Download doc - Presus Alif

Transcript
Page 1: Presus Alif

MAKALAH PRESENTASI KASUS HALUSINASI

Tinjauan Teori Halusinasi

I. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra (Isaacs,

2002). Sedangkan menurut Direja (2011) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia

dalam membedakan rangasanga internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Kien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang

nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang

berbicara.

Menurut Maramis (2005) halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi

dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca

indra tanpa ada rangsangan dari luar.

Menurut Stuart (2007) halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman sensori yang

salah (Stuart, 2007). Beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpukan bahwa halusinasi

adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau

rangsangan yang nyata.. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah

terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang

terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.

II. Jenis

Jenis halusinasi terbagi dalam:

Jenis Halusinasi Prosentase Karakteristik

Pendengaran (auditorik) 70 % Mendengar suara-suara atau kebisingan,

paling sering suara orang. Suara berbentuk

kebisingan yang kurang jelas sampai kata-

kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan

sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang

atau lebih tentang orang yang mengalami

halusinasi.

Penglihatan (Visual) 20 % Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,

gambar geometris, gambar kartun, bayangan

Page 2: Presus Alif

yang rumit atau kompleks, bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti

melihat monster.

Penghidu (olfactory) Membaui bau-bauan tertenru seperti bau

darah, urine atau feces. Umumnya bau-bauan

yang tidak menyenangkan.

Pengecapan (gustatory) Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,

urine atau feces.

Perabaan (tactile) Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa

stimulus yang jelas, Rasa tersetrum listrik

yang datang dari tanah, benda mati atau orang

lain.

Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah

di vena atau arteri, pencernaan makanan atau

pembentukan urine.

Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri

tanpa bergerak

III. Tanda Dan Gejala

Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku

dengan pandangan mata pada satu arah tertentu tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-

tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati

sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang

dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:

1. Tahap 1 : Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi

merupakan suatu kesenangan

Gejala klinis:

a. Data Subjektif

1)Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

2)Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.

Page 3: Presus Alif

3)Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika

kecemasan dikontrol).

b. Data Objektif

1) Menyeriangai, tersenyum sendiri/tertawa tidak sesuai

2) Menggerakkan bibir tanpa bicara/tanpa suara

3) Gerakan mata cepat

4) Bicara lambat

5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2 : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan

rasa antipasti/ bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

a. Data Subjektif

1)Pengalaman sensori menakutkan

2)Mulai merasa kehilangan kontrol

3)Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

4)Menarik diri dari orang lain

5)Non Psikotik

b. Data Objektif

1) Cemas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

2) Konsentrasi menurun, rentang perhatian menyempit

3) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita

3. Tahap 3 : Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak

lagi (halusinasi bersifat mengendalikan)

Gejala klinis:

a. Data Subjektif

1) Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.

2) Isi halusinasi menjadi antraktif

3) Kesepian bila sensori berakhir

4) Psikotik

b. Data Objektif

1) Cenderung mengikuti halusinasi

2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain

Page 4: Presus Alif

3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Tahap 4 : Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi

oleh waham (halusinasi bersifat menaklukkan).

Gejala klinis:

a. Data Subjektif

1) Pengalaman sensori menjadi ancaman

2) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak

diintervensi)

3) Psikotik

b. Data Objektif

1) Perilaku panik

2) Pasien mengikuti halusinasi

3) Tidak mampu mengendalikan diri

4) Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan

5) Tidak mampu mengikuti perintah nyata dan perintah yang kompleks

6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

7) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

IV. Penyebab

Faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

A. Faktor Predisposisi

1. Genetic

Setelah diketahui secara genetik bahwa halusinasi di turunkan melalui kromoson-

kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai

sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen halusinasi ada kromozom no 6

dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15, dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar

identik memiliki kemungkinan mengalami halusinasi sebesar 50% jika salah satunya

mengalami halusinasi sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah

satunya orang tua yang mengalami halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi

maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001).

2. Biologis

Page 5: Presus Alif

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-

penelitian yang berikut

a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan halusinasi. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan

dengan perilaku psikotik.

b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya halusinasi.

c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi

yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan halusinasi kronis,

ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-

mortem).

3. Neuraotransmiter

Halusinasi juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter dopamine

berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine

4. Abnormal perkembangan saraf

5. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi

realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

6. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stres.

