PENGAMBILAN SPESIMEN BAKTERI
Yang dimaksud dengan pengambilan sampel adalah mengambil specimen atau sampel
atau bahan pemeriksaan dari penderita, dengan memperhatikan waktu pengambilan, cara
pengambilan, dan banyaknya sampel yang diambil. Ada pula sampel diambil dari luar
penderita yaitu dari lingkungan/ sekitar penderita, misalnya air, makanan, minuman, dsb.
A. Cara Pengambilan Sampel Luka (Kulit)
a. Waktu pengambilan
Setiap waktu boleh diambil. Idealnya sebelum penderita mendapatkan pengobatan
dengan antibiotika
b. Cara pengambilan
- Menyiapkan cotton bud steril, media Carry and Blair sebagai
media transport dan tempat steril untuk menyimpannya.
- Menghapuskan luka atau kulit yang akan diambil sampelnya
dengan cotton bud. Hindari cotton bud kontak dengan sekeliling luka atau
kulit yang akan diambil sampelnya
c. Jumlah yang diambil dan penanganannya
- Dua sampai tiga batang cottun bud yang sudah dioleskan pada
luka atau kulit tersebut dimasukkan ke dalam media transport
d. Penyimpanan
Cotton bud berisi sampel dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau
apabila dimasukkan ke dalam media transport dapat disimpan pada suhu kamar
selama 3 jam, sedangkan jika disimpan dalam lemari es dapat mencapai 15 hari.
Staphylococcus aureus
Morfologi :
Gram positif, kokus, kecil-kecil, diamater 0,8-1 mikron, berkelompok yang tidak teratur
seperti kelompok buah anggur yang biasa disebut staphylococcus, tidak berspora, tidak
berkapsul, tidak bergerak.
Kultur dan Biokimia :
Blood agar plate : koloni sedang sampai besar, smooth, keping, berwarna putih
sampai kuning, hemolitik atau anhemolitik
Manitol Salt Agar : koloni kecil sampai sedang, smooth, kuning dikelilingi oleh zona
berwarna kuning juga
Nutrient Agar : koloni berwarna putih sampai kunig, smooth, keping, cukup subur
Manitol : asam baik diinkubasi pada kondisi aerob maupun anaerob
Positif test : katalase test, staphylase test, D-Nase test test, koagulase test
Negatif test : oksidase test
Isolasi dan Identifikasi :
Hari I:
- Spesimen ditanam pada media Blood Agar plate dan Manitol Salt Agar plate
- Masukkan ke dalam inkubator dalam suhu 37 derajat celcius, 24 jam
Hari II:
- Koloni yang tersangka Staphylococcus dilakukan pewarnaan
gram
- Jika gram Staphylococcus gram positif ditanam pada media
nutrient agar, D-Nase agar, gula manitol.
- Inkubasi 37 derajat celcius, 24 jam
Hari III:
- Diamati dan dicatat pertumbuhan pada masing-masing media
- Hasil pengamatan pada media dan tes-tes dibandingkan dengan
sifat-sifat kultur dan biokimianya, untuk ditentukan diagnosanya
Streptococcus pyogens
Morfologi :
Gram positif, streptokokus yaitu coccus kecil-kecil yang berbentuk bulat bola atua oval,
berpasangan, memebntuk rantai pendek atau panjang, tidak berspora, tidak bergerak, ada
yang berkapsul.
Kultur dan Biokimia :
Blood agar plate : kecil-kecil, diameter 0,5 - 1 mm, smooth, bulat, jernih, sedikit
cembung, berwarna putih sampai abu-abu , beta hemolitik
Blood Broth : keruh, hemolitis (terjadi warna merah di atas endapan eritrosit)
Mac Conkey agar : tidak tumbuh
Endo agar : tidak tumbuh
Positif test : oksidase test
Negatif test : katalase test
Isolasi dan Identifikasi :
Hari I:
- Spesimen ditanam pada media Blood Agar plate
- Masukkan ke dalam inkubator dalam suhu 37 derajat celcius, 24 jam
Hari II:
- Koloni yang tersangka Streptococcus dilakukan pewarnaan gram
- Jika Streptococcus gram positif ditanam pada media Blood agar
tube dan Blood Broth
- Inkubasi 37 derajat celcius, 24 jam
Hari III:
- Diamati dan dicatat pertumbuhan pada masing-masing media
- Hasil pengamatan pada media dan tes-tes dibandingkan dengan
sifat-sifat kultur dan biokimianya, untuk ditentukan diagnosanya
Mycobacterium leprae
Nama lain : Hanssens bacillus
Penyakit yang ditimbulkannya adalah kusta, lepra, leprosy, Hanseniasis, Hansen’s
disease atau morbus hansen
Ciri – Ciri :
berbentuk batang lurus atau batang bengkok; 0,2 - 1,4 x 1 - 7 µm
terdapat pada sel lepra dan bebas pada saluran limpa
hasil pemeriksaan langsung : packet of cigar’s (globy)
bersifat tahan asam, gram positif, nonmotil, tidak berspora, diduga berkapsul yang
dapat rusak ketika diwarnai oleh carbol fukhsin
basil yang berasal dari lesi yang akut : warna lebih baik; lesi yang diobati : kurang
menyerap warna
Didapat INDEKS MORFOLOGI
Bakteri yang tidak dapat memenuhi Postulat Koch
Waktu generasi bakteri ini terpanjang : 20-30 hari
Waktu inkubasi : kaki mencit 5-6 bulan, pada manusia 10-12 tahun
Penderita lepra memberikan hasil positif pada TES LEPROMIN, yaitu suatu tes
imunologis yang spesifik pada kulit yang dilakukan dengan menyuntikkan secara
intrakutan dari antigen yang dibuat dari nodul lepromatous.
