Transcript
Page 1: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara luas telah diketahui bahwasannya agar kesatuan masyarakat

dalam suatu wilayah dapat diakui sebagai sebuah negara haruslah

memenuhi beberapa syarat yang sebagai unsur berdirinya suatu negara.

Oppenheim dan Lauterpacht menyebutkan syarat tersebut secara de jure

dan de facto. De jure terkait dengan pengakuan dari negara lain yang telah

lebih dahulu merdeka dan berdaulat. Sedangkan secara de facto berarti

bahwa untuk pendirian suatu negara harus memenuhi unsur adanya rakyat,

adanya pemerintah yang berdaulat, dan adanya wilayah. Dalam Konvensi

Montenegro tahun 1993 juga disebutkan beberapa persyaratan terkait

pendirian sebuah negara, antara lain rayat, penguasa yang berdaulat,

wilayah yang permanen, pengakuan dari negara lain, serta kemampuan

untuk berhubungan dengan negara lain.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bila rakyat, pemerintah yang

berdaulat, serta adanya wilayah merupakan unsur pokok atau unsur

konstitutif terbentuknya suatu negara. Tanpa terpenuhinya unsur-unsur

tersebut, ditambah dengan pengakuan dari negara lain, maka kesatuan

masyarakat dalam suatu wilayah tertentu tidak dapat disebut sebagai

negara. Jadi tidaklah mengherankan bila setelah mendapatkan predikat

sebagai sebuah negara maka pemerintah di negara itu akan berupaya untuk

mempertahankan keutuhan unsur-unsur konstitutifnya, terlebih

menyangkut wilayah negaranya.

1

Page 2: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Wilayah menjadi bagian penting suatu negara karena menjadi

simbol kedaulatan negara tersebut dimana pemerintah negara itu dapat

menerapkan yurisdiksinya dalam suatu teritori tertentu yang tidak dapat

dicampuri oleh negara lain. Semakin luas wilayah suatu negara, maka

semakin luas juga kekuasaan negara itu. Wilayah juga termasuk dalam

unsur tangible kekuatan negara yang dapat membuat negara tersebut

diperhitungkan oleh negara lain dalam komunitas internasional. Oleh

karenanya, isu mengenai keutuhan wilayah merupakan isu penting bagi

negara manapun di dunia ini.

Peristiwa referendum Timor Timur pada tahun 1999 dan juga

referendum Crimea tahun 2014 merupakan contoh nyata dari betapa

pentingnya isu mengenai wilayah bagi negara. Seperti yang diketahui

bahwa sebelum referendum dilakukan, baik Indonesia maupun Ukraina

telah melakukan upaya penyelamatan terhadap keutuhan wilayah mereka.

Tetapi referendum pada akhirnya tetap dilakukan sehingga perbandingan

diantara keduanya menarik untuk dibahas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada penjelasan di latar belakang maka pertanyaan yang

muncul adalah: Apakah referendum Timor Leste dengan Crimea serupa?

C. Tujuan

Mengkaji permasalahan yang tercantum dalam rumusan masalah

menggunakan studi komparatif, yakni dengan membandingkan peristiwa

2

Page 3: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

referendum Timor Leste tahun 1999 dengan referendum Crimea tahun

2014.

D. Manfaat

Secara desktiptif memberikan penjelasan mengenai kedua referendum

tersebut.

3

Page 4: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

PEMBAHASAN

A. Referendum Timor Timur Tahun 1999

Timor Timur pada mulanya merupakan wilayah jajahan Portugal.

Ketika Indonesia merdeka dari kolonialisme Belanda pada tahun 1945,

Timur Timur masih berada di bawah jajahan Portugal hingga tahun 1976.

Jalan integrasi Timor Timur dengan Indonesia di awali ketika di tahun

1974 terjadi Revolusi Bunga di Portugal sehingga menyebabkan Portugal

mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah

jajahannya termasuk Timor Timur. Padahal di saat yang bersamaan Timur

Timur sedang dilanda perang saudara sehingga Lemos Pires yang

merupakan Gubernur terakhir Portugal di Timur Timur meminta bantuan

dari pemerintah pusat Portugal guna mengatasi perang saudara tersebut.

