KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pertanian agribisnis dengan teknologi tinggi di Indonesia mulai
diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan sebutan Revolusi hijau. Sistem Pertanian
tersebut ditandai dengan pestisida anorganik yang sangat intensif. Penggunaan
pestisida anorganik telah menyebabkan tanah menjadi sehat, dan beberapa
mikroorganisme dan mikroflora yang bermanfaat populasinya tetap stabil,karena
dapat beradaptasi dan bekerja sama dengan secara sinergi dengan mikroorganisma
pengendali hama penyakit pada tanah. Disisi lain penggunaan bahan kimia sintetis
yang terkandung dalam pestisida buatan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
dan gangguan pada kesehatan manusia.
Penggunaan pestisida hayati membawa dampak yang sangat positif, dapat
memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Penggunaan pestisida hayati
juga memberikan dampak yang positif seperti: bersifat permanen karena pengendali
OPT secara hayati dengan menggunakan musuh alaminya mampu menjaga populasi
hama dalam keadaan seimbang di bawah aras ekonomik dalam jangka waktu yang
panjang, aman bagi lingkungan karena tidak memiliki efek samping terhadap
lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme yang bukan sasaran, juga
relatif ekonomik karena begitu usaha tersebut berhasil kita tidak memerlukan lagi
tambahan biaya khusus untuk pengendalian hama yang kita upayakan dan tidak
merugikan perkembangan musuh alami.
Oleh sebab itu kebutuhan pestisda hayati menjadi hal yang sangat penting dalam
pengembangan pertanian organik (organic farming).
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi jenis-jenis pestisida hayati
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman1
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan penggunaan pestisida hayati
dibandingkan dengan pestisda anorganik
3. Melakukan pembuatan pestisida hayati
4. Mengaplikasikan pestisida hayati di lapangan
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman2
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1.
Identifikasi Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Agen Pengendali Hayati
1. Lembar Informasi
Pengertian Pengendalian Hayati dan Pengendalian Alami
Pengendalian Hayati merupakan teknik pengelolaan hama yang kita lakukan
secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk
menurunkan atau mengendalikan populasi hama.
Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa
ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.
Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida,
pengendalian hayati memiliki keuntungan diantaranya :
a. Permanen karena demikian pengendali hayati, musuh alami menjadi lebih
mapan dan selanjutnya secara alami musuh alami akan mampu menjaga
populasi hama dalam keadaan seimbang di bawah aras ekonomik dalam
jangka waktu yang panjang
b. Aman bagi lingkungan karena tidak memiliki efek samping terhadap
lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme yang bukan sasaran
c. Relatif ekonomik karena begitu usaha tersebut berhasil kita tidak
memerlukan lagi tambahan biaya khusus untuk pengendalian hama yang
kita upayakan dan tidak merugikan perkembangan musuh alami.
Sedangkan kerugiannya yaitu:
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman3
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
a. Modal investasi yang besar harus dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi,
penelitian, pengujian, dan evaluasi terutama yang menyangkut berbagai
aspek dasar baik untuk hama, musuh alami maupun tanaman. Aspek dasar
yang meliputi taksonomi, ekologi, biologi, siklus hidup, dinamika populasi,
genetika, fisiologi, dll.
b. Identifikasi yang tepat jenis hama maupun musuh alaminya merupakan
langkah permulaan yang sangat penting, supaya tidak memperoleh kesulitan
dalam mempelajari sifat-sifat kehidupan musuh alami dan langkah kegiatan
selanjutnya
c. Diperlukan Fasilitas yang lengkap dan para peneliti yang berkualitas,
berpendidikan khusus dan berdedikasi tinggi untuk pengembangan teknologi
pengendalian hayati.
d. Keberhasilan dari penggunaan pengendali hayati relative lebih lama
Agensia Pengendali Hayati
Hampir semua kelompok organisme dapat berperan sebagai musuh alami
serangga hama termasuk binatang vertebrata, nematoda, mikroorganisme,
invertebrata selain serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah
dari golongan serangga sendiri. Dilihat dari fungsinya musuh alami dapat kita
kelompokkan menjadi parasitoid, predator, dan patogen.
a. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang merugikan serangga atau binatang
arthropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pra dewasanya
sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada
inangnya. Umumnya parasitoid dapat membunuh inangnya meskipun ada
inang yang mampu melengkapi siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid
dapat menyerang setiap fase instar serangga maupun fase dewasa .
