Transcript
  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    1/29

    1

    Kegiatan Belajar pertama

    KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH DAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    1. Pengertian dan definisi Keuangan Negara

    Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek,

    subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua

    hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam

    bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik

    berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

    pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

    Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek

    sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,

    Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan

    keuangan negara.

    Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan

    dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan

    pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.

    Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan

    hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas

    dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara.

    Undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 2 memerinci keuangan Negara menjadi item

    yang meliputi hak Negara, kewajiban Negara, peneriman negara, pengeluaran negara, penerimaan

    daerah, pengeluaran daerah, kekayaan Negara, kekayaan fihak lain.

    2. Pengertian Keuangan Daerah

    Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri 21 tahun 2011,

    Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

    dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

    didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

    Ruang lingkup keuangan daerah berdasarkan Permendagri nomor 13 tahun 2006 meliputi :

    (a). hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman; (b)

    kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dan membayar tagihan pihak

    ketiga; (c). penerimaan daerah; (d). pengeluaran daerah; (e). kekayaan daerah yang dikelola sendiri

    atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak hak lain yang dapat

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    2/29

    2

    dinilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan (f) kekayaan pihak

    lain yang dikuasai pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah

    dan atau kepentingan umum.

    a. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

    Berdasarkan peraturan perundang-undangan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis

    Pajak provinsi terdiri atas: (a) Pajak Kendaraan Bermotor; (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

    (c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (d) Pajak Air Permukaan; dan (e) Pajak Rokok.

    Sementara itu pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten/Kota meliputi : (a) Pajak Hotel; (b)

    Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan; (d) Pajak Reklame; (e) Pajak Penerangan Jalan; (f) Pajak

    Mineral Bukan Logam dan Batuan; (g) Pajak Parkir; (h) Pajak Air Tanah; (i) Pajak Sarang Burung

    Walet; (j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan (k) Bea Perolehan Hak atas Tanah

    dan Bangunan.

    Disamping memiliki kewenangan untuk memungut pajak, daerah juga dapat memungut

    rertibusi. Retrebusi yang dipungut meliputi retribusi jasa umum, Retribusi jasa usaha dan Retribusi

    Perijinan tertentu. Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa

    Umum. Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Retribusi

    yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

    Pasal 110 UU 28 / 2009, menetapkan jenis Retribusi Jasa Umum, adalah :

    1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;

    2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

    3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

    4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

    5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

    6) Retribusi Pelayanan Pasar;

    7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

    8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

    9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

    10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

    11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

    12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

    13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

    14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    3/29

    3

    Pasal 139 UU 28 tahun 2009 menetapkan Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang

    pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Wajib

    Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundangundangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

    pemotong Retribusi Jasa Usaha.

    Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, menurut Pasal 140 UU 28 / 2009, Objek Retribusi

    Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang

    pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan

    pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas

    tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi

    Perizinan Tertentu menurut UU 28 tahun 2009, Pasal 141 adalah :

    1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

    2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

    3) Retribusi Izin Gangguan;

    4) Retribusi Izin Trayek; dan

    5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.

    b. Kewajiban Daerah

    Daerah memiliki kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerahdan membayar tagihan pihak ketiga. Kewajiban daerah untuk melakukan urusan pemerintahan

    merupakan bagian dari keuangan daerah. Disamping itu jika daerah mengadakan barang atau jasa,

    maka kegiatan pengadaan barang dan atau jasa tersebut akan berakibat timbulnya kewajiban untuk

    membayar harga dari barang dan atau jasa yang diperoleh tersebut.

    c. Penerimaan Daerah

    Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri nomor 21

    yahun 2011 pasal 1 angka 48 menayatakan bahwa Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke

    kas daerah. Uang masuk ke kas Negara dapat berasal dari pendapatan daerah atau berasal dari

    kegiatan pembiayaan misalkan menarik pinjaman. Mengalirnya uang ke kas daerah juga dapat

    berasal dari potongan iuran pensiun pegawai negeri yang nantinya harus disetorkan ke perusahaan

    pengelola pensiun pegawai negeri.

    d. Pengeluaran Daerah

    Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri nomor 21

    tahun 2011 pasal 1 angka 48 menayatakan bahwa Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari

    kas daerah. Pengeluaran dari Kas daerah dapat terjadi untuk pembayaran belanja, pengeluaran

    pembiayaan misalkan untuk membayar angsuran pokok hutang, atau untuk membentuk cadangan.

    Uang juga dapat keluar dari kas daerah untuk menyetorkan PPh pasal 21 yang telah dipotong dari

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    4/29

    4

    pegawai negeri daerah, pembayaran iuran tabungan pensiun ke perusahaan penyelenggara pensiun

    pegawai negeri daerah, pembayaran iuran askes dan sebagainya.

    e. Kekayaan Daerah yang dikelola sendiri dan dikelola oleh fihak lain

    Aset Daerah dapat dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah. Tetapi dapat juga pengelolaan

    sebagian dari asset daerah dilakukan oleh pihak lain. Misalkan Kabupaten Cilacap bersama dengan

    Ditjen Dikti Depdiknas telah mendirikan Politeknik yang pengelolaannya dilakukan oleh Yayasan.

    Maka asset daerah yang tertanam dalam Politeknik tersebut merupakan bagian dari keuangan

    daerah.

    f. Kekayaan fihak lain yang dikuasai daerah.

    Potongan iuran askes, iuran pension pegawai negeri yang sementara ada di kas daerah

    merupakan bagian dari keuangan daerah.

    3. Visi dan Misi Daerah

    Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel,

    efisien dan efektif di bidang perencanaan pembangunan, diperlukan adanya tahapan, tata cara

    penyusunan, pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan. Penyusunan Rencana

    Pembangunan mengacu pada UU no 25 tahun 2004 dan PP nomor 8 tahun 2008. Sesuai dengan UU

    nomor 25 tahun 2004, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan

    yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

    Sementara itu pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

    bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Untuk melakukan pembangunan tersebut

    diperlukan suatu sistem yang disebut Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sesuai dengan

    UU no 25 tahun 2004 pasal 1 ayat 3, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu

    kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan

    dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara

    negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

    Perencanaan sangat penting sebagai salah satu proses dalam pengelolaan keuangan negara/

    daerah. Perencanaan sangat bermanfaat dalam (a) mengurangi ketidakpastian serta perubahan di

    masa datang; (b) mengarahkan semua aktivitas pada pencapaian visi dan misi organisasi; (c) sebagai

    wahana untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja suatu organisasi.