Namun karena situasi Portugal sendiri yang sedang mengalami revolusi

maka permintaan Lemos Pires tersebut tidak pernah mendapatkan jawaban

sehingga ia kemudian memerintahkan tentara Portugal yang masih

bertahan di Timor Timur untuk melakukan evakuasi ke Pulau Kambing

(Pulau Atauro).

Selepas kepergian Portugal, partai-partai mulai berdiri di Timor

Timur. Ada tiga partai yang merupakan partai terbesar di Timor Timur,

yakni UDT (Uniao Democratica Timorense), APODETI (Associacao

Popular Democratica Timorense), dan FRETILIN (Frente Revolucionaria

de Timor Leste Independente). Ketiga partai tersebut memiliki visi yang

berbeda bagi Timor Timur kedepannya. UDT menginginkan bila Timur

Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. APODETI

menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Sementara

4

Page 5: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

FRETILIN yang beraliran komunis menginginkan Timor Timur menjadi

negara yang meredeka.

Perbedaan ini kemudian menyebabkan kerusuhan menyebar di

sepenjuru Timor Timur. Keadaan diperparah dengan adanya vacum of

power di Timor Timur antara bulan Spetember, Oktober, dan November.

Laporan resmi yang dirilis oleh PBB menyebutkan bila selama masa

tersebut FRETELIN melakukan pembantaian terhadap 60.000 penduduk

sipil. Sebagian besar dari penduduk yang dibantai adalah wanita dan anak-

anak yang suami mereka merupakan pendukung faksi integrasi Timor

Timur dengan Indonesia. Lalu pada tanggal 28 November 1975,

FRETELIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor

Timur sebagai Republik Demokratik Timur Leste.

Atas kejadian pembantaian serta deklarasi kemerdekaan Timor

Timur yang dilakukan oleh FRETELIN, kemudian pada tanggal 30

November 1975 kelompok pendukung integrasi mengadakan proklamasi

di Balibo yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari

NKRI dimana naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh ketua

APODETI, Arnaldo dos Reis Araujo , dan ketua UDT yaitu Francisco

Xavier Lopes da Cruz. Mereka juga meminta dukungan Indonesia untuk

mengambil alih Timor Timur dari kekuasaan FRETILIN.

Pada tanggal 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja,

pasukan Indonesia tiba di Timor Timur. FRETILIN lalu memaksa ribuan

rakyat untuk mengungsi ke daerah pegunungan. Mereka dijadikan sebagai

human shields guna melawan tentara Indonesia.

5

Page 6: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Berdasarkan pada UU No. 7 tahun 19761 dan Peraturan Pemerintah

No 19 tahun 19762, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia.

Hanya ada beberapa negara yang mengakui integrasi Timor Timur dengan

Indonesia diantaranya negara-negara ASEAN serta Argentina.3 Sementara

PBB beserta negara-negara barat menolak untuk mengakui integrasi

tersebut.

Selama kurun waktu 1975 – 1999 dilaporkan bila korban tewas

lebih dari 200.000 jiwa. Seperti yang telah disebutikan diatas bila PBB

secara resmi melaporkan 60.000 orang tewas dibunuh oleh FRETELIN.

Sisanya tidak diketahui secara pasti penyebab kematiannya. Tetapi CAVR

(Comissão de Acolhimento, Verdade e Reconciliação de Timor Leste atau

Commission for Reception, Truth and Reconciliation in East Timor)

melaporkan bila 183.000 orang telah tewas di tangan tentara Indonesia

karena keracunan bahan kimia. Sayangnya dalam laporan ini tidak secara

rinci disebutkan bagaimana proses pembunuhan menggunakan bahan

kimia itu berlangsung. Sehingga kebenaran dari laporan ini dapat

dipertanyakan mengingat bila Portugal juga memiliki kepentingan

terhadap Timor Timur sebagai bekas wilayah jajahannya.

