perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
ANIK PUJI LESTARI
K7107001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2010/2011
Oleh:
ANIK PUJI LESTARI
K7107001
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Anik Puji Lestari. “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND
PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Mei 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah unruk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 01 Jaten
Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011 terdiri dari 39 siswa. Variabel yang
menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Sedangkan variabel tindakan
yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran picture
and picture. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan menggunakan dua
siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data variabel untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek melalui observasi, wawancara, tes dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, sajian
data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Validitas data yang
digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis interaktif.
Hasil penelitian ini adalah peningkatan rata-rata nilai dan prosentase
ketuntasan klasikal dalam keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes menulis
cerita pendek siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra
tindakan nilai rata-rata kelas 57,4 dengan ketuntasan klasikal 41%. Pada siklus I
menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 59,7 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 59%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
66,1d an ketuntasan klasikal meningkat menjadi 79%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan
menulis cerita pendek siswa kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Anik Puji Lestari. IMPROVING THE SHORT STORY WRITING SKILL
BY PICTURE AND PICTURE LEARNING MODEL AT 2nd
GRADE
STUDENT’S OF ELEMENTARY SCHOOL 01 JATEN
KARANGANYAR, ACADEMIC YEAR 2011. Script. Surakarta. Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta,
Mei 2011.
Purpose of the classroom action research is to improve short story writing skill at
students of 2nd
grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar by picture and
picture learning model.
The subject of this classroom action research is 2nd
grade students of Elementary
School 01 Jaten Karanganyar, academic year 2010/2011 which consists of 39
students. Variable that are targeted to change in the research is improvement of
student’s short story writing skills. Whereas variable to use in the research is
teaching model picture and picture. The research is a classroom action research
with 2 cycles. Every cycles consist of 4 phases, namely, planning, action,
observation, and reflection. Variable data is collected by using interview,
observation, tes and documentation. Data analisys consists of data reduction, data
presentation, and data verivication or conclusion drawing. The data validity used
is substance validityand data triangular. The technique of analysing data is
interactive analysis.
The result of this research shows the increase of average score and average of
classica completeness in short story skill at students of 2nd
grade in Elementary
School 01 Jaten Karanganyar. The increased descriptive writing skill of the
student’s could be seen from result of student’s test short story writing that
indicated and increase, namely, in pre-action is 57,4 with classical
completeness 41%, In the cycle 1, the average of classical score attains 59,7
and classical completeness increases to 59%. In the cycle II, , the average of
classical score increases to 66,1 and and classical completeness increases to
79%.
Based on research result above, it can be conclude that the use of picture and
picture learning model can increase short story skill at students of 2nd
grade in
Elementary School 01 Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya aku mengingatkan kepadamu supaya kamu
tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan
(QS. Hud: 46)
Ing ngarso sung tuladha
Ing madya mangunkarso
Tutwuri handayani
(KI Hajar Dewantara)
Kesuksesan dan keberhasilan dapat dicapai dengan 99 %
kerjakeras dan 1 % kejeniusan atau kepintaran.
(All Albert Einstain)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kuhaturkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yangsenantiasa
mendukung dengan segala doa.
Kakakku yang selalu memberikan semangat
serta do’a untukku.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret
dan almamaterku yang telah memberikan ilmu dan mengantarku
hingga dapat mencapai masa sekarang ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada
Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011”.
Peneliti tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan FKIP UNS.
2. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS.
3. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. Uselaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.
5. Sutarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Elementary
School 01 Jaten.
6. Supinah, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah
merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral
maupun materi.
8. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh masih banyak
kekurangan.Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penelitian berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Peneliti berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat
membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama di Sekolah
Dasar.
Surakarta, Mei 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI ........................................................................... ii
PERSETUJUAN ........................................................................................ iii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I.PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 11
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 11
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture
and Picture ........................................................................ 11
2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek .. 21
B. Penelitian Relevan ................................................................ 42
C. Kerangka Berpikir ................................................................ 43
D. Hipotesis Tindakan ............................................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 49
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 49
B. Subyek Penelitian ................................................................. 50
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 50
D. Sumber Data ......................................................................... 53
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 54
F. Validitas Data ....................................................................... 56
G. Metode Analis Data .............................................................. 58
H. Indikator Keberhasilan .......................................................... 60
I. Prosedur Penelitian ................................................................ 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 67
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 67
B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 67
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................... 71
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................... 112
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 117
A. Simpulan ............................................................................... 117
B. Implikasi ............................................................................... 117
C. Saran ..................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 121
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian......................................................................... 49
Tabel 2. Daftar Personil Tenaga Kerja ...................................................... 67
Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Kelas II Pada Kondisi Awal. ...................................................... 68
Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis
Cerita Pendek Pada Kondisi Awal ............................................. 69
Tabel 5. Hasil Nilai Rekapitulasi Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan .............................. 82
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ............................ 82
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 .......................................... 84
Tabel 8. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ...................................................... 84
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ........................... 86
Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ....................................... 86
Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 .......................................... 88
Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Cerita
Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ...................................................... 88
Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek .... 90
Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus 1 ... 91
Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ........................... 102
Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ......................................... 102
Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ......................................... 104
Tabel 18.Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 104
Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 20. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... 106
Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2 ................................. 108
Tabel 22. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus II Pertemuan 2 .................................................... 108
Tabel 23. Ketuntasan Nlai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siswa Kelas II Siklus II .............................................................. 110
Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ................................. 111
Tabel 25. Rata-Rata Nilai Keterampilan MenuisDan Prosentase
Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I
Dan Siklus II ............................................................................... 112
Tabel 26. Peningkatan Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Pada Siklus I Dan II............................................. 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar: Halaman
Gambar 1.Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture
and Picture ................................................................................. 19
Gambar 2.Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 46
Gambar 3.Bagan Prosedur Penelitian Hopkins ............................................ 50
Gambar 4.Bagan Teknis Analisis Data ........................................................ 58
Gambar 5.Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siswa Kelas II Pada Kondisi Awal ........................................... 69
Gambar 6.Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang ................................. 74
Gambar 7.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model
pembelajaran picture and picture .............................................. 74
Gambar 8.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan
Model Pembelajaran Picture and Picture ................................. 77
Gambar 9.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan1 ........................................... 83
Gambar 10.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus I Pertemuan 1 .................................................. 85
Gambar 11.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 ........................................ 87
Gambar 12.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Pendek Siklus I
Pertemuan 2 .................................................................................................. 89
Gambar 13.Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis
Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus I..................................... 90
Gambar 14.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1 ............. 91
Gambar 15.Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model
Pembelajaran Picture and Picture. ......................................... 95
Gambar 16.Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan
Model Pembelajaran Picture and Picture ............................... 97
Gambar 17.Grafik Nilai Psikomotor Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan1................................................. 103
Gambar 18.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 19.Grafik Nilai PsikomotorSiswa MenulisCerita
Pendek Siklus II Pertemuan 2 ................................................. 107
Gambar 20.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 109
Gambar 21.Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita
Pendek Siswa Kelas II Siklus II .............................................. 110
Gambar 22. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ............................. 111
Gambar 23.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan
dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita
Pendek Setiap Siklus .................................................................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman
Lampiran 1. Silabus Bahasa Indonesia Kelas II........................................... 124
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................. 125
Lampiran 3. Tes Evaluasi ............................................................................. 152
Lampiran 4. Format Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ........................ 161
Lampiran 5. Pedoman Pwnilai Aspek Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek ........................................................... 163
Lampiran 6. Lembar Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siswa
Dalam Menulis Cerita Pendek .............................................. 165
Lampiran 7. Format Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek .................................................................................... 173
Lampiran 8. Pedoman Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek ......................................................................... 175
Lampiran 9. Lembar Hasil Penilaian Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek ......................................................................... 177
Lampiran 10. Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siklus I dan Siklus II .............................................................. 185
Lampiran 11. Prosentase Ketuntasan Klasikal Keterampilan
Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ........................ 187
Lampiran 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan
Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II .............................................................. 189
Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru............................................ 190
Lampiran 14. Pedoman Penilaian Observasi Kinerja Guru ......................... 192
Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru................................................ 197
Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran .... 205
Lampiran 17. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ........ 206
Lampiran 18. Lembar Wawancara Guru Sebelum Menggunakan
Model Pembelajaran Picture and Picture ............................. 210
Lampiran 19. Lembar Wawancara Guru Sesudah Menggunakan
Model Pembelajaran Picture and Picture ............................. 212
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ......................................................... 213
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 2).
Pembelajaran bahasa yang utama sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-
orang di lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia
perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan
eksistensinya, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini
membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi
alat, sarana atau media (Depdiknas, 2009: 1.3).
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima
atau dipahami orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua
yang dirasakannya kepada orang. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan
semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain (Gorys
Keraf, 2004: 4).
Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.
Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda antara manusia
dengan makhluk lainnya, bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa
seseorang. Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif
adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam
kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk komunikasi. Siswa bukan
sekedar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan
bahasa untuk keperluan komunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang
sesuai adalah pendekatan komunikatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Darmiyati
Zuchdi dan Budiasih, 2001: 38 ). Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu
fungsi komunikatif.
Sesuai dengan pendapat Fulistyo dalam (http://www.google.com) yang
mengatakan bahwa keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan
kurikulum meliputi empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2)
keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan
menulis. Hal ini menunjukkan bahwa empat aspek tersebut sangat berperan
penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari keempat aspek ini
disebutkan salah satunya adalah keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan
berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan di berbagai jenjang
dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar banyak ditentukan
kemampuannya dalam menulis (St. Y. Slamet, 2008: 95).
Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil
mengorganisasikan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai,
memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam
kalimat yang variatif dalam menulis (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2002: 72).
Pengenalan huruf, baik huruf besar maupun huruf kecil diberikan dari
kelas I sampai kelas II. Kemudian di kelas III, khusus mengenai ejaan, walaupun
belum tuntas semuanya. Di kelas IV sudah mulai dengan pengembangan ide atau
gagasan dengan menggunakan ejaan yang benar, misalnya menulis karangan pola
deskripsi, dan membuat surat pribadi. Di kelas V sudah diajarkan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
memilih judul untuk sebuah karangan, memecah judul tersebut menjadi topik-
topik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, dilanjutkan dengan
pengembangan paragraf. Di samping itu , juga ada pokok-pokok bahasan yang
berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk
puisi menjadi prosa. Di kelas VI, perluasan pokok bahasan sebelumnya yang
penekanannya pada pengembangan bermacam-macam karangan, seperti: narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya cerita pendek sering kali menjadi
suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari
siswa. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka tidak
tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka
terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan.
Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak
tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang
diperintahkan oleh guru.
Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai
guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru
hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir
semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat
ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai siswa.
Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa
membedakan siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima
pelajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya
akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering.
Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam
berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan
menulis meningkat dan berkembang secara tepat.
Selain itu juga banyak guru Sekolah Dasar mengalami kesulitan untuk
membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan guru dalam
pemilihan model pembelajaran yang diterapkan. Guru di dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau metode
ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, guru masih berperan aktif
secara penuh dalam proses pembelajaran sedangkan siswa pasif, hanya menerima
materi dari guru. Hal tersebut mengakibatkan pengajaran membosankan, karena
siswa hanya disuguhkan materi yang banyak dengan metode ceramah dari guru
tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya.. Selain itu dengan
metode ceramah mengakibatkan konsentrasi siswa kurang dan cepat marasa jenuh
menjadikan mereka malas menulis. Maka dari itu wajar siswa tidak mampu atau
tidak menyukai pelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek.
Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan
menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum
pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir semester atau
akhir tahun ajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi
dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan
perkembangan keterampilan berbahasa termasuk menulis tidak cukup hanya
dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan
di akhir semester. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses
penilaian.
Permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar. Rendahnya keterampilan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dari
siswa yaitu tingkat inteligensi peserta didik yang beraneka ragam, sehingga
kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang,
dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran
juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas
belajar. Tidak ada dukungan belajar dari orang tua, Siswa berasal dari rumah
tangga yang belum mengenal sekolah, sehingga dasar keterampilan menulis
belum ada. siswa sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah, selain itu adalah
model pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang tepat bagi siswa
selama pembelajaran menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar. Standar Ketuntasan Belajar Mengajar KKM yang dipakai guru
dalam keterampilan menulis adalah 60. Sedangkan dari daftar nilai yang
dipelihatkan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, sebanyak 50 % lebih
siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM pada pembelajaran menulis cerita
pendek. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada kurang mampu
mengembangkan isi cerita, kebanyakan dari mereka mengulang-ngulang kata atau
kalimat yang sama.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis bermaksud mengadakan
penelitian di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Karena pembelajaran
keterampilan menulis khususnya cerita pendek masih kurang maksimal. Selain itu
berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di
SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, diketahui bahwa upaya khusus untuk
meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek masih belum
banyak dilakukan.
Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan
pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui
bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang
pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar
bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah
usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak
nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran
yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang
dengan permainan (bermain sambil belajar). Untuk membelajarkan siswa sesuai
dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal.
Oleh karena itu, pengajaran keterampilan menulis siswa harus segera
diperbaiki sehingga tidak terlarut-larut dan menghadirkan masalah baru yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
rumit. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat penting kehadirannya
dalam pelajaran. Joyce dalam Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa
“each model guides us as we design instruction to help students achieve various
objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan
ide. Selain itu model pembelajaran juga dijadikan pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir
kritis, memiliki keterampilan sosial. Dan pencapaian hasil belajar yang optimal
(Isjoni, 2008: 146). Hal ini dimaksudkan agar siswa berpartisipasi serta aktif
untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peserta didik mudah memahami
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Arends dalam Agus
Suprijono (2009: 46) berpendapat bahwa:
“ Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian
rupa sehingg peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Inovatif, pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang
memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas
belajar yang dilakoninya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran
kritis, kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta
menghasilkan solusi unik atau suatu problem. Dan menyenangkan, pembelajaran
dengan suasana sosio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa
proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,
melainkan berkah yang harus disyukurinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Salah satu model pembelajaran yang menarik bagi anak adalah model
pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk
pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini
tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan
kreatifitas guru. Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002, serta
mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.
Model pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai
media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
adalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dan yang menarik bagi siswa agar
siswa aktif mengikuti proses pembelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture
(http://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaran.) adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasangkan atau
mengurutkan gambar.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep
atau materi.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk diterapkan
pada anak SD, karena selain menarik model ini juga memiliki banyak
keunggulan, yaitu:
1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika
menyampaikan materi pelajaran.
2. Siswa cepat tanggap atas materi yang diberikan oleh guru.
3. Siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
melalui gambar – gambar yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
4. Siswa dapat berfikir aktif dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan
oleh guru.
5. Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan guru.
Dengan berbagai keunggulan yang dimilki oleh model pembelajaran
picture and picture tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi lebih
menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan yang
diuraikan di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran
Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (metode
ceramah) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita
pendek..
2. Keterampilan menulis siswa masih rendah.
3. Siswa tidak terbiasa menulis dengan baik di sekolah maupun di rumah.
4. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa
memperhatikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
C. Pembatasan masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang akan diidentifikasi, agar
permasalahan yang akan diteliti lebih jelas perlu dilakukan pembetasan masalah
sebagai berikut:
1. Masalah yang diteliti adalah tentang keterampilan menulis cerita pendek.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran picture and
picture.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan model
pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita
pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten karanganyar pada pembelajaran
Bahasa Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan menulis
cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif.
c. Sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan model pembelaja-
ran picture and picture.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1). Dengan adanya penelitian ini, bertambahnya wawasan dan pengala-
man guru mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture.
2). Meningkatnya profesionalime guru dalam membelajarkan siswa.
