Perkiraan Kecukupan Energi pada Tahun 2040
Euis Ratna Dewi Hidayat/154120211, Dian Nur Elvandari/154120592
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Sekolah Arsitektur Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Bandung1 [email protected], 2 [email protected]
Abstrak
Energi merupakan salah satu kebutuhan penting terutama dalam membantu produktifitas
manusia. Di Indonesia sumber energi cukup banyak, mulai dari sumber energi tak terbarukan
yakni jenis fosil maupun yang terbarukan seperti air, panas bumi, angin, hingga kelautan pun
mampu menghasilkan energi. Namun, selama ini Indonesia masih sangat bergantung dengan
sumber energi fosil, seperti BBM, gas bumi, dan batu bara, sedangkan sumber energi tersebut
dapat habis bila dieksploitasi terus menerus. Sementara itu kebutuhan terus meningkat misalnya
jika dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang memiliki tren peningkatan per tahun
sebesar 1,51% dalam periode tahun 2000-2012. Melihat kondisi ini tentunya terjadi kekawatiran
akan tercukupinya kebutuhan di masa mendatang. Terdapat dua skenario untuk melihat kondisi di
masa depan. Skenario pertama ketika pemerintah tidak melakukan inovasi apapun untuk
menghadapi masa depan (business as usual) dan skenario kedua ketika pemerintah sadar perlunya
akan inovasi baru dalam pemanfaatan sumber energi.
Kata kunci: energi, sumber energi, supply, demand, masa mendatang.
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2017 tentang Energi bahwa energi
merupakan kemampuan untuk melakukan
kerja yang dapat berupa panas, cahaya,
mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Untuk
mendapatkan atau menghasilkan energi, maka
manusia harus memiliki sumber daya energi
yang kemudian diolah dan dimanfaatkan
menjadi sumber energi. Sumber energi terdiri
dari dua jenis, yaitu sumber energi terbarukan
dan sumber energi tak terbarukan. Sumber
energi terbarukan merupakan sumber energi
yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang
sifatnya berkelanjutan apabila dikelola dengan
baik, yaitu seperti panas bumi, angin,
bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjun air,
serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan air
laut. Lain halnya dengan sumber energi tak
terbarukan yang dihasilkan dari sumber daya
energi yang bisa habis apabila terus menerus
dieksploitasi, mayoritas berasal dari sumber
daya energi fosil, seperti minyak bumi, gas
bumi, batu bara, gambut dan serpih bitumen.
Sumber daya energi yang potensial
dimanfaatkan di Indonesia saat ini cukup
banyak, yaitu minyak bumi, gas bumi, batu
bara, panas bumi, biomasa, tenaga surya,
tenaga angin, mikrohidro, nuklir (uranium dan
thorium), gelombang laut, pasang surut air
laut, dan panas laut. Dari sumber daya energi
tersebut, sumber energi yang paling dominan
digunakan adalah dari jenis energi berbahan
bakar minyak (BBM), seperti avtur, avgas,
bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak
diesel, dan minyak bakar.
I.1 Penyediaan Energi
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa ada
banyak sekali sumber daya energi yang
potensial di manfaatkan di Indonesia. Berikut
ini adalah tabel yang menggambarkan potensi
sumber daya energi dari jenis fosil pada tahun
2012.
Tabel 1.1 Potensi Sumber Daya
Energi Fosil Beserta Wilayah
Sumber Tambangnya Tahun 2012Jenis
Ener
gi
Cadang
an
Potensi
al
Cadang
an
Terbuk
ti
Tota
l
Produ
ksi
Sumber
Miny
ak
bumi
(milia
r
barel)
3,67 3,74 7,41 315
Juta
Barel
60%
Sumatera
, 21%
Jawa, 8%
Kalmanta
n, Papua,
dan
Sulawesi
Gas
bumi
(TSC
F)
47,35 103,35 150,
35
3,17
TCF
56%
Sumatera
(Natuna),
16%
Papua,
11%
Kalimant
an, 10%
Maluku,
dan 2%
Sulawesi
Sumber
daya
Cadang
an
Batu
bara
(milia
119,42 28,97 386
juta ton
Mayorita
s ada di
Sumatera
Jenis
Ener
gi
Cadang
an
Potensi
al
Cadang
an
Terbuk
ti
Tota
l
Produ
ksi
Sumber
r ton) (Sumater
a
Selatan)
dan
Kalimant
an
(Kaliman
tan
Selatan)
Sumber : CDIEMR, 2012/2013 dalam Outlook Energi
Indonesia ,2014
Dari data diatas bahwa potensi
sumber daya energi dari jenis fosil yang
ada di Indonesia cukup banyak, namun
pemanfataannya masih sangat kecil. Hal
ini terjadi karena Indonesia masih belum
mampu menyediakan infrastruktur
pemanfaatan sumber daya energi
tersebut dengan baik. Selain itu dari data
diatas juga dapat dilihat bahwa wilayah
yag kaya akan sumber daya energi jenis
fosil ini mayoritas berada di Pulau
Sumatera dan Kalimantan. Hal ini juga
bisa menjadi masalah dalam aspek
distribusi sumebr energi yang
mengakibatkan mahalnya biaya sumber
energi karena biaya tarnsportasi yang
juga mahal, serta penyediaan sumebr
energi yang sering terlambat akibat
jarak pengiriman yang cukup jauh.