    Dilihat dari jangka waktu perencanaan, perencanaan pembangunan meliputi : (1) Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang; (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah; (3) Rencana

    Pembangunan Tahunan. Sesuai dengan UU no 25 tahun 2004 pasal 1, Rencana Kerja Jangka Panjang

    meliputi kurun waktu 20 tahun, sementara itu RPJM meliputi Rencana Pembangunan Tahunan

    adalah rencana pembangunan untuk 1 tahun. Jika klasifikasi rencana pembangunan tersebut

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    5/29

    5

    dikaitkan dengan struktur pemerintahan maka rencana pembangunan dapat diikhtisarkan sebagai

    berikut :

    Kurun waktu

    perencanaan

    Tingkatan Struktur Pemerintahan

    Nasional Kementerian Provinsi

    Kabupaten/

    Kota

    SKPD

    (Propinsi/Kota)

    Rencana

    Pembangunan Jangka

    Panjang

    RPJP - RPJPD RPJPD -

    Rencana

    Pembangunan Jangka

    Menengah

    RPJMN

    Rencana

    Strategis-KL

    (Renstra KL)

    JPJMD RPJMD Renstra SKPD

    Rencana

    Pembangunan

    Tahunan

    RKP

    Rencana

    Kerja-KL

    (Renja-KL)

    RKPD RKPD

    Rencana Kerja

    SKPD (Renja

    SKPD)

    Dari tabel di atas, Daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,

    Rencana Jangka Menengah Daerah, serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Penyusunan rencana

    pembangunan di daerah ini sinkron dengan perencanaan pembangunan di tingkat pusat.

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ditetapkan dengan peraturanKepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Satuan Kerja sebagai

    perangkat daerah menyusun perencanaan jangka menengah yang disebut Rencana Strategis Satuan

    Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Renstra SKPD ditetapkan dengan peraturan Kepala SKPD

    setelah disesuaikan dengan RPJPMD yang ditetapkan oleh kepala daerah yang dilantik tersebut.

    RPJMD antara lain berisi gambaran umum kondisi daerah, gambaran pengelolaan keuangan

    daerah dan kerangka pengelolaan, analisis isu-isue strategis, Visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi

    dan arah kebijakan pembangunan daerah, serta program pembangunan daerah

    Visi dapat diartikan sebagai rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian

    sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Dengan demikian visi memiliki

    karakteristik yang (a) berorientasi masa depan; (b) Mengekspresikan kreativitas; (c) memperhatikan

    sejarah dan kondisi organisasi; (d) mempunyai standard yang tinggi, ideal serta memberikan

    harapan bagi organisasi; (e) memberi semangat; (f) bersifat ambisius dan sebagainya. Contoh Visi

    adalah sebagai berikut :

    (1). Tanah Laut Maju Berdasarkan Nilai nilai agama. Ini adalah Visi Kabupaten Tanah Laut

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    6/29

    6

    (2). Terwujudnya kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas, kota sehat dan ramah

    lingkungan, kota Pariwisata yang berbudaya, menuju masyarakat yang maju dan mandiri

    (3). Terwujudnya Kota Yogjakarta sebagai kota Pendidikan yang berkualitas, Pariwisata yang

    berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan yang prima, ramah lingkungan serta masyarakat

    madani yang dijiwai semangat Mangayu Hayuning Bawana.

    Jika kita perhatikan visi di atas, visi-visi tersebut memiliki karakteristik visi sebagaimana

    dijelaskan pada bagian di atas. Impian Kabupaten Tanah laut adalah membuat Tanah Laut yang

    maju dan memiliki nilai-nilai agama. Visi ini sangat ambisius dan memberikan harapan bagi

    penyelenggara pemerintahan maupun rakyat kabupaten tersebut.

    Demikian juga dengan visi kota Malang, visi tersebut juga merupakan cita-cita yang ingin

    dicapai oleh kota Malang yaitu kota pendidikan yang berkualitas, kota sehat dan ramah lingkungan,

    kota Pariwisata yang berbudaya, menuju masyarakat yang maju dan mandiri. Visi ini juga sangat

    ssesuai dengan sejarah dimana sejak lama kota Malang merupakan salah satu kota tujuan

    pemuda/pemudi untuk menuntut ilmu.

    Visi kota Yogjakarta juga demikian, visi tersebut merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

    kota Yogjakarta. Visi ini juga memperhatikan perspektif sejarah Yogjakarta sebagai tujuan wisata

    baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan manca Negara.

    Misi

    Misi dapat diartikan sebagai pernyataan yang menunjukkan sesuatu yang harus dilakukan

    organisasi dalam usahanya mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Secara opersional, anggota

    organisasi lebih memperhatikan misi yang sudah dinyatakan yang umumnya sudah disepakati

    sebagai interpretasi dari visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat dijadikan

    petunjuk garis besar cara pencapaian visi. Berikut ini diberikan beberapa contoh visi dan misi dari

    beberapa daerah sebagai berikut :

    a. Visi dan misi Kabupaten Tanah Laut

    Visi Kabupaten Tanah Laut adalah Tanah Laut Maju Berdasarkan Nilai nilai agama sementara

    itu Misi Kabupaten Tanah Laut adalah :

    1) Peningkatan dan pengembangan nilai nilai agama

    2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pelayanan pendidikan dan

    pelayanan kesehatan

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    7/29

    7

    3) Penguatan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada sector pertanian, peternakan, perkebunan,

    perikanan dan kelautan, kehutanan, industry, perdagangan, koperasi dan UMKM serta

    pariwisata.

    3) Peningkatan pelayanan public dan pengembangan tanah laut sebagai daerah tujuan investasi baik

    PMDN maupun PMA.

    4) Pengembangan Tanah Laut sebagai daerah tujuan wisata

    5) Peningkatan kualitas mental aparatur pemerintah, profesionalisme dan pengembangan

    kepemimpinan yang baik.

