PERBEDAAN SMARTPHONE ADDICTION ANTARA MAHASISWA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
BERNARD KURNIAWAN SUTANTO
802012128
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bernard Kurniawan Sutanto
NIM : 802012128
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
PERBEDAAN SMARTPHONE ADDICTION ANTARA MAHASISWA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Mengetahui,
Pembimbing
Dibuat di: Salatiga
Pada tanggal: 23 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Bernard Kurniawan Sutanto
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Bernard Kurniawan Sutanto
NIM : 802012128
Program studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
PERBEDAAN SMARTPHONE ADDICTION ANTARA MAHASISWA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Yang dibimbing oleh:
1. Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 23 Agustus 2016
Yang memberi pernyataan,
Bernard Kurniawan Sutanto
LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN SMARTPHONE ADDICTION ANTARA MAHASISWA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Oleh
Bernard Kurniawan Sutanto
802012128
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 23 Agustus 2016
Oleh
Pembimbing
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.
Diketahui oleh,
Kaprogdi
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Disahkan oleh,
Dekan
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERBEDAAN SMARTPHONE ADDICTION ANTARA MAHASISWA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Bernard Kurniawan Sutanto
Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan smartphone addiction antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah
200 mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 100 mahasiswa laki-laki dan
100 mahasiswa perempuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
insidental sample. Data penelitian diambil menggunakan skala MPAI untuk mengukur
smartphone addiction, terdiri dari 17 item dan 16 item yang dinyatakan lolos seleksi
daya diskriminasi item dengan koefisien alpha cronbachnya 0,878. Berdasarkan uji
perbedaan menggunakan teknik uji beda uji t diperoleh nilai t = -2,430 (p<0,05). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan smartphone addiction antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana dengan perempuan memiliki skor yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil uji
analisis menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki memiliki smartphone addiction pada
kategori rendah dan perempuan memiliki smartphone addiction pada kategori sedang.
Pada pengujian pada masing-masing aspek ditemukan adanya perbedaan dalam aspek
inability to control craving dan withdrawal and escape dengan perempuan memiliki
skor yang lebih tinggi dibanding laki-laki sedangkan dalam aspek anxiety and feeling
lost dan productivity loss tidak ditemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan.
Kata Kunci : smartphone, kecanduan, laki-laki dan perempuan.
ii
Abstract
The purpose of the research is to know about different of smartphone addiction
differences between university students men and women in the Faculty of Psychology
Satya Wacana Christian University. This research is quantitative. The research subjects
are 200 students that divided to 2 groups, 100 male students and 100 female students.
The sampling technique used is incidental sample. The data were taken using MPAI
scale to measure smartphone addiction, consists of 17 items and 16 items that passed
the selection item discrimination power with alpha cronbach’s coefficient is 0.878.
According to difference T test, we got t = -2.430 (p<0,05). This result shows that there
is smartphone addiction differences between university students men and women in the
Faculty of Psychology Satya Wacana Christian University with women have higher
scores. Based on the test results of the analysis showed that male students have a
smartphone addiction in the low category and female have a smartphone addiction in
the medium category. In our tests on each of aspects we found there is differences in the
aspects of inability to control craving and withdrawal and escape with women have
higher scores than men, while in the aspect of anxiety and feeling lost and productivity
loss did not reveal any differences between men and women.
Keywords : smartphone, addiction, men and women.
1
PENDAHULUAN
Perkembangan media teknologi informasi dan komunikasi pada era sekarang ini
menunjukan betapa semakin banyak media komunikasi yang beredar dalam masyarakat.
Hal ini dikarenakan sangat banyak inovasi dan perubahan dari pada media komunikasi
yang sedang mewabah dalam masyarakat sekarang ini. Salah satu contoh perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini berdampak pada kehidupan
masyarakat adalah smartphone. Smartphone adalah telepon yang memiliki kemampuan
seperti komputer, biasanya memiliki layar yang besar dan sistem operasinya mampu
menjalankan tujuan aplikasi- aplikasi yang umum (kamus oxford online dalam Resti,
2015). Selain itu menurut Gary dkk (dalam Kurniawan dan Cahyanti, 2013) smartphone
adalah sebuah alat yang dapat menyimpan data-data penting untuk dapat dipergunakan
dalam keperluan bisnis maupun sebagai pengingat hal-hal yang harus dilakukan oleh
para penggunan smartphone tersebut. Disamping itu smartphone juga memiliki fungsi
operasional akan seperti komputer. Penggunaan smartphone sebagai ponsel pintar yang
ada saat ini menjadi perbedaan pada ponsel biasa, hal ini dikarenakan bahwa pada
smartphone terdapat varian dan keunggulan dalam sistem operasional. Menurut Gary B.