B. Faktor Prespitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak

berdaya. Menurut Stuart (2007). faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1. Biologis (mekanisme penghantar listrik yang abnormal)

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi

serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

Page 6: Presus Alif

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

2. Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3. Sumber Koping (proses pengolahan informasi yang berlebih)

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

V. Rentang Respon

Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang

respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika

klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran,

pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu

stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut

adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah

mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami

jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang

diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir / delusi

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten dg pengalaman Reaksi emosi atau Sulit berespon emosi

Prilaku sesuai Prilaku aneh/tidak biasa Prilaku disorganisasi

Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi social

Fase - Fase Halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart &

Laraia membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya.

Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya :

Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien

FASE 1 : Comforting Klien mengalami perasaan seperti ansietas, kesepian, rasa

Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerekan

Page 7: Presus Alif

ansietas sebagai halusinasi menyenangkan

bersalah dan takut mencoba untuk befokus pada pikiran menyengkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani psikotik

bibir tanpa suara mengegerkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat jika Sedang asik sendiri meningkat tanda-tanda sarat otonomi

FASE II : Complementing

ansietas berat halusinasi memberatkan

Pengalaman sensasi menjijikan dan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkan mencba untuk mengambil jaraknya dengan sumber yang dipersepsikan klien mengkin mengalami diperlukan / pengamalan sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan

Ansietas seperti peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit asik dengan penglaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita

FASE III : Controling

ansietas berat

pengalamn sensorsi

menjadi berkuasa

Klen berhenti menghentikan perlawanan terhadap alusinasi dan menyerah pada halusnasinya menjadi menarik, klien mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasinya berhenti psikotik

Kemampuan dikendalikan halusinasi akan lebih ditakuti, kerusakan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik / menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat berkeringat, tremor, tidak mampu memahami peraturan.

FASE IV : Conquering panik

Umumnya menjadi lezat dalam

halusinasinya

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berakhir dari beberapa jam / hari jika intervensi terapeutif psikoti berat.

Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat suicida / nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitas menarik diri katafonici, tidak mampu merespon terhadap pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

VI. Akibat

Page 8: Presus Alif

Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan. Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan

pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

1. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam

2. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

3. Tak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.

4. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan)

5. Wajah tegang, merah

6. Mondar-mandir

7. Mata melotot rahang mengatup

8. Tangan mengepal

9. Keluar keringat banyak

10. Mata merah dan ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung

11. Bicara, senyum dan tersenyum sendiri.

12. Menarik diri dan menghindari orang lain.

13. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.

14. Takut.

VII. Psikopatologi

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (Core Problem)

Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

VIII. Diagnosa Keperawatan

Halusinasi

Page 9: Presus Alif

IX. Intervensi Keperawatan

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

halusinasi

a. Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

b. Tujuan khusus

1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak

mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau

menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau

mengutarakan masalah yang dihadapi.

INTERVENSI RASIO

Bina hubungan saling percaya dengan :

1. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non

verbal.

2. Perkenalkan diri dengan sopan.

3. Tanyakan  nama  lengkap  klien  dan  nama  panggilan 

yang  disukai klien.

4. Jelaskan tujuan pertemuan.

5. Jujur dan menepati janji.

6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

7. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

klien

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk

memperlancar hubungan

interaksi selanjutnya.

2) TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi.

b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

INTERVENSI RASIO

1. Adakan kontak sering dan singkat secara

bertahap.

Kontak sering dan singkat selain

upaya membina hubungan saling

percaya juga dapat memutuskan

Page 10: Presus Alif

2. Observasi  tingkah  laku  klien  terkait  dengan

halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa

stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan

seolah-olah ada teman bicara.

3. Bantu klien mengenal halusinasinya dengan

cara :

a. Jika menemukan klien yang sedang

halusinasi tanyakan apakah ada suara yang

di dengar.

b. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang

dikatakan.

c. Katakan bahwa perawat percaya klien

mendengar suara itu, namun perawat sendiri

tidak mendengarnya (dengan nada sahabat

tanpa menuduh/menghakimi).

d. Katakan pada klien bahwa ada juga klien

lain yang sama seperti dia.

e. Katakan bahwa perawat akan membantu

klien.

4. Diskusikan dengan klien tentang

a. Situasi yang menimbulkan/tidak

menimbulkan halusinasi.

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

(pagi, siang, sore dan malam atau jika

sendiri, jengkel, sedih)

5. Diskusikan dengan klien apa yang  dirasakan 

jika  terjadi  halusinasi (marah, takut, sedih,

tenang) beri kesempatan mengungkapkan

perasaan.

halusinasinya

Mengenal perilaku pada saat

halusinasi timbul memudahkan

perawat dalam melakukan

intervensi

Mengenal halusinasi

memungkinkan klien untuk

menghindari faktor timbulnya

halusinasi.

Dengan mengetahui waktu, isi dan

frekuensi munculnya halusinasi

mempermudah tindakan

keperawatan yang akan dilakukan

perawat.