Tabel 1.2 Potensi Sumber Daya
Energi Terbarukan di Indonesia
N
o
Sumber
Energi
Potensi Kapasitas
Terpasang
1 Panas 16.502 MW 1.341 MW
N
o
Sumber
Energi
Potensi Kapasitas
Terpasang
bumi (cadangan) (Mei 2013)
2 Hidro 75.000 MW
(sumber
daya)
7.059 MW
3 Mini-
mikrohidro
769,7 MW 512 MW
4 Biomasa 13.662
MWe
1.364 MWe
5 Energi
surya
4,80
kWh/m2/day
42,78 MW
6 Energi
Angin
3-6 m/s 1,33 MW
7 Uranium 3000 MW
8 Gas
metana
batu bara
453 TSCF
(sumber
daya)
9 Shale gas 574 TSCF
(sumber
daya)
Sumber : Ditjen EBTKE, 2013 dalam Outlook Energi
Indonesia, 2014
Dari data diatas dapat dilihat
bahwa ada cukup banyak jenis-jenis
energi terbarukan yang dapat
dimanfaatkan di Indonesia, namun
pemanfaatannya masih sangat sedikit
dari keseluruhan potensi yang ada. Hal
ini karena ada beberapa maslah yang
dihadapi dalam pengimplementasian
pemanfaatan sumbe daya energi
terbarukan, seperti biaya investasi yang
tinggi, birokrasi, insentif, harga jual
produk akhir lebih mahal dibandingkan
dengan produk sumber daya energi
fosil, dan pengetahuan dalam adaptasi
fasilitas energi bersih yang masih
kurang.
Selain sumber daya energi jenis
fosil (sumber daya energi tak
terbarukan) dan beberapa sumber daya
energi terbarukan terdapat sumber daya
energi kelautan yang bisa dimanfaatkan
oleh Indonesia. Sumber daya energi
tersebut adalah energi gelombang air
laut, pasang surut, perbedaan suhu
lapisan laut (Ocean Thermal Energy
Coversion-OTEC), dan perbedaan kadar
garam atau osmosis. Sudah ada
beberapa negara yang meneliti
mengenai sumber daya kelautan ini,
diantaranya adalah Amerika Serikat,
Rusia, Perancis, Kanada, Jepang,
Belanda, dan Korea. Berikut ini
penjabaran potensi energi kelautan di
Indonesia :
Tabel 1.3 Potensi Sumber Daya
Energi Kelautan di Indonesia
Sumber
daya
energi
Potensi Sumber
Teoret
is
Tekni
s
Prakti
s
Gelomba
ng laut
(cukup
tinggi)
510
GW
(ASEL
I,
2011)
2 GW
(ASE
LI,
2011)
1,2
GW
(ASE
LI,
2011)
Sisi barat
Sumatera
, selatan
Jawa-
Bali,
NTT,
dan NTB
Pasang
surut
(tidak
terlalu
160
GW
22,5
GW
4,8
GW
Selat
antara P.
Taliabu
dan P.
Sumber
daya
energi
Potensi Sumber
Teoret
is
Tekni
s
Prakti
s
tinggi, 3-
5 meter)
Mangole
Maluku
Utara
Panas
laut
(OTEC)
57
GW
52
GW
43
GW
Ada di
16
lokasi,
diantaran
ya Bali,
Jawa,
Kalimant
an
Timur,
Sulawesi
Utara,
Selat
Makasar
Sumber : hasil analisis, 2016 dan Outlook Energi
Indonesia, 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa potensi sumber daya energi
kelautan ini pada umumnya kecil dan
tersebar. Namun, apabila sumber daya
ini turut dimanfaatkan dan
dikembangkan lebih jauh, maka akan
membantu penyediaan sumber energi
primer yang sudah ada saat ini. Terlebih
karena sumber energi kelautan ini
termasuk kedalam sumber daya energi
terbarukan, maka akan bersifat
keberlanjutan sehingga bisa membantu
cita-cita Indonesia menuju ketahanan
energi.
Selain itu, terdapat energi yang
memiliki peran sangat penting, yakni
energi listrik. Energi listrik merupakan
energi yang cukup penting dalam
membantu produktifitas manusia. Di
Indoenesia, penyediaan tenaga listrik
tidak hanya dilakukan oleh BUMN
yakni PT PLN (Persero), melainkan
juga dari pihak swasta, yakni
Independent Power Producer (IPP),
Private Power Utility (PPU), dan Izin
Operasi non bahan bakar minyak
(BBM), serta sisanya merupakan
pembangkit listrik sewa. Dari penyedia
tersebut, penyedia yang paling banyak
menyediakan energi listrik adalah PLN,
yakni sebesar 73% (32,9%), kemudian
IPP sebesar 17% (7,4 GW), PPU, izin
operasi non BBM dan pembangkit
listrik sewa menyediakan sebesar 10%
(4,5 GW). Pada tahun 2012, total
pembangkit listrik nasional, tersebut
telah menyediakan sebesar 44,8 GW.
Untuk wilayah pembangkit listrik yang
paling banyak menghasilkan listrik
adalah Jawa dan Bali yakni sebesar
73%, Sumatera sebesar 18%, dan
sisanya ada di Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, NTB dan NTT. Pulau Jawa dan
Bali memiliki penyediaan cukup besar
karena banyaknya kegiatan yang
berpusat di sana. Selain itu, jumlah
penduduknya pun juga paling banyak
diantara pulau yang lain.
Dalam mengupayakan
ketersediaan energi, Indonesia juga
melakukan impor energi. Berikut ini
adalah grafik yang akan
menggambarkan besarnya produksi,
ekspor, impor, serta konsumsi energi
primer di Indonesia tahun 2010-2011.
Gambar 1.1 Perbandingan Kondisi
Energi Primer 2010-2011Sumber : Kajian Supply Demand Energi Kementerian
ESDM, 2012
Dari gambar diatas, pada tahun
2011 dapat dilihat bahwa hasil produksi
energi di Indonesia, lebih dari
setengahnya untuk di ekspor keluar
negeri, yaitu sebesar 1.572 juta SBM.
