BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah
banyak digunakan dibandingkan metode lain seperti destilasi, kristalisasi,
pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan
yang telah lebih sederhana.
Selain itu, kromatografi juga menggunakan waktu yang singkat, dan
mempunyai kepekaan yang tinggi. Serta mempunyai kemampuan memisahkan yang
tinggi. Metode ini dapat digunakan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit
atau campurannya kompleks
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michel Tswet, seorang ahli
Botani, Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-
pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara lain. Nama kromatografi diambil dari
bahasa Yunani, yaitu (chromos = warna) dan (graphos= tulisan) kromatografi berarti
tulisan dengan warna.
Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi. Namun, istilah
kromatografi yang sebenarnya sudah tidak tepat lagi. Karena dengan kromatografi
juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak berwarna seperti gas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam sistem dimana komponen-komponen cuplikan
dikatakan secara selektif oleh Fase diam.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dan komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, diam dan
41
fase gerak. Penerapan kromatografi juga sangat banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Melalui percobaan kromatografi, kirta dapat lebih memahami secara tepat
cara untuk memisahkan campuran yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi
komponen-komponen antara dua fase, yaitu fase diam dan gerak.
Untuk lebih memahami mengenai metode (cara) kromatografi, dilakukan
percobaan sebagai berikut
1.2 Tujuan
1. Mengetahui prinsip kromatografi
2. Untuk mengetahui penggolongan metode-metode kromatografi
3. Untuk mengetahui dan memahami proses pemisahan dengan kromatografi
42
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada fase-fase ya g digunakan
dalam kromatografi. Fase gerak dapat berupa gas atau cair. Dan fase diam dapat
berupa zat padat dan zat cair. Maka berdasarkan fase bergerak, fase diam terdapat
empat macam sistem kromatografi. Yaitu kromatografi gas cair, kromatografi gas
padat, kromatografi cair-padat, dan kromatografi cair-cair.
Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnyakromatografi
partisi (partikel chromotography) dan kromatografi serapan (Adsorbtion
Chromotography). Sedangkan menurut teknis kerja yang digunakan, misalnya
kromatografi kolom, kromatografi lapis-tipis (KLT), dan kromatogrfai kertas juga
kromatografi gas. Selain itu ada yang digabung, misalnya partisi kromatografi partisi
gas-cair, kromatografi cair-cair, kromatografi cair-padat, dan lain-lain. Juga dikenal
kromatografi altrasi gel yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah
disebutkan sebelumnya. (David,W.2001)
Dalam kromatografi hubungan suatu molekul komponen sampel yang
tertahan (terabsorpsi) atau terdistribusi di antara fase diam dan fase gerak dapat
dilakukan dengan berbagai istilah-istilah. Istilah yang sering digunakan dalam
kromatografi dinyatakan sebagai berikut(Khopkar,2003).
a) Kesetimbangan distribusi
Kesetimbangan distribusi yang terjadi pada kromatografi bersifat dinamis.
Molekul sampel atau zat terlarut berada bolak-balik diantaranya fase diam dan
fase bergerak sehingga konsumsi rata-ratanya mengikuti Hukum distribusi.
Keterangan :
43
Kd = Koefisiensi distribusi dan partisi
Cs = Konsentrasi zat terlarut dalam persediaan
Cm = konsentrasi zat dalam fase bergerak
Jika harga koefisiensi distribusi (kd) besar berarti jumlah molekul yang berada
dalam fase diam lebih banyak dalam fase bergerak dan akan tinggal lebih lama
dalam fase diam.
b) Faktor Retardasi
Faktor Retardasi (Rf) merupakan parameter kromatografi kertas dan kromatografi
lapis-tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada
kromatografi dan pada kondisi tetap merupakan peranan karateristik dan
produksibel. Rf didefenisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh
komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (Fase bergerak).
c) Fraksi Waktu
Fraksi waktu (R) tunggal dalam molekul dalam fase bergerak dinyatakan sebagai
perbandingan molekul dalam fase bergerak terhadap jumlah metal molekul.
