80
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
BAB V
INVENTARISASI POTENSI SUMBER DAYA MINERAL
V.1 KLASIFIKASI BAHAN GALIAN/TAMBANG
Bahan galian adalah segala unsur kimia, mineral, dan
segala macam batuan yang merupakan endapan alam, baik yang
berbentuk padat, cair, atau gas, yang dalam bentuk aslinya dapat
diambil atau ditambang untuk keperluan kelangsungan hidup
manusia (Sukandarrumidi,1999).
Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksud pada pasal 2 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
kegiatan usaha pertambangan Mineral dan batubara
dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang,
yaitu :
a. Mineral radioaktif
b. Mineral logam
c. Mineral bukan logam
d. Batuan
e. Batubara
81
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
V. 2 POTENSI SUMBER DAYA MINERAL KEC. PITU RIASE
Hasil Pemetaan dan Penyelidikan di Kecamatan Pitu Riase,
Kabupaten Sidrap, dijumpai komoditas tambang berupa :
1. Mineral Logam
2. Batuan dan Mineral Bukan Logam
V.2.1 Mineral Logam
Indikasi mineral logam yang terdapat di daerah penelitian,
meliputi :
V.2.1.1 Mangan
Mangan merupakan bahan tambang/baku yang
cukup strategis peranannya dalam Bidang industri logam/baja,
elektronik, automotive, rumah tangga dan berbagai kegunaan lain,
baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan baku
tambahan/accessories.
Pembentukannya di alam berhubungan dengan proses
hidrotermal, sedimen dan konsentrasi residu dan metamorfosa.
Karenanya, dalam rangka pencarian posisi jebakannya, mutlak
diperlukan pemahaman kondisi geologi yang dapat membentuk
ke-4 (ke-empat) proses tersebut. Keterdapatan Mangan di
Kabupaten Sidrap ditemukan di Desa Dengeng-Dengeng Desa
Buntu Buangin dan Desa Leppangeng Kecamatan Pitu Riase.
82
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
V.2.1.1.1 Mangan di Desa Dengeng-Dengeng Desa Buntu Buangin Kec. Pitu Riase
Hasil penyelidikan bahan galian mangan di Dusun III
Rante Biru Desa Dengeng-Dengeng Desa Buntu Buangin Kec.
Pitu Riase berwarna abu-abu kecoklatan, abu-abu kehitaman,
coklat kemerahan, coklat kehitaman sampai hitam, mengkilap dan
mineralisasi logam, fresh dan setempat melapuk, sebagian cerat
karbon, singkapan yang terukur berukuran ( 40 cn x 50 cm 5 m
x 5 m), dengan ketebalan 30 cm 2 m, tersingkap baik pada
elevasi 68,4 mdpl. 77 m dpl, 120 mdpl, berselingan dengan serpih
pada bagian atas dan bawahnya, serta kontak dengan
batugamping dan napal (Foto 5.1).
Foto 5.1 Kenampakan Bahan Galian Mangan di Desa Buntu
Buangin
83
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
Di sekitar Sungai Mario dominan dijumpai hancuran-
hancuran batuan dan breksiasi dengan komposisi fragmen dan
matriks berupa basal dan mangan, sehingga pada tempat tertentu
dijumpai mangan bersifat ironmanganese (foto 5.2).
Foto 5.2 Kenampakan Bahan Galian Mangan di Salo Mario Desa
Buntu Buangin
Lahan dimana bahan galian mangan dijumpai telah
dimanfaatkan sebagai sarana pemukiman, umumnya resources
yang berada dekat dengan jalan poros jalan Desa Buntu Buangin
Dengeng-Dengeng sebagai tempat konsentrasi pemukiman
penduduk setempat. Selain sebagai lahan pemukiman, bahan
galian mangan umumnya berada dalam kawasan perkebunan
cokelat, durian, pisang (kebun campuran) dan tanaman lainnya,
kecuali bahan galian mangan yang tersingkap di Sungai Mario.
