di TK sudah dapat
mengekspresikan keinginan, penolakan, dan pendapatnya dengan
kalimat yang tepat. Misalnya “mau” untuk menyatakan keinginan.
6. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun
Owens (dalam Rita Kurnia, 2009:37) mengemukakan bahwa
karakteristik kemampuan bahsa anak usia 4-5 tahun sebagai berikut :
a. Sudah dapat mengungkapkan 900-1000 kosakata
b. Anak usia 4-5 tahun sudah dapat melakukan penyerapan arti kata baru
setelah mendengarnya sekali atau dua kali
15
c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan
tersebut.
d. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 4-5 tahun menyangkut
berbagai komentarnya terhadap apa yang telah dilakukan oleh dirinya
sendiri dan orang lain.
7. Karakteristik, Bentuk dan Fungsi Bahasa
Santrock (dalam Dhieni, 2008:1.17) berpendapat bahwa meskipun
setiap kebudayaan manusia memiliki berbagai variasi dalam bahasa,
namun terdapat beberapa karakteristik umum berkenaan dengan fungsi
bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan adanya dayacipta individu
yang kreatif.
Bahasa memiliki karakteristik yang menjadikannya sebagai bentuk
khas komunikasi. Ada beberapa karakteristik bahasa sebagai berikut:
a. Sistematis artinya bahasa merupakan suatu cara menggabungkan
bunyi-bunyian maupun tulisan yang bersifat teratur dan konsisten.
b. Arbitari, yaitu bahwa bahasa terdiridari hubungan-hubungan antara
berbagai macam suara dan visual, objek, maupun gagasan.
c. Fleksibel artinya bahasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman. Kosakata terus bertambah mengikuti kemmajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
d. Beragam, dalam hal pengucapan, bahasa memiliki berbagai variasi
dialek atau cara berbahasa.
16
e. Kompleks yaitu bahwa kemampuan berfikir dan bernalar di pengaruhi
oleh kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai
konsep, ide, maupun hubungan-hubungan yang dapat dimanupulasikan
saat berfikir dan bernalar (Dhieni,2008:1.18).
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak secara alamiah
untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bahasa sebagai alat sosialisai
merupakan suatu cara merespon orang lain. Bromly (dalam
Dhieni,2008:1.19) menyebutkan bahwa ada empat macam bentuk bahasa
yaitu menyimak,berbicara, membaca dan menulis. Bahasa yang bersifat
reseptif(dimengerti,diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Bahasa
reseptif seperti mendengarkan dan membaca suatu informasi, sedangkan
bahasa ekspresif seperti berbicara dan menuliskan informasi untuk di
komunikasikan kepada orang lain.
Bahasa digunakan untuk mengekspresikan keunikan individu,
Bromley (dalam Dhieni, 2005:1,17) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa
sebagai berikut :
a. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, anak yang
lapar dan mengatakan “mam-mam” mendapatkan makanan lebih cepat
daripada anak yang menginginkan makanan dengan menangis. Hal ini
terjadi penguatan bagi anak untuk mengulang kata tersebut jika
menginginkan makan lagi.
b. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol prilaku, anak yang
mengatakan ”ci-luk-ba” memahami makna kata-kata tersebut bahwa ia
17
harus menyembunyikan wajahnya dan orang dewasa dapat melihat
wajah anak kembali setelah menunggu beberapa saat.
c. Bahasa membantu perkembangan kognitif, secara simbolik bahasa
menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa memudahkan kita
untuk mengingat kembali suatu informasi yang baru diperoleh.
d. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain, bahasa
berperan dalam memelihara hubungan dengan orang sekitar, karena
bahasa dapat menjelaskan pikiran, perasaan dan prilaku.
e. Bahasa mengekspresikan keunikan individu, anak usia dini sering kali
mengkomunikasikan pengetahuan, pemahaman dan pendapatnya
dengan cara yang khas yang merupakan refleksi perkembangan
kepribadian anak
8. Keterampilan Berbahasa Anak Usia Dini
a. Kemampuan Menyimak
Perkembangan keterampilan menyimak pada anak berkaitan erat
satu sama lain, dengan keterampilan berbahasa khususnya berbicara.
Anak yang berkembang keterampilan menyimaknya akan berpengaruh
terhadap berbicaranya.
Bromley (dalam Dhieni, 2005:3.16) menyebutkan faktor yang
mempengaruhi kemampuan menyimak anak yaitu faktor penyimak,
faktor situasi, dan faktor pembicara.
b. Kemampuan Berbicara
18
Menjelang usia 4-5 tahun anak dapat memahami sekitar 8000 kata
dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat mencapai
9000 kata (Haris dan Sipay (dalam Dhieni,2005 : 35).
Berbicara dan menyimak adalah komunikasi dua arah atau tatap
muka yang dilakukan secara langsung. Kemampuan berbicara anak
diperoleh dari kegiatan menyimak dan membaca. Ada dua tipe
perkembangan membaca anak yaitu :
1) Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun dalam hal
ini anak berbicara kepada dirinya sendiri ( monolog)
perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam
mengembangkan kemampuan berfikirnya.
2) Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan
lingkungannya, hal ini berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut
terdapat 5 bentuk Socialized Speech yaitu :
a) Saling tukar informasi untuk tujuan bersama
b) Penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain
c) Perintah ancaman
d) Pertanyaan
e) Jawaban. (Dhieni, 2005: 3.5)
c. Kemampuan Membaca
Raines dan Canad (dalam Dhieni, 2005 :3.15) menyatakan bahwa
membaca merupakan suatu proses mengkonstruksikan arti dimana
19
terdapat ineraksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman
yang diperolehnya. Perkembangan bahasa anak berlangsung dalam
beberapa tahapan sebagai berikut :
1) Tahapan Fantasi (Magical Stage) pada tahap ini anak mulai belajar
menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku dan
membawa buku kesukaannya.
2) Tahap pembentukan konsep diri (Self Concep Stage) pada tahap ini
anak mulai memandang dirinya sebagai ‘pembaca’ hal ini terlihat
pada keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, anak berpura-
pura membaca buku, memknai gambar berdasarkan pengalaman
yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa buku yang
tidak sesuai dengan tulisannya.
3) Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage) Pada tahap ini
pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku
dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, Dapat
mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan
dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan
sudah mengenal abjad.
4) Tahap pengenalan bacaan (Take of Reader Stage) Anak mulai
menggunakan tiga sistem isyarat (Grophonik, sematik, sintakis ).
Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam
konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan,
20
serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak
susu, pasta gigi, dan lainnya.
5) Tahap membaca lancar (Indepandent Reader Stage) pada tahap ini
anak dapat membaca berbagai jenis buku.
Dari penjelasan diatas bahwa kemampuan membaca anak usia 4-
5 tahun sudah berada pada kelima tahapan tersebut.
d. Kemampuan Menulis
Menulis merupakan suatu media untuk berkomunikasi karna
anak dapat menyampaikan pikiran dan perasaanya melalui kata-
kata.Menurut poerwadarmiata menulis memiliki beberapa batasan
sebagai berikut: membuat huruf angka dengan pena,kapur, dan
sebagainya, mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat, dan lainnya dengan tulisan.
Kegiatan menulis di Taman Kanak-Kanak harus memperhatikan
kesiapan anak, kegiatan menulis dapat dilakukan jika perkembanagan
motorik halus anak sudah siap, hal ini dapat dilihat dari kesiapan anak
dalam memegang pensil. Pada awalnya anak memegang pensil hanya
dengan membuat coretan-coretan yang tidak bermakna, namun seiring
dengan perkembangannya anak akan mulai membiasakan jari-jarinya
untuk menulis dengan lebih baik. Ada dua kemampuan yang
diperlukan anak untuk menulis yaitu kemampuan meniru bentuk, dan
kemampuan menggerakkan alat tulis.
21
Brewer (dalam Dhieni, 2005:3,8) mengemukakan 4 tahapan
dalam kemampuan menulis yaitu: Scibble stage tahap mencoret atau
membuat goresan, linear Reparitative Stage tahap anak menelusuri
bentuk tulisan horizontal, Random Letter Stage tahap menulis random,
yaitu anak belajar tentang berbagai bentuk tulisan dan mengulang
berbagai kataatau kalimat, dan Letter Name Writing or Phonetic
Writing yaitu tahap menulis nama, dimana anak mulai menyusun dan
menghubungkan antara tulsan dan bunyinya.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tahapan
kemampuan menulis anak usia 4-5 tahun berawal dari tahapan yang
sederhana hingga yang lebih kompleks yaitu ditandai dengan anak
sudah mulai meniru huruf, menulis namanya sendiri, menulis huruf
dan meniru kata dalam tulisan.
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Bahasa
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh
keterampilan bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5
faktor (Syamsu Yusuf,2011:121) yaitu:
a. Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor yang sanagat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak, oleh karnanya orang tua perlu
diperhatikan kondisi kesehatan anak, upaya yang dilakukan seperti
memberikan ASI, makanan yng bergizi, memelihara kebersihan tubuh
dan rutin memeriksakan anak kedokter.
22
b. Intelegensi
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat
intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada
umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal
c. Status sosial ekonomi
Perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi yang rendah
mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik.
Kondisi ini disebabkan karena kesempatan belajar yang diberikan serta
perbedaan kecerdasan.
d. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia dua tahun anak
wanita menunjukkan perkembangan lebih cepat dari anak laki - laki.
e. Hubungan Keluarga
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, memfasilitasi
perkembangan bahasa anak akan membuat anak berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik, sebaliknya hubungan yang tidak
sehatdapat mengakibatkan anak mengalami kesulitan atau kelambatan
dalam perkembangan bahasanya.
23
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan terkait penggunaan media boneka tangan
untuk melancarkan bahasa indonesia anak usia 4-5 tahun di Paud Rinjani
Bendega Mataram.
1. Hadisetyo (2010). Jurnal penelitian yang berjudul Penggunaan Media
Boneka Tangan sebagai Media untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbahasa Lisan melalui Metode Bercerita pada Peserta Didik kelas B TK
Aisyayah VII Kecamatan Wonosobo tahun 2010. Hasil yang di peroleh
dalam penelitiannya menyatakan bahwa terjadinya peningkatan dalam
kemampuan berbahasa lisan anak. Dengan demikian media boneka tangan
dapat dinyatakan efektif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa lisan anak. Dengan metode penelitian deskriftif
kualitatif dan pengumpulan datanya berupa lembar pengamatan dan
tekhnik pengumpulan data melalui Observasi. Dalam proses pembelajaran
dinyatakan pula semua peserta didik menyukai media boneka tangan dan
mengusulkannya agar di gunakan pada pembelajaran yang lain. Mereka
merasa tidak sedang belajar melainkan merasa sedang bermain sehingga
mereka bisa berdialog sesui dengan naskah drama
(http://hadisetyo.wordpress.com).
2. Uyun, AimahCurutul (2015). Skripsi yang bejudul Peningkatan
KemampuanMenyimak Anak Kelompok BMelalui Permainan Sirkuit Bisik
Berantaidi RA Perwanida Kabupaten Kediri tahun 2105. Jurusan
Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
24
Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Drs. Kentar Budhojo, M.Pd,
(II) Dra. Sutansi, M.Pd Kata Kunci: kemampuan berbahasa, permainan
sirkuit bisik berantai Berdasarkan obsevasi yang telah dilakukan bahwa
kemampuan berbahasa anak masih rendah. Anak mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pendapat serta anak belum mampu fokus dalam
mengikuti pembelajaran. Penyebab permasalahan tersebut adalah metode
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kurang menarik bagi anak,
serta anak merasa bosan dan suka bermain sendiri. Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan: (1) mendeskripsikan pelaksanaan permainan
sirkuit bisik berantai untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak
kelompok B di RA Perwanida Kabupaten Kediri, (2) mendeskripsikan
penggunaan permainan sirkuit bisik berantai agar dapat meningkatkan
kemampuan menyimak anak kelompok B di RA Perwanida Kabupaten
Kediri. Pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis PTK yang terdiri dari 1 siklus dengan dua kali pertemuan.
Pada pelaksanaannya dilakukan beberapa tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan
anak didik kelompok B RA Perwanida Kabupaten Kediri dengan jumlah
peserta 22 anak. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26
Januari 2015 sampai 12 Februari 2015. Dalam penelitian ini peneliti
berkolaborasi dengan guru kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
permainan bisik berantai sirkuit dalam kegiatan pembelajaran terbukti
25
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan bahasa anak kelompok B. Pada pertemuan pertama sebesar
63%, sedangkan pada pertemuan kedua mencapai 88,7%. Kemampuan
bahasa anak mengalami peningkatan sebesar 25,7%.
Berdasarkan pada hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
langkah-langkah permainan sirkuit bisik berantai dapat meningkatkan
kemampuan bahasa anak. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar
pendidikan anak usia dini dapat menerapkan langkah-langkah
pembelajaran yang motivatif, inovatif, menarik, menyenangkan, menambah
kosa kata, dapat melancarkan komunikasi dan daya ingat anak dalam
pembelajaran untuk mencapi hasil yang maksimal.