Shelly, Thomas J. Cashman dan Misty E. Vermaat, (dalam Syarif, 2015), Smartphone
(gadget) adalah telepon yang bisa dipakai internetan yang biasanya menyediakan fungsi
Personal Digital Assistant (PDA), seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamat,
kalkulator, dan catatan. Di Indonesia sendiri perkembangan smartphone sangatlah pesat.
Berdasarkan data yang diperoleh (dalam Jose, http://techno.okezone.com/,
Minggu, 20/09/2015) pada akhir 2015 diperkirakan sekira 55 juta pengguna smartphone
di Indonesia. Sedangkan total penetrasi pertumbuhannya mencapai 37,1%. Selain itu
hasil survey google yang berdasarkan rekapitulasi data dari salah satu fitur tool google,
2
yakni Consumer Barometer, mengungkapkan pengguna smartphone di Indonesia pada
tahun 2015 telah meningkat hingga 43%. Menurut google, jika dibandingkan data tahun
lalu dimana penetrasi smartphone di Indonesia mencapai 28%, berarti tahun ini
peningkatan pengguna perangkat pintar nyaris mencapai 2 kali lipat (Iqbal,
http://selular.id/, 5/08/2015). Salah satu golongan yang tidak terlepas dalam penggunaan
smartphone sendiri adalah mahasiswa.
Menurut Juraman (2014), mahasiswa adalah generasi yang peka terhadap
teknologi-teknologi baru dan inovasi baru. Kaum muda dikenal sangat dekat dengan
hal-hal yang baru dan tidak menutup kemungkinan salah satunya adalah smartphone.
Smartphone sekarang menjadi kebutuhan tiap mahasiswa untuk bisa terlihat “gaul” atau
tidak ketinggalan zaman dengan hal–hal yang baru. Salah satu bentuk pemanfaatan
smartphone yang digunakan oleh mahasiswa adalah dalam mengakses informasi
edukatif, alasannya karena perkembangan ini juga seturut dengan perkembangan sistem
informasi akademik pada universitas-universitas seperti Portal Akademik, digital
liberary dan perkembangan dunia internet yang kini menyediakan ribuan hingga jutaan
link dan laman web (situs) yang memuat hal –hal yang bersifat pendidikan seperti riset,
ejournal, ebook, ensiklopedi, digital liberary yang dapat diakses secara online.
Meskipun manfaat smartphone sangat banyak namun smartphone sendiri dapat
memiliki salah satu dampak negatif yaitu kecanduan.
Menurut Tondok (2013), penggunaan smartphone secara berlebihan akan
mengarah kepada kecanduan. Kecanduan akan smartphone akan menyebabkan
seseorang melupakan tugas belajarnya, dan juga pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti
makan, minum, atau mandi. Kwon, Kim, Cho, dan Yang (2013) menyebutkan bahwa
istilah smartphone addictions adalah sebagai perilaku keterikatan atau kecanduan
3
terhadap smartphone yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya
menarik diri, dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan
kontrol impuls terhadap diri seseorang. Menurut Yuwanto (dalam Trisillia, 2012),
seseorang yang mengalami kecanduan smartphone dikarenakan beberapa faktor yaitu
faktor internal, faktor situasional, faktor sosial, dan faktor eksternal. Sedangkan
menurut Mark, Murray, Evans, dan Willig (2004), kecanduan sendiri dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku
tertentu, terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan;
adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan
ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan; dan terjadinya
perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah
kepada permasalahan.
Bianchi dan Phillips (2005), menemukan penggunaan smartphone berlebihan
terjadi pada orang muda. Bianchi dan Philips (2005), melakukan penelitian menguji
beberapa tanda kecanduan telepon genggam ciri-ciri tersebut antara lain: (a) preokupasi
dengan telepon genggam, (b) waktu menggunakan telepon genggam yang makin
meningkat untuk memuaskan diri, (c) berusaha untuk mengontrol penggunaan namun
gagal, (d) merasa kehilangan, gelisah, depresi, tidak nyaman ketika menghentikan
menggunakan telepon genggam, (e) menggunakan telepon genggam dalam waktu yang
lama, (f) secara sembunyi-sembunyi menggunakan telepon genggam saat bersama orang
lain seperti teman atau keluarga, (g) menggunakan telepon genggam sebagai sarana
mengalihkan diri dari masalah seperti perasaan kesepian, sendiri, cemas, dan depresi.
Leung (2007) melakukan penelitian yang tujuannya untuk mengetahui
simtom-simtom kecanduan telepon genggam dan menyusun alat ukur kecanduan
4
telepon genggam (Mobile Phone Addiction Index/MPAI). Penelitian Leung (2007)
menghasilkan beberapa ciri dari kecanduan telepon genggam. Ciri-ciri tersebut antara
lain inability to control craving (ketidakmampuan untuk mengontrol keinginan
menggunakan telepon genggam), anxiety and feeling lost (kecemasan dan merasa
kehilangan bila tidak menggunakan telepon genggam), withdrawal and escape (menarik
diri dan melarikan diri, artinya telepon genggam digunakan sebagai sarana untuk
mengalihkan diri saat mengalami kesepian atau masalah), dan productivity loss
(kehilangan produktivitas).
