Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-1
PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK BERDASARKAN
KEBUTUHAN PENGGUNA DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
Design for Spanram of Batik Production Based on User Requirements using Quality
Function Deployment
Debrina Puspita Andriani¹, Mahendra Habriantama², Azizah Putri Nur Aini², Adam Khano², dan
Arga Bayu Rachman²
¹Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, Indonesia 65145
²Laboratorium Statistik dan Rekayasa Kualitas, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 167, Malang,
Indonesia 65145
Korenspondesi Penulis
Email : [email protected]
Kata kunci: batik, kebutuhan pengguna, spanram, perancangan produk, quality function deployment
Keywords: batik, spanram, product design, quality function deployment, user requirements
ABSTRAK
Penetapan batik sebagai warisan budaya membuat batik tetap memiliki eksistensi dan menjadi motif
favorit masyarakat hingga saat ini. Berbagai jenis batik beredar di masyarakat, mulai dari batik tulis,
batik cap, dan batik lukis. Meskipun telah banyak teknologi digital yang dimanfaatkan dalam
pembuatan batik, beberapa pengrajin masih bertahan menggunakan alat manual, salah satunya yaitu
spanram. Penelitian awal menunjukkan bahwa spanram saat ini belum memenuhi kebutuhan
penggunanya, seperti memudahkan dalam proses pewarnaan dan penyimpanan, serta aspek
ergonomis. Penelitian ini bertujuan merancang ulang spanram agar dapat dengan optimal memenuhi
kebutuhan penggunanya, yaitu dalam proses pembuatan batik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa
material, material pengait, dan tinggi spanram merupakan tiga hal utama yang diprioritaskan untuk
diperbaiki. Melalui pendekatan quality function deployment (QFD), diberikan desain usulan spanram
guna memenuhi kebutuhan pengguna dan peningkatan kualitas produk batik.
ABSTRACT
Reinforce of batik as cultural heritage make batik still have an existence and become a favorite motif
of the society today. Various types of batik circulate in the community, ranging from written batik,
stamped batik, and painted batik. Although many digital technologies have been used in making
batik, some craftsmen still survive using manual appliances, one of which is spanram. Preliminary
research showed that spanram currently did not meet the user requirements, such as ease in the
dyeing and storage process, as well as ergonomic aspects. This study aims to redesign spanram in
order to optimally meet the user requirements. The results explained that the material, hook material,
and the height of the spanram were the three main things that were prioritized for improvement.
Through the quality function deployment (QFD) approach, a design proposal was given to meet the
user requirements and improve the quality of batik.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-2
PENDAHULUAN
Batik merupakan budaya Indonesia yang telah diakui sebagai warisan dunia dan terus
mengalami tren peningkatan setiap tahunnya, meskipun kondisi ekonomi tidak stabil (Kurniasih,
2018; Rustianti, dkk., 2019; Andriani, dkk., 2019). Mulainya globalisasi juga menyebabkan negara
lain berhasil masuk dengan menggunakan kain bermotif batik (Setiawati, dkk., 2011; Setyanto,
dkk., 2019).
Berdasarkan teknik pembuatannya, batik dibagi menjadi tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap,
dan batik lukis (Tamin, dkk., 2019). Proses pembuatan melalui beberapa tahapan yaitu membuat
pola, mengisi bagian yang sudah di buat pola (ngiseni), membatik pada sisi sebaliknya (nerusi),
menutup kain yang tidak akan diwarnai (memboki), proses penghalusan tembokan (mriki),
pewarnaan, merebus kain agar malam/wax larut (nglorod), dan proses terakhir adalah mbabari
(Widihastuti, 2014). Pada proses pewarnaan batik system kuas/semprot digunakan alat bantu
spanram. Spanram merupakan alat yang terbuat dari kayu ataupun bambu yang dibuat sesuai
dengan ukuran kain dan berfungsi untuk membentangkan kain pada proses pembatikan dan
pewarnaan (Priyanto, 2018).
