Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 123
POTENSI SITU TUNGGILIS SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA
DI KABUPATEN BOGOR
Tun Susdiyanti 1, Ratna Sari Hasibuan 2 Ayu Puspa Ariany3
1, 2,3Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa Bogor.
Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 4 Cimanggu Bogor Telp. (0251) 8340217
1Email : [email protected]
2Email : [email protected]
ABSTRAK
Situ Tunggilis merupakan salah satu lahan basah yang memiliki luas 35 Ha, keberadaannya sangat
penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat sekitar khususnya dibidang irigasi dan perikanan.
Salah satu upaya pemanfaatannya adalah dengan menjadikannya sebagai kawasan wisata. Penelitian
ini bertujuan menganalisis potensi dan alternatif strategi dalam perencanaan Situ Tunggilis sebagai
kawasan ekowisata di Kabupaten Bogor. Penelitian berupa penelitian survei dengan wawancara
mendalam dan FGD kepada masyarakat, pengunjung dan pengelola. Pengambilan responden secara
purposive sampling. Metode penelitian didasarkan pada pedoman Penilaian Objek Daya Tarik
Wisata Alam (ODTWA) dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan Situ Tunggilis layak dan
memiliki peluang yang prospektif dijadikan kawasan ekowisata.
Kata kunci: Potensi, ekowisata, Situ Tunggilis, Kabupaten Bogor
PENDAHULUAN
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap alam,
pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kesadaran lingkungan, bukan hanya sekedar wisata alam
belaka. Ekowisata bisa diartikan juga sebagai perjalanan yang bertanggungjawab ke daerah-daerah
alami yang melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan masyarakat setempat, melibatkan
interpretasi serta pendidikan lingkungan hidup [1].
Situ Tunggilis adalah satu dari 93 situ yang berada di Kabupaten Bogor yang secara
administratif terletak di Kampung Tungilis, Desa Setu Sari, Kecamatan Cileungsi. Sebelah utara Situ
Tunggilis berbatasan dengan Desa Gandoang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cipeucang,
sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mampir sementara sebelah Selatan berbatasan dengan
kampung Empu. Situ Tunggilis merupakan aset pemerintah daerah yang dimiliki oleh Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang masuk dalam rencana optimalisasi oleh Pemerintah Pusat
melalui kementrian Pekerjaan Umum. Situ Tunggilis merupakan danau alami yang mengalami
pelebaran luas karena adanya normalisasi danau dengan pengerukan pasir pada tahun 1987. Luas
Situ Tunggilis kini mencapai 35 Ha dan keberadaannya sangat penting untuk keberlangsungan hidup
masyarakat sekitar khususnya dibidang irigasi dan perikanan. Bagian ujung Situ dijadikan sebagai
lokasi tambak Ikan Lele sementara sebagian masyarakat memancing ikan dan menjala kerang-
kerangan untuk dikonsumsi ataupun dijual sebagai mata pencaharian.
Untuk mempertahankan keberadaan Situ Tungilis sebagai salah satu lahan basah, perlu
dilakukan upaya pengelolaan dan pemanfaatan. Salah satu upaya pemnfaatannya adalah dengan
menjadikannya sebagai tempat wisata. Untuk menjaga pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan
ekosistem terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta menyatu dengan pembangunan,
adapun kegiatannya adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pegawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari dimana diantaranya
adalah dengan mengembangkan wisata di kawasan konservasi perairan [2, 3].
Sejalan dengan rencana pemerintah daerah Kabupaten Bogor untuk melakukan optimalisasi
Situ Tunggilis diperlukan pengetahuan tentang potensi situ agar dalam pemanfatannya tidak
124 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
menimbulkan masalah antar kepentingan ekologis dan kepentingan sosial ekonomi masyarakat.