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman4
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulit inang
atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan ke dalam
tubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan inangnya dan
menyelesaikan perkembangannya di luar tubuh inang (sebagai
ektoparasitoid) dan sebagian besar di dalam tubuh inang (sebagai
endoparasitoid). Fase inang yang diserang pada u,mumnya adalah telur dan
larva.
Ada spesies parasitoid yang hanya digunakan oleh satu parasitoid untuk
dapat melengkapi perkembangannya sampai fase dewasa pada satu inang.
Parasitoid semacam ini disebut parasitoid soliter. Sedangkan parasitoid
gregarius adalah jenis parasitoid yang lebih dari satu individu dapat hidup
bersama-sama dalam tubuh satu inang. Banyak lebah Ichneumonid
merupakan parasitoid soliter, dan banyak lebah Braconid dan Chalcidoid
yang bersifat gregarius.
Terdapat 6 ordo dan 86 famili serangga yang termasuk parasitoid yaitu
Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Neuroptera,, dan
Strepsiptera. Dalam ordo Hymenoptera yang terbanyak parasitoid adalah
famili Ichneumonidae, Braconidae, dan Chalcidoidea.
b. Predator
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau
memangsa binatang lainnya.
Beberapa perbedaan antara predator dan parasitoid:
1) Parasitoid umumnya monofag atau oligofag
2) Dalam perkembangannya parasitoid memerlukan satu inang, sedangkan
predator memerlukan banyak mangsa
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman5
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
3) Yang mencari inang pada parasitoid adalah serangga dewasa betina,
tetapi pada predator serangga jantan dan betina
Hampir semua jenis ordo serangga mempunyai jenis yang menjadi predator,
seperti Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Diptera, dan hemiptera.
Beberapa famili yang terkenal adalah kumbang kubah (Coleoptera :
Coccinellidae), Kumbang tanah (Coleoptera : Carabidae), Undur-undur
(Neuroptera : Chrysopidae.
c. Mikroorganisme patogen
Jenis- jenis mikroorganisme yang berperan sebagai agen pengendali hayati
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Bakteri
Kelompok bakteri yang lebih penting adalah bakteri pembentuk spora
yang pada saat ini telah banyak digunakan sebagai insektisida mikrobial.
jenis bakteri patogen yang penting adalah bakteri Bacillus popiliae dan
Bacillus thuringiensis . Fungsi bakteri: Bacillus popilliae yaitu
menyebabkan seperti penyakit susu pada kumbang jepang Popiliae
japonica dan kumbang skarabid lainnya. Bacillus thuringiensis sangat
efektif digunakan untuk mengendalikan larva ordo Lepidoptera dan
larva nyamuk
Gejala serangan :
Bacillus thuringiensis sporulasi dalam tubuh serangga membentuk kristal
yang mengandung protein beracun. Bila spora dan kristal bakteri
dimakan oleh serangga yang peka maka terjadi gejala paralisis yang
mengakibatkan kematian inang. Kristal bakteri akan melarut dalam
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman6
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
saluran pencernaan. Dalam jaringan tersebut bakteri mengeluarkan
toksin yang dapat mematikan serangga
2) Cendawan (fungi)
a). Kelompok jenis jamur yang menginfeksi serangga kita namakan
jamur entomofatogenik, jenis yang terkenal adalah Nomuraea
rileyi, Metharizium anisopliae, dan Beauveria basiana.
b). Gliocladium dan Trichoderma termasuk dalam satu famili yaitu
Moniliaceae
Gliocladium sp. dapat memproduksi gliovirin dan viridin yang
merupakan antibiotik yang bersifat fungisitik. Gliovirin merupakan
senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur
patogen dan bakteri. Cendawan Gliocladium sp memarasit
inangnya dengan cara menutupi atau membungkus patogen,
memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel
patogen hingga patogen mati. Diketahui pula bahwa beberapa
spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin
dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui
dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang
menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang
terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang
kuat dengan patogen (Chet, 1987).