Permasalahan yang muncul adalah desain spanram yang ada saat ini kurang ergonomis
karena tidak memiliki penyangga kaki. Selain itu, penempatan spanram yang diletakkan di lantai
mengharuskan pengrajin membungkuk ketika menggunakannya. Hal-hal tersebut menyebabkan
pengrajin mengalami kelelahan serta mengakibatkan adanya musculosceletal disorders (MSDs)
(Siswiyanti & Luthfianto, 2014). Spanram yang dijual di pasaran saat ini juga memiliki dimensi
yang cukup besar, yaitu sekitar 1 – 2 meter, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Spanram Batik
Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah banyak dilakukan penelitian mengenai
perancangan, mulai dari perancangan alat kerja hingga stasiun kerja pada industri batik. Adanya
keluhan MSDs menjadikan dasar penelitian yang dilakukan Agustina & Maulana (2012),
Setiawan, dkk. (2014), dan Russanti, dkk. (2018), untuk merancang meja, kursi, dan alat-alat
lainnya pada proses pembuatan batik tulis. Selain itu juga ada penelitian lain yang telah
membahas dalam perancangan dan perbaikan alat-alat kerja pada produksi batik cap (Sutari,
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-3
dkk., 2015; dan Anugraha, dkk., 2015). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan obyek
penelitian yaitu spanram sebagai salah satu alat bantu dalam memproduksi batik. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk melakukan perancangan dan pengembangan produk spanram agar
sesuai dengan kebutuhan penggunanya, sehingga fungsi spanram dapat optimal dalam
meningkatkan produktivitas pengrajin batik.
Beberapa metode dapat digunakan dalam melakukan perancangan dan pengembangan
produk seperti kano model, concurrent engineering, kansei engineering, TRIZ, value
engineering, quality function deployment (QFD), dan lainnya. Pada penelitian ini digunakan
metode QFD untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. QFD merupakan sebuah pendekatan
untuk melakukan perancangan dengan menerjemahkan kebutuhan pengguna (user needs) ke
dalam technical requirements (Rahman & Supomo, 2012; Jaelani, 2012; Andriani, dkk., 2019).
Tujuan dari QFD adalah menjamin bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi tingkat
kualitas yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna, serta untuk
melakukan perbaikan kualitas secara berkesinambungan (Sulistyo, 2011; Germani, dkk., 2012).
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perancangan dan pengembangan produk
biasanya hanya berfokus untuk merancang produk akhir sesuai dengan kebutuhan pengguna
eksternal, sedangkan kebutuhan pengguna internal sering kali diabaikan (Bolar, dkk., 2017).
Melalui penelitian ini diharapkan perancangan spanram batik yang akan ergonomis dan praktis
dengan menggunakan QFD telah disesuaikan dengan kebutuhan pengguna internal dan
eksternal.
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode
penelitian deskriptif digunakan karena dengan deskriptif dan analisis permasalahan dari
keadaan nyata objek penelitian sehingga didapatkan solusi permasalahan berupa usulan strategi
perbaikan (Sugiyono, 2009). Pendekatan metode yang dilakukan dalam penelitian adalah Quality
Function Deployment (QFD). Adapun langkah-langkah perancangan produk dengan QFD
dimulai dengan identifikasi peluang hingga pengujian desain produk (Ulrich dan Eppinger,
2001).
Pada tahap identifikasi peluang dilakukan berbagai identifikasi jenis peluang yang mungkin
muncul terkait dengan produk yang dikembangkan. Dalam tahap identifikasi peluang dilakukan
pemilihan metode identifikasi peluang, studi pustaka dan benchmarking, serta pengambilan
voice of user dengan kuisioner terbuka. Setelah itu dilakukan pula identifikasi kebutuhan
konsumen dengan pembuatan daftar pernyataan pengguna.
Selanjutnya dilakukan penetapan spesifikasi produk dengan pembuatan house of quality
(HOQ). HOQ merupakan upaya untuk menerjemahkan pernyataan pengguna menjadi spesifikasi
dari produk yang dirancang (Cohen, 1995). Pembuatan HOQ pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan software QFD Designer (Andriani, dkk., 2019). Hasil spesifikasi teknis
selanjutnya dieksplorasi dengan menggunakan FAST diagram dan morphological chart yang
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-4
akan menghasilkan alternatif konsep. Alternatif konsep yang ada kemudian diseleksi
menggunakan PUGH matriks. Pada tahap ini konsep terbaik dipilih melalui screening dan
scoring method.
