“ PERANAN SISTEM E- HAJJ PADA DIREKTORAT
JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH
KEMENTERIAN AGAMA RI “
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh
SAKIYNAH
NIM : 11150530000002
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019 M / 1440 H
ii
iv
ABSTRAK
SAKIYNAH, 11150530000002, Peranan Sistem E- Hajj pada
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Kementerian Agama RI, di bawah bimbingan Drs. Hasanuddin
ibnu hiban. MA.
Banyak sekali faktor yang mendukung keberhasilan
pelayanan ibadah haji yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Salah
satu faktor keberhasilnya yaitu dengan di adanya Sistem Elektronik
Haji yang output nya adalah untuk memperoleh visa haji. Keluarnya
visa akan bergantung kepada kelengkapan paket yang akan di input
di dalam sistem ini, peranan Sistem E-Hajj ini begitu penting dalam
pengaturan keberangkatan hingga kepulangan jamah haji. Sistem
yang dikeluarkan oleh Kementerian Haji Arab Saudi ini diterapkan
di seluruh Negara yang akan melaksanakan Ibadah Haji di Arab
Saudi, sistem ini juga memudahkan kementerian Agama dalam
mendapatkan visa haji hanya dengan menginput data pada sistem
tersebut untuk memastikan para calon jamaah haji bahwa mereka
telah mendapatkan pelayan ibadah haji meliputi : transportasi darat,
akomodasi dan konsumsi selama di arab Saudi. Dalam hal ini sistem
E-Hajj memiliki banyak peranan dalam pengaturan layanan jamaah
haji selama di Arab Saudi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Penerapan Sistem E-Hajj pada Direktorat Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementerian Agama RI, dan manfaatnya bagi jamaah haji
Indonesia. Metode yang penulis gunakan dalam karya ilmiah ini
adalah metodelogi penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, yaitu dengan menggunakan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan. Dari hasil
penelitian ini penulis dapat simpulkan bahwa Sistem E-Hajj ini
masih memiiliki kekurangan akan tetapi sistem E-Hajj ini memiliki
banyak peranan dan manfaatnya dalam pengaturan keberangkatan
hingga kepulangan jamaah haji.
Kata Kunci : Peranan, Sistem, E-Hajj.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat
dan karunianya yang tak terhingga penulis dapatkan, sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta
salam selalu penulis junjung kepada Nabi Muhammad SAW dimana
perjuangannya tak tergantikan dan akhlaknya menjadi suri tauladan
yang baik hingga akhir zaman sebagai manusia yang rahmatan
lilalamiin.
Berkat karunia dan rahmat dari Allah SWT., Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem E- Hajj
pada Direktorat Jenderal penyelenggaraan Haji dan Umroh
Kementrian Agama RI dalam pengaturan keberangkatan dan
kepulangan jamaah Haji”. Penyusunan skripsi ini adalah sebagai
syarat akhir program S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.
Penulis menyadari bahwa tujuan penulisan skripsi ini, tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan moril dan materil dari banyak
pihak terutama kepada kedua orang tua penulis yang penulis cintai
dan hormati serta senantiasa mendo‟akan penulis dan memberikan
dukungan yang luar biasa agar penulis dapat menyelesaikan
kegiatan perkuliahan dengan baik dan benar. Mereka yang selalu
mendengarkan keluh kesah penulis dan memberi nasihat agar
penulis tidak menyerah dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.
vi
Semoga penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan dan
bermanfaat untuk masyarakat sekitar.Aamiin.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua
Jurusan Manajemen Dakwah.
3. Drs. Sugiharto, MA., selaku sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah.
4. Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. selaku
pembimbing skripsi penulis yang selalu
memberikan arahan, masukan, dan kritik kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
5. Dosen konsenterasi Manajemen Haji dan Umrah
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
namanya, penulis ucapkan terima kasih atas
kesabaran, perhatian, pengorbanan dan kerja
kerasnya mendidik penulis selama di bangku kuliah
dengan baik hingga selesai skripsi.
6. Mamah Kulsum, Bapak Abdul Azis, selaku orang
tua penulis, terimakasih banyak Mah, pak telah
vii
banyak berjasa dan selalu memberikan dukungan
serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik.
7. M. Faqih bayanullah, wardah selaku kakak dan adik
penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Akhmad Jauhari selaku kepala seksi
pemvisaan subdit dokumen dan perlengkapan haji
regular. Direktorat pelayanan haji dalam negeri
yang telah bersedia memberikan informasi baik
secara lisan maupun tulisan.
9. H. Abdillah, S. Pd. I Selaku kasubag TU Direktorat
pelayanan haji luar negeri yang telah bersedia
memberikan informasi baik secara lisan maupun
tulisan.
10. Seluruh sahabat seperjuangan Konsenterasi
Manajemen Haji dan Umrah terkhusus sahabat saya
Nia darmawati, Hendri utsman, Desi nuramalia,
aisyah adinda fitri yang telah memberikan semangat
dan masukan untuk menyempurnakan penulisan
skripsi ini.
11. Sahabat lama penulis Rangga Indwi Pratama
Terimakasih, Telah menginspirasi penulis dan telah
viii
memberikan semangat dan doa‟ nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
12. Teman-teman dekat penulis indah khoirunnisa,
annisa fitri, anna evelyn, afifah fauziah, brigitta
fricila, adinda putri panggabean, rizka dian umami,
aimia keu keu dea kusmiati dan teman teman yang
lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu terimakasih telah memberikan semangat dan
masukan untuk menyempurnakan penulisan skripsi
ini
Tiada balasan yang penulis berikan selain do‟a dan ucapan
terimakasih, semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,
senantiasa Allah SWT balas dengan balasan yang lebih baik serta
selalu dalam lindungan-Nya.Aamiin.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Jakarta 12 April 2019
SAKIYNAH
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ i
LEMBAR PENGESAHAAN PEMBIMBING ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................... iii
ABSTRAK ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................... 1
B. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian............................ 8
D. Metodelogi Penelitian .......................................... 9
E. Tinjauan Pustaka .................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ........................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI ................................................ 17
A. Peranan ................................................................. 17
1. Pengertian peranan ......................................... 17
B. Sistem Elektronik ................................................. 22
1. Pengertian Sistem ............................................ 22
2. Unsur - unsur Sistem ....................................... 23
3. Krakteristik Sistem ......................................... 23
C. E – Hajj ................................................................ 24
1. Pengertian E-Hajj ............................................ 24
x
BAB III GAMBARAN UMUM DIRJEN PHU
KEMENTRIAN AGAMA RI .................................. 26
A. Lokasi Kementrian Agama RI.............................. 26
B. Sejarah Kementrian Agama RI ........................... 26
C. Visi Misi Kementrian Agama RI ......................... 34
D. Struktur Organisasi Kementrian Agama RI ......... 37
BAB IV PENERAPAN SISTEM E-HAJJ PADA
DIRJEN PHU KEMENTRIAN RI ......................... 38
A. Sistem Elektronik E-Hajj .................................... 38
1. Pengertian sistem E-Hajj ................................. 38
B. Unsur unsur organik dan an- organik Sistem
Elektronik ............................................................. 44
1. Unsur-unsur organik sistem E-Hajj ................. 44
a. Pengelola ................................................... 44
b. Pengguna ................................................... 44
2. Unsur- unsur an- organik sistem E-Hajj.......... 44
a. Materi ........................................................ 44
b. Media......................................................... 44
c. Metode....................................................... 44
d. Tujuan ....................................................... 45
e. Pengaruh .................................................... 45
C. Dasar keputusan pelaksanaan E-Hajj ................... 45
D. Manfaat dari E-Hajj .............................................. 46
xi
BAB V PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN
SISTEM E- HAJJ DALAM PENGATURAN
KEBERANGKATAN DAN KEPULANGAN
JAMAAH HAJI ........................................................ 47
A. Pengelolaan sistem E-Hajj pada Dirjen PHU
kementrian Agama RI .......................................... 47
1. Alur kerja sistem E-Hajj............................ 47
2. Faktor pendukung dan penghambat
Sistem E-Hajj ............................................ 58
B. Analisis penerapan sistem E-Hajj
Dalam Pengaturan Keberangkatan
Dan Kepulangan Jamaah Haji .............................. 66
BAB VI PENUTUP............................................................ 76
A. Kesimpulan........................................................... 77
B. Saran ..................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 78
LAMPIRAN ................................................................................. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, sudah merupakan suatu hal yang lazim
diwacanakan maupun diaplikasikan mengenai sistem teknologi
informasi. Sistem tersebut mendukung kemudahan seseorang
maupun organisasi untuk memberikan informasi bagi para
pengguna (use). Sistem teknologi informasi memberikan
kemudahan dalam peng-aksesan berbagai macam informasi yang
ingin didapatkan oleh para pengguna (use).
Banyak sekali kasus atau informasi yang bisa didapatkan
melalui sistem informasi. Berkembangnya teknologi informasi
dari masa ke masa tidak lepas dari tuntutan zaman yang
mengharuskan adanya kemudahan-kemudahan yang bisa
didapatkan bagi para pengguna (use). Maka dari itu, semakin
mudahnya sistem teknologi informasi, tidak sedikit perusahaan
yang menggunakan sistem teknologi berbasis informasi untuk
mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan.
Sistem Teknologi Informasi atau yang lebih masyhur
dikenal dengan sebutan (STI) merupakan sebuah produk yang
kompleks. Didalamnya terdiri dari data, proses dan
mengembangkan teknologi yang dipadukan dengan komunikasi
yang harus melayani beragam kebutuhan stakeholder.
STI lebih dari sekedar teknologi karena STI sebagai
sarana utama untuk mencapai tujuan organisasi. STI
2
menyebabkan juga perubahan-perubahan peran dari STI itu
sendiri, mulai dari perannya membantu operasi organisasi
menjadi lebih efisien sampai ke perannya sebagai alat
memenangkan kompetisi . STI digunakan oleh organisasi untuk
membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien sampai
dengan perannya sebagai alat untuk memenangkan kompetisi.
Selain untuk membantu operasi rutin organisasi agar menjadi
lebih efisien, STI juga merupakan faktor pembeda kompetitif
yang utama.
Dalam prosesnya, Sistem Teknologi Informasi juga tidak
lepas dari kekurangan. Kurangnya jaringan internet merupakan
salah satu penyebab sulitnya akses informasi yang ingin
didapatkan. Selain jaringan, keterlambatan dari pihak penyedia
informasi untuk meng-update informasi-informasi baru juga
merupakan penyebab lainnya.1 Para penyedia informasi dalam
hal penggunaan sistem teknologi informasi diharapkan pandai
dalam menyediakan pelayanan yang memuaskan bagi para
pengguna.
Seperti pemaparan di atas, teknologi informasi sangat
dibutuhkan dalam dunia organisasi. Banyak sekali atau bahkan
hampir seluruh organisasi menggunakan sistem teknologi
informasi. Hal tersebut digunakan karena penggunaannya yang
efektif dan efisien. Para pengguna dapat mengakses berbagai
informasi dngan mudah tanpa harus bolak-balik mengunjungi
1 Bambang Hariyanto, Dasar Informatika & Ilmu Komputer.
(Yogyakarta:Graha Ilmu. 2008). h. 27.
3
kantor pusat di mana organisasi tersebut berada. Salah
satunya organisasi Pemerintah yang melayani masyarakat di
bidang ibadah haji.
Haji sebagai salah satu ibadah dalam Islam, menjadi
rukun Islam yang kelima hukumnya wajib sekali seumur hidup
bagi setiap orang Islam yang memenuhi syarat2. Ibadah haji
merupakan rukun islam yang kelima. Allah SWT.
memerintahkan kepada hambanya yang mampu untuk
menjalankan kewajiban tersebut. Mampu dalam hal ini bukan
hanya dalam mampu secara finansial. Namun, kemampuan yang
dimaksud juga dalam kemampuan fisik dan jasmani. Karena haji
merupakan ibadah fisik yang sangat membutuhkan ketahanan
fisik yang tidak sedikit. Perlu banyak sekali kesiapan yang
dibutuhkan bagi para hamba Allah yang akan melaksanakan
ibadah haji. Firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 97
نات مقام إب راهيم ولله ومن دخله كان آمنا فيه آيات ب ي
له ال ومن كفر فإن على الناس حج الب يت من استطاع إليه سبيل
غني عن العالمين
Artinya: “Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas,
(di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya
2Departemen Agama RI, Fiqh Haji, (Jakarta: Direktorat Jendral
Penyelenggaraan Haji 2012) h. 4
4
(Baitullah) amanlah dia; dan (di antara) kewajiban manusia
terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalananan ke sana. Barang siapa mengingkari
(kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”3
Haji adalah rukun Islam yang harus ditunaikan bagi
setiap Muslim yang mampu. Kewajiban haji harus ditunikan
satu kali seumur hidup yaitu bagi mereka yang beragama
Islam, baligh, mumayiz, berakal sehat dan bagi yang mampu
melaksanakan nya. Ibadah Haji merupakan wujud nyata dan
persaudaraan umat Muslim seluruh dunia. Haji merupakan
mu‟tamar tahunan atau silaturahim Akbar dimana mereka
dapat bertukar pengalaman, menyatukan misi dan persepsi,
program dan acuan memajukan Islam dinegeri masing-
masing setelah mereka kembali dari ibadah ditanah suci.4
Dewasa ini jumlah haji cenderung meningkat dari
tahun ketahun, jumlah jamaah selalu bertambah setiap
tahunnya, baik ketika diberangatkan menggunakan kapal laut
mapun pesawat terbang. Banyak motif Muslim Indonesia
melaksanakan ibadah Haji, diantaranya untuk meningkatkan
amal kebaikan, menjadi teladan kepada masyarakat
memperoleh status sosial dan meningkatkan pamor politik.
3Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 97
4Depag RI, Hikmah Ibadah Haji, (Jakarta: Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 18
5
Semakin tinggi pendidikan umat Islam, kian kuat motifasi
mereka untuk menunaikan ibadah Haji.5
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang
sebagian besar penduduknya beragama islam. Maka dari itu
pada setiap tahunnya banyak sekali masyarakat muslim
Indonesia yang menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci
Makkah. Dalam pelaksanaan ibadah haji, Pemerintah
Republik Indonesia dalam hal ini Kementrian Agama
berperan penting untuk melayani masyarakat Indonesia yang
akan melaksanakan ibadah haji. Proses demi proses
dilaksanakan baik dari pihak Kementrian Agama maupun
jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji.
Jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji
sebelumnya harus menyetor dulu kepada bank yang sudah
ditunjuk oleh Kementrian Agama untuk setoran awal
tabungan ibadah haji. Setelah menyetor setoran awal, calon
jamaah melaporkan dirinya ke kantor Kementrian Agama di
wilayah atau masing masing daerah. Proses tersebut
berlanjut hingga proses keberangkatan dan pemulangan. Di
antaranya pemesanan hotel di makkah dan madinah, catering
, dan transportasi Semuanya didata dan di pesan melalui
sebuah system yang dinamakan sistem E –Hajj yaitu
elektronik haji. E-Hajj atau elektronik Haji digunakan oleh
pemerintah untuk memproses pemesanan penginapan hotel
5 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama RI, Haji
dari Masa ke Masa, (Jakarta: 2012), h, 11
6
selama di arab Saudi, catring dan transpotasi guna untuk
merealisasikan transparasi paket-paket pelayan haji
Adanya Sistem E-Hajj pada awalnya tahun 2015
siskohat telah menerapkan pengembangan aplikasi untuk di
integrasikan dengan aplikasi E-Hajj atau elektronik haji
yaitu system elektronik yang di buat oleh kementrian haji
arab Saudi yang bertujuan untuk mewujudkan peningkatan
kualitas pelayanan yang di berikan oleh Jemaah haji selama
berada di arab Saudi. Selain itu system ini juga dilakukan
untuk merealisasikan transparasi paket-paket pelayanan .
yaitu dengan mewajibkan seluruh stakeholder ( pemangku
kepentingan ) baik pemerintah maupun swasta/ Travel untuk
melakukan transaksi pelayanan melalui system elektronik
yang terintegrasi.
Dasar pelaksanaan E-Hajj yaitu keputusan dewan
mentri no 386 tanggal 22 dzulhijjah 1433 H Tentang
persetujuan proyek pendirian jalur elektronik untuk
pelayanan Jemaah haji luar. Selain itu, dasar pelaksanaan
program ini juga dari MoU Mentri haji Arab Saudi dengan
mentri Agama RI pada tanggal 20 Robiul awal
1435H/2014M
Yang salah satu isinya meminta kantor urusan haji
untuk melakukan seluruh proses transaksi dengan sistem
elektronik dan penerbitan visa haji akan dikaitkan dengan
kelengkapan paket pelayanan yaitu perumahan, catering dan
7
transportasi dimungkinkan Jemaah haji akan mengetahui
segala jenis pelayan yang di berikan kepada Jemaah haji.
Berdasarkan uraian diatas pada skripsi ini, penulis
bermaksud untuk menulis sebuah skripsi yang berkaitan
dengan pelayanan komputerisasi haji terpadu dengan
menggunakan sistem E-Hajj. Hanya saja, skripsi yang akan
ditulis nanti menitik beratkan pada Peranan Sistem E- Hajj
Dan Manfaatnya dari adanya E-Hajj itu sendiri.
Adapun judul yang akan dibuat dalam pembuatan
skripsi yaitu: “Peranan Sistem E- Hajj Pada Direktorat
Jendral Penyelenggaraan Haji Dan Umroh Pada Kementrian
Agama RI”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk
menetapkan batasan- batasan dari masalah penelitian yang
akan diteliti. Batasan masalah berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk
dalam ruang lingkup masalah penelitian.6 Besarnya jumlah
umat muslim yang mendaftar sebagai calon jamaah haji
membuat para penyeleggara ibadah haji dan umroh
menggunakan fasilitas / layanan yang memudahkan dalam
penyelenggaraan ibadah haji.
Semua itu tidak lepas dari sistem komputerisasi yang
6 Dr. Husaini Usman, M.Pd. dan Purnomo Setiady Akbar, M.Pd,
Metodologi Social, (Jakarta: Bumu Aksara, 2006), h. 23
8
membantu terlaksananya pelaksanaan ibadah haji. Oleh
karena itu, berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,
penulis membatasi masalah pada skripsi ini tentang “Peranan
Sistem E- Hajj Pada Direktorat Jendral Penyelenggaraan
Haji Dan Umroh Pada Kementrian Agama RI“.
2. Perumusan Masalah
Agar dalam pembahasannya lebih terarah dan
terfokus serta mempermudah dalam penyusunan, maka
penulis perlu membuat perumusan masalah pada penulisan
skripsi ini untuk menjawab permasalahan-permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Peranan Sistem E- Hajj pada Dirjen PHU
Kementrian Agama RI?
2. Bagiamana manfaat dari penerapan sistem E-Hajj pada
Dirjen PHU Kementrian Agama RI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah disusun maka
dapat di rumuskan tujuan dilakukan nya penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Bagaimana Peranan sistem E- Hajj
pada Dirjen PHU Kementrian Agama RI
2. Untuk mengetahui Bagiamana pemanfaat dari penerapan
sistem E-Hajj pada Dirjen PHU Kementrian Agama RI.
9
Sedangkan manfaat penelitian ini telah dirumuskan 2
bagian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
peningkatan kualitas materi perkuliahan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Khususnya Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Mnajemen
Dakwah, Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh.
b. Penelitian ini di harapkan dapat menambahkan ilmu
serta informasi tentang Peranan Sistem E- Hajj pada
Direktorat Jenderal penyelenggaraan Haji dan Umroh
Kementrian Agama RI.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini berguna untuk memberikan upaya –
upaya perbaikan Sistem E- Hajj di Indonesia.
D. Metodelogi penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penulisan yang penulis gunakan dalam penelitian
ini tidak bisa lepas dari penggunaan beberapa cara/metode
yang relevan dengan permaslaahn penelitian ini. Penelitian
yang akan dilaksanakan merupakan penelitian jenis kualitatif
10
yang akanmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,
gambara, dan bukan perhitungan angka-angka7
metode dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy
Moleong menyatakan bahwa metode dengan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah
orang atau human instrument yaitu penelitian itu sendiri.
Untuk dapat menjadi instrument, maka penelitian harus
mempunya bekal teori dan wawancara yang luas, sehingga
mampu bertannya, menganalisis, memotret, dan
mengkonstruksi situasi sosial yang di teliti menjadi lebih
jelas dan bermakna.9
2. Sumber dan jenis Data
Secara garis besar sumber data da dua macam yaitu
data Primer dan sumber data Sekunder.
a. Data primer adalah data yang di eroleh langsung
dari subjek penelitian mengunakan alat pengukur
atau alat pengambilan data langsung tempat
penelitian sebagai sumber informasi yang di
7Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 3 8Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 4
9 Sugiono, metode penelitian kualitatif, kuantitafi, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h8.
11
cari10
Dalam penelitian sumber data di peroleh
dari hasil wawancara kasubid dokumen haji dan
sistem informasi di Direktorat pelayanan haji
dalam Negeri, Adapun jenis data yang akan di
ambil yaitu tentang Peranan Sistem E- Hajj pada
Direktorat Jenderal penyelenggaraan Haji dan
Umroh Kementrian Agama RI.
b. Data Sekunder adalah data yang mendukung
objek penelitian yang mendukung data primer,
dan yang melengkapi data primer11
, data
sekunder berupa arsip , dokumentasi, profil
lembaga, jurnal, buku, majalah, artikel, dan
semua infoemasi yang berkaitan dengan sistem
E-Hajj indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, teknik
pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dari
tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan tujuan penelitian.13
Metode ini dilakukan
dengan cara meminta informasi kepada responden (orang
yang diwawancara atau dimintai informasi) dari pihak
Ditjen PHU Kemenag RI.
10
Azwar Saifuddin, Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001)
11Andi Prastowo, Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Persfektif
Rancangan Penelitian, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011)
12
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen seperti data-data, arsip-arsip
dan gambar-gambar ataupun bentuk lainnya.12
Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti
meminta data kepada lembaga yang diteliti yakni Ditjen
PHU Kemenag RI sesuai dengan judul yang dibahas.
4. Teknik Analisi Data
Analisi Data Merupakan Proses penyederhanaan
Data kedalam bentuk yang mudah di baca dan
diinterpretasikan13
Metode analisis penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif yang
bertujuan melukiskan secara sistematis fakta dan
karakteristik bidang-bidang tertentu secara factual dan
cermat dengan menggambarkan keadaan atau status
fenomena.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang
diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017.
6. Tempat dan waktu penelitian
12
Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 57
13Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metodelogi Penelitian Survey,
(Jakarta : LP3ES, 1989)
13
Penelitian dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama
Republik Indonesia, Jl. Lapangan Banteng Barat
Nomor 3-4 Jakarta Pusat.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya bentuk penjiplakan atau
plagiat maka penulis mengadakan injauan pustaka terhadap
beberapa skripsi sebagai bahan perbandingan dalam
pembuatan skripsi. Selain itu penulis juga melakukan
tinjauan kepustakaan (Literature) yang berkaitan dengan
topik pembahsan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian
ini adalah:
1. Mutmainnah, “Implementasi Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) pada
Kementrian Agama Republik Program Studi Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
penelitian ini berisi tentang system komputerisasi haji
yang dilaksanakan pada Kementrian Agama Republik
Indonesia.14 Pada skripsi ini tidak melibatkan pendapat
dari jamaah yang berguna untuk mengetahui kepuasan
pelayanan karyawan terhadap para jamaah.
2. Holisah, “Pengaruh Kualitas Bimbingan Manasik Umroh
Terhadap Kepuasan Jama‟ah Pada PT. Fajrul Ikhsan
Wisata (Esq Tours Travel) Pondok Pinang Jakarta
14
Mutmainnah, Implementasi Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) pada Kementrian Agama Republik Indonesia, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
14
Selatan”, Program Studi Manajemen Haji dan Umrah,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, penelitian
ini berisi mengenai pengaruh bimbingan manasik umrah
terhadap kepuasan para jamaah yang dilaksanakan di PT.
Fajrul Ikhsan Wisata.15 Sistem analisa pada skripsi ini
sudah baik. Namun, dalam penyusunannya masih
diperlukan penyempurnaan dalam perhitungan hasil
analisa.
3. Dini Nurani Larasati, “Respon Mustahik Terhadap
Kinerja Amil Pada Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (Bazis) Provinsi DKI Jakarta”, Konsentrasi
Manajemen Ziswaf, Program Studi Manajemen Dakwah,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penelitian
ini focus pada respon mustahik yang di dalamnya
terdapat satu variable.
Penelitian “skripsi” yang penulis buat berjudul
“Peranan Sistem E- Hajj pada direktorat jenderal haji dan
umroh Kemenag RI”. subjek dan objek pembahasan dari
semua judul skripsi diatas, tidak ada yang sama dengan
skripsi yang akan penulis buat.
Penulis melakukan penelitian yang menitik beratkan
pada Peranan Sistem E- Hajj pada direktorat jenderal haji
dan umroh Kemenag RI. Demikianlah tinjauan pustaka ini
15
Holisah, “Pengaruh Kualitas Bimbingan Manasik Umroh
Terhadap Kepuasan Jama’ah Pada Pt. Fajrul Ikhsan Wisata (Esq Tours
Travel) Pondok Pinang Jakarta Selatan, Program Studi Manajemen Haji dan
Umrah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
15
penulis buat sebagai perbedaan materi anatara penelitian
yang penulis teliti dengan deskripsi terdahulu.
F. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada karya ilmiah skripsi ini
terdiri dari lima (5) BAB yang memiliki sub-sub bab. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah penulisan.
Penyusunannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas tentang teori Peranan, Sistem, E-Hajj.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG
OBYEK PENELITIAN
Membahas tentang gambaran umum Ditjen PHU
Kemenag RI
BAB IV PERANAN SISTEM E- HAJJ PADA DIRJEN
PHU KEMENTRIAN AGAMA RI
Membahas tentang Peranan Sistem E- Hajj pada
direktorat jenderal haji dan umroh Kemenag RI..
BAB V PENGELOLAAN DAN MANFAAT SISTEM
E- HAJJ PADA DIRJEN PHU
KEMENTERIAN AGAMA RI.
16
Pada bab ini memuat tentang bagaiamana cara
pengelolan sistem e-hajj pada Kemenag RI.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini memuat tentang
kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu peristiwa” Berdasarkan pendapat di atas peranan
adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok
orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat
tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau
seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan
dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan,
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.16
Menurut Soerjono Soekanto Pengertian Peranan
adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan17
. Konsep
tentang Peran (role) menurut Komarudin dalam buku
“ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut :
a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh
manajemen;
b. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu
status;
16
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT.Balai Pustaka, 1995)
17Soekanto, Soerjono, Teori peranan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002)
18
c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau
pranata;
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi
karakteristik yang ada padanya;
e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab
akibat.18
Peranan menurut Grass, Mason dan MC Eachern
yang dikutip dalam buku pokok-pokok pikiran dalam
sosiologi karangan David Bery mendefinisikan “peranan
sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada
individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial
tertentu. Namun, lain lagi pengertian peranan yang
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Ia mengatakan bahwa
“peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan
suatu peranan.
Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang
peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Setiap
orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari
pola-pola pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti bahwa
peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat
18
Komarudin, ensiklopedia manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994)
19
serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh
masyarakat kepadanya.19
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil
pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana
fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha
pencapaian tujuan dapat melalui kemampuan dirinya atau
melalui usaha beragai hal yaitu dengan menggunakan media
sistem informasi yang ditetapkan atau ukuran mengenai
hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan hubungan sebab
akibat.
Menurut Soerjono Soekanto peranan mencakup tiga
hal, yaitu:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan;
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi;
c. Peranan yang dapat dikatakan sebagai perilaku
individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
19
Soekanto, Soerjono, Teori peranan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002)
20
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa
setiap individu atau kelompok yang dalam hal ini adalah
Kementerian Agama, menjalankan peranan sesuai dengan
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi pengelola
sistem E-Hajj untuk jamaah Haji.
yang artinya menjalankan peranan berdasarkan
peraturan-peraturan yang membimbing Kementerian Agama
dalam Proses membantu jamaah dalam memperoleh hak-
hak nya selama di Arab Saudi melalui Sistem E-Hajj, dalam
hal ini penulis merujuk norma hukum berupa undang
undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah, dan
norma sosial yang apabila peranan ini dijalankan oleh dinas
perhubungan maka akan tercipta suatu hubungan yang
memunculkan nilai pelayanan antara dinas perhubungan
dengan masyarakatnya yang disebut dengan lingkaran sosial
(social circle), yang diikuti dengan apa yang dapat dilakukan
dinas perhubungan dalam masyarakat, dan juga perilaku
dinas perhubungan yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Selain itu, menurut Soekanto, pembahasan perihal
aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu
dalam masyarakat, penting bagi hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus
dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya;
21
b. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada
individu-individu yang oleh masyarakat dianggap
mampu melaksanakannya. Mereka harus terlebih
dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk
melaksanakannya;
c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-
individu yang tak mampu melaksanakan
peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh
masyarakat. Karena mungkin pelaksanaannya
memerlukan pengorbanan arti kepentingan
kepentingan pribadi yang terlalu banyak;
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu
melaksanakan peranannya, belum tentu
masyarakat akan dapat memberikan peluang-
peluang yang seimbang. Bahkan seringkali
terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi
peluangpeluang tersebut. Begitu pentingnya
peranan sehingga dapat menentukan status
kedudukan seseorang dalam pergaulan
masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat
merupakan unsur statis yang menunjukkan
tempat individu pada organisasi masyarakat. Hal
inilah yang hendaknya kita fikirkan kembali,
karena kecenderungan untuk lebih mementingkan
kedudukan daripada peranan.
22
Hal ini juga yang menunjukkan gejala yang lebih
mementingkan nilai materialism daripada spiritualisme.
Nilai materialisme dalam kebanyakan hal diukur dengan
adanya atribut-atribut atau ciri-ciri tertentu yang bersifat
lahiriah dan di dalam kebanyakan hal bersifat konsumtif.
Tinggi rendahnya prestise seseorang diukur dari atribut-
atribut lahiriah tersebut
B. Sistem
1. Pengertian Sistem
Menurut McLeod mendevinisikan arti sistem adalah
sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud
yang sama untuk mencapai suatu tujuan.20
Menurut H
Thiery, “sistem adalah suatu keseluruhan elemen –
elemen yang sangat mempengaruhi, teratur menurut
rencana tertentu guna mencapai tujuan21
Menurut Tata Sutabri Sistem yang abstrak adalah
susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi
yang saling tergantung. Sedangkan sistem yang bersifat
fisis adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa system adalah komponen – komponen yang saling
20
Onong Unchyana Efendi, Human Relation and Public Relation, (Bandung: PT.Manda Maju, 1997)
21Kahri Nasjar dan Winardi, teori system dan pendekatan system dalam
bidang manajemen, ( Pt Manda Maju, 1997), cet ke-1, h.63
23
berkaitan dan mempengaruhi antara elemen satu dengan
laiannya untuk mencapai tujuan.
2. Unsur – Unsur sistem
Unsur – unsur sistem menurut Wahyudi
Kumorotomo dan subodo ada tiga bagian, diantaranya :
a. Masukan (input)
b. Proses (procces)
c. Keluaran (output)22
3. Karakteristik sistem
Sebuah Sistem memiliki karakteristik yang
mencirikan bahwa dikatakan suatu sistem. Adapun
karakteristik yang dimaksud :
a. Komponen sistem ( componens )
b. Batas sistem
c. Lingkungan luar sistem
d. Penghubung sistem/ Intervoce
e. Masukan / Input
f. Pengolah / Proses
g. Keluaran (output)
h. Sasaran (Obyektif) / Tujuan23
22
Wahyudi Kumorotomo dan subondo Agus M., Sistem Informasi Manajemen,(UGM,Press )2001, ke-4, h.9
23
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: ANDI, 2005), Edisi 1
24
C. E-Hajj
1. Pengertian E – Hajj
Siskohat tahun 2015 telah menerapkan
pengembangan aplikasi untuk di integrasikan dengan
aplikasi E-Hajj atau elektronik haji yaitu sistem
elektronik yang di buat oleh kementrian haji arab Saudi
yang bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kualitas
pelayanan yang di berikan oleh Jemaah haji selama
berada di arab Saudi. Selain itu sistem ini juga dilakukan
untuk merealisasikan transparasi paket-paket pelayanan .
yaitu dengan mewajibkan seluruh stakeholder (
pemangku kepentingan ) baik pemerintah maupun
swasta/ Travel untuk melakukan transaksi pelayanan
melalui system elektronik yang terintegrasi.
Dengan sistem E-Hajj ini, penerbitan visa haji akan
tergantung kelengkapan paket pelayanan yang di
terimanya ketika di tanah air memudahkan pengawas
untuk memonitor apakah paket pelayanan yang di
berikan sesuai , tercatat dalam system, sehingga
meminimalisir pelanggaran pihak-pihak tertentu dalam
memberikan pelayanan, perubahan kebijakan pemerintah
arab Saudi yang akan merubah seluruh transaksi
pelayanan manual menuju elektronik service..
Dalam menindak lanjuti proses ini, kantor urusan haji
(KUH) mengurus beberapa garansi transportasi, garansi
25
utuk muassasah tawaffah. Selanjutnya data garansi di
entry ke dalam sistem E-Hajj dan menunggu persetujuan
muassasah thawafah makkah, muassasah adilla madinah,
maktab wukala al Muahhadah , perumahan Jemaah haji
di makkah, perumahan jamaah haji dimadinah,
transportasi dengan naqabah dan upgrade, pelaksanaan
ketring ( Masyair, makkah dan madinah ).
Pembayaran kontrak-kontrak pelayanan tersebut
dilakukan secara E-payment setelah kementrian agama
menyusun paket pelayanan kepada jamaah haji terkait
akomodasi, konsumsi dan transportasi bahkan visa.
Setelah meng-entry data Jemaah haji dan menyusun
seluruh paket pelayanan yang diberikan kepada mereka,
kementrian agama mengirimkannya kepada kementrian
haji arab Saudi. Kementrian haji akan menindak lanjuti
dengan mengirim data - data tersebut kepada kementrian
luar negri untuk kemudian dimintakan penerbitan
visannya.24
24
Djamil abdul, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, (Direktorat jenderal pelayana haji dan umroh kemenag RI,2016), Cetakan Pertama.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM DIRJEN PHU
KEMENTRIAN AGAMA RI
A. Lokasi Kementrian Agama Republik Indonesia
Kantor Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia, Jl. Lapangan
Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta Pusat.
B. Sejarah Kementrian Agama Republik indoensia
1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan
Pada tahun 1948, Pemerintah Indonesia
mengirimkan misi haji untuk bertemu Raja Arab Saudi.
Misi tersebut mendapatkan sambutan hangat dari Raja Ibnu
Saud. Misi haji juga bertujuan menjelaskan kepada dunia
Islam perihal politik Indonesia yang tengah melarang umat
Islam Indonesia melaksanakan ibadah haji sekaligus
meminta dukungan terhadap perjuangan muslim
menentang kembalinya penjajahan.
Di samping itu, sejumlah usaha perbaikan
manajemen pelaksanaan ibadah haji juga dilakukan
pemerintah. Antara lain dengan membentuk satu badan
khusus untuk urusan haji yang disebut Penyelenggara Haji
Indonesia (PHI). PHI berada di setiap karesidenan, karena
saat itu karesidenan merupakan pemerintahan daerah yang
mengatur, mengolah dan menangani segala urusan
administratif masyarakat termasuk di dalamnya
27
memudahkan semua urusan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan ibadah haji.25
Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan
Kongres Muslimin Indonesia (BKMI) mendirikan sebuah
yayasan khusus menangani kegiatan penyelenggaraan haji,
yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia (PPPHI)
yang di ketuai KH. M. Sudjak. Kedudukan PPPHI
diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Kementerian
Agama Republik Indonesia Serikat (RIS) Nomor 3170
tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan Surat Edaran
Menteri Agama RIS Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Pebruari
1950 yang menunjuk PPPHI sebagai satu-satunya wadah
yang sah di samping pemerintah untuk mengurus dan
menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak saat itulah
penyelenggaraan haji ditangani oleh pemerintah, dibantu
oleh instansi lain seperti Pamongpraja.26
Tahun itu
merupakan tahun pertama rombongan haji Indonesia yang
diikuti dan dipimpin oleh Majelis Pimpinan Haji bersama
dengan Rombongan Kesehatan Indonesia (RKI).
Dengan dibentuknya Kementerian Agama sebagai
salah satu unsur kabinet pemerintah setelah masa
kemerdekaan, maka seluruh beban penyelenggaraan ibadah
25
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK
Pres, 2008), h. 52 26
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008), h. 5
28
haji ditanggung pemerintah dan segala kebijakan tentang
pelaksanaan ibadah haji semakin terkendali. Dengan
semakin membaiknya tatanan kenegaraan Indonesia, pada
tahun 1964 pemerintah mengambil alih kewenangan
penyelenggaraan ibadah haji dengan membubarkan PPPHI
yang kemudian diserahkan kepada Direktorat Jenderal
Urusan Haji (DUHA).27
2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru
Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk
pimpinan negara tahun 1966 adalah membenahi sistem
kenegaraan. Pembenahan sistem pemerintahan tersebut
berpengaruh terhadap penyelenggaraan ibadah haji.
Dibentuknya Departemen Agama (Depag), merubah
struktur dan tata kerja organisasi Menteri Urusan Haji dan
mengalihkan tugas penyelenggaraan ibadah haji dibawah
wewenang DUHA. Termasuk penetapan biaya, sistem
manajemen dan bentuk organisasi yang kemudian
ditetapkannya Keputusan DUHA Nomor 105 Tahun 1966.
Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah
bertanggung jawab secara penuh dalam penyelenggaraan
ibadah haji mulai dari penentuan biaya haji, pelaksanaan
ibadah haji serta hubungan antara dua negara yang mulai
27 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008), h. 5
29
dilaksanakan tahun 1970. Pada tahun tersebut, biaya
perjalanan haji ditetapkan oleh Presiden melalui Kepres
Nomor 11 tahun 1970. Tahun-tahun berikutnya
penyelenggaraan ibadah haji tidak banyak mengalami
perubahan kebijakan dan keputusan tentang biaya
perjalanan haji ditetapkan melalui Kepres.28
Pada saat itu, pemerintah masih memberi
wewenang kepada pihak swasta untuk mengelola
penyelenggaraan haji misalkan saja PT Arafat. Akan tetapi,
karena dihadapkan pada kesulitan-kesulitan finansial,
perusahaan swasta tersebut tidak bisa menjalankan
fungsinya secara optimal. Tahun 1976 perusahaan swasta
tidak diperkenankan beroperasi lagi.
