i
TUGAS AKHIR - RC 141501
PERENCANAAN PERKUATAN LERENG PADA JALAN TOL
TERBANGGI BESAR-PEMATANG PANGGANG PROVINSI
LAMPUNG STA 46+400 – 47+050
ADI FIRMANSYAH PUTRA
NRP. 03111645000032
Dosen Pembimbing
Ir. Suwarno, M.Eng
Putu Tantri Kumala Sari, ST. MT
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
TUGAS AKHIR - RC 141501
PERENCANAAN PERKUATAN LERENG PADA JALAN TOL
TERBANGGI BESAR-PEMATANG PANGGANG PROVINSI
LAMPUNG STA 46+400 – 47+050
ADI FIRMANSYAH PUTRA
NRP. 03111645000032
Dosen Pembimbing
Ir. Suwarno, M.Eng
Putu Tantri Kumala Sari, ST. MT
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
FINAL PROJECT - RC 141501
SLOPE STRENGTHEN PLANNING ON TERBANGGI BESAR
PEMATANG PANGGANG HIGHWAY, LAMPUNG
PROVINCE STA 46+400-47+050 ADI FIRMANSYAH PUTRA
NRP. 03111645000032
Consellor Lecturer
Ir. Suwarno, M.Eng
Putu Tantri Kumala Sari, ST. MT
MAJORING IN CIVIL ENGINEERING
Faculty of Civil, Enviromental, and Geo-Engineering
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya
2018
PERENCANAAN PERKUATAN LERTNG PADAJALAN TOL TERBANGGI BESAR.PEMATANG
PANGGANG PROVINSI LAMPUNG STA 46+400.47+050
TUGAS AKHIRDiajukan Unttrk Memenfii Salah Sdu Syrat
Memperoleh Gelar Sarjana Telarikpada
Program Shldi S-1 Llntas Jalur Departemen Teknik SipilFakultas Telarik Sipil, Lingkungarl dan Kebumian
Institlrt Te*nologi Seprnuh Nopember
Oleh:ADI T'IRMANSYAH PTTRA
NRP. 03111645AWA32
Disfijui olehPembimbng
t. Ir. Suwrno, MNIP. 19590927 1
2. Putu TantriNIP. 19861102201
SURABAYAJULI,2018
ffiw
v
PERENCANAAN PERKUATAN LERENG PADA
JALAN TOL TERBANGGI BESAR-PEMATANG
PANGGANG PROVINSI LAMPUNG STA 46+400 –
47+050
Nama Mahasiswa : Adi Firmansyah Putra
NRP : 03111645000032
Jurusan : Teknik Sipil FTSLK-ITS
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Suwarno, M.Eng
2. Putu Tantri Kumalasari, ST.MT
Abstrak Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan perekonomian di pulau Sumatera.
Ruas jalan tol Sumatera terdiri dari Jalan tol Terbanggi Besar –
Pematang Panggang, Pematang Panggang Kayuagung, Kisaran –
Tebing Tinggi, serta Palembang – Tanjung Api – api. Pada tahun
2016 terdapat 3 ruas tambahan yaitu jalan tol Banda Aceh – Medan,
Padang – Pekanbaru, dan Tebing Tinggi – Parapat. Dalam Tugas
akhir ini akan membahas ruas jalan tol Terbanggi Besar –
Pematang Pangga pada STA 46 +400 – 47+050. Pada STA tersebut
terdapat lereng – lereng yang cukup tinggi yang bisa
membahayakan pengguna jalan bahkan akan menimbulkan
kerusakan struktur jalan tol itu sendiri.
Lereng tersebut akan dianalisa stabilitas untuk mengetahui
apakah lereng mengalami kelongsoran atau tidak. Analisa stabilitas
lereng menggunakan program bantu yang berbasis metode limit
equilibrium dan menghasilkan SF dan momen penahan. Apabila
SF kurang dari 1 maka perlu dilakukan perkuatan. Alternatif
perkuatan yang digunakan adalah Bronjong,Turap, Ground
Anchor, dan Soldier Pile. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan 3 zona berdasarkan ketinggian lereng. Zona 1 pada
vi
ketinggian 1-3 meter, zona 2 pada ketinggian 3-7 meter dan zona 3
pada ketinggian 7 – 14 meter.
Dari hasil perhitungan, perkuatan yang cocok pada
masing – masing zona berbeda. Hal ini dikarenakan ketinggian
lereng yang bervariasi sehingga perkuatan tidak semua bisa
dilaksanakan di lapangan. Hasil perhitungan didapat bahwa zona
1 meter memakai perkuatan Bronjong tanpa Subdrain. Zona 2
menggunakan Soldier Pile diameter 70 cm + Subdrain. Zona 3
menggunakan Soldier Pile diameter 100 cm + Subdrain. Subdrain
pada masing – masing perkuatan direncanakan secara praktis
karena pada perhitungan perkuatan sudah direncanakan SF 1.5
tanpa adanya Subdrain
Kata kunci : Lereng,Bronjong,Ground Anchor,Soldier
pile,Turap
vii
SLOPE STRENGTHEN PLANNING ON TERBANGGI
BESAR-PEMATANG PANGGANG HIGHWAY,
LAMPUNG PROVINCE STA 46+400 – 47+050
Name : Adi Firmansyah Putra
Roll Number : 03111645000032
Major : Civil Engineering FTSLK-ITS
Tutor : 1. Ir. Suwarno, M.Eng
: 2. Putu Tantri Kumalasari, ST.MT
Abstract
Trans Sumatera Highway is established to support the
economics in the area of Sumatera. Trans Sumatera Toll Road
consist Terbanggi Besar – Pematang Panggang, Pematang
Panggang Kayuagung, Kisaran – Tebing Tinggi, serta Palembang
– Tanjung Api – api. In this thesis, author would discuss about
Terbanggi Besar- Pematang Pangga Highway in STA 46+400-
47+050. Having a non-uniform contour, highway should be
planned some cut and fill works. In this STA, there are several high
slopes which could be dangerous to the users could even damaging
the structure of highway itself.
Slope will be analyzed to know the stability of the slope.
Stability analysis use software that provide equlibrium method and
produce Safety Factor also resistance momen of the slope. If the
Safety Factor of slope is less than 1,so the slope need more
reinforcement. Several alternatives such as gabion, retaining wall,
grouting, soldier pile are used to strengthen the slopes. Calculation
was done by using 3 zones of height. First zone was on 1-3 meter,
second zone was on 3-7 meter, and the last zone was on 7-14 meter
height.
From calculation result, every slope have different
reinforcement because of different high slopes in this area. It was
obtained that first zone with 1-3 meter height used gabion
strengthening without sub drain. Second zone used soldier pile +
viii
sub drain. The last zone used soldier pile and sub drain. In each
strengthening, sub drain was planned practically because the
strengthen calculation was already planned SF 1.5 without sub
drain.
Keywords : Slope, gabion, ground anchor, soldier pile, and
retaining wall.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan perlindungan-Nya,penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul ”Perencanaan
Perkuatan Lereng Pada Jalan Tol Trans Sumatera Terbanggi
Besar – Pematang Panggang Sta 46+400 – 47+050”. Penulis
menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini dapat terlaksana
dengan baik karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasihkepada:
1. Keluarga penulis, yang telah memberi dukungan,
motivasi, semangat, dandoa.
2. Bapak Ir. Suwarno, M.Eng dan Ibu Putu Tantri Kumala
Sari, ST. MT selaku dosen konsultasi, terima kasih atas
kesediaan, kesabaran, dan ilmu yang sudah diberikan
dalam proses bimbingan.
3. Segenap dosen Teknik Sipil FTSLK ITS yang telah
memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.
4. Teman-teman Teknik Sipil ITS yang telah memberi
bantuan, dukungan, dan semangat dalam penyelesaian
Proposal Tugas Akhir ini.
5. Semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari Proposal Tugas Akhir ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan untuk pengembangan
selanjutnya. Akhir kata, semoga Proposal Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi generasi berikutnya.
Surabaya, Juli 2018
Penulis
x
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xi
DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................... v Abstract ................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................... xi DAFTAR TABEL .....................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................. 3 1.3 TUJUAN ........................................................................ 4 1.4 BATASAN MASALAH ................................................... 4 1.5 MANFAAT PENULISAN ................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 5 2.1 Lereng.......................................................................... 5 2.2 Kelongsoran ................................................................ 5
2.2.1 JENIS KELONGSORAN .................................................. 5 2.2.2 PENYEBAB KELONGSORAN ......................................... 7
2.3 Software XSTABL ...................................................... 8 2.4 Software Geo-Seep/W ................................................. 8 2.5 Cut Slope ..................................................................... 8 2.6 Analisa Seepage .......................................................... 9 2.7 Perkuatan Lereng ....................................................... 10
2.7.1 BRONJONG ................................................................. 11 2.7.2 TURAP ........................................................................ 16 2.7.3 GROUND ANCHOR ..................................................... 19 2.7.4 SOLDIER PILE ............................................................. 22
BAB III METODOLOGI ......................................................... 25 3.1 Diagram alir ............................................................... 25 3.2 Penjelasan Metodologi .............................................. 28 BAB IV DATA DAN ANALISIS ............................................. 33
4.1 DATA TANAH ............................................................. 33 4.2. DATA SPESIFIKASI MATERIAL ................................... 35
4.2.1. Turap ............................................................... 35
xii
4.2.2. Soldier Pile ...................................................... 38 4.2.3. Bronjong .......................................................... 38 4.2.4. Ground Anchor ................................................ 39
4.3. DATA TALUD PADA STA YANG AKAN DIANALISA ... 40 BAB V PEMBAHASAN ............................................................ 43
5.1. ANALISA STABILITAS LERENG .................................. 43 5.2. ANALISA SEEPAGE ..................................................... 50 5.3. PERENCANAAN PERKUATAN LERENG ....................... 52
5.3.1. Perencanaan menggunakan Bronjong ............ 52 5.3.2 Perencanaan menggunakan Turap ................. 57 5.3.3 Perencanaan menggunakan Ground Anchor .. 64 5.3.4 Perencanaan Menggunakan Soldier Pile ........ 68 5.3.5 Perencanaan Subdrain .................................... 72 5.3.6 Pengambilan Kesimpulan Perkuatan .............. 74
5.4 ANALISA BIAYA MATERIAL ...................................... 74 5.4.1 Biaya Material menggunakan Bronjong ......... 74 5.4.3 Biaya Material menggunakan Soldier Pile +
Subdrain (Zona 2) ........................................... 75 5.4.3 Biaya Material menggunakan Soldier Pile +
Subdrain (Zona 3) ........................................... 76 5.5 KONTROL OVERALL STABILITY ................................ 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................... 80 6.1. KESIMPULAN ............................................................. 81 6.2. SARAN........................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 83 LAMPIRAN BIODATA PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1. Harga Koefisien Rembesan Pada Umumnya ............ 10
Tabel 2. 2. Bearing Capacity ....................................................... 16
Tabel 4. 1. Data Lapisan Tanah ................................................... 33
Tabel 4. 2. Korelasi N SPTɣ dengan untuk Tanah Pasir ............ 35
Tabel 4. 3. Rekapitulasi Data Tanah ........................................... 35
Tabel 4. 4. Spesifikasi Turap ....................................................... 38
Tabel 4. 5. Koefisien Angkur Berdasarkan Kepadatan Tanah
(Non Kohesif) .............................................................................. 40
Tabel 5. 1. Rekapitulasi Analisa Lereng ..................................... 43
Tabel 5. 2. Momen Dan Tekanan Aktif ....................................... 52
Tabel 5. 3. Rekapitulasi Perhitungan Momen Thdp Titik O ....... 53
Tabel 5. 4. Hasil Kontrol Bearing Capacity ................................ 56
Tabel 5. 5. Hasil Kontrol Geser ................................................... 56
Tabel 5. 6. Hasil Kontrol Momen Guling.................................... 56
Tabel 5. 7. Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Aktif ................. 59
Tabel 5. 8. Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Pasif ................. 59
Tabel 5. 9. Hasil Perhitungan Tekanan ....................................... 61
Tabel 5. 10. Hasil Perhitungan Momen Thdp Titik O ................. 62
Tabel 5. 11. Hasil Perhitungan Momen Thdp Titik T ................. 62
Tabel 5. 12. Hasil Perhitungan D0 Dan L Total .......................... 63
Tabel 5. 13. Hasil Perhitungan SF Kontrol Momen .................... 64
Tabel 5. 14. Momen Dan Tekanan Aktif Yang Bekerja .............. 65
Tabel 5. 15. Tabel 5. 15 Hasil Perhitungan Luasan Strand ......... 66
Tabel 5. 16. Hasil Perhitungan Panjang Strand ........................... 67
Tabel 5. 17. Hasil Perhitungan SF ............................................... 68
Tabel 5. 18. Hasil Perhitungan D0 .............................................. 69
Tabel 5. 19. Hasil Perhitungan Momen Dan Gaya Aksial .......... 70
Tabel 5. 20. Hasil Perhitungan Perencanaan Soldier Pile ........... 71
xiv
Tabel 5. 21. Hasil Perhitungan SF dan Defleksi .......................... 72
Tabel 5. 22. Tabel 5. 22 Rekapitulasi Perencanaan Perkuatan .... 74
Tabel 5. 23. Analisa Biaya Menggunakan Perkuatan Bronjong .. 75
Tabel 5. 24. Hasil Perhitungan Volume Soldier Pile +Subdrain . 75
Tabel 5. 25. Hasil Perhitungan Volume Soldier Pile +Subdrain . 76
Tabel 5. 26. Hasil Perhitungan Volume Soldier Pile +Subdrain . 76
Tabel 5. 27. Hasil Perhitungan Biaya Soldier Pile +Subdrain ..... 76
Tabel 5. 28. Rekapitulasi Kontrol Overall Stability .................... 79
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1. Lokasi Pekerjaan ..................................................... 2
Gambar 2. 1 Cut Slope .................................................................. 9
Gambar 2. 2 Pelaksanaan Pengerjaan Bronjong.......................... 12
Gambar 2. 4 Ilustrasi Bronjong ................................................... 14
Gambar 2. 5 Pelaksnaaan Pengerjaan Turap ............................... 17
Gambar 2. 6 Komponen Ground Anchor .................................... 20
Gambar 2. 7 Pelaksaaan Pengerjaan Ground Anchor ................. 21
Gambar 2. 8 Penulangan Soldier Pile ......................................... 22
Gambar 3. 1. Perencanaan CutSlope ........................................... 29
Gambar 3. 2. Sketsa Perencanaan Pemasangan Bronjong........... 30
Gambar 3. 3. Sketsa Perencanaan Pemasangan Ground Anchor 30
Gambar 3. 4. Sketsa Perencanaan Pemasangan Turap ................ 31
Gambar 3. 5. Sketsa Perencanaan Pemasangan Soldier Pile ....... 31
Gambar 4. 1. Turap U-400 .......................................................... 36
Gambar 4. 2. Turap U-500 .......................................................... 36
Gambar 4. 3. Turap U-600 .......................................................... 37
Gambar 4. 4. Turap U-750 .......................................................... 37
Gambar 4. 5 Turap W-600 .......................................................... 37
Gambar 4. 6. Preliminary Design Soldier Pile ............................ 38
Gambar 4. 7. Spesifikasi Bronjong ............................................. 39
Gambar 4. 8. Preliminary Design Ground Anchor ..................... 39
Gambar 4. 9. Melintang Jalan STA 46+400 ................................ 41
Gambar 4. 10. Melintang Jalan STA 46+450 .............................. 41
Gambar 4. 11. Melintang Jalan STA 46+700 .............................. 41
Gambar 4. 12. Melintang Jalan STA 47+000 .............................. 42
Gambar 4. 13. Melintang Jalan STA 46+825 .............................. 42
Gambar 4. 14. Melintang Jalan STA 46+950 .............................. 42
xvi
Gambar 5. 1. Hasil Analisa STA 46+400 (Kiri) .......................... 44
Gambar 5. 2. Hasil Analisa STA 46+450 (Kanan) ...................... 45
Gambar 5. 3. Hasil Analisa STA 46+700 (Kanan) ...................... 46
Gambar 5. 4. Hasil Analisa STA 46+950 (Kanan) ...................... 47
Gambar 5. 5. Hasil Analisa STA 47+000 (Kiri) .......................... 48
Gambar 5. 6. Hasil Analisa STA 46+825 (Kiri) .......................... 49
Gambar 5. 7. Hasil Analisa stabilitas lereng perbedaan MAT .... 51
Gambar 5. 8. Hasil Analisa Seepage ........................................... 51
Gambar 5. 9. Perencanaan Bronjong ........................................... 53
Gambar 5. 10. Pembagian Layer Tanah ...................................... 58
Gambar 5. 11. Diagram Tegangan............................................... 60
Gambar 5. 12. Hasil Perhitungan Menggunakan SP Coloumn ... 71
Gambar 5. 13. Perencanaan Subdrain Pada Soldier Pile ............. 73
Gambar 5. 14. Detail Subdrain .................................................... 73
Gambar 5. 15. Hasil Kontrol Stability STA 46+450 ................... 77
Gambar 5. 16. Hasil Kontrol Stability STA 46+700 ................... 78
Gambar 5. 17. Hasil Kontrol Stability STA 47+000 ................... 78
Gambar 5. 18. Hasil Kontrol Stability STA 46+825 .................. 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pemerintahan era presiden Joko Widodo
mempunyai master plan yang sangat baik dalam
pembangunan infrastuktur di seluruh Indonesia. Master plan
tersebut bertujuan untuk pemerataan ekonomi,pendidikan
dan kesejahteraan rakyat Indonesia sendiri.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi adalah transportasi yang memadai
dan dapat melayani masyarakat. Transportasi memiliki sifat
sebagai derived demand yaitu apabila ketersediaan
transportasi meningkat maka angka PDB (Produk Domestik
Bruto) juga meningkat. Selain itu,transportasi juga memliki
peran sebagai fasilitas sistem produksi dan
investasi,sehingga pertumbuhan ekonomi daerah aupun
nasional akan bertambah. Dengan membaiknya ekonomi di
suatu daerah atau negara,maka kesejahteraan warga akan
semakin meningkat juga.