3. Ultra, Mulyasari (2015). Skripsi yang berjudul Penggunaan Media Boneka
Tangan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita pada Siswa
Kelas I SDN Madyopuro 03 Malang. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar
dan PraSekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (1) Dr. Suharjo, M.S., M.A (2) Dra. Nihayati, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci: Boneka Tangan, Kemampuan Menyimak, SD Penguasaan
kemampuan bahasa yang pertama kali harus dimiliki oleh anak yaitu
kemampuan menyimak. Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran
dikelas I SDN Madyopuro 03 diketahui bahwa nilai rata-rata kelas yang
dimiliki yaitu 56,56 dan persentase siswa yang mendapatkan nilai dibawah
KKM sebesar 58,14%. Halter sebut menunjukkan bahwa kemampuan
menyimak cerita siswa kelas I SDN Madyopuro 03 belum optimal. Hal ini
26
disebabkan karena guru belum menggunakan media pembelajaran yang
sesuai. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran kemampuan menyimak cerita siswa kelas I SDN Madyopuro
03 dengan menggunakan media boneka tangan serta untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menyimak cerita siswa kelas I SDN Madyopuro
03 setelah menggunakan media boneka tangan. Pendekatan yang
digunakan didalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif
dengan jenis penelitian berupa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
secara kolaboratif dengan guru kelas. Subjek penelitian yaitu siswa kelas I
SDN Madyopuro 03 Kota Malang. Tahapan penelitian ini terdiri dari 1)
perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan dan pengamatan; serta 3) refleksi.
Pelaksanaan pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media
boneka tangan telah berjalan dengan baik dalam 2 siklus. Hal tersebut
dibuktikan dari adanya kesesuaian antara kegiatan pembelajaran menyimak
cerita dengan rencana pelaksanaan pembelajaran penggunaan media
boneka tangan. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada penelitian
ini, yaitu kegiatan menyimak cerita, Tanya jawab dan mengerjakan lembar
kegiatan individu menyimak cerita.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan
menyimak cerita. Peningkatan hasil belajar yang didapatkan siswa pada
tahap pratindakan yaitu 56,56 dengan tingkat keberhasilan sebesar 41,86%
,meningkat menjadi 74,71 dengan tingkat keberhasilan 63,96% pada siklus
I, meningkat lagi menjadi 82,90 dengan tingkat keberhasilan sebesar
27
81,40% pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu media boneka
tangan secara efektif dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak cerita pada siswa kelas I. Saran bagi guru yaitu untuk melakukan
persiapan yang matang dalam menggunakan media boneka tangan, dan
untuk kepala sekolah hendaknya menyediakan media boneka tangan
beserta kelengkapan panggung boneka.
4. Hesti Winariani (2015). Skripsi yang berjudul Pengembangan
Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Becerita
Menggunakan Boneka Tangan Di TK Dharma Wanita Tunjung Sari
Ampenan Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan yang hendak ingin dicapai
adalah untuk mengetahui penerapan kegiatan bercerita menggunakan
boneka tangan agar dapat meningkatan kemampuan berbicara anak usia 4-
5 tahun di TK Dharma Wanita Tunjung Sari Ampenan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian pengembangan dalam tiga tahap pengemabangan.
Setiappengembangan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriftif
kualitatif. Dari hasil analisis data 10 anak usia 5-6 tahun diketahui bahwa
pada tahap pengembangan I, ketercapaian tingkat kemampuan berbicara
anak rata-rata mencapai nilai 65% atau dapat dikatakan belum maksimal
maka dilakukan prosespegembangan II, padatahappengembang II hasil
anak diperoleh rata-rata anak mencapai 81%. Hal tersebut menunjukan
bahwa penerapan kegiatan bercerita menggunakan media boneka tangan
28
dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK
Dharma Wanita Tunjung Sari tahun ajaran 2015-2016.
C. Kerangka Berfikir
Penguasaan anak dalam berbahasa akan terus tumbuh dan
berkembang. Seiring berjalannya waktu akan terjadi peningkatan baik kualitas
maupun kuantitias produk bahasnya. Secara bertahap kemampuan anak akan
meningkat, bermula dari mengeksprsikan suara saja, hingga mengeksprsikan
dengan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan anak bermula hanya
menggunakan gerakan dan isyarat saja untuk menunjukkan ketertarikan
ataupun keinginannya, namun secara bertahap komunikasi tersebut
berkembang menjadi ujaran yang tepat dan jelas.
Walaupun kemampuan berbicara pada tiap anak berbeda – beda,
namun pada dasarnya semua anak pasti akan melalui tahap perkembangan
berbicara yang sama. Perbedaan-perbedaan yang terjadi dipengaruhi oleh
stimulus yang diberikan oleh lingkungan.Salah satu yang menjadi lingkungan
terdekat anak adalah sekolah. Dan guru sebagai pendamping anak di sekolah
harus memberi dukungan, bimbingan, dan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuannya tersebut, salah satunya dengan merancang
keegiatan pembelajaran yang tepat bagi anak untuk bias mengembangkan
kemampuannya khususnya kemampuan berbicara.
Namun pada kenyataannya kegiatan untuk melatih kemampuan
berbicara ini masih sangat kurang.Penggunaan mediapun sangat kurang
variatif. Guru masih kuraang memperhatikan perkembangan keemampuan
29
berbicara, guru lebih banyak fokus pada kemampuan menulis dan berhitung
saja. Hal ini terlihat dari sebagian anak yang masih belum mampu untuk
berbicara lancer di depan orang lain, anak sangat sulit untuk menngungkapkan
pendapat ataupun ideanya kepada orang lain, anak juga terlihat masih sangat
kurang baik dalam berkomunikasi dengan orang dewasa maupun dengan
teman-teman sebayanya, dan sebagainya. Dengan demikian diperlukan suatu
metode yang dapat membantu anak dalam mengungkapkan dan
mengeksprsikan dirinya secara nyata yaitu melalui metode bercerita. Dan juga
tidak hanya metode akan tetapi alat bantu pembelajaran atau mediapun kan
menjadi sangat penting untuk membantu mewujudkan suatu pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Dengan menggunakan
mediadalam suatu pembelajaran maka akan lebih dapat menarik perhatian
anak untuk memperhatikan apa yang ingin guru sampaikan.
Mengembangkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan cara
mengoptimalkalkan penggunaan metode bercerita dalam peroses kegiatan
belajar mengajarnya. Untuk pengoptimalan penggunaan metode ini maka
dapat diguunakan boneka tangan sebagai media untuk mempermudah guru
dalam menyajikan cerita kepada anak sehingga isi cerita mudah dipahami.
Penyajian cerita dengan bantuan boneka tangan mendorong anak untuk
lebih senang berbicara. Ketika dalam proses bercerita dengan menggunakan
boneka tangan, anak akan merasa lebih tertarik untuk mendengarkaan cerita
tersebut dan ketika anak sudah tertarik maka ia akan menemukan suatu kesan
tersendiri yang kesan tersebut akan ia ungkapkan melalui berbicara. Sehingga
30
dapat dikatakn bahwa dengan menggunakan boneka tangan akan mampu
mengoptimalkan mengoptimalkan kemampuan berbicara anak. Hali ini
diyakini dapat mendorong dan memotivasi anak dalam belajar berbicara.
Melihat kegunaan dan keunggulan menggunakan media boneka dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A, maka dapat
disimpulkan bahwa bercerita dengan menggunakan boneka tangan merupakn
metode yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan bahasa
anak usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram tahun pelajaran
2016/2017.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam Penelitian ini adalah apabila kegiatan
bercerita menggunakan boneka tangan dilaksanakan dengan baik dan
berulang-ulang maka dapat meningkatkan Kemampuan Berbahasa Indonesia
anak usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN Mendege Mataram Tahun
Pelajaran 2017.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertempat di PAUD Rinjani PLN Bendege
Mataram yang didirikan pada tanggaal 10 November 2005 berdiri di atas
tanah seluas 250 m2 yang beralamatkan di Jalan Sultan Hasanudin gudang
material PLN Mataram. PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram dikelilingi
oleh perkampungan warga.
Adapun pembelajaran di PAUD RinjaniPLN Bendege Mataram ini
menggunkan metode bercakap-cakap, bernyanyi, dan pemberian tugas
dikarenakan guru PAUD Rinjani Bendege Mataram jarang menggunakn Alat
Permainan Edukatif (APE) terutama boneka tangan dalam pembelajarannya,
alasan lain karena keterbatasan kemampuan guru dalam penggunaan media
pembelajaran khususnya boneka tangan.
Kemampuan berbahsa anak kelompok A di PAUD Rinjani PLN Bendege
Mataram masih sangat kurang, di mna masih banyak anak yang belum mampu
mengungkapkan pendapatnya, bahkan jika gurunya bertanyapun hanya
sebagian kecil anak saja yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Maka dari itu peneliti melakukan pelaksanaan pengembangan guna
meningkatkan kemampuan berbahasa anaj kelompokA di PAUD Rinjani PLN
Bendege Mataram.
31
32
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelompok A yang berusia
4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege Tanjung karang. Adapun jumlah
peserta didiknya sebanyak 16 orang anak yang terdiri 10 orang anak
perempuan dan 6 orang anak laki-laki dengan tingkat kemampuan dan
pertumbuhan serta perkembangan yang berbeda
C. Faktor yang Diteliti
Faktor yang akan menjadi pusat dari penelitian ini adalah :
1. Faktor Anak
Kemampuan Kemampuan Berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun di
PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram.
2. Faktor Guru
Kemampuan Guru dalam menyusun merencanakan kegiatan dan
pelaksanaan bercerita menggunakan Boneka Tangan, mulai dari pijakan
lingkungan main seperti menyusun rencana pembelajaran (RKH) dan
menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, pijakan
sebelum main seperti melakukan apersepsi dan membuat aturan main,
Pijakan selama main saat guru bercerita menggunakan boneka tangan dan
dilanjutkan dengan memberi kesempatan pada anak untuk bercerita
kembali. Pijakan setelah main, guru melakukan recalling dan menutup
pembelajaran
33
D. Variabel Penelitian
Peneliti perlu memberikan batasan terkait definisi oprasional dari tiap
variabel yang di gunakan. Untuk itu, pada bagian ini akan dideskripsikan
definisi oprasional dari variabel harapan dan variabel tindakan.
1. Definisi Operasional Variabel Harapan
Yang dimaksud dengan Kemampuan Bahasa adalah kemampuan
dalam berkomunikasi secara lisan dengan baik serta mempunyai makna
yang dapat dipahami terdiridari menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Aspek bahasa dalam penelitin ini antara lain, Memahami
pertanyaan yang kompleks, Menyebutkan dan membedakan bunyi atau
suara dan kata sederhana, Berkomunikasi atau berbicara lancar, Merangkai
kata menjadi kalimat sederhana serta mengkomunikasikannya,
Mengekspresikan Ide dengan perbendaharaan kata yang dimiliki, dan
Melanjutkan cerita guru.
2. Definisi Operasional Variabel Tindakan
Media pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Boneka Tanganyang merupakan cara penyajian cerita dengan
menggunakan alat peraga berupa boneka yang dimasukkan dan digerakan
oleh tangan. Boneka dipilih karena sesuai dengan karaktristik anak usia 4-
5 tahun yang mampu mengadakan resperentatif dunia pada tingkatan yang
kongkrit.bercerita menggunakan boneka tangan merupakan cara penyajian
cerita dengan menggunakan alat peraga berupa boneka yang dimasukkan
dan digerakan oleh tangan. Boneka dipilih karena sesuai dengan
34
karaktristik anak usia 4-5 tahun yang mampu mengadakan resperentatif
dunia pada tingkatan yang kongkrit.Aspek-aspek dalam Boneka tangan
terdiri dari keguanaan, ketepatan, dan kelayakanAspek-aspek tersebut
digunakan untuk menentukan kelayakan beoneka tangan sebagai media
pembelajaran.
E. Rancangan dan Langkah – Langkah Penelitian
Penelitian ini menggunakan tahapan pengembangan untuk
meningkatkan bahasa Indonesia Anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan
bercerita menggunakan boneka tangan di PAUD Rinjani PLN Bendege
Mataram Tahun Ajaran 2017-2018.
Rancangan penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap pengembangan,
dan bila belum mencapai target, dapat di lanjutkan pada tahap pengembangan
berikutnya. Setiap tahap pengembangan terdiri dari beberapa tahapan yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan ( analisis kegiatan hasil
pengembangan yang telah dilakukan).
Sehubungan dengan itu berikut gambaran model tahap penelitian yang
di adopsi dari penelitian tindakan kelas oleh Iskandar (2011 : 67) :
Siklus I
1. Perencanaan
Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam menyusun
perencanaan penelitian ini adalah berdiskusi dengan guru kelas untuk
memperoleh gambaran awal tentang kemampuan Berbahasa anak di
kelompok A. Hal ini dilakukan untuk menyatukan persepsi mengenai
35
kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan yang akan diterapkan
sesuai dengan kemampuan berbahasa anak.
