perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
PADA GURU TERSERTIFIKASI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK
(Studi Pada Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas Berkelanjutan)
SKRIPSI
Oleh :
TRI RAHAYU NINGSIH
NIM K6408059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGAJUAN
PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
PADA GURU TERSERTIFIKASI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK
(Studi Pada Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas Berkelanjutan)
Oleh :
TRI RAHAYU NINGSIH
NIM K6408059
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Triyanto, S.H, M.Hum
Sekretaris : Triana Rejekiningsih, S.H, KN, M.Pd
Anggota I : Drs. H. Utomo, M.Pd
Anggota II : Moh. Muchtarom, S.Ag, M.S.I
Disahkan Oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan
Pembantu Dekan I,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Triyanto, S.H, M.Hum
Sekretaris : Triana Rejekiningsih, S.H, K.N, M.Pd
Anggota I : Drs. H. Utomo, M.Pd
Anggota II : Moh. Muchtarom, S.Ag, M.S.I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Tri Rahayu Ningsih. PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) PADA GURU TERSERTIFIKASI DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK (Studi Pada
Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka Peningkatan Kualitas
Berkelanjutan). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Mengetahui dan
mendeskripsikan penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang
telah tersertifikasi. (2) Mengetahui dan menganalisis Implikasi penguasaan TIK
terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah
tersertifikasi. (3) Mengetahui peningkatan kualitas berkelanjutan pasca sertifikasi
pada Guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Strategi penelitian
yang digunakan menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data dari
penelitian ini diperoleh dari informan, tempat, peristiwa dan dokumen. Teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan
wawancara, observasi serta analisis dokumen. Untuk memperoleh validitas data
digunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis
data menggunakan model analisis interaktif dengan tahap-tahap sebagai berikut:
(1) Pengumpulan Data, (2) Reduksi Data, (3) Sajian Data, (4) Pengambilan
Kesimpulan. Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) Tahap Pra Penelitian, (2) Tahap Pekerjaan Lapangan, (3) Tahap
Analisis Data, (4) Tahap Penyusunan Laporan Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1)
Penguasaan TIK pada Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota
Surakarta masih belum maksimal, banyak guru yang sudah mengerti akan manfaat
positif penerapaan TIK dalam pembelajaran namun untuk melaksanakannya
masih sulit dan baru sebatas penggunaan TIK sebagai media pembelajaran saja.
Mereka masih beranggapan bahwa materi PKn itu sulit untuk diilustrasikan
dengan menggunakan TIK karena penguasaan TIK yang dimiliki guru jarang
diasah. (2) Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn
yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta masih rendah atau belum
cukup terlihat, karena penerapan TIK dalam pembelajaran PKn belum optimal
sehingga penerapan TIK tersebut belum bisa mengatasi permasalahan yang
selama ini terjadi yaitu kebosanan peserta didik pada saat mengikuti
pembelajaran. (3) Peningkatan kualitas berkelanjutan pada Guru PKn yang telah
tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta sudah cukup berjalan namun belum
optimal sehingga masih perlu peningkatan lagi. Terutama pada penyelenggaraan
kegiatan peningkatan kompetensi dan keterampilan guru dalam pemanfaatan TIK
serta kesadaran dari individu guru PKn tersertifikasi untuk selalu
mengembangkan kompetensi diri.
Kata kunci : Penguasaan TIK, guru tersertifikasi, kompetensi pedagogik, kualitas
keberlanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Tri Rahayu Ningsih. MASTERY OF INFORMATION AND
COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT) IN CERTIFIED TEACHERS
AND THE IMPLICATIONS OF PEDAGOGICAL COMPETENCE (Studies
of Civic Teachers in State Junior High Schools in Surakarta in the Context of
Sustainable Quality Improvement) Thesis, Surakarta: Faculty of Education and
Teacher Training Sebelas Maret University. July. 2012.
The purposes of this research are: (1) To know and to describe the mastery
of ICT of Civics teachers who have been certified in State Junior High Schools in
Surakarta. (2) To know and to analyze the implications of ICT mastery to
pedagogical competence of Civics teachers who have been certified in State
Junior High Schools in Surakarta. (3) To know the improvement of post-
certification continuation quality of Civics teachers in State Junior High Schools
in Surakarta.
This research used qualitative descriptive. In addition to use descriptive
qualitative approach, the researcher used single-fixed strategy. The data were
obtained from informants, places, events and documents. Sampling technique
used was purposive sampling. The techniques of collecting data used in obtaining
and arranging the data of the research are interview, observation and document
analysis. Triangulation of data and triangulation methods were used to obtain data
validity. While the techniques of data analysis uses interactive analysis model in
the following stages: (1) Data collection, (2) Data reduction, (3) Serving Data, (4)
Decision Conclusion. The research procedures are: (1) Pre-Research Phase, (2)
Field Work Phase, (3) Data Analysis Phase, (4) Research Report Preparation
Phase.
Based on the results of this research, it can be concluded that: (1) ICT
mastery of Civics teachers who have been certified in the Junior High Schools in
Surakarta is still not maximal, many teachers are already aware of the positive
benefits of ICT in learning, but they are still difficult to practice it. They still think
that it is difficult to illustrate Civics material by using ICT. Besides, their
capabilities in ICT are rarely sharpened. (2) The implications of ICT mastery to
pedagogical competence of Civics teachers who have been certified in State
Junior High Schools in Surakarta are less and have not quite seen. Application of
ICT in teaching Civics is not optimal so that the application of ICT has not been
able to overcome the problem occurring all this time, that is, the students get
bored easily. (3) The improvement of continuation quality of Civics teachers who
have been certified in State Junior High Schools in Surakarta has been running but
it is not optimal enough so that it still needs more enhancements, especially the
enhancements in creating activities to support teachers’ skills in using ICT during
the learning process and of individual certified-teachers’ awareness to improve
their competence always.
Kata kunci : Penguasaan TIK, guru tersertifikasi, kompetensi pedagogik, kualitas
keberlanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari urusan, kerjakanlah dengan sungguh – sungguh urusan yang lain dan
kepada Tuhan hendaknya kamu berharap”
(Q.S Al-Insyirah : 6-8)
“Bila anda berani bermimpi tentang sukses berarti anda sudah memegang kunci
kesuksesan, hanya tinggal berusaha mencari lubang kuncinya untuk membuka
gerbang kesuksesan itu.”
(John Savique Capone)
“Setiap hari dalam hidupmu adalah satu halaman dari sejarahmu”
(kata-kata bijak dari Arab)
“Think positive - Action positive - Output positive ”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Kusuntingkan skripsi ini untuk:
Ibu dan Bapak tercinta, terimakasih atas
cinta, dukungan, doa dan pengorbanan yang
telah kalian berikan.
Kakung, Uti, Mz Win, Dhea, keluargaku
tersanyang. Keberadaan kalian memacuku
menyelesaikan skripsi ini
Teman Kost Qurota Ayun khususnya Blok
C: mb Siti, Endah, Ika’, Hanny, Ninin,
Khomsi, Yeni, Uswah, Tia, Aminah, Mutia
dan Titis yang slalu bersedia membantuku.
Terima kasih sahabat.
Teman- teman FICOS dan ICT Center yang
tak henti memberi dukungan dan motivasi.
Civic Comunity angkatan 2008 dan
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi
persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini namun atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut
dapat teratasi. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis menghaturkan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs.H.Utomo, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan,
semangat dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Moh. Muchtarom, S.Ag, M.S.I selaku Pembimbing II yang tiada henti-hentinya
memberikan pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga
penulis mampu memyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7. Kepala – kepala sekolah SMP Negeri se-Kota Surakarta yang telah
memberikan ijin melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpin.
8. Semua guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi (periode
2007-2010) yang telah membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan.
9. Keluarga dan teman – teman yang senantiasa memberi semangat dan
dukungannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan
imbalan dari Allah SWT.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha mencurahkan segala
daya dan kemampuan seoptimal mungkin dengan harapan skripsi ini dapat
memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun
mengingat keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
ada kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
skripsi ini. Di samping itu penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan, khususnya bagi kemajuan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN REVISI ...................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
C. Perumusan Masalah ................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
1. Penguasaan TIK ................................................................... 8
2. Sertifikasi Guru .................................................................... 16
3. Kompetensi Pedagogik Guru PKn ........................................ 26
4. Kualitas Keberlanjutan .......................................................... 38
B. Hasil penelitian yang relevan ..................................................... 40
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 44
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 45
C. Data dan Sumber Data ............................................................... 47
D. Teknik Sampling (Cuplikan) ....................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 50
F. Uji Validitas Data ....................................................................... 52
G. Analisis Data ............................................................................... 53
H. Prosedur Penelitian...................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 57
1. Profil SMP Negeri Kota Surakarta……... ............................. 57
2. Profil Rayon 113 SERGUR UNS.................................... ..... 68
3. Kondisi Umum Guru PKn SMP Yang Tersertifikasi ............ 70
B. Deskripsi Temuan Penelitian ...................................................... 70
1. Penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta
yang telah tersertifikasi ......................................................... 71
2. Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik
Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah
tersertifikasi ……………………………………………….. 81
3. Peningkatan kualitas keberkelanjutan Guru PKn SMP
Negeri yang telah tersertifikasi di Kota Surakarta ................ 83
C. Temuan Studi ............................................................................. 85
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 97
B. Implikasi ..................................................................................... 98
C. Saran ........................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN ..................................................................................................... 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 45
Tabel 4.1 Daftar Fasilitas SMP N 7 Surakarta ................................................ 60
Tabel 4.2 Daftar Kepala Sekolah SMP N 14 Surakarta .................................. 64
Tabel 4.3 Daftar Sarana Fisik SMP N 15 Surakarta ....................................... 66
Tabel 4.4 Daftar Ruang Pendukung SMP N 24 Surakarta .............................. 68
Tabel 4.5 Daftar Ruang Kelas SMP N 24 Surakarta ....................................... 69
Tabel 4.6 Daftar Ruang Lainnya SMP N 24 Surakarta ................................... 69
Tabel 4.7 Daftar Panitia SERGUR Rayon 113 Tahun 2012 ........................... 70
Tabel 4.8 Hasil Observasi Penguasaan TIK pada Guru Tersertifikasi............ 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Komponen TIK ........................................................................... 13
Gambar 2.2 TIK Sebagai Sumber Bantu ......................................................... 13
Gambar 2.3 TIK Sebagai alat bantu Belajar .................................................... 14
Gambar 2.4 TIK Sebagai Fasilitas pendidikan ................................................ 14
Gambar 2.5. Kerangka Berfikir ........................................................................ 43
Gambar 3.1. Skema Model Analisis Interaktif ................................................ 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Informan .............................................................................. 105
Lampiran 2. Daftar Panitia Rayon 113 ........................................................... 108
Lampiran 3. Pedoman Wawancara .................................................................. 110
Lampiran 4. Pedoman Observasi .................................................................... 113
Lampiran 5. Catatan Lapangan. ....................................................................... 114
Lampiran 6. Foto Kegiatan Pembelajaran.. ...................................................... 175
Lampiran 7. Perangkat Pembelajaran.. ............................................................ 179
Lampiran 8. Trianggulasi Data ........................................................................ 210
Lampiran 9. Trianggulasi Metode .................................................................... 216
Lampiran 10. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP
UNS ........................................................................................... 220
Lampiran 11. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin Penyusunan
Skripsi ....................................................................................... 221
Lampiran 12. Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor UNS ........ 222
Lampiran 13. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian Kepada Walikota
Surakarta ................................................................................... 223
Lampiran 14. Surat Rekomendasi Survey/ Riset dari Dispora Surakarta ........ 224
Lampiran 15. Surat Bukti Selesai Penelitian ................................................... 225
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pondasi awal dalam pembangunan suatu bangsa.
Maka tidak heran jika di negara Indonesia bidang pendidikan itu mendapat
perhatian yang besar. Sistem pendidikan di negara kita terus mengalami
perubahan menuju sistem pendidikan yang paling sesuai dengan karakter bangsa
serta terus berusaha mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang telah
tertuang jelas di dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut maka kualitas dari mutu
pendidikan kita harus ditingkatkan pula. Dalam hal ini, kualitas pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan komponen – komponen
yang ada dalam sistem pendidikan, untuk meningkatkan mutu pendidikan negara
kita maka harus ada upaya peningkatan mutu disemua komponen. Mulai dari
peningkatan kualitas guru/pendidik, strategi pembelajaran, pemerataan persebaran
guru, kurikulum yang terus disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana
yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan
pemerintah baik pusat maupun di daerah.
Dari faktor - faktor yang saling mempengaruhi tersebut, guru atau
pendidik merupakan komponen yang paling menentukan, karena melalui gurulah
kompenen yang lain seperti kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana,
iklim pembelajaran bisa mencapai tujuan ataupun fungsi maksimal bagi
kehidupan peserta didik. Oleh sebab itu peningkatan kualitas guru harus
mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Karena guru memegang peran
utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya bagi pendidikan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru sangat berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak
akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang
profesional dan berkualitas. Untuk membentuk profesi guru menjadi tenaga
profesional, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan
atau sering disebut dengan kompetensi. Menurut Undang - Undang No. 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen Pasal 1 ayat 10 dinyatakan bahwa “Kompetensi guru
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki,
dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya”.
Peningkatan kualitas pendidik terkait kompetnsi tersebut merupakan salah
satu hal yang urgent untuk dilakukan, karena kualitas pendidikan di Indonesia saat
ini semakin memprihatinkan. Mutu lulusan dari sekolah formal semakin merosot
yang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh rendahnya kualitas dari guru itu
sendiri. Apalagi dengan munculnya revolusi Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang merupakan sebuah tantangan besar khususnya bagi dunia
pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan Indonesia baru mulai mengenal dan
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada dekade – dekade ini.
Padahal negara lain sudah lebih dulu menerapkan TIK dalam pendidikan, hal ini
menujukkan betapa pendidikan kita tertinggal danbelum mampu bersaing dengan
di dunia global.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di
tingkat internasional. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global
Monitoring Report tahun 2011 mengenai The Hidden Crisis, Armed Conflict and
Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang dipublish Kompas
tahun 2011, indeks pembangunan pendidikan atau education development index
(EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan
Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.Saat ini Indonesia masih
tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai
Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
posisi nomor satu dunia kemudian Malaysia berada di peringkat ke-65. Posisi
Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos
(109).Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan
dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah
kualitas komponen guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat
dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas tahun 2002-
2003 yang , guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik Negeri maupun
swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP Negeri 54,12%, swasta 60,99%,
Guru SMA Negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK Negeri 55,91% dan swasta
58,26%.
Dalam rangka mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru di
Indonesia tersebut ada beberapa program yang dilakukan pemerintah, salah satu
cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu peningkatan kompetensi guru. Hal ini
dilakukan dengan mengadakan program standar kompetensi dan sertifikasi guru
sebagai upaya mewujudkan tujuan nasional pendidikan Indonesia yang telah
tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang diperkuat dengan adanya Undang-Undang No.14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Harapannya dengan adanya sertifikasi guru maka harus diikuti dengan
peningkatan kompetensi guru juga. Tidak hanya kompetensi profesional saja yang
harus ditingkatkan tetapi juga kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang
guru, apalagi guru yang bersertifikasi. Seorang guru bersertifikasi akan
memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, baik guru Negeri maupun
guru swasta akan dibayar pemerintah, maka dituntut juga adanya peningkatan
kompetensi agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Guru menjadi faktor penting untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Walaupun untuk mempersiapkan guru berkualitas telah diupayakan sedemikian
rupa, tapi pada kenyataannya tidak semua guru di Indonesia sudah memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keempat kompetensi tersebut dan sungguh - sungguh dalam melaksanakan
tugasnya.
Hal tersebut bisa dilihat saat ini masih banyak guru yang masih belum
memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi komunikasi dalam
pembelajaranya. Padahal pemanfaatan TIK merupakan salah satu komponen
dalam kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru bersertifikasi. Selain itu
saat ini kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang dengan
pesat dan menjadi kebutuhan mutlak bagi semua individu di dunia tak terkecuali
dunia pendidikan.
Pada era TIK ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran
tradisional menuju pembelajaran berbasis perkembangan teknologi. Sehingga
pendidik harus mampu menguasai teknologi jika ingin pembelajaranya tidak
dianggap ketinggalan jaman dan mebosankan. Selain itu pemerintah juga harus
meningkatkan mutu pendidikan bangsa kita, salah satunya dengan memasukkan
unsur teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan agar mampu
bersaing dengan mutu pendidikan negara lain.
Pemanfaatan TIK merupakan salah satu solusi tepat bagi pemecahan
masalah pendidikan di Indonesia. Setidaknya pemanfaatan TIK dalam pendidikan,
akan mengatasi masalah sebagai berikut:
1. Mengurangi ketertinggalan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan
dibandingkan dengan negara berkembang dan negara maju lainnya.
2. Akselerasi pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan
yang sulit diatasi dengan cara-cara konvensional
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan
pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.
4. TIK akan membantu kinerja pendidikan secara terpadu sehingga akan
terwujud manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel
Oleh sebab itu penguasaan TIK pada guru merupakan suatu keharusan
agar mampu mengatasi rendahnya mutu pendidikan dan tuntutan jaman saat ini.
Apabila guru telah menguasai TIK dengan baik maka secara tidak langsung hal itu
juga akan mempengaruhi tingkat penguasaan kompetensi pedagogik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kompetensi profesionalnya guru sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih aktif,
inovatif dan berdaya saing.
Namun, hal itu masih belum maksimal diterapkan dalam dunia
pendidikan kita. Tak jarang masih banyak guru khususnya yang bersertifikasi
hanya mengganggap penguasaan TIK hanya sebagai syarat sertifikasi saja
sehingga dalam pembelajaran selanjutnya tidak diterapkan kembali, mereka
cenderung kembali dengan metode pembelajaran sebelumnya. Banyak diantara
mereka yang merasa kesulitan dan terbebani jika harus menerapkan TIK dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
Kenyataan ini sungguh ironis, ketika realita menunjukkan masih banyak
guru lolos sertifikasi yang tidak memaksimalkan kompetensi yang dimiliki dalam
pembelajaranya, sehingga wajar jika banyak yang mengatakan antara guru yang
sudah lolos sertifikasi dengan yang belum lolos sulit untuk dibedakan. Disamping
itu kualitas berkelanjutan yang diharapkan dari progran standarisasi kompetensi
dan sertifikasi guru yang dirintis pemerintah masih belum tercapai.
Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bagaimana peningkatan
kualitas berkelanjutan dari guru - guru yang sudah lolos sertifikasi bisa berjalan
lancar dan berkesinambungan. Untuk menyikapi hal tersebut maka setiap
komponen sistem pendidikan negara kita harus memahami akan pentingnya
keberlanjutan program pengembangan kualitas dari para pendidik sehingga tidak
berhenti begitu saja. Selain itu, guru yang telah lolos sertifikasi juga harus serta
sadar akan hak dan kewajiban dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional
salah satunya dengan sigap mengikuti perkembangan teknologi dan komunikasi
yang menjadi kebutuhan mutlak dalam kehidupan dimasa ini. Bertitik tolak dari
penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA
GURU TERSERTIFIKASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
KOMPETENSI PEDAGOGIK (Studi Pada Guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka Peningkatan
Kualitas Berkelanjutan)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk mempermudah pembahasan
dalam penelitian, maka dapat dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Guru Tersertifikasi yang dimaksud dalam penelitian adalah Guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang sudah tersertifikasi. Dalam hal ini lebih ditunjukan
kepada Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri yang ada dalam
Pemerintahan Kota Surakarta dan lolos sertifikasi guru pada tahun 2007-2010
di Rayon 113 atau panitia sertifikasi guru UNS.
2. Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan dalam memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran Pendidikan Keawarganegaraan SMP.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mencoba meninjau
masalah yang berkaitan dengan penguasaan TIK guru PKn bersertifikasi di SMP
Negeri Kota Surakarta. Adapun perumusan masalah antara lain yaitu :
1. Bagaimana penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang
telah tersertifikasi ?
2. Bagaimana Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik
Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi?
3. Bagaimana peningkatan kualitas berkelanjutan Guru PKn SMP Negeri
yang telah tersertifikasi di Kota Surakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri
Kota Surakarta yang telah tersertifikasi.
2. Mengetahui dan menganalisis Implikasi penguasaan TIK terhadap
kompetensi pedagogik Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah
tersertifikasi.