Mengidentifikasi pengaruh

halusinasi pada klien

Page 11: Presus Alif

3) TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Kriteria evaluasi :

a) Klien   dapat   menyebutkan  tindakan   yang   biasanya     dilakukan untuk

mengendalikan halusinasinya.

b) Klien dapat menyebutkan cara baru.

c) Klien  dapat  memilih  cara  mengatasi  halusinasi  seperti  yang telah

didiskusikan dengan klien.

d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan

halusinasi.

e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

INTERVENSI RASIO

1. Identifikasi  bersama  klien  tindakan   yang  

dilakukan  jika    terjadi halusinasi (tidur, marah,

menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)

2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien,

jika bermanfaat beri pujian.

3. Diskusikan cara untuk memutus/ mengontrol

timbulnya halusinasi :

a. Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada

saat halusinasi muncul.

b. Menemui orang lain atau perawat, teman atau

anggota keluarga yang lain untuk bercakap-

cakap atau mengatakan halusinasi yang

didengar.

c. Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi

tidak sempat muncul.

d. Meminta keluarga/teman/perawat, jika

tampak bicara sendiri.

4. Bantu   klien   memilih   cara   dan   melatih  

cara   untuk  memutus halusinasi secara bertahap,

misalnya dengan :

a. Melakukan ibadah.

Upaya untuk memutus siklus

halusinasi sehingga halusinasi tidak

berlanjut.

Reinforcement dapat mneingkatkan

harga diri klien.

Memberikan alternatif pilihan

untuk mengontrol halusinasi.

Memotivasi dapat meningkatkan

keinginan klien untuk mencoba

memilih salah satu cara untuk

mengendalikan halusinasi dan

Page 12: Presus Alif

b. Membersihkan rumah dan alat-alat rumah

tangga.

c. Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat

(pengajian, gotong royong).

d. Mengikuti kegiatan olah raga di kampung

(jika masih muda).

e. Mencari teman untuk ngobrol.

5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang

telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian

jika berhasil.

6. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas

kelompok, orientasi realita dan stimulasi

persepsi.

dapat meningkatkan harga diri

klien.

Memberi kesempatan kepada klien

untuk mencoba cara yang telah

dipilih.

Stimulasi persepsi dapat

mengurangi perubahan interprestasi

realitas akibat halusinasi.

4) TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol     halusinasinya.

Kriteria evaluasi :

a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.

b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan

halusinasi.

INTERVENSI RASIO

1. Membina  hubungan  saling  percaya  dengan  

menyebutkan   nama, tujuan pertemuan dengan

sopan dan ramah.

2. Anjurkan klien menceritakan halusinasinya

kepada keluarga. Untuk mendapatkan bantuan

keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

3. Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk

memperlancar hubungan interaksi

selanjutnya.

Mengetahui pengetahuan keluarga

tentang halusinasi dan menambah

pengetahuan keluarga cara merawat

anggota keluarga yang mempunyai

masalah halusinasi.

Menambah pemahaman klien

Page 13: Presus Alif

tenang :

a. Pengertian halusinasi

b. Gejala halusinasi yang dialami klien.

c. Cara yang dapat dilakukan klien dan

keluarga untuk memutus halusinasi.

d. Cara merawat anggota keluarga yang

berhalusinasi di rumah, misalnya : beri

kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan

bersama, bepergian bersama.

e. Beri informasi waktu follow up atau kapan

perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak

terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang

lain dan lingkungan.

tentang halusinasi yang dirasakan

5) TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Kriteria evaluasi :

a) Klien  dan  keluarga  dapat  menyebutkan  manfaat,  dosis  dan   efek samping

obat.

b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.

d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.

e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

INTERVENSI RASIO

1. Diskusikan  dengan  klien  dan  keluarga

tentang dosis dan frekuensi serta manfaat

minum obat.

Dengan menyebutkan dosis,

frekuensi dan manfaat obat

diharapkan klien melaksanakan

program pengobatan.

Page 14: Presus Alif

2. Anjurkan  klien  minta  sendiri  obat  pada 

perawat  dan  merasakan manfaatnya.

3. Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter

tentang mafaat dan efek samping obat yang

dirasakan.

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat

tanpa konsultasi dengan dokter.

5. Bantu klien menggunakan obat dengan

prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat,

benar waktunya, benar caranya, benar

pasiennya).

Menilai kemampuan klien dalam

pengobatannya sendiri.

Dengan mengetahui efek samping

klien akan tahu apa yang harus

dilakukan setelah minum obat.

Program pengobatan dapat berjalan

dengan lancar.

Rasional : Dengan mengetahui

prinsip penggunaan obat, maka

kemandirian klien untuk

pengobatan dapat ditingkatkan

secara bertahap. 

