Pengolahan Limbah Industri Karet
1.1.1 Industri Karet
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenistumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalah paraa t a u H e v e a b r a s i l i e n s i s ( s u k u E u p h o r b i a c e a e ) .
B e b e r a p a t u m b u h a n l a i n j u g a menghasilkan getah lateks dengan sifat yang
sedikit berbeda dari karet
Da l am ben tuk kompon , ka r e t a l am sanga t mudah dilengketkan satu sama
lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang- barang yang perlu dilapis-
lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi olehkaret
sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet
yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon,
protein,lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.
Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air
dalamvulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksi dan.
Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek.
Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi
keras.Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin
sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa
mengkristal padasuhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi, diperlukan
pemanasan karet sebelumdiolah pabrik barang jadi karet.
Sumber: http.wikipedia Limbah karet.com
Secara umum karet mempunyai sifat elastis, flexibel, liat dan beberapa ada yang kedap udara/kedap air.Menurut penggunaannya karet dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
Karet yang dipakai secara umum Karet tahan minyak Karet tahan panas
Karet yang dipakai secara umum
Untuk jenis karet ini, ketahanan terhadap minyak tidak diutamakan.
Karet alam (natural rubber/NBR) – cis 1,4-polyisoprene
Karet sintetik: Polyisoprene (IR) – cis 1,4-polyisoprene ———>
Ada 2 jenis yaitu 96-98% cis IR yang diproduksi dengan Zieglar katalisator dan 92% cis IR yang diproduksi dengan alkillithium inisiator.Kelemahannya dibanding karet alam: ketahanan sobek dari vulkanisatnya lebih rendah sehingga tidak bisadigunakan 100% untuk menggantikan karet alam.Keuntungan polyisoprene: tidak mengandung bahan yang dapat menarik air, mudah diproses, viskositas lebih seragam, cure juga seragam dan tidak ada kontaminan.
Styrene Butadiene Rubber (SBR)
SBR adalah copolymer dari styrene (CH2=CH-C6H5) dengan butadiene (CH2=CH-CH=CH2) dan biasanya berisi 23.5%styrene dan 76.5% butadiene yang diproduksi terutama dengan cara proses emulsi.Seri 1000 untuk hot SBRSeri 1100 untuk hot SBR + carbon blackSeri 1500 untuk cold SBRSeri 1600 untuk cold SBR + carbon black + oil < 14 phrSeri 1700 untuk cold SBR + minyakSeri 1800 untuk cold SBR + minyak + carbon black > 14 phrSeri 1900 untuk lain-lain masterbatchesSeri 2000 untuk latex jenis hot SBRSeri 2100 untuk latex jenis coldYang banyak digunakan adalah “karet dingin”. Tegangan tarik dari vulkanisatnya (yang berisi “reinforcing fillers”) hampir sama dengan karet alam tetapi pada suhu tinggi kekuatannya berkurang lebih banyak dibanding karet alam.
SBR lebih tahan terhadap ozon dibanding karet alam, tetapi bila ada retak, lebih cepat menjadi putus daripada karet alam. Struktur molekul SBR menyebabkan daya pantul dan timbulnya kalor SBR lebih buruk daripada karet alam, karena itu jarang digunakan untuk telapak ban kelas berat.
Pemakaian karet SBR memberikan keuntungan & kerugian sbb:
Keuntungan: daya pantul, tegangan putus dan tahanan kikisnya cukup bagus, demikian pula flexibility pada suhu rendah
Kekurangan: tahanan terhadap ozon dan cahaya matahari sangat jelek, daya tahan terhadap minyak dan pelarut juga sangat sedikit.
Secara umum SBR hampir menyamai semua sifat karet alam dan harganya termasuk murah. Sekalipun secara fisik SBR lebih clear dibanding karet alam, SBR sedikit lebih tahan panas. SBR divulkanisasi dengan cara tradisional. SBR tidak digunakan untuk pembuatan “carcass” pada ban karena tidak mempunyai sifat mudah lengket (tack). Karet SBR dari polimerisasi “dingin” (5°C) kekuatannya lebih baik dibanding SBR “panas” dan hampir menyamai karet alam. Tetapi di
dalam proses pembuatannya, konversi dari monomer ke polimer hanya 60% dibanding 70% pada polimerisasi panas (50°C).