Peran moda transportasi darat, air, dan udara pada
dasarnya memenuhi dan mengakomodasi aktivitas
perekonomian dan sosial masyarakat. Salah satu moda
transportasi darat yang banyak digunakan oleh masyarakat
ialah moda jalan. Hal tersebut dikarenakan moda jalan
memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi dan ditunjang
dengan beberapa jaringan infrastruktur. Dibuktikan dengan
pertumbuhan roda empat yang dalam waktu 5 tahun sudah
mencapai 30 % (Kompasiania.com 2016). Sehingga
pembangunan jalan raya dan jalan tol sangat digenjot untuk
meningkatkan ekonomi daerah di berbagai wilayah
Indonesia.
Pembangunan jalan tol tersebut juga akan dilaksanakan
di pulau Sumatra,yakni dikenal dengan Tol Trans Sumatra.
Tol Trans Sumatra terbentang 2818 km yang
2
menghubungkan ujung timur pulau Sumatera yakni
Lampung dan ujung barat yaitu Aceh. Ruas jalan tol
Sumatera terdiri dari Jalan tol Terbanggi Besar – Pematang
Panggang, Pematang Panggang Kayuagung, Kisaran –
Tebing Tinggi, serta Palembang – Tanjung Api – api. Dan
pada tahun 2016 terdapat 3 ruas tambahan yaitu jalan tol
Banda Aceh – Medan, Padang – Pekanbaru, dan Tebing
Tinggi – Parapat.
Pada tol Terbanggi Besar - Pematang Panggang
melintasi Provinsi Lampung hingga sekitar daerah Sumatera
Selatan yang terbentang sepanjang 100 km. Tol tersebut
melintasi kontur yang tidak datar. Pada STA 46+400 hingga
47 +050 terdapat galian pada lereng dengan ketinggian
lereng berkisar 5-14 meter.
Kondisi lereng yang sangat tinggi sangat rawan terhadap
kelongsoran. Kelongsoran tersebut dapat dipicu dengan
adanya hujan yang sangat deras dan tanpa adanya perkuatan
pada lereng. Kelongsoran akan mengganggu kendaraan yang
melintas di jalan bahkan bisa merusak perkerasan yang ada di
struktur jalan tersebut. Analisa keruntuhan dapat
Lokasi
pekerjaan
Gambar 1. 1. Lokasi Pekerjaan
Sumber : Google 2017
3
menggunakan program bantu XSTABL. Analaisis keruntuhan
tersebut untuk mendapatkan safety factor 1 untuk kondisi
kritis pada lereng dan di bawah 1 untuk kondisi yang
kemungkinan terjadinya keruntuhan. Sedangkan SF yang
memenuhi ialah 1.5 agar lereng tetap dalam keadaan stabil.
Muka air tanah pada lereng tersebut cukup tinggi. Muka
air tanah pada titik B-43 adalah 2 meter dari permukaan tanah.
Dari perencanaan harus mempertimbangkan tinggi muka air
tanah sehingga harus terdapat analisa seepage pada
perencanaan ini. Hasil nalaisa seepage akan dijadikan acuan
perencanaan subdrain pada alternatif perkuatan.
Dari kondisi di atas,maka lereng yang memiliki SF di
bawah 1.5 harus diberi perkuatan untuk mencegah terjadinya
permasalahan yang mengakibatkan badan jalan
terganggu.Terdapat banyak perkuatan lereng tersebut. Pada
tugas akhir ini akan memberikan beberapa alternatif berupa
cerucuk, grouting, bronjong, dan turap. Pada lokasi lereng
tertentu yang memiliki tinggi lereng di atas 7 meter harus
dibuat cutslope agar perkuatan yang dibutuhkan lebih efisien.
Variasi perkuatan yang akan direncanakan berdasarkan
efisiensi dan pelaksanaan yang memungkinkan. Dengan
mempertimbangkan hal di atas sehingga perencanaan
perkuatan lereng ini perlu dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya,maka
penulis akan membahas beberapa perumusan masalah, antara
lain :
1. Bagaimana stabilitas eksisting pada lereng tersebut?
2. Bagamana analisa seepage pada lereng tersebut?
3. Bagaimana perencanaan sistem perkuatan dengan tanpa
cutslope?
4. Bagaimana perencanaan sistem perkuatan dengan
cutslope?
5. Berapa Biaya Material yang harus dikeluarkan?
4
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah
menganalisa stabilistas lereng dan merencanakan perkuatan
lereng pada jalan Tol Terbanggi Besar – Pematang
Panggang STA 46+400 – 47+050.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam perencanaan Tugas Akhir ini
adalah :
1. Tidak membahas metode pelaksanaan
2. Tidak membahas RAB
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat pada pengerjaan tugas akhir ini adalah
dapat dijadikan rekomendasi pelaknsaan pada perkuatan
lereng pada pembangunan jalan tol Terbanggi Besar –
Pematang Panggang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lereng
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan
membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal
dan tidak terlindung (Das 1985). Lereng dibagi menjadi
dua,yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng alami
adalah lereng yang secara alami terbentuk tanpa ada campur
tangan manusia. Lereng alami tersebut dapat ditemukan
pada daerah perbukitan. Lereng buatan yaitu lereng yang
dibentuk oleh manusia untuk keperluan aktivitas manusia
maupun keperluan konstruksi. Lereng buatan ini dapat
berbentuk tanggul sungai yang berfungsi sebagai pengaman
air sungai saaat debit sungai tinggi dan banyak macam
bentuk lainnya. Jenis lereng buatan ini dapat dibagi menjadi
2 jenis yaitu lereng panjang hingga (finite slope) dan lereng
panjang tak hingga (infinite slope).
2.2 Kelongsoran
Kelongsoran adalah suatu kejadian atau peristiwa
geologi yang disebabkan oleh pergerakan massa batuan,
tanah atau puing- puing yang menuruni suatu lereng (Crude
1991). Sedangkan menurut (Vernes 1978) kelongsoran
diartikan sebagai pergerakan material ke bawah dan ke luar
lereng karena pengaruh dari gravitasi.
2.2.1 Jenis Kelongsoran
Terdapat 5 jenis kelongsoran pada lereng,yaitu :
1. Slide. Pada tipe slide dibagi menjadi 3 bagian.
- Kelongsoran rotasi (rotational slide) yaitu pergerakan massa
batuan atau tanah yang berotasi pada satu sumbu yang
sejajar pada permukaan tanah yang berbentuk cekung ke
atas.
6
- Kelongsoran Translasi (translational slide) yaitu pergerakan
massa batuan atau tanah dengan sedikit rotasi pada
permukaan tanah yang datar.
- Kelongsoran blok (block slide) yaitu pergerakan yang
hampir sama dengan translational slide, akan tetapi massa
batuan atau tanah yang bergerak terdiri dari beberapa blok
koheren.
2. Fall yaitu pergerakan bongkahan batu yang jatuh dari lereng
atau tebing yang curam secara tiba- tiba.
3. Topples yaitu pergerakan batuan berupa perputaran ke
depan pada suatu titik sumbu kemudian roboh ke daerah
yang lebih rendah karena adanya pengaruh gravitasi bumi
dan kandungan air pada rekahan batuan.
4. Flows. Pada tipe flows dibagi menajdi 5 bagian.
- Debris flow, merupakan pergerakan massa berupa campuran
tanah gembur, bahan organik, batu, air dan udara yang
mengalir pada permukaan lereng secara cepat.
- Debris avalance, yakni longsornya es pada lereng yang terjal
secara cepat.
- Earthflow, adalah pergerakan dari material yang
mengandung lempung atau tanah liat pada lereng yang
penuh dengan air, sehingga membentuk cekungan ke atas.
- Mudflow, yaitu pergerakan yang hampir sama dengan
earthflow, akan proses terjadinya longsor tersebut lebih
cepat.
- Creep, yakni pergerakan massa batuan atau tanah pada suatu
lereng secara bertahap dan lebih lambat.
5. Lateral Spreads
Lateral spreads yaitu perpindahan massa batuan atau tanah
pada lereng yang landai atau relatif datar karena keadaan
tanah yang sudah jenuh dengan air sehingga tanah berubah
dari keadaan padat menjadi cair.
7
2.2.2 Penyebab Kelongsoran
- Curah hujan yang tinggi Penyebab pertama seringnya terjadi longsor adalah
tingginya curah hujan. Tanah yang kering pada musim
kemarau mempunyai banyak pori- pori atau rongga tanah.
Rongga- rongga tanah tersebut akan membentuk retakan
pada tanah. Ketika musim penghujan, air hujan akan
memenuhi rongga tanah dan menyebabkan terjadinya
pergeseran tanah. Jika tanah bergeser terus menerus maka
akan terjadi longsor.
- Adanya aktivitas seismik Gempa bumi yang terjadi pada daerah berlereng terjal akan
mengakibatkan dilatasi tanah. Apabila getaran gempa terus
terjadi maka daerah gempa tersebut akan mengalami longso
- Beban tanah yang berlebih Perumahan dan bangunan yang dibangun di atas lereng
memberi beban berlebih pada tanah. Tidak hanya bangunan,
kendaraan berat yang melintasi jalan di lereng gunung juga
menjadi beban berat bagi tanah. Jika struktur tanah yang
mempunyai beban berat tersebut tidak diperkuat, maka akan
menimbulkan longsor.
- Perubahan Struktur Tanah Lempung dan Lanau Akibat
Proses Psikokimia
Kehilangan kekuatan geser tanah lanau dan lempung
disebabkan yang pertama adalah akibat penyerapan air dan
kembang susut tanah. Sedangkan yang kedua adalah akibat
pertukaran ion dimana ion bebas dalam mineral lembung
digantikan ion minerallain. Misalnya, tanah lempung
menyerap air yang mengandung larutan garam,maka lambat
laun menyebabkan lempung menjadi lunak dan dapat
mereduksi kekuatannya. Sehingga tanah akan mudah untuk
runtuh.
8
2.3 Software XSTABL
XSTABL adalah salah satu program aplikasi komputer
berdasarkan yang digunakan secara khusus untuk stabilitas
berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik, seperti daya
dukung tanah. Program ini menerapkan metode antarmuka
grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat
dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen
berdasarkan penampang melintang dari kondisi yang ingin
dianalisis. Hasil dari program ini berupa besaran SF, momen
penahan, dan kordinat initiation termination yang terjadi.
Parameter tanah yang digunkaan dalam program XSTABL
diantaranya :
1. Data Properties Tanah (berat volume,sudut geser, dan
kohesi)
2. Koordinat Surface dan Sub-Surface
3. Muka Air Tanah
4. Posisi Initiation dan Termination
2.4 Software Geo-Seep/W
Geo Seep/W merupakan sub program dari GeoStudio.
Program ini khusus digunakan untuk menganalisa seepage
dari suatu geometri dan material tertentu. Input yang
dibutuhkan pada program ini adalah data tanah, kadar air dan
kecepatan permeabilitas. Hasil dari program ini berupa
gambar aliran air yang nanti berguna untuk membuat filter
atau subdrain untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2.5 Cut Slope
Kemiringan lereng yang hampir lurus akan
berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Lereng seperti in
akan mudah tergelincir dengan adanya curah hujan yang
tinggi. Selain mudah tergelncir, perkuatan yang dibutuhkan
dalam lereng tersebut akan menjadi besar karena harus
memberikan perkuatan setinggi lereng tersebut. Biaya yang
dikeluarkan akan menjadi besar. Maka dari itu,lereng harus
9
dibuat landai dengan memotong sebagian lereng membentuk
cut slope seperti Gambar 2.1 Cut Slope di bawah :
2.6 Analisa Seepage
Pengertian permeabilitas (seepage) pada tanah adalah
kemampuan tanah untuk meloloskan air yang melaluinya.
Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh kecepatan air yang
melalui tanah jenuh. Kecepatan itu didefinisikan oleh Darcy
dengan persamaan di bawah :
V = ki
Dengan :
V = kecepatan aliran,yaitu banyaknya alira air yang
mengalir dalam satuan waktu melalui suatu
Gambar 2. 1 Cut Slope
10
satuan luas penampang melintang tanah yang
tegak lurus arah aliran
k = koefisien rembesan
Koefisien rembesan (coefficient of penneability)
mempunyai satuan yang sama sepertikecepatan. Istilah
koefisien rembesan sebagian besar digunakan oleh para ahli
teknik tanah(geoteknik), para ahli geologi menyebutnya
sebagai konduktifitas hidrolik (hydraulic conductivity).
Bilamana satuan Inggris digunakan, koefisien rembesan
dinyatakan dalam ft/menit atau ft/hari, dan total volume
dalamft3 . Dalam satuan SI, koefisien rembesan dinyatakan
dalam cm/detik, dan total volume dalam cm3.
Koefisien rembesan tanah adalah tergantung pada
beberapa faktor, yaitu: kekentalancairan, distribusi ukuran-
pori, distribusi ukuran-butir, angka pori, kekasaran
pennukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah. Pada
tanah berlempung, struktur tanah memegangperanan penting
dalam menentukan koefisien rembesan. Faktor-faktor lain
yang mempengaruhi sifat rembesan tanah lempung adalah
konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel
pada butiran lempung. Harga Koefisien rembesan dapat
dilihat pada Tabel 2. 1 seperti di bawah :
Tabel 2. 1. Harga Koefisien Rembesan Pada Umumnya
Sumber : Braja M Das
11
2.7 Perkuatan Lereng Pada perkuatan lereng ini akan digunakan berbagai tipe
yaitu Bronjong, geotextille, Soldier Pile, dan Turap.
2.7.1 Bronjong
Bronjong termasuk salah satu dindng penahan tanah
yang bersifat gravity,atau disebut juga gravity wall.