Sehingga konsep wisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah
keseimbangan dan kelestarian sesuai tujuan konservasi alam dan pembangunan ekonomi masyarakat
lokal dapat berjalan dengan baik. Untuk itu dalam mengakomodasikan kebutuhan wisata dengan
meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat diperlukan perencanaan yang
diawali dengan mengidentifikai potensi wisata yang dapat dipadukan dengan faktor ekologis,
pengunjung serta masyarakat yang dapat mendukung usaha konservasi sumberdaya alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Melalui perencanaan kegiatan ekowisata fungsi Situ
Tunggilis tidak hanya sebagai daerah tangkapan air ataupun pengendali banjir, namun berfungsi juga
sebagai daerah konservasi, wisata, pusat atraksi kreatif dan ruang publik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Situ Tunggilis, Desa Setu Sari Kecamatan Cileungsi Kabupaten
Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2017. Penelitian didesain dengan pendekatan
qualitative dan quantitative, dengan menggunakan mixed method. Pengumpulan data kualitatif
dilakukan melalui; (1) indepth interview (2) Focus Group Discusion (FGD) terhadap pengunjung,
masyarakat dan pengelola. Analisis data dilakukan secara deskriptif, mengacu pada Pedoman
Analisis Daerah Operasi dan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) dan analisis SWOT
[4,5,6]. Analisis Daerah Operasi dan Objek dan Daya Tarik Wisata ( ODTWA) mencakup indikator:
daya tarik, aksesibilitas, akomodasi dan sarana prasarana pengunjung, dengan nilai Indeks kelayakan
obyek wisata alam sebagai berikut:
-Tingkat kelayakan 33,3 - 66,6%:belum layak dikembangkan
- Tingkat kelayakan < 33,3%:tidak layak dikembangkan
- Tingkat kelayakan > 66,6% :layak dikembangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Potensi Situ Tunggilis
Hasil penelitian menunjukkan penilaian ODTWA di Situ Tunggilis meliputi empat kriteria
yaitu, daya tarik, aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasaranan pada Tabel 1.berikut ini:.
Tabel 1. Hasil Penilaian Potensi ODTWA Situ Tunggilis No Kriteria Skor Skor
maksimal
Indeks
(%)
Keterangan
1 Daya Tarik 900 1080 83.33
Layak
dikembangkan 2 Aksesibilitas 575 600 95.83
3 Akomodasi 90 180 50
4 Sarana Prasarana 300 300 100
Tingkat Kelayakan 82,29 Layak
1.1. Daya tarik situ tunggilis
Daya tarik merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengunjungi dan
melihat secara langsung ke tempat yang memiliki daya tarik yaitu segala sesuatu yang memiliki
keunikan, nilai dan kemudahan berupa keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi kunjungan wisatawan [7]. Penilaian komponen daya tarik ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran atau bentuk-bentuk kegiatan rekreasi sesuai dengan daya tarik yang
memungkinkan datangnya pengujung. Situ Tunggilis memiliki daya tarik yang kuat dengan nilai
indeks sebesar 83.33% untuk menarik wisatawan berkunjung. Daya tarik tersebut dinilai dari
keunikan sumberdaya alam, sumber daya alam yang menonjol, variasi kegiatan wisata yang
dapat dilakukan, kebersihan dan keamanan Situ Tunggilis.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 125
a. Keunikan dan Banyaknnya Sumberdaya Alam yang menonjol
Keunikan diartikan sebagai suatu kombinasi kelangkaan daya tarik yang khas melekat
pada suatu obyek wisata, sedangkan daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan
datangnya pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan Situ Tunggilis memiliki potensi yang
tersembunyi dan tidak banyak diketahui oleh banyak orang, diantaranya adanya beberapa jenis
ikan seperti: ikan mujair (Oreochromis mossambicus), kerang (Pilsbryoconcha exilis) dan tutut
(Pila ampullacea). beberapa jenis burung seperti burung raja udang, kareok, bangau, tekukur
dan burung kacamata. Selain itu diketemukan pula jenis satwa seperti kadal kebun (Mabuya
multifasciata), belalang (Caelifera ) dan kupu-kupu mata biru (Junonia orithya). Pada bagian
sisi belakang Situ tersimpan keindahan dengan pemandangan yang menenangkan. Keunikan
lain yang dimiliki Situ Tunggilis adalah pada sisi kiri berjejer patung-patung yang berdiri
menghiasi situ serta pulau kecil yang merupakan sisa pengerukan yang dilakukan pada tahun
1987. Meskipun patung-patung tersebut bukanlah bagian dari Situ, akan tetapi memiliki daya
tarik tersendiri serta dapat menunjang kegiatan ekowisata.