Tujuan dari tes lepromin (sekarang menggunakan antigen Darmedra) :
untuk mengetahui ketahanan hospes terhadap M. leprae
menentukan prognosis penyakit leprae
membantu menegakkan diagnosis penyakit lepra
mengetahui hasil pengobatan terhadap penyakit lepra
Pembacaan hasil dari tes lepromin :
Early Fernandes Reaction (dibaca setelah 48 jam)
Reaksi timbul cepat dalam waktu 24 - 48 jam.
Positif : terdapat erytema dan indurasi
Negatif : bila hanya terdapat eritema atau tidak ada perubahan pada tempat
suntikan
Delayed Mitsuda Reaction (dibaca setelah 4-6 minggu)
Positif : terdapat populae kecil yang timbul setelah 7 - 10 hari, kemudian berubah
menjadi papula besar, yang selanjutnya menjadi nodul dengan diameter 1 cm
Negatif : tidak ada reaksi local, atau reaksi local yang positif kemudian berubah
menjadi negative (disebabkan adanya basil lepra yang utuh)
Evaluasi hasil Tes Lepromin
Untuk mengetahui daya tahan hospes :
Pada lepra yang ganas, selalu diperoleh tes lepromin yang negative pada tipe
lepromatus yang dini memberikan reaksi positif dan berhubungan dengan prognosis
yang baik
Hasil tes lepromin negatif terjadi pada tipe lepromatous akut, dimana penderita dalam
kondisi prealergia
Hasil tes lepromin positif, selain pada lepra dini (tipe tuberkuloid) juga terdapat pada
anak-anak yang divaksinasi BCG.
Bentuk klinis :
International Conggres of Leprosy di Madrid (1953) : terdapat 4 bentuk infeksi
oleh M. leprae
1966, Ridley dan Jopling, membagi :
1. Tuberkuloid (TT) type
2. Borderline tuberculoid (BT) type
3. Borderline borderline (BB) type
4. Borderline lepromatous (BL) type
5. Lepromatosus leprosy (LL) type
Tuberkuloid (TT) :
Daya tahan tubuh penderita masih tinggi : tes lepromin postif (+) kuat
Pertumbuhan bakteri lambat
Pemeriksaan bakteriologis hampir selalu negative, bila positif tidak dalam bentuk
globi
Kurang infeksius
Gejala penyakit :
Adanya lesi berupa bercak makulo anestetik dan hipopigmentasi yang terdapat
disemua tempat terutama pada wajah dan lengan, kecuali ketiak, kulit kepala,
perineum dan selangkangan. Batas lesi jelas berbeda dengan kulit disekitarnya.
Hipopigmentasi merupakan gejala yang menonjol. Lesi dapat mengalami
penyembuhan spontan atau dengan pengobatan selama tiga (3) tahun. Gejala
neurologis tampak pada stadium dini berupa anestetik, pembengkakkan saraf dan
paralisis terutama mengenai N. auricularis magnus; N. peroneus superfisialis dan N.
unaris
Borderline Tuberculoid (BT)
Gejalanya sama dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak disertai adanya kerontokan
rambut dan perubahan saraf hanya terjadi pembengkakan.
Borderline Borderline (BB)
Pada pemeriksaan bakteriologis ditemukan beberapa basil
Tes lepromin memberikan hasil negatif
Lesi kulit berbentuk tidak teratur, terdapat satelit yang mengelilingi lesi dan
distribusinya asimetris
Bagian tepi dari lesi tidak dapat dibedakan dengan jelas terhadap daerah
sekitarnya.disertai adanya adenopathi regional
Borderline Lepromatous (BL)
Lesi berupa makula dan nodul papula yang cenderung asimetris.
Kelainan saraf timbul pada stadium lanjut
Tidak terdapat gambaran seperti terjadi pada tipe lepromatous, yaitu tidak disertai
madrosis, keratitis, ulserasi maupun facies leonina
Lepromatous Leprosy (LL)
Bakteri M. leprae pada bentuk klinis LL bersifat ganas dan infeksius
Daya tahan tubuh hospes rendah, karena terjadi gangguan imunitas seluler
Tes lepromin negatif dan prognosis penyakit jelek
Pada pemeriksaan bakteriologis selalu positif dan basil ditemukan dalam bentuk globi
Gejala penyakit :
Lesi menyebar simetris, mengkilap berwarna keabu-abuan. Tidak ada perubahan
pada produksi kelenjar keringat, hanya sedikit perubahan sensasi.