84
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
V.2.1.1.2 Mangan di Desa Leppangeng Kec. Pitu Riase
Hasil penyelidikan bahan galian mangan di Dusun
Lengke Desa Leppangeng Kec. Pitu Riase berwarna coklat
kerahmerahan coklat kehitaman sampai hitam, sedikit
mengkilap/vitreus mengkilap dan mineralisasi logam, fresh dan
setempat melapuk, sebagian cerat karbon, singkapan yang terukur
berukuran (40 cm x 50 cm 5 m x 5 m), dengan ketebalan 30 cm
2 m, tersingkap baik pada elevasi 68,4 mdpl, 77 mdpl, 120 mdpl,
berselingan dengan serpih pada bagian atas dan bawahnya, serta
kontak dengan batugamping dan napal.
Diatas singkapan tersebut tersebar endapan deluvial
batuan breksi yang termineralisasi pada fragmennya tersebar
bintik-bintik coklat kehitaman dan coklat kemerahan berupa
oksida besi manganese dan diduga mineral pirit yang sudah
terubah. Sedangkan pada fragmen batuan yang halus berupa
pasir hingga kerikil serta pada semen (matrik) terlihat mineralisasi
oksida besi/limonitik lebih dominan dan diduga gosan. Pada
beberapa tempat kadang kadang terlihat adanya bintik bintik
berwarna kebiruan dan kehijauan yang diduga azurit dan malakit.
Endapan deluvial tersebut umumnya berwarna merah
kecoklatan hingga coklat kehitaman. Penyebarannya kurang lebih
(100x250) m2 tersingkap pada ketinggan 200 m hingga 280m dpl.
85
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
Pada daerah mineralisasi ini dibuat satu buah paritan sepanjang
25 m dan 4 buah sumur uji (foto 5.3).
Foto 5.3 Parit Uji menunjukkan penyebaran deluvial gossan
secara vertikal
Model Endapan Mineralisasi yang terdapat
kemungkinan berupa gossan yang mengandung oksida besi
manganese, pada daerah ini terindikasi adanya dua sesar yang
diduga sangat berperan dalam pembentukan mineralisasi gossan
pada daerah ini. Selain itu juga adanya intrusi batuan beku yang
bekerja di daerah penyelidikan diduga berpengaruh terjadinya
pembentukan mineral ini.
Oksida besi manganese yang berupa bongkah-
bongkah ini diduga terbentuk akibat proses pelapukan/oksidasi
residual dari mineral mineral mafik yang terkandung dalam tufa
86
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
andesitik-dasitik (host rock) yang berkomposisi besi- magnesium -
aluminium silika.
Pada proses pelapukan ini terjadi akibat fluktuasi
permukaan air tanah naik, proses ini garam-garam besi yang larut
dalam air tanah diubah menjadi besi fero hidroksida. Kemudian
saat musim kemarau terjadi penurunan air tanah, sehingga besi
feri hidroksida tertinggal dipermukaan, kemudian bereaksi dengan
oksigen dari udara dan air permukaan, pada saat tersebut fero
hidroksida dirubah menjadi feri hidroksida yang lebih stabil, yaitu
limonit yang umumnya berwarna coklat kekuningan dan
mengendap di permukaan.
Penyebaran horizontal relatif luas hingga ratusan
hektar, namun sebagian besar berada dalam kawasan hutan
lindung. Hasil analisa dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG) luas penyebaran endapan tersebut lebih kurang
100 Ha, sehingga volume endapan dapat mencapai 100 Ha x
10000 M2 x 10 M = 10.000.000 M2 atau 20.000.000 Ton.
V.2.1.2 Mineral Sulfida (Emas dmp)
Pemetaan dan penyelidikan geologi di Kecamatan Pitu
Riase mengindikasikan adanya mineral sulfida (Au, Cu, Ag) Daerah
Lengke, Dusun Leppangeng Desa Compong.
87
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
Satuan Batuan yang dijumpai di daerah penyelidikan terdiri
atas Kompleks Metamorf Fr. Latimojong, Batuan Vulkanik dan
intrusi Batuan Beku. Kompleks Batuan Fr. Latimojong (TKL)
merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan yang diduga
terbentuk pada Kapur (Djuri dan Sudjatmiko, 1974) yang terdiri
atas : serpih terubah, rijang, fillit, kwarsit, breksi terkersikkan,
dan batusabak dan intrusi batuan beku.