Kebanyakan karet SBR mengandung 23.5% stirene dan ada yang sudah ditambah bahan vulkanisasi untuk mengurangi “die swell” seperti jenis 1009 dan 1018 dar polimerisasi panas. Seri SBR ada yang bersifat “staining”, tidak cocok untuk produk warna cerah dan “non staining” cocok untuk produk warna cerah.
Karet SBR seri 1600 dibuat dengan cara mencampurkan latex SBR dengan dispersi carbon black lalu digumpalkan, disaring dan dikeringkan. Salah satu jenis SBR dari seri 1600, diproduksi dengan cara menambahkan sedikit bahan pelunak minyak ke dalam latex dengan bantuan bahan pengemulsi.
1.1.2 Sumber Limbah Industri Karet
Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks dan bahan
olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri karet dapat berupa
limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku
berpengaruhterhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi dengan
rincian sebagai berikut :
1. makin kotor bahan karet olahan akan mkin banyak air
yang diperlukan untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun
meningkat.
2. mak in ko to r dan mak in t i ngg i kada r a i r da r i bahan baku ka re t o l ahan ,
akan mak in mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun meningkat.
3. bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas. lumpur, tatal dan
pasir relatif tinggi.
Pembe r s ihan d i l akukan me la lu i pengec i l an uku ran , p ro se s i n i j uga
be r t u juan un tuk memperbesa r l ua s pemukaan ka re t aga r wak tu penge r ingan
r e l a t i f s i ngka t . Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah
cair. Sumber l imbah ca i r dapa t d ika t ego r ikan da r i p ro se s p roduks i dengan
r i nc i an sebagai berikut:
1. Bahan baku olahan karet rakyat
Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asamsemut, dan
banyak mengandung air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupuntidak disegaja oleh
kebun rakyat. Sumber limbahnya antara lain:
1. penyimpanan koagulum
2. sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan limbah
3. pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi
4. proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair, waaupun jumlahnya
relatif kecil
2. Bahan baku berasal dari lateks kebun Dalam proses produksi untuk meghasilkan
karet digunakan air lebih sedikit, tetapimempunyai bahan kimia didalam air
limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses pencacahan dan peremahan.
Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang ,e,beri gambaran atas tingkat polusiair.
Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen yang dibutuhkan
oleh m i k r o o r g a n i s m e m e r u b a h o r g a n i k . Yang akhirnya berakibat kematian
berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarutmenyebabkan kondisi aerob bergeser
ke kondisi anaerob.
b. COD
COD mi r ip dengan BOD, bedanya o s igen yang d ipe r l ukan merupakan
oks igenk imiawi s epe r t i O 2 a t au oks ida to r l a i nnya un tuk mengoks ida s i
s eca r a k imia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan
karbon dioksida. karena hampir seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara
kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi secara biologis.
c. Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenos padatan yang terkandung di dalam cairan limbahyang
mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu paling lama sekitar 1 jam.
d. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.
Secarakasa t ma t a pada t an i n i t e r l i ha t mengapung a t au mengambang s e r t a
menge ruhkan a i r karena berat jenisnya relatif rendah.
Sumber : JurnalTeknik dan Manajemen Lingkungan. Pusat Studi
Lingkungan U n i v e r s i t a s L a m p u n g . F e b r u a r i
2 0 0 1 .
1 . 1 .3 Karakter i s t ik dan Dampak L imbah ca i r
Karak t e r i s t i k dan j umlah l imbah yang d iha s i l kan da r i p ro se s
p roduks i ka r e t dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan:
1. P e r k i r a a n D e b i t L i m b a h C a i r
Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air
untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknaya limbah cair yang
dihasilkan,sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah. Jumlah air
yangdigunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menjadi limbah,
karenakaret baik berupa bahan baku maupun setengah jadi tidak menyerap air.
Pengaruhkebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada dalam bahan baku, serta
efesiensik ine r j a s a r ana pengo l ahan . m e n g a l a m i pembusukan jika suhu air
meningkat (musim panas). Dampak negatif juga timbul jika air limbah langsung dibuang ke
sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi di areal perkebunan, penanganan
limbah cair relatif mudah, bahkandapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman karetnya.