Khususnya dalam membelajarkan keterampilan menulis cerita pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3). Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
b. Bagi Siswa
Meningkatnya keterampilan menulis cerita pendek siswa. Serta siswa
mendapatkan pengalaman baru mengenai belajar bahasa Indonesia dalam
keterampilan menulis yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture.
c. Bagi Sekolah
Model pembelajaran picture and picture dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Isjoni (2008: 146) model pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di
kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan
pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Winataputra dalam Anton Sukarno (2006: 144) mendefinisikan
model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan belajar-mengajar.
Kemudian Joyce dalam Triyanto (2007: 5) mendefinisikan model
pembelajaran yaitu “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain-
lain”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan oleh guru
untuk meningkatkan motivasi siswa, minat belajar serta keterampilan siswa,
sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Manfaat Model Pembelajaran
Setiap model harus dipersiapkan dengan baik agar proses
pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang
pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus
berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar proses belajar mengajar tidak
monoton. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan
oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya
model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar
tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap
mata pelajaran. Hal ini disebabkan tidak semua model pembelajaran cocok
untuk setiap topik atau mata pelajaran.
Nieveen dalam Triyanto (2009: 8) mengemukakan bahwa suatu
model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara
lain:
Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal
yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional
teoritik yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal.
Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para
ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat
diterapkan; 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang
dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan
aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai
berikut: 1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model
tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam membelajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Menurut Winataputra (2006: 17) ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1)
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi yang diajarkan,
3) kondisi siswa , 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor
diantaranya adalah guru. Menurut UUSPN dalam Sutan Zanti Arbi (1992:
130) “Guru ialah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan
dasar dan jenjang pendidikan tengah”. Tugas guru tidak hanya mengajar,
menyampaikan bemacam-macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada
murid, tetapi juga melaksanakan tugas mendidik. Selain itu di dalam
melaksanakan tugas mengajar, guru dituntut untuk merencanakan pengajaran
tersebut.
Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang
berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran
yang dapat memberikan keefektivitasan kepada siswa. Menurut Degeng
dalam Sugiyanto (2009:1) mengemukakan bahwa:
“ Daya tarik suatu pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal,
pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara
mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru
adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik
menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang
tadinya berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat
dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari
lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar
kesajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil”.
Setiap model pembelajaran berakar dari pihak pendidik yaitu guru,
dan kegiatan belajar secara pedagodis berakar dari pihak siswa. Pembelajaran
yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar
rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan
tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 4). Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya
materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau
fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
Menurut Abdul Aziz Wahab (1995: 15) penggunaan model
pembelajaran memberikan beberapa manfaat di dalam kegiatan belajar yaitu
antara lain:
a). Mendorong siswa belajar cara-cara belajar dengan baik. Ketika guru
memanfaatkan sebuah model untuk mempertajam memori, guru melatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
siswa berfikir dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sesuatu
yang dipelajarinya.
b). Melatih siswa cara-cara berfikir dan belajar dengan teknik-teknik
tertentu, guru seyogyanya memapankan program pembelajaran tertentu
dengan seksama yang dikaitkan dengan teknik-teknik pembelajaran yang
telah dikenal siswa sebelumnya.
c). Melatih siswa bernalar secara mandiri. Guru meningkatkan kemampuan
siswa untuk belajar secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada
pembimbingan guru secara total. Setelah siswa terbiasa berfikir
kreatif,logis dan sistematis, siswa akan mampu mengembangkan proses
pemecahan masalah yang belum pernah dilatihkan guru.
d). Guru melatihkan strategi berfikir memadukan berbagai keterampilan
seperti cara-cara mengamati, sedangkan obervasi tersebut digunakan
dalam hubungan dengan keterampilan-keterampilan yang lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya menulis cerita kurang
disukai siswa. Ketika pembelajaran menulis dimulai mereka tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat
pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka
takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.
Untuk itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek
model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah model pembelajaran
picture and picture, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan,
memberikan pengalaman dalam proses belajar dengan memfasilitasi siswa
berinteraksi dengan subjek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi.
Keterlibatan berupa aktivitas belajar yang tidak hanya mendengarkan, tetapi
melibatkan potensi yang ada pada siswa, seperti berfikir kreatif, logis dan
sistematis. Selain itu, model pembelajaran picture and picture mengunakan
media gambar untuk menarik perhatian dan minat siswa, sehingga motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
serta keaktivan siswa muncul dan keterampilan menulis khususnya cerita
pendek akan dikuasai dengan baik oleh siswa.
c. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Pengertian model pembelajaran picture and picture menurut Elin
Rosalin (2008: 125) yaitu sajian informasi kompetensi, sajian materi,
perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan
gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,
guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi.
Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2010: 278) mendefinisikan
model pembelajaran picture and picture adalah strategi pembelajaran yang
dibuat guru dengan menyajikan gambar yang disusun secara acak kemudian
menyuruh siswa untuk mengurutkan gambar tersebut menjadi susunan yang
logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini
menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan.
Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Model pembelajaran picture and picture di populerkan sekitar tahun
2002 dan mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Picture and picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau
dirutkan menjadi urutan yang logis. Model ini sangat cocok untuk
pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi
model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan
kemasan dan kreatifitas yang diciptakan oleh guru
(http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-
picture/html).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran picture and picture adalah suatu rencana atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
strategi pebelajaran yang dijadikan acuan atau pedoman guru yang di dalam
proses pelaksanaannya meliputi sajian informasi kompetensi, sajian materi,
perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan
gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,
guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi.
d. Penerapan Model Picture and Picture Dalam Pembelajaran
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam
bentuk pertanyaan atau memberikan jawaban dalam pembahasan materi
pembelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak boleh
langsung menyalahkan jika jawaban tersebut memang salah, akan tetapi guru
mengganti pertanyaan yang sifatnya mengarahkan agar siswa dapat memberi
jawaban yang benar. Adapun sikap guru kepada siswa yang menjawab
dengan benar yaitu guru berusaha mengetahui alur pemikiran siswa tersebut
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya lebih lanjut.
Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42) langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1). Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-
indikator ketercapaian Kompetensi Dasar, sehingga sampai dimana KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.
2). Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar merupakan sesuatu yang sangat
penting. Dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena
guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang
selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3). Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya. Dalam pelajaran bahasa
Indonesia siswa dapat menceritakan kronologi atau urutan cerita atau
maksud dari gambar yang ditunjukkan. Dengan Picture atau gambar guru
akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan.
4). Guru menunjukkan atau memanggil siswa secara bergantian memasang
atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan
secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah
satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah
ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.
5). Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu mengajak siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan
Kompetensi Dasar dengan indikator yang akan dicapai.
6). Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan
indikator yang telah ditetapkan.
7). Kesimpulan atau rangkuman.
Model pembelajaran picture and picture sangat menyenangkan
diterapkan di SD, karena menggunakan media gambar dan warna yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menarik serta ukuran besar yang menimbulkan motivasi siswa. Selain itu
model pembelajaran ini juga melatih siswa berpikir secara logis dan
sistematis dalam pengurutan gambar. Dengan demikian siswa akan lebih
aktif dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Manfaat Model Pembelajaran Picture and Picture
Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menangkap materi
yang disampaikan, maka guru harus menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan siswa. Untuk tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas rendah,
model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang bersifat
menyenangkan. Jadi di dalam proses belajar siswa dapat belajar sambil
bermain.
Model pembelajaran picture and picture memberi beberapa manfaat
di dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1). Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika
menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa akan
mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Karena dengan model
pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati
gambar.
2). Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
Dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture, maka guru
akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini
dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami
kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di
dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut
perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang
diberikan oleh guru.
3). Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan
penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan
menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu memasangkan
gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk
menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktivan siswa akan
meningkat.
4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang
telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis
maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur
(berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan
gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar
urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari
pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir
logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan
oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi
pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati
gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami
materi pembelajaran.
f. Contoh Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan suatu model
pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang dipasangkan dan
diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan pengalaman dalam
proses belajar, dengan memfasilitasi siawa berinteraksi dengan objek, ide dan
kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan merupakan aktivitas belajar
yang tidak hanya mendengarkan, tetapi melibatkan potensi yang ada diri
siswa, seperti berpikir kreatif, berintepretasi, dan pemecahan masalah dapat
berkembang lebih efektif.
Berikut ini adalah contoh gambar yang digunakan dalam
pembelajaran dengan model picture and picture.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Memancing
1). 2).
3). 4).
Gambar 1. Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture and Picture
Gambar 1 merupakan contoh media dalam model pembelajaran
picture and picture yang ditunjukkan dengan penyusunannya yang acak,
kemudian siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang
logis dan sistematis. Logis yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sistematis berarti
menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur. Setelah
itu, siswa menyusun kalimat pada setiap gambar. Selanjutnya siswa diminta
untuk membuat cerita dengan mengembangkan kalimat yang telah dibuat
menjadi paragraf dalam bentuk cerita.
Dengan begitu siswa akan terlatih untuk menulis dan sebaiknya
kegiatan pembelajaran menulis dengan model pebelajaran picture and picture
dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian keterampilan menulis
cerita khususnya cerita pendek akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek
a. Pengertian Keterampilan
Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan
kecepatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002: 180), dikemukakan bahwa keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. Seseorang dapat dikatakan terampil bila sudah
cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang
memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil
tugas yang dikerjakan.
Tri Budiarto (2008: 1-2) juga mengungkapkan pengertian
keterampilan berasal dari kata “terampil yang artinya adalah mampu
bertindak dengan cepat dan tepat”. Istilah lain dari terampil adalah cekatan,
cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga
kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
baik dan cermat.
Menurut pendapat Aksay secara morfologis istilah keterampilan
diambil dari skill maka memuat arti kemampuan mengerjakan sesuatu dengan
baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan
(http://aksay.multiply.com/journal/item/20).
Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan keterampilan
dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan dikatakan terampil bila selalu
melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan dapat dilakukan
sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya
keterampilan menulis. Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh
kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar
(http://saifulmmuttaqin. blogspot. com/2010/03/pembelajaran-ketrampilan.
html).
Menurut berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan keterampilan
merupakan keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di mana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan kebiasaan seseorang belajar
dan berlatih secara berkesinambungan.
b. Pengertian Menulis
Imron Rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa menulis merupakan
“kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang yang
diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat
dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak
langsung”.
Menurut H. G . Tarigan (2008:22) menulis adalah “menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami seseorang, sehingga orang-orang dapa membaca lambang-
lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran dan
grafik tersebut”.
Selain itu pengertian menulis menurut (http://42explore.com/
writing.html). Writing is the expression of language in the form of letters,
symbols, or words. The primary purpose of writing is communication Artinya
menulis adalah ekspresi bahasa dalam bentuk huruf, simbol, atau kata-kata.
Tujuan utama penulisan adalah komunikasi
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan
dalam bentuk bahasa tulis (http://definisi-
pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.html). Menulis
merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses menulis mencakup serangkaian
kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topic yang akan di bahas sampai
penulisan akhir (Sabarti Akhadiah dkk, 1997: 2). perasaan melalui tulisan
untuk disampaikan kepada pembaca.
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 2.1) untuk mencapai
suatu tulisan yang baik sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, tentu saja
akan berhubungan pula dengan keefektifan dalam menggunakan kalimat. Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pemberitahuan kepada penerima (pembaca) sesuai dengan yang ada dalam
benak si penyampai (penulis). Dengan kalimat efektif, penulis akan
mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan memahami
gagasan penulis dengan jelas pula.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan
menulis adalah serangkaian kegiatan yang kompleks yang memerlukan
tahapan-tahapan, dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca
dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan.
c. Tahap-Tahap Dalam Menulis
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang
terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus
(2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi:
1). Tahap prapenulisan.
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap
mencari,menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalaman yang dperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain
dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan
baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya.
Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan
secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta
membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.
Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang
akan ditemui serta penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil
tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas
memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan
atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau
gagasan dalam bentuk karangan.
2). Tahap penulisan.
Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka
karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk
menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat
dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi
yang telah dipilih dan dikumpulkan.
Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil
keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis
informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di
dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara
pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu
saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topik, tujuan, corak
karangan, dan pembaca karangan.
3). Tahap pascapenulisan.
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram
yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan
perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang
suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan
memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah
untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu
disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau
penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan
revisi atau perbaikan karangan dilakukan.
Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian,
penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur
karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya.
Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti
yang disebabkan oleh kesalahan unsur-unsur mekanik, kegiatan
perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan.
Tetapi untuk revisi berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan,
contoh atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau
bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
selesai. Bila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat biasanya
diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite).
Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a). Membaca keseluruhan karangan;
b). Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan
apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan
disempurnakan; serta
c). Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus
dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang
penulis dalam proses tulis menulis.
Menurut Amir dan Rukayah (1996: 77) sebelum melaksanakan
pembelajaran menulis guru harus membuat suatu perencanaan terlebih dahulu
dengan memperhatikan:
a). Kegiatan belajar menulis harus dimulai dengan kegiatan mendengarkan,
berbicara, dan membaca, sebab siswa SD belum memiliki kemampuan
yang mendalam untuk menalar ide atau gagasan secara sendiri-sendiri.
b). Kegiatan pembelajaran menulis harus dimulai dengan latihan-latihan pola
kalimat, mengisi titik-titik, menyelesaikan kalimat atau paragraf, atau
menulis bebas.
c). Pembelajaran menulis dapat pula dilatihkan mulai dari mengarang
ataupun paragraf atau menulis bebas.
d). Karangan hendaknya ditulis dengan alasan:
(1). Fungsional, maksudnya pembelajaran menulis tidak hanya untuk
meningkatkan keterampilan mengemukakan ide atau gagasan secara
tertulis dengan ejaan yang benar, tetap juga tulisannya itu harus
berguna bagi kehidupan siswa, baik untuk mempelajari bidang studi
lain, maupun bagi kehidupannya di masyarakat kelak. Misalnya
menulis surat, menulis undangan, menjelaskan suatu objek dan lain-
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(2). Ekspresif, yaitu untuk mengungkapkan perasaa atau emosi yang
sesuai dengan lingkungan budayanya. Misalnya menulis puisi,
prosan dan drama.
(3). Pengembangan teknik, yaitu pengembangan keterampilan mulai dar
penulisan judul, cara pengembangan paragraph sampai dengan
menulis karangan yang baik seperti menulis cerita dengan ejaan yang
benardan sebagainya.
(4). Pengembangan keterampilan menulis antara lain.
(a). Pengembangan tulisan tangan dan cetak.
(b). Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf capital, ejaan dan
kosa kata.
(c). Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa.
(d). Pemilihan cara penulisan sesuai dengan tujuuannya.
(e). Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri,
memperbaiki dan memeiksa hasil karangan sendiri.
(f). Menyusun karangan dan keterampilan mengorganisasikan idea
tau gagasan secara efektif, misalnya menulis majalah dinding.
(g). Akhirnya siswa harus mempelajari keterampilan menulis untuk
kepentingan sendiri atau bekerja. Dalam hal ini guru harus dapat
memberikan dorongan agar siswa gemar mengarang misalnya
menuliskan hal-hal atau kegiatan yang disaksikan, dirasakan
maupun dialami sendiri ke buku hariannya.
d. Tujuan Menulis
Menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan
menulis, antara lain:
1). Assigment Purpose (tujuan penugasan).
Penulis menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.
Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat
cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya.
2). Altruistic Purpose (tujuan altruistik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca
menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman”
hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu
idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah
tujuan altruistik dapat tercapai.
3). Persuasive Purpose (tujuan persuasi).
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan
kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan
semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan
sebuah produksi barang dagangan.
4). Informatical Purpose (tujuan informasional).
Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi
informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha
menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang
diinformasikan oleh penulis.
5). Self Expressive (tujuan pernyataan diri).
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya
kepada para pembaca.
6). Creative Purpose (tujuan kreatif).
Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai
artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di
sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu.
Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya
sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu
membaca tulisan tersebut.
7). Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah).
Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para
pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
e. Manfaat Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang
dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabartiah, dkk (1994: 1)
ada beberapa manfaat menulis antara lain:
1). Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.
2). Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau
pemikiran yang akan dikemukakan.
3). Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berfikir,
baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan.
4). Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui
kegiatan menulis.
5). Melalui kegiatan tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.
6). Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapt dipecahkan dengan
lebih melalui tulisan.
7). Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar membaca lebih giat.
Penulis menjadi penemu atu pemecah masalah bukan sekedar menjadi
penyadap informasi dari orang lain.
8). Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berfikir dan
berbahasa secara tertib.
f. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan dalam pembelajaran mencakup beberapa aspek. Salah
satu aspek keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan menulis.
Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan
perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan menulis bagi siswa
adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas
sekolah. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk
SD (Mulyono Abdurrahman, 2003: 223).
Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam
cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan
komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca
merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah
satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang
penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan
maksudnya.
St. Y. Slamet (2008: 96) berpendapat bahwa keterampilan menulis
merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang
sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam
dunia kepenulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi
sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang
sesungguhnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan banyak yang
menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat. Padahal sebenarnya
seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara
untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara
langsung atau melatih dirinya sehingga terampil.
Sedangkan menurut Agus Suriamiharja (2003: 25) keterampilan
menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis
yang mudah dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain
yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa
tersebut.
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam bidang tulis menulis (http://www.anneahira.com/pengertian-
keterampilan-menulis.html). Keterampilan menulis bukan pekerjaan profesi
juga bukan pekerjaan sembarangan. Dikatakan demikian karena menulis
selain membutuhkan penalaran juga membutuhkan acuan agar tulisan yang
disajikan dapat dipahami secara sempurna. Keterampilan menulis diawali
dengan rajin membaca. Salah satu kendala lemahnya minat menulis
disebabkan karena kurangnya kegiatan membaca. Sebenarnya keterampilan
menulis bila diminati dan dibutuhkan, maka pekerjaan itu tidak terasa sulit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Sulit dan mudah itu tergantung penilaian dan kebiasaan seseorang. Bisa
karena biasa.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh
seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang
menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intensif, maka
seseorang dapat terampil menulis.
Linda Campbell (1996: 21) berpendapat tentang hubungan
keterampilan menulis dengan aspek keterampilan yang lain yaitu:
“Writing cannot be segregated from other language acts. It is
reinforced by speaking, listening and reading. Fully incorporating
language arts activities into all content areas helps students
communicate more effectivelly as well as learn more thoroughly. As
in speech writing carries ideas from one person to another, with
distinct purposes and meanings. Students, through a variety of
writing activities, can develop a sense of audience and perceive
writing as a relevant act occuring between themselves, other any
society”.
Yang berarti, menulis tidak dapat dipisahkan dari tindakan bahasa lainnya.
Hal ini diperkuat dengan berbicara, mendengarkan dan membaca. Penuh
menggabungkan kegiatan seni bahasa ke dalam semua area konten membantu
siswa berkomunikasi dengan lebih secara efektif serta belajar lebih teliti.
Seperti dalam pidato tertulis membawa ide dari satu orang ke orang lain,
dengan tujuan yang berbeda dan makna. Siswa, melalui berbagai kegiatan
menulis, dapat mengembangkan rasa penonton dan menganggap menulis
sebagai tindakan yang relevan yang terjadi antara mereka sendiri, lainnya
masyarakat mana pun.
g. Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Perkembangan pragmatik anak atau penggunaan bahasa merupakan
hal yang paling penting dalam bidang pertumbuhan bahasa pada usia sekolah.
Anak-anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan berbagai macam
cerita. Cerita-cerita anekdot yang paling banyak mereka hasilkan. Isinya
tentang hal-hal yang terjadi di rumah mereka masing-masing dan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
masyarakat sekitarnya. Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya
sudah diperkenalkan pada usia prasekolah, meskipun masih sangat sederhana,
yakni selama kegiatan mengasuh anak. Dengan demikian ketika anak
memasuki sekolah dasar, anak-anak tidak merasa asing lagi dengan
pembelajaran membuat cerita (http//www.
artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.html).
Menurut Darmiyati Zucdi dan Budiasih (2001: 10) mengatakan
bahwa anak-anak berumur enam tahun sudah mulai dapat membuat cerita
sederhana atau pendek tentang acara televisi atau film yang mereka lihat.
Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur, sedikit demi sedikit.
Pada usia tujuh tahun anak-anak sudah mulai bisa membuat cerita yang agak
padu. Cerita di tulis dengan menggunakan bahasa yang sudah lumayan bagus
dan sedikit dapat dipahami oleh orang lain. Pada umur delapan tahun anak
sudah mulai memiliki daya imajinasi yang tinggi yang ditandai dengan
penggunaan kalimat misalnya“ akhirnya mereka hidup bahagia ”. Selain itu
pengguaan struktur cerita semakin jelas untuk dipahami.
Menurut Ismail (2001: 37)) keterampilan menulis cerita pendek
adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan ide atau gagasan dalam
bentuk cerita pendek dengan bahasa tulis, serta kalimat yang digunakan di
dalam cerita ini masih bersifat sederhana.
Di dalam (http//:www.cerita-cerita.html) menjelaskan bahwa di
dalam pembuatan cerita pendek tidak memerlukan waktu yang lama untuk
membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada cerita-cerita yang
lain, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerita pen sering disebut
bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerita
pendek pun menggunakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika
dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti lebih
kompleks.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerita pendek
adalah keahlian atau kecekatan yang dimiliki seseorang dalam menulis cerita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam bentuk sederhana, dengan menngunakan bahasa yang mudah
dimengerti serta cerita tersebut mudah dipahami isinya oleh pembaca.
h. Syarat-Syarat Penulisan Cerita Pendek
Menurut St. Y. Slamet (1996: 39) membuat cerita untuk anak-anak
tidak sama dengan mengarang cerita untuk orang dewasa, karena anak-anak
bukanlah manusia dalam ukuran kecil. Sesuai dengan keadaan jiwanya yang
sedang tumbuh, bacaan dapat menimbulkan beberapa pengaruh dalam diri
anak-anak itu. Dalam menulis cerita anak, harus memperhatikan beberapa
sifat yang umum pada anak-anak. Sifat-sifat tersebut diantaranya:
1). Anak-anak belum sanggup menangkap suatu maksud yang diungkapkan
secara bertele-tele dan dengan cara sindiran atau kiasan.
2). Dalam diri anak-anak daya fantasi masih sangat kuat. Kadang-kadang
mereka sukar membedakan dunia khayal dengan dunia kenyataan.
Sebagai contoh, mereka berusaha mengusir nyamuk yang menggigit
boneka kesayangannya. Kalau kaki mereka tersandung pada meja, meja
itulah yang kena marah.
3). Anak-anak gemar meniru sifat-sifat pelaku cerita itu, walaupun sebagian
saja. Misalnya tentang kejujurannya, kesetiaannya, atau cara tokoh itu
bercakap-cakap.
4). Anak-anak belum sanggup mencernakan secara tepat makna tentang
hidup dan mati, dan masalah kehidupan orang dewasa.
Mengingat sifat-sifat tersebut di atas, maka sebaiknya cerita anak
ditulis dengan beberapa ketentuan, misalnya:
1). Bahasa yang dipergunakan hendaknya sederhana, kalimatnya pendek-
pendek tetapi jelas. Pengungkapan sesuatu sebaiknya secara langsung,
bentuk dialog kadang-kadang membuat cerita lebih menarik.
2). Mengingat besarnya peranan fantasi pada anak-anak, maka tokoh atau
pelaku cerita dapat diambil dari binatang, tumbuh-tumbuhan dianggap
mampu bercakap-cakap seperti manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3). Sifat suka meniru sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak-
anak melalui cerita. Oleh karena itu, penonjolan sifat yang baik pada
pelaku cerita perlu diperhitungkan, agar bacaan tersebut besar
manfaatnya bagi anak-anak.
4). Pilihan tema cerita yang sesuai dengan dunia anak-anak. Jangan memilih
tema yang pelik, sukar dan dianggap belum pantas disajikan untuk
bacaan mereka.
i. Pentingnya Pembelajaran Keterampilan Menulis Di Sekolah Dasar
Keterampilan menulis adalah salah satu kemampuan bahasa yang
semakin penting untuk dikuasai. Hal ini erat kaitannya dengan pengabdian
budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan
nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota
masyarakat memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok
untuk budaya tersebut. Salah satu kemampuan yang terpenting adalah
membaca dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa tulis yang
bersifat produktif, artinya keterampilan menulis ini merupakan keterampilan
yang menghasilkan, yaitu menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan
yang memerlukan keterampilan yang bersifat kompleks. Keterampilan yang
diperlukan antara lain keterampilan berfikir secara logis, keterampilan
mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dan keterampilan
menerapkan kaidah-kaidah dengan baik (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih,
2001: 72).
Keterampilan-keterampilan yang diperlukan itu diperoleh melalui
proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa
harus mulai dari tingkat awal atau tingkat permulaan. Mulai dari pengenalan
lambang-lambang bunyi. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari
tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi
dasar peningkatan dan pengembangan keterampilan menulis siswa
selanjutnya. Apabila dasar itu baik, maka dapat diharapkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pengembangannya pun akan baik pula dan apabila dasar itu kurang baik atau
lemah maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik.
Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis, khususnya cerita
pendek guru memperhatikan bahan ajar menulis dan metode pengajaran serta
pendekatan belajar yang tepat dalam pengajaran menulis. Pengajaran menulis
difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat
sederhana, dan tanda baca (huruf capital, titik, koma dan tanda tanya).
Cara-cara mengajarkan atau metode pengajaran menulis dan tahap-
tahap dalam menulis menurut Ahmad Rofi,udin dan Damiyati Zuchdi (2001:
54) adalah:
1). Pengenalan huruf kegiatan yang dilakukan melalui langkah-langkah: a)
menyajikan gambar; b) menyebut dan menulis nama yang terdapat
dalam gambar; c) memperkenalkan bentuk huruf-huruf.
2). Latihan menulis, kegiatan yang dilakukan: a) memegang pensil dan sikap
duduk; b) gerakan tangan dalam menulis; c) menjiplak, d)
menghubungkan titik-titik untuk membuat huruf, dan e) menatap huruf
atau kata (koordinasi mata, ingatan dan ujung jari).
3). Menyalin menulis, kegiatan yang dilakukan; a) menyalin huruf; b)
menyalin kata; c) menyalin kalimat, dan d) menyalin bacaan sederhana.
4). Menulis halus atau indah kegiatan yang dilakukan; a) penekanan
diarahkan pada bentuk huruf; b) ukuran huruf; c) tebal tipisnya penulisan
huruf; d) menyalin bacaan sederhana.
5). Dikte atau imla, kegiatan yang dillakukan dalam dikte meliputi; a) anak
menyiapkan alat tulis guru menucapkan kalimat; b) anak menulis kalimat
yang diucapkan guru; c) tulisan akan dikoreksi temannya; d) anak
membetulkan tulisannya.
6). Melengkapi, kegiatan yang dilakukan meliputi; a) melengkapi dengan
huruf; b) melengkapi dengan suku kata; c) melengkapi dengan kata.
7). Menulis nama, kegiatan yang dilakukan adalah; a) memfokuskan
penulisan nama benda atau gambar; b) nama orang; c) nama hewan; d)
nama binatang; e) nama jalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
8). Mengarang, mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita
sederhana, atau pengalaman anak.
j. Bentuk Model Pembelajaran Keterampilan Menulis
Menurut St. Y. Slamet (2007: 144) disebutkan ada berbagai bentuk
atau model pembelajaran keterampilan menulis diantaranya:
Model 1: Menjiplak.
Sesuai dengan tingkat kesulitannya ada berbagai macam menjiplak
dalam belajar keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
yaitu:
1). Menjiplak huruf, misalnya:
2). Menjiplak kata, misalnya:
a). Melati Tanpa bantuan gambar
b). Melati Dengan bantuan gambar
3). Menjiplak Kalimat, misalnya:
a). Ibu pergi ke toko
b). Gambar toko Ibu pergi ke toko
c). Menjiplak wacana sederhana, misalnya:
a
i u N k Aa Ii Uu Nn Kk
a
i u n k
A
I U N K
………………………
………………………
………………………………………………………………………
…………..
………………………………………………………………………
…………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Namaku Ariel
Nama ayahku Sutarno
Nama ibuku Sri Sugiyatmi
Sedangkan nama nenekku Suharsi
Setelah siswa menjiplak kata, kalimat, atau wacana dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilanjutkan dengan aspek pemaduan pembelajaran kete-
rampilan menulis dengan membaca.
Model 2: Menyalin.
Menyalin biasanya dimulai dari tingkatan kata, kalimat, sampai pada
wacana, menyalin bisa dari:
1). Kata, kalimat, wacana, yang menggunakan huruf lepas.
2). Kalimat dan wacana yang menggunakan huruf lepas ke huruf latin atau
sebaliknya.
Model 3: Menatap.
Menatap biasanya dilakukan dengan cara mengamati obyek agar
siswa dapat membahas obyek tersebut. Obyek tersebut bisa berupa gambar
kata, gambar kalimat, serta obyek asli.
Model 4: Menyusun.
Kegiatan menyusun paling sederhana adalah menyusun huruf
menjadi kata, dilanjutkan dengan menyusun kata menjadi kalimat, dan
kalimat menjadi wacana, seperti tergambar berikut ini:
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
I P r e g
nasi memasak ibu
Kegiatan menyusun tersebut dapat dipadukan dengan aspek
pembelajaran lain seperti tergambar berikut:
Model (5): Melengkapi
Model 5: Melengkapi.
Kegiatan melengkapi dapat berupa melengkapi kalimat yang
sebagian katanya dihilangkan dan biasanya juga melengkapi kalimat-kalimat
dalam wacana, misalnya:
1). Melengkapi kalimat.
2). Melengkapi wacana.
…………………………………………….
…………………………………………….
Kesenangannya bermain voly
Aku senang bermain-main
Adikku juga senang bermain
Kesenanganku bermain
1. ……………………………………………
2. ……………………………………………
3. ……………………………………………
4. ……………………………………………
a. Huruf – kata
b. Kata-kata – kalimat
c. Kalimat – wacana
Pemahaman
Dilanjutkan dengan
latihan:
a. Membaca atau
mengucapkan
b. Menyimak
Ibu ……………… ke toko
Andi …………….. bola
Arini belajar ………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Kegiatan melengkapi dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran
yang lain seperti tergambar berikut:
Melengkapi Pemahaman Penggunaan
Model 6: Menulis halus.
Menulis halus bertujuan agar siswa mampu menulis dengan tepat,
terbaca dan rapi. Menulis kata dalam bentuk kalimat atau wacana dengan
menggunakan huruf bebas atau latin, misalnya:
Model (7): Dikt
Model 7: Dikte.
Dikte adalah kegiatan mendengarkan kata, kalimat atau wacana
kepada siswa dan meminta mereka untuk menuliskan apa yang telas didengar.
Dikte dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran lain seperti tergambar
berikut:
Anak rajin
Rini anak yang ……. belajar. Setiap hari …….
buku. Dia paling ……. belajar Bahasa Indonesia.
Mata pelajaran lain pun ………….. pelajari. Karena
itu dia naik ……. dan mendapat ranking satu.
Kalimat
wacana
Analisis:
a. Huruf besar –
kecil
b. Tanda baca
Dilanjutkan latihan:
a. Membaca/mengu
capkan
b. Menyimak
Ahmad pergi ke masjid ………………………………………………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
N
Model 8: Mengarang.