Sedangkan K disebut faktor kapasitas atau kapasitas kolom yang menyatakan
perbandingan jumlah molekul dalam fase diam & fase bergerak,
d) Kecepatan
Bila fraksi waktu(R) dikalikan dengan kecepatan alir fase bergerak, maka
kecepatan alir molekul, diberikan persamaan yang menunjukan bahwa terjadinya
perbedaan kecepatan bergerak di antara komponen-komponen dalam campuran
disebabkan oleh perbedaan koefisiensi distribusinya. Jika perbedaan kd besar.
Masing-masing komponen akan terpisah secara sempurna.
e) Waktu Potensi
Pada kromatografi gas dan semua percobaan kromatografi kalor hasil pemisahan
diberikan dalam harga waktu. Waktu Retensi (Rf) adalah waktu yang dikatakan
oleh molekul komponen untuk melintasi suatu kolom yang panjangnya L.
f) Volume Retensi
44
Volume retensi merupakan besaran pokok yang diukur dalam kromatografi gas.
Volume retensi adalah volume gas pembawa yang diperlukan untuk
menggerakkan pita komponen pada keseluruhan panjang, suatu kolom.
Jika kecepatan fase bergerak (Fc) diukur dalam suatu per satuan luas (Fc =
vm/tm) adalah tetap, maka volume retensi (Vr) diberikan :
Vr = tp x tc
= tm (1+k) = vm (1+k)
Atau Vr = Vm + Kd x Vs
g) Retensi Relatif
Pengukuran tr dan vr dipengaruhi oleh bentuk kolom dan pengoperasiannya,
sehingga tidak karateristik untuk suatu komponen. Agar pengaruh tersebut dapat
dilakukan perbandingan waktu retensi komponen dengan senyawa yang diketahui
dengan senyawa yang telah diakui. Tm adalah retensi fase bergerak atau
komponen yang insert seperti udara yang tidak ditahan sewaktu melintasi kolom.
(Khopkar, 2003).
Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau
molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan
fase stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner.
Namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (Adsorption),
pertukaran ion (ion exchange), partisi (parthioning), atau ukuran. Perbedaan ini
membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya
dari lamanya waktu transit komponen tersebut, melewati kolom. (Syukuri,1999).
Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, yaitu :
1) Reverse Phase Chromotography
2) High performance Liquid Chromotography. (David,W. 2001)
Kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi
kolom absorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
45
Sampel yang akan dianalisi ditutulkan ke ujung kertas yang kemudian digantung
dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang
mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Contoh : Air, etanol,
asam asetat atau campuran zat-zat yang ingin digunakan (Underwood,1989).
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amilase.
Asam amilase memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam amilase larut dalam air dan
tidak mudah menguap (tidak mungkin di distilasi). Pemisahan asam amino adalah
paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan abad 20. Jadi, penemuan
kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi para ilmuwan
(Underwood,1989)
Kromatografi gas dapat dipisahkan dengan cara memisahkan campuran gas.
Fasa stasioner dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan
(kromatogafi gas-cair).
Umumnya untuk kromatografi gas-padat. Sejumlah kecil padatan inert
misalnya karbon teraktivasi, aluminium teraktivasi, silika gel atau saringan molekuler
diisikan ke dalam tabung logam gulung panjang (2-10 m) dan tipis. Sedangkan untuk
kromatografi gas-cair seperti gel atau saringan molekuler, digunakan fase diam dan
diisikan ke dalam kolom. Metode ini khususnya sangat baik untuk analisi senyawa
organik yang mudah menguap seperti Hidrokarbon dan ester-analisis minyak mentah
dan minyak astlirid dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya.
Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih (David,W.
2001).
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang
dapat diterapkan pada sistem multi komponen yang telah dibahas, di bagian
sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang-ulang dalam satu
proses (Marra,Tine.2004).
