1
Pengaruh Promotion, Physical Evidence, Price, dan Proccess Terhadap Minat Pembelian Berulang Siswa Kelas X SMAN
(Suatu Studi pada Siswa Bimbel Kelas X SMAN di Ganesha Operation Kota Bandung)
Anang Bambang PujiantoNPM. 138020167
Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas PasundanKonsentrasi Manajemen Pemasaran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh bauran pemasaran (promosi, bukti fisik, harga, dan proses) terhadap
keputusan siswa kelas X SMA melakukan pembelian berulang di Ganesha
Operation Kota Bandung. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu manajemen khususnya di bidang
pemasaran. Bagi Ganesha Operation maupun praktisi, diharapkan hasil penlitian
ini dapat memberikan informasi yang berguna tentang pentingnya peran bauran
pemasaran (promosi, bukti fisik, harga, dan proses) dalam upaya meningkatkan
pembelian berulang siswa kelas X SMA.
Penelitian dilakukan di instansi Ganesha Operation Kota Bandung.
Metode penelitiannya menggunakan metode survey dengan pendekatan penelitian
deskriptif dan verifikatif. Sedangkan tipe penelitiannya berupa descriptive survey
dan explanatory survey. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode
statistik analisis jalur (path analysis).
Hasil pengujian penelitian ditemukan bahwa bauran pemasaran (promosi,
bukti fisik, harga, dan proses) berpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa
kelas X SMA melakukan pembelian berulang di Ganesha Operation Kota
Bandung dengan nilai pengaruh langsung sebesar 65,86%. Pengaruh bauran
pemasaran yang tertinggi mempengaruhi keputusan pembelian berulang siswa
adalah promosi dengan nilai pengaruh langsung sebesar 27,2% sedangkan yang
terendah dimiliki bauran pemasaran harga dengan nilai pengaruh langsung sebesar
9,3%.
1
2
Kata kunci: bauran pemasaran, keputusan pembelian
ABSTRACT
This study aimed to get empirical evidence about the influence of
marketing mix (promotion, physical evidence, pricing, and process) against the
decision of the 10th grade high school students make repeat purchases at Ganesha
Operation Bandung. The results are expected to contribute in the development of
management science, especially in the field of marketing. For Ganesha Operation
and practitioners, the expected results of this penlitian can provide useful
information about the importance of the role of the marketing mix (promotion,
physical evidence, pricing, and process) in order to increase repeat purchases
Grade 10 high school students.
The study was conducted in Bandung Ganesha Operation agencies. The
research method used survey method with descriptive and verification approaches.
While the type of research in the form descriptive survey and explanatory survey.
To test the hypothesis of the study used methods STATISTICA path analysis
(path analysis).
The test results of the research found that the marketing mix (promotion,
physical evidence, pricing, and process) significantly affects the decision of 10th
grade high school students make repeat purchases at Ganesha Operation Bandung
with direct influence value of 65.86%. The influence of the marketing mix of the
highest repeat purchase decisions affecting students is the promotion of the value
of the direct effect of 27.2% and the lowest owned marketing mix price with the
value of the direct effect of 9.3%.
Keywords: marketing mix, purchasing decisions
2
3
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan bisnis pendidikan khususnya bimbingan belajar
tumbuh sangat pesat di Indonesia, para pelaku bimbingan belajar bersaing secara
ketat dalam menawarkan berbagai pilihan jasa bimbingan belajar. Hal tersebut
diiringi dengan tuntutan konsumen yang semakin meningkat akan layanan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena itulah konsumen dalam memilih bimbel
akan memilih bimbel yang sesuai dan dapat memenuhi apa yang mereka
butuhkan.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau
kelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik
kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya dapat
mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam menentukan jalan
hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat
memahami lingkungannya secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan
hidupnya.
Kebijakan pemerintah tentang pendidikan yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah (PP) no.32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pada
BAB XIA Kurikulum, tentang pemberlakukan penerapan kurikulum 2013 kepada
peserta didik dimana guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran tetapi sudah
bergeser siswa yang menjadi pusat pembelajaran (Student Center). Dengan
penerapan kurikulum yang baru ini siswa ditunut untuk membangun
pengetahuannya secara mandiri, hal inilah yang menyebabkan siswa khususnya
kelas X mengalami kesulitan dalam belajar sehingga perlu pendampingan.
Permendiknas no.34 tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru
program sarjana pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah
dimana minimal 50% kuota penerimaan mahasiswa baru di PTN diterima melalui
jalur undangan (SNMPTN) yang dapat diikuti oleh seluruh siswa kelas XII SMA
yang ingin mendaftar ke PTN dengan syarat nilai rapor mereka dari semester 1
3
4
hingga 5 harus bagus. Artinya bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke
PTN melalui jalur undangan (SNMPTN) nilai rapor siswa tersebut harus bagus
dari kelas X SMA.
Berdasarkan landasan yuridis, Undang-Undang (UU) RI No.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 26 ayat 5 menyatakan bahwa
“Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi” serta di tengah-tengah persaingan yang
tajam dalam industri bimbingan belajar, pada tanggal 2 Mei 1984 Ganesha
Operation didirikan di Kota Bandung. Seiring dengan perjalanan waktu, berkat
keuletan dan konsistensinya dalam menjaga kualitas, kini Ganesha Operation
telah tumbuh bagai remaja tambun dengan 772 outlet yang tersebar di 271 kota
besar se Indonesia. Latar belakang pendirian lembaga ini adalah adanya mata
rantai yang terputus dari link informasi Sekolah Menegah Atas (SMA) dengan
dunia Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Posisi inilah yang diisi oleh Ganesha
Operation untuk berfungsi sebagai jembatan dunia SMA terhadap dunia PTN
mengenai informasi jurusan PTN (prospek dan tingkat persaingannya), pemberian
materi pelajaran yang sesuai dengan ruang lingkup bahan uji seleksi penerimaan
mahasiswa baru dan pemberian metode-metode inovatif dan kreatif
menyelesaikan soal-soal tes masuk PTN sehingga membantu para siswa lulusan
SMA memenuhi keinginan mereka memasuki PTN.
Kehadiran Ganesha Operation menjadi oasis bagi siswa yang haus akan
pendidikan khususnya siswa yang ingin meraih impiannya mendapatkan nilai
tinggi dalam pelajaran, mendapatkan rangking di kelas, masuk SMP/SMA/PTN
favorit sesuai dengan harapan siswa. Sesuai dengan moto Ganesha Operation “We
Help You Make Your Dreams Come True”, Ganesha Operation akan
memposisikan sebagai kitra belajar bagi siswa untuk meraih impiannya.
Research and Development Ganesha Operation memang berhasil
menemukan faktor utama maupun faktor penunjang penentu keberhasilan siswa.
Faktor utama tersebut adalah kualitas pengajar, relevansi materi pelajaran, dan
4
5
metodologi pengajaran, sedangkan faktor pelengkap adalah teknologi dan
informasi. Kualitas pengajar Ganesha Operation tampak dari prestasi dan
karyanya, sukses dalam studi dan mampu mengarang buku-buku pelajaran
berkualitas terbaik. Relevansi materi pelajaran di Ganesha Operation memang
sangat akurat sesuai program yang diambil siswa. Staf kami memberikan
perhatian sangat besar untuk ini. Kami bangga bahwa Ganesha Operation adalah
satu-satunya Bimbingan Belajar yang selalu memperhatikan event publikasi buku-
buku terbaru di dunia pada International Book Fair setiap tahun. Karena itulah
Ganesha Operation berhasil memperoleh buku-buku istimewa seperti Text Book
referensi pembuatan soal-soal SPMB. Sedangkan tentang metodologi pengajaran,
Ganesha Operation telah berhasil memberikan daya tarik tersendiri dengan
penemuan-penemuan khusus berupa rumus-rumus sakti yang dapat
menyelesaikan soal secara kilat dan akurat dengan motto The King of the Fastest
Solution. Banyak yang mencontoh metoda ini tapi mereka tetap tertinggal di
belakang karena kami adalah penemunya.
Faktor penunjang berupa teknologi seperti Audio Visual, Computerized
Management Information System dengan Piranti Touch Screen, Real Time
Attendance Record, Computer Aided Learning, Internet serta fasilitas Local Area
Network (LAN) merupakan alat bantu yang digunakan oleh Ganesha Operation.
Dalam perjalanannya, Ganesha Operation tidak lagi hanya membatasi
menggembleng siswa kelas 3 SMA untuk menghadapi UN dan seleksi masuk
PTN, tapi kini telah menerima siswa kelas 2 dan 1 SMA; kelas 3, 2, dan 1 SMP;
hingga kelas 6, 5, dan 4 SD dan menjadi market leader dalam industri bimbingan
belajar. Perkembangan Ganesha Operation dapat dikatakan sangat spektakuler.
Hal ini karena lembaga ini menerapkan manajemen modern dengan prinsip-
prinsip bisnis tetapi tetap menjunjung tinggi nilai etika pendidikan. Ganesha
Operation menerapkan market driven strategy yang berorientasi pada kepuasan
siswa (student satisfaction) melalui pelayanan yang unggul (service excellence).
Semoga kelulusan siswa-siswi Ganesha Operation tetap mendominasi pada PTN-
PTN terkemuka di Indonesia.
5
6
Perilaku konsumen tidak bisa dipisahkan dari keterlibatan konsumen
dalam mengevaluasi produk yang akan dibeli, terkadang konsumen meluangkan
waktunya untuk mencari tahu informasi mengenai suatu produk agar konsumen
mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginan dan memuaskan, sehingga
perlu mencari tahu keterlibatan konsumen dalam membeli produk bimbel. Selain
keterlibatan konsumen, konsumen juga mengevaluasi merek-merek yang akan
dibeli serta membanding-bandingkan antar merek berdasarkan persepsi masing-
masing konsumen, perlu mencari tahu perbedaan antar program bimbel menurut
konsumen di Kota Bandung. Hal inilah yang membuat tipe perilaku konsumen
yang satu dengan yang lain itu berbeda-beda.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan pada dasarnya
berfokus pada upaya untuk memberikan informasi kepada para konsumen
(Customer awareness) yang pada akhirnya akan menciptakan kengininan
customer untuk membeli. Jika sistem penyampaian jasa kurang sesuai dengan
kebutuhan pelanggan (Customer Need) maka perusahaan tersebut akan
ditinggalkan pelanggannya dan memilih perusahaan lain. Akan tetapi jika sistem
penyampaian jasa yang dilakukan suatu perusahaan sesuai dengan harapan
pelanggan maka kepuasan pelanggan akan tercapai.
Pelanggan yang memperoleh apa yang diinginkan akan memunculkan
WoM yang positif tentang perusahaan dan ini adalah asset yang paling berharga
bagi perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas. Sebaliknya jika pelanggan
merasa tidak puas karena tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan, merupakan
suatu kondisi yang terjadi karena adanya kegagalan dalam menyampaikan jasa
(service delivery) yang kemudian menimbulkan gap antara jasa yang diterima
(perceived service) dengan jasa yang diharapkan (expected service) (Zeithaml,
2001:46).
Tingkat pembelian pelanggan sangat dipengaruhi oleh kemampuan suatu
perusahaan dalam melakukan sistem penyampaian jasa (service delivery system),
melalui upaya penyempurnaan dengan melakukan perbaikan (improvement)
secara terus menerus terhadap komponen layanan perusahaan, sehingga konsumen
akan semakin tertarik dalam memanfaatkan produk/ jasa yang ditawarkan.
6
7
Kenyataan yang ada adalah bahwa raihan siswa kelas X SMAN di Kota
Bandung tidak seperti yang diharapkan manajemen Ganesha Operation, bahkan
raihan jumlah siswa kelas X SMAN dibeberapa sekolah mengalami penurunan.
Berdasarkan kondisi di atas, kemungkinan yang muncul atas rendahnya minat
bimbel siswa kls X SMAN yang mengikuti bimbel adalah kegiatan promosi yang
monoton dan berulang sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa serta apriori
negatif. Oleh karena itu perlu dirancang sistem promosi yang inovatif dan kreatif
serta periodik untuk dapat disampaikan ke siswa, sehngga siswa merasa enjoy saat
Ganesha Operation berpromosi. Disamping itu perlu dikembangkan pula sistem
promosi yang komunikatif dengan tampilan media promosi yang menarik.
Penyebab kurangnya minat siswa mengikuti bimbel di kelas X SMAN
dimungkinkan masalah harga atau biaya, mengingat siswa yang baru masuk kelas
X SMAN pada umumnya orang tua telah banyak mengeluarkan biaya, sehingga
gairah orang tua untuk mendaftarkan anaknya untuk mengikuti bimbel sangat
kecil. Untuk itu perlu dirancang edukasi kepada customer service Ganesha
Operation tentang penjelasan biaya dibandingkan dengan benefit yang akan
diterima oleh siswa, serta perlu perancangan biaya khusus bagi siswa kelas X
SMAN diawal untuk membangun kepercayaan serta menarik lebih awal siswa
untuk mendaftar.
Penyebab lain yang memungkinkan rendahnya minat siswa kelas X
SMAN untuk mendaftar bimbel disebabkan luput dari perhatian manajemen
karena jumlahnya yang relatif kecil jika dibandingkan dengan kelas-kelas akhir.
Oleh sebab itu perlu dibentuk semacam wali kelas untuk dapat mengakomodir
kebutuhan siswa, sehingga siswa merasa diperhatikan dan tidak lagi dinomor
duakan.
Jika diperhatikan hasil angket penelitian awal yang dibagikan kepada
siswa kelas X SMAN yang mengikuti bimbel di Ganesha Operation
menggambarkan tentang apa saja hal yang mempengaruhi keputusan mereka
untuk mengikuti program bimbel. Hasil angket penelitian awal yang dilakukan
kepada sekitar 30 responden, didapat bahwa faktor bauran pemasaran apa sebagai
pendorong utama mereka untuk mengikuti bimbel.