3. Mengetahui peningkatan kualitas berkelanjutan pasca sertifikasi pada
Guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berkaitan
dengan kompetensi pedagogik yaitu pemanfaatan TIK. Dalam penelitian ini
harapannya bisa menghasilkan diskripsi mengenai penguasaan TIK Guru PKn
bersertifikasi dan implikasinya terhadap kompetensi pedagogik dalam rangka
peningkatan kualitas berkelanjutan guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta
sehingga dapat menambah pengetahuan bagi guru, serta menambah khasanah
pustaka.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kompetensi keguruan,
sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pendidikan
kedepannya. Khususnya bagi guru yang telah tersertifikasi bisa digunakan
sebagai pandangan untuk terus meningkatkan dan menerapkan kompetensi
yang dimilikinya.
b. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran
bagi sekolah sekolah di Surakarta khususnya SMP Negeri tentang
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dan kulaitas berkelanjutan dari para
lulusan sertifikasi.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil
kebijakan terkait penguasaan teknologi informasi dan komunikasi pada
guru PKn di Kota Surakarta serta keberlanjutan program peningkatan
kualitas berkelanjutan bagi guru di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
Pemahaman terhadap teori–teori yang relevan diperlukan dalam
penelitian ilmiah. Teori–teori tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam
melakukan penelitian. Dimana kajian yang tepat akan mempermudah dalam
menyelesaikan permasalahan dalam suatu proses penelitian. Adapun teori-teori
yang terkait penelitian ini yaitu :
1. Tinjauan Tentang Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
a. Penguasaan
Penguasaan menurut ahli pendidikan merupakan salah satu bentuk
perubahan tingkah laku yang didapat dari hasil belajar. Seperti yang
dikemukakan oleh A. Thabrani R (1989) menyatakan bahwa :
Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan
dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau
lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman
yang terorganisasi (hlm.13).
Tingkat penguasaan merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah
mengalami proses belajar, menurut B.S.Bloom yang dikutip oleh pakar
pendidikan Indonesia bahwa Indikator penguasaan sebagai hasil belajar
aspek kognitif meliputi:
1) Memiliki ingatan terhadap bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya.
2) Mampu untuk memahami arti dari suatu bahan yang telah
dipelajari.
3) Mampu menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari
kedalam situasi yang baru atau situasi yang konkrit.
4) Mampu menguaraikan suatu materi atau bahan kedalam bagian
bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.
5) Mampu untuk menghubungkan bagian-bagian utnuk membentuk
keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku
kreatif dengan cara memformulasikan pola dari struktur baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Mampu membuat penilaian terhadap sesuatu bahan atau materi
berdasarkan maksud dan kriteria tertentu.(Moh.Ali, 1984: 32-
33).
Penguasaan menurut WJS Poerwadarminta, “Penguasaan mengandung
arti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan atau
kepandaian” (1976 :529).
Sedangkan menurut bahasa, kata penguasaan tersusun dari kata dasar
kuasa yang berarti mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik
supaya paham. Maka kata penguasaan secara operasional dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh sesuatu hal
agar dipahami.
Berdasarkan uraian tentang penguasaan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang dikatakan mempunyai penguasaan di bidang
tertentu jika memahami, menguasai dan mampu menerapkan pengetahuan di
bidang tersebut dengan baik serta mampu berinovasi di dalamnya,
penguasaan sering disebut sebagai keahlian, kemampuan atau kompetensi
dalam bidang tertentu.
b. Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disebut TIK,
mencakup dua aspek yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Teknologi komunikasi mencakup segala hal yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya. Oleh karena itu keduanya mempunyai padanan yang
tidak terpisahkan.
TIK dalam British Advisory Council for applied Research and
Development dijabarkan, bahwa TIK adalah berbagai aspek yang melibatkan
teknologi, rekayasa dan teknik pengelolaan yang digunakan dalam
pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya, komputer dan
hubungan mesin (komputer) dan manusia, dan hal yang berkaitan dengan
sosial, ekonomi dan kebudayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Definisi lain tentang TIK menurut E.W. Martin (1994) yaitu semua
bentuk teknologi yang terlibat dalam pengumpulan, memanipulasi,
komunikasi, presentasi dan menggunakan data (data yang ditransformasi
menjadi informasi).
TIK tidak hanya berupa perangkat komputer saja melainkan teknologi
informasi yang lain juga termasuk dalam TIK, hal itu dapat dikaitkan dengan
salah satu pendapat pakar bahwa TIK merupakan seperangkat alat yang
digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan,
menyimpan, dan mengelola informasi. Teknologi yang dimaksud termasuk
komputer, internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon
(Tinio,1994).
Menurut Anatta Sannai (2004) mengungkapkan bahwa, “teknologi
informasi dan komunikasi adalah sebuah media atau alat bantu dalam
memperoleh pengetahuan antar seseorang kepada orang lain”
Dari berbagai definisi mengenai TIK diatas dapat dikatakan bahwa
TIK adalah teknologi untuk saling bertukar informasi maupun berkomunikasi
yang tidak hanya berbentuk komputer dan internet saja melainkan beragam
teknologi seperti radio, televisi, telepon, internet dan komputer. Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga secara umum definisi TIK adalah semua teknologi yang
berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,
penyebaran dan penyajian informasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan.TIK
terdiri dari software dan hardware yang saling berintegrasi membentuk sistem
informasi yang terpadu.
Perkembangan TIK dari hari ke hari sangatlah pesat dan semakin
mempermudah kinerja kita maupun dalam pertukaran informasi. Namun hal
tersebut juga mempunyai dampak negatif yang juga harus kita perhatikan dan
hadapi, agar manfaat dari perkembangan TIK bisa benar - benar kita rasakan,
filter terhadap kemajuan teknologi harus tetap dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan
Saat ini TIK tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita, arus
perkembangan TIK mau tidak mau harus kita manfaatkan sebagai sumber
energi bagi keberlangsungan kehidupan kita, jika kita tidak ingin hanyut
dalam arus perkembangannya kita harus cepat, tanggap dan pintar dalam
menguasai TIK. Begitu pula dalam bidang pendidikan, dalam proses menuju
pendidikan yang baik/maju, pemanfaatan TIK merupakan salah satu elemen
penting yang arus ada dalam peningkatan mutu pendidikan tersebut.
Menurut UNESCO (2009) ada empat level pemanfaatan TIK untuk
pendidikan yaitu:
1) Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk
pendidikan
2) Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT)
3) Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK
(using ICT to learn)
4) Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis
efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan
secara umum.
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi mengklasifikasikan
peran TIK dalam dunia pendidikan meliputi, TIK sebagai keterampilan
(skill) dan kompetensi, TIK sebagai infratruktur pedidikan, TIK sebagai
sumber bahan ajar, TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pendidikan, TIK
sebagai pendukung manajemen pendidikan, TIK sebagai sistem pendukung
keputusan (PUSTEKOM, 2009)
Menurut Biggs yang dikutip dalam jurnal Efectivitas Penerapan
Pembelajaran kooperatif berbasis ICT, dijelaskan apabila TIK dikaitkan
dengan dunia pendidikan maka TIK/ICT memainkan peran penting dalam
masyarakat. Banyak penelitian kontemporer menunjukkan adanya hubungan
antara pengajaran yang baik dan orientasi yang mendalam untuk belajar
yang meningkatkan pembelajaran siswa, berpikir kritis dan belajar lebih
tinggi Hal tersebut diperkuat dengan banyaknya penelitian yang
menunjukkan bahwa ICT memiliki potensi besar untuk meningkatkan
proses dan motivasi (2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sejarah pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan prangkat keras TIK,
khususnya komputer. Teemu Leinonen (2005) membagi perkembangan tersebut
kedalam 5 fase yaitu fase programming/drill and practice, fase computer based
training (CBT) with multimedia, fase Internet-based training (IBT) atau latihan
berbasis internet, fase e-learning yang merupakan fase kematangan pembelajaran
berbasis internet, fase social software + free and open content.
Peranan TIK dalam pendidikan yang diuaraikan di atas mengisyaratkan
bahwa pengembangan TIK untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia adalah sesuatu yang mutlak.
Renstra Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009 yang berlanjut
sampai sekarang, terkait program pengembangan TIK bidang pendidikan akan
dilaksanakan melalui bebrapa tahap sebagai berikut:
1) Tahap pertama meliputi
a. Merancang sistem jaringan yang mencakup jaringaninternet, yang
menghubungkan sekolah-sekolah dengan pusat data dan aplikasi,
serta jaringan internet sebagai sarana dan media komunikasi dan informasi
di sekolah
b. Merancang dan membuat aplikasi database,
c. Merancang dan membuat aplikasi manajemen untuk pengelolaan
pendidikan di pusat, daerah, dan sekolah, dan
d. Merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis web, multimedia,
dan interaktif.
2) Tahap kedua meliputi
a. Melakukan implementasi sistem pada sekolah-sekolah di Indonesia yang
meliputi pengadaan sarana/prasarana TIK dan pelatihan tenaga pelaksana
dan guru dan
b. Merancang dan membuat aplikasi pembelajaran.
3) Tahap ketiga dan keempat adalah tahap memperluas implementasi system di
sekolah-sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan bukan hanya sebagai alat atau media
saja seperti yang masih banyak terjadi saat ini, melainkan bisa berbentuk yang
lain seperti pemanfaatan TIK sebagai metode pembelajaran, TIK sebagai strategi
pembelajaran, maupun TIK sebagai sebagai sumber bahan ajar, seperti yang telah
dijabarkan dalam blue print pendidikan nasional. Komponen TIK dalam
pembelajaran juga tidak hanya berupa LCD Projector dan komputer saja,
komponen yang lain seperti internet, radio, televisi, telepon, radio dan lain
sebagainya juga termasuk dalam komponen TIK dalam pembelajaran.
Gambar 2.1 Komponen TIK
Jika dijabarkan pemanfaatan TIK dalam pendidikan maka sangatlah luas.
Pertama, TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan atau sumber belajar, dapat berupa
referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui
fasilitas TIK secara bebas, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan
antara institusi pendidikan, dan lain sebagainya. Jika digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Gambar 2.2 TIK Sebagai Sumber Belajar
Sedangkan TIK sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat
bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu
interaksi antara guru dengan siswa.
Internet
Radio
Telepon
Televisi
Printer
LCD
projector
Intranet
PC
TiK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.3 TIK sebagai Alat Bantu Pembelajaran
Sebagai fasilitas pendidikan, TIK di sekolah dapat berupa pojok
internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan
elektronik, dan lain sebagainya.
Gambar 2.4 TIK sebagai Fasilitas Pendidikan
Pemanfaatan TIK di dunia pendidikan saat ini sudah
memungkinkan pemanfaatan TIK yang menyeluruh dalam proses
pembelajaran, baik pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran jarak
jauh (distance learning). Bahkan TIK sudah memungkinkan terjadinya
knowledge sharing melalui e-book dan e-library. Hal tersebut telah
dicanangkan di dalam Renstra Depdiknas pada periode 2005-2009,
diantaranya telah mengembangkan kebijakan - kebijakan yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terobosan baru, salah satunya dalam penerapan TIK secara massal untuk E -
Pembelajaran dan E - Administrasi.
Bahkan dalam Renstra Depdiknas tahun 2010-2014 juga terus
mempertahankan penyediaan sarana pendidikan yang bersifat massal, yaitu
penyediaan peralatan TIK sebagai media pendukung proses pembelajaran
seperti perangkat komputer, perpustakaan elektronik, dan buku ajar dalam
format elektronik.
d. Penguasaan TIK
Menurut John Naisbit, penulis buku Megatrend 2000, saat ini kita
telah memasuki gelombang ketiga, yakni perubahan teknologi informasi.
TIK telah menjadi simbol gelombang perubahan. Kemudian ketika kita
mulai membicarakan TIK sebagai salah satu faktor perubahan tersebut,
maka yang perlu kita ketahui lebih lanjut ialah pandangan mengenai TIK
dan potensinya dalam dunia pendidikan.
Pandangan mengenai TIK bermacam- macam, banyak guru yang
mengartikan bahwa TIK adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
komputer, kemudian ada pula yang memandang bahwa TIK adalah urusan
guru TIK saja dan lain sebagainya. Stigma inilah yang harus disatukan
terlebih dahulu, bahwa TIK itu terdiri dari hardware dan software sebagai
sautu teknologi yang digunakan sebagai sarana penyampai informasi dan
komunikasi.
Potensinya dalam dunia pendiidkan sangat tinggi, diantara sebagai
upaya menciptakan pembelajaran yang inovatif, efektif dan efisien. Potensi
TIK dalam pendidikan memang cukup besar, namun kita juga harus melihat
kendala - kendala apa yang muncul ketika kita menerapkan TIK dalam
pendiidkan. Seperti salah satunya kemampuan dariguru dalam
mengoperasikan TIK, ketersediaan sarana prasarana, mahalnya biaya dan
lain sebagainya. Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang harus dipenuhi
untuk terjadinya optimalisasi pemanfaatan TIK dalam pendidikan. Kelima
faktor tersebut adalah infratsruktur, SDM, konten, kebijakan, dan budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Faktor SDM merupakan faktor yang harus diperbaiki terlebih dahulu
sebelum faktor lain mengikuti. Dimana yang dituntut dari perbaikan SDM dalam
hal ini Guru yaitu mengenai pengetahuan dan kemampuan guru dalam penguasaan
TIK. Seorang guru yang akan menerapkan atau memanfaatkan TIK dalam
pembelajaranya mau tidak mau harus bisa menguasai TIK terlebih dahulu agar
tujuan nasional dalam peningkatan mutu pendidikan kita bisa tercapai.
Menurut Dahlan Abdullah, untuk dapat memanfaatkan TIK dalam
memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu :
1. Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan
internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan
kultural bagi siswa dan guru, dan
3. Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam
menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu
siswa agar mencapai standar akademik.
Dari berbagai pendapat ahli dan beberapa pendapat mengenai konsep
penguasaan, konsep TIK pada pembahasan sub sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa seorang guru yang memiliki penguasaan TIK baik setidaknya
ia mampu untuk menerapkan TIK dalam pembelajaran bukan hanya sebagai
media pembelajaran standart saja namun harus mampu mengeksplore TIK secara
menyeluruh baik sebagai sumber belajar maupun strategi belajar. Penguasaan TIK
pada guru pada dasarnya telah diatur dalam renstra Departemen Pendidikan
Nasional tahun 2005-2009 dan juga Renstra selanjutanya, kriteria penguasaan TIK
yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional.
2. Tinjauan Tentang Sertifikasi Guru
a. Sertifikasi
1) Pengertian Sertifikasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, mengemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik
adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional. Sedangkan menurut Nataamijaya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk
memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk, proses atau jasa telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Mulyasa, 2007:34).
Suyatno (2008) menyatakan bahwa sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sertifikat adalah
dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu adalah
benar adanya. Sertifikasi adalah proses pembuatan dan pemberian dokumen
tersebut. Guru yang telah mendapatkan sertifikat berarti telah mempunyai
kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan dalam sertifikat itu (hlm 2).
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan
sebagai proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji
kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan
sertifikasi guru adalah:
a) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
b) Undang-Undang No. 14 Tahun Tentang Guru dan Dosen.
c) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Te
ntang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
(Daryanto, 2009)
2) Sasaran Sertifikasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Rebuplik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah Rebuplik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan guru adalah pendidik profesional, termasuk guru bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konseling (guru BK) yang pada uraian ini selanjutnya disebut guru. Untuk
itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau
Diploma IV (SI / D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi
sebagaimana dituntut oleh Undang-Undang Guru dan Dosen.
Kemudian Daryanto (2009:359) menyatakan bahwa Sertifikasi guru
sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan
meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling bagi guru BK yang
pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Pasal
90 menyatakan:
Peserta didik pendidik informal dapat memperoleh sertifikat
kompetensi yang setara dengan sertifikat kompetensi dari pendidikan
formal setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri/
profesi sesuai ketentuan yang berlaku. Peserta pendidikan informal
dapat memperoleh ijazah yang setara dengan ijazah dari pendidikan
dasar dan menengah jalur formal setelah lulus uji kompetensi dan
ujian nasional yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian
suatu kompetensi akhir tenaga profesional dibuktikan atau dinyatakan
dengan suatu sertifikat kompetensi ataupun dokumen ijazah di mana
sertifikat kompetensi tersebut diterbitkan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh
organisasi profesi yang diakui pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik
yang bersangkutan telah lulus uji kompetensi.
Jurnal National Commission on Educational Services - NCES
(Mulyasa:34) menyatakan “Certification ia a procedure whereby the state
evaluates and reviews a teacher candidate`s credential an provides him or
her a license to teach”. Artinya sertifikasi merupakan prosedur untuk
menentukan apakah seorang guru layak diberikan izin dan kewenangan
untuk mengajar. Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sertifikasi guru merupakan suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang
telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi.
Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial
dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai standar yang telah
ditetapkan. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan
dalam sertifikasi kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini
sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru yang memenuhi standar untuk
melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa sasaran dari sertifikasi adalah
pendidik profesional, termasuk guru bimbingan dan konseling (guru BK). Dimana
seorang guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademis minimal Sarjana atau
Diploma (SI atau D-IV).
3) Tujuan Sertifikasi
Menurut Suyatno (2008:3) tujuan utama sertifikasi guru ada banyak,
diantaranya yaitu :
(a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
(c) Meningkatkan martabat guru.
(d) Meningkatkan profesionalitas guru.
Menurut Wibowo (Mulyasa:35), Sertifikasi guru bertujuan untuk hal-
hal sebagai berikut:
(a) Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan.
(b) Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak berkompeten
sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
(c) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi
terhadap pelamar yang kompeten.
(d) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan.
(e) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan
tenaga pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ibrahim Bafaadal (2003) menyatakan “Program sertifikasi bertujuan
untuk tenaga guru dan kependidikan yang lebih berkualitas sehingga
kemampuan guru dapat meningkat dan memiliki standar kualifikasi”. Atau
dengan kata lain target akhir sertifikasi ini adalah tersedianya tenaga guru
terdidik atau terlatih yang memiliki standar kualifikasi dan kompetensi dan
meningkatkanya pengetahuan dan keterampilan tenaga guru (hlm 53-54).
Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
sertifikasi sebagai salah satu upaya peningkatan mutu atau kualifikasi
kompetensi dan kesejahteraan guru yang berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru serta meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
secara berkelanjutan.
4) Manfaat Sertifikasi Guru
a. Manfaat sertifikasi guru bagi guru itu sendiri
Menurut Suyatno (2008:3), manfaat sertifikasi yaitu untuk
melindungi profesi guru dari parktek yang tidak berkompeten yang dapat
merusak profesi citra guru dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan
guru.
Kemudian menurut Mulyasa (2007:191-194) ditambahi dengan
beberapa manfaat, yaitu :
1) Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru.
2) Merupakan alat seleksi penerimaan guru.
3) Untuk mengelompokkan guru.
4) Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum.
5) Merupakan alat pembinaan guru.
6) Mendorong kegiatan dan hasil belajar.
Berdasarkan rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih mengacu
kepada pengawasan dan penjamin mutu tenaga pendidik.
b. Manfaat sertifikasi guru bagi siswa
Menurut Suyatno (2008:3) manfaat sertifikasi guru yaitu untuk
melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemudian menurut Wibowo yaitu adanya proses pengembangan
profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan
persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi
profesi beserta anggotanya dan sebaliknya organisasi profesi dapat
memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan atau pengguna
(Mulyasa, 2005: 35-36).
Jika disimpulkan dari beberapa pendapat pakar diatas maka manfaat
dari program sertifikasi guru bagi siswa yaitu untuk menyediakan tenaga
pendidik yang berkualitas sehingga para siswa bisa mendapatkan ilmu yang
berkualitas juga sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.
5) Prinsip Sertifikasi Guru
Menurut Ditjen PMPTK dalam Pedoman Penetapan Peserta
Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan (2007: 4-5) mengungkapkan
bahwa prinsip sertifikasi antara lain:
(a) Dilaksankan secara objektif, transparan, dan akuntabel Objektif, yaitu
mengacu kepada proses perolehan sertifikasi pendidik yang impartial,
tidak diskriminaif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan
yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada
para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses
informasi tentang proses sertifikasi. Akuntabel merupakan proses
sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan
pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
(b) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan
guru dan kesejahteraan guru.Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah
dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi akan diberi
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Dengan peningkatan
mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(c) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi
amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(d) Dilaksanakan secara terencana dan sitematis.
Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru.
Kompetensi guru mencangkup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar
kompetensi guru mencangkup kompetensi inti guru.
(e) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya
ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan
pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk
masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
b. Guru
1) Pengertian Guru dan Tugas Guru
a. Pengertian Guru
Banyak ahli pendidikan yang mengartikan istilah guru, diantaranya:
Mulyasa (2005:37) mengemukakan bahwa “Guru adalah pendidik yang
menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin.”
Moh. Uzer Usman (2002:1) mengemukakan bahwa “Guru
merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru”.