Namun, Indonesia sendiri memiliki
kebutuhan energi yang hampir sama
banyaknya dengan jumlah yang
diekspor, yaitu 1.488 juta SBM. Dengan
demikian apabila ditotal antara
konsumsi domestik dengan jumlah yang
di ekspor didapatkan sebesar 3.060 juta
SBM yang artinya melebihi kapasitas
produksi yang ada, yaitu hanya 2.654
juta SBM. Selain itu, impor yang
mampu dilakukan hanya 426 juta SBM,
yang artinya masih sekitar 20 juta SBM
belum terpenuhi. Hal ini tentu harus
menjadi perhatian, karena energi yang
dihasilkan oleh negeri sendiri justru
banyak terpakai untuk memenuhi
kebutuhan luar negeri dengan alih-alih
untuk menghasilkan pendapatan bagi
negara. Seharusnya ekspor baru bisa
dilakukan apabila kebutuhan energi di
Indonesia sudah semuanya tercukupi,
sehingga kegiatan impor energi tidak
perlu dilakukan.
I.2 Permintaan Energi
Permintaan akan energi berasal
dari beberapa sektor, yakni sektor
industri sebesar 376 juta SBM,
transportasi 311 juta SBM, rumah
tangga sebesar 331 juta SBM, komersil
35 juta SBM, dan sektor lainnya sebesar
26 juta SBM. Selain itu di Indonesia
pada tahun 2012 dilihat dari pangsa
kebutuhan energi final, bahan bakar
minyak merupakan sumber energi yang
paling banyak digunakan, yakni sebesar
37%, kemudian disusul oleh kayu bakar
(22%), gas (12%) batu bara (11%),
listrik (10%), LPG (4%), biomasa (4%),
dan sisanya BBN/Biofuel. Dari
konsumsi bahan bakar minyak tersebut,
bensin menguasai pangsa terbesar, yakni
sebesar 50%, kemudian disusul oleh
minyak solar (37%), avtur (7%), minyak
tanah (4%) dan minyak bakar (2%).
Konsumsi akan bahan bakar minyak ini
ternyata terus meningkat dari tahun
2000 sebesar 315 juta SBM hingga 398
juta SBM pada tahun 2012. Rata-rata
peningkatannya sebesar 1,9% per tahun.
Selain bahan bakar minyak, bahan
bakar fosil lainnya yang juga termasuk
paling banyak digunakan adalah batu
bara, gas bumi. Penggunaan batu bara
pada tahun 2012 mencapai 125,3 juta
SBM. Batu bara ini seluruhnya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
energi pada sektor industri, terutama
untuk industri semen, tekstil, dan kertas.
Sementara itu, penggunaan gas bumi
pada tahun 2012 sebesar 125,3 juta
SBM. Tidak seperti batu bara yang
digunakan seluruhnya untuk kegiatan
industri, gas bumi justru mengalami
permasalahan pada keterbatasan
infrastruktur transmisi dan distribusi gas
nasional. Hal ini menyebabkan pasokan
gas bumi untuk memenuhi kebutuhan
industri menjadi terbatas.
Energi lain yang cukup penting di
Indonesia adalah energi listrik. Hal ini
karena hampir seluruh kegiatan di tiap
sektor membutuhkan energi listrik.
Namun, pada tahun 2012, rasio
elektrifikasi nasional energi listrik
masih 75,8% yang artinya masih ada
sekitar 24,8% penduduk yang belum
dialiri listrik. Untuk menghasilkan
energi listrik, pembangkit membutuhkan
input bahan bakar dari sumber daya
energi. Input bahan bakar tersebut
terdiri dari sumber daya energi tak
terbarukan hingga terbarukan. Untuk
sumber daya energi tak terbarukan yang
digunakan untuk menghasilkan energi
listrik adalah batu bara sebesar 43%
(19,1 GW), gas sebesar 27% (12 GW),
dan bahan bakar minyak sebesar 18%
(8,1 GW). Sementara itu, sumber energi
terbarukan yang digunakan untuk
menghasilkan energi adalah panas bumi
sebesar 3% dan hidro sebesar 9% atau
sekitar 4,2 GW. Saat ini, pembangkit
listrik tenaga matahari dan bayu mulai
beroperasi. Sumber energi tersebut
menghasilkan sekitar 6,9 MW.
1.3 Trend dan Faktor yang
Mempengaruhinya
Energi selalu memainkan peranan
penting dalam perkembangan hidup
manusia dan pertumbuhan ekonomi
serta kesejahteraan masyarakat. Energi
merujuk pada panas dan energi tetapi
secara bebas digunakan banyak orang
untuk mencakup bahan bakar juga.
Energi terbagi menjadi dua yaitu energi
primer seperti minyak bumi, batubara
padat, gas bumi yang diperoleh dengan
cara ditambang atau langsung dari
sumber daya alam. Yang kedua adalah
energi sekunder diperoleh dari
transformasi primer ke sekunder
contohnya listrik, produk kilang dan
arang. Adapun energi – energi
terbarukan dan limbah yang dijadikan
alternatif untuk penggunaan energi
sebagai bahan bakar, listrik dll yaitu
sumber-sumber energi terbarukan dan
teknologi untuk pembangkitan listrik
(air, angin, ombak, fotovoltaik surya),
sumber-sumber energi terbarukan tanpa
perubahan stok (panas bumi, panas
matahari), sumber-sumber energi
terbarukan dengan perubahan stok
(limbah industri, padat, biomassa,
biogas, BBN cair).
Indonesia masih memiliki potensi
sumber energi yang dapat diolah untuk
memenuhi kebutuhan energi.
Kebutuhan gas bumi di Indoensia
akan meningkat sekitar 400-500% di
tahun 2025 dibanding kebutuhan gas
bumi pada tahun 2011 jika kebijakan
migrasi BBM ke BBG pada sektor
transportasi dan sektor pembangkit
listrik. Nilai tersebut belum
mempertimbangkan peningkatan
kebutuhan gas untuk sektor industri.
Realisasi produksi minyak bumi
semakin menyusut anatar lain
disebabkan faktor natural yaitu declined
lapangan minyak. Angka produksi
diprediksi akan menyentuh titik
terendah dalam satu setengah dasawarsa
terkahir, berkisar 850 ribu s.d 950 ribu
BOPD pada tahun 2012-2013. Dalam
periode yang sama produksi gas bumi
nasional telah mencapai 1,49 juta
BOEPD. Konsumsi gas bumi Indonesia
di tahun 2030 diperkirakan akan
menjadi dua kali lipat atau lebih,
sehingga investasi infrastruktur gas
bumi suatu yang tidak bisa dihindari
(Tjandranegara et al,2011). Menurut
literatur (Braithwaite et.al,2010) di
tahun 2008 konsumi gas bumi di
Indonesia hanya 13% dari energy mix
total. Salah satu penyebab rendahnya
proporsi ini adalah karena adanya
regulasi pemerintah yang tidak
menguntungkan pihak produsen gas
bumi, terutama untuk pasokan domestik.
Regulasi ini menjadikan harga jual gas
bumi domestik jauh di bawah harga gas
bumi internasional atau ekspor,
sehingga tidak mendorong penanam
modal untuk meningkatkan ketersediaa
gas bumi dalam negeri.
Produksi minyak dan gas dari
tahun 1965-2011 menunjukkan trend
penurunan yang cukup signifikan.
Gambar 1.2
Trend Produksi Minyak dan Gas
Tahun 1965-2011Sumber : BP Statistical Review, 2013
Sementara gas konsumsi dari
tahun 1965-2011 terus meningkat,
kebutuhan akan gas terus meningkat
mencapai angka 600 ribu barel. Selama
tahun 2000-2011 konsumsi energi final
meningkat rata-rata 3% per tahun.
Konsumsi energi final terus meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,
penduduk, dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Adapun
proyeksi total kebutuhan energi final
menurut sektor pengguna menunjukkan
trend yang terus meningkat terhadap
penggunaan energi.
Gambar 1.3
Proyeksi Total Final Kebutuhan
EnergiSumber : Outlook Energi Indonesia 2013,BPPT
Dalam penggunaan kebutuhan
energi BBM masih terus mendominasi
akibat penggunaan teknologi saat ini
masih berbasis bahan bakar minyak
terutama di sektor trasnportasi.
Teknologi berbasis listrik juga terus
berkembang pesat dan dominan
digunakan hampir di setiap sektor,
terutama sektor rumah tangga dan
komersial. Oleh karena itu pemanfaatan
listrik meningkat cukup tinggi dengan
laju pertumbuhan 8,4% per tahun.
Proyeksi total kebutuhan energi final
menurut jenis bahan bakar masih
menunjukkan trend peningkatan.
Gambar 1.4
Proyeksi Jenis Kebutuhan Energi
Menurut Bahan Bakar
Sumber : Outlook Energi Indonesia, 2013
Trend peningkatan konsumsi
terhadap energi tidak hanya dilihat dari
data proyeksi dan produksi yang
dihasilkan. Namun dilihat berdasarkan
data konsumsi time series dapat pula
dilakukan suatu sisntesa mengenai trend
pemakaian energi yang semakin
meningkat. Berikut grafik yang
menunjukkan trend peningkatan.
Gambar 1.5
konsumsi Energi Final Per SektorSumber : Outlook Energi Indonesia, 2013
Gambar 1.6
Konsumsi Energi Final Per JenisSumber : Outlook Energi Indonesia 2013,BPPT
Gambar di atas menunjukkan
adanya trend peningkatan dari tahun ke
tahun terhadap penggunaan energi di
setiap jenis bahan bakar energi ataupun
pemakaian energi pada setiap sektor
untuk mencukupi kebutuhannya.
1.4 Inovasi dan Kebijakan dalam
Bidang Energi Saat Ini
Dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2007, terdapat amanat dan
cita-cita yang ingin dicapai Indonesia
dalam bidang energi. Cita-cita tersebut
adalah menjadikan Indonesia sebagai
negara yang memiliki kemandirian
energi dan ketahan energi. Kemandirian
energi adalah suatu kondisi terjaminnya
ketersediaan energi dengan
memanfaatkan semaksimal mungkin
potensi dari sumber dalam negeri.
Sementara itu ketahanan energi adalah
suatu kondisi terjaminnya ketersediaan
energi dan akses masyarakat terhadap
energi pada harga yang terjangaku
dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan perlindungan terhadap
lingkungan hidup. Untuk itu, saat ini
Indonesia tengah gencar memperbaiki
dan terus mengembangakan produksi
energi demi mencukupi kebutuhan
masyarakatnya.
Beberapa upaya yang tengah
dilakukan oleh pemerintah adalah
diversifikasi energi, konservasi energi,
feed-in tariff, dan beberapa kebijakan
lainnya. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai inovasi dan kebijakan yang
tengah dilakukan oleh pemerintah.
a. Diversifikasi Energi
Diversifikasi energi ini didorong
supaya kebutuhan akan energi tidak
terus bergantung kepada sumber energi
berbahan bakar minyak (BBM). Hal ini
karena BBM merupakan jenis sumber
energi fosil yang terasuk kedalam
sumber energi tak terbarukan.
Dikawatirkan ketergantungan ini
nantinya akan menimbulkan masalah
mengingat supply BBM terus menurun
produktifitasnya. Diversifikasi energi ini
juga dilakukan mengingat masih
banyaknya sumber daya energi lain
yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi, yaitu ada batu bara, gas
bumi, dan energi terbarukan.
Diharapkan Indonesia dapat memiliki
ketahanan energi dengan strategi ini.
Saat ini pemerintah telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang
mendukung diversifikasi energi.
Peraturan-peraturan tersebut adalah
Peraturan Menteri ESDM Nomor 25
Tahun 2013 tentang pemanfaatan BNN
yang telah direvisi dengan tujuan untuk
meningkatkan target biodiesel sebesar
30% pada tahun 2025 dan menurunkan
target bioethanol dari tahun 2015-2020
lalu meningkatnya pada tahun 2025
sebesar 20%. Kemudian Peraturan
Menteri ESDM Nomor 17 tahun 2013
mengenai pemanfaatan energi surya
untuk menaikan harga beli listrik dari
PLTS oleh PT PLN. Kemudian
Peraturan Menteri ESDM Nomor 19
tahun 2013 mengenai pemanfaatan
sampah kota untuk dijadikan tenaga
listrik yang nanti akan dibeli oleh PT
PLN. Kemudian Peraturan Menteri
ESDM Nomor 8 Tahun 2014 mengenai
pemanfaatan BBG untuk menugaskan
badan usaha demi menyediakan dan
mendistribusikan BBG.
Selain itu terdapat prospek
pengembangan alternatif sumber energi
baru yang dapat dilakukan. Prospek
pengembangan tersebut adalah prospek
biodiesel sebagai bahan bakar pengganti
solar, pengembangan perkebunan energi
berbasis kelapa sawit, prospek CNG
sebagai bahan bakar pengganti bensin
dan prospek pengembangan bioetanol.
Pemerintah juga telah mencangkan
mengenai kebijakan bahan bakar nabati
sebagai energi baru terbarukan. Peran
strategis BBN adalah untuk
meningkatkan kapasitas terpasang
penyediaan enrgi, mensubstitusi
penggunaan BBM, mempercepat
penyediaan akses energi modern di
pedesaan, dan penurunan emisi gas
rumah kaca.
Berikut ini merupakan tabel yang
menjelaskan rencana pengembangan
potensi sumber daya energi kelautan di
Indonesia sebagai salah satu dukungan
diversifikasi energi.
Tabel 1.4 Rencana Pengembangan
Potensi Sumber Daya Energi
Kelautan di Indonesia
Samudra 2010-
2015
2010-
2020
2010-
2025
Energi Gelombang 50 MW
a Teknologi Uji
Coba
Pengganti
pembangk
it listrik
diesel
pada
Pembang
kit listrik
utama
bersaing
dengan
Samudra 2010-
2015
2010-
2020
2010-
2025
daerah
terpencil
dan
pulau-
pulau
kecil
pembang
kit listrik
lainnya
b Output per
unit
<100
kW
100kW- 1
MW
0,5 – 2
MW
c Biaya
pembangkit
an
Rp./ kWh
1500-
2000
Rp./kWh
1000-
1500
Energi Pasang Surut 1000
MW
a Teknologi Uji
Coba
Pembang
kit utama
untuk
wilaayh
timur
Indonesia
Pembang
kit utama
untuk
wilayah
timur
Indonesia
b Output per
unit
1
MW
10-50
MW
50-200
MW
c Biaya
pembangkit
an
Rp./
1000-
1500
Rp./ kWh
600-1000
Energi Arus Laut 500 MW
a Teknologi Uji
Coba
Pengganti
pembangk
it listrik
diesel
pada NTB
dan NTT
Pembang
kit utama
di Nusa
Tenggara
b Output per
unit
<100
kW
100 kW-
1MW
10-100
MW
c Biaya
pembangkit
an
Rp./ kWh
1500-
2000
Rp./ kWh
1000-
1500
OTEC (Ocean Thermal Energy 100 MW
Conversion)
a Teknologi FS &
Pilot
Proje
ct
Pengganti
Oembang
kit listrik
diesel
pada
pulau-
pulau
kecil
Pembang
kit pada
daerah
wisata
dan
industri
produk
sampinga
n
Pembang
kit listrik
uatam
bersaing
dengan
pembang
kit listrik
lainnya
b Output per
unit
1-5
MW
1-5 MW 50-100
MW
c Biaya
pembangkit
an
Rp./ kWh
1500-
2000
Rp./ kWh
1000-
1500
Total 1650 MW
Sumber : Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia
(METI)
b. Konservasi Energi
Konservasi energi ini sempat
tersendat masalah. Kebijakan Rencana
Induk Konservasi Energi Nasional
(RIKEN) tahun 2005 sebagai ganti dari
RIKEN tahun 1995 tidak jadi ditetapkan
oleh KESDM. Namun pada tahun 2013
dan 2014 KESDM kembali menyusun
draft RIKEN sebagai penjabaran
Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun
2009 tentang Konservasi Energi.
Persoalan kembali terjadi karena
tertanyata sasaran RIKEN belum sesuai
dengan sasaran Rencana Umum Energi
Nasional (RUEN) yang masih dalam
tahap penyusunan. Namun demikian,
sudah ada kemajuan untuk melakukan
kebijakan konservasi energi, sehingga
pengelolaan energi di Indonesia dapat
berkelanjutan.
c. Feed-in Tariff
Kebijakan ini ditetapkan pada
tahun 2014 tentang pemanfaatan panas
bumi dan tenaga air. FiT panas bumi
dikeluarkan guna mempercepat
pengembangan panas bumi yang
nantinya tenaga listrik dari hasil panas
bumi yang disediakan PLTP dibeli oleh
PT PLN. Selain itu, FiT air juga untuk
mengurusi pembelian tenaga listrik PT
PLN ke PLTA. Hal ini dilakukan untuk
memaksimalkan kinerja PLTA dan
menjag keberlangsungan perasi PLTA
dengan target 10 MW. Peningkatan
harga dan tercapainya target akan
mendorong pembangunan PLTA baru.
Kebijakan lainnya yang
menyangkut supply energi listrik adalah
penambangan kilang minyak baru
berdasarkan Peta Infrastruktur Kilang
dari Direktorat Jenderal Migas,
Kementerian ESDM tahun 2012 yang
terdiri atas kilang minyak Plaju II,
Balongan II, dan Tuban yang masing-
masing dengan kapasitas 300 ribu
barel/hari. Selain penambahan kilang
baru pemerintah juga mengupayakan
adanya upgrading teknologi pada kilang
minyak yang sedang beroperasi.
Kemudian akan di bangun pula
pembangkit listrik super-critical boiler
untuk PLTU batubara 1000 MW di
wilayah Jawa dimanfaatkan mulai tahun
2018.
II. PEMBAHASAN
Untuk mmenggambarkan perkiraan
kecukupan energi pada tahun 2040, penulis
menggunakan dua skenario, yakni skenario
business as usual dan skenario optimis.
Dalam tiap analisisnya, penulis menggunakan
beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut
adalah sebagai berikut:
- Adanya peningkatan jumlah penduduk.
Peningkatan jumlah penduduk ini dilihat
dari data peningkatan jumlah penduduk
sebesar 1,51% per tahun sejak tahun
2000 hingga tahun 2012.
- Adanya peningkatan konsumsi, baik
dari sektor industri, transportasi,
komersil dan rumah tangga.
Peningkatan konsumsi ini dilihat dari
adanya tren peningkatan rata-rata
konsumsi energi sebesar 2,9% per tahun
dari tahun 2000-2012. Dengan jenis
energi yang paling dominan digunakan
adalah BBM.
- Skenario 1 : adanya penurunan produksi
energi primer dan tidak ada upaya
menggunakan alternatif energi lainnya
atau memanfaatkan potensi yang belum
dimanfaatkan. Penurunan ini dapat
dilihat pada tren yang menunjukkan
produksi minyak dan gas dari tahun
1965-2011 mengalami penurunan yang
cukup signifikan.
- Skenario 2 : pemerintah Indonesia tidak
hanya memanfaatkan energi yang telah
dimanfaatakan sebelumnya, namun
menggunakan energi alternatif untuk
membantu pasokan energi utama. Hal
ini dapat dilihat dari adanya rencana-
rencana pengembangan beberapa
sumber energi terbarukan dan
kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk
mendukung operasionalisasi
pemanfaatan sumber energi baru
tersebut.
II.1 Skenario 1 (Business as Usual)
Skenario ini menggunakan asumsi
bahwa dengan jumlah penduduk yang
terus meningkat hingga tahun 2040
dengan laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi serta kontrol terhadap
pertumbuhan penduduk sangat lambat,
penduduk tumbuh secara natural tanpa
adanya kebijakan atau intervensi yang
secara signifikan mempengaruhi. Maka
berdasarkan trend bahwa dengan
semakin meningkatnya pertumbuhan
penduduk maka akan berpengaruh
terhadap semakin meningkatkan
kenaikan terhadap kebutuhan energi.
Sementara itu berdasarkan data yang
dieroleh dari Kementerian ESDM yang
tercatat adalah trend produksi dan
minyak dan gas dimulai dari tahun
1965-2011 mengalami trend yang
menurun. Hal ini disebabkan oleh sifat
energi yang digunakan tidak renewable
tetapi proses produksi terus berlanjut
untuk mencukup kebutuhan yang
semakin meningkat. Dengan kondisi
trend yang seperti ini, diasumsikan
dalam skenario ini adalah pemerintah
tidak melakukan upaya untuk mencari
alternatif energi baru yang dapat
digunakan, staff tenaga ahli yang dapat
mengembangkan potensi energi
terbarukan di Indonesia sangat minim
sehingga yang terjadi sumber daya alam
diekspor lalu untuk memenuhi
kebutuhan domestik Indonesia hanya
melakukan impor dari negara lain
dengan harga energi semakin mahal.
Asumsi lain yang digunakan adalah
Pemerintah tidak melakukan upaya
untuk menciptakan suatu inovasi baru
dalam penanganan permasalahan
kekurangan energi, ditunjang dengan
kebijakan terhadap energi yang dibuat
justru merugikan seperti yang terjadi
saat ini yaitu menurut literatur
(Braithwaite,et.al, 2010) di tahun 2008
konsumsi gas bumi di Indonesia hanya
13% dari energi mix total. Salah satu
penyebab rendahnya proporsi ini adalah
karena adanya regulasi pemerintah yang
tidak menguntungkan pihak produsen
gas bumi, terutama pasokan domestik.
Regulasi ini menjadikan harga jual gas
bumi domestik jauh di bawah harga gas
bumi internasional atau ekspor,
sehingga tidak mendorong penanaman
modal untuk meningkatkan ketersediaan
gas bumi dalam negeri. Jika asumsi
berdasarkan teori ini yang dipakai yaitu
kegagalan regulasi yang dilakukan
pemerintah untuk mengontrol energi
maka harga energi akan sangat mahal di
dalam negeri. Berdasarkan asumsi-
asumsi tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa pada tahun 2040 Indonesia akan
mengalami kelangkaan energi, energi
yang tersedia akan sangat mahal di
pasaran hal ini mendorong Indonesia
tidak akan mampu mencapai target
ketahanan energi di tahun mendatang.