7
8
Pihak manajemen perusahaan sudah selayaknya melakukan tindakan-
tindakan edukasi pasar secara terus menerus dan berkelanjutan dalam upaya
memperbesar market share khususnya pelanggan kelas X SMAN. Hal ini diyakini
karena akan menimbulkan dampak yang luar biasa khususnya untuk meyakinkan
pelanggan terhadap produk/jasa yang ditawarkan.
Ganesha Operation Bandung merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang jasa bimbingan belajar. Untuk dapat memelihara siswanya,
perusahaan telah melakukan reorientasi atas strategi dan konsep-konsep
pemasaran yang dilakukan dimana orientasi tersebut mengacu pada marketing
triangle, yaitu: (1) Internal Marketing, melalui pendidikan dan pelatihan kepada
para karyawannya untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan service
operation concept yang telah disusun, (2) External Marketing, melalui program
promosi, service marketing mix untuk menciptakan keterkaitan siswa dan
perusahaan, dan (3) Interactive Marketing, melalui pelayanan yang dapat
memuaskan siswa bimbel.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka perlu kiranya
dilakukan penelitian mengenai. “Pengaruh Promotion, Physical Evidence, Price,
dan Proccess Terhadap Minat Pembelian Berulang Siswa Kelas X SMAN
(Suatu Studi Pada Siswa Bimbel Kelas X SMAN di Ganesha Operation Kota
Bandung)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Pasar bimbel khususnya kelas X SMAN merupakan pasar yang potensial,
karena diharapkan dengan menguasai pasar kelas X SMAN maka diharapkan
peluang mendapatkan siswa kelas XI dan XII semakin mudah karena pasar telah
teredukasi.
Penerapan kurikulum 2013 serta kebijakan pemerintah tentang penerimaan
mahasiswa baru di PTN sebenarnya dapat mendorong pendaftar bimbel dari kelas
X SMAN, tetapi kenyataan berkata lain. Raihan jumlah siswa GO khususnya
kelas X SMAN tidak seperti yang diharapkan jauh dari target yang ditetapkan
bahkan dibeberapa sekolah raihan jumlah siswa kelas X SMAN turun.
8
9
Hal ini tentu sangat berdampak bagi lembaga bimbingan belajar Ganesha
Operation karena dengan kecilnya siswa kelas X SMAN yang mengikuti bimbel,
maka kecil peluang lembaga bimbel GO untuk dapat memperbesar volume market
share serta membangun loyality program.
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan yang muncul bila penyampai jasa yang dilakukan oleh
pengelola kurang memenuhi harapan pelanggan sehingga nilai jasa yang diterima
pelanggan pun menjadi rendah akibatnya mereka tidak puas dan mengurangi
pembelian pada perusahaan. Jika hal ini terjadi, maka merupakan awal dari
berkurangnya loyalitas pelanggan. Menghadapi hal ini perusahaan dituntut untuk
selalu memahami perkembangan keinginan dan harapan pelanggan sehingga
loyalitas pelanggan dapat ditingkatkan kembali melalui peningkatan dalam
penyampaian jasa yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pelanggan.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pendapat/tanggapan siswa GO kelas X SMAN tentang promosi
(promotion) bimbel Ganesha Operation.
2. Bagaimana pendapat/tanggapan siswa GO kelas X SMAN tentang bukti fisik
(Phisical Evidence) bimbel Ganesha Operation.
3. Bagaimana pendapat/tanggapan siswa GO kelas X SMAN tentang biaya
(price) bimbel Ganesha Operation.
4. Bagaimana pendapat/tanggapan siswa GO kelas X SMAN tentang proses
(proccess) bimbel Ganesha Operation
5. Bagaimana pendapat/tanggapan siswa GO kelas X SMAN tentang keputusan
pembelian berulang bimbel Ganesha Operation
6. Seberapa besar pengaruh promosi (promotion) terhadap keputusan siswa GO
kelas X SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
9
10
7. Seberapa besar pengaruh bukti fisik (Physical Evidenc)e terhadap keputusan
siswa GO kelas X SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
8. Seberapa besar pengaruh harga (price) terhadap keputusan siswa GO kelas X
SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
9. Seberapa besar pengaruh proses (proccess) terhadap keputusan siswa GO
kelas X SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
10. Seberapa besar pengaruh promosi (promotion), bukti fisik (physical
evidence), biaya (price), dan proses (proccess) terhadap keputusan siswa GO
kelas X SMAN untuk melakukan pembelian berulang secara simultan.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah untuk
mengukur, mengkaji, dan mengetahui:
1. Perspektif siswa GO kelas X SMAN tentang promosi (promotion) bimbel
Ganesha Operation.
2. Perspektif siswa kelas X SMAN tentang bukti fisik (Phisical Evidence)
bimbel Ganesha Operation.
3. Perspektif siswa GO kelas X SMAN tentang biaya (price) bimbel Ganesha
Operation.
4. Perspektif siswa GO kelas X SMAN tentang biaya proses (proccess) bimbel
Ganesha Operation.
5. Perspektif siswa GO kelas X SMAN tentang keputusan pembelian bimbel
Ganesha Operation
6. Besar pengaruh Promosi (Promotion) terhadap keputusan siswa GO kelas X
SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
7. Besar pengaruh bukti fisik (Physical Evidence) terhadap keputusan siswa GO
kelas X SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
8. Besar pengaruh biaya (Price) terhadap keputusan siswa GO kelas X SMAN
untuk melakukan pembelian berulang.
9. Besar pengaruh proses (proccess) terhadap keputusan siswa GO kelas X
SMAN untuk melakukan pembelian berulang.
10
11
10. Besar pengaruh promosi (promotion), bukti fisik (physical evidence), biaya
(price), dan proses (proccess) terhadap keputusan siswa GO kelas X SMAN
untuk melakukan pembelian berulang secara simultan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat mempunyai manfaat baik secara praktis
maupun teoritis, yaitu:
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Menambah khasanah keilmuan bidang marketing penelitian bagi Program
Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Pasundan
Bandung.
2. Menambah dan memperluas pengetahuan bagi peneliti dalam bidang
pemasaran khususnya mengenai strategi promotion, physical evidence, price,
proccess, dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan pembelian.
3. Sebagai referensi dan pengembangan keilmuan bagi peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai solusi pemecahan masalah bagi Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation dalam menentukan kebijakan
2. Sebagai solusi pemecahan masalah bagi Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation dalam mengembangan strategi pemasaran
3. Sebagai solusi pemecahan masalah bagi Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation dalam penerapan program pemasaran yang sesuai dengan
kebutuhan pasar.
11
12
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah disebutkan pada bab
sebelumnya, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan kajian pustaka. Kajian
pustaka yang dilakukan bersumber pada buku teks, jurnal, tesis, dan hasil
penelitian lain yang telah ada. Pada bab ini menampilkan penjelasan mengenai
kata kunci penelitian, yaitu bauran pemasaran (marketing mix) dan perilaku
konsumen (consumer behaviour). Hasil kajian pustaka ini akan dijadikan dasar
dalam menetapkan variabel penelitian.
Penelitian mengenai bauran pemasaran dan keputusan pembelian
kebanyakan dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan atau
kinerja bauran pemasaran dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsument.
.
Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin
berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,”
terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang
berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.
12
13
Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen,
terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan
ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan
(Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses,
berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata
warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan
tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.
Pengertian yang lain tentang manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari
proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses
tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan
organisasi.
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di
dalamnya. Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal
13
14
masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian
(organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling).
Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para
manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua
fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing
fungsi manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan
diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut.
1. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya
manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk
menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan
perusahaan.
2. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading / Actuating
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
3. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan
jika diperlukan.
Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh
pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang,
dan mendapatkan laba. Pemasaran dikembangkan dari kata pasar yang berarti
sarana atau tempat berkumpulnya orang yang terlibat dalam pemasaran. Dalam
14
15
pengertian abstrak pemasaran diartikan sebagai suatu kegiatan, proses atau sistem
keseluruhan. Definisi pemasaran menurut para ahli antara lain:
Menurut Kotler dan Amstrong (2008, p6) pemasaran adalah proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan
sebagai imbalannya.
Menurut Kotler (2005, p10) pemasaran adalah suatu proses sosial yang
dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
Berdasarkan definisi-definisi pemasaran di atas dapat di tarik suatu
kesimpulan bahwa pemasaran adalah segala usaha atau aktifitas dalam
menyampaikan barang atau jasa para produsen kepada para konsumen, dimana
kegiatan tersebut bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan dalam
cara tertentu yang disebut pertukaran.
Pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan
kebutuhan konsumen, atau berorientasi pada konsumen (consumer oriented). Hal
ini secara azasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada
produk (product concept) dan penjualan (sales concept) atau keuangan (financial
concept). Konsep pemasaran mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran harus
dimulai dengan usaha mengenal dan merumuskan keinginan dan kebutuhan dari
konsumennya (Swastha dan Handoko, 1997).
Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p58) bauran pemasaran (marketing
mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran.
Menurut Kotler (2005, p19) bauran pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan
pemasaran di pasar sasaran.
15
16
Menurut Umar (2005, p31-36) terdapat empat (4) variabel utama dalam
bauran pemasaran yang dikenal dengan 4p yaitu:
1. Product (produk)
Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkanperhatian, untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Faktor-faktor yang terkandung dalam
suatu produk adalah mutu, penampilan, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis
dan jaminan.
2. Price (harga)
Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk atau jasa.
Dalam menentukan harga diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi baik
langsung maupun tidak langsung. Contoh dari faktor langsung adalah harga bahan
baku, biaya pemasaran dan faktor lainnya. Sedangkan contoh dari faktor tidak
langsung adalah harga pokok sejenis yang dijual pesaing, pengaruh harga terhadap
hubungan antara produk substitusi, serta potongan untuk penyalur dan konsumen.
3. Place (distribusi)
Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung
dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau
jasa tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna
industrial.
4. Promotion (promosi)
Promosi merupakan bagian dari keseluruhan aktivitas perusahaan yang
menangani tentang komunikasi dan menawarkan produknya kepada target pasar.
Konsep bauran pemasaran diatas merupakan konsep bauran pemasaran
pada perusahaan yang menawarkan produk (barang). Namun untuk perusahaan
jasa, dibutuhkan 3P lain yaitu People, Physical Evidence, dan Process (Kotler
2005, p435). Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3P diatas:
1. People (orang / sumber daya manusia)
Karena hampir semua jasa disediakan oleh orang yang bekerja di
perusahaan jasa tersebut, maka seleksi, training dan motivasi karyawan menjadi
sangat penting untuk memberikan nilai tambah yang berbeda dalam memenuhi
16
17
kepuasan pelanggan. Perusahaan harus dapat memberikan orang-orang terbaiknya
dalam hal kompetensi, attitude, respon, dan inisiatif untuk melayani pelanggan.
2. Physical Evidence (bukti fisik)
Perusahaan jasa butuh untuk membuktikan kualitas jasa yang diberikan
dengan bukti fisik atau presentasi, mengingat jasa adalah produk yang tidak
tampak (intangible).
3. Process (proses)
Proses berkaitan dengan bagaimana kita menyampaikan jasa tersebut.
Perusahaan jasa dapat memilih untuk menyediakan jasa dalam bentuk proses yang
berbeda sehingga menimbulkan kesan tersendiri pada konsumen, mulai dari
menerima pesan hingga menngantarkan pesan yang diminta.
Penambahan unsur bauran pemasaran jasa dilakukan antara lain karena
jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk yaitu: intangibility (tidak
berwujud), inseparability (tidak dapat dipisahkan), variability (beraneka ragam),
dan perishability (mudah lenyap), maka penggunaan bauran pemasaran produk 4P
(product, price, place, dan promotion) kurang memadai. Seperti yang juga
dikemukakan oleh Booms dan Bitner dalam Rust, Zahorik, dan Keiningham
(1996:10) bauran pemasaran jasa terdiri dari 7P yaitu: product, price, place,
promotion, people, physical evidence, dan process.
Unsur-unsur bauran pemasaran merupakan alat pemasaran yang memiliki
kontak langsung dengan lingkungan eksternal, sementara perusahaan sendiri
hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena
itu bauran pemasaran memainkan peranan yang penting dalam upaya perusahaan
menerapkan strategi dan kebijakan perusahaannya dalam mewujudkan kepuasan
konsumen. Unsur-unsur ini merupakan unsur yang dapat dikendalikan oleh
perusahaan dan saling berhubungan, yang ditujukan untuk melayani serta
memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan harus dapat merencanakan dan
mengkombinasikan unsur-unsur tersebut dalam proporsi yang tepat sehingga
bauran pemasarannya sesuai dengan lingkungan perusahaan, dapat memuaskan
pasar sasaran, dan tetap sejalan dengan sasaran perusahaan dalam bidang
17
18
pemasaran secara keseluruhan. Bauran pemasaran yang telah ditetapkan
perusahaan sebaiknya selalu disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi
perusahaan, jadi harus bersifat dinamis.
Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen itu sendiri adalah segala aktivitas yang
melibatkan orang pada saat menyeleksi, membeli dan menggunakan produk dan
jasa sebagai pemuas kebutuhan dan keinginannya. Aktivitas tersebut melibatkan
proses mental dan emosional yang mendukung kegiatan fisik. Tujuh kunci
perilaku konsumen adalah perilaku konsumen sebagai motivasi, perilaku
konsumen meliputi banyak aktivitas, perilaku konsumen adalah suatu proses,
perilaku konsumen bervariasi dalam waktu dan komplek, perilaku konsumen
melibatkan aturan yang berbeda, perilaku konsumen dipengaruhi faktor eksternal
dan perilaku konsumen beda untuk orang yang berbeda (Wilkie, 1990).
Pembuatan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda sesuai
dengan tipe keputusan membeli, Assael dalam Kotler (1996) membedakan empat
tipe perilaku membeli konsumen, yaitu :
1. Perilaku membeli yang komplek dimana para konsumen menjalani atau
menempuh suatu proses membeli yang komplek dan bila mereka semakin terlibat
dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaan penting diantara beberapa
merek produk yang ada.
