PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara luas telah diketahui bahwasannya agar kesatuan masyarakat
dalam suatu wilayah dapat diakui sebagai sebuah negara haruslah
memenuhi beberapa syarat yang sebagai unsur berdirinya suatu negara.
Oppenheim dan Lauterpacht menyebutkan syarat tersebut secara de jure
dan de facto. De jure terkait dengan pengakuan dari negara lain yang telah
lebih dahulu merdeka dan berdaulat. Sedangkan secara de facto berarti
bahwa untuk pendirian suatu negara harus memenuhi unsur adanya rakyat,
adanya pemerintah yang berdaulat, dan adanya wilayah. Dalam Konvensi
Montenegro tahun 1993 juga disebutkan beberapa persyaratan terkait
pendirian sebuah negara, antara lain rayat, penguasa yang berdaulat,
wilayah yang permanen, pengakuan dari negara lain, serta kemampuan
untuk berhubungan dengan negara lain.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bila rakyat, pemerintah yang
berdaulat, serta adanya wilayah merupakan unsur pokok atau unsur
konstitutif terbentuknya suatu negara. Tanpa terpenuhinya unsur-unsur
tersebut, ditambah dengan pengakuan dari negara lain, maka kesatuan
masyarakat dalam suatu wilayah tertentu tidak dapat disebut sebagai
negara. Jadi tidaklah mengherankan bila setelah mendapatkan predikat
sebagai sebuah negara maka pemerintah di negara itu akan berupaya untuk
mempertahankan keutuhan unsur-unsur konstitutifnya, terlebih
menyangkut wilayah negaranya.
1
Wilayah menjadi bagian penting suatu negara karena menjadi
simbol kedaulatan negara tersebut dimana pemerintah negara itu dapat
menerapkan yurisdiksinya dalam suatu teritori tertentu yang tidak dapat
dicampuri oleh negara lain. Semakin luas wilayah suatu negara, maka
semakin luas juga kekuasaan negara itu. Wilayah juga termasuk dalam
unsur tangible kekuatan negara yang dapat membuat negara tersebut
diperhitungkan oleh negara lain dalam komunitas internasional. Oleh
karenanya, isu mengenai keutuhan wilayah merupakan isu penting bagi
negara manapun di dunia ini.
Peristiwa referendum Timor Timur pada tahun 1999 dan juga
referendum Crimea tahun 2014 merupakan contoh nyata dari betapa
pentingnya isu mengenai wilayah bagi negara. Seperti yang diketahui
bahwa sebelum referendum dilakukan, baik Indonesia maupun Ukraina
telah melakukan upaya penyelamatan terhadap keutuhan wilayah mereka.
Tetapi referendum pada akhirnya tetap dilakukan sehingga perbandingan
diantara keduanya menarik untuk dibahas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada penjelasan di latar belakang maka pertanyaan yang
muncul adalah: Apakah referendum Timor Leste dengan Crimea serupa?
C. Tujuan
Mengkaji permasalahan yang tercantum dalam rumusan masalah
menggunakan studi komparatif, yakni dengan membandingkan peristiwa
2
referendum Timor Leste tahun 1999 dengan referendum Crimea tahun
2014.
D. Manfaat
Secara desktiptif memberikan penjelasan mengenai kedua referendum
tersebut.
3
PEMBAHASAN
A. Referendum Timor Timur Tahun 1999
Timor Timur pada mulanya merupakan wilayah jajahan Portugal.
Ketika Indonesia merdeka dari kolonialisme Belanda pada tahun 1945,
Timur Timur masih berada di bawah jajahan Portugal hingga tahun 1976.
Jalan integrasi Timor Timur dengan Indonesia di awali ketika di tahun
1974 terjadi Revolusi Bunga di Portugal sehingga menyebabkan Portugal
mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah
jajahannya termasuk Timor Timur. Padahal di saat yang bersamaan Timur
Timur sedang dilanda perang saudara sehingga Lemos Pires yang
merupakan Gubernur terakhir Portugal di Timur Timur meminta bantuan
dari pemerintah pusat Portugal guna mengatasi perang saudara tersebut.
