Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsclan Teknologi MenuJu Era Tinggal Landas
Band.ung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
PERKEMBANGAN INDUSTRI KIMIADAN PENGUASAANTEKNOLOGI PROSES
Tatang H. SoerawidjajaJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Kimia - Institut Teknologi Bandung
PENDAHULUAN
Pada masa ini,tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industri (proses) kimia memegang peranan sangat penting di dalam peradaban manusia. Produk-produk industri kimiadibutuhkan dan digunakan di dalam semua bidang kehidupan sehari-hari. Pembudidayaantumbuhan dan hewan memerlukan pupuk kimia, pakan (makanan hewan), insektisida, pestisida, herbisida dan desinfektan. Beraneka ragam bahan bangunan dan bahan konstruksiperalatan merupakan hasil pengolahan kimiawi, misalnya saja logam, semen, kapur,keramik, plastik dan cat. Bahan-bahan sandangmenggunakan serat sintetik dan zat warna.Pengangkutan bergantung kepada ketersediaan bensin dan bahan-bahan bakar sejenisnya.Komunikasi tertulis menggunakan kertas dantinta cetak, sedangkan komunikasi elektronikmembutuhkan bahan-bahan isolator dan konduktor yang diolah secara kimiawi. Kesehatanmasyarakat terjaga dan terawat dengan obatobatan dan bahan farmasi, sabun dan deterjen,insektisida dan desinfektan; semuanya merupakan produk industri kimia. Disamping itu,sejumlah besar bahan kimia tidak pernah mencapai masyarakat secara langsung, melainkandiperjualbelikan di dalarn lingkup industri kimia sendiri, untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam produksi bahan kimia lain yangdibutuhkan masyarakat; kareria itu, industrikimia seringkali disebutjuga konsumen terbaikbagi dirinya sendiri.
Sampai sekarang, di Indonesia telah terdapat banyak pabrik proses kimia. Beberapacontohnya yang terkenal adalah pabrikamoniak dan pupuk urea (di Lhok Seumawe,Palembang, Cikampek, Gresik dan Bontang Kalimantan Timur), pabrik semen (di Aceh,Padang, Baturaja - Sumsel, Cibinong, Cirebon,Cilacap, Gresik, Kupang, dan Tonasa - Sulsel),kilang minyak bumi (di Pangkalan Brandan,Dumai, Plaju dan Sungai Gerong, Cilacap danBalikpapan) kilang LNG (LiquefiedNatural Gas
6
atau gas bumi cair di Lhok Seumawe danBontang), pabrik kertas, pabrik gula,pabrikminyak goreng, margarin , sabun dan deterjen,pabrik ban kendaraan bermotor, pabrik asamsulfat, pabrik asam nitrat dan ammoniumnitrat, pabrik hidrogen peroksida, pabrik asamformat, pabrik soda api, pabrik cat, pabrikalkohol dan spiritus, dan pabrik bir.
Pengembangan industri kimia di Indonesiatelah dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun limapuluhan, namunmulai meningkat dengan cepat ketika PELITAI dimulai. Pada PELITA V sekarang ini, pemerintah (cq. Departemen Perindustrian) telahmenyatakan industri kimia sebagai sektor industri yang mampu "menggelinding" sendiridan menata perkembangannya yang pesat lewat beberapa kebijaksanaan pokok.
KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA [1]
A. Kebijaksanaan strategis utama.Kebijaksanaan strategis utama dari peme
rintah dalam pengembangan industri padaumumnya dan pada industri kimia pada khususnya adalah Pola Pengembangan IndustriNasional, yang terdiri dari 6 (enam) butir kebijaksanaan :1. Pendalaman dan pemantapan struktur in
dustri yang sejauh mungkin dikaitkandengan sektor ekonomi lainnya, yakni sektorpertanian dalam arti luas (perkebunan, tanaman pangan, hasillaut), sektor kehutanan, dan sektor pertambangan (migas dannon migas).
2. Pengembangan industri permesinan, logamdasar dan elektronika (dengan prioritas pada komoditi yang pasarnya jelas, berulangdan berkembang) melalui penerapan standar serta penguasaan rancang bangun danperekayasaan.
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Teknologi Menuju Era Tinggal Lamias
3. Pengembangan industri kecil, dengan penekanan pemecahan masalah pemasaranmelalui Sistem Bapak Angkat serta bimbingan teknik serta permodalan, dan dengandorongan ke dalam wadah usaha koperasi.
4. Pengembangan ekspor hasH industri denganupaya mempertangguh daya saing secaraterus menerus,agar peranan ekspor hasil industri makin meningkat.
5. Pengembangan litbang terapan, rancang bangun dan perekayasaan industri, serta pengembangan sistem dan perangkat lunakdalam arti luas, baik untuk pembuatan mesin dan perala tan pabrik serta pembuatanpabrik secara utuh,maupun untuk mengembangkan industri elektronika.
6. Pengembangan kewirausahaan dan tenagaprofesional termasuk manager, tenaga ahli,tenaga terampil dan sebagainya.
B. Prioritas pengembangan industri nasional.Prioritas pengembangan industri nasional
pada PELITA V adalah :1. Pengembangan industri yang berorientasi
ekspor untuk menghasilkan devisa dan sebagai penggerak utama dalam mempercepatpertumbuhan industri.
2. Penguatan dan pendalaman struktur industri nasional dalam rangka pemantapan keterkaitan antar industri maupun antara industri dengan sektor ekonomi lainnya, dalam rangka meningkatkan nilai tambah industri.
3. Pengembangan industri kecil dalam rangkamenciptakan lapangan usaha dan lapangankerja yang lebih luas, pemerataan pendapatan, dan mendorong pertumbuhan ekonomidaerah yang relatif belum cukup bel'kembang.
4. Pengembangan industri pengolah hasil pertanian dalam rangka memanfaatkan seoptimal mungkin potensi sektor pertanian danpotensi modal dasar lainnya untuk meningkatkan nilai tambah produksi dan memperkukuh struktur ekonomi.
5. Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan yang diarahkan pada inovasiproses maupun produk dan penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaanindustri untuk pengembangan mesin-mesindan peralatan pabrik.
6. Pengembangan kemampuan profesional danwirausaha tenaga kenja industri, baik da-
Bandung. 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
lam kualitas maupun kuantitas, melalui perencanaan, peningkatan pendidikan danlatihan keterampilan, serta peningkatan efisiensi dan dayaguna aparatur pemerintah.
C. Prioritas pengembangan kelompok industrikimia dasar [2J.
Jenis-jenis industri yang diprioritaskanpembangunannya adalah :1. Industri petrokimia hulu (pusat olefin dan
pusat aromatik).2. Industri pulp dan kertas, industri rayon,
industri ban dan barang-barang karet untukindustri.
3, Industri kimia pengolah hasil pertanian dalam arti luas.
4. Industri kimia lain yang dapat memperkuatstruktur industri misalnya industri kimiaadi (fine chemicals) dan industri kimia pengolahan bahan mineral.
Sasaran pengembangan industri kimia dasar pada akhir PELITA V adalah :- laju pertumbuhan 13% / tahun- ekspor US $ 1,43 milyar- penyerapan tenaga kerja 35000 orang
[Untuk keseluruhan industri, ketiga sasaran ini adalah- laju pertumbuhan 10% / tahun- ekspor US $ 19 milyar dan- penyerapan tenaga kerja 2,3 juta orang]
PERANAN INDUSTRI KIMIA DALAMPEMBANGUNAN NASIONAL
Untuk memberikan gambaran nyata tentang peranan industri kimia dalam pembangunan nasional, berikut ini akan dikemukakansumbangsih dari beberapa industri kimia yangpenting.
Di dalam mencukupi kebutuhan pangan,industri kimia Indonesia memegang perananpenting dalam mencapai swa sembada beras,yaitu dengan menyediakan pupuk buatan (urea,ZA, TSP, KCl dan sebagainya), pestisida danbahan-bahan kimia lain yang dibutuhkan.
Pada tahun 1990, produksi pupuk ureaIndonesia mencapai 4,8 juta ton/tahun (3 jutaton/tahun untuk kebutuhan pertanian,sisanyauntuk kebutuhan industri dan ekspor) serta.mampu mendukung produksi beras nasional sebanyak lebih dari 28juta ton/tahun. Pada tahunyang sarna, produksi keseluruhan pupuk sintetik mencapai 7,94juta ton/tahun.
7
Proceedings Seminar Reaktor Nllklir dalam Penelitian Sainsdan Teknalogi Menlljll Era Tinggal Landas
Untuk pemeliharaan kesehatan, negara kita telah dapat menghasilkan sendiri beribu macam obat hasil formulasi dalam negeri;obat-obatan ini sebelumnya harus diimpor. Sayang sekali,pada waktu ini kira-kira 90% daribahan baku obat (yang juga dihasilkan denganproses kimia ) masih harus diimpor.