46
Dalam percobaan zat terlarut didistribusikan antara fase stasioner dan fase
mobil. Fase stasioner dalam banyak kasus pelarut, stasioner dan fase mobil. Fase
stasioner dalam banyak kasus pelarut diabsorpsikan pada adsorbasen dan fase mobil
adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antara partikel yang teradsorpsi
(Underwood,1989).
Contoh khas kromatografi adalah kromatografi kolom, yang digunakan luas
karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik.
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consisten, Gordon dan
Martin (1940) yang menggunakan kertas saring sebagi. Penunjang fase diam, kertas
merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap atau pelarut polar
lainnya. Bila air diabsorpsikan pada kertas akan membentuk lapisan tipis yang dapat
dianggap analog dengan kolom.
Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase
diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Kromatografi kertas digunakan baik
untuk analisa kuantitatif maupun kualitatif.
Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar,
misalnya asam amino, gula, atau pigmen-pigmen alam .
Meskipun dasar kromatografi adalah suatu proses, namun banyak diantara
cara ini dapat digunakan untuk analis kuantitatif. Jenis-jenis kromatografi yang
bermanfaat dalam analis kualitatif dan analis kuantitatif adalah kromatografi kertas,
lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cair
kinerja tinggi. Kromatografi kolom memberikan pemilihan fase diam yang lebih luas.
Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua-duanya membutuhkan
peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakn metode dengan resolusi tinggi
yang dapat digunakan untuk identifikasi serta penetapan secara kuantitatif bahan
dalam jumlah yang sangat kecil.(Yazid,2005).
47
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang
dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-sampel
tanpa melalui fase diamnya. Bahan pengemasnya, suatu adsorben seperti alumina
atau mungkin suatu resin pertukaran-ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi ke
dalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam di dalam hamparan basah dengan
sedikit cairan tetap berada di atas permukaannya. Keran dibuka, dan permukaan
cairan dibiarkan turun sampai mencapai puncak permukaan hamparan, kemudian
porsi kecil dari larutan sampel di pipet dengan hati-hati ke atas puncak dari
hamparan. Reservoar cairan dipasang, dan kemudian aliran fasa gerak dimulai. Laju
alir yang diinginkan diperoleh semata-mata dari gravitasi, dengan menyisipkan ujung
keluaran kolom itu ke dalam bejana yang dihampakan atau dengan memompa cairan
melalui ujung atas kolom. Laju alir yang lazim dapat sebesar beberapa sepuluh
milimeter per menit, dan mungkin lebih cepat jika pemisahan tidak terlalu sulit.
(Underwood,2002).
Kadang-kadang tidak ada satupun fasa bergerak yang cocok dengan elusi
seluruh komponen sampel. Misalnya, dalam adsorpsi, pelarut yang cukup nonpolar
mungkin ideal untuk mengelusi beberapa zat terlarut yang kurang polar, dimana zat
terlarut yang lebih polar kemudian dapat memperlihatkan suatu retensi panjang yang
berlebihan. Pada kasus yang seperti itu, teknik elusi gradien dapat sangat bermanfaat.
Komposisi fasa bergerak tersebut diubah secara kontinu dengan membiarkan pelarut
yang lebih polar mengalir ke dalam reservoar yang mengandung zat terlarut yang
kurang polar, pada saat campuran zat terlarut mengalir ke dalam kolom.
(Underwood,2002).
Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan
nilai Rfnya. Kadang-kadang semua komponen sampel tidak dapat dipisahkan dengan
menggunakan sistem pelarut manapun, beberapa komponen terpisah lebih baik di
dalam satu sistem , dan beberapa dalam sistem yang lainnya. Kromatografi kertas dua
48
dimensi kemudian dapat digunakan. Sampel terlihat di dekat salah satu ujung dari
lembaran kertas penyaring bujur sangkar.
