Transcript

Pikiran Rakyato Senin o Se/asa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

(D ----1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31OJan OPeb oMar OApr .Mei OJun OJul QAgs OSep OOkt ONov ODes

Ujion Nosionol don Ujian·Kejujuron KitoOleh

HARI AZHAR PRIBADIMahasiswa Unpad Bandung

P ADA tahun ini UjianNasional (UN) dila-kukan dengan meka-

nisme baru. Untuk tingkat seko-lah menengah atas (SMA) se-derajat, digelar dengan formatbaru yakni dipergunakannya ni-lai rapor semester Ill-V dan nilaiujian sekolah sebagai dasar pe-nentuan kelulusan. Dengan per-timbangan bahwa syarat kelu-lusan "diperrnudah" maka ke-sempatan UN ulang dihapuskan.

Bertahun-tahun UN diper-

soalkan dan menjadi polemikberkepanjangan karena di-jadikan penentu kelulusan di se-jumlah daerah. Banyak yangjanggal dari penyelenggaraan-nya. Ada siswa pandai yang jus-tru tidak lulus UN, tetapi banyakkejadian anak-anak yang kurangpin tar justru lulus.

Ada dua hal penting terkaitdengan pelaksanaan UN. Perta-ma, persoalan persentase dan tar-get kelulusan yang akan dicapaisekolah. Kedua, persoalan nuraniatau kejujuran dalam pelak-sanaannya. Idealnya, dua haltersebut memang harus berjalanseiringan. Target kelulusan terca-pai dan pelaksanaannya punbersih dari berbagai kecurangan.

Karena menjadi penentu kelu-lusan, ban yak peserta UN terma-suk sekolah menempatkannyasebagai "dewa" penyelamat yangmenakutkan .•Bagi peserta didik,lulus UN artinya dapat meraihmimpi mereka melanjutkan pen-didikan ke jenjang berikutnya.Tidak lulus sama dengan mala-petaka dan amat memalukan.Sementara bagi guru dan seko-lah, kepala dinas, angka kelu-lusan UN menjadi jaminan pro-mosi gratis di tahun berikutnya.

Begitu pentingnya UNmenyebabkan perlakukan ter-hadap UN sangat istimewa. Se-bagai peristiwa yang sangat me-nentukan, persiapan pun digelarlebih panjang seperti mengusungbimbingan tes ke sekolah untukmelatih anak-anak dalam kom:

petensi mengerjakan soal-soalmirip soal UN. Masuknya lem-baga bimbel ke sekolah ini men-gundang kritik karena menggan-tikan peran guru. Peserta didikhanya disiapkan untuk lulus danlolos UN. Di sisi lain, mata pela-jaran yang tidak di-UN-kan dia-baikan.

Pemerintah sendiri, khususnyaKementerian Pendidikan Na-sional, dalam berbagai kesern-patan selalu mewanti-wanti agarsekolah jujur dalam pelaksanaanUN ini. [angan ada manipulasidata nilai, atau kasak-kusuk de-ngan memberikan jawaban darisoal-soal yang di-UN-kan kepadapara siswanya. Pemerintah puntidak main-main dalam rneng-awal UN ini agar bisa dilak-sanakan tanpa kebocoran.Mereka mendistribusikansoal-soal uj ian dart perusa-haan percetakan sampaidi tingkat rayon denganpengawalan oleh polisi.Bahkan, polisi disiagakandi ruangan tempat soalUN itu disimpan selamajadwal UN berlangsung, .dan seabrek lagi peraturanpemerintah untuk menja-ga kemurnian UN ini.

Bahkan, Menteri Pen-didikan Nasional M. Nuhpernah mengatakan,"Saya tidak pemahmenargetkan berapa yanglulus dan berapa yangtidak lulus. Yang palingutama adalah kejujuran~~--------------~~------~---

peserta UN, guru, penyelenggaraUN, pengawas, dan orang-orangdari Depdiknas sendiri." Dariapa yang dikatakan Mendiknas,tersirat sebenamya pemerintah

_ingin agar pelaksanaan UN inibersih, UN agaknya lebihbermakna sebagai ujian kejujur-an, bukan pencapaian hasil bela-jar. Berapa pun kenaikan standarkelulusan tidak akan berpe-ngaruh terhadap kualitas pen-didikan seandainya pelaksanaanUN masih seperti ini.

Namun, tidak berarti hal itumenihilkan samasekali praktikketidakjujuran dalam pelak-sanaan UN ini. Ada moral hazardyang harus diperhatikan oleh ki-ta semua, bahwa proses pen,did ikan (termasuk UN) yang se-

mestinya mengusung praktik etiskejujuran, kenyataannya justrukonrradtktif Ujian asional se-lalu dipandang sebagai hasilakhir, sehingga dipersepsi secarasalah untuk selalu elihat resul-tan alih-alih prosesnya itusendiri.

Nilai kejujuran semestinyamenjadi ruh untuk diembuskan.dalam dunia pendidikan. Inilahyang perlu kita ben hi secaraterusp-rnenerus. Semuanya itutentu terpulang kembali kepadasejauh man a komin en pihakyang berkepentingan sebagaigarda terdepan untuk benar-be-nar mengedepankan aspek keju-juran ketimbang sekadar men-cari popularitas dan reputasisesaat. ***

Kliping Humas (lnpad 2011

Recommended