Pendapat lain menyatakan bahwa “Guru adalah salah satu
komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan”. (Sardiman, 1996:123)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus dan dapat pula berarti
orang yang berprofesi sebagai pengajar dan pendidik harus menjadikan
bidang pendidikan tidak sekedar sumber penghidupan tetapi juga sarana
pengabdian. Guru merupakan pribadi dewasa yang mempersiapkan diri
secara khusus melalui lembaga pendidikan guru, menggunakan
keahliannya, mengajar sekaligus mendidik siswanya menjadi warga
negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat dan mampu berperan
aktif dalam peningkatan Sumber Daya Manusia.
b. Tugas Guru
Sardiman AM (1996:148) menyatakan bahwa, “Tugas guru adalah
mendidik, membimbing anak didik agar menjadi manusia berpribadi”.
Seseorang dapat dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu sesuatu materi
yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang
yang memang memiliki kepribadian guru dengan segala ciri tingkat
kedewasaan. Berarti untuk menjadi pendidik atau guru seseorang harus
berpribadi.
Menurut User Usman (2009:6) “Tugas guru dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu; tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan
tugas dalam bidang kemasyarakatan”.
Tugas guru dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua dan harus mampu menarik
simpati peserta didik sehingga menjadi idola para siswa, pelajaran yang
diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam belajar.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan Pancasila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Guru Sebagai Profesi Profesional
Menurut Daryanto (2009:254) Guru profesional adalah
Guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi yang
dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan profesional
baik bersifat pribadian, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampaun
maksimal.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
dijelaskan bahwa :
(a) Pasal 8:
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(b) Pasal 9 :
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diplomat
empat.
(c) Pasal 10
(1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana
dimaksud pada Ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Guru merupakan jabatan
yang memerlukan standar kualifikasi tertentu sebagai tenaga profesional
guru mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk mengajar sebagai
penerapan profesionalisme.
3) Guru PKn Bersertifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru bersertifikasi harus memenuhi kriteria profesionalisme guru
yang akan menjadi rambu-rambu uji kompetensi dalam rangka standar dan
sertifikasi kompetensi guru. Guru dapat dikatakan bersertifiaksi apabila
telah memenuhi rambu - rambu sebagai berikut: Menguasai pendidikan
makro, menguasai lingkungan akademis kampus, menguasai kurikulum
KTSP, menguasai bahan ajar, menguasai silabus, menguasai RPP,
menguasai teori belajar, menguasai teori pembelajaran, penguasaan
merancang pembelajaran, kemahiran mengajar dengan menguasai
keterampilan seperti (bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi,
menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi
kelompok, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil, dan perorangan),
menguasai mekanisme seperti (merancang instrument, menganalisis data,
menganalisis data, kemahiran menggunakan hasil penilaian), kemampuan
merekonstruksi program keberhasilan mengikuti studi lanjut, memiliki misi
karier profesi, semangat etos kerja dan disiplin, ketekunan, keuletan dan
kerajinan, kemampuan sosial seperti (kemampuan memahami dan menerima
peserta didik, kepedulian pada peserta didik, kemampuan bergaul dengan
sejawat, kemampuan hidup bermasyarakat, kegiatan produktif diluar
profesi, partisipasi dalam organisasi profesi sebagai (anggota, pengurus,
tokoh), kegiatan sosial (keterlibatan dalan berbagai lembaga masyarakat).
(Mulyasa, 2007:195-196)
Jadi jika disimpulkan maka guru yang bersertifikasi itu yaitu guru
yang telah memenuhi kriteria guru profesional yang diwujudkan dengan
penguasaan 4 kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi individu, kompetensi sosial. Pada saat ini pengujian
tentang penguasaan kriteria guru profesional itu dilakukan dengan program
sertifikasi guru dari pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Tinjauan Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan
Kewarganegaraan ( PKn)
a. Pengertian Kompetensi
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 10, dijelaskan bahwa “Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya”.
Robbin, S yang dikutip Nia Dinar (2007:20) menyebutkan bahwa
“Kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa “Kemampuan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu
kamampuan intelektual dan kemampuan fisik”.
Leod, Mc. yang juga dikutip Uzer Usman (2002:14) mengatakan
“Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”.
Muhaimin (2004: 151) menjelaskan bahwa “Kompetensi adalah
seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki
sebagai syarat untuk dianggap mampu dalam melaksanakan tugas-tugas
dalam bidang pekerjaan tertentu.”
Muhibinsyah (2004:132) mengemukakan “Kompetensi adalah
kemampuan, kecakapan, keadaan, wewenang, atau memenuhi syarat
menurut ketentuan hukum”.
Dari uraian berbagai pendapat ahli mengenai kompetensi tersebut,
bisa dikatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas - tugas profesinya sesuai standar ketentuan dari
profesinya. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi
disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang telah ditetapkan
dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan
dimaknai sebagai perangkat yang efektif yang terkait dengan eksplorasi dan
investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk
mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai kreatifitas masing
masing.
Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
mendemonstrasikan perilaku pendidik yang profesional, bukan sekedar
mempelajari keterampilan - keterampilan mengajar tertentu, tetapi lebih
dituntut untuk menggabungkan dan mengaplikasikan suatu keterampilan
dan pengetahuan yang saling berkaitan dalam bentuk tindakan nyata pada
pembelajaran yang dilakukan. Maka disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan tugas
profesi keguruannya.
b. Kompetensi yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Guru
Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Standar Kompetensi Guru
Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK meliputi:
1) Kompetensi Pedagogik
(a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
(1) Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan
latar belakang sosial-budaya.
(2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu.
(3) Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
(4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
(b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
(1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata
pelajaran yang diampu.
(c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
(1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
(2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
(3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diampu.
(4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait
dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
(5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai pendekatan
yang dipilih dan karakteristik peserta didik.
(6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
(d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
(1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik.
(2) Mengembangkan komponen - komponen rancangan
pembelajaran.
(3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk
kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
(4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan.
(5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
releven dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran
yang diampu untuk mecapai tujuan pembelajaran secara utuh.
(6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang
diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
(1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran yang diampu
(f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
(1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.
(2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk
kreativitasnya.
(g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
(1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif,
empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/ atau bentuk
lain.
(2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi
kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara
siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik
untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan
contoh, (b) reaksi guru terhadap respon peserta didik, dan
seterusnya.
(h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
(1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diampu.
(2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting
untuk dinilai dan evalusi sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang diampu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
(4) Mengembangkan instrument penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
(5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument.
(6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
(7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
(i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evalusi untuk kepentingan
pembelajaran.
(1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evalusi untuk
menentukan ketuntasan belajar.
(2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evalusi untuk
merancang program remedial dan pengayaan.
(3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evalusi kepada
pemangku kepentingan.
(4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
(j) Melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan kualitas
pembelajaran.
(1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan
(2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang
diampu.
(3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir
a dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. (Mulyasa, 2007: 75).
2) Kompetensi Profesional
(a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
(1) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola piker (peta konsep)
keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
(2) Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi
pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), nilai dan sikap
Kewarganegaraan (Civic Disposition) serta keterampilan
Kewarganegaraan (Civic Skiils).
(3) Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraa
(b) Menguasai standar kompetesi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
(1) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.
(2) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
(3) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
(c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
(1) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
(2) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
(d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
(1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus- menerus.
(2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
(3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
(e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
(1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
(2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.
E. Mulyasa (2006:135) menjelaskan ruang lingkup kompetensi
profesional guru meliputi:
a) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Mampu mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi.
c) Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber
belajar yang relevan.
3) Kompetensi Kepribadian
a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
(1) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, adapt- istiadat, derah asal, dan gender.
(2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial
yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia
yang beragam.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
(1) Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
(2) Berperilaku yang mencerminkan ketaqwaan dan akhlak mulia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
(1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
(2) Menampilkan diri sebagai sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan
berwibawa.
d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru dan rasa percaya diri.
(1) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
(2) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
(3) Bekerja mandiri secara profesional.
e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
(1) Memahami kode etik profesi guru.
(2) Menerapkan kode etik profesi guru.
(3) Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
4) Kompetensi Sosial
a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
(1) Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat
dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
(2) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat,
orang tua peserta didik dan lingkungan sekplah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan sopan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya
secara santun, emaptik dan efektif.
(2) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara
santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan
kemajuan peserta didik.
(3) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik.
c) Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
(1) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektivitas sebagai pendidik.
(2) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kulitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
(1) Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas
ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
(2) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada
komunitas profesi sendiri secara lisan atau tulisan maupun bentuk lain.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dari
pengertian tersebut dapat kita rincikan kompetensi guru kedalam 3 bagian,
yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan
peserta didik.
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau
wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Berkaitan dengan tangung jawab; guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran disekolah, dan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang
pendidik. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru
harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang dimasyarakat tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
c. Guru PKn Berkompetensi
1) Guru Berkompetensi
Menurut Furqon (2009) menyatakan bahwa “Guru yang
berkompeten adalah seorang guru yang dapat mengemban amanah,
memiliki keahlian dan profesional” (hlm. 20).
Dalam bidang pendidikan, seorang pendidik dikatakan
berkompeten jika memiliki seperangkat kompetensi. Kaitannya dengan
LPTK yang outputnya menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan,
maka perlu memperhatikan kompetensi lulusan yang relevan dengan
LPTK tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 ayat (3) bahwa
kompetensi agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi
Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Guru PKn Berkompeten
Berangkat dari uraian mengenai kompetensi diatas, seorang Guru
PKn dapat dikatakan berkompeten apabila merupakan lulusan dari LPTK
program studi yang sesuai yaitu program studi Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu guru PKn juga harus memiliki seperangkat
kompetensi seperti:
a) Kompetensi Pedagogik, kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
b) Kompetensi kepribadian, kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, mandiri dan berakhlak mulia.
c) Kompetensi sosial, kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
d) Kompetensi Profesional, kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. (Furqon, 2007:22-24)
Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Pasal
19 ayat 10 menyatakan:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Daryanto (2009:209) mengatakan bahwa seorang guru PKn
berkompeten harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tahun 2005 Pasal 19 ayat (1) diatas dijelaskan bahwa dalam paikem
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) terdapat
beberapa unsur antara lain:
(1) Peserta didik dan guru sama-sama aktif dan kreatif
(2) Menarik minat peserta didik dan menyenangkan
(3) Tingkat penguasaan materi lebih optimal
Guru PKn berkompeten harus mampu mengaktifkan peserta didik,
mendorong kreativitas peserta didik dan menciptakan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
3) Implikasi penguasaan TIK terhadap Kompetensi Pedagogik Guru PKn
TIK mempunyai peranan penting dan cukup besar dalam
perkembangan pendidikan. Era perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat, karena pada
dasarnya dalam setiap aspek kehidupan orang modern tidak bisa lepas dari
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk melek teknologi atau
menguasai teknologi atau istilah asingnya technology literacy. Masyarakat
yang menguasai teknologi akan mampu memilih, merancang, membuat dan
menggunakan hasil rekayasa-rekayasa teknologi dalam kehidupan sehari -
hari.
Bagian dari Masyarakat tersebut salah satunya adalah sekolah yang
didalamnya ada guru dan peserta didik. Oleh sebab itu program pembelajaran
di sekolah perlu menerapkan teknologi, sehingga secara otomatis seorang
guru juga dituntut menguasai teknologi informasi dan komunikasi supaya
mampu menciptakan pembelajaran yang berbasis TIK. Hal ini selaras dengan
pendapat Mulyasa yang dikutip Jamal Ma’mur (2011:28) bahwa “derasnya
arus informasi yang berkembang di masyarakat menuntut setiap orang untuk
bekerja kerasa agar dapat mengikuti dan memahaminya.”
Menurut Yaumi M, “tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah membawa implikasi atau dampak
besar dalam dunia pendidikan” (2011:26).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seorang guru yang mempunyai penguasaan TIK yang baik maka ia
mampu melakukan pembelajaran yang berbasis TIK dengan baik pula, yang
mana akan membisaakan peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri
yang menyadari pentingnya belajar dimanapun kapan pun, dimana hal ini
merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri. (Jamal Ma’mur, 2011:
135-137)
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
implikasi penguasaan TIK pada guru PKn Tersertifikasi terhadap kompetensi
pedagogik yaitu menjadikan pembelajaran lebih inovatif, kreatif, menjadikan
siswa menjadi pembelajar mandiri serta kemampuan dan wawasan peserta
didik akan berkembang secara optimal. Guru mampu menjadikan
pemeblajaran yang tidak ketinggalan jaman dan ketinggalan langkah sehingga
pembelajaranya memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensinya
secara mandiri.
Selain itu seorang guru yang menguasai TIK juga tidak akan
mengalami kesulitan dalam menjalani perkembangan kehidupan kedepan
yang semakin maju pesat. Guru juga akan mampu mengikuti perkembangan
sesuai tuntutan jaman sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir
peserta didik nantinya dengan pendidikan negara lain.Sehingga kompetensi
pedagogik yang menjadi keharusan untuk dimiliki seorang guru akan tercapai
yaitu pembelajaran yang efektif dan dinamis. Teknologi informasi dan
komuikasi sangat penting untuk memacu semangat anak didik, sehingga
mereka merasa ketinggalan zaman dan semkin termotivasi untuk belajar.
Disisi lain guru juga akan terus tertantang untuk tidak ketinggalan
informasi sehingga setiap saat akan mengikuti dinamika publik dalam
berbagai aspek yang pada akhirnya akan selalu membawa sesuatu yang abru
pada anak didik yang inspirasi.
4. Tinjauan Tentang Kualitas Berkelanjutan
H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa seorang profesional menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki
kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme dan bukan secara
amatiran. Seorang profesional akan secara terus-menerus meningkatkan mutu
karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendapat Delors (1996) yang dikutip hoyyima khoiri mengatakan
bahwa:
Memperbaiki mutu pendidikan pertama tama tergantung perbaikan
perekrutan, pelatihan, status sosial dan kondisi kerja para guru.
Mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter
personal, prospek profesional dan motivasi ynag tepat jika ingin
memenuhi harapan stakeholder pendidikan. (2010:57)
Konsep Belajar dalam pekerjaan (learning by doing) yang artinya setiap
individu dihadapkan pada berbagai persoalan yang muncul, sehingga
diperoleh pengalaman sebagai akibat kebisaaan, dan menjadi modal (keahlian,
pengetahuan dan pengalaman) dalam mengatasi masalah yang muncul
selanjutnya. Sehingga setiap pengalaman yang didapat dari setiap kegiatan
merupakan sarana untuk terus belajar. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat
dari Hoyyima K (2010: 54) yang mengatakan bahwa “pembinaan guru harus
berlangsung secara berkesinambungan karena prinsip dasarnya, guru
merupakan seorang pembelajar”
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme seseorang
dalam suatu profesi dapat tercapai jika seseorang itu secara terus menerus
meningkatkan kompetensinya dan selalu menjadi agen pembelajar. Dimana
selalu belajar dari pengalaman dan juga belajar hal hal yang baru sesuai
tuntutan zaman. Begitu pula yang harus dilakukan oleh guru bersertifikasi.
Guru yang sudah lolos sertifikasi belum tentu sudah dianggap
profesional dalam mengajar oleh masyarakat. Sehingga guru dituntut untuk
selalu meningkatkan kompetensinya dan menerapkan ilmu dan kompetensi
yang telah dimiliki dalam setiap pembelajaran walaupun sudah lolos
sertifikasi. Selain itu seorang guru yang telah tersertifikasi juga harus mampu
mengikuti perkembangan zaman seperti kemajuan IPTEK yang terus
berkembang dengan pesat. Kualitas berkelanjutan dari guru yang telah
mengikuti sertifikasi harus terlihat pasca proses stadarisasi kompetensi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sertifikasi guru, profesionalisme guru harus selalu dipegang dan dilaksanakan
setiap saat.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini ialah penelitian
yang dilakukan oleh Kartika Sari Nuri Wardani (2010) dalam “Kompetensi Guru
PKn Bersertifikasi dalam Meningkatkan Keberhasilan Belajar Siswa di SMP
Negeri Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran
2009/2010”. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu bahwa (1)
Kompetensi guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kecamatan Karanganyar bisa
dilihat melalui penerapan kompetensi profesional, Kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogic, kompetensi social yang dilakukan. (2) Kendala-kendala
yang dihadapi oleh guru PKn bersertifikasi dalam upaya menerapkan kompetensi
guru antara lain: kurangnya alat media pembelajaran atau pengadaan sarana dan
prasarana sekolah masih kurang, tidak semua guru dapat mengikuti perkembangan
IPTEK dengan cepat, terbatasnya guru dalam penguasaan TIK, sarana media
pembelajaran yang masih terbatas disekolah khususnya yang berkaitan dengan
TIK, adanya pemahaman yang keliru dari siswa dan orang tua siswa bahwa mata
pelajaran yang tidak UAN tidak penting. (3) Upaya-upaya yang dilakukan oleh
guru PKn bersertifikasi dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar siswa
melalui: mengadakan remidi, penugasan baik individu maupun kelompok,
melakukan bimbingan dan pendekatan kepada siswa, peran guru sebagai penunjuk
jalan kepada nara sumber.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dan perbedaan denagn penelitian yang
peneliti lakukan. Persamaannya terletak pada topiknya yaitu mengenai
kompetensi Guru PKn tersertifikasi, sedangkan perbedaanya yaitu jika penelitian
terdahulu mengkaji mengenai penerapan kompetensi yang dimiliki serta kendala
kendalanya, sedangkan penelitian yang dilakukan ini mengkaji mengenai
penguasaan TIK dan implikasinya terhadap kompentsi pedagogik. Selain itu
lokasi penelitian juga berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berfikir
Standar kompetensi dan sertifikasi guru dilakukan sebagai salah satu
upaya dalam meningkatkan kompetensi guru agar tercipta guru - guru yang
profesional yang pada akhirnya mutu pendidikan Indonesia kedepannya bisa
meningkat pula. Program ini diharapkan bisa memberi sumbangan besar bagi
peningkatan kompetensi profesional guru, khususnya kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik dalam profesi guru merupakan salah satu yang
menentukan keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Apalagi dalam era
globalisasi saat ini. Inovasi daam dunia pembelajaran sangat dibutuhkan, apalagi
saat ini kemajuan teknologi sangatlah mempengaruhi dunia pendidikan.
Pemanfaatan teknologi dan informasi merupakan sesuatu yang harus diterapkan
agar pendidikan di Indonesia bisa bersaing dengan pendidikan negara lain/dunia
global. Maka secara otomatis penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
pada guru itu sangat penting. Apalagi bagi guru - guru yang telah tersertifikasi,
penguasaan TIK merupakan suatu hal yang wajib dimiliki oleh guru tersertifikasi.
Penguasaan guru PKn dalam TIK tidak boleh ketinggalan dengan guru
mata pelajaran lain, walaupun materi Pendidikan Kewarganegaraan kebanyakan
berupa konsep-konsep namun dalam penyampaiannya memerlukan contoh -
contoh yang berupa visualisasi dari materi yang disampaikan serta harus up to
date dalam mengikuti kemajuan jaman saat ini. Maka guru perlu inovatif dan
kreatif dalam meramu materi serta dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Guru PKn tidak boleh mengesampingkan penerapan TIK dalam mata
pelajaran yang diampu, materi berupa konsep tidak menutup kemungkinan untuk
disampaikan menggunakan TIK, hal ini justru bisa dijadikan inovasi baru dan
cara alternatif untuk mengembalikan exsistensi mata pelajaran PKn setelah tidak
masuk dalam ujian nasional.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penguasaan TIK yang baik juga akan
berdampak pada kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru guru tersebut.
Pembelajaran yang dilakukan akan menarik, inovatif dan selalu memberikan hal
baru bagi peserta didik, yang mana hal ini akan memberikan efek positif pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
motivasi dan prestasi belajar peserta didik khususnya bagi Pendidikan
Kewarganegaraan yang dianggap membosankan.