Langkah kedua, peneliti menyusun rancangan tindakan berupa model
rencana pembelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Menentukan variabel dan indikator dalam membuat RKH
b. Menentukan tema dan sub tema
c. Menentukan naskah cerita sesuai tema
d. Membuat rancangan pembelajaran (RKH)
e. Menyiapkan media/APE dan sumber belajar yaitu boneka tangan
f. Menyiapkan kamera untuk data visual dan dokumentasi
Langkah ketiga, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa
lembar observasi aktivitas guru dan penilaian perkembangan anak dalam
rangka pengembangan kemampuan berbicara anak melalui kegiatan
bercerita menggunakan boneka tangan. Langkah terakhir adalah menyusun
jadwal pelaksanaan tindakan. Jadwal yang di sesuaikan dengan jam belajar
yang telah disusun sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu
kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti berperan sebagai pengamat dan penilaian, guru
sebagai pelaksanaan dalam melaksanakan kegiatan bercerita mengguakan
boneka tangan berdasarkan rencana yang telah disusun pada setiap
pengembangan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sebagai berikut :
36
a. Pijakan Lingkungan Main
1) Menyiapkan Rencana kegiatan harian (RKH)
2) Menyiapkan media boneka tangan untuk kegiatan bercerita
3) Menata tempat atau kelas untuk kegiatan pembelajaran
4) Memastikan tempat main dan alat main yang digunakan dalam
keadaan aman.
b. Pijakan sebelum Main
1) Berdoa sebelum memulai kegiatan
2) Menucap salam, absensi dan menayakan kabar anak
3) Menyiapkan tema hari ini
4) Tanya jawab tentang pengalaman atau kegiatan anak yang
berhubungan dengan tema
5) Menjelaskan kegiatan main hari ini dan mengkaitkannya dengan
tema
6) Mengenalkan media boneka tangan dan cara menggunakannya
untuk merangsang agar anak dapat berekspresi dan bereksplorasi
saat bercerita
7) Membangun aturan main
c. Pijakan selama Main
1) Guru menyajikan cerita menggunakan boneka tangan dengan baik
sehingga menarik perhatian anak
37
2) Guru memotivasi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
berekspresi sendiri menggunakan boneka tangan sesuai dengan isi
cerita yang telah di sampaikan
3) Anak menceritakan kembali dan melanjutkan cerita menggunakan
boneka tangan dengan bahasa sendiri
4) Guru mendampingi dan membimbing anak yang mengalami
kesuliatan dalm kegiatan
5) Guru mengingatkan aturan main yang telah disepakati
6) Guru mengamati dan mencatat perkembangan kemampuan
kosakata anak saat bercerita
7) Anak menyimpulkan isi cerita
8) Guru menstimulus gagasan anak
d. Pijakan setelah main
1) Membereskan mainan yang telah digunakan
2) Anak dan guru duduk melingkar
3) Menayakan perasaan anak selama bermain dengan boneka tangan
4) Recalling dengan meminta anak untuk mengungkapkan isi cerita
dan karakteristik tokoh cerita secara singkat
5) Menyampaikan kegiatan yang akan datang
6) Menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucap salam
38
3. Pengamatan
Pengamatan dalam meningkatkan kosakata anak melalui kegiatan
bercerita melalui boneka tangan dilakukan bersamaan saat pelaksanaan
tindakan pembelajaran.Hasil pengamatan dicatat dalam lembar observasi.
Pengamatan dilakukan pada setiap pertemuan dalam kegiatan
bercerita. Hasil pengamatan yang dilakukan dapat mempengaruhi
penyusunan pada tahap berikutnya. Hasil pengamatan pada tahap
kemudian direflesikan untuk perencanaan pengembangan berikutnya demi
pencapaian hasil yang terbaik.
4. Refleksi
Hasil yang ditemukan dalam tahap pengamatan dikumpulkan dianalisis
oleh peneliti. Hasil analisis yang dilakuakan akan digunakan sebai bahan
dasar acuan untuk merencanakan penerapan berikutnya.
Berikut langkah-langkah refleksi hasil pengamatan pengembangan I :
a. Mendiskusikan hasil yang telah dicapai dengan guru kelas
b. Menyimpulkan hasil pengamatan
c. Merekomendekasikan hal-hal yang perlu di perbaiki pada
pengembangan berikutnya
Refleksi dilakukan untuk melihat efektifitas penerapan kegiatan
bercerita menggunakan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan
kosakata anak. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti mengadakan
perbaikan dan penyempurnaan rencana pelaksanaan kegiatan untuk
kemudian dilaksanakan pada pengembangan berikutnya.
39
Siklus II
Tahap pengembangan II sama dengan tahap pengembangan I, Tetapi
kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan disusun dari hasil evaluasi
tahap pengembangan I yang telah di perbaiki dan lebih disempurnakan
terutama dalam teknik penyajian bercerita agar anak lebih antusias untuk
mengungkapkan ide ataupun imajinasinya dalam bercerita.
Siklus III
Siklus III sama dengan siklus I dan II, tetapi kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan disusun dari hasil evaluasi siklus II yang
telah diperbaiki dan lebih disempurnakan terutama dalam teknik
pendekatan terhadap tiap individu anak agar anak lebih nyaman dalam
mengungkapkan ide ataupun imajinasinya dalam bercerita.
F. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan yang disertai catatan-catatan tentang keadaan atau
prilaku objek suatu sasaran. Dalam hal ini, observasi dilakukan dengan
mengamati perkembagan kemampuan Berbahasa Indonesia anak melalui
kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan di PAUD Rinjani PLN
Bendege Ampenan dengan menggunakan lembar observasi dan pedoman
pengamatan.
40
2. Dokumentasi
Metode ini merupakan penelaahan terhadap refrensi-refrensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumentasi ini
dapat berupa catatan-catatan, gambar, buku, foto dan sebagainya. Data
yang berupa dokumen ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan
penelitian.
G. Insrtumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang
akan digunakan pada proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan
Kemampuan Berbahasa anak dengan mengamati tingkah laku anak dalam
setiap tahap kegiatan penelitian. Alat lain yang di gunakan untuk
mengumpulkan data yakni dokumentasi yang dapat berupa dokumen pribadi
anak ataupun foto-foto kegiatan anak dalam hal bercerita.
Berikut ini adalah kisi-kisi insrtumen untuk mengumpulkan data
pengembangan kemampuan Berbahasa anak usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani
PLN Bendege Ampenan tahun pelajaran 2016-2017 melalui kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-5 tahun
No Aspek Indikator Skor1 2 3
1 Perkembangan Bahasa
a. Memahami pertanyaan yang kompleks
b. Menyebutkan dan membedakan bunyi/ suara dan kata sederhana
41
c. Berkomunikasi/ berbicara lancar
d. Merangkai kata menjadi kalimat sederhana serta mengkomunikasikannya
e. Mengekspresikan Ide dengan perbendaharaan kata yang dimiliki
f. Melanjutkan cerita guru
Keterangan :
Setiap indikator diberi skor : 1, 2, 3
Skor 1 apabila pada indikator tersebut, anak mulai berkembang
Skor 2 apabila pada indikator tersebut, anak berkembang sesuai harapan
Skor 3 apabila pada indikator tersebut, anak berkembang sangat baik.
H. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2015: 335) menyatakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari awal
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dalam unit-unit, melakukan,
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Data yang dikumpulkan dari hasil observasi dan
dokumentasi anak dianalisis secara deskriptif kualitatif yakni dengan
memfokuskan penelitian selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data dan dalam memberikan penfsiran terhadap hasil berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka.
42
Adapun Analisis data dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
peningkatan kosakata anak usia 4-5Tahun melalui kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan. Dalam hal ini, Peneliti dapat melihat secara
langsung, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak atau hasil tindakan, baik
secara proses maupun hasil kegiatan pengembangan dengan menggunakan
lembar observasi.
Selanjutnya data yang telah terkumpul dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase Indikator
f : Frekuensi Indikator ynag Dicapai
∑f : Jumlah Indikator Yang Dicapai(Nurkancana dan Sunartana, 2009)
I. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja dikatan berhasil apabila proses pembelajaran yang di
laksanakan guru sudah dilaksanakan secara optimal, bilamana aktifitas-
aktifitas yang dilakukan akan telah memenuhi kriteria dalam
mengembangakan tingkat kemampuan berbahasa Indonesia anak melalui
penggunaan Boneka tangan. Adapun Indikator kinerja dalam penelitian
pengembangan ini yaitu keberhasilan peneliti dilihat dari ketercapaian tingkat
perkembangan berbahasa Indonesia anak dengan menggunakan boneka
tangan dapat mencapai nilai optimal 80%. Pembelajaran untuk anak dikatakan
= ∑ %
43
maksimal apabila aspek perkembangan bahasa anak terus meningkat sesuai
dengan indikator perkembangan kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun atau
kelompok A.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tahap Pengembangan I
Penelitian pengembangan I ini dilaksanakan pada Hari Senin dan
selasa tanggal 3dan 4 April 2017 pada sentra main peran, Proses
pembelajaran dilaksanakan dari jam 08:00 – 10:00 WITA. Selama proses
pembelajaran berlangsung observer mengamati kemampuan berbahasa
Indonesia anak melalui lembar observasi. Tema dan sub tema
pembelajaran yang sudah di tentukan sekolah. Adapun hasil yang
diperoleh dari penelitian tahap I ini dijabarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian Tahap Pengembangan INo Tahapan
PenelitianKegiatan Capaian Hasil Penelitian
1 Perencanaan a. Merumuskan indikator capaian
b. Menetukan tema dan sub tema
c. Menyususn rancangan
Indikator capaian dirumuskan berdasarkan tingkat perkembanagn anak usia 4-5 tahun pada Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 58 Tahun 2009 yang disesuaikan dengan kemampuan berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram.
tema/sub tema disesuaikan dengan tema/sub tema di sekolah saat itu yakni “binatang” dan sub tema “binatang berkaki empat”.
RKH disusun dengan format RKH yang ada di sekolah
44
45
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
pembelajaranatau RKH
d. Menyediakan media boneka tangan
e. Menyiapkan naskah cerita
f. Menyusun instrument penelitian
g. Menyiapkan alat dokumentasi
boneka tangan yang digunakan yakni boneka tangan yang telah tersedia di sekolah.
Naskah cerita diadopsi dari kumpulan cerita dimana para tokoh disesuaikan dengan media boneka tangan yang tersedia.
Instrument penelitain disusunnuntuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dalam langkah-langkah pembelajaran dan untuk mengamati kemampuan berbahasa Indonesia anak selama proses pembelajaran.
Alat dokumentasi yang tersedia berupa handphone untyk mengambil gambar/foto anak dan guru yang sedang bercerita.
2 Pelaksanaan 1. PijakanLingkungan Maina. Menyiapkan
rancangan kegiatan harian/RKH
b. Menyiapkan boneka tangan
c. Menata tempat bermain
d. Memastikan tempat dan alat main dalam
Sebelum anak masuk kelas, guru menyiapkan RKH hari itu di meja guru.
Guru menyiapkan boneka tangan yang akan digunakan sesuai tokoh yang ada dalam cerita yang akan disampaikan
Guru tidak menata tempat main secara khusus, tatanan ruang kelas tetap seperti apa adanya.
Guru memastikan tempat dan alat main dalam keadaan aman.
46
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
keadaan aman2. Pijakan Sebelum
Maine. Membuka
kegiatan dengan berdoa bersama, mengucapkan salam, mengecek kehadiran, dan menanyakan kabar anak
f. Tanya jawab terkait tema/sub tema, dan seputar pengalaman/ kegiatan anak yang berhubungan dengan tema/sub tema
g. Menjelaskan kegiatan main yang akan dilakukan terkait tema
h. Mengenalkan boneka tangan yang akan digunakan dan cara menggunakannya
i. Membuat aturan main
Guru mengawali kegiatan dengan berdoa bersama, mengucapkan salam, mengecek kehadiran dan menanyakan kabar anak. Semua anak mengikuti kegiatan pembuka dengan tertib.
Guru menjelaskan tentang tema/sub tema yanga akan dibahas yakni binatang/binatang berkaki empat.Guru menanyakan pengalaman anak seputar binatang berkaki empat. Sebagian besar anak aktif menjawab pertanyaan yang menggunakan kata Tanya “apa, mengapa, dan bagaimana” dengan baik serta mampu membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama.
Guru menjelaskan urutan langkah kegiatan bercerita yang akan dilakukan dan anak-anak fokus mendengarkan penjelasan guru.
Guru hanya memperlihatkan boneka tangan yang akan digunakan tanpa memberitahukan cara menggunakannya.Sebelum masuk ke kegiatan main, guru membuat aturan main yakni anak tertib menujutempat main, fokus saat mendengarkan cerita yang disampaikan guru.
