KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan portofolio “KONSEP STRES DAN ADAPTASI”.
Portofolio ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir semester III mata kuliah konsep dasar
keperawatan.
Keperawatan dalam era modern ini dituntut untuk berkembang seiring dengan
perkembangan IPTEK. Perawat masa mendatang membutuhkan pengetahuan luas untuk
memberikan perawatan. Untuk memenuhi peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan maka, perawat perlu menjadi pemikir yang kritis, advokat klien, pembuat
keputusan klinis, dan pendidik klien dalam pelayanan keperawatan yang lebih luas.
Portofolio ini berisi tentang pemahaman penulis tentang konsep sters dan
adaptasi, apa itu stress? Dan bagaimana individu mengatasi stressor-stressor yang dapat
mengakibatkan stress dalam hidupnya.
Karena proses penulisan masih jauh dari sempurna, penulis membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 5 januari 2011
Nining Ratnasari
Stress dan Adaptasi | 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 2
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………….. 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………... 5
A. Konsep Tentang Stres……………………………………………………….. 61.1 Definisi Stres……………………………………………………………. 61.2 Macam-macam Stress…………………………………………………... 8
1.3 Sumber Stressor………………………………………………………… 8
1.4 Dampak stressor………………………………………………………... 9
1.5 Model Stres…………………………………………………………….. 10
B. Tahapan Stres……………………………………………………………… 12
C. Konsep Adaptasi…………………………………………………………... 16
D. Respons Terhadap Stres…………………………………………………… 16
E. Manajemen Stres…………………………………………………………... 21
F. Model Konseptual Keperawatan untuk Stres dan Adaptasi……………… 23
BAB III : PEMBAHASAN……………………………………………………….. 24
KESIMPULAN…………………………………………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 30
Stress dan Adaptasi | 2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan hidup pada zaman globalisasi
sekarang ini untuk sesuatu yang lebih baik, menyebabkan setiap individu
berlomba untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya. Namun, tak jarang
sesuatu yang sangat diinginkan itu sulit atau bahkan tidak dapat tercapai
sehingga dapat menyebabkan individu tersebut tertekan hingga menyebabkan
stres. Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada
masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau
biasa disebut dengan koping yang digunakan. Jika masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan tenang dan terhindar
dari stres, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan
baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga
depresi.
Stress tidak hanya menyerang orang tua atau pekerja kantoran, saat ini
stress mulai meluas dan sudah tidak diragukan lagi stress juga telah
menyerang kaula muda, dalam hal ini adalah pelajar. Umumya pelajar
mengalami stress karena factor lingkungan sekolah maupun lingkungan
keluarga. Pelajar umumnya akan mulai merasa tertekan ketika berhubungan
dengan nilai. Untuk mendapatan nilai yang memuaskan, seorang pelajar yakin
dengan menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mendapat nilai UTS atau UAS
yang baik adalah cara yang tepat. Hal tersebut memang tidak sepenuhnya
salah, namun akan menimbulkan stress ketika mereka mulai merasa tertekan
dengan sedemikian banyak hal yang harus mereka pelajari. Stress untuk
pelajar biasanya akan memuncak ketika mendekati ujian akhir atau ujian
nasional.
Stress dan Adaptasi | 3
Sebenarnya banyak sekali pemicu stress ini dan tidak selalu penyebab
stress tersebut sama antara satu individu dengan individu lain, semua ini
tergantung pada individu sendiri bagaimana dia menyikapi dan sejauh apa
pandangannya mengenai masalah yang sedang dihadapinya.
Namun perlu ditekankan disini, stress tidak selamanya membuat orang
menjadi tidak waras sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa.
Karena stress mempunyai beberapa tingkatan. Jadi selama individu tersebut
masih mengalami stress yang ringan, maka individu tersebut hanya akan
sering memikirkannya dan berusaha untuk memecahkan masalah yang
menjadi penyebab stress.
Dalam menyikapi stress, tidak sedikit orang yang mulai mengetahui
bagaimana menghadapi stress itu sendiri. Hal ini menimbulkan sesuatu yang
disebut koping individu. Setip individu memiliki cara untuk menangani
masalah yang menimbulkan stress, tentunya dengan cara yang berbeda.