2. Perilaku membeli mengurangi keragu-raguan, kadang-kadang konsumen sangat
terlibat dalam kegiatan membeli sesuatu tapi dia hanya melihat sedikit perbedaan
dalam merek.
3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan yaitu perilaku konsumen yang tidak
melalui sikap atau kepercayaan atau rangkaian perilaku biasa atau konsumen
kurang terlibat dalam membeli dan tidak terdapat perbedaan nyata antar merek.
4. Perilaku membeli yang mencari keragaman yaitu keterlibatan konsumen rendah
tapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata.
Kebutuhan dan keinginan-keinginan konsumen akan berubah secara terus-
menerus, sehingga seorang manajer pemasaran harus mempunyai pengetahuan
18
19
yang seksama tentang perilaku konsumen agar dapat memberikan definisi pasar
yang baik untuk mengikuti perubahan yang konsisten, serta merancang strategi
bauran pemasaran yang tepat.
Perilaku konsumen adalah kegiatan yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mengkonsumsi produk atau jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Engel, et al. (1994)
menyatakan “Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat
keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan
mengatur pembelian barang atau jasa”.
Penelitian Terdahulu
Sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini, sangat
penting untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh penelitian terdahulu.
Penelitian terdahulu yang kaitannya dengan perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian berulang.
Penelitian pernah dilakukan oleh Arya Pradana dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel indpenden, intervening, dan variabel dependen
memiliki keterkaitan yang signifikan sesuai dengan hasil kuesioner dan
wawancara terhadap responden yng menjadi objek penelitian dalam hal ini
pengguna Y Internet cabang Dr.Cipto Semarang.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Theresia Militina dengan judul
“Pengaruh Bauran Promosi terhadap Keputusan Membeli Produk Wisata Budaya
di Kalimantan Timur”. Dari penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa analisis
koefisien logistic regression menunjukkan bahwa keenam variabel bauran
promosi secara keseluruhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan membeli produk wisata budaya
2.2 Kerangka Pemikiran
19
20
Semua perusahaan di dalam proses bisnisnya memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk memperoleh keuntungan. Dalam perkembangannya tujuan dari suatu
usaha tidak hanya untuk memperoleh keuntungan namun juga bagaimana mereka
dapat terus melangsungkan aktivitas bisnisnya. Guna mencapai tujuan tersebut
berbagai strategi dilakukan oleh perusahaan. Dari berbagai macam strategi yang
ada faktor pemasaran adalah faktor yang terpenting, karena faktor pemasaran
dalam bisnis yang menentukan laku tidak nya suatu produk. Faktor pemasaran
berkaitan dengan produk yang dimiliki oleh perusahaan dan konsumen sebagai
pengguna dari produk tersebut.
Ada banyak hal yang dipelajari dalam pemasaran yaitu mengenai bauran
pemasaran dan juga konsumen yang merupakan sasaran dari pemasaran. Sebuah
pemasaran akan berjalan dengan baik jika dilakukan strategi pemasaran yang tepat
yang sesuai dengan produknya, dan target pasarnya sehingga saluran pemasaran
yang dipilih pun juga bisa efisien. Menurut Sofa (2008), tujuan pemasaran yang
akan dicapai, dipengaruhi oleh konsumen, dimana konsumen merupakan
komponen lingkungan yang sangat berpengaruh. Oleh karena itu, dalam proses
pemasaran dibutuhkan pengenalan terhadap perilaku konsumen.
Kebutuhan dan keinginan-keinginan konsumen akan berubah secara terus
menerus, sehingga seorang manajer pemasaran harus memiliki pengetahuan yang
seksamatentang prilaku konsumen bimbel agar dapat memberikan definisi pasar
yang baik untuk mengikuti perubahan yang konsisten, serta merancang strategi
bauran pemasaranyang tepat.
Perilaku konsumen adalah kegiatan yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mengkonsumsi produk atau jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Engel, at el. (1994)
menyatakan “Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat
keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan
mengatur pembelian barang atau jasa”.
Kaitan antara perilaku konsumen dengan pemasaran adalah perilaku
konsumen sangat mempengaruhi kelancaran proses pemasaran. Perilaku
20
21
konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran sangat berguna karena salah satu
alasan mengenai pentingnya pemasaran adalah perusahaan tidak hanya
memproduksi produk lalu menjualnya untuk mendapatkan laba yang besar, tetapi
perusahaan juga ingin agar konsumen menjadi loyal kepada perusahaan. Dalam
mewujudkan tujuan pemasaran dalam meningkatkan loyalitas pelanggan atau
konsumen terhadap barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut,
maka perlu memahami perilaku konsumen. Perilaku konsumen sangatlah
berkaitan dengan pemasaran. Pemasar harus bisa memahami perilaku atau sikap
dari masing-masing individu yang menjadi sasarannya dalam memasarkan produk
dan jasa (Jodie, 2007). Kegiatan pemasaran salah satunya adalah mempengaruhi
konsumen agar bersedia membeli barang dan jasa perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan harus mempelajari dan memperhatikan perilaku konsumen, yaitu
misalnya yang dibutuhkan dan juga meneliti alasan apa yang menyebabkan
konsumen memilih dan membeli produk tertentu (Dharmesta dan Irawan, 1999).
Pemasaran yang dimaksud dari penelitian ini adalah pemasaran industri
yang bergerak dibidang jasa dikenal istilah marketing mix, yang terdiri dari :
Product, Price, Place, Promotion, physical evidence, People, dan Proccess.
Produk merupakan titik pusat pengembangan penentuan posisi yang
biasanya berada pada saat perusahaan atau unit bisnis menggunakan pendekatan
organisasional yang menekankan manajemen produk atau merek. Menurut Kotler
(2000) “Produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang
dapat ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan atas keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapabilitas
organisasi serta daya beli pasar”.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukkan atau pendapatan bagi perusahaan.Menurut Stanton (1996) “Harga
adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi
sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya”. Tingkat harga yang ditetapkan
mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain itu, secara tidak langsung harga juga
mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang
ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi produksi.
21
22
Saluran distribusi memiliki pengaruh terhadap konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian produk. Menurut Kotler (2000) “Saluran
distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau
dikonsumsi”. Cravens (2000) menyatakan “Keputusan untuk menggunakan
saluran distribusi yang menyangkut masalah jenis organisasi saluran yang akan
digunakan, peningkatan manajemen saluran distribusi, dan intensitas distribusi
sesuai dengan produk”.
Promosi seperti iklan, promosi penjualan, penjualan personal, dan
hubungan masyarakat (public relations), semua digunakan untuk membantu
perusahaan berkomunikasi dengan konsumennya, menjalin kerjasama antar
organisasi, masyarakat dan sasaran lainnya. Menurut Cravens (2000) “Promosi
memainkan peranan yang sangat penting dalam menempatkan posisi dimata dan
benak pembeli, karena promosi pada hakekatnya untuk memberitahukan,
mengingatkan, membujuk pembeli serta pihaklain yang berpengaruh dalam proses
pembelian”. Lamb et al. (2001) menyatakan “Promosi adalah komunikasi dari
para pemasar yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon
pembeli suatu produk dalam mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh
suatu respons”.
People (partisipan) yang dimaksud disini adalah karyawan penyedia jasa
layanan maupun penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri, misalnya dalam jasa
kecantikan :diantaranya adalah para reception, dokter, dan beauty therapis. People
sangat mempengaruhi consumen dalam pengambilan keputusan terutama di
industri jasa.
Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan
kepada konsumen selama melakukan pembelian barang. Pengelola usaha melalui
front liner sering menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk tujuan
menarik konsumen. Fasilitas jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit
card, card member dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image
perusahaan.
22
23
Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga
termasuk suasana. Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak
dalam kaitannya dengan situasi. Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi
dan kondisi geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma,
cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting
sebagai obyek stimuli (Belk 1974 dalam Assael 1992).
Dari hasil penelitian awal yang dilakukan terhadap 30 responden, ternyata
hanya 4 variabel bauran pemasaran jasa yang mempengaruhi siswa dalam
menentukan keputusan pembelian, keempat variabel itu adalah: Promotion,
physical evidence, Price, dan Procces.
Jika keempat variabel tersebut sudah mencukupi, maka tinggal keputusan
pembelian konsumen sebagai penentunya sudah mencukupi, maka tinggal
keputusan pembelian konsumen sebagai penentunya.
Berdasarkan kepada teori-teori dan pendapat para pakar yang tersebut di
atas maka dapat disusun sebuah kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
23
24
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus
dilakukan pengujian. Disini kesimpulan sementaranya adalah:
1. Promosi (Promotion) berpengaruh terhadap minat siswa bimbel untuk
melakukan pembelian berulang.
2. Bukti Fisik (Physical Evidence) berpengaruh terhadap minat siswa bimbel
untuk melakukan pembelian berulang.
3. Harga (Price) berpengaruh terhadap minat siswa bimbel untuk melakukan
pembelian berulang.
4. Proses (Proccess) berpengaruh terhadap minat siswa bimbel untuk melakukan
pembelian berulang.
5. Promotion, physical evidence, price, dan proccess berpengaruh secara
simultan terhadap minat siswa bimbel untuk melakukan pembelian berulang.
24
25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dimana penelitian
dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Sofian,
1995:3). Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja
bauran pemasaran khususnya promotion, physical evidence, price, dan proccess,
dan keputusan pembelian berulang pelanggan serta mengukur pengaruh kinerja
bauran pemasaran (promotion, physical evidence, proce, dan proccess) terhadap
keputusan pembelian berulang pelanggan melalui pengujian hipotesis.
Sehubungan dengan hal tersebut maka digunakan dua jenis penelitian yaitu
penelitian deskriptif dan verifikatif. Di dalam penelitian ini akan diuji apakah
promosi, physical evidence, harga, dan proses berpengaruh terhadap keputusan
pelanggan untuk melakukan pembelian berulang. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode descriptive survey dan metode explanatory survey, yaitu
suatu metode yang tidak hanya melihat gambaran umum dari variabel atau
hubungan antar variabel saja, tetapi juga untuk melihat apakah terdapat pengaruh
antar variabel dan sejauh mana pengaruh tersebut ada (Irawan, 1999:61).
Maksud utama penelitian survey pada tesis ini ialah untuk menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Sehingga
dapat disebut pula sebagai penelitian penjelasan (explanatory survey).
25
26
3.2 Unit Observasi dan Lokasi
Tipe investigasi dalam penelitian ini adalah kausalitas, yaitu tipe yang
menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara independen variabel, dalam hal
ini bauran pemasaran (promosi, physical evidence, harga, dan proses) terhadap
dependen variabel, yaitu keputusan pembelian berulang pelanggan. Unit observasi
dalam penelitian ini adalah individu, karena hanya pelanggan yang dijadikan
responden. Penelitian ini termasuk kategori cross-sectional yaitu informasi dari
sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empiris,
dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek
yang sedang diteliti, sebagaimana dikemukakan oleh (Sekaran, 2003:161 dan
Malhotra, 2002:81). Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
siswa GO kelas X SMAN di lokasi Unit Purnawarman36, Unit Sumatera35,dan
Unit MTC yang dianggap dari sekolah-sekolah yang ada di Kota Bandung.
3.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi
Untuk mengetahui kinerja bauran pemasaran (promosi, physical evidence,
harga, dan proses) serta pengaruhnya terhadap keputusan pembelian berulang
pelanggan maka diperlukan operasionalisasi variabel. Hal tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh melalui pengukuran varibel-variabel penelitian.Yang
menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah kinerja bauran pemasaran
(promosi, physical evidence, harga, dan proses) sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah keputusan pelanggan untuk melakukan pembelian berulang.
3.3.1 Variabel Penelitian
Untuk memudahkan suatu penelitian berangkat dan bermuara pada suatu
tujuan yang jelas, maka penelitian itu disimplifikasi kedalam bangunan variabel
(Ferdinand, 2006). Variabel adalah suatu atribut atau sifat dari obyek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2001).
26
27
Dari definisi di atas indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak
selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi
petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu
pendugaan.
Berkaitan dengan penelitian ini, variabel penelitian akan terbagi menjadi
dua yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen, akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Variabel dependen (Y) adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti.
Dalam script analysis, nuansa sebuah masalah tercermin dalam variabel
dependen. Hakekat sebuah masalah (the nature of a problem) mudah terlihat
dengan mengenali berbagai variabel dependen yang digunakan dalam sebuah
model. Variabilitas dari atau atas faktor inilah yang berusaha untuk dijelaskan
oleh seorang peneliti (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini, variabel
dependen yang digunakan adalah keputusan pembelian.
2. Variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.
Dalam script analysis, akan terlihat bahwa variabel yang menjelaskan
mengenai jalan atau cara sebuah masalah dipecahkan adalah tidak lain
variabel-variabel independen (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini,
variabel independen yang digunakan adalah citra perusahaan, citra konsumen,
citra produk dan bauran promosi.
3.3.2 Operasionaisasi Variabel
Seperti yang terungkap di dalam objek penelitian pokok masalah yang
diteliti bersumber dari dua hal yaitu kinerja bauran pemasaran jasa bimbingan
27
28
belajar sebagai variabel bebas (variabel X) dan keputusan pembelian berulang
konsumen menjadi peserta didik sebagai variabel tak bebas (variabel Y).
3.4 Populasi dan Penentuan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut ferdinand (2006) populasi adalah gabungan dari seluruh elemen
yang terbentuk peristiwa. Hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa
yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai
sebuah semesta penelitian. Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah peserta
didik GO kelas X SMAN dari sekolah-sekolah di Kota Bandung.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi.
Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh
anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan yang disebut
sampel (Ferdinand, 2006). Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah
non probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak memberikan
kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel.