47
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
3. Pijakan Selama Mainj. Menyajikan
cerita terkait tema menggunakan boneka tangan
k. Anak menceritakn kembali cerita yang telah disampaikan guru dengan menggunakan
Guru menyajikan cerita dengancukup baik namun hanyasebagian anak yangmendengarkan cerita sampai selesai
– Aa sudah sangat mahir bercerita tentang Harimau dan Anak Panda yang ada dalam cerita. Hamper seluruh indicator sudah berkembang optimal kecuali dalam melanjutkan cerita dan bertanya secara sederhana yang berkembang sesuai harapan.- Bb sudah sangat baik dalam membuat kalimat sederhana dan menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka serta dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama. Bb dapat menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri dan melafalkannya dengan benar. Bb juga dapat dapat menirukan suara Harimau dan Anak Panda dalam cerita tersebut.- Cc fokus memperhatikan guru bercerita sehingga ia dapat menirukan kembali suara si Anjing dan Serigala sesuai karakter tokoh dalam cerita tersebut dengan pelafalan yang benar, dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Pada saat melanjutkan cerita, Cc cukup
48
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
mampu menceritakan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri merangkai kata dengan kalimat sederhana serta dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama.- Dd tidak terlalu bersemangat saat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali secara urut dengan kalimat sendiri, serta terlihat malu-malu untuk mengeluarkan suaranya saat menirukan tokoh Anjing dan Serigala dalam cerita tersebut. Namun Dd sudah dapat membedakan dua kata berbeda dengan suku kata awal yang sama, dapat bercerita menggunkan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dan membuat kalimat sederhana dengan baik.- Ee dapat menirukan suara si Anjing dan Serigala sesuai karakter tokoh dalam cerita tersebut dengan pelafalan yang jelas dan benar. Ee juga dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali dengan menggunakan kalimat sendiri. Dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Namun masih kesulitan dalam membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, dan dalam merangkai kata menjadi kalimat sederhana.
49
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
- Ff sangat mahir menirukan kembali suara tokoh anjing dan serigala dengan pelafalan kata yang sangat jelas, dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, merangkai kata menjadi sebuah kalimat sederhana dengan sangat baik. Ff sudah dapat menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Namun masih kesulitan dalam melanjutkan cerita sesuai dengan idenya sendiri.
- Gg sangat cakap dalam menirukan kembali suara tokoh anjing dan serigala dengan pelafalan kata yang sangat tepat, dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, merangkai kata menjadi sebuah kalimat sederhana dengan sangat baik. Gg dapat menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Namun masih kesulitan dalam melanjutkan cerita sesuai dengan idenya sendiri.
- Hh dapat menirukan kembali suara tokoh anjing dan serigala dengan baik, dapat mengucapkan kata-kata dengan pelafalan kata yang sangat
50
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
jelas, dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, merangkai kata menjadi sebuah kalimat sederhana dengan sangat baik. Hh sangat lancar dalam menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Serta mampu melanjutkan cerita sesuai dengan idenya sendiri dengan baik.- Ii dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, merangkai kata menjadi sebuah kalimat sederhana dengan lafal yang baik. Ii sudah dapat menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Akan tetapi, Ii agak kesulitan menirukan kembali suara tokoh anjing dan serigala serta kesulitan dalam melanjutkan cerita sesuai idenya sendiri.
- Jj masih terlihat kesulitan dalam menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dan terlihat mallu-malu dalam menirukan suara tokoh anjing dan serigala sehingga pengucapan kata terdengar kurang jelas. Namun Jj dapat
51
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
l. Mendampingi dan membimbing anak yang kesulitan dalam bercerita
m. Mengingatkan aturan main yang telah disepakati
n. Mengamati dan mencatat hasil capaian perkembangan anak
membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, dan dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
sebagian besar anak kesulitan menggunakan boneka tangan karena ukuran boneka yang terlalu lebar. Namun guru tidak selalu mendampingi dan membimbing anak saat bercerita.
Guru kurang peka membaca suasana kelas yang berubah menjadi kurang kondusif sehingga tidak pernah mengingatkan anak akan aturan main yang telah disepakati.
Guru sesekali mengamati dan kemudian mencatat hasil capaian perkembangan anak sesuai indikator yang telah dirumuskan.
Guru mengajak anak menyimpulkan isi cerita. Sebagian besar anak mampu menyimpulkan isi cerita dengan mengungkapkan pendapat tentang isi cerita dan menjawab pertanyaan yang menggunakan kata Tanya “siapa, mengapa, dan dimana”.- Aa sangat aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita. Dalam menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana, Aa dapat menjawab dengan sangat baik. Aa dapat bertanya
52
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
o. Menyimpulkan isi cerita dengan melakukan Tanya jawab seputar inti cerita, tokoh, dan pesan yang terkandung dalam cerita.
tentang cerita Anjing dan Serigala dengan baik dan dapat mengungkapkan pendapatnya dengan baik serta dapat menyimpulkan isi cerita dengan bahasanya sendiri.
- Bb aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Dalam bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala dan dalam mengungkapkan pendapat, Bb masih terlihat malu-malu walaupun sudah cukup baik mengungkapkannya. Dalam menyimpulkan isi cerita, Bb sudah dapat menyimpulkan isi cerita dengan bahasanya sendiri.
- Cc aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Dalam bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala dan saat diminta mengungkapkan pendapat, Cc masih terlihat ragu-ragu dalam berbicara. Sementara dalam
53
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
menyimpulkan isi cerita Cc sudah dapat menyimpulkannya dengan bahasanya sendiri.- Dd aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Dalam bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala dan saat diminta mengungkapkan pendapat, Dd masih terlihat ragu-ragu walaupun cukup mampu menyimpulkan dengan bahasanya sendiri.
- Ee aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Ee berani bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala dan dapat mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik. Ee mampu menyimpulkan dengan bahasanya sendiri.
- Ff dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa,
54
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Ff masih malu-malu dalam bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala, namun dapat mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik.
- Gg dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Gg masih ragu-ragu dalam bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala, sangat lancar dalam mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik.
- Hh sangat aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Hh kurang aktif bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala namun dapat mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik.
- Ii dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa,
55
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
4. Pijakan Setelah Main
p. Membereskan mainan dam mengembalikan pada tempatnya
q. Tanya jawab seputar perasaan anak, dan kegiatan yang telah dilakukan
r. Memberitahukan kegiatan esok hari, doa
siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Ii sangat aktif bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala dan dapat mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik. Ii dapat menyimpulkan isi cerita dengan baik.
- Jj dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Jj terlihat sungkan bertanya tentang cerita Anjing dan Serigala dan ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dan menyimpulkan isi cerita.
Guru merapikan sendiri mainan yang telah digunakan tanpa mengajak anak membereskannya bersama-sama.
Sebagian anak hamper serempak menjawab senang saat bercerita menggunakan boneka tangan, dan sebagian lagi hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan guru. Karena suasana kelas sudah tidak kondusif lagi, guru tidak sempat melakukan recalling.
Guru langsung menutup kegiatan dengan berdoa bersama dan mengucapkan
56
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
bersama, dan mengucapkan salam
salam tanpa menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari.
3 Pengamatan a. Mengamati guru saat pijakan lingkungan main
b. Mengamati anak dan guru saat pijakan sebelum main
c. Mengamati anak dan guru saat pijakan selama main
Guru telah menyiapkan RKH, boneka tangan dan memastikan tempat dan alat main dalam keadaan aman. Namun guru tidak menata tempat khusus untuk kegiatan bercerita, ruang tetap seperti sebelumnya.
Guru telah melakukan komunikasi pembuka, mengaitkan kegiatan main dengan tema dan membuat aturan main. Namun tidak memberi penjelasan tentang cara menggunakan boneka tangan. Sementara anaka saat pijakan sebelum main masih tertib, antusias dan focus mendengarkan guru serta menjawab pertanyaan dengan baik.
Guru menyajikan cerita dengan cukup baik, memotivasi dan memberi kesempatan anak untuk bercerita, mengajak anak untuk menyimpulkan isi cerita, memancing gagasan anak dan mencatat capaian perkembangan anak. Namun dalam hal bimbingan, guru hanya sesekali mendampingi dan membimbing anak saat bercerita, dan tidak pernah mengingatkan aturan main pada anak. Sementara anak masih kurang fokus mendengarkan cerita guru, dan cenderung berebutan saat anak diberi kesempatan bercerita
57
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
d. Mengamati anak dan guru saat pijakan setelah main
e. Mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi
menggunakan boneka tangan. Guru menanyakan perasaan
anak setelah bercerita menggunakan boneka tangan. Namun guru tidak mengajak anak membereskan mainannya sendiri, tidak melakukan recalling dan tidak menginformasikan kegiatan esok hari.
Hasil pengamatan untuk guru dicatat pada lembar observasi guru, dan hasil pengamatan untuk anak dicatat pada lembar pengamatan anak.
Refleksi
Adapun indikator yang telah dilaksanakan oleh guru pada
pengembangan tahap I antara lain :
a. Mempersiapkan rencana kegiatan harian dengan tema/sub tema
pembelajaran: Binatang/binatang berkaki empat.
b. Mempersiapkan kelengkapan pembelajaran lainnya seperti boneka
tangan.
c. Memastikan tempat main dan alat main yang digunakan dalam
keadaan aman.
d. Melakukan komunikasi pembuka.
e. Mengaitkan pembelajaran sesuai dengan tema yang akan diajarkan.
f. Membangun aturan main.
g. Menyajikan cerita dengan baik dan menarik perhatian anak.
58
h. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi sendiri sesuai
dengan tema.
i. Mengajak anak menyimpulkan isi cerita.
j. Memancing gagasan anak.
k. Mencatat perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak.
l. Mengajak anak untuk duduk melingkar dan menanyakan perasaan
anak.
Sementara indikator yang belum dilaksanakan oleh guru pada
pengembangan tahap I antara lain:
a. Menata tempat untuk kegiatan pembelajaran.
b. Mengenalkan cara menggunakan media boneka tangan untuk
bercerita.
c. Mengingatkan aturan main.
d. Mendampingi semua anak saat bercerita kembali.
e. Mengajak anak membereskan alat main dan mengembalikannya
pada tempatnya.
f. Melakukan recalling.
g. Menutup kegiatan dengan menghubungkan dengan kegiatan yang
akan datang.
Dan untuk pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak
usia4-5 tahun di TK PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram pada tahap I
berdasarkan instrumen pengamatan anak, menunjukkan bahwa
sebagian besar indikator sudah dapat dicapai oleh anak kelompok A
59
sesuai harapan peneliti dan guru. Bahkan ada indikator yang cenderung
mencapai perkembangan yang optimal seperti mengucapkan kata
dengan lafal yang benar, dan membuat kalimat sederhana setelah
mendengar cerita guru. Namun ada beberapa indikator yang belum
optimal dan perlu ditingkatkan lagi antara lain:
a. Bertanya secara sederhana tentang cerita yang dibahas.
b. Bercerita dengan menggunakan kalimat sendiri secara sederhana.
c. Menceritakan kembali cerita secara urut.
d. Melanjutkan cerita yang telah didengar sebelumnya.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penelitian pada
pengembangan tahap I masih terdapat banyak kekurangan yang
menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia anak belum sepenuhnya
berkembang secara optimal dan belum mencapai nilai persentase target
perkembangan yakni 80 %.Oleh karena itu, peneliti akan melanjutkan
pengembangan pada tahap II untuk lebih meningkatkan perkembangan
kemampuan berbahasa Indonesia anak melalui kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan.
Adapun solusi yang perlu dilakukan pada tahap pengembangan
II adalah:
a. Guru perlu menata tempat main yang lebih menarik perhatian dan
minat anak sehingga anak merasa lebih nyaman dan lebih fokus saat
berkegiatan, serta dapat merangsang daya pikir dan daya imajinasi
anak saat bercerita.
60
b. Sebelum melakukan kegiatan main, guru sebaiknya mengenalkan
media yang akan digunakan dan cara menggunakannya agar anak tahu
dan lebih menguasai media yang digunakan sehingga tidak mengalami
kesulitan saat bercerita menggunakan media boneka tangan.
c. Untuk membuat suasana bermain anak tetap kondusif, durasi waktu
bercerita ditentukan sekitar 5-10 menit dan guru perlu melakukan
kegiatan/permainan singkat yang dapat membangkitkan semangat dan
membuat anak kembali fokus pada kegiatan main, seperti bermain
tepuk tangan atau bemyanyi di sela-sela kegiatan main saat anak mulai
terlihat jenuh.
d. Guru sebagai motivator dan fasilitator, perlu mendampingi dan
membimbing serta memotivasi anak selama berkegiatan terutama anak
yang mengalami kesulitan dalam bercerita menggunakan boneka
tangan.
e. Guru perlu mengingatkan aturan main yang telah disepakati
sebelumnya apabila anak mulai melanggar aturan main selama
berkegiatan sehingga kegiatan bercerita dapat terus berlangsung dalam
suasana pembelajaran yang kondusif.
f. Guru harus lebih aktif dan terampil dalam memancing gagasan anak
sehingga anak dapat lebih meningkatkan daya pikirnya untuk
mengungkapkan idenya saat bercerita serta lebih berani dan kritis
dalam bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita
kepada guru.