Adakalanya individu yang berbeda menghadapi masalah yang sama namun
memiliki cara penyelesaian yang sangat berbeda. Hal yang mempengaruhinya
antara lain sistem nilai yang individu itu anut, social budaya, tingkat
pengetahuan dan pendidikan, serta pengalaman individu tersebut terhadap
stress dan penyelesaiannya. Koping yang ada pada diri individu berguna
untuk mengarahkan individu tersebut agar tidak ambil pusing terhadap
masalah tersebut atau bisa juga membuat mereka dapat menemukan solusi
dari masalahnya. Secara umum cara menemukan pemecahan masalah tersebut
bisa dari pengalaman sebelumnya tentang masalah tersebut atau berkonsultasi
dengan sesorang yang dianggap dapat memberikan jalan keluar untuk
masalah yang dihadapinya.
Namun sebagian individu ada yang tidak dapat melakukan adaptasi
atau menemukan koping dari suatu masalah sehingga mereka akan tidak
dapat berbuat apapun selain memikirkan masalahnya. Hal ini dapat
membahayakan individu tersebut karena artinya individu ini pikirannya bisa
terganggu dan mengalami gangguan jiwa.
Stress dan Adaptasi | 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk
ataupun baik, seperti kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahaman
tentang stress dan akibatnya sangatlah penting bagi upaya pengobatan dan
pencegahan stress itu sendiri. Setiap orang mengalami sesuatu yang disebut
stress sepanjang kehidupannya. Masalah stress sering dihubungkan dengan
kehidupan modern dan sepertinya kehidupan modern merupakan sumber
bermacam gangguan stress. Para ahli telah banyak meneliti masalah stress,
terutama yang bertalian dengan situasi dan kondisi hidup.
Stres dapat memberikan stimulus terhadap perkembang dan
pertumbuhan, dan dalam hal ini stress adalah hal positif dan diperlukan.
Namun demikian, terlalu banyak stress dapat menimbulkan gangguan-
gangguan seperti, penyesuaian yang buruk, penyakit fisik dan
ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah. Sejumlah
penelitian yang telah dilakukan menunjukan adanya suatu hubungan antara
peristiwa kehidupan yang menegangkan atau penuh stress dengan berbagai
kelainan fisikdan psikiatrik (Yatkin & Labban, 1992)
Claude Bernand, tahun 1867, adalah satu dari ahli fisiologi pertama
yang mengenali konsekuensi stress. Ia menyatakan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal dapat mengganggu fungsi suatu organnisme
dan hal ini penting bagi organisme untuk mengadaptasi stressor sehingga
organisme tersebut dapat bertahan. Walter Cannon, tahun 1920, menyelidiki
respons fisiologis terhadap rangsangan emosional dan penekanan fungsi
adaptif dari reaksi “melawan atau lari” (fight or flight). Cannon juga
menunjukan bahwa respon ini adalah hasil dari penngaruh emosional pada
tubuh dan bahwa respon selanjutnya adalah adaptif dan fisiologis (Robinson,
1990).
Stress dan Adaptasi | 5
A. KONSEP TENTANG STRES
Stress dan stressor
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban
atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang
dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas
tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan
ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
Stress dapat menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan
dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress
dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan
masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki.
Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor,
stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal.
Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi sakit,
menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau
lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dll ).
1.1 DEFINISI STRES
Pengertian stress akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini
bergantung dengan cara pandang seseorang dalam mendefinisikannya. Ada
beberapa pengertian yang perlu diketahui mahasiswa yaitu,
a. Hans Selye, 1976
Stress adalah rspon tubuh yang sifatnya non-spesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
b. Emanuelsen & Rosenlicht, 1986
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional
terhadap tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan
sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan.
c. Soeharto Heerdjan, 1987
Stress dan Adaptasi | 6
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau
mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri
seseorang
d. Maramis, 1999
Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh
terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,
ketegangan emosi, dan lain-lain”. “Stres adalah segala masalah
atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang
mengganggu keseimbangan kita”
e. Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht
(2000)
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu
di dalam lingkungan tersebut
f. Keliat, B.A., 1999
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat
dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan
penyesuaian.
g. Lazarus & Folkman, 1984
Stres merupakan hubungan antara individu dengan
lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi
kekuatannya dan mengancam kesehatannya.
h. Spilberger (Handoyo,2001)
Stress adalah tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,
misalnya objek-objek dalam lingkungan atau seatu stimulus yang
secara objektif adalah berbahaya.
1.2 Macam-macam Stress
Stress dan Adaptasi | 7
Ditinjau dari penyebabnya, maka stress dibagi menjadi enam macam,
diantaranya :
1. Stress fisik
Stress yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena keadaan
temperature yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising,
sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2. Stress kimiawi
Stress ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat
beracun, asam/basa, factor hormone atau gas dan prinsiipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
3. Stress mikrobiologik
Stress ini disebabkan karena adanya kuman seperti adanya virus,
bakteri atau perasit.