Menurut Yuwanto (dalam Trisillia, 2012) ada beberapa dampak kecanduan
smartphone yaitu, pertama konsumtif, penggunaan smartphone dengan berbagai
fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan smartphone (operator) sehingga
membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang
digunakan. Kedua psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak
menggunakan atau tidak membawa smartphone. Ketiga fisik, terjadi gangguan seperti
gangguan atau pola tidur yang berubah. Keempat Relasi sosial, berkurangnya kontak
fisik secara langsung dengan orang lain. Kelima akademis/pekerjaan, berkurangnya
waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya
produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan. Keenam hukum,
keinginan untuk menggunakan smartphone yang tidak terkontrol menyebabkan
menggunakan smartphone saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan
pengendara lain.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Turner dkk (dalam Al-Barashdi, Bouazza,
dan Jabur, 2015) menemukan kepribadian dan atribut individu seperti umur dan jenis
kelamin memiliki perbedaan hubungan dengan beberapa aspek perilaku penggunaan
5
smartphone. Berdasarkan penelitian Choliz (2012) menunjukan hasil bahwa wanita
lebih memiliki ketergantungan terhadap smartphone daripada laki-laki. Menurut Lee,
Chang, Ling, dan Cheng (dalam Bolle, 2014) dibandingkan laki-laki, perempuan lebih
berorientasi sosial. Sebagai contoh, perempuan menelepon lebih lama dibanding laki-
laki. Sejalan dengan Lee dkk, penelitian yang dilakukan oleh Watten, Kleiven,
Fostervold, Fauske, dan Volden (2008) menemukan bahwa perempuan lebih sering
menggunakan smartphone untuk berinternet, kegiatan sosial seperti chatting dan email,
sedangkan laki-laki lebih menggunakan smartphone mereka untuk bermain game,
belanja online, melihat video/film, dan program. Ada juga perbedaan antara laki-laki
dan perempuan di penggunaan internet dan smartphone menurut Pawlowska dan
Potembska (dalam Bolle, 2014). Laki-laki cenderung menggunakan smartphone untuk
orientasi kesenangan mereka, perempuan lebih menggunakan smartphone untuk
kesenangan sosial. Perempuan menggunakan smartphone lebih dari laki-laki untuk
bergosip atau menjaga hubungan sosial dan memiliki hubungan yang kuat dengan
smartphone mereka. Menurut Duggan dan Brenner (dalam Bolle, 2014) sosial media
juga menarik bagi sebagian besar perempuan. Laki-laki lebih menggunakan smartphone
mereka untuk aplikasi permainan dan secara umum juga untuk berjudi.
Penelitian Putra (2015) dari segi frekuensi penggunaan smartphone, perempuan
lebih cenderung sering dalam mengecek smartphone didapat bahwa 28,6% dari total
sampel yang diteliti sebanyak 100 orang, perempuan mengecek smartphone mereka
lebih dari 10 kali dalam satu hari. Sedangkan untuk laki-laki hanya 15,9%. Kemudian
dari segi durasi penggunaan smartphone dalam mengakses dunia maya, perempuan juga
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, dengan hasil 28,5% perempuan yang masuk
kategori tinggi sedangkan laki-laki hanya 4,6%. Berdasarkan penelitian Gifary (2015)
6
diperoleh data yaitu pengguna smartphone di dominasi oleh wanita. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Nielsen On Device Meter (ODM) pada Februari 2014 (dalam
Gifary, 2015) tentang perilaku wanita yang cenderung menghabiskan waktu lebih
banyak menggunakan smartphone dibandingkan pria. Wanita bisa menghabiskan waktu
140 menit per hari, sedangkan pria hanya menghabiskan waktu 43 menit dalam sehari.
Wei dan Lo’s (dalam Park dan Lee,2014) menemukan bahwa perempuan lebih ekstensif
daripada laki-laki pada penggunaan telepon genggam untuk menunjukan perhatian
kepada keluarganya, sedangkan laki-laki cenderung menggunakan telepon genggam
demi efisiensi dan tujuan praktis, seperti mencari informasi.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Raihana (2010) ditemukan adanya
perbedaan kecanduan Internet yang di tinjau dari jenis kelamin dengan signifikansi t =
0,034 < 0,05, dengan perempuan lebih mungkin mengalami kecanduan internet
dibandingkan laki-laki. Sementara itu penelitian Kwon et al (dalam Bolle, 2014)
mengatakan faktor-faktor yang terdapat dalam smartphone addiction memiliki
kesamaan dengan faktor-faktor yang ada pada internet addiction dan game addiction.
