PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK
NAMA KELOMPOK :- Latief Ichsanuddin (13)
- Moch. Afif Romadhoni (20)
XI TKR-2 || SMK NEGERI 5 SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya,para sahabat serta kita
sekalian sebagai umatnya sampai akhir jaman. Amien.
Makalah Pengelolaan Limbah Ternak ini dapat memberi gambaran yang
sangat jelas dan nyata akan keadaan peternakan di Negara kita khususnya mengenai
penangan limbahnya. Dimana Pengelolaan Limbah Ternak ini akan memberikan
keuntungan yang multi dimensi, baik untuk peternak, pemerintah, maupun untuk
insane yang bergerak di bidang peternakan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, baik isi maupun
penyajiannya.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalh ini,
disampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga, semoga menjadi amal
shaleh dan mendapat imbalan berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
LATAR BELAKANG
Melimpahnya bahn baku untuk pembuatan pupuk organik, yaitu limbah
peternakan sapi yang berupa kotoran dan urine nya, dimana limbah ini di lingkungan
peternak menjadi masalah yang sulit di atasi, karena jumlahnya yang sangat banyak
dan baunya yang menyengat.
Selama ini peternak membuang limbah itu ke parir atau selokan akibatnya
selain terjadi pendangkalan selokan dan sungai, juga apabila musim hujan tiba,
wilayah yang berada di bawahnya terbanjiri oleh kotran yang meluap dari selokan, ke
jalan, pekarangan, bahkan ke rumah penduduk yang akibatnya muncul protes dari
masyarakat yang terkena dampak ini.
Limbah ternak sapi perah terdiri dari limbah padat berupa feces/kotoran ternak
dan sisa pakan, serta limbah cair berupa air limbah pencucian kandang, air limbah
sanitasi ternak dan air kencing sapi. Dalam satu hari setiap ekor sapi dapat
menghasilkan limbah padat sebanyak 30-45 kg dan limbah cair sebanyak 100-250
liter.
Bila tidak dikelola dengan baik, limbah yang dihasilkan akan menimbulkan
masalah pada aspek produksi dan lingkungan seperti menurunkan kualitas susu yang
dihasilkan, menimbulkan bau, dan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak
dan manusia. Selain itu bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan menimbulkan
protes dari masyarakat, dan pencemaran air.
Untuk itu pengelolaan limbah ternak perlu dilakukan secara tepat disesuaikan
dengan karakteristik wilayah, ketersediaan lahan, dan teknologi serta manajemen
usaha yang berkembang di masyarakat.
Secara umum pengelolaan limbah ternak dapat dilakukan dengan dua cara:
A. Mengolahnya Menjadi Bio GasLimbah ternak yang dapat diolah menjadi biogas adalah kotoran ternak (feces)
dan limbah cair dari pencucian, sanitasi dan urin sapi. Sedangkan sisa pakan berupa
jerami atau hijauan lainnya perlu dipisahkan dan tidak masuk ke dalam reaktor
digester biogas agar tidak terjadi sumbatan pada saluran dan reaktornya. Selanjutnya
gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor atau dirubah
menjadi listrik dengan bantuan generator.
Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi
merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
biogas. Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan
menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan
termasuknya didalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjadi polutan karena
dekomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD (Biological/Chemical Oxygen
Demand), bakteri patogen sehingga menyebabkan polusi air (terkontaminasinya air
bawah tanah, air permukaan), polusi udara dengan debu dan bau yang
ditimbulkannya.
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar
alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak
tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis
bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik
seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran
sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Gas metan ini sudah lama
digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk dibakar dan digunakan
sebagai penghasil panas. Sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk
menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776).
Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada
tahun 1806. Dan Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah
orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas
metan.Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa,
kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses
anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan
bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi.
Pemanfaatan limbah peternakan khususnya kotoran ternak sapi menjadi biogas
mendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan dapat dicapai.
Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut
dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan
bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer).
2. Asidogenesis, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana)
yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri
pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana tadi
yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan.
Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan mereduksi
sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan
kotoran ternak sapi menjadi biogas yaitu:
1. Ketersediaan ternak
2. Kepemilikan Ternak
3. Pola Pemeliharaan Ternak
4. Ketersediaan Lahan
5. Tenaga Kerja
6. Manajemen Limbah/Kotoran
7. Kebutuhan Energi
8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas
10. Sarana Pendukung
Beberapa keuntungan penggunaan kotoran ternak sebagai penghasil biogas
sebagai berikut :
1. Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah, pencemaran udara
(bau).
2. Memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai bahan bakar biogas yang dapat
digunakan sebagai energi alternatif untuk keperluan rumah tangga.
3. Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi bagi kegiatan
rumah tangga yang berarti dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.
4. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas
untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan di lokasi yang masih belum
memiliki akses listrik.
5. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan
ini sebagai usulan untuk mekanisme pembangunan bersih (Clean Development
Mechanism).
Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi pada industri kecil berbasis
pengolahan hasil pertanian dapat memberikan multiple effect dan dapat menjadi
penggerak dinamika pembangunan pedesaan. Selain itu, dapat juga dipergunakan
untuk meningkatkan nilai tambah dengan cara pemberian green labelling pada
produk-produk olahan yang di proses dengan menggunaan green energy
B. Mengolahnya Menjadi Pupuk Kompos (Padat atau
Cair)Kedua, mengolahnya menjadi pupuk kompos (padat atau cair). Untuk
menghasilkan pupuk kompos padat diperlukan bahan berupa kotoran ternak dan sisa
pakan atau hijauan. Sebaiknya bahan tersebut sejak awal telah dipisahkan agar tidak
tercampur dengan air cucian, sanitasi dan urin ternak. Selanjutnya bahan tersebut
dapat dikomposkan langsung atau ditambah arang sekam, serbuk gergaji, kapur dan
aktivator untuk membantu proses pengomposan dan memperkaya unsur hara dalam
kompos yang dihasilkan. Sedangkan untuk menghasilkan kompos/pupuk cair bahan
yang digunakan terdiri dari urin sapi dan cairan sisa biogas. Cairan tersebut perlu
ditambahkan beberapa bahan lain seperti dedak, nira atau tetes, dll untuk selanjutnya
difermentasi selama 3-7 hari. Dan selain itu juga dapat menggunakan metode EM-4
(Efektif Mikroorganisme 4) dan Stardec.
Manfaat Pengolahan Kompos
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan petani yang menggunakan kompos
untuk pertanaman. Diantaranya adalah :
1. Hemat biaya dan tenaga
2. Pupuk organik yang dihasilkan berkualitas tinggi
3. C/N ratio kurang 20 Bebas dari biji-biji gulma (tanaman liar) dan mikroba
pathogen.
4. Bebas dari patogenik atau yang merugikan jamur-jamur akar serta parasit
lainnya
5. Bebas phytotoxin
6. Tidak Berbau dan mudah menggunakanny
7. Tidak membakar tanaman
8. Dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik
9. Aman untuk semua jenis tanaman dan lingkungan
10. Ph normal berkisar 6,5 sampai 7,5 mampu memperbaiki pH tanah.
11. Mampu meningkatkan biodiversitas dan kesehatan tanah
12. Memperbaiki tekstur tanah, sehingga tanah mudah diolah
13. Meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi
14. Mampu meningkatkan produktivitas lahan antara 10-30%, karena biji tanaman
lebih bernas dan tidak cepat busuk.
15. Tanaman akan dijauhi hama penyakit dan jamur
16. Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
17. Meningkatkan kapasitas cengkeram air (water holding capacity).