Tahap berikutnya setelah terpilih konsep adalah perancangan arsitektur produk dan desain
industri. Pada tahap ini dilakukan pembuatan bill of material (BOM) tree dan identifikasi
kebutuhan konsumen dari segi ekonomi dan estetika. Pemodelan dan prototyping dari desain
produk dibuat dimodelkan dengan menggunakan software SketchUp. Tahap terakhir yaitu
pengujian desain produk yang dilakukan untuk mengetahui apakah keinginan dan kebutuhan
pengguna telah terpenuhi, serta mengetahui kelemahan dari produk yang dibuat agar dapat
diperbaiki untuk pengembangan berkelanjutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dibahas mengenai hasil serta analisis perancangan produk menggunakan
pendekatan QFD. Analisis dimulai dari tahap identifikasi peluang, identifikasi kebutuhan
pengguna, penetapan spesifikasi produk, pengembangan konsep, pemilihan konsep, pengujian
konsep, arsitektur produk, hingga desain industri dari produk spanram (Ginting, 2010).
Identifikasi Peluang
Dalam melakukan identifikasi peluang spanram, metode yang digunakan adalah dengan
wawancara kepada para pengrajin batik yang berada di salah satu kota di Jawa Timur. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui produk seperti apa yang diinginkan oleh pengguna. Selain itu, dari
wawancara yang didasarkan atas perancangan pertanyaan secara terbuka dapat diketahui apa
saja yang dibutuhkan pengguna terhadap produk spanram dan inovasi apa yang diperlukan
untuk meningkatkan kepuasan penggunanya terhadap produk spanram agar spanram yang
akan diproduksi dapat diterima oleh pasar dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Tabel 1. Pernyataan Kebutuhan Pengguna
Pernyataan Pengguna Pernyataan Kebutuhan Pengguna
Memudahkan pewarnaan Spanram dapat memudahkan proses pewarnaan
Spanram mudah disimpan
Spanram dapat dilipat
Spanram mudah dipindahkan
Penyimpanan praktis
Spanram mudah dibersihkan Spanram mudah dibersihkan dari cat
Pengait pada spanram tidak merusak
kain
Spanram aman untuk kain
Bahan pengait tidak mudah berkarat
Desain spanram ergonomis Spanram memiliki desain yang ergonomis
Tinggi spanram dapat menyesuaikan tubuh
Spanram tahan lama Spanram dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama
Spanram dapat memudahkan proses pewarnaan Memudahkan pewarnaan
Penyimpanan praktis Spanram mudah disimpan
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-5
Tabel 1 berisi mengenai pernyataan kebutuhan pengguna berdasarkan hasil wawancara.
Pernyataan kebutuhan pengguna selanjutnya digunakan untuk penyusunan kuesioner tertutup
pada tahap identifikasi kebutuhan pengguna.
Penetapan Spesifikasi Produk
Tahap spesifikasi produk dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal yang
harus dilakukan oleh sebuah produk. Upaya untuk mengonversikan voice of user secara
langsung terhadap respon teknis dari produk yang dihasilkan dapat menggunakan house of
quality (HOQ). Dalam HOQ terdapat delapan room yang memiliki fungsi masing-masing. Pada
HOQ juga dilakukan benchmarking dengan tujuan untuk mengetahui posisi-posisi relatif produk
yang ada dipasaran yang merupakan kompetitor. Gambar 2 menunjukkan HOQ secara
keseluruhan untuk produk spanram, sedangkan untuk analisis HOQ dijelaskan sebagai berikut:
1. Room 1 (User Needs). Pada room 1 berisi data atau informasi terstruktur mengenai
kebutuhan dan keinginan konsumen berdasarkan hasil pengumpulan data sebelumnya.
Data tersebut diungkapkan dalam bahasa konsumen dan bersifat kualitatif. Pada HOQ
produk spanram terdapat 10 pernyataan kebutuhan pengguna, salah satunya adalah
spanram dapat memudahkan proses pewarnaan.