Amerika Serikat dan Australia pun menuduh Indonesia telah

melakukan pelanggaran HAM berat selama masa pendudukan di Timor

Timur. Kondisi Indonesia yang menerima tuduhan seperti itu diperparah

dengan terjadinya krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia 1 Hukum Online. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976. Diakses dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/21035/node/924/uu-no-7-tahun-1976-pengesahan-penyatuan-timor-timur-ke-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia-dan-pembentukan-propinsi-daerah-tingkat-i-timor-timur, pada 28 Maret 2014 pukul 08.25 WIB.2 Adiguna, Mozes. (2013). Masa Integrasi Adalah Masa Terindah bagi Timor Timur. Diakses dari http://politik.kompasiana.com/2013/03/07/masa-integrasi-adalah-masa-terindah-bagi-timor-timur-539975.html, pada 28 Maret 2014 pukul 08.32 WIB.3 Ibid.

6

Page 7: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Tenggara pada tahun 1997 termasuk Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi

di Indonesia juga berdampak pada stabilitas politik Indonesia. Indonesia

yang mengalami krisis keuangan lalu mengajukan permintaan bantuan

keuangan pada IMF. Bantuan sebesar USD43 milyar bersedia diberikan

oleh IMF tetapi dengan memenuhi beberapa syarat. Selain meminta

Indonesia untuk meliberalisasikan pasarnya, IMF juga meminta Indonesia

untuk melepaskan Timor Timur. Tentunya sebagai organisasi yang

merupakan kepanjangan tangan dunia barat, syarat yang diberikan oleh

IMF ini tidak terlepas dari kepentingan barat terhadap Timor Timur.

Indonesia pada akhirnya bersedia untuk melakukan referendum

bagi Timor Timur. Referendum dilakukan pada tanggal 30 Agustus 1999

saat Indonesia dipimpin oleh B.J. Habibie. Dalam referendum yang

dilaksanakan oleh PBB ini, Timor Timur diberikan dua opsi. Opsi pertama

yakni Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia dan diberikan

otonomi yang luas. Sedangkan opsi kedua adalah Timor Timur

melepaskan diri dari Indonesia.

Referendum diikuti oleh 98,6% penduduk yang terdaftar atau

sekitar 450.000 penduduk Timor Timur. Hasil referendum diumumkan

pada tanggal 4 September 1999 oleh Koffi Anan dengan hasil 344.508

(78,5%) suara untuk kemerdekaan dan 94.388 (21,5%) untuk integrasi.

Hingga tahun 2002 Timor Timur berada di bawah PBB dan baru tanggal

20 Mei 2002, Timor Timur resmi diakui kemerdekaannya secara

internasional sebagai Republik Demokratik Timor Leste.

7

Page 8: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

B. Referendum Crimea Tahun 2014

Crimea atau Republik Crimea merupakan suatu wilayah di Ukraina

yang memiliki status otonom dimana wilayah ini memiliki parlemen,

pemerintahan, bendera, dan undang-undangnya sendiri dengan ibu kota

bernama Simferpool.4 Badan legislatif Crimea yakni Dewan Tertinggi

Crimea beranggotan 100 wakil rakyat dan kekuasaan eksekutifnya berada

di bawah Dewan Menteri yang dipimpin oleh seorang ketua yang berkuasa

atas persetujuan Presiden Ukraina.5 Meskipun merupakan bagian dari

Ukraina namun berdasarkan demografi penduduk, sebesar 58,3%

merupakan etnis Rusia. Sementara etnis Ukraina dan juga etnis Tatar

hanya berjumlah 24,3% dan 0,54% dari keseluruhan jumlah populasi di

Crimea. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Crimea yang sudah beberapa

kali berada dalam pendudukan yang berbeda-beda.

Pada tahun 1921, Crimea berada di bawah kekuasaan Uni Soviet

sebagai wilayah otonomi. Ketika Joseph Stalin berkuasa, di tahun 1928 ia

menerapkan kebijakan pembersihan etnik. Dalam menerapkan kebijakan

ini, tercatat ratusan ribu orang cacat serta generasi tua dibunuh. Kaum

Muslim yang negaranya berada di wilayah kekuasaan Rusia pun turut

menjadi sasaran kebijakan pembersihan etnik ini, termasuk di dalamnya

Muslim Crimea dimana puluhan ribu dari mereka dipindahkan secara

paksa ke daerah Siberia. Berdasarkan statistik, di tahun 1883 jumlah

Muslim Crimea sebesar 9 juta jiwa. Namun setelah kebijakan pembersihan

4 Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar. Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.5 Atjehcyber. (2014). Inilah Lima Fakta Kunci Tentang Krimea. Diakses dari http://www.atjehcyber.net/2014/03/inilah-lima-fakta-kunci-tentang-krimea.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.27 WIB.

8

Page 9: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

etnik tersebut dijalankan, jumlah Muslim Crimea hanya sebesar 800.00 di

tahun 1941.6

Selain kebijakan pemberishan etnik. pemerintah Uni Soviet juga

menerapkan kebijakan lainnya untuk menempatkan etnis Rusia di Crimea

sehingga jumlah etnis Rusia di Crimea menjadi lebih banyak dari etnis

Ukraina dan juga Tatar Crimea yang notabene beragama Islam.7

Komposisi masyarakat dimana penduduk Rusia lebih banyak

dibandingkan dengan etnis lainnya bertahan hingga saat ini di Crimea.

Wilayah Crimea diberikan oleh Nikita Khrushchev kepada Ukraina

di tahun 1945. Ada dua alasan yang mendasari pemberian ini. Pertama,

orang tua Khrushchev berasal dari Ukraina sehingga ia merasa memiliki

hubungan kekeluargaan dengan Ukraina. Kedua, sebagai hadiah perayaan

bergabungnya Ukraina ke Kaisaran Rusia yang ke 300 tahun.8 Dengan

begitu, dapat dikatakan bila Crimea merupakan simbol persaudaraan

antara Rusia dengan Ukraina bagi Khrushchev dan juga Partai Komunis

Uni Soviet kala itu.9 Tetapi pada saat Uni Soviet runtuh tahun 1991, ada

lebih dari 20 negara yang memisahkan diri. Ukraina termasuk salah satu

dari 20 negara tersebut sehingga tuntutan untuk mengembalikan wilayah

Crimea pun muncul.

Secara geografis memang Crimea berada di wilayah Ukraina

namun wilayah ini dikenal pro terhadap Rusia. Situasi ini tidak terlalu

bermasalah ketika politik luar negeri Ukraina masih condong ke arah 6 Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar. Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.7 Ibid.8 Ananto, Andri. (2014). Crimea di Persimpangan Sejarah – Hadiah Persaudaraan Khrushchev Diminta Kembali oleh Putin. Diakses dari http://www.koran-sindo.com/node/372854, pada 28 Maret 2014 pukul 09.32 WIB.9 Ibid.

9

Page 10: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Rusia. Tetapi memasuki tahun 2000 politik luar negeri Ukraina lebih

mengarah kepada Uni Eropa dan membuat rakyatnya terpecah menjadi dua

kubu, yakni antara kubu yang pro terhadap Rusia dengan kubu yang pro

terhadap Uni Eropa.10 Terlebih lagi dengan kondisi ekonomi Ukraina yang

tidak baik membuat kedua kubu tersebut berharap bila dengan condongnya

Ukraina ke kubu yang mereka yakini dapat membawa perekonomian

Ukraina ke arah yang lebih baik.

Perebedaan ini mencapai puncaknya ketika pada 21 November

2013 Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, mengumumkan telah

melakukan penolakan tanda tangan kerjasama perdagangan dengan Uni

Eropa dalam peretmuan di Vinius, Lituania. Yanukovych yang pro

terhadap Rusia lebih memilih untuk melakukan kerjasama dengan pihak

Rusia. Keputusan ini kemudian memancing rakyat Ukraina yang pro

terhadap Uni Eropa melakukan demo.

Unjuk rasa terus berlangsung hingga pada tanggal 30 November

2013 polisi Ukraina menyerang sekelompok demonstran dan menahan 35

orang diantaranya. Tindakan ini kemudian memancing simpati publik dan

pada tanggal 1 Desember 2013 menarik sekitar 300.000 orang untuk

melakukan demonstrasi dimana mereka berhasil merebut Balai Kota Kiev.