Berdasarkan hal ini, dapat diasumsikan bahwa ada kemungkinan ada perbedaan
smartphone addiction antara laki-laki dan perempuan dengan perempuan lebih
cenderung mengalami smartphone addiction dibandingkan laki-laki.
Meski demikian, ada penelitian yang menunjukan hasil yang berbeda yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Bouzza, Al-Barashdi, dan Zubaidi (2015) yang
menemukan adanya perbedaan kecanduan smartphone dengan laki-laki memiliki tingkat
kecanduan lebih tinggi dibandingkan perempuan (dengan mean laki-laki 3,49 dan mean
perempuan 3,26, sig <0,05).
7
Menurut hasil penelitian yang dilakukan diatas menunjukan adanya perbedaan
yang tidak konsisten, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti “Apakah terdapat
perbedaan smartphone addiction antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana”.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan smartphone addiction
antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana” dengan perempuan memiliki smartphone addiction yang lebih tinggi
dari pada laki-laki.
8
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut
Azwar (2012), pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian hanya akan dapat
diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu proses pengukuran
di samping valid dan reliabel, juga objektif.
Variabel-variabel yang akan dilibatkan dalam penelitiani adalah:
a. Variabel terikat (Y) : Smartphone addiction
b. Variabel bebas (X) : Jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Psikologi
UKSW. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 200 mahasiswa, yaitu 100 mahasiswa
laki-laki dan 100 mahasiswa perempuan.
Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik Sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah insidental sample
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Purwanto
2008).
9
Alat Ukur Penelitian
Pengukuran smartphone addictiondalam penelitian ini menggunakan skala
(Mobile Phone Addiction Index/MPAI) yang dikembangkan oleh Leung (2007), yang
terdiri dari beberapa aspek yaitu inability to control craving (ketidakmampuan untuk
mengontrol keinginan menggunakan telepon genggam), anxiety and feeling lost
(kecemasan dan merasa kehilangan bila tidak menggunakan telepon genggam),
withdrawal and escape (menarik diri dan melarikan diri, artinya telepon genggam
digunakan sebagai sarana untuk mengalihkan diri saat mengalami kesepian atau
masalah), dan productivity loss (kehilangan produktivitas) yang terdiri dari 17 item.
Pengukuran MPAI menggunakan lima point skala likert, dimana 1 menunjukan tidak
sama sekali, 2 menunjukan jarang, 3 menunjukan kadang-kadang, 4 menunjukan sering,
dan 5 menunjukan selalu. Skala MPAI memiliki uji reliabilitas α = 0,90 (dalam
Leung,2007).
Selanjutnya alat ukur yang digunakan telah diuji lagi dengan uji daya
diskriminasi item dan reliabilitasnya menggunakan bantuan SPSS.16 for Windows
dengan standar validitas.
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas Skala Mobile
Phone Addiction Index/MPAI yang terdiri dari 17 item, pada pengujian pertama terdapat
1 item yang gugur yaitu item yang terdapat pada aspek inability to control craving
(ketidakmampuan untuk mengontrol keinginan menggunakan telepon genggam) dan
setelah dilakukan pengujian ulang didapat 16 item yang valid. Daya diskriminasi item
dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara (0,305-0,667). Sedangkan
teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien
Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada Skala Mobile Phone
10
Addiction Index/MPAI sebesar 0,878. Hal ini berarti skala Mobile Phone Addiction
Index/MPAI tergolong reliable. Berdasarkan uji reliabilitas per aspek diperoleh hasil
inability to control craving (ketidakmampuan untuk mengontrol keinginan
menggunakan telepon genggam) α = 0,724, anxiety and feeling lost (kecemasan dan
merasa kehilangan bila tidak menggunakan telepon genggam) α = 0,801, withdrawal
and escape (menarik diri dan melarikan diri, artinya telepon genggam digunakan
sebagai sarana untuk mengalihkan diri saat mengalami kesepian atau masalah) α =
0,770, productivity loss (kehilangan produktivitas) α = 0,631.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t (Independent
Sample t test) dengan bantuan SPSS.16 for Windows. Beberapa pengujian sebelum
dilakukan uji perbedaan atau uji t adalah pengujian terhadap normalitas data dan
homogenitas varians.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar
deviasi sebagai hasil pengukuran skala Mobile Phone Addiction Index/MPAI pada
mahasiswa psikologi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Tabel Statistik Deskriptif
Kategori Skor Smartphone Addiction Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
Interval Kategori Frekuensi
Laki-laki
Persentase Frekuensi
Perempuan
Persentase
67,2 <x ≤ 80
Sangat
Tinggi
1 1% 1 1%
54,4 < x ≤67,2
Tinggi 9 9% 18 18%
41,6 < x≤54,4
Sedang 38 38% 36 36%
28,8< x≤41,6
Rendah 38 38% 40 40%
16 < x ≤ 28,8 Sangat
Rendah
14 14% 5 5%
Jumlah 100 100% 100 100%
Mean 40,23 43,87
StDev 11,016 10,147
Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 14 (14%) mahasiswa laki-laki
Fakultas Psikologi UKSW tergolong dalam smartphone addiction sangat rendah, 38
(38%) mahasiswa laki-laki berada pada kategori smartphone addiction rendah, 38
(38%) mahasiswa laki-laki berada pada kategori sedang, 9 (9%) mahasiswa laki-laki
berada pada kategori tinggi dan 1 (1%) mahasiswa laki-laki berada pada kategori sangat
tinggi. Berdasarkan rata-rata smartphone addiction laki-laki (40,23) tergolong dalam
kategori rendah.