Bronjong ini hanya mengandalkan berat sendiri sebagai
penahan beban yang terjadi. Bronjong terbuat dari anyaman
kawat baja berbentuk persegi dan persegi panjang dan
kemudian diisi dengan batu belah dan dipasang di lereng –
lereng. Biasanya bronjong ini dipasang di tepi sungai untuk
menghndari erosi dari sungai dan kelongsoran. Pada
pengerjannya brnonjong ini dipasang dengan masinal yang
ditumpuk berbentuk seperti tangga. Di Indonesia
perencanaan penahan tanah menggunkakan bronjong sudah
diatur dalam SNI 03. 0090 -1987 tentang mutu dan cara uji
bronjong dan kawat bronjong serta syarat bahan baku
menacu pada SNI 03-6154-1999. Dari segi biaya,bronjong
relatif murah,karena bahan yang dipakai hanya kawat dan
batu belah dan dari segi pengerjaannya juga tidak terlalu
susah. Contoh penggunaan bronjong seperti Gambar 2.2
Pelaksanaan Bronjong di bawah ini :
12
A. Tekanan Aktif pada Bronjong
Tekanan tanah yang bekerja pada sistem bronjong
adalah tekanan tanah aktif yang mendorong bronjong. Untuk
menghitung tekanan tanah aktif dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
Pa = ½ x ka x g x H2
Apabila terdapat beban di atasnya pada tanah
tersebut dapat mengguunakan persamaan sebagai berikut:
Pa =(½ x ka x g x H2 + qxH)
Dimana :
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
' = Berat volume efektf tanah
H = Tinggi bronjong (m)
Q = Beban terbagi rata
Ka adalah koefisien tekanan tanah aktif, dimana menetukan
ka dengan menggunakan rumus :
o Coloumb =
Gambar 2. 2 Pelaksanaan Pengerjaan Bronjong
13
o Rankine = tan2 (45- ø/2)
Dimana :
= Sudut kemiringan pada permukaan
tanah urugan di bawah dinding
bronjong
= Sudut kemiringan bagian belakang
dinding bronjong
= Sudut geser antara tanah dan
dinding bronjong (ø)
ø = Sudut geser dalam tanah
Nilai Pa cenderung membentuk sudut terhadap bronjong
tegak lurus pada bagian belakang dinding. Namun karena
permukaan gesekan dinding kecil,maka sering kali
diabaikan.
B. Kontrol Guling pada Bronjong
Prinsip guling pada bronjong adalah ketika momen penahan
dibagi dengan momen guling maka angka keamanan hars
lebih dari 1.5,sesuai dengan persamaan berikut :
FS guling = 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑀𝑅)
𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝑀𝐷)> 1.5
Dimana :
MR = Momen penahan dari berat sendiri
bronjong
MD = Momen dorong dari tekanan tanah aktif
Semua momen harus dikalikan dengan lengan yang berpusat
pada titik O. Berikut ilustrasi perhitungan momen pada
bronjong seperti Gambar 2.4 Ilustrasi Bronjong :
14
C. Kontrol Geser pada Bronjong
Prinsip pada geser bronjong sama dengan gravity wall yaitu
ketika ada gaya horizontal pada tekanan tanah lateral dapat
ditahan oleh berat senidir bronjong. Dalam menghitung
geser bronjong dapat digunakan persamaan berikut :
FS sliding = Ʃ𝐹𝑟
𝑃𝑎 𝑐𝑜𝑠ἀ> 1.2
Dimana :
ƩFr = Gaya penahan dari berat sediri
bronjong
Ph = Gaya dorong akibat tekanan tanah
lateral
Untuk menghitung ƩFr dapat menggunakan persamaan
seperti di bawah :
ƩFr = ƩV tan ø2 + BC + Pp
Dimana :
O
G
a
m
b
ar
2.
1
Il
us
tr
as
i
br
o
nj
o
n
g
O
O
Gambar 2. 4 Ilustrasi Bronjong
15
ƩV = Berat sendiri bronjong
Ø = Sudut geser dalam tanah pada lapis
tanah di bawah bronjong
B = Lebar bronjong (m)
C = Kohesi tanah pada lapis tanah di bawah
bronjong
Pp = Gaya akibat tekanan tanah pasif
D. Kontrol Bearing Capacity pada Bronjong
Prinsip kontrol bearing capacity adalah kontrol daya dukung
tanah dasar ketika terdapat bronjong di atasnya. Bearing
capacity bisa dihitung dengan persamaan berikut :
FS bearing capacity = 𝑄𝑢
𝑄𝑚𝑎𝑥> 1.2
Dimana :
Qu = Beban ultimate yang dapat ditahan
tanah
Qmax = Beban akibat berat sendiri bronjong
Untuk menghitung beban ultimate yang dapat diterima
bronjong dapat menggunakan persamaan berikut :
Qu = CNc + q Nq + ½ BN Dimana :
Q = D
B = Lebar kaki bronjong
Nq Nc N = Faktor daya dukung (tergantung sudut
geser) dapat dilihat Tabel 2.5 tabel
faktor bearing capacity di bawah ini :
16
2.7.2 Turap
Turap adalah dinding vertikal yang relatif tipis yang
berfungsi untuk menahan tanah ataupun menahan masuknya
air ke dalam lubang galian. Konstruks turap bisa berupa dari
bahan beton ataupun baja. Perkuatan menggunakan turap
biasnaya dilakukan untuk perkuatan permanen. Perkuatan
ini banyak ditemukan dalam lereng bukit yang terjal ataupun
tmbunan yang tinggi dan membutuhkan perkuatan. Turap
juga bisa bersifat sementara jika diperlukan. Turap yang
sementara banyak dijumpai di sungai ketka melakukan
dewatering agar air dalam sungai tidak menggangu
pengerjaan konstruksi disekitarnya. Untuk menghitung
kestabilan turap dibutuhkan tekanan tanah kesamping
karena beban yang diterima turap adalah beban tanah lateral.
Tekanan tanah lateral sendiri dibagi menjadi 2,yaitu
tekanan tanah aktif dan pasif. Tekanan tanah yang aktif ialah
tekana tanah yang berusaha mendorong turap kedepan dan
Tabel 2. 2. Bearing Capacity
Sumber : Principles of Foundation Engineering
17
tekanan tanah pasif adalah kebalikan dari tekanan tanah aktfi
yaitu menahan turap agar tidak terdorong kedepan. Gambar
kontruksi turap dapat dilihat seperti Gambar 2.5 kontruksi
turap di bawah :
A. Tekanan Aktif Turap
Tekanan tanah aktif merupakan tekanan tanah yang
mendorongdinding penahan tanah. Sementara dinding
penahan harus dalam keadaan seimbang dalam menahan
tekanan tanah lateral yang diakibatkan tanah. Rumusan
tekanan tanah horizontal dapat dilihat persamaan di bawah :
a = Ka x x H
Dimana harga ka untuk tanah datar :
Ka = tan2 (45- ø/2)
Dan pada tanah miring :
Ka =
Gambar 2. 5 Pelaksnaaan Pengerjaan Turap
18
Dimana :
= Sudut kemiringan pada permukaan tanah di
bawah turap
= Sudut kemiringan bagian belakang turap
= Sudut geser antara tanah dan turap (ø)
ø = Sudut geser dalam tanah
Selain itu,kohesi pada lekatan antar butiran tana juga
memiliki pengaruh untuk mengurangi tekanan tanah aktif
sebesar 2c√𝑘𝑎. Sehingga persamaan menjadi :
a = Ka x x H - 2c√𝑘𝑎
Dimana :
C = Kohesi tanah
B. Tekanan tanah pasif
Tekanan tanah aktif merupakan tekanan tanah yang
mendorongdinding penahan tanah. Sementara dinding
penahan harus dalam keadaan seimbang dalam menahan
tekanan tanah lateral yang diakibatkan tanah. Rumusan
tekanan tanah horizontal dapat dilihat persamaan di bawah :
a = Kp x x H
Dimana harga ka untuk tanah datar :
Kp = tan2 (45+ ø/2)
Dan pada tanah miring :
Kp =
19
Dimana :
= Sudut kemiringan pada permukaan tanah di
bawah turap
= Sudut kemiringan bagian belakang turap
= Sudut geser antara tanah dan turap ((ø)
ø = Sudut geser dalam tanah
Selain itu,kohesi pada lekatan antar butiran tana juga
memiliki pengaruh untuk mengurangi tekanan tanah aktif
sebesar 2c√𝑘𝑎. Sehingga persamaan menjadi :
a = Kp x x H + 2c√𝑘𝑎
Dimana :
C = Kohesi tanah
C. Pembebanan pada turap
Beban yang terjadi pada turap sebagai berikut :
1. Beban tekanan tanah lateral dibelakang turap
2. Beban dari permukaan yaitu lereng
3. Beban lainnya misalnya tekanan air dari samping
2.7.3 Ground Anchor
Jangkar merupakan bagian penting dari struktur yang
mengirimkan gaya tarik (tensile force) dari struktur utama
ke tanah disekitar jangkar. Kekuatan geser dari tanah
disekitarnya digunakan untuk melawan gaya tarik jangkar
itu dan, untuk mengikat jangkar pada tanah yang cocok.
Kebanyakan dari jangkar biasanya terdiri dari baja tendon
dengan kekuatan tinggi yang dipasang pada sudut
kemiringan (inklinasi) tertentu dan pada kedalaman yang
diperlukan untuk melawan beban yang ada.
Penggunaan jangkar tanah pada teknik sipil adalah
salah satu pengembangan
terbaru dalam ilmu sipil yang sangat diperlukan dalam
pembangunan yang berhubungan dengan batuan dan tanah
sebagai materi pondasi struktur. Kapasitas menerima beban
pada jangkar dihasilkan ketika terjadi gaya tahan pada saat
20
stressing sepanjang zona penjangkaran dibentuk. Jangkar
tanah ini biasanya dipakai dalam untuk :
1. Mendukung sistem pada penggalian dalam.
2. Memberikan kestabilan pada pondasi dengan tarikan
jangkar, dimana ketidakstabilannya disebabkan air
tanah atau dorongan.
3. Prekonsolidasi tanah yang tidak stabil untuk
meningkatkan kapasitas pikulan / angkatan (bearing
capacity).
4. Menyediakan reaksi untuk tes pembebanan pada tiang.
5. Memberikan dorongan lateral dinding terowongan pada
pemotongan dan penutupan penggalian.
Komponen Jangkar tanah bisa dilihat pada Gambar 2. 6 Di
bawah :
Komponen pada gambar di atas meliputi head anchor,
free length anchor, bond length anchor. Bond length untuk
membungkus material tanah dalam rangka memindahkan
beban dari struktur ke tanah yang dijangkar, dimana free
length tidak terikat dan bebas bergerak di dalam
tanah.Didalam tendon terdapat bagian yang terbuat dari baja
berkekuatan tinggi (bar, wire atau strand) yang dikelilingi
cement grout (material semen untuk grouting). Fixed length
anchor / bond length adalah bagian dari tendon yang terjauh
dari struktur dimana gaya tarik (tensile force) dipindahkan
ke tanah disekitar jangkar. Free anchor length adalah bagian
Gambar 2. 6 Komponen Ground Anchor
Sumber : SNI Persyaratan Perancangan Geoteknik
21
dari tendon antara bagian atas fixed anchor length dan
struktur dimana tidak ada gaya tarik yang dipindahkan ke
tanah di sekitarnya
Di daerah lereng, ground anchor digunakan untuk
membuat kestabilan lereng tetap terjaga dari bahaya
pergerakan tanah (misalnya gempa) dan longsoran yang
mungkin terjadi. Didalam penjangkaran, faktor kondisi
geologis juga sangat menentukan seperti batuan dan tanah
tempat jangkar dipasang. Prinsip penjangkaran pada tanah
merupakan proses konstruksi dimana jangkar dimasukkan
ke dalam tanah. Jangkar dimasukkan ke dalam lubang hasil
pengeboran dan dijepit ujungnya. Setelah di jepit jangkar
biasanya diberi gaya prategang dan bagian atasnya ditahan
oleh kepala jangkar. Contoh pelaksanaan ground anchor
seperti Gambar 2.7 di bawah:
Gambar 2. 7 Pelaksaaan Pengerjaan Ground Anchor
Sumber : Anchoring Systems for Geotechnical
Engineering
22
2.7.4 Soldier Pile
Soldier pile adalah konstruksi jenis dinding penahan
tanah yang di bor, jenis dinding penahan tanah ini biasanya
diselang seling dengan lapisan bentonite yang berupa
campuran semen dan air yang berguna agar tidak ada air
yang masuk. Tujuan daripada pembuatan Soldier Pile ini
adalah untuk menahan tanah bangunan yang berada
disebelah proyek pembangunan, agar tidak mengakibatkan
tanah pada galian longsor dan dinding bangunan sebelah
tidak roboh dikarenakan beban dinding yang sangat berat.
Jarak antar Soldier Pile ini di buat rapat agar berfungsi
sebagaimana yang diinginkan yakni sejarak 20 cm pada
setiap penulangannya seperti Gambar penulangan soldier
pile 2.9 di bawah
Keuntungan dalam menggunakan soldier pile adalah
sebagai berikut.
1. Mudah dan cepat dalam proses konstruksi
2. Profil baja dapat dicabut kembali dengan mudah
3. Dapat digunakan kembali.
Perancangan soldier pile juga bisa dari baja. Pada
konstruksi soldier pile yang menggunakan bahan dasar baja
berdasarkan hasil analisa bending moment maksimum yang
Gambar 2. 8 Penulangan Soldier Pile
23
didapatkan dari hasil analisa tegangan pada pemodelan
dinding penahan tanah. Untuk mencari modulus penampang
profil soldier pile yang akan dipasang dapat menggunakna
rumus sebagai berikut :
S = 𝑀𝑚𝑎𝑥
ø𝜎a
Ø = Faktor pembesaran baja (0.9)
𝜎a = Tegangan ijin baja
S = Jarak pemasangan soldier pile (berkisar 1 – 1.5
meter)
24
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
25
BAB III
METODOLOGI
Berikut ini merupakan diagram tahapan perencanaan dalam
penulisan Tugas Akhir perencanaan perkuatan lereng jalan tol
Terbanggi Besar – Pematang Panggang STA 46+400 – 47+050.
3.1 Diagram alir
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data :
1. Layout Lokasi
2. Data Tanah
3. Data Spesifikasi
bahan/material
Analisis Data Tanah Lereng
Analisis Seepage lereng menggunakan GeoStudio
A
26
NOT
OK
A
Analisis Seepage Lereng Menggunakan Geostudio
Cek stabilitas
Lereng SF>1
(Aman?)
Analisis Perkuatan Lereng
Cek Ketingggian
Lereng
Perencanaan Cut Slope
Perencanaan Perkuatan Lereng
Ground
Anchor Turap Bronjong
Soldier
Pile
C B
H > 7m H < 7m
27
Secara garis besar diagram alir tersebut akan dijelaskan di bawah
ini.
C
Pemilihan Perkuatan
Perhitungan Biaya Material
Kesimpulan dan Saran
Selesai
B
28
3.2 Penjelasan Metodologi
Studi Literatur
Studi literatur yang dimaksud adalah mengumpulkan
bahan – bahan yang menjadi acuan untuk perencanaan
perkuatan lereng tersebut. Bahan studi yang akan digunakan
adalah :
1. Referensi tentang pengoerasian XSTABL
2. Referensi tentang pengoperasian Geo-Seep/W
3. Perhitungan perencanaan Cut Slope
4. Perhitungan perencanaan Bronjong
5. Perhitungan perencanaan ground anchor sebagai
perbaikan tanah
6. Perhitungan perencanaan turap sebagai perkuatan
lereng
7. Perhtiungan Soldier Pile sebagai perencanaan
perkuatan lereng
Pengumpulan dan analisis data
Data – data yang digunakan dalam perencanan
perkuatan lereng ini adalah sebagai berikut :
1. Layout perencanaan Jalan Tol Trans Sumatra
Terbanggi Besar – Pematang Panggang STA
46+400 – 47+050
2. Data penyelidikan tanah berupa data boring titik 42
(STA 45+748),43 (STA 46+214), 44 (STA 46+839)
dan data sondir pada titik 32 (STA 45+700), 33
(STA 46+600),34 (STA 46+962)
3. Nilai properties tanah atau korelasi dari hasil N-SPT
4. Data spesifikasi Turap
5. Data spesifikasi Soldier Pile
6. Data spesifikasi Bronjong
7. Data spesifikasi Ground Anchor
Analisis stabilitas lereng
Analisis ini untuk mengetehu nilai angka keamanan
(Safety Factor) dari lereng dengan tanpa adanya perkuatan.
