POLA KOMUNIKASI GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN
KARAKTER MURID DI TAMAN KANAK-KANAK
EL-FIKRI YAYASAN KAHFI TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Amelia Kurniawati
NIM: 108051000096
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H. /2013 M.
POLA KOMUNIKASI GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN
KARAKTER MURID DI TAMAN KANAK-KANAK
EL-FIKRI YAYASAN KAHFI TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OLeh
Amelia Kurniawati
NIM: 108051000096
Pembimbing
Drs. Mahmud Djalal, M.A
NIP. 19520422 198103 1 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H. /2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA.
Jakarta,16 September 2013
Amelia kurniawati
i
ABSTRAK
Amelia Kurniawati
Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Murid
di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan.
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena
melibatkan kelima alat indera untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka
ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan
komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat
teknologi tercanggihpun. Begitu pula dalam dunia pendidikan, komunikasi
interpersonal sangat tepat dan efektif untuk diterapkan.
Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang pertama, yang
keberadaannya sangat strategis. Pembinaan karakter merupakan sebuah proses
panjang yang harus dilakukan sejak usia dini. Pembinaan karakter merupakan
sebuah proses panjang yang harus dilakukan sejak anak usia dini. Penelitian ini di
batasi oleh kepada satu pimpinan (kepala sekolah), dua orang guru dan tiga orang
tua murid taman kanak-kanak kelas b yang orang tuanya lebih intens mengantar
anak-anaknya ke sekolah. Sedangkan pembinaan karakter di batasi pada
kedisiplinan, keteladanan, dan pembiasaan murid. Penelitian ini juga ingin
mengetahui bagaimana pola komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan
karakter murid di Tk El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti dan dengan melalui wawancara dan
observasi diketahui bahwa subjek penelitian sebanyak satu kepala sekolah, dua
orang guru, dan tiga orang tua murid yang intens mengantarkan anaknya ke
sekolah.
Adapun kerangka teori pada penelitian ini, penulis menguraikan tentang
beberapa pengertian menjelaskan mengenai pengertian pola komunikasi, unsur-
unsur komunikasi, dan bentuk-bentuk komunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan komunikasi guru dan orang tua sampai saat
ini berjalan dengan baik dan lancar. Guru dan orang tua memiliki pandangan
bahwa pembinaan karakter sangat penting ditanamkan sejak dini sebagai bekal
anak dalam menempuh hidup. Guru menyatakan bahwa orang tua memberikan
respon yang sangat positif terhadap hal-hal yang terkait dengan pembinaan
karakter. Begitupun orang tua, guru memberi dukungan, saran, dan mencarikan
solusi saat orang tua menghadapi kesulitan. Guru dan orang tua menjalin
komunikasi yang baik agar ada kesamaan pandangan dalam pembinaan karakter.
Dengan demikian, sekolah harus menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua
murid atau wali murid.
ii
KATA PENGANTAR
Syukurku yang panjang mengalir ke Hadirat-Mu. Wajah hitam penuh dosa
dan jalan berliku kini kutempuh, mengharap penerang-Mu ya Allah. Nikmat
melimpah masih kulahap dengan rakus. Terima kasih atas ampunan dan semua
nikmat. Aku masih menyebut nama-Mu. Allah. Ya Rasul, putra Abdullah. Saya
masih menjalani ajaran dan aqidah Islam yang Kau ajarkan. Shalawat dan Salam
kupersembahkan kepangkuanmu, namamu tetap abadi. Curahkanlah syafaatmu,
Amin.
Lembar akhir di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
saya sampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. Arief
Subhan, MA, Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pembantu
Dekan II Drs. Mahmud Jalal, M.A, dan Pembantu Dekan III Drs, Study
Rizal LK, M.A.
2. Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam,
terima kasih atas segala bimbingan dan memberikan ilmu kepada penulis
selama masih kuliah.
3. Umi Musyarofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan KPI. Terima kasih atas
segalanya dalam membantu penulis.
4. Bapak Drs. Mahmud Djalal, MA, selaku pembimbing terima kasih atas
arahan, bimbingan, ketelitian, kecermatan, kesabaran dan nasihat yang
sangat berharga.
iii
5. Para Dosen, Karyawan, dan staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, dan juga seluruh staf pengurus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Nahwiyah dan Ayahanda Tubagus Dedy
Wirianto atas segala kasih sayang, perhatian, dan dorongannya. Tak
pernah lelah dan bosan dalam memberikan dukungan moral dan materil,
serta selalu mendoakan yang terbaik untuk buah hatimu ini.
7. Seluruh keluargaku, yakni Kakakku Kiki Luqiah Dedy dan Suaminya
Ahmad Marzuki yang senatiasa memberikan dukungan dan doa, juga
menghibur dikala sedih. Tante Upie, dan Om Tata, Tante Yuyun dan Om
Jay, Mamah Titih dan Mang Ivan, Tante Ayu dan Mang Jaki, Tante Lala
dan Mang Edy, serta Tante Mamai dan Mang Mursalih, Tante Iik dan
Mang Daus. sepupuku yang manis : Ria, Anis, Filah, Haydar, Eghi, Sheila,
Shabita, Ziedan, Zahran, Rayyan, Dhaniaz, Rafi, Abil. Kalian pelita
hidupku.
8. Ahmad Zainudin yang selalu mendampingi penulis melewati jatuh
bangunnya proses demi proses tahap penyelesaian skripsi ini dan
senantiasa memberikan motivasi, semangat, inspirasi dan segala bantuan
yang bersifat teknis. Saya tidak dapat membalasnya, sekuntum ucapan
terima kasih kupersembahkan untukmu.
9. Ibu luthfiyah S.Kom I. selaku kepala sekolah taman kanak-kanak El Fikri
pamulang yang sangat kooperatif membantu serta memudahkan penulis
iv
dalam mengulmpulkan data-data yang terkait penelitian di taman kanak
kanak El Fikri.
10. Seluruh keluarga besar Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi. Ibu
Suamah dan Ibu Nina, Pak Kajui. Orang tua murid TK B. yang telah
meluangkan waktu untuk penulis guna membantu penulis mendapatkan
sumber-sumber informasi terkait penelitian ini.
11. Teman-teman seperjuangan KPI C 2008. Ema, Ana, Nina Risky. Sahabat
aspi Anis, Tami. Kalian memang benar-benar istimewa di hati penulis.
Terima kasih atas kebersamaan kita, bersemangat dalam mengejar cita-
cita.
12. Terima kasih kepada : BEMJ-KPI, HMI Cabang Ciputat.
13. Kata pengantar ini ingin kutulis dengan nama-nama yang berjasa. Namun,
lembaran ini terlalu sempit. Aku hanya dapat berterima kasih yang
sebesar-besarnya, atas jasa-jasa kalian semua. Semoga Allah membalas
dengan adil dan setimpal. Amin .
Jakarta, 16 September 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................... 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Pola Komunikasi ................................................................ 12
1. Pengertian Pola Komunikasi ......................................... 12
2. Unsur –unsur Komunikasi ............................................. 15
3. Bentuk-bentuk Komunikasi ........................................... 17
B. Pembinaan Karakter Murid ................................................ 20
1. Pengertian Pembinaan ................................................... 20
2. Pengertian Karakter ....................................................... 21
vii
3. Bentuk-bentuk Pembinaan Karakter .............................. 24
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan
Karakter ......................................................................... 29
C. Peran Guru dan Orang Tua Dalam Pembinaan
Karakter Murid .................................................................. 33
BAB III : GAMBARAN UMUM TAMAN KANAK-KANAK EL – FIKRI
YAYASAN KAHFI
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya .............................. 35
B. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................ 36
C. Program Kegiatan .............................................................. 37
D. Struktur Organisasi ............................................................ 39
E. Sarana dan Prasarana ......................................................... 39
F. Tipologi Guru Dan Orang Tua ........................................... 39
G. Tipologi Siswa Kelas A dan B ........................................... 45
BAB IV : TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Guru
dan Orang Tua ................................................................... 47
B. Hubungan Komunikasi Kelompok Guru
dan Orang Tua ................................................................... 47
C. Hubungan Komunikasi Organisasi Guru
dan Orang Tua ................................................................... 48
viii
D. Pola Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam
Pembinaan Karakter Murid Di Taman Kanak-kanak
El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang selatan ....................... 48
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 63
B. Saran .................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan setiap manusia dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan hampir tidak mungkin lagi
jika ada seseorang yang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi
dengan orang lain. Pada umumnya komunikasi merupakan aktivitas dasar
manusia dengan berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena
manusia adalah makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan
satu sama lain saling membutuhkan. Dalam perspektif agama, bahwa
komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dalam
bersosialisasi. Manusia dituntut agar pandai berkomunikasi. Hal ini dijelaskan
dalam al-Qur’an surat ar-Rahman ayat 1-4 yang berbunyi :
Artinya: Tuhan yang maha pemurah yang telah mengajarkan Al Quran. Dia
menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara.(Q.S. Ar-
Rahman : 1-4)
hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan
berkomunikasi. Komunikasi ialah “hubungan kontak langsung maupun tidak
langsung antar manusia, baik itu individu maupun kelompok. Dalam
kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari
2
kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam
pergaulan dan kehidupannya”.1
Taman kanak-kanak adalah lembaga pendidikan bagi anak-anak yang
dimana usia mereka masih ingin bermain ketimbang belajar formal dan itu
adalah tantangan untuk para guru bagaimana ia menyampaikan pesannya
kepada murid maka pastinya guru akan menanyakannya terlebih dahulu
kepada orang tuanya, pesannya apa saja yaitu mengenai pembinaan karakter
seperti disiplin, keteladaan, dan pembisaan. Pentingnya komunikasi antara
orang tua dan guru terutama untuk memastikan bahwa anak-anak belajar
secara efektif dan mendapatkan yang terbaik bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi atau karakter mereka.2
Salah satu cara untuk memastikan sebagai guru bisa berkomunikasi
secara efektif dengan orang tua adalah dengan menggunakan formulir dan
catatan yang dikirim ke rumah secara berkala untuk memberikan kesempatan
kepada orang tua memantau sekaligus melaporkan perkembangan anak
mereka di sekolah.
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata
bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia,
yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.
Lazimnya, pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu disebut guru,
sedangkan pelajar itu disebut murid. Perbedaan antara komunikasi dengan
pendidikan terletak pada tujuannya atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari
1 Widjaya, H.A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta,
2000), cet. Ke-2, h.26. 2 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 161
3
efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan
tujuan pendidikan sifatnya khusus.3 Ditinjau dari segi komunikasi, pendidikan
juga termasuk didalamnya terdapat komunikasi yaitu komunikator (pengajar/
guru), pesan (materi yang disampaikan) dan komunikan (murid). Karena
disana terdapat proses transfer ilmu pengetahuan baik itu umum ataupun
agama, informasi atau lainnya.
Bahwasannya tujuan dari lembaga pendidikan yang memiliki
kurikulum pengayaan keagamaan adalah melaksanakan pembinaan karakter
dengan mengajarkan, membimbing, mengarahkan, mengontrol dan
menekankan murid sehingga dapat di realisasikan dalam kehidupan mereka
sehari-hari yang merupakan bahan pokok selalu dilaksanakan. Pembinaan
karakter dalam arti luas menurut A. Mangunhardjana, adalah suatu proses
belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-
hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang
menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan
kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetauan dan kecakapan
baru unutuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani, secara
lebih efektif.4
Seorang guru harus menjadi suri tauladan dan peka terhadap masalah
yang sedang dihadapi murid-muridnya, serta dapat membantu mereka untuk
mengatasi masala-masalah yang dihadapinya, maka dengan hal murid-murid
terhindar dari perbuatan buruk.
3 ibid
4 www.pendidikankarakter.com dalam pembinaan karakter. Di akses pada tanggal, 12
Januari 2013, Pkl. 12:30 WIB.