Setelah perpindahan dari zat terlarut sama dengan salah satu sisi dari kertas
yang menggunakan satu sistem pelarut, kertas yang diputar dengan sudut 900, dan
kemudian sistem pelarut kedua membawa zat terlarut ke bagian kertas yang tidak
digunakan. Pola dari noda-noda yang disemprot dengan anhidin yang dihasilkan dari
penggunaan teknik ini pada asam-asam amino di dalam suatu hidrolisat protein sering
disebut “sidik jari” dari protein. (Underwood, 2002).
49
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Gelas kimia
2. Kertas saring
3. Gunting
4. Paku kecil
5. Penggaris
3.1.2 Bahan
1. Tinta hitam
2. Tinta merah
3. Tinta biru
4. Ekstrak kunyit
5. Ekstrak pandan
6. Ekstrak mawar
7. Akuades
8. Alkohol
9. Aseton
3.2 Prosedur Percobaan
1. Dipotong kertas saring dengan panjang 10 cm dan 5 cm lebarnya.
2. Diberi garis batas bawah dan atas 1 cm.
3. Diberi titik noda yaitu tinta hitam, merah, biru, ekstrak kunyit, ekstrak
pandan, ekstrak mawar pada garis batas bawah.
4. Dimasukkan kertas tersebut dalam beker gelas yang telah berisi pelarut
(aquades) setinggi ± 0,5 cm
50
5. Dibiarkan pelarut merembes naik hingga sekitar 1 cm di bawah batas
atas.
6. Diambil dan dikeringkan.
7. Diukur jarak yang ditempuh oleh pelarut dan masing-masing noda yang
terpisah.
8. Dihitung harga Rf masing-masing noda.
9. Diulang untuk pelarut aseton dan alkohol.
51
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
N
O
Pelarut Noda Jarak Noda Jarak Pelarut Rf
1 Aquades Tinta Hitam
Tinta Biru
Tinta Merah
Ekstrak Mawar
Ekstrak Kunyit
Ekstrak Pandan
0
0
0
3,5 cm
0
5,5 cm
6 cm
6 cm
6 cm
6,5 cm
6,5 cm
6,5 cm
0
0
0
0,538
0
0,846
2 Aseton Tinta Hitam
Tinta Biru
Tinta Merah
Ekstrak Mawar
Ekstrak Kunyit
Ekstrak Pandan
1,9 cm
4,2 cm
5,3 cm
0
5,5 cm
5,5 cm
5,5 cm
5,5 cm
5,5 cm
6,4 cm
6,4 cm
6,4 cm
0,345
0,764
0,964
0
0,859
0,859
3 Etanol Tinta Hitam
Tinta Biru
Tinta Merah
Ekstrak Mawar
Ekstrak Kunyit
Ekstrak Pandan
0
0
3,6 cm
0
4,1 cm
4 cm
3,8 cm
3,8 cm
3,8 cm
4,1 cm
4,1 cm
4,1 cm
0
0
0,947
0
1
0,946
52
4.2 Perhitungan
1) Aquades
Tinta hitam
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 6
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
06
= 0
Tinta biru
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 6
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
06
= 0
Tinta merah
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 6
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuhkomponen
Jarak yangditempu h pelarut =
06
= 0
Ekstrak Mawar
Diketahui : Jarak noda = 3,5 cm
Jarak pelarut = 6,5 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuhkomponen
Jarak yangditempu h pelarut =
3,5 cm6,5 cm
= 0,538
Ekstrak Kunyit
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 6,5 cm
Ditanya : Rf........?