Namun karena situasi Portugal sendiri yang sedang mengalami revolusi
maka permintaan Lemos Pires tersebut tidak pernah mendapatkan jawaban
sehingga ia kemudian memerintahkan tentara Portugal yang masih
bertahan di Timor Timur untuk melakukan evakuasi ke Pulau Kambing
(Pulau Atauro).
Selepas kepergian Portugal, partai-partai mulai berdiri di Timor
Timur. Ada tiga partai yang merupakan partai terbesar di Timor Timur,
yakni UDT (Uniao Democratica Timorense), APODETI (Associacao
Popular Democratica Timorense), dan FRETILIN (Frente Revolucionaria
de Timor Leste Independente). Ketiga partai tersebut memiliki visi yang
berbeda bagi Timor Timur kedepannya. UDT menginginkan bila Timur
Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. APODETI
menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Sementara
4
FRETILIN yang beraliran komunis menginginkan Timor Timur menjadi
negara yang meredeka.
Perbedaan ini kemudian menyebabkan kerusuhan menyebar di
sepenjuru Timor Timur. Keadaan diperparah dengan adanya vacum of
power di Timor Timur antara bulan Spetember, Oktober, dan November.
Laporan resmi yang dirilis oleh PBB menyebutkan bila selama masa
tersebut FRETELIN melakukan pembantaian terhadap 60.000 penduduk
sipil. Sebagian besar dari penduduk yang dibantai adalah wanita dan anak-
anak yang suami mereka merupakan pendukung faksi integrasi Timor
Timur dengan Indonesia. Lalu pada tanggal 28 November 1975,
FRETELIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor
Timur sebagai Republik Demokratik Timur Leste.
Atas kejadian pembantaian serta deklarasi kemerdekaan Timor
Timur yang dilakukan oleh FRETELIN, kemudian pada tanggal 30
November 1975 kelompok pendukung integrasi mengadakan proklamasi
di Balibo yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari
NKRI dimana naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh ketua
APODETI, Arnaldo dos Reis Araujo , dan ketua UDT yaitu Francisco
Xavier Lopes da Cruz. Mereka juga meminta dukungan Indonesia untuk
mengambil alih Timor Timur dari kekuasaan FRETILIN.
Pada tanggal 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja,
pasukan Indonesia tiba di Timor Timur. FRETILIN lalu memaksa ribuan
rakyat untuk mengungsi ke daerah pegunungan. Mereka dijadikan sebagai
human shields guna melawan tentara Indonesia.
5
Berdasarkan pada UU No. 7 tahun 19761 dan Peraturan Pemerintah
No 19 tahun 19762, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia.
Hanya ada beberapa negara yang mengakui integrasi Timor Timur dengan
Indonesia diantaranya negara-negara ASEAN serta Argentina.3 Sementara
PBB beserta negara-negara barat menolak untuk mengakui integrasi
tersebut.
Selama kurun waktu 1975 – 1999 dilaporkan bila korban tewas
lebih dari 200.000 jiwa. Seperti yang telah disebutikan diatas bila PBB
secara resmi melaporkan 60.000 orang tewas dibunuh oleh FRETELIN.
Sisanya tidak diketahui secara pasti penyebab kematiannya. Tetapi CAVR
(Comissão de Acolhimento, Verdade e Reconciliação de Timor Leste atau
Commission for Reception, Truth and Reconciliation in East Timor)
melaporkan bila 183.000 orang telah tewas di tangan tentara Indonesia
karena keracunan bahan kimia. Sayangnya dalam laporan ini tidak secara
rinci disebutkan bagaimana proses pembunuhan menggunakan bahan
kimia itu berlangsung. Sehingga kebenaran dari laporan ini dapat
dipertanyakan mengingat bila Portugal juga memiliki kepentingan
terhadap Timor Timur sebagai bekas wilayah jajahannya.