Perkembangan selanjutnya yakni perubahan tata
kerja dan struktur organisasi penyelenggaraan ibadah haji
yang dilakukan oleh Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji
(BIUH) pada tahun 1976. Sebagai panitia pusat, Ditjen
BIUH melaksanakan koordinasi ke tiap-tiap daerah tingkat I
dan II di seluruh Indonesia. Dalam hal ini, sistem koordinas
dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh Ditjen
BIUH.29
28 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 5
29 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2012), h. 76
30
Dikeluarkan nya Kepres Nomor 53 Tahun 1981,
seluruh pelaksanaan operasional perjalanan ibadah haji
dilaksanakan oleh Ditjen BIUH. Pada tahun 1985,
pemerintah kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam
penyelenggaraan ibadah haji, dimana pihak-pihak swasta
tersebut mempunyai kewajiban langsung kepada
pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, lingkungan
bisnis modern mengubah orientasi pihak-pihak swasta
tersebut dengan menyeimbangkan antara orientasi
pelayanan dan orientasi keuntungan yang selanjutnya
dikenal dengan istilah Penyelenggara Ibadah Haji Plus
(ONH Plus).
Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan
keputusan tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah Nomor 22 tahun 1987 yang selanjutnya
disempurnakan dengan mengeluarkan Peraturan
Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan Umrah Nomor 245
tahun 1991 yang lebih menekankan pada pemberian sanksi
yang jelas kepada pihak swasta yang tidak melaksanakan
tugas sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Pembatasan jamaah haji yang lebih dikenal dengan
pembagian kuota haji diterapkan pada tahun 1996 dengan
dukungan Siskohat untuk mencegah terjadinya over quota
seperti yang terjadi pada tahun 1995 dan sempat
menimbulkan keresahan dan kegelisahan di masyarakat,
khususnya calon jamaah haji yang telah terdaftar pada
31
tahun tersebut namun tidak dapat berangkat. Mulai tahun
2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai dengan
ketentuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang
per mil dari jumlah penduduk yang beragama Islam dari
masing-masing provinsi, kecuali untuk jamaah haji khusus
diberikan porsi tersendiri.30
3. Penyelenggaraan Haji Pasca Reformasi
Melalui Kepres Nomor 119 tahun 1998,
pemerintah menghapus monopoli angkutan haji
dengan mengizinkan kepada perusahaan penerbangan
lain selain PT. Garuda Indonesia untuk melaksanakan
angkutan haji. Dibukanya kesempatan tersebut
disambut hangat oleh
sebuah perusahaan asing, Saudi Arabian
Airlines untuk ikut serta dalam angkutan haji dengan
mengajukan penawaran kepada pemerintah dan
mendapat respon yang positif.
Sejak era reformasi, setiap bentuk kebijakan
harus memenuhi aspek keterbukaan dan transparansi,
jika tidak akan menuai kritik dari masyarakat.
Pemerintah dituntut untuk terus menyempurnakan
sistem penyelenggaraan ibadah haji dengan lebih
30 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008), h. 6
32
menekankan pada pelayanan, pembinaan dan
perlindungan kepada jamaah haji serta mengarah pada
sisterm yang lebih profesional.31
Oleh karena itu,
Pada tahun 1999 ditetapkan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Menurut tata hukum ketatanegaraan UU tersebut
memberikan legitimasi yang kuat bagi Departemen
Agama dalam menjalankan kewenangannya guna
menyatukan langkah dalam penyelenggaraan ibadah
haji.32
Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab
Menteri Agama yang dalam pelaksanaan sehari-hari,
secara struktural dan teknis fungsional dilaksanakan
oleh Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji (BIPH) yang ditetapkan
berdasarkan Kepres Nomor 165 Tahun 2000. Dalam
perkembangan terakhir berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun
2005, Ditjen BIPH
31 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008), h. 6 32 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 86
33
direstrukturisasi menjadi dua unit kerja eselon
I, yaitu Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas
Islam) dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
(PHU). Dengan demikian mulai operasional haji
tahun 2007 pelaksanaan teknis penyelenggaraan
ibadah haji dan pembinaan umrah berada dibawah
Ditjen PHU.33
Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru. Sebagai
pengganti UU Nomor 17 Tahun 1999. Penyempurnaan
kebijakan paling mendasar pada UU yang baru antara
lain adanya perubahan terhadap salah satu unsur yaitu
pengawasan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Di
dalam Undang-Undang tersebut juga dikatakan bahwa
Menteri Agama sebagai koordinator dan bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan ibadah haji.
Dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri
Agama dibantu oleh Ditjen PHU, gubernur dibantu oleh
kepala Kanwil Kemenag Provinsi selaku kepala staf
penyelenggara haji di tingkat provinsi, bupati/walikota
dibantu oleh kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota
selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat
33 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008), h. 6
34
kabupaten/kota. Sementara duta besar dibantu oleh
Konjen RI selaku koordinator harian dan konsul haji
selaku kepala staf penyelenggara haji di Arab Saudi.34
C. Visi Misi Kementrian Agama Republik Indoensia
Mengacu pada Keputusan Ditjen PHU Nomor: D/54
Tahun 2010 tentang Visi dan Misi Ditjen PHU, disebutkan
sebagai berikut:35
1. Visi
Terwujudnya pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kepada jamaah haji dan umrah
berdasarkan asas keadilan, transparan, akuntabel
dengan prinsip nirlaba.
Penjabaran dari Visi Ditjen PHU tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk
bimbingan, penyuluhan dan penerangan
kepada masyarakat dan jamaah haji.
Sedangkan pembinaan petugas diarahkan
pada profesionalisme dan dedikasinya.
b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk
pemberian layanan administrasi dan
34 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 180
35 Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah Tahun 2010-2014, (Jakarta: Ditjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2010), h. 41-42
35
dokumen, transportasi, kesehatan, serta
akomodasi dan konsumsi.
c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk
jaminan keselamatan dan keamanan
jamaah haji selama menunaikan ibadah
haji.
d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan
ibadah haji harus berpegang pada
kebenaran, tidak berat sebelah dan tidak
memihak, tidak sewenang-wenang dalam
penyelenggaraanya.
e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang
dilakukan dalam proses penyelenggaraan
haji dapat diketahui oleh masyarakat dan
jamaah haji.
f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa
penyelenggaraan ibadah haji dilakukan
secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan
hukum dengan prinsip tidak mencari
keuntungan.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas penyuluhan,
bimbingan dan pemahaman manasik haji.
b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi
petugas haji.
36
c. Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan ibadah haji melalui
pembinaan haji khusus, umrah dan
kelompok bimbingan ibadah.
d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran,
dokumen, akomodasi, transportasi dan
katering sesuai standar pelayanan minimal
penyelenggaraan haji.
e. Memberikan perlindungan kepada jamaah
sehingga diperoleh rasa aman, keadilan
dan kepastian melaksanakan ibadah haji.
f. Meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dana haji serta
pengembangan sistem informasi haji.
g. Meningkatkan kualitas dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya
dalam penyelenggaraan ibadah haji dan
umrah.
37
D Struktur Organisasi Kementrian Agama
Gambar1 Struktur Organisasi36
38
BAB IV
PERANAN SISTEM E-HAJJ PADA DIRJEN PHU
KEMENTERIAN AGAMA RI
A Peranan Sistem Elektronik Haji
1. Pengertian sistem E-Hajj
Sistem E-Hajj adalah sistem elektronik yang di buat
oleh kementrian haji arab Saudi yang bertujuan untuk
mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan yang di
berikan oleh Jemaah haji selama berada di arab Saudi.
Selain itu sistem ini juga dilakukan untuk merealisasikan
transparasi paket-paket pelayanan. yaitu dengan
mewajibkan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan
) baik pemerintah maupun swasta/ Travel untuk
melakukan transaksi pelayanan melalui sistem elektronik
yang terintegrasi.
Untuk menerbitkan visa maka harus di lakukan
penginputan data melalui sistem E-Hajj. Dan begitupun
pemesanan transportasi dan akamodasi darat selama di
arab Saudi akan di pesan melalui sistem aplikasi
Elektronik Haji ini
E-hajj adalah sistem penyelenggaraan haji berbasis
elektronik yang diterapkan secara seragam dan serentak.
Saat mengisi e-hajj, maka harus diisikan nama pemegang
paspor, lokasi pemondokan transportasi yang digunakan,
36 Ilham Sri Lubis, DKK Pedoman dan prosedur penyediaan layanan
akomodasi konsumsi, dan transportasi darat jamaah haji di arab Saudi. Direktorat penyelenggaraan Haji Luar Negri, Kementrian agama RI ( Jakarta Barat : 1439H/2018M)
39
perusahaan katering yang disewa, dan jaminan
kesehatan. Namun karena masih tahap awal- awal
penerapan, sistem ini masih memunculkan kendala. Ini
berakibat dengan keterlambatan keluarnya visa bagi
sejumlah jemaah haji.37
Sistem e-hajj adalah sebuah sistem aplikasi haji
secara elektronik, menyediakan kolom-kolom yang harus
diisi penyelenggara haji. Kolom-kolom itu di antaranya
berisi pertanyaan tentang kelengkapan persyaratan
Calhaj, mulai nama, nomor paspor, maskapai
penerbangan, hotel di Mekah dan Madinah, transportasi
darat, di Arafah berada di maktab berapa dan seterusnya.
Seluruh kontrak layanan di Arab Saudi seperti
katering dan akomodasi, termasuk asuransi, layanan di
Armina (Arafah, Mina, dan Muzdalifah) masuk ke dalam
persyaratan dalam sistem e-hajj, dan penyelenggara
diminta membuat pemaketan layanan. Semuanya harus
terintegrasi.
Ada persyaratan sebelum masuk ke sistem e-hajj,
penyelenggara harus memberi uang jaminan untuk sewa
hotel dan akomodasi lainnya. Hal ini memang harus
diakui dapat berakibat pada proses dan waktu lebih
panjang dalam mengurus visa.
Imbasnya adalah sebagian calon haji di kloter
tertentu terpaksa tertunda keberangkatannya. Tetapi, jika
37
Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12 november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
40
jauh hari sudah dilakukan antisipasi dan dilakukan
persiapan dengan baik, tentu keterlambatan dapat
dihindari.
Sebab, tatkala sistem aplikasi tersebut diisi, misalnya
untuk kamar pemondokan yang harus diisi empat orang.
Lantas di sistem e-hajj dimasukkan lima atau enam
orang, maka sistem tersebut akan menolak. Jika seluruh
sistem diisi dengan data yang benar, maka sistem
tersebut akan memberi tanda atau sinyal hijau dan berisi
pesan “mova”, yang artinya persyaratan terpenuhi.
Setelah ada jawaban “mova”, ia melanjutkan, bisa
dibawa ke Kedutaan. Pihak Kedutaan tinggal memberi
stempel. Tidak ada lagi sekarang ini kecurigaan petugas
Kedutaan Arab Saudi “main mata” untuk memberi visa
haji. Semua sudah ada dalam satu sistem e-hajj.
Yang menarik, katanya, seluruh satuan kontrak juga
harus dimasukkan dalam sistem e-hajj. Misalnya soal
katering dan makan di Mekkah yang mulai diberlakukan
pada musim haji 2015/1436 H ini.38
Menyikapi permintaan usulan Kementerian Agama
(Kemenag) dalam percepatan penyelesaian visa Haji,
Wakil Direktur Urusan E-Hajj Kementerian Haji Arab
Saudi, Eng Basil Abduh Zulae‟i mengatakan, bahwa
penerapan E-Hajj yang sudah diterapkan sejak tahun
lalu, memang mengalami peningkatan layanan seperti
38
https://www.aktual.com/mengapa-e-hajj-tidak-match-dengan-siskohat-ini-penjelasannya/
41
pemberlakuan sistem E-Payment untuk pelayanan
General Servise Fee (GSF). Selain itu proses pembatalan
visa Jemaah dilakukan secepat mungkin maksimal dalam
waktu 48 jam.
Seluruh transaksi layanan harus masuk ke dalam
sistem E-Hajj. Bahkan untuk pembayaran general service
(untuk maktab wukala, naqabah, muasasah Mekah,
muasasah Adilla Madinah dan Zamazimah) sudah dapat
dilakukan melalui E-Payment. Dengan demikian proses
pembayaran akan dilakukan melalui virtual account dan
tidak lagi manual.
“Untuk lebih mematangkan persiapan pelaksanaan E-
Hajj pada penyelenggaraan Haji tahun ini Kementerian
Haji Arab Saudi menyiapkan training bagi perwakilan
kantor urusan Haji,” kata penanggung jawab E-Hajj Arab
Saudi, Eng Basil Abduh Zulae‟i di kantor Kementerian
Haji Jeddah, tahun 2015 lalu.