Mengarang dapat dibedakan menjadi:
a. Mengarang dengan bantuan gambar.
b. Mengarang tanpa bantuan gambar, kegiatan ini biasa dilakukan
berhubungan dengan pengalaman anak.
k. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar
belajar keterampilan sesuai dengan harapan, maka perlu memperhatikan
factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor
intern dan faktor ekstern (Slameto, 1997: 54). Adapun faktor intern dan
ekstern dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Faktor intern.
Di dalam faktor intern ini ada tiga faktor yaitu jasmani, psikologis,
dan kelelahan.
a). Faktor jasmaniah, terdiri dari:
(1). Faktor kesehatan.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya
terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, maka
haruslah mengusahakan kesehatan badannya dengan cara
mengindahkan ketentuan-ketentuan belajar, istirahat yang
cukup, makan, dll.
Dikte
Kata. Kalimat,
wacana
Ditulis
Pemahaman
Analisis:
a. (suku) kata
b. Huruf
besar/kecil
c. Tanda baca
Penggunaan
Dilanjutkan dengan
latihan
a. Membaca/mengu-
capkan
b. Menyimak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(2). Cacat tubuh.
Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar siswa,
misalnya: buta, juling, lumpuh, tuli, dan lain-lain. Jika ini terjadi
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.
b). Faktor psikologis.
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani „psyche‟
yang berarti jiwa dan logos‟ yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah
psikologi berarti ilmu jiwa.
(1). Intelegensi.
Inteligensi artinya kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif. Mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengatahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Apabila
siswa mempunyai inteligensi tinggi akan lebih berhasil dari pada
yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.
(2). Perhatian.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbulah kebosanan, sehingga ia tidak tertarik untuk mengkuti
pembelajaran.
(3). Minat.
Minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal
tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung
dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai
dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu
dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang
menjadi keinginannya. Bila belajar tidak sesuai dengan minat
siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. Karena tidak
ada daya tariknya. Bahan pelajaran yang menarik dan sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan minat siswa, siswa lebihmudah menangkap, mempelajari
dan menyimpan bahan ajar. Minat siswa sangan mendukung
kegiatan belajarnya.
(4). Bakat.
Bakat adalah kemampuan anak belajar. Bakat merupakan
kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang
memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa
mendatang. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai
dengan bakatnya, maka hasil belajar siswa lebih karena siswa
senang dalam belajar.
(5). Motif.
Dalam proses belajar haruslah diprhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motif itu
dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh
lingkungan yang memperkuat dalam kegiatan belajar.
(6). Kematangan.
Kematangan penting sekali di dalam proses pembelajaran. Anak
akan mampu mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan apabila
sudah mencapai kematangan dari fungsi organ tertentu. Jadi
apabila anak belum mencapai tingkat kematangan akan tetapi
dipaksa untuk belajar, maka akan sia-sia saja dan kemungkinan
belajar tidak akan berhasil.
(7). Sikap.
Keberhasilan belajar siswa akan bisa diperoleh apabila
seseorang mempunyai sikap positif terhadap belajar yaitu
memahami benar akan pentingnya belajar yang hasilnya
digunakan untuk kehidupan mendatang, dan sebaliknya
keberhasilan akan menurun apabila mempunyai sikap negative
yaitu menganggap bahwa belajar bukanlah hal yang penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c). Faktor Kelelahan.
Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan
tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini terasa pada bagian kepala dengan
pusing-pusing sulit untuk berkonsentrasi.Kelelahan jasmani maupun
rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat,
rekreasi, olahraga teratur serta mengimbanginya dengan makan
makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2). Faktor ekstern.
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan
menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a). Faktor keluarga.
Keluraga merupak satuan kecil masyarakat yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Peran rang tua yang kurang memperhatikan pendidikan
anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
Maka cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anak. Yang terpenting adalah relasi antara angota keluarga
yaitu relasi antara orang tua dan anaknya. Misalnya hubungan yang
penuh dengan kasih sayang dan perhatian serta pengertian, tidak
diliputi dengan rasa kebencian.
Suasana rumah juga merupakan factor yang penting bagi anak
untuk melangsungkan kegiatan belajar. Suasana rumah yang gaduh
tidak akan memberikan ketenagan kepada anak sehingga belajar akan
terganggu,selain itu keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya
dengan hasil belajar anak. Anak yang sedang belajar juga harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian,
perlindungan, kesehatan, dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar meja, kursi, buku-buku, alat tulis menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Jika keluarga kurang memenuhi kebutuhan anaknya akan berakibat
belajar anaknya juga terganggu.
b). Faktor sekolah.
Sekolah merupakan tempat kedua untuk pembentukan
kepribadian anak. Selain itu jg memberikan hasil berupa
berkembangnya pengetahuan anak dalam memperoleh ilmu. Faktor-
faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar siswa seperti:
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode dan teknik
belajar di sekolah.
c). Faktor masyarakat.
Masyarakat merupakan kumpulan dari individu yang di dalamnya
mempunyai tujuan dan pedoman hidup, dan hidup bersama dalam
berbagai bidang kehidupan. Anak yang terjun di masyarakan juga
akan berubah tingkah lakunya karena anak terbiasa berinteraksi
dengan orang-orang, megeluarkan ide dan gagasan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemajuan masyarakat.
(a). Kegiatan siswa dalam masyarakat.
Apabila siswa terlalu banyak ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan social
keagamaan, belajar akan terganggu. Karena waktu dan tenaga
anak sebagian besar dihabiskan untuk kegiatan masyarakat,
sehingga anak ketika pulang akan terasa lelah yang pada akhirnya
anak tidak mempunyai minat untuk belajar. Orang tua perlu
mengatur dan mengontrol serta membatasi kegiatan anak dalam
masyarakat.
(b). Mass media.
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, televise, radio,
surat kabar dan lain-lain. Mass media yang baik adalah
memberikan pengaruh positif bagi anak misalnya tentang
pendidikan. Sebaliknya mass media yang jelek akan berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
negatif bagi anak misalnya tayangan televisi mengenai
perkelahian.
(c). Teman bergaul.
Agar siswa belajar dengan baik, maka perlu diusahakan supaya
siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari porang tua dan
pendidik. Teman bergaul anak menjadi salah satu media belajar
dan motivator belajar anak. Anak akan merasa senang belajar bila
teman bergaul itu setingkat usia perkembangannya serta
motivasinya yang menjurus pada kegiatan yang positif.
l. Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran
sehingga penilaian tidak mungkin dilepaskan dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran secara umum. Dalam penilaian kemajuan siswa dapat dilihat
sehingga memudahkan dalam menentukan langkah yang akan ditempuh.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan
(Burhan Nurgyantoro, 2001: 40).
Penilaian yang dilakukan di dalam penelitian ini ditujukan pada
keterampilan menulis khususnya cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar. Pengambilan nilai berdasarkan pada 2 aspek yaitu aspek
psikomotor dan aspek kognitif. Aspek psikomotor meliputi sikap duduk, cara
memegang pensil, bentuk huruf dan kerapian tulisan. Sedangkan aspek
kognitif meliputi pemilihan kata, isi cerita, kebahasaan dan pengorganisasian.
Setelah pengambilan nilai terhadap 2 aspek dilakukan, kemudian diadakan
penghitungan total nilai yakni dengan cara menambahkan jumlah skor aspek
psikomotor dam kognitif kemudian dibagi dua. Setelah itu, hasil nilai
dibandingkan dengan KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Penelitian yang Relevan
Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture
and Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI
IPA3 SMAN 8 Surakarta Pada Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu persentase rata-rata dari indikator motivasi belajar siswa
berdasarkan data lembar observasi pada pra siklus sebesar 46,49%, siklus I
sebesar 84,31% dan siklus II sebesar 85,13%. Persentase rata-rata dari indikator
aktivitas belajar siswa berdasarkan data lembar observasi pada pra siklus sebesar
30,72%, siklus I sebesar 79,14% dan siklus II sebesar 86,87%. Persentase rata-rata
dari indikator motivasi belajar siswa berdasarkan data angket pada pra siklus
sebesar 67,45%, siklus I sebesar 80,79% dan siklus II sebesar 80,18%. Persentase
rata-rata dari indikator aktivitas belajar siswa berdasarkan data angket pada pra
siklus sebesar 67,73%, siklus I sebesar 80,89% dan siklus II sebesar 80,45%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model
Pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran.
C. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal nilai siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
yaitu keterampilan menulis khususnya cerita pendek siswa kelasa II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar tergolong rendah, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: 1 Pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
menulis, siswa tidak dibiasakan oleh guru untuk menulis atau menggali
pemikirannya, untuk dituangkan dalam tulisan. Sehingga ketika guru menyuruh
siswa untuk menulis cerita siswa tampak mengalami kesulitan. Siswa tidak tahu
apa yang harus ditulis. Siswa terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama
untuk memulai tulisan. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank
page syndrome) atau tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Siswa takut salah, takut
berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru. 2) Guru dalam melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru masih sering
menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi. Guru kurang
memancing keaktivan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga
siswa merasa bosan atau jenuh dan pada akhirnya nilai keterampilan menulis
siswa khususnya cerita pendek rendah.
Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan sebuah model
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
menulis. Model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan adalah Model
pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran picture and picture
diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan gambar dan
dipasangkan atau dirutkan menjadi urutan yang logis. Model Pembelajaran picture
and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga
sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan. Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul
dalam mengikuti proses pembelajaran. Manfaat penggunaan model pembelajaran
picture and picture diantaranya: 1). Memudahkan siswa untuk memahami yang
dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran; 2). Guru lebih
mengetahui kemampuan masing-masing siswa; 3). Kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih menyenangkan; 4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam
menyampaikan gagasan; 5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas
tugas yang diberikan oleh guru.
Setelah pembelajaran diberikan dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture, keterampilan menulis cerita pendek pada siswa
kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat. Penelitian ini direncanakan
dalam dua siklus dan diakhiri sampai diperoleh hasil yang mencapai 75% siswa
kelas II memperoleh nilai ≥ 60.
Kerangka berpikir di dalam penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi Awal Guru masih menggunakan
model pembelajaran
konvensional
Keterampilan menulis
cerita siswa rendah
Tindakan
Siklus I
Menuliskan ciri-ciri
binatang dalam bentuk
cerita pendek
Keterampilan menulis cerita
pendek siswa meningkat melalui
penggunaan model pembelajaran
picture and picture
Siklus II
Menuliskan ciri-ciri
tumbuhan dalam
bentuk cerita pendek
Kondisi Akhir
Penerapan model
pembelajaran picture
and picture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diungkap,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran picture
and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa
kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri 01 Jaten semester II
tahun pelajaran 2010/2011, yang beralamatkan di jalan Lawu no. 96 Solo -
Karanganyar, Kelurahan Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Alasan
penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten yaitu karena permasalahan yang
muncul dan SD Negeri 01 Jaten merupakan tempat Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) peneliti, sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Peneliti merencanakan penelitian selama 5 bulan yaitu mulai bulan
Januari 2011 s.d. Mei 2011. Siklus I dapat dilaksanakan mulai tanggal 14 s.d 26
Februari 2011 dan silus II dilaksanakan pada tanggal 28 s.d 01 Maret 2011.
Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan dan
pengajuan proposal
2. Mengurus izin
penelitian
3. Persiapan Penelitian
4. Pelaksanaan Siklus I
5. Pelaksanaan Siklus II
6. Penyusunan laporan
dan penjilidan skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar, yang berjumlah 39 siswa, terdiri dari 27 siswa putra
dan 12 siswa putri. Siswa kelas II sebagai subjek yang akan diamati kegiatan
pembelajarannya dan dikenai tindakan karena hanya ada beberapa siswa yang
memiliki keterampilan menulis cerita dengan baik atau nilai keterampilan menulis
masih di bawah KKM.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau istilah
dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Menurut
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa PTK adalah penelitian tindakan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. (Suharsimi Arikunto:
2008: 58). Penenlitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses
pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang
terencana dan terstruktur.
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kolaboratif yang melibatkan
beberapa pihak yaitu Kepala Sekolah, peneliti, guru kelas, dan karyawan Sekolah
Dasar Negeri 01 Jaten Karanganyar yang bertujuan untuk memperbaiki sistem
serta kinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan
hasil pembelajaran siswa.
Prinsip utama PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. PTK
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang melalui empat tahapan kegiatan, yaitu
perencanaan, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana tindakan sampai
dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
tindakan ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan
PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut pada tindakan
selanjutnya.
2. Strategi penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan
model siklus yaitu: (a) Perencanaan atau planning; (b) Tindakan atau acting; (c)
Pengamatan atau observing; (d) Refleksi atau reflection. Strategi pelaksanaan
penelitian tindakan kelas divisualisasikan pada gambar 3:
SIKLUS 1 SIKLUS 11
Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian (Sumber: Hopkins dalam
Mulyasa, 2009; 73)
Keterangan:
a. Perencanaan
Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
1. Perencanaan
nan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan
dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:
1). mengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus faktual
terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup
penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran dan
masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.
2). Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan
melatarbelakangi PTK.
3). Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun
kalimat pernyataan.
4). Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan
berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih
tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan
oleh guru.
5). Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data
yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
6). Membuat secara rinci rancangan tindakan.
b. Tindakan
Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan pada
tahap ini. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya
dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan tersebut
menjelaskan antara lain:
1). Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan.
2). Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru.
3). Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa.
4). Jenis model pembelajaran yang akan digunakan.
5). Jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan
disertai dengan penjelasan rinci penggunaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti dengan
kolabolator melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan
dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data
dilaksanakan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah
disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa.
d. Refleksi
Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
D. Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun
angka (Arikunto 1993: 91). Dalam penelitian ini ada 2 sumber data yang dapat
digali untuk memperlancar penelitian, yaitu:
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang
dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:
pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, wawancara, dan tes.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar
nilai, RPP, dan Silabus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknk pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar yang telah ditetapkan. Di dalam penelitian ini menggunakan
empat teknik pengumpulan data. yaitu:
1. Wawancara
Menurut Sandjaja dan Albertus Heriyanto (2006: 145) wawancara adalah
suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh pewawancara dengan
orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tujuan
wawancara yaitu untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam konteks
individu, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan
sebagainya untuk membangun berbagai hal sebagai bagian dari pengalaman masa
lampau dan memproyeksikan dengan hal-hal yang bias terjadi di masa yang akan
datang.
Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada guru kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar dan dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara
yang telah dibuat, baik sebelum (prasiklus) dan sesudah menggunakan model
pembelajaran picture and picture yang bertujuan menggali informasi guna
memperoleh data yang berkaitan dengan nilai matapelajaran Bahasa Indonesia
(menulis) kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar.
2. Observasi
Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 50) observasi adalah semua kegiatan
yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap
indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang
ditimbulkan dari tindakan terencana maupun akibat sampingnya. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dilakukan untuk membantu proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita
pendek tentang binatang dan tumbuhan) yang sedang berlangsung di kelas.
Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa
di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindkan, saat pelaksanaan tindakan
sampai akhir tindakan.Selain mengamati proses pembelajaran di kelas juga
mengamati kerja guru dalam mengelola kelas dan menerapkan model
pembelajaran picture and picture.
Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pembelajaran
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Sedangkan guru kelas berperan
sebgai pengamat jalannya proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini pengamat
mengambil posisi duduk di belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran
sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. . Observasi dilakukan dengan format check list. Alat ini berisikan
serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan
berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda
cek pada daftar kejadian
Hasil observasi didiskusikan bersama guru pengampu, kemudian
dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan ataupun kelebihan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture
and picture, kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati
bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus
berikutnya. Selain itu observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar
menjadi lebh efektif dan efisien. Observasi difokuskan pada proses dan hasil
tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Di daam
penelitian langkah-langkah observasi yang dilaksanakan yaitu: (1) perencanaan;
(2) pelaksanaan observasi kelas (classroom), (3) pembahasan balikan (feedback).