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman7
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
Lembar Kerja 1
Identifikasi Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Agen Pengendali Hayati
Tujuan Praktek
Setelah menyelesaikan kegiatan ini, peserta didik mampu mengidentifikasi jenis-jenis
mikroorganisme agen pengendali hayati.
b. Alat dan Bahan
Alat :
Mikroskop elektrik
Jarum ose
Tissue
Beaker glass
Pipet tetes
Pembakar bunsen
Bahan :
Biakan murni Gliocladium sp
Biakan murni Trichoderma spp
Biakan murni Beauveria bassiana
Aquades steril
c. Langkah Kerja :
1. Amati jenis-jenis agen pengendali hayati yang telah disediakan secara
makroskopis dan mikroskopis!
Buatlah sediaan mikroskopis dari biakan murni Gliocladium sp, Trichoderma spp
dan Beauveria bassiana dengan cara mengambil sedikit
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman8
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
dengan ujung jarum preparat secara aseptik (dekat api)!
2. Teteskan akuades pada kaca preparat, kemudian campur dengan air biakan
murni tadi dengan ujung jarum lalu tutup dengan kaca penutup.
3. Amati di bawah mikroskop struktur tubuhnya dengan bagian-bagiannya1
4. Gambarkan hasil pengamatan
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman9
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Membuat Pestisida Hayati dari Agen Pengendali Hayati
1. Lembar Informasi
Menurut Baker and Cook (1982), pengendalian hayati adalah tindakan penekanan
kepadatan inokulum atau aktifitas patogen yang berada dalam keadaan aktif atau
dorman oleh satu atau lebih organisme. Pengendalian hayati dapat berjalan dengan
alami melalui manipulasi lingkungan inang (tumbuhan), agen pengendali hayati atau
dengan introduksi masal satu atau lebih agen pengendali hayati.
Jenis-jenis agen pengendali hayati yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan
penyakit tumbuhan adalah bakteri, virus, protozoa, nematoda, tungau dan jamur.
Jamur pengendali hayati adalah Trichoderma spp., Gliocladium sp dan Metharizium sp.
(baker and Cook, 1982).
Berikut beberapa contoh pembuatan pestisida hayati dari microbial agent, yaitu
sebagai berikut :
a. Jamur Metarrhizium anisopliae
Perbanyakan jamur dilakukan pada PDA, setelah itu dipindahkan ke dalam media
jagung pecah. Pada media jagung tersebut akan tumbuh miselium berwarna putih
dan spora-spora jamur berwarna hijau olive. Suspensi jamur dibuat dari biakan
pada media jagung yang disuspensikan ke dalam akuades dan disaring. Suspensi
ini dihitung kepekatan sporanya dengan alat Haemocytometer di bawah
mikroskop dengan perbesaran 400 – 600 x, sehingga diperoleh suspensi dasar
yang selanjutnya akan diencerkan sesuai kebutuhan.
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman10
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
b. Gliocladium sp.