Amerika Serikat dan Australia pun menuduh Indonesia telah
melakukan pelanggaran HAM berat selama masa pendudukan di Timor
Timur. Kondisi Indonesia yang menerima tuduhan seperti itu diperparah
dengan terjadinya krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia 1 Hukum Online. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976. Diakses dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/21035/node/924/uu-no-7-tahun-1976-pengesahan-penyatuan-timor-timur-ke-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia-dan-pembentukan-propinsi-daerah-tingkat-i-timor-timur, pada 28 Maret 2014 pukul 08.25 WIB.2 Adiguna, Mozes. (2013). Masa Integrasi Adalah Masa Terindah bagi Timor Timur. Diakses dari http://politik.kompasiana.com/2013/03/07/masa-integrasi-adalah-masa-terindah-bagi-timor-timur-539975.html, pada 28 Maret 2014 pukul 08.32 WIB.3 Ibid.
6
Tenggara pada tahun 1997 termasuk Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi
di Indonesia juga berdampak pada stabilitas politik Indonesia. Indonesia
yang mengalami krisis keuangan lalu mengajukan permintaan bantuan
keuangan pada IMF. Bantuan sebesar USD43 milyar bersedia diberikan
oleh IMF tetapi dengan memenuhi beberapa syarat. Selain meminta
Indonesia untuk meliberalisasikan pasarnya, IMF juga meminta Indonesia
untuk melepaskan Timor Timur. Tentunya sebagai organisasi yang
merupakan kepanjangan tangan dunia barat, syarat yang diberikan oleh
IMF ini tidak terlepas dari kepentingan barat terhadap Timor Timur.
Indonesia pada akhirnya bersedia untuk melakukan referendum
bagi Timor Timur. Referendum dilakukan pada tanggal 30 Agustus 1999
saat Indonesia dipimpin oleh B.J. Habibie. Dalam referendum yang
dilaksanakan oleh PBB ini, Timor Timur diberikan dua opsi. Opsi pertama
yakni Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia dan diberikan
otonomi yang luas. Sedangkan opsi kedua adalah Timor Timur
melepaskan diri dari Indonesia.
Referendum diikuti oleh 98,6% penduduk yang terdaftar atau
sekitar 450.000 penduduk Timor Timur. Hasil referendum diumumkan
pada tanggal 4 September 1999 oleh Koffi Anan dengan hasil 344.508
(78,5%) suara untuk kemerdekaan dan 94.388 (21,5%) untuk integrasi.
Hingga tahun 2002 Timor Timur berada di bawah PBB dan baru tanggal
20 Mei 2002, Timor Timur resmi diakui kemerdekaannya secara
internasional sebagai Republik Demokratik Timor Leste.
7
B. Referendum Crimea Tahun 2014
Crimea atau Republik Crimea merupakan suatu wilayah di Ukraina
yang memiliki status otonom dimana wilayah ini memiliki parlemen,
pemerintahan, bendera, dan undang-undangnya sendiri dengan ibu kota
bernama Simferpool.4 Badan legislatif Crimea yakni Dewan Tertinggi
Crimea beranggotan 100 wakil rakyat dan kekuasaan eksekutifnya berada
di bawah Dewan Menteri yang dipimpin oleh seorang ketua yang berkuasa
atas persetujuan Presiden Ukraina.5 Meskipun merupakan bagian dari
Ukraina namun berdasarkan demografi penduduk, sebesar 58,3%
merupakan etnis Rusia. Sementara etnis Ukraina dan juga etnis Tatar
hanya berjumlah 24,3% dan 0,54% dari keseluruhan jumlah populasi di
Crimea. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Crimea yang sudah beberapa
kali berada dalam pendudukan yang berbeda-beda.