Dalam sistem E-Hajj, juga diinformasikan bahwa
adanya fasilitas menu untuk pembelian hewan kurban,
dan dam bagi jemaah Haji. Untuk hal tersebut
Kementerian Haji Arab Saudi melakukan kerjasama
dengan Islamic Development Bank (IDB) yang akan
mengelola pembelian, pemotongan dan pendistribusian
42
hewan kurban. Yang mana program ini bersifat tidak
mengikat bagi jemaah Haji Indonesia.39
Dengan perubahan ini, Permusyawaratan Antar
Syarikat Travel Umrah dan Haji Indonesia (PATUHI)
mengklaim permasalahan pelayanan jamaah haji khusus
yang selama dikeluhkan Penyelenggara Ibadah Haji
Khusus (PIHK) di Arafah - Mina (Armina) akan teratasi.
"Dengan adanya pemesanan pelayanan haji mulai
dari hotel, catering, bus, hingga persiapan di Armina
melalui e-hajj dan pembayaran langsung ke rekening
virtual Kementerian Haji Saudi telah memangkas
birokratis, sehingga relasi menjadi langsung antara PIHK
dan partnernya tanpa peran Muassasah yang selama ini
seakan bertindak sebagai perantara antara PIHK dengan
Maktab-maktab (pemondokan) di Armina," ujar Ketua
Harian PATUHI Artha Hanif dalam penjelasan
tertulisnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/6).
Dengan adanya pertemuan ini, menurut Baluki
Ahmad, PATUHI mendapat jaminan bahwa hak dan
kewajiban jamaah haji khusus akan tertera dalam e-hajj
akan sesuai dengan harga paket yang dipilih PIHK.
"Mulai tahun ini, semua transaksi pelayanan haji
khusus termasuk Armina akan ada di sistem e-hajj yang
ada di Kementerian Haji Saudi. Semacam virtual
39
https://www.aktual.com/pelaksanaan-e-hajj-2016-arab-saudi-siapkan-training/
43
account. Maka tidak ada lagi pembayaran yang
dilakukan di luar sistem," terangnya.
Sebelumnya, setiap PIHK harus membayar kepada
Muassasah untuk setiap pelayanan Armina, namun tidak
diketahui kontrak pelayanannya. Sehingga, jika hak-hak
jamaah haji khusus tidak dipenuhi maktab saat Armina
tidak bisa dikomplain. 40
E-hajj adalah sistem elektronik haji terpadu milik
Pemerintah Saudi Arabia. Dalam sistem ini, identitas
setiap jemaah sudah diketahui, termasuk hotel tempat
menginap, dengan pesawat apa jadwal kedatangan dan
kepulangan, dan rekam medik Jadi visa tidak mungkin
terbit, sebelum identitas jemaah terverifikasi dalam e-
hajj.
Salah satu inovasi Kemenag yang dikabulkan
Pemerintah Saudi adalah bisa mencetak visa dengan
kertas biasa (tidak harus kertas khusus visa). Selain juga
Kemenag bisa mencetak visa langsung dari aplikasi e-
hajj, sebelumnya harus oleh Kedutaan Saudi. Kedua
inovasi ini jelas dapat memotong waktu penyiapan
visa.41
40
https://ekbis.rmol.co/read/2018/06/12/343831/PATUHI:-Birokrasi-Layanan-Haji-Armani-Sudah-Dipangkas-
41https://www.kompasiana.com/rosidinkaridi/5b38b555ab12ae55355
fead3/mengapa-kuota-haji-selalu-tersisa?page=all
44
B Unsur unsur organik dan an- organik Sistem Elektronik
Berbicara mengenai sistem elektroni tentunya
memiliki unsur – unsur dalam sebuah sistem yaitu di antara
nya ada unsur – unsur organic dan an organic, berikut
penjelasannya.
1. Unsur-unsur organik sistem E-Hajj adalah :
a. Pengelola : pemerintah arab saudi sebagai
pengelola dari sistem E-Hajj, Sistem E-Hajj
adalah milik dan di keluarkan oleh
Pemerintah Arab saudi.
b. Pengguna : pengguna sistem elektronik haji
ini adalah kementrian agama Sebagai
pengatur keberangkatan haji regular , dan
sistem ini di operasikan di direktorat
penyelenggaraan haji dalam negeri yang di
kelola oleh bidang dokumen dan
perlengakapan haji karna sistem elektronik
ini mengelola keluarnya visa haji. Dan yang
ke dua adalah Penanggung jawab yang di
tunjuk dari pihak kemeterian agama yaitu (
PIHK ).
2. Unsur unsur An- organik Sistem E-Hajj
a. Materi : sistem elektronik dan haji
b. Media : website dan aplikasi
c. Metode : berbasis elektronik
45
d. Tujuan : untuk mendapatkan visa,
mengumpulkan semua dokumen dan data
layanan jamaah haji pada satu sistem
mewujudkan transparasi paket layanan yang
telah di pesan untuk jamaah haji,
mempermudah pencetakan visa secara
mandiri, pembayaran dengan E-payment
menjadikan lebih efektif dan efisien.
e. Pengaruh : mempermudah pengaturan
keberangkatan hingga kepulangan jamaah
haji dan terciptanya transparasi antara jamaah
dan stakeholder
C Dasar keputusan pelaksanaan E-Hajj
Dasar keputusan e-hajj itu sendiri mengacu kepada
mou kementrian agama ri dan kementian arab Saudi tahun
201542
Dasar pelaksanaan E-Hajj yaitu keputusan dewan
mentri no 386 tanggal 22 dzulhijjah 1433 H Tentang
persetujuan proyek pendirian jalur elektronik untuk
pelayanan Jemaah haji luar. Selain itu, dasar pelaksanaan
program ini juga dari MoU Mentri haji Arab Saudi dengan
mentri Agama RI pada tanggal 20 Robiul awal
1435H/2014M Yang salah satu isinya meminta kantor
urusan haji untuk melakukan seluruh proses transaksi dengan
system elektronik dan penerbitan visa haji akan dikaitkan
42
Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12 november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
46
dengan kelengkapan paket pelayanan yaitu perumahan,
catering dan transportasi dimungkinkan Jemaah haji akan
mengetahui segala jenis pelayan yang di berikan kepada
Jemaah haji.43
D Manfaat dari Penerapan Sistem E-Hajj
1 untuk memastikan bahwa seluruh jamaah haji
mendapaat kan layanan yang terkait dengan trasnportasi,
konsumi dan akomodasi selama di arab Saudi dalam rangka
melaksanakan ibadah haji.
2 Jamaah juga bisa melakukan monitoring untuk
melihat penempatan tempat tinggalnya dimana, di layani
oleh catring mana dengan syarat mengakses nya harus
dengan bantuan dari kementrian agama dirjen dalam negri
subdit dokumen44
3 Perlindungan Jemaah maksud diberlakukannya e-
hajj adalah perlindungan kepada calon jemaah haji dari
berbagai negara.
4, Kemudahan memperoleh Semua layanan jamaah
haji selama di Arab Saudi pemesanan nya melalui sistem E-
Hajj ini.
43
Djamil Abdul, Manajemen penyelenggaraan ibadah Haji Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2016),
44 Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12
november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
47
BAB V
PENGELOLAAN DAN PENERAPAN SISTEM E- HAJJ
PADA DIREKTORAT PENYELENGGARAAN IBADAH
HAJI DAN UMRAH KEMENAG RI.
A. Pengelolaan sistem E-Hajj pada dirjen PHU kementrian
Agama RI
1. Alur kerja sistem E-Hajj
Sejak 2 tahu terakhir, pemerintah arab Saudi
menerapkan prosedur e-hajj berbasis aplikasi elektronik
dalam proses penerbitan visa. Prosedur ini mengatur bahwa
visa baru bisa diterbitkan setelah pemerintah Indonesia
menyampaikan aplikasi permohonan visa ke kementrian haji
di Saudi, pengajuan aplikasi itu mengharuskan terpenuhinya
sejumlah persyaratan antara lain penjelasan megenai jaminan
layanan akomodasi konsumi dan transportasi bagi jamaah
haji Indonesia selama di Saudi baik di makkah maupun
madinah.
Untuk request visa melalui jalur E-hajj berikut ini
adalah tahapan yang dilakukan oleh tim penyelesaian paspor
Jemaah haji pada subdit dokumen dan perlengkapan haji.
1. Mengentri data dan mengupload foto Jemaah haji pada
aplikasi request visa ke halaman portal e-hajj pada
website kementrian haji kerajaan arab Saudi untuk
melakukan request visa haji.
2. Melakukan grouping data Jemaah haji berdasarkan kloter
dalam portal e-hajj
3. Berkordinasi dengan KHU Jeddah terkait pengisian
paket pelayanan Jemaah haji
4. Memonitor status proses request visa appakah sudah
approved atau belum.
48
5. Memberitahukan bagian secretariat jika status telah
meningkat menjadi sent to mofa.
6. Mencetak stiker barcode hasil pemandu
7. Menyerahkan stiker barcode ke petugas bidang
penempelan stiker.
8. Menempel stiker barcode pada cover/sampul belakang
paspor
9. Melakuka penempelan stiker nomor koper pada koper
paspor
10. Mengantarkan dan meyerahkan paspor Jemaah haji ke
KBSA
11. Melakukan scanning machine readable zona pada
halaman id paspor.
12. Memvertifikasi data jamaah haji dan melakukan validasi
untuk pencetakan visa
13. Mencetak dan menggabungkan lembar visa dalam paspor
Jemaah haji sesuai dengan pemiliknya.
Input data
jamaah
Penyusunan
paket group
( kloter )
Input
kontrak
pelayanan
Penyusunan
paket
pelayanan
Approval
muassasah
Approval
mohajj
Approval
Mofa
Printing
visa
49
Gambar alur request visa berbasis E-Hajj45
kantor urusan haji (KUH) mengurus beberapa garansi
transportasi, garansi utuk muassasah tawaffah.
Selanjutnya data garansi di entry ke dalam sistem E-Hajj
dan menunggu persetujuan muassasah thawafah makkah,
muassasah adilla madinah, maktab wukala al Muahhadah
, perumahan Jemaah haji di makkah, perumahan jamaah
haji dimadinah, transportasi dengan naqabah dan
upgrade, pelaksanaan ketring ( Masyair, makkah dan
madinah ).
Pembayaran kontrak-kontrak pelayanan tersebut
dilakukan secara E-payment setelah kementrian agama
menyusun paket pelayanan kepada jamaah haji terkait
akomodasi, konsumsi dan transportasi bahkan visa.
Setelah meng-entry data Jemaah haji dan menyusun
seluruh paket pelayanan yang diberikan kepada mereka,
kementrian agama mengirimkannya kepada kementrian
haji arab Saudi. Kementrian haji akan menindak lanjuti
dengan mengirim data - data tersebut kepada kementrian
luar negri untuk kemudian dimintakan penerbitan
visannya.
45
Djamil Abdul, Manajemen penyelenggaraan ibadah Haji Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2016),
50
Gambar 2. Proses E-Payment46
Gambar 3. Portal Sistem E-Hajj47
46
Djamil Abdul, Manajemen penyelenggaraan ibadah Haji Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2016), h. 27
47 https://ehaj.haj.gov.sa/EH/index.xhtml?dswid=-231
51
Gambar ke 3 adalah portal dari sistem e-hajj di mana di
dalam nya ada berbagai layanan pemesanan akomodasi, transortasi,
dan konsumsi.dan juga layanan penginputanan semua kelengkapan
paket layanan yang kemudian jika semuanya telah lengkap maka
akan di peroses untuk keluarnya visa.
Gambar 4. Portal Sistem E-Hajj48
48
https://ehaj.haj.gov.sa/EH/index.xhtml?dswid=-231
52
Gambar 5. Portal MOFA49
Pada gambar 5 ini adalah gambar dari portal mofa yang di
mana berfungsi untuk mencetak vsa para jamaah yang telah selesai
di terbitan oleh KBSA.
Gambar 6. Portal MOFA50
49
https://visa.mofa.gov.sa/
53
Gambar 7. Portal MOFA51
"Mulai tahun 2015, semua transaksi pelayanan haji
khusus termasuk Armina akan ada di sistem e-hajj yang ada
di Kementerian Haji Saudi. Semacam virtual account. Maka
tidak ada lagi pembayaran yang dilakukan di luar sistem,"
ungkapKetum HIMPUH Baluki Ahmad.52
tentang beban biaya yang harus di tanggung oleh
jemaah haji Indonesia. Pada ta‟limatul 2015 itu selalu
dilampirkan tentang biaya dasar yang harus dibayarkan oleh
jemaah secara rinci. Tetapi dua tahun terakhir ini tidak
dilampirkan. Rupanya rincian biaya itu sudah masuk
kedalam sistem itu (e-hajj). Ketika kita klik pada sistem itu
sudah keluar biayanya berapa. Dengan harga yang standar
50
https://visa.mofa.gov.sa/ 51
https://visa.mofa.gov.sa/ 52
https://nasional.sindonews.com/read/1313879/15/perubahan-sistem-pelayanan-atasi-persoalan-haji-di-armina-1528803732
54
tapi untuk biaya dasar saja. Biaya dasar itu biaya untuk
pelayanan di bandara, kemudian angkutan belum termasuk
upgrade, angkutan dasar , kemudian layanan di Armina yang
besar. Tidak termasuk didalamnya upgrade-upgrade dan
layanan catering. Tapi intinya kalau orang datang (haji)
layanan dasarnya sudah ada, angkutan apapun bentuknya
sudah ada, kemudian kemahnya juga sudah ada, di e-hajj
seperti itu”.
yang kedua tentang tahapan-tahapan pembayaran
layanan yang digunakan oleh jemaah haji. “Yang kedua
terkait dengan tahapan-tahapan pembayaran, kan ternyata
berbeda-beda antara Akomodasi, catering, dan transportasi.