2. Room 2 (Technical Response). Pada room 2 berisi informasi mengenai tanggapan teknis,
yang merupakan gagasan produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran
tersebut diturunkan dari user needs pada bagian pertama HOQ. Pada HOQ produk
spanram, terdapat 8 respon teknis, salah satunya adalah berat spanram.
3. Room 3 (Relationship Matrix). Pada room 3 berisi hubungan antara room 1 dan 2.
Keterkaitan yang berhubungan erat diberikan bobot 9, hubungan sedang dan lemah
dengan bobot 3 dan 1. Sebagai contoh, pada kebutuhan pengguna spanram dapat
memudahkan proses pewarnaan berhubungan lemah dengan respon teknis untuk berat
spanram, sehingga bobot keduanya bernilai 1.
4. Room 4 (Benchmarking). Pada room 4 berisi benchmarking untuk membandingkan
ekspektasi produk dengan kompetitor. Pada penelitian ini dipilih 2 produk spanram yaitu
Tono Spanram dan Spanram Batik Celaket sebagai kompetitor. Untuk kebutuhan
pengguna spanram dapat memudahkan proses pewarnaan diketahui nilai ekspektasi
produk dan nilai kompetitor memiliki nilai yang sama, yakni di 1,4.
5. Room 5 (Technical Benchmarking). Pada room 5 berisi perbandingan kemampuan teknis
produk yang akan dirancang dengan kedua produk kompetitor. Sebagai contoh untuk
berat spanram, Tono Spanram diketahui memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Spanram
Celaket.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-6
Gambar 2. HOQ Produk Spanram
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-7
6. Room 6 (Correlation). Pada room 6 berisi hubungan antar matriks pada tingkat
kepentingan. Matriks korelasi tersebut menunjukkan pengaruh antar elemen. Terdiri atas
korelasi kuat positif, korelasi posistif, korelasi negatif, dan korelasi kuat negatif. Sebagai
contoh, berat spanram memiliki korelasi kuat positif dengan lebar spanram.
7. Room 7 (Importance of Technical). Pada room 7 terdapat tingkat kepentingan respon
teknis dari room 2 untuk diwujudkan. Terdapat 3 prioritas tertinggi dari respon teknis
yaitu material spanram, tinggi spanram, dan panjang spanram.
8. Room 8 (Performance Standard). Pada room 8 menunjukan mengenai standar performansi
produk atas tiap respon teknis. Contohnya, berat spanram memiliki standar performansi
yaitu 200 gr.
Pengembangan Konsep
Setelah membuat HOQ, langkah selanjutnya adalah menganalisis lebih lanjut dari HOQ.
Pada tahap ini dilakukan studi spesifikasi dari alternatif-alternatif konsep untuk dikembangkan
lebih lanjut. Tahap pengembangan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu, pembuatan FAST
diagram dan morphological chart.
FAST (Function Analysis System Technique) diagram mampu memberikan gambaran dalam
bentuk grafis mengenai fungsi setiap bagian produk beserta interaksinya dalam suatu sistem
(produk atau proses) untuk memperoleh produk yang diinginkan (Borza, 2011). Gambar 3
adalah FAST diagram untuk produk spanram pada penelitian ini. Dengan fungsi yang
didekomposisi menjadi 3, yaitu desain yang ergonomis, keandalan, dan fleksibilitas, terbentuk 9
respon atau spesifikasi teknis yang dapat digunakan untuk memberikan kriteria terhadap
alternatif-alternatif konsep yang disusun.