Responden yang dipilih adalah peserta didik GO kelas X SMAN yang
belajar di sekolah-sekolah Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling, yaitu peneliti
menggunakan pertimbangan sendiri dengan cara sengaja dalam memilih anggota
populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau unit
sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan peneliti (Sugiyono,
2004). Kriteria yang digunakan peneliti adalah sampel merupakan peserta didik
GO kelas X SMAN di sekolah-sekolah yang mewakili kluster yang ada. Adapun
pengambilan responden yang dijadikan sampel dilakukan di Ganesha Operation
yang berada di kota Bandung.
3.4.3 Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
28
29
adalah peserta didik lembaga bimbel Ganesha Operation kelas X SMAN dengan
jumlah sebesar 473 orang. Karena jumlah populasi telah diketahui, maka jumlah
sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Yamane (1996) dalam
Ferdinand (2006) sebagai berikut:
n= N1+N d2
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = presisi yang ditetapkan atau prosentasi kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (diambil
5%).
Pengambilan sumber data didasarkan pada jumlah siswa yang mewakili
kluster 1, 2, dan 3 yang bimbel di Ganesha Operation khususnya kelas X SMA.
Jumlah sampelyang diambil berdasarkan persentase siswa yang ada seperti yang
tercantum pada Tabel 3.2 s.d 3.5, agar penelitian ini akurat, maka diambil 210
responden. Pengambilan sampel dilakukan pada Bulan September-Oktober
dengan cara memilih responden yang merupakan peserta didik GO kelas X
SMAN di sekolah-sekolah Kota Bandung disertai pembagian kuesioner di ruang
belajar.
Kriteria pengambilan sampel didasarkan pada presentase siswa kelas X
yang bimbel di Ganesha Operation yang dianggap mewakili kluster masing-
masing dengan jumlah responden sesuai dengan prosentase siswa yang ada.
3.4.4 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Adalah data yang diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan
langsung dari obyeknya (Santoso dan Tjiptono, 2001). Data primer dari
penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden, meliputi
identitas dan tanggapan responden, dalam hal ini respondennya adalah para
29
30
siswa GO kelas X SMAN yang belajar di sekolah-sekolah Kota Bandung
yang sudah dianggap mampu dan mengerti atas pernyataan yang diajukan di
kursioner tersebut. Kuesioner disebar pada tanggal 18 - 31 Januari 2015
sebanyak 30 kuesioner dan seluruh kuesioner yang disebar tersebut kembali
lengkap pada Bulan September - Oktober 2015 sebanyak 210 kuesioner.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui pihak lain,
atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang dipublikasikan,
sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain (Santoso dan Tjiptono, 2001).
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data jumlah peserta didik kelas X
SMAN di sekolah yang dijadikan sampling.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Kuesioner
Data yang dikumpulkan dalam penelitian akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga data-data tersebut harus benar-benar
dapat dipercaya dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian in diperoleh
melalui metode kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2008).
Kuesioner ini nantinya terdapat rancangan pertanyaan yang secara logis
berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-
jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.
Penelitian ini menggunakan skala likert jenis interval, yaitu skala yang
menunjukkan nilai-nilai skala yang sama dalam karakteristik yang diukur
(Widayat, 2004).
3.5.2 Observasi
Disamping kuisioner, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-
unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
30
31
3.5.3 Studi Kepustakaan
Studi pustaka yaitu pengumpulan data atau informasi dengan
menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan menggunakan buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian dan berujuan untuk menemukan teori,
konsep, dan variabel lain yang dapat mendukung penelitian. Di dalam metode
studi pustaka ini, peneliti mencari data melalui referensi-referensi, jurnal dan
artikel di internet.
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis
Di dalam suatu penelitian data memiliki kedudukan yang penting karena
data merupakan penggambaran variabel-variabel yang diteliti dan berfungsi
sebagai alat pembuktian hipotesis. Dengan demikian benar tidaknya data sangat
menentukan hasil penelitian. Sementara itu benar tidaknya data tergantung kepada
baik tidaknya instrumen pengumpul data yang antara lain harus memenuhi dua
persyaratan yaitu validitas dan reliabilitas.
Proses analisis data mengikuti beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan
data, penyiapan data, hingga interpretasi hasil. Setelah proses pengumpulan data
selesai, selanjutnya dilakukan penyiapan data. Tahap-tahap ini meliputi editing
data, yaitu mencermati setiap kuesioner dan mentabelkan masing-masing
jawaban ke dalam spreadsheet. Setelah itu dilakukan pencacahan jawaban untuk
mendapatkan distribusi frekuensi setiap pernyataan. Secara lengkap proses
tersebut dapat dituangkan dalam bentuk diagram alur (flow chart) seperti pada
Gambar 3.1.
3.6.1 Rancangan Analisis Data
Analisis Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa besar pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lainnya, baik pengaruh langsung maupun tidak
langsung. Besarnya pengaruh dari suatu variabel penyebab (independen) terhadap
31
Valid & Reliabel ?Pengujian Validasi
& Reliabilitas
32
variabel akibat (dependen) disebut koefisien jalur (yx). Sebelum mengambil
kesimpulan mengenai hubungan kausal dalam jalur, maka terlebih dahulu diuji
keberartian (signifikansi) untuk setiap koefisien jalur yang telah dihitung.
Untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya diperlukan persyaratan:
1. Hubungan antara variabel harus merupakan hubungan linear dan aditif,
2. Semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu sama lain,
3. Pola hubungan antara variabel adalah rekursif,
4. Skala pengukuran baik pada variabel penyebab maupun pada variabel akibat
sekurangkurangnya interval.
32
Pengumpulan Data
Penyiapan Data
- Editing data- Pembuatan filing data- Pemrograman komputer- Distribusi frekuensi
Revisi kuisioner
Analisis Jalur
Pengintervalan Data
Method of Successive Interval
33
Gambar 3.1 Proses Analisis Data
Apabila persyaratan tersebut dipenuhi, maka koefisien jalur dapat dihitung
dengan langkah-langkah:
1. Menggambarkan diagram jalur untuk hubungan antara variabel secara
lengkap, diagram jalur ini mencerminkan hipotesis konseptual yang diajukan
sehingga tampak dengan jelas variabel penyebab dan variabel akibat,
2. Menghitung besarnya pengaruh suatu variabel penyebab terhadap variabel
akibat, perhitungan ini didasarkan pada sub–struktur variabel penyebab
dengan variabel akibat,
3. Menghitung koefisien korelasi sederhana,
4. Menghitung matriks invers korelasi,
5. Menghitung koefisien jalur.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas instrumen berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi
alat ukur yang digunakannya. Maka dari itu sebelum instrument tersebut
digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap instrument
tersebut. Uji Validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang
akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner
dikatakan valid apabila dapat mempresentasikan atau mengukur apa yang hendak
33
Pengujian Hipotesis
Intepretasi Hasil
Selesai
34
diukur (variabel penelitian). Dengan kata lain validitas adalah ukuran yang
menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen yang telah ditetapkan.
Kuesioner yang valid harus mempunyai validitas internal dan
eksternal.validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam kuesioner
secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur, sedangkan validitas
eksternal bila kriteria didalam kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta emperis
yang telah ada (eksternal).
Validitas internal kuesioner harus memenuhi construct validity (validitas
kontruks) dan content validity (validitasisi). Validitas konstruks adalah kerangka
dari suatu konsep.Untuk mencari kerangka konsep dapat ditempuh dengan:
1) Mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam
literatur
2) Jika dalam literatur tidak didapatkan definisi konsep yang ingin diukur, peneliti
harus mendifinisikan sendiri konsep tersebut (dengan bantuan para ahli)
3) Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang
yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat dari para ahli
(judment experts). Untuk itu kuesioner yang telah dibuat berdasarkan teori tertentu,
dikonsultansikan kepada ahlinya untuk mendapatkan tanggapan atas kuesioner yang telah
kita buat, saran para ahli dapat tanpa perbaikan, dengan perbaikan atau dirombak total.
Validitas isi kuesioner ditentukan oleh sejauhmana isi kuesioner tersebut
mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misal konsep yang
mau diteliti terdiri dari tiga aspek, maka kuesioner yang dibuat harus menanyakan tentang
ketiga aspek tersebut, jika hanya menanyakan satu aspek saja berarti kuesioner tersebut
tidak memiliki validitasisi yang tinggi.
Setelah pengujian konstruk dan isi selesai, perlu diteruskan dengan Validitas
eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan kuesioner baru
dengan tolok ukur eksternal yang sudah valid, misal skala pengukur motivasi untuk
berprestasi yang diciptakan oleh Mehrabian (1973) yang sudah teruji kevalidanya.
Validitas eksternal ini dilakukan dengan ujicoba kuesioner tersebut pada populasi yang
mempunyai kriteria serupa disarankan sebanyak 30 responden (mendekati kurva normal),
setelah data ditabulasi maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor item kuesioner.
34
35
Jika kita mau menciptakan kuesioner baru, maka hasil pengukurannya harus
dikorelasikan dengan kuesioner yang sudah valid dengan menggunakan uji korelasi, bila
korelasinya tinggi dan signifikan berarti kuesioner yang baru memiliki validitas yang
memadai. Setelah validitas konstruk terpenuhi maka dilakukan validitas eksternal dengan
menggunakan bantuan SPSS.
Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur (Ferdinand, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (content
validity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang akan
diukur (Ferdinand, 2006). Biasanya digunakan dengan menghitung korelasi antara
setiap skor butir instrumen dengan skor total (Sugiyono, 2004). Metode uji
validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah metode korelasi product
moment dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = Keeratan hubungan (Korelasi)
x = Jumlah skor pertanyaan
y = Jumlah skor total pertanyaan
n = jumlah sampel yang akan diuji
Kriteria putusan:
rxy hitung > r tabel maka valid
rxy hitung < r tabel maka tidak valid
Pengujian validitas menggunakan alat ukur berupa program komputer yaitu
SPSS (Statistical Package for the Social Science) for windows 20, dan jika suatu
alat ukur mempunyai korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor
totalnya maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid (Ghozali, 2006).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
alat pengukuran konstruk aatau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
35
36
handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006).
Adapun rumus kasar diperoleh dari:
Keterangan:
α = Koefisien korelasi
k = Banyaknya belahan tes
Si = Varians belahan tes
Dalam melakukan perhitungan Alpha, digunakan alat bantu program
komputer yaitu SPSS (Statistical Package for the Social Science) for windows 20
dengan menggunakan model Alpha. Sedangkan dalam pengambilan keputusan
reliabilitas, suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,6
(Ghozali, 2001).
Pengujian reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada
penelitian ini akan menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Nilai
Cronbach Alpha pada penelitian ini akan digunakan nilai 0.6 dengan asumsi
bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach
Alpha ≥ 0.6 (Nunally, 1996 dalam Ghozali, 2005)
Syarat suatu alat ukur menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi
adalah apabila koefisien reliabilitas (α) yang mendekati angka satu. Apabila
koefisien alpha (α) lebih besar dari 0.6 maka alat ukur dianggap handal atau
terdapat internal consistency reliability dan sebaliknya bila alpha lebih kecil dari
0.2 maka dianggap kurang handal atau tidak terdapat internal consistency
reliability.
Pengujian Instrumen
Sebelum instrumen diterapkan dalam melakukan analisis deskriftif maka
terlebih dahulu diajukan uji validitas dan reliabilitas setiap item kuesionernya.
36
37
a. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument alat ukur
yang digunakan telah menjalankan fungsi pengukurannya. Alat ukur dikatakan
valid apabila jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
menggunakan nilai Corrected Item Total, hasilnya dibandingkan dengan titik
kritis 0,300. Instrumen dikatakan valid apabila nilai Corrected Item Total ≥ titik
kritis. Berikut merupakan hasil pengujian validitas kuesioner dalam penelitian ini;
Tabel 3.1
Matrik Hasil Uji Validitas Pearson (Product Moment)
Untuk Alat Ukur Promosi (X1)
( N=30 dan α =0.05)
Nomor Item rhit rtab Keterangan
1 0,805 0,361 Valid
2 0,831 0,361 Valid
3 0,857 0,361 Valid
4 0,841 0,361 Valid
Berdasarkan uji validitas pada Tabel 3.1 dari keempat pernyataan yang ada
indeks validitasnya 0,361 lebih besar dari 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh item pernyataan valid.
Tabel 3.2
Matrik Hasil Uji Validitas Pearson (Product Moment)
Untuk Alat Ukur Physical Evidence (X2)
( N=30 dan α =0.05)
Nomor Item rhit rtab Keterangan
37
38
5 0.853 0.361 Valid
6 0.862 0.361 Valid
7 0.860 0.361 Valid
8 0.829 0.361 Valid
9 0.852 0.361 Valid
10 0.862 0.361 Valid
Berdasarkan uji validitas pada Tabel 3.2 dari keenam pernyataan yang ada
indeks validitasnya berada pada kisaran 0,852 hingga 0,862 lebih besar dari 0,361
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid.
Tabel 3.3
Matrik Hasil Uji Validitas Pearson (Product Moment)
Untuk Alat Ukur Harga (X3)
( N=30 dan α =0.05)
Nomor Item rhit rtab Keterangan
11 0.805 0.361 Valid
12 0.797 0.361 Valid
13 0.831 0.361 Valid
14 0.885 0.361 Valid
15 0.829 0.361 Valid
Berdasarkan uji validitas pada Tabel 3.3 dari kelima pernyataan yang ada
indeks validitasnya berada pada kisaran 0,797 hingga 0,885 lebih besar dari 0,361
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid.
Tabel 3.4
Matrik Hasil Uji Validitas Pearson (Product Moment)
Untuk Alat Ukur Process (X4)
38
39
( N=30 dan α =0.05)
Nomor Item rhit rtab Keterangan
16 0,804 0,361 Valid
17 0,892 0,361 Valid
18 0,855 0,361 Valid
19 0,856 0,361 Valid
Berdasarkan uji validitas pada Tabel 3.4 dari keempat pernyataan yang ada
indeks validitasnya berada pada kisaran 0,804 hingga 0,892 lebih besar dari 0,361
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid.