61
2. Tahap Pengembangan II
Pelaksanaan pengembangan II hampir sama dengan pelaksanaan
pengembangan I, namun pada pengembangan II dilakukan perbaikan
berdasarkan refleksi dan hasil analisis pengembangan I. Kegiatan
pengembangan II ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10dan 11 April
2017. Proses pembelajaran dilaksanakan dari jam 08:00 – 10:00 WITA.
Selama proses pembelajaran berlangsung observer mengamati kemampuan
berbahasa Indonesia anak melalui lembar observasi. Tema dan sub tema
pembelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah.
Tabel 4.2 Data Hasil Penelitian Tahap Pengembangan IINo Tahapan
PenelitianKegiatan Capaian Hasil Penelitian
1 Perencanaan a. Menetukan tema dan sub tema
b. Menyususn rancangan pembelajaran / RKH
c. Menyediakan media boneka tangan
d. Menyiapkan naskah cerita
tema/sub tema disesuaikan dengan tema/sub tema di sekolah saat itu yakni “rekreasi” dan sub tema “kebun binatang”.
RKH disusun dengan format RKH yang ada di sekolah.
boneka tangan yang digunakan yakni boneka tangan yang ukurannya lebih kecil dari boneka tangan yang digunakan pada pengembangan I sehingga anak-anak mudah menggunakannya.
naskah cerita diadopsi dari kumpulan cerita dimana para tokoh disesuaikan dengan media boneka tangan yang tersedia
62
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
e. Menyusun instrument penelitian
f. Menyiapkan alat dokumentasi
Instrument penelitain disusun untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dalam langkah-langkah pembelajaran dan untuk mengamati kemampuan berbahasa Indonesia anak selama proses pembelajaran.
Alat dokumentasi yang tersedia berupa handphone untyk mengambil gambar/foto anak dan guru yang sedang bercerita.
2 Pelaksanaan 1. Pijakan Lingkungan Maina. Menyiapkan
rancangan kegiatan harian/RKH
b. Menyiapkan boneka tangan
c. Menata tempat bermain
d. Memastikan tempat dan alat main dalam keadaan aman
sebelum anak masuk kelas, guru menyiapkan RKH hari itu dimeja guru
Guru menyiapkan boneka tangan yang akan digunakan sesuai tokoh yang ada dalam cerita yang akan disampaikan.
Guru menata tempat duduk secara khusus, anak yang mendapat giliran bercerita duduk di kursi dan anak-anak yang lainduduk melingkar sehingga anak-anak lain fokus mendengarkan cerita dari anak yang sedang duduk bercerita. Sementara tempat main tetap seperti apa adanya adanya media pendukung lainnya.
Guru memastikan tempat main anak nyaman dan alat main yang digunakan dalam keadaan aman.
63
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
2. Pijakan Sebelum Maine. Membuka kegiatan
dengan berdoa bersama, mengucapkan salam, mengecek kehadiran, dan menanyakan kabar anak
f. Tanya jawab terkait tema/sub tema, dan seputar pengalaman/ kegiatan anak yang berhubungan dengan tema/sub tema
g. Melakukan kegiatan bernyanyi sebagai kegiatan transisi
h. Menjelaskan kegiatan main yang akan dilakukan terkait tema
i. Mengenalkan boneka tangan yang akan digunakan dan cara untuk menggunakanboneka tangan
j. Membuat aturan main
Guru dan anak memulai kegiatan dengan berdoa bersama, mengucapkan salam, mengecek kehadiran dan menanyakan kabar anak. Semua anak mengikuti kegiatan pembuka dengan tertib.
Guru menjelaskan tentang tema/sub tema yang akan dibahas yakni rekreasi/kebun binatang. Guru menanyakan pengalaman anak seputar rekreasi. Sebagian besar anak aktif menjawab pertanyaan yang menggunakan kata Tanya “apa, mengapa, dan bagaimana” dengan baik.
Guru mengajak anak menyanyikan lagu “tamasya ke kebun binatang” untuk membangkitkan kembali semangat dan menarik perhatian anak. Dan anak-anak antusias bernyanyi bersama.
Guru menjelaskan urutan langkah kegiatan bercerita yang akan dilakukan dan anak-anak antusias mendengarkan penjelasan guru.
Guru memperlihatkan boneka tangan yang akan digunakan dan menjelaskan cara menggunakannya.
Sebelum masuk ke kegiatan main, guru
64
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
3. Pijakan Selama Maink. Menyajikan cerita
terkait tema menggunakan boneka tangan
l. Menyanyikan lagu
m. Anak menceritakn kembali cerita yang telah disampaikan guru dengan menggunakan boneka tangan
membuat aturan main yakni anak tertib menuju tempat main, fokus saat mendengarkan cerita yang disampaikan guru, dan bergiliran saat bercerita menggunakan boneka tangan.
Guru menyajikan cerita dengan baik. Semua anak mendengarkan cerita sampai selesai.
Guru mengajak anak menyanyikan lagu “tamasya ke kebun binatang” untuk membangkitkan kembali semangat dan menarik perhatian anak. Dan anak-anak antusias bernyanyi bersama.
– Aa sangat baik dalam menirukan suara tokoh Harimau dan Anak Panda yang ada dalam cerita. Aa sangat lancer bercerita secara urut menggunakan bahasa sendiri dengan pengucapapan kata yang sangat jelas. Dapat membuat kalimat sederhana serta dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama dengan tepat. Aa dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan benar.
65
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
- Bb sudah mahir dalam membuat kalimat sederhana serta dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama. Bb mulai bisa menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri dan melafalkannya dengan jelas. Bb juga dapat dapat menirukan suara Harimau dan Anak Panda dalam cerita tersebut. Bb juga dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan benar.- Cc mulai dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama dan membuat kalimat sederhana. Cc juga dapat menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dengan pengucapan kata yang jelas, dan dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. - Dd sudah dapat membuat kalimat sederhana dan dapat membedakan dua kata berbeda dengan suku kata
66
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
awal yang sama dengan sangat baik. Saat bercerita, Dd sudah dapat mulai menirukan suara tokoh dia/ia, dan mereka dengan baik dalam cerita tersebut. Dd juga sudah dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali secara urut dengan kalimat sendiri, serta dapat bercerita menggunkan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
- Ee sudah sangat mahir melanjutkan cerita dan menceritakan kembali dengan menggunakan kalimat sendiri dan sangat cakap menirukan suara Harimau dan Anak Panda sesuai karakter tokoh dalam cerita tersebut dengan pengucapan yang jelas dan benar. Ee juga dapat Dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Dan mulai membuat kalimat sendiri serta membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik.- Ff dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri dan dapat membedakan dua
67
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
kata yang memiliki suku kata awal yang sama, dan membuat kalimat sederhana dengan sangat baik. Ff juga sangat mahir menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dengan pelafalan kata yang sangat jelas, Ff sudah dapat, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau,
- Gg sangat baik dalam menirukan kembali suara tokoh Harimau dan Anak Panda yang ada dalam cerita. Gg sangat lancar bercerita secara urut menggunakan bahasanya sendiri dengan pengucapan kata yang jelas. Dapat membuat kalimat sederhana dan membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik, Dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik dan benar.
- Hh dapat menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dengan baik, dapat mengucapkan kata-kata dengan pelafalan kata yang sangat benar, dapat membuat kalimat sederhana dan membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan
68
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
baik. Hh dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri secara baik, serta dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. - Ii mulai menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dalam cerita tersebut dengan pengucapan kata yang jelas. dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, merangkai kata menjadi sebuah kalimat sederhana dengan lafal yang baik. Ii sudah dapat menceritakan kembali cerita secara urut menggunakan bahasanya sendiri dengan sangat baik, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
- Jj dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik dan dapat membuat kalimat sederhana. Saat bercerita, Jj mulai dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dan mulai menirukan suara Harimau
69
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
n. Mendampingi dan membimbing anak yang kesulitan dalam bercerita
o. Mengingatkan aturan main yang telah disepakati
p. Mengamati dan mencatat hasil capaian perkembangan anak
q. Menyimpulkan isi cerita dengan melakukan Tanya jawab seputar inti cerita, tokoh, dan pesan yang terkandung dalam cerita.
dan Anak Panda dengan baik. Jj juga dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
Sebagian besar anak sudah mahir bercerita menggunakan boneka tangan dengan ukuran boneka yang lebih kecil.Guru selalu mendampingidan membimbing anak saat bercerita.
Guru mengingatkan anak akan aturan main yang telah disepakati apabila suasanakelas berubah menjadi kurang kondusif.
Guru mengamati dan kemudian mencatat hasil capaian perkembangan anak sesuai indikator yang telah dirumuskan.
Guru mengajak anak menyimpulkan isi cerita sehingga anak-anak mampu menyimpulkan isi cerita.
- Aa sangat antusias menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita. Dalam menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana, Aa dapat menjawab dengan sangat
70
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
baik. Aa dapat bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda dan dapat mengungkapkan pendapatnya dengan baik serta dapat menyimpulkan isi cerita menggunakan bahasanya sendiri dengan baik.
Bb dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam ceritadan dapat menjawab pertanyaan yangmenggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik, dan mampu bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda.
- Cc aktif bertanya, mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dan menyimpulkan isi cerita dengan baik. Antusias menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik.
71
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
- Dd aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Dd aktif bertanya, mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dan menyimpulkan isi cerita dengan baik.Ee menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimanadengan sangat baik. Ee aktif- menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat serta berani bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda.
- Ff mulai aktif bertanya da menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Serta dapat
72
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
mengungkapkanpendapatnya tentang isi cerita dengan sangat baik.
Gg antusia menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat memahami pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana. Gg juga aktif bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda, sangat baik dalam mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita.
- Hh mulai aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik. Aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana.
- Ii sangat baik dalam menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung
73
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
“tamasya ke kebun binatang” untuk membangkitkan kembali semangat dan menarik perhatian anak. Dan anak-anak antusias bernyanyi bersama.
Guru melakukan recalling sebelum menutup pembelajaran.
Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari dan menutup kegiatan dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam tanpadalam cerita. Antusias bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda dan dapat mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita. Ii juga dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik.
Jj mulai aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita serta menyimpulkanisi cerita. Jj juga dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa
74
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
4. Pijakan Setelah Mainr. Membereskan
mainan dam mengembalikan pada tempatnya
s. Tanya jawab seputar perasaan anak, dan kegiatan yang telah dilakukan
t. Menyanyikan lagu
u. Recallingterkait kegiatan yang telah dilakukan
v. Memberitahukan kegiatan esok hari, doa bersama, dan mengucapkan salam
, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik
Guru mengajak anak merapikan mainan dan meletakkan kembali mainan pada tempatnya.
Semua anak hampir serempak menjawab senang saat bercerita menggunakan boneka tangan, dan ada beberapa anak terdiam, tidak menjawab pertanyaan guru.
Guru mengajak anak menyanyikan lagu
Guru melakukan recalling sebelum menutup pembelajaran.
Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari dan menutup kegiatan dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam tanpa
3 Pengamatan a. Mengamati guru saat pijakan lingkungan main
b. Mengamati anak dan guru saat pijakan sebelum main
Guru telah menyiapkan RKH, boneka tangan dan memastikan tempat dan alat main dalam keadaan aman. Guru menata tempat duduk khusus untuk kegiatan bercerita, sementra ruangan tetap seperti sebelumnya.
Guru telah melakukan komunikasi pembuka, mengaitkan kegiatan main dengan tema dan membuat aturan main.
75
Guru juga memberi penjelasan tentang cara
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
c. Mengamati anak dan guru saat pijakan selama main
d. Mengamati anak dan guru saat pijakan setelah main
e. Mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi
menggunakan boneka tangan. Sementara anak saat pijakan sebelum main tertib, antusias dan fokus mendengarkan guru serta menjawab pertanyaan dengan baik
Guru melakukan kegiatan bercerita dengan baik, memotivasi dan memberi kesempatan anak untuk bercerita, mengajak anak untuk menyimpulkan isi cerita, memancing gagasan anak dan mencatat capaian perkembangan anak. Guru juga mendampingi dan membimbing anak saat bercerita, dan mengingatkan aturan main pada anak apabila suasana kelas berubah menjadi tidak kondusif. Anak fokus mendengarkan cerita guru, dan secara bergiliran bercerita menggunakan boneka tangan.
Guru mengajak anak membereskan mainannya, dan melakukan recallingserta menginformasikan kegiatan esok hari. Guru juga menanyakan perasaan anak setelah bercerita menggunakan boneka tangan.
Hasil pengamatan untuk guru dicatat pada lembar observasi guru, dan hasil pengamatan untuk anak
76
dicatat pada lembar pengamatan anak.