Di dalam bidang sandang, telah ada pabrik-pabrik kimia yang memproduksi serat poliester dengan kapasitas total kira-kira 160000ton/tahun. Serat ini dibuat dari etilen glikol(etandiol), yang masih harus diimpor dan asamtereftalat murni yang sekarang telah dapat dibuat sendiri oleh PERTAMINA (di Plaju) dengan kapasitas 225000 ton/tahun. Bahan mentah pembuatan asam tereftalat adalah p-ksilinayang sejak tahun lalujuga telah diproduksi olehPERTAMINA (di Cilacap). Serat sintetik lainnya, yakni rayon, telah pula dihasilkan di dalamnegeri dengan laju produksi 40000 ton/tahun.Industri serat sintetik Indonesia diperkirakantelah dapat memenuhi paling sedikitnya 90%dari kebutuhan dalam negeri.
Di dalam sektor penyediaan bahan bangunan, produksi pabrik-pabrik semen di negara kita telah melebihi 17juta ton/tahun.
Produksi kayu lapis telah lebih dari 6 jutaton/tahun sehingga, karena jauh melebihi kebutuhan dalam negeri, sebagian besar diekspor.
Di dalam sektor bahan bakar minyak(BBM), selain kilang-kilang minyak yang telahada sebelumnya di Plaju, Sungai Gerong, Cilacap dan Dumai, PERTAMINA telah membangun dua kilang baru, yakni di Cilacap danBalikpapan, yang masing-masing berkapasitas200000 barel minyak mentah per hari. Di Dumaijuga telah dibangun pabrik hydrocracher (perengkahan fraksi berat minyak bumi di dalamatmosfir hidrogen sehingga menghasilkan antara lain bensin); kapasitasnya 27000 barel perhari. Dewasa ini, PERTAMINAsedang merencanakan pembangunan beberapa kilang EXOR(Export Oriented Refinery) berkapasitas besar;hasil-hasil dari kilang ini semuanya untuk diekspor. Salah satu diantaranya (EXORI) sudahdipastikan dibangun di Balongan (dekat Indramayu/Cirebon). Selain itu, dapat pula dicatatbahwa Indonesia sekarang ini adalah eksportirLNG terbesar di dunia; gas bumi cair yangmerupakan penghasil besar devisa negara inidiproduksi oleh dua kompleks kilang, di Bon-
8
Bandung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
tang dan Lhok Seumawe, milik patungan PERTAMINAdengan beberapa perusahaan asing.
PERKEMBANGAN INDUSTRI KIMIA DITAHUN-TAHUN MENDATANG
Pada tahun-tahun mendatang, industriproses kimia Indonesia diperkirakan berkembang dengan laju yang manta p. Dewasa ini saja,di dalam harian-harian umum dan warta-wartabisnis nasional kita sering membaca berita penandatanganan kontrak pembangunan pabrikpabrik proses kimia. Di samping pembangunankilang EXOR I yang telah disebutkan di muka,sebagai contoh-contoh lainnya dapat kita kutip:- pembangunan pusat olefin di Serang (Ban
ten) oleh PT Chandra Asri. Proyek yang diperkirakan selesai pada tahun 1994 ini akanmenghasilkan 550 000 ton 1tahun etilen, 300000 ton 1tahun propilen, 209 000 ton/ tahunbensin pirolisis, 300 000 ton/tahun polietilendan 100 000 ton/ tahun polipropilen.
- pendirian pusat aromatik di Arun (LhokSeumawe) oleh PERTAMINA. Proyek yangdiperkirakan selesai pada tahun 1994/1995ini akan menghasilkan 335 000 ton/tahun pksilena dan 150 000 ton/tahun benzena.
- pembangunan pabrik RCC (Residual Catalytic Cracking) di Cilacap oleh PERTAMINA; diperkirakan selesai tahun 1994 danakan menghasilkan 180 000 ton/tahun polipropilen dan 82 500 ton/tahun MTBE (MetilTersier Butil Eter), yakni senyawa boosterangka oktan bensin premix. KebutuhanMTBE di dalam negeri dewasa ini diperkirakan akan sudah mencapai 60 000 ton/tahun.
- peningkatan kapasitas kilang Musi di Plajuoleh PERTAMINA, dari 14 000 barell harimenjadi 20500 barel/hari.
