i
POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP AKHLAK ANAK
DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO,
KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
MUTOHAROH
NIM : 111-12-010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
( QS. At-Tahrim : 6 ).
سنو )رواه البيهقى( دانو أوي نصرانو أويمج كل مولود ي ولد على الفطراة فأب واه ي هو
Artinya :“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua
orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi
(HR. Baihaqi).
vii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Skripsiku ini untuk :
1. Keluarga besarku terutama kepada ayah terhebatku Bapak Muhammad
Yani, Ibu tersabarku Ibu Sulimah, dan adikku tercinta Miftaqul Jannah,
merekalah yang selalu memberi nasihat, kasih sayang, bimbingan dan
motivasi serta dukungan materi.
2. Keluarga besar dari Simbah H. Syukur dan Simbah Suwardi yang aku
banggakan dan kepada seseorang yang jauh disana yang selalu memberi
dukungan dan motivasi kepada penulis.
3. Dosen-dosen Tarbiyah dan dosen-dosen di IAIN Salatiga, terima kasih
telah mengalirkan ilmu kedalam hati, menjadi fasilitator serta
mendorongku agar mampu berbuat yang terbaik untukku maupun
bangsaku.
4. Sahabat dan sahabati di PMII (ANDALAS, KOPRI, KOMSAT, Pengurus
Cabang, dll), yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam
berorganisasi serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu
yang bermanfaat.
5. Keluarga Besar PAI 2012, PAI (A), teman-teman PPL di SMA N 02
Salatiga, teman-teman KKN posko 46, DEMA FTIK 2015, SON’S CLUB,
Keluarga Besar IMADISA dan teman-teman lainnya. Kebersamaan kita
akan selalu aku simpan dan aku kenang dalam memori dan akan tertoreh
dalam sejarah hidupku.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “POLA ASUH NENEK DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING,
DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN
TAHUN 2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
ix
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala Desa Ngambakrejo yang telah memberikan ijin serta tak lupa kepada
Dusun Ngrawing tempat kelahiranku.
8. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi
tercapainya cita-cita, adikku tercinta yang selalu manja dan tak lupa kepada
seseorang yang jauh disana yang selalu memberi motivasi dan dukungan
kepada penulis.
9. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 15 September 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Mutoharoh. 2016. Pola Asuh Nenek dan Implikasinya Terhadap Akhlak Anak di
Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab.
Grobogan Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri. Dosen
Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata kunci : Pola asuh nenek, penanaman akhlak, dan akhlak anak.
Latar belakang penelitian ini yaitu orang tua seharusnya mendidik dan
mengasuh anaknya, tetapi pada zaman sekarang orang tua yang tidak ada atau
karena suatu hal lebih mempercayakan pengasuhan anak kepada nenek. Nenek
merupakan sumber kasih sayang kepada cucunya. Di sisi lain pola asuh yang
diterapkan nenek jadi salah, karena perbedaan zamanlah yang membedakannya,
ketika seorang nenek mengasuh anaknya (orang tua cucu) dengan mengasuh
cucunya. Objek dalam penelitian ini yaitu anak- anak yang dalam pola asuh
seorang nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo,
Kab. Grobogan Tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin peneliti jawab adalah :
(1) Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? (2) Bagaimana
penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,
Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? dan (3) Bagaimana implikasi
akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016?
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode
pengumpulan datanya antara lain : wawancara, observasi, dan dokumentasi
dengan teknik analisis data yaitu pengorganisasian data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
Temuan ini menunjukkan bahwa (1) Pola asuh yang digunakan nenek di
Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun
2016 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh laissez faire.
(2) Penanaman nenek terhadap akhlak anak yaitu : membiasakan anak untuk
shalat berjama’ah, menasihati anak bila berbuat salah, menyuruh anak untuk
belajar Al-Qur’an, menegur anak yang berkata bohong, mengajarkan kemandirian
kepada anak, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, dan memberikan
pujian dan hadiah. (3) Akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek yaitu
mempunyai Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) dan Akhlak Tercela (Al-
Akhlak Al-Mazmumah). Sehingga anak hanya meniru dan mencontoh apa yang di
lakukan oleh nenek ketika di rumah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO.............................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... v
MOTTO......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
ABSTRAK.................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Fokus Masalah.................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitan................................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian.......................................................................... 8
E. Penegasan Istilah............................................................................... 9
F. Metode Penelitian.............................................................................. 11
G. Sistematika Penulisan........................................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 20
xii
A. Pola Asuh.......................................................................................... 20
B. Akhlak Anak..................................................................................... 36
C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak................................... 44
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................... 49
A. Paparan Data..................................................................................... 49
B. Temuan Penelitian............................................................................. 62
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 80
A. Pola Asuh yang digunakan Nenek di Dusun Ngrawing.................... 80
B. Penanaman Nenek terhadap Akhlak Anak........................................ 83
C. Implikasi Pola Asuh nenek terhadap Akhlak Anak.........................
87
BAB V PENUTUP........................................................................................ 90
A. Kesimpulan....................................................................................... 90
B. Saran.................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur........................................... 51
Tabel 3.2 Mata Pencaharian.......................................................................... 52
Tabel 3.3 Agama yang dianut....................................................................... 52
Tabel 3.4 Sarana Ekonomi............................................................................ 53
Tabel 3.5 Perusahaan atau Usaha.................................................................. 53
Tabel 3.6 Sarana Ibadah................................................................................ 54
Tabel 3.7 Sarana Kesehatan.......................................................................... 54
Tabel 3.8 Sarana Olahraga atau Kesenian Kebudayaan............................... 54
Tabel 3.9 Sarana Pendidikan Umum............................................................ 55
Tabel 3.10 Sarana Pendidikan Khusus.......................................................... 55
Tabel 3.11 Struktur Perangkat Desa.............................................................. 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
4. Daftar SKK
5. Lembar Konsultasi
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
8. Triangulasi Data
9. Dokumentasi
10. Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dalam pendidikan anak,
karena dari keluargalah anak pertama mengenal bahasa sebagaimana
diungkapkan, anak berbicara dengan “bahasa ibu”. Tidak hanya dalam hal
berbicara seorang anak pun meniru setiap tindakan, tingkah laku, watak, dan
perbuatan orang tuanya. Demikian jelas bahwa pendidikan pertama yang
diketahui anak yaitu pendidikan dari keluarganya. Untuk menunjang
perkembangan fisik maupun mentalnya anak membutuhkan pengasuhan yang
tepat dari keluarganya. Sebagai orang tua seharusnya dapat memahami,
menerima, dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat pertumbuhannya,
maka hubungan orang tua dan anak ditentukan dari sikap pola asuh dalam
keluarga. Pola pengasuhan inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap
karakter anak di masa depan.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwasanya keluarga merupakan
pendidik yang paling utama dalam perkembanagan anak. Karena dalam
keluargalah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga
dikatakan lingkungan yang utama, sebagian besar dari kehidupan anak adalah
didalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh
anak adalah dalam keluarga. Sebab pada masa itulah yang paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra
sekolah), pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
2
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya.
Sebagaimana ada pepatah yaitu :
“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sementara
belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air”
Berdasarkan pepatah tersebut telah jelas menjelaskan tentang
pembelajaran yang mudah sekali lupa dari memori manusia (Noor,
2012:128). Berdasarkan uraian diatas jelas bahwasanya dalam upaya
menumbuhkan karakter anak, keluarga mempunyai peranan penting dalam
pendidikan. Keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dan
utama. Karena di masa ini pula anak akan mudah sekali menerima pengaruh
dari orang-orang terdekatnya, hal ini merupakan masa paling kritis pada anak.
Sehingga apa yang ditanamkan orang tua kepada anak akan membekas,
sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Sedangkan dalam
perspektif Islam, orang tua wajib mengupayakan pendidikan kepribadian
sebagai mana dijelaskan dalam firman Allah QS. Luqman : 17-19
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
3
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai (Kemenag RI, 2014:412).
Berdasarkan ayat diatas jelas bahwasanya orang tua harus
mendidik anak mereka dengan mengajarkan shalat, menyeru kepada yang
ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, sabar, tidak sombong, serta bertutur
kata yang baik. Pendidikan tersebut hendaknya dimulai sejak usia dini.
Demikian orang tua berkewajiban memberikan bekal pendidikan
sebagaimana uraian di atas. Selain ayat di atas juga terdapat ayat yang
menegaskan tentang kewajiban orang tua untuk tidak meninggalkan
keturunan yang lemah dibelakang mereka.
Allah berfirman dalam QS. An Nisa’: 9
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar (Kemenag RI, 2014:77).
Berdasarkan ayat tersebut jelas orang tua tidak hanya berkewajiban
mengajarkan pendidikan agama namun juga berkewajiban untuk tidak
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka. Keturunan yang
lemah disini adalah lemah dalam artian pendidikan, pengetahuan, ekonomi
dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya mengetahui pola
asuh yang tepat terhadap anak mereka.
4
Sedangkan makna pola asuh sendiri merupakan suatu cara yang
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak dimana tanggung
jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer.
Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali
perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga (Thoha,1996:109).
Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik dimasa yang sekarang dan masa yang akan
datang.
Sedangkan, tujuan pola asuh menurut Hurlock yaitu untuk
mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat. Pengasuhan orang
tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional, atau
kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan
tuntutan dari orang tua dan melihat bagaimana orang menerapkan disiplin
(Muallifah, 2009:44). Ketika orang tua dalam mendidik anak harus
mempunyai tujuan yang jelas agar anak juga jelas agar terarah dengan baik
dan benar.
Jika kita menganalisis dari sisi realitas model pola asuh sesuai
dengan perkembangan zaman, telah terjadi perubahan paradigma
pemikiran. Jika zaman dahulu kualitas pola asuh dan adanya kedekatan
antara seorang anak dan orang tua selalu dikaitkan dengan kualitas ibu,
5
sekarang sudah mulai beralih dengan adanya tuntutan kebutuhan, sehingga
seorang ibu pun ikut berperan menjadi tulang punggung keluarga.
Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita, bagaimana
generasi selanjutnya jika ternyata kedekatan yang terjadi justru antara anak
dengan pembantu, bukan anak dengan orang tua, di mana dampaknya
anda sudah mengetahui sendiri jika seorang anak malah dekat dengan
seorang pembantu, maka bukan hanya hak kesehatan yang dikhawatirkan,
tetapi juga bagaimana konsep pendidikan yang akan berpengaruh, dan bisa
saja terjadi ketidaksinkronan dalam cara menerapkan pendidikan
(Muallifah, 2009:41-42). Inilah tantangan selaku orang tua untuk berpikir
lebih mendalam demi masa depan anak yang cerah.
Kenyataan di lapangan dalam suatu keluarga banyak anak yang
tidak di asuh oleh orang tuanya, melainkan dengan neneknya, karena
adanya beberapa faktor yang menyebabkan pengasuhan anak beralih atau
bergeser kepada nenek yaitu : ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua
janda atau duda karena kematian, orang tua bercerai. Masing-masing
nenek memiliki pola asuh yang berbeda dalam mengarahkan seorang anak.
Karena dipengaruhi oleh latar pendidikan, pengetahuan, pengalaman,
keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena
pada era zaman nenek berbeda dengan era cucunya.
Secara hakiki pola asuh yang diterapkan nenek cenderung
bertujuan baik, namun ada beberapa orang melakukan kesalahan dalam
pola asuh tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman
6
yang dimiliki. Tidak hanya pengasuhan yang salah karena seorang
pengasuh (nenek) pasti mengharapkan cucunya menjadi lebih baik, hanya
saja cara mengasuhnya keliru. Karena pada zaman sekarang orang tua
(nenek) pada saat mengasuh anaknya (orang tua anak) tentu sangat
berbeda ketika mengasuh cucunya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, namun
kenyataanya banyak sekali orang tua yang mempercayakan pengasuhan
anaknya kepada nenek.
Ketika tidak ada sosok panutan yang patut diteladani, maka anak
akan kehilangan kesempatan berharga untuk mencontoh, menyerap,
meneladani, atau meniru. Dengan kuranganya komunikasi, interaksi,
pelukan kasih sayang, kurangnya diajak memahami sesuatu oleh orang tua
akan menyebabkan anak menjadi rapuh dan tidak stabil secara emosi.
Tidak adanya hubungan batin sejak dini antara anak dan orang tua
menyebabkan anak melanggar nasehat orang tua, menyakiti hatinya, tidak
menjawab pertanyaannya, tidak mendengar nasihatnya, tidak
menjenguknya saat sakit, dan sikap negatif lainnya (Hasan, 2011:80).
Perilaku anak yang negatif itu, disebabkan karena anak nakal, bandel, acuh
tak acuh. Justru kita harus memahami bahwa perilaku anak seperti itu,
disebabkan karena pola asuh yang salah sejak kecil. Hal ini berkaitan
dengan cara penanaman akhlak dan perilaku anak itu sendiri yang
menyebabkan anak mempunyai akhlak yang terpuji maupun akhlak yang
tidak terpuji atau tercela di hadapan orang lain.
7
Sebagaimana yang dipaparkan di atas peneliti ingin menganalisis
tentang Pola Asuh Nenek dan Implikasinya terhadap Akhlak Anak di
Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab.
Grobogan Tahun 2016. Dalam hal ini, peneliti merasa perlu mengetahui
bagaimana pola asuh yang baik yang diterapkan Nenek terhadap Akhlak
anak asuh mereka (cucu). Karena di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,
Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan. Sebagian besar penduduknya
terhimpit oleh kebutuhan ekonomi yang semakin besar, sehingga terpaksa
menitipkan anaknya kepada nenek.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin meneliti dengan judul
POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK
ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC.
TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memperlihatkan beberapa
masalah yang tentunya layak untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut, maka
rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016?
2. Bagaimana cara nenek dalam menanamkan akhlak anak di Dusun
Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016?
8
3. Bagaimana implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak anak di Dusun
Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis mempunyai tujuan
dalam penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing,
Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui cara nenek dalam menanamkan akhlak anak di Dusun
Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016.
3. Untuk mengetahui implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak di Dusun
Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang
Pola Asuh Nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec.
Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Dari informasi tersebut dapat
memberikan manfaat secara teoretik maupun praktik yaitu:
1. Secara Teoretik
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan selanjutnya orang tua
atau pengasuh dapat memilih bagaiamana pola asuh yang terbaik yang
harus dilakukan dalam mengasuh anak mereka.
9
2. Secara Praktik
Diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan
pengetahuan, perilaku dan khususnya dapat memberi sumbangan dibidang
psikologi pendidikan yang diperoleh di lapangan, serta dapat
menumbuhkan semangat bagi orang tua dalam mengasuh anak.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di atas,
maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti,
sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini, ada
beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.
1. Pola Asuh Nenek
Pola asuh berarti model, cara, dan sistem (Poerwadarminta,
1982:763). Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan pola kepemimpinan, pola
asuh merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab
kepada anak dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah
merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah
kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam
satu keluarga (Thoha, 1996:109). Oleh karena itu, orang tualah yang
berperan penting dalam mendidik anak mereka.
Menurut Haurlock (1973), sebagaimana dikutip oleh Mansur
mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anakanya,
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh laissez faire
10
(Mansur, 2005:354). Pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua atau
pengasuh bagi anak-anaknya.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Nenek” berarti orang
yang sudah tua, ibu dari ayah, ibu dari ibu, atau sebutan kepada
perempuan yang sudah tua (Poerwadarminta, 2006:798). Nenek yang
dimaksud peneliti yaitu nenek yang sudah tua yang mengasuh dan
mendidik cucunya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pola asuh
nenek adalah suatu daya atau suatu cara yang dilakukan nenek kepada
anak asuhnya dalam hal memelihara, merawat, mendidik, dan
mengarahkan yang bertujuan agar menjadi anak yang berakhlakul
karimah.
2. Akhlak Anak
Lafadz akhlak (dalam bahasa Indonesia dituliskan akhlak)
berasal dari kata khulq, yang artinya : kejadian bathin atau internal
creation dalam bahasa Inggrisnya. Maka menurut Linguistik bahasa
Arab Akhlak sebenarnya ialah bentuk jamak dari pada khulq, dan
berarti : ciri-ciri watak seseorang (the traits of man‟s) moral karakter.
Tapi dalam arti agama, akhlak ialah suatu daya positif dan aktif dalam
bentuk perilaku atau perbuatan (Harahap, 1979:13). Jadi yang
dimaksud dengan judul penelitian ini adalah POLA ASUH NENEK
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN
NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC.
TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016.
11
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2012:9). Mengatakan bahwa :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan
hasil penelitian lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada
yaitu keadaan gejala perubahan akhlak anak ketika tidak diasuh
oleh orang tuanya sendiri melainkan diasuh oleh nenek mereka.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,
Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan yaitu untuk meneliti pola
asuh yang digunakan nenek, penanaman akhlak, dan akhlak anak
yang diasuh oleh sang nenek.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara khusus di Dusun Ngrawing,
Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun
2016.
12
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua
macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang
dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan
tindakan subyek serta gamabaran dan pemahaman dari subyek
yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data.
Data tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang
dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia
memberi data yang diperlukan. Penelitian ini yang menjadi
sumber data primer adalah nenek dan cucu. Karena dari
informasi-informasi tersebut akan dilakukan penelusuran lebih
lanjut kepada pihak-pihak terkait.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan
melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Petugas
Kelurahan Desa Ngambakrejo yang tidak terlibat secara
langsung dalam kegiatan mengasuh anak dan dokumentasi-
dokumentasi dalam penelitian.