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127) tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Menurut Riduwan (2009: 76) tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan
kelompok. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dilakukan
Selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan siswa
dalam menulis cerita dengan model pembelajaran picture and picture. Tes ini
dilakukan pada setiap akhir tindakan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis (Arikunto 2006: 158). Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Kajian dokumen dilakukan pada
arsip atau dokumen yang ada. Metode ini digunakan untuk memperoleh data
berupa tindakan dan hasil observasi proses pembelajaran. Dokumen merupakan
bahan tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai sumber data (St. Y.
Slamet dan Suwarto, 2007: 5). Dokumen dapat dijadikan sumber data karena
dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk
meramalkan kondisi serta perkembangan kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, dokumen untuk menjaring data awal yangyang
berupa observasi awal dan daftar nilai keterampilan menulis cerita siswa kelas II
SD Negeri 01 Jaten Karanganyar ada pembelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan
untuk mengetahui perkembangan siswa, dokumen yang digunakan berupa foto
dan video selama proses pembelajaran, hasil observasi guru dan siswa, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan hasil evaluasi siswa.
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali, dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
setiap peneliti harus bisa memiliki dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan.validitas data yang diperolehnya. Ketepatan data tersebut tidak
hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik
pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya.
Cara yang digunakan untuk pengembangan validitas data berupa
triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola piker fenomenologi
yang bersifat multi perspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap
diperlukan tidak hanya satu cara pandang, melainkan bias dipertimbangkan
beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang
lebih mantap dan diterima kebenarannya (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007:55).
Triangulasi dalam penelitian ini adalah:
1. Triangulasi sumber data yaitu dengan cara mengumpulkan data yang sejenis
dari sumber data yang berbeda. Dengan teknik trianggulasi data diharapkan
dapat memberikan informasi yang lebih cepat, sesuai dengan keadaan siswa
kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Sumber data dan jenis data dalam
penelitian ini yaitu:
a. Narasumber, yang terdiri dari teman kolaborasi (guru kelas II) , dan siswa
kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
b. Dokumen atau arsip yang berupa foto kegiatan siswa, lembar observasi
guru dan siswa, dan tes evaluasi di setiap akhir pembelajaran siswa kelas II
SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
c. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi
menulis cerita di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
2. Triangulasi Metode
Yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi
(pengamatan) kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan
yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang
diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
hasilnya dibandingkan dan ditarik kesimpulan data yang lebih kuat
validitasnya.
G. Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2008: 207) analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Jadi analisis data
adalah suatu proses dalam menentukan pilihan, membuang, mengeliminasi,
memilah serta menggolongkan data sesuai dengan yang diharapkan. Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2008: 91) berpendapat bahwa proses analisis data
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara beriringan yakni reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif interaktif yang meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Penjelasan dari tahap-tahap tersebut sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan
proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan
saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu
menerapkan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang
berhubungan dengan subyek yang diteliti. Maknanya pada tahap ini, si peneliti
harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan
(field note), harus ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing data yang relevan
dengan fokus masalah yang diteliti (Iskandar, 2009: 140).
Dalam penelitian yang dialaksanakan di kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar, peneliti memperoleh data berupa nilai tes menulis cerita pendek
siswa kelas II yang diadakan I setiap akhir pertemuan, observasi kegiatan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dan observasi kegiatan siswa (selama proses pembelajaran). Semua data tersebut
digunakan dalam hasil penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data yang digunakan dapat berupa: berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan
bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis
dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan kesimpulan yang benar
ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan
oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali pada
benar atau tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetap apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel (masuk akal/dapat dipercaya).
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu kesatuan yang jalin-menjalin pada
saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar,
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan
data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.
Untuk memperjelas proses analisis deskriptif interaktif digambarkan
dalam bagan 4:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4. Bagan Teknis Analisis Data: Model Interaktif (Sumber: Miles and
Huberman dalam Iskandar, 2009: 139).
Dari bagan 3, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah:
a. Melakukan analisis awal, dengan cara mengumpulkan dokumen yang ada.
Dokumen tersebut antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan daftar nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar.
b. Pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul selama proses
pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
c. Mengembangkan bentuk sajian data yaitu menyusun sekumpulan informasi
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
d. Melakukan analisis data.
e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan dan keefektifan penelitian. Pada
penelitian ini indikator yang menjadi patokan keberhasilan adalah meningkatnya
Conclutions:
Drawing/verifying
Data display
Data reduction
Data collection
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
keterampilan menulis cerita pendek kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar
dengan odel pembelajaran picture and picture.
Penerapan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran
menulis cerita pendek dianggap tuntas atau berhasil, apabila pada siklus I nilai
psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak), nilai kognitif
siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak) dan hasil nilai
keterampilan menulis cerita pendek yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25
anak) dari 39 siswa yang mengikuti pelajaran menulis dapat menguasai
keterampilan menulis cerita pendek dengan baik. Pada siklus II nilai psikomotor
siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak), nilai kognitif siswa yang
dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak) dan hasil nilai keterampilan menulis
cerita pendek yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak) dari 39 siswa yang
mengikuti pelajaran menulis dapat menguasai keterampilan menulis cerita pendek
dengan baik. Penentuan keberhasilan didasarkan dari hasil tulisan cerita pendek
siswa mengenai ciri-ciri hewan dan tumbuhan sesuai dengan KKM.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian ini terbagi dalam bentuk siklus
kegiatan yaitu model yang diadopsi dari Hopkins (dalam Mulyasa, 2009; 181) di
mana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok, antara lain: perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Secara rinci prosedur
penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LPKD),
Instrumen untuk evaluasi berupa soal tes, lembar observasi, dan menetapkan
indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b. Tindakan
1). Mengenalkan model pembelajaran picture and picture yaitu berupa
serangkaian gambar aktivitas yag ditempel di depan kelas kepada
peserta didik.
2). Menjelaskan konsep penggunaan model pembelajaran picture and
picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis.
Guru melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dengan
materi ciri-ciri binatang dengan menggunakan pembelajaran picture
and picture.
3). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru kemudian siswa
mengerjakan tugas menulis cerita pendek mengenai binatang
berdasarkan ciri-cirinya.
4). Siswa yang ditunjuk maju membacakan hasil pekerjaannya di depan
kelas dengan bantuan model pembelajaran picture and picture.
Selanjutnya guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap
materi yang dipelajari
5). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah 2 x pertemuan,
yakni pertemuan I mempelajari tentang ciri-ciri hewan yaitu bagian-bagian
tubuh binatang (bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah), sedangkan
pertemuan II mempelajari kembali mengenai ciri-ciri binatang serta fungsi
dari masing- masing bagian tubuh hewan. Pada setiap akhir pertemuan
siswa diadakan evaluasi menuliskan cerita berdasarkan ciri-ciri yang telah
dipelajari dengan model pembelajaran picture and picture.
c. Pengamatan atau Observasi
Pada tahap observasi ini, observer melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran picture
and picture. Untuk mengamati kegiatan pembelajaran tersebut, pengamat /
observer dibantu dengan lembar observasi yang terdiri dari 2, yaitu lembar
observasi aktivitas siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kegiatan pembelajaran dan lembar observasi guru kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karangayar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan
untuk memperoleh data mengenai semua aktivitas yang terjadi selama proses
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penggunaan model pembelajaran
picture and picture, yang mana hasil observasi ini akan disesuaikan dengan
perolehan nilai hasil belajar siswa. Selain menggunakan lembar observasi,
peneliti juga menggunakan foto dan rekaman kamera foto untuk melihat
kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi untuk menilai hasil
belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan penggunaan model pembelajaran
picture-picture dilaksanakan setiap akhir pertemuan/pembelajaran. Sasaran
dari evaluasi ini yaitu keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM
atau dikatakan tuntas sebanyak 65 % (25) dari 39 peserta didik. Apabila dari
hasil evaluasi menunjukkan bahwa sasaran belum tercapai, maka perlu
dilakukan tindakan lanjutan pada siklus II.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan dan
penyempurnaan penggunaan model pembelajaran picture and picture yang
didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Hasil refleksi tersebut diantaranya:
1). Sebagaian besar peserta didik belum mendapatkan bagian maju ke depan
untuk ikut langsung terlibat dengan model pembelajaran picture and
picture.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2). Sebagian besar peserta didik belum berani untuk mengungkapkan
pendapat atau ide di kelas yang dikarenakan faktor malu dan takut salah
sehingga penggunaan model pembelajaran picture and picture belum
berjalan maksimal.
3). Gambar yang disajikan di depan kurang menarik, warna kurang jelas,
ukuran gambar kecil sehingga siswa yang duduk di depan kurang jelas
melihatnya. Pada akhirnya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perlu disusun rencana
perbaikan dan penyempurnaan pada siklus II ini, yang meliputi:
1). Siswa selalu dilibatkan dalam penggunaan model pembelajaran picture
and picture, sehingga siswa menjadi lebih mengenal serta siswa akan lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
2). Gambar yang digunakan dalam model pembelajaran picture and picture
dibuat lebih menarik, dengan warna yang lebih indah den ukuran yang
lebih besar, yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan
gambar yang menarik, maka siswa akan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran dan akhirnya siswa.
Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama guru juga menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi
pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian. Selain itu juga
menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator kinerja yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini berdasar pada hasil
refleksi siklus I, yaitu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture yang sudah diperbaiki
dan disempurnakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tetapi pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
bahasan yang diajarkan berbeda. Pokok bahasan atau materi yang diajarkan
pada siklus II yaitu ciri-ciri tumbuhan, adapun langkah-langkahnya:
1). Siswa diberikan materi tentang ciri-ciri tumbuhan dengan menggunakan
model pembelajaran picture and picture, kemudian siswa menyebutkan
ciri-ciri tumbuhan tersebut secara runtut.
2). Siswa ikut aktif dalam model pembelajarn picture and picture yaitu
dengan mengurutkan gambar dan kalimat yang telah disediakan.
3). Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh yaitu menulis cerita pendek
mengenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya.
4). Siswa membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas melalui penggunaan
model pembelajaran picture and picture.
5). Selanjutnya guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
6). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya yang memuaskan.
Pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan, yakni
pertemuan pertama mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan meliputi bagian-
bagian tumbuhan (akar, batang, daun, buah, bunga.), sedangkan pertemuan
kedua menyebutkan fungsi dari bagian-bagian tumbuhan yang merupakan ciri-
ciri tumbuhan tertentu. Pada setiap akhir pertemuan siswa diadakan evaluasi
yaitu menuliskan cerita berdasarkan ciri-ciri yang telah dipelajari dengan
model pembelajaran picture and picture.
c. Tahap Pengamatan atau Observasi
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajarn picture and picture. Observasi ini
dilakukan sama dengan siklus I yaitu ditujukan pada aktivitas siswa kelas II S
Negeri 01 Jaten Karanganyar. Selain itu observasi dilakukan untuk mengamati
semua kegiatan yang dilakukan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar
selama proses pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan
ini termasuk pencatatan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir pembelajarn
yaitu menuis cerita pendek tentang ciri-ciri tumbuhan akan digunakan sebagai
bahan masukan untuk menganalisis perkembangan keterampilan menulis cerita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dan perkembangan
aktivitas yang dilakukan oleh guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar
dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
d. Tahap Refleksi
Setelah pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua
data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan evaluasi. Sasaran
pada siklus II yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya keterampilan
menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar
meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM atau
dikatakan tuntas sebanyak 75 % (30 siswa) dari 39 siswa. Apabila hasil
evaluasi pada siklus ini menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai,
maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and
picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II telah berhasil
meningkatkan keterampilan menulis khususnya cerita pendek mata pelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten, yang beralamatkan di
jalan Lawu no. 96 Jaten Karanganyar. Sekolah ini berstatus negeri dengan Nomor
Statistik Sekolah (NSS) 101031311001 yang dikepalai oleh Sutarno, S. Pd. Secara
geografis SD Negeri 01 Jaten terletak di Desa Jaten, Kelurahan Jaten, Kecamatan
Jaten, Kabupaten Karanganyar dengan kode pos 57771. Letak SD Negeri 01 Jetis
cukup strategis karena berada di dekat pemukiman penduduk dan terletak di
pinggir jalan raya Solo – Karanganyar sehingga mudah untuk dijangkau dengan
alat transportasi. Lokasi yang sangat strategis tersebut memberikan banyak
keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah
untuk melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang
dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik
minat siswa untuk belajar.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan survei awal
untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan
berbagai kendala yang dihadapi sekolah mengenai aktivitas belajar Bahasa
Indonesia khususnya menulis dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut
khususnya kelas II. Setelah peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas II
dan mengamati keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti
mendapatkan informasi bahwa pembelajaran menulis masih dirasa sulit oleh
siswa. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar siswa menjadi kurang dan nilai
pelajaran menulis pada matapelajaran Bahasa Indonesia masih belum memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi terhadap nilai pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas II sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal.
Dari siswa kelas II yang berjumlah 39 siswa. Berdasarkan Data yang diperoleh
hanya terdapat 16 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dalam aspek menulis. Sedangkan sejumlah 23 siswa mendapatkan nilai kurang
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60.
Daftar nilai tes keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas II pada kondisi awal atau sebelum penggunaan
model pembelajaran picture and picture dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Kelas II
pada Kondisi Awal
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 50 TT 14 65 T 27 60 T
2 60 T 15 50 TT 28 55 TT
3 55 TT 16 55 TT 29 55 TT
4 50 TT 17 55 TT 30 55 TT
5 55 TT 18 60 T 31 55 TT
6 50 TT 19 55 TT 32 55 TT
7 65 T 20 55 TT 33 60 T
8 55 TT 21 60 T 34 50 TT
9 60 T 22 55 TT 35 50 TT
10 55 TT 23 55 TT 36 60 T
11 70 T 24 60 T 37 65 T
12 70 T 25 60 T 38 50 TT
13 75 T 26 50 TT 39 65 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 2240:39= 57.4
Ketuntasan Klasikal = 16:39 x 100= 41 %
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Berdasarkan daftar nilai keterampilan menulis cerita pada matapelajaran
Bahasa Indonesia pada kondisi awal di tabel 4, sebagian besar siswa mendapat
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kondisi awal nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita
pendek) siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 4:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Cerita
Pada Kondisi Awal
No Interval
Frekuensi
(fi) Prosentase (%)
1 50 - 54 8 21
2 55 - 59 15 38
3 60 - 64 9 23
4 65 - 69 4 10
5 70 - 74 2 5
6 75 - 80 1 3
Nilai Rata-Rata Kelas = 57.4
Ketuntasan Klasikal = 16:39 x 100= 41%
Dari tabel 4 dapat disajikan dengan gambar 5:
Gambar 5. Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Pada
Kondisi Awal
Berdasarkan gambar 5, hasil nilai keterampilan menulis cerita pendek
pada matapelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II sebelum diterapkan
penggunaan model pembelajaran picture and picture diperoleh rata-rata kelas
sebesar 57,4 dan ketuntasan klasikal sebesar 41%. Adapun rincian ketuntasan
klasikal keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa Indonesia
adalah:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 8 siswa atau 21 %.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 15 siswa atau 38%.
0
8
15
9
42 10
2
4
6
8
10
12
14
16
0 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 9 siswa atau 23%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 4 siswa atau 10%.
Siswa yang memperoleh nilai 79 – 74 sebanyak 2 siswa atau 5%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 1 siswa atau 3%.
Berdasarkan tabel 4, siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM)
yaitu sebanyak 23 siswa atau 59%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di
atas KKM yaitu 16 siswa atau 41%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan
klasikal sebesar 41% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan
yaitu sebesar lebih dari 75% siswa (30 siswa) mendapat nilai ≥ 60 (KKM), dengan
kata lain nilai keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten masih rendah.