Tabel 3.5
Matrik Hasil Uji Validitas Pearson (Product Moment)
Untuk Alat Ukur Keputusan Pembelian (Y)
( N=30 dan α =0.05)
Nomor
Itemrhit rtab Ket.
Nomor
Itemrhit rtab Ket.
20 0.830 0.361 Valid 25 0.814 0.361 Valid
21 0.837 0.361 Valid 26 0.924 0.361 Valid
22 0.822 0.361 Valid 27 0.835 0.361 Valid
23 0.826 0.361 Valid 28 0.812 0.361 Valid
24 0.801 0.361 Valid
Berdasarkan uji validitas pada Tabel 3.5 dari kesembilan pernyataan yang
ada indeks validitasnya berada pada kisaran 0,801 hingga 0,924 lebih besar dari
0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid.
Berdasarkan hasil pengujian validitas pada tabel 3.8 hingga 3.12 di atas
dari ke lima variabel yang diuji setiap item pernyataan dinyatakan valid karena
nilai indeks validitasnya lebih besar dari 0.3, sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh item pernyataan pada kelima variabel valid dan layak digunakan sebagai
39
40
alat ukur variabel Promotion (X1), Physical Evidence (X2), Price (X3), Process
(X4), dan Keputusan Pembelian (Y).
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengukur kehandalan atau kestabilan
suatu alat ukur. Pengujian realibilitas untuk item dengan skala likert
menggunakan alpha cronbach. Berdasarkan uji reliabilitas untuk variabel
independen yaitu Promotion (X1), Physical Evidence (X2), Price (X3) dan Process
(X4). Suatu instrumen penelitian diindikasi memiliki reliabilitas lebih besar atau
sama dengan 0,700 maka disimpulkan bahwa kuesioner sudah reliabel, sehingga
kuisioner sudah dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yang dapat
mengukur topik permasalahan yang sedang dibahas. Berikut merupakan hasil
pengujian reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini;
Tabel 3.6
Reliability Statistics
Variabel PROMOSI (X.1)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of
Items
.853 .853 4
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa setiap variabel dinyatakan
reliabel karena memiliki nilai 0,853 lebih besar dari 0,7 hal ini menunjukan bahwa
item pernyataan kuisioner andal (reliabel) untuk mengukur variabelnya masing-
masing.
Tabel 3.7
Reliability Statistics
Variabel PHYSICAL EVIDENCE (X.2)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of
Items
40
41
.925 .925 6
Berdasarkan Tabel 3.7 terlihat bahwa setiap variabel dinyatakan reliabel
karena memiliki nilai 0,925 lebih besar dari 0,7 hal ini menunjukan bahwa item
pernyataan kuisioner andal (reliabel) untukmengukur variabelnya masing-masing.
Tabel 3.8
Reliability Statistics
Variabel HARGA (X.3)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of
Items
.887 .886 5
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa setiap variabel dinyatakan
reliabel karena memiliki nilai 0,887 lebih besar dari 0,7 hal ini menunjukan bahwa
item pernyataan kuisioner andal (reliabel) untuk mengukur variabelnya masing-
masing.
Tabel 3.9
Reliability Statistics
Variabel PROSES (X.4)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of
Items
.873 .874 4
41
42
Berdasarkan Tabel 3.9 terlihat bahwa setiap variabel dinyatakan reliabel
karena memiliki nilai 0,873 lebih besar dari 0,7 hal ini menunjukan bahwa item
pernyataan kuisioner andal (reliabel) untuk mengukur variabelnya masing-masing.
Tabel 3.10
Reliability Statistics
Variabel KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of
Items
.945 .945 9
Berdasarkan Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa setiap variabel dinyatakan
reliabel karena memiliki nilai 0,945 lebih besar dari 0,7 hal ini menunjukan bahwa
item pernyataan kuisioner andal (reliabel) untuk mengukur variabelnya masing-
masing.
Berdasarkan pada di atas dapat dilihat bahwa setiap variabel dinyatakan
reliabel, karena lebih besar dari titik kritis 0.7, hasil ini menunjukkan bahwa item
pernyataan kuesioner pada kelima variabel andal (reliabel) untuk mengukur
variabelnya masing-masing.
3.6.1.4 Metode Konversi Data Menjadi Skala Interval
Untuk mengetahui kinerja bauran pemasaran jasa serta keputusan
konsumen menjadi peserta didik maka data diolah dengan menganalisis sikap
42
43
responden terhadap setiap butir kuesioner untuk melihat hasil penelitian positif
atau negatif terhadap pelaksanaan variabel dengan menggunakan analisis Likert
Summated Rating yang mengkategorikan sikap responden sebagai berikut.
ntang
Nilai tiap batasan (minimum, kuartil 1, median, kuartil 3, dan maksimum)
adalah hasil perkalian jumlah responden dengan jumlah butir pertanyaan untuk
setiap subvariabel yang dianalisis serta batasan skala (1 untuk nilai minimal dan
seterusnya sampai 5 untuk nilai maksimal).
Selanjutnya dicari rata-rata tiap responden untuk memudahkan penelitian
dari rata-rata tersebut dibuat interval. Rumus yang digunakan menurut Sudjana
(2000:79) sebagai berikut:
Panjang kelas interval= rentangbanyak kelas interval
Dimana:
Rentang = nilai tertinggi – nilai terendah
Banyak interval kelas = 5
Panjang interval kelas=5−15
= 0,8
Tabel 3.11
Kriteria intepretasi nilai rata-rata variable penelitian
Interval Kriteria
1 – 1,8 Sangat Lemah (Sangat Tidak Baik)
1,8 – 2,6 Lemah (Tidak Baik)
2,6 – 3,4 Cukup (Cukup Baik)
3,4 – 4,2 Kuat (Baik)
4,2 – 5,0 Sangat Kuat (Sangat Baik)
43
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
44
Untuk analisis jalur diperlukan syarat data yang mempunyai tingkat
pengukuran sekurang-kurangnya berskala interval. Karena semua variabel dalam
penelitian ini berskala ordinal, maka harus ditingkatkan menjadi skala interval,
yaitu dengan menggunakan method of successive interval (MSI), dengan demikian
perlu dilakukan transformasi data dengan langkah-langkah berikut.
1. Berdasarkan hasil jawaban responden untuk setiap pertanyaan, hitung
frekuensi setiap pilihan jawaban
2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, hitung
proporsi untuk setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan
jumlah responden yang ada.
3. Berdasarkan proporsi yang ada tersebut untuk setiap pertanyaan, hitunglah
proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.
4. Untuk setiap pertanyaan, tentukan nilai batas untuk Z (tabel distribusi normal)
bagi setiap pilihan jawaban. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas
daerah di bawah kurva normal.
5. Tentukan bersarnya nilai densitas (density) untuk setiap proporsi kumulatif
dengan memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.
6. Hitung scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban
melalui persamaan MSI:
Scale Value =
Kepadatan Batas Bawah−Kepadatan Batas AtasDaerah di Bawah Batas Atas−Daerah di Bawah Batas Bawah
7. Hitung score (nilai hasil trasformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan:
Score = Scale Value + | Scale Value minimum | + 1Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier ganda.
Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal
antar variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y. “Analisis jalur ialah suatu teknik
untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika
44
ρX
45
variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung
tetapi juga secara tidak langsung”. (Robert D. Retherford 1993). Sedangkan
definisi lain mengatakan: “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung
bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat
kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat
hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley 1997).
David Garson dari North Carolina State University mendefinisikan analisis
jalur sebagai “Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan
matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang
dibandingkan oleh peneliti. Hubungan kausal antar variabel penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
Keterangan:X = Bauran pemasaran jasa,Y = Keputusan konsumen menjadi peserta didik,ρYX = Koefisien jalur, dan = faktor lain (residu).
Gambar 3.2 Hubungan Kausal Antara Variabel X dengan Y
Berdasarkan paradigma pada Gambar 3.2 terlihat bahwa hubungan antar
variabel berbentuk regresi linear sederhana sebagai berikut.
Y = f(X dan ) atau Y = PYX X +
Untuk bentuk regresi linear sederhana, koefisien jalur tidak lain adalah
koefisien korelasi yang besarnya adalah:
PYX = r YX
n∑h=1
n
Xh Y h−∑h=1
n
X h∑h=1
n
Y h
√[n∑h=1
n
X2h−(∑h=1
n
X h)2] [n∑h=1
n
Y h2−(∑h=1
n
Y h)2 ]
Pengaruh variabel lainnya terhadap Y di luar X adalah:
45
46
PY = √1−PYX2
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian Secara Parsial
Jika hipotesis umum dalam penelitian signifikan, maka selanjutnya dapat
dilakukan pengujian secara parsial, yaitu:
1. H0 : ρYX1 0
Kinerja promosi jasa bimbingan belajar tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
H1 : ρYX1 0
Kinerja promosi jasa bimbingan belajar berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
2. H0 : ρYX2 0
Kinerja physical evidence bimbingan belajar tidak berpengaruh
terhadap keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta
didik pada bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
H1 : ρYX2 0
Kinerja physical evidence bimbingan belajar berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
3. H0 : ρYX3 0
46
47
Kinerja harga jasa bimbingan belajar tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
H1 : ρYX3 0
Kinerja harga jasa bimbingan belajar berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
4. H0 : ρYX4 0 melawan
Kinerja proses jasa bimbingan belajar tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
H1 : ρYX4 0
Kinerja proses jasa bimbingan belajar berpengaruh terhadap
keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik pada
bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung.
Hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan statistik uji Modifikasi Al-
Rasjid (Sitepu, 1994:36) yang rumusnya sebagai berikut.
t =
rxy
√ (1-rxy2 )
n-2
¿ π r2
Statistik uji diatas mengikuti distribusi t dengan derajat bebas df = n – 2.
di mana:
rYX = merupakan koefisien jalur atau besarnya pengaruh dari variabel
penyebab (X) terhadap variabel akibat (Y),
r2YX = merupakan koefisien yang menyatakan determinan total dari semua
variabel penyebab terhadap variabel akibat.
Kriteria pengujian:
47
48
Menolak HO apabila t > t(1 - ): (n - 2) berarti koefisien jalur signifikan dan ada
pengaruh dari kinerja bauran pemasaran jasa terhadap terhadap keputusan
konsumen menjadi peserta didik pada bimbingan belajar Ganesha Operation
Bandung.
Menerima HO apabila t < t(1 - ): (n - 2) berarti koefisien jalur tidak signifikan dan
tidak ada pengaruh dari kinerja bauran pemasaran jasa terhadap keputusan
konsumen menjadi peserta didik pada bimbingan belajar Ganesha Operation
Bandung.
Pengujian Secara Simultan
Model jalur pada penelitian ini menggunakan tipe regresi berganda seperti
pada Gambar 3.3. Berdasarkan paradigma pada Gambar 3.3, struktur hubungan
variabel tersebut dapat dinyatakan ke dalam persamaan regresi, yaitu:
Y
¿̂=b0+b
XY1X 1+… +bYX1
X4+ ε¿
Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, harga-harga bYX1, bYX2, ...,
bYX4 dapat ditentukan melalui:
bYX i=∑
j=1
k
Cij∑h=1
n
X jhY h ; i = 1,2, ..., 4 dan
b0=Y−bXY1X1−…−bYX 4
X4
Gambar 3.3 Hubungan Kausal Antara Variabel X1, ... X4 dengan Y
48
Keterangan:X1 = Promosi jasa
bimbingan belajar,X2 = Bukti fisik jasa
bimbingan belajar,X3 = Harga jasa bimbingan
belajar,X4 = Proses penyampaian
jasa bimbingan belajar,Y = keputusan
pembelianberulang konsumen menjadi peserta didik,
= faktor lain (residu).
49
Koefisien jalur dapat ditentukan melalui rumus berikut ini.
ρYX i=bYX i√∑h=1
n
X ih2
∑h=1
n
Y h2
, i = 1, … , 4
Keterangan:
ρYxi = koefisien jalur dari variabel Xi terhadap variabel Y,
bYxi = koefisien regresi dari variabel Xi terhadap variabel Y.
Selanjutnya untuk mencari pengaruh keseluruhan dari variabel X1 ..., X4
terhadap Y dihitung dengan rumus sebagai berikut.
RYX1 . . . X4
2 =∑i=1
k
PYXirYXi
Keterangan:
rYXi adalah koefisien korelasi antara variabel Xi dan Y dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Sedangkan koefisien jalur variabel lainnya di luar variabel X1 ..., X4
dihitung melalui rumus:
ρY ε
=√1−R2YX i . . . X4
Pengujian Secara Keseluruhan
Hipotesis 5 penelitian ini adalah: Bauran pemasaran (promotion, physical
evidence, price, proccess) bimbingan belajar secara simultan berpengaruh
49
r YXi=
n∑h=1
n
X ihY h−∑h=1
n
X ih∑h=1
n
Y h
√{n∑h=1
n
X ih2 −(∑
h=1
n
X ih)2} {n∑
h=1
n
Y h2−(∑
h=1
n
Y h)2}
, i=1, 2, …, 4
50
terhadap keputusan pembelian berulang konsumen menjadi peserta didik
pada bimbingan belajar Ganesha Operation Bandung. Jika hipotesis
penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis statistik adalah:
H0 : ρYX1 = ρYX2 = ... = ρYX4 = 0
H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah ρYXi 0, i = 1, 2, 3, 4
Statistik uji yang digunakan adalah:
F=(n−k−1 )∑
i=1
k
ρYXirYX i
k (1−∑i=1
k
ρYX irYX i)
Statistik uji di atas mengikuti distribusi F Snedecor dengan derajat bebas
df 1 = k dan df 2 = n – k – 1.