b. Kegiatan Wisata Alam yang Dapat Dilakukan
Jenis kegiatan wisata alam merupakan kegaitan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh
pengunjung saat berada di kawasan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan yaitu menikmati
keindahan alam, melihat flora dan fauna, tracking, dan pendidikan/penelitian. Sebagian besar
pengunjung melakukan jenis kegiatan di Situ Tunggilis adalah memancing. Pengunjung
biasanya memancing sekaligus menikmati keindahan alam yang ada. Bentangan air dan
potongan pulau menghadirkan landscape yang menarik, ditambah dengan atraksi melempar jala
yang dilakukan nelayan. Kegiatan lain yang dilakukan oleh pengunjung adalah menembak atau
berburu. Kegiatan ini tidak banyak diketahui pengunjung lain yang mengakses sisi depan Situ
Tunggilis dan dilakukan oleh masyarakat setempat yang tinggal di sekitar Tunggilis. Satwa
liar yang biasa menjadi buruan di Situ Tunggilis berasal dari jenis ikan, burung hingga reptil,
antara lain: dari jenis burung seperti raja udang (Alcedines), kareo (Amaurornis phoenicurus),
tekukur (Spilopelia chinensis), bangau (Ciconoa ciconia) dan burung kacamata (Zosterops
palpebrosus). Beberapa pengunjung juga berburu jenis reptil seperti ular dan biawak. Selain itu
Situ Tunggilis akan menjadi salah satu danau besar yang dipertimbangkan untuk menjadi lokasi
lomba Dayung menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) untuk cabang olahraga air. Apabila
hal ini terealisasi maka akan membuka peluang yang nyata bagi daerah sekitar Situ Tunggilis
dalam kegiatan ekowisata.
c. Kebersihan Lokasi Objek Wisata
Meskipun Situ Tunggilis memiliki potensi untuk kawasan ekowista, tetapi sangat
disayangkan kondisi kebersihan yang memprihatinkan. Meskipun tidak dipengaruhi
pencemaran oleh sampah industri dan jauh dari keramaian, tetapi masih adanya vandalisme
berupa sampah berserakan. Sampah di permukaan air berasal dari rumah makan yang berada di
sekitar lokasi memancing, sampah yang terbuang ke air karena tidak adanya fasilitas kebersihan
seperti tempat sampah. Pencemaran lingkungan lain yaitu adanya pencemaran akibat limbah
budidaya tambak. Situ Tunggilis yang dianggap sebagai common property (milik bersama) dan
bersifat terbuka dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai lahan budidaya ikan yang
menggunakan sistem keramba dengan pemberian pakan berupa pelet. Meskipun jumlah tambak
atau keramba tidak terlalu banyak tetapi dapat berpotensi menghasilkan limbah yang pada
jumlah tertentu dapat mengakibatkan sedimentasi berupa penumpukan sisa pakan di dasar
perairan [8].
d. Keamanan Kawasan
Keamanan kawasan ketika berwisata mendorong pengunjung yang datang untuk
menghabiskan waktu lebih lama dan ada kemungkinan akan kembali mengunjungi kawasan
tersebut. Mengacu pada penilaian potensi ODTWA, suatu kawasan wisata dikategorikan aman
apabila tidak ada perambahan ataupun penebangan liar, pencurian di dalam kawasan hingga
longsor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situ Tunggilis termasuk kedalam kategori aman
dari segala ancaman seperti arus berbahaya, penyakit berbahaya juga kepercayaan-kepercayaan
yang mengganggu.
126 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
e. Kenyamanan
Selain keamanan, rasa kenyamanan juga mempengaruhi lamanya pengunjung berada di
lokasi wisata. Situ Tunggilis memiliki udara yang bersih dan sejuk, pada lokasi memancing
masih bebas dari bau dan bebas dari kebisingan serta tidak adanya lalu lintas yang menganggu.
Udara yang besih dan sejuk dikarenakan lokasi memancing berada di bawah pepohonan
meskipun tidak begitu rindang, hal ini akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Potensi
wisata yang menjadi daya tarik Situ Tunggilis seperti pada Gambar 1 berikut ini
Gambar 1. Salah satu potensi wisata Situ Tunggilis
1.2. Aksesibiltas
Aksesibilitas merupakan derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap objek, pelayanan
ataupun lingkungan. Kemudahan tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung,
lingkungan dan fasiltas umum lainnya [9]. Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan nilai
kelayakan aksesibiltas Situ Tunggilis sebesar 95,83%. Aksesibilitas menuju Situ Tunggilis
mudah dijangkau, dapat ditempuh melalui jalan provinsi yang cukup baik dengan jarak tempuh
1-3 jam dalam kondisi lalu lintas normal. Jarak Situ Tunggilis dari Ibukota Kabupaten (Cibinong)
sekitar 33 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat/dua dalam waktu sekitar 1.5 jam,
sedangkan jarak dari Kota Bogor ke Situ Tunggilis sekitar 2 jam dengan jarak tempuh sejauh 55
km via jl. Raya Jonggol – Cileungsi . Sedangkan pada saat akhir pekan jarak tempuh menuju
Situ Tunggilis lebih lama hal ini disebabkan banyaknya truk dan tronton yang melintas di depan
Situ Tunggilis.