Akomodasi itu tahapan pembayarannya ada 2, yang pertama
100%, atau yang kedua 50 40 10, pilihannya. Sedangkan
catering catering itu 50 20 30, kalau transportasi itu tahun
kemarin masih 30 40 30. Tahun ini belum keluar di
sistemnya”.53
Mengenai pembatalan proses visa Staf Teknis Haji I
Ahmad Dumyathi Bashori didampingi Staf Teknis Haji II
Amin Handoyo dan Staf Teknis Haji IV Handi Adji Sentana
beserta Delegasi Ditjen PHU Kemenag RI menyambangi
Kemenhaj Arab Saudi di Mekkah pada (19/2) pukul 10.30
waktu setempat. Kunjungan dimaksudkan untuk
53
http://kantorurusanhaji.com/ikuti-update-sistem-informasi-tim-pelayanan-haji-luar-negeri-datangi-kantor-e-hajj-di-makkah/
55
menyampaikan beberapa permasalahan yang terjadi pada
tahun sebelumnya, diantaranya; proses pembatalan visa
Jemaah haji, apakah bisa dilakukan melalui sistem e-hajj
secara langsung? Atau tetap melalui Kedutaan Besar Arab
Saudi (KBSA) di Jakarta?
Menanggapi hal tersebut, Konsultan e-Hajj
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Farid Mandar,
menjelaskan bahwa pembatalan visa bisa dilakukan secara
langsung di dalam sistem e-hajj jika visa Jemaah belum
diterbitkan oleh KBSA di Jakarta, namun visa yang telah
diterbitkan harus tetap melalui KBSA.
“Jika visa Jemaah haji telah diterbitkan, maka proses
pembatalan harus melalui Kedutaan kami di Indonesia,
adapun visa yang belum diterbitkan, bisa dilakukan secara
langsung melalui sistem e-hajj,” jelasnya saat pertemuan
berlangsung, Senin (19/2).
“mengenai pembayaran Biaya sebesar 2000 riyal itu
bukan untuk visa haji maupun umrah, tetapi biaya masuk
Arab Saudi bagi mereka yang telah melakukan haji kedua
kali atau umrah kedua kali,” jelasnya. Ia menambahkan
bahwa petugas haji tidak dibebankan biaya 2000 Riyal Saudi
walaupun telah melakukan haji pada tahun-tahun
sebelumnya, adapun mekanisme pembayaran bagi jemaah
haji yang telah melaksanakan haji pada tahun-tahun
56
sebelumnya di lakukan melalui sistem e-hajj secara
langsung.54
Salah satu inovasi layanan haji Indonesia tahun ini
adalah kemudahan cetak visa haji. Sebagai dokumen
perjalanan haji yang paling vital, pencetakan visa kini tidak
lagi harus di Kedutaan Besar Arab Saudi, visa haji dapat
dicetak di Kementerian Agama, bahkan jemaah juga dapat
mencetak secara mandiri. Visa haji yang mereka cetak akan
tetap dianggap dokumen resmi karena telah terverifikasi di
sistem Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi.
Menurut Kasi Pemvisaan Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Ditjen PHU Kementerian Agama,
Akhmad Jauhari, jemaah bisa secara mandiri memeriksa
proses penerbitan visa haji mereka melalui laman
http://visa.mofa.gov.sa. Di laman itu, jemaah tinggal
memasukkan nomor paspor mereka dan nama depan untuk
mengetahui sejauh mana visa mereka telah diproses.
Setelah memasukkan nomor paspor atau nama depan,
jemaah nantinya diarahkan untuk proses selanjutnya. Jika
pengajuan visa haji telah disetujui, maka jemaah bisa
mengakses dokumen digital visa mereka dan mencetaknya.
54
http://kantorurusanhaji.com/dalami-sistem-e-hajj-tuh-sambangi-kemenhaj-arab-saudi/
57
“Di-print berapapun resmi karena yang diperiksa
bukan fisik, tetapi catatan data di sistem komputer,” kata
bapak Jauhari di kantornya Gedung Siskohat Lantai 2 Jalan
Lapangan Banteng Barat Jakarta.55
Ia mengatakan, proses ini akan sangat membantu
para jemaah untuk mengetahui kepastian soal visa haji
mereka. Kemampuan mencetak sendiri juga bisa
menghindarkan kehilangan dokumen.
Sejauh ini, menurut Jauhari belum ada kendala
berarti dalam proses pengajuan visa haji ke Kedutaan Besar
Arab Saudi. Kendati demikian, ditemukan kasus perbedaan
ejaan nama dalam paspor yang diajukan untuk proses visa
dengan nama yang digunakan mendaftar.
Hal tersebut, kata bapak Jauhari, bisa diselesaikan
dengan menghadirkan jemaah dan mendatangkan saksi-saksi
untuk memastikan identitas jemaah terkait. Kendala
selanjutnya, yang sejauh ini baru ditemukan satu kasus,
yakni persoalan jenis paspor. Menurut Jauhari, kebanyakan
paspor terbitan lama tidak bisa terbaca sistem pemindaian e-
hajj.
Sementara petugas di Kemenag tidak difasilitasi
pengisian data manual. “Solusinya, ketika ada paspor yang
55
Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12 november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
58
tak bisa dibaca sistem kita konfirmasi ke operator sistem e-
hajj di Jeddah untuk menginput data manual,” kata bapak
Jauhari.56
2. Faktor pendukung dan penghambat sistem E-Hajj
Tentunya dalam penerpapan sistem elektronik ini ada
beberapa factor pendukung dan penghambat sebuah
sistem tersebut, ada juga kekurangan dan kelebihan dari
sistem ini karna seiring berkembangnya zaman maka
teknologi pun akan ikut berkembang sebab itu tetap saja
sistem mebutuhkan perkembangan dan pembaharuan,
pada awal awal tahun penerapan sistem E-Hajj ini Ada
sejumlah jemaah haji yang tertunda keberangkatannya
karena urusan visa. Jadi, visa mereka masih tertahan di
Kedubes Arab Saudi. Menurut kemenag Lukman
Saifuddin hal ini karena adanya sistem e-Hajj yang
diberlakukan serentak pada tahun 2015. Kemenag
Lukman menjelaskan bagaimana sistem e-Hajj tersebut.
Menurut dia dalam penjelasannya di Kemenag, Senin
(24/8/2015), di dalam sistem e-Hajj itu data setiap
jamaah haji itu terhimpun dalam data elektronik.
"Karenanya pengurusan visa berbeda dengan tahun
yang lalu perlu waktu yang lebih panjang entry data,"
terang Lukman. "Apalagi Indonesia jumlahnya besar
56
https://haji.kemenag.go.id/v3/content/kini-jemaah-haji-bisa-cek-dan-cetak-visa-sendiri
59
sekali tidak kurang dari 155.200 orang," tambahnya
lagi57
Dan ada juga Jamaah Kloter 68 JKS di tahun 2018
gelombang II yang kecewa lantaran keberangkatan dari
Makkah ke Madinah harus tertunda, yang sedianya
berangkat Jumat, (7/9/2018), harus tertunda hingga Sabtu,
(8/9) besok. "Kecewa sudah pasti karena sudah siap-siap ke
Madinah, ternyata ditunda besok (Sabtu) tanpa alasan yang
jelas," kata Hendri Pulungan, jamaah asal Kota Bogor, Jawa
Barat, Jumat (7/9/2018).
Mereka mengharapkan penundaan seperti ini tak
terjadi lagi. "Saya nggak tahu di mana macetnya informasi
soal penundaan tersebut. Yang jelas saya dan jamaah lain
kebingungan," tandas marketing senior salah satu televisi
swasta nasional itu. Sedianya jamaah akan berangkat malam
ini pukul 19.00 WAS dengan 10 bus Saptco dan tiba di
Madinah pukul 02.00 WAS. Rencananya, jamaah Kloter
JKS 68 ini sebanyak 410 orang ini akan menempati hotel di
Madinah, yakni Concorde Taibah (366 jamaah) di sektor 2
dan Jiwar Tibah (44 jamaah) di sektor 5.
"Benar ada penundaan, karena alasan nama hotel di
Madinah belum masuk dalam sistem E-Hajj. Kedua, ada
57
https://news.detik.com/berita/2999761/bagaimana-sistem-e-hajj-untuk-visa-jemaah-haji-ini-penjelasan-singkatnya
60
benturan parkir di Manazi Al Hour 1 antara JKS 68 dan SOC
68. Jadi keberangkatan diundur besok (Sabtu) pukul 06.00
WAS," kata Kepala Bidang Akomodasi Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Rudi Nuruddin Ambari.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Akomodasi PPIH
Daerah Kerja Madinah Fitsa Baharuddin membenarkan
penundaan JKS 68 ke Madinah. "Pemberangkatan ditunda
karena dalam kontrak E-Hajj tercatat check in di Madinah,
Sabtu (8/9)," kata Fitsa. 58
Staf Teknis Haji II Amin Handoyo Mufid didampingi
Staf Teknis Haji III Suryo Panilih menyambangi Kemenhaj
Arab Saudi di Mekkah hari ini (23/10) pukul 12.30 waktu
setempat. Kunjungan dimaksudkan selain ucapan terima
kasih atas pelayanannya dan juga menyampaikan beberapa
permasalahan yang terjadi pada tahun ini, diantaranya;
keterlambatan kontrak e-hajj sehingga meninggalkan
permasalahan pada akomodasi Jemaah haji Indonesia di
Madinah. Amin juga menyampaikan tentang pasal-pasal
dalam kontrak dalam e-hajj, dan posisi kontrak mabdai
(dengan kontrak yang ada di e-hajj.
Menanggapi hal tersebut, Konsultan e-Hajj
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Farid Mandar,
58
https://haji.okezone.com/read/2018/09/07/453/1947724/terkendala-e-hajj-jamaah-gelombang-ii-makkah-kecewa-batal-ke-madinah
61
menjelaskan bahwa kontrak e-hajj merupakan kontrak
muwahhad untuk menjamin Jemaah haji dari seluruh dunia,
bukan hanya Indonesia. Farid juga menjelaskan aturan dalam
e-hajj dimaksudkan untuk memudahkan penyediaan layanan
agar terlaksana dengan baik dan terhindar dari masalah,
termasuk ketentuan e-hajj pada akhir Sya‟ban. Terkait
pasal-pasal dalam kontrak, Kementerian Haji Arab Saudi
menerima dengan baik usulan dari misi haji termasuk misi
haji Indoneisa.59
Berikut ada juga beberapa kelebihan dari adanya
sistem E-Hajj, Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat
menilai penerapan sistem e-hajj oleh Pemerintah Arab Saudi
dapat menurunkan jumlah calon haji non-kuota karena
memperketat penerbitan visa kepada calon haji. "E-hajj
sangat memperketat penerbitan visa karena menyaratkan
adanya kepastian kontrak akomodasi, transportasi, dan
katering selama di Saudi," kata Arsyad, Selasa (23/8/2016)
malam waktu Arab Saudi. 60
Staf Teknis Urusan Haji KJRI Jeddah A Dumyathi
Basori mengatakan ada beberapa hal yang masih dikerjakan
terutama karena masalah sistem. Beberapa yang masih harus
59
http://kantorurusanhaji.com/tuh-sambangi-konsultan-e-hajj-kemenhaj-arab-saudi/
60https://nasional.kompas.com/read/2016/08/24/15114081/sistem.e-
hajj.turunkan.jumlah.jemaah.haji.non-kuota.
62
dikerjakan adalah mengenai persetujuan pemilik hotel di
Madinah dalam sistem e-hajj yang terlambat.
Pemilik hotel beralasan belum memberikan
persetujuan penyewaan dalam sistem e-hajj karena cuti
panjang Ramadhan dan Idul Fitri lalu. Namun KJRI
Indonesia terus mendesak mereka agar segera memberikan
persetujuan tersebut.61
Sebagaimana yang telah diinformasikan bahwa,
pengurusan visa jemaah haji harus dilengkapi dengan
dokumen-dokumen penting seluruh jemaah dalam satu
kelompok terbang (kloter). Jika dari dari satu kloter terdapat
satu orang jemaah yang belum melengkapi dokumen haji
maka visa tidak akan dikeluarkan oleh otoritas Saudi.
Namun pengecekan kelengkapan jemaah tahun ini
dipermudah dengan adanya sistem Electronic Hajj (e-Hajj)
sehingga untuk dapat mengetahui data jemaah, dapat
dilakukan dengan mudah.