Dari hasil observasi dan diskusi rendahnya nilai atau ketidaktuntasan
matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) tersebut disebabkan beberapa faktor,
diantaranya: 1) Pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
menulis, siswa tidak dibiasakan oleh guru untuk menulis atau menggali
pemikirannya, untuk dituangkan dalam tulisan. Sehingga ketika guru menyuruh
siswa untuk menulis sebuah cerita, siswa tampak mengalami kesulitan. Mereka
tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis
dimulai. Mereka mengalami kesulitan menemukan kalimat pertama untuk
memulai tulisannya. Mereka juga sering menghadapi sindrom kertas kosong
(blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah,
takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru; 2) Guru dalam
melakukan pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru menggunakan
model pembelajaran yang relatif sama atau monoton sehingga pembelajaran yang
dilakukan kurang bermakna. Hal ini mengakibatkan siswa tidak tertarik dalam
proses pembelajaran, karena siswa jenuh atau mengalami kebosanan dalam
menerima materi pembelajaran.
Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan model pembelajaran
picture and picture. Dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture
diharapkan nilai keterampilan menulis cerita khususnya cerita pendek dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
matapelajaran Bahasa Indonesia kelas II akan mengalami peningkatan sehingga
ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri
dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: 1) perencanaan (kegiatan guru sebelum
proses pembelajaran); (2) pelaksanaan; 3) pengamatan atau observasi, dan 4)
refleksi. Perencanaan yaitu kegiatan guru sebelum proses pembelajaran,
pelaksanaan dan pengamatan atau observasi yaitu kegiatan guru selama proses
pembelajaran, dan refleksi yaitu digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan
yang terjadi dan tingkat pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan. Jika
indikator belum tercapai, maka siklus atau tahap-tahap tersebut dilakukan lagi
dengan intervensi sesuai hasil refleksi, sehingga terjadi pencapaian indikator yang
signifikan.
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yaitu siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal
14 Februari 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 19
Februari 2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat, 11 Februari
2011 pukul 07.00 - selesai. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan
berdasarkan pada solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model
pembelajaran picture and picture di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
menulis cerita pendek. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
pada siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Senin,
14 Februari 2011 pukul 07.00 – 08.10 WIB dan Sabtu, 19 Februari 2011 pukul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
07.00 – 08.10 WIB. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai
berikut:
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun
meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian. (lampiran 2)
2). Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a). Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran picture and
picture yaitu meja kelas ditata rapi, kursi siswa diurutkan nomor absen
untuk memudah melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, kursi agak dirapatkan agar
di saat proses pembelajaran siswa dapat melihat gambar yang
ditempel di depan kelas yang merupakan media dalam model
pembelajaran picture and picture.
b). Menyiapkan bentuk model pembelajaran picture and picture yaitu
dengan media gambar yang ditempel di depan kelas dengan ukuran
besar dan jelas. Selain itu juga menyiapkan handphone untuk
pendokumentasian proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis).
3). Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian.
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas yang
terjadi selama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar
pengamatan kerja guru dan siswa dinilai oleh guru Bahasa Indonesia
sebagai pihak observer (peneliti sebagai guru yang bertindak
melaksanakan penelitian) dapat dilihat di lampiran 13 dan 16. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja siswa.
Lembar penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran.
Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa didasarkaan pada
pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. Pedoman dan
lembar penilaian dapat dilihat dalam lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peneliti disini bertindak
sebagai pengajar dan guru kelas II sebagai observer atau pengamat.
1). Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II
mempelajari binatang yaitu menuliskan ciri-ciri binatang secara
mendetail dan terperinci, serta menulis cerita pendek mengenai binatang
tertentu berdasarkan ciri-cirinya tersebut. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a). Kegiatan Pendahuluan
(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru.
(2). Siswa diajak menyanyikan lagu “Burung Kutilang“.
(3). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang nama binatang yang
disukainya.
(4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yakni siswa menulis cerita pendek
berdasarkan ciri-ciri binatang secara umum.
b). Kegiatan Inti
(1). Eksplorasi
(a). Siswa dan guru bertanya jawab mengenai nama-nama
binatang yang hidup di sekitar tempat tinggalnya.
(b). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri binatang
tertentu (gajah, kucing, ayam) dengan melihat gambar yang
ditempel di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 6. Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang
(2). Elaborasi
(a). Siswa mengamati gambar-gambar bianatang yang
ditempelkan di depan kelas.
(b). Siswa mengidentifikasikan ciri-ciri binatang (elang) dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture yang
ditempel di depan kelas yaitu mengurutkan gambar bagian
tubuh burung yang disusun secara acak menjadi bagian yang
utuh dari bagian atas sampai bawah.
Gambar 7. Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model
pembelajaran picture and picture
(c). Siswa ditunjuk maju ke depan mendeskripsikan ciri-ciri
binatang (elang) berdasarkan gambar yang telah diurutkan
sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture.
(d). Siswa mencatat hasil deskripsi siswa di buku masing-masing.
Diurutkan
sesuai
gambar
dari
bagian
atas ke
bawah
- Ekor elang ada 1.
- Sayap elang ada 2.
- Kaki elang ada 2.
- Jumlah jari ada 3
- Kaki elang
memiliki cakar
- Elang memiliki 1
paruh.
- Mata elang ada 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
(3). Konfirmasi
(a). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
(b). Siswa mengerjakan soal evaluasi yaitu menulis cerita pendek
mengenai binatang berdasarkan ciri-cirinya.
(c). Guru dan membahas hasil pekerjaan siswa.
c). Kegiatan Penutup
(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2). Guru memberikan penguatan kepada siswa terhadap hasil
pekerjaannya.
(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari ciri-ciri
binatang beserta fungsi masing-masing bagian tubuh binatang dan
menuliskan cerita pendek mengenai binatang tertentu berdasarkan
ciri-cirinya.
2). Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)
kelas II yaitu masih mempelajari tentang binatang, yaitu menuliskan ciri-
ciri binatang secara terperinci dan sitematis, menuliskan cerita pendek
tentang binatang tertentu, serta mempelajari bagaimana sikap yang baik
saat menulis. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a). Kegiatan Pendahuluan
(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru.
(2). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hewan peliharaan di
rumah.
(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu siswa dapat menyebutkan ciri-ciri
binatang beserta fungsi dari masing-masing bagian tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
binatang kemudian siswa menuliskannya dalam bentuk cerita
pendek.
b). Kegiatan Inti
(1). Eksplorasi
(a). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang binatang
yang termasuk ke dalam peliharaan.
(b). Siswa menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri binatang yang
dipeliharanya.
(2). Elaborasi
(a). Siswa mengamati gambar yang ditempelkan di depan kelas
yaitu gambar-gambar binatang.
(b). Siswa mengidentifikasikan ciri-ciri binatang beserta fungsi
setiap bagian tubuh binatang (mata, mulut, hidung, telinga,
dan bagian-bagian lainnya) dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture
Bagian- Bagian Tubuh Kucing
Langkah 1: Bagian tubuh kucing disusun secara acak
Langkah 2 : Mengurutkan bagian tubuh kucing
Langkah 3 : Mengidentifikasikan nama-nama bagian tubuh
kucing serta fungsinya
Mata
Hidung
Mulut dan Gigi
Perut
Kaki
Ekor
Rambut
Telinga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 8. Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan Model
Pembelajaran Picture and Picture
(c). Siswa mencatat hasil deskripsi temannya yaitu mengenai ciri-
ciri binatang di buku tugas masing-masing.
(3). Konfirmasi
(a). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
(b). Siswa mengerjakan soal evaluasi yaitu menulis cerita pendek
mengenai binatang berdasarkan ciri-cirinya.
(c). Guru dan siswa membahas hasil pekerjaan siswa.
c). Kegiatan Penutup
(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya.
(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari ciri-ciri
tumbuhan secara umum dan menuliskannya dalam bentuk cerita
pendek.
c. Pengamatan atau Observasi
Dalam tahap observasi peneliti kolaborasi dengan guru kelas dalam
melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu
dengan menggunakan lembar observasi serta dokumentasi berupa foto dan
rekaman. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian
jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran picture and picture
dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa. Oleh karena
itu observasi tidak hanya dilakukan terhadap proses pembelajaran yang
dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas guru selama melaksanakan
pembelajaran terutama mengenai pengorganisasian kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) berlangsung, diperoleh gambaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
(menulis cerita pendek) pada sikls I dengan rincian sebagai berikut:
1). Pertemuan Pertama
a). Observasi aktivitas guru (dapat dilihat pada lampiran15).
(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam
kriteria kurang.
(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria kurang.
(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria cukup.
(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan dalam kriteria baik.
(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
baik.
(6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang.
(7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang.
(8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and picture
dalam kriteria baik.
(9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam
kriteria kurang.
(10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
dalam kriteria baik.
(11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
siswa dalam kriteria kurang.
(12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam kriteria
kurang.
Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 2,3
(kurang). Sedangkan untuk pedoman dan lembar hasil penilaian dapat
dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).
(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang
diberikan oleh guru sebanyak 15 siswa.
(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 12 siswa.
(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 10
siswa.
(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru
sebanyak 24 siswa.
(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru sebanyak 18 siswa.
(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru
sebanyak 15 siswa.
Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus I pertemuan 1 yaitu 16
siswa (kurang). Pedoman dan lembar hasil penilaian untuk observasi
siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.
2). Pertemuan Kedua (dapat dilihat pada lampiran 15).
a). Observasi aktivitas guru
(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam
kriteria baik.
(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik.
(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik.
(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan dalam kriteria baik.
(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
baik.
(6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang.
(7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and
picture dalam kriteria sangat baik.
(9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam
kriteria baik.
(10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
dalam kriteria sangat baik.
(11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa dalam kriteria baik.
(12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam
kriteria baik.
Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 2 adalah 2,3
(kurang). Sedangkan untuk pedoman dan lembar hasil penilaian dapat
dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.
b. Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).
(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang
diberikan oleh guru sebanyak 23 siswa.
(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 15 siswa.
(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 17
siswa.
(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru
sebanyak 29 siswa.
(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru sebanyak 22 siswa.
(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru
sebanyak 20 siswa.
Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus I pertemuan 2 yaitu 21
siswa (baik). Pedoman dan lembar hasil penilaian untuk observasi
siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya
peningkatan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture. Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran
semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis
khususnya cerita pendek.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) yang dilaksanakan dengan
menerapkan model pembelajaran picture and picture pada siklus I dapat
ditarik simpulan keaktifan siswa meningkat tetapi belum maksimal. Serta
hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik
d. Refleksi
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh
melalui pengamatan dan tes evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil tes evaluasi cerita yang dilakukan di setiap akhir tindakan,
peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil tes pertemuan
1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja siklus I yaitu dari aspek psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas
sebanyak 25 siswa atau 65%, dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan
tuntas sebanyak 25 siswa siswa atau 65% dan hasil nilai keterampilan
menulis cerita pendek siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang
dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa atau 65% (diperoleh dari nilai
psikomotor ditambah nilai kognitif dibagi 2). Adapun data yang diperoleh
adalah:
1). Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Pada Pertemuan
Pertama Siklus I
a). Hasil nilai psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) cara memegang
pensil; (3) bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian,
pedoman dan hasil penilaian aspek psikomotor ini dapat dilihat di
lampiran Adapun hasil yang diperoleh adalah:
Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita
Pendek Siklus I Pertemuan 1
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 45 TT 14 70 T 27 60 T
2 65 T 15 50 TT 28 55 TT
3 55 TT 16 50 TT 29 70 T
4 50 TT 17 55 TT 30 50 TT
5 50 TT 18 50 TT 31 60 T
6 45 TT 19 55 TT 32 55 TT
7 65 T 20 60 T 33 60 T
8 55 TT 21 60 T 34 55 TT
9 65 T 22 50 TT 35 55 TT
10 55 TT 23 55 TT 36 65 T
11 60 T 24 60 T 37 70 T
12 70 T 25 50 TT 38 55 TT
13 75 T 26 60 T 39 65 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 57.8
Ketuntasan Klasikal = 18:39 x 100= 46 %
Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran
menulis cerita pendek siklus I pertemuan 1 pada tabel 5 dapat
diperjelas dengan tabel 6:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1
No Interval Frekuensi
Prosentase
(%)
1 45 – 50 10 26
2 51 – 56 11 28
3 57 – 62 8 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dari tabel 6 dapat disajikan dengan gambar 9:
Gambar 9. Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita
Pendek Siklus I Pertemuan 1
Berdasarkan gambar 9, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis
cerita pendek siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar
57,8 dan ketuntasan klasikal sebesar 46%. Adapun rincian
ketuntasan klasikal hasil nilai psikomotor yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 10 siswa atau 26%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 11 siswa atau 28%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 8 siswa atau 20%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 4 siswa atau 10%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 1 siswa atau 3%.
b). Hasil nilai kognitif
Diperoleh siswa diperoleh dari hasil tes menulis cerita pendek setelah
pembelajaran Bahasa Indonesia berakhir. Aspek yang dinilai
0
1011
8
54
10
2
4
6
8
10
12
0 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 – 74 75 – 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
4 63 – 68 5 13
5 69 – 74 4 10
6 75 – 80 1 3
Nilai Rata-Rata Kelas = 57.8
Ketuntasan Klasikal = 18:39 x 100% = 46 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
meliputi: (1) pemilihan kata; (2) isi cerita; (3) kebahasaan; (4)
pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian
aspek kognitif dapat dilihat di lampiran 7, 8 dan 9. Adapun hasil
yang diperoleh adalah:
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus I Pertemuan 1
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 55 TT 14 70 T 27 60 T
2 55 TT 15 60 T 28 65 T
3 75 T 16 60 T 29 70 T
4 70 T 17 55 TT 30 60 T
5 50 TT 18 60 T 31 60 T
6 55 TT 19 55 TT 32 55 TT
7 65 T 20 60 T 33 70 T
8 45 TT 21 70 T 34 55 TT
9 55 TT 22 60 T 35 55 TT
10 65 T 23 45 TT 36 65 T
11 70 T 24 70 T 37 60 T
12 70 T 25 60 T 38 55 TT
13 75 T 26 70 T 39 65 T
Nilai Rata-Rata Kelas= 61.4
Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67 %
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa dalam menulis
cerita pendek siklus I pertemuan 1 pada tabel 7, dapat diperjelas
dengan tabel 8:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Siklus I Pertemuan 1
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45 - 50 3 8
2 51 - 56 10 26
3 57 - 62 10 26
4 63 - 68 5 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
5 69 - 74 9 22
6 75 - 80 2 5
Nilai Rata-Rata Kelas = 61.4
Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67%
Dari tabel 8 dapat disajikan dengan gambar 10:
Gambar 10. Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Siklus I Pertemuan 1
Berdasarkan gambar 10, nilai kognitif siswa dalam menulis cerita
pendek kelas II siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar
61,4 dan ketuntasan klasikal sebesar 67%. Adapun rincian
ketuntasan klasikal hasil nilai kognitif siswa yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 10 siswa atau 26%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 10 siswa atau 26%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 9 siswa atau 22%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 2 siswa atau 5%.