4. Stress fisiologik
Stress yang disebabkan karena ganngguan fungsi organ tubuh
diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan
lain-lain.
5. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
Stress yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses penuaan.
6. Stress psikis atau emosional
Stress yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, social budaya atau factor agama.
1.3 Sumber Stressor
Sumber stressor merupakan asal dari penyebab suatu stress. Tentunya
stressor tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu :
Sumber Stress di Dalam Diri
Umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan
yang berbeda, sebagai contoh, suatu permasalahan yang terjadi yang tidak
sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan
Stress dan Adaptasi | 8
stress. Selain itu proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk
terus -menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan
perkembangan.
Sumber Stress di Dalam Keluarga
Stress ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya
perselisihan. Masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang
berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan menimbulkan suaru
keadaan yang dinamakan stress.
Sumber Stres di Dalam Masyarakat dan Lingkungan
Seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai negatif dan
positif terhadap prilaku masing-masing individu sesuai pemahaman
kelompok dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat
individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan
masyarakat di lingkungan tersebut. Selain itu, perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), menuntut untuk selalu mengikuti
perkembangan zaman membuat sebagian individu berlomba untuk menjadi
yang pertama tahu tentang hal-hal yang baru.
1.4 Dampak stressor
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut Kozier & Erb,
1983 dikutip Keliat B.A., 1999 yaitu:
1. Sifat stressor
Sifat stressor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh
terhadap stressor. Sifat stressor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-
angsur, sifat ini pada seetiap individu dapat berbeda tergantung dari
pemahaman tentang arti stressor.
2. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika
individu tidak siap akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya
marah pada hal-hal yang kecil. Semakin banyak stressor yang dialami
individu, semaki
3. Lama stressor
Stress dan Adaptasi | 9
Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Makin sering
individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam
mengatasi masalah tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi respon tubuh
yang lain.
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu menghadapi
masalah. Jika seorang individu sebelumnya telah memiliki pengalanan
tentang stress dan cara mengatasinya maka akan semakin baik individu
tersebut dalam mengatsi stress di masa sekarang dan yang akan datang.
Dalam artian individu tersebut sedah terlatih atau terbiasa.
5. Tingkat perkembangan
Tiap individu memiliki tingkat perkembangan yang berbeda. Tingkat
perkembangan mempengaruhi respons tubuh di mana, semakin matang
perkembangan individu dalam perkembangannya maka akan semakin baik
individu tersebut dalam mengatasi stresor, demikian pula sebaliknya.
6. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseorang juga mempengaruhi respons terhadap stressor.
Jika seseorang memiliki kepribadian mudah marah atau agresif akan
menunjukan respons yang berbeda dari seseorang yang memiliki
kepribadian penyabar dan tidak mudah tersinggung.
1.5 Model Stres
Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu
tertentu dan memperediksi respon individu tersebut terhadap stresor. Setiap
model menekankan aspek stres yang berbeda. Seorang perawat
menggunkan model stres untuk membantu klien mengatasi respon yang
tidak sehat, non-produktif. Dengan memodifikasi model ini dapat
membantu perawat berespon dalam merawat dengan cara yang menunjukan
individualisasi bagi klien.
Model Stres Berdasarkan Respon
Stress dan Adaptasi | 10
Model berdasarkan respon berkaitan dengan mengkhususkan respon
atau pola respon tertentu yang mungkin menunjukan stresor. Model stres
dari Selye (1976) adalah model berdasarkan respons yang mendefinisikan
stres sebagai respon non-spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang
ditimpakan padanya. Stres ditunjukan oleh reaksi fisiologis spesifik, GAS.
Sehingga respons sesorang terhadap stres benar-benar fisiologis dan tidak
pernah dimodifikasi untuk memungkinkan pengaruh dari kognitif (McNett,
1989). Model stres berdasarkan respons tidak memungkinkan perbedaan
individu dalam pola berespons. Kurang leluasa ini dapat menimbulkan
beberapa kesulitan bagi perawat karena perbedaan individu harus
diidentifikasi dalam fase pengkajian. Namun demikian, mungkin akan
bermanfaat bila menentukan respon fisiologis.
Model Adaptasi
Model adaptasi menunjukan bahwa empat faktor menentukan apakah
suatu situasi adalah menegangkan (Mechanic,1962). Faktor pertama
biasanya bergantung pada pengalaman seseorang dengan stresor serupa,
sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan. Faktor kedua berkenaan dengan
praktik dan norma kelompok sebaya individu. Jika kelompok sebaya
individu tersebut menggangap normal membicarakan tentang stresor
tersebut, hal ini memungkinkan individu untuk berdiskusi tentang sresor
tersebut. Faktor ketiga adalah dampak dari lingkungan sosial dalam
membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stresor. Faktor
keempat mencakup sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stresor.
Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
memahami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak siap
menghadapi situasi yang menegangkan. Dengan menggunakan model ini
dan intervensi yang sesuai, perawat dapat membantu klien dan keluarganya
untuk meningkatkan kesehatandalam semua dimensi kemanusiaan.
Model Berdasarkan Stimulus
Stress dan Adaptasi | 11
Model berdasarkan stimulus berfokus pada karakteristik yang
mengganggu atau disruptif didalam lingkungan. Model berdasarkan
stimulus memfokuskan pada asumsi berikut (McNett, 1989) :
- Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan
perubahan ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang
sama.
- Individu adalah resipien pasif dari stres, dan ersepsi mereka
terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
- Semua orang menpunyai ambang stimulus yang sama, dan
penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.
Seperti halnya pada model berdasarkan respons, model berdasarkan
stimulus tidak memungkinkan untuk perbedaan individudalam persepsi dan
respon terhadap stresor.
Model Berdasarkan Transaksi
Model berdasarkan transaksi memandang individudan lingkungan
dalam hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif (Lazarus &
Folkman, 1984). Model ini yang dikembangkan oleh Lazarus & Folkman,
memandang stresor sebagai respons perseptual indivdu yang berakar dari
proses psikologis dan kognitif. Stres berasal dari hubungan individu dengan
lingkungan. Model ini berfokus pada proses yang terkait dengan stres
seperti penilaian kognitif dan koping (Monsen, Floyd dan Brookman,
1992).
B. Tahapan Stres
Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan seperti :
1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
2. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
Stress dan Adaptasi | 12
3. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; Namun
tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup
yang berlebihan pula.
4. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,
Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
sebagaimana diuraikan pada tahap I mulai menghilang, dan timbul keluhan-
keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari
karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud seperti tidur
yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang
mengalami pengurangan. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh
seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
1. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3. Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).
5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7. Tidak bisa santai.
Stres tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II, maka
individu tersebut akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan
mengganggu, yaitu :
1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”
(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
2. Ketegangan otot semakin terasa.
3. Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
4. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur
(early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur
Stress dan Adaptasi | 13
(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak dapat kembali
tidur (late insomnia).
5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa sempoyongan dan serasa mau
pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
berkurang.
Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri karena keluhan-
keluhan stres tahap III , oleh dokter individu tersebut dinyatakan tidak sakit
karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini
terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa
mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul :
1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2. Aktivitas menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3. Kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate).
4. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
6. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiidak ada semangat dan
kegairahan.
7. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
8. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapatdijelaskan apa
penyebabnya
Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap
V yang ditandai dengan hal-hal berikut :
1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
psychological exhaustion)
Stress dan Adaptasi | 14
2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana.
3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
4. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik
Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik
(panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres
tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :
1. Debaran jantung teramat keras
2. Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)
3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
4. Tidak ada tenaga untuk hal-hal yang ringan
5. Pingsan atau kolaps (collapse)
PROSES TERJADINYA STRES secara FISIOLOGIS
Proses terjadinya stres secar fisiologis (Dadang Hawari, 2002)
C. KONSEP ADAPTASI
Stress dan Adaptasi | 15
Stresor psikososial
Susunan saraf pusat (otak, sistem limbic, sistem transmisi saraf/neurotransmitter)
Kelenjar endokrin (sistem hormonal, kekebalan/imunitas)
depresistrescemas
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah
dalam berespons terhadap stres. Ada banyak bentuk adaptasi, adaptasi
fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian,
mungkin terjadi proses serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi
lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan
internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks,
mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya
dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ;
Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
D. RESPONS TERHADAP STRES
Sebagian besar riset tentang stres berfokus pada respons psikologisatau
emosional dan fisiologis. Ketika terjadi stres seseorang menggunakan energi
fisiologis dan psikologis untuk berespons dan mengadaptasinya. Respons stres
adalah adaptif dan protektif, dan karakteristik dari respons ini adalah hasil dari
respons neuroendokrin yang terintegrasi.
1. Respons Fisiologis
Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946,1976)telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres : Sindrom adaptasi
lokal (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respons dari
jaringan, organ atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit
atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respons pertahanan dari
keseluruhan tubuh terhadap stres.
LAS (Local Adaptation Syndrom)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress.
Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua
system
Stress dan Adaptasi | 16
Respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya.
Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
Respon bersifat restorative.