12
Sedangkan 5 (5%) mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi UKSW tergolong
dalam kategori sangat rendah, 40 (40%) mahasiswa perempuan tergolong dalam
kategori rendah, 36 (36%) mahasiswa perempuan tergolong pada kategori sedang, 18
(18%) mahasiswa perempuan tergolong pada kategori tinggi, dan 1 (1%) mahasiswa
perempuan tergolong pada kategori sangat tinggi. Berdasarkan rata-rata smartphone
addiction perempuan (43,87) tergolong dalam kategori sedang.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
Tabel Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
lakilaki Perempuan
N 100 100
Normal Parametersa,,b
Mean 40.23 43.87
Std. Deviation 11.016 10.147
Most Extreme Differences Absolute .080 .087
Positive .064 .087
Negative -.080 -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .798 .869
Asymp. Sig. (2-tailed) .548 .437
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Pada Skala Mobile Phone Addiction Index/MPAI pada kelompok laki-laki
diperoleh nilai K-S-Z sebesar 0,798 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,548 (p>0,05). Sedangkan pada skor smartphone addiction pada kelompok perempuan
13
memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,869 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,437. Dengan demikian kedua jenis kelompok berdistribusi normal.
Sementara dari hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Tabel Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Smartphone addiction
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.489 1 198 .224
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi dari uji homogenitas dari sampel
smartphone addiction pada kelompok laki-laki dan smartphone addiction pada
kelompok perempuan menunjukan bahwa nilai koefisien Levene Statistic sebesar 1,489.
Dengan signifikansi sebesar 0,224. Karena signifikansi 0,224 > 0,05, sehingga dapat
dikatakan bahwa penelitian ini bersifat homogen atau memiliki varians yang sama.
14
Uji-t
Dari perhitungan uji-t, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Tabel Hasil Uji-t smartphone addiction pada mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan
Hasil perhitungan uji beda (uji-t), diperoleh nilai t-hitung adalah sebesar -2,430
dengan signifikansi = 0,016 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
smartphone addiction antara laki-laki dan perempuan. Dengan mean perempuan (43,87)
lebih tinggi daripada laki-laki (40,23). Maka frekuensi penggunaan smartphone pada
perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
variab
le
Equal variances
assumed
1.489 .224 -2.430 198 .016 -3.640 1.498 -6.594 -.686
Equal variances
not assumed
-2.430 196.67
8
.016 -3.640 1.498 -6.594 -.686
15
Tabel 5
Penggunaan aplikasi smartphone antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
Aplikasi
Smartphone
Laki-laki Perempuan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Sosial Media 100 80% 100 93%
Browser 100 12% 100 18%
Game 100 10% 100 1%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari penggunaan aplikasi di
smartphonenya. Dari penggunaan aplikasi sosial media sebanyak 80% laki-laki,
sedangkan perempuan yang menggunakan aplikasi sosial media sebanyak 93%.
Sebanyak 12% laki-laki dan 18% perempuan menggunakan aplikasi browser di
smartphonenya. Pengguna aplikasi game, laki-laki sebanyak 10% dan perempuan 1%.
16
Tabel 6
Perbedaan smartphone addiction antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
ditinjau dari Aspek
Aspek t
Sig. (2-
tailed)
N
Laki-laki Perempuan
Std.
Deviation
Mean
Std.