2). Hasil Nilai Pada Pertemuan Kedua Siklus I
a). Hasil nilai psikomotor
03
10 10
5
9
2
0
2
4
6
8
10
12
0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Aspek yang: (1) sikap duduk; (2) memegang pensil; (3) bentuk
huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar Penilaian, pedoman dan
hasil penilaian pada aspek psikomotor dapat dilihat di lampiran 4,
5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah:
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Pembelajaran
Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 50 TT 14 60 T 27 65 T
2 60 T 15 45 TT 28 50 TT
3 50 TT 16 60 T 29 70 T
4 55 TT 17 60 T 30 55 TT
5 65 T 18 60 T 31 60 T
6 45 TT 19 50 TT 32 60 T
7 70 T 20 50 TT 33 60 T
8 65 T 21 75 T 34 60 T
9 70 T 22 75 T 35 65 T
10 55 TT 23 55 TT 36 60 T
11 70 T 24 65 T 37 70 T
12 70 T 25 55 TT 38 50 TT
13 75 T 26 60 T 39 70 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 60.6
Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67%
Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil rekapitulasi nilai psikomotor
siswa dalam menulis cerita pendek siklus I pertemuan 2 pada tabel 9
dapat diperjelas dengan tabel 10:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45 - 50 8 20
2 51 - 56 5 13
3 57 - 62 11 28
4 63 - 68 5 13
5 69 - 74 7 18
6 75 - 80 3 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Nilai Rata-Rata Kelas = 60.6
Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100% =67%
Dari tabel 10 dapat disajikan dengan gambar 11:
Gambar 11. Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan gambar 11, hasil nilai pengamatan psikomotor siswa
dalam menulis cerita pendek kelas II pada siklus I pertemuan 2
diperoleh rata-rata kelas sebesar 60,6 dan ketuntasan klasikal sebesar
67%. Adapun rincian ketuntasan klasikal hasil psikomotor siswa
yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 8 siswa atau 20%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 11 siswa atau 28%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 7 siswa atau 18%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 3 siswa atau 8%.
b). Nilai kognitif
Aspek yang dinilai meliputi: 1) pemilihan kata, 2) isi cerita, 3)
kebahasaan, 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil
0
8
5
11
5
7
3
0
2
4
6
8
10
12
0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
penilaian untuk aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8 dan 9.
Adapun hasil yang diperoleh adalah:
Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Siklus 1 Pertemuan 2
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 50 TT 14 60 T 27 55 TT
2 60 T 15 65 T 28 50 TT
3 60 T 16 50 TT 29 70 T
4 45 TT 17 50 TT 30 55 TT
5 55 TT 18 70 T 31 60 T
6 55 TT 19 60 T 32 50 TT
7 60 T 20 50 TT 33 70 T
8 55 TT 21 55 TT 34 50 TT
9 50 TT 22 55 TT 35 65 T
10 65 T 23 45 TT 36 70 T
11 60 T 24 65 T 37 60 T
12 70 T 25 75 T 38 60 T
13 75 T 26 70 T 39 60 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 59.1
Ketuntasan Klasikal = 22:39 x 100= 56%
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa menulis cerita
pendek siklus I pertemuan 2 pada tabel 11, dapat diperjelas dengan
tabel 12:
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Siswa Cerita
Pendek Siklus I Pertemuan 2
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45 – 50 10 26
2 51 – 56 7 18
3 57 – 62 10 26
4 63 – 68 4 10
5 69 - 74 6 15
6 75 - 80 2 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Nilai Rata-Rata Kelas = 59.1
Ketuntasan Klasikal = 22:39 x 100= 56%
Dari tabel 12 dapat disajikan dengan gambar 12:
Gambar 12. Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan gambar 12, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek
mata pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) siswa kelas II pada I
pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 59,1 dan ketuntasan
klasikal sebesar 56%. Adapun rincian ketuntasan klasikal pada hasil
kognitif siswa yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 - 50 sebanyak 10 siswa atau 23%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 7 siswa atau 21%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 - 62 sebanyak 10 siswa atau 26%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 4 siswa atau 18%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 6 siswa atau 10%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 2 siswa atau 2%
Berdasarkan data nilai yang telah diperoleh pada masing masing
aspek (psikomotor dan kognitif), maka dapat dilihat perbandingan
0
10
7
10
4
6
2
0
2
4
6
8
10
12
0 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
ketuntasan nilai pada keterampilan menulis cerita pendek. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 13:
Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis
\Cerita Pendek Kelas II Siklus 1
No Aspek
Banyaknya siswa yang tuntas
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Rata-
Rata
Prosentase
(%)
1 Psikomotor 18 26 22 56
2 Kognitif 26 22 24 62
3 Nilai Keterampilan Menulis
Cerita Pendek 22 24 23 59
Dari tabel 13 dapat diperjelas dengan gambar 13:
Gambar 13. Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita
Pendek Siswa Kelas II Siklus I
Berdasarkan gambar 13 dan indikator keberhasilan halaman 59, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 22
siswa atau 56%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.
2). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 24 siswa
atau 62%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.
18
26
22
26
2224
2224
23
0
5
10
15
20
25
30
Psikomotor Kognitif Nilai Keterampilan Menulis
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
3). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis (cerita
pendek) sebanyak 23 siswa atau 59, lebih rendah dari target capaian yang
ditentukan.
Perbandingan prosentase ketuntasan nilai keterampilan menulis cerita
pendek kelas II pra siklus dan siklus I dapat dilihat di tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus Dan Siklus I
Dari tabel 14 dapat diperjelas dengan gambar 14:
Gambar 14. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari rata-rata nilai tiap aspek maupun nilai dalam
pembelajaran menulis yang diperoleh siswa dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture sudah cukup berhasil. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi peningkatan prosentase ketuntasan siswa
dalam pembelajaran menulis cerita pendek yaitu pra siklus sebesar 41%
dan siklus 1 sebesar 59%. Namun, apabila dilihat dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dan indikator kinerja masih kurang dari
target capaian yakni aspek psikomotor ketuntasan 56% seharusnya 65%,
41
59
0
10
20
30
40
50
60
70
Pra Siklus Siklus 1
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e
Jumlah Siswa
No Prosentase Ketuntasan (%)
1 Pra Siklus Siklus 1
2 41 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
aspek kognitif ketuntasan 62% seharusnya 65%, dan aspek nilai hasil
pembelajaran menulis (keterampilan menulis) ketuntasan 59%
seharusnya 65%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
(1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan model pembelajaran
picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni siswa kurang
lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar (2)
gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang
duduk di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu
warna yang dipilih untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas).
Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa
tidak muncul, maka dari itu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis)
perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi
siklus I.
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yakni siklus kedua pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 26 Februari 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa, tanggal
1 Maret 2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa
sudah menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil pembelajaran menulis
cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten tahun pelajaran
2010/2011 tetapi belum maksimal atau sesuai dengan target capaian indikator
kinerja. Hal ini ditunjukkan masih ada siswa atau 41% siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran menulis. Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan
pada hari kamis, 24 Februari 2011. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan
rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Diperoleh kesepakatan bahwa
pelaksanaan tindakan siklus II akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pada hari Sabtu 26 Februari dan Selasa 1 Maret 2011. Hal-hal yang perlu
diperbaiki guru dalam pembelajaran menulis dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan
yang ada adalah:
1). Siswa dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and
picture agar siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide
dengan melihat gambar yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa
akan mudah dalam membuat cerita karena siswa sudah mendapatkan ide
atau gambaran yakni menjabarkan gambar yang ditempel di depan kelas.
2). Gambar yang dipertunjukkan diubah menjadi ukuran yang lebih besar dari
sebelumnya agar siswa yang duduk di deretan bangku belakang dapat
melihat gambar dengan lebih jelas serta warna pada gambar dibuat se-
menarik mungkin.
Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia (menulis) selama 2 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang
disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian. (lampiran 2)
b). Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran siklus II masih sama dengan fasilitas dan sarana yang
dipersiapkan pada siklus I, hanya saja gambar yang akan dipertunjukkan
dibuat lebih besar ukurannya serta wrna juga dibuat lebih menarik agar
siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran yang akan
berlangsung.
c). Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas yang
terjadi selama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar
pengamatan kerja guru dan siswa dinilai oleh guru Bahasa Indonesia
sebagai pihak observer (peneliti sebagai guru yang bertindak
melaksanakan penelitian) pada lampiran 13 dan 16. Selain itu peneliti juga
mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja siswa. Lembar
penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran.
Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa didasarkaan pada
pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. Pedoman dan
lembar penilaian dapat dilihat dalam lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peneliti disini masih
bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.
1). Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II
mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan yaitu menuliskan ciri-ciri
tumbuhan secara rinci, menulis cerita berdasarkan ciri-ciri tumbuhan
dengan baik serta mempelajari bagaimana sikap yang baik saat menulis.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a). Kegiatan Pendahuluan
(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru.
(2). Siswa diajak untuk melakukan permainan “senam otak” yang
bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa.
(3). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang nama tumbuhan yang
dipelihara di rumahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
(4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yakni siswa dapat menulis cerita
berdasarkan ciri-ciri tumbuhan secara umum.
b). Kegiatan Inti
(1). Eksplorasi
(a). Siswa dan guru tanya jawab mengenai nama-nama
tumbuhan yang ditanam di halaman rumahnya.
(b). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri tumbuhan
tertentu (bunga, batang, buah, daun dan akar) dengan
melihat gambar yang ditempel di depan kelas.
(2). Elaborasi
(a). Siswa mengamati gambar tumbuhan yang di tempel di
depan kelas.
(b). Siswa ditunjuk maju ke depan untuk memasangkan kalimat
yang tersedia sesuai dengan gambar (bunga, batang, buah,
daun dan akar).
(c). Siswa dibantu guru mengidentifikasikan ciri-ciri tumbuhan
(bagian-bagian tumbuhan) dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture yang ditempel di depan
kelas
Gambar 15. Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model
Pembelajaran Picture and Picture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
(d). Siswa mencatat materi hasil deskripsi teman di buku tugas
maing-masing.
(3). Konfirmasi
(a). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
(b). Siswa mengerjakan tugas menulis cerita pendek mengenai
tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya.
(c). Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pekerjaan.
c). Kegiatan Penutup
(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2). Guru memberikan penguatan berupa hadiah kepada siswa
tertentu atas aktivitas yang dilakukan siswa selam proses
pembelajaran berlangsung.
(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari kembali
ciri-ciri tumbuhan beserta fungsi dari masing-masing bagian
tumbuhan kemudian menuliskannya dalam bentuk cerita
pendek.
2). Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 pelajaran Bahasa Indonesia kelas II mempelajari
tentang tumbuhan yaitu menuliskan ciri-ciri tumbuhan (fungsi masing-
masing bagian tumbuhan), membuat cerita pendek berdasarkan ciri-ciri
tumbuhan tersebut dengan baik dan benar serta mempelajari bagaimana
sikap yang baik pada saat menulis. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a). Kegiatan Pendahuluan
(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru.
(2). Siswa diajak bermain puzzle yakni mengurutkan gambar menjadi
bagian yang utuh untuk menimbulkan motivasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
(3). Siswa bersama guru me-review kembali pokok bahasan yang
telah dipelajari sebelumnya.
(4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yakni membuat cerita pendek
berdasarkan fungsi masing-masing bagian tumbuhan.
b). Kegiatan Inti
(1). Eksplorasi
(a). Siswa menjawab pertanyaan guru seputar tumbuhan yang
dilihatnya di perjalanan dari rumah ke sekolah.
(b). Siswa menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri tumbuhan
yang disebutkan guru.
(2). Elaborasi
(a). Siswa mengamati gambar tumbuhan yang telah ditempel di
sepan kelas.
(b). Siswa dibantu oleh guru mengidentifikasikan ciri-ciri
tumbuhan berdasarkan gambar yang dipertunjukkan.
Gambar 16. Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan
Model Pembelajaran Picture and Picture
(c). Siswa mencatat citi-ciri tumbuhan di buku tugas masing-
masing.
untuk menyerap air
untuk mengokohkan
tanaman
untuk melakukan
fotosintesis
sebagai alat
perkembangbiakan
tempat menyimpan
cadangan makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
(2). Konfirmasi
(a). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi.
(b). Siswa mengerjakan tes evaluasi yaitu menulis cerita pendek
mebgenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya.
(c). Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaan siswa.
c). Kegiatan Penutup
(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2). Guru memberikan penguatan berupa hadiah kepada siswa atas hasil
pekerjaannya.
(3). Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
c. Pengamatan atau Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung serta aktivitas guru dalam mengajar
dengan model pembelajaran picture and picture. Adapun data hasil observasi
menunjukkan bahwa siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa
sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan
pendapatnya.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
menulis cerita pendek berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa
dan aktivitas guru dengan rincian sebagai berikut:
1). Pertemuan Pertama
(a). Observasi Aktivitas Guru (dapat dilihat pada lampiran 15).
(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam
kriteria sangat baik.
(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik.
(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik.
(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan dalam kriteria baik.
(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
sangat baik.
(5). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.
(6). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.
(7). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and
picture dalam kriteria sangat baik.
(8). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam
kriteria baik.
(9). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
dalam kriteria sangat baik.
(10). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa dalam kriteria baik.
(11). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam
kriteria sangat baik.
Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 3,18
(baik). Sedangkan untuk lembar penilaian, pedoman dan hasil
penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.
b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).
(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi
yang diberikan oleh guru sebanyak 26 siswa.
(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 24 siswa.
(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 20
siswa.
(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh
guru sebanyak 32 siswa.
(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru sebanyak 30 siswa.
(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru
sebanyak 27 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus II pertemuan 1 yaitu 26
siswa (baik). Lembar penilaian dan hasil penilaian untuk observasi
siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.
2). Pertemuan kedua
(a). Observasi aktivitas guru (dapat dilihat pada lampiran 15).
(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam
kriteria sangat baik.
(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik.
(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik.
(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan dalam kriteria sangat baik.
(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
sangat baik.
(6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria sangat baik.
(7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.
(8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and
picture dalam kriteria sangat sangat baik.
(9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam
kriteria baik.
(10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
dalam kriteria sangat baik.
(11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa dalam kriteria baik.
(12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam
kriteria sangat baik.
Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 3,6
(baik). Sedangkan untuk lembar penilaian, pedoman dan hasil
penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14, dan 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
(b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).
(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi
yang diberikan oleh guru sebanyak 28 siswa.
(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 26 siswa.
(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 24
siswa.
(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh
guru sebanyak 32 siswa.
(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru sebanyak 30 siswa.
(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru
sebanyak 29 siswa.
Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus II pertemuan 1 yaitu 28
siswa (baik). Lembar penilaian dan hasil penilaian untuk observasi
siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan tes evaluasi yang dilakukan dalam
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan
hasil tes pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata
kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja siklus II yaitu dari aspek psikomotor siswa yang dinyatakan
tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%, dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan
tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%, dan nilai keterampilan menulis cerita
pendek siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%. Adapun
data yang diperoleh adalah:
1). Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Pada Pertemuan
Pertama Siklus II
a). Hasil nilai psikomotor
Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) cara memegang
pensil; (3) bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
pedoman dan hasil penilaian aspek psikomotor ini dapat dilihat di
lampiran 4, 5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah:
Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM No Urut Nilai KKM
1 55 TT 14 65 T 27 65 T
2 80 T 15 50 TT 28 60 T
3 60 T 16 65 T 29 60 T
4 50 TT 17 55 TT 30 60 T
5 60 T 18 65 T 31 60 T
6 55 TT 19 60 T 32 60 T
7 80 T 20 70 T 33 65 T
8 55 TT 21 60 T 34 65 T
9 55 TT 22 50 TT 35 55 TT
10 60 T 23 50 TT 36 75 T
11 75 T 24 75 T 37 65 T
12 75 T 25 65 T 38 60 T
13 65 T 26 75 T 39 75 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 65.1
Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100= 74%
Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis
cerita pendek pada siklus II pertemuan 1 tabel 15 dapat diperjelas
dengan tabel 16:
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menuls
Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 1
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45 - 50 4 10
2 51 - 56 6 15
3 57 - 62 9 23
4 63 - 68 11 29
5 69 - 74 3 8
6 75 - 80 6 15
Nilai Rata-rata kelas= 65.1
Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100% =74%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Dari tabel 16 dapat disajikan dengan gambar 17:
Gambar 17. Grafik Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita
Pendek Siklus II Pertemuan 1
Berdasarkan gambar 17, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis
cerita pendek siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar
65.1.dan ketuntasan klasikal sebesar 74%. Adapun rincian ketuntasan
klasikal hasil nilai psikomotor siswa yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 4 siswa atau 10%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 6 siswa atau 15%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 9 siswa atau 22%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 11 siswa atau 30%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 6 siswa atau 15%.
b). Hasil nilai kognitif
Aspek yang diukur meliputi: 1) pemilihan kata; 2) isi cerita; 3)
kebahasaan; 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan
hasil penilaian pada aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8
dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah:
Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus II Pertemuan 1
0
4
6
9
11
3
6
0
2
4
6
8
10
12
0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 55 TT 14 75 T 27 75 T
2 80 T 15 50 TT 28 70 T
3 70 T 16 75 T 29 60 T
4 60 T 17 75 T 30 70 T
5 50 TT 18 75 T 31 70 T
6 55 TT 19 60 T 32 60 T
7 80 T 20 80 T 33 75 T
8 75 T 21 60 T 34 65 T
9 55 TT 22 60 T 35 55 TT
10 60 T 23 50 TT 36 75 T
11 75 T 24 75 T 37 55 TT
12 75 T 25 75 T 38 70 T
13 75 T 26 75 T 39 75 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 67.3
Ketuntasan Klasikal = 31:39 x 100= 79%
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siklus II pertemuan 1
pada tabel 17 dapat diperjelas dengan tabel 18:
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1
Dari tabel 18 dapat disajikan dengan grafik 17:
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45-50 3 10
2 51-56 5 15
3 57-62 7 23
4 63-68 1 3
5 69-74 5 13
6 75-80 18 46
Nilai Rata-Rata Kelas = 67.3
Ketuntasan Klasikal = 28:39 x 100= 79%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Gambar 18. Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Kelas II
Siklus II Pertemuan 1
Berdasarkan gambar 18, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek
siswa kelas II pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas
sebesar 67,3 dan ketuntasan klasikal sebesar 79%. Adapun rincian
ketuntasan klasikal nilai kognitif siswa yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 3 siswa atau 10%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 5 siswa atau 15%.
Siswa yang memperoleh nilai 58 -- 68 sebanyak 7 iswa atau 23%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 18 siswa atau 46%.
2). Hasil Nilai Pada Pertemuan Kedua Siklus II
a). Aspek psikomotor
Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) memegang pensil;
bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian, pedoman
dan hasil penilaian aspek ini dapat dilihat di lampiran 4, 5 dan 6.
Adapun hasil yang diperoleh adalah:
0 35
7
15
18
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 45-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 55 TT 14 70 T 27 75 T
2 80 T 15 50 TT 28 70 T
3 60 T 16 75 T 29 60 T
4 60 T 17 60 T 30 70 T
5 55 TT 18 75 T 31 70 T
6 55 TT 19 60 T 32 60 T
7 80 T 20 80 T 33 60 T
8 60 T 21 65 T 34 65 T
9 50 TT 22 60 T 35 50 TT
10 60 T 23 50 TT 36 75 T
11 75 T 24 75 T 37 50 TT
12 75 T 25 75 T 38 70 T
13 75 T 26 75 T 39 75 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 65.6
Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100= 79%
Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis
cerita pendek siklus II pertemuan 2 pada table 19 dapat diperjelas
dengan tabel 20:
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45 – 50 3 8
2 51 – 56 5 13
3 57 – 62 7 18
4 63 – 68 1 3
5 69 – 74 5 13
6 75 – 80 18 45
Nilai Rata-Rata Kelas = 65.6
Ketuntasan Klasikal = 31:39 x 100= 79%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Dari tabel 20 dapat disajikan dengan gambar 20:
Gambar 20. Grafik Nilai Psikomotor Siswa Selama Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2
Berdasarkan gambar 20, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis
cerita pendek siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar
65,6 dan ketuntasan klasikal sebesar 79%. Adapun rincian ketuntasan
klasikal nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 7 siswa atau 18%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 18 siswa atau 45%.
b).Hasil nilai kognitif
Aspek yang dinilai meliputi: 1) pemilihan kata, 2) isi cerita, 3)
kebahasaan, 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan
hasil penilaian untuk Paspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8
dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah:
0 35
7
1
5
18
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
No
Urut Nilai KKM
1 55 TT 14 50 TT 27 65 T
2 80 T 15 50 TT 28 80 T
3 70 T 16 65 T 29 80 T
4 50 TT 17 70 T 30 60 T
5 55 TT 18 65 T 31 80 T
6 55 TT 19 60 T 32 80 T
7 80 T 20 70 T 33 80 T
8 70 T 21 75 T 34 65 T
9 60 T 22 70 T 35 60 T
10 80 T 23 70 T 36 75 T
11 75 T 24 75 T 37 70 T
12 75 T 25 65 T 38 80 T
13 65 T 26 75 T 39 75 T
Nilai Rata-Rata Kelas = 68.7
Ketuntasan Klasikal = 33:39 x 100= 85%
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa menulis cerita
pendek siklus II pertemuan 2 pada tabel 21 dapat diperjelas dengan
tabel 22:
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus II Pertemuan 2
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 45 - 50 3 8
2 51 - 56 3 8
3 57 - 62 4 10
4 63 - 68 6 15
5 69 - 74 7 18
6 75 - 80 16 41
Nilai Rata-rata kelas= 68.7
Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100% =85%
Dari tabel 22 dapat disajikan dengan gambar 21:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar 21. Grafik Nilai Kognitif Kemampuan Siswa Menulis Cerita Pendek
Siklus II Pertemuan 2
Berdasarkan gambar 19, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek
kelas II siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 68.7
dan ketuntasan klasikal sebesar 85%. Adapun rinciannya ketuntasan
klasikal nilai kognitif siswa yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 4 siswa atau 10%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 6 siswa atau 15%.
Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 7 siswa atau 18%.
Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 16 siswa atau 41%.
Berdasarkan data nilai yang telah diperoleh pada masing masing
aspek (psikomotor dan kognitif), maka dapat dilihat perbandingan
ketuntasan nilai pada keterampilan menulis cerita pendek pada siklus II,
baik pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 23:
0 3 3 46 7
16
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 23. Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siswa Kelas II Siklus II
No Aspek Banyaknya siswa yang tuntas
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata Prosentase(%)
1 Psikomotor 29 31 30 76
2 Kognitif 31 33 32 82
3 Nilai Keterampilan
Menulis 30 32 31 79
Dari tabel 23 dapat diperjelas dengan gambar 22:
Gambar 22. Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa
Kelas II Siklus II
Berdasarkan gambar 22 dan indikator kinerja halaman 62 dapat diuraikan sebagai
berikut:
1). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 30 siswa
atau 76% lebih tinggi dari target capaian yang telah ditentukan.
2). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 32 siswa atau
82% lebih dari tinggi target yang telah ditentukan.
29
31
30
31
33
32
30
32
31
27
28
29
30
31
32
33
34
Psikomotor Kognitif Nilai Keterampilan
Menulis
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
3). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis (cerita pendek)
sebanyak 31 siswa atau 79 lebih tinggi dari target yang telah ditentukan.
Perbandingan prosentase ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek
pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 yaitu:
Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
1
41
59 79
Dari tabel 24 dapat diperjelas dengan gambar 23:
Gambar 23.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Nilai Keterampilan
Menulis Cerita Pendek Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh perbandingan prosentase
ketuntasan dalam pembelajaran menulis cerita pendek yaitu pada pra siklus
sebesar 41 %, siklus 2 sebesar 59% dan siklus 2 sebesar 79%, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia menulis cerita pendek dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture pada siklus II sudah
berhasil karena sudah mencapai target pencapaian atau sesuai dengan indikator
41
59
79
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kinerja yang telah ditentukan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture
and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas
II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan
nilai rata-rata kelas keterampilan menulis cerita pendek siswa dan prosentase
ketuntasan belajar Bahasa Indonesia menulisceritapendek siswa siswa kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan
setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari 2
pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 25. Rata-Rata Nilai Kelas Keterampilan Menulis dan Prosentase
Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan perhitungan nilai keterampilan rata-rata kelas pada table 25
siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal
ini merefleksikan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) Kelas II
dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
keterampilan menulis siswa.
Adapun peningkatan nilai keterampilan menulis cerita siswa dan
ketuntasan belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan model pembelajaran
picture and picture pada pra sklus, siklus I da siklus II dapat digambarkan dalam
bentuk gambar 24:
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
Nilai Rata-Rata Keterampilan
Menulis Siswa Prosentase (%)
Pra
Siklus Siklus I Siklus II
Pra
Siklus Siklus I Siklus II
60 57 59.7 66.1 41 59 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Gambar 24. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan dan
Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Setiap Siklus
Dari gambar 24, terlihat bahwa nilai rata-rata keterampilan siswa dalam
pembelajatan menulis cerita pendek pada kondisi awal hanya 57 yang kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 59,7 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi
66,1. Sedangkan dari segi ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek pada
kondisi awal ketuntasan keterampilan menulis sebesar 41% kemudian pada siklus
I ketuntasan keterampilan menulis meningkat sebesar 59%, dan pada siklus II
ketuntasan keterampilan menulis meningkat lagi sebesar 79%.
Tabel 26 : Peningkatan Aktivitas Siswa dan Guru pada dalam
ProsesPembelajaran Pada Siklus I, dan Siklus II
No Jenis Aktivitas
Siklus 1 Siklus 2
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Pertemuan
1
Pertemuan
2
1 Guru 2.3
(kurang)
3.18
(baik)
3.5
(baik)
3.6
(baik)
2 Siswa 16
(kurang)
21
(baik)
26
(baik)
28
(baik)
Berdasarkan tabel 26 dapat direfleksikan bahwa proses pembelajaran
Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) yang dilaksanakan oleh guru dapat
dinyatakan berhasil karena terjadi peningkatan aktivitas siswa dan aktivitas guru
pada setiap siklusnya. Aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dengan skor rata-
57,4 59,766,1
41
59
79
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Siswa
Prosentase (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
rata 2,3 (termasuk dalam kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat
menjadi 3,18 (termasuk kategori baik. Pada siklus II, pertemuan pertama skor
rata-ratanya meningkat menjadi 3,5 (termasuk kategori baik), kemudian
meningkat lagi menjadi 3,6 (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.
Aktivitas siswa pada siklus I, pertemuan pertama rata-rata siswa yaitu 16
siswa (termasuk kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 21
siswa (termasuk kategori baik). Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-
ratanya meningkat menjadi 26 siswa (termasuk kategori baik), kemudian
meningkat lagi menjadi 28 siwa (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya: (1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan
model pembelajaran picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni
siswa kurang lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar
(2) gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang duduk
di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu warna yang dipilih
untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas). Beberapa hal tersebut
membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa tidak muncul, maka dari itu
pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) perlu dilanjutkan ke siklus II dengan
berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Upaya untuk mengatasi hambatan yang
ada pada siklus I yang akan disempurnakan pada siklus II yakni: (1) siswa
dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and picture agar
siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide dengan melihat gambar
yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa akan mudah dalam membuat
cerita karena siswa sudah mendapatkan ide atau gambaran yakni menjabarkan
gambar yang ditempel di depan kelas, (2) gambar yang dipertunjukkan diubah
menjadi ukuran yang lebih besar dari sebelumnya agar siswa yang duduk di
deretan bangku belakang dapat melihat gambar dengan lebih jelas serta warna
pada gambar dibuat se-menarik mungkin. Pembelajaran pada siklus II sudah
berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat
lampiran 18 dan 19) nilai keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis
sebelum menggunakan model pembelajaran picture and picture sudah cukup baik,
tetapi siswa yang tuntas hanya 41 %. Hal itu dikarenakan guru belum
menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam matapelajaran Bahasa
Indonesia khususnya menulis cerita pendek sehingga siswa kurang maksimal
dalam mengikuti pelajaran maupun dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan model pembelajaran
picture and picture yaitu penggunaan model pebelajarn picture and picture dalam
pebelajaran menulis cerita pendek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
keterampilan menulis siswa, selain itu ketuntasan nilai keterampilan siswa juga
meningkat.
Hal itu dikarenakan penggunaaan model pebelajaran picture and picture
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dan membuat pembelajaran menulis menjadi bermakna dan
menyenangkan, selain itu juga banyak manfaat yang didapatkan dari model
pembelajaran picture and picture yaitu antara lain: (1) memudahkan siswa untuk
memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran.
Melalui media gambar siswa lebih mudah menyerap materi. Karena dengan model
pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati gambar;
(2) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Dengan menerapkan
model pembelajaran picture and picture, maka guru akan lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa. Hal ini dikarenakan siswa secara bergilir
ditunjuk oleh guru untuk maju mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
Jika siswa mengalami kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan
bahwa siswa di dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa
tersebut perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang
diberikan oleh guru; (3) kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan.
Artinya, dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa
akan menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di
dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
memasangkan gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba
untuk menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktifan siswa akan
meningkat; (4) siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis
maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur
(berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan gambar
untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa diminta
guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar urut berdasarkan
pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari pengurutan gambar
tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir logis dan sistematis melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru; (5) Siswa lebih konsentrasi serta
mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran
siswa akan lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai
karena asik mengamati gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam
memahami materi pembelajaran.
Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model pebelajaran picture
and picture maka kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajarn
picture and picture menjadi tidak berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat
menjadikan pembelajaran menulis menjadi bermakna sehingga keterampilan
siswa dalam menulis khusunya cerita pendek meningkat. Jadi penggunaan model
pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita
pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan
keterampian menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 57,4
dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 41%, siklus I nilai rata-rata
keterampilan menulis siswa 59,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar
57% dan siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 66,1 dengan
presentase ketuntasan klasikal sebesar 79 %. Penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) di kelas II
sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa khusunya menulis
cerita pendek.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia (menulis) kelas II. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model siklus, dimana model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 20 Februari 2011 dan siklus II
dilaksanakan pada tanggal 26 Februari s.d. 1 Maret 2011. Dalam setiap
pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang,
sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan
dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap
siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis
perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model
pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita
pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Sehubungan dengan
penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II, hal itu dapat ditinjau dari
hal-hal berikut.
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam
pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keteramplan menulis
cerita pendek siswa kelas II karena penggunaan model pembelajaran picture
and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)
memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, siswa dapat
berfikir logis dan sistematis, dan siswa menjadi lebih berani dalam
menyampaikan ide atau gagasannya di kelas.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga
sangat penting. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik
sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian,
dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran.
Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan
memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Pentingnya penggunaan model pembelajaran picture
and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)
terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga
terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
itu penggunaan model pembelajaran picture and picture juga mampu
meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
Presentase nilai keterampilan siswa setelah menggunakan model
pembelajaran picture and picture meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya
peningkatan nilai rata-rata tiap siklus pada aspek psikomotor dan aspek
kognitif siswa. Dengan adanya peningkatan ini kondisi kelas menjadi lebih
kondusif dan pada akhirnya keterampilan menulis siswa pada matapelajaran
Bahasa Indonesia kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran Bahasa Indoneisa (menulis cerita pendek) melalui
penggunaan model pembelajaran picture and picture harus di atasi semaksimal
mungkin. Oleh karena itu kedua aspek (psikomotor dan kognitif) harus
diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya
Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek).
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan model
pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
2. Bagi Guru
a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa
menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran.
b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap
siswa untuk lebih memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu,
serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Pemanfaatan model pembelajaran picture and
picture dengan menngunakan media gambar dapat melatih siswa untuk
berpikir logis, kritis dan sistematis, serta siswa akan lebih berani dalam
mengeluarkan pendapat di depan umum.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi
belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses
pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas diri.
Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek psikomotor dan aspek
kognitif.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran picture and
picture guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa yang belum
tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.