Situasi ini terus berlanjut hingga pada 18 Februari 2014 terjadi bentrokan

antara pengunjuk rasa dengan polisi yang menewaskan 26 orang termasuk

10 polisi dan mengakibatkan ratusan orang mengalami luka-luka.11 Hingga

10 Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar. Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.11 Warta Perang. (2014). Kronologi Kerusuhan di Ukraina dan Tekanan Luar Negeri. Diakses dari http://wartaperang.blogspot.com/2014/02/kronologi-kerusuhan-di-ukraina-dan.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.33 WIB.

10

Page 11: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

20 Februari 2014 Kementerian Kesehatan Ukraina menyatakan jumlah

korban tewas mencapai 67 jiwa sejak kerusuhan pertama pecah.12

Peristiwa ini kemudian membuat Yanukovych harus menandatangani

perjanjian pada tanggal 21 Februari 2014 yang mana salah satu isinya

adalah untuk mengurangi kekuasaan presiden.13

Keinginan Crimea untuk memisahkan diri dari Ukraina muncul

ketika Yanukovych digulingkan dari kursi kepresidenannya. Ukraina

kemudian berada di bawah pemerintahan interim dengan Olexander

Turchynov sebagai presiden. Berbeda dengan pemerintahan Yanukovych

yang pro Rusia, pemerintahan interim yang baru terbentuk ini pro terhadap

Uni Eropa. Masyarakat pro Rusia yang berada di Crimea menganggap bila

keberadaan pemerintah interim ini ilegal dan menolak untuk mengakuinya.

Mereka bahkan mengibarkan bendera Rusia di puncak gedung parlemen di

Kota Simferpool. Menanggapi hal ini, pihak Rusia mengirimkan

tentaranya ke Crimea dengan dasar untuk melindungi etnis Rusia yang

berada di sana dari serangan kelompok pro Uni Eropa.

Referendum Crimea dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2014

dimana hasilnya sebagian besar rakyat Crimea menginginkan untuk

bergabung dengan Rusia. Pengesahan hasil referendum tersebut dilakukan

di Moskow pada tanggal 18 Maret 2014 melalui penandatanganan traktat

oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Crimea Sergei

Aksyonov, Ketua Parlemen Crimea Vladimir Konstantinov, dan Wali Kota

12 Nugraha, Fajar. (2014). 67 Warga Ukraina Tewas Akibat Kerusuhan. Diakses dari http://international.okezone.com/read/2014/02/21/414/944305/67-warga-ukraina-tewas-akibat-kerusuhan, pada 28 Maret 2014 pukul 10.07 WIB.13 BBC. (2014). Ukraine crisis: Does Russia have a case?. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-europe-26415508, pada 28 Maret 2014 pukul 10.17 WIB.

11

Page 12: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Sevastopol Alexei Chalily.14 Tetapi referendum ini mendapatkan kecaman

dari negara-negara barat.

C. Perbandingan Referendum Timor Timur dengan Crimea

Dari paparan di atas, perbandingan antara referendum Timor Timur

dengan Crimea di dasarkan pada aspek persamaan dan perbedaan di antara

keduanya.

Persamaan

1. Penyebab referendum

Penyebab referendum dapat dibagi menjadi dua berdasarkan

dari faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, berdasarkan

faktor internal bahwa telah terjadi kerusuhan (chaos) yang

disebabkan oleh terpecahnya suara rakyat. Dalam kasus Timor

Timur suara rakyat terpecah antara pro integrasi dengan pro

kemerdekaan. Sedangkan pada kasus Crimea, kerusuhan memang

terjadi dalam skala nasional dimana rakyat Ukraina terpecah antara

kubu pro Uni Eropa dengan pro Rusia. Tetapi yang perlu diingat

bahwa sebagian besar populasi Crimea didominasi oleh etnis Rusia

sehingga tidaklah mengherankan apabila Crimea merupakan salah

satu dari beberapa wilayah di Ukraina yang pro terhadap Rusia.

Kedua, dilihat dari faktor eksternal bila ada kepentingan

negara-negara lain di kedua wilayah tersebut sehingga mendorong

terjadinya referendum. Di Timor Timur, negara barat terutama

Australia memiliki kepentingan atas Timor Gap karena seperti yang

14 Gunawan, Rizki. (2014). Crimea Resmi Bergabung ke Rusia, AS siapkan Sanksi. Diakses dari http://news.liputan6.com/read/2024904/crimea-resmi-bergabung-ke-rusia-as-siapkan-sanksi, pada 28 Maret 2014 pukul 10.45 WIB.

12

Page 13: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

diketahui bila dicelah tersebut terdapat sumber daya minyak dalam

skala besar dimana beberapa sumur dapat memproduksi hingga

5000 barel minyak per hari.

Di Crimea, Rusia memiliki beberapa kepentingan dalam

beberapa hal. Pertama, Rusia merasa berkewajiban untuk

melindungi etnis Rusia yang berada di Crimea dari kerusuhan yang

terjadi di Ukraina. Kedua, adanya faktor ekonomi dimana Rusia

menjadikan wilayah Crimea sebagai jalur ekspor gas ke Eropa.15

Apabila pemerintah interim Ukraina pro terhadap Uni Eropa maka

hal ini dianggap akan merugikan bagi Rusia sehingga Rusia merasa

berkepentingan untuk menyelamatkan Crimea dari pengaruh barat

(Uni Eropa). Ketiga, secara historis Crimea memiliki ikatan

dengan Rusia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bila

wilayah Crimea diberikan kepada Ukraina oleh Presiden Uni Soviet

kala itu, Nikita Khrushchev. Ketika Uni Soviet pecah dan Ukraina

menjadi negara merdeka, Rusia masih dapat menerapkan

pengaruhnya di negara tersebut. Namun ketika Ukraina berubah

haluan ke Uni Eropa, Rusia berusaha untuk mempertahankan

pengaruhnya dengan menarik Crimea menjadi bagian dari

federasinya. Keempat, alasan pertahanan. Sejak 13 Mei 1783

Pangeran Petomkin dari Kekaisaran Rusia telah menempatkan

armada angkatan lautnya di Pelabuhan Sevastopol yang kini

merupakan bagian dari Crimea. Ketika Rusia mengadakan

perjanjian kerjasama untuk memasok gas bagi Ukraina, wilayah ini

15 Saefullah, Saad. (2014). Apa yang Terjadi di Crimea? (1). Diakses dari http://www.islampos.com/apa-yang-terjadi-di-crimea-1-101042/, pada 28 Maret 2014 pukul 10.57 WIB.

13

Page 14: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

menjadi salah satu poin negosiasi perjanjian tersebut. Sevastopol

menjadi bagian penting bagi pertahanan Rusia karena wilayah ini

merupakan basis bagi Rusia untuk menghadapi serangan musuh

dari arah Laut Hitam apabila Rusia diserang.16

2. Hasil referendum

Baik Timor Timur maupun Crimea memiliki hasil

referendum yang sama, yaitu untuk lepas dari pemerintah pusat

(negaranya). Hasil referendum Timor Timur diumumkan pada

tanggal 4 September 1999 dimana sebagian besar rakyatnya

menginginkan kemerdekaan. Sementara hasil referendum Crimea

disahkan pada tanggal 18 Maret 2014 dengan keinginan mayoritas

warga Crimea untuk bergabung sebagai negara federasi Rusia.

Perbedaan

1. Status pelaksanaan referendum

Melalui persetujuan dari pemerintah pusat yang diberikan

oleh Presiden B. J. Habibie, referendum Timor Timur dapat

dilakukan pada 30 Agustus 1999 sehingga baik pelaksaan maupun

hasil referendum dapat dilegalkan. Pelaksanaan referendum ini

didasarkan pada Perjanjian New York tahun 1999 dan Resolusi

Dewan Keamanan PBB No.1236 tahun 1999. Berbeda dengan

referendum Crimea yang dianggap ilegal (inkonstitusional) sebab

berdasarkan pada konstitusi Ukraina tidak memungkinkan

diadakannya referendum lokal untuk memisahkan diri dari Ukraina.

Atau dengan kata lain, pelaksaan referendum baru dapat dilakukan

16 Saefullah, Saad. (2014). Apa yang Terjadi di Crimea? (1). Diakses dari http://www.islampos.com/apa-yang-terjadi-di-crimea-1-101042/, pada 28 Maret 2014 pukul 10.57 WIB.

14

Page 15: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

secara sah (legal) apabila mendapatkan izin dari pemerintah pusat

Ukraina.

2. Pengakuan internasional

Hasil referendum Timor Timur diakui oleh PBB dan status

Timor Timur sebagai negara merdeka dengan nama Republik

Demokratik Timor Leste secara sah diakui oleh dunia internasional

pada 20 Mei 2002. Hal ini berbanding terbalik dengan referendum

Crimea yang tidak diakui oleh PBB dan terutama negara-negara

barat karena tersandung masalah pelaksaannya yang dilakukan

tanpa restu pemerintah pusat.

15

Page 16: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

PENUTUP

Suatu wilayah tidak akan dijajah apabila wilayah tersebut tidak

memberikan benefit apapun bagi negara yang menjajahnya. Sama halnya dengan

wilayah yang menjadi perebutan antarnegara. Hal ini disebabkan karena negara

merupakan aktor rasional, maka segala tindakan atau kebijakannya akan

didasarkan pada kelebihan manfaatnya guna mencapai tujuan nasional negaranya,

termasuk ketika negara tersebut memilih untuk mempertahankan wilayahnya,

melepaskan wilayahnya, maupun memberikan dukungan bagi wilayah negara lain

untuk memisahkan diri.

Referendum yang terjadi di Timor Timur tahun 1999 dan Crimea tahun

2014 hanyalah dua contoh dari beberapa kasus pemisahan diri suatu wilayah yang

mendapatkan dukungan dari pihak asing. Bila dilihat dari hasil akhir referendum

memang sekilas kedua kasus tersebut tampak sama. Tetapi apabila di dasarkan

pada legalistas, pelaksanaan referendum Crimea merupakan sesuatu yang

menyalahi konstitusi karena hingga saat ini pihak pemerintah pusat Ukraina masih

enggan memberikan izin sah pelaksanaan referendum tersebut.

Kita tidak bisa menyalahkan negara yang ingin mempertahankan keutuhan

wilayahnya. Di sisi lain kita juga tidak bisa menyalahkan rakyat yang memilih

untuk memerdekakan diri atau bergabung dengan negara lain untuk mencapai

tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Kewajiban negara untuk menjaga

kedaulatan wilayahnya menghadapi tantangan dari rakyat yang menyuarakan

pilihan mereka. Kasus seperti ini merupakan suatu bukti bahwa demokrasi dapat

menjadi senjata berbahaya bagi suatu negara ketika demokrasi justru digunakan

sebagai alat untuk memisahkan diri melalui pelaksanaan referendum.

16

Page 17: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Negara yang ditinggalkan maupun wilayah yang memisahkan diri

diharapkan mampu bersikap bijak menghadapi hal ini supaya kedepannya tidak

terjadi masalah berkepanjangan sebagai dampak dari pelaksanaan referendum,

seperti terjadinya kekerasan HAM maupun kesejahteraan rakyat yang justru

semakin menurun setelah melepaskan diri.

17

Page 18: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

Hukum Online. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976. Diakses dari

http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/21035/node/924/uu-no-7-

tahun-1976-pengesahan-penyatuan-timor-timur-ke-dalam-negara-

kesatuan-republik-indonesia-dan-pembentukan-propinsi-daerah-tingkat-i-

timor-timur, pada 28 Maret 2014 pukul 08.25 WIB.

Adiguna, Mozes. (2013). Masa Integrasi Adalah Masa Terindah bagi Timor

Timur. Diakses dari http://politik.kompasiana.com/2013/03/07/masa-

integrasi-adalah-masa-terindah-bagi-timor-timur-539975.html, pada 28

Maret 2014 pukul 08.32 WIB.

Furqoon, Al. (2014). Timelines Sejarah Crimea Ukraina dan Muslim Tatar.