Batas minimum lereng tersebut btidak longsor ketika angka
29
keamanan memiliki nilai 1. Apabila lereng tersebut memiliki
angka keamanan kurang dari 1 maka harus diberikan
perkuatan pada lereng tersebut. Data hasil analisa ini
digunakan untuk menghitung kebutuhan perkuatan yang
harus diberikan.
Analisis seepage pada lereng
Analisis ini untuk mengetahui permeabilitas pada
lereng. Permeabilitas sangat mempengaruhi perkuatan yang
akan direncanakan. Analisis ini menggunakan program
bantu GeoStudio dan hasil dari analisis ini menjadi
rekomendasi pada perencanaan perkuatan.
Perencanaan cutslope
Perencanaan ini digunakan pada tebing setinggi lebih
dari 7 m. Sudut pada cutslope akan di trial error sehingga
mendapatkan kemiringan lereng yang aman dari potensi
kelongsoran. Sketsa perencanaan cut slope ini bisa dilihat
Gambar 3.1 di bawah ini
Zonifikasi Perkuatan
Perencanan perkuatan ini dibagi mejadi 3 zona. Rincian
dari zona tersebut adalah :
1. Zona 1 : Tinggi lereng 1 -3 meter
2. Zona 2 : Tinggi lereng 3 – 7 meter
3. Zona 3 : Tinggi lereng 7 – 13 meter
Perhitungan perkuatan lereng
Gambar 3. 1. Perencanaan CutSlope
30
Perencanaan perkuatan dengan alternatif berikut :
1. Perkuatan dengan metode Bronjong. Pada
perencanaan Perkuatan menggunakan Bronjong
harus memenuhi persyaratan dari control
guling,geser dan bearing capacity. Sketsa
Perencanaan bisa dilihat Gambar 3.2 di bawah .
2. Perbaikan tanah dengan Ground Anchor.
Perencanaan ini untuk menanggulangi tinggi muka
air yang dangkal pada daerah tersebut. Sketsa
perencanaan Ground Anchor dapat dilihat Gambar
3.3 di bawah ini
Gambar 3. 2. Sketsa Perencanaan Pemasangan Bronjong
Gambar 3. 3. Sketsa Perencanaan Pemasangan Ground
Anchor
31
3. Pekuatan dengan Turap. Perencanaan ini harus kuat
menahan tekanan tanah aktif dari lereng tersebut.
Apabila membutuhkan angkur,Turap tersebut
direncanakan menggunkan angkur. Pelaksanaan
dari Turap seperti Gambar 3.4 di bawah ini.
4. Perkuatan dengan Soldier Pile. Perencanaan ini
harus kuat menahan tekanan tanah aktif dari lereng
tersebut. Jarak pemasangan soldier pile harus sesuai
dengan kebutuhan perkuatan dan jarak . Sketsa
perencanaan dari soldier pile seperti Gambar 3.5 di
bawah ini.
Penentuan perkuatan yang tepat
Analisis ini bertujuan untuk mengambil keputusan yang
tepat sebagai solusi dari permaslahan di atas yaitu perkuatan
dari lereng jalan tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang.
Gambar 3. 4. Sketsa Perencanaan Pemasangan Turap
Gambar 3. 5. Sketsa Perencanaan Pemasangan Soldier
Pile
32
Dari beberapa alternatif itu akan dipilih yang terbaik dengan
pertimbangan kriteria – kriteria yang diinginkan.
Perhitungan Biaya Material
Pada tahap ini akan direncanakan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan sesuai dengan metode pelaksanaan dan
pemilihan perkuatan yang diambil menggunakan Harga
Satuan Dasar Provinsi Lampung 2017.
33
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 Data Tanah
Data tanah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah
data boring dan SPT dari laporan hasil penyelidikan tanah proyek
pembangunan Jalan Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang
STA 46+400 – 47+050, Lampung yang dilakukan oleh tim
geoteknik dari Geocon Data boring dan SPT yang tersedia
sebanyak 2 (dua) titik . Titik pertama terletak pada STA 46+214
dengan nama B-43 dan titik kedua terletak pada STA 46+839
dengan nama B-44. Deksripsi lapisan tanah dapat dilihat pada tabel
4.1 di bawah.
Jenis tanah pada titik B 43 adalah dominan tanah pasir.
Lapisan atas adalah lanau pasir berwarna abu – abu gelap pada
kedalaman 0-1.5 m. Tanah layer 2 adalah pasir berwarna abu – abu
kekuningan pada kedalaman 1.5 – 6.5 m. Tanah layer 3 dominan
pasir pada kedalaman 6.5 – 13 m berwarna abu – abu kehijauan
sangat padat dan terdapat lempung di 0.6 m dari atas layer yang
berwarna abu – abu kehijauan mengandung bahan tufa. Tanah layer
4 dominan batu lanau pada kedalaman 13 – 18 m dan terdapat lanau
di 0.5 m dari atas layer. Lanau berwarna abu – abu. Batu lanau
berwarna abu – abu dan mengandung bahan tufa. Muka air tanah
Titik Depth (m) N-SPT Jenis Tanah
0 - 1.5 12 Pasir lanau
1.5 - 6.5 32 Pasir lanau
6.5 - 13 > 50 Pasir
13 - 18 > 50 Batu lanau
0 - 3 10 Pasir lanau
3 - 6.3 17 Pasir lanau
6.3 - 11.8 > 50 Lempung lanau
11.8 - 16 > 50 Batu lanau
B-43
B-44
Tabel 4. 1. Data Lapisan Tanah
34
terdapat pada kedalaman 2 m dari permukaan,tepatnya pada top
soil dari lapisan tanah tersebut.
Jenis tanah pada titik B-44 adalah dominan pasir. Top soil
pada titik ini adalah pasir berwarna coklat gelap dan mengandung
bahan tufa pada kedalaman 0 – 3 m. Tanah layer 2 adalah lanau
berpasir berwarna abu – abu cerah pada kedalaman 3 – 6.3 m.
Tanah layer 3 adalah lempung lanau berwarna merah abu – abu
cerah pada kedalaman 6.3 – 11.8 m. Tanah layer 4 adalah batu
lanau berwarna abu – abu cerah pada kedalaman 11.8 – 16 m. Muka
air tanah terdapat pada kedalaman 8.5 m dari permukaan,tepatnya
pada tanah layer 3 dari lapisan tanah tersebut. Data tanah dapat
dilihat pada Lampiran 1
Data borlog yang ada pada titik B-43 dan B-44 akan menjadi
acuan dalam perhitungan seepage dan perencanaan perkuatan.
Titik B-43 akan digunakan pada STA 46+400 – 46+700 dan titik
B-44 digunakan pada STA 46+750 – 47+050.Sampel tersebut di
tes di laboraturium mekanika tanah dan mendapatkan properties
dari sampel tanah tersebut.
Data yang diperlukan untuk melakukan analisa seepage dan
stabilitas lereng adalahberupa ɣ (berat jenis) tanah, ɸ (sudut geser)
tanah, Cu (kohesivitas tanah). Untuk melengkapi properties
tersebut, maka diperlukan metode korelasi. Nilai berat jenis tanah
(ɣ), sudut geser tanah (ɸ), menggunakan tabel korelasi N-SPT (J.E.
Bowles, 1984) sesuai dengan Tabel 4.2 di bawah ini.
35
4.2. Data Spesifikasi Material
4.2.1. Turap
Turap yang akan dipakai adalah turap baja dengan produk
dari PT. Steel Indonesia .Turap yang disediakan oleh PT Steel
Indonesia adalah U-400. U-500, U-600, U-750. Preliminary
Design turap yang digunakan seperti pada Gambar 4.1 sampai
dengan Gambar 4.4. Spesifikasi turap dapat dilihat pada Tabel 4.4
sebagai berikut :
Titik Depth (m) N-SPT ɣ (pcf) ɣ (kn/m3) ɸ
0 - 1.5 12 110 17.6198 31
1.5 - 6.5 32 124 19.86232 37
6.5 - 13 > 50 130 20.8234 41
13 - 18 > 50 130 20.8234 43
0 - 3 10 100 16.018 30
3 - 6.3 17 112 17.94016 32
6.3 - 11.8 > 50 130 20.8234 41
11.8 - 16 > 50 130 20.8234 43
B-43
B-44
Moist (pcf) Submerged (pcf)
Very Loose 0-15 0-4 <28 <100 <60
Loose 16-35 05-Okt 28-30 95-125 55-65
Medium 36-65 Nov-30 31-30 110-130 60-70
Dense 66-85 31-50 37-41 110-140 65-85
Very Dense 86-100 >51 >41 >130 >75
Unit WeightCompactness
Relative
Density
NSPT
(blows/ft)
Angle of
Friction (deg)
Tabel 4. 2. Korelasi N SPTɣ dengan untuk Tanah Pasir
Tabel 4. 3. Rekapitulasi Data Tanah
36
Gambar 4. 1. Turap U-400
Gambar 4. 2. Turap U-500
37
Gambar 4. 3. Turap U-600
Gambar 4. 4. Turap U-750
38
4.2.2. Soldier Pile
Perencanaan Soldier Pile memakai dari hasil analisa
stabilitas dan material. Ukuran Soldier Pile adalah 100 cm dengan
cover (selimut beton) 8 cm. Tulangan menggunakan D22
berjumlah 12. Preliminary Design dari Soldier Pile dapat dilihat
pada Gambar 4.6 di bawah ini.
4.2.3. Bronjong
Perencanaan Bronjong memakai dari hasil analisa
stabilitas dan material. Ukuran bronjong adalah 2m x 1m x 0.5 m
setara milik PT SMS Brojong Groups. Kawat anyaman
menggunakan diameter 3 mm dan kawat sisi menggunakan
b h t s cm2/m kg/m cm4/m cm3/m cm3/m cm3/m
400 290 13 9.4 197 62 22580 1560 885 1815
400 292 15 9.7 221 69.3 26090 1785 1015 2080
500 340 9 8.5 144 56.6 19640 1155 680 1390
500 340 10 9 155 60.8 21390 1260 740 1515
600 360 9.8 9 140 66.1 21600 1200 715 1457
600 360 10 10 148 69.6 22580 1255 755 1535
750 444 10 9.1 165 96.9 44440 2000 1157 2339
750 445 12 10 169 99.7 46180 2075 1200 2423
Plastic Section
Modulus
Static
Moment
Section
Modulus
Moment
of inertiaWeight
Sectional
Area
Standard Dimension
(mm)
Gambar 4. 6. Preliminary Design Soldier Pile
Tabel 4. 4. Spesifikasi Turap
39
diameter 4 mm. Preliminary Designdari Bronjongseperti Gambar
4.7 di bawah
4.2.4. Ground Anchor
Perencanaan Ground Anchor memakai dari hasil analisa
stabilitas dan material. Tendon yang dipakai pada angkur adalah
tendon tipe Strand ukuran 13 mm. Fixed Lengthharus memotong
bidang lengser dan ditanam minimal 3 m. Perencanaan kuat Tarik
angkur ditentukan dari kepadatan tanah pada lapisan tanah angkur
itu dipendam. Harga koefisien itu dapat dilihat pada Tabel 4.2 di
bawah. Preliminary Designdari Ground Anchor seperti Gambar
4.8 di bawah ini.
Gambar 4. 7. Spesifikasi Bronjong
Gambar 4. 8. Preliminary Design Ground Anchor
40
Fixed Length = 6 m
’v kedalaman 3 m = 99.469 kN/m2
As = 0.003534 m2
Ks = 1.5
P = v x FL x As x Ks
= 2.23204 kN
4.3. Data Talud pada STA yang Akan Dianalisa
STA dari perencanaan pada tugas akhir ini adalah STA
46+400 – 47+050. Analisa yang akan dilakukan pada tidak pada
semua STA dari perencanaan,namun dilihat dari ketinggian lereng
yang sudah dibagi menjadi 3 zona. 3 zona itu seperti yang
disebutkan pada bab metodologi yakni :
1. 1 – 3 m
2. 3 – 7 m
3. 7 – 13 m
Potongan Melintang jalan pada masing – masing STA dapat
dilihat pada Gambar 4.9 sampai dengan Gambar 4.14. Data
ketinggian lereng dan STA dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah.
Kanan Kiri Kanan Kiri
46+400 6 2 2 1
46+450 6.5 4 2 2
46+700 10 10 3 3
47+000 2.5 7 1 2
46+950 3 10 1 3
46+825 8 14 3 3
B-43
B-44
Titik STAH lereng (m) Zona
Tabel 4. 1 STA yang Akan Dianalisa
Tabel 4. 5. Koefisien Angkur Berdasarkan Kepadatan Tanah (Non
Kohesif)
Ket : STA yang bercetak kuning menjadi acuan dalam perencanaan
41
Gambar 4. 9. Melintang Jalan STA 46+400
Gambar 4. 10. Melintang Jalan STA 46+450
Gambar 4. 11. Melintang Jalan STA 46+700
42
Gambar 4. 12. Melintang Jalan STA 47+000
Gambar 4. 14. Melintang Jalan STA 46+950
Gambar 4. 13. Melintang Jalan STA 46+825
43
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Analisa Stabilitas Lereng
Analisa stabilitas lereng ini untuk mengetahui besar angka
keamanan dari lereng tersebut. Lereng yang akan dianalisa sesuai
dengan Tabel 4.6 pada Bab 4 di atas dengan program XSTABL.
Setelah dianalisa, didapatkan angka keamanan dari masing –
masing lereng. Apabila angka keamanan yang didapatkan kurang
dari 1 maka lereng tersebut dibutuhkan perkuatan.Tinggi lereng
yang lebih dari 7 meter maka harus dibuat cutslope. Analisa
stabilitas dicoba dengan 10 percobaan dan diambil nilai SF yang
terendah untuk dijadikan acuan perencanaan perkuatan. Pada
Gambar 5.1sampai Gambar 5.6 merupakan hasil analisa stabilitas
lereng.Rekapitulasihasil analisa dapat dilihat pada Tabel 5.1 di
bawah.
Mr R Md Mr rencana Δ MR Pdorong
kN-m m kN-m kN-m kN-m kN
46+400 2 0.379 41.05 20.2 108.3113 1.5 162.46702 121.417 6.010743
46+450 6.5 0.68 1629 14.72 2395.588 1.5 3593.3824 1964.382 133.4499
46+700 10 0.748 27710 282.3 37045.45 1.5 55568.182 27858.18 98.6829
47+000 7 0.56 3102 33.07 5539.286 1.5 8308.9286 5206.929 157.4517
46+950 3 2.661 2568 14.81 965.0507 1.5 1447.5761 -1120.42 -75.6532
46+825 14 0.653 32640 240.9 49984.69 1.5 74977.029 42337.03 175.7452
STAH lereng
(m)SF
SF
rencana
Tabel 5. 1. Rekapitulasi Analisa Lereng
44
Percobaan 1 : Hitam
Percobaan 2 : Hijau muda Percobaan 7 : Biru muda
Percobaan 3 : Merah Percobaan 8 : Kuning
Percobaan 4 : Biru Percobaan 9 : Biru dongker
Percobaan 5 : Magenta Percobaan 10 : Oranye
Percobaan 6 : Coklat
Gambar 5. 1. Hasil Analisa STA 46+400 (Kiri)
45
Gambar 5. 2. Hasil Analisa STA 46+450 (Kanan)
Percobaan 1 : Hitam
Percobaan 2 : Hijau muda Percobaan 7 : Biru muda
Percobaan 3 : Merah Percobaan 8 : Kuning
Percobaan 4 : Biru Percobaan 9 : Biru dongker
Percobaan 5 : Magenta Percobaan 10 : Oranye
Percobaan 6 : Coklat
46
Gambar 5. 3. Hasil Analisa STA 46+700 (Kanan)
Percobaan 1 : Hitam
Percobaan 2 : Hijau muda Percobaan 7 : Biru muda
Percobaan 3 : Merah Percobaan 8 : Kuning
Percobaan 4 : Biru Percobaan 9 : Biru dongker
Percobaan 5 : Magenta Percobaan 10 : Oranye
Percobaan 6 : Coklat
47
Percobaan 1 : Hitam
Percobaan 2 : Hijau muda Percobaan 7 : Biru muda
Percobaan 3 : Merah Percobaan 8 : Kuning
Percobaan 4 : Biru Percobaan 9 : Biru dongker
Percobaan 5 : Magenta Percobaan 10 : Oranye
Percobaan 6 : Coklat
Gambar 5. 4. Hasil Analisa STA 46+950 (Kanan)
48
Percobaan 1 : Hitam
Percobaan 2 : Hijau muda Percobaan 7 : Biru muda
Percobaan 3 : Merah Percobaan 8 : Kuning
Percobaan 4 : Biru Percobaan 9 : Biru dongker
Percobaan 5 : Magenta Percobaan 10 : Oranye
Percobaan 6 : Coklat
Gambar 5. 5. Hasil Analisa STA 47+000 (Kiri)
49
Percobaan 1 : Hitam
Percobaan 2 : Hijau muda Percobaan 7 : Biru muda
Percobaan 3 : Merah Percobaan 8 : Kuning
Percobaan 4 : Biru Percobaan 9 : Biru dongker
Percobaan 5 : Magenta Percobaan 10 : Oranye
Percobaan 6 : Coklat
Gambar 5. 6. Hasil Analisa STA 46+825 (Kiri)
50
Dari hasil analisa di atas,terdapat beberapa lereng yang SF
kurang dari 1 dan juga terdapat SF yang lebih dari 1. SF lebih dari
1 terdapat pada STA 47+000,46+950 dan SF kurang dari 1 terdapat
pada STA 46+400, 46+450, 46+700, dan 46+825. Hasil analisa di
atas menunjukkan bahwa lereng tersebut membutuhkan perkuatan
pada masing – masing zona. Masing – masing sona akan
direncanakan SF 1.5. Pada STA 46+950 SF eksisting adalah
2.832,sehingga tidak membutuhkan perkuatan karena SF eksisting
sudah melebihi SF rencana yaitu 1.5. Namun, untuk menambah
perkuatan dari lereng tersebut maka dilakukan perencanaan
perkuatan secara praktis.