    6) Peningkatan penyelamatan dan menjamin kelestarian lingkungan

    Berdasarkan visi dan misi tersebut dirumuskan agenda pembangunan :

    Agenda 1 : Membangun Tanah laut berdasar nilai-nilai agama

    Agenda 2 : Membangun SDM yang berkualitas dan berdaya saing

    Agenda 3 : Membangun Tanah Laut yang Maju dan Sejahtera

    b. Visi dan Misi Kota Malang

    Visi Kota Malang adalah terwujudnya kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas,

    kota sehat dan ramah lingkungan, kota Pariwisata yang berbudaya, menuju masyarakat yang maju

    dan mandiri.

    Dalam rangka mewujudkan visi Kota Malang, maka dirumuskan upaya upaya yang akan

    dilaksanakan ke dalam Misi Kota Malang sebagai berikut :1) Mewujudkan dan Mengembvangkan Pendidikan yang berkualitas

    2) Mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat

    3) Mewujudkan Penyelenggaraan Pembangunan yang ramah lingkungan

    4) Mewujudkan pemerataan perekonomian Pusat Pertumbuhan Wilayah sekitarnya

    5) Mewujudkan dan mengembangkan Pariwisata yang berbudaya

    6) Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima.

    c. Visi dan Misi Kota Yogjakarta

    Visi kota Yogjakarta adalah terwujudnya Kota Yogjakarta sebagai kota Pendidikan yang

    berkualitas, Pariwisata yang berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan yang prima, ramah lingkungan

    serta masyarakat madani yang dijiwai semangat Mangayu Hayuning Bawana.

    Misi

    1) Menjadikan dan mewujudkan lembaga pendidikan formal, non formal dan sumber daya

    manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi serta kompetitif dalam

    rangka mengembangkan pendidikan yang berkualitas.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    8/29

    8

    2) Menjadikan dan mewujudkan pariwisata, seni dan budaya sebagai unggulan daerah dalam

    rangka mengembangkan kota sebagai kota pariwisata yang berbudaya.

    3) Menjadikan dan mewujudkan kota Yogjakarta sebagai motor penggerak pertumbuhan dan

    pelayanan jasa yang prima untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogjakarta dengan

    mengembangkan system ekonomi kerakyatan.

    4) Menjadikan dan mewujudkan masyarakat yang menyadari arti pentingnya kelestarian

    lingkungan yang dijiwai semangat ikut memiliki /handarbeni.

    5) Menjadikan dan mewujudkan maysrakat demokrasi yang dijiwai oleh sikap kebangsaan

    Indonesia yang berketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan

    berkeadilan social dengan semangat persatuan dan kesatuan.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    9/29

    1

    Kegiatan Belajar kedua

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    Ruang lingkuppengelolaan keuangan Negara sesuai dengan Permendagri nomor 13 tahun

    2006 meliputi azas umum pengelolaan keuangan daerah, struktur APBD, Rancangan APBD,

    Penyusunan dan penetapan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan

    penatausahaan keuangan kasda, akuntansi keuangan, pertanggungjawaban APBD. Bagian berikut ini

    akan membahas sebagian besar dari ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah tersebut.

    1. Azas umum pengelolaan keuangan daerah

    Sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri

    21 tahun 2011 pasal 4, Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-

    undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan

    azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Keuangan daerah dikelola secara tertib

    sebagaimana dimaksud di atas adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan

    tepat guna yang didukung dengan bukti bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Taat

    pada peraturan perundang-undangan berarti pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada

    peraturan perundang-undangan. Efektif berarti pengelolaan keuangan daerah diarahkan mencapai

    hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran

    dengan hasil. Efisien sebagaimana dimaksud di atas merupakan pencapaian keluaran yang

    maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran

    tertentu. Ekonomis dimaksudkan sebagai pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas

    tertentu pada tingkat harga yang terendah. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang

    memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya

    tentang keuangan daerah. Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas merupakan

    perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian

    sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian

    tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu keadilan sebagaimana dimaksud di atas adalah

    keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan

    kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif. Kepatutan bermakna tindakan atau suatu sikap

    yang dilakukan dengan wajar dan proporsional. Manfaat dimaksudkan bahwa keuangan daerah

    diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    10/29

    2

    2. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Kekuasaan Pengelolaan Keuangan daerah dipegang oleh Kepala Daerah. Kepala daerah

    selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan

    mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sebagai

    Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepala daerah mempunyai kewenangan:

    a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

    b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

    c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

    d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;

    e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;

    f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

    g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; dan

    h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

    pembayaran.

    Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan

    sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:

    a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;

    b. kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku PPKD; dan

    c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.Pelimpahan sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan keputusan kepala daerah

    berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang

    menerima atau mengeluarkan uang.

    a. Sekretaris daerah selaku Koordinator pengelola keuangan daerah

    Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas

    antara lain adalah koordinasi di bidang: (a). penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan

    APBD; (b) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah; (c). penyusunan

    rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; (d). penyusunan Raperda APBD, perubahan

    APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (e). tugas-tugas pejabat perencana daerah,

    PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah; dan (f). penyusunan laporan keuangan daerah

    dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    11/29

    3

    b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku PPKD

    Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas: (a). menyusun dan melaksanakan

    kebijakan pengelolaan keuangan daerah; (b). menyusun rancangan APBD dan rancangan

    Perubahan APBD; (c). melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan

    dengan Peraturan Daerah; (d). melaksanakan fungsi BUD; (e). menyusun laporan keuangan

    daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan (f). melaksanakan tugas

    lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

    PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang: (a). menyusun kebijakan

    dan pedoman pelaksanaan APBD; (b). mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; (c). melakukan

    pengendalian pelaksanaan APBD; (d). memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem

    penerimaan dan pengeluaran kas daerah; (e). melaksanakan pemungutan pajak daerah; (f).

    menetapkan SPD; (g). menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama

    pemerintah daerah;(h). melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; (i).

    menyajikan informasi keuangan daerah; dan (j). melaksanakan kebijakan dan pedoman

    pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

    PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangan

    daerah selaku kuasa BUD

    c. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

    Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai tugas: (a).

    menyusun RKA-SKPD; (b). menyusun DPA-SKPD; (c). melakukan tindakan yang mengakibatkan

    mengeluaran atas beban anggaran belanja; (d). melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

    (e). melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; (f). melaksanakan

    pemungutan penerimaan bukan pajak; (g). mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan

    pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; (h). menandatangani SPM; (i). mengelola

    utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; (j). mengelola barang

    milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; (k).

    menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya; (l). mengawasi

    pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya; (m). melaksanakan tugas-tugas pengguna

    anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan

    (n). bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris

    daerah.

    Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas

    sebagaimana dimaksud di atas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    12/29

    4

    kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian

    kewenangan sebagaimana tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan tingkatan daerah,

    besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau

    rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pelimpahan sebagian kewenangan

    ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

    Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut meliputi: (a) melakukan tindakan yang

    mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; (b)melaksanakan anggaran unit kerja

    yang dipimpinnya; (c) melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; (d)

    mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah

    ditetapkan; (e) menandatangani SPM-LS dan SPM-TU; (f) mengawasi pelaksanaan anggaran unit

    kerja yang dipimpinnya; dan (g) melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya

    berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

    Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud di atas

    bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

    Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasa

    pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja

    SKPD selaku PPTK. berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban

    kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. PPTK yang ditunjuk

    oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaantugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang. PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna

    anggaran/kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kuasa

    pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Tugas PPTK mencakup: (a). mengendalikan

    pelaksanaan kegiatan; (b). melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan (c).

    menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Dokumen

    anggaran tersebut mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi

    yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan.

    Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan

    pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD. PPK-SKPD

    mempunyai tugas: (a). meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang

    disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK; (b). meneliti

    kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan

    lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh

    bendahara pengeluaran; (c). melakukan verifikasi SPP; (d). menyiapkan SPM; (e). melakukan

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    13/29

    5

    verifikasi harian atas penerimaan; (f). melaksanakan akuntansi SKPD; dan (g). menyiapkan

    laporan keuangan SKPD.

    PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan

    penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

    Disamping terdapat PPTK dan PPK, di Satuan Kerja Perangkat daerah juga terdapat

    bendaharan penerimaan dan bendahara pengeluaran. Bendahara Penerimaan dan Bendahara

    pengeluaran merupakan pejabat fungsional yang diangkat oleh Kepala Daerah atas usul PPKD.

    Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas

    pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD

    3. Penatausahaan keuangan SKPD

    Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri no 21

    tahun 2011, Pasal 184 menetapkan bahwa : (1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran,

    bendahara penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai

    uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan; (2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang

    berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas

    pelaksanaan APBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari

    penggunaan surat bukti dimaksud.Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:

    a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;

    b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;

    c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;

    d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;

    e. bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;

    f. bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja

    bantuan sosial, belanja bagi basil, belanja bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan

    pengeluaran pembiayaan pada SKPKD;

    g. bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD; dan

    h. pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD

    Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud di atas didelegasikan oleh kepala

    daerah kepada kepala SKPD. Pejabat lainnya tersebut mencakup: (a). PPK-SKPD yang diberi

    wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD; (b). PPTK yang diberi

    wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    14/29

    6

    tugasnya; (c). pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan

    pendapatan daerah; (d). pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas

    dan bukti penerimaan lainnya yang sah; dan (e). pembantu bendahara penerimaan dan/atau

    pembantu bendahara pengeluaran (Permendagri 13 tahun 2006, pasal 185)

    Penatausahaan Penerimaan daerah

    Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang

    ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang

    disetor ke rekening kas umum tersebut dilakukan-dengan cara: (a). disetor langsung ke bank oleh

    pihak ketiga; (b). disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh

    pihak ketiga; dan (c). disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.

    Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh

    penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara

    penerimaan dalam melakukan penatausahaanmenggunakan dokumen :

    a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);

    b. surat ketetapan retribusi (SKR);

    c. Surat tanda setoran (STS);

    d. surat tanda bukti pembayaran; dan

    e. bukti penerimaan lainnya yang sah.Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif

    atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan

    pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui

    PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

    Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional

    atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan

    pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan

    berikutnya. Format laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan tercantum dalam

    Lampiran D.III permendagri 13 tahun 2006.

    Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar atas pertimbangan kondisi geografis wajib

    pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin membayar kewajibannya langsung pada badan,

    lembaga keuangan atau kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

    bendahara penerimaan, dapat ditunjuk bendahara penerimaan pembantu. Bendahara

    penerimaan pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada

    bendahara penerimaan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.Selanjutnya Bendahara

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    15/29

    7

    penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban

    penerimaan.

    Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka:

    a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara penerimaan

    tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan

    penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab bendahara

    penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;

    b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 _(tiga) bulan, harus ditunjuk pejabat

    bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima;

    c. apabila bendahara penerimaan sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas,

    maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai

    bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.

    Penatausahaan Pengeluaran daerah

    Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan Surat

    Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD. SPD tersebut disiapkan oleh kuasa BUD untuk

    ditandatangani oleh PPKD.Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau

    dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. SPD adalah dokumen yang menyatakan

    tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP. Berdasarkan SPD

    atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD bendahara pengeluaran mengajukan SPPkepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD. SPP tersebut terdiri

    dari:

    a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);

    b. SPP Ganti Uang (SPP-GU);

    c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan

    d. SPP Langsung (SPP-LS).

    Pengajuan SPP dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai dengan

    jenis belanja.

    SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan

    oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali

    (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

    SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang

    diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak

    dapat dilakukan dengan pembayaran Iangsung.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    16/29

    8

    SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang

    diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna

    melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk

    pembayaran Iangsung dan uang persediaan.

    SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh

    bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas dasar

    perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah,

    penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

    Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang

    digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan

    SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

    Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah

    dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan

    SP2D atasbeban beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan

    untuk mendanai kegiatan.

    Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPMGU

    adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk

    penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk

    mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-

    TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk

    penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari

    jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

    Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen

    yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas

    beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.