Refleksi
Adapun indikator yang telah dilaksanakan oleh guru pada
pengembangan tahap II antara lain:
a. Mempersiapkan rencana kegiatan harian dengan temalsub tema
pembelajaran: Rekreasi Kebun binatang.
b. Mempersiapkan kelengkapan pembelajaran lainnya seperti media
boneka tangan.
c. Memastikan tempat main dan alat main yang digunakan dalam
keadaan aman.
d. Melakukan komunikasi pembuka.
e. Mengaitkan pembelajaran sesuai dengan tema yang akan diajarkan.
f. Mengenalkan cara menggunakan media boneka tangan untuk bercerita.
g. Membangun aturan main.
h. Menyajikan cerita dengan baik dan menarik perhatian anak.
i. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi sendiri sesuai
dengan tema.
j. Mengingatkan aturan main.
k. Mendampingi semua anak saat bercerita kembali.
l. Mengajak anak menyimpulkan isi cerita.
m. Memancing gagasan anak.
n. Mencatat perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak.
77
o. Mengajak anak membereskan alat main dan mengembalikannya pada
tempatnya.
p. Mengajak anak untuk duduk melingkar dan menanyakan perasaan
anak.
q. Melakukan recalling.
r. Menutup kegiatan dengan menghubungkan dengan kegiatan yang akan
dating.
Sementara indikator yang belum terlaksana secara maksimal oleh
guru pada pengembangan tahap II antara lain:
a. Menata tempat untuk kegiatan pembelajaran
Pada tahap pengembangan II, kemampuan berbahasa Indonesia
anak usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram
menunjukkan peningkatan dimana semua indikator telah tercapai
sesuai harapan peneliti dan guru. Bahkan ada beberapa indikator yang
mencapai perkembangan yang optimal seperti menjawab pertanyaan
tentang tokoh dalam cerita/isi cerita/pesan yang terkandung dalam
cerita, dan membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang
sama.
Dari hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah dapat membawa pengaruh
terhadap peningkatan perkembangan kemampuan berbicara anak
kelompok A di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan hasil capaian perkembangan kemampuan
78
berbahasa Indonesia anak pada tahap II yang rata-rata mencapai nilai
persentase 81 % atau telah mengalami peningkatan 16% dari tahap I.
Namun karena masih ada satu anak yang persentase kemampuan berbahasa
Indonesianya masih di bawah 80%, maka penelitian dilanjutkan pada tahap
pengembangan III.
Adapun solusi yang perlu dilakukan pada tahap pengembangan III
adalah:
a. Guru sebagai motivator dan fasilitator, perlu mendampingi dan
membimbing serta memotivasi tiap anak selama berkegiatan terutama
anak yang kesulitan mengungkapkan pikirannya sehingga perlu
dilakukan pendekatan individual.
b. Guru hams lebih aktif dan terampil dalam memancing gagasan anak
sehingga anak dapat lebih meningkatkan daya pikimya untuk
mengungkapkan idenya saat bercerita serta lebih berani dan kritis
dalam bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita
kepada guru.
3. Tahap Pengembangan III
Pelaksanaan pengembangan III dilakukan berdasarkan refleksi dari
hasil analisis pengembangan II. Kegiatan pengembangan III ini
dilaksanakan pada Hari Senin dan selasa, tanggal 17 dan 18 April 2017
pada sentra main peran, . Proses pembelajaran dilaksanakan dari jam
08:00-10:00 Wita. Selama proses pembelajaran berlangsung observer
79
mengamati guru dan anak melalui lembar observasi dengan tema/sub tema
kegiatan sama dengan tahap pengembangan II ya
Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Tahap Pengembangan IIINo Tahapan
PenelitianKegiatan Capaian Hasil Penelitian
1 Perencanaan a. Menetukan tema dan sub tema
b. Menyususn rancangan pembelajaran / RKH
c. Menyediakan media boneka tangan
d. Menyiapkan naskah cerita
e. Menyusun instrument penelitian
f. Menyiapkan alat dokumentasi
Tema/sub tema disamakan dengan tema/sub tema pada tahap II yakni “rekreasi” dan sub tema “kebun binatang”.
RKH disusun dengan format RKH yang ada di sekolah.
Boneka tangan yang digunakan yakni boneka tangan yang digunakan pada tahap II.
Naskah cerita yangdigunakan sama dengan naskah cerita pada tahap II yakni naskah yang diadopsi dari kumpulan cerita dimana para tokoh disesuaikan dengan media boneka tangan yang tersedia.
Instrument penelitain disusun untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dalam langkah-langkah pembelajaran dan untuk mengamati kemampuan berbahasa Indonesia anak selama proses pembelajaran.
Alat dokumentasi yang tersedia berupa handphone untyk mengambil gambar/foto
80
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
anak dan guru yang sedang bercerita
2 Pelaksanaan 1. Pijakan Lingkungan Maina. Menyiapkan
rancangan kegiatan harian/RKH
b. Menyiapkan boneka tangan
c. Menata tempat bermain
d. Memastikan tempat dan alat main dalam keadaan aman
sebelum anak masuk kelas, guru menyiapkan RKH hari itu dimeja guru
Guru menyiapkan boneka tangan yang akan digunakan sesuai tokoh yang ada dalam cerita yang akan disampaikan.
Guru menata tempat duduk secara khusus, anak yang mendapat giliran bercerita duduk di kursi dan anak-anak yang lain duduk melingkar sehingga anak-anak lain fokus mendengarkan cerita dari anak yang sedang duduk bercerita. Sementara tempat main tetap seperti apa adanya adanya media pendukung lainnya.
Guru memastikan tempat main anak nyaman dan alat main yang digunakan dalam keadaan aman.
2. Pijakan Sebelum Maine. Membuka kegiatan
dengan berdoa bersama, mengucapkan salam, mengecek kehadiran, dan menanyakan kabar anak
Guru dan anak memulai kegiatan dengan berdoa bersama, mengucapkan salam, mengecek kehadiran danmenanyakan kabar anak. Semua anak mengikuti kegiatan pembuka dengan tertib
81
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
f. Tanya jawab terkait tema/sub tema, dan seputar pengalaman/ kegiatan anak yang berhubungan dengan tema/sub tema
g. Melakukan kegiatan bernyanyi sebagai kegiatan transisi
h. Menjelaskan kegiatan main yang akan dilakukan terkait tema
i. Mengenalkan boneka tangan yang akan digunakan dan cara untuk menggunakanboneka tangan
j. Membuat aturan main
Guru menjelaskan tentang tema/sub tema yang akan dibahas yakni rekreasi/kebun binatang. Guru menanyakan pengalaman anak seputar rekreasi. Sebagian besar anak aktif menjawab pertanyaan yang menggunakan kata Tanya “apa, mengapa, dan bagaimana” dengan baik.
Guru mengajak anak menyanyikan lagu “tamasya ke kebun binatang” untuk membangkitkan kembali semangat dan menarik perhatian anak. Dan anak-anak antusias bernyanyi bersama.
Guru menjelaskan urutan langkah kegiatan bercerita yang akan dilakukan dan anak-anak antusias mendengarkan penjelasan guru.
Guru memperlihatkan boneka tangan yang akan digunakan dan menjelaskan cara menggunakannya.
Sebelum masuk ke kegiatan main, guru membuat aturan main yakni anak tertib menuju tempat main, fokus saat mendengarkan cerita yang disampaikan guru, dan bergiliran saat bercerita menggunakan bonekatangan
82
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
3. Pijakan Selama Maink. Menyajikan cerita
terkait tema menggunakan boneka tangan
l. Menyanyikan lagu
m. Anak menceritakn kembali cerita yang telah disampaikan guru dengan menggunakan boneka tangan
Guru menyajikan cerita dengan baik. Semua anak mendengarkan cerita sampai selesai.
Guru mengajak anak menyanyikan lagu “tamasya ke kebun binatang” untuk membangkitkan kembali semangat dan menarik perhatian anak. Dan anak-anak antusias bernyanyi bersama.
– Aa sangat baik dalam menirukan suara tokoh Harimau dan Anak Panda yang ada dalam cerita. Aa sangat lancer bercerita secara urut menggunakan bahasa sendiri dengan pengucapapan kata yang sangat jelas. Dapat membuat kalimat sederhana serta dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama dengan tepat. Aa dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan benar.
- Bb sudah mahir dalam membuat kalimat sederhana serta dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan sukukata awal yang sama.
Bbmulai bisa menceritakan
83
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri dan melafalkannya dengan jelas. Bb juga dapat dapat menirukan suara Harimau dan Anak Panda dalam cerita tersebut. Bb juga dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan benar.- Cc mulai dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membedakan dua kata yang berbeda dengan suku kata awal yang sama dan membuat kalimat sederhana. Cc juga dapat menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dengan pengucapan kata yang jelas, dan dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. - Dd sudah dapat membuat kalimat sederhana dan dapat membedakan dua kata berbeda dengan suku kataawal yang sama dengan sangat baik. Saat bercerita, Dd sudah dapat mulai menirukan suara tokoh dia/ia, dan mereka dengan baik dalam cerita tersebut. Dd juga sudah dapat melanjutkan cerita
84
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
dan menceritakan kembali secara urut dengan kalimat sendiri, serta dapat bercerita menggunkan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
- Ee sudah sangat mahir melanjutkan cerita dan menceritakan kembali dengan menggunakan kalimat sendiri dan sangat cakap menirukan suara Harimau dan Anak Panda sesuai karakter tokoh dalam cerita tersebut dengan pengucapan yang jelas dan benar. Ee juga dapat Dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik. Dan mulai membuat kalimat sendiri serta membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik.- Ff dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri dan dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, dan membuat kalimat sederhana dengan sangat baik. Ff juga sangat mahir menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dengan pelafalan kata yang sangat jelas
85
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
, Ff sudah dapat, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau,
- Gg sangat baik dalam menirukan kembali suara tokoh Harimau dan Anak Panda yang ada dalam cerita. Gg sangat lancar bercerita secara urut menggunakan bahasanya sendiri dengan pengucapan kata yangjelas. Dapat membuat kalimat sederhana dan membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik, Dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik dan benar.- Hh dapat menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dengan baik, dapat mengucapkan kata-kata dengan pelafalan kata yang sangat benar, dapat membuat kalimat sederhana dan membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik. Hh dapat melanjutkan cerita danmenceritakan kembalicerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri secara baik, serta dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau dia/ia, dan mereka dengan baik.
86
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
Ii mulai menirukan kembali suara Harimau dan Anak Panda dalam cerita tersebut dengan pengucapan kata yang jelas. dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama, merangkai kata menjadi sebuah kalimat sederhana dengan lafal yang baik. Ii sudah dapat menceritakan kembali cerita secara urut menggunakan bahasanya sendiri dengan sangat baik, dapat menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
- Jj dapat membedakan dua kata yang memiliki suku kata awal yang sama dengan baik dan dapat membuat kalimat sederhana. Saat bercerita, Jj mulai dapat melanjutkan cerita dan menceritakan kembali cerita secara urut dengan menggunakan bahasanya sendiri, dan mulai menirukan suara Harimau
87
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
n. Mendampingi dan membimbing anak yang kesulitan dalam bercerita
o. Mengingatkan aturan main yang telah disepakati
p. Mengamati dan mencatat hasil capaian perkembangan anak
q. Menyimpulkan isi cerita dengan melakukan Tanya jawab seputar inti cerita, tokoh, dan pesan yang terkandung dalam cerita.
dan Anak Panda dengan baik. Jj juga dapat bercerita menggunakan kata ganti aku, kamu/kau, dia/ia, dan mereka dengan baik.
Sebagian besar anak sudah mahir bercerita menggunakan boneka tangan dengan ukuran boneka yang lebih kecil.Guru selalu mendampingidan membimbing anak saat bercerita.
Guru mengingatkan anak akan aturan main yang telah disepakati apabila suasanakelas berubah menjadi kurang kondusif.
Guru mengamati dan kemudian mencatat hasil capaian perkembangan anak sesuai indikator yang telah dirumuskan.
Guru mengajak anak menyimpulkan isi cerita sehingga anak-anak mampu menyimpulkan isi cerita.
- Aa sangat antusias menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita. Dalam menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana, Aa dapat menjawab dengan sangat
88
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
baik. Aa dapat bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda dan dapat mengungkapkan pendapatnya dengan baik serta dapat menyimpulkan isi cerita menggunakan bahasanya sendiri dengan baik.
Bb dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam ceritadan dapat menjawab pertanyaan yangmenggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik, dan mampu bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda.
- Cc aktif bertanya, mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dan menyimpulkan isi cerita dengan baik. Antusias menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik.
89
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
- Dd aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Dd aktif bertanya, mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dan menyimpulkan isi cerita dengan baik.Ee menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimanadengan sangat baik. Ee aktif- menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat serta berani bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda.
- Ff mulai aktif bertanya da menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik. Serta dapat
90
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
mengungkapkanpendapatnya tentang isi cerita dengan sangat baik.
Gg antusia menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat memahami pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana. Gg juga aktif bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda, sangat baik dalam mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita.
- Hh mulai aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita dengan baik. Aktif menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana.
- Ii sangat baik dalam menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung
91
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
“tamasya ke kebun binatang” untuk membangkitkan kembali semangat dan menarik perhatian anak. Dan anak-anak antusias bernyanyi bersama.
Guru melakukan recalling sebelum menutup pembelajaran.
Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari dan menutup kegiatan dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam tanpadalam cerita. Antusias bertanya tentang cerita Harimau dan Anak Panda dan dapat mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita. Ii juga dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik.
Jj mulai aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita serta menyimpulkanisi cerita. Jj juga dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh dalam cerita, isi cerita ataupun pesan yang terkandung dalam cerita, dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, mengapa.
92
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
4. Pijakan Setelah Mainr. Membereskan
mainan dam mengembalikan pada tempatnya
s. Tanya jawab seputar perasaan anak, dan kegiatan yang telah dilakukan
t. Menyanyikan lagu
u. Recallingterkait kegiatan yang telah dilakukan
v. Memberitahukan kegiatan esok hari, doa bersama, dan mengucapkan salam
, siapa, dimana, dan bagaimana dengan baik
Guru mengajak anak merapikan mainan dan meletakkan kembali mainan pada tempatnya.
Semua anak hampir serempak menjawab senang saat bercerita menggunakan boneka tangan, dan ada beberapa anak terdiam, tidak menjawab pertanyaan guru.
Guru mengajak anak menyanyikan lagu
Guru melakukan recalling sebelum menutup pembelajaran.
Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari dan menutup kegiatan dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam tanpa
3 Pengamatan f. Mengamati guru saat pijakan lingkungan main
g. Mengamati anak dan guru saat pijakan sebelum main
Guru telah menyiapkan RKH, boneka tangan dan memastikan tempat dan alat main dalam keadaan aman. Guru menata tempat duduk khusus untuk kegiatan bercerita, sementra ruangan tetap seperti sebelumnya.
Guru telah melakukan komunikasi pembuka, mengaitkan kegiatan main dengan tema dan membuat aturan main. Guru juga memberi penjelasan tentang cara
93
No Tahapan Penelitian
Kegiatan Capaian Hasil Penelitian
h. Mengamati anak dan guru saat pijakan selama main
i. Mengamati anak dan guru saat pijakan setelah main
j. Mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi
menggunakan boneka tangan. Sementara anak saat pijakan sebelum main tertib, antusias dan fokus mendengarkan guru serta menjawab pertanyaan dengan baik
Guru melakukan kegiatan bercerita dengan baik, memotivasi dan memberi kesempatan anak untuk bercerita, mengajak anak untuk menyimpulkan isi cerita, memancing gagasan anak dan mencatat capaian perkembangan anak. Guru juga mendampingi dan membimbing anak saat bercerita, dan mengingatkan aturan main pada anak apabila suasana kelas berubah menjadi tidak kondusif. Anak fokus mendengarkan cerita guru, dan secara bergiliran bercerita menggunakan boneka tangan.
Guru mengajak anak membereskan mainannya, dan melakukan recallingserta menginformasikan kegiatan esok hari. Guru juga menanyakan perasaan anak setelah bercerita menggunakan boneka tangan.
Hasil pengamatan untuk guru dicatat pada lembar observasi guru, dan hasil pengamatan untuk anak dicatat pada lembar pengamatan anak.
94
Refleksi
Pada tahap pengembangan III semua indicator kinerja guru telah
dilaksanakan dengan baik termasuk menata tempat main anak dengan
menempatkan boneka tangan tidak jauh dari tempat anak bercerita,
menyediakan pohon kayu sebagai media pendukung disamping tempat
duduk anak yang bercerit. Anak yang sedang bercerita duduk di kursi dan
anak yang mendengarkan cerita duduk melingkar di atas karpet.
Sementara kemampuan berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun di
PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram pada tahap pengembangan III
menunjukkan peningkatan dimana semua indikator telah tercapai sesuai
harapan peneliti dan guru. Bahkan ada beberapa indikator yang mencapai
perkembangan yang optimal seperti menjawab pertanyaan tentang tokoh
dalam cerita/isi cerita/pesan yang terkandung dalam cerita, serta menjawab
pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, dimana, dan siapa.
Dari hasil penelitian tahap III menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah dapat membawa pengaruh
terhadap pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak kelompok
A di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram. Hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan hasil capaian perkembangan kemampuan berbahasa
Indonesia semua anak kelompok A di PAUD Rinjani PLN Bendege
Mataram dan tahap II yang rata-rata mencapai nilai persentase 81 %
hingga mencapai nilai persentase 87% pada tahap III. Atau dengan kata
95
lain telah mengalami peningkatan 6%. Oleh karena itu, penelitian
dikatakan telah berhasil dan dihentikan sampai tahap pengembangan III.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa Indonesia anak melalui kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan pada anak usia 4-5 tahun di PAUD Rinjani PLN
Bendege Mataram melalui tiga kali proses pengembangan.
1. Siklus I
Pada tahap pengembangan I di pijakan lingkungan main, guru
menyiapkan hal-hal yang diperlukan saat pelaksanaan pembelajaran yaitu
menyiapkan rencana kegiatan harian (RKH), menyiapkan media boneka
tangan untuk kegiatan bercerita, serta memastikan tempat main dan alat
main yang digunakan dalam keadaan aman. Namun pada
pengembangan I ini, guru tidak menata tempat main anak saat bercerita
sehingga pada saat anak menceritakan kembali cerita secara bergiliran,
teman lain yang mendengarkan cerita cenderung asik sendiri dengan
boneka tangan yang sedang tidak digunakan anak yang bercerita.
Pada pijakan sebelum main, guru mengajak anak duduk melingkar
dan berdoa sebelum memulai kegiatan. Kemudian guru mengucapkan
salam, menanyakan kabar anak, dan mengabsensi kehadiran anak. Setelah
menghangatkan suasana kelas, guru melanjutkan dengan membahas tema
yaitu binatang dan sub tema binatang berkaki empat. Kemudian guru
melakukan tanya jawab tentang pengalaman atau kegiatan anak yang
96
berhubungan dengan tema, menjelaskan tentang kegiatan main yaitu
bercerita menggunakan boneka tangan dan membuat aturan main yaitu
tertib menuju tempat main, fokus saat mendengar cerita yang diceritakan
guru dengan boneka tangan, dan bergiliran saat bercerita menggunakan
boneka tangan. Guru tidak mengenalkan media/APE yang telah disediakan
berupa boneka tangan menyerupai anjing, kambing, dan serigala sesuai
tokoh dalam cerita yang akan disampaikan serta tidak memperagakan cara
menggunakan media.
Pada pijakan selama main, guru mengajak anak duduk melingkar,
lalu mulai menarik perhatian anak dengan bercerita sesuai dengan sub
tema yaitu menceritakan tentang binatang berkaki empat yakni anjing dan
serigala serta pertemanan yang dijalin keduanya.Selesai bercerita, guru
mempersilahkan anak bercerita menggunakan boneka tangan.
Selama kegiatan main berlangsung, guru kurang peka membaca
situasi kelas yang kurang kondusif sehingga tidak mengingatkan aturan
main saat sebagian anak asyik berbincang dengan temannya pada waktu
guru bercerita. Selain itu, guru tidak sepenuhnya mendampingi anak dan
membimbing anak yang kesulitan bercerita menggunakan boneka tangan
karena perhatiannya terpecah untuk mendampingi dua kelompok lain yang
sedang melakukan kegiatan main yang berbeda. Anak-anak pun kurang
fokus dalam bercerita karena media boneka tangan yang digunakan
memiliki lubang tangan yang agak lebar sehingga anak cenderung
kesulitan mengontrol gerakan tangannya saat memainkan boneka tangan
97
tersebut. Setelah guru dan anak selesai bercerita, guru mengajak anak
menyimpulkan isi cerita dengan melakukan tanya jawab agar suasana
kembali hangat. Dan dalam kesempatan ini, guru juga mencatat hasil dan
proses perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak.
Pada pijakan setelah main, guru merapikan sendiri mainan yang
telah digunakan tanpa mengajak anak merapikannya bersama-sama,
kemudianguru mengajak anakdudak melingkar, dan menanyakan perasaan
anak selama bermain dengan boneka tangan, sebagian anak menjawab
“senang” dan sebagian lagi hanya terdiam. Selanjutnya guru langsung
menutup kegiatan main dengan berdoa bersama, dan mengucapkan salam
tanpa melakukan recalling dan tanpa memberi tahu kegiatan yang akan
datang.
Sedangkan aspek anak menunjukkan bahwa sebagian besar
indikator sudah dapat dicapai oleh anak kelompok A sesuai harapan
peneliti dan guru. Bahkan ada indikator yang cenderung mencapai
perkembangan yang optimal seperti mengucapkan kata dengan lafal yang
benar, dan membuat kalimat sederhana setelah mendengar cerita
guru.Namun ada beberapa indikator yang belum optimal dan perlu
ditingkatkan lagi antara lain bertanya secara sederhana tentang cerita yang
dibahas, bercerita dengan menggunakan kalimat sendiri secara sederhana,
menceritakan kembali cerita secara urut, dan melanjutkan cerita yang telah
didengar sebelumnya.
98
Dari beberapa faktor yang kurang diperhatikan guru saat proses
pembelajaran, telah memberikan banyak pelajaran untuk mempersiapkan
pembelajaran yang lebih baik lagi pada tahap II. Peneliti bekerjasama
dengan guru berusaha memperbaiki secara teknis proses pembelajaran
pada pengembangan II dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa
Indonesia anak usia 4-5 tahun di TK PAUD Rinjani PLN Bendege
Mataram rnelalui bercerita menggunakan boneka tangan.
2. Siklus II
Pada tahap pengembangan II di pijakan lingkungan main, guru
menyiapkan alat main untuk kegiatan bercerita yaitu boneka tangan yang
berukuran lebih kecil dan sebelumnya agar mudah dimainkan oleh anak,
mengingat boneka tangan pada tahap I berukuran lebih lebar sehingga
banyak anak yang merasa kesulitan menggerakkan boneka tangan tersebut.
Kemudian guru menata alat main berupa boneka tangan pada tempatnya,
menata tempat duduk anak saat bercerita dimana anak yang mendapat
giliran bercerita, duduk di kursi sehingga teman-temannya yang
mendengarkan cenita dapat lebih fokus memperhatikan si anak yang
bercerita, serta memastikan alat dan tempat main dalam keadaan aman.
Pada pijakan sebelum main, guru mengajak anak duduk melingkar,
berdoa sebelum memulai kegiatan, mengucapkan salam, menanyakan
kabar anak, mengabsensi kehadiran anak, dan melanjutkan dengan
membahas tema yaitu rekreasi dan sub tema kebun binatang. Lalu guru
melakukan tanya jawab tentang pengalaman atau kegiatan anak yang
99
berhubungan dengan tema, memberikan penjelasan tentang kegiatan main
yaitu bercerita menggunakan media boneka tangan, mengenalkan
media/APE yang telah disediakan berupa boneka tangan menyerupai
harimau, anak panda dan sapi sesuai tokoh dalam cerita yang akan
disampaikan. Setelah menjelaskan media-media yang digunakan dalam
kegiatan bercerita, selanjutnya guru memperagakan cara menggunakan
boneka tangan, dan membuat aturan main (tertib menuju tempat main,
fokus saat mendengar cerita yang diceritakan guru dengan boneka tangan,
bergiliran saat bercerita menggunakan alat main/media boneka tangan).
Pada pijakan selama main, guru bercerita dengan sangat baik
sehingga menarik perhatian semua anak.Setelah guru bercerita, anak diberi
kesempatan untuk menceritakan kembali cerita guru menggunakan kalimat
sendiri.Selama anak bercerita, guru selalu mendampingi dan membimbing
anak sambil mengamati dan mencatat perkembangan kemampuan
berbicara anak.
Saat guru membaca situasi kelas mulai terlihat kurang kondusif
dan anak mulai kurang fokus pada cerita yang disampaikan temannya,
guru segera mengingatkan aturan main yang telah disepakati (tertib
menuju tempat main, fokus saat mendengar cerita yang diceritakan guru
dengan boneka tangan, bergiliran saat bercerita menggunakan boneka
tangan) sehingga suasana kelas kembali kondusif. Selama kegiatan
bercerita, guru sesekali mengajak anak bemyanyi untuk menghidupkan
kembali suasana kelas.Selanjutnya setelah kegiatan bercerita, guru
100
mengajak anak menyimpulkan isi cerita dengan melakukan tanya-jawab
untuk memancing gagasan anak.
Pada pijakan setelah main, guru mengajak anak merapikan mainan
dan menaruh mainan pada tempatnya.Setelah beres-beres, guru mengajak
anak duduk melingkar, dan menanyakan perasaan anak selama bermain
dengan boneka tangan, semua anak sangat senang bercerita menggunakan
boneka tangan bahkan ingin diulang kembali esok hari.Setelah
menanyakan perasaan anak, guru melakukan recalling dengan bertanya
pada anak tentang kegiatan main yang telah dilakukan oleh anak.
Kemudian guru memberi tahu kegiatan yang akan datang dan menutup
kegiatan pembelajaran dengan berdoa, mengucapkan salam, dan
bersalaman dengan anak.