2. Ka rak t e r i s t i k dan Dampak L imbah Pada t
Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak tergolonglimbah
beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir rotan, kayu, daun, dan
plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan sumber utama p e m b a w a
l i m b a h p a d a t . B e b e r a p a j e n i s p a d a t a n d a l a m j u m l a h y a n g
s u d a h sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Limbah
tersebut j i k a d i b u a n g k e s u n g a i , d a l a m j a n g k a w a k t u t e r t e n t u a k a n
m e n y e b a b k a n pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA dalam keadaan
sudahcukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat kompos, sehingga di TPA tinggal proses
pelapukan akhir.
Sumber: tavivsupriadi.wordpress.com/.../pengelolaan-limbah
BAB II
Penanganan
2.1 Penanganan Limbah Pabrik Karet
2.1.1 Karet Alam
K a r e t a l a m d i p e r o l e h d a r i g e t a h r e s i n k a r e t ( l a t e k s k a r e t
a l a m ) y a n g d i s e b u t H e v e a B r a s i l i e n s i s y a n g b e r a s a l d a r i d a e r a h
A m a z o n d e n g a n c a r a penggumpalan dan pengeringan. Tergantung dari cara
memprosesnya, secaraumum karet alam dibagi menjadi 3. Daerah penghasil karet
alam terbesar yangmemproduksi 70% dari jumlah seluruh produksi karet dunia
adalah Thailand,Indonesia, dan Malaysia.
2.1.2 Karet Sintetis
Karet sistetis sengaja dibuat sedemikian rupa mirip dengan karet alam. Ada
banyak macamnya yaitu Karet Isopuren ( IR ), Karet Stiren Butadien (SBR ),Ka re t Bu t ad i en
( BR ) , Ka re t Kh lo ropu ren ( CR ) , Ka re t N i t r i l ( NR ) , Ka re t BUTIL ( IIB ),
Karet etilen propilen ( EPDM ), Karet Uretan ( AU, EU ), Karetsilicon ( VMQ,
FVMQ ), Karet Acril (ACM ) dan lain lain.Karet sintetis yang paling banyak
diproduksi ada 3 jenis yaitu karet isopuren, karet stiren butadiene,dan karet butadiene. Bila
digabung dengan karet alam, prosentase karet sintetis inimeliputi 80 %. Karet tersebut terutama
digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban.
2.1.3 Suplai karet alam
Karet alam diproduksi di daerah katulistiwa seperti Thailand,
Indonesia,Malaysia, India, Vietnam, Srilanka, Liberia, Nigeria dan lain lain. Negara
terbesar penghas i l ka r e t ada l ah Tha i l and , Ma lays i a dan Indones i a . Ge t ah
ka re t dapa t diambil sepanjang tahun, tetapi jumlah produksi getah pada musim panas( April
~Sep t embe r ) dan mus im gugur ( Feb rua r i ~ Apr i l ) menurun , s edangkan
pada musim hujan (Oktober ~ Januari ) mengalami peningkatan. Namun, bila
hujanturun dengan deras maka pengambilan getah pun sulit dilakukan dan
kualitasgetah pun menurun. Getah pohon karet baru dapat diambil setelah pohon
karet berumur 5~7 tahun. Karena itu meski harga karet melonjak, jumlah produksi tidak dapat
meningkat, juga meski harga karet menurun sekalipun, jumlah produksi karet tidak
dapat diturunkan. Dengan kondisi seperti itu, berarti jumlah produksikaret tidak berubah meski
harga karet berubah.