Pada perencanaan perkuatan acuan momen untuk
menghitung perkuatan adalah Δ MR,yaitu selisih momen penahan
dari rencana dengan momen penahan eksisting. Tekanan aktif
didapat dengan cara membagi momen penahan eksisting dengan
radius kelongsoran dari lereng tersebut. dari hasil 4 alternatif
perencanaan yaitu Bronjong, Turap, Ground Anchor, dan Soldier
Pile harus direncanakan SF lebih dari 1.5.
5.2. Analisa Seepage
Analisa Seepage dilakukan untuk mengetahui arah aliran air
tanah atau flownet dari lereng tersebut. Analisa ini menggunakan
program bantu Geo-Seep/W dari GeoStudio. Analisa perlu
dilakukan karena muka air tanah pada lereng tersebut cukup tinggi.
Analisa stabilitas lereng dengan muka air tinggi dilakukan pada
salah satu STA yakni STA 47+000. Hasil analisa menunjukkan
bahwa nilai SF awal MAT -3m di bawah permukaan adalah 0.56
sedangkan hasil SF dengan MAT -1m adalah 0.233. Hal tersebut
menunjukkan bahwa daya dukung tanah pada lereng menurun
akibat MAT yang tinggi. Oleh karena itu,dibutuhkan analisa
seepage dan perencanaan subdrain agar air dapat keluar dari tubuh
lereng. Gambar hasil analisa stabilitas dapat dilihat pada Gambar
5.7 dan hasil dari analisa seepage seperti Gambar 5. di bawah ini.
51
Gambar 5. 8. Hasil Analisa Seepage
Dari hasil analisa seepage menggunakan Geo-Seep/W
tersebut didapatkan arah aliran air tanah seperti Gambar 5.7. Hasil
analisa seepage ini digunakan untuk merencanakan subdrain yang
akan dipasang pada lereng. Perencanaan subdrain akan dibahas
pada subbab berikutnya.
Gambar 5. 7. Hasil Analisa stabilitas lereng dengan
perbedaan MAT
52
5.3. Perencanaan Perkuatan Lereng
5.3.1. Perencanaan menggunakan Bronjong
Perencanaan Bronjong mengandalkan berat sendiri dari
Bronjong itu sendiri. Konsep dari perencanaan Bronjong disini
sama halnya seperti Gravity Wall. Beban yang akan dihitung dalam
perencanaan adalah beban tekanan tanah aktif dari lereng tersebut.
Terdapat 3 kontrol yang akan dicek,yakni kontrol guling,geser, dan
bearing capacity.Berikut perhitungan bronjong pada STA 46+450.
A. Hasil momen dan tekanan aktif pada lereng
Perhitungan momen dan tekanan aktif menggunakan hasil
analisa stablitas dari program XSTABL. Momen yang
digunakan dalam perencanaan adalah Δ MR dan tekanan (P)
aktif dari hasil analisa stabilitas lereng. Momen dan tekanan
aktif tiap STA dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah
B. Kontrol Momen Guling Bronjong
Kontrol momen guling didapatkan dengan cara
membandingkan momen penahan dari berat sendiri bronjong
dengan momen aktif sesuai tabel 5.2 di atas. Perencanaan
perkuatan harus mendapatkan SF lebih dari 1.5. Gambar
perencanan Bronjong dapat dilihat pada Gambar 5.8 di bawah.
Berat jenis batu kali = 22 kN/m3
Volume 1 Bronjong = 2m x 1m x 0.5 m
= 1 m3
Berat 1 Bronjong = 22 kN/m3 x 1m3
= 22 Kn
Δ MR Pdorong
kN-m kN
46+400 121.417 6.010743
46+450 1964.382 133.4499
46+700 27858.18 98.6829
47+000 5206.929 157.4517
46+950 -1120.42 -75.6532
46+825 42337.03 175.7452
STA
Tabel 5. 2. Momen Dan Tekanan Aktif
53
Gambar 5. 9. Perencanaan Bronjong
Momen dihitung terhadap titik O yang terletak di dasar
lereng. Pada gambar tersebut terdapat 2 Bronjong disetiap
barisnya. Maka, berat pada tiap baris harus dikalikan 2. Dengan
bantuan Autocad, didapat lengan momen pada tiap baris Bronjong.
Lengan momen dikalikan dengan berat akan mendapatkan momen
penahan akibat Bronjong. Rekapitulasi hasil perhitungan momen
dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah.
Lengan baris 1 = 1.77 m
Berat Bronjong = 22 kN x 2
= 44 kN
Momen = 44 kN x 1.77 m
= 77.88 kN-m
No Tinggi (m) Berat (kN) Lengan (m) Momen (kN-M)
1 0.5 44 1.77 77.88
2 1 44 2.54 111.76
3 1.5 44 3.31 145.64
4 2 44 4.08 179.52
5 2.5 44 4.85 213.4
6 3 44 5.62 247.28
7 3.5 44 6.39 281.16
8 4 44 7.16 315.04
9 4.5 44 7.93 348.92
10 5 44 8.7 382.8
11 5.5 44 9.47 416.68
12 6 44 10.24 450.56
13 6.5 44 11.01 484.44
Total 572 3655.08
Tabel 5. 3. Rekapitulasi Perhitungan Momen Thdp Titik O
54
∑Mr Bronjong = 3655.08 kNm
∑Md = 1964.38 kNm
SF = ∑𝑀𝑟 𝐵𝑟𝑜𝑛𝑗𝑜𝑛𝑔
∑𝑀𝑑
SF =3655.08
1964.38
SF = 1.860
Dari hasil rekapitulasi di atas,didapatkan jumlah momen
penahan 3655.08 kNm dan berat total Bronjong adalah 572 kN.
Momen dorong yang terjadi adalah 1964.38 kNm. SF yang
didapat sebesar 1.860, maka perencanaan tersebut sudah
memenuhi persyaratan.
C. Kontrol Geser Bronjong
Kontrol geser Bronjong didapatkan dengan cara
membandingkan berat total Bronjong dengan tekanan aktif
yang terjadi pada lereng tersebut. Berat total Bronjong dapat
dilihat pada tabel 5.3 sebesar 572 kN. Tekanan aktif akibat
lereng dapat dilihat pada tabel 5.2 sebesar 133.45 kN. SF yang
dihasilkan harus lebih dari 1.5.
∑Berat Bronjong = 572 kN
∑Paktif = 133.45 kN
SF = ∑Berat Bronjong
∑Paktif
SF =572
133.45
SF = 4.28
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan SF sebesar 4.28.
Maka dapat disimpulkan bahwa kontrol geser dari Bronjong
mmemenuhi syarat.
D. Kontrol Bearing Capacity Bronjong
Kontrol Bearing Capacity Bronjong didapatkan dengan cara
membandingkan kemampuan tanah dasar dengan berat total
Bronjong per satuan luas. Perhitungan kemampuan tanah dasar
(Qult) menggunakan teori bearing capacity dari pondasi
55
dangkal. Nilai bearing capacity hanya memperhitungkan daya
dukung akibat lebar Bronjong (B). Daya dukung akibat kohesi
tanah diabaikan karena tanah dasar adalah pasir yang tidak
mempunyai kohesi dan kedalaman pondasi diabaikan karena
Bronjong tidak masuk kedalam tanah dasar.
Berat Jenis Tanah’) = 9.86 kN/m3
Lebar Bronjong (B) = 1 m
Panjang Bronjong (P) = 2 m
Sudut Geser tanah (ɸ’) = 26.67
N
Qult = ½ x B x ’ x N
Qult = ½ x 1 x 9.86kN/m3 x 13.04
= 64.302 kN/m2
Berat Total Bronjong = 572 kN
Luasan dari Bronjong = Panjang Horizontal lereng x P
Bronjong
Luasan dari Bronjong = 10 m x 2 m
= 20 m2
Qmax = 572 𝑘𝑁
20 𝑚2
Qmax = 28.6 kN/m2
SF = Qult
Qmax
SF = 64.302
28.6
SF = 2.24
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan SF sebesar 2.24
Maka dapat disimpulkan bahwa kontrol Bearing Capacity dari
Bronjong mmemenuhi syarat.
E. Rekapitulasi hasil perhitungan
Rekapitulasi hasil perhitungan didapatkan dari masing –
masing kontrol yaitu kontrol Momen,Geser, dan Bearing
Capacity. Rekapitulasi kontrol momen dapat dilihat pada tabel
5.4, kontrol geser pada tabel 5.5, dan kontrol bearing capacity
pada tabel 5.6. Dari 3 tabel tersebut akan diambil beberapa
56
keputusan sementara STA yang akan menggunakan perkuatan
Bronjong.
Qult Qmax
kN/m2 kN/m2
46+400 421.0812 14.66667 28.71008 ok
46+450 64.30233 28.6 2.248333 ok
46+700 106.6105 77.64706 1.373014 not oke
47+000 1045.335 8.380952 124.7274 ok
46+950 176.7106 14.66667 12.04845 ok
46+825 106.6105 79.65517 1.3384 not oke
STA
SF
Bearing
Capacity
Ket
Δ MR ∑Mr
kN-m kN-m
46+400 121.417018 209 1.7213402 ok
46+450 1964.38235 3655.08 1.8606765 ok
46+700 27858.1818 16291.44 0.5847991 not oke
47+000 5206.92857 4081 0.7837634 not oke
46+950 -1120.4239 412.5 -0.368164 ok
46+825 42337.0291 30039.24 0.7095264 not oke
STA SF momen Ket
P DorongBerat
Bronjong
kN kN
46+400 6.010743 88 14.6404517 ok
46+450 133.4499 572 4.28625313 ok
46+700 98.6829 2640 26.7523561 ok
47+000 157.4517 176 1.11780293 not oke
46+950 -75.6532 132 -1.7448039 ok
46+825 175.7452 3696 21.0304412 ok
STA KetSF geser
Tabel 5. 6. Hasil Kontrol Momen Guling
Tabel 5. 5. Hasil Kontrol Geser
Tabel 5. 4. Hasil Kontrol Bearing Capacity
57
Dari hasil rekpitulasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
STA yang dapat dilakukan perkuatan Bronjong adalah STA
46+400,46+450,46+950, dan 47+000. Pada STA 46+950 akan
dilakukan perencanaan secara praktis. Pada STA 46+700 dan
46+825 tidak dapat direncanakan karena momen terlalu besar dan
membutuhkan banyak Bronjong,sehingga STA 46+700 dan
46+825 akan direncanakan menggunakan Ground Anchor atau
Soldier Pile.
5.3.2 Perencanaan menggunakan Turap
Perencanaan Turap terdapat beberapa komponen yang harus
diperhitungkan. Perhitungan Turap meliputi kedalaman Turap
dibagian layer tanah paling bawah dan kontrol momen yang terjadi.
Momen aktif yang bekerja didapat perhitungan tekanan aktif –
pasif. Kedalaman Turap dibagian layer paling bawah direncanakan
2 kondisi yaitu apabila terdapat angkur atau tidak terdapat angkur.
Berikut contoh perhitungan Turap pada STA 46+450.
A. Tegangan Horizontal yang terjadi
Tegangan horizontal meliputi tegangan tanah aktif dan
tegangan tanah pasif. Tegangan Tanah aktif adalah tegangan
yang mendorong Turap dan tegangan tanah pasif adalah
tegangan yang menahan Turap. Tinggi layer bagian paling
bawah akan menjadi nilai D0. Angkur akan direncanakan pada
2 meter di bawah permukaan tanah. Pembagian layer tanah
tersebut dapat dilihat Gambar 5.9 di bawah.
58
Dari pembagian layer di atas maka dapat dihitung tegangan
horizontal yang terjadi. Permukaan air terdapat pada 2 meter dari
atas permukaan tanah. Sehingga untuk layer di bawah 2 meter berat
jenis tanah harus dikurangi dengan berat jenis air. Layer tanah pasif
terdapat pada kedalaman 6.5m karena tinggi lereng pada STA
tersebut adalah 6.5m. Berikut contoh perhitungan tegangan tanah
aktif pada layer 1. Perhitungan tegangan tanah pasif sama dengan
tegangan tanah aktif namun harga Ka diganti dengan Kp dengan
nilai tan2 (45+ɸ/2). Hasil perhittungan Tegangan tanah aktif dapat
dilihat pada tabel 5.7 dan tegangan tanah pasif pada tabel 5.8
Berat Jenis Tanah’ = 17.62 kN/m3
Tinggi layer = 1.5 m
v = 17.62 kN/m3 x 1.5 m
v = 26.4297 kN/m2
Sudut Geser tanah (ɸ) = 31o
Ka = tan2 (45-ɸ/2)
= tan2(45-31/2)
Ka = 0.5657
h = v x ka
= 26.4297 kN/m2 x 0.5657
= 14.953 kN/m2
Gambar 5. 10. Pembagian Layer Tanah
ɣ' (kn/m3) = 17.6198 ɸ' = 31
ɣ' (kn/m3) = 19.86232 ɸ' = 37 0.5
ɣ' (kn/m3) = 9.86232 ɸ' = 37
ɣ' (kn/m3) = 10.8234 ɸ' = 30.09
ɣ' (kn/m3) = 10.8234 ɸ' = 31.86
1.5
4.5
6.5
D0 D0
6.5
T
O
Layer 1
Layer 2
Layer 3
Layer 4
Layer 5
59
B. Tekanan Tanah yang terjadi
Tekanan tanah didapat dari hasil tegangan horizontal aktif
maupun pasif. Selain tanah juga memperhitungkan tekanan
akibat air karena air juga memberikan gaya pada Turap yang
direncanakan. Dari tegangan tanah di atas maka didapatkan
gambar diagram tegangan seperti Gambar 5.10 di bawah ini.