    Pengujian SPP dan Penerbitan SPM

    Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP,

    SPPGU, SPP-TU, dan SPP-LS yang diajukan oleh bendahara pengeluaran. Penelitian kelengkapan

    dokumen SPP tersebut dilaksanakan oleh PPK-SKPD. Dalam hal kelengkapan dokumen yang

    diajukan, PPK-SKPD mengembalikan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS kepada

    bendahara pengeluaran untuk dilengkapi.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    17/29

    9

    Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa

    pengguna anggaran menerbitkan SPM. Penerbitan SPM tersebut paling lama 2 (dua) hari kerja

    terhitung sejak diterimanya dokumen SPP. .

    Dalam hal dokumen SPP dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah, pengguna

    anggaran/kuasa pengguna anggaran menolak menerbitkan SPM. Penolakan penerbitan SPM

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (2) paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak

    diterimanya pengajuan SPP .

    Dalam hal pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berhalangan, yang

    bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani SPM. SPM

    yang telah diterbitkan diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan

    Dana (SP2D). Penerbitan SPM ini ditatausahakan oleh PPK-SKPD dalam (a). register SPM-UP/SPM-

    GU/SPM-TU/SPM-LS; dan (b). register surat penolakan penerbitan SPM.

    Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

    Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang

    digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM yang

    diajukan oleh Pengguna Anggaran.

    Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna

    anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu danmemenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

    Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan

    tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

    Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:

    a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

    b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap.

    Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan

    tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Sementara itu kelengkapan

    dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:

    a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran; dan

    b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan persyaratan yang

    ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

    Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap, kuasa

    BUD menerbitkan SP2D. Sebaliknya dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    18/29

    10

    (1) dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melampaui pagu

    anggaran, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.

    Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang persediaan/ganti

    uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada pengguna anggaran/kuasa penggguna

    anggaran. Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran

    langsung kepada pihak ketiga.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    19/29

    1

    Kegiatan Belajar 3

    KEBIJAKAN UMUM APBD

    1. APBD, Struktur APBD

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana

    keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah

    Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

    APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan

    pembiayaan daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas

    umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran

    dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Misalkan daerah menerima setoran pajak daerah,

    setoran ini jika dilihat dari sudut pandang daerah adalah penerimaan uang yang masuk ke rekening

    kas umum daerah. Pajak daerah merupakan hak daerah dan jumlah yang sudah diterima tersebut

    tidak akan dibayar kembali, sehingga penerimaan ini akan menambah kekayaan bersih daerah.

    Kekayaan daerah juga lazim disebut ekuitas dana.

    Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang

    mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan

    diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Misalkan daerah telah membayar imbalan jasa yang

    telah diberikan oleh konsultan. Pembayaran ini akan mengakibatkan keluarnya uang dari rekeningkas umum daerah yang nantinya tidak akan diterima kembali. Pengeluaran ini merupakan kewajiban

    daerah sehingga akan mengurangi kekayaan daerah atau mengurangi ekuitas dana.

    Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk

    memanfaatkan surplus. Jika rencana pendapatan lebih kecil dari rencana belanja, maka selisihnya

    harus ditutup dengan kegiatan pembiayaan. Salah satu bentuk kegiatan tersebut adalah meminjam

    uang. Jika daerah meminjam uang maka akan berakibat adanya penerimaan uang dari pinjaman.

    Pinjaman tersebut harus dikembalikan sehingga penerimaan pinjaman ini tidak memenuhi definisi

    pendapatan, melainkan merupakan penerimaan pembiayaan.

    2. Perencanaan Pembangunan dan APBD

    Jika kita merujuk pada UU 32 tahun 2004 pasal 1, dapat dikatakan bahwa unsur

    penyelenggara pemerintahan daerah meliputi Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah meliputi Gubernur/Bupati/Walikota dan perangkat Daerah

    seperti berbagai dinas atau badan di tingkat propinsi, kabupaten atau Kota. Dinas atau badan

    tersebut merupakan satuan kerja yang lazim disebut dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    20/29

    2

    Sebagaimana telah dibicarakan dalam kegiatan belajar pertama, Rencana pembangunan

    terdiri dari rencana pembangunan jangka panjang (20 tahun), rencana pembangunan jangka

    menengah (5 tahun) dan rencana pembangunan tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah (RPJMD) ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

    Kepala Daerah dilantik. Satuan Kerja sebagai perangkat daerah menyusun perencanaan jangka

    menengah yang disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Renstra

    SKPD ditetapkan dengan peraturan Kepala SKPD setelah disesuaikan dengan RPJPMD yang

    ditetapkan oleh kepala daerah yang dilantik tersebut. Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan,

    strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinyaa,

    berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

    Untuk melakukan kegiatan pada suatu tahun, Kepala Bapeda menyiapkan rancangan awal

    RKPD sebagai penjabaran dari RPJPMD (UU nomor 25 tahun 2004 pasal 20). Selanjutnya Kepala

    SKPD menyiapkan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) dengan mengacu pada rancangan awal RKPD

    dan berpedoman pada Renstra SKPD. Selanjutnya Kepala Bapeda mengkoordinir penyusunan RKPD

    dengan menggunakan renja SKPD.

    RKPD merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang

    memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan

    pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan

    mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah (UU 32tahun 2004 pasal 150 huruf d ). Keterkaitan antara RKPD dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

    dapat dilihat dari proses sinkronisasi antara RKPD dengan RKP sebagaimana diatur dalam Peraturan

    Menteri Dalam Negeri nomor 37 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran dan Belanja

    Daerah tahun Anggaran 2013.

    Baik UU no 25 tahun 2004 pasal 25 maupun UU nomor 17 tahun 2003 pasal 17 ayat 2

    menyatakan bahwa RKPD merupakan pedoman penyusunan APBD.

    Dalam proses penyusunan APBD, selambat-lambatnya pada bulan Juni Pemda mengajukan

    kebijakan umum APBD tahun berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai

    landasan penyusuan RAPBD (UU no 17 tahun 2003, pasal 18 ayat 1). Setelah kebijakan umum

    disepakati oleh Pemda dan DPRD, dibahas prioritas dan plafon anggaran sementara yang dijadikan

    acuan bagi SKPD. Pembahasan berikut ini terkait dengan Kebijakan Umum APBD.