Alternatif konsep merupakan sebuah alternatif yang dimunculkan dari setiap fungsi yang
dibuat sebelumnya. Dalam alternatif konsep digunakan tabel kombinasi berupa morphological
chart untuk mempertimbangkan kombinasi secara sistematis. Tabel 4 adalah ringkasan dari
alternatif konsep yang dapat disusun pada penelitian ini. Dengan 9 kriteria selanjutnya
terbentuklah 6 konsep sebagai alternatif konsep.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-8
Alat pewarnaan batik tulis
Desain yang ergonomis
Untuk Keandalan
Fleksibilitas Spanram
Menyesuaikan postur tubuh
Menggunakan material yang awet
Menggunakan material pengait
yang awet
Mudah dipindahkan
Dapat dilipat
Tinggi Spanram
Panjang Spanram
Lebar Spanram
Material Spanram
Material Spanram
Adanya trolley
Berat Spanram
Adanya engsel
Gambar 3. FAST Diagram produk Spanram
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-9
Tabel 2. Alternatif Konsep Spanram Batik
Kriteria Konsep
A B C D E F
Tinggi Spanram (A) 69 cm 64,68 cm 64,68 cm 64,68 cm 64,68 cm 64,68 cm
Panjang Spanram (B) 220 cm 220 cm 200 cm 200 cm 200 cm 200 cm
Lebar Spanram (C) 110 cm 110 cm 110 cm 110 cm 110 cm 110 cm
Material Spanram (D) Paralon Paralon Alumunium Paralon Paralon Kayu
Material Pengait (E) Stainless
Steel
Stainless
Steel
Stainless
Steel
Stainless
Steel
Stainless
Steel
Stainless
Steel
Bentuk Pengait
Spanram (E) Paku Kail Paku Kail Kail Kail
Adanya Trolley (F) Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Jenis Trolley (G) Trolley
biasa
Trolley
Kancing
Trolley
Kancing
Trolley
biasa
Trolley
biasa
Trolley
Kancing
Berat Spanram (H) 1 Kg 1,5 Kg 1 Kg 1,5 Kg 2 Kg 1,5 Kg
Adanya Engsel (I) Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Pemilihan Konsep
Setelah menentukan beberapa alternatif konsep dari produk spanram, selanjutnya dilakukan
pemillihan konsep dengan menggunakan Pugh Matrix. Terdapat dua tahap dalam pemilihan
konsep yaitu penyaringan konsep (screening) dan penilaian konsep (scoring). Penyaringan
konsep merupakan proses yang ditujukan untuk mempersempit alternatif konsep yang sudah
dibuat oleh perancang produk. Penyaringan konsep didasarkan pada metode seleksi konsep
PUGH yang bertujuan untuk mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk
memperbaiki konsep. Pada PUGH matrix, terdapat tiga kriteria seleksi dan enam alternatif
konsep yang dinilai dengan +, 0, dan – dimana masing – masing bernilai lebih baik, sama
dengan, dan lebih buruk. Acuan yang digunakan untuk penyaringan konsep adalah produk
kompetitor spanram. Tabel 3 merupakan PUGH Matrix dari produk spanram.
Dari tabel matriks PUGH didapat konsep yang memiliki nilai paling tinggi yakni konsep F,
ranking 2 adalah konsep D,dan ranking 3 adalah konsep B. Konsep lainnya tidak terpilih sebagai
konsep yang dapat dilanjutkan karena memiliki nilai yang dianggap oleh tim pengembang
kurang dari standar, sehingga konsep B, D, dan F yang akan dilanjutkan dalam perancangan
produk.
Setelah terpilih konsep tersaring, selanjutnya adalah tahap penilaian konsep (scoring) untuk
mengetahui konsep terpilih (Tabel 4). Dalam penilaian konsep, untuk mendapatkan nilai bobot
maka dilakukan perhitungan dengan mengalikan antara beban (%) dengan skala 1 – 5, dimana 1
diartikan sebagai sangat buruk dan 5 diartikan sebagai sangat baik. Sebagai contoh pada kriteria
seleksi desain yang ergonomis pada konsep B, nilai 0,99 didapatkan dari 33% dikalikan dengan
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-10
rating 3. Dari nilai beban setiap kriteria dijumlahkan untuk menentukan peringkat konsep. Pada
tahap ini, konsep D memiliki total nilai paling besar yaitu 4, sehingga konsep D terpilih untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Pada konsep D diketahui bahwa spanram memiliki dimensi panjang yaitu 200 cm dan lebar
110 cm. Spanram memiliki kaki penyangga yang ergonomis dengan tinggi 64,68 cm. Spanram
dibuat dengan material paralon sehingga berat dari spanram adalah 1,5 kg. Pengait spanram
berbentuk kail dengan material stainless steel agar kuat dan tidak mudah berkarat. Agar
spanram yang dibuat fleksibel, maka spanram dilengkapi dengan roda dan terdapat engsel
sehingga dapat dilipat.