Deviation
Mean
inability to control
craving
-2,690 0,008 200 4,092 12,00 3,450 13,44
anxiety and feeling lost -1,648 0,101 200 4,294 13,01 4,372 14,02
withdrawal and escape -3,158 0,002 200 3,107 8,53 2,707 9,81
productivity loss -0,718 0,473 200 1,898 4,75 1,841 4,94
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil rata-rata setiap aspek smartphone
addiction sebagai berikut. Pada aspek inability to control craving laki-laki memperoleh
hasil rata-rata 12,00 sedangkan perempuan memperoleh hasil rata-rata 13,44 dengan
signifikasi 0,008, Pada aspek anxiety and feeling lost laki-laki memperoleh hasil rata-
rata 13,01 sedangkan perempuan memperoleh hasil rata-rata 14,02 dengan signifikasi
0,101. Pada aspek withdrawal and escape laki-laki memperoleh hasil rata-rata 8,53
sedangkan perempuan memperoleh hasil rata-rata 9,81 dengan signifikasi 0,002, Pada
aspek productivity loss laki-laki memperoleh hasil rata-rata 4,75 sedangkan perempuan
memperoleh hasil rata-rata 4,94 dengan signifikasi 0,473.
17
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai perbedaan smartphone
addiction antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana menggunakan program SPSS.16 for Windows,
diperoleh t hitung -2.430 dengan signifikasi 0,016 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan smartphone addiction yang signifikan antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana. Berdasarkan hasil rata-rata smartphone addiction mahasiswa perempuan
memiliki rata-rata smartphone addiction lebih tinggi (43,87) daripada mahasiswa laki-
laki (40,23). Hal ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Raihana (2010) yang
menemukan adanya perbedaan kecanduan Internet yang ditinjau dari jenis kelamin
dengan signifikansi t = 0,034 < 0,05, dengan perempuan lebih mungkin mengalami
kecanduan internet dibandingkan laki-laki.
Menurut Duggan dan Brenner (dalam Bolle, 2014) perempuan menggunakan
perangkat smartphone lebih untuk kepuasan berorientasi sosial dari pada laki-laki.
Perempuan lebih memelihara hubungan pribadi, bahkan dengan orang yang berada jauh
darinya Pawloska dan Potembska (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Watten,
Kleiven, Fostervold, Fauske, dan Volden (2008) menemukan bahwa perempuan lebih
sering menggunakan smartphone untuk berinternet, kegiatan sosial seperti chatting dan
email. Pawloska dan Potembska (2012) juga menemukan bahwa perempuan memiliki
keterikatan yang kuat dengan ponsel mereka. Hal ini mungkin yang membuat
perempuan lebih cenderung mengalami smartphone addiction.
Penelitian yang dilakukan Gifary (2015) mengatakan bahwa pengguna
smartphone di dominasi oleh wanita. Hal ini sesuai dengan penelitian Nielsen On
18
Device Meter (ODM) (dalam Gifary, 2015) tentang perilaku wanita yang cenderung
menghabiskan waktu lebih banyak menggunakan smartphone dibandingkan pria.
Wanita bisa menghabiskan waktu 140 menit per hari, sedangkan pria hanya
menghabiskan waktu 43 menit dalam sehari. Perempuan lebih ekstensif daripada laki-
laki pada penggunaan telepon genggam untuk menunjukan perhatian kepada
keluarganya, sedangkan laki-laki cenderung menggunakan telepon genggam demi
efisiensi dan tujuan praktis, seperti mencari informasi.
Pada pengujian setiap aspek smartphone addiction juga ditemukan perbedaan
antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana pada aspek inability to control craving, withdrawal and escape. Dan
tidak ditemukan perbedaan pada aspek anxiety and feeling lost, productivity loss.
Pada aspek inability to control craving hasil uji beda ( t = -2,690 dan p<0,05).
Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan pada aspek inability to control craving
antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana. Mahasiswa laki-laki Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana memperoleh hasil rata-rata 12,00 sedangkan mahasiswa perempuan Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana memperoleh hasil rata-rata 13,44. Hal ini
berarti inability to control craving mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana lebih tinggi dari mahasiswa laki-laki Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Gottfredson dan Hisrich (dalam
Andaryani, 2013) mengatakan Rendahnya kontrol diri dapat menyebabkan
meningkatnya perilaku negatif. Perilaku negatif didalam penelitian ini terkait dengan
ketidakmampuan mengontrol diri dalam penggunaan smartphone.