3. Siklus III
Pada tahap pengembangan III di pijakan lingkungan main, guru
menyiapkan alat main untuk kegiatan bercerita yaitu boneka tangan yang
samadengan boneka tangan tahap pengembangan II. Kemudian guru
menata alat main berupa boneka tangan pada tempatnya, menata tempat
duduk anak saat bercerita dimana anak yang mendapat giliran bercerita,
duduk di kursi sehingga teman-temannya yang mendengarkan cerita dapat
lebih fokus memperhatikan si anak yang bercerita, menyiapkan pohon
kayu bila dibutuhkan anak serta memastikan alat dan tempat main dalam
keadaan aman.
101
Pada pijakansebelum main, guru mengajak anak duduk melingkar,
berdoa sebelum memulai kegiatan, mengucapkan salam, menanyakan
kabar anak, mengabsensi kehadiran anak, dan melanjutkan dengan
membahas tema yaitu rekreasi dan sub tema kebun binatang. Lalu guru
melakukan tanya jawab tentang pengalaman atau kegiatan anak yang
berhubungan dengan tema, memberikan penjelasan tentang kegiatan main
yaitu bercerita menggunakan media boneka tangan, mengenalkan
media/APE yang telah disediakan berupa boneka tangan menyerupai
binatang sesuai tokoh dalam cerita yang akan disampaikan. Setelah
menjelaskan media-media yang digunakan dalam kegiatan bercerita,
selanjutnya guru memperagakan cara menggunakan boneka tangan, dan
membuat aturan main (tertib menuju tempat main, fokus saat mendengar
cerita yang diceritakan guru dengan boneka tangan, bergiliran saat
bercerita menggunakan alat main/media boneka tangan).
Pada pijakan selama main, guru bercerita dengan sangat baik
sehingga menarik perhatian semua anak.Setelah guru bercerita selama 5-
10 menit, anak diberi kesempatan untuk menceritakan kembali cerita guru
selama 5menit tiap anak dengan menggunakan kalimat sendiri.Selama
anak bercerita, guru selalu mendampingi dan membimbing anak sambil
mengamati dan mencatat perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia
anak.
Saat guru membaca situasi kelas mulai terlihat kurang kondusif
dan anak mulai kurang fokus pada cerita yang disampaikan temannya,
102
guru segera mengingatkan aturan main yang telah disepakati (tertib
menuju tempat main, fokus saat mendengar cerita yang diceritakan guru
dengan boneka tangan, bergiliran saat bercerita menggunakan boneka
tangan) sehingga suasana kelas kembali kondusif. Selama kegiatan
bercerita, guru dan anak bernyanyi dengan penuh semangat.Selanjutnya
setelah kegiatan bercerita, anak menyimpulkan isi cerita dan setiap anak
diberi kèsempatan untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan
mengungkapkan pendapatnya tentang isi cerita.
Pada pijakan setelah main, anak merapikan mainan dan menaruh
mainan pada tempatnya.Setelah beres-beres, anak duduk melingkar, dan
mengungkapkan perasaannya selama bermain dengan boneka tangan,
semua anak sangat senang bercerita menggunakan boneka tangan bahkan
ingin diulang kembali esok hari.Kemudian guru melakukan recalling
dengan bertanya pada anak tentang kegiatan main yang telah dilakukan
oleh anak. Kemudian guru memberi tahu kegiatan yang akan datang dan
menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa, mengucapkan salam dan
bersalaman dengan anak.
Peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun
di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram dari tahap pengembangan I,
tahap pengembangan II, hingga tahap pengembangan III dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :
Gambar 4.1 Grafik PerkembangaAnak Usia 4Mataram
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pengembangan I
persentase perke
mencapai targe ketercapaian dalam penelitian ini yakni 80%. Hal ini
disebabkan karena masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang mengakibatkan kemampuan berbahasa
Indonesia anak belum terstimulasi dengan baik sehingga pengembangan
kemampuan berbahasa Indonesia anak masih berjalan lambat.
Oleh karena itu, pada pengembangan tahap II peneliti bersama
guru berusaha mencari solusi untuk melakukan perbaikan
dari aspek guru yang belum optimal dalam memberikan stimulasi pada
anak hingga aspek yang kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah dilakukan pengembangan tahap II, maka persentase hasil
akhir yang diperoleh telah melampaui target ketercapaian yakni 81
HhIiJj
Grafik Perkembangan Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pengembangan I
persentase perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia anak belum
mencapai targe ketercapaian dalam penelitian ini yakni 80%. Hal ini
disebabkan karena masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang mengakibatkan kemampuan berbahasa
nak belum terstimulasi dengan baik sehingga pengembangan
kemampuan berbahasa Indonesia anak masih berjalan lambat.
Oleh karena itu, pada pengembangan tahap II peneliti bersama
guru berusaha mencari solusi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mulai
ek guru yang belum optimal dalam memberikan stimulasi pada
anak hingga aspek yang kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah dilakukan pengembangan tahap II, maka persentase hasil
akhir yang diperoleh telah melampaui target ketercapaian yakni 81
0
20
40
60
80
100
AaBbCcDdEeFfGgHh
103
n Kemampuan Berbahasa Indonesia 5 Tahun di PAUD Rinjani PLN Bendege
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pengembangan I
mbangan kemampuan berbahasa Indonesia anak belum
mencapai targe ketercapaian dalam penelitian ini yakni 80%. Hal ini
disebabkan karena masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang mengakibatkan kemampuan berbahasa
nak belum terstimulasi dengan baik sehingga pengembangan
Oleh karena itu, pada pengembangan tahap II peneliti bersama
perbaikan mulai
ek guru yang belum optimal dalam memberikan stimulasi pada
anak hingga aspek yang kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah dilakukan pengembangan tahap II, maka persentase hasil
akhir yang diperoleh telah melampaui target ketercapaian yakni 81 %.
PENGEMBANGAN I
PENGEMBANGAN II
PENGEMBANGAN III
104
Namun karena masih ada satu anak yang belum mencapai target 80%
yakni Jj, maka dilakukan tahap pengembangan III dengan perbaikan dari
segi pendekatan guru terhadap tiap anak melalui pendekatan individual
khususnya terhadap anak Jj. Dan setelah dilakukan pembenahan dari segi
pendekatan guru terhadap anak, maka diperoleh hasil yakni kemampuan
berbahasa Indonesia seluruh anak telah mencapai target 80%. Hal ini
karena usaha guru yang sangat maksimal melakukan pembenahan
kinerjanya dalam mengelola kelas sebelum selama proses pembelajaran
melalui kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan hingga membawa
dampak yang besar terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak
kelompok A PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa
bercerita menggunakan boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun. Akan tetapi, keberhasilan
kegiatan bercerita tidak terlepas dari beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh guru dalam kegiatan bercerita di sekolah seperti yang diungkap oleh
Rahayu (2013 : 100) antara lain:
a. Pemilihan materi cerita
Cerita tentang pengalaman anak dan faktor tradisional merupakan
sumber cerita terbaik bagi anak-anak.
b. Pengelolaan kelas untuk bercerita
Hal ini dilakukan untuk mendayagunakan potensi kelas. Sebaiknya
guru melibatkan anak dalam kegiatan bercerita, meminta anak
105
mengingat tokoh dalam cerita dan menceritakan kembali cerita yang
telah disampaikan, menarik dan mengikat perhatian anak sesuai
karakteristik anak TK, membimbing anak dalam memahami
pembelajaran yang akan diikuti saat kegiatan bercerita.
c. Pengelolaan tempat duduk dan ruang bercerita
Pengelolaan dimulai dengan penataan tempat untuk
bercerita.Selanjutnya mengatur media yang digunakan agar mudah
dijangkau anak dan tidak mengganggu kegiatan bercerita, serta
penataan ruang bercerita yang nyaman dan aman.
d. Strategi penyampaian cerita
Strategi penyampaian cerita untuk melatih dan membentuk anak agar
lebih percaya diri, mahir berbahasa Indonesia, pengembangan daya
nalar dan pengembangan imajinasi anak.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam
kegiatan bercerita perlu dilakukan persiapan yang mencakup pemilihan
jenis cerita, tempat, penyiapan alat peraga dan penyajian cerita.Hal ini
perlu dilakukan agar cerita menjadi lebih menarik dan dapat menstimulasi
anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia secara
optimal sesuai usianya.
106
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan dari hasil penelitian
yang telah dilaksanakan melalui tahap pengembangan 1, IIdan III, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dalam menerapkan kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru diantaranya pemilihan
cerita yang sederhana dan mudah dipahami anak, penataan tempat main
dan alat main yang aman dan nyaman bagi anak, menyiapkan alat main
yang aman, menarik dan mudah dimainkan oleh anak, penataan tempat
duduk anak dalam posisi melingkar atau setengah lingkaran agar penyaji
cerita tetap menjadi pusat perhatian, durasi waktu bercerita yang tidak
terlalu panjang agar tidak membosankan bagi anak yakni berkisar antara 5-
10 menit serta penyajian cerita yang kreatif seperti membedakan suara
para tokoh sesuai karakter dalam cerita sehingga menarik perhatian anak
hingga akhir cenita.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu melakukan langkah-langkah
dalam bercerita menggunakan boneka tangan antara lain menata tempat
dan alat main yang aman dan nyaman bagi anak, menghubungkan kegiatan
bercerita dengan pengalaman anak, mengenalkan para tokoh boneka
tangan yang akan dimainkan dan cara menggunakan boneka tangan,
106
107
membuat dan mengingatkan aturan main, mengatur posisi anak duduk
melingkar, memberi kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali
cerita menggunakan boneka tangan dengan bahasa (kalimat) sendiri,
melakukan kegiatan permainan singkat sebagai kegiatan transisi untuk
menghidupkan kembali suasana belajar yang kondusif, mendampingi dan
memotivasi anak untuk lebih mengembangkan daya pikir dan daya
imajinasinya saat bercerita, dan mengajak anak menyimpulkan isi cerita
dan mengambil pesan dan cerita yang telah disajikan.
3. Penerapan kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan yang dilakukan
dengan baik dan berulang-ulang akan dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun. Terbukti dari hasil penelitian
yang dimulai dari siklus I yang mencapai 65%, kemudian mengalami
peningkatan hingga 81% pada siklus II dan telah mencapai target
penelitian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan kemampuan
berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan di PAUD Rinjani PLN Bendege Mataram, maka
dengan ini penulis menyarankan:
1. Bagi kepala sekolah, agar memberikan dukungan dan bimbingan yang
lebih baik lagi pada guru untuk memperbaiki kinerjanya guna
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui pemberian pelatihan-
pelatihan terkait dengan kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan
108
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak
seperti melatih teknik penyampaian cerita, latihan vokal khusus untuk
meningkatkan keterampilan guru dalam membedakan suara para tokoh,
dan mengikuti workshop membuat boneka tangan yang bervariasi dan
sesuai untuk anak.
2. Bagi guru, agar meningkatkan kreatifitasnya melalui pembelajaran yang
inovatif dengan kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan guna
meningkatkan kemampuan anak khususnya dalam kemampuan berbahasa
Indonesia, dengan memperhatikan hal-hal dalam bercerita seperti
pemilihan jenis cerita, tempat bercerita, penyiapan alat peraga dan
penyajian cerita.
109
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Asfandian. 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Penerbit PT Rosdakarya.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2006. Metode Pengembanga Bahasa.. Jakarta : UniversitasTerbuka.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta Universitas Terbuka
Depdiknas. 2007. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Penilaian Pembuatan dan Penggunaan Sarana (Alat Peraga) di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2004. Peraturan Mentri pendidikan
Hadisetyo (2010). Jurnal penelitian.http://hadisetyo.wordpress.com. diunduh tanggal 12 oktober 2016 pukul 16.00 wita
Hurlock, Elizabeth. 1978. Psikologi: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Gaung Persada perss.
Latif, Muhammad. 2008. Metode Bercerita Anak Usia Dini. Jakarta: Tarity Samudra Berlian.
Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : UniversitasTerbuka.
Musfiroh. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Grasindo.
Mulyasari, Ultra (2015).http://library.um,ac.id/free-contents/new-karyailmiah/search,php/ABSTRAK. diakses tanggal 12 oktober 2106 pukul 17.00 wita.
Nurkancana, I Wayan dan Sunartana. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional.
109
110
Rita kurnia. 2009. Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Cendikia insani. Pekanbaru.
Santosa. 2011. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, Jakarta Penerbit Kencana
Sitti Aisyah, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta
Suhartono. 2008. Metode Pengembangan Sosial Emosional Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Susanto, Ahmad.2012. Perkembangan Anak Usia Dini : Perkembangan dalamberbagi aspeknya, Kencana : Jakarta
Suyanto. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Pustaka Setia.
Tim Penyusun. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud
Winariani Hesti, 2015. Pengembangan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Bercerita Menggunakan Boneka Tangan Di TK Dharma Wanita Tanjung Sari Ampenan Tahun ajaran 2014/2015.Mataram. Skripsi
Yusuf, Syamsu.2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT. Rosda Karya.
111
LAMPIRAN – LAMPIRAN
112
113
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
114
115
116
117
118