ɣ (kn/m3) ɣ' (kn/m3) ɸ ɸ' ka
a 0.565773
b 0.498582
a 0.498582
b 0.616769
a 0.616769
b 0.576304
a 0.576304
b 0.555907
20.8234 10.8234 43 31.86 10.8234 . D0 + 151.093 0.555907 6.016807 . D0 + 83.994
30.09
13.17736233
14.9532048
151.0934
80.7413
36.36086
26.4297
83.99391681
87.07566221
46.5314975
49.79873321
22.42625232
18.1288560537
379.8623219.86232
3719.8623219.86232
3117.619817.6198
4110.823420.8234
Depth (m)
26.67
D0
13
6.5
2
1.5 31
v' (kn/m2) h' (kn/m2)
ɣ (kn/m3) ɣ' (kn/m3) ɸ ɸ' kp
a
b
a
b
a
b
a 1.735197
b 1.798861
20.8234 10.8234 43 31.86 10.8234 . D0 + 70.3521 1.798861 19.47 . D0 + 126.5537
126.553664730.09
122.0747304
0
0
0
0
017.6198
19.86232
0
0
0
70.3521
17.619817.6198
19.86232 19.86232 19.86232
17.6198
10.8234 10.8234
26.679.862329.86232
13
6.5
2
1.5
D0
20.8234
19.86232
Depth (m) v' (kn/m2) h' (kn/m2)
Tabel 5. 7. Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Aktif
Tabel 5. 8. Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Pasif
60
Dari gambar diagram tegangan tanah di atas,maka dapat
dihitung tekanan tanah yang terjadi. Tekanan tanah didapatkan
dengan cara menghitung luasan pada tiap masing – masing luasan
yang sudah diberikan nomor. Hasil perhitungan tekanan tanah
dapat dilihat pada Tabel 5.9 di bawah. Contoh perhitungan tekanan
pada luasan 1 seperti berikut.
h = 14.953 kN/m2
Tinggi layer (h) = 1.5 m
Tekanan = (h x h)/2
Tekanan = (14.953 kN/m2 x 1.5 m)/2
Tekanan = 11.2149 kN/m
Gambar 5. 11. Diagram Tegangan
61
C. Momen Terhadap titik O/T
Momen didapatkan dengan cara mengalikan tekanan dengan
lengan momen. Titik O terdapat di paling ujung bagian bawah
turap. Untuk tekanan pasif momen diberikan tanda minus (-)
agar terjadi selisih akibat momen aktif (dorong) dan momen
pasif (penahan). Titik T adalah titik angkur dipasang. Pada STA
ini dipasang angkur sedalam 2 meter dari permukaan atas tanah.
Hasil perhitungan momen terhadap titik O dapat dilihat pada
Tabel 5.10 dan momen terhadap titik T pada Tabel 5.11 di
bawah ini. Berikut contoh perhitungan momen
P1 = 11.214 kN/M
Lengan momen = (12 + D0) m
Momen = P1 x lengan momen
Momen = 11.214 kN/m x (12 + D0) m
Momen = (134.578 + 11.214 D0) kN
Momen dalam 1 meter = (134.578 + 11.214 D0) kN m
Nama
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
Tekanan
126.5536647
9.734897286
131.7685353
302.4547338
61.588082
100.9181354
1.237873431
6.588681163
11.2149036
. D0^2
. D0
. D0^2
. D0
396.7428737
83.99391681
3.008403276
Tabel 5. 9. Hasil Perhitungan Tekanan
62
D. Mencari D0 dan panjang total terhadap titik O/T
Dari hasil perhitungan momen akan didapatkan persamaan
pangkat tiga dengan menjumlahkan semua momen yang terjadi
baik aktif maupun pasif. D0 merupakan akar pangkat tiga dari
persamaan tersebut. Panjang total merupakan penjumlahan dari
setiap tinggi layer tanah dengan D0. Berikut hasil perhitungan
D0 dan panjang terhadap titik O dan T pada Tabel 5.12 di
bawah.
Nama
P1 12 + D0 11.2149 . D0 + 134.5788432
P2 11.25 + D0 6.588681 . D0 + 74.12266309
P3 11.167 + D0 1.237873 . D0 + 13.82291998
P4 8.75 + D0 100.9181 . D0 + 883.0336851
P5 8 + D0 61.58808 . D0 + 492.704656
P6 3.25 + D0 302.4547 . D0 + 982.9778848
P7 2.1667 + D0 131.7685 . D0 + 285.4984931
P8 0.5 . D0 . D0^2
P9 0.3333 . D0 . D0^3
P10 2.1667 + D0 -396.743 . D0 + -859.6095597
P11 0.5 . D0 . D0^2
P12 0.3333 . D0 -3.24497 . D0^3
1.002801092
-63.27683236
Tekanan
126.5536647
9.734897286
131.7685353
302.4547338
Momen titik OLengan titik O
61.588082
100.9181354
1.237873431
6.588681163
11.2149036
. D0^2
. D0
. D0^2
. D0
396.7428737
83.99391681
3.008403276
41.99695841
Nama
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8 0.5 . D0 + 11 41.99696 . D0^2 + 923.933085 . D0
P9 0.6667 . D0 + 11 2.005602 . D0^3 + 33.092436 . D0^2
P10
P11 0.5 . D0 + 11 -63.2768 . D0^2 + -1392.0903 . D0
P12 0.6667 . D0 + 11 -6.48993 . D0^3 + -107.08387
Momen titik T
1163.955395
2344.024187
184.764246
227.0658047
0.206312238
1.647170291
11.2149036
-3504.562051
Lengan titik T
8.833333333
7.75
3
2.25
0.166666667
0.25
1
8.833333333
Tekanan
126.5536647
9.734897286
131.7685353
302.4547338
61.588082
100.9181354
1.237873431
6.588681163
11.2149036
. D0^2
. D0
. D0^2
. D0
396.7428737
83.99391681
3.008403276
Tabel 5. 10. Hasil Perhitungan Momen Thdp Titik O
Tabel 5. 11. Hasil Perhitungan Momen Thdp Titik T
63
E. Mencari SF akibat momen
Momen akibat longsor didapatkan dari hasil anaisa stabilitas
lereng. Momen longsor tersebut akan ditahan oleh momen
crack dari bahan. Bahan yang digunakan adalah Turap Beton
W-500 dengan momen crack sebesar 40.40 tm atau 404 kNm.
Apabila terdapat SF yang kurang dari 1.5,maka turap
dikombinasikan dengan Ground Anchor untuk menambah daya
dukung Turap tersebut. Hasil perhitungan SF dapat dilihat pada
Tabel 5.13 di bawah. Contoh perhitungan SF seperti di bawah
ini.
∑Md = 1307.781 kNm
Mcr bahan = 404 kNm
SF = Mcr bahan
∑Md
SF = 0.2057
O T O T
46+400 0.5 0.01 13.5 13.01
46+450 9.8 2.3 22.8 15.3
46+700 20.4 16.5 33.4 27.5
47+000 12.1 2.5 23.9 14.3
46+950 1 0.5 12.8 12.3
46+825 26.5 26.5 38.3 18.1
STAD0 (m) L total (m)
Tabel 5. 12. Hasil Perhitungan D0 Dan L Total
64
Tabel 5. 13. Hasil Perhitungan SF Kontrol Momen
F. Kesimpulan sementara dari hasil perhitungan
Pada hasil perhitungan di atas terdapat beberapa STA yang
belum memenuhi syarat yaitu STA 46+450, 46+700, 46+825,
46+950 dan 47+000. Oleh karena itu,dibutuhkan alternatif
perencanaan berupa Soldier Pile dan Ground Anchor.
Perencanaan Ground Anchor akan dikombinasikan dengan
Turap untuk menghasilkan daya dukung yang lebih. Pada STA
46+500 memiliki panjang total kebutuhan Turap 15.3 m dan
STA 47+000 memiliki panjang total 15.7 m. Tetapi,pada STA
tersebut juga direkomendasikan untuk memakai perkuatan
Soldier Pile karena pelaksanaan dan kebutuhan Section
Modulus yang sangat besar. Pada STA 46+700 dan STA
46+825 memiliki panjang total kebutuhan Turap 27.5 m dan
22.4 m,sehingga harus direncanakan menggunakan Soldier Pile
5.3.3 Perencanaan menggunakan Ground Anchor
Ground Anchor adalah angkur yang dipasang untuk
menambah daya dukung dari suatu kontruksi penahan tanah.
Perencanaan ini akan dikombinasikan dengan perencanaan Turap
yang sudah dihitung pada subbab 5.3.2 di atas. Angkur ditanam
pada kedalaman 2 meter dari atas permukaan tanah pada STA
46+400,46+450, dan STA 46+700. Sedangkan pada STA
46+825,STA 46+950 dan STA 47+000 angkur ditanam pada
kedalaman 3 meter. Perencanaan Ground Anchor meliputi 2 hal
yaitu luasan stranddan panjang strand yang akan dipasang
Do bahan
m kN-m kgcm kg/cm2 Kebutuhan Bahan
46+400 2 0.5 -1458.39 -14583851 1600 -9114.9069 2270 -0.249 ok
46+450 6.5 9.8 2417.77 24177705 1600 15111.0655 2270 0.15022 not ok
46+700 10 20.4 7189.609 71896094 1600 44935.0586 2270 0.05052 not ok
47+000 7 12.1 2760.934 27609338 1600 17255.836 2270 0.13155 not ok
46+950 3 1 933.7885 9337885 1600 5836.17815 2270 0.38895 not ok
46+825 14 26.5 10606.84 106068414 1600 66292.7587 2270 0.03424 not ok
SF KetSTA
H
lereng
(m)
Mmax Section Modulus (cm3)
65
dibelakang bidang longsor. Berikut perhitungan Ground Anchor
pada STA 46+450.
A. Hasil momen dan tekanan aktif yang bekerja
Perhitungan momen dan tekanan aktif yang bekerja pada
Ground Anchor didapat dari hasil analisa stabilitas lereng
menggunakan program XSTABL. Momen yang digunakan
dalam perencanaan adalah Δ MR dan tekanan (P) aktif dari hasil
analisa stabilitas lereng. Momen dan tekanan aktif tiap STA
dapat dilihat pada Tabel 5.14 di bawah ini.
Tabel 5. 14. Momen Dan Tekanan Aktif Yang Bekerja
B. Luasan Strand yang dibutuhkan
Pada perhitungan ini,luasan Strand yang dibutuhkan harus
kuat menahan gaya dorong dari bidang longsor yang sudah
dianalisa besaran bidang longsornya. Luasan yang idbutuhkan
dengan cara membandingkan gaya dorong yang terjadi dengan
kekuatan atau tegangan ijin bahan. Panjang Strand
direncanakan sepanjang bidang longsor yang terjadi. Hasil
Perhitungan Luasan dapat dilihat pada Tabel 5.15 di bawah.
Berikut contoh perhitungan pada STA 46+450.
Gaya dorong = 133.449 kN
Tegangan Ijin Bahan = 1650 Mpa
= 165 kN/cm2
Δ MR Pdorong
kN-m kN
46+400 121.417 6.010743
46+450 1964.382 133.4499
46+700 27858.18 98.6829
47+000 5206.929 157.4517
46+950 -1120.42 -75.6532
46+825 42337.03 175.7452
STA
66
Luasan strand (A) = Gaya dorong
Tegangan Ijin Bahan
Luasan strand (A) = 133.449 𝑘𝑁
165 kN/cm2
Luasan Strand (A) = 0.809 cm2
= 80.9 mm2
Tabel 5. 15. Tabel 5. 15 Hasil Perhitungan Luasan Strand
C. Panjang Strand dibelakang bidang longsor
Pada perhitungan ini,panjang Strandharus kuat menahan
gaya tarik akibat gaya dorong dari bidang longsor. Panjang
Stranddikontrol dengan gaya tarik yang terjadi. Apabila gaya
tarik yang terjadi masih kurang,maka panjang Strand dapat di
ditambah untuk memenuhi daya dukung yang sudah
direncanakan. Hasil panjang Strand yang dibutuhkan dapat
dilihat pada Tabel 5.16 di bawah. Berikut perhitungan panjang
Strand .
Faktor tanah (Ks) = 1.5
Berat Jenis Tanah) = 19.86 kN/m3
Sudut Geser tanah (ɸ) = 38o
Ketinggian (h) = 2m
Panjang Strand(Ls) = 22 m
v = ’ x h
= 19.86 kN/m3 x 2m
= 39.724 kN/m2
P
dorong bahan
kN kN/cm2 cm2 mm2 mm2 m2
46+400 2 6.01074 165 0.036 3.642875 980 0.00098
46+450 6.5 133.45 165 0.809 80.87872 980 0.00098
46+700 10 98.6829 165 0.598 59.80782 980 0.00098
47+000 7 157.452 165 0.954 95.42529 980 0.00098
46+950 3 -75.6532 165 -0.46 -45.8504 980 0.00098
46+825 14 175.745 165 1.065 106.5123 980 0.00098
A butuh A BahanH
lereng
(m)
STA
67
Tegangan Geser () = v x tan ɸ
= 39.72 kN/m2 x tan 38o
= 31.036 kN/m2
Jari jari Strand (a) = 0.12 m (direncanakan)
= 12 cm
Gaya tarik (P) = x 2 πax Ks x Ls
= 31.036 kN/m2 x 2π 0.12m2
x 1.5 x 6 m
= 210.607 kN
Tabel 5. 16. Hasil Perhitungan Panjang Strand
D. Kontrol SF yang terjadi
Kontrol SF dilakukan dengan cara membandingkan P hasil
perhitungan dengan P dari gaya dorong yang terjadi pada
bidang longsor. Hasil perhitungan SF dapat dilihat pada Tabel
5.17 di bawah. Berikut perhitungan SF dari STA 46+450.
Gaya Dorong = 133.449 kN
Gaya Tarik = 201.607kN
SF = Gaya Tarik
Gaya Dorong
SF = 210.607
133.49
SF = 1.578
Ls r P
m m kN
46+400 2 2 0.02 11.7
46+450 6.5 6 0.12 210.6
46+700 10 4.5 0.12 158
47+000 7 6.5 0.12 247.2
46+950 3 1 0.02 8.195
46+825 14 7 0.12 266.2
H
lereng
(m)
STA
68
Tabel 5. 17. Hasil Perhitungan SF
Keterangan : r = Jari – jari Grouting (m)
Ls = Fixed Lenght (m)
P = Kuat tarik Ground Anchor (kN)
E. Kesimpulan sementara dari hasil perhitungan
Pada hasil perhitungan di atas semua dapat direncanakan
menggunakan Ground Anchor. Namun, pada perhitungan
Turap di atas pada Bab 5.3.2 dinyatakan bahwa STA 46+700
dan STA 46+825 tidak bisa dilaksanakan karena panjang total
Turap yang melebihi panjang dari profil Turap yang akan
dipasang. Perencanaan ini tidak di rekomendasikan pada STA
46+450 dan STA 47+000 karena kebutuhan Turap yang belum
cukup,sehingga dibutuhkan perencanaan Soldier Pile. Selain
itu,konstruksi menggunakan Soldier Pile lebih mudah
dilaksanakan dibandingkan dengan kombinasi Turap dengan
Ground Anchor
5.3.4 Perencanaan Menggunakan Soldier Pile
Perencanaan perkuatan menggunakan Soldier Pile
merupakan alternatif perkuatan terakhir pada Tugas Akhir ini.
Soldier Pile harus kuat menahan momen yang terjadi akibat
kelongsoran dan gaya aksial dari berat sendiri Soldier Pile. di
bawah bidang longsor agar Soldier Pile dapat berdiri. Perencanaan
Soldier Pile ini meliputi diameter tiang yang akan digunakan,
tulangan yang akan dipasang, dan panjang tiang di bawah bidang
longsor (D0). Berikut perhitungan dari Soldier Pile.
Ls r P
m m kN
46+400 2 2 0.02 11.7 1.946582 ok
46+450 6.5 6 0.12 210.6 1.578175 ok
46+700 10 4.5 0.12 158 1.600637 ok
47+000 7 6.5 0.12 247.2 1.5702 ok
46+950 3 1 0.02 8.195 -0.10832 ok
46+825 14 7 0.12 266.2 1.514969 ok
KetSF
H
lereng
(m)
STA
69
A. Panjang tiang di bawah bidang longsor (D0)
Panjang tiang di bawah bidang longsor pada perencanaan
Soldier Pile ini menggunakan D0 dari perencanaan Turap. D0
yang akan direncanakan adalah D0 tanpa menggunakan
angkur,karena pada perencanaan Soldier Pile ini tidak
dikombinasikan dengan angkur. Berikut hasil perhitungan
panjang tiang di bawah bidang longsor (D0)
Tabel 5. 18. Hasil Perhitungan D0
B. Perhitungan Momen dan Gaya Aksial
Perhitungan momen yang bekerja pada Soldier Pile didapat
dari hasil analisa stabilitas lereng menggunakan program
XSTABL. Momen yang digunakan dalam perencanaan adalah
Δ MR yang merupakan hasil kali dari P dorong dengan D0.