Tabel 3. PUGH Matrix Spanram untuk penyaringan konsep
Kriteria Seleksi Konsep-konsep
A B C D E F Ref
Memastikan kenyamanan + + - + + + 0
Memastikan keandalan 0 + 0 + + + 0
Meningkatkan fleksibilitas + + - + - + 0
Jumlah + 2 3 0 3 2 3
Jumlah 0 (sama) 1 0 1 0 0 0
Jumlah - 0 0 2 0 1 0
Nilai Akhir 2 3 -2 3 1 3
Ranking 4 3 6 2 5 1
Lanjutkan? Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
Tabel 4. PUGH Matrix untuk Penilaian Konsep
Kriteria Seleksi Beban B D F
Desain yang ergonomis 33% 3 0,99 4 1,32 4 1,32
Untuk keandalan 43% 4 1,72 4 1,72 3 1,29
Fleksibilitas Spanram 24% 4 0,96 4 0,96 4 0,96
Total Nilai Peringkat 3,67 4 3,53
Lanjutkan? Tidak Ya Tidak
Desain Arsitektur Produk dan Desain Industri
Pada tahap desain arsitektur produk, dilakukan perancangan skema dari produk dengan
membuat Bill of Material (BOM) Tree yang ditunjukkan Gambar 4. Berdasarkan BOM Tree yang
dibuat, terdapat empat level yaitu level 0,1,2, dan 3.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-11
0Spanram
1
1Badan Spanram
1
1.1Badan Spanram
1
1.2Engsel
2
1.3Pengait Spanram
4
Paralon Kuningan Stainless Steel
2Kaki Spanram
4
2.1Kaki Spanram
4
2.2Engsel
4
2.3Roda
4
2.3.1Penutup Roda
4
2.3.2Pengunci Roda
4
2.3.3Roda
4
Paralon Kuningan Stainless Steel Stainless Steel Karet
Level 0
Level 1
Level 2
Level 3
Level Material
Gambar 4. BOM Tree Produk Spanram
Sementara itu, pada desain industri dibuat dengan analisis dari aspek ergonomi dan
estetika dari produk rancangan (Nurmianto, 2003). Investigasi kebutuhan konsumen yang
dilakukan pada tahap diaplikasikan pada konsep produk yang sedang dikembangkan untuk
kemudian digunakan sebagai desain usulan (Andriani dkk., 2018). Tabel 5 dan 6 merupakan
desain industri dari produk spanram. Sementara itu, Gambar 5 merupakan desain dari konsep
terpilih.
Tabel 5. Aspek Ergonomis pada Desain Industri Spanram
Aspek Ergonomis Penjelasan
Visual Ergonomics Bernilai 3 (fair) karena tampilan/display produk tidak terlalu
diperhatikan.
Cultural Ergonomics Bernilai 3 (fair) karena tidak terlalu diperhatikan.
Postur Kerja dan Antropometri Bernilai 9 (tinggi) dengan antropometri yang digunakan adalah D16
(tinggi popliteal) dan D11 (tinggi siku)
Bentuk Coupling Bernilai 8 (tinggi) karena spanram memiliki ukuran besar sehingga
memerlukan pegangan untuk memindahkan spanram dengan
mudah.
Keselamatan dan
Kesehatan Penggunaan
Bernilai 8 (tinggi) karena dalam proses pembuatan batik, pengguna
harus berinteraksi langsung dengan spanram sehingga dibutuhkan
spanram dengan bahan material dan design yang aman.
Tabel 6. Aspek Estetika dari Desain Industri Spanram
Aspek Estetika Penjelasan
Diferensial Produk Bernilai 8 karena produk spanram memiliki spesifikasi yang sangat
berbeda dibanding produk yang sudah ada, yaitu dapat dilipat dan
memiliki roda.