II.2 Skenario Optimis
Seperti yang telah dijelaskan
diatas bahwa dalam skenario ini
diasumsikan kondisi variabel-variabel
yang terkait dengan konsumsi, seperti
jumlah penduduk, kebutuhan sektor
industri, transportasi, komersil, dan
rumah tangga turut meningkat.
Sementara perkembangan produksi
sumber energi utama mengalami
kemerosotan. Meskipun demikian,
sebenarnya Indonesia masih memiliki
banyak sekali cadangan alternatif
sumber energi lain, baik yang tengah
dimanfaatkan saat ini hingga sumber
energi yang belum pernah
dikembangkan di Indonesia namun
potensial untuk dikembangkan.
Untuk sumber energi minyak
bumi masih dimanfaatkan sebesar 315
juta barel dari total potensi 7,41 miliar
barel. Untuk sumber energi gas bumi
baru dimanfaatkan sebesar 3,17 TCF
dari total potensi 150,35 TSCf.
Kemudian untuk batu bara baru
dimanfaatkan sebesar 386 juta ton dari
total sumber daya 11942 miliar ton dan
cadangannya sebesar 28,97 miliar ton.
Selain dari sumber energi fosil,
sumber energi lain yang dapat
membantu mencukupi kebutuhan di
masa mendatang adalah sumber energi
terbarukan yang cukup banyak terbesar
di wilayah Indonesia. Ada beberapa
energi terbarukan yang sudah dan
tengah dimanfaatkan di Indonesia, yaitu
panas bumi, hidro, mini-mikrohidro,
biomasa, energi surya, energi angin,
uranium, gas metana batu bara, dan
shale gas. Berdasarkan data tahun 2013
silam, bahwa pemanfaatan sumber daya
energi terbarukan tersebut masih
sangatlah sedikit. Untuk panas bumi
baru terpasang sebesar 1341 MW dari
total potensi 16.502 MW, hidro baru
7059 MW dari 75000 MW, mini-
mikrohidro baru 512 MW dari 769,7
MW, biomasa baru 1364 MWe dari
13662 MWe, energi surya baru 1,333
MW dengan potensi 4,8 kWh/m2/day,
dan energi angin 1,33 MW dengan
potensi kecepatan angin 3-6 m/s.
Kemudian ada beberapa energi ain
seperti uranium dengan potensi 3000
MW, gas metana btau bara dengan
potensi sumber daya sebesar 453 TSCF
dan shale gas dengan potensi sumber
daya 574 TSCF yang belum
dimanfaatkan. Selain itu, terdapat
penelitan mengenai pemanfaatan energi
kelautan, seperti gelombang laut, pasang
surut air laut, dan panas laut yan
mempunyai potensi praktis ari 1,2 GW
hingga 43 GW. Meskipun terbilang
kecil dibandingkan dengan energi yang
dihasilkan sumber energi fosil, namun
energi ini prospektif untuk
dikembangkan dalam usaha mencapai
kecukupan energi dimasa mendatang.
Hal ini karena sumber energi tersbut
berasal dari sumber daya yang
terbarukan dan cukup tersebar di seluruh
Indonesia sehingga tidak hanya
berkelanjutan, tapi juga dapat
menghemat biaya distribusi bila
dikembangkan tersebar.
Dengan adanya upaya
pemanfaatan sumber energi baru ini,
maka pada skenario optimis ini,
kecukupan energi di Indonesia tahun
2040 bisa teratasi. Hal ini juga
sebenarnya sudah direncanakan
pemerintah antara lain dengan adanya
peraturan-peraturan yang mendorong
diversifikasi energi seperti energi listrik
yang dihasilkan dari tenaga uap dan air.
Selain itu, juga akan dibuat kilang
minyak baru yang artinya pemerintah
mulai memanfaatkan cadangan minyak
yang belum dimanfaatkan selama ini.
Apa bila rencana-rencana ini
dilaksanakan dengan baik, konsisten dan
bertanggung jawab maka pada tahun
2040, Indonesia tak perlu khawatir
untuk kecukupan energi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Ketersediaan potensi energi di
Indoensia dari jenis fosil masih cukup
banyak namun pemanfaatannya masih
sangat kecil. Permasalahan energi yang
dialami Indonesia salah satu
penyebabnya diakibatkan masih belum
mampu menyediakan infrastruktur
untuk energi. Sehingga berdampak
terhadap mahalnya biaya sumber energi
yang dikeluarkan. Selain itu Indoensia
juga masih memiliki cukup banyak
potensi energi terbarukan yang dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif
di masa mendatang. Potensi energi yang
masih rendah dalam pemanfaatannya
masih dapat diolah dan dimanfaatkan
dengan baik untuk mencukupi
kebutuhan energi di masa mendatang.
Dalam mengupayakan ketercukupan
energi, Indonesia juga melakukan impor
energi dengan anggaran yang sangat
besar. Permintaan energi berasal dari
beberapa sektor, yaitu industri,
transportasi, rumah tangga, komersil,
dan sektor lainnya. Berdasarkan trend
penggunaan energi di Indonesia bahwa
produksi energi dari tahun 1965-2011
menunjukkan nilai yang signifikan turun
sementara permintaan di setiap sektor
semakin meningkat. Berdasarkan data
ini dibuatlah dua skenario yang dapat
menjawab perkiraan ketercukupan
energi di tahun 2040. Pada skenario
pertama, yaitu business as usual dengan
menggunakan asumsi bahwa jumlah
penduduk tumbuh secara natural,
kegagalan kebijakan pemerintah,
produksi energi menurun dan tidak ada
alternatif yang dapat menggantikan
energi yang sudah habis maka energi
yang ada tidak mampu mencukupi
seluruh kebutuhan energi. Sementara itu
untuk skenario kedua, yaitu skenario
optimis dengan menggunakan asumsi
paling optimis mengenai perkembangan
Indoensia dalam menangani
permasalahan kelangkaan energi dengan
memanfaatkan potensi energi yang ada
dan memungkinan di Indonesaia maka
Indonesia sanggup mencukupi
kebutuhannya pada tahun 2040.
III.2 Saran
Saran terhadap permasalahan
kelangkaan energi di Indoensia
sebaiknya Indoensia segera
mengembangkan riset-riset penelitian
mengenai energi-energi yang dapat
dikembangkan sebagai alternatif dalam
penggunaan energi. Selain itu kebijakan
yang dibuat tidak hanya parsial pada
satu sektor saja melainkan memikirkan
secara sistematis untuk dapat
mengurangi dampak yang terjadi. Batasi
upaya untuk melakukan impor,
optimalkan sumber daya alam untuk
mencukupi kebutuhan energi di dalam
energi seperti yang tercantum dalam PP
No.15 Tahun 2004 tentang kegiatan
usaha hulu migas. Pembuatan teknologi
lebih banyak dibuat dengan tidak
menggunakan bahan bakar minyak
melainkan dapat dikembangkan dengan
energi lain yang dapat terbarukan.
Melakukan pengoptimalan bahan bakar
nabati dapat pula dijadikan suatu solusi
dalam penanganan permasalahan energi.
Untuk mendorong adanya
pemanfaatan sumber energi yang belum
dimanfaatkan dan penggunaan sumber
energi alternatif tak terbarukan perlu
banyak persiapan dan cukup mahal.
Sumber energi terbarukan cenderung
tersebar dan berada pada area yang
cukup sulit untuk dilakukan
pembangunan, seperti laut. Untuk itu
kesiapan finansial, sumber daya
manusia yang ahli, dan mental
masyarakat perlu dibangun sejak saat
ini.
Adapun tidak hanya kebijakan
atau strategi baru yang perlu diterapkan
dalam mencapai ketahanan dan
kemandirian energi masa depan.
Kebijakan dan rekayasa permintaan
akan energi pun seharusnya ada untuk
mengubah pola hidup masyarakat
Indonesia. Pola hidup masyarakat
Indonesia yang konsumtif akan
penggunaan listrik dan bahan bakar
minyak perlu sedikit demi sedikit
dirubah. Meskipun Indonesia memiliki
banyak sekali sumber energi, namun
tidak akan pernah cukup apabila untuk
memnuhi permintaan masyarakat yang
terus tidak puas dan berperilaku
konsumtif.
Saran untuk pembuatan essay
yaitu kaitkan dengan sistem
perencanaan Indonesia mengenai energi,
dikarenakan sangat jarang artikel yang
memuat mengenai perencanaan dengan
basis energi dapat pula dikaitkan dengan
dampak terhadap ekonomi, sosial,
politik bahkan budaya di Indonesia.
Daftar Pustaka :
Undang-Undang Nomor 30 tahun
2007 tentang Energi
Bahan Mata Kuliah Perencanaan
Perdesaan. 2014
Publikasi Pusat Data dan Informasi
dan Sumber Daya Mineral
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral. 2012. Kajian Supply Demand
Energi. Jakarta. Kementerian ESDM.
Diakses dari
http://prokum.esdm.go.id/
Publikasi ISBN 978-602-1328-02-6
Pusat Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Energi. 2014. Outlook
Energi Indonesia 2014. Jakarta.
BPPT. Diakses dari www.bppt.go.id
Media Data Riset-Survey & Research
Service. 2013. Realisasi dan Proyeksi
Industri Migas Indonesia. Diakses
pada
201
3http://mediadata.co.id/products/2013
/REALISASI%20&%20PROYEKSI
%20INDUSTRI%20MIGAS
%20INDONESIA%202013.pdf
Publikasi Direktorat Jendral Minyak
dan Gas Bumi Kementerina Energi
dan Sumber Daya Mineral. 2014.
Dukungan dan Peran Pemerintah
dalam Mendukung Kebijakan Energi
Nasional. Jakarta. KESDM. Diakses
pada http://pasindonesia.org/wp-
content/uploads/2014/12/DUKUNGA
N-DAN-PERAN-PEMERINTAH-
DALAM-MENDUKUNG-
KEBIJAKAN-ENERGI-
NASIONAL.pdf
Sopha, Bertha Maya. 2014. Kebutuhan
dan Ketersediaan Gasa Alam
Indonesia. Yogjakarta. Universitas
Gajah Mada. Diakses pada
htt
p://pse.ugm.ac.id/wp/wp-content/uplo
ads/Kebutuhan-dan-ketersediaan-gas-
alam-Indonesia.pdf
Hamzah, Sammy. 2015. Peraturan
Menteri ESDM No. 37/2015 dari
Perspektif Industri Hulu. Jakarta.
Indonesia Petroleum Association.
Diakses pada
http://energynusantara.com/wp-
content/uploads/2015/11/Direktur-
IPA.pdf
Tjandranegara, Abdul Qoyum. 2012.
Gas Bumi sebagai Substitusi Bahan
Bakar Minyak: Optimasi Investasi
Infrastruktur dan Analisis Dampaknya
terhadap Perekonomian Nasional.
Depok. Disertasi Fakultas Teknik
Departemen Teknik Kimia Program
Doktor Ilmu Teknik Kimia Universitas
Indonesia. Diakses pada
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/203
07665-D%201332-Gas%20bumi-full
%20text.pdf
Publikasi OECD/IEA. 2005. Manual
Statistik Energi. Paris. Diakses pada
https://www.iea.org/publications/freep
ublications/publication/statistics_man
ual_indonesian.pdf