Contoh LAS, yang diuraikan disini, yaitu
a. Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon
ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma
sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi
kedalam 3 fase :
• fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi,
dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera
dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah
putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler
sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk
ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi
cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan
ditempat cedera.
• Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan
parut.
b. Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi
tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki
ketika bersentuhan dengan benda tajam.
GAS (General Adaptation Syndrom)
GAS adalah respons keseluruhan dari tubuh terhadap stres. GAS
terdiri dari reaksi peringatan, tahap resistensi dan tahap kehabisan tenaga
Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis
“fight or flight” dan reaksi fisiologis. Fase alarm melibatkan pengerahan
Stress dan Adaptasi | 17
mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu
untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula
darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi,
teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung
meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2
dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktifitas hormonal yang luas ini
menyiapkan individu untuk melakukan “respons melawan atau
menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila
stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase
resistensi.
Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi, gejala stress menurun atau
normal tubuh kembali stabil. Individu tersebut berupaya beradaptasi
terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang
rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir
dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang
belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian
terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit
kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan
tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya
tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk
mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada
kematian individu tersebut.
Stress dan Adaptasi | 18
Reaksi alarm
pemulihan
1. Hipotalamus
2. Hipofisis posterior
ADH reabsorpsi air
Pengeluaran urin
3. Hipofisis anterior
ACTH Korteks adrenal
Kortisol glukoneogenesis
Katabolisme Protein
Katabolisme Lemak
Aldosteron reabsorpsi
natrium
reabsorpsi air
pengeluaran urin
eksresi kalium
4. Sistem saraf simpatis dan medulla adrenal
Epinefrin frekuensi jantung
Ambilan O2
Gula darah
Ketajaman mental
norepinefrin aliran darah ke otot skeletal
tekanan darah arterial
5. “melawan atau menghindar”
Sindrom Adaptasi Umum (GAS)
Stress dan Adaptasi | 19
resisten
1. Stabilitas2. Kadar
hormone kembali normal
3. Aktivitas sitem saraf parasimpatis
4. Adaptasi terhadap stres
Kehabisan tenaga
1. Meningkatkan respons fisiologis yang tampak pada reaksi alarm
2. Penurunan kadar energy
3. Penurunan daptasi fisiologis
4. kematian
2. Respons Psikologik
Gangguan atau ancaman yang diakibatkan oleh kondisi stress yang
dialami seseorang dapat mengakibatkan frustasi, ansietas dan ketegangan
(Kline-Leidy, 1990). Perilaku adaptif psikologis menbantu individu untuk
menghadapi stressor. Perilaku ini diaarah kan pada penatalaksaan stress dan
didapatkan melalui pembelajarandan pengalaman sejalan dengan individu
mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan berhasil. Perilaku
adaptasi psikologik dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat.
Perilaku adaptif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas. Perilaku psikologis adaptif :
Perilaku Berorientasi Tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar,
realistik, objektif, rasional. Tiga tipe umum perilaku berorientasi tugas
adalah perilaku menyerang, perilaku menarik diri dan perilaku kompromi.
Mekanisme Pertahanan Ego : pertama kali diuraikan oleh Simund Freud,
adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan
psikologisterhadap peristiwa yang memegangkan. Kadang mekanisme
pertahanan ini menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu
seseorang dalam menghadapi stressor.
E. MANAJEMEN STRES
Stress adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan
dan ancaman dengan respon yang dapat adaptif. Manajemen stress adalah usaha
seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisi klien untuk
mengurangi stress yang terjadi dalam dirinya. Manajemen stress kemungkinan
melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah
pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari
intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung
jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah
Stress dan Adaptasi | 20
perawatan. Untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ketahap yang
paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan
rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh. Selain untuk
menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus
mewaspadai kualitas makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau gula
dapat mengganggu fungsi metabolic tubuh, defisiensi vitamin, mineral, dan
nutrient juga dapat menyebabkan masalah metabolisme. Kebiasaan diet yang
buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat individu mudah
tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.
2. Istirahat dan Tidur
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk
menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong
meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya
menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu seseorang menjadi rileks secara
mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific dalam mempelajari
tehnik relaks sehingga dapat tertidur.
3. Olahraga atau Latihan Teratur
Adalah salah satu cara untuk menungkatkan daya tahan dan kekebalan
fisik dan mental.
4. Berhenti Merokok
Adalah bagian dari cara menanggulangi stress karena dapat meningkatkan
status kesehatan dan mempertahankan pertahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak mengkonsumsi minuman keras
Minuman keras adalah factor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stress.
6. Penurunan Berat Badan
Peningkatan berat badab merupakan salah satu factor yang dapat
menyebabkan timbulnya stress, karena mudah menurunkan daya tahan tubuh
terhadap stress.
7. Pengaturan waktu
Stress dan Adaptasi | 21
Pengaturan waktu dapat dilakukan dengancara menggunakan waktu secar
efektifdan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu.
8. Terapi psikofarmaka
Terapi dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stress yang
dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi
serta stressor psikososial.
9. Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang timbul akibat stress.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknikpsikologis yang disesuaikan
dengan individu. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan
psikoterapi reduktatif . psikoterapi suportif memberikan motivasi agar klien
percaya diri. Psikoterapi reduktatif dilakukan dengan memberikan pendidikan
secara berulang
11. Terapi psikoreligius
Dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan.
F. Model Konseptual Keperawatan untuk Stres dan Adaptasi
TEORI NEUMAN
Betty Neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan
dari konsep holistic dan pendekatan sistem terbuka (Marriner-Tomey, 1994).
Bagi Neuman manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang
dinamis dari fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi
sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia beinteraksi, beradaptasi
dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan sebagai stressor
(Chinn dan Jacobs,1995). Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang
menpengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan
eksternal segala sesuatu yang berpengaruh dari luar diri klien.
Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stressor yang dapat
merusak sistem. Model Neuman mencakup stressor interpersonal, intrapersonal,
dan ekstrapersonal.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan
Stress dan Adaptasi | 22
kelompokdalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal
(Neuman dan Young, 1972). Perawatan berfokus pada variable-variabel yang
mempengaruhi respons klien terhadap stressor (Chinn dan Jacobs, 1995).
Tindakan keperawatan terdiri dari pencegahan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal
melalui penetapan prioritas dan dan rencana pengobatan pada gejal-gejala yang
tampak. Sedangkan pencegahan tersier berfokus pada adaptasi kembali.
TEORI ROY
Teori adaptasi Suster Calista Roy memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Sesuai model Roy, tujuan keperawatan adalah membantu seseorang
untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan hubungan interdependensi selama sehat sakit (Marriner dan
Tomey,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul, ketika klien tidak dapat
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh
individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran social
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Stress dan Adaptasi | 23
BAB III
PEMBAHASAN
Dari uraian teori diatas tentang stress dan adaptasi, saya sedikit menjabarkan
stress sebagai suatu kondisi yang pasti akan atau pernah dialami oleh makhluk
hidup di dunia (tidak dapat dihindari). Para ahli mendefinisikan stress dari banyak
sudut pandang, namun pada intinya stress dimaknai sebagai suatu kondisi tertekan,
menggangu keseimbangan tubuh, jiwa dan perilaku seseorang. Namun, saya tidak
sepenuhnya memandang stress sebagai kondisi yang menghasilkan dampak
negative untuk individu, stress juga dapat menunjukan dampak yang positif,
misalnya, ujian. Ujian pada beberapa orang diartikan sebagai ajang pembuktian
kemampuan diri, sehingga mereka berlomba-lomba belajar untuk mendapatkan
nilai yang maksimal.
Penyebab stress sendiri sangatlah banyak dan bervariasi segala sesuatu dapat
menjadi penyebab stress (stresor), hal ini bergantung pada individu itu sendiri
dalam memaknai suatu kondisi yang dialaminya, apakah kondisi itu potensial untuk
menimbulkan stress atau hanya suatu kondisi yang umum terjadi dan wajar.
Penyebab stress yang paling dapat dirasakan adalah stress karena factor
lingkungan. Lingkungan dapat menimbulkan banyak sekali stress, misalnya, stress
yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan sekitar (social, budaya, masyarakat
dan lain-lain).
Pemahaman tentang mekanisme, tahapan dan cara penyelesaian stress
sangatlah penting bagi perawat, dengan memahami tahapan-tahapan stress akan
membantu klien untuk memotong “stress strain”, sehingga tidak timbul kondisi
stress yang berkepanjangan yang dapat berujung pada depresi hingga gangguan
jiwa.
Namun, perlu digaris bawahi bahwa kebutuhan, respons dan ketahanan klien
dalam menghadapi kondisi yang dianggap sebagai kondisi stress berbeda-beda.
Setiap klien dapat saja menunjukan perilaku yang berbeda pada kondisi dan
stressor yang sama. Untuk itu penting bagi perawat untuk memahami betul respon
klien yang mungkin ditunjukan saat kondisi stress hadir.