13
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus
penelitian, maka teknik pengumpulan data yang akan di pakai
meliputi :
a. Metode Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2012:231). Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data yang
didapat baik dari sumber data primer maupun sumber data
sekunder. Penulis dalam penelitian ini akan melakukan
wawancara dengan 7 nenek dan 7 anak di Dusun Ngrawing,
Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun
melalui dokumentasi-dokumentasi (Hasan, 2002:87). Metode
dokumentasi ini peneliti mencari dokumen-dokumen penting
atau arsip-arsip yang mendukung data yang berkaitan dengan
penelitian dan untuk memperkuat data-data yang didapat.
14
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan atau catatan lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono,
2012:244). Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan sebelum di
lapangan.
Adapun yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu
analisis kualitatif, yaitu dengan langkah-langkah :
a. Mengorganisir Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono,
2012:240). Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa
penelitian ini penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui
keasliannya.
b. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polannya (Sugiyono, 2012:247). Reduksi data ini berguna untuk
meninjau kembali data-data yang kurang atau data-data yang
15
sekiranya tidak perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah
data tersebut perlu tidak dicantumkan dalam penulisan
penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi
yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan
sejenisnya. Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih cepat
memahami isi dalam penelitian ini.
d. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya (Sugiyono, 2012:252). Penarikan kesimpulan ini
digunakan peneliti untuk menarik suatu masalah yang ada.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini peneliti
berusaha memperoleh keabsahan temuan. Teknik yang dipakai
untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi.
Triamgulasi dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kembali
data-data yang sudah terkumpul, agar tidak terjadi salah
memasukkan data yang terkumpul.
16
Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan bebagai cara, dan berbagai waktu
(Sugiyono, 2012:273). Triangulangi yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :
a. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data berarti, untuk menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang
teleh diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012:274).
Triangulasi sumber data berarti membandingkan data-data yang
diperoleh dari informasi satu dengan informan yang lainnya dan
juga mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
(Sugiyono, 2012:274). Metode ini digunakan untuk pengecekan
keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar
hasil temuan sendiri tidak hasil penelitian orang lain ataupun
tidak plagiat dari penelitian sebelumnya.
17
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap sebelum ke lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi
pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi
kepada pembimbing dalam penyusunan surat ataupun proposal
penelitian, dilanjutkan penyelesaian perizinan lokasi penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan
dengan wawanacara, observasi, dan dokumentasi penelitian.
Pada tahap ini penulis memulai terjun ke lapangan tempat
penelitian tersebut dilakukan.
c. Tahap analisis data
Penulis melakukan analisis data yang di peroleh melalui
wawancara mendalam dan dokumentasi dengan nenek yang
mengasuh anak (cucu) mereka dan anak yang diasuh oleh nenek.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab
saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi :
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Keguanaan Penelitian
18
E. Penegasan Istilah
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, yang berisi :
A. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
2. Macam-macam Pola Asuh
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh
4. Faktor-faktor yang menyebabkan pengasuhan anak bergeser pada nenek
B. Akhlak Anak
1. Pengertian Akhlak
2. Dasar dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis
3. Tujuan Akhlak
4. Ruang Lingkup Akhlak
5. Klasifikasi Akhlak
C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi tentang :
A. Paparan Data
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Sejarah Singkat tentang Dusun Ngrawing
b. Keadaan Geografis
c. Keadaan Penduduk
d. Keadaan Sosial
19
e. Keadaan Ekonomi
f. Sarana dan Prasarana
g. Visi dan Misi Desa
h. Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo
2. Gambaran Informan
B. Temuan Penelitian
BAB IV : PEMBAHASAN, yang berisi tentang :
A. Pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,
Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
B. Penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
C. Implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
BAB V : PENUTUP, yang merupakan bab terakhir berupa :
A. Kesimpulan.
B. Saran.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Pola berarti model, dan sistem (Poerwadarminta, 1982:763).
Sedangkan asuh, mengasuh berarti menjaga, merawat, mendidik anak
kecil, memimpin, dan melatih (Poerwadarminta, 1982:63). Kata
pengasuh adalah orang yang menjaga, merawat, dan mendidik anak.
Maksud dari mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak
itu, mengurus makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya, dalam
periode umurnya yang pertama (Al-Barry, 1977:51). Pola asuh adalah
model atau cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam dalam
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada
anak (Thoha, 1996:109). Orang tualah yang berhak dan bertanggung
jawab dalam mengasuh dan mendidik anak mereka.
Menurut pendapat Theresia pola asuh merupakan pola interaksi
antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau
perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya
menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku
yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan anaknya
(Muallifah, 2009:43). Oleh karena itu, pola pengasuhan anak itu sangat
penting. Karena dalam mengasuh anak itu juga di butuhkan cara atau
21
sistem untuk mengasuh anak. Pola asuh juga merupakan sikap dan
perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anaknya. Sikap dan
perilaku orang tua itulah yang dijadikan anak sebagai contoh atau
panutan bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Orang tua bertanggung jawab untuk dirinya dan keluarganya
melalui pendidikan yang di berikan mereka, selain itu orang tua juga
yang bertugas menjadikan anak-anak mereka mempunyai agama yang
baik menurut agama Islam. Menurut Al-Abrasyi dalam bukunya yang
berjudul Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam mengatakan bahwa
setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, seperti sabda Nabi
Muhammad SAW bersabda :
دان سنو )رواه البيهقىكل مولود ي ولد على الفطراة فأب واه ي هو رانو أويج (و أوي نص
Artinya : Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka
kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan
Majusi (HR. Baihaqi).
Berdasarkan hadits di atas bahwasanya anak itu terlahir dalam
keadaan fitrah atau suci tidak ada noda sama sekali. Orang tuanyalah
yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi. Ketika orang tua berada
di rumah, anak akan melihat dan memahami apa yang dilakukan orang
tuanya. Oleh karena itu, anak akan menjadikan orang tuanya sebagai
panutan atau contoh dalam kehidupan sehari-hari dan yang akan
mendatang.
22
Menurut Haurlock (1973), sebagaimana dikutip oleh Mansur
mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anakanya,
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh laissez faire
(Mansur, 2005:354). Pola asuh tersebutlah yang biasanya digunakan
oleh orang tua maupun pengasuh dalam mengasuh anak, agar lebih
mudah dalam mengasuh anak berdasarkan pola asuh di atas.
2. Macam-macam Pola Asuh Anak
Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu
berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki
sikap positif terhadap agama, kepribadiaan kuat dan mandiri, berakjlak
mulia, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang
secara optimal. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola
asuh yang dilakukan oleh orang tua menurut Haurlock yang di kutip
oleh Chabib Thoha (1973:110) ada 3 macam pola asuh yaitu :
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan :
cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang ketat,
seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang
tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.
Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita-
cerita, bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua malah
menganggap bahwa semua sikap yang dilakukan itu dianggap
sudah benar sehingga tidak perlu anak diminta pertimbangan atas
23
semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya.
Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-
hukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman
tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang
membatasi perilakunya (Mansur, 2005:354). Pola asuh ini, lebih
mengutamakan perintah-perintah dari orang tua untuk mematuhi
apa yang diperintahkan orang tua mereka, tidak mendengar
argumen atau pendapat dari anak. Anak dituntut untuk selalu
menuruti kemauan orang tua mereka.
Menurut penulis dalam menggunakan Pola Asuh Otoriter
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh
Otoriter : anak akan menurut kepada orang tua, takut untuk
melakukan kesalahan atau hal negatif. Kelemahan dari Pola Asuh
Otoriter : anak akan menjadi pembangkang karena merasa
hidupnya terbatas, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif,
dan melakukan hal negatif secara diam-diam karena penasaran.
b. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan
: pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anakanya dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk selalu tergantung kepada
orang tua atau pengasuh. Pola asuh seperti ini orang tua memberi
sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki
dan apa yang diinginkan yang menurut anak yang terbaik bagi
24
dirinya. Orang tua dalam hal-hal tertentu perlu ikut campur tangan,
misalnya dalam keadaan yang membahagiakan hidupnya dan
keselamatan anak. Demikian pula terhadap hal-hal yang sangat
prinsip mengenai pilihan agama, orang tua dapat memaksakan
kehendaknya terhadap anak, karena anak belum memiliki alasan
yang cukup tentang hal itu. Tidak semua materi pelajaran agama
seluruhnya diajarkan secara demokratis terhadap anak (Mansur,
2005:355-356). Pola asuh ini, anak diberi kebebasan untuk memilih
apa yang menjadi kesukaannya, asalkan masih dalam pengawasan
orang tua mereka.
Menurut penulis dalam menggunakan pola asuh demokratis
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh
Demokratis : menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-
temanya, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat
terhadap hal-hal yang baru. Kelemahan dari Pola Asuh Demokratis :
anak akan cenderung merongrong kewibaan otoriter orang, kalau
segala sesuatu harus dipertimbangkan antara orang tua.
c. Pola Asuh Laissez Faire
Pola asuh laissez faire adalah pola asuh dengan : cara orang
tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap kurang dewasa atau
muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang
dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga
25
tidak memberikan bimbingan pada anak. Semua apa yang dilakukan
oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan,
atau bimbingan. Hal itu ternyata dapat diterapkan kepada orang
dewasa yang sudah matang pemikirannya, sehingga cara mendidik
seperti itu tidak sesuai, jika diberikan kepada anak-anak. Apalagi
bila diterapkan untuk pendidikan agama banyak hal yang harus
disampaikan secara bijaksana. Oleh karena itu, dalam keluarga orang
tua harus merealisasikan peranan atau tanggung jawab dalam
mendidik anak (Mansur, 2005:356-357). Pola asuh laissez faire ini,
anak di didik oleh orang tuanya dengan bebas dan anak dianggap
sudah dewasa untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh anak
mereka.
Menurut penulis dalam pola asuh laissez faire mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pola asuh laissez faire :
menghasilkan anak yang di beri kebebasan oleh orang tuanya, jadi
anak bisa melakukan apa yang disukai oleh anak. Kelemahan dari
pola asuh Laissez faire : menghasilkan karakteristik anak yg agresif,
kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos,
bermasalah dengan teman karena kontrol orang tua yang lemah.
Pola asuh di atas merupakan pola asuh yang biasa dilakukan
orang tua atau pengasuh lainnya misalnya nenek, jadi dari berbagai
pola asuh atau cara mendidik, merawat dan mengasuh anak haruslah
memperhatikan kondisi anak. Pendidikan harus lebih diutamakan
26
kegunaannya bagi masa yang akan datang, dimana masa sekarang
berbeda dengan yang akan datang, meskipun pelajaran tersebut tidak
berguna untuk masa sekarang tetapi harus tetap diberikan dalam
mempersiapkan masa depan.
Banyak sekali persiapan untuk membekali anak untuk
menyongsong masa depan, yang tidak ada pada kehidupan sekarang.
Semakin jauh zaman yang dilalui, maka semakin tinggi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang harus dimiliki dalam rangka
memberi bekal pada anak. Pola asuh yang dilakukan menurut
seorang nenek benar pada zamannya, belum tentu benar pada
kehidupan sekarang bila diterapkan dalam mengasuh cucunya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Menurut Casmini (2007), sebagaimana dikutip oleh Muallifah
(2009: 63) menjelaskan bahwa Faktor yang mendukung terlaksananya
pola asuh dengan baik, bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh
yang ditetapkan oleh orang tua (nenek), tetapi juga tergantung pada
karakteristik keluarga, anak dan jenis pola asuh yang diterapkan.
Adapun beberapa karakteristiknya adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Struktur Keluarga
Hal-hal yang berkaitan dengan struktur keluarga adalah
etnis keluarga dan pendidikan (lingkungan pergaulan sosial dan
etnis). Pola asuh ini tidak hanya dipengaruhi oleh situasi keluarga,
27
tetapi juga lingkungan sekitar, situasi perawatan anak, situasi
sekolah, juga konflik yang terjadi di lingkungan sekitar.
b. Karakteristik Struktur Anak
Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh, maka harus
memperhatikan karakteristik anak, diantaranya adalah karakter
anak, bagaimana perilaku soial, dan keterampilan kognitif anak.
c. Karakteristik Budaya Keluarga
Karakteristik kultur keluarga didefinisikan pada
kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam karakteristik
kultur keluarga adalah reading behavior (kebiasaan membaca),
home language (bahasa asli), dutch language (bahasa asing),
mastery and culture participan (menguasai dan partisipasi budaya).
d. Karakteristik Situasi Keluarga
Penelitian tentang komposisi keluarga menunjukkan anak
dalam keluarga satu orang tua (single parent) akan mengalami
problem perilaku dan emosional yang frekuensinya lebih daripada
keluarga dan orang tuanya dan berakibat pada prestasi anak di
sekolah. Keluarga yang hanya satu orang tua akan mengalami
ketegangan, dikarenakan akan mengalami kesulitan keuangan,
masalah kesehatan, serta perubahan karena perceraian yang
berpengaruh terhadap orang tua dalam pengasuhan anak dan
interaksi orang tua. Begitu juga dalam pengasuhan anak atau tanpa
orang tua.
28
Adapun faktor yang yang mempengaruhi pola asuh adalah
sebagai berikut :
1). Latar Belakang Pendidikan si Pendidik
Pendidikan merupakan alat di masyarakat untuk
memperbaharui dirinya dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Al-Gazhali mengemukakan bahwa amal
perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian seorang pendidik
adalah penting dari pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Karena kepribadian pendidik akan diteladani dan ditiru oleh
anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan
secara langsung maupun tidak langsung (Zainuddin, 1991:56).
Ketika seorang pengasuh (nenek) dalam mengasuh anak (cucu)
mereka, harus mempunyai pendidikan yang baik dan benar
dalam mendidik anak (cucu) mereka.
2). Pengetahuan Pendidik
Pengetahuan nenek tentang kesehatan dan gizi
memmpunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak
yang berada dalam pengasuhan nenek dengan latar belakang
pendidikan yang tinggi akan memungkinkan mendapat
kesempatan untuk hadir dan tumbuh dengan baik, sebaiknya
jika pengetahuan nenek akan pengasuhan sangat minim
memungkinkan juga mendapatkan kesempatan untuk tumbuh
dan berkembang kurang. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh
29
melalui pendidikan formal, tetapi juga dari informasi di media
masa atau hasil dari pengalaman orang lain. Pembentukan
kepribadian terjadi dalam masa panjang, mulai dari dalam
kandungan sampai umur 21 tahun (Kaelany, 2000:243).
Pembentukan kepribadian ini erat hubungannya dengan
pembinaan iman dan akhlak anak (cucu) mereka.
3). Aktivitas Pendidik
Kebutuhan wanita terhadap tugas dan tanggungjawab di
luar tugas sebagai nenek berbeda-beda, ada nenek yang merasa
bahagia dengan peran sebagai pengasuh anak, ada juga yang
merasa terbebani dengan tanggungjawab mengasuh anak.
Aktivitas nenek juga menjadi alasan utma dalam keberhasilan
memelihara, merawat, mendidik, membimbing dan juga
mengarahkan anak ke arah yang baik dan benar.
Nenek yang sibuk bekerja atau mengurus diri sendiri
karena terbebani oleh tanggung jawab dalam hal ekonomi tentu
dalam pengawasan serta kontrol pada anak akan kurang,
sehingga anak lepas dari pengawasannya. Sedangkan nenek
yang aktivitasnya hanya mengasuh anak saja di rumah, tentu
dapat setiap saat mengawasi anak tersebut. Sehingga anak
tidak terjerumus kepada pergaulan yang remaja yang bebas
tanpa pengawasan orang tua.
30
4. Faktor yang Menyebabkan Pengasuhan dari Orang tua Bergeser pada
Nenek
Kenyataan di lapangan dalam suatu keluarga banyak anak yang
tidak di asuh oleh orang tuanya, melainkan dengan neneknya, karena
adanya beberapa faktor yang menyebabkan pengasuhan anak beralih
atau bergeser kepada nenek yaitu : ekonomi, orang tua sibuk bekerja,
orang tua janda atau duda karena kematian, orang tua bercerai. Adapun
faktor yang menyebabkan pengasuhan orang tua terhadap anak
bergeser atau beralih kepada nenek adalah sebagai berikut:
a. Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi dalam pengasuhan dipengaruhi oleh gaya
dan pengalaman yang dimiliki serta pengetahuan yang diterimanya.
Perbedaan dalam pola asuh seorang nenek juga bisa dilihat dari
status sosial ekonomi dalam masyarakat. Status sosial ekonomi
mempunyai peranan terhadap perkembangan anak (Ahmadi,
1991:91). Salah satu faktor yang mengakibatkan pengasuhan dari
orang tua beralih kepada nenek adalah faktor ekonomi dalam
seuatu keluarga, karena sulitnayamencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, maka orang tua harus bekerja dan
meninggalkan anak-anaknya kepada pengasuh atau nenek.
b. Orang Tua Sibuk Bekerja
Keluarga dianggap sebagai masyarakat kecil yang terdiri
dari subsistem yang berstruktur, yakni anggota keluarga yang
31
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Setiap bagian memiliki hubungan
antara satu dan lainnya yang menyatu dalam keluarga. Teori
fungsionalisme struktural menekankan pada keteraturan dan
mengabaikan konflik dalam masyarakat (Suhendi, 200:175). Istri
yang bekerja di luar rumah, fungsi manifesnya adalah
meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga, tetapi fungsi
latennya adalah terjadinya disfungsi ibu rumah tangga dalam
menjalankan tugasnya dalam keluarga. Demikian itulah dapat
menyebabkan berkurangnya waktu pengasuhan anak oleh ibu
rumah tangga yang berperan ganda memungkinkan rendahnya
intensitas pengasuhan anak, sehingga terjadi perubahan pola,
peran, serta fungsi pada pengasuhan anak, dimana keluarga besar
(extended family) sangat dibutuhkan.
c. Orang Tua Janda atau Duda karena Kematian
Kemampuan keluarga untuk menyesuaikan keadaan
setelah kematian orang tua yang menyangkut masalah keuangan,
sosial, dan emosi selalu menjadi ujian bagi terciptanya relasi antara
orang tua dan anak (Suhendi, 2001:74). Apabila relasi ini
bedasarkan pada rasa hormat, kesamaan, dorongan, semangat, dan
kepercayaan akan mengurangi akibat yang menimpa anak, karena
kehilangan salah satu orang tuanya. Tentu saja anak merasa
kesepian, frustasi, merasa bersalah, dan perasaan-perasaan yang
saling berlawanan dari orang tua yang masih hidup merupakan
32
problem yang memerlukan penenangan dalam keluarga.