Namun, penguasaan TIK pada guru tersertifikasi dalam rangka
peningkatan kualitas berkelanjutan ini tidak boleh berhenti begitu saja pasca
mendapatkan tunjangan sertifikasi. Kompetensi tersebut harus terus berlanjut,
dipertahankan dan ditingkatkan oleh guru yang telah lolos sertifikasi guru
tersebut, sehingga kualitas berkelanjutan yang menjadi cita - cita dan harapan dari
program pemerintah ini bisa tercapai. Peningkatan kualitas berkelanjutan ini juga
bukan hanya menjadi kewajiban dari guru saja, pemerintah juga harus ikut andil
dalam program peningkatan kualitas berkelanjutan ini. Adapun kerangka berpikir
dalam penelitian ini jika diilustrasikan dalam bagan adalah sebagai berikut:
Gambar. 2.5 Kerangka berfikir
STANDARISASI KOMPETENSI
DAN SERTIFIKASI GURU
KUALITAS BERKELANJUTAN GURU
BERSERTIFIKASI
KOMPETENSI
PEDAGOGIK
PENGUASAAN TIK
MUTU PENDIDIKAN INDONESIA
KOMPETENSI
SOSIAL
KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
KOMPETENSI
PROFESIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan lokasi yang akan dijadikan objek
penelitian yang berkaitan erat dengan data-data atau informasi yang bisa
diperoleh sesuai dengan permasalahan atau objek penelitian. Sesuai dengan
masalah yang diteliti yakni mengenai penguasaan TIK guru PKn SMP
Negeri Kota Surakarta yang bersertifikasi, maka peneliti memilih lokasi di
wilayah Kota Surakarta, dengan pertimbangan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Adanya data guru PKn yang telah tersertifikasi yang berguna untuk
mengidentifikasi penguasaan TIK dan peningkatan kualitas guru - guru
PKn SMP N Kota Surakarta yang telah bersertifikasi.
b. Masih belum ada penelitian mengenai penguasaan TIK guru PKn
tersertifikasi dan kualitas bagi guru yang bersertifikasi di Kota
Surakarta ini.
c. Penelitian ini membutuhkan waktu untuk observasi secara langsung dan
mendalam maka kemudahan akses lokasi penelitian sangat
mempengaruhi kelancaran penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam enam tahap
dalam waktu 6 bulan, yaitu meliputi tahapan pengajuan judul skripsi ke tim
skripsi program studi kemudian dilanjutkan ke tahap pengajuan proposal
skripsi ke pembimbing masing - masing mahasiswa. Setelah itu masuk pada
tahap perijinan penelitian, baru setelah perijinan selesai tahap pelaksanaan
penelitian baru bisa dilaksanakan. Setelah informasi dan data - data yang
dibutuhkan terkumpul semua maka peneliti masuk ke tahap akhir yaitu
analisis data dan penulisan laporan akhir skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Adapun pembagian waktu dan jadwal kegiatannya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Tahap Tahun 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Pengajuan Judul
2 Pengajuan Proposal
3 Perizinan Penelitian
4 Pelaksanaan Penelitian
5 Analisis Data
6 Penyusunan Laporan Akhir
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan ialah pendekatan
secara kualitatif, berdasarkan jenis data yang diperlukan maka bentuk
penelitiannya adalah deskriptif kualitatif artinya pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif karena memaparkan obyek yang diteliti (orang, lembaga,
dokumen atau lainnya berdasarkan fakta).
Menurut Bogdan dan Tylor yang dikutip Lexy J.Moleong (2004:4)
yang mengemukakan, “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati”.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
merupakan penelitian yang berbentuk kualitatif karena deskripsi
permasalahannya yang dijabarkan dalam bentuk data. Data kualitatif seperti
wawancara dari guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
bersertifikasi dan hasil observasi pembelajaran guru PKn SMP Negeri Kota
Surakarta yang telah tersertifikasi.
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian deskriptif ada empat macam strategi penelitian yang
dapat digunakan untuk menyusun penelitian, yaitu:
a. Studi KasusTunggal terpancang
“Studi yang memusatkan pada variabel yang telah ditentukan terlebih
dahulu atau dengah istilah (Embeded Case Study)”. (Sutopo, HB, 1996:10)
kemudian hanya menggunakan satu lokasi penelitian saja.
b. Ganda terpancang
Sedang strategi penelitian ganda terpancang yang membedakan hanya
lokasi penelitian, dimana ada dua lokasi penelitian yang digunakan.
c. Tunggal holistik
Studi yang mengarahkan pada subyeknya secara menyeluruh dengan
berdasarkan satu aspek .
d. Ganda holistik
Studi yang mengarahkan pada dua subyeknya secara menyeluruh dengan
berbagai aspek.
Dalam penelitian ini strategi yang digunakan adalah tunggal
terpancang, dimana peneliti hanya ingin mengungkapkan masalah yang
berhubungan dengan penguasaan TIK guru PKn bersertifikasi secara utuh
sebagai satu kesatuan. Pemilihan strategi tersebut berdasarkan pendapat ahli
yang mengatakan bahwa strategi penelitian tunggal terpancang dalam
penelitian mengandung pengertian, tunggal yang artinya hanya ada satu lokasi
yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Surakarta. Sedangkan
terpancang yaitu hanya pada tujuan untuk mengetahui penguasaan TIK guru
PKn SMP Negeri Kota Surakarta dalam rangka peningkatan kualitas
berkelanjutan kompetensi guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota
Surakarta. Dengan demikian proses pengumpulan data dan analisis data akan
lebih terarah pada permasalahan yang sudah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
C. Data dan Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1993:114) yang dimaksud dengan sumber
data adalah “ Subjek dari mana data dapat diperoleh.” Adapun sumber data yang
dipreoleh dalam penelitian kualitatif dapat berupa “Manusia, peristiwa, atau
aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”. (HB.
Sutopo 2002:50)
Berdasarkan pendapat diatas, maka yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah:
1. Informan
Pengertian informan menurut Suharsimi Arikunto (1993:114) adalah
“Sumber data yang memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara
atau jawaban tertulis melalui angket”. Informan diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
a. Guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta yaitu Guru lolos
sertifikasi rayon 113 UNS tahun 2008 – 2010 sejumlah 15 guru PKn SMP
Negeri, dan yang menjadi informan dalam penelitian ini sejumlah 11 guru
yaitu
1. Ruliana, S.Pd, SMP N 1 Surakarta
2. Susniwati Rahayu, S.Pd, SMP N 4 Surakarta
3. Prasmani, S.Pd, SMP N 7 Surakarta
4. Dimyati, S.Pd, SMP N 7 Surakarta
5. Marimin, S.Pd, SMP N 12 Surakarta
6. Wardoyo, S.Pd, SMP N 14 Surakarta
7. Ngastiasto, S.Pd, SMP N 14 Surakarta
8. Dra. Titin Hanuraningsih, SMP N 15 Surakarta
9. Suwarno, S.Pd, SMP N 24 Surakarta
10. Dra.Tri Agustini, SMP N 24 Surakarta
11. Yuniandar Gempar Prakoso, S.Pd, SMP N 26 Surakarta
b. Ketua MGMP PKn SMP N Kota Surakarta, bapak Marimin, S.Pd
c. Siswa SMP N 8 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Dokumen dan Arsip
Dokumen ada dua yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi,
dokumen pribadi yaitu tulisan tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri,
sedang dokumen resmi adalah dokumen yang dikeluarkan suatu instansi.
Sumber arsip merupakan informasi yang dapat diperoleh peneliti tentang
subjek yang akan diteliti. Macam-macam dokumen yang digunakan disini
meliputi seluruh dokumen resmi tentang hal- hal yang terkait dengan
penguasaan TIK guru PKn tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta yaitu
antara lain:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
d. Modul PLPG PKn
e. RPP guru PKn Tersertifikasi
3. Tempat dan peristiwa
Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan
observasi yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi.
Hal ini dilakukan agar peneliti dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Melalui
tempat dan peristiwa peneliti dapat memperoleh data yang sesuai dengan
masalah yang diteliti yaitu dengan menggunakan wawancara maupun
observasi di SMP Negeri di Kota Surakarta. Dalam penelitian, tempat yang
dimaksud disini adalah lokasi dimana penelitian dapat dilakukan yaitu kelas
atau instansi yang diampu oleh guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota
Surakarta. Sedangkan peristiwanya yaitu, kegiatan belajar mengajar (KBM)
di kelas yang diampu informan, serta observasi pada RPP yang dijalankan
dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Sampling pada penelitian kualitatif digunakan untuk menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lexy J. Moleong (2008:224) yang mengatakan bahwa sampling memiliki tujuan
diantaranya:
1. Untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik.
2. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
akan muncul.
Teknik pengambilan sampel ada beberapa cara, yaitu :
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
2. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
3. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. (Sugiyono, 2010:123)
Dalam penelitian kualitatif sampel ditentukan oleh peneliti sendiri
dengan mempertimbangkan bahwa sampel untuk mengetahui masalah yang
diteliti, jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat obyektif. Sehingga dalam
penelitian kualitatif, teknik cuplikan yang bisaa digunakan adalah teknik cuplikan
yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan konsep teoritis yang
digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena itu, cuplikan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling.
Seperti pendapat Goetz dan Le Comte dalam HB. Sutopo (2002:185)
“Purposive sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-
individu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam
dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Populasi merupakan sampel. Apabila yang menjadi populasi adalah guru
PKn bersertifikasi SMP Negeri Kota Surakarta berjumlah 15. Maka sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah 12 guru PKn tersertifikasi.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Sesuai sumber data yang digunakan
dalam penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Menurut Lexy J. Moleong (2001:117) mengemukakan bahwa ciri khas
penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dan pengamatan berperan serta,
namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.
Pengamatan berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan
oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan
pengamatan.
Menurut Soetardi (1996:72) “Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis fenomena - fenomena yang diselidiki”.
Teknik observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
observasi berperan pasif, observasi ini peneliti lakukan dikelas dimana guru
PKn bersertifikasi melakukan kegiatan belajar mengajar. Peneliti mengamati
tempat dan peristiwa penelitian, sehingga mengetahui bagaimana kompetensi
guru PKn bersertifikasi dan penguasaan TIK dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
2. Wawancara
Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
membebankan jawaban atas pertanyaan itu”. (Moleong, 2004: 135)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2010:33) mengemukakan
beberapa macam wawancara yaitu :
a. Wawancara terstruktur ( Structured interview )
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh
b. Wawancara semi terstruktur ( Semistructure interview )
Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya.
c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara yag bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.
Kegiatan wawancara dalam penelitian ini yaitu wawancara semi
terstruktur. Wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang menggunakan
pedoman wawancara tetapi apabila ada umpan balik dari responden yang dirasa
perlu ditanyakan lebih lanjut oleh peneliti maka peneliti bisa menanyakan
kepada responden walaupun didalam pedoman wawancara tidak ada
pertanyaan tersebut, yang terpenting penyampaiannya kepada informan bebas
tetapi tetap mengarah pada maksud dari pewawancara.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara meliputi, penguasaan TIK
pada guru SMP N Kota Surakarta yang telah tersertifikasi, Implikasi
penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik dan upaya peningkatan
kualitas berkelanjutan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap
beberapa informan, yaitu:
b. Guru PKn SMP N Kota Surakarta yang telah tersertifikasi
c. Ketua MGMP PKn SMP Negeri Kota Surakarta
d. Siswa SMP N 8 Kota Surakarta
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen yang dimaksud disini yaitu merupakan bahan tertulis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu yang berkaitan
dengan obyek penelitian.
Dokumen atau arsip juga termasuk sumber data yang penting dalam
penelitian kualitatif, terutama bila sasarannya berkaitan dengan peristiwa yang
dilakukan oleh obyek dalam penelitian, apalagi dokumen yang memperkuat
dan mempertajam informasi yang didapat sebelumnya. Dalam penelitian ini
dokumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Data guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta.
b) Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Guru PKn bersertifikasi di SMP
Negeri Kota Surakarta
c) Materi bahan ajar (berbasis TIK)
F. Uji Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari kancah
peneliti. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil penelitiannya
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena validitas data menunjukkan
mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang telah
dikumpulkan, diolah, dan diuji kesahihannya melalui teknik pemeriksaan tertentu.
Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka pemeriksaan keabsahan
data menggunakan teknik trianggulasi. Dalam bukunya Metodologi Penelitian
Kualitatif, H.B Sutopo (2002:78-82) menyebutkan bahwa ada empat trianggulasi
yaitu:
a. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis atau lebih
mantap kebenarannya bisa digali dari beberapa sumber data yang
berbeda.
b. Trianggulasi metode, jenis triangulasi ini bisaanya dilakukan oleh
seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi penelitian, adalah hasil peneliti yang baik data atau
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji
validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji. (H.B Sutopo, 2002:78-82)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Jenis trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas data dalam
penelitian ini adalah trianggulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang
menjadi alasan peneliti memilih trianggulasi data adalah untuk menutup
kemungkinan adanya kekurangan data dari sumber yang lain. Peneliti
memanfaatkan jenis informasi dari narasumber yang berbeda-beda posisinya
dengan teknik wawancara mendalam yaitu mewawancarai dengan pertanyaan
yang sama dari narasumber yang berbeda yaitu guru PKn bersertifikasi di SMP
Negeri Kota Surakarta. Dengan demikian informasi dari narasumber yang satu
bisa dibandingkan informasi dari narasumber yang lain.
Kemudian diperkuat dengan analisis triangualasi metode supaya data yang
didapat lebih akurat dan valid, datainformasi yang sejenis yang menjadi
permasalahan maka dicari/dikumpulkan menggunakan beberapa cara atau teknik
pengumpulan data yang berbeda. Sehingga data informasi yang didapat dengan
teknik wawancara bisa dibandingkan atau di croscek dengan menggunkan metode
lain seperti observasi atau dokumentasi.
G. Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (2004:280) “Analisis data adalah proses
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satu uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data”.
Sedangkan menurut H.B Sutopo (2003:91) berpendapat bahwa “Dalam
proses analisis data terdapat empat komponen utama yang harus dipahami oleh
setiap peneliti kualitatif. Empat komponen utama tersebut adalah: (1)
pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, (4) penarikan kesimpulan atau
verifikasi”.
1. Pengumpulan Data
Merupakan kegiatan memperoleh informan yang berupa kalimat-
kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan
dokumen. Data yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur,
sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dan
catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Selama pengumpulan data
berlangsung terjadilah proses reduksi yang kemudian membuat ringkasan,
mengkode, menelusuri tema, menguatkan data yang diperoleh dan menentukan
batas-batas permasalahan. Proses ini terus-menerus sampai pada laporan akhir
penelitian selesai.
H.B Sutopo (2002:92) berpendapat bahwa “Reduksi data adalah bagian
dari proses analis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting, dan menyatukan data sedemikian rupa
sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.
3. Sajian Data
Alur penting dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Suatu
penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang
sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif.
Proses analisis selanjutnya adalah penyajian data yang mengorganisir
informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam
menggabungkan dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun
penggambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada obyek
penelitian. Melalui penyajian data akan memungkinkan peneliti untuk
menginterprestasikan fenomena-fenomena tersebut. Penyajian data disajikan
dalam bentuk label dan teks yang naratif yang berupa catatan lapangan.
4. Penarikan Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dilapangan, sejak awal peneliti sudah menarik
kesimpulan. Kesimpulan mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat
sementara kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap yaitu
pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data
yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
wawancara, observasi dan dokumen dapat segera ditarik kesimpulan yan
bersifat sementara.
Agar kesimpulan tersebut lebih mantap maka peneliti memperjuangkan
pada waktu observasi. Dari observasi tersebut dapat ditemukan data baru yang
dapat mengubah kesimpulan sementara, sehingga diperoleh kesimpulan yang
mantap. Proses analisis dengan model analisis interaktif dapat ditujukkan
dengan bagan sebagai berikut:
Gambar 3.2. Model Analisi Interaktif
Sumber : Sutopo (2002:96)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal
sampai akhir. Menurut Sutopo, H.B (2002:187-190) kegiatan dalam prosedur
penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) persiapan, (2) pengumpulan
data, (3) analisis data, dan (4) penyusunan laporan penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan
penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan,
memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan dalam penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahapan ini merupakan upaya peneliti untuk mendapatkan informasi dengan
berbagai teknik atau metode. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tida
PENARIKAN
SIMPULAN/VERIFIKASI
SAJIAN DATA
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
macam teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Tahap ini dimulai dengan kegiatan pengumpulan data di lokasi penelitian
melalui wawancara dan pencatatan dokumen-dokumen dan observasi lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Data – data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan menentkan
teknik analisis data yang tepat sesuai dengan desain penelitian. Dalam tahap
analisis data ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyeleksi, mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan data yang telah diperoleh.
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
Dalam tahap ini, peneliti mulai menyusun laporan dengan melakukan
pengambilan kesimpulan akhir dari permasalahan yang diteliti, kemudian hasil
dari penelitian ditulis laporan dalam bentuk skripsi dan
dipertanggungjawabkan dihadapan penguji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi lokasi penelitian merupakan tahapan dimana peneliti
memperoleh data berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Lokasi penelitian
ini dilakukan di wilayah Surakarta dengan mengambil tempat penelitian di SMP
– SMP Negeri Kota Surakarta yang didalamnya terdapat guru PKn yang telah
lolos sertifikasi guru. Peneliti melakukan pengumpulan data di lokasi tersebut
yang selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis sehingga menjadi data
informasi yang disajikan secara sistematis. Adapun penjabaran dari beberapa
aspek yang diteliti oleh peneliti, sebagai berikut:
1. Profil SMP Negeri di Kota Surakarta
Dalam penelitian ini, SMP Negeri yang dijadikan lokasi penelitian
ada 9 SMP Negeri, profil dari ke 9 SMP Negeri tersebut sebagai berikut :
a. Profil SMP N 1 Surakarta
Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 SURAKARTA
No. Statistik Sekolah : 201036105001
Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2
Alamat Sekolah : Jl M.T. Haryono No.4 Manahan, Kec.
Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Telepon/HP/Fax : (0271) 714866 Fax. (0271) 736223
Status Sekolah : Negeri
Nilai Akreditasi Sekolah: A
Kepala Sekolah : Dra. Hj. Sri Suwartinah,M.Pd
NIP : 19540815 197803 2 005
Sejarah :
SMP Negeri 1 Surakarta merupakan sebuah sekolah menempati
bangunan megah peninggalan jaman Belanda yang memiliki nilai sejarah
dan merupakan salah satu cagar budaya. Sekolah ini beralamatkan di JL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
MT. Haryono No. 4 Surakarta Telp : (0271) 714866 dekat dengan Stadion
Manahan Surakarta. SMP Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah
yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai penyelenggara program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Angkatan ke-I yang sebelumnya
juga telah ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN), Pilot Project
KBK, Sekolah Koalisi Nasional.
b. Profil SMP Negeri 4 Surakarta
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Surakarta
Alamat/desa : Jl. DI. Panjaitan 14
Kecamatan : Banjarsari
Kota : Surakarta
Propinsi : Jawa Tengah
Nomor telepon : ( 0271 ) 633880
Status sekolah : Negeri
SK Kelembagaan: 1254 / B.17.2.1950
NSS : 200040
Type Sekolah : Tipe A
Tahun didirikan : 1950
Status tanah : Hibah
Luas tanah : 4621 m2
Kepala Sekolah
Nama : Hariadi Giarso, S. Pd
Pendidikan : S.1
Jurusan : Bahasa Inggris
Website : http://www.SMPn4solo.sch.id
Email : [email protected]
c. Profil SMP N 7 Surakarta
SMP Negeri 7 Surakarta sebelumnya bernama SGB Surakarta,
yang kemudian diganti menjadi namanya sekarang, yaitu SMP Negeri 7
Surakarta sesuai dengan keputusan tanggal 23 mei 1960 dengan nomor :
187/SKB/B/III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Keadaan berkembang terus sejalan dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sehingga jumlah siswa
setiap tahun selalu bertambah. Dalam perjalanan sejarahnya SMP Negeri 7
Surakarta mengalami perpindahan tempat dan nama. Pada tahun 1997
berdasarkan usul perubahan dari kantor Depdikbud menjadi SLTP Negeri 7
Surakarta, kemudian pada tahun 2004 diubah lagi menjadi SMP Negeri 7
Surakarta.
Lokasi keberadaan SMP Negeri 7 Surakarta sekarang ini
beralamatkan di jalan Mr.Sartono No. 34 Surakarta, Kecamatan Banjarsari,
Surakarta dengan nomor telepon 0271 – 852674. Lokasi SMP Negeri 7
Surakarta berada di antara instansi pendidikan yang lain, seperti SMK TP 1,
SMA TP 1, SMA N 6, SMA N 5, SDN Bibis 1, dan lain sebagainya. Hal ini
menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (KBM).
Tabel 4.1. Daftar Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Surakarta
No. N a m a Masa Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
R. Sosro Soewigyo
Siswo padmono
Hadi Suripto
Soendimin, BA
Mardimin, BA
S. Soetarno, BA
Soewarsono
Slamet Soebroto
Masroeri, BA
Drs. Suhardji
Maryono, BA
Siman, BA
Soepeno
Drs. Sarman
Dra. Sri Atmiyah Ami
Drs. Karyana, MM
1960 s/d 1962
1962 s/d 1964
1964 s/d 1966
1-6-1966 s/d 1-11-1981
1-11-1981 s/d 1-7-1983
1-7-1983 s/d 30-12-1987
31-12-1981 s/d 1-9-1990
1-9-1990 s/d 2-2-1991
2-2-1991 s/d 9-5-1992
9-5-1992 s/d 1-10-1992
1-10-1992 s/d 31-10-1995
31-12-1995 s/d 1-7-1996
1-7-1996 s/d 4-1-2001
4-1-2001 s/d 24-1-2004
24-1-2004 s/d 1 april 2008
25 April 2008 s/d sekarang
sumber : web paspitu79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Ruang kelas yang berada di SMPN 7 Surakarta berjumlah 20
ruang kelas dengan ukuran (7x8) m2 untuk bagian bawah dan (8X9) m
2
untuk kelas bagian atas. Sebagian besar ruang kelas tersebut dilengkapi
dengan papan tulis putih- papan tulis hitam, meja tulis serta kursi.