19
Pada aspek withdrawal and escape hasil uji beda ( t = -3,158 dan p<0,05). Hal
tersebut menunjukkan adanya perbedaan pada aspek withdrawal and escape antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana. Mahasiswa laki-laki Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
memperoleh hasil rata-rata 8,53 sedangkan mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana memperoleh hasil rata-rata 9,81. Hal ini berarti
withdrawal and escape mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana lebih tinggi dari mahasiswa laki-laki Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Satya Wacana. Menurut Bianchi dan Phillips (dalam Aty, 2015), escape from
other problem merupakan suatu perasaan dimana seseorang mengalihkan masalah
dengan melarikan diri pada sesuatu yang menyenangkan. Ketika individu mempunyai
masalah dan mempunyai self-control yang rendah maka individu akan cenderung tidak
dapat menyelesaikan masalah dengan solusi yang baik dan akhirnya melarikan diri dari
masalah dengan menggunakan sesuatu yang menyenangkan contohnya seperti mobile
phone. Menurut Lee, Chang, Ling, dan Cheng (dalam Bolle, 2014) dibandingkan laki-
laki, perempuan lebih berorientasi sosial. Penelitian yang dilakukan Darmalia (2016)
menunjukan sebanyak 93,3% perempuan menggunakan EFC (Emotional Focus Coping)
untuk menyelesaikan masalah, sedangkan laki-laki sebanyak 48% lebih menggunakan
PFC (Problem Focus Coping) dalam penyelesaian masalahnya. Dalam hal ini
penggunaan smartphone bisa digunakan untuk melakukan emotional focus coping pada
perempuan melalui aplikasi seperti media sosial. Hal ini yang mungkin menjadikan
penjelasan mengapa perempuan cenderung memiliki smartphone addiction yang lebih
tinggi daripada laki-laki.
20
Pada aspek anxiety and feeling lost diperoleh nilai t = -1,648, p>0,05 dari hasil
tersebut tidak ditemukan perbedaan smartphone addiction antara mahasiswa laki-laki
dan perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Mahasiswa
laki-laki Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana memperoleh hasil rata-
rata 13,01, sedangkan mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana memperoleh hasil rata-rata 14,02. Dalam kaitannya dengan kecanduan
ponsel, James dan Drennan (2005) mengemukakan faktor situasional yang menjadi
penyebab kecanduan ponsel antara lain perasaan sedih, stres, bosan, dan kesepian.
Sebagai akibatnya, individu menggunakan ponsel sebagai sarana pengalihan diri dari
kesepian, di mana fitur ponsel dewasa ini semakin canggih sehingga membuat individu
merasa betah berlama-lama menggunakan ponsel. Terlebih lagi dengan keberadaan
media sosial yang mampu menjangkau di manapun individu berada sejauh adanya akses
internet, akan sangat membantu individu yang merasa kesepian.
Pada aspek productivity loss, t = -0,718, p>0,05, dari hasil tersebut tidak
ditemukan perbedaan smartphone addiction antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Hal ini berarti bahwa baik
mahasiswa laki-laki maupun mahasiswa perempuan sama-sama mengalami productivity
loss dalam penggunaan smartphone. Hal ini dikarenakan pada proses perkuliahan dosen
memberikan tugas ataupun tanggung jawab kepada mahasiswa baik laki-laki maupun
perempuan dengan bobot yang sama. menurut Yi (dalam Widyasari, 2015) Individu
yang menghabiskan banyak waktu untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan akan
menurunkan produktivitasnya dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya.
21
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang perbedaan smartphone
addiction antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana, maka dapat disimpulkan :
1. Bahwa terdapat perbedaan smartphone addiction antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan
perempuan memiliki smartphone addiction lebih tinggi.
2. Smartphone addiction sebagian besar mahasiswa laki-laki berada pada kategori
rendah dan sebagian besar mahasiswa perempuan berada pada kategori sedang.
3. Pada perhitungan yang didasarkan pada aspek ditemukan perbedaan pada aspek
inability to control craving dan withdrawal and escape dengan perempuan
memiliki skor lebih tinggi. Pada aspek anxiety and feeling lost dan productivity
loss tidak ditemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta
melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan:
1. Bagi Subjek Penelitian
Mahasiswa seharusnya tidak menggunakan smartphone secara berlebihan hingga
mengganggu aktifitas didalam kehidupannya dan mengupayakan untuk menggunakan
smartphone hanya untuk hal-hal yang penting saja terutama mahasiswa perempuan
yang dalam penelitian ini memiliki skor smartphone addiction yang tinggi
22
2. Bagi Orang Tua Mahasiswa
Sebagai orang tua yang memiliki anak laki-laki maupun perempuan sebaiknya
memberi pengawasan atau pengarahan dan mengontrol anaknya dalam penggunaan
smartphone, sehingga tidak membuat anak menjadi kecanduan terhadap
smartphone.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutanya diharapkan dapat melakukan penelitian serupa
dengan menambahkan variabel-variabel yang bekaitan dengan topik
penelitian seperti kontrol diri, pola asuh, hubungan teman sebaya pada
masing-masing subjek penelitian.
Untuk penelitian selanjutnya perlu mencari partisipan yang memang masuk
kategori smartphone addiction.
Untuk penelitian selanjutnya, pada alat ukur, perlu ada kriteria alternatif
jawaban ( TSS, J, dan lain sebagainya ).