Adapun beberapa narasumber yang menyebutkan
bahwa adanya e-hajj ini mempermudah Dalam pengaturan
keberangkatan dan kepulangan jamaah haji. Berdasarkan
keterangan Nizar, pengurusan visa untuk pemberangkatan
jamaah calon haji tahun ini tergolong lebih cepat dibanding
tahun lalu. Karena telah terbantu dengan sistem aplikasi haji
elektronik “e-Hajj” sehingga dengan demikian tidak perlu
memeriksa satu per satu data jamaah. "Dengan adanya
61
http://islamic-center.or.id/persiapan-akomodasi-haji-di-saudi-hampir-selesai/
63
sistem "e-hajj" justru lebih cepat dibanding tahun lalu yang
masih dalam tahap penyesuaian sistem itu," kata Nizar.62
Kelebihan selanjutnya yakni dengan adanya sistem
E-Hajj saat ini Calon Jamaah Haji Indonesia Sudah Bisa
Cetak Visa Sendiri Satu lagi kemudahan yang diberikan
pemerintah kepada para calon jamaah haji (CJH). Mulai
tahun ini, para jamaah bisa memeriksa sendiri apakah visa
haji mereka sudah terbit. Bukan itu saja. Para jamaah bahkan
bisa langsung mencetak sendiri visa mereka.
Kepala Seksi Pemvisaaan Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Kementerian Agama (Kemenag) Ahmad
Jauhari menerangkan, jamaah yang ingin mengetahui status
visanya bisa masuk kewebsite milik kementerian luar negeri.
Situs tersebut memiliki beberapa fitur terkait pembuatan
visa. ‟‟Pilih kolom nomor paspor, isi, lalu ketik nama depan
jamaah sesuai yang tertera dalam paspor,‟‟ terang Jauhari di
Kantor Kemenag, Jakarta. Jika nomor paspor dan nama
depan benar, akan muncul beberapa kolom yang harus diisi
oleh jamaah haji. Setelah semua kolom diisi, secara otomatis
akan muncul visa yang siap di-print. ‟‟Mau diprint 10 atau
50 lembar boleh, semuanya asli dan resmi,‟‟ jelasnya.
fasilitas tersebut hanya bisa diakses oleh jamaah yang
proses pembuatan visanya sudah di-approve. Saat ini,
62
https://www.gomuslim.co.id/read/news/2016/08/10/1123/penerapan-e-hajj-bantu-percepat-pengurusan-visa-haji-tahun-ini.html
64
kemenag sedang mengebut penyelesaian visa. Menurut
bapak Jauhari, dalam kondisi normal, Kemenag bisa
memproses 10 ribu sampai 15 ribu pengajuan visa perhari.
‟‟Tapi kan ada step by step, ada tahapan-tahapannya,‟‟
katanya. Apalagi, pengiriman berkas persyaratan visa dari
daerah tidak bisa dilakukan sekaligus. „‟Itu terkait dengan
jadwal pelunasan biaya haji, pembentukan kloter, dan
beberapa hal lain yang butuh waktu. Kalau berkas lengkap
dan dikirim ke kami, tentu penyelesaiannya akan kami
kebut,‟‟ bebernya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, ada dua masalah
penting yang sering terjadi dalam pembuatan visa. Pertama,
nama jamaah yang tercantum di setoran awal tidak sama
dengan paspor. Untuk kasus seperti ini, kemenag provinsi
atau kota/kabupaten harus melakukan verifikasi ulang.
Caranya dengan memanggil jamaah yang bersangkutan
bersama sejumlah saksi. Tujuannya untuk memastikan
bahwa nama tersebut benar-benar orang yang sama. Jika
proses verifikasi beres, kemenag di daerah harus mengirim
surat keterangan ke kemenag pusat. Isinya tentang
pernyataan bahwa jamaah tersebut benar-benar sesuai
dengan data kemenag. Surat keterangan itulah yang akan
menjadi dasar untuk proses pembuatan visa selanjutnya.
‟‟Nanti nama yang kami jadikan acuan adalah nama yang
tercantum di paspor,‟‟ jelasnya.
65
Problem kedua, lanjut Jauhari, jamaah yang memiliki
paspor terbitan lama. Biasanya, sistem scan dalam aplikasi e-
Hajj tidak bisa membaca kode-kode yang tercantum di
paspor lama. Padahal, petugas kemenag di Jakarta tidak
memiliki fasilitas untuk melakukan input data secara
manual. Jika hal itu terjadi, petugas kemenag terpaksa
menghubungi operator aplikasi e-Hajj di Jeddah.‟‟Kami akan
meminta agar mereka membuka fasilitas input data secara
manual,‟‟ jelasnya. 63
Ketua kasubdit dokumen direktorat jenderal
penelenggaraan haji dalam negri Ahmad Jauhari
menambahkan, cepatnya proses penanganan jamaah di
imigrasi Bandara Jeddah terlihat dari waktu pemeriksaan
yang hanya satu jam sampai 1,5 jam. Sebelumnya,
pemeriksaan imigrasi di tahun lalu membutuhkan 2-3 jam.
"Hal ini karena sistem e-hajj sudah berjalan dengan baik,"
Indikatornya terlihat dengan pemasangan stiker
barcode yang sudah dipasang sejak di Tanah Air. Data dan
identitas jamaah juga sudah terintegrasi antara imigrasi
Indonesia dengan imigrasi Arab Saudi. "Sehingga, saat
masuk loket pemeriksaan, setiap jamaah hanya diperiksa
tidak sampai melebihi dua menit. Kalau satu jamaah
diperiksa dua sampai lima, sedangkan jumlah jamaah per
63
Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12 november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
66
kloter mencapai 400-an orang, bisa butuh waktu berjam-jam
hanya sampai di pemeriksaan imigrasi," paparnya. 64
B. Analisis Peranan Sistem E-Hajj Pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI.
di mulai pada tahan 2015 untuk memperoleh visa
haji harus menggunakan sistem e-hajj. outpout dari E-Hajj
adalah memperoleh visa Untuk memperoleh visa orang
tersebut harus sudah siap dan mempunyai layanan
akomodasi, transportasi bahkan suttle bus setelah
mendapatkan tempat akomodasi itu di tempatkan di mana
dan transportasi kemudian di inpout lah kedalam sistem e-
hajj, singkatya seperti itu 65
tahun 2015 pemerintah Arab Saudi meminta agar
Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama
(Kemenag) menjadi proyek percontohan (pilot project)
sistem e-hajj yang dibangun Arab Saudi. Peremintaan itu
mengingat jemaah haji Indonesia adalah jemaah terbesar di
dunia, di samping itu juga memiliki sistem yang sudah
berjalan dengan baik, yaitu Siskohat.
64
https://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/14/09/02/nba688-ehajj-percepat-penanganan-jamaah-di-imigrasi
65 Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12
november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
67
Mengawinkan dua teknologi antar negara ini bukan
pekerjaan ringan, namun semua dapat dilakukan melalui
Siskohat. Sebelum tahun 2013, perolehan visa dilakukan
hanya dengan melakukan input biodata calon jemaah haji
kepada web portal Kementerian Luar Negeri Arab Saudi
MoFA (Ministry of Foreign Affairs), dan selanjutnya di
teruskan ke Kedutaan Besar (Kedubes) Arab Saudi. Visa haji
pun keluar.
2014, mekanisme ini berubah dengan penambahan
scanner paspor atau Machine Readable Travel Document
(MRTD) untuk mengakses web portal MoFA, sehingga
untuk input primer data-data calon jemaah haji dilakukan
secara otomatis dengan alat MRTD tersebut, ini adalah
embrio implementasi web service e-hajj. Visa pun keluar.
2015, input data calon jemaah haji tidak langsung ke
portal MOFA, tetapi terlebih dahulu melalui Kementerian
Haji Arab Saudi MoHaj (Ministry of Hajj), pararel dengan
pelaksanaan input paket kontrak penerbangan, perumahan,
katering, transportasi, dll. Tanpa adanya pengisian paket-
paket yang diwajibkan oleh MoHaj tersebut, mustahil
biodata calon jemaah haji yang sudah diinput dalam web
portal MoHaj akan di approved kemudian diteruskan ke
MoFA hingga keluar visa. Sempat terjadi persoalan terhadap
visa namun segera cepat teratasi.
2016, penerapan e-hajj dalam percepatan visa
dikuatkan. Sistem berjalan baik sesuai dengan harapan.
Percepatan ini didukung dengan perubahan sistem kluster.
68
Jadi, langkah – langkah penerapan E-Hajj yaitu melakukan
penunjukan penanggung jawab atau aktivasi E-Hajj
penyiapan biaya jaminan pelayanan, dan penerbitan visa. E-
Hajj dilakukan untuk menunjukan beberapa penanggung
jawab dalam rangka mengoprasikan sistem ini.
Dengan sistem E-Hajj ini, penerbitan visa haji akan
tergantung kelengkapan paket pelayanan yang di terimanya
ketika di tanah air memudahkan pengawas untuk memonitor
apakah paket pelayanan yang di berikan sesuai , tercatat
dalam system, sehingga meminimalisir pelanggaran pihak-
pihak tertentu dalam memberikan pelayanan, perubahan
kebijakan pemerintah arab Saudi yang akan merubah seluruh
transaksi pelayanan manual menuju elektronik service
e-hajj sendiri di terapkan oleh pemerintah arab Saudi
yang bertujuan untuk memastikan seluruh jamaah telah
mendapatkan layanan akomodasi dan trasnportasi, e- hajj itu
lebih kepada penyiapan dokumen jamaah peroses
pengeluaraan visa proses nya harus melalui sistem e-hajj SO,
e-hajj adalah sistem aplikasi yang di buat oleh pemerintah
arab Saudi yang bertujuan adalah 1 untuk memastikan
bahwa seluruh jamaah haji mendapaat kan layannan yang
terkait dengan trasnportasi dan akomodadi selama di arab
Saudi dalam rangka melaksanakan ibadah haji e hajj itu
69
sistem yang di miliki pemerintah arab saudi bukan milik
kementrian agama.66
Tidak hanya nama yang bersangkutan tapi juga
nomor paspornya, maskapai yang digunakan, nama hotel dan
lokasi, wilayah tinggal, transportasi daratnya, dan semua hal
ihwal data setiap jamaah yang oleh pemerintah Saudi
dihimpun dalam sistem e-Hajj,"
Jadi di dalam visa e-Hajj itu terangkum seluruh data
jamaah, mulai dari pesawat, tempat hotel tinggal, sampai
sarana transportasi yang digunakan. Seluruh data jemaah
lengkap di dalam visa e-Hajj itu 67
Sistem e-Hajj yang digunakan pemerintah Arab
Saudi memudahkan Pemerintah Indonesia mengakses
berbagai pelayanan ibadah haji. Pengiriman data jamaah
lebih praktis, transaksi lebih mudah karena cukup dengan
transfer antarbank untuk mendapatkan berbagai pelayanan
yang dibutuhkan di Tanah Suci.
Direktur Pengelolaan Keuangan Haji dan Siskohat
Ramadhan Harisman mengatakan, aplikasi yang sudah
digunakan sejak 2014 itu mengintegrasikan sistem
Kementerian Haji, Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Dalam Negeri, perbankan, dan perusahaan penyedia layanan
di Arab Saudi. “Semua negara yang mengirimkan jamaah
66
Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12 november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
67 Wawancara dengan kasubdit dokumen akhmad jauhari pada 12
november 2018 di direktorat jenderal pelayanan haji dalam negri
70
haji menggunakan sistem tersebut,” katanya dalam pesan
singkat, Jumat (10/8).
Dengan menggunakan sistem tersebut, berbagai data
jamaah haji yang menjadi acuan dan dasar pelayanan di luar
negeri langsung diakses penyelenggara haji Arab Saudi.
Ramadhan menjelaskan, tujuan utamanya adalah
mendapatkan kepastian layanan utama yang akan diterima
setiap jamaah haji di Tanah Suci
Pemesanan berbagai pelayanan, seperti hotel,
transportasi, katering, dan lainnya dilakukan melalui e-hajj.
Sistem tersebut memberikan sejumlah keuntungan, di
antaranya kepastian penyediaan layanan karena semua
kontrak layanan diunggah dan tercatat di e-hajj.
Kementerian Agama (Kemenag) juga mendapatkan
kepastian penyediaan layanan jamaah haji terkait hotel di
Makkah dan Madinah, transportasi antarkota dan pelayaan
Arafah-Muzdalifah-Mina (masyair). Tersedianya layanan-
layanan tersebut adalah prasyarat terbitnya visa.
“Kami juga dapat memonitor progress penerbitan
visa setiap jamaah, tiap tahapan hingga siap untuk dicetak,”
kata Ramadhan.
Visa dapat dicetak secara mandiri melalui e-hajj
dengan kertas biasa. Tidak ada kekhawatiran kehabisan
stiker visa. Penggunaan kuota terkontrol dengan ketat.
71
Proses penerbitan visa otomatis akan terhenti apabila kuota
suatu negara sudah digunakan semuanya.
Proses pembatalan atau penggantian visa dilakukan
secara elektronik. Baik Pemerintah Saudi maupun Indonesia
sama-sama dapat mengawasi ketersediaan layanan (kapasitas
hotel misalnya) dengan jamaah yang akan dilayani, termasuk
sisa kapasitas.
Dengan berbagai keuntungan tadi, ada sejumlah
kewajiban yang harus dilakukan oleh suatu misi haji.
Pertama, layanan di Arab Saudi, seperti akomodasi di
Makkah dan Madinah, transportasi antarkota dan pelayaan
Arafah-Muzdalifah-Mina menggunakan bus masyair yang
sudah dikontrak misi haji harus diunggah ke e-hajj.
Kontrak layanan yang diunggah ke e-hajj akan
menjadi bahan untuk proses pemaketan layanan dalam
rangka pemrosesan penerbitan visa. Sebagai contoh, agar
dapat dipaketkan, jamaah A harus sudah ada nama hotel di
Makkah dan Madinah, transportasi antarkota dan pelayaan
masyair.
Agar proses pemaketan bisa segera dilaksanakan,
misi haji harus melakukan proses pengadaan layanan-
layanan di Saudi lebih awal. Penyusunan dan pembentukan
kloter harus dilakukan lebih awal agar proses pada tadi
efektif, perlu sinergitas, komunikasi, koordinasi dari semua
72
pelauku kepentingan, baik di dalam negeri maupun di
Saudi.68
Sales Manager Pullman Zamzam, Muhammad
Martin juga menyebutka bahwa mengakui kemudahan dan
kenyamanan penggunaan e-hajj. “Sistem lebih rapi, mudah,
jelas, transparan,” katanya di lobi hotel tersebut.
Tuturnya Sebelumnya, biro travel membawa uang
kas dalam jumlah banyak. Sekarang mereka tidak
dibolehkan membayar dengan cara seperti itu. Berbagai
transaksi harus melalui sistem komputerisasi, dari rekening
negara asal ke rekening Pullman di Saudi. Biro travel atau
jamaah yang mengirimkan atau menyetorkan sejumlah uang
ke bank di Arab Saudi untuk pembayaran akan ditolak.
Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini
menjelaskan transaksi menggunakan e-hajj merupakan
keharusan. Sistem itu memudahkannya dalam pelaporan
transaksi. Manajemen keuangan dan pelayanan menjadi
lebih terdata.
Sebelum ada sistem tersebut, transaksi biasanya
dilakukan dengan daring dan kas. Pembayaran sebagian
menggunakan transfer. Penyewaan dilakukan melalui
68
https://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/18/08/10/pd88g3366-ehajj-permudah-pelayanan-jamaah-haji
73
aplikasi, kemudian sampai di sini, tamu tinggal
memverifikasi data.
“Jamaah Indonesia di sini cukup menikmati
pelayanan. Jumlah mereka yang menginap di sini mulai 10
hingga 40 persen dari total kapasitas 1.315 kamar,” kata
Martin.69
2016 pada musim haji tahun ini pengurusan visa
diklasterisasi. Klaterisasi ini dalam mempermudah dan
mempercepat keluarnya visa. Visa jemaah haji yang akan
berangkat pada gelombang pertama diurus lebih awal dan
selanjutnya secara paralel diurus juga visa jemaah haji yang
akan berangkat pada gelombang kedua.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kemenag Abdul Djamil Juli lalu mengatakan bahwa proses
pengurusan visa dilakukan sesuai dengan urutan kelompok
terbang (kloter) jemaah haji Indonesia. Hal itu dilakukan
untuk memastikan jamaah haji yang akan diberangkatkan
pada kloter-kloter awal, visanya bisa segera keluar.
Dan apa yang direncanakan sesuai dengan
realisasinya. Sempat terjadi lagi masalah terkait visa
sehingga Kemenag kembali dikritisi. Padahal, tidak ada
persoalan dengan visa. Visa keluar sesuai dengan rencana,
69
https://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/18/08/10/pd88g3366-ehajj-permudah-pelayanan-jamaah-haji
74
namun disebabkan adanya jemaah haji yang menginginkan
pindah kloter padahal visanya belum keluar ditambah lagi
karena terjadinya kesenjangan informasi antara petugas di
lapangan dengan jemaah mengakibatkan terjadinya masalah.
Namun hal itu dapat segera diatasi dengan cepat oleh Ditjen
PHU.70
Makkah (KUH-KJRI) Peningkatan kualitas
pelayanan dan administratif terkait pelaksanaan ibadah haji
di wilayah Arab Saudi terus ditingkatkan. Penangan ibadah
msiman tersebut beberapa tahun terakhir telah efektif
berjalan dengan sistem berbasis komputer dan online yang
dipublikasikan dengan nama e-hajj. Jajaran pimpinan
delegasi penyiapan akomodasi jemaah haji yang tengah
bertugas untuk penyiapan penyelenggaraan haji tahun ini,
siang kemarin (26/3) menemui direktur proyek e-hajj di
Makkah untuk mengikuti perkembangan peraturan yang
diterapkan.
Rombongan yang terdiri dari Direktur Pelayanan
Haji Luar Negeri Direktorat Jenderal (Ditjend)
Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kementrian
Agama RI Sri Ilham Lubis, bersama dengan Kepala
Subdirektorat (Kasubdit) Transportasi Haji Direktorat
Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjend PHU Subhan Cholid,
70
https://haji.kemenag.go.id/v3/content/kemenag-berhasil-lakukan-percepatan-visa-haji-melalui-e-hajj
75
Kasubdit Katering Haji Direktorat Pelayanan Haji Luar
Negeri Ditjend PHU Ahmad Abdullah, Kepala Seksi (Kasi)
Pelayanan Katering Subdirektorat Katering Haji Direktorat
Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjend PHU, serta Staf Teknis
Haji (STH) 2 KJRI Jeddah Amin Handoyo datang menemui
Direktur Proyek E-Hajj Syeh Farid Manda di Makkah.71
71
http://kantorurusanhaji.com/ikuti-update-sistem-informasi-tim-pelayanan-haji-luar-negeri-datangi-kantor-e-hajj-di-makkah/
76
BAB VI
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Peranan Sistem
E- Hajj pada Direktorat Jenderal penyelenggaraan Haji dan
Umroh Kementrian Agama RI maka dalam bab ini dapat
ditarik kesimpulan:
1. Dengan di aplikasikannya sistem elektronik haji
berbasis web dan aplikasi di dalamnya diharapkan
semua kegiatan ibadah haji dari keberangkataan
hingga kepulangan, paket pelayanan nya dapat di
lihat dengan transparan dan dalam satu sistem ini
dapat melakukan berbagai macam pemesanan
pelayanan mulai dari transportasi, akomodasi dan
konsumsi.
2. Analisa Peranan Sistem E- Hajj pada Direktorat
Jenderal penyelenggaraan Haji dan Umroh
Kementerian Agama RI bahwa sistem elektronik
haji ini memudahkan memiliki peranan dalam
pemprosesan memperoleh visa Haji, dan
pemesanan seluruh paket layanan jamaah selama
di Arab Saudi
3. Sistem E-Hajj ini yang pada mulanya di anggap
menghambat perolehan visa karna perlu menginput
berbagai data pelayanan akan tetapi setalh penulis
77
analisis bahwasannya yang menjadi faktor
terhambatnya adalah kurang Pemahaman terhadap
sistem haji yang berbasis elektronik ini
B Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapa
sistem E-hajj pada direktorat penyelenggaraan
ibadah haji ini masih adanya kekurangan juga
kendala dan perlu di berikan pemahaman kepada
para pengguna untuk lebih memahami cara kerja
sistem ini
2. Selanjutnya di perlukannya perbaikan – perbaikan
dalam mengelola sistem ini dan di harapkan
kedepannya tidak ada lagi kendala kesalahan nama
yang di input ke dalam sistem ini atau tidak
lengkapnya pelayanan yang ter input dalam sistem
ini. Dan juga kepada PIHK di harapkan
mendapatkan pengetahuan mendalam mengenai
cara kerja sistem ini.
3. Kepada peneliti selanjutnya di harapkan dapat
meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi agar para
pembaca terkhusu yang tertarik di dunia perhaji an
mendapatkan ilmu nya.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Universitas Muhammadiyah Malang Press. 2008.
Al-Qur‟an surat Ali „Imran ayat 97
Andi Prastowo, Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Persfektif
Rancangan Penelitian. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. 2011.
Azwar Saifuddin, Metodelogi Penelitian. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2001.
Bambang Hariyanto, Dasar Informatika & Ilmu Komputer. .
Yogyakarta : Graha Ilmu. 2008.
Depag RI, Hikmah Ibadah Haji. Jakarta: Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.
2003.
Departemen Agama RI, Fiqh Haji. Jakarta: Direktorat Jendral
Penyelenggaraan Haji. 2012
Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ). ( Jakarta :
Balai Pustaka 1990 ), cet ke 3
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian
79
Agama RI, Haji dari Masa ke Masa. Jakarta: Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 2012
Djamil Abdul, manajemen penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.
Direktorat jenderal pelayana haji dan umroh Kemenag RI.
2016. Cetakan Pertama.
Dr. Husaini Usman, M.Pd. dan Purnomo Setiady Akbar, M.Pd,
Metodologi Social. Jakarta: Bumu Aksara. 2006.
Holisah, “Pengaruh Kualitas Bimbingan Manasik Umroh Terhadap
Kepuasan Jama‟ah Pada Pt. Fajrul Ikhsan Wisata (Esq
Tours Travel) Pondok Pinang Jakarta Selatan”, Program
Studi Manajemen Haji dan Umrah. Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi
Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2003
Ilham Sri Lubis, DKK Pedoman dan prosedur penyediaan layanan
akomodasi konsumsi, dan transportasi darat jamaah haji di
arab Saudi. Direktorat penyelenggaraan Haji Luar Negri,
Kementrian agama RI. Jakarta Barat : 1439H/2018M.
Kahri Nasjar dan Winardi, teori system dan pendekatan system
80
dalam bidang manajemen. Bandung: PT.Manda Maju. 1997.
Cet ke 1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-2014.
Jakarta: Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 2010.
Komarudin, ensiklopedia manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
1994
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2009.
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji. Jakarta:
FDK Pres. 2008.
Mutmainnah, Implementasi Sistem Informasi dan Komputerisasi
Haji Terpadu (SISKOHAT) Pada Kementrian Agama
Republik Indonesia. Program Studi Manajemen Dakwah.
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Nurdin, Syafruddin dan Usman, Basyiruddin. Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.
Onong Unchyana Efendi, Human Relation and Public Relation.
Bandung: PT.Manda Maju. 1997.
81
Poerwadarminta. W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
PT.Balai Pustaka. 1995.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metodelogi Penelitian
Survey. Jakarta : LP3ES. 1989.
Sugiono, metode penelitian kualitatif, kuantitafi, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2017
Soekanto, Soerjono, Teori peranan. Jakarta : Bumi Aksara. 2002.
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi.
2005. Edisi 1.
Wahyudi Kumorotomo dan subondo Agus M., Sistem Informasi
Manajemen. 2011 : UGM Press.
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah. Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. 2008.
82
INTERNET
http://kantorurusanhaji.com/ikuti-update-sisteminformasi-
tim-pelayanan-haji-luar-negeri-datangi-kantor-e-hajj-di-makkah/
https://ehaj.haj.gov.sa/EH/index.xhtml?dswid=-231
https://haji.kemenag.go.id/v3/content/kemenag-berhasil
lakukan-percepatan-visa-haji-melalui-e-hajj
https://visa.mofa.gov.sa/
https://nasional.kompas.com/read/2016/08/24/15114081/sist
em.e-hajj.turunkan.jumlah.jemaah.haji.non-kuota.
83
Lampiran
Keterangan : Surat Bimbingan Skripsi.
84
Lampiran
Keterangan : Surat Izin Penelitian Kepada Direktur Pelayanan Haji
luar Negeri Kemenag RI.
85
Lampiran
Keterangan : Surat Izin Penelitian Kepada Direktur Pelayanan Haji
Dalamr Negeri Kemenag RI
86
Lampiran
Keterangan : Surat Izin penelitian Kepada Direktur PT-Elteyba
Medina Fauzan
87
Lampiran
Keterangan : Lembaran Pertanyaan Wawancara di ajukan Keepada
Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji.
88
Lampiran
89
Lampiran
Keterangan : Surat keterangan Telah melakukan Dengan Bapak
Akhmad Jauhari Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji.
90
Lampiran
Keterangan : Surat keterangan telah melakukan Dengan Bapak
Abdillah Kasubag TU Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri
91
Lampiran
Keterangan : Foto wawancara bersama Bapak Akhmad Jauhari
Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji
92
Lampiran
Keterangan : Foto wawancara bersama bapak H. Abdillah Kasubag
TU Pelayanan Haji Luar Negeri
93
Lampiran
Keterangan : Foto wawancara bersama bapak H. Abdillah Kasubag
TU Pelayanan Haji Luar Negeri
Keterangan : Foto wawancara Bapak fudholi