Keberadaan keluarga besarlah yang sangat membantu memberikan
solusi dan pengarahan agar apa yang terjadi ataupun yang akan
dilakukan oleh orang tua tunggal tidak salah jalan.
d. Orang Tua yang Bercerai
Kekacauan dalam keluarga merupakan bahan pergunjingan
umum karena semua orang mungkin saja terkena dari salah satu
jenisnya dan karena pengalaman itu, biasanya dramatis
menyangkut moral dan penyesuaian-penyesuaian pribadi dan
dilematis. Kekacauan keluarga dapat ditafsirkan sebagai pecahnaya
suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial,
jika satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan peran
mereka (Goode, 1997:184). Oleh karena itu, bersatunya orang tua
dalam mendidik anak itu sangat penting, agar terjadinya
keseimbangan dalam mendidik anak.
33
5. Seni Mendidik dalam Islam
Seorang nenek perlu memperhatikan bagaimana mengasuh,
merawat, mendidik dan juga memberi teladan yang baik bagi anak-
anak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah. Menurut Muallifah
(2009: 145), tentang seni mendidik anak dalam Islam. Adapun seni,
atau cara mendidik anak dalam Islam adalah sebagai berikut :
a. Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah.
Konsep keteladanan dalam sebuah pendidikan sangatlah
penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan,
khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos
sosial anak. Karena seorang pendidik baik orang tua, guru bahkan
nenek merupakan figur dalam pandangan anak, disadari atau tidak
akan ditiru oleh anak. Seorang pengasuh yaitu haruslah
memberikan teladan yang baik pada anak asuhnya, mengajak untuk
meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT.
Perbanyak mengingat Allah SWT yaitu selalu melaksanakan shalat
dan membiasakan shalat berjama’ah
b. Menasehati Anak apabila Berbuat Salah.
Cara mengasuh atau mendidik dengan menasehati, juga
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan pembentukan akhlak,
emosional maupun sosial.
34
c. MenyuruhAnak untuk Belajar Al-Qur,an.
Seorang pengasuh misalnya nenek juga harus
memperhatikan apa yang dipelajari anak mengenai prinsip,
pemikiran, dan keyakinan yang sudah diajarkan di sekolah. Konsep
keimanan yang dimaksud sebenarnya bukan hanya kepada iman
pada Allah ataupun sebatas religi, tetapi bisa diperluas kembali
kedalam aspek lainnya. Nenek selaku pengganti orang tua harus
mampu menanamkan sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya
diri anak setiap perbuatan yang diambilnya. Dalam menanamkan
keyakinan dan agar berbuat sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai
dari belajar Al-Qur,an.
d. Menegur Anak yang Berkata Bohong
Nenek selaku pengganti orang tua kandung hendaknya
selalu memantau anak agar berbuat jujur sejak kecil. Kemudian
nenek juga bisa menunjukkan kebaikan dan keburukan serta
dampak dari masing-masing perbuatan tersebut. Kebiasaan bohong
tersebut akan berlanjut sampai nanti ketika ia dewasa. Oleh karena
itu, menegur anak yang berkata bohong dengan cara efisien dan
metode yang sesuai harus bisa dilakukan nenek, karena itu
merupakan salah satu perhatian akhlak nenek kepada cucunya.
35
e. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan
fisik yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual
melalui latihan-latihan. Sedang kematangan mental melalui
bagaimana menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa
hilang rasa ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan
misalnya, nenek tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam
hal pekerjaan sehari-hari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya.
f. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Shalat.
Konsep pendidikan dan hukuman dalam Islam bukan
menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana
memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak
diulangi lagi. Misalnya, memperingati dengan lemah lembut dan
kasih sayang, menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan
hukuman dan menasihati anak secara bertahap.
g. Memberikan Pujian dan Hadiah
Memberikan pujian atau hadiah sangat dianjurkan oleh
Islam. Hal ini dimaksud agar anak mendapatkan motivasi atau
dorongan yang kuat untuk mencapai cita-citanya. Motivasi atau
dorongan nenek sebagai pengasuh anak sangat dibutuhkan sebagai
modal yang besar karena mereka merasakan bahwa apa yang
diinginkan anak merupakan hal yang didambakan. Pemberian
pujian dan hadiah sebenarnya hampir sama, namun sedikit
36
perbedaan. Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak
hasilnya positif, namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk
memancing timbulnya perilaku positif.
B. Akhlak Anak
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Khulq,
atas timbangan (wazan) thulasi mazid, af‟ala – yuf‟ilu – if‟alan yang
berarti al-sajyah, al-tabi‟ah (kelakuan, watak dasar), al-„adat
(kebiasaan), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama)
(Damanhuri, 2014:27-28). Orang tua mempunyai kewajiban untuk
menanamkan akhlak yang baik kepada anak-anaknya yang dapat
membahagiakan di kehidupan dunia dan akhirat.
Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syarif Al-Jurjani akhlak
adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa
perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-
perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, maka dengan mudah
sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika
darinya terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut
dinamakan akhlak yang buruk (Abdul, 2004:32). Bahwasanya akhlak
itu tertanam kuat dalam diri masing-masing untuk menjalankan
perbuatan yang baik maupun buruk.
37
Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang
merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa
berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam (Mansur, 2005:221).
Keadaan jiwa seseoranglah yang menyebabkan seseorang tidak
berpikir untuk melakukan apapun.
Menurut definisi para Ulama’, akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam diri secara kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah, tanpa diawali berfikir panjang, merenung, dan
memaksakan diri. Sedangkan sifat-sifat yang tidak tertanam kuat
dalam diri, seperti kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka
itu bukan akhlak (Mahmud, 2004:34). Kesimpulannya bahwa akhlak
anak merupakan suatu perbuatan yang tertanam kuat dalam diri
seseorang anak untuk melakukan suatu tindakan yang dilakukan
seorang anak tanpa perlu berfikir panjang dan dilakukan berulang-
ulang yang akan menjadi suatu kebiasaan.
2. Dasar Al-Qur’an dan Al-Hadist
Allah berfirman dalam QS. Al-Qolam : 4
وانك لعلى خلق عظيم Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang
tinggi” (Kemenag RI, 2014:564).
38
Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan
kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan akhlakNya. Penggunaan
istilah Khuluqun „Adhim menunjukkan keanggungan akhlak Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW adalah sosok yang patut ditiru
agar seseorang mempunyai akhlak yang baik. Kita sebagai umat
Rasulullah SAW harus mencontoh segala sesuatu yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW untuk mencapai kesempurnaan akhlak yang terpuji.
3. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagian hidup ummat
manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat (Sidik,
1998:93). Akhlak dapat menghantarkan kita memperoleh kebahagian
di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tentunya hal tersebut adalah
akhlak yang baik, bukan akhlak yang buruk yang menjerumuskan
seseorang kepada kemaksiatan.
4. Ruang Lingkup Akhlak
Membahas ruang lingkup akhlak, menurut Kahar Masyhur
sebagaimana di kutip oleh Tono Sidik (1998: 94), dalam buku Ibadah
dan Akhlak dalam Islam menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak
meliputi bagaimana seharusnya seseorang bersikap terhadap
penciptanya, terhadap sesama manusia, keluarga dan masyarkat.
Menurut Ahmad Azhar Basyir, sebagaimana dikutip oleh Sidik
(1998:94) menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek
kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
39
individu, makhluk sosial, makhluk penghuni, dan makhluk ciptaan
Allah SWT. Dengan kata lain akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak
keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap
Allah dan juga akhlak terhadap alam. Demikianlah dapat dikatakan
ruang lingkup akhlak yaitu akhlak terhadap tuhan, akhlak terhadap
keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan akhlak terhadap sesama.
Hal-hal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Akhlak Terhadap Allah.
Titik tolak akhlak terhadap Allah bahwa tiada tuhan
melainkan Allah. Dia yang memiliki sifat-sifat terpuji yang begitu
agung, yang tidak dimiliki manusia, bahkan malaikatpun tidak
akan mampu menjunjung-Nya. Seperti anak di suruh untuk belajar
mengaji, berakhlak baik, mengajarkan anak tentang rukun islam
dan rukun iman, belajar tentang alam yang diciptakan oleh Allah
untuk manusia, dan mengajarkan bahwasanya tiada tuhan yang
wajib di sembah kecuali Allah SWT semata.
b. Akhlak Terhadap Keluarga.
Akhlak terhadap keluarga meliputi kewajiban orang tua,
pengasuh terhadap anak, dalam Islam mengarahkan para orang tua
atau pengasuh untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna,
dengan ajaran-ajaran yang bijak. Seorang anak haruslah mencitai
orang tua (pengasuh) karena dialah yang memperhatikan,
memelihara dan mendidiknya. Seperti halnya anak dibiasakan
40
untuk menghormati dan berkata baik kepada yang lebih tua
darinya, agar nanti anak akan mempunyai sopan santun kepada
yang lebih tua darinya.
c. Akhlak Terhadap Masyarakat.
Akhlak terhadap masyarakat meliputi akhlak terhadap
tetangga, akhlak terhadap tamu, dan juga sanak keluarga. Seperti
dibiasakan dan diajarkan untuk memberi makanan yang berlebihan
di rumahnya kepada tetangga agar terjalin silahturahmi yang baik
antar tetangga. Apabila ada tamu di rumahnya anak diminta untuk
berjabat tangan kepada tetangga dan di ajarkan bagaimana
menjamu tamu dengan baik dan benar, agar anak nanti bisa
mempraktikkan di masa yang akan datang.
d. Akhlak Terhadap Sesama.
Akhlak terhadap sesama meliputi akhlak terhadap makhluk
lain, banyak sekali yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan
perlakuan terhadap sesama manusia. Seperti halnya anak
dibiasakan untuk berbuat baik kepada sesama, menolong jika ada
yang membutuhkan, memaafkan seseorang jika salah, berkata
jujur, ramah terhadap sesama.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:263:
41
Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”
(Kemenag RI, 2014:44).
Sesuai uraian diatas sudah jelas bahwasanya cakupan dari
akhlak itu sendiri meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai
dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk penghuni, dan makhluk ciptaan Allah SWT.
Demikianlah dapat dikatakan ruang lingkup akhlak yaitu akhlak
terhadap tuhan, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap
masyarakat dan sesama. Oleh karena itu, manusia dapat berakhlak
baik dengan siapapun tanpa memandang jabatan seseorang.
5. Klasifikasi Akhlak
Menurut Mansur dalam buku Pendidikan Anak Usia Dini
dalam Islam (2005:238-248) Akhlak manusia terdiri atas Akhlak yang
terpuji (Al-Akhlaq Al-Mahmudah) dan Akhlak yang tercela (Al-Akhlaq
Al-Mazmumah), sehingga harus diperhatikan baik sejak mau tidur
hingga bangun dari tidurnya, sejak bangun tidur sampai akan tidur
kembali. Akhlak seseorang itu dapat digolonkan menjadi dua kategori:
a. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah)
Akhlak terpuji atau Al-Akhlaq Al-Mahmudah maksudnya
adalah perbuatan-perbuatan baik yang ada dalam hati menurut
syara’. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya,
aulia dan orang-orang yang shalih.
42
Adapun syarat-syarat diterima tiap amal shalih itu dilandasi
dengan sifat-sifat terpuji juga antara lain sebagai berikut:
1) Ikhlas, artinya beramal karena Allah.
2) Wara’, artinya meninggalkan setiap hal yang haram atau yang
ada subhatnya.
3) Zuhud, artinya meninggalkan tamak dan meninggalkan yang
bagus-bagus dari kelezatan dunia baik berupa makanan,
pakaian, rumah, dan lain-lain (Mansur, 2005:239). Apabila
seseorang ingin menyempurnakan akhlak yang terpuji harus
memilik sifat-sifat tersebut.
Sifat-sifat demikianlah yang menjadikan dunia ini menjadi
tempat yang menyejukkan dan menentramkan hati bagi semua orang
yang hidup di mana ia bertempat tinggal. Sebagai umat manusia yang
diciptakan oleh Allah SWT, kita hanya di suruh untuk mematuhi
perintahnya dan menjauhi larangannya agar kita menjadi insan yang
kamil. Pentingnya pendidikan orang tua kepada anak-anak mereka,
seringkali digambarkan oleh Nabi bukan hanya dalam konteks
keteladanan dan kasih sayang (akhlak dan moral), tetapi juga oleh
rasio. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 21
43
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah
(QS. Al-Ahzab : 21).
Oleh karena itu, konsep keteladanan sangatlah penting
menemukan hasil yang maksimal. Maka seorang pengasuh yaitu
nenek, harus jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan
menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama.
Seorang nenek dalam mengasuh sang cucu haruslah memberikan
teladan yang baik pada cucunya, mengajak untuk meniru akhlak
Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT.
b. Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmumah)
Sifat-sifat tercela atau keji atau Al-akhlaq Al-Mazmumah
menurut syara’ dibenci Allah dan Rasul-Nya yaitu sifat-sifat ahli
maksiat pada Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak diterimanya
amalan-amalan manusia, antara lain :
1) Ujub, yakni melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri
dengan ajaib hingga dia memuji akan dirinya sendiri.
2) Takabur, yakni membesarkan diri atas yang lain dengan
pangkat, harta, ilmu, dan amal.
3) Riya’, yakni beramal dengan tujuan ingin mendapatkan
pangkat, harta, nama, pujian, sebagai lawan ikhlas.
4) Hasad, yakni dengki, suka harta dunia baik halal maupun
haram, lawan dari wara‟ dan zuhud. Akhlak tercela lainnya
adalah mengumpat, neminah main judi, mencuri,
44
mendengarkan bunyi-bunyian yang haram, melihat sesuatu
yang haram, dan bid’ah (Mansur, 2005:240). Sifat-sifat tercela
tersebutlah yang harus dihindari oleh seseorang, agar tidak
berbuat kemaksiatan.
C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama
dikenalkan pada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak
mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama didalam lingkungan
keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan
yang lain itu menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan
dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dia harus memenuhi
segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di
dunia. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan
kehidupan bersama.
Menurut Haurlock pola asuh adalah mendidik anak agar dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat
diterima oleh masyarakat. Sedangkan menurut Kohn menyatakan
bahwa pola asuh merupakan cara pengasuh berinteraksi dengan anak
meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian
serta tanggapan orang tua (nenek) terhadap setiap perilaku anak
(Muallifah, 2009: 42).
45
Pola asuh orang tua (nenek) juga dijelaskan dalam Hadits
Rasulullah SAW, beliau bersabda :
لاة اذا بلغ سبع سنين واذا بلغ عشز سنين فاضزبى بي بالص و الص ه مز
)رواه التزميذ( عليها
Artinya : Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah
berumur 7 tahun, dan apabila ia telah berumur 10 tahun ia
meninggalkan sembahyang itu, maka pukullah ia (HR. Turmudzi)
(Uhbiyati, 2009: 55).
Hadits di atas menjelaskan bagaimana seorang pengasuh
yaitu nenek sebagai pengganti kedua orang tua juga harus mengajari
anak untuk shalat sejak dini dan pukullah ia ketika berumur 10 tahun
tidak mau mengerjakan shalat. Kekerasan kadang dipandang sesuatu
yang bukan negatif, tetapi kadang kekerasan juga perlu tetapi kalau
sekedar untuk mendidik.
Pola asuh nenek sangatlah variatif, tergantung pada ideologi
dan keinginannya, namun tidak seharusnya seorang nenek
menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh laissez
faire. Tiga jenis pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua,
misalnya nenek. Adapun dalam terlaksananya pola asuh dengan baik
juga tergantung jenis dari pola asuh yang diterapkan, dan juga
melihat karakteristik keluarga.
46
Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan
akhlak anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah
disebutkan sebelumnya misalnya : menyuruh anak shalat
berjama’ah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menasehati
anak jika berkata bohong, memarahi dan memukul anak ketika tidak
shalat, menegur anak jika berbuat salah, dan memberi pujian dan
hadiaya.
Dari cara mendidik dan mengasuh anak dengan menyuruh
untuk shalat berjamaah, maka anak akan terbiasa shalat hingga
tumbuh dewasa nanti meskipun tanpa pengawasan nenek. Dari nenek
menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, gemar membaca Al-Qur’an
karena dengan ajaran ini anak akan merasa mengenal agamanya dan
merasa dekat dengan kitab Al-Qur’an, kedekatan ini akan
menjadikan anak agar gemar membaca al-Quran, anak tersebut akan
mampu menumbuhkan minat anak untuk lebih banyak mengkaji dan
mendalani isi Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya, sehingga anak akan
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan ajaran agama
Islam. Dari perilaku pola asuh nenek tersebut berdampak dengan
akhlak anak. Dengan kata lain bahwa ada dampak yang positif
mengenai pola asuh nenek terhadap akhlak anak. Dalam hal ini,
hendaklah orang tua takut seandainya meninggalkan keturunan yang
lemah.
47
Firman Allah SWT, dalam QS. An-Nisa’ : 9
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar (QS. An-Nisa’ : 9).
Dari ayat di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap orang
tua atau pengasuh yaitu nenek sebagai pengganti kedua orang tua,
hendaklah takut apabila meninggalkan di belakang mereka anak-
anak yang lemah (berakhlak buruk).