Pembentukan alterasi hidrotermal daerah penelitian terjadi
menjelang akhir dari intrusi monzonit porfiri, dimana larutan
magma sisa yang banyak mengandung konsentrasi unsur-unsur
logam, sulfur dan volatil lainnya akan bersifat lebih encer seiring
dengan semakin menurunnya temperatur, akibat adanya tekanan
gas dalam larutan menyebabkan magma sisa tersebut terinjeksi ke
permukaan melalui rekahan-rekahan batuan yang ada (Foto 5.4
dan foto 5.5), baik pada tubuh intrusi yang telah mengalami
pembekuan terlebih dahulu (monzonit porfiri) maupun pada
batuan samping (Andesit).
Selama injeksi berlangsung, diikuti oleh terjadinya
pelepasan volatil dari larutan magma tersebut dan berdifusi
melalui zona rekahan ini. Perbedaan temperatur antara larutan
magma dengan batuan yang dilaluinya, menyebabkan terjadinya
perubahan metasomatis pada batuan disekitarnya. Pada
kedalaman tertentu saat larutan magma semakin mendekati ke
88
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
permukaan, larutan pijar tersebut akan bereaksi dengan air
meteorik atau air tanah seiring dengan semakin menurunnya
temperatur secara tajam.
Foto 5.4 Kenampakan lapangan satuan monzonit Porfiri yang
mengalami alterasi.
Foto 5.5 Kenampakan urat-urat kuasa termineralisasi sebagai
pembawa unsur mineral.
89
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
Interaksi antara larutan tersebut akan menimbulkan sistem
konveksi air tanah yang terkandung dalam tubuh intrusi maupun
pada batuan samping dan selanjutnya akan membentuk urutan
zona alterasi dan mineralisasi pada daerah ini. Indikasi ini dapat
teramati dari penyebaran lateral urutan zona alterasi yang
cenderung berbentuk circular yang berpusat pada tubuh intrusi
monzonit porfiri.
Foto 5.6 Proses Dulang di sungai aktif untuk meneliti
kandungan mineral berat/logam (Mineral sulfida dmp)
Dari hasil analisa laboratorium menunjukkan adanya
indikasi mineral logam sulfida (Au Dmp) dengan kualitas Zn dan
Pb cukup menonjol dibandingkan dengan unsur lainnya, sehingga
menarik untuk ditindaklanjuti pada penyelidikan lebih detail.
90
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
V.2.1.3 Batuan Dan Mineral bukan Logam
Bahan galian yang dijumpai di daerah penelitian
berupa bahan galian batuan dan mineral bukan logam yang dari
segi pemanfaatannya termasuk dalam bahan galian bangunan.
Bahan galian yang terdapat pada daerah penelitian yaitu endapan
pasir batu (sirtu).
Sirtu merupakan endapan sungai yang tidak
terkonsolidasi, dimana material-material penyusunnya berasal
dari hasil rombakan batuan-batuan yang lebih tua yang telah
mengalami transportasi dan tersedimentasi di sepanjang aliran
sungai (Sukandarrumidi, 1999).
Foto 5.7 Endapan bahan galian pasir batu (sirtu) dalam bentuk Stock pile pada daerah aliran Salo Bila.
91
Pemetaan Geologi dan Inventarisasi Potensi SDA (Mineral) Kab. Sidrap 2013
Keterdapatan bahan galian ini sangat melimpah dan
tersebar di sepanjang aliran Salo Bila yang merupakan material
rombakan dari hulu sungai. Kenampakan fisik bahan galian
batuan yang terdapat pada daerah penelitian terdiri dari material
yang berukuran pasir (4 16 mm), kerikil, kerakal, dan bongkah
(Foto 5.7). Bentuk butir umumnya membulat sampai membulat
tanggung dan berwana abu-abu sampai kehitaman.
Bahan galian jenis ini telah di tambang oleh penduduk
setempat (Foto 5.8). Pemanfaatan bahan galian ini digunakan oleh
para penduduk di sekitar daerah terdapatnya bahan galian
tersebut sebagai bahan bangunan dan sebagai bahan pengerasan
jalan, dan sebagian kecil ada juga yang dipasarkan keluar daerah
seperti ke daerah sekitar Kab. Sidrap.
Foto 5.8 Kegiatan penambangan batuan dan mineral bukan logam
di Salo Bila, kec. Pitu Riase.