23
DAFTAR PUSTAKA
Al-Barashdi, H.S., Bouazza, A & Jabur, N.H. (2015). Smartphone addiction among
university undergraduates: A Literature Review. Jurnal of Scientific Research &
Reports. 4(3), 210-225.
Andaryani, D. (2013). Perbedaan tingkat self control pada remaja laki-laki dan remaja
perempuan yang kecanduan internet. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan. 2(3).
Azwar, S. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bianchi, A & Phillips, J.G. (2005). Psychological predictors of problem mobile phone
use. Jurnal Cyber Psychology & Behavior. 8(1), 39-51.
Bolle, C. (2014). “Who is a smartphone addict?” The impact of personal factors and
type of usage on smartphone addiction in a dutch population. Thesis of the degree
Master in Communication Sciences. University of Twente Enschede.1-41.
Bouazza, A., Al-Barashdi, H.S., Al Zubaidi, A.Q. (2015). Development and validation
of a Smartphone Addiction Questionnaire (SPAQ). Jurnal Sultan Qaboos
University. 2, 56-58. Casey, B.M. (2012). Linking psychological attributes to smartphone addiction, face-to-
face communication, present absence and social capital. Thesis for the degree of
Master of Science.University of Hong Kong.
Choliz. (2012). Mobile-phone addiction in adolescene: The Test of Mobile Phone
Dependence (TMD). Jurnal Prog Health Sci. 2(1), 33-44.
Darmalia, S. (2016). Perbedaan penggunaan strategi coping pada siswa laki-laki dan
perempuan kelas X di SMK swadhipa 2 natar tahun pelajaran 2014/2015. Skripsi.
Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Gifary, S. (2015). Pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap perilaku
komunikasi (studi pada pengguna smartphone di kalangan mahasiswa progam studi
ilmu komunikasi Universitas Telkom). Artikel Progam Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom.
James, D & Drennan, J. (2005). Exploring Addictive Consumption of Mobile Phone
Technology. Queensland University of Technology.
Karuniawan, A & Cahyanti, I.Y. (2013). Hubungan antara academic stress dengan
smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental. 2(1), 16-21.
24
Leung, L. (2007). Linking psychological attributes to addiction and improper use of the
mobile phone among adolescents in Hong Kong. Jurnal of Children and Media. 1-
35.
Park, N & Lee, H. (2014). Nature of youth smartphone addiction in Korea diverse
dimensions of smartphone use and individual traits. Jurnal Seoul National
University Institute for Communication and Information.
Pawlowska, B & Potembska, E. (2012). Gender and severity of symptoms of mobile
phone addiction in polish gymnasium, secondary school and university students.
Current Problems in Psychiatry. 12(4), 433–438.
Purwanto. (2008). Metodologi peneltian kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, M.D. (2015). Hubungan antara penggunaan smartphone dengan ketergantungan
berinteraksi di dunia maya (studi pada mahasiswa pengguna smartphone jurusan
sosiologi angkatan tahun 2011-2014 FISIP Universitas Lampung). Skripsi. Bandar
Lampung:Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Raihana, P.A. (2010). Perbedaan kecenderungan kecanduan internet ditinjau dari tipe
kepribadian introvert-ekstovert dan jenis kelamin. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Resti. (2015). Penggunaan smartphone dikalangan mahasiswa fakultas ilmu sosial dan
ilmu politik Universitas Riau. Jurnal FISIP Universitas Riau. 2(1), 1-15.
Selular.id. (2015). Google : 67 Persen pengguna smartphone di Indonesia doyan belanja
online. Artikel. http://selular.id/news/2015/08/google-67-persen-pengguna-
smartphone-di-indonesia-doyan-belanja-online/ (diakses Rabu 4 November 2015)
Syarif, N. (2015). Pengaruh perilaku pengguna smartphone terhadap komunikasi
interpersonal siswa SMK TI Airlangga Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi. 3(2),
213-227.
Techno.okezone.com. (2015). Pengguna smartphone di Indonesia capai 55 juta. Artikel.
http://techno.okezone.com/read/2015/09/19/57/1217340/2015-pengguna-
smartphone-di-indonesia-capai-55-juta (diakses Rabu 4 November 2015).
Trisilia, L. (2012). Kontrol diri sebagai prediktor kecanduan menggunakan blackberry
service. Skripsi. Medan:Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Watten, R.G., Kleiven, Jo., Fostervold, K.I., Fauske, H., Volden, F.(2008). Gender
profiles of internet and mobile phone use among Norwegian adolescents.
International journal of media. 4(3).
Widyasari, V.M. (2015). Kecanduan ponsel pada mahasiswa ditinjau dari kualitas
persahabatan dan minat sosial. Skripsi. Surakarta: Progam Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
25
Yuwanto, L. (2013). Pengembangan alat ukur blackberry messenger addict. Jurnal
Proceeding PESAT. 5, 61-70.
Recommended