Kelalaian-kelalaian dalam mendidik anak akan menyebabkan
penyimpangan dan kenakalan pada anak. Keluarga hendaknya
mengetahui hal-hal yang dapat menjadikan anak menyimpang dan
melakukan kenakalan. Apabila keluarga mengetahui hal tersebut maka
penyimpangan dan kenakalan anak dapat dicegah.
Menurut Ali Hasan Az-Zhecolany dalam bukunya yang
berjudul Kesalahan-kesalahan Orang Tua Penyebab Anak tidak Shalih
(2011:68-105). Berikut ini beragam jenis kesalahan dalam mendidik
anak : membiarkan anak melakukan kesalahan, kurang apresiatif,
selalu melarang anak, selalu menuntut anak, selalu mengabulkan
permintaan anak, tidak mampu menjadi teladan bagi anak, melakukan
48
kekerasan, tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup,
tidak sepaham antara ayah dan ibu, mengklaim buruk, terlalu
memanjakan anak, terlalu berbaik sangka atau berburuk sangka
terhadap anak, pilih kasih, mendo’akan buruk terhadap anak,
bertengkar dan berbuat hal yang tidak layak dihadapan anak, susah
memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, lalai pada bacaan,
tontonan, pergaulan anak, dan membuat anak minder
Kesalahan-kesalahan tersebut jika diketahui oleh keluarga
maka keluarga akan berusaha mendidik anak dengan cara yang baik
dan benar. Sehingga anak dapat tumbuh dengan baik tanpa
melakukan penyimpangan dan kenakalan. Akhlak anak akan baik
dengan cara pendidikan akhlak yang baik pula.
49
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti
memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti secara
umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek
penelitian yang peneliti maksud. Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo
yang dijadikan penelitian ini adalah termasuk dalam wilayah Desa
Ngambakrejo, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan,
Purwodadi, Provinsi Jawa Tengah. Adapun untuk mengetahui
gambaran secara jelas mengenai Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo
maka dapat dilihat keterangan di bawah ini:
a. Sejarah Berdirinya Dusun Ngrawing
Sebelum menjadi sebuah desa Ngrawing merupakan hutan,
lalu ada seorang yang bernama Joko Tinggi. Adapun asal-usulnya
tidak ada yang mengetahuinya. Dia membuat hutan itu untuk
dijadikan tempat tinggal, makin lama daerah itu makin banyak
penghuninya dan terjadilah sebuah Desa. Karana waktu membabat
hutan banyak sekali dijumpai pohon rawe (sebangsa pohon yang
menjalar dan buahnya berbulu yang sangat gatal jika sampai
terkena bulunya), sehingga dari kata rawe itu maka daerah itu
diberi nama ngrawing. Setelah Joko Tinggi meninggal lalu
50
dimakamkan disitu sampai sekarang makamnya dianggap keramat
oleh penduduk disitu dengan diberi nama kuburan Joko Tinggi.
(Dokumen Pemerintah Desa Ngambakrejo, 1979:21)
b. Keadaan Geografis
Berdasarkan buku Monografi Desa Ngambakrejo (2014:1-
9) Desa Ngambakrejo merupakan Desa yang terletak di Kecamatan
Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Purwodadi. Desa
Ngambakrejo terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Ngrawing, Ngetuk,
dan Ngambak. Hal ini dapat dilihat dari gambaran Desa
Ngambakrejo sebagai berikut:
1) Luas dan Batas wilayah Desa Ngambakrejo
Luas Desa Ngambakrejo adalah luas keseluruhan wilayah
yang berada di Desa Ngambakrejo dengan luas 497.950 Ha
yang terdiri atas 3 Dusun yaitu : Dusun Ngrawing, Dusun
Ngetuk, dan Dusun Ngetuk.
2) Batas-batas wilayah Desa Ngambakrejo
a) Sebelah Utara : Desa Kuwaron/Trisari
b) Sebelah Selatan : Desa Jumo/Wates
c) Sebelah Barat : Desa Kapung
d) Sebelah Timur : Desa Trisari/Wates
3) Orbitas (jarak dari pusat pemerintahan Desa)
a) Jarak pusat pemerintahan Kecamatan : 06 Km
b) Jarak dari ibukota Kabupaten/Kota : 36 Km
51
c) Jarak dari ibukota Provinsi : 36 Km
d) Jarak dari ibukota Negara : 636 Km
4) Pertanahan
a) Tanah Kas Desa/Kelurahan : 52.941 Ha
b) Tanah bersertifikat : 867 buah 247 Ha
c) Tanah yang belum bersertifikat : 1968 buah 250 Ha
c. Keadaan Penduduk
Sebagai gambaran kependudukan di Desa Ngambakrejo,
berikut tabel kependudukan yang dapat terdokumentasikan :
1) Jumlah Kepala Keluarga : 2.609 KK
2) Jumlah penduduk menurut jenis kelamin :
Laki-laki : 2.671 orang
Perempuan : 2.609 orang
3) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel 3.1
Data Jumlah Penduduk berdasarkan Umur di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah
L P
1. 0 – 4 217 190 407
2. 5 – 9 210 194 404
3. 10 – 14 239 211 450
4. 15 – 19 253 231 484
5. 20 – 24 226 250 476
6. 25 – 29 261 269 530
7. 30 – 39 467 397 864
8. 40 – 49 315 362 677
9. 50 – 59 268 264 532
10. 60 + 215 231 446
Jumlah 2.671 2. 609 5.280
52
d. Keadaan Sosial
1) Mata Pencaharian Penduduk
Tabel 3.2
Data Mata Pencaharian Penduduk di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. PNS 37 orang
2. TNI/POLRI 05/03 orang
3. Karyawan (swasta) 215 orang
4. Wiraswasta 680 orang
5. Petani 870 orang
6. Pertukangan 25 orang
7. Buruh Tani 1.120 orang
8. Pensiunan 14 orang
9. Nelayan 16 orang
10. Pemulung 04 orang
11. Jasa/lainnya 706 orang
2) Kepercayaan yang dianut
Tabel 3.3
Data Kepercayaan Agama di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Agama Jumlah Penganut
1. Islam 5.280 orang
2. Kristen -
3. Katolik -
4. Hindu -
5. Budha -
53
e. Keadaan Ekonomi
1) Sarana Perekonomian
Tabel 3.4
Data Sarana Ekonomi di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Jenis Sarana Ekonomi Jumlah
1. Pasar Umum -
2. Pasar Hewan -
3. Toko/kios/warung 07/29/06 buah
4. BUUD/KUD -
5. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) 04 buah
6. Badan Kredit -
7. Lumbung Desa 01 buah
2) Jumlah Perusahaan/Usaha
Tabel 3.5
Data perusahaan/usaha di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Nama Usaha Jumlah
1. Industri Besar -
2. Industri Kecil -
3. Industri Rumah Tangga 03 buah
4. Hotel/losmen -
5. Penginapan -
6. Rumah Makan -
7. Warung Makan 04 buah
8. Perdagangan 05 buah
9. Angkutan 03 buah
10. Lain-lain 02 buah
54
f. Sarana dan Prasarana
1) Agama
Tabel 3.6
Sarana Ibadah di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Tempat Ibadah Jumlah
1. Masjid 03 buah
2. Musholla 28 buah
3. Gereja -
4. Vihara -
5. Pure -
2) Kesehatan
Tabel 3.7
Sarana Kesehatan di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Tempat Pengonatan Jumlah
1. Rumah Bersalin (RB) 02 buah
2. Klinik KB 03 buah
3. Balai Pengobatan (BP) 01 buah
4. Posyandu 03 buah
3) Olahraga atau Kesenian Kebudayaan dan Sosial
Tabel 3.8
Sarana Olahraga atau Kesenian Kebudayaan dan sosial
di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Sarana Jenis Jumlah
1. Sarana Olahraga 03 jenis 05 buah
2. Sarana Kesenian atau
Kebudayaan
02 jenis 03 buah
3. Sarana Sosial 01 jenis 01 buah
55
4) Pendidikan
Tabel 3.9
Gambaran-gambaran Sarana Pendidikan umum
di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Pendidikan
Umum
Jumlah Sekolah
Jumlah
Guru Murid
1. PAUD 03 buah 03 orang 64 anak
2. TK 02 buah 06 orang 86 anak
3. SD 03 buah 18 orang 638 anak
4. SMP 01 buah 16 orang 310 anak
5. SMA 01 buah 12 orang 96 anak
Tabel 3.10
Gambaran-gambaran Sarana Pendidikan Khusus
di Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Pendidikan
Khusus
Jumlah
Sekolah
Jumlah
Guru Murid
1. Pondok
Pesantren
03 buah 17 orang 479 anak
2. Madrasah
Dinniyah
03 buah 16 orang 920 anak
3. Sekolah Luar
Biasa (SLB)
- - -
4. Sarana
Pendidikan Non-
Formal
12 buah 12 orang 260 anak
56
g. Visi dan Misi Desa
1) Visi
Terwujudnya masyarakat Desa Ngambakrejo yang
tertib, sehat, dan kondusif dalam tata kehidupan yang agamis,
demokratis, dan memiliki nasionalisme yang tinggi, dilandasi
oleh akhlak yang baik dalam rangka mencapai terwujudnya
Desa Ngambakrejo yang lebih maju dan bermartabat
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2) Misi
Menumbuh kembangkan keinginan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari sesuai dengan
situasi dan kondisi Sumber Daya Alam (SDA) Desa
Ngambakrejo. Menjadikan Desa Ngambakrejo sebagai Desa
Sentra Pertanian atau Palawija, Desa yang mampu mewujudkan
pertanian yang modern dengan mengembangkan penggunaan
Pupuk Organik yang ramah lingkungan. Menjadikan
masyarakat Desa Ngambakrejo berakhlak yang baik, tangguh,
sehat jasmani dan rohaninya, cerdas, patriotik, berdisiplin,
kreatif, produktif, berjiwa iman dan bertaqwa serta demokratis
demi terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas.
57
h. Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo
Tabel 3.11
Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo
Tahun 2016
NO. Jabatan Nama
1. Kepala Desa Ngambakrejo Sulyaji
2 Sekretaris Desa Ahmad Makruf
3. Bendahara Sri Rahayu
4. KAUR Pembangunan Sugeng Wibowo
5. KAUR Kesejahteraan Yasak
6. KADUS I Dsn. Ngambak Ahmad Bagiyo
7. KADUS II Dsn. Ngrawing Wardoyo
8. KADUS III Dsn. Ngetuk Ali Wahyudi
2. Gambaran Informan
Berdasarkan jumlah beberapa responden yang diteliti masing-
masing subjek terdiri dari nenek yang mengasuh cucu dan anak-anak
yang bestatus siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan
Sekolah Menengah Atas yang berada dalam pengasuhan nenek. Berikut
ini penjelasan mengenai profil masing-masing nenek yang di jadikan
responden oleh peneliti, sebagai berikut :
a. Nenek MM
Nenek MM lahir di Grobogan, usia beliau 65 tahun, bekerja
sebagai petani di desa. Nenek MM diminta anaknya MP untuk
merawat dan mengasuh cucunya NO. NO yang berumur 6 tahun
adalah seorang laki-laki yang masih duduk dibangku SD kelas 1 di
SD N 02 Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan,
Purwodadi, hidup dalam kondisi yang sederhana dan tinggal
bersama nenek sejak masuk Sekolah Dasar. NO adalah anak
58
pertama dan kedua oarng tuanya bekerja keras untuk menghidupi
anak semata wayangnya itu. Ayahnya bernama MM usia 26 tahun,
saat ini bekerja sebagai buruh proyek yang tidak tentu pulangnya,
sedangkan ibunya yang bernama MP usia 25 tahun yang rela
menjadi TKW di hongkong demi anak semata wayangnya itu.
Karena faktor ekonomilah orang tuanya menitipkan NO kepada
nenek. Karena khawatir akan pergaulan anak zaman sekarang,
sangat mengkhawatirkan perkembangn psikologis anak, jadi cara
terbaik adalah menitipkan anak mereka kepada nenek.
b. Nenek SP
Nenek SP lahir di Grobogan yang sekarang berusia 70 tahun,
yang kuat dan tangguh untuk merawat dan mengasuh kedua cucunya
yang dititipkan kepada nenek SP. IA yang berumur 6 tahun adalah
seorang laki-laki yang masih duduk dibangku SD kelas 1 di SD N
02 Ngambakrejo. IA sering menghabiskan waktunya bersama nenek
karena ayahnya SD (36 tahun) dan ibunya SP (33 tahun) bekerja
sebagai TKI dan TKW di luar Negeri. IA anak kedua dari dua
bersaudara, IA dan kakaknya dititipkan kepada neneknya. Kegiatan
yang dilakukan IA setiap harinya adalah sekolah pagi, sekolah
Madin, mengaji ketika sore. Aanak tersebut termasuk anak yang
terkadang baik terkadang nakal ketika bergaul dengan temanya,
namun prestasinya di sekolah agak kurang bagus.
59
c. Nenek MR
Nenek MR lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 51
tahun, yang bekerja sebagai petani di sawah maupun di ladang.
Nenek MR di minta anaknya TS untuk mengasuh anaknya KB yang
berusia 9 tahun seorang anak laki-laki yang duduk dibangku kelas 4
di SDN 02 Ngambakrejo. Karena ayahnya yang bernama TS (34
tahun) dan ibunya MM (25 tahun) merantau di Jakarta bersama
aduknya yaitu MS (4 tahun). KB adalah anak pertama dari dua
bersaudara yang sekarang tinggal bersama nenek. Karena faktor
ekonomi orang tuanya menitipkan KB kepada nenek. Selain itu
karena pergaulan di Jakarta sangat mengkhawatirkan bagi
perkembangan psikologis anak. Oleh karena itu KB dititipkan
kepada neneknya. Kegiatan yang dilakukan KB setiap harinya
adalah sekolah, bermain, menggembala kambing, dan mengaji.
d. Nenek SY
Nenek SY lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 59
tahun, yang bekerja sebagai petani di Desa. Nenek SY yang diberi
amanah oleh anaknya (IY) untuk mengasuh anak-anaknya yaitu :
SD yang berusia 12 tahun kelas VII MTS Miratul Muslimien,
kakaknya bernama SN (17 tahun kelas XII di MA Futuhiyyah
Jeketro), sedangkan adiknya bernama SA (4 tahun baru masuk
PAUD). SD, kakaknya, dan adiknya sudah diasuh neneknya sejak
lahir sampai sekarang. Karena ibunya yang bernama IY (32 tahun)
60
dan ayahnya yang bernama HW (39 tahun) telah bercerai. Ibunya
bekerja sebagai TKW di Malaysia untuk menafkai ketiga anaknya,
sedangkan ayahnya tidak diketahui keberadaanya.
e. Nenek KW
Nenek KW lahir di Grobogan, yang berusia 58 tahun,
bekerja sebagai petani di Desa. Nenek KW diminta anakanya JL
untuk mengasuh cucunya ZK yang berusia 16 tahun seorang anak
perempuan yang masih duduk dibangku kelas XI di SMK
Muhammadiyah Gubug. Ayahnya yang bernama JL (43 tahun)
tidak mempunyai pekerjaan yang menetap (wiraswasta) dan ibunya
yang bernama KT (37 tahun) bekerja sebagai pembantu rumah
tangga di perumahan. ZK dititipakan dengan neneknya KW (58
tahun) sejak ayah dan ibunya bercerai. ZK adalah anak pertama
dari dua bersaudara dia ikut dengan ayahnya, sedangkan adiknya
yang bernama LD (12 tahun) ikut dengan ibunya dan sekarang
duduk dibangku kelas VII di SMP N 01 Tegowanu.
f. Nenek DS
Nenek DS yang lahir di Grobogan, yang berusia 70 tahun,
yang bekerja sebagai petani di Desa. Nenek DS dititipi cucunya MA
sejak umur 7 tahun yang masih duduk dibangku kelas 2 di SD N 02
Ngambakrejo dan adiknya bernama MR (4,5 tahun yang duduk di
TK Dharma Wanita II). Ayahnya SL (35 tahun) bekerja yang tak
tentu terkadang menjadi menjadi sopir mobil rental terkadang
61
menjadi buruh tani (Wiraswasta), sedangkan ibunya DT bekerja
sebagai buruh pabrik di Semarang. MA dan adiknya sejak kecil
dititipkan kepada neneknya DS (70 tahun). Neneknya DS selalu
mengantar adiknya ke sekolah, sedangkan MA berangkat ke sekolah
dengan bersepeda dengan teman-temanya.
g. Nenek SM
Nenek SM yang lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 75
tahun dan bekerja sebagai Buruh Tani di Desa. Anaknya yang
bernama JW (38 tahun) yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga (PRT) menitpkan anak-anaknya kepada nenek SM, karean
suaminya (SY) sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Cucunya AS
yang berusia 13 tahun adalah anak laki-laki yang masih duduk di
bangku kelas VIII di SMP N 02 Tanggungharjo, kakaknya bernama
FS (19 tahun) sudah lulus dari SMA dan sekarang bekerja menjadi
buruh bangunan, sedangkan adiknya DL (9 tahun) masih duduk
dibangku kelas IV di SD N 02 Ngambakrejo. AS dan adiknya
dititipkan kepada neneknya SM karena ibu dan kakanya bekerja
untuk membiayai sekolah AS dan adiknya itu.
62
B. Temuan Penelitian
Sesuai dengan hasil wawancara, dan dokumentasi di lokasi
penelitian yaitu di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec.