4
Bagi setiap anak bermain adalah dunianya. Namun bagaimana caranya
agar dalam bermain anak memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya
kelak. di era globalisasi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan sumber daya
manusia yang menguasai bidang di segala aspek kehidupan, salah satunya
yaitu dengan pendidikan. Pendidikan islam merupakan solusi untuk
melahirkan cikal bakal pemimpin masa depan yang professional baik dalam
emosional maupun intelektual.
Disamping itu pula sekolah taman kanak-kanak El-Fikri memiliki
guru-guru yang mempunyai ilmu pengetahuan agama yang memahami
tentang pengayaan keagamaan pada anak-anak dan diantara mereka ada yang
berasal dari alumni Universitas Islam Negeri Jakarta jurusan komunikasi dan
penyiaran islam sehingga memudahkan dalam pelaksaan pembinaan karakter
dengan kemampuan komunikasi yang baik pula.
Selain memiliki visi dan misi turut serta berpartisipasi dalam
kepemerataan di wilayah tangerang selatan. Sekolah Taman Kanak-Kanak El-
Fikri juga mempunyai banyak prestasi misalnya, lomba melukis, menari, dan
lomba puzzle antar taman kanak-kanak. Sekolah taman kanak-kanak El-Fikri
merupakan sekolah yang lebih banyak diminati oleh kalangan yang ekonomi
kurang. Selain itu untuk masuk di sekolah ini sangat banyak test yang harus
di ikuti. Jika sudah lulus dari test itu maka akan diterima bersekolah disini.
Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Karakter
Murid di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi”.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan dengan pola komunikasi
guru dalam proses pembelajaran, maka penulis membatasi permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya dibatasi
kepada satu pimpinan (kepala sekolah), dua orang guru dan tiga orang tua
murid taman kanak-kanak kelas b yang orang tuanya lebih intens
mengantar anak-anaknya ke sekolah. Sedangkan pembinaan karakter di
batasi pada kedisiplinan, keteladanan, dan pembiasaan murid.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka masalah
tersebut dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana pola komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan
karakter murid di TK El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Mengacu pada rumusan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis adalah :
Mengetahui pola komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan
karakter murid di TK EL-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
6
a. Secara Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian lebih
lanjut dan lebih sempurna dalam mengembangkan komunikasi guru,
penelitian ini juga diharapkan pada saatnya dapat berguna sebagai alat
Bantu menemukan pola komunikasi bagi guru kepada para orang tua.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan salah satu informasi
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pola komunikasi
yang ada hubungannya dengan Program Studi Komunikasi. Dan Untuk
memberikan gambaran dan informasi kepada seluruh masyarakat
bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak dalam hal proses
belajar.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dapat diartikan
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-
orang yang diteliti.5 Peneliti berusaha untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas fenomena yang
diteliti kemudian dianalisa, di interpertasikan dan ditafsirkan dengan data-
data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasakan tujuan penelitian.
5 Bagong Susanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta, : Kencana Prenada Media Group, 2005), cet. Ke-1, h. 166.
7
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan
sebagai informan dalam penelitian ini adalah satu pimpinan (Kepala
Sekolah), dua orang Guru, dan tiga Orang Tua murid yang intens
mengantar anaknya kesekolah.
b. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pola
komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan karakter murid di
taman kanak-kanak El Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian dilakukan selama 5 bulan yakni pada bulan Januari
sampai Mei 2013 di taman kanak-kanak El Fikri.
b. Tempat Penelitian beralamat di Jl. Pasar Jengkol RT 007 RW 02
Kecamatan Pamulang Kota Madya Tangerang Selatan.
4. Langkah-langkah Penelitian Kualitatif
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis yang mampu
mengarahkan penelitian kepada hasil yang objektif. Untuk mencapai hasil
yang objektif tersebut, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan
data sebagai berikut :
8
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan sebanyak lima
kali untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam hal ini, penulis
mengamati pola komunikasi antara guru dan orang tua di Taman
Kanak-kanak El-Fikri.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan bertemunya dua
orang untuk bertukar informasi dengan tanya jawab. Wawancara
dilakukan kepada Ibu Luthfiyah selaku kepala sekolah, para pengajar
Ibu Suamah dan Ibu Nina, serta tiga Orang Tua murid Taman Kanak-
kanak El-Fikri yakni Ibu Dina, Ibu Nita dan Ibu Santi.
3. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bisa
berbentuk tulisan (buku, majalah, tabloid, koran dan naskah yang
berhubungan dengan peneltian penulis, pembentukan karakter anak,
peran pendidik terhadap murid dan lain-lain yang berkaitan dengan
judul penelitian), gambar dan atau karya-karya fenomenal.
B. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data tersebut, peneliti melakukan dengan cara
mencatat dan mengidentifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi terhadap pembinaan karakter murid di taman kanak-kanak el-fikri
yayasan kahfi tangerang selatan. Adapun urutannya sebagai berikut:
1. Persiapan: kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain: Membuat
jadwal kunjungan yang tepat ke sekolah agar guru dan orang tua
mengetahui kapan kunjungan dan rentang waktunya untuk memberikan
9
informasi kepada penulis dan Sampaikan tujuan kunjungan dan berapa
lama akan dilakukan.
2. Pencatatan: yaitu mencatat dari hasil yang di dapat dari objek penelitian
melalui wawancara yang dilakukan penulis terhadap sujek penelitian.
C. Analisis Data
Setelah data sudah terkumpul, penulis menjabarkannya dengan
memberikan analisa-analisa untuk kemudian penulis ambil kesimpulan akhir,
agar penulis mengetahui bagaimana pola komunikasi guru dan orang tua
dalam pembinaan karakter murid.
Adapun penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
(center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
D. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan
untuk meyakinkan bahwa penulisan penelitian ini bukan merupaan hasil
plagiat dari skripsi-skripsi yang sudah ada sebelumnya. Penulis melihat
beberapa judul yang membahas tentang pola komunikasi.
Berikut ini judul-judul skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka :
1. Pola komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa Man 4 Model Pondok
Pinang Jakarta Selatan. Karya Agus Ratina Mahasiswa KPI Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta Tahun 2008. Skripsi ini
10
membahas tentang pola komunikasi dan metode yang digunakan guru
dalam pembinaan akhlak di MAN 4 Model.
2. Pola komunikasi antara guru agama dan murid di Smp An-Nurmaniyah
Ciledug Tangerang. Karya Laily Syahidah Mahasiswi KPI Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta Tahun 2009. Skripsi ini
mesmbahas tentang bagaimana pola komunikasi guru dalam belajar
mengajar di Smp An-Nurmaniyah, sebatas hanya pada guru agama dan
murid di dalam kelas 3.
3. Pola komunikasi guru dan murid dalam mengenalkan kalimat Thayybah
Pada Paud Amanah Di Benda Tangerang. Karya Rizki Amelia Mahasiswi
KPI Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta Tahun
2011. Skripsi ini membahas tentang pola komunikasi antara guru dan
murid di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini ) dalam meningkatkan
kalimat Thayyibah.
Di lihat dari hasil tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, maka
peneliti belum menemukan adanya judul maupun tema yang serupa seperti
yang akan peneliti teliti. Penelitian yang akan penulis lakukan ini lebih
menitik beratkan pada upaya guru-guru di TK El Fikri Yayasan Kahfi untuk
pembinaan karakter para muridnya.
11
E. Sistematika Penulisan
Pada penulisan skripsi ini, penulis merumuskan sistematika penulisan,
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
Bab II Tinjauan Teori yang terdiri dari: Pengertian Komunikasi, Unsur-
unsur Komunikasi, Bentuk-bentuk Komunikasi, Pengertian Karakter, Bentuk-
bentuk Pembinaan Karakter, Faktor Pembentukan Karakter, Peran Orang Tua
dan Guru Dalam Pembinaan Karakter.
Bab III Gambaran Umum Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi
yang terdiri dari: Sejarah dan Perkembangannya, Visi, Misi dan tujuan,
Struktur Organisasi, Program Kegiatan TK EL-Fikri, Struktur Organisasi
Taman Kanak-kanak El-Fikri, Sarana dan Prasarana.
Bab IV Pola Komunikasi Guru dan Orang tua Dalam Pembinaan
Karakter Murid Yayasan Kahfi yang terdiri dari: Identifikasi Informan, Pola
Komunikasi Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Karakter Murid di Taman
Kanak-kanak El Fikri Yayasan Kahfi.
Bab V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk
menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses
didalammnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.
Berdasarkan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pola adalah
gambaran, rancangan atau bentuk suatu komunikasi yang dapat dilihat dari
jumlah komunikannya. Pada pembahasan ini makna pola lebih tepat
diartikan sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang
dirangkulnya.
Sedangkan Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan
maupun tidak langsung melalui media.
Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi
Umum” diartikan dengan “perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam
buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:
1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan.
2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana mana.
13
3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat
mayoritas.
4. Communico, yang berarti membuat sama.
5. demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio
yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya sama makna.
Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian
bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang
atau bahasa yang mempunya kesamaan arti antara orang yang memberi
pesan dengan orang yang menerima pesan.1
Para ahli komunikasi juga banyak yang berpendapat tentang
pengertian komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari begitu menariknya
kajian tentang komunikasi. Beberapa pendapat dari para ahli komunikasi,
diantaranya :
a. William Albig: “Komunikasi adalah proses penyampaian dan
penerimaan lambing-lambang yang mengandung makna diantara
individu-individu”.2
b. Everett M. Rogers : “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka”.3
1Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta
Press,2007 ), Cet. Ke 1, h.20. 2Arif Anwar, Ilmu Komunikasi, (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-3, h.25 3Haviet Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007),
h.20
14
c. Hovland, Janis dan Kelly : “Mengatakan bahwa “Communication is
the process by which an individual transmits stimuli (usually verbal) to
modifly the behaviour of the individuals. “Komunikasi adalah proses
individu mengirim yang biasanya dalam bentuk verbal untuk
mengubah tingkah laku orang lain”.
Sir Geral Berry, mengatakan bahwa berkomunikasi adalah
berunding, dengan komunikasi orang memperoleh pengetahuan, informasi,
dan pengalaman.4 Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, tepatlah
apa yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, “The
Structure and Function of Communication In society”, bahwa cara yang
baik untuk menjawab sebagai berikut: “Who Says What In which channel
To whom With What Effect?”
Paradigma Laswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi
lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yakni komunikator,
pesan, komunikan, media dan efek. Jadi pada dasarnya Lasswell
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek.
Dengan demikian, dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan
bahwa pola komunikasi itu, merupakan gabungan dua kata antara Pola dan
Komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk
penyampaian suatu pesan atau bentuk-bentuk komunikasi, dimana terdapat
tiga macam bentuk-bentuk komunikasi yakni komunikasi antar personal
4 Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet. Ke-2,
h.15
15
(antar pribadi), komunikasi kelompok dan komunikasi massa, dan
komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan
pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar,
gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga
keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Adapun yang merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi antara
lain sebagai berikut:
a. komunikator (Source)
Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan
komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang
memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan
disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang
paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang
komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan
komunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dari persyaratan
tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap
komunikator.
Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya memiliki
kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya, kemampuan
berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas dan yang terakhir
adalah sikap. Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan
16
untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada
diri komunikan.5
b. Pesan (Massage)
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan (tema) sebagai
pengarah di dalam usaha mencoba sikap dan tingkah laku komunikan.
Pesan dapat disampaikan melalui lisan dan media, sedangkan bentuk
pesan dapat berupa informative, yakni memberikan keterangan-
keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan
sendiri. Pesan berupa persuasive, yakni dengan bujukan untuk
membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang
kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga
ada perubahan, namun perubahan itu adalah kehendak sendiri.