Kriteria uji, tolak H0 jika F F; k, (n-k-1) dengan F; k, (n-k-1) diperoleh dari tabel
distribusi F dengan = 5%, derajat bebasnya, df 1= k, dan df 2 = n-k-1.
Statistik uji untuk setiap hipotesis tersebut adalah:
ti =
ρYXi
√ ( 1−RYX1 ... X k
2 ) CRii
n−k−1 , i = 1, 2, 3, … , k
Statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan df = (n – k – 1).
Kriteria penolakan HO adalah jika t hitung > t(1 - /2; n – k – 1)
Apabila ada hasil pengujian secara individual yang tidak signifikan
berarti ada koefisien jalur yang tidak berarti (bermakna). Dengan demikian harus
dibuat diagram jalur yang baru di mana jalur yang koefisien jalurnya tidak
signifikan dihilangkan dari diagram. Karena diagram jalur sudah berubah, maka
semua tahapan perhitungan diulang kembali dari awal untuk menghitung
koefisien jalur yang baru sampai seluruh hasil pengujian secara individual yang
diperoleh adalah signifikan.
50
51
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian terhadap konsumen Ganesha Operation
khususnya kelas X di Kota Bandung, maka dapat diketahui hasil penelitian yaitu
mengenai “Pengaruh Promotion, Physical Evidence, Price, dan Proccess
Terhadap Minat Pembelian Berulang Siswa Kelas X SMAN (Suatu Studi Pada
Siswa Bimbel Kelas X SMAN di Ganesha Opertion Kota Bandung)”, yang
hasilnya dapat dilihat pada uraian sub-sub bab berikut ini.
4.1.3 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai
sejauh mana tanggapan dari konsumen mengenai implementasi pemasaran
(Promotion, Physical Evidence, Price, dan Process) terhadap keputusan
pembelian dengan melakukan pengklasifikasian jumlah skor perinstrumen dan
persentase jumlah skor perindikator dari masing-masing variabel yang diteliti.
Dalam setiap item pernyataan dapat diketahui tanggapan dari para
responden yang telah memberikan jawabannya berupa skor paling banyak atau
paling sedikit, adapun analisis deskriptif yang digunakan yaitu dengan cara
menghitung frekuensi dan rata-rata dengan menentukan nilai rata-rata masing-
masing item pernyataan, maka data yang digunakan dirubah menjadi data interval
51
52
dengan menggunakan program metode succesive interval (MSI) selajutnya dicari
rata-rata responden untuk memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut maka
dibuat interval.
Setelah menganalisis data responden, selanjutnya akan dibahas mengenai
data penelitian. Data penelitian ini merupakan hasil jawaban responden dalam
mengisis kuisioner penelitian yang disebarkan kepada 210 responden dengan
menggunakan kuisioner yang terdiri atas 19 item pertanyaan untuk variabel
implementasi pemasaran dan 9 item pertanyaan untuk variabel keputusan
pembelian.
Tabel 4.1
Kriteria intepretasi nilai rata-rata variable penelitian
Interval Kriteria
1 – 1,8 Sangat Lemah (Sangat Tidak Baik)
1,8 – 2,6 Lemah (Tidak Baik)
2,6 – 3,4 Cukup (Cukup Baik)
3,4 – 4,2 Kuat (Baik)
4,2 – 5,0 Sangat Kuat (Sangat Baik)
4.1.3.1 Gambaran Penilaian Responden terhadap Variabel Promotion (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total 2.714 dengan
prosentase rata-rata 64,62%, dengan demikian penilaian implementasi pemasaran
Promotion adalah kurang baik.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai presentase rata-rata untuk
variabel promosi sebesar 64,62%, kemudian angka tersebut disesuaikan pada
daerah kontinum. Berdasarkan daerah kontinum, implementasi pemasaran
Promotion Ganesha Operation terletak pada daerah kontinum yang kurang baik
yaitu antara interval 52% - 68% ini menunjukan bahwa siswa kelas X kota
52
53
Bandung menilai promosi Ganesha Operation yang dilakukan selama ini belum
berjalan dengan baik.
ntang
Tabel 4.2 Tanggapan Responden Tentang Promotion (X1)
ITEMSKOR
JUMLAH SKOR SKOR-MAX %INDEKS
(ITEM)5 4 3 2 1
1 12 85 83 17 13 210 696 1050 66.29% 3.31
2 20 84 74 13 19 210 703 1050 66.95% 3.35
3 27 75 54 33 21 210 684 1050 65.14% 3.26
4 25 65 42 42 36 210 631 1050 60.10% 3.00
SKOR TOTAL 2714 4200
PERSENTASE RATA-RATA 64.62%
INDEKS (1-5) 3.23
STANDAR DEVIASI 2.44
4.1.3.2 Gambaran Penilaian Responden terhadap Variabel
Physical Evidence (X2)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total 4.175 dengan
prosentase rata-rata 66,27%, dengan demikian penilaian implementasi pemasaran
Physical Evidence adalah kurang baik.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai presentase rata-rata untuk
variabel promosi sebesar 66,27%, kemudian angka tersebut disesuaikan pada
daerah kontinum. Berdasarkan daerah kontinum, implementasi pemasaran
Physical Evidence Ganesha Operation terletak pada daerah kontinum yang kurang
baik yaitu antara interval 52% - 68% ini menunjukan bahwa siswa kelas X kota
53
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
54
Bandung menilai Physical Evidence Ganesha Operation yang ada saat ini belum
baik.
ntang
Tabel 4.3 Tanggapan Responden Tentang Physical Evidence (X2)
ITEMSKOR
JUMLAH SKOR SKOR-MAX %INDEKS
(ITEM)5 4 3 2 1
5 11 81 85 21 12 210 688 1050 65.52% 3.28
6 20 67 100 12 11 210 703 1050 66.95% 3.35
7 30 72 53 28 27 210 680 1050 64.76% 3.24
8 12 82 73 29 14 210 679 1050 64.67% 3.23
9 27 79 69 20 15 210 713 1050 67.90% 3.40
10 23 91 59 19 18 210 712 1050 67.81% 3.39
SKOR TOTAL 4175 6300
PERSENTASE RATA-RATA 66.27%
INDEKS (1-5) 3.31
STANDAR DEVIASI 3.73
4.1.3.3 Gambaran Penilaian Responden terhadap Variabel Price (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total 3.495 dengan
prosentase rata-rata 66,57%, dengan demikian penilaian implementasi pemasaran
Price adalah kurang baik.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai presentase rata-rata untuk
variabel Price sebesar 66,57%, kemudian angka tersebut disesuaikan pada daerah
kontinum. Berdasarkan daerah kontinum, implementasi pemasaran Price Ganesha
Operation terletak pada daerah kontinum yang kurang baik yaitu antara interval
52% - 68% ini menunjukan bahwa siswa kelas X kota Bandung menilai Price
Ganesha Operation yang disampaikan selama ini belum dipahami dengan baik
oleh siswa tentang value yang didapatkan.
ntang
54
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
55
Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Price (X3)
ITEMSKOR
JUMLAH SKOR SKOR-MAX %INDEKS
(ITEM)5 4 3 2 1
11 11 75 103 10 11 210 695 1050 66.19% 3.31
12 25 79 65 24 17 210 701 1050 66.76% 3.34
13 19 90 67 16 18 210 706 1050 67.24% 3.36
14 13 74 89 21 13 210 683 1050 65.05% 3.25
15 12 90 85 12 11 210 710 1050 67.62% 3.38
SKOR TOTAL 3495 5250
PERSENTASE RATA-RATA 66.57%
INDEKS (1-5) 3.33
STANDAR DEVIASI 3.10
4.1.3.4 Gambaran Penilaian Responden terhadap Variabel Process (X4)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total 2.773 dengan
prosentase rata-rata 66,02%, dengan demikian penilaian implementasi pemasaran
Process adalah kurang baik.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai presentase rata-rata untuk
variabel Process sebesar 66,02%, kemudian angka tersebut disesuaikan pada
daerah kontinum. Berdasarkan daerah kontinum, implementasi pemasaran Process
Ganesha Operation terletak pada daerah kontinum yang kurang baik yaitu antara
interval 52% - 68% ini menunjukan bahwa siswa kelas X kota Bandung menilai
Process Ganesha Operation yang dilakukan selama ini belum berjalan dengan
baik.
ntang
Tabel 4.5 Tanggapan Responden Tentang Process (X4)
ITEMSKOR
JUMLAH SKOR SKOR-MAX %INDEKS
(ITEM)5 4 3 2 1
16 25 58 41 68 18 210 634 1050 60.38% 3.02
17 29 64 86 20 11 210 710 1050 67.62% 3.38
18 27 95 37 40 11 210 717 1050 68.29% 3.41
55
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
56
19 16 93 71 17 13 210 712 1050 67.81% 3.39
SKOR TOTAL 2773 4200
PERSENTASE RATA-RATA 66.02%
INDEKS (1-5) 3.30
STANDAR DEVIASI 2.41
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total 13.157 dengan
persentase rata-rata 65,87% dengan demikian penilaian implementasi pemasaran
kurang baik. Hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai persentase rata-rata untuk
variabel implementasi pemasaran sebesar 65,87%, kemudian angka tersebut
dikonsultasikan pada daerah kontinum. Berdasarkan daerah kontinum,
implementasi pemasaran terletak pada daerah kontinum kurang baik yaitu antara
interval 52% - 68%. Hal ini menunjukan bahwa program GO kelas X dinilai
kurang baik menurut siswa kelas X di Kota Bandung.
ntang
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Tentang Implementasi Pemasaran (X)
VARIABEL TOTAL % RATA-RATAINDEKS
Promotion 2714 64,62% 3.23
Physical Evidence 4175 66,27% 3.31
Price 3495 66,57% 3.33
Process 2773 66,02% 3.30
SKOR TOTAL 13157
PERSENTASE RATA-RATA 65,87%
INDEKS (1-5) 3.29
4.1.3.5 Gambaran Penilaian Responden terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total 6.105 dengan
prosentase rata-rata 64,60%, dengan demikian penilaian keputusan pembelian
adalah kurang baik.
56
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
57
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai presentase rata-rata untuk
keputusan pembelian sebesar 64,60%, kemudian angka tersebut disesuaikan pada
daerah kontinum. Berdasarkan daerah kontinum, keputusan pembelian siswa
terhadap produk Ganesha Operation terletak pada daerah kontinum yang kurang
baik yaitu antara interval 52% - 68% ini menunjukan bahwa siswa kelas X kota
Bandung menilai bahwa Ganesha Operation belum mampu membangkitkan minat
pembelian.
ntang
Tabel 4.7 Tanggapan Responden Tentang Keputusan Pembelian (Y)
ITEMSKOR
JUMLAH SKOR SKOR-MAX %INDEKS
(ITEM)5 4 3 2 1
20 48 58 23 66 15 210 688 1050 65.52% 3.28
21 16 78 61 41 14 210 671 1050 63.90% 3.20
22 44 46 20 84 16 210 648 1050 61.71% 3.09
23 29 65 83 20 13 210 707 1050 67.33% 3.37
24 18 36 104 44 8 210 642 1050 61.14% 3.06
25 27 76 78 15 14 210 717 1050 68.29% 3.41
26 32 82 50 27 19 210 711 1050 67.71% 3.39
27 21 72 76 27 14 210 689 1050 65.62% 3.28
28 22 49 66 55 18 210 632 1050 60.19% 3.01
SKOR TOTAL 6105 9450
PERSENTASE RATA-RATA 64.60%
INDEKS (1-5) 3.23
STANDAR DEVIASI 4.86
4.1.4 Hasil Analisis Verivikatif
4.1.4.1 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
57
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
58
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu/residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara
termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik
histogramyang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal.
Tabel 4.8Uji Normaitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 210
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation
2,48853885
Most Extreme Differences
Absolute ,047
Positive ,020
Negative -,047
Kolmogorov-Smirnov Z ,679
Asymp. Sig. (2-tailed) ,747
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasi Uji Kolmogorov-Smirnov Test Nilai Asymp. Sig.
(2Taled) = 0,747, Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka artinya data tersebut
berdistribusi Normal.
58
59
Gambar 4.1 Grafik Uji Normalitas
Garfik Normal diatas bahwa data menyebar mengikuti arah garis
diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas, artinya dalam penelitian ini
data terdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.
59
60
Gambar 4.2 Grafik Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Digram Scatterplot bahwa nampak titik-titik menyebar secara
acak (random), tidak membentuk sebuah pola tertentu dengan jelas atau teratur,
dan tidak berkumpul pada suatu tempat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data
tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas pada model.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untukmenguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan
kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi dalam penelitian
ini menggunakan uji statistik Durbin Watson (DW Test).
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi berdasarkan Durbin WatsonModel Summaryb
Model RR Adjuste Std. Durbin-
60
61
Squared R
Square
Error of the
Estimate Watson
1 .812a ,659 ,652 2,512700
1,910
a. Predictors: (Constant), Proses, Harga, Promosi, Phisical Evidence
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Berdasarkan tabel diatas, nilai DW sebesar 1,910. Karena angka Durbin
Watson (DW) : 1,55 < DW < 2,46 Tidak Terjadi autokorelasi.
Pengujian autokerelasi juga dapat dilakukan melalui Runs Test seperti
yang terlihat pada diagram dibawah ini:
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi berdasarkan Runs TestRuns Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea ,04751
Cases < Test Value
105
Cases >= Test Value
105
Total Cases 210
Number of Runs 109
Z ,415
Asymp. Sig. (2-tailed)
,678
a. Median
Berdasarkan Runs Test, karena nilai Asymp. Sig (2-taild) 0,678 > 0,05 maka tidak terjadi
autokorelasi.
4.1.5 Perhitungan Analisis Jalur
4.1.5.1 Pengaruh Implementasi Pemasaran (Promotion, Physical Evidence,
Price, Process) terhadap Keputusan Pembelian
61
62
Sebelum dilakukan perhitungan pengaruh implementasi pemasaran
terhadap keputusan pembelian, maka dilakukan perhitungan korelasi antar
variabel independent.