53
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
06,5 cm
= 0
Ekstrak Pandan
Diketahui : Jarak noda = 5,5 cm
Jarak pelarut = 6,5 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
5,5 cm6,5 cm
= 0,846
2) Aseton
Tinta hitam
Diketahui : Jarak noda = 1,9 cm
Jarak pelarut = 5,5 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
1,9 cm5,5 cm
= 0,345
Tinta biru
Diketahui : Jarak noda = 4,2 cm
Jarak pelarut = 5,5 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
4,2 cm5,5 cm
= 0,764
Tinta merah
Diketahui : Jarak noda = 5,3 cm
Jarak pelarut = 5,5 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuhkomponen
Jarak yangditempu h pelarut =
5,3 cm5,5 cm
= 0,964
Ekstrak Mawar
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 6,4 cm
54
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
06,4 cm
= 0
Ekstrak Kunyit
Diketahui : Jarak noda = 5,5 cm
Jarak pelarut = 6,4 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
5,5 cm6,4 cm
= 0,859
Ekstrak Pandan
Diketahui : Jarak noda = 5,5 cm
Jarak pelarut = 6,4 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
5,5 cm6,4 cm
= 0,859
3) Etanol
Tinta hitam
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 3,8 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
03,8 cm
= 0
Tinta biru
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 3,8 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
03,8 cm
= 0
Tinta merah
Diketahui : Jarak noda = 3,6 cm
55
Jarak pelarut = 3,8 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
3,6 cm3,8 cm
= 0,947
Ekstrak Mawar
Diketahui : Jarak noda = 0
Jarak pelarut = 4,1 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
04,1 cm
= 0
Ekstrak Kunyit
Diketahui : Jarak noda = 4,1 cm
Jarak pelarut = 4,1 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
4,1 cm4,1 cm
= 1
Ekstrak Pandan
Diketahui : Jarak noda = 4 cm
Jarak pelarut = 4,1 cm
Ditanya : Rf........?
Jawab : Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yangditempu h pelarut =
4 cm4,1 cm
= 0,946
4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut
dalam fase gerak, akan melewai kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang
memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat
56
dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe
molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Pengelompokan kromatografi berdasarkan fase, dibedakan menjadi:
- Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
- Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa padatan yang dapat menyerap/mengadsorp.
- Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana
fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
- Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan diamnya
berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap.
Pengelompokan kromatografi berdasarkan teknik yang digunakan,dapat
digolongkan menjadi :
- Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen
terpisahkan berupa zona-zona pita.
- Kromatografi planar (kromatografi lapis-tipis dan kromatografi kertas).
Apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam
sebuah bidang datar senyawa yang bergerak berupa bentuk noda (spot) yang
dapat dikenali dengan bantuan metode Fisika, Kimia, maupun Biologis. Posisi
noda menunjukkan identitas suatu komponen/senyawa, sedangkan besar atau
intensitasnya menunjukkan konsentrasinya. Pada kromatografi planar ini
beberapa komponen dapat dipisahkan secara bersamaan maupun dipisahkan
dengan dua langkah, dimana langkah yang kedua tegak lurus arahnya dengan
langkah pertama. Cara ini dikenal dengan metode kromatografi dua dimensi.
Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consisten, Gordon dan
Martin (1940) yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam, kertas
merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap atau pelarut polar
lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas akan membentuk lapisan tipis yang dapat
57
dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga, dan
air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur dari kertas.
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif.
Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam
amino, gula, atau pigmen-pigmen alam.
Prinsip percobaan kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik dimana
komponen yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fase dan tergantung pada
gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Berbagai
macam pelarut yang digunakan (aquades,etanol, aseton) merupakan fase gerak
komponen, sedangkan tinta hitam, tinta merah, tinta biru, ekstrak pandan, ekstrak
mawar, dan ekstrak kunyit merupakan fase diamnya. Air lebih polar daripada etanol,
dan etanol bersifat lebih polar daripada aseton. Like disolved like artinya polar
menyukai yang polar dan yang tidak polar menyukai yang tidak polar dalam hal ini,
fase diam yang polar akan mengikat yang lebih kuat komponen yang juga tak polar.
Hal yang sama berlaku bagi fase gerak, fase gerak yang polar akan melarutkan lebih
baik komponen yang juga polar, sebaliknya fase gerak yang tak polar akan
melarutkan relative lebih baik komponen yang tidak polar.