Stress dan Adaptasi | 24
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, seorang perawat diharapkan dapat
menjadi pendorong semangat bagi klien yang sedang berhadapan dengan kondisi
tertekan. Karena peran perawat sangat sentral untuk rehabilitasi, perawat harus tahu
seorang klien sedang berada pada tahap stress yang bagaimana dan bagaimana cara
mereduksi keadaan stress klien tersebut. Selain itu, perawat dapat membantu klien
untuk beradaptasi pada keadaan stress tersebut. Respon adaptasi klien dapat
berbeda untuk masing-masing klien, karena itu perlu dipilihkan tindakan
keperawatan yang sesuai untuk menunjang proses adaptasi klien.
Respons adaptasi klien seperti yang telah dijabarkan ada dua, respons
fisiologis dan respons psikologis. Dalam respon fisiologis itu sendiri dikenal dua
istilah yaitu LAS dan GAS. LAS adalah respons dari jaringan, organ atau bagian
tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya.
GAS adalah respons pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. LAS
merupakan respons tubuh yang terjadi hanya pada tempat-tempat tertentu, tidak
mencakup keseluruhan, misaalnya, pembekuan darah, penyembuhan luka,
akomodasi mata dan respon terhadap tekanan. Sedangkan GAS merupakan respon
keseluruhan tubuh terhadap keberadaan stresor, umunya melibatkan sistem
hormonal dan endokrin. Pada penetaan tentang sindron adaptasi umum (GAS),
terlihat bahwa fase pertama yang harus dilewati oleh individu adalah reaksi
peringatan, tubuh akan memberikan peringatan berupa tanda-tanda fisik meliputi
curah jantung meningkat, sirkulasi darah cepat, meningkatkan denyut nadi,
ketegangan otot. Pada saat yang bersamaan terjadi juga pelemahan daya tahan
tubuh.
Jikia kondisi tersebut berlanjut, maka akan berkembang pada tahap resisten.
Dalam tahap ini, individu akan mencoba berbagai macam cara untuk menghadapi
stresor. Selanjutnya jika stres teratasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan, namun
jika stresor menetap, individu tersebut akan memasuki tahap ke tiga yaitu tahap
kelelahan. Energi penyesuaian terkuras, tubuh membutuhkan energi tambahan
(melebihi kemampuan tubuh untuk memproduksinya) , namun tidak
mendapatkannya dari berbagai sumber untuk penyesuaian. Maka akan muncul
gejala-gejala penyakit serius.
Stress dan Adaptasi | 25
Dalam keperawatan, akan dipelajari tentang stres dan adaptasinya.
Prosesnya dimulai dari pengkajian, perawat mengkaji reaksi klien terhadap stres.
Tahap selanjutnya adalah diagnosa keperawatan, disilah akan dianalisis
kemungkinan etiologi masalah. Disini diperlikan ketepatan analisa penyebab
diagnosa keperawatan tersebut, karena jika salah akan membuat kesalahan
intervensi keperawatan. Selanjutnya perencanaan, rencana keperawatan dibuat
secara individual sesuai dengan persepsi klien tentang stresor dan responsnya
terhadap stres. Implementasi, dipandang sebagai aktivitas peningkatan kesehatan,
disinilah perencanaan yang sebelumnya telah dibuat di laksanakan. Evaluasi, pada
tahap ini dinilai apakah proses keperawatan berjalan dengan baik. Pencapaian
tujuan keperawatan adalah menunjukan perilaku mereduksi stres.
Pembahasan Teori
Faktor pembanding Teori Neuman Teori Roy
Konsep manusia manusia sebagai gabungan
dari konsep holistik dan
pendekatan sistem terbuka.
diartikan sebagai sistem
adaptif.
Tujuan keperawatan membantu individu,
keluarga dan kelompok
mempertahankan kesehatan
optimal
tujuan keperawatan adalah
untuk membantu klien
beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi
Fokus perawatan Berfokus pada variabel-
variabel yang
mempengaruhi respon
klien terhadap stresor
Berfokus pada pemenuhan
kebutuhan klien yang tidak
dapat klien penuhi sendiri.
Stress dan Adaptasi | 26
Pengalaman Pribadi
Setiap orang pernah merasakan bagaimana stres itu? Seperti apa rasanya
stres? Kondisi yang bagaimana yang dapai menimbulkan stres? Dampak yang
bagaimana akan terjadi pada setiap orang yang mengalami stres? Tentunya setiap
orang akan menunjukan reaksi ketika dirinya terpapar oleh stresor, tidak terkecuali
saya. Status saya sebagai seorang mahasiswa tentu tidak membebaskan saya dari
yang namanya stres. Justru memperbesar kemungkinan kondisi stres itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang mahasiswa yang tugas utamanya
adalah belajar, saya sering merasa tertekan ketika tugas-tugas yang diberikan dosen
mulai menumpuk dan mendekati dateline. Tugas-tugas itu bagi saya adalah stresor,
tidak jarang saya berhasil mengatasi stresor itu, hal ini tentunya dikarenakan
pengalaman saya sebagai pelajar sebelumnya.