Tabel 4.11 Korelasi antar variabel IndependentCorrelations
Variabel Uji Statistik Promosi Phisical Evidence Harga Proses
Promosi
Pearson Correlation 1 .373** .315** .319**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 210 210 210 210
Phisical Evidence
Pearson Correlation .373** 1 .374** .355**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 210 210 210 210
Harga
Pearson Correlation .315** .374** 1 .283**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 210 210 210 210
Proses
Pearson Correlation .319** .355** .283** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 210 210 210 210
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan, bahwa:
1. Hubungan antara variabel Promotion (X1) dengan Physical Evidence (X2)
didapat nilai sebesar 0, 373 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
2. Hubungan antara variabel Promotion (X1) dengan Price (X3) didapat nilai
sebesar 0, 315 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
3. Hubungan antara variabel Promotion (X1) dengan Process (X4) didapat
nilai sebesar 0, 319 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
4. Hubungan antara variabel Physical Evidence (X2) dengan Price (X3)
didapat nilai sebesar 0, 374 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
5. Hubungan antara variabel Physical Evidence (X2) dengan Process (X4)
didapat nilai sebesar 0, 355 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
62
63
6. Hubungan antara variabel Price (X3) dengan Process (X4) didapat nilai
sebesar 0, 283 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
Pengujian jalur X1, X2, X3, X4 terhadap Y, hasil pengujian jalur (Path analysis)
diperoleh sbb:
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Jalur
VariabelKoefisien
Jalur
Promosi (X1) 0,415
Phisical Evidence (X2) 0,279
Harga (X3) 0,188
Proses (X4) 0,244
Berdasarkan hasil perhitungan jalur pada Tabel 4.12 dapat digambarkan hasil
pengujian melalui gambar dibawah ini.
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Jalur
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat pula diformulasikan persamaan jalur sbb:
Y = 0,415 X1 + 0,279 X2 + 0,188 X3 + 0,244 X4 + 0,341
63
64
Pengaruh langsung (Direct Effect) dan tidak langsung (Indirect Effect) dengan
analisis jalur dari variabel independen terhadap dependen dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.13 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Variabel LangsungPengaruh Tak Langsung
TotalX.1 X.2 X.3 X.4
X1 0,172 0,043 0,025 0,032 0,272
X2 0,078 0,043 0,020 0,024 0,165
X.3 0,035 0,025 0,020 0,013 0,093
X.4 0,060 0,032 0,024 0,013 0,129
Total Pengaruh 0,6586
Berdasarkan Tabel 4.13, terlihat bahwa variabel Promotion memiliki
pengaruh langsung sebesar 17,2%, pengaruh tidak langsung melalui Physical
evidence sebesar 4,3%, pengaruh tidak langsung melalui Price sebesar 2,5%,
pengaruh tidak langsung melalui Process sebesar 3,2% dan total pengaruhnya
adalah 27,2%.
Variabel Physical Evidence memiliki pengaruh langsung sebesar 7,8%,
pengaruh tidak langsung melalui Promotion sebesar 4,3%, pengaruh tidak
langsung melalui Price sebesar 2,0%, pengaruh tidak langsung melalui Process
sebesar 2,4% dan total pengaruhnya adalah 16,5%.
Variabel Price memiliki pengaruh langsung sebesar 3,5%, pengaruh tidak
langsung melalui Promotion sebesar 2,5%, pengaruh tidak langsung melalui
Physical Evidence sebesar 2,0%, pengaruh tidak langsung melalui Process
sebesar 1,3% dan total pengaruhnya adalah 9,3%.
Variabel Process memiliki pengaruh langsung sebesar 6,0%, pengaruh
tidak langsung melalui Promotion sebesar 3,2%, pengaruh tidak langsung melalui
Physical Evidence sebesar 2,4%, pengaruh tidak langsung melalui Price sebesar
1,3% dan total pengaruhnya adalah 12,9%.
64
65
Total pengaruh secara keseluruhan adalah 65,86% efek faktor lain yang
tidak diteliti terhadap keputusan pembelian ditunjukan oleh nilai ρy = 0,3414
sebesar 34,14%.
4.1.5.2 Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Secara Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama, untuk itu
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 = ρyx4 = 0
Implementasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Ha : Salah satu ρyxi 0; i = 1, 2, 3, 4
Implementasi pemasaran berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis secara simultanANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2501,139 4 625,285 99,032 .000b
Residual 1294,301 205 6,314
Total 3795,440 209
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Proses, Harga, Promosi, Phisical Evidence
Berdasarkan Tabel 4.14, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari α (5%) yaitu 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak, berarti implementasi
pemasaran secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
b. Uji Hipotesis secara Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
sendiri-sendiri, untuk itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1
65
66
H01 : ρyx1 = 0, Promotion (X1) tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian
Ha1 : ρyx1 0, Promotion (X1) berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Hipotesis 2
H02 : ρyx2 = 0, Physical Evidence (X2) tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian
Ha2 : ρyx2 0, Physical Evidence (X2) berpengaruh terhadap keputusan
pembelian
Hipotesis 3
H03 : ρyx3 = 0, Price (X3) tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Ha3 : ρyx3 0, Price (X3) berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Hipotesis 4
H04 : ρyx4 = 0, Process (X4) tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian
Ha4 : ρyx4 0, Process (X4) berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis secara Parsial
Coefficientsa
Model
B Std. Error Beta1 (Constant) 1,958 1,263 1,550 ,123
Promosi (X1) ,811 ,089 ,415 9,071 ,000Phisical Evidence (X2) ,347 ,058 ,279 5,924 ,000
Harga (X3) ,259 ,062 ,188 4,139 ,000Proses (X4) ,475 ,088 ,244 5,419 ,000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
Berdasarkan tabel diatas, nilai signifikansi untuk masing-masing variabel
lebih kecil dari α (5%), maka H0 ditolak, berarti implementasi pemasaran secara
parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian, yaitu Promotion (X1)
berpengaruh terhadap keputusan pembelian, Physical Evidence (X2) berpengaruh
66
67
terhadap keputusan pembelian, Price (X3) berpengaruh terhadap keputusan
pembelian, dan Process (X4) berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Implementasi Pemasaran
Berdasarkan hasil penghimpunan dan pengolahan data yang diperoleh dari
penyebaran angket pada 210 responden mengenai implementasi pemasaran yang
diukur berdasarkan indikator Promotion, Physical Evidence, Price, dan Process.
Secara keseluruhan penilaian implementasi pemasaran kurang baik dengan skor
total 13.157 atau persentase rata-rata 65,87%. Skor tertinggi adalah variabel Price
dengan skor 3495 atau persentase sebesar 66,57%, sedangkan skor terendah
adalah variabel Promotion dengan skor 2.714 atau persentase sebesar 64,62%.
ntang
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Tentang Implementasi Pemasaran
VARIABEL TOTAL % RATA-RATA
Promotion 2714 64,62%
Physical Evidence 4175 66,27%
Price 3495 66,57%
Process 2773 66,02%
SKOR TOTAL 13157
PERSENTASE RATA-RATA 65,87%
Pada Tabel 4.16 perlu adanya peningkatan diseluruh komponen penelitian
(Promotion, Physical Evidence, Price, Process) terutama komponen promosi
perlu adanya inovasi promosi yang harus dilakukan oleh Ganesha Operation
khususnya bagi siswa kelas X agar mereka tertarik untuk melakukan pembelian
berulang ke kelas selanjutnya.
Promosi Ganesha Operation khususnya di kelas X perlu dirancang secara
terintegrasi dengan metode yang berbeda dengan tetap mengedepankan kebutuhan
67
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Sgt Buruk Buruk Kurang Baik Sgt Baik
68
siswa, hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan sehingga pesan dari
promosi yang dilakukan dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Tabel 4.17 Tanggapan Responden Tentang Promotion (X1)
ITEMSKOR
JUMLAH SKORSKOR-
MAX%
5 4 3 2 1
1 12 85 83 17 13 210 696 1050 66,29%
2 20 84 74 13 19 210 703 1050 66,95%
3 27 75 54 33 21 210 684 1050 65,14%
4 25 65 42 42 36 210 631 1050 60,10%
SKOR TOTAL 2714
PERSENTASE RATA-RATA 64,62%
Proses di Ganesha Operation harus dilakukan secara berimbang, sebagian
besar bimbingan belajar lebih fokus kepada siswa kelas-kelas akhir sehingga
melupakan siswa kelas awal, hal ini menyebabkan adanya perbedaan layanan
yang diberikan antara kelas akhir dan kelas awal. Dampak buruk pada kepuasan
konsumen yang pada akhirnya siswa tidak akan melakukan pembelian berulang
karena pengalaman yang sudah mereka rasakan.
Tabel 4.18 Tanggapan Responden Tentang Process (X4)
ITEMSKOR
JUMLAH SKORSKOR-
MAX%
5 4 3 2 1
16 25 58 41 68 18 210 634 1050 60,38%
17 29 64 86 20 11 210 710 1050 67,62%
18 27 95 37 40 11 210 717 1050 68,29%
19 16 93 71 17 13 210 712 1050 67,81%
SKOR TOTAL 2773
PERSENTASE RATA-RATA 66,02%
Physical Evidence di Ganesha Operation juga perlu adanya pembenahan,
hal ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan siswa belajar. Banyak variabel pada
physical evidence yang sangat mempengaruhi siswa untuk melakukan pembelian
68
69
berulang dari kebersihan, keindahan, keberadaan fasilitas gedung, serta
keberfungsian fasiltas gedung.
Tabel 4.19 Tanggapan Responden Tentang Physical Evidence (X2)
ITEMSKOR
JUMLAH SKORSKOR
-MAX%
5 4 3 2 1
5 11 81 85 21 12 210 688 1050 65,52%
6 20 67 100 12 11 210 703 1050 66,95%
7 30 72 53 28 27 210 680 1050 64,76%
8 12 82 73 29 14 210 679 1050 64,67%
9 27 79 69 20 15 210 713 1050 67,90%
10 23 91 59 19 18 210 712 1050 67,81%
SKOR TOTAL 4175
PERSENTASE RATA-RATA 66,27%
Price pada Ganesha Operation meskipun nilainya lebih tinggi
dibandingkan dengan variabel yang lain, tetapi masih perlu adanya inovasi
penyampaian kepada siswa tentang benefit per cost, sistem pembayaran yang
memudahkan, metode pembayaran, serta keringanan-keringanan pembayaran
yang diberikan kepada siswa (discount/potongan harga). Tetapi dari itu semua
yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan itu semua kepada siswa dan
dipahami.
Tabel 4.20 Tanggapan Responden Tentang Price (X3)
ITEMSKOR
JUMLAH SKORSKOR-
MAX%
5 4 3 2 1
11 11 75 103 10 11 210 695 1050 66,19%
12 25 79 65 24 17 210 701 1050 66,76%
13 19 90 67 16 18 210 706 1050 67,24%
14 13 74 89 21 13 210 683 1050 65,05%
15 12 90 85 12 11 210 710 1050 67,62%
SKOR TOTAL 3495
PERSENTASE RATA-RATA 66,57%
Keputusan siswa dalam melakukan pembelian berulang pada bimbel
Ganesha Operation banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
69
70
kebutuhan akan bimbel, pembanding kompetitor, citra merek, lokasi yang
strategis, serta tingkat kepuasan. Berdasarkan hasil penghimpunan dan
pengolahan data yang diperoleh dari penyebaran angket pada 210 responden
mengenai keputusan pembelian yang diukur berdasarkan indikator pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Secara keseluruhan keputusan pembelian di Kota Bandung kurang
baik, dengan skor 6105 atau persentase rata-rata 64,60%. Skor tertinggi adalah
pernyataan pengaruh merek terhadap keputusan pembelian dengan skor 642 atau
persentase sebesar 68,29%, sedangkan skor total terendah adalah pernyataan
pengaruh pesaing terhadap keputusan pembelian dengan skor 632 atau persentase
sebesar 60,19%.
Tabel 4.21 Tanggapan Responden Tentang Keputusan Pembelian Berulang
ITEMSKOR
JUMLAH SKORSKOR
-MAX%
5 4 3 2 1
20 48 58 23 66 15 210 688 1050 65,52%
21 16 78 61 41 14 210 671 1050 63,90%
22 44 46 20 84 16 210 648 1050 61,71%
23 29 65 83 20 13 210 707 1050 67,33%
24 18 36 104 44 8 210 642 1050 61,14%
25 27 76 78 15 14 210 717 1050 68,29%
26 32 82 50 27 19 210 711 1050 67,71%
27 21 72 76 27 14 210 689 1050 65,62%
28 22 49 66 55 18 210 632 1050 60,19%
SKOR TOTAL 6105
PERSENTASE RATA-RATA 64,60%
Implementasi pemasaran merupakan logika pemasaran yang digunakan
oleh perusahaan dengan harapan agar unit bisnis dapat mencapai tujuan
perusahaan (Kotler, 2013:92). Menurut Kotler (2007:18), dapat diketahui bahwa
bauran pemasaran untuk jasa terdiri dari tujuh pemasaran (7P), yaitu product,
price, promotion, Place, Physical Evidence, People, Process.
70
71
Implementasi pemasaran dilakukan perusahaan berfungsi untuk
mengumpulkan informasi mengenai konsumen, pesaing, serta pelaku dan
kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan
pemasaran. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk
merangsang pembelian. Mencapai persetujuanharga dan syarat lain sehingga
transfer kepemilikan dapat dilakukan. Menanggung resiko yang berhubungan
dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran. Mengatur kesinambungan
penyimpanan dan pergerakan produk hingga ke pelanggan akhir.