Page 15: Presus Alif

Tinjauan Kasus

I. Pengkajian A. Identitas

Nama : Nn.NUmur :22 thJenis Klamin : PerempuanAlamat : Wonokerto, RT : 02 RW : 03 Limpung - BatangPendidikan : SMAPekerjaan :MahasiswaAgama : IslamTgl Masuk : 08 Agustus 2015Dx. Medis : F 203 (Skizofrenia)

B. Identitas Penanggung JawabNama : Tn.SUmur : 53 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiPekerjaan : PNSAlamat : Wonokerto, RT : 02 RW : 03 Limpung - BatangHub. Dengan Klien : Ayah

C. Alasan MasukKeluarga mengatakan sudah 2 bulan klien sering menyendiri, mengurung diri, dan gampang marah

D. Faktor Perdisposisi1.Riwayat Tumbuh Kembang

Klien mengatakan tidak memiliki dan tidak mengalami gangguan tumbuh kembang selama ini.Nn.N tidak pernah mengalami penganiayaan fisik dan kejahatan criminal sebagai pelaku maupun korban

2. Riwayat Perawatan Terdahulu

Klien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

3. Riwayat Perawatan Sekarang

Klien masuk wismaArimbi pada tanggal 13 Agustus 2015, selama di rawat di wisma Arimbi perilaku klien cukup baik, mau diarahkan, ADL dilakukan secara mandiri klien mengatakan sering melihat bayangan wanita yang mengajak dia senyum.

Page 16: Presus Alif

E. Penkajian fisikKeadaan umum : baikTD : 110/70 mmHgRR :24 x/menitTB : 157 cmN : 87 x/menitS : 36°cBB :

F. Penkajian fisikososialGenogram

Keterangan:

: laki-laki : laki-laki meninggal

: perempuan : pasien

: tinggal serumah : perempuan meninggal

G. Pola asuhSejak kecil Nn.N di asuh oleh kedua orang tuanya, bersama dengan kakak laki-lakinya, Nn.N sangat rajin membantu kedua orang tuanya.

H. Konsep diria. Gambaran diri

klien mengatakan puas dengan tubuhnya, ia juga menyukai seluruh bagian tubuhnya, tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai

b. Identitas diriKlien mengatakan dirinya adalah seorang perempuan dan berumur 22 tahun

Page 17: Presus Alif

c. Peran diriKlien mengatakan adalah seorang perempuan dari 2 saudara klien adalah anak kedua, klien juga sangat rajin membantu orang tuanya.

d. Ideal diriKlien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul dengan keluarganya di rumah, dan dapat melakukan aktivitas seperti sebelumnya.

e. Harga diriKlien mengatakan minder dan pemalu dengan teman-temannya dengan keadaanya sekarang klien juga mengatakan takut teman-temannya tidak mau berteman lagi dengan dirinya.

f. Hubungan sosialSebelum sakit, klien lebih senang berkumpul dan pergi jalan-jalan dengan teman-temannya.Hubungan dengan keluarga juga baik namun 2 bulan terakhir ini klien sering menyendiri dan banyak diam tidak mau bicara .Saat di rumah sakit hubungan social pasien mau berbicara jika di tanya, klien lebih banyak diam dan menyendiri.

g. SpiritualSaat di rumah klien mengatakan sering membaca buku-buku agama islam, sering solat dan ikut pengajian , saat di rumah sakit klien jarang solat.

h. Status mental1. Penampilan umum

Klien berpenampilan rapi dan bersih rambut bersih, kukunya bersih, klien juga mengatakan selalu ganti baju setelah mandi.

2. PembicaraanKlien berbicara dengan nada rendah , terkadang malas menjawab pertanyaan dan menolak untuk bercerita, klien juga terlihat komat-kamit sendiri.

3. Aktivitas motorikGerakan tubuh klien lambat dan lesu namun klien mau mengikuti kegiatan dirumah sakit seperti menyapu,mengepel, mencuci piring dan baju, klien juga mampu mengikuti kegiatan TAK dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan dengan benar.

4. Alam perasan Klien tampak sedih dan bingung kenapa dibawa kerumah sakit ini.Klien sedih karena belum dijenguk keluarganya.Klien juga mengatakan malu dengan teman-temannya karena keadaannya saat ini.

5. AfekKlien masih labil terkadang mau bicara dan mau menjawab namun terkadang juga malas untuk bicara dan tidak mau menjawab pertanyaan.

6. Intraksi selama wawancaraKlien kooperatif namun kontak mata kurang , terlihat seperti menatap tajam dan melihat sesuatu dan sering menengok kanan kiri saat di ajak bicara , klien mau menceritakan masalah yang di hadapi.