Namun ruang kelas tersebut masih belum dilengkapi dengan
fasilitas LCD. Hanya saja di SMP N 7 Surakarta telah memiliki 1 buah
Laboratorium Multimedia dan juga 1 LCD portabel yang digunakan secara
bergantian.
d. Profil SMP N 8 Surakarta
1) Sejarah Berdirinya SMP N 8 Surakarta
Sekitar tahun 1950 masyarakat Tionghoa Surakarta mendirikan
sekolah yang berlokasikan di Jalan Urip Sumoharjo No. 90 Surakarta.
Menurut sumber masyarakat sekitar tahun 1952 oleh pemerintah sekolah
tersebut dijadikan SGB Negeri II (Puteri) Surakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 25 Mei 1960 nomor : 187/
SK/ B/ III SBG Negeri II (Puteri) Surakarta menjadi SMP Negeri 8
Surakarta.
Sejalan dengan perkembangan SMP Negeri 8 Surakarta, jumlah
muridnya bertambah banyak sehingga lokasi di Jalan Urip Sumoharjo
No. 90 Surakarta kurang memadai. Sehubungan dengan hal tersebut pada
tahun 1982 lokasi SMP Negeri 8 Surakarta pindah ke Jalan H.O.S
Cokroaminoto No. 15 Surakarta.
Kemudian pada tahun 1997 berdasarkan usul perubahan
nomenklatur dari Kantor Depdikbud Kota Madya Surakarta nama SMP
Negeri 8 Surakarta berubah menjadi SLTP Negeri 8 Surakarta.
Kemudian pada tahun 2004 kembali menjadi SMP Negeri 8 Surakarta.
SMP Negeri 8 Surakarta sudah mengalami pergantian Kepala
Sekolah sebanyak 14 kali, yaitu:
a) Hadi Soeripto (1 Agustus 1960 s.d. 1 Februari 1962)
b) Siswopadmono (1 Februari 1962 s.d. 10 November 1965)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c) Salyo Hadisoelarso (10 November 1965 s.d. 30 Nov 1965)
d) Mardimin, BA (1 Desember 1965 s.d. 31 Mei 1969)
e) Djuali Hadiwiryanto (2 Juni 1969 s.d. 12 Januari 1972)
f) RF. Rahuto MK (1975 s.d. 1986)
g) Drs. Saleh Widosanyoto (Januari 1987 s.d. 1993)
h) Drs. Sunarto (SMP N 8 Surakarta pindah tempat s.d. 30 Mei 1993)
i) H. Sarwani (1 Juni 1993 s.d. 31 Januari 1996)
j) Drs. Sarman (1 Februari 1996 s.d. 24 April 1996)
k) Dra. Suyati (24 April 1996 s.d. 17 April 2001)
l) Abu Umar, SH (18 April 2001 s.d. 2005)
m) Sarinah, S.Pd (2005 s.d 2010 )
n) Drs. Y Himawan Samodra (2010 sampai sekarang)
2) Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 8 Surakarta
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, SMP Negeri 8 Surakarta
bertumpu pada visi, misi serta tujuan pendidikan yaitu :
a) Visi :
Berprestasi, berbudaya berdasarkan iman dan taqwa Diharapkan
dengan visi tersebut, semua warga sekolah mempunyai gambaran
atau idealisme secara utuh tentang keberadaan SMP Negeri 8
Surakarta di masa mendatang. Secara sederhana visi sekolah adalah
profil sekolah yang diingginkan di masa depan oleh sekolah yang
bersangkutan agar sekolah tersebut semakin berkualitas.
b) Misi
Misi merupakan penjabaran dari visi dalam bentuk rumusan tugas,
kewajiban dan rancangan tindakan untuk mewujudkan visi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
e. Profil SMP N 14 Surakarta
SMP Negeri 14 Surakarta berdiri sejak tanggal 1 April 1979 adalah
hasil integrasi atau alih fungsi dari SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga
Pertama) Negeri Surakarta. Berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan
dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 030/U/1979 tertanggal 17
febbruari 1979.
SKKP Negeri Surakarta merupakan hasil perubahan dari SKP Negeri
14 Surakarta terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1962 berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia
No : 90/1963 (A.26564/UU) ter-tanggal 7 September 1963.
SKP Negeri 14 Surakarta berdiri sejak tahun 1946. SKKP SMP
Negeri Surakata awal tahun pelajaran 1977 mulai menerima siswa baru
putra dan putri, mulai saat itu siswa baru bukan siswa SKKP Negeri 14
Surakarta melainkan siswa baru SMP transisi yang akhirnya menjadi SMP
Negeri 14 Surakarta dan lulus pada bulan juni 1980, karena pada tahun 1979
ada perpanjangan waktu 1 semester.
1) Lokasi SMP 14 Negeri Surakarta
SKKP Negeri Surakarta yang juga SMP 14 Negeri Surakarta
yang semula menempati gedung atau sekolah di jalan Adisucipto
Manahan Suakarta yang sekarang dipakai SMEA Negeri 3 Surakarta
atau SMKN 6 Surakarta atas dasar perintah dari Kabid Dikmenjur
Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Tangeh pada tahun 1978 SKKPN
atau SMP 14 Negeri Surakarta pindah ke gedung HO HP di jalan
Uripsumoharjo 53 bekas SMEA Negeri 3 Surakarta dan gedung bekas
SD Negeri Tegalharjo Dimargorejo Gilingan Surakarta atau bekas SD
Negeri Cemara 2. Menempati dua lokasi/dua gedung karena tempatnya
tidak cukup.
Pada tahun 1980 SMP Negeri 14 Surakarta pindah lokasi di
jalan Sultan Sahir Widuran baik yang di jalan Uripsumoharjo 53 dan di
Margorejo Gilingan, menempati bekas gedung SMP Negeri 6 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
karena ruang kelas tidak mencukupi/ kurang untuk siswa kelas 1 dan
tidak masuk pagi sedangkan siswa kelas 2 masuk sore selama 1 tahun.
Pada tahun 1981 siswa kelas 2 menempati lokasi di Kerkop
Jagalan (jalan Belik dan sekarang menjadi jalan Prof. WZ. Yohanes 54
Surakarta) yang sedianya untuk SMEA Negeri 3 Surakarta karena
SMEA Negeri 3 Surakarta telah menempati gedung bekas SKKP
Negeri Surakarta sedangkan untuk kelas 1 dan 3 masaih bertempat di
widuran.
Pada tanggal 23 Juli 1984 baru semua pindah kelokasi yang
sekarang ini di tempati yakni di jalan Prof. WZ. Yohanes 54 Kaluran
Purwodiningratan kec. Jebres, Surakarta kode pos 57128.
2) Kepala Sekolah
Beberapa personil atau nama yang telah menjabat sebagai
kepala sekolah SMP Negeri 14 Surakarta.
Tabel 4.2 Daftar kepala sekolah SMP N 14 Surakarta
No Nama NIP TMT-SD
1. Srinartini Suprapto 130 015 447 01/04/79-14/06/86
2. Slamet Soebroto 130 038 980 15/06/86-23/08/81
3. Drs. Soenarto 130 086 868 24/08/91-30/03/95
4. Suyadi, S.Pd 130 340 037 31/03/95-24/03/00
5. Drs. Sudarno Ms 130 258 504 25/03/00-03/01/03
6. Drs. Y. Himawan. S 130 610 503 04/01/03-/02/10
7. Hj. Ratna PW, S.Pd M.Pd 19610428 1098112
2 001
f. Profil SMP N 15 Surakarta
SMP Negeri 15 Surakarta terletak di Purwonegaran No.60 Jalan.
Tirtosari, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa
Tengah. Luas tanah sekitar 7843 m2.
SMP N 15 Surakarta, dimulai dengan
berdirinya sampai sekarang telah mengalami banyak perubahan yang
meliputi asal, lokasi, gedung kurikulum maupun kepala sekolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
1) Sejarah Berdirinya SMP Negeri 15 Surakarta.
Tahun 1943 sebelum pemerintahan Republik Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya, sekolah ini merupakan “sekolah
pertukangan” yang berlokasi di Baron, Laweyan, Surakarta, dimana
tanahnya adalah milik swasta.
Pada zaman Jepang, sekolah ini bernama “Kogya Kokho”.
Kemudian pada tahun 1945 sekolah ini dibuka kembali. Sekolah ini
dibuka oleh pemerintahan Jepang dan diberi nama “ST Hapsoro” yang
kemudian digabung menjadi ST 4 tahun. Oleh karena banyaknya murid
dan tuntutan perkembangan zaman, sehingga lokasi dan tempat tidak
memadai, maka sekolah ini dipindah ke Panggung, Jebres, Surakarta.
Pada tahun 1952 ST 4 tahun dipindahkan ke Sriwedari,
Laweyan, Surakarta. Adapun bangunan yang digunakan adalah milik
Kanjeng Tumenggung Purwonegoro dan bangunan ini masih bercirikan
khas keraton. Bentuk bangunan ini masih tetap (sekarang untuk
perkantoran, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang administrasi dan
lainnya). Kemudian ada pergantian dari ST 4 tahun menjadi ST 3 Tahun
pada tahun 1957.
Tahun 1957 ST 3 Tahun dibagi menjadi 2 sekolah yaitu ST
Negeri 1 Surakarta dengan jurusan bangunan gedung, air, ukur tanah
dan ST Negeri 3 Surakarta dengan jurusan teknik mesin, listrik dan
mobil. Dengan perkembangan dinamika pendidikan akhirnya
pemerintah pusat memutuskan untuk mengintegrasikan Sekolah Teknik
menjadi Sekolah Menegah Pertama dan pada tahun 1976 terjadilah
proses transfer dari ST Negeri I menjadi SMP Negeri 15 Surakarta,
dengan kepala sekolah yaitu BP. R Harjono Soenarjono yang pada saat
itu kelas 1 sudah transfer menjadi SMP Negeri 15 Surakarta, sedangkan
kelas 2 dan 3 tetap ST Negeri 1 Surakarta. Kemudian tanggal 1 April
1979 resmi menjadi SMP Negeri 15 Surakarta dengan SK No. 030/
IV/1979 tertanggal 17 Desember 1979 dan selanjutnya menjadi SLTP
Negeri 15 Surakarta dengan SK. Mendagri RI No.034/0/1997.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Sedangkan untuk ST Negeri 3 Surakarta ditransfer menjadi SMPN
Celep Kedawung, Sragen.
2) Fasilitas Sekolah
a) Sarana Fisik
Tabel 4.3 Sarana fisik SMP N 15 Surakarta
NO SARANA JUMLAH
1 Ruang kelas 21
2 Ruang tata usaha 1
3 Ruang Kepala Sekolah 1
4 Laboratorium IPA 1
5 Laboratorium komputer 1
6 Ruang guru 1
7 Perpustakaan 1
8 Aula 1
9 Ruang BP/BK 1
10 Ruang UKS 1
11 Ruang OSIS 1
12 Ruang Pramuka 1
13 Ruang Koperasi Siswa 1
14 Ruang Koperasi Guru 1
15 Kantin 3
16 Kamar Kecil Siswa 7
17 Kamar Kecil Guru 3
18 Masjid 1
19 Karawitan 1
20 Tempat parker 3
21 Lapangan Basket / Tenis 1
22 Lapangan Bola voli 1
b) Sarana non fisik
Ada dua golongan yaitu Bentuk bukan materi berupa
administrasi dan media cetak (surat kabar dan majalah). Dan bentuk
materi yang bukan ruang yaitu berupa alat olahraga, alat tulis
menulis, alat kebersihan, alat kesenian, alat ketrampilan, komputer,
printer, scanner, alat ketrampilan memasak, peralatan praktikum
kimia, peralatan praktikum fisika, peralatan praktikum biologi, serta
bahan-bahan praktikum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Selain itu masih ada sarana non fisik yang dapat menunjang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang ada di tiap kelas, antara lain:
(1) Kipas angin
(2) Papan White Board
(3) Meja dan kursi siswa serta untuk guru
(4) Sarana belajar lainnya seperti penggaris, penghapus, penggaris, spidol
white board ( boardmaker) dan lainnya
(5) Untuk ruang tertentu dilengkapi dengan LCD Proyektor, Komputer,
Televisi Berwarna dengan VCD Player serta sound system.
g. Profil SMP N 24 Surakarta
Nama Sekolah : SMP Negeri 24 Surakarta
Alamat :
Jalan / Desa : Dr.Muwardi No.36
Kecamatan / Kota : Laweyan / Surakarta
Kepala Sekolah : Drs. Suharno
No Telp / HP : 081329720771
Kategori Sekolah : SSN
Tahun didirikan /Th. Beroperasi: 1922 / 1928
Kepemilikan Tanah/ Bangunan : Milik Pemerintah
Luas Tanah / Status : 6.250 m² / HGB
Luas Bangunan : 2.169 m² /
Rekening Sekolah (Rutin) : 2.11.03.24.1.02.02.2, a.n SMP Negeri 24
Surakarta Bank BPD Cabang/Unit Pemkot.
Sejarah :
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0259 / O / 1994 tentang Alih
Fungsi Sekolah Teknik Negeri dan Sekolah Kesejahteraan Keluarga
Pertama Negeri menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri. Untuk
itu diberlukan bagi semua Sekolah Teknik Negeri yang berada di
Kotamadya Surakarta dan sekitarnya, termasuk Sekolah Teknik Negeri 4
Surakarta yang berlokasi di Jalan Dr. Muwardi No.2 Surakarta/Laweyan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Surakarta beralih fungsi menjadi STN 1 Surakarta kemudian berubah lagi
alih fungsi sekolah tersebut pada tanggal 22 Februari 1994 menjadi Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 24 Surakarta.
SMP N 24 Surakarta memiliki ruang kelas yang cukup nyaman
walupun belum semua terpenuhi saran prasarana yang mendukung
penerapan pembelajaran berbasis TIK. Selain ruang kelas, di SMP N 24
Surakarta juga memiliki beberapa ruang pendukung diantaranya :
Tabel 4.4 Ruang pendukung SMP N 24 Surakarta
Jenis Ruang Jumlah Ukuran
( m ²) Jenis Ruang Jumlah
Ukuran
( m ² )
1. Perpustakaan 1 7 x 15 4. Lab. Kmputer 1 8 x 9
2. Lab. IPA 5. Ketrampilan - -
3. Lab. Bahasa 1 8 x 9 6. Kesenian - -
h. Profil SMP N 26 Surakarta
Nama Sekolah : SMP Negeri 26 Surakarta
Alamat : Jl. Joyonegaran No. 2 Kec. Jebres Surakarta
No.Telp (0271) 642172
Kepala Sekolah : Drs. Sutrisno, M.Pd
NSS/NSM/NDS : 201.03.61.04.112
Jenjang Akreditasi : A (amat baik)
Tahun didirikan : 1952 (STP 2 Ska) Th. 1956 (ST Negeri 6 Ska)
Tahun Beroperasi : 1994
Kepemilikan Tanah : Pemerintah/Yayasan Pribadi/
Menyewa/Menumpang
Status Tanah : SHM/HGB/Hak Pakai/Akte Jual Beli/Hibah*)
Luas Tanah : 6846 m2
Luas seluruh bangunan : 6846 m2
No. Rekening Sekolah : 0097-01-00621-50-3 cabang Unit BRI Sudirman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4. 5 Data Ruang Kelas SMP N 26 Surakarta
Jumlah Ruang Kelas Asli (d) Jumlah
ruang
lainnya
yang
digunakan
utk ruang
kelas (e)
Jumlah ruang
yang
digunakan
utk ruang
kelas f=(d+e)
Ukuran
7x9 m2
(a)
Ukuran
> 63
m2
(b)
Ukuran
< 63
m2
(c)
Jumlah
d=(a+b+c)
Ruang
Kelas 19 - - 19 - 19 ruang
Tabel 4.6 Data Ruang Lainnya
Jenis Ruang Jumlah Ukuran
(m2)
Jenis Ruang Jumlah Ukuran
(m2)
1. Perpustakaan 1 ruang 7 x 15 6.Lab Multimedia Belum
Ada
2. Lab. IPA 1 ruang 7 x 15 7. Lab. Bahasa Belum
Ada
3. Koperasi siswa 1 ruang 3,5 x 11,25 8. Ruang Musik Belum
Ada
4. Aula 1 ruang 15 x 21 9. Asrama Guru Belum
Ada
5. Lab. TIK 1 ruang 8 x 8
2. Rayon Sertifikasi UNS (113)
Rayon Sertifikasi 113 adalah panitia sertifikasi guru untuk wilayah
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Grobogan, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sragen, Kabupaten
Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kota Surakarta. Lokasi panitia sertifikasi
ini tepatnya berada di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diketuai oleh
Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
Panitia Rayon 113 cukup memiliki akreditasi yang baik di mata
masyarakat, karena dalam pelaksanaannya baik panitia pelaksana, peserta
sertifikasi, instruktur sertifikasi maupun instansi yang terkait dengan kegiatan
sertifikasi memiliki komitmen dan menunjukkan akuntabilitas kinerjanya yang
didasari nilai moral yang tinggi. Adapun daftar panitia sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.7 Daftar Panitia Rayon 113 UNS Tahun 2012
Nama Panitia PLPG Rayon 113 Tahun 2012
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS 14. Dra. Ning Yuliastuti
2. Prof. (rer) Dr. Ir. Kapti Rahayu K 15. Drs. Hartono, M.Hum.
3. Drs. Sumargono, M.Si 16. Drs. Udiyono, M.Pd
4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. 17. Drs. Sulistyo Saputro, Ph.D.
5. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si 18. Sukaryono, S.Pd
6. Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. 19. Hadi Saffrudin, ST
7. Drs. Dwi Tiyanto, SU. 20. Rosihan Ariyuana, S.Si., M.Kom.
8. Dr. Widodo Muktiyo 21. Dwi Hartanto, S.Pd
9. Drs. Sugiyanto, M.Si. M.Si, 22. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd
10. Dra. Kartini Haryati 23. Sutinem, S.Pd
11. Prof. Dr. Furqon Hidayatulloh, M.Pd 24. Esy Asmaryani, SE
12. Drs. Sutoyo, M.Pd 25. Nurul Shofiatin Zuhro, S.Pd
13. Drs. Amir Fuady, M.Hum.
Daftar detail Panitia PLPG Rayon 113 Tahun 2012 bisa dilihat pada
Lampiran 3.
Dalam rangka menjunjung prinsip akuntabilitas sertifikasi guru yang
jujur, transparan, objektif, Rayon 113 Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS) menyediakan Website yang dijadikan sebagai sumber informasi dan
komunikasi oleh semua pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan
sertifikasi guru yaitu website dengan alamat http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id.
Adanya website ini diharapkan dapat memperlancar proses komunikasi dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan sertifikasi guru sehingga pada
akhirnya mampu meningkatkan kualitas kinerja guru dan peningkatan mutu
pendidikan nasional secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Kondisi Umum Guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta
SMP – SMP Negeri di Kota Surakarta sebagian besar minimal sudah
memiliki satu guru PKn yang sudah tersertifikasi, bahkan ada SMP Negeri
yang memiliki dua atau lebih guru PKn yang telah tersertifikasi. Dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir ini jumlah guru PKn yang sudah tersertifikasi di SMP
Negeri Kota Surakarta kurang lebih sebanyak 15 orang. Lima belas orang
tersebut adalah peserta yang mengikuti program sertifikasi guru di Rayon 113
UNS dan telah lolos standar kompetensi guru profesional yang telah menjadi
ketetapan dalam program sertifikasi dan standarisasi kompetensi guru.
Pengalaman mengajar dari guru – guru PKn SMP Negeri yang telah
tersertifikasi tersebut sudah lebih dari standar minimal sertifikasi guru yaitu 5
tahun, hampir dari seluruh informan yang diwawancarai peneliti telah
berprofesi sebagai guru kurang lebih 20 tahun dan sudah S1.
Sehingga Guru – guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta yang telah
tersertifikasi tersebut sebagian besar telah memiliki pengalaman mengajar yang
cukup banyak dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di tingkat
Sekolah Menengah Pertama. Dari lima belas guru tersebut, 8 diantaranya sudah
berumur 50 tahun keatas dan sebagian besar dari mereka lulusan D3 yang
kemudian tranfer ke S1.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan oleh
peneliti, maka peneliti melakukan analisis terhadap data sehingga data yang
diperoleh sistematis dan bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan yang telah
dirumuskan. Dalam penelitian ini peneliti menunjuk 12 informan sebagai
sumber informasi guna mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan, yaitu:
1. Guru PKn SMP yang telah tersertifikasi
a. Informan 1 yaitu Ruliana, S.Pd, SMP N 1 Surakarta
b. Informan 2 yaitu Susniwati Rahayu, S.Pd, SMP N 4 Surakarta
c. Informan 3 yaitu Prasmani, S.Pd, SMP N 7 Surakarta
d. Informan 4 yaitu Dimyati, S.Pd, SMP N 7 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
e. Informan 5 yaitu Wardoyo, S.Pd, SMP N 14 Surakarta
f. Informan 6 yaitu Ngastiasto, S.Pd, SMP N 14 Surakarta
g. Informan 7 yaitu Dra. Titin Hanuraningsih, SMP N 15 Surakarta
h. Informan 8 yaitu Suwarno, S.Pd, SMP N 24 Surakarta
i. Informan 9 yaitu Dra.Tri Agustini, SMP N 24 Surakarta
j. Informan 10 yaitu Yuniandar Gempar P, S.Pd, SMP N 26 Surakarta
2. Informan 11 yaitu Marimin, S.Pd, SMP N 12 Surakarta selaku Ketua
MGMP
3. Informan 12 yaitu Fandi siswaSMP N 8 Surakarta
Kedua belas informan tersebut telah digali dan diteliti informasi
maupun data yang terkait penelitian guna menjawab rumusan masalah yang
telah ditetapkan. Gambaran data penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Penguasaan TIK pada Guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota
Surakarta
a. Kondisi Guru PKn Yang Telah Tersertifikasi
Program sertifikasi ialah program pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kompetensi dari para pendidik. Sehingga
diharapkan dengan adanya program sertifikasi ini, mutu pendidikan di negara
kita menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lain.
Program sertifikasi ini pada awalnya ada 2 jalur yang harus dilalui yaitu
jalur penilaian Portofolio dan jalur PLPG. Masing - masing mempunyai tujuan
yang sama yaitu meningkatkan kualitas profesionalisme guru. Namun pada
periode akhir - akhir ini program sertifikasi guru dilakukan langsung dengan
PLPG tanpa tahap portofolio terlebih dahulu, kebijakan ini dilakukan karena
banyak pendapat dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa program
sertifikasi melalui PLPG lebih terasa manfaatnya dibanding dengan pengujian
melalui tahap Portofolio, maka diambillah kebijakan yang berlaku saat ini yaitu
program sertifikasi guru melalui PLPG disamping masih ada penilaian dan
pengujian secara online terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Para guru yang mengikuti program PLPG, mereka dibekali beberapa
materi keahlian untuk meningkatkan profesionalisme sebagai seorang guru, yang
diberikan pada kurun waktu 10 hari nonstop. Selama kurun waktu tersebut mereka
harus mampu meningkatkan kompetensi yang mereka miliki. Selain mereka telah
dibekali dengan materi kompetensi profesionalisme, mereka yang lulus juga
diberikan tunjangan kesejahteraan bagi yang lolos pengujian.
Harapannya bekal ilmu dan tunjangan kesejahteraan yang diberikan
kepada guru yang lolos sertifikasi bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
kompetensi mereka, namun pada kenyataannnya banyak diantara peserta PLPG
yang telah lolos dan mendapatkan tunjangan, setelah kembali ke komunitasnya
mereka lupa akan tanggungjawab sebagai seorang guru tersertifikasi. Sebagian
besar mereka menggunakan tunjangan kesejahteraan mereka untuk hal - hal yang
tidak mendukung peningkatan kompetensi yang mereka miliki. Banyak yang
semangatnya mulai menurun atau bahkan hilang pasca sertifikasi.
Oleh sebab itu masyarakat banyak yang mengatakan bahwa antara guru
yang telah tersertifikasi dengan yang belum itu perbedaannya tipis sekali, bahkan
tidak terlihat. Banyak diantara mereka yang lupa akan tanggung jawab yang
seharusnya mereka lakukan setelah dinyatakan lolos sertifikasi, bekal
ilmu/kompetensi yang diberikan ketika program sertifikasi jarang mereka
terapkan dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Hal ini sesuai dengan
penuturan dari Bpk. Prasmani, S.Pd selaku guru PKn di SMP 7 Surakarta
sekaligus sebagai wakil ketua MGMP PKn SMP Kota Surakarta:
Kalau perbedaan antara yang tersertifikasi dengan yang belum itu
bedanya tipis mb. Semua itu kembali ke individu masing – masing. Ada
guru yang sudah tersertifikasi dan dapet tunjangan tapi tidak ada
perubahan, malah semakin menurun, datangnya telat banyak ijin,
padahal mobilnya baru hahaha. Tapi ada juga guru yang menunjukkan
perubahan dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai guru yang telah
tersertifikasi. Semua itu kembali ke kesadaran individu masing –
masing kok mbak.... (Catatan Lapangan 3)
Penuturan tersebut senada dengan pendapat dari Ibu Ruliana
Kuswartinah, S.Pd guru PKn di SMP N 1 Surakarta :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tentu ada perbedaan tapi tidak begitu terlihat, terkadang banyak guru
yang tidak ada perubahan setelah mereka dapat sertifikasi, sama saja
dengan sebelum mereka sertifikasi. Tapi tentu tidak semua seperti itu,
ada juga yang berubah menjadi semakin baik. (Catatan Lapangan 1)
Ada juga yang mengatakan, bahwa program sertifikasi itu juga
memberikan perubahan pada tingkat pemahaman seorang guru terhadap
kemampuan berinovasi dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Seperti
penuturan Bapak Wardoyo pada tanggal 18 maret 2012 di ruang guru SMP N 14
Surakarta :
“Ada perbedaanya, lulusan PLPG lebih paham mengenai
pembelajaran inovatif itu seperti apa, dibanding yang tidak ikut.”
(catatan lapangan 5)
Beberapa pendapat dari informan diatas menunjukkan bahwa tidak
semua lulusan program sertifikasi itu mempunyai kompetensi yang semakin baik
dan meningkat, semuanya tergantung pada individu masing masing dan juga
tindak lanjut dari pemerintah untuk menjaga mutu hasil lulusan. Banyak guru
yang lolos sertifikasi pada saat penilaian di PLPG menunjukkan kompetensi yang
baik dalam melaksanakan profesinya namun ketika kembali ke komunitas awal,
mereka tidak menggunakan kompetensi yang dimiliki tersebut. Kecenderungan
untuk menganggap mudah (sepele) tanggungjawab sebagai seorang pendidik
membuat mereka malas untuk menggunakan atau menerapkan inovasi dan
kreatifitas dalam pembelajaranya.
b. Penerapan TIK dalam Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi itu
mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan. Apalagi
saat ini, dimana teknologi itu menjadi konsumsi utama bagi semua orang,
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mewarnai setiap sisi
kehidupan dari mulai bidang ekonomi, budaya, sosial maupun pendidikan.
Perkembangan ini lah yang mau tidak mau harus diikuti supaya tidak
tertinggal dengan negara lain, khususnya dalam bidang pendidikan dimana
pendidikan merupakan pondasi pembangunan bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan sudah semakin baik dari tahun ke tahun. Pembelajaran di setiap
tingkatan sudah mulai memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi.
Apalagi sejak dikeluarkannya renstra pendidikan yang mengamanatkan bahwa
pendidikan harus mengikuti perkembangan teknologi serta memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaranya.
Namun dalam praktiknya, penerapan TIK saat ini masih dalam tahap
awal, seperti yang ditemukan dalam penelitian yang penulis lakukan ini,
dimana ditingkat sekolah menengah pertama (SMP) khususnya mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi masih sebatas sebagai media pembelajaran saja belum sampai ke
tahap TIK sebagai sumber belajar maupun sistem pembelajaran/ pendidikan.
Bahkan ada pula yang dalam mindset guru tersebut, TIK dalam pembelajaran
itu hanya sebatas menggunakan powerpoint yang ditayangkan dengan LCD
Proyektor atau OHP saja, masih banyak yang belum memaksimalkan/
mengoptimalkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada saat ini.
Padahal penerapan TIK dalam pendidikan itu sebenarnya ada berbagai macam
bentuk. Dari mulai TIK sebagai media, TIK sebagai sumber belajar serta TIK
sebagai sistem atau metode pembelajaran yang perkembangannya juga ada
tahap – tahapannya tersendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua MGMP PKn SMP di Kota
Surakarta bapak Marimin, S.Pd bahwa penerapan TIK itu masih belum familier
dalam pembelajaran PKn, hal itu dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti waktu, kepadatan materi, sarana prasarana maupun
SDMnya. Bapak Marimin,S.Pd juga mengungkapkan apabila pembelajaran
PKn dilakukan dengan menerapkan TIK secara menyeluruh, pembelajaran PKn
akan menjadi kurang efektif artinya target penguasaan materi menjadi kurang
optimal karena sedikitnya waktu yang disediakan. Namun dalam hal
penugasan, anak sudah diajarkan untuk mengenal TIK dan internet. (Catatan
lapangan 12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hal tersebut sejalan dengan penuturan Bpk. Ngastiasto, S.Pd :
Saya bisaanya baru sebatas TIK sbegai media pembelajaran saja seperti
menggunakan LCD proyektor dan Powerpoint, kalau internet itu baru
sebatas penugasan. Kalo yang lainkan perlu sarana prasarana jadi belum
saya terapkan. (Catatan Lapangan 6)
Ada pula yang mengatakan bahwa ceramah lebih sering digunakan
dalam pembelajaran PKn, seperti penuturan bu Susniawati guru PKn di SMP
N 4 Surakarta:
“Kalau saya, bisaanya ceramah mba tapi kadang juga menggunakan
power point.” (Catatan Lapangan 2)
Diperkuat dengan pendapat dari pak Wardoyo yang mengatakan lebih
suka menggunakan Ceramah bervariasi dalam pembelajaranya dibanding
menerapakan TIK :
Tidak sering tapi pernah, kebetulan disini belum semua kelas ada LCD
jadi harus gantian menggunakan LCD Proyektor yang portabel itu mba.
Lagipula saya lebih suka menggunakan ceramah bervariasi dalam
pembelajaran saya mbak. (Catatan Lapangan 5)
Beberapa pendapat diatas mengindikasikan bahwa, penerapan TIK
dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan masih dalam
tahap awal dan jika diprosentase masih sangat rendah. Hal tersebut ditunjukkan
dengan masih kurangnya intensitas penerapan TIK dalam pembelajaran serta
bentuk penerapannya yang masih sebatas sebagai media saja. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa penerapan TIK dalam pembelajaran yang berjalan
saat ini belum sesuai dengan konsep yang dirancang oleh pemerintah serta
belum sesuai harapan atau layout awal dari renstra pendidikan.
Selain dari beberapa jawaban informan diatas, temuan mengenai
penguasaan TIK dalam pembelajaran diperkuat dengan hasil observasi
pengamatan oleh peneliti yang ternyata ditemukan bahwa penguasaan para
guru tersebut baru sebatas menjadikan TIK sebagai media pembelajaran saja
dan masih pada tahap awal. Hal ini ditujukan dalam pembelajaran guru baru
menggunakan LCD projektor saja untuk membantu pembelajaranya belum
melibatkan komponen TIK lain. Selain itu power point yang ditampilkan juga
masih sebatas teks tanpa suara atau video.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
c. Penguasaan TIK pada Guru PKn Yang telah tersertifikasi di SMP Negeri
Kota Surakarta
Penguasaan TIK pada guru tentu saja menjadi suatu aspek yang
dituntut ada dan sangat berperan dalam setiap pembelajaran, karena saat ini
teknologi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dalam berbagai lini
kehidupan di era globalisasi ini. Semua serba digitalisasi dan realtime sehingga
tidak ada batas ruang dan waktu. Hampir semua sendi kehidupan sudah
tersentuh dengan teknologi, tak terkecuali dunia pendidikan.
Masuknya teknologi dalam dunia pendidikan membawa konsekuensi
bagi semua aparatur dalam sistem pendidikan itu sendiri. Sarana prasarana
harus mendukung, SDM didalamnya pun juga harus mendukung. SDM utama
dalam sistem pendidikan ialah guru, maka guru harus mampu untuk menikuti
setiap perubahan yang terjadi. Seorang guru yang profesional harus siap siaga
dalam mengikuti perkembangan maupun perunbahan jaman, salah satuya
perkembangan teknologi. Guru harus menguasai teknologi informasi dan
komunikasi untuk menunjang pembelajaranya apalagi guru yang telah
tersertifikasi seharusnya lebih menguasai TIK dari pada yang belum lolos
sertifikasi karena telah dibekali kompetensi tambahan serta mendapat
tunjangan kesejahteraan.
Namun dalam kenyataannya, penguasaan guru PKn terhadap TIK
masih kurang atau rendah karena sebagian besar pembelajaran PKn belum
menerapkan TIK secara komprehensif. Banyak guru yang masih nyaman
dengan metode konfensional yang selama ini mereka gunakan padahal peserta
didik saat ini sudah mulai kritis dengan hal- hal yang berkaitan dengan
teknologi apalagi mata pelajaran lain sudah menerapkan Teknologi Informasi
dan Komunikasi dalam pembelajaran yang meraka lakukan. Hal tersebut
lambat laun akan semakin mengurangi motivasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada akhirnya tujuan dari
Pendidikan Kewarganegaraan tidak akan terwujud. Maka penguasaan TIK
pada guru itu menjadi sesuatu yang urgent di masa sekarang ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Pemahaman guru baik yang telah sertifikasi dengan yang belum
mengenai TIK dalam pembelajaran masih sangat kurang bahkan terkadang ada
yang salah kaprah. Banyak yang masih menganggap kalau
penerapan/pemanfaatan TIK dalam pemeblajaran itu hanya sebatas
menggunakan LCD Proyektor dan powerpoint saja. Pengetahuan tentang TIK
dalam pembelajaran yang masih rendah ini mengakibatkan penguasaan TIK
pada guru PKn juga rendah dan belum optimal.
Penguasaan TIK yang masih belum optimal ini bisa dilihat dan
dibuktikan dari pembelajaran yang dilakukan selama ini yaitu, masih banyak
guru yang menggunakan LCD Proyektor sebagai alat untuk menayangkan slide
Powerpoint namun isinya hanya berupa teks, jarang yang sudah menambahkan
kreatifitasnya dalam menampilkan atau mengilustrasikan materi dengan
gambar, suara dan video. Banyak tool ataupun perangkat teknologi yang
belum dimaksimalkan atau belum dioptimalkan sebagai penerapan TIK yang
inovatif dan kreatif.
Seperti yang disampaikan oleh bapak Prasmani, guru PKn SMP N 7
Surakarta dalam wawancara tanggal 10 mei 2012 pukul 10.00- 10.50 wib di
lobby depan kantor TU SMP N 7 Surakarta:
Saya biasanya pakainya slide - slide materi dari buku itu mba sama bagan
mba, tapi kalau yang bagan – bagan saya bisaanaya bikin manual mba,
bagan bagan itu entah itu digambar atau ditempel. Kalau internet itu
sifatnya baru penugasan. Kalo yang lainkan perlu sarana prasarana jadi
belum saya terapkan. (Catatan lapangan 3)
Setali tiga uang dengan pernyataan bpk Prasmani, ibu Susniawati mengatakan :
“Kalau dalam pemebelajaran, powerpoint yang saya gunakan masih
sebatas Teks, video atau audio masih belum. Kalau penugasan, anak
malah lebih canggih mba, mereka malah bisa menunjukkan video
kerusuhan, pidato ir soekarno dan lain sebagainya mba. Jadi anak malah
lebih aktif.” (catatan lapangan 2)
Penguasaan TIK yang rendah atau belum optimal khususnya pada
guru PKn yang tersertifikasi ini bukan semata - mata disebabkan karena
kurangnya pemahaman akan TIK namun juga disebabkan oleh beberapa faktor
yang saling berkaitan, diantaranya yaitu faktor Usia atau umur dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pendidik/guru, materi PKn, waktu dan sarana pendukung.
1) Faktor Usia Guru
Guru yang disertifikasi pada dasarnya diprioritaskan bagi guru
yang sudah berkerja lebih dari 5 tahun, yang kemudian pemerintah
mengutamakan bagi guru yang telah lama pengabdiannya yang mana secara
otomatis usainya sudah lanjut. Apalagi sebagian besar guru PKn di
Surakarta ini sudah berumur lebih dari 50 tahun dan pengetahuan dasar
mengenai TIK tidak sebaik generasi yang lebih muda karena telah dibekali
sebelumnya dalam pendidikannya.
Hal inilah yang sering mereka keluhkan, dimana dahulu mereka
belum mendapat pengetahuan mengenai Teknologi Informasi dan
Komunikasi namun sekarang guru dituntut untuk menguasai. Mereka harus
mulai belajar dari awal agar mampu menerapkan pembelajaran yang
inovatif dan menarik sesuai harapan pemerintah sejalan dengan program
sertifikasi guru.
Banyak guru yang peneliti wawancarai, mereka belum menguasai
penggunaan internet secara baik. Para guru tersebut baru menguasai
program program standar saja seperti microsoft word dan power point saja,
bahkan kebanyakan masih perlu bimbingan dari orang lain untuk membuat
suatu bahan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena faktor usia dan
memang mereka belum mempunyai pengetahuan dasar mengenai TIK
karena pada pendidikan yang mereka tempuh sebelumnya belum diajarakan
secara komprehensif.
Faktor usia menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya
penguasaan TIK pada guru PKn SMP di Surakarta, penyimpulan tersebut
didasarkan pada hasil wawancara dengan beberapa informan pada tanggal
11 maret 2012 pukul 09.30-10.30 wib :
“.....Kalau perbedaan penguasaan TIK nya, itu tidak semata - mata
disebabkan karena program sertifikasi tapi umur juga. Sebagain guru
yang generasi tua pasti kalah dengan generasi muda (terkait TIK)
karena guru muda sudah diajari mengenai penggunaan TIK sejak awal
sedangkan generasi tua mungkin baru mengenal TIK saat sertifikasi
karna dipaksa/ dituntut mempelajarinya.” (Catatan Lapangan 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2) Faktor Materi PKn
Faktor materi juga mempengaruhi tingkat penguasaan maupun
penerapan TIK dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal ini
selaras dengan pendapat dari bapak Dimyati guru PKn di SMP N 7
Surakarata yang mengatakan bahwa, materi PKn itu adalah suatu konsep
jadi terkadang sulit untuk diterjemahkan ke dalam video atau gambar,
sehingga guru PKn lebih banyak menggunakan teknik ceramah yang
diperkuat dengan tampilan power point berisi teks materi tersebut, baru
kemudian diberikan contoh – contoh secara lisan oleh guru.
Dalam pembelajaran, materi merupakan sesuatu yang penting.
Dalam pembelajaran PKn masih banyak guru yang beranggapan bahwa
materi PKn itu sulit untuk diilustrasikan atau diterjemahkan menggunakan
TIK karena sebagian besar berupa konsep, misalnya saja video, televisi,
internet atau yang lainnya terkadang sulit untuk menemukan yang sesuai
dengan materi. Banyak guru yang masih merasa bahwa pembelajaran PKn
paling pas dengan metode ceramah saja.
Hal ini ditunjukkan dari jawaban beberapa informan, diantaranya
bapak Suwarno :
Materi PKn itu lebih ke konsep mba, jadi saya kadang bingung
mau menggunakan TIK itu gimana misalnya saya mau
menjelaskan mengenai ideologi atau pembentukan perundang
undangan, lalu gambar atau videonya seperti apa, na ini yang
sulit mbak .(Catatan lapangan 9)
Pendapat diatas senada dengan pendapat dari Bapak Dimyati pada
wawancara hari kamis pukul 10.00 di ruang perpustakaan SMP N 7
Surakarta yang mengatakan bahwa :
...tidak semua materi PKn itu bisa disampaikan dengan TIK loo
mba, materi PKn itu tidak seperti biologi atau fisika yang
membutuhkan TIK. Menurut saya PKn itu ya paling pas dengan
ceramah walaupun TIK juga penting.
Dari hasil wawancara mengenai pentingnya penerapan TIK dalam
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa ternyata dalam pembelajaran PKn
saat ini banyak guru yang masih sering menggunakan metode konvensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
yaitu ceramah dibanding dengan menggunakan TIK. Menurut para guru
tersebut ada beberapa materi PKn yang sulit atau kurang pas untuk
diilustrasikan dengan TIK, sehingga menurut hemat sebagian guru PKn
tersebut, pembelajaran PKn lebih pas menggunakan metode ceramah
bervariasi.