Pada fase lanjut terjadi madrosis (alis rontok), facies leolina dan muka berbenjol-
benjol
Diagnosis laboratorium bahan pemeriksaan diambil dari :
Kerokan lesi kulit
Mukosa septum nasi
Serum Reitz dari cuping telinga
Cara pemeriksaan dari kerokan lesi kulit :
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian dikeringkan
Kulit diregangkan dengan tangan dan dikerok menggunakan skalpel
Gelas obyek dilekatkan pada lesi kemudian dibiarkan mengering
Sedian difiksasi,
Dilakukan pewarnaan tahan asam
Penyakit dapat ditularkan melalui kontak langsung yang infeksius. Faktor yang
mempengaruhi penularan adalah :
Kontak intim yang dan lama
Keadaan sosial ekonomi yang jelek
Usia terutama 6 bulan – 20 tahun : paling banyk 2-3 tahun
Jenis kelamin laki-laki > wanita
Kepekaan individu
Pengobatan :
1. Sebagai obat pilihan adalah DDS (diamin -difenil - sulfon), atau turunannya seperti
dapson, prominsulfetron
2. Obat yang lain, meliputi:
- oleumchaulmograe
- streptomisin,rifampisin
- clofazimin (bila telah resisten thd gol sulfon)
Pencegahan :
Menemukan kasus secara dini
Terhadap penderita aktif (di daerah endemis), dilakukan isolasi dan diberikan
pengobatan sebaik - baiknya
Pemberian DDS atau kemoprofilaksis pada anak - anak yang kontak
Pemberian vaksinas BCG karena dapat mengkonversikan tes lepromin negatif
menjadi positif
Bentuk Klinis Infeksi
KeteranganDaya tahan tinggi Tidak ada daya tahan tubuh
TT BT BB BL LL
Lesi 1 / 2 BeberapaCukup
banyakLebih banyak
Sangat banyak dan
asimetris
Basil pada pemeriksaan
langsung0 + s/d ++ +++ ++++ +++++
Tes +++ ++ + + / - 0
MIKOSIS
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Gambaran klinis
3. Pemeriksaan laboratorium :
- mikroskopis
- biakan
PEMERIKSAAN MIKOLOGI
Spesimen : kerokan kulit
Pengambilan secara aseptis, ditampung dalam piring petri / kertas amplop sterilà
biakan
Pemeriksaan mikroskopis langsung :
. Spesimen + KOH / KOH + tinta parker BB
. Kuku + KOH 30% / KOH + DMSO, tunggu 2 jam
HASIL
Dermatofita :
. Hifa, artrospora, spora
Non dermatofita :
. Yeast, blastospora, pseudohifa, hifa, spora
Biakan : ditanam pada media
SDA / DTM atau SDA + olive oil
Dieramkan suhu kamar, 370 C, 1 - 2 minggu
1. Koloni Mold :
. Dermatofita : Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton
. Non dermatofita : Exophiala, Scytalidium, Scopularopsis, Aspergillus,
Fusarium
2. Koloni Yeast
. Candida, Rhabdotorula, Malasseria
Uji kecambah, klamidospora, fermentasi, asimilasi, gula gula.
KESIMPULAN
1. Pemeriksaan mikroskopis langsung dapat untuk menentukan adanya mikosis
superfisialis : cepat, murah, sederhana.
2. Penentuan jenis fungi penyebab penyakit, perlu ditanam pada media,
membutuhkan waktu yang lebih lama.
SOAL
1. Mengambil specimen atau bahan pemeriksaan dari penderita dengan memperhatikan
waktu pengambilan, cara pengambilan dan banyaknya sampel yang diambil di sebut
dengan Pengambilan Sampel.
2. Idealnya pengambilan specimen dapat dilakukan setiap waktu.
3. Media Carry & Blair, merupakan media pertumbuhan untuk pengambilan spesimen.
4. Pada medium Manitol Salt Agar, Staphylococcus aureus membentuk koloni besar,
rough, berwarna kuning dan seringkali dikelilingi oleh zona berwarna kuning.
5. Cara pemeriksaan dari kerokan lesi kulit untuk melihat Mycobacterium leprae secara
mikroskopis dengan pewarnaan tahan asam.
6. Diagnosis laboratorium bahan pemeriksaan untuk M.leprae dapat diambil dari
kerokan lesi kulit, mukosa septum nasi dan serum Reitz dari cuping telinga.
7. Pemeriksaan jamur,spesimen dapat diambil pula dari serum darah..
8. Pemeriksaan mikroskopis langsung untuk jamur dapat diambil langsung dengan cara:
Spesimen + KOH +DMSO
Kuku +KOH 30% + Tinta parker.
9. Untuk mengkultur jamur digunakan medium Sabaroud Dextrosa Agar yang
dieramkan pada suhu kamar selama 1-2 X 24 jam
10. Pemeriksaan mikroskopis langsung dapat digunakan untuk menentukan adanya
mikosis superfisialis yang lebih cepat, murah dan sederhana.