Sedangkan pesan koersif, yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi.
Bentuknya terkenal dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan
tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan pada kalangan
publik.6
Sebelum pesan itu disampaikan kepada komunikan ada hal-hal
yang harus diperhatikan oleh komunikator, yaitu
1. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik, sesuai
dengan kebutuhan kita.
5Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin
Press, 1996), Cet. Ke-1, h.59 6Ibid
17
2. pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua
belah pihak.
3. pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
serta menimbulkan kepuasan.7
c. Penerima Pesan/Komunikan (Receiver)
Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari
komunikator.8
3. Bentuk- bentuk Komunikasi
Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi
intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal
(komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri).
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri
sendiri, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang,
berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem
saraf.9 Proses komunikasi ini juga karena adanya seseorang yang
menginterpretasikan sebuah objek dan dipikirkannya. Objek tersebut
bias berwujud benda, informasi, alam, peristiwa, pengalaman, atau
fakta yang dianggap berarti bagi manusia. Berbagai objek tersebut bias
terjadi pada diri sendiri dan diluar manusia. Kemudian objek itu diberi
7 Widjaya H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar studi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003) cet. Ke-4, h.32 8 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta
Press,2007 ), Cet. Ke 1, h.45 9 Sendjaja Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1998),
h.39
18
arti, diinterpretasikan berdasarkan pengalaman yang berpengaruh pada
sikap dan perilaku dirinya.
b. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)
Komunikasi antar pribadi adalah “proses paduan penyampaian
pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar
mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.”10
Dibandingkan dengan macam-macam komunikasi lainnya,
komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan
mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan.11
Komunikasi antar pribadi juga merupakan pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik
yang langsung. Menurut Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri,
bahwa komunikasi antar pribadi hakikatnya komunikasi antara seorang
komunikator dengan seseorang komunikan jenis komunikasi tersebut di
anggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
manusia berhubung prosesnya yang dialogis.
c. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul
bersama-sama dalam bentuk kelompok.12
Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena:
10
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), Cet.ke-5, h.126
12
Onong Uchjana Effendi, dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1986),
Cet. ke-2, h.5
19
a) Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar
pada tatap muka.
b) Komunikasi berlangsung kontinu dan bias dibedakan mana sumber
dan mana penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat
terbatas sehingga umpan baliknya juga tidak leluasa karena waktu
terbatas dan khalayak relative besar.
c) Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan
spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi
kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar
pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan ceramah dengan
khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi social antara tempat,
situasi dan sasarannya jelas.
d) komunikasi Massa
komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat
dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi
- organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan
memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu
informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang
beragam. Komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(surat kabar, majalah)
atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga
atau orang yang tersebar di banyak tempat.
20
Pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan
selintas (khususnya media elektronik).13
Dari semua definisi yang ada, penulis meyimpulkan arti kata pola
komunikasi yaitu sebuah bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan
oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk memperoleh
kesamaan makna. Karena komunikasi dengan komunikasi merupakan hal
penting dalam kehidupan. Dengan berkomunikasi manusia berinteraksi
dengan sesama.
B. Pembinaan Karakter Murid
1. Pengertian pembinaan
Pembinaan dapat dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai
dalam kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara
sederhana, ukuran dari keefektifan dari pembinaan karakter adalah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dari kegiatan tersebut. Pembinaan
karakter sebenarnya dimulai dari keluarga. Apabila seorang anak
mendapatkan pembinaan karakter yang intens akan membuat dirinya
memiliki karakter yang positif dan yang akan berkembang dan mengakar
dalam dirinya.
Namun dalam kenyataannya banyak orang tua yang lebih
mementingkan kecerdasan otak dari pada pembinaan karakter. Pembinaan
karakter disekolah, murid didik dibina, dibentuk, diarahkan dan di bimbing
13
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 75.
21
untuk memiliki karakter yang baik sehingga dirinya dapat menunjukkan
sikap atau perilaku yang baik ketika berkomunikasi dengan orang lain dan
hidup dalam suatu komunitas.14
2. Pengertian Karakter
Untuk mengetahui pengertian karakter, kita dapat melihat dari dua
sisi, yakni sisi kebahasaan dan sisi istilah. Menurut bahasa (etimologis)
istilah karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassaein, dan
kharax, dalam bahasa yunani character dari kata charassein, yang berarti
membuat tajam dan membuat dalam. kepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah
seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan
YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia
internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya (perasaannya). Sementara menurut istilah (terminologis)
terdapat beberapa pengertian tentang karakter, sebagaimana telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang
ditampilkan.
14
Wawancara pribadi dengan Enin Heruliyah, Guru Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi, Kamis, 7 Maret 2013, Pkl 11:33 WIB, di Ruang Kantor Kepala Sekolah Taman
Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi.
22
b. Homby dan Parnwell, mendefinisikan karakter adalah kualitas mental
atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
c. Winnie memahami bahwa istikah karakter memiliki dua pengertian
tentang karakter.
Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku.
Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah
orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia.
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan „personality‟. Seseorang
baru bisa disebut „orang yang berkarakter‟ (a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
d. Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat
dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut di atas, dapat
dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu
seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Pengertian
karakter, watak dan kepribadian memang sering tertukar-tukar dalam
penggunaannya. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam penggunaannya
seseorang terkadang tertukar menyebutkan karakter, watak atau
kepribadian. Hal ini karena ketiga istilah ini memang memiliki kesamaan
23
yakni sesuatu asli yang ada dalam diri individu seseorang yang cenderung
menetap secara permanen.
Adanya kesamaan diantara karakter dan watak (kepribadian)
memang kedua-duanya adalah merupakan sifat dasar (asli) yang ada dalam
diri seorang. Karakter memang ,erupakan sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pemikiran dan perbuatannya. Karakter dapat
ditemukan dalam sikap-sikap sesiorang terhadap dirinya, terhadap orang
lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya dan dalam situasi
atau keadaan yang lainnya.
Berdasarkan pembahasan di muka dapat ditegaskan bahwa karakter
merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adapt
istiadat. Orang yang perilakunya sesuai dengan norma-norma disebut
berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang
potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya
bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, dan
nilai-nilai lainnya, Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang
24
terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan
kesadarannya tersebut.15
3. Bentuk-bentuk Pembinaan karakter
Banyak cara membentuk karakter murid, membangun karakter
murid sejak dini agar menjadi calon generasi bangsa yang berkompeten.
a. Pembinaan Displin.
Dalam rangka menyukseskan pendidikan karakter, guru harus
mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama disiplin diri
(self-discipline). Guru harus mampu membantu peserta didik
mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya,
dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin.
Membina disiplin peserta didik harus memepertimbangkan berbagai
situasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut.
1) Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh atau
taat aturan.
2) Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik,
jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahan guru,
atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.
3) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar
dijadikan teladan oleh peserta didik.
15
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Alfabeta, Bandung,
2012), cet. Ke 1, h. 1-4
25
4) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.
Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan tercipta iklim yang
kondusif bagi implementasi pendidikan karakter, sehingga peserta
didik dapat menguasai berbagai kompetensi sesuai dengan tujuan.
Diantara pembiasaan yang bisa dilakukan disekolah adalah
disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, terbiasa senyum ramah pada
orang, daan kebiasaan-kebiasaan lain yang menjadi aktivitas sehari-
hari. Untuk bisa melakukannya memang menutut orang tua dan guru
bisa menjadi teladan pertama dan utama bagi anak. Jadi jika ingin
membiasakan murid kita taat aturan maka kita pertama harus lebih
dulu taat aturan. Perlu diingat bahwa ketika melakukan proses
pembiasaan, disiplin, dan ketelatenan harus konsisten dan
berkesinambungan, jangan kadang dilakukan kadang tidak. Hal itu
akan mempersulit keberhasilan pendidikan karakter.16
Menanamkan disiplin bukan kegiatan “sekali jadi”, melainkan
harus berkali-kali. Melatih dan mendorong perlu di lakukan berulang-
ulang sampai tercapai keadaan di mana anak bias melakukan sendiri
sebagai kebiasaan. Kesabaran dan ketekunan orang tua untuk
mengawasi dan mengingatkan sangat diperlukan, disamping perlunya
16
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 172
26
memperhatikan keadaan-keadaan khusus yang berbeda masa
berikutnya atau berbeda antara satu anak dengan anak lain.17
b. Pembinaan Keteladanan
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pendidikan terutama dalam pendidikan karakter yang
sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal ini dapat
dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka
mencontoh, termasuk peserta didik mencontoh pribadi gurunya dalam
membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan bahwa kompetensi
personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik
dalam proses pembentukan pribadinya. Oleh karena itu wajar, ketika
orangtua mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah akan mencari tahu
dulu siapa guru-guru yang akan membimbing anaknya. Dalam
pendidikan karakter pribadi guru akan menjadi teladan, diteladani,
atau keteladanan bagi para peserta didik. Secara teoritis, menjadi
teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga
menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi
teladan.
Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntuan khusus,
dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu. Pertanyaan
yang timbul adalah apakah guru harus menjadi teladan baik? Dalam
beberapa hal memang benar bahwa guru harus bisa menjadi teladan
17
Singgih D. Gunarsa, Ny, Y Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983), h. 87.
27
dikedua posisi tersebut, tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan
guru tidak memiliki kebebasan sama sekali. Guru juga manusia, dalam
batas-batas tertentu, tentu saja memiliki berbagai kelemahan dan
kekurangan.18
Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam perilaku
sikap pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberi contoh
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan
bagi peserta didik untuk mencontohnya. Berbagai contoh teladan
merupakan langkah awal pembiasaan, jika pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku
dan bersikap sesuai dengan niali-nilai karakter, maka pendidik dan
tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama
memberikan contoh bagaimana berperilaku dan besikap sesuai dengan
nilai-nilai tersebut. Misalnya berpakaian rapi, dan dating tepat pada
waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian
kepada peserta didik, jujur, menjaga kesehatan dan sebagainya.
Keteladanan dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
kegiatan sehari-hari. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang
dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap
saat.
Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan
18
Ibid
28
lain-lain) setiap hari senin, beribadah bersama atau sembahyang
bersama setiap dxuhur (bagi yang beragama islam), berdoa waktu
mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu pendidik
atau tenaga kependidikan yang lain, dan sebagainya. Keteladan
merupakan hal utama yang dilakukan dalam pengaruh keutamaan
pendidikan karakter.19
c. Pembinaan Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu uang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan
sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu
yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu
yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi
kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat
dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan, dan
aktivitas lainnya.
Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sedini
mungkin. Orang tua membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi.
Maka bangun pagi itu akan menjadi kebiasaan. Rasulullah SAW
memerintahkan kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar
mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholat tatkala mereka
berumur tujuh tahun. “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan
shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka
19
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Alfabeta, Bandung,
2012), cet. Ke 1, h. 92-93.
29
apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan
pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR. Abu Dawud).20
Membiasakan anak-anak melaksanakan terlebih dilakukan
secara berjamaah itu penting, karena dengan kebiasaan ini akan
membangun karakter yang melekat dalam diri mereka. Dalam dunia
psikologi, metode pembiasaan ini dikenal dengan teori “operant
conditioning” yang membiasakan peserta didik untuk membiasakan
perilaku terpuji, disiplin dan giat belajar, bekerja keras dan ikhlas,
jujur dan tanggung jawab atas segala tugas yang telah dilakukan.21
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Karakter
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi karakter manusia. Dari
sekian banyak faktor tersebut, para ahli menggolongkannya ke dalam dua
bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern
a. Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini,
diantaranya adalah:
1) Insting atau Naluri
Insting adalah suatu yang dapat menumbuhkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu ke arah
tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu. Setiap
perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakan oleh
naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir
20
Ibid 21
Ibid.