1.3. Akomodasi
Akomodasi merupakan segala sesuatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
seseorang ketika berwisata. seperti menginap, makan, minum, mandi dan sebagainya [9]. Hasil
penelitian (Tabel 1) nilai indeks akomodasi Situ Tunggilis sebesar 50%, hal ini disebabkan Situ
Tunggilis tidak memiliki fasilitas akomodasi dalam kawasan dikarenakan merupakan ruang
publik yang belum dikelola. Meskipun demikian beberapa hotel dapat ditemukan dalam jarak
kurang dari 10 m dan dapat menjadi tempat pengunjung untuk menginap. Diantaranya hotel: (1)
hotel pondok mawar; (2) hotel wisata; (3)sinar mutiara hotel; (4) mekarsari indah hotel dan (5)
hotel ganggong 2.
1.4. Sarana prasarana
Sarana prasarana merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana hotel,
restoran, prasarana jalan dan transportasi yang terjangkau berpengaruh terhadap kunjungan
wisatawan. Hasil penelitian (Tabel 1) sarana prasarana Situ Tunggilis sebesar 100%, hal ini
diduga lokasi Situ Tunggilis strategis karena berada diantara Cileungsi dan Jonggol, serta
melewati jalan provinsi. Selain itu banyaknya pemukiman dan perumahan menjadi faktor
penunjang yang dapat ditemukan dalam radius 15 km dari Tunggilis – Cileungsi ataupun
Tunggilis-Jonggol. Angkutan umum menuju Tunggilis hanya dilewati oleh satu trayek nomer 64
dengan rute perjalanan Cileungsi-Cibinong/Citereup. Tarif angkutan disesuaikan dengan jarak
mulai dari Rp 3000 – Rp 10000.
2) Pengembangan Situ Tunggilis
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 127
Berdasarkan Analisis Daerah Operasi dan Objek dan Daya Tarik Wisata ( ODTWA)
mencakup indikator: daya tarik, aksesibilitas, akomodasi dan sarana prasarana pengunjung.
Diperoleh nilai Indeks kelayakan obyek wisata alam Situ Tunggilis sebesar 82,29% atau Situ
Tunggilis layak dikembangkan menjadi kawasan ekowisata.
Sedangkan dari hasil analisis SWOT terhadap faktor internal maupun eksternal sebagai
berikut:
m. Analisis Faktor internal dan eksternal dalam perencanaan ekowisata di Situ Tunggilis
Faktor internal dan eksternal Situ Tunggilis menjadi kawasan ekowisata sebagai berikut ( Tabel 2).
Tabel 2. Faktor Internal dan Eksternal Situ Tunggilis
No Kekuatan (strength) No Kelemahan (weakness)
1
2
3
4
5
Keindahan dan daya tarik Situ Tunggilis
Besarnya minat masyarakat untuk
pengembangan ekowisata di Situ Tunggilis
Banyak potensi yang belum tereksplore
Rencana Pemda merehabilitasi Situ
Tunggilis
Aksesibilitas mudah dijangkau
1
2
3
4
5
Belum ada fasilitas wisata
Konflik ruang dalam budidaya ikan
Adanya masalah persengketaan
tanah di sekitar sempadan situ
Dukungan pemerintah kurang
Pengelolaan belum terbentuk
No Peluang (Oppotunity) No Ancaman (threat)
1
2
3
4
Lokasi strategis
Potensi Tunggilis sebagai objek wisata
olahraga air.