Mode/Kesan Bernilai 7 karena produk spanram membuat kesan praktis karena dapat
dilipat dan mudah dipindahkan dengan adanya roda.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-12
Gambar 5. Desain Terpilih Produk Spanram
Pengujian Desain Produk
Pengujian desain adalah suatu langkah untuk melihat apakah desain produk yang akan
diluncurkan telah sesuai dengan keinginan pengguna secara umum dan dapat diterima
dengan melihat potensi penjualan produk. Pengukuran respon pengguna dapat dilihat dari
hasil kuesioner yang akan diberikan kepada responden pengrajin batik. Gambar 6 merupakan
hasil kuesioner peluang kemungkinan pengguna membeli produk spanram.
Dari hasil kuesioner yang disebarkan ke 30 pengrajin batik, responden yang pasti akan
membeli produk spanram adalah 6 responden atau 20%, sedangkan untuk yang memberikan
respon membeli, mungkin membeli, dan tidak membeli adalah 17%, 56%, dan 7%. Hal ini
menunjukkan bahwa usulan desain spanram pada penelitian ini dapat dikembangkan lebih
lanjut.
Gambar 6. Hasil Kuesioner Peluang Kemungkinan Membeli
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dengan menggunakan metode QFD diketahui hasil
identifikasi kebutuhan pengguna untuk produk spanram yaitu sebanyak 10 kebutuhan dan
untuk menjawabnya disusun 8 respon teknis. Hasil analisis HOQ menyebutkan bahwa material
pengait spanram, material spanram, dan tinggi spanram menjadi prioritas dalam
pengembangan desain spanram.
7%
56%17%
20% Tidak Membeli
Mungkin membeli
Membeli
Pasti Membeli
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-13
Pada tahap pengembangan konsep, terdapat enam konsep dan konsep yang terpilih
memiliki kriteria yaitu memiliki panjang 200 cm, lebar 110 cm, dan tinggi kaki 64.68 cm.
Spanram dibuat dari material paralon dan pengait spanram dibuat dengan bahan stainless steel.
Pengait spanram berbentuk kail. Spanram dilengkapi dengan roda dan engsel. Dengan konsep
tersebut, maka selanjutnya dikembangkan dalam bentuk arsitektur produk dan desain industri.
Hasil pengujian desain menunjukkan bahwa produk spanram usulan banyak diminati oleh
pengguna potensialnya, yaitu para pengrajin batik.
KONTRIBUSI PENULIS
Karya tulis Perancangan Spanram untuk Produksi Batik Berdasarkan Kebutuhan Pengguna
dengan Quality Function Deployment ini penulis pertama, kedua, dan ketiga, Debrina Puspita
Andriani, Mahendra Habriantama, dan Azizah Putri Nur Aini, berkontribusi sebagai kontributor
utama, sedangkan penulis keempat dan kelima, Adam Khano dan Arga Bayu, berkontribusi
sebagai kontributor anggota.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Laboratorium Statistik dan Rekayasa Kualitas, Jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya atas segala bentuk dukungan yang
diberikan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F., & Maulana A. (2012). Analisis Postur Kerja Dengan Tinjauan Ergonomi Di Industri Batik
Madura. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1(3), 167-171.
Andriani, D.P.; Choiri, M.; Desrianto, F.X.B. (2018). Redesain Produk Berfokus Pada User Requirements
Dengan Integrasi Axiomatic Design dan House of Quality. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 17 (1), 71-82.
Andriani, D.P., dkk. (2019). Peningkatan Kualitas Produk IKM Rotan Melalui Perancangan Produk Unggulan
dengan Pendekatan Quality Function Deployment. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC (pp. 1 –
10). Surakarta.
Andriani, D.P., dkk. (2019). Perancangan Business Digital Platform dalam Mendukung Keberlanjutan IKM
dengan Pendekatan Quality Function Deployment. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 18(1), 42-54.
Andriani, D.P., dkk. (2019). Optimasi Parameter Ketahanan Luntur Batik Terhadap Keringat Dengan Desain
Eksperimen. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah, 36(1), 81-94.
Anugraha, R.A., Sutan, W., & Mufidah, I. (2015). The design of batik stamp tool scraping working table
using ergonomics principles. Procedia Manufacturing 4, 543 – 551.