Diakses dari http://www.islampos.com/timelines-sejarah-crimea-ukraina-

dan-muslim-tatar-101320/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.10 WIB.

Atjehcyber. (2014). Inilah Lima Fakta Kunci Tentang Krimea. Diakses dari

http://www.atjehcyber.net/2014/03/inilah-lima-fakta-kunci-tentang-

krimea.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.27 WIB.

Ananto, Andri. (2014). Crimea di Persimpangan Sejarah – Hadiah Persaudaraan

Khrushchev Diminta Kembali oleh Putin. Diakses dari http://www.koran-

sindo.com/node/372854, pada 28 Maret 2014 pukul 09.32 WIB.

18

Page 19: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Warta Perang. (2014). Kronologi Kerusuhan di Ukraina dan Tekanan Luar

Negeri. Diakses dari http://wartaperang.blogspot.com/2014/02/kronologi-

kerusuhan-di-ukraina-dan.html, pada 28 Maret 2014 pukul 09.33 WIB.

Nugraha, Fajar. (2014). 67 Warga Ukraina Tewas Akibat Kerusuhan. Diakses dari

http://international.okezone.com/read/2014/02/21/414/944305/67-warga-

ukraina-tewas-akibat-kerusuhan, pada 28 Maret 2014 pukul 10.07 WIB.

BBC. (2014). Ukraine crisis: Does Russia have a case?. Diakses dari

http://www.bbc.com/news/world-europe-26415508, pada 28 Maret 2014

pukul 10.17 WIB.

Gunawan, Rizki. (2014). Crimea Resmi Bergabung ke Rusia, AS siapkan Sanksi.

Diakses dari http://news.liputan6.com/read/2024904/crimea-resmi-

bergabung-ke-rusia-as-siapkan-sanksi, pada 28 Maret 2014 pukul 10.45

WIB.

Saefullah, Saad. (2014). Apa yang Terjadi di Crimea? (1). Diakses dari

http://www.islampos.com/apa-yang-terjadi-di-crimea-1-101042/, pada 28

Maret 2014 pukul 10.57 WIB.

Hadi,Anjo. (2014). Semoga Crimea Tidak Jadi Papua Kedua. Diakses dari

http://politik.kompasiana.com/2014/03/20/semoga-crimea-tidak-jadi-

papua-kedua-642732.html, pada 23 Maret 2014 pukul 09.06 WIB.

19

Page 20: Perbandingan Referendum Timor Leste Tahun 1999 Dengan Referendum Crimea Tahun 2014

Rosarians, Fransisco. (2014). Indonesia Tidak Akui Referendum Crimea. Diakses

dari http://www.tempo.co/read/news/2014/03/19/117563738/Indonesia-

Tidak-Akui-Referendum-Crimea, pada 23 Maret 2014 pukul 09.12 WIB.

Muhaimin, Ramdhan. (2014). Dewan Eropa: Referendum Crimea Ilegal. Diakses

dari

http://news.detik.com/read/2014/03/22/050755/2533425/1148/dewan-

eropa-referendum-crimea-ilegal, pada 23 Maret 2014 pukul 09.15 WIB.

Everson, Kristen. (2014). Ukrainian Ambassador Opens Door to Legal Crimea

Separation. http://www.cbc.ca/news/politics/ukrainian-ambassador-

opens-door-to-legal-crimea-separation-1.2573247, pada 23 Maret 2014

pukul 10.01 WIB.

Greene, Leonard. (2014). Obama: Crimea Separation Would Violate

International Law. http://nypost.com/2014/03/06/obama-crimea-

separation-would-violate-international-law/, pada 23 Maret 2014 pukul

10.09 WIB.

Infokito. (2014). 30 Agustus 1999 Referendum Rakyat Timor Timur.

http://infokito.wordpress.com/2007/08/30/30-agustus-1999-referendum-

rakyat-timor-timur/, pada 28 Maret 2014 pukul 09.25 WIB.

Friastuti, Rini. (2014). Apa yang Membedakan Crimea dengan Kota di Negara

Ukraina Lainnya?. Diakses dari

20