Kebijakan pemerintah daerah dalam
pengembangan sektor wisata situ
Sarana dan prasarana memadai
1
2
3
Persaingan dengan kawasan wisata
populer
Kurangnya minat investor
Pencemaran lingkungan
1. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal (Tabel 2), diperoleh
matrik evaluasi faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
Tabel 3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS) No. Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor
1 Keindahan dan daya tarik Situ Tunggilis 0,10 4 0,4 2 Besarnya minat masyarakat untuk
pengembangan ekowisata di Situ Tunggilis 0,10 3 0,3
3 Banyak potensi yang belum tereksplor 0,10 3 0,3
4 Rencana Pemda untuk rehabilitasi Situ Tunggilis
0,10 4 0,4
5 Aksesibilitas mudah dijangkau 0,10 4 0,4
Total Kekuatan 1,8
No. Kelemahan (weakness) Bobot Rating Skor
1 Belum ada fasilitas wisata 0,10 2 0,2
2 Konflik ruang dalam budidaya ikan 0,10 3 0,3
3 Adanya masalah persengketaan tanah di sekitar sempadan situ
0,10 3 0,3
4 Dukungan pemerintah kurang 0,10 2 0,2
5 Pengelolaan belum terbentuk 0,10 2 0,2
Total Kelemahan 1,0 1,2
Total kekuatan – Total kelemahan = S-W 0,6
2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)
Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS) No. Peluang (Opportunity) Bobot Rating Skor
1 Lokasi strategis 0,17 4 0,68
128 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
2 Potensi Tunggilis sebagai objek wisata
olahraga air. 0,17 3
0,51
3 Kebijakan pemerintah daerah dalam
pengembangan sektor wisata situ 0,13 4 0,52
4 Sarana dan prasarana memadai 0,04 3 0,12
Total Peluang 1,83
No. Ancaman (Threat) Bobot Rating Skor
1 Persaingan dengan kawasan wisata populer 0,17 2 0,34 2 Kurangnya minat investor 0,17 3 0,51
3 Pencemaran lingkungan 0,13 3 0,39
Total 1,0 1,24
Total peluang – Total ancaman = O-T 0,59
Berdasarkan hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai total skor IFAS = 0,6 dan nilai
total skor EFAS =0,59 sehingga diketahui posisi perencanaan ekowisata di Situ Tunggilis berada
pada kuadran I (S-O) yaitu strategi Agresif.
Gambar 1. Posisi Situ Tunggilis pada Kuadran SWOT
Posisi pada kuadran tersebut merupakan startegi situasi yang sangat menguntungkan. Potensi
yang ada tersebut memiliki kekuatan dan peluang, sehingga dapat mengarahkan seluruh potensi
internal keberadaan Situ Tunggilis dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
oriented strategy).Strategi ini termasuk strategi pertumbuhan dengan cara memperluas,
mengembangkan dan meningkatkan strategi pada SO (Strengh Opportunity) [11], diantaranya
meningkatkan potensi Situ Tunggilis yang telah ada dengan menyusun kebijakan pengembangan
sektor wisata dengan bekerjasama melalui berbagai dukungan pemangku kepentingan dalam
pemanfaatan dan pelestarian Situ Tunggilis, sebagai contoh dengan menjadikannya sebagai kawasan
ekowisata.
KESIMPULAN
1. Situ Tunggilis memiliki daya tarik, aksesibilitas, akomodasi dan sarana prasarana yang dapat
menunjang kegiatan wisata, dengan nilai ODTWA sebesar 82,29% atau layak untuk
diirencanakan menjadi kawasan ekowisata.
2. Nilai total skor IFAS = 0,6 dan nilai total skor EFAS = 0,59 berada pada kuadran satu (I)
[(0,6),(0,59)] yaitu Strategi Agresif. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) dengan meningkatkan potensi
Situ Tunggilis dan bekerjasama melalui berbagai dukungan pemangku kepentingan dalam
pemanfaatan dan pelestarian Situ Tunggilis sebagai kawasan ekowisata.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 129
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://lingkunganhidup.co/pengertian-ekowisata-dan-kriterianya (diakses 22 Juli 2017)
[2] Labahi PA dan Udiana IN. 2004. Potensi Ekowisata di Kawasan Konservasi. Buletin ANOA
(Merajut Citra Konservasi). Buletin Edisi IV.BKSDA Sulawesi Tenggara
[3] [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2016. Statistik Daerah Kecamatan
Cileungsi Kabupaten Bogor Tahun 2016. http://bogorkab.bps.go.id. [30 Juni 2017].
[4] Peraturan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. P.01/IV-SET/2012 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam, Rencana Karya Lima Tahun
dan Rencana Karya Tahunan Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam.
[5] Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek Wisata: Aspek Indikator Penilaian. Ekoturisme
Teori dan Praktek. Avenzora (Ed.). Ekoturisme teori dan Praktek. Banda Aceh: BRR NAD-
Nias
[6] Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
[7] http://tribunwisata.com/2017/08/Pengertian dan Contoh Daya Tarik Wisata Budaya, alam,
Buatan, Minat Khusus. (Diakses 5 September 2017).
[8] Simarmata, A. H. 2007. Kajian Keterkaitan antara Kemantapan Cadangan Oksigen dengan
Beban Masukan Bahan Organik di Waduk Ir. H. Juanda Purwakarta Jawa Barat. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Disertasi.
[9] http://id.m.wikipedia.org. Aksesibilitas. (diakses 5 September 2017).
[10] http://pengertian-akomodasi-dalam pariwisata (diakses 5 Seotember 2017)
[11] Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama