PermanentQS. 48:23
ObjectiveQS. 15:21
ExactQS. 54:49
Absolut
Laws of NatureLaws of Nature
Karena hukum Allah bersifat pasti, tetap dan objektif, maka bisa dibuat rumus. Apabila hukum
berubah-ubah maka tidak mungkin bisa dibuat rumus-rumus hukum alam maupun rumus hukum Agama.
Karena hukum Allah bersifat pasti, tetap dan objektif, maka bisa dibuat rumus. Apabila hukum
berubah-ubah maka tidak mungkin bisa dibuat rumus-rumus hukum alam maupun rumus hukum Agama.
Alam micro macro
Devine BookScience & Tech
Physical Laws (Kauniyah)
Spiritual Laws (Din)
Laws of NatureLaws of Nature
Work of God
Words of God
Ghair Mathluw Matluw
Exp
lain
ed in
756
Aya
s of
Qur
anE
xpla
ined
in75
6 A
yas
of Q
uran
Explained in 150 A
yas of Quran
Explained in 150 A
yas of Quran
Hukum gravitasi, rotasi, daur ulang dls
Hukum gravitasi, rotasi, daur ulang dls
Larangan membunuh,Zina dan korupsi
Allah telah menciptakan alam (mikro dan makro) dalam jumlah jenis dan items yang sangat sepktakuler. Dalam tempo enam hari. Supaya alam berjalan dengan tertib maka Allah membuat seperangkat aturan (law). Aturan Allah terbagi dua katagori yakni : Pertama : Hukum Alam (hukum Kauniyah, ghair mathluwwi = tidak tertulis) tetapi melekat pada alam itu sendiri. Beberapa contoh hukum alam adalah hukum gravitasi, hukum rotasi, hukum daur, dll. Kedua : Hukum agama (hukum Qur'aniyah) yang tertulis (mathluwwi ) di dalam kitab-kitab Allah, seperti larangan berzina, riba, mengumpat dan perintahj berdzikir, shalat, sabar, tawakkal, dll
Semua hukum Allah, baik hukum Kauniyah maupun Qur'aniyah BERSIFAT ABSOLUT
memiliki sifat yang sama yakni 1.Pasti (exact).
"Sesungguhnya Aku menciptakan sesuatu menurut ketentuan yang pasti (QS. 54 : 49).
1.Tetap, yakni tidak berubah sepanjang waktu (QS. 48 : 23).
2.Objektif, yaitu berlaku kepada apa dan siapa saja (QS. 15:21).
Karena hukum Allah bersifat pasti, tetap dan objektif, maka bisa dibuat rumus. Apabila hukum
berubah-ubah maka tidak mungkin bisa dibuat rumus-rumus hukum alam maupun rumus hukum
Agama.
Kalau sesekali ada perubahan hukum Alam seperti nabi Ibrahim dibakar api tidak mati karena apinya
menjadi dingin, itu adalah sunnatullah yang khusus yakni gabungan hukum alam (hukum fisika) dan hukum
spiritual, sebagai upaya Allah SWT untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya. Pada kejadian berikutnya tetap mengikuti hukum alam murni.
Segenap alam baik yang ada di langit dan di bumi, secara fisik telah taat kepada hukum alam. Demikian
pula di dalam tubuh manusia sendiri hukum alam berjalan secara otomatis. Manusia telah menaati hukum alam tersebut, baik disadari maupun tidak, baik diridhai (thau'an) maupun dibenci (karhan), seperti hukum alam
dalam tubuh tetap berlaku. (QS. 3 : 83).
Perbedaan hukum Alam dengan hukum Agama adalah dalam hal time respons (reaksi waktu). Reaksi atau akibat hukum Alam
jauh lebih cepat daripada hukum Agama. Akibat pelanggaran hukum alam dapat cepat dibuktikan
melalui pengamatan panca indera atau bersifat empirik. Karena bersifat empirik, maka orang mudah meyakini (mengimani)
kebenaran hukum alam. Sikap percaya ini kemudian melahirkan sikap hati-hati menghadapi hukum alam. Sikap hati-hati itu disebut
taqwa. Lain dengan hukum Al-Qur’an, reaksi akibat pelanggaran hukum Al-Qur’an tidak secepat hukum alam, bahkan ada yang baru bisa dibuktikan di akhirat nanti. Karena akibatnya lambat
maka manusia kurang percaya (kurang iman) terhadap hukum Al-Qur’an. Akibatnya lebih jauh adalah manusia kurang berhati-hati
(tidak taqwa) kalau berhadapan dengan hukum Al-Qur’an. Dalam keseharian terbukti bahwa orang lebih takut meminum racun
daripada memakan uang riba. Padahal memakan uang riba juga berbahaya, tetapi karena akibat makan riba sangat lambat maka
orang kurang hati-hati terhadap uang riba.
Kesalahan terbesar manusia adalah mengesampingkan hukum Absolut lantas mengambil
hukum relatif produk akal manusia. Seharusnya, manusia sebagai bagian dari alam yang secara fisikal
diatur oleh hukum alam yang absolut, maka perilakunya pun harus diatur oleh hukum perilaku yang
absolut pula, yakni Al-Qur’an. Segenap kegiatan manusia, baik prilaku ritual maupun prilaku mu’amalah
(ekonomi, politik, dan sosial budayal) harus menggunakan hukum absolut (din al-Islam) bukan
hukum relatif produk pemikiran filosofis manusia. Dalam skala kecil, berpakaian harus menggunakan hukum
absolut, penegakkan HAM harus menggunakan hukum absolut
Azas Kesatuan (Tauhidullah) antara aturan Agama dan Aturan Alam :Hukum alam adalah ciptaan Allah, hukum Al-Qur’an (Quraniyah) pun ciptaan Allah. kalau begitu, secara logika tidak mungkin kedua hukum itu bertentangan. Apa-apa yang dilarang oleh Al-Qur’an pasti bagus menurut hukum Alam, sebaliknya apa-apa yang dilarang oleh Al-Qur’an pasti buruk menurut hukum Alam. Apa yang dianggap berbahaya menurut hukum Alam pasti oleh Al-Qur'an diharamkan. Sebaliknya apa-apa yang baik menurut hukum Alam, pasti dianjurkan oleh Al-Qur'an. Inilah azas kesatuan atau disebut azas tauhidullah. Dengan demikian dalam segala aktivitas manusia harus menyelaraskan dengan kedua hukum tersebut secara bersamaan
Sungguh banyak manusia di dunia ini yang membuat aturan menurut ratio yang dipandu oleh nafsu
syaithaniyah, akibatnya banyak produk hukum/ aturan yang berbahaya bagi kehidupan manusia, misalnya
kebolehan aborsi, membiarkan praktik riba, mentolelir minuman keras, melarang poligami, dll. Dalam hal ini,
seorang mukmin wajib memiliki keyakinan tanpa sedikit pun ragu, bahwa hukum Al-Qur'an adalah yang paling
baik, selaras dengan hukum Alam, dan paling cocok dengan sifat tabi'at manusia yang fitrah dan hanief
(lurus).
Karena hukum Allah terbagi dua maka Ilmu-ilmu Allah pun terbagi dua yakni Ilmu Kauniyah seperti
Matematika, Fisika, Biologi, Geologi, Kedokteran serta Ilmu-illmu Qur'aniyah seperti Ulumul Qur'an, Ulumul
Hadits, dan Syari'ah, Kedua gugusan ilmu itu mustahil bertentangan. Kalau ada pertentangan antara keduanya pasti konklusi salah atau kedua ilmu itu ada yang salah. Dengan demikian sebenarnya tidak ada dikhotomi ilmu.
Apabila manusia berpaling dari hukum Allah yang absolut, lantas mengambil hukum produk berfikir
filosofis manusia yang oleh Allah dikatagorikan sebagai hukum Jahiliyah, yang bersifat relatif (mudah berubah),
maka pasti manusia akan mengalami kehidupan yang sempit dan menyesakkan (ma'isyatan dhanka).
Eksistensi Hukum Al-Qur’an bagi Manusia :Sejak manusia lahir, Allah telah membekali manusia dengan
petunjuk yang bersifat naluri (instinc, gharizah, ilham), sehingga bayi bisa menete tanpa belajar lebih dahulu. Ini disebut hidayah
ilham atau hidayah wizdan. Tidak cukup dengan naluri, Allah pun memberikan pancaindera. Dengan petunjuk pancaindera manusia
bisa melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa. Ini disebut hidayah Hawas.
Kedua hidayah di atas tidak bisa membuat manusia lebih eksis, maka manusia memerlukan akal agar mampu memahami
hukum-hukum alam dengan baik. Dengan akalnya, manusia bisa melahirkan saintek dan seni. Ini disebut hidayah aqli. Akan tetapi pada kenyataannya karena daya nalar manusia sangat terbatas,
maka akal manusia tidak sanggup menembus persoalan yang berada di luar jangkauan akal, misalnya tentang hakikat hidup,
soal jin, syurga, neraka, dll. Oleh karena itu, manusia memerlukan hidayah agama (din/ adyan).
Selanjutnya kita melihat realita di lapangan, bahwa orang yang sudah mengetahui ilmu agama pun banyak
yang tidak mau mengamalkan ilmu yang dimilikinya, sering terjadi pertentangan antara ilmu dengan
amalnya. Oleh karena itu manusia memerlukan hidayah Taufiq, yakni petunjuk dari Allah SWT yang
langsung masuk ke dalam hatinya agar seseorang mau melaksanakan ilmu agamanya. Kemauan untuk
mengamalkan ilmu itu disebut hidayah Taufiq (cocok antara ilmu dan amalnya).
Dengan demikian, hidayah yang diperlukan manusia ada lima macam yakni (1). Hidayah Ilhami (wizdan) (2).
Hidayah Hawas (Pancaindera). (3). Hidayah Aqli (4). Hidayah Din (adyan) (5). Hidayah Taufiq.
Hidayah Din (Adyan) yang terdapat di dalam Al-Qur’an bersifat absolut , lurus (shirat al-mustaqim) dan mustahil salah. Fungsi hukum Al-Qur’an adalah untuk mengatur prilaku manusia, baik dalam soal makan dan minum, rumah tangga, berdagang, soal kenegaraan dan hubungan antar negara. Lebih rinci lagi hukum Al-Qur’an (adyan) berfungsi untuk : (1). Menjaga keselamatan jasad (hifzdu al-jasad). Untuk itu Allah melarang berkelahi, membunuh, dan memerintah penegakkan hukum secara tegas dan adil, termasuk hukum qishash dan hudud. (2). Menjaga keselamatan psikis (hifzdu an-Nafs). Salah satunya adanya aturan berdzikir, tawakkal, sabar, qanaah, dan syukur nikmat. (3). Menjaga keselamatan harta (hifdzu al-mal). Salah satunya adalah aturan jual beli, larangan riba, dan larangan mencuri. (4). Menjaga keturunan (Hifdzu an-Nasal), Salah satunya adalah aturan pernikahan dan larangan berzina. (5). Menjaga aqal (hifdzu 'aqli). Salah satunya adalah keharusan untuk terus menerus mencari ilmu dan larangan meminum khamr
Dan Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. (QS. 11 : 7). Di dalam surat al-Hajj,
satu hari menurut Allah sama dengan 1000 tahun hitungan manusia. Sedangkann di dalam QS. Al-Ma’arij,
satu hari sama dengan 50.000 tahun. Menurut ahli geofisika (yang mendasarkan hidungannya kepada
pemnbentukkan batu dan sungai), satu periode sama dengan 600 tahun, sedangkan menurut ahli astronomi (berdasarkan pergerakan bintang, comet), satu periode
bisa mencapai 6 milyar tahun. Salah satu aturan Allah tentang alam adalah
terjadinya siang dan malam. Allah menegaskan :”Sesungguhnuya dalam kejadian langit
dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (bahan pemikiran) bagi orang yang beriman
(QS. 3 : 190).
Benefit = Knowledge +Use
Spirit (To Serve)
Heart (To love)
Mind (To learn)
Body (To Survive)
Physical Laws (Science)
Moral Laws (Religion)
Laws of NatureLaws of Nature
Work of God
Words of God
Result=Immediate Result=Longer
Exp
lain
ed in
756
Aya
s of
Qur
anE
xpla
ined
in75
6 A
yas
of Q
uran
Explained in 150 A
yas of Quran
Explained in 150 A
yas of Quran
USE …. SUCCESSUSE …. SUCCESS
Misuse …. Exploitation Misuse …. Exploitation Non-use …. downfall Non-use …. downfall