Namun pada kenyataanya, tak jarang pembelajaran PKn itu
menjadi mata pelajaran no. 2 atau dipandang sebelah mata dan tidak
menarik bagi peserta didik yang disebabkan cara penyampaian yang
monoton dan membosankan. Apalagi materi PKn sebagian besar berupa
konsep dan hafalan dan yang diperparah dengan gaya penyampaian guru
yang monoton sehingga siswa cepat bosan dan tidak termotivasi untuk
belajar, seperti hasil wawancara peneliti pada hari kamis tanggal 24 mei
2012 dengan beberapa siswa SMP N 7, siswa tersebut mengatakan bahwa
mereka kurang suka pelajaran PKn karena membosankan dan tidak ada hal
hal baru seperti mata pelajaran lain. Mereka lebih senang mengikuti
pembelajaran yang menggunakan TIK misalnya saja menyisipkan Video
atau suara dalam penyampaian materi. Hal ini senada dengan pernyataan
dari Vandi siswa SMP N 8 Surakarta pada hari yang sama :
“....Kalau pas pembelajaran PKn saya senang pas pemutaran Film
kemerdekaan itu bu, enak gak bosen. Enggak ngantuk bu. (Catatan
lapangan 12)
3) Faktor Waktu
Banyak guru yang peneliti wawancara mengatakan bahwa, Materi
PKn itu banyak sedangkan waktu yang diberikan sangat mepet, hal ini juga
menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya penerapan TIK dalam
pembelajaran sehingga guru juga kurang bisa mengasah ketrampilannya
dalam mengoperasikan teknologi. Maka tidak salah jika penguasaan Guru
PKn terhadap TIK dikatakan masih kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari ibu Ruliana Kuswartinah guru PKn di SMP N 1 Surakarta yang dapat
dilihat pada (catatan lapangan 1)
4) Sarana Prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tidak semua sekolah sudah terpenuhi sarana prasarana penunjang
pembelajaran berbasis TIK. Peneliti melakukan pengamatan pada beberapa
sekolah, ada beberapa sekolah yang sudah lengkap fasilitas penunjang
seperti LCD proyektor disetiap Kelas, Televisi, jaringan Internet,
laboratorium komputer/multimedia dan yang lainnya. Namun ada pula
sekolah yang masih minim fasilitas, LCD proyektor baru mempunyai 1 buah
sehingga harus bergantian ketika ingin menggunakan, akses internet masih
sulit. Kasus kasus tersebut sedikit banyak juga mempengaruhi kurang
optimalnya penguasaan TIK guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta saat
ini.
2. Implikasi Penguasaan TIK pada Guru PKn Tersertifikasi Terhadap
Kompetensi Pedagogik
Guru yang telah tersertifikasi haruslah memiliki dan menguasai
keempat kompetensi profesi guru. Salah satu yang terpenting sebagai
seorang guru ialah kompetensi pedagogik, dimana seorang guru haruslah
mampu menguasai dan mampu mengelola kelas dengan baik, serta harus
mampu menguasai TIK yang sekarang telah menjadi suatu tuntutan.
Bahkan menurut jurnal simposium pendidikan (2: 2008) TIK menjadi
kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses, dan (2) memenangkan
kompetisi. Maka diperlukan suatu usaha untuk terus meningkatkan
kompetensi para pendidik di bidang TIK ini.
Penguasaan TIK menjadi point penting yang harus dimiliki oleh
guru yang telah lolos sertifikasi. Karena sebagai seorang guru yang telah
disebut sebagai guru profesional haruslah mampu menjawab tuntutan dan
tantangan jaman globalisasi ini, ia harus mulai menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam setiap pembelajaran yang mana hal ini
juga termasuk dalam salah satu point dalam kompetensi pedagogik.
Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi pada guru
mempunyai implikasi yang cukup banyak terhadap kompetensi pedagogik.
Seorang guru yang menguasai atau paling tidak menerapkan TIK dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pembelajaranya, maka ia sudah berhasil menguasai setengah kompetensi
pedagogik dengan baik. Mengapa saya bisa mengatakan demikian, karena
jika kita melihat fakta dilapangan, guru yang menguasi TIK dengan baik
maka ia sudah mampu untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik,
mampu mengembangkan kurikulum dan bahan ajar serta mampu
memanfaatkan perkembangan teknologi.
Dalam penelitian ini, ditemukan implikasi yang belum begitu
terlihat pada kompetensi pedagogik yang dimiliki guru PKn saat ini,
karena banyak dari informan yang peneliti wawancarai belum menerapkan
dan belum menguasai TIK secara komprehensif masih setengah-setengah.
Walaupun belum begitu terlihat implikasinya tapi tidak bisa dipungkiri
bahwa penguasaan TIK menunjang kompetensi pedagogik seorang guru.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Wardoyo pada tanggal 18 maret
2012 :
“Penguasaan terhadap TIK itu menungjang kompetensi pedagogik
guru mba.” (Catatan Lapangan 6)
Dan juga penuturan dari bapak Gempar Prakoso, ketua kurikulum
SMP N 26 Surakarta sekaligus guru mata pelajaran PKn, yang
disampaikan di ruang tamu SMP N 26 Surakarta :
“Didalam kompetensi pedagogik kan ada point yang mengatakan
guru harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi kan mba. Nah, secara tidak langsung
guru dituntut untuk menguasai TIK, supaya kompetensi
pedagogiknya baik. Jadi menurut saya keduanya saling
berkaitan.” (Catatan Lapangan 11 )
Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa memang TIK itu
ikut mempengaruhi peningkatan kompetensi pedagogik guru. Peningkatan
yang bisa dirasakan dengan jelas salah satunya motivasi belajar siswa dan
pemahaman siswa, meraka menajdi semakin termotivasi untuk belajar dan
mudha memahami materi konsep yang membutuhkan pemahaman extra,
seperti yang dituturkan Bpk. Yuniandar Gempar Prakoso yang
mengatakan bahwa tingkat motivasi dan pemahaman itu berbeda antara
pembelajaran yang menggunkan TIK dengan yang tidak menggunakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
“Pembelajaranya menjadi lebih menarik dan hidup. Lebih inovatif,
efisien dan efektif. Tingakat pemahamannya pun berbeda. Selain tiu
Siswa akan lebih termotivasi mengikuti pembelajaran yang menarik
dan inovatif, apalagi dengan menerapkan TIK didalam pembelajaran.”
(catatan lapangan 11)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa implikasi penguasaan TIK
pada guru PKn yang tersertifikasi terhadap kompetensi pedagogik ialah
untuk meningkatkan kompetensi pedagogik menjadi semakin baik maka
salah satu yang harus dikuasai oleh guru PKn ialah teknologi informasi
dan komunikasi. Semakin baik penguasaan TIK guru maka semakin baik
pula kompetensi pedagogik guru tersebut apalagi dimasa sekarang ini era
globalisasi.
3. Peningkatan Kualitas Keberkelanjutan Guru Pkn Smp Negeri Yang
Telah Tersertifikasi di Kota Surakarta
Masalah yang muncul pasca sertifikasi ialah keberlanjutan dari
program – programnya. Program peningkatan mutu ini adalah program
yang tidak boleh berhenti begitu saja supaya tujuan awal yang ingin
dicapai tidak menguap begitu saja, jangan sampai program pemerintah ini
berakhir seperti program kebijakan yang lainnya yang tak jelas arah
tujuannya.
Pada pelaksanaannya, keberlanjutan program sertifikasi cukup
baik namun masih kurang maksimal dan belum mengarah pada
keberkelanjutannya. Bisa dikatakan cukup baik karena setiap tahun proses
pelaksanaan sertifikasi sudah semakin baik dari segi kontens program
maupun pelaksanaannya. Sedangkan dikatakan belum maksimal dan
belum berkelanjutan karena pasca sertifikasi banyak guru yang lupa akan
tanggungjawabnya sebagai guru tersertifikasi, kemudian masih sedikitnya
program peningkatan kualitas guru yang rutin pelaksanaaannya, serta
banyak guru yang tidak menunjukkan peningkatan apapun, hanya sebatas
pendapatan atau kesejahteraan saja yang berubah, KBM dilaksanakan
sama seperti sebelum sertifikasi tidak ada inovasi. Kegiatan yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dikatakan berjalan cukup baik hanya monitoring terhadap hasil peserta
lolos sertifikasi saja walaupun kadang pelaksanaannya juga tersendat,
seperti yang dipaparkan oleh ibu Susniawati, S.Pd guru PKn SMP N 4
Surakarta pada 10 april 2012 :
Ada, seperti pelatihan pelatihan, PTK, monitoring juga mengontrol
kita. Lagipula ada kenaikan golongan jadi ada motivasi lain untuk
terus belajar. Namun pelatihannya tidak rutin jadi masih kurang
maksimal (catatan lapangan 2)
Senada dengan pendapat dari ibu Titin Hanuraningsih guru PKn
SMP N 15 Surakarta, yang mangatakan bahwa :
“Ada mbak program peningkatan kualitas guru, seperti pelatihan,
workshop baik dalam hal TIK maupun penguasaan kompetensi
yang lain. Ya walaupun belum berjalan rutin karena itu kan
berkaitan dengan sumber dana.” (Catatan Lapangan 7)
Oleh sebab itu dikatakan belum berkesinambungan, hal ini
dikarenakan masih minim sekali kegiatan peningkatan ketrampilan guru
baik dari sekolah maupun Pemkot. Pengadaan kegiatan serupa hanya
beberapa kali saja, keberlanjutannya belum ada/optimal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Ibu Ruliana yang mengatakan bahwa :
...Kalau monitoring sudah cukup teratur tapi kalau kegiatan MGMP
masih perlu diatur lagi mba. Karena kadang pertemuannya itu tidak
rutin, malah kadang satu semester itu hanya 1 kali pertemuan,
menurut saya itu kurang sekali mba. (Catatan lapangan1 )
Padahal yang namanya program keberlanjutan itu perlu dan
penting sekali untuk peningkatan mutu pendidik maupun mutu pendidikan
indonesia secara keseluruhan. Apalagi, kegiatan ini sudah menguras
sumber dana negara yang cukup besar, jadi jangan sampai disia siakan
hanya dengan program yang tidak tentu arah dan tujuannnya. Semangat
dari para guru untuk terus meningkatkan kompetensinya juga tidak boleh
berhenti begitu saja, jangan sampai seperti yang dikatakan pak Prasmani,
...biasanya setelah selesai sertifikasi itu semangatnya tinggi “koyo
yak yak o” tapi setelah berjalan dan kembali ke aktifitas masing
masing biasanya semangatnya itu menurun malah kadang lupa.
Semua kembali ke individu masing masing. Disamping perlu
program lanjutan seperti pelatihan pelatihan. (Catatan Lapangan )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Semua harus mempunyai kesadaran dan kemauan untuk mensukseskan
tujuan nasional pendidikan kita. Semangat Pasca sertifikasi jangan sampai kendor
harus terus dibangun. Program sertifikasi baru awal langkah menuju perbaikan
jangan smapai terlena dengan kesejahteraan yang diberikan tanpa memperbaiki
kualitas yang menjadi tuntutan.
C. Temuan Studi
Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil
dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya
dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dihubungkan
dengan kajian teori, maka peneliti menemukan beberapa hal yang penting yaitu
sebagai berikut:
1. Penguasaan TIK Guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta
Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah penting
dimiliki oleh seorang guru apalagi guru yang telah tersertifikasi. Karena saat
ini kita telah memasuki gelombang ketiga yaitu perubahan informasi, baik cara
penyebarannya maupun perkembangan teknologinya. Salah satu simbol
perubahan informasi ialah TIK, sehingga hal tersebut melahirkan banyak
kebijakan untuk menerapkan TIK di semua lini, tak terkecuali dunia
pendidikan yang harus segera menerapkan TIK dalam pembelajarannya agar
tak tertinggal dengan mutu pendidikan negara lain.
Dimana konsekuensi penerapan TIK dalam pendidikan dapat berjalan
dengan baik maka guru haruslah menguasai TIK terlebih dahulu seperti yang
dipaparkan oleh Dahlan Abdullah (2002), dimana untuk dapat memanfaatkan
TIK guna memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus
diwujudkan, salah satu point yang harus ada yaitu guru harus memiliki
pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber -
sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik.
Berdasar teori pakar diatas, hal ini membawa kita pada suatu
pemahaman bahwa untuk mengikuti perkembangan jaman dan memperbaiki
mutu pendidikan maka pembelajaran di sekolah – sekolah harus menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
TIK mulai dari tingkatan pendidikan paling rendah sampai ketingkat paling
tinggi, semua jenjang pendidikan harus mulai diperkenalkan dengan TIK.
Semua mata pelajaran seharusnya memahami hal ini, tak terkecuali
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Namun bisa
dilihat dari deskripsi hasil temuan penelitian diatas, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan ternyata saat ini masih sangat kurang dalam menerapkan
TIK dalam pembelajaranya. Masih banyak paradigma yang salah mengenai
metode yang paling sesuai sebagai media penyampaian materi PKn, paradigma
konfensional ini merupakan suatu kekeliruan.
Menurut hemat penulis, PKn adalah mata pelajaran yang erat
kaitannya dengan perubahan sosial dan masalah publik yang setiap waktu terus
mengalami perubahan, hal tersebut mematahkan pandangan yang salah
tersebut, seharusnya PKn akan lebih mudah dan lebih menarik jika
disampaikan dengan menerapkan TIK didalamnya, ini akan lebih efektif dan
efisien tanpa harus menghilangkan fungsi dari guru untuk mengajar. Paradigma
inilah yang harus segera diubah demi eksistensi mata pelajaran PKn kedepan.
Menurut UNESCO disebutkan bahwa ada empat level pemanfaatan
TIK untuk pendidikan yaitu: Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya
TIK untuk pendidikan, Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning to
use ICT), Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau menggunakan TIK
(using ICT to learn), Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis
efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum.
Berdasarkan pemaparan pakar yang telah disampaikan UNESCO
tersebut dapat dianalisis bahwa Guru PKn tersertifikasi di SMP Negeri Kota
Surakarta ini dalam penguasaan dan penerapan TIK baru pada level emerging
menuju level applying (level 1 menuju level 2). Dimana pembelajaran PKn
telah menyadari pentingnya TIK dalam meningkatkan mutu dan motivasi
belajar siswa, namun saat ini masih dalam taraf mulai menerapkan dan
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran PKn. Jika diibaratkan naik tangga,
penerapan TIK saat ini di SMP N Kota Surakarta itu masih di tangga pertama
dan baru mengangkat kaki menuju tangga ke dua. Jadi masih bnyak yang perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dipersiapkan untuk bisa menerapkan TIK dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Para guru sebenarnya telah menyadari tuntutan jaman saat ini, yaitu
penerapan TIK pada pembelajaran yang mereka lakukan. Usaha untuk menuju
perubahan itu pun sudah mulai dipikirkan namun sampai saat ini langkah untuk
segera menerapkan TIK dalam pembelajaran PKn masih banyak kendala baik
dari segi SDM, sarana prasarana maupun kebijakan dari sekolah dan
pemerintah terkait penerapan TIK dalam mata pelajaran PKn.
Apabila dilihat dari hasil wawancara dan diperkuat dengan
pengamatan yang peneliti lakukan, Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP
Negeri Kota Surakarta, penguasaan TIK nya bisa dikatakan masih cukup
rendah. Sebagian besar mengganggap bahwa materi PKn kurang sesuai dan
sulit jika disampaikan dengan menggunakan TIK. Kalaupun menggunakan TIK
dalam pembelajaran itu hanya sebatas TIK sebagai alat presentasi saja dan
mereka cenderung hanya memindahkan materi dalam buku kedalam slide
power point saja dan dipindah sama persis, yanag belum menggunakan TIK
juga termasuk masih banyak.
Padahal jika dianalisis berdasarkan blueprint renstra pendidikan
nasional mengenai penguasaan TIK pada guru PKn SMP Negeri yang telah
tersertifikasi seharusnya ada banyak sekali penguasaan TIK yang harus dan
bisa dikuasai para guru tersebut, seperti :
a) Penguasaan TIK sebagai media atau alat pembelajaran
Penerapan TIK yang berfungsi sebagai media/alat pembelajaran di
mata pelajaran PKn SMP Negeri Kota Surakarta merupakan penerapan
yang paling sering dilakukan oleh para guru PKn. Masih banyak dari para
guru PKn tersebut yang berpendapat bahwa penerapan TIK dalam
pembelajaran yang hanya menggunakan LCD dan power point saja.
Padahal yang dimaksud penerapan TIK yang diharapkan pemerintah ialah
penerpan TIK secara keseluruhan dan tidak sebatas penggunaan media
presntasi saja. TIK sebagai alat bantu pembelajaran sendiri juga tidak
hanya sebagai alat bantu menyampaikan materi saja namun juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta
alat bantu interaksi antara guru dengan siswa yang bisaanya berbentuk
presentasi, animasi, ujian on-line, alat demonstrasi virtual dan lain
sebagainya
Namun pada praktiknya, dari hasil penelitian guru PKn di SMP
Negeri Kota Surakarta, sebagian besar baru sebatas menerapkan TIK
sebagai sarana presentasi atau menyampaikan materi saja. Belum sampai
ke penggunaan sebagai alat demonstrasi, guist, atau penambahan animasi,
games atau yang lainnya dalam inovasi pembelajaran yang dilakukan.
Presentasi yang sering para guru PKn ini lakukan ialah menggabungkan 2
alat TIK yaitu LCD Proyektor dengan powerpoint saja, dalam
menyiapakan materi bahan tayang dalam powerpoint juga maish belum
optimal. Dimana materi powerpoint itu berupa teks yang disalin dari buku
–buku teks yang digunakan.
Hal tersebut kurang efektif dan belum memberikan pengaruh yang
signifikan karena sebagian besar slide yang digunakan tidak dilengkapi
dengan gambar, suara maupun video yang berfungsi sebagai inovasi dalam
pembelajaran. Jika materi yang ditayangkan hanya menyalin apa yang ada
dalam buku teks saja maka tidak ada perbedaan antara penyampaian
menggunakan TIK dengan yang tidak menggunakan. Seharusnya media
presentasi tersebut diberi sentuhan kreatifitas dari guru, maka guru juga
harus mengilustrasikan/menjabarkan materi dalam bentuk lain misal
gambar, video ataupun suara agar lebih menarik dan anak juga akan cepat
bosan yang pada akhirnya tujuan dari penerapan TIK dalam pembelajaran
kurang maksimal hasilnya.
Kesalahaan penerapan seperti inilah yang masih sering terjadi
dalam penerapan TIK sebagai sebuah media atau alat pembelajaran. Masih
bnyak komponen TIK yang belum di eksplore lebih jauh oleh para guru,
misalnya saja dalam powerpoint, disana ada fasilitas untuk
menggabungkan video, suara, link, animasi sehingga menjadi lebih
interaktif namun masih banyak yang belum memaksimalkan. Padahal jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dimaksimalkan, dampak dari penerapan TIK sebagai media atau alat
pembelajaran ini akan cukup besar dan memberi efek yang signifikan
terhadap eksistensi dan kemajuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
b) Penguasaan TIK sebagai Sumber Belajar
Dalam blue print pendidikan nasional disebutkan bahwa TIK
sebagai gudang ilmu pengetahuan atau sumber belajar, dapat berupa
referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses
melalui fasilitas TIK, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan
antara institusi pendidikan, dan lain sebagainya.
Hasil analisis terhadap data hasil wawancara dan hasil observasi
menunjukkan bahwa penguasaan TIK sebagai sumber belajar pada Guru
PKn SMP Negeri di Kota Surakarta masih belum maksimal. Dimana guru
masih sangat kurang menjadikan TIK sebagai Sumber ilmu bagi dirinya
sendiri maupun bagi peserta didik. Saat ini, yang mereka lakukan baru
sebatas penugasan pada siswa untuk mengakses internet saja. Para guru
kurang mengoptimalkan apa yang ada didalam internet maupun TIK
secara luas, misalnya saja e-book, blog, forum - forum diskusi maupun
komunitas - komunitas belajar di dalamnya, padahal ini merupakan
kesempatan guru untuk mengenalkan internet dan TIK sebagai sesuatu
yang lebih positif bukan hanya sebatas sarana untuk mencari kawan.
Pemanfaatan jejaring sosial sebagai sumber belajarpun masih
belum diterapkan, misalnya menggunakan facebook untuk menshare info
terbaru yang berkaitan dengan materi atau menggunakan facebook untuk
sarana diskusi, sharing ilmu dan lain sebagainya. Dari 11 guru yang
peneliti wawancarai hanya 1 guru yang menggunakan facebook sebagai
sarana sharing dan komunikasi. Padahal hal tersebut bisa dilakukan dengan
mudah namun hasilnya pasti akan jauh lebih baik dan lebih bermanfaat.