2.1.4 Elemen elemen getah karet
Getah karet merupakan cairan berbentuk koloid yang mengandung zat zatseperti lateks,
tepung, lemak, protein dan lain lain. Molekul molekul karet pada siang hari terbentuk di
bagian daun tumbuhan karet, dan bila hari menjelang sore,getah dikirim ke bagian kulit
pohon dalam bentuk polimer. Proses pengambilangetah karet dilakukan pada pukul
5 sampai pukul 8 pagi hari, karena getah karet berkumpul pada pagi hari.Getah dari
pohon Hevea Brasiliensis ( lateks ) dapatd ipe ro l eh s ek i t a r 200 ~ 400 ml , dan
s e l a in mengandung i sopu ren , i a j uga mengandung bermacam macam elemen
lainnya. Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet ( c e robong
a sap ) , padaha l d i s eke l i l i ng pab r ik sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya
bau busuk ini menimbulkan keluhan-keluhan masyarakat disekeliling pabrik atau ,
w a l a u p u n h a l i n i a k a n m e n y e b a b k a n w a k t u p e n g o l a h a n meningkat karena
terhentinya perputaran modal dalam jumlah besar selam waktu tersebut.
2.2 Produk Karet
Pabrik karet Santo Rubber mengolah, mendisain, mengembangkan memproduksi
berbagai macam produk cetakan dan juga kompon karet untu industri karet atapun industri
lainnya. Bahan yang dipakai dalam pengolahan karet berasal dari karet alam maupun karet
sintetis termasuk custom fluorocarbon (viton) untuk aplikasi khusu. Dengan pengalaman yang
cukup, produk karet yang di hasilkan oleh, dapat disesuaikan dengan berbagai macam kebutuhan
karet industri, mesin industri, atapun aplikasi karet dibidang lain sesuai dengan permintaan
pelangan termasu di antaranya semua barang karet (industrial rubber product) .
Sumber: http://bundaranpertanian.blogspot.com
BAB III
PEMABAHSAN, KESIMPULAN
DAN UNDANG-UNDANG
3.1 PEMBAHASAN
Sua tu i ndus t r i ak iba t l imbah d iha s i l kan merupakan kompensa s i
da r i terganggunya lingkungan dan dampak eksternalitas yang harus ditanggung
olehmasyarakat sekitar. kenyamanan akibat bau yang ditimbulkanselain itu terdapat
kemungkinan gangguan kesehatan akibat akumulasi dari zat pencemar tertentu
dalam tubuh. Social cost merupakan aplikasi dari prinsip pencemar membayar atau polluter
pays principle berupa pengenaan pungutan atau pajak lingkungan yang merupakan kenyataan
bahwa suatu barang seharusnya mence rminkan s e lu ruh b i aya p roduks i
t e rmasuk penggunaan sumbe rdaya lingkungan dan mengakomodasikan biaya eksternal
atau lingkungan (Suparmokodan Suparmoko, 2000). Berdasarkan diskusi dengan pakar maka
social-cost yangdikeluarkan oleh pabrik dapat berupa pengecekan kesehatan dan pengobatan
gratis bagi masyarakat sekitar pabrik atau membangun sarana sosial yang dapat
digunakanoleh masyarakat sekitar
Pada kondisi yang lain yaitu lokasi-pabrik is di pemukiman, masyarakatmenolak cemaran
dan proses-pengolahan menggunakan pre-drying menghasilkankriteria kontrol limbah yang
ketat. Selanjutnya dengan kriteria kontrol limbah yangketat tetapi dana pengolahan limbah yang dimiliki
berlebih dan fasilitas pengolahanl imbah ca i r yang d imi l i k i s edang menghas i l kan
r ekomendas i akh i r berupa perusahaan menerapkan unit pengolahan limbah gas dan
mengeluarkan social costkepada masyarakat sekitar.
3.2 KESIMPULAN
· Pembangunan di bidang industri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan
menghasilkan limbah
· Getah karet merupakan cairan berbentuk koloid yang mengandung zat zatseperti lateks,
tepung, lemak, protein dan lain lain.
· Kondisi pengolahan limbah cair dikatakan sedang apabila setidaknya terdiridari kolam anaerobik dan fakultatif
yang dengan baik mampu menurunkanCOD dan BOD walaupun belum optimal untuk menyisihkan nutrien
· ntuk mengatasi masalah bau busuk dan mutu karet tersebut, BalaiPenelitian Sembawa telah
mengembangkan dan menghasilkan formulaDeorub yang disebut dengan Deorub.
· Bau busuk menyengat terjadi juga karena pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan
biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dansulfida.
· Teknik penanganan limbah gas menggunakan scrubber akan menghasilkanlimbah dalam bentuk lain yaitu
limbah cair.