Gliocladium sp diperbanyak pada media PDA dengan cara isolat murni Gliocladium
sp yang berada dalam tabung reaksi dituangkan ke tanah yang mengandung
patogen, lalu diinkubasikan selama satu minggu. Tanah tersebut disirami setiap
hari sampai lembab. Kemudian tanah yang mengandung patogen dan jamur
antagonis diambil satu gram, lalu diencerkan dengan aquades steril sampai
dengan 10-5. Satu milimeter hasil pengenceran tanah ditumpahkan ke dalam
cawan petri lalu ditambah sembilan mililiter media PDA dan antibiotik. Campuran
tersebut digoyang sekitar 20 kali, kemudian diinkubasikan dalam suhu kamar
selama 2 hari. Pada hari ke-3 pindahkan jamur antagonis ke dalam cawan petri
yang mengandung PDA steril, lalu diinkubasikan selama 4 hari. Pilih satu cawan
petri yang mengandung koloni Gliocladium sp murni. Setelah dipotong-potong
dengan alat Cork Boorer, setiap satu potongan dipindahkan ke cawan petri, lalu
diinkubasikan selama tujuh hari. Dengan demikian diperoleh koloni murni
Gliocladium sp.
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman11
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
Lembar kerja 2
PERBANYAKAN MIKROBA ANTAGONIS (Gliocladium sp.)
a. Tujuan
Setelah melakukan praktek perbanyakan mikroba antagonis, peserta diklat
diharapkan mampu mendapatkan biakan murni mikroba antagonis Gliocladium sp.
sebagai bahan Pestisida hayati
b. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Laminar Air Flow 1. Biakan murni Gliocladium sp.
2. Pembakar Bunsen 2. Alkohol &0%
3. Autoclave 3. Akuades steril
4. Jarum ose 4. Kentang
5. Hot Plate 5. Dextrose
6. Batang pengaduk 6. Agar
7. Cawan petri
8. Gelas ukur
c. Langkah Kerja :
1. Buatlah media PDA dengan cara sebagai berikut :
a. Timbanglah kentang yang sudah dikupas sebanyak 100 gr!
b. Masukkan ke dalam 500 ml akuades, panaskan pada hot plate dengan mag-
netic stirrer!
c. Panaskan sampai mendidih sehingga kentang menjadi matang!
d. Saringlah larutan kentang dengan kertas saring, sehingga diperoleh ek-
straknya!
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman12
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
e. Tambahkan ekstrak kentang dengan air sampai volumenya 500 ml dalam
beacker glass!
f. Masukkan agar dan dextrose masing-masing 10 gram ke dalam larutan ek-
strak kentang, lalunpanaskan kembali aduk sampai mendidih!
g. Setelah mendidih tuang ke erlenmeyer sekitar 80 ml, tutup dengan kapas
dan kain kasa atau penutup karet!
h. Sterilkan media dalam autoklaf pada suhu 121oC pada tekanan 1 atm/ 15 psi
selama 15 menit !
2. Media PDA yang telah disterilisasi diamkan sampai hangat-hangat kuku, tuang ke
dalam 10 cawan petri steril di dekat api (aseptik)!
3. Setelah dingin / membeku, celupkan jarum ose dalam ke dalam alkohol 96% ke-
mudian bakar di api lampu spirtus!
4. Ambil sedikit mikroba Gliocladium sp. dengan ujung jarum ose yang telah
dibakar!
5. Panaskan petri yang telah berisi media PDA dengan cara memutar-mutar bagian
pinggirnya!
6. Inokulasikan mikroba ke dalam cawan petri, kemudian tutup!
7. Amati pertumbuhan koloni biakan murni Gliocladium selama satu minggu!
8. Kira-kira pada hari ke- 5 atau ke-7 biakan sudah bisa dipanen digunakan!
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman13
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
C. KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
Menggunakan Pengendali Hayati (Pestisida hayati) terhadap Hama dan Penyakit
Tanaman
1. Lembar Informasi
Patogen serangga dapat digunakan dalam Pengendalian Hama Tanaman (PHT)
melalui beberapa cara dan sasaran yaitu :
1. Memanfaatkan secara maksimal proses pengendalian alami oleh patogen hama
Ada banyak jenis jamur patogen penyebab penyakit dan jamur yang mampu
menekan populasi hama secara alami sehingga populasi tetap berada di bawah
aras ekonomik. Kita harus menjaga ekosistem sedemikian rupa sehingga patogen
dapat melaksanakan fungsinya secara “density dependent”. Untuk itu keadaan
dan perkembangan hama yang penting perlu terus dipantau dan menjaga
tindakan-tindakan yang mengurangi berfungsinya patogen hama dapat dibatasi
sekecil mungkin.