Terkadang stresor itu dapat menimbulkan perubahan sementara dalam diri
saya, seperti sakit kepala, detak jantung meningkat, berkeringat, gangguan tidur,
mudah marah/tersinggung, kecemasan dan lain-lain. Tetapi gejala-gejala yang
demikian akan menghilang seiring dengan teratasinya stresor.
Terlepas dari status saya ssebagai mahasiswa, dan memasuki status saya
yang lain sebagai bagian dari sebuah keluarga. Tidak juga membuat saya tidak
mengalami stres. Begitu banyak tuntutan dari keluarga yang mewajibkan saya
melakukan hal yang menurut keluarga adalah hal yang benar, tanpa mereka
mananyakan apakah saya setuju mengenai hal tersebut. Namun demikian, muncul
suatu kewajiban dalam diri saya untuk menyelesaikan apa yang keluarga saya
minta, walaupun untuk menyelesaikan itu saya menekan ego saya pribadi. Kondisi
seperti ini, sangat menimbulkan tekanan bagi saya, terutama atas apa yang saya
usahakan itu menemukan jalan buntu. Saya sering berfikir bahwa keluarga saya
akan beranggapan kalau saya tidak manpu, tidak sanggup menjadi seperti apa yang
mereka harapkan. Kondisi seperti ini juga akan menimbulkan suatu kondisi stres
bagi saya, tak jarang saya akan berusaha lebuh keras lagi untuk mencapai hal
tersebut.
Stress dan Adaptasi | 27
Ada saatnya, ketika saya mulai merasakan stres berlebihan, saya cenderung
untuk berhenti sejenak dari beraktivitas dan mulai melakukan hal-hal yang bisa
membuat saya relaks. Seperti jalan-jalan keluar rumah, mendengarkan musik atau
sejenak berbincang dengan rekan-rekan sejawat atau saya juga mulai berdiskusi
tentang hal-hal yang berkaitan tentang stres tersebut kepada keluarga. Biasanya
setelah mulai merasakan relaks, saya bisa beraktivitas seperti semula, dan mulai
mengidentifikasi car-cara yang dapat dilaikukan untuk menyelesaikan masalah
yang saya hadapi.
Stress dan Adaptasi | 28
BAB IV
KESIMPULAN
1. Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan karena itu suatu pendekatan
keperawatan terhadap klien harus mencakup aspek yang holistic tersebut.
2. Individu secara terus-menerus dituntut untuk beradaptasi terhadap perubahan
kondisi baik fisik maupun psikologis yang mungkin saja menempatkannya pada
kondisi yang dapat menimbukan stres.
3. Stress adalah manusiawi, karena stress dapat dialami oleh siapa saja dan dalam
kondisi yang berbeda tanpa pandang buluh..
4. Sumber stressor yang utama berasal dari factor internal dan eksternal.
5. Berat tidaknya suatu kondisi stress, berhubungan dengan respons klien terhadap
stress yang dialaminya.
6. Sindrom adaptasi local mencakup beberapa respons spesifik terhadap stress,
termasuk respons reflex nyeri dan respons inflamasi.
7. Sindrom adaptasi umum mencakup respons fisiologis multisystem terhadap
stress.
8. Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan
stress, hal ini berhubungan dengan hakikat stress dan ketahanan individu.
9. Mekanisme adaptasi klien merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas
emosional, menguasai lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan hidup,
dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit.
10. Tidak semua stress berdampak negative, sebagian stress dapat memberikan
dampak positif.
11. Cara yang paling umum dan sederhana dalam menghadapi stress adalah
menyediakan cukup waktu untuk istirahat atau tidur.
12. Dalam mekanisme penyelesaian stress, dipengaruhi oleh pendidikan,
laterbelakang budaya, sosiokultural dan pengalaman individu menghadapi
stressor sejenis.
13. Stress yang berkepanjangan dapat menurunkan kemampuan untuk beradaptasi
terhadap stress yang menpengaruhi seseorang.
Stress dan Adaptasi | 29
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Fundamental Keperawatan Perry and Potter. Alih Bahasa oleh Yasmin Asih
dkk. 2005. Jakarta : EGC
Sulistiawati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan dan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
Maramis, Willy F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga Universiti
Press.
Stress dan Adaptasi | 30
Recommended