- penambahan train-train baru di pabrik LNGBontang dan Arun, sehingga produksi LNGIndonesia akan meningkat menjadi 30 jutaton/tahun (sekarang 22 juta ton/tahun).
- pendirian pabrik-pabrik amoniak dan pupukurea baru Pusri I-B di Palembang, Petrokimia Gresik di Gresik, Kujang II di Cikampek, dan Kaltim IV di Bontang, sehingga kapasitas produksi pupuk urea di dalamnegeri akan mencapai kira-kira 7,5 juta ton/tahun pada tahun 1995.
- pembangunan pabrik asam tereftalat murnidi Serang oleh PT Bakrie & Brothers; kapa-
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Teknologi MenuJu Era Tinggal Lcmdas
sitas 250 000 ton/tahun, selesai kira-kira tahun 1993.
- pembangunan pabrik-pabrik semen baru diTuban, Kebumen, Wonogiri, Pati, danGrobogan, serta perluasan pabrik-pabrik semen Padang, Cibinong, Gresik dan Tonasa;kebutuhan semen di dalam negeri diperkirakan akan mencapai 22juta ton/tahun padaakhir tahun 1993.
- pendirian pabrik-pabrik pulp (bubur kertas)berkapasitas besar, antara lain di Kalimantan Timur dan Barat; produksi pulp Indonesia akan meningkat dari 966500 ton!tahundi tahun 1989 menjadi kira-kira 4,3juta ton!tahun di tahun 1994.
- dan masih banyak lagi yang lain, misalnyapembangunan pabrik metanol, stirena, polistirena, soda abu, melamin, industri- industri yang bertumpu pada bioteknologi, industri yang bersumber pada minyak dan lemaknabati maupun hewani, industri pestis ida,serta industri bahan baku farmasi.
KETERKAITAN DAYA SAING INDUSTRI
DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI [2]
Peningkatan daya saing industri kita, yangdicerminkan oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi cq. pendapatan per kapita, dapat dicapai lewat dua jalan, yakni :1. dengan menggunakan lebih banyak sumber
daya, atau2. dengan mendapatkan lebih banyak hasil/
produk dari tiap satuan sumber daya.Jalan mana yang lebih besar potensi sum
bangsihnya pada peningkatan pendapatan perkapita merupakan hal yang sangat menarik danperlu kita ketahui.
Landau [3] baru-baru ini mengingatkankembali bahwa selama berpuluh tahun parapakar ekonomi di Amerika Serikat berpendapatbahwa masalah peningkatan pendapatan perkapita adalah masalah penggunaan lebih banyak sumber daya. Akan tetapi, hasil kajianyang dilakukan pada tahun limapuluhan ternyata menyodorkan kesimpulan berbeda yangsangat mengejutkan. Hasil kajian dari MosesAbramowitz dari Stanford University danRobert Solow dari MIT (terhadap peningkatanpendapatan per kapita di AS antara tahun 1869sampai dengan 1953) menunjukkan bahwapenggunaan lebih banyak sumber daya hanyamenerangkan 15% dari peningkatan pendapatan per kapita di AS , sisanya (85%)disebabkan
Bcmdung, 8- 10Oktober 1991PPTN - BATAN
hal-hal lain, terutama penggunaan teknologi.Hasil ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang pada hakekatnya merupakan masalah penggunaan sumber dayasecara lebih efisien dan bukan penggunaan lebih banyak sumber daya.
Peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya lebih mengisyaratkan adanya pemanfaatan penuh teknologi dibanding penggunaan lebihbanyak sumber daya; tiap tahap peningkatanefisiensi melibatkan lahir dan dimanfaatkannya teknologi yang lebih baru dan bermutu. Berlandaskan keterkaitan ini dan hasil studinya diatas, secara induktif Robert Solow menyodorkan hipotesis bahwa pemanfaatan teknologi adalah mesin utama pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi banyak negara selain Amerika Serikat, misalnya negaranegara MEE ,Jepang, Korea dan Taiwan, kemudian mengukuhkan hipotesis ini menjadi suatuhukum/teori dan, atas dasar kebenaran teorinya itu,Robert Solowdianugerahi hadiah Nobeldalam Ilmu Ekonomi pada tahun 1987 [4].