Tanggungharjo, Kab. Grobogan, Purwodadi tahun 2016, peneliti
mendapatkan beberapa hal di antaranya :
1. Pola Asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing
Pola asuh adalah model atau cara terbaik yang dapat ditempuh
orang tua dalam dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa
tanggung jawab kepada anak. Orang tua harus menerapkan aturan,
mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih
sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga
dapat dijadikan contoh atau panutan anaknya. Oleh karena itu, orang
tua atau pengasuh harus menggunakan pola asuh yang benar dan tepat
dalam mendidik dan mengasuh anak, agar nantinya anak juga merasa
senang dan nyaman di asuh oleh orang tua maupun pengasuh. Jika
anak di asuh dan di didik oleh orang tua dengan benar dan tepat, maka
pastinya anak akan mempunyai akhlak yang baik atau berakhlakul
karimah.
Berdasrkan wawancara yang dilakukan penenliti kepada nenek
SY terhadap cucunya yaitu SD, Pola Asuh yang di gunakan nenek SY
ketika SD melakukan kesalahan, sebagai berikut :
“Hanya saya nasehati mbak, berbicara dengan pelan-pelan
dahulu kepada cucu saya, tidak menggukan kekerasan” (12 Agustus
2016).
63
Hal yang serupa juga di sampaikan oleh nenek MM dan nenek
DS, tentang Pola Asuh yang diguanakan ketiaka cucunya melakukan
kesalahan, dibuktikan dengan hasil wawancara dengan nenek DS
sebagai berikut :
“Hanya saya nasehati saja mbak tidak menggunakan kekerasan
fisik” (16 Agustus 2016).
Menurut nenek MM ketika cucunya melakukan kesalahan dari
hasil wawancara sebagai berikut :
“Hanya saya nasehati saja mbak, tidak menggunakan
kekerasan” (12 Agustus 2016).
Sedangkan menurut nenek SP sebagai pengasuh anak dari IA,
berikut data yang penulis dapatkan mengenai Pola Asuh yang
digunakan oleh nenek SP ketika cucunya melakukan kesalahan
sebagai berikut:
“Saya pukul dengan menggunakan kayu kecil” (12 Agustus 2016).
Jawaban itu diperkuat dengan hasil wawancara dengan IA
cucu dari nenek SP dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Nenek saya akan marah dan nanti sya akan di pukul pakai
kayu kecil atau di pupoh” (12 Agustus 2016).
Hal yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari wawancara
dengan nenek MR yang mengasuh cucunya yaitu KB sebagai berikut:
“Saya nasihati baik-baik dahulu, kalau tidak bisa di nasehati di
pukul dengan kayu” (12 Agustus 2016).
64
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh cucu dari nenek MR
yaitu KB dari wawancara sebagai berikut :
“Nenek saya akan marah tetapi tidak menggunakan kekerasan”
(12 Agustus 2016).
Sedangkan menurut nenek KW dan SM, tentang cucunya jika
melakukan kesalahan. Pola Asuh yang digunakan nenek KW dari hasil
wawancara sebagai berikut :
“Saya tidak pernah memarahi cucu saya mbak, karena cucu
saya sudah besar, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak baik bagi dirinya” (14 Agustus 2016).
Jawaban tersebut diperkuat dengan hasi wawancara dengan
cucu dari nenek KW yaitu ZK dari wawancara sebagai berikut :
“Nenek saya jarang sekali memarahi saya mbak, karena saya
dianggap sudh besar bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk bagi saya” (14 Agustus 2016).
Menurut nenek SM jika cucunya melakukan kesalahan,
dibuktikan dengan wawancara oleh peneliti sebagai berikut :
“Saya tidak pernah memarahi cucu saya mbak, sudah besar
nanti saya malu sendiri” (16 Agustus 2016).
Jawaban yang sedikit berbeda peneliti dapatkan dari AS cucu
dari nenek SM dari wawancara sebgai berikut :
“Nenek saya hanya menasehati saya tidak memukul dengan
tangan” (16 Agustus 2016).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang jika cucunya
melakukan kesalahan apa yang dialakukan nenek terhadap anak,
penulis dapat menyimpulkan bahwa pola asuh yang digunakan nenek
di Dusun Ngrawing dalam mendidik anak sangat berbeda-beda, ada
65
yang hanya menasehati saja, ada yang memukul menggunaka kayu
atau menggunakan kekerasan, dan ada pula yang tidak menasehati
maupun memukul anak. Karena anak sudah dianggap dewasa oleh
sang nenek.
Seharusnya orang tualah yang mengasuh dan mendidik anak
atau buah hati mereka. Namun belakangan ini hal tersebut berubah
menjadi orang tua menitipkan anak mereka kepada ibu mereka
(nenek). Berikut ini adalah faktor yang Melatarbelakangi Pengasuhan
dari Orang tua Bergeser pada Nenek adalah sebagai berikut :
1) Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan pengasuhan dari orang tua beralih kepada nenek.
Mengenai hal ini peneliti medapatkan informasi dari wawancara
dengan nenek yang MM adalah sebagai berikut :
“Iya mbak, ekonominya kurang cukup dan juga untuk
membangun rumah di desa, makanya ibune NO pergi ke luar
Negeri” (12 Agustus 2016).
Hal yang serupa juga peneliti dapatkan dari nenek SY dari
wawancara pada hari yang sama yaitu :
“Iya mbak, karena ekonomi yang kurang” (12 Agustus
2016).
2) Orang tua yang Sibuk Bekerja
Orang tua menitipkan anak kepada neneknya, dikarenakan
ekonomi yang kurang cukup untuk mencukupi keluarganya.
Menyebabkan orang tua harus bekerja keras dan menyibukkan
66
dengan pekerjaan mereka, karena anaknya sudah berada dalam
pengasuhan nenek mereka. Berikut ini adalah wawancara peneliti
dengan responden NO mengenai orang tuanya sebagai berikut :
“Ayah dan ibu saya bekerja semua mbak, ayah saya bekerja
sebagai buruh proyek, sedangkan ibu saya bekerja di luar Negeri
menjadi TKW Hongkong” (12 Agustus 2016)
Hal yang serupa juga peneliti dapatkan dari responden IA
pada hari yang sama mengenai orang tuanya, yaitu :
“Ibu saya bekerja di luar Negeri mbak, sedangkan ayah
saya bekerja juga di luar Negeri. Makanya saya dan kakak saya
dititipkan kepada nenek saya" (12 Agustus 2016).
3) Orang tua yang Janda karena kematian
Keberadaan keluarga besarlah yang sangat membantu
memberikan solusi dan pengarahan agar apa yang terjadi ataupun
yang akan dilakukan oleh orang tua tunggal tidak salah jalan.
Mengenai hal tersebut peneliti menemukan responden yang ikut
dengan nenek karena faktor kematian salah satu dari orang tuanya,
responden tersebut adalah AS. Berikut wawancara yang peneliti
lakukan dengan AS hasilnya sebagai berikut :
“Saya ikut dengan nenek karena ayah saya sudah
meninggal, ibu saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
sedangkan kakak saya bekerja sebagai buruh bangunan, makanya
saya dititipkan kepada nenek saya mbak” (16 Agustus 2016).
Jawaban yang sama juga peneliti dapatkan dari nenek yang
berisial SM pada hari yang sama :
“Sesudah bapaknya meninggal itu cucu-cucu saya
dititipakan kepada saya mbak, ibunya biar bekerja untuk
membiayai sekolah anak-anaknya” (16 Agustus 2016).
67
4) Orang tua yang Bercerai
Mengenai hal tersebut peneliti menemukan anak yang
diasuh oleh nenek yang disebabkan karena perceraian orang tua.
Berikut adalah wawancara dengan anak yang berisial SD yaitu :
“Ibu bekerja di luar Negeri menjadi TKW di Malaysia,
sedangkan bapk saya sudah bercerai dengan ibu saya dan sudah
tidak diketahui keberadaanya mbak” (12 Agustus 2016).
Peneliti juga mencari informasi lagi mengenai perceraian
tersebut dengan neneknya SD yaitu SY yaitu sebagai berikut :
“Sudah tidak ada kecocokan lagi mbak, makanya anak saya
bercerai dengan bapaknya anak-anak” (12 Agustus 2016).
Jawaban yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari hasil
wawancara dengan ZK mengenai orang tuanya sebagai berikut :
“Saya tinggal di rumah dengan nenek, karena ayah dan ibu
saya bercerai mbak, adik saya ikut dengan ibu saya, sedangkan
saya ikut dengan ayah saya, karena ayah saya bekerja jadi saya
tidak ada temannya maka saya tinggal dengan nenek” (14 Agustus
2016).
Peneliti juga mencari informasi lagi mengenai perceraian
tersebut dengan neneknya ZK yaitu nenek KW dengan wawancara
sebagai berikut :
“Cucu saya dititipkan ke saya sesudah bapak dan ibunya
bercerai mbak, karena sudah tidak ada kecocokan lagi makanya
bercerai, terus bapaknya bekerja cucu saya dititipkan ke saya” (14
Agustus 2016).
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai faktor-faktor
yang melatar belakangi pengasuhan dari orang tua bergeser kepada
nenek, dapat disimpulkan oleh penulis bahwasanya faktor yang
melatar belakanginya berbeda-beda, ada yang karena faktor
68
ekonomi, faktor orang tua sibuk bekerja, faktor duda atau janda
karena kematian maupun perceraian. Karena setiap orang tua
mempunyai alasan masing-masing untuk menitipkan anaknya
kepada nenek.
2. Penanaman Nenek terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing
Pendidikan anak harus dilengkapi dengan penanaman akhlak
yang memadahi, karena di dalam Al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat
yang menyindir, memerintahkan atau menekankan pentingnya akhlak
bagi setiap hamba Allah yang beriman. Maka dari itu dalam mendidik
akhlak kepada anak-anaknya, selain harus diberi keteladanan yang
tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati
dan menghargai orang lain. Karena penanaman akhlak bagi anak itu
sangat penting, agar nantinya anak juga mempunyai akhlak yang
terpuji atau berakhlakul karimah.
Seorang nenek atau pengasuh perlu memperhatikan bagaimana
mengasuh, merawat, mendidik dan juga memberi teladan yang baik
bagi anak-anak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah. Adapun
seni atau cara mendidik anak dalam Islam adalah sebagai berikut :
a. Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah.
Konsep keteladanan dalam sebuah pendidikan sangatlah
penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan,
khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos
sosial anak. Karena seorang pendidik baik orang tua, guru bahkan
69
nenek merupakan figur dalam pandangan anak, disadari atau tidak
akan ditiru oleh anak. Berdasarkan wawancara dengan nenek SP,
MR, SM, DS, KW, MM, dan SY menanamkan untuk cucu-cucu
mereka untuk shalat berjama’ah di tempat mengaji Al-Qur’an
atau TPA. Agar nantinya cucu mereka rajin untuk sholat
berjama’ah.
b. Menasehati Anak apabila Berbuat Salah.
Cara mengasuh atau mendidik dengan menasehati, juga
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan pembentukan
akhlak, emosional maupun sosial. Berdasarkan wawancara
dengan nenek SY ketika cucunya SD melakukan kesalahan,
sebagai berikut :
“Hanya saya nasehati mbak, berbicara dengan pelan-pelan
dahulu kepada cucu saya, tidak menggukan kekerasan” (12
Agustus 2016).
Hal yang serupa juga di sampaikan oleh nenek MM dan
nenek DS, tentang Pola Asuh yang diguanakan ketiaka cucunya
melakukan kesalahan, dibuktikan dengan hasil wawancara dengan
nenek DS sebagai berikut :
“Hanya saya nasehati saja mbak tidak menggunakan
kekerasan fisik” (16 Agustus 2016).
Menurut nenek MM ketika cucunya melakukan kesalahan
dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Hanya saya nasihati saja mbak, tidak menggunakan
kekerasan” (12 Agustus 2016).
70
c. Menyuruh Anak untuk Belajar Al-Qur’an.
Nenek selaku pengganti orang tua harus mampu menanamkan
sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya diri anak setiap perbuatan
yang diambilnya. Dalam menanamkan keyakinan dan agar berbuat
sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai dari belajar Al-Qur,an.
Berdasarkan wawancara kepada nenek yang mengasuh cucunya,
beliau-beliau menyuruh cucu-cucu mereka untuk belajar mengaji
setiap hari di waktu sore sampai isya’, dibuktikan dengan wawancara
dengan nenek MM, SD, SM, MR, SY, KW, dan DS dengan jawaban
yang sama yaitu sebagai berikut :
“Saya menyuruh cucu saya mengaji di waktu sore samapai
isya’ mbak” (12-16 Agustus 2016 ).
Peneliti juga mewawancarai kepada cucu-cucu mereka untuk
mencari informasi lebih lanjut dengan KB, IA, ZK, NO, SD, AS, dan
MA menurut peneliti jawaban yang di dapatkan dari mereka sama,
yaitu sebagai berikut :
“Iya, saya disuruh nenek saya mengaji diwaktu sore atau
maghrib sampai isya’ “ (12-16 Agustus 2016 )
d. Menegur Anak yang Berkata Bohong
Nenek selaku pengganti orang tua kandung hendaknya selalu
memantau anak agar berbuat jujur sejak kecil. Kemudian nenek juga
bisa menunjukkan kebaikan dan keburukan serta dampak dari
masing-masing perbuatan tersebut. Kebiasaan bohong tersebut akan
berlanjut sampai nanti ketika ia dewasa. Oleh karena itu, menegur
71
anak yang berkata bohong dengan cara efisien dan metode yang
sesuai harus bisa dilakukan nenek, karena itu merupakan salah satu
perhatian akhlak nenek kepada cucunya.
e. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan fisik
yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual melalui
latihan-latihan. Sedang kematangan mental melalui bagaimana
menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa hilang rasa
ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan misalnya, nenek
tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam hal pekerjaan sehari-
hari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya. Hal tersebut peneliti
temukan dengan wawancara dengan nenek KW tentang cucunya ZK
sebagai berikut :
Cucu saya itu perilakunya baik mbak, sering membantu saya di
rumah menyapu, mengepel lantai, mencuci baju neneknya, misalkan
ada rendaman baju di ember, cucu saya langsung mencucinya, anak
saya saja belum tentu menyucikan baju saya mbak (14 Agustus 2016).
jawaban yang sama juga peneliti temukan dari wawancara
kepada cucu nenek KW yaitu ZK, dengan wawancara sebagai berikut
:
“Saya kalau di rumah membantu nenek untuk membersihkan
rumah, menyapu, mengepel, dan menyucikan baju nenek saya” (14
Agustus 2016).
f. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Sholat.
Konsep pendidikan dan hukuman dalam Islam bukan
menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana
72
memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak
diulangi lagi. Misalnya, memperingati dengan lemah lembut dan kasih
sayang, menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman
dan menasihati anak secara bertahap.
Menurut nenek MR yang mengasuh cucunya yaitu KB, dari
wawancara yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut :
“saya menasehati dahulu mbak, kalau tidak bisa dinasehati
baru saya pukul cucu saya” (12 Agustus 2016).
g. Memberikan Pujian dan Hadiah
Motivasi atau dorongan nenek sebagai pengasuh anak sangat
dibutuhkan sebagai modal yang besar karena mereka merasakan
bahwa apa yang diinginkan anak merupakan hal yang didambakan.
Pemberian pujian dan hadiah sebenarnya hampir sama, namun sedikit
perbedaan. Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak hasilnya
positif, namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk memancing
timbulnya perilaku positif.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada nenek yang
mengasuh cucu di Dusun Ngrawing tentang pemberian hadiah atau
pujian kepada cucunya, di buktikan dengan wawancara dengan nenek
SM yaitu sebagai berikut:
“Pernah, diberi uang dan picis atau topi” (16 Agustus 2016).
Dibuktikan dengan wawancara yang dilakukan kepada AS
yaitu sebagai berikut :
“Pernah, diberi uang dan picis atau topi” (16 Agustus 2016).
73
Menurut MA cucu dari nenek DS bahwasanya beliau pernah
menberi hadiah kepada cucunya, di buktikan dari hasil wawancara
sebagai berikut :
“Nenek saya pernah memberi saya hadiah uang, susu, permen,
jajanan” (16 Agustus 2016).
Dibuktikan dengan wawancara dengan nenek DS yang
mengasuh MA, yaitu sebagai berikut :
“Saya pernah memberi susu dan permen mbak” (16 Agustus
2016).
Sedangkan menurut nenek KW pernah meberi hadiah kepada
cucunya yaitu ZK dibuktiakna dengan wawancara sebagai berikut :
“Saya pernah memberikan hadiah mukena karena cucu saya
mendapatkan rangking waktu di sekolah” (14 Agustus 2016).
Jawaban yang sama juga peneliti dari cucu nenek KW yaitu
ZK, sebagai berikut :
“Nenek saya pernah memberikan mukena karena saya
mendapatkan rangking waktu di sekolah” (14 Agustus 2016).
Sedangkan peneliti juga menemukan bahwasanya nenek SP
tidak pernah memberi hadiah kepada cucunya yaitu IA, membuat anak
tidak termotivasi dalam melakukan sesuatu, dibuktikan dengan
wawancara sebagai berikut :
“Saya tidak pernah memberi hadiah kepada cucu saya mbak”
(12 Agustus 2016).
74
Peneliti juga mencari informasi dari IA cucu dari nenek SP,
dengan wawancara sebagai berikut :
“Saya tidak pernah diberi hadiah oleh nenek saya, tetapi kalau
uang tiap hari” (12 Agustus 2016).
Berdasarkan cara mendidik nenek dalam menanamkan akhlak
anak, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya yang dilakukan nenek
untuk mendidik anak atau cucunya sudah benar, yaitu dengan
menyuruh anak unuk shalat berjama’ah, menasehati anak jika
melakukan kesalahan, menegur anak jika berkata bohong,
mengajarkan kemandirian kepada anak, memarahi anak jika tidak
melakukan sholat, menyuruh anak untuk belajar mengaji, memberi
hadiah kepada anak. Penanaman-penanaman akhlak tersebut
ditanamkan nenek sejak dini, agar nantinya anak akan terbiasa untuk
melakukan hal-hal yang baik yang di ajarkan nenek kepada mereka
melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik.
3. Implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak di Dusun Ngrawing
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama
dikenalkan pada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak
mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama didalam lingkungan
keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan
yang lain itu menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan
dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk
sosial. Sebagai makhluk individu dia harus memenuhi segala
kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia.
75
Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan
bersama.
Pola asuh nenek sangatlah variatif, tergantung pada ideologi
dan keinginannya, namun tidak seharusnya seorang nenek
menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh laissez
faire. Tiga jenis pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua,
misalnya nenek. Adapun dalam terlaksananya pola asuh dengan baik
juga tergantung jenis dari pola asuh yang diterapkan, dan juga
melihat karakteristik keluarga.
Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan
akhlak anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah
disebutkan sebelumnya misalnya : menyuruh anak shalat
berjama’ah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menasehati
anak jika berkata bohong, memarahi dan memukul anak ketika tidak
shalat, menegur anak jika berbuat salah, dan memberi pujian dan
hadiaya. Dari cara mendidik dan mengasuh anak dengan menyuruh
untuk shalat berjamaah, maka anak akan terbiasa shalat hingga
tumbuh dewasa nanti meskipun tanpa pengawasan nenek. Dari nenek
menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, gemar membaca Al-Qur’an
karena dengan ajaran ini anak akan merasa mengenal agamanya dan
merasa dekat dengan kitab Al-Qur’an, kedekatan ini akan
76
menjadikan anak agar gemar membaca al-Quran, anak tersebut akan
mampu menumbuhkan minat anak untuk lebih banyak mengkaji dan
mendalani isi Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya, sehingga anak akan
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan ajaran agama
Islam. Dari perilaku pola asuh nenek tersebut berdampak dengan
akhlak anak. Dengan kata lain bahwa ada dampak yang positif
mengenai pola asuh nenek terhadap akhlak anak. Dalam hal ini,
hendaklah orang tua takut seandainya meninggalkan keturunan yang
lemah.
Orang tua haruslah mengajarkan nilai dengan berpegang
teguh pada akhlak didalam hidup, membiasakan akhlak yang baik
semenjak usia dini. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya
menerima nasehat, jika datangnya melalui rasa cinta dan kasih
sayang, sedang ia menolaknya jika disertai dengan kekerasan dan
biadab. Akhlak seseorang itu dapat digolonkan menjadi dua kategori:
a. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah)
Akhlak terpuji atau al-akhlaq al-mahmudah maksudnya
adalah perbuatan-perbuatan baik yang ada dalam hati menurut
syara’. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul,
anbiya, aulia dan orang-orang yang shalih.
77
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap responden yaitu ZK yang diasuh oleh nenek KW
tentang akhlak ZK adalah sebagai berikut :
Cucu saya itu baik mbak serimg membantu say
membersihkan rumah, memyapu, mengepel lantai, dan
mencuci pakaian. Cucu saya juga menururut jika saya suruh
untuk mengaji, sering mendapatka rangking di kelas, dan
mempunyai sopan-santun dengan orang tua (14 Agustus
2016).
Menurut nenek MM yang mengasuh NO tentang akhlak
NO, peneliti memperoleh informasi dengan wawancara sebagai
berikut :
“Akhlak cucu saya itu baik mbak saya suruh untuk sekolah
dan belajar mengaji mbak, kalau bermain terus saya larang dan
kalau nakal saya marahi. Nilai-nilai di sekolah pagi maupun
madin juga bagus-bagus” (12 Agustus 2016).
Sedangkan menurut nenek SM yang mengasuh AS tentang
akhlak AS peneliti memperoleh informasi dari wawancara kepasa
nenek SM yaitu sebagai berikut :
“Cucu saya akhlaknya baik-baik saja mbak, tidak pernah
nakal, sering mendapatkan rangking satu kalau di kelas, dan saya
suruh untuk belajar mengaji waktu sore atau maghrib sampai isya’
mbak”( 16 Agustus 2016 ).
Berdasarkan uraian diatas bahwasanya akhlak anak yang
berada dalam pengasuhan nenek mempunyai akhlak yang baik.
Karena si anak menurut apa yang di perintahkan nenek kepadanya.
Jika anak di biasakan untuk berbuat baik maka anak nantinya akan
78
meniru maupun mencontoh sesuatu yang dilakukan nenek kepada
mereka.
b. Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmunah)
Sifat-sifat tercela atau keji atau al-akhlaq al-mazmumah
menurut syara’ dibenci Allah dan Rasul-Nya yaitu sifat-sifat ahli
maksiat pada Allah. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan
wawancara dengan informan yaitu nenek SP yang mengasuh IA,
sehingga mendapatkan hasil wawancara sebagai berikut :
“Cucu saya itu nakal mbak, nakali segalanya kalau di
sekolah menangis terus kalau di suruh menulis tidak bisa, kalau
saya suruh mengaji IA mau berangkat mbak” (12 Agustus 2016).
Jawaban yang sedikit berbeda peneliti dapatkan dari nenek
DS yang mengasuh MA, nenek SY yang mengasuh SD yang
menurut peneliti mempunyai jawaban yang sama, yaitu sebagai
berikut :
Cucu saya pernah nakal namanya juga masih anak-anak
yang dimana masih ada tahap-tahap bermain, nilai-nilai di sekolah
juga lumayan baik, dan kalau di suruh untuk belajar menaji juga
mau berangkat (12-16 Agustus 2016).
Sedangkan menurut nenek MR yang mengasuh KB tentang
akhlak KB dapat diperoleh dari wawancara sebagai berikut :
“Cucu saya baik mbak, pernah nakal kalau minta jajan tidak
di kasih, nilai-nilai di sekolah juga baik tetapi tidak pernah
mendapatkan rangking, dan kalau di suruh untuk belajar mengaji
pasti mau berangkat” (12 Agustus 2016).
79
Berdasarkan hal tersebut bahwasanya anak yang berada
dalam pengasuhan nenek mempunyai akhlak yang tercela karena
anak tersebut nakal jika tidak dituruti apa kemauan mereka. Hal
tersebut membuat anak nantinya akan mempunyai sifat manja tidak
mandiri dalam menjalankan kehidupannya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas tentag akhlak terpuji dan
akhlak tercela bahwasanya anak itu mempunyai akhlak yang baik
mapun tercela itu tergantung si pendidik dalam menanamkan
akhlak terhadap anak. Karena si anak hanya mencontoh maupun
meniru apa yang ada di sekitar mereka. Jika orang tua mencontohi
akhak yang tercela maka anak akan mengikuti apa yang dilakukan
oleh orang tuanya yang dijadikan panutan oleh sang anak, dan
begitupun sebaliknya jika sang nenek mengajarkan akhlak yang
baik maka anak akan meniru atau mencontohnya.
Demikianlah peran orang tua ataupun keluarga menjadi
penting untuk mendidik anak-anaknya baik dalam sudut tinjauan
agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu.
Persoalannya sekarang bukan lagi pentingnya pendidikan keluarga
melainkan bagaimana cara pendidikan keluarga dapat berlangsung
dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perilaku yang benar-
benar baik dan perkembangan kepribadian anak menjadi dewasa
sekaligus berkepribadian secara Islami, sehingga dapat diandalkan
menjadi manusia yang berkualitas akhlaknya.
80
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pola Asuh yang digunakan Nenek di Dusun Ngrawing
Pola Asuh dalam mendidik dan mengasuh anak itu sangat penting
untuk anak. Termasuk dalam caranya menerapkan aturan, mengajarkan
nilai atau norma, memberi perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan
sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan
anaknya. Oleh karena itu pola pengasuhan anak sangat penting, karena
dalam mengasuh anak itu sangat penting. Karena dalam mengasuh anak
itu dibutuhkan cara atau sistem untuk mengasuh anak. Pola Asuh juga
merupakan sikap dan perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anaknya.
Sikap dan perilaku orang tua itulah yang dijadikan anak sebagai contoh
atau panutan bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu
berkembang kepribadiannya, menjadi manusia yang memiliki sikap positif
terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, berakhlak mulia,
potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara
optimal. Mengenai hal tersebut peneliti melakukan wawancara di Dusun
Ngrawing untuk mengetahui bagaimana Pola Asuh yang diterapkan nenek
dalam mengasuh dan mendidik anak atau cucu mereka.
81
Berdasarkan wawancara dengan 7 nenek dan 7 cucu di Dusun
Ngrawing penulis membagi pola asuh yang digunakan oleh nenek di
Dusun Ngrawing, penulis menyimpulkan bahwa nenek menggunakan tiga
macam yaitu sebagai berikut :
1. Pola Asuh Otoriter
Berdasarkan wawancara dengan salah satu nenek yang
mengasuh cucunya di Dusun Ngrawing mengatakan bahwa cara
mengasuh anak jika melakukan kesalahan yaitu dengan menggunakan
kekerasan fisik. Misalkan memukul dengan menggunakan kayu. Hal
ini menandakan bahwa nenek tersebut menggunakan pola asuh
otoriter ditandai dengan hukuman-hukuman yang dilakukan keras atau
hukuman fisik atau badan kepada sang anak atau cucu mereka.
Hal yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari salah satu
nenek yang di wawancarai oleh peneliti bahwasanya jika cucunya
melakukan kesalahan nenek tersebut mengatakan bahwa beliau akan
menasehati dahulu apabila tidak bisa dinasehati, beliau akan memukul
menggunakan kayu untuk menghukum cucunya itu.
2. Pola Asuh Demokratis
Berdasarkan wawancara dengan 4 nenek yang mengasuh
cucunya di Dusun Ngrawing bahwasanya beliau-beliau menggunakan
pola asuh demokratis ditandai dengan ketika anak melakukan
kesalahan, sikap dan perilaku nenek hanya menasehati dahulu tidak
82
menggunakan kekerasan yang membuat anak akan trauma dan
menjadi takut jika ingin melakukan kesalahan lagi.
Cucu-cucu dari nenek tersebut juga mengatakan hal yang sama
dengan yang dikatakan oleh sang nenek, bahwasanya neneknya kalau
di rumah bersikap dan berperilaku baik terhadap cucunya. Tetapi
apabila cucunya melakukan kesalahan yang dilakukan nenek adalah
menasehati maupun memarahi secara pelan-pelan dari hati ke hati
tidak menggunakan kekerasan fisik yang dapat menyebabkan anak
trauma dan takut untuk melakukan kesalahan.
3. Pola Asuh Laissez Faire
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Dusun
Ngrawing terhadap nenek yang mengasuh cucunya yaitu
menggunakan pola asuh laissez faire yang ditandai dengan anak
diberi kebebasan untuk melakukan apapun yang disukainya. Karena
sang cucu dianggap sudah dewasa dan diberi kebebasan terhadap
sesuatu. Semua yang dilakukan cucu adalah benar dan tidak perlu
mendapatkan teguran, arahan, atau bimbingan dari sang nenek.
Mengenai hal tersebut cucu-cucunya juga mengatakan hal
yang sama, bahwasanya kalau di rumah neneknya bersikap baik dan
tidak pernah memarahinya ketika melakukakan kesalahan. Hal
tersebut dilakukan nenek karena sang nenek menganggap cucunya
sudah besar bisa membedakan mana yang baik bagi dirinya dan mana
yang tidak baik bagi dirinya.
83
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pola asuh diatas
bahwasanya penulis dapat menyimpulkan setiap nenek mempunyai
perbedaan dalam mengasuh dan mendidik anak atau cucunya. Ada
yang menggunakan kekerasan atau fisik, ada yang hanya menasehati
maupun memarahi secara pelan-pelan dari hati ke hati tidak
menggunakan kekerasan fisik, dan ada pula yang hanya membiarkan
saja karena sang cucu sudah dianggap dewasa sudah bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
B. Penanaman Nenek terhadap Akhlah Anak di Dusun Ngrawing
Pendidikan anak harus dilengkapi dengan penanaman akhlak yang
memadahi, karena di dalam Al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat yang
menyindir, memerintahkan atau menekankan pentingnya akhlak bagi
setiap hamba Allah yang beriman. Maka dari itu dalam mendidik akhlak
kepada anak-anaknya, selain harus diberi keteladanan yang tepat, juga
harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati dan menghargai
orang lain. Karena penanaman akhlak bagi anak itu sangat penting, agar
nantinya anak juga mempunyai akhlak yang terpuji atau berakhlakul
karimah. Adapun seni atau cara mendidik anak dalam Islam adalah
sebagai berikut :
1. Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah.
Konsep keteladanan sangatlah penting untuk menemukan hasil
yang maksimal. Maka seorang pengasuh yaitu nenek, harus jujur, dapat
dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari hal-hal
84
yang bertentangan dengan agama. Seorang pengasuh yaitu haruslah
memberikan teladan yang baik pada anak asuhnya, mengajak untuk
meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT.
Perbanyak mengingat Allah SWT yaitu selalu melaksanakan shalat dan
membiasakan shalat berjama’ah. Menurut peneliti apa yang dilakukan
nenek di Dusun Ngrawing itu sudah baik dan benar bahwasanya sang
anak atau cucu disuruh shalat berjam’ah di tempat mengaji.
2. Menasihati Anak apabila Berbuat Salah.
Cara mengasuh atau mendidik dengan menasehati, juga
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan pembentukan akhlak,
emosional maupun sosial, dalam menyajikan nasihat dan pengajaran
dalam proses mendidik.
4. Menyuruh Anak untuk Belajar Al-Qur’an.
Konsep keimanan sebenarnya bukan hanya kepada iman pada
Allah ataupun sebatas religi, tetapi bisa diperluas kembali kedalam
aspek lainnya. Nenek selaku pengganti orang tua harus mampu
menanamkan sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya diri anak setiap
perbuatan yang diambilnya. Dalam menanamkan keyakinan dan agar
berbuat sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai dari belajar Al-Qur’an.
Perilaku tersebut juga yang dilakukan nenek di Dusun Ngrawing
bahwasanya sang cucu di suruh untuk belajar mengaji setiap sore atau
sesudah maghrib.
85
5. Menegur Anak yang Berkata Bohong
Nenek selaku pengganti orang tua kandung hendaknya selalu
memantau anak agar berbuat jujur sejak kecil. Kemudian nenek juga
bisa menunjukkan kebaikan dan keburukan serta dampak dari masing-
masing perbuatan tersebut. Kebiasaan bohong tersebut akan berlanjut
sampai nanti ketika anak dewasa. Oleh karena itu, menegur anak yang
berkata bohong dengan cara efisien dan metode yang sesuai harus bisa
dilakukan nenek, karena itu merupakan salah satu perhatian akhlak
nenek kepada cucunya.
6. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan fisik
yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual melalui
latihan-latihan. Sedangkan kematangan mental melalui bagaimana
menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa hilang rasa
ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan misalnya, nenek
tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam hal pekerjaan sehari-
hari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya. Seperti dalam hal
membersihkan rumah, menyuci piring, dan menyuci bajunya sendiri.
7. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Shalat.
Konsep pendidikan dan hukuman dalam Islam bukan
menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana
memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak
diulangi lagi. Misalnya anak tidak menjalankan shalat, nenek
86
memperingati dengan lemah lembut dan kasih sayang, menjaga tabiat
anak yang salah dalam menggunakan hukuman dan menasihati anak
secara bertahap.
8. Memberikan Pujian dan Hadiah
Motivasi atau dorongan nenek sebagai pengasuh anak sangat
dibutuhkan sebagai modal yang besar karena mereka merasakan bahwa
apa yang diinginkan anak merupakan hal yang didambakan. Pemberian
pujian dan hadiah sebenarnya hampir sama, namun sedikit perbedaan.
Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak hasilnya positif,
namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk memancing timbulnya
perilaku positif. Misalkan memberi pujian selamat dan hadiah ketika
anak mendapatkan rangking di kelas agar anak senang.
Berdasarkan cara mendidik anak di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwasanya yang dilakukan nenek untuk mendidik anak
atau cucunya sudah benar, yaitu dengan menyuruh anak unuk shalat
berjama’ah, menasehati anak jika melakukan kesalahan, menegur anak
jika berkata bohong, mengajarkan kemandirian kepada anak, memarahi
anak jika tidak melakukan shalat, menyuruh anak untuk belajar
mengaji, memberi hadiah kepada anak. Agar nantinya anak akan
terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik yang di ajarkan nenek
kepada mereka melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik.
87
C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing
Berdasarkan penelitian di Dusun Ngrawing yang dilakukan oleh
penulis babwa pola asuh nenek sangatlah variatif, tergantung pada ideologi
dan keinginannya, namun tidak seharusnya seorang nenek menerapkan
tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3 yaitu pola asuh otoriter, pola
asuh demokratis dan pola asuh laissez faire. Tiga jenis pola asuh tersebut
biasa digunakan orang tua, misalnya nenek. Adapun dalam terlaksananya
pola asuh dengan baik juga tergantung jenis dari pola asuh yang
diterapkan, dan juga melihat karakteristik keluarga.
Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan akhlak
anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah disebutkan
sebelumnya misalnya : menyuruh anak shalat berjama’ah, menyuruh anak
untuk belajar Al-Qur’an, menasehati anak jika berkata bohong, memarahi
dan memukul anak ketika tidak shalat, menegur anak jika berbuat salah,
dan memberi pujian dan hadiaya.
Orang tua haruslah mengajarkan nilai dengan berpegang teguh
pada akhlak didalam hidup, membiasakan akhlak yang baik semenjak usia
dini. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasehat,
jika datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya
jika disertai dengan kekerasan dan biadab.