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsurnya. Contoh senyawa polar adalah H2O, HCl, HF, HI, dan
HBr. Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Contoh senyawa non polar
adalah O2, CO2, CH4, Cl2, H2, dan N2. Senyawa semipolar adalah senyawa yang
terbentuk dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah
satu atom/ion/molekul. Contoh senyawa semipolar adalah NH4Cl, SO3, H2SO4, dan
HNO2.
Didalam suatu percobaan atau praktikum tentunya terdapat suatu kendala atau
hambatan. Kendala tersebut tidak juga dapat luput dari faktor kesalahan. Faktor
tersebut diantaranya adalah :
58
1. Jarak titik noda satu dengan yang lainnya terlalu dekat sehingga saat
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang terdapat pelarut titik noda akan
menyatu.
2. Pemotongan kertas saring tidak sesuai dengan serat atau alurnya. Hal ini
membuat titik noda berjalan lama.
3. Pemasangan kertasyang tidak rata. Dan lain-lain.
Tinta hitam dan tinta biru pada pelarut aquades yang bersifat polar dan pelarut
alkohol yang bersifat semipolar tidak mengalami pergerakan dalam kertas saring
karena tidak memiliki sifat yang sama. Akan tetapi, keduanya bergerak dalam pelarut
aseton karena memiliki sifat ketidakpolaran yang sama. Berbeda halnya dengan tinta
merah. Tinta merah walaupun tidak larut dalam aquades tetapi dapat larut
(mengalami kenaikan) pada pelarut aseton dan alkohol, tetapi kenaikannya lebih
cepat pada aseton karena tinta merah lebih bersifat non polar seperti aseton,tetapi
memiliki sifat semipolar seperti alkohol.
Ekstrak mawar tidak bergerak di aseton, dan alkohol. Tetapi bergerak pada
aquades. Hal ini menunjukkan dalam ekstrak mawar terdapat sifat polar, tetapi tidak
memiliki sifat non polar (seperti aseton) dan semipolar seperti alkohol.
Ekstrak pandan dapat bergerak dalam setiap pelarut yang ada. Tetapi bergerak
sedikit pada pelarut aquades, menunjukkan ekstrak pandan bersifat semipolar. Karena
hanya memiliki sifat polar yang sedikit ditunjukkan pada geraknya dalam pelarut
aquades dengan Rf = 0,846
Ekstrak kunyit dapat bergerak dalam setiap pelarut yaitu aseton dan etanol.
Tetapi, tidak bergerak pada aquades. Berarti kunyit bersifat non polar (aseton) dan
semipolar (alkohol)
59
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penggolongan metode kromatografi berdasarkan jenis fase yang terlibat :
- Kromatografi gas-cair
- Kromatografi gas-padat
- Kromatografi cair-cair
- Kromatografi cair-padat
2. Penggolongan metode kromatografi berdasarkan teknik :
- Kromatografi kolom
- Kromatografi planar
3. Pemisahan dengan cara kromatografi adalah pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut
diantara dua fase (diam dan gerak). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat
cair, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas.
4. Prinsip dari kromatografi adalah semula pemisahan pada kromatografi
tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen di antara
kedua fase itu. Senyawa atau komponen yang tertahan lebih lemah oleh fasa
diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat.
5.2 Saran
- Pada saat mencelupkan kertas saring ke dalam pelarut, jangan sampai garis batas
yang ada nodanya ikut tercelup.
- Hendaknya juga dilakukan percobaan dengan menggunakan analisa kromatografi
kolom, agar dapat membandingkan hasilnya dengan kromatografi kertas.
60
DAFTAR PUSTAKA
- David, W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
- Marra, Tine. 2004. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
- Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
- Yazid, Estien.2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi
- Day, R.A, Junior dan Al Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
- Day, R.A, Junior dan Al Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
- Syukuri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press
61