PERLUNYA PENGUASAAN TEKNOLOGIPROSES
Uraian pada paragrafyang lalu telah menjelaskan bahwa, dalam mengembangkan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,kita harus memanfaatkan teknologi. Akan tetapi, memanfaatkan belum berarti menguasai atau memiliki. Karena itu, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, apakah kita perlumenguasai teknologi yang kita manfaatkan ituatau tidak? Ini sesungguhnya adalah salah satumasalah dasar strategi teknologi dalam mewujudkan kekuatan saing [5].
Fakta dasar yang perlu diingat dalam usaha menjawab pertanyaan di atas adalah bahwateknologi itu juga merupakan komoditi (bisadiperdagangkan, diekspor dan diimpor). Tambahan pula,penjualan teknologi tidak akanmenghabiskan sumber daya alam yang dimilikisi penjual.
Pabrik kimia sebenarnya adalah saranapengimplementasi teknologi proses. Karena, sebagai negara berkembang, kita belum banyakmenguasai teknologi, maka sebagian besar daripabrik kimia yang telah dan akan ada di tanahair ini kita bangun dengan cara membeli lisensiproses yang teknologinya dikuasai oleh bangsabangsa maju di luar negeri. Selama perkembangan penguasaan teknologi proses oleh
9
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir 'dalam Penelitian Sainsclan Teknalogi MeTmju Era Tinggal Land.as
bangsa kita tersendat-sendat atau bahkan berhenti sarna sekali, selama itu pula kita terpaksamembeli teknologi luar negeri untuk membangun pabrik-pabrik kimia yang mengolah danmeningkatkan nilai guna sumber daya alamyang kita miliki. Jadi, perimbangan eksporimpor negara barang nyata negara kita mungkin membaik, tetapi sebaliknya, neraca eksporimpor teknologi tak kunjung berimbang ataubahkan memburuk. Situasi begini barangkalitidak akan berakibat buruk pada pertumbuhanekonomi negara dalam jangka pendek,tetapipasti demikian halnya dalam jangka panjang,apalagi jika sumber daya alam mulai menjadilangka. Karena itu, penguasaan dan pengembangan teknologi proses di dalam negeri olehbangsa kita sendiri merupakan keharusanyangtak bisa ditawar-tawar lagi.
Ada duajalan yang bisa kita tempuh untukmenguasai dan menumbuh-kembangkan teknologi (proses):1. Dengan melakukan terobosan menciptakan
suatu teknologi yang betul-betul baru (caraini membutuhkan pengalaman dan kemampuan teknik yang kukuh, atau
2. Dengan mempelajari dan memperbaiki teknologi yang sedang dimanfaatkan di pabrikpabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung, 8- 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
Sekalipun pendekatan pertama tetap perlukita rintis dan usahakan, mengingat pengalaman dan kemampuan teknik serta finansial bangsa kita masih terbatas, dan kenyataan bahwaIndonesia sekarang sedang banyak memanfaatkan teknologi untuk menumbuhkan industri,pendekatan kedua kelihatannya lebih mudahuntuk ditempuh dan, karenanya, sangat perludigalakkan. Keberhasilannya akan menumbuhkan keyakinan,pengalaman serta kemampuanyangdiperlukan dalam penelusuran lewatjalanpertama.
Jadi, ringkasnya kita harus memanfaatkan perkembangan pesat industri kimia di tanah air untuk menguasai dan mengembangkanteknologi proses.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankanjika pemerintah cq.Menteri Perindustrian belakangan ini giat menganjurkan agar industrisegera melakukan litbang terapan dan menggalang kerja sarna yang erat dengan perguruantinggi dan pusat-pusat penelitian, karena halhal tersebut akan sangat mendukung penguasaan dan pengembangan teknologi proses ditanah air.
1. Menteri Perindustrian R I ., Kebijaksanaan pengembangan industri nasional, CeramahMenteri Perindustrian pada Konvensi ke VI BKK-PII di Surabaya (15-16 Juli 1991).
2. Wardijasa, Peningkatan penguasaan teknologi proses untuk mendukung pertumbuhan industri yang berdaya saing kuat, Makalah yang disampaikan pada Seminar Insinyur Indonesia, Jakarta (1 Agustus 1990).
3. Landau,R, Harnessing innovation for growth, Chern. Eng. Prog. 84(7) (1988) 31-42.
4. White,RM., Technological competitiveness and chemical engineering, Chem.Eng.Prog. 84(1)(1988) 24-26.
5. Chakrabarti, A.K., and Eakabuse, N., Technology in competitive strategy: Lesson from thechemical industry, Chem.Eng.Prog. 85(3) (1989) 20-27.
10