Page 18: Presus Alif

7. PersepsiKlien mengatakan sering melihat seorang wanita yang mengajak senyum dan klien juga mengatakan tidak bisa tidur karena ada yang menyuruh untuk selalu membuka mata. Suara-suara tersebut terdengar saat dia ingin tidur terutama saat siang hari, pada saat melamun atau sendiri.

8. Proses pikirsaat ditannya klien dapat menangkap pertanyaan dengan cepat, terkadang klien lebih sering larut dalam halisinasinya.

9. Isi pikirKlien merasa lebih senang kumpul dengan teman-temanya walaupun sesekali klien malas untuk beraktifitas dan berbicara.

10. Tingkat kesadaranKesadaran Nn. N composmentis , orientasi waktu , tempat dan orang masih baik. Dan klien juga mengatakn bahwa dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya berada di rumah sakit jiwa.

11. MemoriKlien mudah mengingat apa yang baru di kenal, klien juga masih mengingat dengan apa yang dia lakukan sebelum ia masuk ke rumah sakit jiwa.

12. Tingkat konsentrasiKlien mampu berhitung dan mengerti barang-barang yang ada di sekitarnya tingkat konsentrasi klien tinggi mudah menangkap dan paham tentang sesuatu pengatahuan yang di berikan oleh perawat.

13. Daya titik diriKetika klien di tanya klien mampu menjawab dan saat dihadapkan pada suatu masalah klien mampu menyelesaikan masalah tanpa meminta pendapat orang lain.

I. Kebutuhan pasien pulang1. Makan

Klien sudah mampu secara mandiri makan dan minumnya berdoa sebelum dan sesudah makan, tidak berbicara saat makan dan memberikan alat makan.

2. BAB/BAKKlien mengaku bisa mandiri dalam melakukan BAB dan BAK.

3. Mandi Klien sudah bisa mandiri dengan mandinya sperti mandi 2xsehari, menggunakan sabun,keramas dan menggosok gigi.

4. BerpakaianKlien sudah bisa berpakaian dengan rapi, ganti pakaian setelah mandi mampu menyisir rambut sendiri dan berdandan sendiri

5. Istirahat

Page 19: Presus Alif

Klien mengatakan jarang tidur siang karena digunakan untuk aktifitas dan kien juga mengatakan terkadang sulit tidur siang karena ada suara yang menyuruhnya untuk tidak menutup mata ketika malam hari klien bisa tidur.

6. Penggunaan obatSetelah klien pulang maka pengobatannya rawat jalan dan akan di urus oleh keluarganya dan di rumah masih mengkonsumsi obat-obatan yang di berikan oleh rumah sakit.

7. Pemeliharaan kesehatanKlien melakukan pemeliharaan kesehatan secara mandiri di rumah.

8. Aktivitas di dalam dan luar rumah Kegiatan di dalam rumah

Klien selalu membantu kegiatan yang di lakukan di rumah seperti membersihkan halaman, mengepel dan mencuci piring.

Kegiatan di luar rumahKlien mengaku akan berusaha untuk bertemu dan pergi jalan-jalan dengan teman sebayanya.

J. Mekanisme koping Adaptif : mekanisme koping Nn.N yang masuk dalam adaptif yaitu

dengan mengikuti kegiatan yang membangun Maladaptif : mekanisme koping Nn.N yang masuk dalam maladaptif

yaitu pasien melihat dan mendengar bayangan yang tidak nyata.

K. Aspek medis1. Diagnosa medis : f 20,32. Terapi medis

ChlorpromaZine 100 mg / 12 jam secara oral Haloperidol 5 mg / 12 jam secara oral Risperidone 2 mg / 12 jam secara oral Thryhixipenidile 2 mg / 12 jam secara oral

Page 20: Presus Alif

3. ANALISA DATA

No Tgl/jam Data fokus diagnosis paraf1 Senin,

17 Agustus 2015Jam 09.00

Ds : klien mengatakan melihat bayangan seorang laki-laki dan perempuan yang tiba-tiba ada di depannya.Klien juga mengatakan melihat bayangan tersebut sering dan tidak tentu waktunya pagi hari, siang kadang juga malam, bayangan tersebut muncul saat termenung sendiri.Klien juga mengatakan saat melihat bayangan tersebut tidak takut.

Do : kontak mata klien kurang, pandangan kosong, terkadang komat-kamit sendiri, banyak melamun. Nampak tegang,wajah murung

Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

2

3

Senin 17 Agustus 2015

Senin 17

Ds : -klien mengatakan mengeluh hidupnya tidak bermakna .