    3. Arah Kebijakan Umum APBD

    Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa daerah menghadapi keterbatasan kemampuan

    memperoleh pendapatan, sementara itu kebutuhan anggaran belanja dan mungkin pembiayaan

    sangat besar sehingga diperlukan adanya arah kebijakan anggaran yang mengupayakan

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    21/29

    3

    keseimbangan antara kemampuan pendapatan dengan kebutuhan belanja dan pembiayaan untuk

    menekan terjadinya deficit anggaran. Kebijakan Umum APBD merupakan arah pembangunan daerah

    dalam satu tahun anggaran yang disepakati dan dijadikan pedoman penyusunan prioritas dan

    plafond Anggaran sementara serta rancangan APBD.

    Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan RKPD dan

    pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun (Permendagri 13

    tahun 2006 pasal 83). Pedoman penyusunan APBD memuat antara lain:

    a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah

    daerah;

    b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;

    c. teknis penyusunan APBD; dan

    d. hal-hal khusus lainnya.

    Rancangan KUA dan rancangan PPAS umumnya disusun oleh Tim Anggaran pemerintah

    Daerah (TAPD) yang diketuai oleh Sekretris Daerah. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah

    disusun disampaikan oleh sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada kepala daerah, paling lambat

    pada minggu pertama bulan Juni.

    Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling lambat

    pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan

    RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaranDPRD. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA

    dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

    KUA dan PPAS yang telah disepakati dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang

    ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.

    Dalam hal kepala daerah berhalangan yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang

    diberi wewenang untuk menandatangani nota kesepakatan KUA dan PPAS. Dalam hal kepala daerah

    berhalangan tetap, penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS dilakukan oleh pejabat yang

    ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

    Dilihat dari isinya Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi

    penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan

    daerah, dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian tersebut memuat langkah-langkah kongkrit

    dalam mencapai target.

    Untuk memahami isi dari KUA pembahasan berikut ini akan mengambil contoh KUA yang

    telah dibuat oleh Pemda Madiun yang diunduh dari situs resmi Pemda Madiun.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    22/29

    4

    a. Bagian Pendahuluan

    Pada bagian pendahuluan diuraikan latar belakang dibuatnya KUA yaitu karena keterbatasan

    dana sementara kebutuhan yang banyak maka perlu dibuat KUA. Selanjutnya diikuti dengan

    pemaparan tujuan dibuatnya KUA, yaitu mengakomodir dinamika pembangunan dan seterusnya.

    b. Kerangka ekonomi makro

    Pada bagian ini diuraikan perkembangan Produk domestik Regional bruto dari tahun 2004

    s.d. tahun 2008 dirinci menurut sektornya yaitu: (a) sektor pertanian, (b) Pertambangan dan

    Penggalian, (c) Industri Pengolahan, (d) Listrik Gas dan Air Bersih, (e) Bangunan, (f) Perdagangan,

    Hotel dan Restoran, (g) Angkutan dan Komunikasi, (h) Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan,

    (i) Jasa jasa.

    Dari paparan kerangka ekonomi yang dirinci per sektor, maka dapat dilihat sektor yang

    memberi kontribusi terhadap PDRB tinggi, rendah serta rata-rata. Pada bagian ini juga disjikan

    pendapatan per kapita, perkembangan tingkat inflasi selama tahun 2004 s.d. 2008. Informasi

    mengenai penaman modal juga disajikan di bagian kerangka ekonomi makro.

    Berdasarkan evaluasi atas kerangka ekonomi makro tahun sebelumnya dan kondisi kota

    Madiun, selanjutnya ditentukan target ekonomi makro tahun 2010. Kota Madiun menargetkan

    pertumbuhan ekonomi sebesar 6,62 % s.d. 7 %. Penentuan target ini juga memperhatikan Kekuatan,

    kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi kota Madiun.Disamping itu pada bagian ini juga dikenali prospek perekonomian daerah kota Madiun

    diarahkan pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan

    komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.

    Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, maka tentukan arah kebijakan ekonomi

    c. Asumsi asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD

    Pada bagian ini diuraikan mengenai data APBN. Data ini penting karena APBN sangat

    berpengaruh terhadap APBD kota Madiun. Misalkan jika APBN ada transfer ke daerah berupa DAU,

    DAK, DBH maka tentu kota Madiun akan mendapat alokasi dana tersebut.

    Selanjutnya juga diuraikan perkembangan inflasi selama beberapa tahun dan prediksi inflasi

    tahun 2010 yaitu diperkirakan 7,82 %.

    Asumsi asumsi dasar ini akan mempengaruhi kebijakan APBD kota Madiun.

    d. Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah

    Kebijakan mengenai pendapatan menetapkan pilihan tindakan apa yang akan dilakukan

    untuk memperoleh pendapatan.. Dibagian ini juga ditentukan target pendapatan yang harus

    diterima oleh Kota Madiun selama tahun 2010 yang dirinci menurut sumbernya yaitu dari PAD, Dana

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    23/29

    5

    Perimbangan serta Lain lain pendapatan daerah yang sah disertai dengan upaya upaya daerah untuk

    mencapai target tersebut. Misalkan untuk tercapainya target PAD akan diupayakan efisiensi melalui

    penyederhanaan dan optimalisasi prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi,

    memanfaatkan teknologi informasi serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan retribusi. Untuk

    pendapatan yang sangat dipengaruhi oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, upaya yang

    dilakukan adalah meningkatkan hubungan intensitas/kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa

    Timur dan Pemerintah Pusat.

    Kebijakan mengenai belanja daerah ditetapkan bahwa belanja daerah disesuaikan dengan

    kekuatan keuangan daerah. Dijelaskan pada bagian ini arah kebijakan belanja diutamakan untuk

    memenuhi belanja tidak langsung yang meliputi belanja pegawai, hibah, bantuan sosial dan belanja

    tidak terduga sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pemda juga akan melakukan

    efisiensi dalam pemanfaat listrik, telepon, air serta belanja pemeliharaan gedung kantor/kendaraan

    dinas dan sebagainya. Belanja juga diarahkan pada kegiatan yang mendukung prioritas

    pembangunan. Pemda juga akan mengoptimalkan belanja untuk dana dekonsentrasi dan tugas

    pembantuan.