88
Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagian hidup ummat manusia
dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Akhlak dapat
menghantarkan kita memperoleh kebahagian di dunia dan kebahagiaan di
akhirat, tentunya hal tersebut adalah akhlak yang baik, bukan akhlak yang
buruk yang menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan. Sehingga
harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya, sejak
bangun tidur sampai akan tidur kembali. Akhlak seseorang itu dapat
digolongkan menjadi dua kategori :
1. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Dusun
Ngrawing bahwasanya nenek-nenek mereka mengatakan cucu-
cucunya mempunyai akhlak yang baik, ditandai dengan sang cucu
yang rajin mengaji, tidak nakal, suka membantu neneknya di rumah,
prestasinya juga baik di sekolah. Hal tersebut tak luput dari
pengawasan sang nenek. Penulis dapat menyimpulkan semua yang
dilakukan anak itu semua tak luput dari pengawasan dan pengarahan
sang nenek ketika di rumah, agar nantinya anak mempunyai akhlak
yang baik.
2. Akhlak Tercela ( Al-Akhlak Al-Mazmumah )
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Dusun
Ngrawing bahwasanya penulis dapat menyimpulkan ada 2 0rang
anak yang di asuh neneknya yang mempunyai akhlak yang tercela,
seperti tidak mau menulis kalau di sekolah, nakal dengan temanya,
89
menangis saja kalau di kelas, dan marah-marah kalau tidak di beri
uang. Itu semua penulis simpulkan karena didikan neneknya yang
terlalu keras dan kasar terhadap anak, sehingga anak akan
melampiaskannya ketika tidak berada dalam pengawasan sang
nenek. Jika anak dididik dengan lemah lembut penuh dengan kasih
sayang pasti anak akan menurut terhadap nenek.
Oleh karena itu nenek harus mendidik dan mengasuh cucu
dengan menggunakan pola asuh yang baik, agar nantinya sang cucu
tidak mempunyai akhlak tercela yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain yang ada di sekitar mereka. Dewasa ini banyak
anak yang mudah terjerumus dengan jalan yang sesat, dikarenakan
pergaulan mereka yang terlalu bebas tanpa pengawasan orang tua
dengan baik dan benar.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di Dusun Ngrawing sebagaimana telah
dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pola Asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
Berdasarkan penelitian di Dusun Ngrawing terhadap 7 nenek
dan 7 cucu terdapat berbagai macam pola asuh yang digunakan nenek
itu sangat berbeda-beda, ada yang menggunakan pola asuh otoriter
dengan menggunakan kekerasan jika anak salah, ada yang
mennggunakan pola asuh demokratis dengan menasehati anak dan
tidak menggunakan kekerasan jika anak salah, dan ada pula yang
menggunakan pola asuh laissez faire dengan hanya menganggap anak
sudah dewasa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
bagi dirinya.
2. Penanaman Nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dusun Ngrawing
bahwasanya nenek dalam menanamkan akhlak anak itu sudah baik
agar nantinya anak akan terbiasa dengan apa yang ditanamkan oleh
sang nenek ketika ia masih di asuh dan dididik oleh nenek mereka
91
yaitu meliputi : (a) membiasakan anak untuk shalat berjama’ah. (b)
menasehati anak bila berbuat salah. (c) menyuruh anak untuk belajar
Al-Qur’an. (d) menegur anak yang berkata bohong.(e) mengajarkan
kemandirian kepada anak. (f) memarahi dan memukul anak ketika
tidak shalat. (g) memberikan pujian dan hadiah
3. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak di Dusun
Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dusun Ngrawing
bahwasanya pola asuh yang digunakan nenek dalam mendidik dan
mengasuh anak sudah benar dalam menanamkan akhlak yang baik
setiap hari, karena akhlak dapat menghantarkan anak memperoleh
kebahagian di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tentunya hal tersebut
adalah akhlak yang baik, bukan akhlak yang buruk yang
menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan. Berdasarkan
penelitian di Dusun Ngrawing penulis dapat menyimpulakan akhlak
anak yang berada dalam pengasuhan nenek yaitu dari 7 anak hanya 5
anak yang mempunyai Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) dan
2 anak yang mempunyai Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmumah),
itu semua karena pola asuh yang diterapkan nenek dalam mendidik
dan mengasuh anak setiap hari.
92
B. Saran
Demi memperbaiki dan kesempurnaan dalam penelitian ini, maka
bagi pembaca maupun pengasuh yaitu nenek perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Bagi pengasuh yaitu orang tua secara umum, dan khususnya bagi
nenek agar memperhatikan bagaimana pola asuh yang tepat digunakan
dalam membentuk mendidik dan mengasuh anak supaya anak
berakhlakul karimah.
2. Bagi pemerintah yaitu pemerintah harus lebih banyak lagi menciptakan
lapangan pekerjaan agar orang tua bisa mendidik dan mengasuh anak,
tidak menitipkan kepada sang nenek. Apalagi seorang ibu harus ada di
rumah untuk mendidik, mengawasi, dan mengasuh anak setiap hari di
rumah.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar nanti ketika berumah tangga tidak salah
dalam menggunakan pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anak
karena itu berdampak pada akhlak anaknya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Harahap, Z. 1979. Etika Islam. Jakarta : CV. Multi Yasa Co.
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Abrasyi, Athiyah, Mohd. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta
: Bulan Bintang.
Az- Zhecolany, Hasan Ali. 2011. Kesalahan-kesalahan Orang tua Penyebab
Anak tidak Shahih. Yogyakarta : Diva Press.
Damanhuri. 2014. Akhlak Perspektif Tasawuf. Jakarta : Lectura Press.
Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Goode, J. William. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, Muhammad Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indah.
Kaelany. 2000. Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta : Bumi Aksara.
Kemenag RI. 2014. Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid. Bandung : Sygma Ceative
Media Corp.
Mahmud, Ali Abdul Hamim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta : Gema Insani.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta : Diva Press.
Noor, M, Rohinah. 2012. Mengembangkan Karakter Anak secara Efektif di
Sekolah dan di Rumah. Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Mandiri.
Pemerintah Desa Ngambakrejo. 1979. Mengenal Desa Ngambakrejo. Purwodadi :
Pemerintah Desa Ngambakrejo.
Pemerintah Kabupaten Grobogan. 2014. Monografi Desa atau Kelurahan.
Purwodadi : Pemerintah Kabupaten Grobogan.
Poerdarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
94
Sidik, Tono dkk. 1998. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta: UII Press
Indonesia.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung
: Alfabeta.
Suhendi, Herdi dan Wahyu Ramdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung : Pustaka Setia.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Roda Karya.
Thoha, Chabib, HM. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
TM, Fuaduddin. 1999. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta :
Lembaga Kajian Agama dan Jender.
Zakariyah, Ahmad, Al-Barry. 1977. Hukum anak-anak dalam Islam. Jakarta :
Bulan Bintang.
Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta : Balai Aksara.
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
96
97
98
99
100
101
102
103
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Nenek/pengasuh anak di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo :
A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia Cucu :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Hari/tanggal Wawancara :
6. Tempat Wawancara :
B. Butir-butir Pertanyaan :
1. Sejak kapan nenek mulai mengasuh cucu anda?
2. Mengapa nenek yang mengasuh cucu anda?
3. Bagaimana perilaku cucu anda ketika berada di rumah?
4. Bagaiman prestasi cucu anda di sekolah?
5. Apakah nenek menyuruh cucu anda untuk belajar mengaji atau TPQ?
6. Pernahkah nenek memberi hadiah atau hukuman kepada cucu anda,
Karena apa?
104
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk cucu/anak asuh di Dusun Ngrawing. Desa Ngambakrejo :
A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Hari/tanggal Wawancara :
6. Tempat Wawancara :
B. Butir-butir Pertanyaan :
1. Anda di rumah tinggal dengan siapa?
2. Mengapa anda tinggal dengan nenek anda?
3. Apakah anda senang tinggal dengan nenek?
4. Bagaimana perilaku nenek terhadap anda di rumah?
5. Apakah nenek anda menyuruh untuk belajar mengaji atau TPQ?
6. Apakah nenek anda pernah memberi hadiah atau hukuman kepada
anda, Karena apa?
105
Transkip Wawancara
Nenek
Nama : Nenek SP (70 tahun)
Nama/usia cucu : IA (6 tahun)
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat Wawancara : Rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Kiro-kiro tahun
2013 mbak, kulo
lali tahune
Kira-kira dari
tahun 2013,
saya lupa
tahunnya
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Iya mbak, mergo
ekonomi sing
kurang
Iya mbak,
karena ekonomi
yang kurang
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Nakal mbak, nakali
segala-galane
Nakali
semuanya
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Nangis mbak,
mboten purun nulis
Menangis kalau
di kelas, tidak
mau menulis
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Bendinten mbak,
bakdo maghrib
nyampek isya’
Setiap hari
mbak, sesudah
maghrib sampai
isya’
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Kulo ajar mbak Saya pukul
pakai kayu kecil
mbak
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Mboten nate mbak Tidak pernah
8. Nate hukum putune jenengan? Nate mbak, nak
angel kandanane tk
hukum ra oleh
mulih omah
Pernah mbak,
tidak boleh
pulang
106
Nama : Nenek MM (65 tahun)
Nama/usia cucu : NO (6 tahun)
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di depan rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Awit maret 2016
mbak
Dari maret 2016
mbak
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Iya mbak, mergo
ekonomi yang
kurang, damel
bangun omahe
makne
Iya mbak, karena
ekonomi yang
kurang untuk
membangun
rumah di Desa
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Tak kon sekolah
karo ngaji mbak,
nak dolan tak
rawehi nak nakal
tak sengeni
Saya suruh
sekolah dan
mengaji mbak,
kalau bermain
tidak boleh kalau
nakal saya marahi
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Sae mbak, saget
nulis, moco, nilai-
nilaine sekolah
isuk 100, tapi nak
sekolah sore
durung dibiji
Baik mbak, bisa
menulis,
membaca, nilai-
nilain di sekolah
pagi 100, tetapi
kalau di sekolah
sore belum dinilai
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Nate, Bendinten
mbak, bakdo
maghrib nyampek
isya’
Pernah, setiap
hari sesudah
maghrib sampai
isya’
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Kulo dukani mbak,
mboten beto
kekerasan
Saya nasehati
mbak, tidak
menggunakan
kekerasan
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Nate, nyukani
jajan kalih duwit
Pernah, memberi
jajan dan uang
8. Nate hukum putune jenengan
mbah?
Mboten nate mbak Tidak pernah
107
Nenek : Nenek MR (51 tahun)
Nama/usia cucu : KB (9 tahun)
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SD
Hari/tanggal wawancara : Jum’at 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di depan rumah anak nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Sejak SD mbak Dari SD mbak
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Iya mbak, mergo
ekonomi yang
kurang
Iya mbak, karena
faktor ekonomi
yang kurang
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Sae mbak, nate
nakal nak nyuwun
jajan mboten di
paringi
Baik mbak,
pernah nakal
kalau meminta
jajan tidak di
kasih
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Apik mbak, tapi ra
pernah rangking
Baik mbak, tetapi
tidak pernah
mendapat
peringkat
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Nate mbak, bakdo
maghrib nyampek
isya’
Pernah mbak,
sesudah maghrib
sampai isya’
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Dukani, sabeti, nak
dikandani ragugu
mbak
Marahi, saya
pukul pakai kayu
kalau tidak
menurut
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Nate, nyukani
klambi, sarung, lan
duwit
Pernah memberi
naj, sarung, dan
uang
8. Nate hukum putune jenengan
mbah?
Nate, nak nakal tak
ajar mbak.
Pernah, kalau
nakal saya pukul
dengan kayu keci
108
Nenek : Nenek SY (51 tahun)
Nama/usia cucu : SD (12 tahun)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Pendidikan : Tamat SD
Hari/atanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Sejak lahir
sedanten, putune
kulo dititpke kalih
kulo mbak
Semenjak lahir
semua, cucu-cucu
saya dititipkan ke
saya mbak
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Iya mbak, mergo
faktor ekonomi
yang kurang
Iya mbak, karena
faktor ekonomi
yang kurang
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Semuanya baik-
baik mbak, nak
nakal nggeh nate,
wong namine
bocah mbak
Semuanya baik-
baik mbak, kalau
nakal pernah,
namanya masih
anak-anak
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Semuanya baik-
baik mbak,
nilainya juga baik
Semuanya baik-
baik mbak,
nilainya juga baik
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Iya mbak, sehabis
maghrib sampai
isya’
Iya mbak,
sesudah maghrib
sampai isya’
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Kulo dukani alon-
alon mbak, mboten
beto kekerasan
Saya nasehati
pelan-pelan mbak,
tidak
menggunakan
kekerasan
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Pernah, memberi
kado baju saat
ulang tahun
Pernah, memberi
kado baju saat
ulang tahun
8.
Nate nyukani hukuman kalih
putune jenengan mbah?
Kalau hukuman
tidak pernah mbak
Kalau hukuman
tidak pernah
9. Nyuwun sewu mbah, kados
pundi mbah ceritane tiyang
sepahe ngantos pegatan?
Sudah tidak ada
kecocokan mbak
Sudah tidak ada
kecocokan lagi
109
Nenek : Nenek KW (58 tahun)
Nama/usia cucu : ZK (16 tahun)
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SD
Hari/atanggal wawancara : Minggu, 14 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di depan rumah nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Sak bare bapak lan
ibune pegatan
mbak, kiro-kiro
SD
Sesudah bapak
dan ibunya
bercerai mbak,
kira-kira saat cucu
saya SD
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Bapak e kerjo,
terus anak e
dititipke kalih kulo
mbak
Bapaknya bekerja,
terus anaknya
dititipakn ke saya
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Apik mbak, sering
bantu kulo nyapu,
ngepel, lan
ngumbahi mbak
Baik mbak, sering
membantu saya
membersihkan
rumah, mengepel,
dan mencuci
pakaian
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Apik mbak, sering
oleh rangking nak
sekolah
Baik mbak, sering
mendapatkan
peringkat kalau di
sekolah
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Bendino tak kon
ngaji mbak
Setiap hari, saya
suruh mengaji
mbak
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Mboten mbak,
putune kulo mpon
ageng, saget bedok
ke salah lan bener
Tidak mbak, cucu
say sudah besar,
bisa membedakan
mana yang benar
dan mana yang
salah
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Pernah mbak,
ngewenehi rukoh
Pernah mbak,
memberi mukena
8. Nate hukum putune jenengan
mbah?
Ora mbak, uwis
gede wis iso mikir
dewe-dewe
Tidak mbak,
sudah besar sudah
bisa berfikir
sendiri
9. Nyuwun sewu mbah kados
pundi ceritane tiyang sepahe
ngantos pegatan?
Mpon mboten
cocok
Sudah tidak ada
kecocokan
110
Nenek : Nenek DS (70 tahun)
Nama/usia cucu : MA (7 tahun)
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara : Selasa, 16 Agustus 2016
Tempat wawncara : Di depan rumah nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Mpon pitung tahun
niki mbak
Sudah tujuh tahun
ini mbak
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Ditinggal bapak
dan ibunya bekerja
mbak
Ditinggal bapak
dan ibunya
bekerja mbak
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Sae mbak, nak
nakal nggeh
lumprah namine
bocah
Baik mbak, kalau
nakal wajar
namanya masih
anak-anak
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Sae mbak, nak ting
sekolah mboten
nakal, tapi nggeh
dereng nate
rangking nembe
kelas dua niki
Baik mbak, kalau
di sekolah tidak
nakal, tetapi tidak
pernah
mendaptakan
peringkat, baru
kelas dua ini
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Nggeh bendinten
ngeken mbak,
bakdho maghrib
nyampek isya’
Iya setiap hari,
sesudah maghrib
sampai isya’
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Kulo dukani,
mboten pareng
nakal, mboten beto
kekerasan
Saya nasehati,
tidak boleh nakal
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Nete mbak, paring
susu, permen
Pernah mbak,
memberi susu dan
permen
8. Nate hukum putune jenengan
mbah
Mboten nate nak
hukum mbak
Tidak pernah
menghukum
111
Nenek : Nenek SM (75 tahun)
Nama/usia cucu : AS (13 tahun)
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara : Selasa, 16 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Abit nopo mbah putune
jenengan dititipke kalih
jenengan?
Abit bapak e sedo
mbak
Sejak bapanya
meninggal mbak
2. Pripun mbah kok saget dititipke
kalih jenengan?
Ibuk e kerja mbak,
damel biayai
sekolah anak-anak
e
Ibunya bekerja
mbak untuk
membiayai
sekolah anak-
anaknya
3. Pripun sikap lan perilakune
putune jenengan nak ting griyo?
Sae-sae mawon
mbak, mboten nate
nakal
Baik-baik saja
mbak, tidak
pernah nakal
4. Pripun prestasine putune
jenengan nak ting sekolah?
Sae mbak,
rangking setunggal
nak ting sekolah
Baik mbak,
peringkat satu
jalau di sekolah
5. Jenengan nate nopo mboten
ngeken putune jenengan
ngaji/ngaos?
Nggeh nate mbak,
bakdho maghrib
dugi isya’
Iya pernah mbak,
setiap hari
sesudah maghrib
sampai isya’
6. Menawi putune jenengan salah,
jenengan dukani nopo mboten
mbah?
Mboten mbak,
mpon ageng
mengkeh kulo
ndak risi piyambak
Tidak mbak, cucu
saya sudah besar
nanti saya malah
malu sendiri
7. Nate nyukani hadiah kalih
putune jenengan mbah?
Nate mbak, picis
kalih arto
Pernah mbak,
memberi picis
dan uang
8. Nate hukum putune jenengan
mbah?
Mboten nate mbak Tidak pernah
9. Kangelan nopo mboten mbah
ngasuh putune jenengan?
Mboten mbak,
kados anak e kulo
piyambak
Tidak pernah,
saya anggap
seperti anak
sendiri
112
Transkip Wawancara
Anak
Nama : NO (6 tahun)
Nama/usia nenek : MM (65 tahun)
Pendidikan : Kelas 1 di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di depan rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan siapa ? Dengan simbah
putri
Dengan nenek
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Bapak saya kerja
proyek, ibu saya
kerja di luar
Negeri
Bapak saya kerja
proyek dan ibu
saya kerja di luar
Negeri
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Senang senang
4. Bagaimana perilaku nenek kalau
di rumah?
Baik Baik
5. Apakah nenek pernah menyuruh
belajar mengaji?
Pernah, waktu sore Pernah, waktu
sore
6. Pernah gak di beri hadiah nenek? Gak pernah diberi
hadiah
Tidak pernah
diberi hadiah
7. Pernah di beri hukuman nenek? Gak tau, aku lupa
mbak
Tidak tahu, saya
lupa
8. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah kepadamu?
Marah Marah
113
Nama : IA (6 tahun)
Nama/usia nenek : SP (70 tahun)
Pendidikan : Kelas 1 di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan siapa ? Dengan simbah
rayi
Dengan nenek
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Mamak kerja ke
luar Negeri, bapak
kerja di luar
Negeri
Ibu bekerja di
luar Negeri dan
bapak kerja di
luar Negeri juga
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Senang senang
4. Bagaimana perilaku nenek kalau
di rumah?
Galak, serimg di
seneni/di marahi
Galak, kalau di
rumah sering
dimarahi
5. Apakah nenek pernah menyuruh
belajar mengaji?
Pernah, maghrib-
isya’
Pernah, waktu
maghrib sampai
isya’
6. Pernah gak di beri hadiah nenek? Tidak pernah,
kalau uang tiap
hari
Tidak pernah,
kalau uang setia
hari
7. Pernah di beri hukuman nenek? Pernah, di ajar Pernah di pukul
pakai kayu
8. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah kepadamu?
Marah, di pupoh Marah, di pukuk
pakai kayu besar
114
Nama : SD (12 tahun)
Nama/usia nenek : SY (59 tahun)
Pendidikan : Kelas VII di Mts Mir’atul Muslimien
Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan
siapa ?
Dengan simbah yayi Dengan nenek
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Ibu kerja ke luar
Negeri, kalau bapak
sudah bercerai
Ibu bekerja di luar
Negeri kalau
bapak sudah
bercerai
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Senang, karena seperti
hidup dengan ibu saya
sendiri
Senang, karena
seperti ibu saya
sendiri
4. Bagaimana perilaku nenek
kalau di rumah?
Sangat baik, tidak
suka marah-marah
mbak
Sangat baik, tidak
suka marah-marah
mbak
5. Apakah nenek pernah
menyuruh belajar mengaji?
Iya, maghrib-isya’ Iya, waktu
maghrib sampai
isya’
6. Pernah gak di beri hadiah
atau hukuman sama nenek?
- Pernah, karena
prestasi saya
mendapatkan
rangking 10
besar
- Kalau
hukuaman
tidak pernah
- Pernah,
karena
prestasi
saya
mendapatk
an
peringkat
10 besar
- Kalau
hukuman
tidak
pernah
7. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah
kepadamu?
Dimarahi, tidak main
tangan hanya
bicaranya saja mbak
Dimarahi, tidak
menggunakan
kekerasan hanya
bicara saja mbak
115
Nama : KB (9 tahun)
Nama/usia nenek : MR (51 tahun)
Pendidikan : Kelas IV di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah anak Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan siapa ? Dengan nenek Dengan nenek
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Ditinggal bapak
dan ibu saya
bekerja di Jakarta
Karena ditinggal
bapak dan ibu
bekerja di jakarta
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Senang senang
4. Bagaimana perilaku nenek kalau
di rumah?
Baik Baik
5. Apakah nenek pernah menyuruh
belajar mengaji?
Pernah, sehabis
maghrib-isya’
Pernah, sesudah
maghrib sampai
isya’
6. Pernah gak di beri hadiah
nenek?
Pernah, baju dan
uang
Pernah, diberi
baju dan uang
7. Pernah di beri hukuman nenek? Tidak pernah Tidak pernah
8. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah kepadamu?
Marah, tidak main
tangan
Marah, tidak
menggunakan
kekerasan fisik
116
Nama : ZK (16 tahun)
Nama/usia nenek : KW (58 tahun)
Pendidikan : Kelas XI di SMK Muhammadiyah Gubug
Hari/tanggal wawancara : Minggu, 14 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan siapa
?
Dengan nenek saya Dengan nenek
saya
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Karena ayah dan
ibu saya bercerai,
saya ikut ayah saya
dan saya tidak
temanya, jadi saya
dititikan dengan
nenek
Karena bapak dan
ibu saya bercerai,
saya ikut dengan
bapaksaya dan
saya di rumah
tidak ada
temannya,
makanya saya
dititipkan dengan
nenek
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Sangat senang,
karena nenek
seperti ibu saya
sendiri
Sangat senang,
karena nenek
sudah seperti ubu
saya sendiri
4. Bagaimana perilaku nenek
kalau di rumah?
Sangat baik, tidak
suka marah-marah
Sangat baik, tidak
suka marah-
marah
5. Apakah nenek pernah
menyuruh belajar mengaji
Pernah, setelah
shalat maghrib
Pernah, sesudah
shalat maghrib
6. Pernah gak di beri hadiah
nenek?
Pernah,
memberikan
mukena karena
saya mendapatkan
rangking waktu di
sekolah
Pernah,
memberikan
mukenan karena
saya mendapatka
peringkat waktu
di sekolah
7. Pernah di beri hukuman nenek? Tidak pernah diberi
hukuman mbak
Tidak pernah
diberi hukuman
mbak
117
8. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah kepadamu?
Simbah jarang
sekali memarahi
saya, karena saya
sudah besar sudah
bisa membedakan
mana yang baik
dan mana yang
buruk untuk saya
Nenek jarang
sekali marah
dengan saya,
karena saya sudah
besar bisa
membedakan
mana yang baik
dan mana yang
buruk unuk saya
118
Nama : MA (7 tahun)
Nama/usia nenek : DS (70 tahun)
Pendidikan : Kelas II di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara : Minggu, 14 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan siapa ? Dengan simbah Dengan nenek
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Karena bapak dan
ibu saya bekerja
Karena bapak
dan ibu saya
bekerja
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Senang, karena
bisa main-main
Senang, karena
saya bisa
bermain-main
4. Bagaimana perilaku nenek kalau
di rumah?
Baik, tidak suka
marah-marah
Baik, tidak suka
marah-marah
5. Apakah nenek pernah menyuruh
belajar mengaji?
Pernah, waktu
maghrib-isya’
Pernah, waktu
maghrib sampai
isya’
6. Pernah gak di beri hadiah
nenek?
Pernah, uang, susu,
permen, jajanan
Pernah, diberi
uang, susu,
permen, dan jajan
7. Pernah di beri hukuman nenek? Tidak pernah di
hukum
Tidak pernah di
hukum
8. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah kepadamu?
Hukum, dinasehati
saja
Dimarahi, di
nasehati saja
119
Nama : AS (13 tahun)
Nama/usia nenek : SM (75 tahun)
Pendidikan : Kelas VIII di SMP N 02 Tanggungharjo
Hari/tanggal wawancara : Selasa, 16 Agustus 2016
Tempat wawancara : Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban Artinya
1. Tinggal di rumah dengan siapa
?
Dengan nenek Dengan nenek
2. Kenapa bisa tinggal dengan
nenek?
Karena ibu
bekerja, kalau
bapak sudah
meninggal
Karena ibu saya
bekerja dan bapak
saya sudah
meninggal
3. Senang gak tinggal dengan
nenek?
Senang Senang
4. Bagaimana perilaku nenek
kalau di rumah?
Baik, tidak suka
marah-marah
Baik, tidak suka
marah-marah
5. Apakah nenek pernah
menyuruh belajar mengaji?
Pernah, waktu
maghrib-isya’
Pernah, waktu
maghrib sampai
isya’
6. Pernah gak di beri hadiah
nenek?
Pernah, diberi
uang dan topi
Pernah diberi uang
dan topi
7. Pernah di beri hukuman nenek? Tidak pernah
diberi hukuman
nenek
Tidak pernah
diberi hukuman
oleh nenek
8. Kalau kamu salah, apa yang
dilakukan simbah kepadamu?
Tidak memukul,
tapi hanya
menasehati
Tidak memukul,
tetapi hanya
menasehati
120
TRIANGULASI DATA
Kategori Data Proposisi Kesimpulan
Sejak
kapan
mengasuh
cucu?
Kira-kira tahun 2013,
tahunnya lupa (nenek SP).
Sejak balita
sudah di asuh
nenek
Cucu diasuh
nenek sejak lahir
sampai orang tua
bercerai
Sejak maret 2016 (nenek
MM).
Baru beberapa
bulan ditahun ini
Sejak SD (nenek MR) Sejak cucu
masuk SD
sekarang sudah
kelas IV SD
Sejak lahir semuanya cucu
saya dititpkan ke saya (nenek
SY)
Sejak lahir
Sesudah bapak dan ibunya
bercerai, kira-kira SD (nenek
KW)
Faktor
perceraian
Sudah tujuh tahun ini (nenek
DS) Dari balita
Sesudah bapaknya meninggal
terus ibunya bekerja menafkai
anak-anaknya (nenek SM)
Sesudah
bapaknya
meninggal (3
tahunan)
Kenapa
bisa
dititipkan
dengan
nenek?
Karena faktor ekonomi,
makanya dititipkan ke saya
(nenek SP)
Faktor ekonomi
Faktor yang
melatarbelakangi
cucu diasuh
nenek adalah
faktor ekonomi,
orang tua sibuk,
orang tua
bercerai, dan
janda karena
suami meninggal
Karena ekonomi yang kurang
cukup dan untuk membangun
rumah di kampung (nenek
MM)
Faktor ekonomi
Karena ekonomi yang kurang
makanya bapak dan ibunya
bekerja di Jakarta (nenek MR)
Faktor orang tua
sibuk bekerja
Karena faktor ekonomi yang
kurang cukup makanya ibunya
bekerja menjadi TKW di
Malaysia (nenek SY)
Faktor ekonomi
Karena bapaknya bekerja terus
anaknya dititipkan kepada saya
(nenek KW)
Faktor duda
karena
perceraian
Karena ditinggal bapak dan
ibunya bekerja (nenek DS)
Faktor orang tua
sibuk bekerja
Karena ibunya bekerja untuk
membiayai anak-anaknya
sekolah (nenek SM)
Faktor ibu janda
karena suami
meninggal
Bagaimana
sikap dan
Cucu saya suka nakal, nakal
disegala urusan (nenek SP) Anak nakal
121
perilaku
cucu kalau
di rumah?
Saya suruh cucu saya untuk
sekolah dan belajar mengaji,
kalau main jauh-jauh saya
tidak bolehi dan kalau nakal
saya marahi (nenek MM)
Penanaman
akhlak yang baik
Masih anak-anak
jadi pemikiranya
belum stabil,
tugas neneklah
sebagai pengasuh
untuk
menanamkan
akhlak yang baik
bagi anak atau
cucu
Cucu saya baik, pernah nakal
kalau tidak diberi jajan (nenek
MR)
Cucu masih labil
Semuanya baik-baik saja,
kalau nakal pernah karena
masih anak-anak masih labil
(nenek SY)
Cucu masih labil
Baik, sering membantu saya
memberesihkan rumah seperti
menyapu, mengepel, dan
mencuci pakaian saya (nenek
KW)
Rajin
Baik, kalau nakal pernah
karena masih anak-anak
(nenek DS)
Cucu masih labil
Baik-baik saja, tidak pernah
nakal (nenek SM) Anak baik
Bagaimana
prestasi
cucu?
Kalau di sekolah menangis
terus, tidak mau menulis
(nenek SP)
Anak pemalas
Prestasi cucu
yang diasuh
nenek beragam
ada yang
pemalas, rajin,
pintar, baik, dan
standar
Baik, cucu saya bisa memaca
dan menulis, nilai-nilainya di
sekolah pagi juga bagus yaitu
100, sedangkan sekolah
MADDIN belum di nilai
(nenek MM)
Anak rajin
Baik, tetapi tidak pernah
rangking di kelas (nenek MR) Prestasi standar
Semuanya baik-baik saja,
kalau nilainya juga baik
(nenek SY)
Prestasi baik
Baik, sering mendapatkan
peringkat kalau di kelas (nenek
KW)
Anak pintar
Baik, kalau di sekolah tidak
nakal, tetapi belum pernah
mendapatkan peringkat karena
baru masuk kelas dua SD
(nenek DS)
Prestasi baik
Baik, sering mendapatkan
peringkat satu di kelas (nenek
SM)
Anak pintar
Pernah
menyuruh
cucu
Setiap hari, sesudah maghrib
sampai isya’ (nenek SP)
Pernah, setiap hari setelah
122
belajar
mengaji?
maghrib sampai isya’ (nenek
MM)
Penanaman
akhlak baik sejak
kecil
Nenek dalam
menanamkan
akhlak sejak
kecil itu sangat
bagus sekali, agar
nantinya anak
akan terbiasa
untuk belajar
mengaji
Pernah, setelah maghrib
samapai isya’ (nenek MR)
Iya, setelah maghrib sampai
isya’ (nenek SY)
Setiap hari saya suruh belajar
mengaji (nenek KW)
Iya, setiap hari saya suruh
belajar mengaji setelah
maghrib sampai isya’ (nenek
DS)
Iya, setiap hari setelah maghrib
sampai isya’ (nenek SM)
Kalau cucu
salah?
Saya ajar atau di pukul pakai
kayu kecil (nenek SP)
Pola asuh
otoriter
Cucu ketiaka
melakukan
kesalahan nenek
ada yang
menggunakan
kekerasan (pola
asuh otoriter),
ada yang tidak
menggunakan
kekerasan (pola
asuh demokratis),
ada yang tidak
sabar, cucu
dianggap dewasa,
dan malu ketika
memarahi
cucu(pola asuh
laisses faire).
Saya marahi, tetapi tidak
menggunkan kekerasan fisik
(nenek MM)
Pola asuh
demokratis
Saya marahi, kalau tidak
menurut dengan saya, maka
saya akan memukul
mengunakan kayu (nenek MR)
Pola asuh
otoriter
Saya marahi dengan pelan-
pelan dan tidak menggunakan
kekerasan fisik (nenek SY)
Pola asuh
demokratis
Saya tidak memarahi cucu
saya, karena cucu saya sudah
besar bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang
buruk untuknya (nenek KW)
Pola asuh laissez
faire
Saya marahi, tidak boleh nakal
dan tidak menggunakan
kekerasan (nenek DS)
Pola asuh
demokratis
Saya tidak memarahi cucu
saya, cucu saya sudah besar
nanti saya tidak enak sendiri
(nenek SM)
Pola asuh laissez
faire
Pernah
memberi
hadiah dan
hukuman
kepada
cucu?
- Hadiah tidak pernah
- Hukuman kalau cucu
saya sulit untuk
menurut dengan saya
(nenek SP)
Tidak perhatian
dan kasar
Setiap nenek
mempunyai
kriteria masing-
masing dalam
- Pernah memberi
hadiah jajan dan uang
- Hukuman tidak pernah
Perhatian dan
tidak kasar
- Pernah memberi
hadiah baju, sarung,
dan uang
- Hukuman kalau susah
Perhatian dan
melihat situasi
kondisi cucu
123
diatur (nenek MR) memberi hadiah
dan hukuman ,
ada yamh
memberi hadiah
dan tidak pernah
memberi hukamn
cucu dan adapula
yang yang tidak
pernah memberi
hadiah dan malah
memberi
hukuman kepada
cucu
- Pernah memberi
hadiah baju saat ulang
tahun
- Hukuman tidak pernah
(nenek SY)
Perhatian dan
tidak kasar
- Pernah memberi
hadiah mukena
- Kalau hukuman tidak
pernah karena sudah
besar bisa berfikir
sendiri (nenek KW)
Perhatian dan
tidak kasar
- Pernah memberi
hadiah permen dan
susu
- Kalau hukuman tidak
pernah (nenek DS)
Perhatian dan
tidak kasar
- Pernah memberi
hadiah picis dan uang
- Kalau hukuman tidak
pernah (nenek SM)
Perhatian dan
tidak kasar
Bagaimana
orang tua
cucu bisa
bercerai?
Karena sudah tidak ada
kecocokan (nenek SY) Tidak cocok lagi
Faktor ketidak
cocokanlah yang
menyebabkan
bercerai Karena sudah tidak cocok
(nenek KW) Tidak cocok lagi
Apakah
kesulitan
mengasuh
cucu?
Tidak, sudah seperti anak
sendiri (nenek SM) Dianggap seperti
mengasuh anak
sendiri
Nenek
menganggap
cucu sudah
seperti anak
sendiri
124
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Mutoharoh
2. Tempat dan Tanggal lahir : Grobogan, 11 Desember
1993
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Grobogan, Purwodadi
7. Riwayat Pendidikan
a. TK Dharma Wanita II : Lulus tahun 2000
b. SD N 02 Ngambakrejo : Lulus tahun 2006
c. SMP N 02 Tanggungharjo : Lulus tahun 2009
d. MA Mir’atul Muslimien : Lulus tahun 2012
e. S1 IAIN Salatiga : Lulus tahun 2016
8. Pengalaman Organisasi
a. Sekretaris IMADISA : Tahun 2013
b. DEMA FTIK (Div. Inventaris) : Tahun 2015
c. Pengurus Komsat PMII (Div. Jarkom) : Tahun 2016
d. Pengurus Kopri PMII (Div. Ketrampilan) : Tahun 2016
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 14 September 2016
Penulis