Bolar, A.A., Tesfamariam, S., & Sadiq, R. (2017). Framework for prioritizing infrastructure user expectations
using Quality Function Deployment (QFD). International Journal of Sustainable Built Environment, 6,
16–29.
Borza, J. (2011). FAST Diagrams: The Foundation for Creating Effective Function Models. Trizcon 2011.
Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You. Singapura: Addison –
Wesley Publishing Company.
Germani, M., Mengoni, M., & Peruzzini, M. (2012). A QFD-based method to support SMEs in
benchmarking co-design tools. Computers in Industry, 63, 12–29.
Ginting, R. (2010). Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019
Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814
B6-14
Jaelani, E. (2012). Perancangan dan Pengembangan Produk dengan Quality Function Deployment (QFD).
Jurnal Sains & Akuntansi, 4(1), 11 – 29.
Kurniasih, R. (2018). Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Batik Tulis Banyumas. Jurnal Ekonomi,
Bisnis, dan Akuntansi (JEBA), 20 (1), 1-12.
Nurmianto, E. (2003). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Prima Printing.
Priyanto, D. (2018). Kritik Holistik: Ekspresionisme dalam Karya Batik Abstrak Pandono. Ornamen Jurnal
Kriya, 15(1), 22 – 32.
Rahman, A., & Supomo, H. (2012). Analisa Kepuasan Pengguna pada Pekerjaan Reparasi Kapal dengan
Metode Quality Function Deployment (QFD). Jurnal Teknik ITS, 1(1), 297 – 302.
Russanti, I., Yulistiana, & Wibowo, P.H.A. (2018). Developing an Ergonomic and Flexible Gawangan Batik
Design. In 1st International Conference on Social, Applied Science and Technology in Home
Economics (ICONHOMECS 2017). Advances in Social Science, Education and Humanities Research
(ASSEHR), 112 (pp. 100-102).
Rustianti, E. L., dkk. (2019). Sinergitas Penggiatan Ekonomi Kerajinan Batik Lampung, Eksplorasi Budaya
dan Edukasi Konservasi: Andanan Batik Tulis, Negeri Sakti, Pesawaran, Lampung. Sakai Sembayan -
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 60 - 63.
Setiawan, J., Mandegani, G. B., & Rufaida, E. Y. (2014). Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap
Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis. Dinamika Kerajinan dan Batik , 31 (2), 113-122.
Setiawati, E., Abdullah, I., dan Lasiyo. (2011). Strategi Pengembangan Komoditas Studi Tentang Budaya
Ekonomi di Kalangan Pengusaha Batik Laweyan. Kawistara, 1(3), 213-320.
Setyanto, A.R., Samodra, B.R., & Pratama, Y.P. (2019). Kajian Strategi Pemberdayaan UMKM dalam
Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan ASEAN. Jurnal Etikonomi, 14(2), 205 – 220.
Siswiyanti, & Luthfianto, S. (2014). Aplikasi Ergonomi Pada Perancangan Meja Batik Untuk Meningkatkan
Produktivitas Dan Mengurangi Keluhan Pembatik Di Sentra Industri Batik Tulis Tegal. Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) (pp. B-263-B272). Yogyakarta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo, H. (2011). Implementasi QFD dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Tradisional. Jurnal siasat
Bisnis, 15(2), 157 – 169.
Sutari, W., Yekti, Y.N.D., Astuti, M.D., & Sari, Y.M. (2015). Analysis of working posture on muscular skeleton
disorders of operator in stamp scraping in ‘batik cap’ industry. Procedia Manufacturing, 4, 133 – 138.
Tamin, R.A., dkk. (2019). Pengembangan Motif Gurita Jenis Amphioctopus Marginatus pada Aplikasi
Berbasis Web. e - proceeding of Engineering, 6(1), 1476 – 1485.
Ulrich, K.T., & Epingger, S.D. (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk. Jakarta: Penerbit Salemba.
Widihastuti, 2014. How To Make Indonesian Traditional Batik. In Workshop: Design Development of Batik
Fashion for Spring/Summer 2015-2016. Yogyakarta.