Pada tahun 1921, Crimea berada di bawah kekuasaan Uni Soviet
sebagai wilayah otonomi. Ketika Joseph Stalin berkuasa, di tahun 1928 ia
menerapkan kebijakan pembersihan etnik. Dalam menerapkan kebijakan
ini, tercatat ratusan ribu orang cacat serta generasi tua dibunuh. Kaum
Muslim yang negaranya berada di wilayah kekuasaan Rusia pun turut
menjadi sasaran kebijakan pembersihan etnik ini, termasuk di dalamnya
Muslim Crimea dimana puluhan ribu dari mereka dipindahkan secara
paksa ke daerah Siberia. Berdasarkan statistik, di tahun 1883 jumlah
Muslim Crimea sebesar 9 juta jiwa. Namun setelah kebijakan pembersihan
4 Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar. Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.5 Atjehcyber. (2014). Inilah Lima Fakta Kunci Tentang Krimea. Diakses dari http://www.atjehcyber.net/2014/03/inilah-lima-fakta-kunci-tentang-krimea.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.27 WIB.
8
etnik tersebut dijalankan, jumlah Muslim Crimea hanya sebesar 800.00 di
tahun 1941.6
Selain kebijakan pemberishan etnik. pemerintah Uni Soviet juga
menerapkan kebijakan lainnya untuk menempatkan etnis Rusia di Crimea
sehingga jumlah etnis Rusia di Crimea menjadi lebih banyak dari etnis
Ukraina dan juga Tatar Crimea yang notabene beragama Islam.7
Komposisi masyarakat dimana penduduk Rusia lebih banyak
dibandingkan dengan etnis lainnya bertahan hingga saat ini di Crimea.
Wilayah Crimea diberikan oleh Nikita Khrushchev kepada Ukraina
di tahun 1945. Ada dua alasan yang mendasari pemberian ini. Pertama,
orang tua Khrushchev berasal dari Ukraina sehingga ia merasa memiliki
hubungan kekeluargaan dengan Ukraina. Kedua, sebagai hadiah perayaan
bergabungnya Ukraina ke Kaisaran Rusia yang ke 300 tahun.8 Dengan
begitu, dapat dikatakan bila Crimea merupakan simbol persaudaraan
antara Rusia dengan Ukraina bagi Khrushchev dan juga Partai Komunis
Uni Soviet kala itu.9 Tetapi pada saat Uni Soviet runtuh tahun 1991, ada
lebih dari 20 negara yang memisahkan diri. Ukraina termasuk salah satu
dari 20 negara tersebut sehingga tuntutan untuk mengembalikan wilayah
Crimea pun muncul.
Secara geografis memang Crimea berada di wilayah Ukraina
namun wilayah ini dikenal pro terhadap Rusia. Situasi ini tidak terlalu
bermasalah ketika politik luar negeri Ukraina masih condong ke arah 6 Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar. Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.7 Ibid.8 Ananto, Andri. (2014). Crimea di Persimpangan Sejarah – Hadiah Persaudaraan Khrushchev Diminta Kembali oleh Putin. Diakses dari http://www.koran-sindo.com/node/372854, pada 28 Maret 2014 pukul 09.32 WIB.9 Ibid.
9
Rusia. Tetapi memasuki tahun 2000 politik luar negeri Ukraina lebih
mengarah kepada Uni Eropa dan membuat rakyatnya terpecah menjadi dua
kubu, yakni antara kubu yang pro terhadap Rusia dengan kubu yang pro
terhadap Uni Eropa.10 Terlebih lagi dengan kondisi ekonomi Ukraina yang
tidak baik membuat kedua kubu tersebut berharap bila dengan condongnya
Ukraina ke kubu yang mereka yakini dapat membawa perekonomian
Ukraina ke arah yang lebih baik.
Perebedaan ini mencapai puncaknya ketika pada 21 November
2013 Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, mengumumkan telah
melakukan penolakan tanda tangan kerjasama perdagangan dengan Uni
Eropa dalam peretmuan di Vinius, Lituania. Yanukovych yang pro
terhadap Rusia lebih memilih untuk melakukan kerjasama dengan pihak
Rusia. Keputusan ini kemudian memancing rakyat Ukraina yang pro
terhadap Uni Eropa melakukan demo.
Unjuk rasa terus berlangsung hingga pada tanggal 30 November
2013 polisi Ukraina menyerang sekelompok demonstran dan menahan 35
orang diantaranya. Tindakan ini kemudian memancing simpati publik dan
pada tanggal 1 Desember 2013 menarik sekitar 300.000 orang untuk
melakukan demonstrasi dimana mereka berhasil merebut Balai Kota Kiev.