4.2.2 Pengujian hipotesis
4.2.2.1 Hipotesis secara simultan
Secara simultan pengaruh implementasi pemasaran (Promotion, physical
evidence, price, process) terhadap keputusan siswa kelas X untuk melakukan
pembelian berulang di Ganesha Operation dilakukan dengan uji F yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.22 Hasil Uji Hipotesis secara simultanANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2501,139 4 625,285 99,032 .000b
Residual 1294,301 205 6,314
Total 3795,440 209
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Proses, Harga, Promosi, Phisical Evidence
Dari hasil uji hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji F
diketahui nilai F hitung sebesar 99,032 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
dengan demikian implementasi pemasaran (Promotion, physical evidence, price,
process) berpengaruh terhadap keputusan siswa melakukan pembelian berulang.
Hasil ini mendukung hipotesis yang yang digunakan dalam penelitian ini dan
sama dengan penelitian Muh. Deni Johansyah (2012), dan Johnson Sinaga (2002)
yang menunjukan bahwa implementasi pemasaran (Promotion, physical evidence,
71
72
price, process) mempengaruhi keputusan siswa melakukan pembelian berulang di
Ganesha Operation.
4.2.2.2 Hipotesis secara parsial
Secara parsial pengaruh implementasi pemasaran (Promotion, physical
evidence, price, process) terhadap keputusan siswa kelas X untuk melakukan
pembelian berulang di Ganesha Operation dilakukan dengan uji t yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.23 Hasil Uji Hipotesis secara Parsial
Coefficientsa
Model
B Std. Error Beta1 (Constant) 1,958 1,263 1,550 ,123
Promosi (X1) ,811 ,089 ,415 9,071 ,000Phisical Evidence (X2) ,347 ,058 ,279 5,924 ,000
Harga (X3) ,259 ,062 ,188 4,139 ,000Proses (X4) ,475 ,088 ,244 5,419 ,000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
Dari hasil uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t diketahui
nilai t hitung untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
Pengaruh promosi (X1) terhadap keputusan siswa kelas X melakukan
pembelian berulang (Y) memiliki nilai sebesar 9,071 dengan signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 dengan demikian promosi (X1) yang dilakukan oleh Ganesha
Operation berpengaruh terhadap keputusan siswa melakukan pembelian berulang.
Hasil ini mendukung hipotesis yang yang digunakan dalam penelitian ini dan
sama dengan penelitian Muh. Deni Johansyah (2012), dan Johnson Sinaga (2002)
yang menunjukan bahwa promosi (X1) mempengaruhi keputusan siswa
melakukan pembelian berulang (Y) di Ganesha Operation. Hal ini menunjukan
bahwa jika promosi dilakukan secara berkala dan inovatif maka akan
72
73
mempengaruhi keputusan siswa untuk mengikuti kembali bimbel di Ganesha
Operation.
Pengaruh Physical Evidence (X2) terhadap keputusan siswa kelas X
melakukan pembelian berulang (Y) memiliki nilai sebesar 5,924 dengan
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan demikian physical evidence (X2) yang
ada di Ganesha Operation berpengaruh terhadap keputusan siswa melakukan
pembelian berulang. Hasil ini mendukung hipotesis yang yang digunakan dalam
penelitian ini dan sama dengan penelitian Muh. Deni Johansyah (2012), dan
Johnson Sinaga (2002) yang menunjukan bahwa physical evidence (X2)
mempengaruhi keputusan siswa melakukan pembelian berulang (Y) di Ganesha
Operation. Hal ini menunjukan bahwa jika kondisi bangunan Ganesha Operation
tetap terjaga dengan baik akan mempengaruhi keputusan siswa kelas X untuk
kembali mengikuti bimbel di Ganesha Operation untuk kelas selanjutnya.
Pengaruh Price (X3) terhadap keputusan siswa kelas X melakukan
pembelian berulang (Y) memiliki nilai sebesar 4,139 dengan signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 dengan demikian price (X3) yang ada di Ganesha Operation
berpengaruh terhadap keputusan siswa melakukan pembelian berulang. Hasil ini
mendukung hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dan sama dengan
penelitian Muh. Deni Johansyah (2012), dan Johnson Sinaga (2002) yang
menunjukan bahwa price (X3) mempengaruhi keputusan siswa melakukan
pembelian berulang (Y) di Ganesha Operation. Hal ini menunjukan bahwa jika
harga bimbel di Ganesha Operation kompetitif dan memiliki kemudahan-
kemudahan dalam metode pembayaran akan mempengaruhi keputusan siswa
kelas X untuk kembali mengikuti bimbel di Ganesha Operation untuk kelas
selanjutnya.
Pengaruh Proccess (X4) terhadap keputusan siswa kelas X melakukan
pembelian berulang (Y) memiliki nilai sebesar 5,419 dengan signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 dengan demikian proccess (X4) yang ada di Ganesha Operation
berpengaruh terhadap keputusan siswa melakukan pembelian berulang. Hasil ini
mendukung hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dan sama dengan
penelitian Muh. Deni Johansyah (2012) dan Johnson Sinaga (2002) yang
73
74
menunjukan bahwa proccess (X4) mempengaruhi keputusan siswa melakukan
pembelian berulang (Y) di Ganesha Operation. Hal ini menunjukan bahwa jika
layanan di Ganesha Operation diberikan secara prima sesuai dengan kebutuhan
dan tepat waktu akan mempengaruhi keputusan siswa kelas X untuk kembali
mengikuti bimbel di Ganesha Operation untuk kelas selanjutnya karena siswa
merasa puas atas layanan yang diberikan Ganesha Operation di kelas sebelumnya.
Keputusan pembelian merupakan suatu proses yang berasal dari semua
pengalaman mereka dalam pembelajaran, memilih, menggunakan, dan bahkan
menyingkirkan suatu produk (Kotler dan Keller, 2015: 184). Menurut Kotler &
Keller (2013:235), indikator keputusan pembelian terdiri dari pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi altrenatif, pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Setelah pembelian,konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian
karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-
hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap
informasiyang mendukung keputusannya. Tugas pemasar tidak berakhir begitu
saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca
pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
74
75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
“Pengaruh Promotion, Physical Evidence, Price, dan Proccess Terhadap Minat
Pembelian Berulang Siswa Kelas X SMAN (Suatu Studi Pada Siswa Bimbel
Kelas X SMAN di Ganesha Opertion Kota Bandung)”.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari studi yang telah dilakukan
berkenaan dengan hal tersebut, adalah:
1. Pengaruh Promosi (Promotion) dalam mempengaruhi keputusan
pembelian berulang siswa kelas X SMAN di Ganesha Operation Kota
Bandung termasuk dalam kategori kurang dimana indeks rata-rata yang
diperoleh yaitu sebesar 64,62%, hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
kegiatan promosi yang telah dilakukan selama ini belum dapat
memberikan dampak ketertarikan siswa kelas X SMAN, oleh karena itu
perlu adanya perubahan atau modifikasi cara berpromosi agar menarik.
2. Lingkungan Fisik (Physical Evidence) di Ganesha Operation Kota
Bandung masih termasuk dalam kategori kurang dimana rata-rata
penilaian secara keseluruhan hasil perhitungan tanggapan responden
terhadap variabel dimensi mengenai lingkungan fisik (Physical Evidence)
diperoleh hasil rata-rata sebesar 66,27%, yang berarti termasuk dalam
kategori kurang, Hal ini menunjukan lingkungan fisik (Physical Evidence)
di Ganesha Operation Kota Bandung dirasa masih kurang baik dalam
mempengaruhi siswa kelas X dalam melakukan pembelian berulang.
3. Harga (Price) bimbel yang ditawarkan Ganesha Operation Kota Bandung
termasuk dalam kategori kurang dimana rata-rata penilaian secara
keseluruhan hasil perhitungan tanggapan responden terhadap variabel
motivasi dalam penelitian diperoleh hasil rata-rata sebesar 66,57%, yang
berarti termasuk dalam kategori kurang, hal ini menunjukan bahwa harga
(price) yang ditawarkan oleh Ganesha Operation belum mampu menarik
75
76
siswa kelas X SMAN Kota Bandung untuk melakukan pembelian
berulang.
4. Proses (Process) yang dilakukan di Ganesha Operation Kota Bandung
termasuk dalam kategori kurang dimana rata-rata penilaian secara
keseluruhan hasil perhitungan tanggapan responden terhadap variabel
dimensi mengenai variabel proses di Ganesha Operation Kota Bandung
diperoleh hasil rata-rata sebesar 66,02%, yang berarti termasuk dalam
kategori kurang, Hal ini menunjukan proses yang sudah ada selama ini
belum berjalan dengan baik.
5. Besar pengaruh Promotion (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) yang
ada di Ganesha Operation Kota Bandung, terdiri atas pengaruh langsung
17,2% dan pengaruh tidak langsung 10%. Dengan demikian, tinggi
rendahnya keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel Promotion
sebesar 27,2%, sedangkan sisanya 78,8% dijelaskan variabel lain yang
tidak diteliti.
6. Besar pengaruh Physical Evidence (X2) terhadap keputusan pembelian (Y)
yang ada di Ganesha Operation Kota Bandung, terdiri atas pengaruh
langsung 7,8% dan pengaruh tidak langsung 8,7%. Dengan demikian,
tinggi rendahnya keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel Physical
Evidence sebesar 16,5%, sedangkan sisanya 83,5% dijelaskan variabel lain
yang tidak diteliti.
7. Besar pengaruh Price (X3) terhadap keputusan pembelian (Y) yang ada di
Ganesha Operation Kota Bandung, terdiri atas pengaruh langsung 3,5%
dan pengaruh tidak langsung 5,8%. Dengan demikian, tinggi rendahnya
keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel Price sebesar 9,3%,
sedangkan sisanya 91,7% dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti.
8. Besar pengaruh Process (X4) terhadap keputusan pembelian (Y) yang ada
di Ganesha Operation Kota Bandung, terdiri atas pengaruh langsung 6,0%
dan pengaruh tidak langsung 6,9%. Dengan demikian, tinggi rendahnya
keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel Process sebesar 12,9%,
sedangkan sisanya 88,1% dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti.
76
77
9. Secara keseluruhan besar pengaruh bauran pemasaran (Promotion-X1,
Physical Evidence-X2, Price-X3, Process-X4) terhadap keputusan
pembelian (Y) yang ada di Ganesha Operation Kota Bandung, terdiri atas
pengaruh langsung 34,5% dan pengaruh tidak langsung 31,36%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya keputusan pembelian dipengaruhi oleh
variabel bauran pemasaran sebesar 65,86%, sedangkan sisanya 34,14%
dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
dalam penelitian ini, maka penulis bermaksud memberikan rekomendasi sebagai
suatu pertimbangan bagi Ganesha Operation Kota Bandung, yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan promosi yang dilakukan perlu adanya perubahan-perubahan dan
modifikasi baik itu dari alat promosinya maupun personal selling sehingga
tidak terkesan monoton dan membosankan, serta perlu adanya pembeda
sistem promosi yang dilakukan dengan kompetitor untuk dapat menarik
siswa kelas X SMAN melanjutkan bimbel di Ganesha Operation.
2. Perlu adanya peningkatan dalam menjaga dan merawat lingkungan fisik
(Physical Evidence) yang ada (tampilan luar, penataan areal parkir,
kebersihan, fasade gedung, penataan interior, dll) agar siswa merasa
nyaman belajar di Ganesha Operation.
3. Edukasi pasar perlu dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan kepada konsumen dalam menjelaskan added value
yang didapatkan siswa jika mengikuti bimbel di Ganesha Operation
dengan tujuan memberikan pemahaman kepada siswa bahwa harga bimbel
di Ganesha Operation relatif masih terjangkau dan kompetitif.
4. Perlu adanya peningkatan proses (Process) dalam hal layanan termasuk
metode/cara pemberian layanan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan
baik secara personal maupun kelompok agar menumbuhkan sikap loyal
siswa kepada Ganesha Operation.
77
78
DAFTAR PUSTAKA
___________, 2012. Pedoman Penulisan Tesis & Sidang Ujian Akhir. Bandung: Program Magister Manajemen Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan.
Diyono, 2014. Rumus Gampang Statistika. Jakarta: Pustaka Makmur.
Griffin, Jill, 2002. Customer Loyalty. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hasan, Ali, 2013. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta: Caps (Center for Academic Publishing Service).
Hurriyati & Ratih, 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Indrawan, Rully & R. Poppy Yaniawati, 2014. Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.
K. Malhotra, Naresh, 2009. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. disi keempat Jilid 1. Indeks. Georgia Institute of Technology.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran. Edisi ke 13, jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran. Edisi ke 13, jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Penerjemah Bob Sabrana, Jakarta: Erlangga.
Ridwan, 2008. Metode dan Teknik Menyususn Tesis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suryani, Tatik.2008. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu 8
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Assauri, Sofyan, 2000, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Edisi Kedua, Penerbit Rajawali Press, Jakarta.
78
79
AB Susanto, 2001, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Penegendalian, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Lind, A. Dauglas, Robert D. Mason, Penerjemah Soetjipto dkk, 1999, Statistik untuk Bisnis, Penerbit Erlangga.
Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Lovelock, Christoper, dan Wright, K, Lauren, 2005, Manajemen Pemasaran Jasa, Penerjemah Agus Widyantoro, Penerbit Indeks, Jakarta.
Santoso, Singgih, 2005, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Cetakan Keempat, Penerbit PT Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Perbit Alfabeta, Bandung.
Stanton, William J, 1981, Fundamental of Marketing, McGraw Hill
Tjiptono, Fandy, 1999, Strategi Pemasaran, Penerbit Andi, Yogyakarta.
___________, 2005, Pemasaran Jasa, Penerbit Bayu Publishing, Jawa Timur.
___________, Yanto Chandra dan Anastasia Diana, 2004, Marketing Scales, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Yazid, 1999, Pemasaran Jasa, Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI, Yogyakarta.
Sumarwan, Ujang, 2005, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
Paul, Jerry, 2010, Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran, Edisi 9, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Mangkunegara, Prabu Anwar, 2009, Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, Penerbit Refika, Jakarta.
Alma, Buchari, 2010, Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa, Penerbit Alfabeta, Bandung.
79
80
80
81
81