- Klien mengatakan mengeluh hidupnya tidak bermakna.

- Klien mengatakan malu untuk bertemu dengan teman-temannya karena sakit jiwa.

Do : - kontak mata kurang- Banyak melamun- Klien tampak malu

dan sring mengeluh - Klien sering

menanyakan bisa sembuh atau tidak

DS : keluarga klien mengatakan 2 bulan terakhir

Gangguan konsep diri harga diri rendah

Isolasi Sosial

Page 21: Presus Alif

Agustus2015

ini pasien sering menyendiri, banyak diam, tidak mau bicara, dan mengurung diri.

DO : mau bicara jika ditanya, banyak diam, menyendiri, malas beraktivitas.

4. Diagnosa keperawatan1. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan2. Gangguan konsep diri harga diri rendah3. Isolasi Sosial

Page 22: Presus Alif

Intervensi Keperawatan

Tgl/jam Diagnosis Rencana keperawatan

RasionalTum/Tuk & kriteria hasil Tindakan

Gangguan persepsi sensori

halusinasi pendengar

an.

Tum:Setelah di lakukan tindakan selama 6x intraksi di harapkan klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya dengan kriteria hasil Sp I:

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.

2. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.

3. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.

4. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien.

5. Mengidentifikasi sesuatu yang menimbulkan halusinasi.

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi.

7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik.

1. Identifikasi njenis halusinasi pasien

2. Identifikasi waktu halusinasi pasien.

3. Identifikasi frekuensi halusinasi pasien.

4. Identifikasi isi halusinasi pasien.

5. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.

6. Identifikasi respon terhadap halusinasi.

7. Latih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik.

8. Bimbing pasien melakukan dalam jadwal kegiatan harian.

1. Menentukan jenis halusinasi yang di alami atau di rasakan pasien.

2. Menentukan apa isi /seperti apa halusinasi yang di rasakan pasien.

3. Menentukan kapan halusinasi tersebut muncul.

4. Menentukan berapa sering halusinasi muncul.

5. Menentukan pada saat apa halusinasi tersebut muncul.

6. Mengatahui reaksi atau respon pasien saat mengalami

Page 23: Presus Alif

SP II1. Memvalidasi

masalh dari latihan sebelumnya.

2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi.Dengan berbincang-bincang dengan orang lain.

3. Membimbing pasien dalam jadwal kegiatan harian.

Sp III1. Mempalidasi

masalah dan latihan sebelumnya.

2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang biasa di lakukan pasien).

3. Membimbing pasien memasukan

1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya .

2. Latihan pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang-bincangDengan orang lain.

3. Bimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.

2. Latih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan.Bimbing pasien memasukan

halusinasi.7. Mencegah

terjadinya halusinasi ketika muncul.

8. Mengatahui perkembangan kegiatan menghardik untuk mengatasi halusinasi jika muncul.

1. Menentukanapakah pasien sudah menetapkan latihan sebelumnya.

2. Mengalihkan halusinasi dengan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain.

3. Mengatahui kegiatan yang sudah di lakukan

1. Menentukan apakah pasien sudah mampu mengendalikan halusinasinya.

2. Dapat mengalihk

Page 24: Presus Alif

dalam jadwal kegiatan harian.

Sp IV1. Memvalidasi

masalah dan latihan sebelumnya.

2. Memperjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat, (prinsip 5 benar minum obat ).

3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

dalam jadwal kegiatan.

1. Validasi maslah dan latihan sebelumnya.

2. Jelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat.

3. Bimbing pasien memasukan dalam jadwal harian.

an halusinasi dengan kegiatan.

3. Mengatahui kegiatan yang sudah di lakukan.

1. Menentukan apakah pasien sudah mampu mengendalikan halusinasinya.

2. Pasien dapat mengatahui cara minum obat yang benar.

1. implementasi

Tgl/jam Diagnosis Implementasi Evaluasi Respon Paraf

Gangguan persepsi sensori

halusinasi pendengar

an

SP I1. Mengidentifikasi

jenis halusinasi

2. Mengidentifikasi isi halusinasi.

S : pasien mengatakan melihat bayangan-bayangan seorang wanita dan laki-laki yang tiba-tiba muncul di depannya

O : pandangan mata tajam seperti tekejut melihat sesuatu yang tidak ada wujudnya

S: pasien mengatakan bayangan tersebut mengajak dia tersenyum dan menyuruh dia untuk tidak

Page 25: Presus Alif

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi yang pertama “MENGHARDIK”

tidur.

O: pasien mengikuti halusinasi , pandangan mata kurang fokus.