Situasi ini terus berlanjut hingga pada 18 Februari 2014 terjadi bentrokan
antara pengunjuk rasa dengan polisi yang menewaskan 26 orang termasuk
10 polisi dan mengakibatkan ratusan orang mengalami luka-luka.11 Hingga
10 Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar. Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.11 Warta Perang. (2014). Kronologi Kerusuhan di Ukraina dan Tekanan Luar Negeri. Diakses dari http://wartaperang.blogspot.com/2014/02/kronologi-kerusuhan-di-ukraina-dan.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.33 WIB.
10
20 Februari 2014 Kementerian Kesehatan Ukraina menyatakan jumlah
korban tewas mencapai 67 jiwa sejak kerusuhan pertama pecah.12
Peristiwa ini kemudian membuat Yanukovych harus menandatangani
perjanjian pada tanggal 21 Februari 2014 yang mana salah satu isinya
adalah untuk mengurangi kekuasaan presiden.13
Keinginan Crimea untuk memisahkan diri dari Ukraina muncul
ketika Yanukovych digulingkan dari kursi kepresidenannya. Ukraina
kemudian berada di bawah pemerintahan interim dengan Olexander
Turchynov sebagai presiden. Berbeda dengan pemerintahan Yanukovych
yang pro Rusia, pemerintahan interim yang baru terbentuk ini pro terhadap
Uni Eropa. Masyarakat pro Rusia yang berada di Crimea menganggap bila
keberadaan pemerintah interim ini ilegal dan menolak untuk mengakuinya.
Mereka bahkan mengibarkan bendera Rusia di puncak gedung parlemen di
Kota Simferpool. Menanggapi hal ini, pihak Rusia mengirimkan
tentaranya ke Crimea dengan dasar untuk melindungi etnis Rusia yang
berada di sana dari serangan kelompok pro Uni Eropa.
Referendum Crimea dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2014
dimana hasilnya sebagian besar rakyat Crimea menginginkan untuk
bergabung dengan Rusia. Pengesahan hasil referendum tersebut dilakukan
di Moskow pada tanggal 18 Maret 2014 melalui penandatanganan traktat
oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Crimea Sergei
Aksyonov, Ketua Parlemen Crimea Vladimir Konstantinov, dan Wali Kota
12 Nugraha, Fajar. (2014). 67 Warga Ukraina Tewas Akibat Kerusuhan. Diakses dari http://international.okezone.com/read/2014/02/21/414/944305/67-warga-ukraina-tewas-akibat-kerusuhan, pada 28 Maret 2014 pukul 10.07 WIB.13 BBC. (2014). Ukraine crisis: Does Russia have a case?. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-europe-26415508, pada 28 Maret 2014 pukul 10.17 WIB.
11
Sevastopol Alexei Chalily.14 Tetapi referendum ini mendapatkan kecaman
dari negara-negara barat.
C. Perbandingan Referendum Timor Timur dengan Crimea
Dari paparan di atas, perbandingan antara referendum Timor Timur
dengan Crimea di dasarkan pada aspek persamaan dan perbedaan di antara
keduanya.
Persamaan
1. Penyebab referendum
Penyebab referendum dapat dibagi menjadi dua berdasarkan
dari faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, berdasarkan
faktor internal bahwa telah terjadi kerusuhan (chaos) yang
disebabkan oleh terpecahnya suara rakyat. Dalam kasus Timor
Timur suara rakyat terpecah antara pro integrasi dengan pro
kemerdekaan. Sedangkan pada kasus Crimea, kerusuhan memang
terjadi dalam skala nasional dimana rakyat Ukraina terpecah antara
kubu pro Uni Eropa dengan pro Rusia. Tetapi yang perlu diingat
bahwa sebagian besar populasi Crimea didominasi oleh etnis Rusia
sehingga tidaklah mengherankan apabila Crimea merupakan salah
satu dari beberapa wilayah di Ukraina yang pro terhadap Rusia.
Kedua, dilihat dari faktor eksternal bila ada kepentingan
negara-negara lain di kedua wilayah tersebut sehingga mendorong
terjadinya referendum. Di Timor Timur, negara barat terutama
Australia memiliki kepentingan atas Timor Gap karena seperti yang
14 Gunawan, Rizki. (2014). Crimea Resmi Bergabung ke Rusia, AS siapkan Sanksi. Diakses dari http://news.liputan6.com/read/2024904/crimea-resmi-bergabung-ke-rusia-as-siapkan-sanksi, pada 28 Maret 2014 pukul 10.45 WIB.
12
diketahui bila dicelah tersebut terdapat sumber daya minyak dalam
skala besar dimana beberapa sumur dapat memproduksi hingga
5000 barel minyak per hari.
Di Crimea, Rusia memiliki beberapa kepentingan dalam
beberapa hal. Pertama, Rusia merasa berkewajiban untuk
melindungi etnis Rusia yang berada di Crimea dari kerusuhan yang
terjadi di Ukraina. Kedua, adanya faktor ekonomi dimana Rusia
menjadikan wilayah Crimea sebagai jalur ekspor gas ke Eropa.15
Apabila pemerintah interim Ukraina pro terhadap Uni Eropa maka
hal ini dianggap akan merugikan bagi Rusia sehingga Rusia merasa
berkepentingan untuk menyelamatkan Crimea dari pengaruh barat
(Uni Eropa). Ketiga, secara historis Crimea memiliki ikatan
dengan Rusia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bila
wilayah Crimea diberikan kepada Ukraina oleh Presiden Uni Soviet
kala itu, Nikita Khrushchev. Ketika Uni Soviet pecah dan Ukraina
menjadi negara merdeka, Rusia masih dapat menerapkan
pengaruhnya di negara tersebut. Namun ketika Ukraina berubah
haluan ke Uni Eropa, Rusia berusaha untuk mempertahankan
pengaruhnya dengan menarik Crimea menjadi bagian dari
federasinya. Keempat, alasan pertahanan. Sejak 13 Mei 1783
Pangeran Petomkin dari Kekaisaran Rusia telah menempatkan
armada angkatan lautnya di Pelabuhan Sevastopol yang kini
merupakan bagian dari Crimea. Ketika Rusia mengadakan
perjanjian kerjasama untuk memasok gas bagi Ukraina, wilayah ini
15 Saefullah, Saad. (2014). Apa yang Terjadi di Crimea? (1). Diakses dari http://www.islampos.com/apa-yang-terjadi-di-crimea-1-101042/, pada 28 Maret 2014 pukul 10.57 WIB.
13
menjadi salah satu poin negosiasi perjanjian tersebut. Sevastopol
menjadi bagian penting bagi pertahanan Rusia karena wilayah ini
merupakan basis bagi Rusia untuk menghadapi serangan musuh
dari arah Laut Hitam apabila Rusia diserang.16
2. Hasil referendum
Baik Timor Timur maupun Crimea memiliki hasil
referendum yang sama, yaitu untuk lepas dari pemerintah pusat
(negaranya). Hasil referendum Timor Timur diumumkan pada
tanggal 4 September 1999 dimana sebagian besar rakyatnya
menginginkan kemerdekaan. Sementara hasil referendum Crimea
disahkan pada tanggal 18 Maret 2014 dengan keinginan mayoritas
warga Crimea untuk bergabung sebagai negara federasi Rusia.
Perbedaan
1. Status pelaksanaan referendum
Melalui persetujuan dari pemerintah pusat yang diberikan
oleh Presiden B. J. Habibie, referendum Timor Timur dapat
dilakukan pada 30 Agustus 1999 sehingga baik pelaksaan maupun
hasil referendum dapat dilegalkan. Pelaksanaan referendum ini
didasarkan pada Perjanjian New York tahun 1999 dan Resolusi
Dewan Keamanan PBB No.1236 tahun 1999. Berbeda dengan
referendum Crimea yang dianggap ilegal (inkonstitusional) sebab
berdasarkan pada konstitusi Ukraina tidak memungkinkan
diadakannya referendum lokal untuk memisahkan diri dari Ukraina.