30
yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh naluri pada
diri seseorang sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat
menjerumuskan manusia kepada kehinaan (degradasi), tetapi dapat
juga mengangkat kepada derajat yang tinggi (mulia), jika naluri
disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntunan kebenaran.
2) Adat atau Kebiasaan (Habit)
Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah
kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak
(karakter) sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang dimaksud
dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu di ulang-ulang
sehingga mudah untuk di kerjakan.
3) Kehendak/Kemauan (Iradah)
kemauan adalah kemauan untuk melangsungkan segala ide
dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai
rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-kali tidak mau
tunduk kepada rintangan-rintang tersebut. Salah satu kekuatan
yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau
kemauan keras (azam).
4) Suara Batin atau Suara Hati
di dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-
waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia
berada di ambang bahaya dan keburukan, kekuatan tersebut adalah
suara batin atau suara hati (dlamir). Suara batin berfungsi
31
mencegahnya, di samping dorongan untuk melakukan perbuatan
baik. Suara hati dapat terus didik dan dituntun akan menaiki
jenjang kekuatan rohani.
5) Keturunan
Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat
mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam kehidupan kita dapat
melihat anak-anak yang berperilaku menyerupai orang tuanya
bahkan nenek moyangnya, sekalipun sudah jauh. Sifat yang
diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu:
1. Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan
urat sarap orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.
2. Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat
diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi
perilaku anak cucunya.
b. Faktor Ekstern
Selain faktor intern (yang bersifat dari dalam) yang dapat
mempengaruhi karakter, akhlak, moral, budi pekerti dan etika manusia,
juga terdapat faktor ekstern (yang bersifat dari luar) diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Pendidikan
Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, karena naluri yang
terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah.
Oleh karena itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui
32
berbagai media baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan
informal di lingkungan keluarga, dan pendidikan non formal yang
ada pada masyarakat.
2) Lingkungan
Lingkungan (milie) adalah suatu yang melingkungi suatu
tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara,
dan pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia
lainnya atau juga alam sekitarnya. Itulah sebabnya harus bergaul
dan dalam pergaulan itu saling mempengaruhi pikiran, sifat dan
tingkah laku. Adapun lingkungan dibagi ke dalam dua bagian.
1. Lingkungan yang bersifat kebendaan
Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.
2. Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian
Seorang yang hidup dalam kehidupan yang baik secara
langsung atau tidak langsung dapat membentuk kepribadiannya
menjadi baik, begitu pula sebaliknya seseorang yang hidup
dalam lingkungan kurang mendukung dalam pembentukan
akhlaknya maka setidaknya dia akan terpengaruh lingkungan
tersebut.22
22
ibid
33
C. Peran Guru dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter
Peranan Guru yang paling menonjol adalah menjadi semacam kepala
keluarga dalam kelas tertentu, ini berarti ia bertanggung jawab terutama
menciptakan kondisi dan lingkungan yang kondusif satu sama lain sehingga
kelas itu menjadi komunitas belajar dapat maju bersama dalam proses
belajar.23
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan
berhasil-tidaknya peserta didik dalam mengembangkan pribadinya secara utuh.
Dikatakan demikian, karena guru merupakan pigur utama, serta contoh dan
taladan bagi peserta didik. Oleh karena itu guru harus mulai dari dirinya
sendiri agar apa-apa yang dilakukannya dengan baik dan baik pula
pengaruhnya terhadap peserta didik (murid). Pendidikan sulit untuk
menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa dimulai oleh guru-gurunya yang
baik.24
Sedangkan Orang tua memiliki arti ayah dan ibu kandung, orang yang
dianggap pandai, ahli dalam mengurus keluarga dan seisi rumah yang
menjadi tanggungannya. Peran orang tua merupakan hal yang penting untuk
setiap anggota keluarga (anak-anak) dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Karena orang tua juga telah
mengasuh dan membimbing anaknya dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya dalam hal-hal yang
23
http://www.slideshare.net/vividiana/peran wali kelas dalam membina karakter murid. Di
akses pada tanggal 16 desember 2012, pkl. 20:08. 24
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 63.
34
dapat di dunia dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak di
mengerti anaknya.
Betapa besarnya tanggungjawab orang tua dihadapan Allah SWT
terhadap pendidikan anak. Tentang perkara ini Allah berfirman:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Q.S. At-Tahrim : 6)
35
BAB III
GAMBARAN UMUM
TAMAN KANAK-KANAK EL – FIKRI YAYASAN KAHFI
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Taman Kanak-kanak El Fikri Yayasan Kahfi didirikan pada tahun
1999 berawal dari anak- anak kuliah kerja nyata Mahasiswa Universitas Islam
Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. Para pendirinya yaitu beberapa para
alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Ami Tata
dari Fakultas Tarbiah, Ibu Luthfiyah dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Penyiaran Islam dan Bapak Junaedi dari Fakultas Ekonomi. Akta pendirian
yang lama disahkan oleh Yayasan Kahfi pada tanggal 1 September 1999 dan
memiliki luas bangunan sebesar 350m, sedangkan akta pendirian yang baru
disahkan oleh Bapak Miladi dalam tahap pembentukkan dan memiliki luas
bangunan sebesar 630m.
Berhubung di lingkungan ini tidak ada pendidikan maka mereka pun
menggerakkan semua pikiran dan hati mereka untuk membangun Taman
Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi. Menyusul Bapak Ust. Abdul Madjid
selaku ketua yayasan.dipercayakan para pendiri taman kanak-kanak Bapak
Ust. Abdul Madjid untuk memjadi ketua yayasan di taman kanak-kanak El-
Fikri ini. Waktu itu hanya di buka untuk TPA saja dari TPA itu ternyata
banyak dan umurnya berbeda-beda dari umur 4 sampai 12 lalu kita
36
kelompokkan berdasarkan umur. Dari biaya gratis dan sukarela sampai
sekarang.
Karena disini lingkungannya untuk pendidikan juga tidak ada maka
kita mendirikan sebuah Taman Kanak-Kanak yang diberi nama Ek Fikri dari
tahun 1999, tetapi awalnya dari TPA. Lalu Taman Kanak-kanak awalnya
Taman Kanak-Kanak itu juga dimulai dari sore hari, tetapi Taman Kanak-
Kanak baru berdiri tahun 2000.
Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi sementara sudah
memiliki gedung sekolah yang baru namun masih terus menunggu untuk
mensempurnakan gedung baru tersebut, tetapi secepatnya para pengurus
mengupayakan gedung baru itu segera ditempati oleh para murid di Taman
Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi. 1
B. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi Taman Kanak-kanak El-Fikri adalah “Meningkatkan kwalitas
sumber daya manusia Indonesia, serta berpartisipasi dalam pemerataan
pendidikan di wilayah Kota Tangerang Selatan”. Sedangkan Misi Taman
Kanak-kanak El-Fikri adalah:
1. Menyediakan fasilitas dan sarana belajar yang dapat diakses dengan
mudah oleh masyarakat desa babakan dan sekitarnya
1 Wawancara pribadi dengan Ibu Suamah, Guru kelas A Taman Kanak-Kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi, Kamis, 28 Maret 2013, pkl. 08:18 WIB, di Ruang Kantor Kepala Sekolah Taman
Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi.
37
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
3. Mempersiapkan peserta didik untuk memasuki jenjang Pendidikan
Sekolah Dasar. Dan tujuan didirikannya taman kanak-kanak el-fikri
yayasan kahfi adalah agar anak-anak generasi bangsa atau penerus bangsa
bisa menjadi tauladan bagi kita semua. Agar anak-anak di lingkungan ini
tidak tertinggal dalam ilmu pengetahuan maupun yang lainnya.2
C. Program Kegiatan
1. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat
ini ialah :
a. Out Door (beternak Lele)
Setiap sebulan sekali murid-murid di taman kanak-kanak El Fikri
mendatangi sebuah peternakan lele karena bagus untuk menambah
pengetahuan bagi murid-murid.
2 Ibid.
38
b. Peringatan Hari Besar Nasional
Seperti kegiatan peringatan hari besar islam, kegiatan besar nasional
juga meliputi 17 agustus kita juga wajib merayakannya dan
menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap Negara kita.
c. Menari
2. Program Ekstrakulikuler
a. Drumband.
b. Melukis.
39
D. Struktur Organisasi
Ketua Yayasan : Ust, Abdul Madjid
Wakil Ketua Yayasan : Abdul Rasyid, SAg
Sekretaris : Mukhtar, ST.
Bendahara : Junaedi, SE
Bagian pendidikan : Tata Masta, SAg
Kepala Sekolah : Luthfiyah, Sag
Dewan Guru : Suamah, S1
Enin Sutrisna D1
E. Sarana dan Prasarana
1. Taman Bermain
2. Alat Peraga
3. Perpustakaan
4. Area untuk Berkebun
5. Alat Musik dan Komputer
F. Tipologi Guru dan Orang Tua
Guru yg agung (luar biasa), memberi semangat,inspirasi dan
keteladanan.
dalam proses pembelajaran, guru yang suka berbicara dan menerangkan
segala sesuatunya. Sedangkan tipe orang tua yang melindungi (Apabila
orang tua selalu memanjakan, maka anak menjadi tergantung dan sulit
40
berperan dewasa), dan orang tua yang menjadi suri tauladan (Apabila
orang tua selalu mengarahkan atau menjelaska, maka anak menjadi hormat
kepada orang tua dan menjaga nama baik keluarga).
Tabel 1
Tenaga Pengajar
Nama Data Kultural Data Sosiologis Data Psikologis
Luthfiyah
Baik, mengasihi murid-
muridnya seperti
mengasihi anak
anaknya. Pengajar harus
sadar bahwa sebelum ia
membentuk murid-
murid berakhlak terlebih
dahulu.
Jujur, harus berlaku
jujur dan ikhlas.
Kejujuran dan
keikhlasan pengajar
dalam pekerjaannya
adalah jaan terbaik
untuk mendapatkan
kesuksesan dalam
Ibu Luthfiyah S.Ag
lulusan Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
tahun 2001 pada
fakultas dakwah
jurusan komunikasi
dan penyiaran islam.
Beliau juga lulusan
Akta IV – Institut
Ilmu Al’Quran
Jakarta. Beliau juga
pernah kerja menjadi
guru bahasa arab,
guru di sekolah
Highscope
Indonesia. Dan guru
di sekolah Tara
salvia Bintaro.
Beliau berdomisili
di jakatra dan
termasuk dari suku
betawi, 23 maret
1978, yang
bertempat tinggal
di JL.Pasar Jengkol
No. 17 Rt.07/01
Desa Babakan Kec.
Setu-Kota
Tangerang Selata
Beliau mempunyai
seorang suami yang
bernama Ami Tata
beliau juga salah
satu pendiri taman
kanak-kanak ini,
beliau juga
berjabatan sebagai
bagian pendidikan
di taman kanak-
41
jabatannya dan
kesuksesan dari murid-
muridnya.
smart, harus berbicara
dengan murid-murid
dalam bahasa yang
dipahaminya. Maka dari
itu pelajaran itu akan
menarik hati murid-
murid..
kanak ini. Pada
tahun 1999 dan
semenjak
kepemimpinan
beliau yayasan
Taman Kanak-
kanak El-fikri
Yayasan Kahfi
semakin lama
semakin maju
sampai sekarang.3
Enin
Heruliyah
guru merupakan sosok
yang dijadikan sebagai
model yaitu teladan bagi
siswa sehingga kepala
sekolah maupun guru
harus mampu
menampilkan sikap dan
perilaku yang baik agar
dapat membentuk
karakter yang baik juga
pada seluruh siswa.
Keteladanan dapat
dilakukan setiap saat dan
sepanjang waktu serta
dapat diteladani dari
D1 Akuntansi
Komputer dan beliau
juga pernah
mengajar di salah
satu sekolah yang
ada di bekasi.
Beeliau juga pernah
mengikuti training
basic untuk menjadi
guru yang baik pada
saat di bandung.
kelahiran
Sukabumi, 23 mei
1974, sebelum
beliau menjadi
guru di Taman
Kanak-kanak El-
Fikri Yayasan
Kahfi. Dahulu
beliau adalah salah
satu guru di salah
satu yayasan yang
ada di bekasi.
Beliau bergabung
pada tahun 2010
banyaknya murid
3 Wawancara Pribadi dengan Luthfiyah, Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi Tangerang Selatan, Sabtu, 28 September 2013, Di Kediaman Kepala Sekolah, pkl.
07:00 WIB.
42
berbagai aspek
kehidupan.
di taman kanak-
kanak ini maka
beliau ditunjuklah
sebagai guru wali
kelas di Taman
Kanak-kanak El-
Fikri Yayasan
Kahfi. Sampai
sekarang.4
Suamah Guru juga membiasakan
siswa-siswinya untuk
menghormati orang yang
lebih tua dengan bertegur
sapa dan mengucap salam
ketika bertemu serta
menghargai teman
sekolah.
S1 Pendidikan
PAUD Universitas
Terbuka., beliau
membuka les privat
di rumah atau di
sekolah pada saat
liburan.
Beliau juga
merupakan salah
satu pendiri Taman
Kanak-kanak El-
Fikri Yayasan
Kahfi yang
bertempat di
JL.Pasar Jengkol
No. 17 Rt.07/01
Desa Babakan Kec.
Setu-Kota
Tangerang Selatan.
Beliau mengajar di
taman kanak-kanak
ini sejak tahun
1999, beliau juga
wali kelas dari
4 Hasil wawancara dengan Enin Heruliyah Guru Wali Kelas B Taman Kanak-kanak El-
Fikri Yayasan Kahf Tangerang Selata, Sabtu 28 2013, Di Ruang Kantor Kepala Sekolah, pkl.
13:08 WIB.
43
kelas A. Karena
beliau memiliki
latar belakang
pendidikan yang
cukup memadai dia
juga ditunjuk
sebagai sekretaris
sekaligus
bendahara di setiap
kegiatan yang
berhubungan
dengan Taman
Kanak-kanak El-
Fikri Yayasan
Kahfi.5
Tabel 2
Para Orang Tua Atau Wali Murid
Nama Data Kultural Data Sosiologis Data Psikologis
Dina
Baik memiliki
kepekaan emosi yang
paling tinggi sejalan
dengan perkembangan
usia anaknya.
Pendidikan terakhir
beliau SMK
Kelahiran 17
januari 1987 alamat
beliau Jl. Babakan
RT/03 RW/04. Ibu
Dina ikut serta
5 Hasil wawancara dengan Suamah Guru Wali Kelas A Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi Tangerang Selatan, Sabtus, 28 September 2013, Di Ruang Kantor Kepala Sekolah,
pkl. 11:57 WIB.
44
membantu para
guru dalam
pembinaan
karakter.6
Nita
Sabar dalam
mengatasi anknya
ketika anaknya sudah
mulai susah untuk
konsentrasi belajar.
Saya selalu berbicara
kepada anak saya
tidak memilih-milih
teman. Membangun
budaya yang
memungkinkan untuk
membangun karakter,
terutama keterkaitan
dengan karakter
disiplin.
Pendidikan terakhir
beliau SMK
beliau lahir pada
tanggal 8
November 1978,
alamat beliau JL.
Ciberengkok Desa
Pengasin Gunung
Sindur selalu
membantu para
guru demi
terciptanya anak
beliau menjadi
anak yang tumbuh
lebih dewasa dan
mengerti tentang
artinya hidup.7
6 Hasil wawancara dengan Dina Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi Tangerang Selatan, Jum’at, 27 September 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:18
WIB.
7 Hasil wawancara dengan Nita Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi Tangerang Selatan, Jum’at 27 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:26WIB.
45
Santi
Selalu menjemput dan
mengantarkan
anaknya ke sekolah.
Selalu berkomunikasi
yang baik kepada anak
saya. Dan selalu
memberi motivasi
dalam hal-hal yang
positif seperti belajar,
beribadah, dan lain
sebagainya.
Pendidikan terakhir
beliau SMK
membantu guru
dengan berbicara
face to face ke anak
di waktu senggang
guna untuk
membantu
kelancaran para
guru untuk
membina murid-
muridnya.8
G. Tipologi Siswa Kelas A dan B
Siswa kelas A tipenya yang kekanak kanakan seperti selalu buat
keributan dengan buat orang lain ketawa karena tingkah kekanak kanakan,
ada yang tipenya pendiam biasanya tipe ini mau waktu kelas kosong atau lagi
jam pelajaran selalu aja mulutnya diam. Sedangkan tipe siswa kelas B tipe
aktif , suka menjawab pertanyaan guru, suka menarik perhatian guru. Dan
tipe suka izin permisi keluar dan tidak bisa berlama-lama di kelas..
8 Hasil wawancara dengan Santi Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi Tangerang Selatan,Jum’at, 27 September 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:37 WIB.
46
Tabel 3
Peserta Didik Atau Murid
Nama Data Kultural Data Sosiologis Data Psikologis
Adira
Saphira
Baik selalu menghargai
pendapat temannya.
Rajin mengerjakan
pekerjaan rumah,
Pintar dalam bergaul
dan bermain dengan
teman-temanya.s
Taman Kanak-kanak
Besar. (TK A)
Anak dari Ibu Dina
yang penurut
dengan orang
tuanya.
Ananda
M.R
Kreatif suka membuat
hal-hal yang baru dan
selalu mengembangkan
imajinasinya.s
Taman Kanak-kanak
Besar, (TK B)
Anak dari Ibu Nita
yang selalu
mendengarkan
nasehat orang
tuanya.
Septa
A.P
Aktif dikelas selalu
bertanya kepada guru
dari hal pelajaran
sampai yang lainya.s
Taman Kanak-kanak
Besar, (TK B)
Anak dari Ibu Santi
yang selalu susah
di atur tetapi
sesungguhnya dia
adalah anak yang
baik dan sopan.9
9 Hasil wawancara dengan Enin Heruliyah Guru Wali Kelas B Taman Kanak-kanak El-
Fikri Yayasan Kahf ,Tangerang Selatan, Sabtu 28 September 2013, Di Ruang Kantor Kepala
Sekolah, pkl. 12:08 WIB.
47
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Guru dan Orang Tua
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif karena
guru dan orang tua saling berbeda pendapat. Guru memiliki kesulitan yang
berbeda dari orang tua. Tetapi guru dan orang tua harus saling berkomunikasi
dengan baik. Guru merasakan pentingnya keterlibatan orang tua dalam
pembinaan karakter terutama agar orang tua dapat menindaklanjuti dirumah,
orang tua tahu apa yang diajarkan di sekolah, sehingga pendidikan karakter
dapat dilakukan secara optimal. Kesadaran dan kerja sama yang terjadi antara
guru dan orang tua semacam ini akan semakin mempermudah pembinaan
karakter pada anak-anak.
B. Hubungan Komunikasi Kelompok Guru dan Orang Tua
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan
sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.
Komunikasi ini berlangsung agar guru dan orang tua bisa mengetahui
perkembangan anak mereka maka guru dan orang tua seminggu sekali wajib
menghadiri rapat bersama guru.
48
C. Hubungan Komunikasi Organisasi Guru dan Orang Tua
Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam
organisasi, ada yang sebagai komunikasi yang terjadi antar kepentingan dalam
satu institusi formal. Tujuan diadakannya membentuk komunikasi organisasi
untu Mempererat komunikasi pendidik-orang tua secara informal. Komunikasi
yang sudah terbangun antara pendidik-orang tua perlu senantiasa dipererat.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk tujuan tersebut. Menurut Zelko dan
Rance yang dikutip dari Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal.1
D. Pola Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter
Murid Di Taman Kanak-Kanak El-Fikri
Pentingnya komunikasi guru dan orang tua terutama untuk
memastikan bahwa anak-anak belajar secara efektif dan mendapatkan yang
terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi atau karakter mereka.
Guru dan orang tua memiliki komunikasi yang baik saat menghadapi
kesulitan pembinaan karakter.
Pandangan penulis bahwa rumah juga merupakan lembaga pendidikan
karakter yang pertama dan utama tampaknya tidak perlu diperdebatkan lagi.
Pandangan ini didasarkan pada beberapa argumen berikut. Pertama, keluarga
merupakan pihak yang paling awal memberikan perlakuan pendidikan
terhadap anak. Kedua, sebagian besar waktu anak lajimnya dihabiskan di
1 Armi Muhammad, komunikasi organisasi. (Jakarta Bumi aksara, 2007), cet ke-8 h. 66
49
lingkungan keluarga. Ketiga, hubungan orang tua-anak bersifat khusus
sehingga memiliki kekuatan yang lebih daripada hubungan anak dengan yang
lain. Keempat, interaksi dalam kehidupan orang tua-anak lebih bersifat
alamiahi (seadanya) sehingga sangat kondusif untuk membangun karakter
anak.
.Disinilah peran taman kanak-kanak menjadi penting karena para
pengajar harus aktif mengajarkan berbagai hal kepada balita, baik pendidikan
maupun perilaku. Guru menyatakan bahwa orang tua memberikan respon
yang sangat positif terhadap hal-hal yang terkait dengan pembinaan karakter.
Begitupun menurut orang tua, guru memberi dukungan, saran, dan
mencarikan solusi saat orang tua mengahadapi kesulitan. Komunikasi yang
terjalin dengan baik seperti ini, membuat pembinaan karakter akan menjadi
lebih mudah dilaksanakan.
Sebagaimana kita tahu bahwa setiap murid mempunyai permasalahan
yang kompleks, karena banyak faktor yang mempengaruhi pikiran dan
perilaku mereka mulai dari lingkungan, teman, dan lain sebagainya. Tapi
bagaimanapun mereka hanya anak kecil yang perlu di bina dan di berikan
pengarahan terhadap perilaku mereka yang tidak baik. Untuk itulah, Taman
kanak-kanak El-Fikri membantu murid dengan melakukan pola komunikasi
pengajar dan wali murid dalam pembinaan karakter murid melalui beberapa
pembinaan seperti di siplin, keteladanan, dan pembiasaan, agar semua murid
terbiasa melakukan itu semua.
50
Pola komunikasi merupakan salah satu unsur yang sangat
menentukan dalam pembinaan karakter murid. Komunikasi yang dilakukan
guru dan orang tua sangat intens dan sering kali orang tua bertanya tentang
perkembangan anak-anak mereka jika berada di sekolah. Waktu untuk
sharing guru dan orang tua harus menjadi perioritas agar komunikasi guru
dan orang tua tetap terjalin sehingga kesulitan yang dihadapi dapat diatasi
bersama-sama dalam upaya mencari solusi yang tepat dalam pembinaan
karakter. Dan ini di dukung oleh seorang pengajar yang mempunyai syarat-
syarat sebagai komunikator, yaitu memiliki kredibilitas yang tinggi bagi
komunikasinya, memiliki keterampilan berkomunikasi, mempunyai
pengetahuan yang luas, memiliki sikap yang baik terhadap komunikan dan
memiliki daya tarik dalam artian komunikator memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada
diri komunikan.2 Komunikasi guru dan orang tua murid, sampai saat ini
komunikasi mereka sangat baik sekali, komunikasi yang paling efektif
digunakan mereka yaitu komunikasi antarpribadi karena dengan komunikasi
antarpribadi mereka bias berinteraksi, saling Tanya jawab antara guru dan
orang tua murid juga bisa sharing baik masalah anak dirumah maupun
disekolah. Guru memiliki kesulitan dalam yang berbeda dari orang tua
terutama pada anak yang tidak mau menerapkan apa yang diajarkan guru
serta anak kurang memahami pembinaan yang diajarkan.
2 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengatar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
cet. Ke-2, h.93-94.
51
Seluruh orang tua mengetahui bahwa pembinaan tersebut diajarkan di
sekolah dan seluruh guru menyatakan bahwa pembinaan tersebut memang
menjadi kurikulum di sekolah. Pembinaan yang ditanamkan merupakan
pembinaan yang sangat dibutuhkan oleh anak sebagai bekal dewasa.
Pembinaan karakter dilakukan oleh orang tua setiap saat terutama pada saat
melakukan aktivitas sehari-hari seperti pada saat makan bersama, main dan
lain-lain.
Sementara guru menyatakan menanamkan karakter setiap hari saat
berinteraksi dengan anak dan dilakukan melalui pemberian contoh langsung
pada anak, dan meminta anak mempraktekannya langsung. Banyak kendala
yang di hadapi guru dan orang tua dalam pembinaan karakter yaitu perbedaan
pendapat dengan lingkungan keluarga, faktor usia dan kemampuan anak
dalam mencerna pembinaan karakter yang diajarkan, kesibukan orang tua
bekerja sehingga waktu anak lebih banyak dengan orang lain.
Guru dan orang tua dua orang yg bertanggung jawab Sesungguhnya
anak ibarat kertas putih bersih. Orang tualah yang kemudian menorehkan
tulisan-tulisan di atasnya. Ketika anak masih bayi, kertas putihnya masih
bersinar. Tertera kata-kata indah bak mutiara menerangi masa kecilnya.
Ketika dia sudah mulai besar, kertas putih itu mulai ternoda oleh
ketidaktahuan orang tua harus menulis apa. Para guru turut membina
sepatutnya, kedisiplinan, keteladanan dan pembiasaan yang ditunjukkan oleh
guru mampu menuntun murid menemukan kebiasaan baik yang mereka
yakini sehari-hari seperti disiplin bangun pagi tepat waktu, membaca hafalan
52
aya-ayat pendek dan lain sebagainya. Melihat anak disiplin tentu harapan
semua keluarga.
Cukup banyak cara dilakukan agar anak berlatih mendisiplinkan
sedari dini. Kalau sekedar mencontohkan bangun pagi dan memotivasi anak
untuk meniru-niru, bias dilakukan sedini mungkin. Tetapi untuk mengharap
anak usia dini mulai bias berlatih dengan rutin tentu perlu persiapan
tersendiri. Di sekolah Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi Anak usia
empat tahun sudah dapat dilatih mengahafalkan ayat-ayat pendek secara
bersama teman-temannya dengan gembira.
Sebagai orang yang bertanggung jawab, kita harus menyelamatkan
anak-anak kita. Menjadi kewajiban bagi kita mendidik mereka agar memiliki
keterampilan berfikir dan beribadah agar hidupnya baik. Tujuan akhirnya
nanti adalah mereka menjadi anak-anak yang berpengetahuan baik dan
berpenghasilan melimpah.
Orang tua yang bertanggung jawab untuk kesuksesan anak- anak nya,
meminta guru untuk memberikan perhatian yang lebih intens untuk anak-anak
nya bukan berarti kita sebagai orang tua lalu lepas tangan karena menganggap
sudah terjadi pelimpahan tanggung jawab. Setiap anak belajar dan bercermin
dari orang tua mereka. Orang tua adalah orang yang paling peduli, paling
mengenal anak dan paling berpengaruh dalam kehidupan anak. Guru dan
orang tua sangat penting berkomunikasi karena memiliki tujuan yang sama
untuk keberhasilan anak. Setiap orang tua tentunya berharap agar putra
putrinya menjadi anak-anak yang disiplin dalam melaksanakan segala
53
sesuatunya tanpa harus memberlakukan sanksi namun dalam kenyataannya,
mewujudkan harapan tersebut bukanlah hal yang mudah terbukti, tidak
sedikit orang tua yang mengeluhkan tentang anak-anaknya yang sangat susah
jika disuruh untuk disiplin. Disiplin sangat penting bagi kehidupan dan perilaku
murid, disiplin yang baik dapat menghasilkan kehidupan yang teratur, sebab
disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi unsur yang fundamental dari
moralitas.
Guru dan orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, di
sekolah guru juga mengajarkan menjadi teladan yang baik. Misalnya dalam
keteladanan dalam hal mengajarkan membaca doa di mana pun dan kapanpun
kita berada, karena doa adalah permohonan seseorang hamba terhadap Allah
secara terus bagi menyelesaikan segala masalah rohani dan jasmani, dunia
dan akhirat sama ada untuk dirinya sendiri atau untuk saudara, sahabat dan
seterusnya untuk kaum muslimin dan muslimat. Keteladanan seorang lebih
baik dan efektif dalam mendidik dibandingkan dengan petuah atau nasihat
dengan kata-kata. Keteladanan guru dan orang tua lebih mudah ditiru
ketimbang hanya sekadar kata-kata. Karena guru dan orang tua merupakan
interaksi yang pertama dan kedua bagi anak untuk mengenal lingkungannya.
Pembinaan pembiasaan seperti sholat dan berpuasa seorang guru bisa
menyampaikan bahwa seorang muslim perlu berhenti sejenak dari urusan
dunia (makan, tidur, bermain,belajar, dan seterusnya) untuk mendekatkan diri
pada Allah. Dengan sholat kita bisa leluasa berdoa, terutama agar Allah
memudahkan urusan kita dan menghindarkan kita berbuat salah. Untuk
54
pembinaan karakter yang baik pada anak, diperlukan pembiasaan-pembiasaan
perilaku yang positif, dalam hal ini peran guru dan orang tua sangat penting
dalam mengawal kebiasaan yang dilakukan anak. Peran orang tua dan guru
hendaklah mampu menjadi model yang ideal yang bisa mereka contoh.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara yang penulis
lakukan di Taman Kanak-kanak El-Fikri, bahwa komunikasi yang digunakan
oleh para guru dan orang tua sebagai berikut:
1. Bentuk Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi ini lebih sering digunakan oleh guru dan orang tua
pada saat diluar proses belajar-mengajar. Misalnya pada saat waktu
istirahat orang tua dapat berkomunikasi dengan guru dan membicarakan
masalah perkembangan akademis anak mereka hal ini guru berperan
penting sebagai seorang pembimbing untuk memberikan arahan dan
bantuan kepada orang tua.
Jenis komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubungan prosesnya
yang dialogis.3 Salah satu cara untuk memastikan bahwa sebagai guru bisa
berkomunikasi dengan orang tua secara efektif adalah dengan
menggunakan formulir dan catatan yang dikirim ke rumah secara berkala
untuk membiarkan orang tua tahu perkembangan anak mereka disekolah.
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,
3 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), Cet. Ke-
2, h. 12.
55
karena melibatkan kelima alat indera untuk mempertinggi daya bujuk
pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan.
Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama
manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka
ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi,
ataupun lewat teknologi tercanggihpun. Begitu pula dalam dunia
pendidikan, komunikasi interpersonal sangat tepat dan efektif untuk
diterapkan, khususnya pada guru dan orang tua.
Selanjutnya, setelah melakukan observasi di lapangan, ditemukan
beberapa fenomena lapangan yang cukup menarik mengenai pola
komunikasi antarpribadi yang dilakukan para guru dalam pembinaan
karakter murid kepada orangtua, yaitu:
a. Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Melalui
1) Pembinaan Disiplin
disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, terbiasa senyum
ramah pada orang, daan kebiasaan-kebiasaan lain yang menjadi
aktivitas sehari-hari. Untuk bisa melakukannya memang menutut
orang tua dan guru bisa menjadi teladan pertama dan utama bagi
anak. Jadi jika ingin membiasakan murid kita taat aturan maka kita
pertama harus lebih dulu taat aturan. Perlu diingat bahwa ketika
melakukan proses pembiasaan, disiplin, dan ketelatenan harus
56
konsisten dan berkesinambungan, jangan kadang dilakukan kadang
tidak. Hal itu akan mempersulit keberhasilan pendidikan karakter.4
Disiplin sendiri merupakan suatu pola pembiasaan yang
bertujuan untuk membentuk suatu tingkah laku tertentu. Dalam
disiplin terkandung adanya tingkah laku yang berulang yang
dilakukan dan biasanya melibatkan waktu tertentu untuk
melakukannya. Bukan hanya di dalam keluarga. Di sekolah,
seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya. Begitu juga di
Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi. Dalam menanamkan
nilai-nilai kediplinan, para guru mengajarkan kedisiplinan. Seperti
yang diungkapkan oleh Ibu Enin Herullah..
“Para guru mengajarkan kedisiplinan kepada murid namun
cukup sulit untuk menanamkan suatu disiplin untuk membentuk
suatu tingkah laku tertentu pada anak karena target tingkah laku
yang ingin dicapai adalah hasil keputusan orang tua yang terkadang
kurang menyenangkan bagi anak. Kami menerapkan kepada setiap
anak untuk selalu bangun pagi tepat waktu, menghafalkan bacaan
ayat – ayat pendek dan memberitahukan untuk selalu shalat pada
tepat waktu.”5
Misalnya, untuk mengajarkan kedisiplinan kepada murid
saat berada di dalam kelas berbicara dengan volume yang cukup
terdengar tidak berteriak-teriak atau malah berbisik, dan
4 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 172
5 Wawancara pribadi dengan Enin Herullah, Guru Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan
Kahfi, Selasa, 14 Mei 2013, Di Ruang Kantor Kepala Sekolah, pkl. 12:08 WIB.
57
memberitahukan bahwa menonton televisi hanya jam 4-6 sore saja.
Sehingga para murid mengikuti perbuatan itu. Selain itu para guru
juga mengajarkan yang baik-baik, misalnya memberi contoh cara
mencuci tangan yang baik dan berdoa sebelum makan kepada
muridnya.6
Suatu bentuk disiplin akan terbentuk dengan sendirinya
pada seorang anak jika:
“Orang tua menerapkannya secara konsisten tidak berubah-
ubah sesuai suasana hati orang tua atau hanya tergantung saat
orang tua ada bersama anak. Maka dari itu guru dan orang tua
harus saling membantu untuk mensukseskan anak-anak mereka.
Orang tua tidak mudah menyerah dan tidak mudah marah anak
memiliki keunikan tersendiri sehingga rasa nyaman mereka untuk
melakukan tingkah laku tersebut akan berbeda-beda. Anak pun
perlu memahami tujuan dari pemberlakukan dari disiplin tersebut.
Misalnya jika anak saya usia 4-5 tahun terbiasa berbicara dengan
volume yang sangat kecil dan tidak berteriak-teriak maka saat dia
usia dewasa dia akan terbiasa. semakin dini diterapkan,
kemampuan beradaptasi anak dengan tuntutan lingkungan akan
lebih baik”7
6 Hasil Observasi di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Senin 1 April 2013.
7 Wawancara pribadi dengan Dina, Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi, Selasa, 14 Mei 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:18 WIB.
58
2) Pembinaan Keteladan
Dalam pendidikan karakter pribadi guru akan menjadi
teladan, diteladani, atau keteladanan bagi para peserta didik. Secara
teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang
guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab
untuk menjadi teladan. Di dalam keluarga, orang tua menjadi
teladan bagi anak-anaknya.8 Anak-anak melihat dan
memperhatikan bagaimana perilaku orang tuanya sehari-hari.
Begitu juga di Taman Kanak-kanakEl-Fkri Yayasan Kahfi.
Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid, para guru
memberikan keteladanan. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu
Suamah.
“ Pertama keteladanan dalam membuang sampah pada
tempatnya. Karena lingkungan akan membentuk kepribadian
seseorang. Kedua latar belakang pendidikan orang tua, karena
dengan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap agama, mereka
akan terbatas dalam memberikan pengetahuan agama kepada anak,
kurangnya keperdulian orang tua terhadap pendidikan agama bagi
anak. Faktor pendukung terlaksananya keteladanan adalah respon
positif yang diperlihatkan anak dalam meneladani orang tuanya,
adanya komunikasi antara pendidik atau pihak sekolah dengan
8 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 172
59
orang tua dan sikap positif orang tua dan pendidik dalam
menanamkan akhlak kepada anak.”9
Setiap interaksi dengan anak merupakan kesempatan untuk
menanamkan nilai-nilai terutama nilai agama karena nilai agama
ini merupakan dasar bagi anak dalam bersikap untuk menjalani
kehidupannya dimasa yang akan datang. Peran orang tua dalam
menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak usia dini sangat
penting agar ketika anak sudah mulai dewasa dia sudah terbiasa
menjalankannya. Begitu pula yang diungkapkan oleh Ibu Nita.
“Perlu ada keteladanan. Keteladanan orang tua lebih baik
dan efektif dalam mendidik anak-anak dibandingkan dengan
petuah atau nasihat dengan kata-kata. Keluarga merupakan
interaksi yang pertama bagi anak untuk mengenal lingkungannya,
maka jadilah orang tua yang bisa ditauladani. Bagi saya mendidik
adalah menanamkan nilai-nilai, sifat, dan perilaku.” 10
3) Pembinaan Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan
itu adalah sesuatu yang diamalkan. Seperti yang diungkapkan oleh
Ibu Luthfiyah.
9 Wawancara pribadi dengan Suamah, Guru Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi,
Selasa, 14 Mei 2013, Di Kediaman Kepala Sekolah, pkl. 10:30 WIB. 10
Wawancara pribadi dengan Nita, Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi, Senin, 13 Mei 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:10 WIB.
60
“Pembiasaan-pembiasaan yang di lakukan di Taman
Kanak-kanak El-Fikri diarahkan untuk mengembangkan kecakapan
hidup yang bertujuan mengembangkan kemampuan mencintai diri
sendiri melalui mengenal, menerima, dan mengarahkan diri,
mencintai orang lain melalui bekerjasama dan berkolaborasi. Oleh
karena itu peran orang tua dan guru dalam mengembangkan
pembiasaan berperilaku sebagaimana yang di kehendaki misalnya
dengan disiplin dan mandiri atau melalui contoh dan tindakan.
Contoh realnya wajibnya sholat atau berpuasa dengan demikian
melatih anak untuk sholat dan berpuasa. Pembiasaan semenjak dini
akan menjadikan anak merasa lebih nyaman dan tidak canggung
lagi saat sholat dan berpuasa telah menjadi wajib baginya. Namun
perlu adanya teladan bagi orang tuanya karena anak-anak merasa
senang meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. ”11
Usia 5-6 tahun, merupakan masa peka dalam perkembangan
aspek berfikir logis anak. Anak mulai sensitif untuk menerima
berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Tanda bahwa
anak berkembang secara optimal bisa dilihat juga dari orang
tuanya, karena ketika si anak sudah berada di rumah orang tua lah
yang memegang kendali pada si anak. Seperti ini pula yang sudah
diungkapkan oleh Ibu Sinta.
11
Wawancara pribadi dengan Luthfiyah, Guru Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan
Kahfi, Senin, 13 Mei 2013, Di Kediaman Kepala Sekolah, pkl. 09:12 WIB.
61
“Sebagai orang tua yang baik kita sudah semestinya
mengajarkan kepada anak kita tentang sholat dan berpuasa, namun
sebagai orang tua juga tidak boleh memaksa anak kita untuk selalu
patuh pada perintah apa yang sudah kita terapkan untuk mereka,
karena akan berakibat anak menjadi tidak nyaman dengan perintah
orang tua sehingga ia cenderung untuk meninggalkannya bila di
luar pengawasan orang tua. Dan ketika anak sudah mulai dewasa
kita harus menyampaikan wajibnya sholat dan berpuasa sehingga
mereka kuat berpegang pada tiang agama. Dalam pembiasaan anak
untuk sholat dan berpuasa, insya Allah kelak akan berbuah manis
manis di hadapan Rabb kita. Mengajarkan anak sholat dan
berpuasa, akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Selama anak kita
sholat dan berpuasa pahalanya akan terus mengalir sekalipun kita
sudah berada di alam kubur.”12
Dari penelitian juga di ketahui bahwa guru dan orang tua
memiliki kounikasi yang baik pada saat menghadapi kesulitan
pembinaan karakter. Guru menyatakan bahwa orang tua memberikan
respon yang sangat positif terhadap hal-hal yang berkaitang dengan
pembinaan karakter.s pembinaan karakter di sekolah tidak akan
berhasil tanpa dukungan dan keterlibatan orang tua. Dari hasil analisis
data diketahui guru dan orang tua sama-sama menyatakan orang tua
perlu dilibatkan dalam pembinaan karakter, merekapun menyadari
12
Wawancara pribadi dengan Sinta, Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi, Senin, 13 Mei 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 09:00 WIB.
62
bahwa pembinaan karakter bukan hanya tugas guru. Itulah salah satu
pola komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan karakter
murid di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang
Selatan
.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam penelitian ini,
diperoleh kesimpulan bahwa pola komunikasi guru dan orang tua dalam
pembinaan karakter murid yaitu kedisiplinan, keteladanan, dan pembiasaan
ditemui kendala-kendala diantaranya kurangnya kesadaran diri dari masing-
masing siswa, pengaruh lingkungan tempat tinggal dan pergaulan,
kurangnya pengawasan dan pembiasaan disiplin dari orang tua, minimnya
pengetahuan murid terhadap kedisiplinan murid, serta kurangnya hubungan
interpersonal antara konselor serta wali kelas dengan murid terutama murid
yang bermasalah. Upaya mengatasi kendala yang dialami yaitu mengajak
orang tua siswa bekerja sama dengan pihak sekolah dalam mengontrol
perilaku siswa, pembiasaan disiplin dari orang tua ketika di rumah,
meningkatkan kinerja tim tata tertib dibantu guru piket dan kepala sekolah,
penindaklanjutan administrasi piket dengan mengumpulkan data-data
selengkap mungkin, serta meningkatkan hubungan interpersonal antara guru
serta wali kelas dengan murid yang bermasalah.
64
B. Saran-saran
1. Bagi Guru
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang cara-cara
menanamkan karakter pada anak-anak prasekolah.
b. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan orangtua dalam
pembinaan karakter.
2. Bagi Orangtua
a. lebih banyak meluangkan waktu untuk anak agar anak dapat mencerna
nilai-nilai karakter langsung dari orangtuanya serta meningkatkan
keterlibatan terhadap kegiatan-kegiatan di sekolah
b. Meningkatkan komunikasi dengan guru untuk memantau
perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, arif, Ilmu Komunikasi, (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-3, h.25
Djuarsa, Sasa, Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka,
1998), h.39
D. Gunarsa, Ny, Y Singgih, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak
Dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983), h. 87.
Effendi, Uchjana, Onong, dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni,
1986), Cet. ke-2, h.5
Effendi, Uchjana, Onong, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-
Amin Press, 1996), Cet. Ke-1, h.59
Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Alfabeta,
Bandung, 2012), cet. Ke 1, h. 1-4
Haviet, Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007), h.20
Liliweri, Alo, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997),
Cet. Ke-2, h. 12.
Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 75.
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal.
172
M Yusuf, Pawit, Komunikasi Instruksional Teori dan Praktik, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2010), cet. Ke-1, h.50.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN
Jakarta Press,2007 ), Cet. Ke 1, h. 18.
Sutinah, Susanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), cet. Ke-1,
h. 166.
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet.
Ke-2, h.6
Widjaya H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar studi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003) cet. Ke-4, h.32
Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet.
Ke-2, h.15
Website:
www.pendidikankarakter.com dalam pembinaan karakter. Di akses pada tanggal,
12 Januari 2013, Pkl. 12:30 WIB.
http://www.slideshare.net/vividiana/peran wali kelas dalam membina karakter
murid. Di akses pada tanggal 16 desember 2012, pkl. 20:08.
BERITA WAWANCARA PARA GURU
Nama : Luthfiyah. Sag.
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : Di Kediaman Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : Jum’at, 15 Mei 2013, Pukul. 07:01 WIB
Peneliti: Perilaku apa sajakah yang diajarkan pihak sekolah terhadap muridnya?
Narasumber: Bagaimana mereka berbuat baik terhadap teman, bagaimana
mereka bersikap baik ke orang tua, bagaimana mereka menyanyangi terhadap
yang lebih kecil, bagaimana mereka menyelesaikan masalah ketika mereka ada
masalah. bagaimana mereka mengutarakan pendapatnya.
Peneliti: Kenapa perilaku itu di ajarkan kepada murid?
Narasumber: untuk menumbuhkan karakter building yang bagus jadi nanti
arahya selain secara akademis mereka pinter, mereka juga menjadi manusia-
manusia yang tangguh, mereka cerdas secara intelektual tapi cerdas juga secara
emosi.
Peneliti: Bagaimana cara ibu mengajarkan perilaku tersebut?
Narasumber: dengan cara mengingatkan mereka ketika berbuat salah, dengan
memberitahukan dengan melalui permainan drama, diskusi dan lain sebagainya.
Peneliti: Jika ada anak murid yang berperilaku tidak baik, apa yang akan ibu
lakukan terhadap anak itu?
Narasumber: Kami akan mengajaknya diskusi setiap mereka melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak baik terhadap temannya, apa perilaku itu baik atau
buruk. Jadi kami mencari informasi dari anak tersebut kemudian kami
mengingatkan dan diskusikan dan sepakat pada suatu kesimpulan apakah
perbuatan dia baik atau buruk dan kedepannya harus bagaimana.
Peneliti: Seberapa sering pihak sekolah atau ibu berbicara kepada orang tua
murid?
Narasumber: Cukup sering.
Peneliti: Apa saja yang dibicarakan?
Narasumber: Pertama yang dibicarakan tentang akademis anak, ke dua sampai
sejauh mana anak-anak secara akademis mampu mengikuti pelajaran di sekolah,
ke tiga bagaimana perilaku mereka di sekolah apa saja yang sudah berkembang
dan apa saja yang perlu di pebaiki ke depannya.
Peneliti: Bagaimana cara ibu menyampaikan masalah perilaku murid kepada
orang tuanya?
Narasumber: Biasanya kami mengundang orang tua untuk parenting dan juga
beberapa kasus kita langsung memanggil orang tua untuk membicarakan jika hal
tersebut terlalu serius, dan kadang-kadang di sela-sela orang tua menjemput anak
mereka.
Peneliti: sejauh ini apakah cara itu sudah efektif?
Narasumber: Belum efektif, karena sebagian orang tua tingkat pendidikannya
sangat rendah, maka kami juga kesulitan untuk komunikasikan ini kepada orang
tua. Karena orang tua juga pendidikannya rendah tidak mengerti pendidikan sama
sekali dan pergaulannya juga tidak luas kami agak kesulitan dengan mereka pola
pikir mereka sangat jauh bertolak belakang sama pola pikir di sekolah.
Peneliti: Menurut ibu pentingkah berbicara kepada orang tua murid dalam rangka
pembinaan karakter murid?
Narasumber: Sangat penting.
Peneliti: Jika penting apa alasannya jika tidak penting, apa alasannya?
Narasumber: Karena anak itu lebih banyak dirumah di banding sekolah,
walaupun di sekolah diajarkan arahnya yang nantinya pembinaan karakter yang
hanya sekian persen, sekian jam di sekolah tidak akan terwujud untuk pembinaan
karakter, kecuali di rumah juga orang tuanya melakukan treatment yang sama
antara di sekolah dan di rumah.
Narasumber
Luthfiyah
BERITA WAWANCARA PARA GURU
Nama : Enin Heruliyah
Jabatan : Guru
Tempat Wawancara : Ruang Kantor Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : Kamis, 14 Mei 2013, Pukul. 12:08 WIB
Peneliti: Perilaku apa sajakah yang diajarkan pihak sekolah terhadap muridnya?
Narasumber: Tentang kedisiplinan.
Peneliti: Kenapa perilaku itu di ajarkan kepada murid?
Narasumber: Sudah pasti, karena setiap orang dari sejak dini sudah diajarkan
seperti contohnya di siplin, dan ketika dia sudah dewasa dia sudah tahu arti
disiplin itu apa.
Peneliti: Bagaimana cara ibu mengajarkan perilaku tersebut?
Narasumber: Ya dengan cara memberitahukannya terlebih dahulu kepada si
anak.
Peneliti: Jika ada anak murid yang berperilaku tidak baik, apa yang akan ibu
lakukan terhadap anak itu?
Narasumber: Kami menegurnya saja dan tidak di hukum terlebih dahulu kami
menanyakan kesalahannya apa kalau tidak terlalu berat, kami menyuruhnya saling
memaafkan.
Peneliti: Seberapa sering pihak sekolah atau ibu berbicara kepada orang tua
murid?
Narasumber: Cukup sering, karena setiap hari kami selalu berkomunikasi dengan
orang tua.
Peneliti: Apa saja yang dibicarakan?
Narasumber: mengenai anak, mengenai kekurangan anak itu apa, dan apa
kelebihan dari anak itu.
Peneliti : Bagaimana cara ibu menyampaikan masalah perilaku murid kepada
orang tuanya?
Narasumber: Misalnya, anak itu kemampuannya kurang, kami memberi
penjelasan kepada bahwa anak ibu harus banyak berlatih, anak ibu harus di beri
motivasi, harus selalu di perhatikan dan juga di beri kasih sayang agar termotivasi
dalam belajar.
Peneliti: Sejauh ini apakah cara itu sudah efektif?
Narasumber: Sudah efektif, karena yang paling utama yaitu komunikasi dengan
orang tua.
Peneliti: Menurut ibu pentingkah berbicara kepada orang tua murid dalam rangka
pembinaan karakter murid?
Narasumber: Sangat penting.
Peneliti: Jika penting apa alasannya jika tidak penting, apa alasannya?
Narasumber: Mengenai perkembangan anaknya orang tua juga harus tahu.
Narasumber
Enin Heruliyah
BERITA WAWANCARA PARA GURU
Nama : Suamah
Jabatan : Guru
Tempat Wawancara : Ruang Kantor Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : Kamis, 14 Mei 2013, Pukul. 11.57 WIB
Peneliti: Perilaku apa sajakah yang diajarkan pihak sekolah terhadap muridnya?
Narasumber: Perilaku yang baik, dan Akhlak yang baik
Peneliti: Kenapa perilaku itu di ajarkan kepada murid?
Narasumber: Karena untuk lebih diutamakan perilaku kalu IQ pintar tetapi
perilakunya tidak baik ya tidak bagus juga.
Peneliti: Bagaimana cara ibu mengajarkan perilaku tersebut?
Narasumber: Di praktekkan secara langsung, karena anak itu sifatnya meniru.
Peneliti: Jika ada anak murid yang berperilaku tidak baik, apa yang akan ibu
lakukan terhadap anak itu?
Narasumber: Kami menegur anak itu dan kami membahas semua permasalahan
yang ada pada anak itu tersebut.
Peneliti: Seberapa sering pihak sekolah atau ibu berbicara kepada orang tua
murid?
Narasumber: Ya sering. Ketika anaknya sedang ada masalah ya orang tua kami
panggil dan kami bicarakan.
Peneliti: Apa saja yang dibicarakan?
Narasumber: mengenai perilaku anak dan proses pembelajaran anak.
Peneliti: Bagaimana cara ibu menyampaikan masalah perilaku murid kepada
orang tuanya?
Narasumber: Secara langsung berkomunikasi dan di jelaskan bahwa anak ibu
mengapa akhir-akhir ini dia tidak berkonsentrasi belajar, dan bertanya ke pada
orang tua apakah anak ibu mempunyai masalah di rumah dan lain sebagainya.
Peneliti: Sejauh ini apakah cara itu sudah efektif?
Narasumber: Sudah efektif, karena komunikasi guru dan orang tua sangat di
pelukan karena saling memantau dalam pembinaan karakter.
Peneliti: Menurut ibu pentingkah berbicara kepada orang tua murid dalam rangka
pembinaan karakter murid?
Narasumber: Sangat penting
Peneliti: Jika penting apa alasannya jika tidak penting, apa alasannya?
Narasumber: Guru dan orang tua harus saling bekerja sama. Kalau anak itu ingin
menjadi yang lebih baik dan bagus kita harus saling bekerja sama dan di beri tahu
mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Narasumber
Suamah
BERITA WAWACARA PARA ORANG TUA
Nama : Dina
Wali Murid : Adira Saphira
Tmpat Wawancara : Ruang Belajar
Waktu Wawancara : Kamis, 14 Mei 2013, Pukul. 08:18 WIB
Peneliti: Apakah ibu suka mengajarkan kepada anak-anak tentang kebiasaan
berperilaku yang baik?
Narasumber: Iya mengajarkan.
Peneliti: Perilaku apa saja yang suka ibu ajarkan?
Narasumber: Saya mengajarkan bagaimana dia beradaptasi dengan orang lain,
bagaimana cara dia makan dan minum yang baik.
Peneliti: Kenapa perilaku seperti itu di ajarkan?
Narasumber: Karena ketika dia sudah dewasa nanti kalu dia sedang berada di
luar tempat dia sudah biasa beradaptasi dengan orang lain, tetapi kalau tidak di
ajarkan sejak dini nantinya dia tidak mengetahui apa-apa.
Peneliti: Bagaimana cara ibu mengajarkan kepada anak untuk berperilaku yang
baik?
Narasumber: Mengajarkannya dengan cara mencontohkannya, misalnya
memberi salam kepada orang yang lebih tua dan dengan cara bersikap jujur.
Peneliti: Jika anak ibu mempunyai masalah di sekolah, apa yang ibu lakukan?
Narasumber: Saya menanyakannya kepada anak saya terlebih dahulu
mempunyai masalah apa, lalu saya langsung melaporkannya kepada gurunya
tentang masalah anak saya.
Peneliti: Pernahkah ibu bertanya kepada guru di sekolah tentang perkembangan
anak ibu?
Narasumber: Iya saya pernah bertanya kepada guru di sekolah.
Peneliti: Jika pernah, seberapa sering ibu menemui guru tersebut?
Narasumber: Mengenai perkembangan anak saya, apakah dia sudah lancar
membaca apa belum.
Peneliti: Menurut ibu apakah penting bertanya kepada guru mengenai perilaku
anak ibu di sekolah?
Narasumber: Iya sangat penting, karena di rumah sama di sekolah itu berbeda
kalau di rumah anak saya agak susah belajar, sedangkan di sekolah anak saya
lebih mengetahui bagaimana gurunya mengajariny belajar dengan fokus.
Peneliti: Apa saja yang ibu tanyakan jika ibu bertemu dengan guru tersebut?
Narasumber: Masalah belajar saja sih kalu menurut saya, mengenai
perkembangan anak saya, bertanya bagaimana anak saya mengenai kelancaran
membaca dan lain sebagainya.
Narasumber
Dina
BERITA WAWACARA PARA ORANG TUA
Nama : Nita
Wali Murid : Muhammad Rasel
Tmpat Wawancara : Ruang Belajar
Waktu Wawancara : Kamis, 14 Mei 2013, Pukul. 08:26 WIB
Peneliti: Apakah ibu suka mengajarkan kepada anak-anak tentang kebiasaan
berperilaku yang baik?
Narasumber: Iya.
Peneliti: Perilaku apa saja yang suka ibu ajarkan?
Narasumber: Mengajarkan tentang sopan santun kepada orang tua.
Peneliti: Kenapa perilaku seperti itu di ajarkan?
Narasumber: Agar anak saya terbiasa dari sejak dini.
Peneliti: Bagaimana cara ibu mengajarkan kepada anak untuk berperilaku yang
baik?
Narasumber: Dengan cara mengahargai kakaknya bagaimana dia memanggil
kakaknya, dan bagaimana dia memanggil orang tuanya.
Peneliti: Jika anak ibu mempunyai masalah di sekolah, apa yang ibu lakukan?
Narasumber: Saya selalu berkonsultasi denga gurunya.
Peneliti: Pernahkah ibu bertanya kepada guru di sekolah tentang perkembangan
anak ibu?
Narasumber: Iya saya pernah menanyakannya kepada guru.
Peneliti: Jika pernah, seberapa sering ibu menemui guru tersebut?
Narasumber: Biasanya saya menanyakannya kepada guru setelah semester
mengenai perkembangan anak saya.
Peneliti: Menurut ibu apakah penting bertanya kepada guru mengenai perilaku
anak ibu di sekolah?
Narasumber: Iya sangat penting.
Peneliti: Apa saja yang ibu tanyakan jika ibu bertemu dengan guru tersebut?
Narasumber: Mengenai perkembangan anak saya di sekolah, bagaimana dia
bersosialisasi dengan teman- temannya.
Narasumber
Nita
BERITA WAWACARA PARA ORANG TUA
Nama : Santi
Wali Murid : Septa Ananda Priyatna
Tmpat Wawancara : Ruang Belajar
Waktu Wawancara : Kamis, 14 Mei 2013, Pukul. 08:37 WIB
Peneliti: Apakah ibu suka mengajarkan kepada anak-anak tentang kebiasaan
berperilaku yang baik?
Narasumber: Iya, saya selalu mengajarkan kepada anak saya.
Peneliti: Perilaku apa saja yang suka ibu ajarkan?
Narasumber: Mengenai sopan santun, berperilaku yang baik kepada teman-
temannya di sekolah maupun di rumah.
Peneliti: Kenapa perilaku seperti itu di ajarkan?
Narasumber: Supaya anak saya dari sejak dini mengerti bahwa dia harus selalu
berbuat baik kepada temannya dan semua orang.
Peneliti: Bagaimana cara ibu mengajarkan kepada anak untuk berperilaku yang
baik?
Narasumber: Ya, dengan cara menasehatinya.
Peneliti: Jika anak ibu mempunyai masalah di sekolah, apa yang ibu lakukan?
Narasumber: Menanyakannya dan menegur anak saya.
Peneliti: Pernahkah ibu bertanya kepada guru di sekolah tentang perkembangan
anak ibu?
Narasumber: Iya Pernah.
Peneliti: Jika pernah, seberapa sering ibu menemui guru tersebut?
Narasumber: Saya hampir setiap hari bertemu dengan gurunya.
Peneliti: Menurut ibu apakah penting bertanya kepada guru mengenai perilaku
anak ibu di sekolah?
Narasumber: Iya sangat penting.
Peneliti: Apa saja yang ibu tanyakan jika ibu bertemu dengan guru tersebut?
Narasumber: Mengenai perilaku anak saya bagaimana di sekolah, perkembangan
belajarnya juga lebih baik apa kurang baik.
Narasumber
Santi
Hasil Dokumentasi di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi
Tangerang Selatan.
Gambar 1 : Bentuk Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi
Tangerang Selatan.
Gambar 2 : Bentuk Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi
Tangerang Selatan.
Gambar 3 : Bentuk Ruang Perpustakaan Taman Kanak-kanak El-Fikri
Yayasan Kahfi Tangrang Selatan.
Gambar 4 : Bentuk Ruang Penyimpanan Alat Marching Band.
Gambar 5 : Piala Prestasi Murid Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi
Tangerang Selatan.
Gambar 6 : Ruang Belajar Murid.
Gambar 8: Photo bersama guru-guru