Kebutuhan momen yang bekerja akan dipengaruhi oleh banyak
tiang yang akan dipasang. Sehingga kebutuhan momen harus
dibagi sebanyak tiang yang akan direncanakan untuk
mendapatkan momen yang bekerja dalam 1 tiang. Gaya tekan
aksial yang bekerja pada Soldier Pile didapat dari berat sendiri
Soldier Pile. Sehingga dimensi Soldier Pile yang menentukan
gaya aksial yang bekerja. Berikut hasil momen yang bekerja
dan gaya aksial pada Tabel 5.19. Perhitungan gaya aksial pada
STA 46+825 dapat dilihat di bawah ini
Berat jenis beton = 24 kN/m3
D0 L tot
m m
46+400 2 0.5 13.5
46+450 6.5 9.8 22.8
46+700 10 20.4 33.4
47+000 7 12.1 23.9
46+950 3 1 12.8
46+825 14 26.5 38.3
H lereng
(m)STA
70
Diameter tiang = 1000 mm
= 1 m
Panjang total tiang = 45.3 m
Gaya Aksial = Berat jenis beton x Luas tiang
x Panjang total tiang
Gaya Aksial = 24 kN/m3 x 0.25 x π (1m)2 x
45.3 m
Gaya Aksial = 853.88 kN
C. Perhitungan perencanaan perkuatan
Perencanaan perkuatan Soldier Pile menggunakan program
bantu SP Coloumn untuk mengetahui kapasitas 1 Soldier Pile 1
tiang di analisa apakah diameter dan kebutuhan tulangan sudah
cukup menahan momen dan gaya aksial yang bekerja. Pada
perencanaan ini diameter tiang maksimal adalah 1
meter,sehingga apabila dengan diameter tersebut masih tidak
cukup untuk menerima momen yang bekerja,maka jumlah
Soldier Pile harus ditambah agar momen yang diterima 1 tiang
berkurang. Hasil perhitungan perencanaan Soldier Pile dapat
dilihat pada Tabel 5.20 dan hasil analisa menggunakan SP
Coloumn dapat dilihat pada Gambar 5.11 di bawah ini.
D0 X0 L tot D pile P Dorong MR butuh P Aksial
m m m m kN kN-m kN
46+400 2 0.5 9.87 13.5 0.4 6.010743 59.326038 40.71504
46+450 6.5 9.8 8.55 22.8 0.8 133.4499 1140.9965 275.0527
46+700 10 20.4 23.4 33.4 0.9 98.6829 2309.1798 509.9559
47+000 7 12.1 16.9 23.9 1 157.4517 2660.9342 450.5044
46+950 3 1 9.8 12.8 0.6 -75.6532 -741.4014 86.85875
46+825 14 26.5 24.3 38.3 1.1 175.7452 4270.6094 873.545
H
lereng STA
Tabel 5. 19. Hasil Perhitungan Momen Dan Gaya Aksial
71
Gambar 5. 12. Hasil Perhitungan Menggunakan SP Coloumn
Hasil di atas merupakan hasil dari analisa menggunakan
SP Coloumn. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Soldier Pile
dengan dimensi dan penulangan sudah cukup untuk menerima
momen yang dibutuhkan. Apabila hasil dari SP Coloumn tidak
memenuhi SF yang di butuhkan, maka Soldier Pile harus di
desain ulang meliputi dimensi dan tulangan.
Tabel 5. 20. Hasil Perhitungan Perencanaan Soldier Pile
D. Perhitungan SF dan Defleksi Soldier Pile
Perhitungan SF dengan membandingkan momen yang
bekerja pada 1 tiang dengan momen maksimum yang dapat
diterima 1 tiang. SF yang dihasilkan minimal 1.5. Defleksi pada
Momen
1 pileP Aksial
Mcr
Bahan
Pmax
bahan
kN-m kN N d (mm)kN-m kN
46+400 2 1 59.326 40.715 7 16 129 568
46+450 6.5 2 570.498 275.05 20 19 1185 8857
46+700 10 2 1154.59 509.96 19 22 1840 3501
47+000 7 2 1330.47 450.5 21 22 2304 4709
46+950 3 1 -741.4 86.859 12 19 495 5000
46+825 14 2 2135.3 873.54 22 25 3237 4256
STA
H
lereng
(m)
Jumlah
Soldier
Pile
Tulangan
72
tiang didapatkan dengan program bantu SAP2000. Hasil
perhitungan SF dan defleksi dapat dilihat pada Tabel 5.21 di
bawah.
Tabel 5. 21. Hasil Perhitungan SF dan Defleksi
E. Kesimpulan sementara dari perencanaan Soldier Pile
Dari hasil perhitungan di atas,didapatkan bahwa semua STA
dapat direncanakan menggunakan Soldier Pile karena SF yang
dihasilkan lebih dari 1.5. Panjang tiang yang diperlukan tidak
menjadi masalah karena Soldier Pile dapat menjangkau
kedalaman sesuai kebutuhan. Sehingga perencanaan ini cocok
untuk digunakan pada STA 46+700 dan 46+825 yang
membutuhkan kedalaman yang cukup.
5.3.5 Perencanaan Subdrain
Perencanaan Subdrain digunakan untuk mengalirkan air
tanah pada lereng. Pada analisa seepage Subbab 5.2 di atas
menunjukkan bahwa ketika MAT air pada lereng sangat tinggi
akan mengakibatkan penurunan SF yang sangat besar. Oleh karena
itu, perlunya sistem subdrain untuk mengalirkan air tanah dan
membuang ke drainase disebelah kanan dan kiri jalan tol. Pada
Tugas Akhir ini, perencanaan Subdrain direncankaan secara
praktis.
Subdrain hanya dipasang pada perkuatan yang memakai
Soldier Pile. Filter pada Subdrain menggunakan Geotextille Non –
Wooven dan diisi dengan kerikil tertahan pada ayakan #4. Gambar
46+400 2 2.174 ok
46+450 6.5 2.077 ok 0.0022
46+700 10 1.594 ok 0.0187
47+000 7 1.732 ok 0.0312
46+950 3 -0.668 ok
46+825 14 1.516 ok 0.07237
Defleksi
(m)KetSF
H lereng
(m)STA
73
5.12 merupakan perencanaan Subdrain pada perkuatan Soldier
Pile .
Gambar 5. 13. Perencanaan Subdrain Pada Perkuatan Soldier
Pile
Gambar 5. 14. Detail Subdrain
74
5.3.6 Pengambilan Kesimpulan Perkuatan
Pengambilan keputusan perkuatan dilakukan untuk
menentukan alternatif perkuatan yang akan dipasang pada masing
– masing zona. 4 alternatif perkuatan telah direncanakan dan
mendapatkan beberapa kesimpulan sementara pada bagian akhir
tiap perhitungan perencanaan perkuatan. Dari beberapa
kesimpulan sementara tersebut akan diambil kesimpulan akhir.
Hasil keputusan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.22 di bawah
ini.
Tabel 5. 22. Tabel 5. 22 Rekapitulasi Perencanaan Perkuatan
5.4 Analisa Biaya Material
Perhitungan biaya material merupakan biaya total yang akan
dikeluarkan dengan perencanaan perkuatan seperti pada Tabel 5.22
di atas. Analisa biaya material akan dihitung per 50 meter pada arah
memanjang STA. Hal ini dikarenakan tinggi tebing yang sangat
berbeda – beda sehingga harus menggunakan perkuatan yang
berbeda juga sesuai dengan zona ketinggian yang sudah
direncanakan.
5.4.1 Biaya Material menggunakan Bronjong
Biaya material Bronjong yang harus dikeluarkan dapat
dihhitung dengan cara mengalikan volume Bronjong dengan harga
satuan Bronjong yang sudah siap pakai. Harga satuan Bronjong
adalah Rp. 150.000. Volume yang dihitung sesuai dengan
46+400 2 1
46+450 6.5 2
46+700 10 3
47+000 7 1
46+950 3 2
46+825 14 3
STAH lereng
(m)Perencanaan
Soldier Pile + Subdrain
Bronjong
Soldier Pile + Subdrain
Bronjong
Zona
Soldier Pile + Subdrain
Soldier Pile + Subdrain
75
kebutuhan dilapangan sesuai dengan tinggi lereng eksisting. Hasil
perhitungan analisa biaya dapat dilihat pada Tabel 5.23 di bawah
Volume = L x T x 50 m
Volume = 1 m x 0.5 m x 50 m
Volume = 100 m3
Tabel 5. 23. Analisa Biaya Menggunakan Perkuatan
Bronjong
5.4.3 Biaya Material menggunakan Soldier Pile + Subdrain
(Zona 2)
Material Soldier Pile merupakan beton bertulang yang di
cor di tempat. Biaya material beton dan tulangan didapatkan
dengan melihat brosur Ready Mix dan toko bangunan di daerah
Lampung. Subdrain merupakan kombinasi antara Geotextille Non
– Wooven dengan kerikil tertahan ayakan #4. Volume yang
dihitung sesuai dengan kebutuhan dilapangan sesuai kondisi
eksisting dengan panjang 50 m pada potongan memanjang. Biaya
total didapatkan dengan menjumlah total harga di setiap
komponen. Volume dapat dilihat pada Tabel 5.24 dan hasil
perhitungan analisa biaya dapat dilihat pada Tabel 5.25 di bawah
ini
STA Volume (m3) Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
46+400 100 150,000 15,000,000
46+950 150 150,000 22,500,000
Beton (m3) Besi (kg) Gotextile (m2) Kerikil (m3)
46+450 447.4978824 50,920 325 162.5
47+000 938.5508053 47078.22 350 147
STAVolume
Tabel 5. 24. Hasil Perhitungan Volume Soldier Pile
+Subdrain
76
Tabel 5. 25. Hasil Perhitungan Volume Soldier Pile
+Subdrain
5.4.3 Biaya Material menggunakan Soldier Pile + Subdrain
(Zona 3)
Material Soldier Pile merupakan beton bertulang yang di
cor di tempat. Biaya material beton dan tulangan didapatkan
dengan melihat brosur Ready Mix dan toko bangunan di daerah
Lampung. Subdrain merupakan kombinasi antara Geotextille Non
– Wooven dengan kerikil tertahan ayakan #4. Volume yang
dihitung sesuai dengan kebutuhan dilapangan sesuai kondisi
eksisting dengan panjang 50 m pada potongan memanjang. Biaya
total didapatkan dengan menjumlah total harga di setiap
komponen. Volume dapat dilihat pada Tabel 5.26 dan hasil
perhitungan analisa biaya dapat dilihat pada Tabel 5.27 di bawah
ini.
Beton K350 Penulangan Gotextile Kerikil
46+450 920,000 8,732 40,000 378,840 930,892,992
47+000 920,000 12,649 40,000 378,840 1,528,660,571
Harga Satuan (Rp)STA Harga Total (Rp)
Beton (m3) Besi (kg) Gotextile (m2) Kerikil (m3)
46+700 1062.408096 70863.66667 500 250
46+825 1528.703698 136248.42 588 294
STAVolume
Beton K350 Penulangan Gotextile Kerikil
46+700 920,000 12,649 40,000 378,840 1,988,497,948
46+825 920,000 9,524 40,000 378,840 2,838,910,362
Harga Total (Rp)STAHarga Satuan (Rp)
Tabel 5. 26. Hasil Perhitungan Volume Soldier Pile +Subdrain
Tabel 5. 27. Hasil Perhitungan Biaya Soldier Pile +Subdrain
77
Gambar 5. 15. Hasil Kontrol Stability STA 46+450
5.5 Kontrol Overall Stability
Perhitungan kontrol Overall Stability menggunakan bantuan
program PLAXIS. Kontrol ini dilakukan setelah adanya perkuatan
di masing – masing zona untuk membuktikan bahwa lereng dengan
adanya perkuatan tersebut tidak terjadi longsor. Apabila masih
terjadi longsor maka perkuatan harus di desain ulang. Hasil output
dari program PLAXIS dapat dilihat pada Gambar 5.15 sampai
dengan Gambar 5.18 Rekapitulasi dari output dapat dilihat pada
Tabel 5.28 di bawah.
78
Gambar 5. 16. Hasil Kontrol Stability STA 46+700
Gambar 5. 17. Hasil Kontrol Stability STA 47+000
79
Gambar 5. 18. Hasil Kontrol Stability STA 46+825
46+450 6.5 2.1006 ok
46+700 10 1.375 ok
47+000 7 3.956 ok
46+825 14 2.4352 ok
KetSFH lereng
(m)STA
Tabel 5. 28. Rekapitulasi Kontrol Overall
Stability
80
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
81
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada STA 46+400,46+450,46+700,46+825,dan STA
47+050 terdapat SF < 1. Maka dari itu,lereng dibutuhkan
perkuatan dengan beberapa alternatif berupa
Bronjong,Turap,Ground Anchor, dan Soldier Pile
2. Dari analisa seepage terdapat arah aliran air ke arah jalan
sehingga dibutuhkan subdrain untuk mengalirkan air keluar
lereng. Subdrain direncanakan praktis,karena perkuatan
akan memperhitungkan tekanan air, sehingga subdrain
berguna untuk apabila muka air tanah sangat tinggi karena
hujan.
3. Tingi lereng 1-3 meter akan menggunakan perkuatan
Bronjong tanpa adanya cutslope. Pada tinggi lereng 3-7
meter menggunakan Soldier Pile dengan dimensi tiang 70
cm tanpa adanya CutSlope. Perkuatan ini juga menggunakan
Subdrain secara praktis. Bahan Subdrain adalah Gotextille
Non-Wooven diisi dengan kerikil tertahan ayakan #4
4. Pada tinggi lereng 7-14 meter menggunakan Soldier Pile
dengan dimensi tiang 100 cm tanpa adanya CutSlope.
Perkuatan ini juga menggunakan Subdrain secara praktis.
Bahan Subdrain adalah Gotextille
5. Biaya material menggunakan perkuatan Bronjong adalah
Rp.22.500.000. Biaya material menggunakan Soldier Pile +
Subdrain pada zona 2 dengan Subdrain adalah Rp
930.892.992. Biaya material Soldier Pile + Subdrain zona 3
adalah Rp 2.838.910.400. Biaya material dihitung 50 meter
kearah memanjang karena tinggi lereng beda – beda dari tiap
STA.
82
6.2. Saran
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Data tanah yang disediakan seharusnya memiliki data tanah
properties yang lengkap agar perhitungan lebih akurat.
83
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia, Spesifikasi Bronjong Kawat.
Dewan Standarisasi Nasional, 03 – 0090 – 1999
Andika Putra, Adityo Muhammad.(2017).Alternatif
Perencanaan Dinding Penahan Tanah Stasiun Bawah
Tanah Bundaran Hi Dengan Diaphragm Wall, Soldier
Pile, Dan Secant Pile Pada Proyek Pembangunan Mrt
Jakarta. Surabaya
Das, B M (1995). Principles Of Foundation Engineering.
Southern Illnois University at Carbondale : PWS-Kent
Publishing Company
Das, B M (1995). Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip
Rekayasa Geoteknis) : Jakarta : Indrasurya B Mochtar, Noor
Endah B Mochtar : Erlangga
Das, B.M. (2007). Principle of Foundation Engineering.
Toronto : Nelson.
Sahara, Rifqi Erian. (2017). Perencanaan Perkuatan
Timbunan dan Lereng Jalur Kereta Api Daerah Operasi
IX Jember Pada STA. Sempolan KM. 12+600 – 12+700 &
KM. 14+300 – 14+800, STA. Kalibaru KM. 32+000 –
32+100, dan STA. Garahan KM. 24+800 – 25+400
Provinsi Jawa Timur. Surabaya
Look, Burt (2007). Handbook of Geotechnical
Investigation and Design Tables : Taylor and Francis Group
Captain Piezocone. “Jangkar Tanah”. [online]. Tersedia :
http://captainpiezocone.blogspot.co.id/2012/02/ground-
anchor.html yang direkam pada 05/02/2018 7:00 GMT
Ilmu Geografi. “Kelongsoran”. [online]. Tersedia :
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi.tanah/pengertian-longsor.
yang direkam pada 27/12/2017 20:0045 GMT
Freyssinet (2014). Anchoring Systems for Geotechnical
Engineering : Soletanche Freyssinet
84
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Adi
Firmansyah Putra. Lahir di Situbondo,
Jawa Timur pada tanggal 30 Maret 1995
merupakan anak bungsu dari 2
bersaudara. Penulis telah menempuh
pendidikan formal di TK Kemala
Bhayangkari, SDN Dawuhan 1, SMPN 1
Situbondo, dan SMAN 1 Situbondo.
Setelah selesai menempuh pendidikan
SMA, penulis melanjutkan pendidikan di jurusan D3 Teknik Sipil
FTSP-ITS pada tahun 2013 dan lulus pada tahun 2016. Saat ini
penulis telah menyelsaikan pendidikan Lintas Jalur S1 di Teknik
Sipil ITS dengan Judul Tugas Akhir Perencanaan Perkuatan
Lereng Jalan Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang Provinsi
Lampung STA 46+400 47+050. Terima kasih kepada kedua Orang
Tua, Bpk. Afriadi dan Ibu Yuniati, Kakak Gria Armando Wibawa.
Terima kasih juga kepasda Bapak Ir. Suwarno, M.Eng dan Ibu Putu
Tantri Kumala Sari, ST. MT selaku dosen pembimbing Tugas
Akhir ini. Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada yang sebesar – besarnya kepada Griselda Junianda
Velantika yang telah memberikan dukungan beserta rekan-rekan
seperjuangan LJ 2016 Teknik Sipil FTSLK-ITS.
Pada hari ini Senin tanggalLISAN TUGAS AKHIRmahasiswa:
INSTITUT TEKNOLOGI SEPUI,UH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
PROGRAM SARJANA LINTAS JALURDE,PARTEME,N TEKNIK SIPL FTSLK _ ITS
di sel eng garat<an -U'!1Lf
Program Sa4ana Lintas Jalur Departemen Teknik SipilSEMINAR DANFTSLK-ITS bagi
BERITA ACARA PENYELENGGARAAN
SEMITS#mil,LIsAN
Judul Tugas Akhirp"r.**u* Perkuatan Lereng pada Jalan Tol
Terbanggi Besar - Pematang Panggang Provinsi
Lampung SrA 46+119 --1111s0Adi FirmansYah Putra03111645000032
n Mengulang Ujian Seminar dan Lisan
Uiian Lisanr Lulus Tanpa Perbaikan
/Lrl,r. Densan Perbaikan
Dengan perbaikan/penyempumaan yang harus dilakukan adalah :
L , p*rhitvngc\n 'Phr-.'
t"r" ti "iJil'il*^illilf' tpu= tec'a"'^" ocu * si
CiporU Avr S eaagd' 6'g^;tcu.le crtc^uta.ah a{^h{ - Fot$. o
?encJgUhAAn M Oh^€v* UN trk cle"t-a{n funaP Sa.lah -+ .SdaL patrcil v\c/lru4
petr.u,atctn &'9o,"( baJ?-. - a*cnu
pcnicol pinf shiqg cvleratl {tabrt ltt € lc.h a de rtcc.ra4a.r,,r
Tim Penguji (Anggota)TandaTangan
Musta'in Arif, ST. MT
Trihanyndio Rendy Satrya, ST. MT
Surabaya, 9 Juli 2018
Dosen Pembimbing I(Ketua)
4A'(rr. s,ffini.ffB.e
Dosen Pembimbing 3(Sekretaris)
mbing 2
PROGRAII,T STUDI S.1 JURUSAN TEKNIK SIPIL FTSP. ITsLEI,IBAR KEGIATAN ASISTENSITUGAS AKHTR (WAJ|B D[St]
Jurusan Teknik Sipit 1t.2, Kampus ITS Sukotito, Surabaya 601 1 1 1
Tetp.031 -5946094, Fax.011 -5947284
{!rpqs.l, rr .rl
Form AK/TA.04
rev0t
NATTIA
PEilBIMENG 1". ivw^rno,F.rn)HAIIAUAil{A$ISWA 14or f trtnru>yftH .r.NRP Oi lr t 6t r o\oojtJUDULTUGAS[l(HIR ?n.^^c6rv?\ ?ctl,ru6t-F^ r-eartj )o(,n Tctt Tggt>ay2.^
bascr t fcxe-tety Ponty,, Nrov*l; lr*-?"rtS t T* -t$ttro -'lV+troTAilGGALPROPOSAL Lf )anrpn' 'zot|trlo. sF-ItruTA oL0-ftg
NO TANGGALKEGIATAN
PARAFASISTENREALISASI RENCANA MINGGU DEPAN
I
I
9
,1
5
?loylnt
zt b\lut,
rTloqlua
t)lonlwtl
2 lorb@
t-'---.*-11^ ,,\J'J.:
- Anot;J{[' att Trno\- Fs MteTtrl Sola,,er /,'[
d,'rtr1c 2,r1^6sn Se^d,. n,' At.f,sa Sce?a|E y\efg5v*-han G ao-seevlw
' frl^lrr^ 5€o6;bus LtreogWn5at\ehon Gco ->lope
* Pt.an cdncrl crts [o(a- u:;rurt,^,or'trb" l i e') da^37
' *qaby (ef*noqrn €"oott
Lofu rol
* !rr,t^ srn lroaron5 *aTn?
[4"[o-rr sq?rg(
Pe*q+-A^c4 Subdrai4
?r roa, ,',en STurtoA,>r
Y seA6l
Vereq clt o1o\ parLu qeoq
- -lortnc e4 at ,.r\ onnen 5 %l -b_rtviwlSa l\cq1t1
' 5emw filecrnray Vert^u.e\e,fu gwnJ
* futAt"thea parA&vtga415nryong @rteh'hJ.qr,,
Y;,??ff *!T,a^hclSgrnrgrn 6*W
&a c\qy- P:r k&t n j<a Vfl\ n JClyer bRL,.
W
U
W,
Vr
ry
Form AK/TA.04
revol
PROGRATvI STUDI S-1 JURUSAN TEKNIK SIPIL FTSP - ITS
LEMBAR (EG|ATAN AS|STENS| TUGAS AKHTR (WAJIB DI|SUJurusan Teknik Sipit [t.2, l(ampus ITS Sukotilo, Surabaya 5011 11
Tetp.031 -5946094, Fax.031 -5947784
Llht#] :r:::r:
T{AilAPET{BIMBiNG Dr. 9r,r*"no rf"tlNgt{At$AHA}IA$I$WA tr? t Fv m4na S uo H .eNRP O\nt gur oql7yJUDULTUGASAKHIR ?erencrn*^ ?crt*vot a Lerca5 )4176'Tctl Terbraci iu.tn -
?aqovn) Pcru*U PrVvnt,, L.yp tl ^)
q 6110 ^ c4 ? +lroTANGGALPROPOSAL L{ Jo-nsrrr tolP
NO- SP.I'MTA o 2 0r6-t
NO TittatcArKEGIATAN
PARAFASI$TENREALISASI RENCANA MINGGU DEFAN
t
1
r
7losla1,
zg larlu,
t8 /orlw
f loo l^f
jt--*,*Q,:{
-Vu, \) + tn gaa l\r6x,scrn2.JrrqP Y"agr uba Jiwrrr
^ ?e"sn1 Do gold,,er litc- V*firto\"n )cllier frle
@r(-tv bson
* fu-*+bua,gbvs 6roue &rchurd^fgf bs5rr , (rri*D) lrSd; 1zo, hs c, I
- [Yorugn Sol4r. fr,lg v1en55vo^.w^ g-9, t pO,' JwLJr*n wnr^.fo,,n
SrdYc1 Crn ?"r,f- Jo | &'er ?;le cfen 7nv*J
A2 cb*r s&t, &efi or* Drb dr-'a Jfron.o,g*ott a"5,.
' Da[^a ic* 0,^n l2erhEo.r't5eo
?ca coL
- yefh,6r45on G.wvltCllnChof &rtgan hstngt1e 5,t
Trr^/* sdlf,rer \t'16 J,,€crlrq
)v, (a4 A36 n)onJ,,4'hen3" Ll;rq5.
- P.ryn ccnzo-n G.on, lncAet-v,n I d4,er tttla bg
lvJ, q A rew,,
5v b Jt;rt J,'t?rrc,7rtnaoPrruog l*[e.
\'{
8V'/
J,^/
@Fom AI(/TA-04rsvOl
PROGRAA'{ STUDI S.1 JURUSAN TEKNIK SIPIL FTSP .ITS
LEMBAR KEGTATAN ASTSTENSTTUGAS AKHTR (WAJ|B Dilst)Jurusan Teknik Sipit [t.2, ]kmpus ITS Sukotito, Surabaya 601 1 11
Tetp.031 -5946094, Fax.031.594728.4
IIAMAPETSBIMBING ' lr*" T^neri Uunh la Se n^ , sT, $tTIIAMAMATIASI$WA
(10t Ftpa*byft et P[IRP
03 llt 6"1t oo00 J r.
JUDULTUGASAKHIR ?crenc^rfrea (erkv**,, Ler6) ?*t )o[,a Td fer|4noq,. bw--
psrwat* 9 P'nE\*nt Pro\nn;,. un/urtJ tTA t4[fIto-\7ttsoTANGGALPROPOSAL ?-( JeFUcf; LltlNO, SP.iTMTA 0 uo r',
t-o loyl
T loq
'1\ry,
- Pcn rrtl farr Loll o Srq TAb^b \ LD nt^ &en ftnv1i
- 4nrl,:x 5ac0r3e w-cr.5rvlvqbao g6sp 1r//
' t*ftr" ks?^ge lcnlsut*t^C'rtrr),^
- perr[,..1an C-apory TA Vr9q (r-n5 J deul dgetrir,.
- ?efbrl,i ler,s1,,"on C ofrrra
- \!ur6 L0 tqrtlel [rrvl|s^9 6:zl>;(tLd5 dr, t--t 6)ir) . nrolisrn
- ?orn."q"on gvlt'Tair
- Pon<rl,3an &ger5,a'A; ,datc Ptr6ySr( bohon&[unlt
"tt.- Pr-b., - g^bor d,fe%5rr
^gFf t"+t,l-ect.- frAoy,.u fct?o\e dtper -b o,'h,'
- 6el..bEt, bru) grht
llt|ctlv {;tm+umkF4bbu t ear.n- furgai[ni Parr,415oq1 to?
* ?crb",ht Wrence1n^a\St*y'7 ritl
Coordinates : X = 0521656.072 Driller : Wendi Y = 9505109.894 Start Date : 22/03/2017 Z = Finish Date : 28/03/2017
Logged By : M.SudimanDepth of Hole : 18,00 mGWL : -2,00 m
N0 N1 N2 10 20 30 40 50 60
1,0
2,0 1.55 - 1.78 5 5 7 12
3,0
4,0 3.55 - 3.82 7 10 13 23
5,0
6,0 5.55 - 5.84 10 13 19 32
7,0
8,0 7.55 - 7.78 12 18 27 45
9,0
10,0 9.55 - 9.67 7 15 31 46
11,0
12,0 11.55 - 11.63 15 20 30/13 >50
13,0
14,0 13.55 - 13.65 14 24 26/13 >50
15,0
16,0 15.55 - 15.62 16 29 21/6 >50
17,0
18,0 17.55 - 17.60 13 27 23/6 >50
De
pth
( m
)
Thic
kne
ss (
m ) SPT Diagram
N - Value / 30 cm Depth ( m )
DS3 (55,0 cm)
15,00 - 15,55
11,00 - 11,55
DS4 (55,0 cm)
DS1 (55,0 cm)
Ele
vati
on
( m
)
Cas
ing
( m
) SPT
Blow CountDepth
( m )N
DS2 (55,0 cm)
7,00 - 7,55
Sample No.
Lege
nd
Description
3,00 - 3,55
6,50 - 7,10 m : LEMPUNG, abu-abu kehijauan, mengandung bahan tufa, sangat kaku.
0,00 - 0,30 m : Top Soil (LANAU Pasiran), abu-abu gelap, mengandung akar.
13,00 - 13,50 m : LANAU, abu-abu, mengandung bahan
13,50 - 18,00 m : BATULANAU, abu-abu kehijauan, mengandung bahan tufa, lemah. Sisipan PASIR pada 16,70 - 16,90 m, ukuran butir pasir halus - kasar.
0,30 - 1,50 m : PASIR, abu-abu - abu-abu kekuningan, ukuran butir pasir halus - sedang, padat sedang.
7,10 - 13,00 m : PASIR, abu-abu kehijauan - abu-abu, ukuran butir pasir halus - sedang, padat.
1,50 - 6,50 m : PASIR Lanauan, merah - coklat muda, ukuran butir pasir halus - kasar, padat sedang.
PROYEK JALAN TOL TERBANGGI BESAR - PEMATANG PANGGANGDRILLING LOGSBorehole No: B - 43STA. 46+214
The Contractor Of The ProjectPT. Waskita KaryaThe Engineer Of The ProjectPT. Arkonin Engineering MP.
-0,30 0,30
-1,50
-6,50
-7,10
-13,00
-13,50
-18,00
5,00
1,20
0,60
5,90
0,50
4,50
Page 1 of 1 B-43 Sta 46+214
Coordinates : X = 0521854.331 Driller : Yayan S Y = 9505712.661 Start Date : 12/03/2017 Z = Finish Date : 13/03/2017
Logged By : M.SudimanDepth of Hole : 16,00 mGWL : - 8,50 m
N0 N1 N2 10 20 30 40 50 60
1,0
2,0 1.55 - 2.00 3 4 6 10
3,0
4,0 3.55 - 4.00 4 5 9 14
5,0
6,0 5.55 - 6.00 5 6 11 17
7,0
8,0 7.55 - 8.00 12 18 30 48
9,0
10,0 9.55 - 10.00 14 27 23 50
11,0
12,0 11.55 - 11.81 23 25/11 >50
13,0
14,0 13.55 - 13.83 24 50/13 >50
15,0
16,0 15.55 - 15.85 21 50 >50
11,00 - 11,55
DS3 (55,0 cm)
3,30
3,00
5,50
2,00
2,20
UDS1 (55,0 cm)
De
pth
( m
)
Thic
kne
ss (
m )
DS1 (55,0 cm)
7,00 - 7,55
DS2 (55,0 cm)
SPT Diagram
15,00 - 15,55
N - Value / 30 cm Depth ( m )
3,00 - 3,55
Cas
ing
( m
) SPT
Blow CountDepth
( m )N
Ele
vati
on
( m
) Sample No.
Lege
nd
Description
6,30 - 11,80 m : LEMPUNG Lanauan, merah - abu-abu cerah, mengandung bahan tufa, keras.
0,00 - 0,20 m : Top Sol (PASIR Lanauan), coklat gelap.
13,80 - 16,00 m : BATUPASIR Lanauan, abu-abu cerah, ukuran butir pasir halus - sedang, lemah.
11,80 - 13,80 m : BATULANAU, abu-abu cerah, mengandung bahan tufa, lemah.
3,00 - 6,30 m : LANAU Pasiran, merah dengan bintik abu-abu cerah - abu-abu cerah, mengandung bahan tufa, kaku - sangat kaku.
0,20 - 3,00 m : PASIR Lanauan, coklat muda - merah dengan bintik kuning, ukuran butir pasir halus - kasar, mengandung bahan tufa, lepas - padat sedang.
PROYEK JALAN TOL TERBANGGI BESAR - PEMATANG PANGGANGDRILLING LOGSBorehole No: B - 44STA. 46+839
The Contractor Of The ProjectPT. Waskita KaryaThe Engineer Of The ProjectPT. Arkonin Engineering MP.
-3,00
-6,30
-11,80
-13,80
-16,00
Page 1 of 1 B-44 Sta 46+839