2. Introduksi dan aplikasi patogen hama sebagai faktor mortalitas tetap
Prinsip penggunaan patogen hama disini sama dengan introduksi serangga
parasitoid atau predator untuk menekan populasi hama untuk jangka waktu yang
panjang. Caranya adalah dengan memasukkan dan menyebarkan patogen pada
suatu ekosistem sedemikian rupa sehingga patogen tersebut mantap di
ekosistem yang baru ini, sehingga menjadi faktor mortalitas tetap bagi spesies
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman14
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
hama yang dikendalikan. permulaan bagi patogen diperlukan kepadatan populasi
inang yang cukup.
3. Aplikasi patogen hama sebagai insektisida mikrobial
Aplikasi patogen perlu dilakukan beberapa kali sama prinsipnya dengan
penggunaan insektisida sintetik organik. Saat ini beberapa jenis patogen seperti
Bacillus thuringiensis telah dipasarkan dengan nama dagang tertentu.
Berbeda dengan insektisida sintetik organik maka insektisida mikrobia
mempunyai keuntungan yaitu berspektrum sempit atau khas inang dan aman
bagi lingkungan hidup serta tidak membunuh binatang bukan sasaran. Kecuali itu
apabila keadaan lingkungan memungkinkan patogen hama yang diaplikasikan
pada ekosistem mungkin dapat menjadi pengendali alami hama yang permanen
di ekosistem tersebut. Teknik penggunaan pengendali hama jenis mikroba
biasanya diigunakan pada tanaman setelah melalui pengenceran untuk
mendapatkan konsentrasi yang tepat, kemudian disemprotkan ke seluruh
tanaman atau langsung ke dalam tanah di sekitar perakaran, sedangkan untuk
microbial agen yang telah dikeringkan dan dicampur dengan media lain dapat
langsung dibenamkan kedalam tanah atau ditebarkan ke tanah disekitar
tanaman.
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman15
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Ike, Karakterisasi Enzim Fosfomonoesterase dari Isolat Mikroba Tanah Pelarut Fosfat Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur, Bogor : Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, IPB, 2002.
Chet,I (Ed.), 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A Wiley-Interscience Publication, USA. (Google terjemahan, di browsing tanggal 07 Desember 2010).
Goenadi, Didiek H., Biofertilizer Emas® untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk dalam Budidaya Tanaman yang Aman Lingkungan, Bogor : Publikasi penelitian, Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan, 2002.
Galli, E., Tomati U., and A. Grappeli, Microbial Proceses related to organic matter breakdown by eartworm and their infuence on planth growth. Prague, CSSR: Studies About Humus. Vol. 14, 1983.
Paristiyani Nurwardani, 1996, Pengendalian Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. melonis) pada Tanaman Melon, (Cucumis melo cv. Cantrlupensis Naud) dan Perbanyakan Masal Agen Pengendali Hayati (Gliocadium sp.), Thesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang.
Ratna Siri Hadioetomo, 1985, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia, Jakarta.
Suyono, Toni, dkk., Peranan Organisme Tanah terhadap Kesuburan Tanah, Materi Kejuruan Terintegrasi Lingkungan Hidup untuk Sekolah Menengah Kejuruan, Edisi Pertama, , Malang : Indah Offset, 2000.
Sutanto, R. Memahami Perinsip Pemupukan Berimbang dalam Pertanian. Dalam : Makalah. Pertanian Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta, 1996.
Toni Suyono, Ir., dkk, 1999, Mengurangi Penggunaan Pestisida, untuk Sekolah Menengah kejuruan (SMK), PPPG Pertanian (VEDCA) Cianjur, Malang.
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman16
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati
Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT
Edisi :A No. Modul
Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman17