POLA PEMBINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
Sistem pemasyarakatan dilaksanakan dalam rangka pembentukan warga binaan
pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan
tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Sistem
Pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan
sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan
diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan
dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Untuk
melaksanakan sistem pemasyarakatan tersebut, diperlukan juga partisipasi atau keikutsertaan
masyarakat, baik dengan mengadakan kerjasama dalam pembinaan maupun dengan sikap
bersedia menerima kembali Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah selesai menjalani
pidananya.
Konsep pembentukan narapidana agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan
tidak mengulangi tindak pidana tergantung kepada sistem pemasyarakatan itu sendiri, karena
didalamnya termasuk mengenai tatanan, arah, dan batas serta cara pembinaan narapidana.
Pemasyarakatan ataupun mengenai pembagian berdasarkan klasifikasi. Adapun tahap-tahap
tersebut dimulai dengan tahap orientasi sampai nantinya kepada tahap integrasi yaitu pembauran
dengan masyarakat. Kemudian mengenai klasifikasi sebagaimana dibahas dalam beberapa
literatur terkait masalah pemidanaan dan kepenjaraan, dalam Sistem Pemasyarakatan dibedakan
maximal security, medium security, dan minimum security. Maximal security adalah bagi
narapidana dalam klasifikasi B-I (narapidana dengan lama pidana diatas satu tahun), recidivis,
atau narapidana yang dianggap berbahaya. Medium security diberikan pada narapidana yang
lebih ringan pidananya atau masuk dalam kategori pidana berat, tetapi telah memperoleh
pembinaan dan menunjukkan tingkah laku yang baik dalam Lembaga Pemasyarakatan,
sedangkan minimum security bagi narapidana yang telah mendapat pembinaan khusus dan
dinyatakan layak untuk mendapat pengawasan ringan.
Pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan yang mencakup kegiatan pengembangan bakat dan keterampilan; kesadaran
beragama; kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kesadaran hukum; kemampuan
meningkatkan ilmu dan pengetahuan; serta keintegrasian diri dengan masyarakat. Keberhasilan
pembinaan narapidana melalui sistem pemasyarakatan yang merupakan tahap akhir dari
bekerjanya sistem peradilan pidana sangat dipengaruhi oleh tahap pemeriksaan pendahuluan
yang dilaksanakan oleh sub-sub sistem peradilan pidana lainnya. Berdasarkan penerapan jenis
kegiatan yang bermanfaat bagi narapidana, sarana dan prasarana yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan Yogyakarta, penerimaan narapidana terhadap sikap petugas dan pelaksanaan
pembinaan berdasarkan sistem pemasyarakatan yang berjalan lancar dapat dikatakan bahwa pola
pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta dapat mewujudkan tujuan
pemidanaan, yaitu tujuan sistem peradilan pidana jangka pendek berupa rehabilitasi dan
resosialisasi narapidana.