Pada dasarnya masih banyak komponen TIK yang masih belum
tersentuh atau masih belum dimanfaatkan oleh para guru tidak hanya guru
PKn saja, banyak guru mata pelajaran lain yang masih belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
memanfaatkannya pula. Misalnya saja jejaring sosial, fasilitas ini familiar
sekali dengan peserta didik, walaupun selama ini pemanfaatannya tidak
100% positif namun bukan berarti tidak bisa digunakan untuk segala
sesuatu yang lebih positif. Pada kenyataannya ternyata kebanyakan dari
informan yang diwawancarai juga menganggap bahwa jejaring sosial
hanya sebagai sarana untuk komunikasi saja dan tidak bisa digunakan
untuk sesuatu yang lebih positif bagi pendidikan padahal jika dipelajari
lebih detail fasilitas ini bisa juga digunakan untuk sharing, untuk
pembelajaran, untuk tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya.
Menurut hemat penulis, hal tersebut kedepannya akan lebih mudah
masuk kedalam pemahaman peserta didik. Selain jejaring sosial masih
banyak komponen TIK yang belum termaksimalkan. Inilah pemahaman
yang harus segera dirubah dan ditingkatkan pula, open minded harus
dilakukan untuk melakukan perubahan sesuai tuntutan jaman.
c) Penguasaan TIK sebagai strategi/metode Belajar
Pemanfaatan TIK di dunia pendidikan, yaitu berbentuk
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran, baik pembelajaran tatap
muka maupun pembelajaran jarak jauh (distance learning). Bahkan TIK
sudah memungkinkan terjadinya knowledge sharing melalui e-book dan e-
library. Hal tersebut telah dicanangkan di dalam Renstra Depdiknas pada
periode 2005-2009, di antaranya telah mengembangkan kebijakan-
kebijakan terobosan baru, salah satunya dalam penerapan TIK secara
massal untuk E - Pembelajaran dan E – Administrasi.
Jika dianalisis, maka pada point ini guru PKn belum menguasai
TIK sebagai strategi pembelajaran, sangat jarang guru yang menggunakan
TIK sebagai strategi pembelajaran. Hal ini mungkin disebabkan karena
pada tataran sekolah menengah pertama belum sampai pada level
penggunaan TIK sebagai strategi pembelajaran namun untuk jenjang
pendidikan yang lebih tinggi harusnya sudah mulai merambah pada
tingkatan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Sehingga secara keseluruhan jika dianalisis, penguasaan TIK pada guru
tersertifikasi masih belum optimal. Penguasaan TIK yang dikuasai oleh Guru PKn
baru sebatas penguasaan TIK sebagai media pembelajaran saja. Penguasaan TIK
sebagai sumber belajar maupun strategi masih belum dimaksimalkan. Hanya
beberapa informan saja yang sudah memasukkan sumber belajar berbasis TIK
seperti dari internet ataupun e-book ataupun peemaksimalan jejaring. Hasil dari
observasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel. 4.8 Hasil Observasi terhadap penguasaan TIK pada Guru
No Nama
Informan
Jenis Penguasaan TIK
Megoperasikan
LCD
Materi PPT
Masih standa
r
Materi PPT
sudah inter- aktif
(animasi, video, suara)
Menggunakan
sumber Internet, e book,
Me- miliki blog
untuk pemblaj
aran
Mampu mengat
asi trobel
shoting
memanfaat- kan jejaring sosial u/ pembelaj
ar- an
ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk y
a tdk
1 Prasmani,
S.Pd √ √ √ √ √ √ √
2 Yuniandar
G P, S.Pd √ √ √ √ √ √ √
3 Ruliana K,
S.Pd. √ √ √ √ √ √ √
4 Wardoyo,S.
Pd √ √ √ √ √ √ √
5 Susniawati,
S.Pd √ √ √ √ √ √ √
6 Ngastiasto,
S.Pd √ √ √ √ √ √ √
7 Dimyati,
S.Pd Kn √ √ √ √ √ √ √
8 Suwarno,
S.Pd √ √ √ √ √ √ √
9 Dra. Tri
Agustini √ √ √ √ √ √ √
10 Marimin,
S.Pd √ √ √ √ √ √ √
11 Dra. Titin H √ √ √ √ √ √ √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Implikasi Penguasaan TIK Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru PKn
yang Telah Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta
Mulyasa (2007: 75) dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir a mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi pedagogik yang baik
jika menguasai 10 point yang harus dikuasainya, salah satunya memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Kesepuluh hal
tersebut saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Kemampuan untuk
mengetahui kesulitan belajar peserta didik, melakukan pembelajaran yang
baik, memaksimalkan potensi anak dan tentunya akan lebih kreatif dan efektif
jika dikemas dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
begitupun sebaliknya. Apalagi di masa globalisasi ini, kita tidak bisa terlepas
dari yang namnya teknologi informasi dan komunikasi, maka implikasi dari
penguasaan TIK pada guru PKn terhadap kompetensi pedagogik yang
dimiliki guru itu sangat besar.
Seorang guru yang penguasaan TIKnya baik maka hampir bisa
dipastikan ia memiliki kompetensi pedagogik yang baik pula. Mengapa
demikian hal ini disebabkan karena guru yang bisa menerapkan TIK dengan
tepat guna dan tepat sasaran pasti guru tersebut telah mampu untuk
mengembangkan materi dan kurikulum, mampu menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, inovatif dan mempunyai kemampuan untuk
memfasilitasi potensi peserta didik serta kemampuan pedagogik yang lainnya.
Sebagai contoh seorang guru menggunakan animasi kartun atau video
dalam menjelaskan materi sistem pembentukan perundang - undangan maka
pembelajaranya akan lebih hidup dan materi lebih mudah dipahami oleh
peserta didik. Karena pada dasarnya sebelum guru memilih menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
TIK yang berbentuk Video atau animasi tersebut, pasti sudah melalui
serangkaian pertimbangan yang semuanya berkaitan dengan kompetensi
pedagogik seperti penguasaan karakteristik peserta, pertimbangan teori,
pengembangan kurikulum, memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik, kemampuan berkomunikasi secara efektif.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Jamal Ma’mur yang
mengatakan bahwa guru yang menguasai TIK dengan baik maka ia mampu
membisaakan peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri yang
menyadari pentingnya belajar dimanapun kapan pun, dimana hal ini
merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri sehingga tidak
ketinggalan zaman. Hal inilah yang menajdi tujuan dari pendidikan yaitu
inovatif, kreatif dan dinams.
Namun dalam penelitian ini implikasi penguasaan TIK tersebut belum
banyak dirasakan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru PKn yang
telah tersertifikasi. Hal tersebut disebabkan karena penguasaan TIK pada
Guru PKn di SMP Negeri Surakarta belum optimal, sebagian besar masih
menguasai pemanfaatan TIK secara sederhana atau dasarnya saja misalnya
presentasi. Selain itu kuantitas dari penerapan TIK dalam pembelajaran PKn
juga masih sangat minim. Hambatan hambatan inilah yang menyebabkan
implikasi penguasaan TIK menjadi kurang dirasakan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP N Kota Surakarta
saat ini masih dalam taraf permulaan dalam menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi sehingga implikasinya belum begitu terlihat
walaupun sudah ada dampak yang ditimbulkan namun belum maksimal.
Seperti yang peneliti temukan dalam penelitian ini. Masih banyak guru yang
belum bisa memaksimalkan teknologi yang ada guna berinovasi dalam
pembelajaranya. Banyak diantara para guru yang menjadi informan
mengatakan bahwa kurang menguasai TIK itu disebabkan oleh faktor ekstern
yang mempengaruhi seperti srana prasaran, kemudian beban materi
kurikulum dan tentu faktor intern dari guru itu sendiri juga turut andil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Namun ada juga guru yang telah menerapkan TIK dengan baik
walupun belum optimal tapi usaha menuju ke sana sudah ada dan didukung
oleh sekolah. Implikasinya juga cukup terlihat, guru tersebut mampu
membuat peserta didik merasa trermotivasi terhadap pembelajaran PKn
bahkan peserta didik menjadi aktif dan tidak mau ketinggalan dalam
memanfaatkan TIK guna mencari info terkait masalah publik yang menjadi
pembahasan di materi Pendidikan Kewarganegaraan. Hal serupa inilah yang
seharusnya menjadi tujuan dari para guru PKn tersertifikasi tersebut,
semangat untuk berkembang dan tidak menyerah pada keadaan yang
dibutuhkan agar implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik
bisa terlihat dan optimal.
Guru terampil dan kreatif akan mampu menguasai dan membawa
situasi pembelajaran menajdi menyenangkan dengan bekal keterampilan dan
ide-ide kreatifnya. Sehingga peserta didik pun lebih interest mengikuti
pelajaran, tidak jenuh dan berpikiran bahwa guru tersebut adalah sumber yang
valid dan mempunyai banyak pengalaman dan profesional. Jika seorang guru
menguasai TIK dengan baik maka diharapkan pembelajaran yang menarik
dan inovatif bisa tercapai.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Prof. Dr. Sudarwan Danim, yang
mengatakan bahwa guru yang benar - benar profesional mampu
membangkitkan citra diri pada anak didiknya, lebih dari sekedar
mendeminasikan bahan ajar. Guru harus terbuka terhadap hal hal baru demi
pengembangan karier dan akademik misalnya pemanfaatan TIK. Maka
dibutuhkan kemampuan mengelola peserta didik yang mencakup pemahaman
terhadap peserta didik, pelaksanaaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar
serta pengembangan peserta didik berbasis TIK untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki diri siswa.
Guru harus mampu memutuskan kapan, dimana dan bagaimana TIK
mampu mendukung tujuan pengajaran serta guru harus mampu memilih jenis
TIK yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Mampu menguasai prinsip
dasar pembelajaran berbasis TIK dan mampu mengembangkan kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
TIK yang akan digunakan. Beberapa kemampuan diatas merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru PKn agar pembelajaran TIK yang
diterapkan mampu memberikan pengaruh positif bagi keberhasilan belajar
PKn.
3. Peningkatan Kualitas Berkelanjutan Guru PKn yang Telah
Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta
Menurut H.A.R. Tilaar, seorang profesional menjalankan kegiatannya
berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme
bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-menerus
meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.
Sesuai pendapat pakar diatas maka hasil temuan penelitian ini dapat
dianalisis bahwa guru yang telah lolos sertifikasi mempunyai konsekuensi
untuk terus meningkatkan kualitas dan kompetensinya sebagai seorang yang
profesional. Namun pada pelaksanaannya banyak guru tersertifikasi hanya
menerima tunjangannya saja dan melupakan tanggungjawab sebagai tenaga
profesional.
Kurangnya pengawasan serta tindak lanjut yang terarah dari pemerintah
membuat program ini kurang maksimal dalam keberlanjutannya. Program
monitoring yang pada awalnya dilakukan sebagai penjaminan kualitas ternyata
masih kurang maksimal dalam mencapai fungsi dan tujuannya.
Seorang guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik belum bisa
dijamin akan memiliki peningkatan kualitas pembelajaran dan akan tetap
mengembangkan kompetensi akademik dan profesionalismenya secara
berlanjutan. Sebagian besar guru, setelah mendapat sertifikat pendidik dan
mendapat tambahan tunjangan, mengalami degradasi semangat
mengembangkan diri. Tentu saja hal ini berimplikasi negatif terhadap kinerja
dan kompetensi seorang guru serta amanat undang-undang. sehingga tidak
menutup kemungkinan program sertifikasi akan memperparah kondisi
pendidikan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Menurut hemat penulis, apabila fenomena tersebut tidak ditindak lanjuti
oleh pemerintah, maka akan membenarkan apa yang dipaparkan pemerhati
pendidikan Moechtar Buchori bahwa kebijakan pendidikan nasional saat ini
tidak jelas orientasinya, hanya berkutat pada hal-hal yang bersifat teknis dan
belum menyentuh persoalan-persoalan substansial, sehingga mutu pendidikan
tidak kunjung membaik (2006).
Langkah yang harus diambil oleh pemerintah untuk mengatasi
permasalahan tersebut atau paling tidak meminimalisir dampak yang akan
ditimbulkan maka diperlukan beberapa tindakan yang harus dilaksanakan
secara berkesinambungan yaitu do monitoring and evaluation, do up-grading,
do quality assurance, dan should be proactive and creative.
Guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik harus sadar bahwa
mereka mengemban tanggung jawab moral dan intelektual terhadap
pemerintah. Maka dari itu guru yang lolos sertifikasi harus proaktif dan kreatif
mengembangkan diri. Guru harus terus mengembangkan kompetensinya
dalam menguasai TIK, harus terus belajar tidak hanya yang terkait dengan
cara pemanfaatan TIK namun juga tentang cara menyajikan materi
pembelajaran yang bermakna dan berbasis TIK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
1. Penguasaan TIK pada Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP
Negeri Kota Surakarta masih belum maksimal, banyak guru yang
masih beranggapan bahwa PKn tidak begitu membutuhkan sentuhan
TIK karena materi PKn kurang sesuai jika diterapkan dengan TIK.
Padahal banyak guru yang sudah tau akan manfaat positif penerapaan
TIK dalam pembelajaran namun untuk melaksanakannya masih sulit.
Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu faktor usia dari
guru yang telah tersertifikasi dimana sebagian besar guru PKn di SMP
Negeri Kota Surakarta itu berusia lebih dari 45 tahun yang
pengetahuan dasar mengenai TIK masih sangat kurang. Kemudian
faktor materi dan waktu, banyak guru yang kurang menguasai karena
kurang waktu untuk berlatih menerapkan TIK dan juga adanya
anggapan bahwa materi PKn itu sulit untuk diilustrasikan dengan
menggunakan TIK. Dan yang terakhir yaitu faktor sarana prasarana,
faktor ini sama dengan faktor materi dan waktu tadi, dimana sarana
prasarana sekolah banyak yang kurang mendukung penerapan TIK
sehingga mereka tidak bisa mengembangkan penguasaan TIK yang
dimiliki.
2. Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn
yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta belum cukup
terlihat atau kurang. Hal tersebut disebabkan guru PKn masih sangat
jarang dalam menggunakan TIK dalam pembelajaran, sehingga
penguasaan TIKnya pun belum maksimal. Penggunakan TIK sebagai
media presentasi masih kurang optimal. Materi presentasi yang
digunakan masih berupa teks dan belum ada sentuhan kreatifitas dari
guru PKn misalnya menampilkan gambar atau video. Sehingga
penerapan TIK tersebut belum bisa mengatasi permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
selama ini terjadi yaitu peserta didik mudah merasa bosan karena
kemonotonan dalam penyampaian materi.
3. Peningkatan kualitas berkelanjutan pada Guru PKn yang telah
tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta sudah cukup berjalan
namun belum optimal sehingga masih perlu peningkatan lagi.
Terutama pada sisi kegiatan – kegiatan penunjang ketrampilan guru
dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih kurang. Selain itu
kesadaran dari individu guru yang telah tersertifikasi juga masih
sangat rendah.
Padahal untuk menerapkan TIK dalam dunia pendidikan
membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak yang terkait. Pada
tingkat sekolah, pemanfaatan TIK sekurang-kurangnya diupayakan
untuk mendukung terciptanya manajemen sekolah yang efektif dan
terjadinya pembelajaran yang menyenangkan dengan mutu yang lebih
baik. Untuk itu, komitmen kepala sekolah, guru, dan staf administrasi
sangat dibutuhkan untuk dapat membekali diri dengan pengetahuan
dan keterampilan untuk dapat menggunakan TIK.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi yang ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
1. Pemahaman tentang manfaat dan urgensi pemanfaatan TIK yang masih
rendah dan masih minimnya dukungan sekolah/pemerintah terhadap
penyempurnaan infrastruktur berdampak pada penguasaan TIK pada
guru PKn yang belum optimalnya sehingga pembelajaran berbasis TIK
masih belum bisa berjalan dengan baik sampai saat ini, maka
diperlukan upaya bersama antara guru, sekolah, pemerintah untuk terus
meningkatkan penguasaan TIK pada guru melalui berbagai kebijakan
dan regulasi yang tepat.
2. Penguasaan guru terhadap TIK berimplikasi terhadap kompetensi
pedagogik guru, implikasinya ialah menjadikan pembelajaran itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
berjalan lebih aktif, menarik dan inovatif. Seorang guru yang
menguasai TIK dengan baik maka ia mampu memanfaatkan kemajuan
teknologi dalam pembelajaranya yang menjadi salah satu point yang
harus dikuasai sebagai kompetensi pedagogik guru. Namun berdasarkan
kesimpulan penelitian ini, dimana penguasaan TIK guru PKn masih
rendah sehingga implikasinya terhadap kompetensi pedagogik belum
maksimal pula. Berdasarkan hal itu maka guna meningkatkan
kompetensi pedagogik yang lebih baik dan mampu bersaing dalam
dunia global saat ini, semua guru harus belajar untuk menguasai TIK
dan menerapkan TIK dalam pembelajaranya.
3. Keberlanjutan dari suatu program peningkatan kualitas guru memang
menjadi suatu keharusan jika ingin tujuan dari sertifikasi guru yang
diharapkan bisa tercapai maka keberlanjutan dari program – program
peningkatan kualitas Guru PKn pasca sertifikasi harus terus digerakkan,
baik oleh pemerintah pusat sebagai tinjak lanjut program sertifikasi
guru dan juga MGMP sebagai komunitas sharing guru mata pelajaran
juga harus ikut serta dalam keberlanjutan program peningkatan kualitas
guru tersebut dan yang tak kalah pentingnya yaitu kesadaran dan
semangat dari individu guru itu sendiri merupakan faktor utama dan
yang terpenting dari keberlanjutan program pasca sertifikasi yang
notabene tidak memiliki konsekuensi hukum tegas namun harus tetap
dijalankan agar tujuan akhir program sertifikasi yaitu kualitas
profesional guru itu tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka
peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
a. Adanya kebijakan penerapan TIK dalam pembelajaran PKn SMP.
b. Kegiatan penjaminan kualitas terus dilaksanakan secara rutin dan
terarah melalui supervisi profesi misalnya dengan evaluasi proses
dan perangkat pembelajaran oleh pengawas pendidikan dari dinas.
c. Memperbanyak kegiatan dan sharing informasi kepada para guru
tersertifikasi mengenai kemajuan teknologi secara lebih
menyeluruh, seperti diskusi guru - guru PKn tersertifikasi seluruh
Indonesia.
2. Bagi MGMP
a. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pemanfaatan TIK
dalam pembelajaran guru PKn sehingga akan lebih baik jika
MGMP sebagai organisasi para guru tersebut untuk memberikan
dan menyebarkan informasi mengenai pentingnya pemanfaatan
TIK dalam pembelajaran dalam berbagai bentuk dan media
misalnya MGMP membuat forum komunikasi yang berfungsi
untuk sharing informasi misalnya group facebook atau sms
gateway agar informasi itu bisa terdistribusi dengan baik.
b. MGMP memperbanyak kegiatan yang bertujuan peningkatan
kuatitas guru dan mutu pendidikan seperti workshop TIK, pelatihan
bahasa inggris dan lain sebagainya.
c. Mengadakan pelatihan pelatihan tentang penerapan TIK dalam
pembelajaran misalnya pelatihan pembuatan media pembelajaran
interaktif, powerpoint, trobel shoting LCD maupun pelatihan
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah meningkatkan pengadaan fasilitas pendidikan yang
mendukung penerapan TIK agar mampu bersaing di dunia global.
b. Mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
guru di sekolah masing-masing.
4. Bagi Guru Tersertifikasi
a. Ketrampilan yang telah di berikan selama masa PLPG seharusnya
dijadikan sebagai bekal ilmu untuk terus meningkatkan kompetensi
dalam rangka mencapai mutu pendidikan yang lebih baik.
b. Persepsi negatif yang mengatakan bahwa materi PKn itu sulit
disampaikan dengan TIK hendaknya segera dirubah. Materi PKn
pada dasaranya sama dengan mata petajaran lain, bisa disampaikan
dengan memanfaatkan TIK, semua tergantung kreatifitas dan
inovasi dari individu guru masing – masing.
5. Bagi Panitia PLPG
a. Pendalaman materi PLPG yang berkaitan dengan penguasaan TIK
dalam pembelajaran hendaknya penyampaiannya lebih difokuskan
baik penerapan ilmu, waktu maupun materi yang disampaikan.
b. Para instruktur, panitia dan segenap panitia hendaknya lebih
profesional dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas agar
mutu lulusan sertifikasi guru semakin baik.
c. Keberlanjutan dari program sertifikasi hendaknya juga menjadi
salah satu fokus program sertifikasi kedepannya bukan hanya
sebatas forlmalitas untuk mendapatkan tunjangan semata.
d. Bekal spiritual dan emosional skill hendaknya juga diberikan agar
kesadaran dan rasa tanggungjawab guru peserta sertifikasi terhadap
peningkatan kompetensi meningkat.