Atau dengan kata lain, pelaksaan referendum baru dapat dilakukan
16 Saefullah, Saad. (2014). Apa yang Terjadi di Crimea? (1). Diakses dari http://www.islampos.com/apa-yang-terjadi-di-crimea-1-101042/, pada 28 Maret 2014 pukul 10.57 WIB.
14
secara sah (legal) apabila mendapatkan izin dari pemerintah pusat
Ukraina.
2. Pengakuan internasional
Hasil referendum Timor Timur diakui oleh PBB dan status
Timor Timur sebagai negara merdeka dengan nama Republik
Demokratik Timor Leste secara sah diakui oleh dunia internasional
pada 20 Mei 2002. Hal ini berbanding terbalik dengan referendum
Crimea yang tidak diakui oleh PBB dan terutama negara-negara
barat karena tersandung masalah pelaksaannya yang dilakukan
tanpa restu pemerintah pusat.
15
PENUTUP
Suatu wilayah tidak akan dijajah apabila wilayah tersebut tidak
memberikan benefit apapun bagi negara yang menjajahnya. Sama halnya dengan
wilayah yang menjadi perebutan antarnegara. Hal ini disebabkan karena negara
merupakan aktor rasional, maka segala tindakan atau kebijakannya akan
didasarkan pada kelebihan manfaatnya guna mencapai tujuan nasional negaranya,
termasuk ketika negara tersebut memilih untuk mempertahankan wilayahnya,
melepaskan wilayahnya, maupun memberikan dukungan bagi wilayah negara lain
untuk memisahkan diri.
Referendum yang terjadi di Timor Timur tahun 1999 dan Crimea tahun
2014 hanyalah dua contoh dari beberapa kasus pemisahan diri suatu wilayah yang
mendapatkan dukungan dari pihak asing. Bila dilihat dari hasil akhir referendum
memang sekilas kedua kasus tersebut tampak sama. Tetapi apabila di dasarkan
pada legalistas, pelaksanaan referendum Crimea merupakan sesuatu yang
menyalahi konstitusi karena hingga saat ini pihak pemerintah pusat Ukraina masih
enggan memberikan izin sah pelaksanaan referendum tersebut.
Kita tidak bisa menyalahkan negara yang ingin mempertahankan keutuhan
wilayahnya. Di sisi lain kita juga tidak bisa menyalahkan rakyat yang memilih
untuk memerdekakan diri atau bergabung dengan negara lain untuk mencapai
tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Kewajiban negara untuk menjaga
kedaulatan wilayahnya menghadapi tantangan dari rakyat yang menyuarakan
pilihan mereka. Kasus seperti ini merupakan suatu bukti bahwa demokrasi dapat
menjadi senjata berbahaya bagi suatu negara ketika demokrasi justru digunakan
sebagai alat untuk memisahkan diri melalui pelaksanaan referendum.
16
Negara yang ditinggalkan maupun wilayah yang memisahkan diri
diharapkan mampu bersikap bijak menghadapi hal ini supaya kedepannya tidak
terjadi masalah berkepanjangan sebagai dampak dari pelaksanaan referendum,
seperti terjadinya kekerasan HAM maupun kesejahteraan rakyat yang justru
semakin menurun setelah melepaskan diri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hukum Online. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976. Diakses dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/21035/node/924/uu-no-7-
tahun-1976-pengesahan-penyatuan-timor-timur-ke-dalam-negara-
kesatuan-republik-indonesia-dan-pembentukan-propinsi-daerah-tingkat-i-
timor-timur, pada 28 Maret 2014 pukul 08.25 WIB.
Adiguna, Mozes. (2013). Masa Integrasi Adalah Masa Terindah bagi Timor
Timur. Diakses dari http://politik.kompasiana.com/2013/03/07/masa-
integrasi-adalah-masa-terindah-bagi-timor-timur-539975.html, pada 28
Maret 2014 pukul 08.32 WIB.
Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar.
Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-
dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.
Atjehcyber. (2014). Inilah Lima Fakta Kunci Tentang Krimea. Diakses dari
http://www.atjehcyber.net/2014/03/inilah-lima-fakta-kunci-tentang-
krimea.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.27 WIB.
Ananto, Andri. (2014). Crimea di Persimpangan Sejarah – Hadiah Persaudaraan
Khrushchev Diminta Kembali oleh Putin. Diakses dari http://www.koran-
sindo.com/node/372854, pada 28 Maret 2014 pukul 09.32 WIB.
18
Warta Perang. (2014). Kronologi Kerusuhan di Ukraina dan Tekanan Luar
Negeri. Diakses dari http://wartaperang.blogspot.com/2014/02/kronologi-
kerusuhan-di-ukraina-dan.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.33 WIB.
Nugraha, Fajar. (2014). 67 Warga Ukraina Tewas Akibat Kerusuhan. Diakses dari
http://international.okezone.com/read/2014/02/21/414/944305/67-warga-
ukraina-tewas-akibat-kerusuhan, pada 28 Maret 2014 pukul 10.07 WIB.
BBC. (2014). Ukraine crisis: Does Russia have a case?. Diakses dari
http://www.bbc.com/news/world-europe-26415508, pada 28 Maret 2014
pukul 10.17 WIB.
Gunawan, Rizki. (2014). Crimea Resmi Bergabung ke Rusia, AS siapkan Sanksi.
Diakses dari http://news.liputan6.com/read/2024904/crimea-resmi-
bergabung-ke-rusia-as-siapkan-sanksi, pada 28 Maret 2014 pukul 10.45
WIB.
Saefullah, Saad. (2014). Apa yang Terjadi di Crimea? (1). Diakses dari
http://www.islampos.com/apa-yang-terjadi-di-crimea-1-101042/, pada 28
Maret 2014 pukul 10.57 WIB.
Hadi,Anjo. (2014). Semoga Crimea Tidak Jadi Papua Kedua. Diakses dari
http://politik.kompasiana.com/2014/03/20/semoga-crimea-tidak-jadi-
papua-kedua-642732.html, pada 23 Maret 2014 pukul 09.06 WIB.
19
Rosarians, Fransisco. (2014). Indonesia Tidak Akui Referendum Crimea. Diakses
dari http://www.tempo.co/read/news/2014/03/19/117563738/Indonesia-
Tidak-Akui-Referendum-Crimea, pada 23 Maret 2014 pukul 09.12 WIB.
Muhaimin, Ramdhan. (2014). Dewan Eropa: Referendum Crimea Ilegal. Diakses
dari
http://news.detik.com/read/2014/03/22/050755/2533425/1148/dewan-
eropa-referendum-crimea-ilegal, pada 23 Maret 2014 pukul 09.15 WIB.
Everson, Kristen. (2014). Ukrainian Ambassador Opens Door to Legal Crimea
Separation. http://www.cbc.ca/news/politics/ukrainian-ambassador-
opens-door-to-legal-crimea-separation-1.2573247, pada 23 Maret 2014
pukul 10.01 WIB.
Greene, Leonard. (2014). Obama: Crimea Separation Would Violate
International Law. http://nypost.com/2014/03/06/obama-crimea-
separation-would-violate-international-law/, pada 23 Maret 2014 pukul
10.09 WIB.
Infokito. (2014). 30 Agustus 1999 Referendum Rakyat Timor Timur.
http://infokito.wordpress.com/2007/08/30/30-agustus-1999-referendum-
rakyat-timor-timur/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.25 WIB.
Friastuti, Rini. (2014). Apa yang Membedakan Crimea dengan Kota di Negara
Ukraina Lainnya?. Diakses dari
20
http://news.detik.com/read/2014/03/02/133044/2512678/1148/apa-yang-
membedakan-crimea-dengan-kota-di-negara-ukraina-lainnya?
nd772204btr, pada 28 Maret 2014 pukul 10.14 WIB.
21