    Belanja tidak langsung dalam bentuk hibah akan dikeluarkan kepada fihak-fihak yang

    berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan. Sementara itu belanja bantuan sosial diarahkan

    antara lain untuk bedah rumah keluarga miskin.

    e. Kebijakan Pembangunan DaerahPembangunan daerah diupayakan konsisten dengan RPJMD, rencana pembangunan

    pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, capaian kinerja tahun sebelumnya serta masalah

    mendesak yang dihadapi. Konsistensi ini akan terwujud jika pemerintah daerah mengikuti peraturan

    Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD yang biasanya terbit setiap tahun.

    Dengan memperhatikan hal-hal di atas maka prioritas pembangunan diarahkan pada : (a)

    Peningkatan kemandirian masyarakat; (b) Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan

    kesehatan; (c) Peningkatan kapasitas kelembagaan; (d) Peningkatan infrastruktur khususnya

    pengendalian banjir dan lingkungan hidup.

    Prioritas pembangunan di atas akan diimplementasikan dengan berbagai program

    pembangunan yang akan dilaksanakan oleh berbagai SKPD.

    f. Kebijakan Pembiayaan

    Pada bagian ini diatur bagaimana memanfaatkan surplus dan bagaimana mengatasi defisit.

    Dalam hal akan terjadi defisit maka akan melakukan rasionalisasi belanja dst. Pemda berusaha untuk

    menarik pinjaman. Dan seterusnya.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    24/29

    1

    Kegiatan belajar ke 4

    POKOK POKOK PERTANGGUNGJAWABAN APBD

    1. Entitas Pelaporan dan jenis laporan keuangan

    Untuk mewujudkan transparansi dan akuntalibilitas dalam pengelolaan keuangan daerah,

    laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah perlu disampaikan secara tepat waktu

    dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan. Sehubungan dengan itu laporan keuangan

    pemerintah daerah harus dihasilkan melalui proses akuntansi dan disajikan sesuai dengan standar

    akuntansi keuangan pemerintahan. Laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada

    Dewan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun

    anggaran yang bersangkutan berakhir. Laporan keuangan pemerintah daerah harus diaudit oleh

    lembaga pemeriksa ekstern yang independen dan profesional sebelum disampaikan kepada Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah.

    Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah menyelenggarakan

    akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan

    dan perhitungannya. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran

    menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk

    transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Akuntansi sebagaimana

    dimaksud di atas digunakan untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah sesuai denganstandar akuntansi pemerintahan (UU no 1 tahun 2004, pasal 51).

    Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

    menyusun laporan keuangan pemerintah daerah untuk disampaikan kepada

    gubernur/bupati/walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

    Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut disampaikan kepada kepada Badan Pemeriksa

    Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

    Dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud di atas :

    a. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun

    laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD pada SKPD yang bersangkutan

    dan menyampaikannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan

    Daerah. Laporan Keuangan tersebut meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas

    laporan keuangan.

    b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada kepala satuan kerja

    pengelola keuangan daerah selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    25/29

    2

    c. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah menyusun

    LRA, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban

    pengelolaan perbendaharaan daerah dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota

    selambat-lambatnya 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir.

    d. Gubernur/bupati/walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah

    yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah.

    e. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk

    disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut

    disusun berdasarkan Laporan Keuangan yang diterima dari berbagai SKPD dan Laporan

    pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja

    Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.

    Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah

    diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat lambatnya 6 (enam bulan) setelah tahun

    anggaran berakhir. Laporan Keuangan tersebut meliputi : Laporan Realisasi APBD, Neraca, LAK, dan

    Catatan Atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah (UU

    no 17 tahun 2003, pasal 31). Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun

    dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan(SAP) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan Peraturan Pemerintah

    setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

    UU no 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 2

    mengatakan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas

    Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan:

    a. Laporan Keuangan; dan

    b. Laporan Kinerja.

    Entitas Pelaporan sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan PP 8 tahun 2006 dalam Pasal

    3 terdiri dari:

    a. Pemerintah pusat;

    b. Pemerintah daerah;

    c. Kementerian Negara/Lembaga; dan

    d. Bendahara Umum Negara.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    26/29

    3

    Menurut pasal 5 ayat 1 PP 8 tahun 2006, laporan keuangan pemerintah pusat/daerah

    setidak-tidaknya terdiri dari :

    a. Laporan Realisasi Anggaran;

    b. Neraca;

    c. Laporan Arus Kas; dan

    d. Catatan atas Laporan Keuangan.

    Sementara itu menurut pasal 5 ayat 2, Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga/Satuan

    Kerja Perangkat Daerah setidak-tidaknya terdiri dari :

    a. Laporan Realisasi Anggaran;

    b. Neraca; dan

    c. Catatan atas Laporan Keuangan.

    Pasal 5 ayat 3 menetapkan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum

    Daerah setidak-tidaknya terdiri dari:

    a. Laporan Realisasi Anggaran;

    b. Neraca;

    c. Laporan Arus Kas; dan

    d. Catatan atas Laporan Keuangan.

    2. Standar Akuntansi PemerintahanUntuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Negara,

    laporan pertanggungjawan keuangan Negara perlu disampaikan tepat waktu dan disusun sesuai

    dengan standar akuntansi pemerintahan yaitu standar akuntansi pemerintahan yang tertuang dalam

    peraturan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 dan nantinya akan

    diberlakukan PP 71 tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disebut SAP,

    adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

    keuangan Pemerintah

    3. Sistem Akuntansi Pemerintahan

    Permendagri 13 tahun 2006, Pasal 232 menetapkan bahwa Entitas pelaporan dan entitas

    akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah. Sistem akuntansi

    pemerintahan daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah

    tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.

    Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

    serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    27/29

    4

    dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat

    dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Proses di atas didokumentasikan

    dalam bentuk buku jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah dengan buku besar

    pembantu.

    Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi: (a). prosedur

    akuntansi penerimaan kas; (b). prosedur akuntansi pengeluaran kas; (c). prosedur akuntansi aset

    tetap/barang milik daerah; dan (d). prosedur akuntansi selain kas.

    Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun

    dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai dengan peraturan pemerintah yang

    mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi

    pemerintahan.

    4. Unsur-unsur laporan keuangan Pemerintah Pusat

    Sesuai dengan penjelasan di atas, LKPP meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan

    Arus Kas serta Catatan Atas Laporan Keuangan. Dengan diterapkannya akuntansi pemerintah

    berbasis akrual maka entitas pelaporan juga harus menyusun laporan operasional

    a. Laporan Realisasi APBN

    Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah yang

    menunjukkan ketaatan terhadap APBN. LRA menyajikan informasi mengenai pendapatan, belanja,penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan serta surplus atau deficit dalam satu periode

    pelaporan.

    Secara rinci Infromasi yang tersaji dalam Laporan Realisasi Anggaran dapat dilihat pada

    lampiran 1

    LRA menyajikan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode

    pelaporan. Isi laporan realisasi APBN terdiri dari Pendapatan, Belanja, Penerimaan Pembiayaan serta

    Pengeluaran Pembiayaan. Selisih antara Pendapatan dengan belanja disebut surplus jika pendapatan

    lebih besar daripada belanja. Sementara itu jika belanja lebih besar daripada pendapatan, selisihnya

    disebut defisit.

    Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang

    menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak

    pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

    Belanja adalah pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang mengurangi

    ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

    pembayarannya kembali oleh pemerintah.

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    28/29

    5

    Penerimaan pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

    pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun

    tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan

    untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran

    Selisih antara Penerimaan Pembiayaan dengan Pengeluaran Pembiayaan disebut

    Pembiayaan Neto. Selanjutnya jika surplus atau defisit dihubungkan akan menghasilkan Silpa atau

    Sikpa.

    b. Neraca

    Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan yaitu menyajikan aset,

    kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Keunikan Neraca pemerintah baik pemerintah

    pusat maupun pemerintah daerah adalah ada hubungan antara unsur-unsur di kelompok asset

    dengan unsur ekuitas. Aset lancar akan sama dengan ekuitas dana lancar jika tidak ada hutang

    jangka pendek. Total asset tetap akan sama dengan total ekuitas dana di investasikan. Secara

    sederhana isi neraca dapat digambarkan sebagai berikut :

    Neraca

    Aset Rp XXX Kewajiban Rp XXX

    Ekuitas Dana Rp XXX

    Total Rp XXX Total Rp XXX

    Contoh neraca secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2

    c. Laporan Arus Kas

    Laporan Arus Kas dibuat oleh BUN, sementara itu Kementerian dan Lembaga tidak ada

    kewajiban untuk menyusun Laporan Arus Kas. Informasi yang terkandung dalam Laporan Arus kas

    meliputi informasi mengenai sumber dan penggunaaan kas, perubahan kas dan setara kas selama

    satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

    Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset

    nonkeuangan, pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Laporan arus kas dapat dilihat pada lampiran

    3.

    d. Catatan atas Laporan Keuangan

    Agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya

    untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan maka perlu penjelasan yang

    dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan mungkin mengandung

    informasi yang dapat berpotensi timbulnya kesalahpahaman di antara pembacanya, maka dibuat

  • 7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah

    29/29

    Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam

    memahami Laporan Keuangan .

    Catatan atas laporan keuangan berisi : (1) Penjelasan Umum; (2) Penjelasan per pos LRA; (3)

    Penjelasan Per Pos Neraca; (4) Penjelasan per pos Laporan Arus Kas; dan (5) Daftar

    Di bagian penjelasan umum diuraikan dasar hokum penyusunan APBN dan

    pertanggungjawabannya, Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi makro, pendekatan penyusunan

    laporan keuangan dan penjelasan mengenai kebijakan akuntansi.

    Penjelasan Pos pos LRA meberikan gambaran umum mengenai Laporan realisasi anggaran

    yang menjelaskan pendapatan dan belanja apa saja yang terjadi. Selanjutnya masing-masing jenis

    pendapatan dan belanja serta pembiayaan disajikan secara rinci di bagian berikutnya. Dalam

    penjelasan tersebut dibandingkan antara anggaran dengan realisasinya. Realisasi tahun yang

    bersangkutan juga dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Jika ada catatan

    peting lainnya juga disajikan di bagian ini.

    Bagian penjelasan terinci atas pos pos neraca diawali dengan penyajian posisi keuangan

    pemerintah secara umum. Penjelasan ini menyajikan mengenai jumlah dari masing-masing

    kelompok asset, kewajiban dan ekuitas dana. Masing-masing kelompok asset, kewajiban serta

    ekuitas dana tersebut dibandingkan dengan saldo akhir tahun sebelumnya. Misalkan dibandingkan

    antara asset lancar akhir tahun anggaran yang bersangkutan dengan asset lancar akhir tahun

    anggaran yang lalu dan seterusnya. Setelah itu masing-masing post dijelaskan secara rinci bahkanjika diperlukan dapat disajikan table / daftar yang memerinci setiap unsure neraca. Masing-masing

    pos neraca disamping dijelaskan secara rinci, juga dibandingkan dengan sado akhir tahun lalu.

    Penjelasan atas pos-pos Laporan Arus Kas diawali dengan informasi global mengenai arus

    kas masuk dan arus kas keluar serta arus neto. Setelah itu dijelaskan arus kas masuk dari berbagai

    sumber dan penggunanaannya. Penjelasan diawali dari arus kas yang timbul dari kegiatan operasi,

    kegiatan investasi investasi asset non keuangan, dan dialnjutkan dengan arus kas yang berasal dari

    aktivitas pembiayaan. Penjelasan atas pos Laporan Arus Kas ditutup dengan penjelasan atas arus kas

    yang berasal dari aktivitan non anggaran.

    Bagian akhir dari catatan atas laporan keuangan umumnya berisi daftar-daftar yang

    dipandang perlu disampaikan seperti daftar pendapatan Daerah yang dirinci per jenis pendapatan.


Recommended