S: pasien mengatakan sering melihat bayangan tersebut pada saat pagi hari, siang kadang juga malamO: pasien kooperatif, mampu menceritakan waktu saat dia mengalami halusinasi

S: pasien mengatakan melihat bayangan tersebut kira-kira 2-3 x dalam sehari

O: pasien kooperatif mampu menceritakan berapa kali dia melihat bayangan tersebut

S: pasien mengatakan bayangan itu muncul ketika sedang sendiri/melamun.

O: Tampak klien sedang melamun.

S: pasien mengatakan tidak takut dengan bayangan yang sering muncul dengan tiba-tiba.

O: pasien tampak tidak takut, dan menunjukkan.

S: pasien mengatakan saat ini sudah tau mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

O: pasien kooperatif dapat mengikuti apa yang di ajarkan perawat.

Page 26: Presus Alif

8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan.

Sp II1. Memvalidasi

masalah dan latihan sebelumnya

2. Melatih pasien cara kontrol dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

S: Pasien mengatakan akan memasukan dalam jadwal setelah diajarkan menhardik.O: pasien tampak kooperatif.

S: pasien mengatakan ingin pulang, merasa bosan di RSJ ini. Pasien juga mengatakan sudah bisa menghardik saat halusinasi muncul.

O: pandangan mata kurang fokus- pasien dapat

memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

S: pasien mengatakan saat ini sudah tahu cara mengontrol halusinasi cara ke dua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.

O: pasien kooperatif mampu memperagakan apa yang diajarkan perawat.

S : klien mengatakan sudah memasukkan kegiatan yang sudah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian

O:klien terlihat membuat jadwal kegiatan harian di kertas untuk kegiatan selanjutnya.

Rabu Gangguan persepsi sensori

halusinasipenglihata

n

SPII1. Memvalidasi

kembali masalah dan latihan sebelumnya.

2. Melatih kembali cara mengontrol

S; pasien mengatakan saat ada bayangan muncul pasien belum bisa menerapkan latihan yang kemarin.

O: pasien terlihat menikmati halusinasinya.

S: pasien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan

Page 27: Presus Alif

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain

3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

bercakap-cakap dengan orang lain saat bayangan-bayangan tersbut muncul.

O : pasien mampu mengikutilatihan dengan baik dan benar.

S: pasien mengatakan mau mengikuti latihan berikutnya untuk mengontrol halusinasi.

O: pasien terlihat memasukkan jadwal kegiata harian.

Kamis 20

Agustus

2015

SP31. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya

2. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan

3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal harian

S : pasien mengatakan saat ada bayangan muncul pasien segera mengajak ngobrol temannya

O : pasien nampak berbincang-bincang dengan temannya

S: pasien mengatakan mau untuk mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan

O: pasien terlihat mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan seperti menyapu, mengepel, mencuci peralatan makan, senam, jalan-jalan, dan menyetrika.

S : pasien mengatakan sudah memasukkan kegiatan harian

O : pasien terlihat sedang memasukkan kegiatan yang dilakukan dalam jadwal kegiatan harian seperti menyapu dan mengepel

Jum’at, 21

Agustus

2015

Sp31. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya

S : pasien mengatakan dengan kegiatan bayangan-bayangan tersebut

O : pasien mampu mengikuti kegiatan walaupun masih diarahkan

Page 28: Presus Alif

2. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan

3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

S: pasien mengatakan mau untuk mengikuti kegiatan harian yang sudah dibuat dijadwal

O : pasien terlihat mengikuti kegiatan harian yang sudah dibuat dijadwal mau menyapu, mengepel, mencuci peralatan makan, senam, jalan santai, dan menyetrik walaupun masih dengan arahan

S : pasien mengatakan sudah memasukkan ke dalam jadwal kegiatan untuk kegiatan apa saja yang dilakukan

O : pasien terlihat memasukkan kegiatan apa saja yang dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian

Sabtu 22

Agustus

2015

Sp 41. Memvalidasi

masalah dan latihan sebelumnya

2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S : pasien mengatakan mau untuk mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan sehari-hari dan mau untuk memasukkan kegiatan yang dilakukan dalam jadwal kegiatan harian

O : Pasien terlihat mau untuk melakukan aktivitas sehari-hari

S : pasien mengatakan sudah tau pentingnya minum obat

O: pasien terlihat paham, kooperatif, banyak menanyakan hal-hal yang tidak diketahui.Mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh perawat

S : pasien mengatakan mau untuk memasukkan jadwal minum obat ke jadwal kegiatan harian

O : pasien terlihat memasukkan jadwal minum obat ke jadwal kegiatan harian

Page 29: Presus Alif

Evaluasi

Hari/tgl Diagnosis/Tuksp

Evaluasi Paraf

Senin, 17

Agustus

2015

Ganguan persefsi sensori halusinasi pendengaran.

Sp 1

S : pasien mengatakan sudah tahu apa yang dialaminya yaitu halusinasi dan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

O: pasien kooperatip mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

A: pasien sudah tau apa itu halusinasi Pasien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

P: oo perawat : ajarkan cara mengontrol halusinasi

dengan cara yangke dua . bercakap-cakap dengan orang lain.

o Pasien : motivasi pasien untuk selalu berlatih menghardik

Selasa 18Agustus2015

Sp 2 S : pasien mengatakan masih melihat bayangan-bayangan seorang wanita dan laki-laki yang selalu mengiutinyaPasien juga mengatakn belum bisa menerapkan cara mengontrol halusinasi denga n bercakap-cakap dengan orang lain

O ; pandangan mata mudah beralih, wajah tampak murung, halusinasi masih muncul

A : pasien belum bisa menerapkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain

P : o Perawat :

Ajarkan kembali cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

o Pasien :Motivasi pasien untuk tetap latihan cara menghardik Motivasi pasien untuk memasukkan kegiatan hari ini kedalam buku jadwal harian

Rabu S : pasien mengatakan sudah bisa menerapkan cara

Page 30: Presus Alif

19 Agustus2015

mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain

O : Pasien tampak berbincang-bincang dengan temannya, sudah tidak melamun

A : pasien sudah bisa mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain

P : o Perawat :

lanjutkan intervensi dengan ajarkan cara mengontrol halusinasi yang ke 3 yaitu dengan melibatkan pasien dalam hal kegiatan

o Pasien :

Kamis 20Agustus2015

Sp 3 S : pasien mengatakan dengan melakukan kegiatan halusinasi yang timbul mulai berkurang

O : pasiemn mau melakukan kegiatan walaupun masih dengan arahanMelakukan kegiatan seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, menyetrika, dll

A : pasien belum maksimal untuk berkegiatan, kegiatan masih diarahkan

P : o Perawat :

Ajarkan kembali melatih kegiatan sehari-hari demgan membuat jadwal kegiatan harian

o Pasien :Libatkan pasien dalam kegiatan

Jum’at 21 Agustus 2015

Sp 3 S : pasien mengatakn dengan melakukan kegiatan terjadwal, halusinasi yang timbul mulai berkurang

O : pasien mampu melakukan kegiatan secara mandiri tanpa arahan perawatMampu melakukan kegiatan yang sudah terjadwalPasien sangat aktiv dalam berbagai kegiatan

A : pasien sudah mampu melakukan kegiatan dengan baik

P : o Perawat :

Lanjutkan intervensi dengan kontrol halusinasi cara yang ke 4 yaitu dengan minum obat secara teratur

Page 31: Presus Alif

o Pasien : Motivasi pasien untuk melakukan kegiatan terjadwal

Sabtu 22Agustus 2015

Sp 4 S : pasien mengatakan sudah tahu cara minum obat yang benar

O : pasien tampak mengerti dan pahamPasien mampu menyebutkan 5 benar minum obat

A : pasien belum mampu minum obat secra mandiri

P : o Pasien :

Anjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur

o Perwat :Ajarkan kembali tentang minum obat teratur

Page 32: Presus Alif

BAB III

PEMBAHASAN

A. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa antara kasus dan teori sudah sesuai hal ini

dapat dilihat dari data subjektif dan data yang objektif yang ada saat hasil pengkajian.

Implementasi, diagnosa dan masalah keperawatan pun sudah sesuai dengan teori yang

ada.

B. Kekuatan atau kemudahan perawat yang dietemukan selama memberikan asuhan

keperawatan adalah saat memberikan asuhan keperawatan kondisi lingkungan dan emosi

pasien yang stabil membantu dalam memberikan asuhan keperawatan.

C. Kelemahan atau kesulitan perawat dalam mengatasi diagnosa keperawatan terutama saat

melakukan implementasi, kelemahannya adalah saat pasien tidak kooperatif saat

diberikan asuhan keperawatan.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. Kesimpulan dari proses dan hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

Kesimpulan yang didapatkan yaitu bahwa asuhan keperawatan pada yang telah

dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada dan sudah sesuai dengan kondisi pasien.

B. Saran atau rekomendasi

Tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Nn. N sudah baik, untuk

selanjutnya pengelolaan pasien bisa dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi.

Page 33: Presus Alif

MAKALAH PRESENTASI KASUS

PADA Nn.A DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENGLIHATAN DI WISMA ARIMBI

RSJ Dr. SOEROJO MAGELANG

Disusun Oleh :

Alif Fitriana Nur Rokhmah

070114b003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2015

Page 34: Presus Alif