BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Menentukan Kategori Desain Seismik
5.1.1 Penentuan Klasifikasi Situs
Untuk menentukan Kelas Situs harus dilakukan dengan menggunakan
sedikitnya hasil perhitungan dua dari tiga parameter , , dan dengan kedalaman
minimal 30 m. Perhitungan nilai N SPT rata-rata dan kuat geser rata-rata dapat dilihat
di bawah ini :
5.1.1.1 Perhitungan Nilai N SPT Rata-rata ( )
Tabel 5.1. Hasil Nilai Test Penetrasi Standar Rata-rata ( )
Lapis ke- Ked. (m)N Kedalaman / N
Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2
1 0-2 7 3 0,286 0,666
2 2-4 10 10 0,2 0,2
3 4-6 12 14 0,166 0,143
4 6-8 10 17 0,2 0,118
5 8-10 18 8 0,111 0,25
6 10-12 13 14 0,154 0,143
7 12-14 14 15 0,143 0,133
8 14-16 17 27 0,118 0,074
9 16-18 21 46 0,095 0,043
10 18-20 14 24 0,143 0,083
11 20-22 11 19 0,182 0,105
12 22-24 53 54 0,038 0,037
13 24-26 11 44 0,182 0,045
14 26-28 42 47 0,048 0,043
Jumlah 28 2,066 2,083
(Sumber : Dinas PU Sulawesi Tengah)
V-1
Nilai test penetrasi standar rata-rata sesuai dengan persamaan SNI 03-1726-
2012 pasal 5.4.2 pada titik 1 adalah:
Nilai Test Penetrasi Standar Rata-rata pada titik 2:
Dari Tabel 5.1 Klasifikasi Situs, untuk kedalaman 28 meter dengan nilai hasil
test penetrasi standar rata-rata pada titik 1 = 13,553 dan pada titik 2 = 13,442 (<15)
maka lokasi pembangunan gedung PGM termasuk dalam kelas situs tanah lunak (SE)
5.1.1.2 Perhitungan Kuat Geser Rata-rata ( )
Adapun perhitungan kuat geser rata-rata pada Bor Log 1 dan Bor Log 2
sebagai berikut :
Tabel 5.2. Nilai Hasil Pengujian Tanah
No Parameter Uji
Nomor Contoh dan Kedalaman
Bor-1 Bor-2
3 – 3,5
m
9,3 – 10
m
3 – 3,5
m
9,3 – 10
m
1 Berat isi (g/cm3) 1,8 1,76 1,77 1,76
2 Batas cair LL (%) 57 102 60 85
3 Batas plastis PL (%) 31 47 35 38
4 Indeks plastisitas PI (%) 26 55 25 47
5 Triaxial UUC (kg/cm2) 0,32 0,24 0,26 0,34
(o) 9,2 6,5 8,3 7,5
(Sumber : Dinas PU Sulawesi Tengah)
Contoh perhitungan untuk Bor-1 kedalaman 3 – 3,5 m
Diketahui : ɣ = 1,8 gr/cm3 = 1,8 x 10-3 kg/cm3
V-2
h = 0,5 m = 50 cm
c = 0,32 kg/cm2
ϕ = 9,2°
Jadi, Su = c + ɣ.h tan ϕ
Su = 0,32+ (1,8.10-3 x 50 x tan 9,2°)
Su = 0,335 kg/cm2
Su = 33,5 kPa
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai kuat geser pada Bor-1 (3-3,5 m) = 33,5
kPa, Bor-1 (9,3-10 m) = 25,4 kPa, Bor-2 (3-3,5 m) = 27,29 kPa dan Bor-2 (9,3-10 m)
= 35,62 kPa. Dari hasil tersebut nilai kuat geser <50 kPa, maka lokasi pembangunan
gedung PGM termasuk dalam kelas situs (SE).
Dari kedua parameter yang digunakan untuk mengetahui kelas situs lokasi
pembangunan gedung PGM yaitu dan keduanya menunjukkan bahwa lokasi
gedung PGM termasuk kelas situs tanah lunak (SE).
5.1.2 Penentuan Parameter SS dan S1
5.1.2.1 Percepatan Batuan Dasar Pada Perioda Pendek, SS
V-3
Ditentukan nilai SS adalah sebesar 1,6 g
5.1.2.2 Percepatan Batuan Dasar Pada Perioda 1 Detik, S1
Ditentukan nilai S1 adalah sebesar 0,75 g
5.1.3 Penentuan Kategori Desain Seismik
PGM yang merupakan gedung dengan kategori risiko II dan berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1, lebih
besar dari atau sama dengan 0,75 kategori desain seismik yang harus ditetapkan
adalah kategori desain seismik E.
5.2 Menentukan Sistem Struktur Penahan Gempa
V-4
Sistem struktur penahan gaya gempa pada gedung PGM menggunakan sistem
rangka beton pemikul momen khusus. Ini berkaitan dengan kategori desain seismik
lokasi pembangunan gedung PGM yaitu kategori desain seismik E, yang beban
gempanya hanya diperbolehkan ditahan oleh sistem struktur rangka beton bertulang
pemikul momen khusus (SRPMK).
5.3 Desain Awal Dimensi Elemen Struktur
5.3.1 Data Pembebanan
Data pembebanan yang digunakan dalam perencanaan sesuai dengan Tata
Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F) sebagai
berikut :
a. Berat isi beton = 2400 kg/m3.
b. Berat dinding pasangan setengah bata = 250 kg/m2.
c. Berat finishing tegel per cm tebal = 22 kg/m2
d. Berat isi aspal ketebalan per 1cm (waterproofing) = 14 kg/ m2
e. Berat langit-langit + penggantung = 20 kg/m2
f. Berat Instalasi ME = 25 kg/m2
g. Beban hidup atap mall = 400 kg/m2 (Peruntukan Parkir)
h. Beban hidup lantai ruko = 250 kg/m2
i. Beban hidup atap ruko = 100 kg/m2
Beban hidup untuk lantai mall diambil 400 kg/m2. Hal ini dikarenakan beban
hidup yang digunakan pada perencanaan proyek Palu Grand Mall menggunakan beban
hidup 400 kg/m2.
5.3.2 Material Elemen Struktur
5.3.2.1 Beton
Untuk elemen struktur kolom menggunakan mutu beton K-350 sedangkan
untuk elemen struktur balok, pelat dan tangga menggunakan mutu beton K-
300Konversi mutu beton K-300 = 300 . 0,83 . 0,1 = fc’ 24,9 MPa
a. Konversi mutu beton K-350 = 350 . 0,83 . 0,1 = fc’ 29,05 MPa
b. Modulus elastisitas beton, Ec = 4700.√fc’ = 4700.√24,9 = 23452,953 MPa
c. Modulus elastisitas beton, Ec = 4700.√fc’ = 4700.√29,05 = 25332,084 MPa
V-5
d. Angka poison rasio, υ = 0,2
e. Modulus geser beton K-300, G = Ec / (2.(1 + υ) = 9772,064 MPa
f. Modulus geser beton K-350, G = Ec / (2.(1 + υ) = 10555,035 MPa
5.3.2.2 Baja Tulangan
a. Untuk baja tulangan ≤ ϕ10 digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan
tegangan leleh, fy = 235 MPa dan tegangan putus, fu = 382 MPa.
b. Untuk baja tulangan ≥ D10 digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan
tegangan leleh, fy = 392 MPa dan tegangan putus, fu = 559 MPa.
5.3.3 Dimensi Awal Balok
Berdasarkan SK-SNI 03-2847-2002, tebal minimum balok non prategang
atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung adalah :
Balok satu ujung menerus, hmin = L/18,5
Balok dua ujung menerus, hmin = L/21
a. Contoh perhitungan balok induk
Diket : L = 8 m
Maka:
dmin = hmin – tebal selimut beton
= 432,432 – 40
= 392,432 mm
Nilai dmin yang ekonomis adalah antara (1,5-2,2) dari lebar balok, diambil b =
1,5 dmin
Maka :
V-6
Tabel 5.3. Hasil perhitungan penampang balok
Panjang balok (l) mm
Kondisi bentangan
hmin
mmbmin
mm
Dimensi terpakai
mm2
Kontrolb≥250; b/h≥0.3
Arah X
4000 1 ujung menerus 216,216 144,144 250 x 450 oke
8000 2 ujung menerus 380,952 253,968 350 x 700 oke
8000 1 ujung menerus 432,432 261,621 350 x 700 oke
8400 1 ujung menerus 454,054 302,703 400 x 800 oke
16000 2 ujung menerus 761,905 507,936 600 x 1000 oke
Tabel 5.3. Hasil perhitungan penampang balok (lanjutan)
Panjang balok (l) mm
Kondisi bentangan
hmin
mmbmin
mmDimensi
mm2b≥250
b/h≥0.3
Arah Y
4000 2 ujung menerus 190,476 126,984 250 x 450 oke
4000 1 ujung menerus 216,216 144,144 250 x 450 oke
5000 2 ujung menerus 238,095 158,730 250 x 450 oke
6000 1 ujung menerus 324,324 216,216 250 x 450 oke
6000 2 ujung menerus 285,714 190,476 250 x 450 oke
8000 2 ujung menerus 380,952 253,968 350 x 700 oke
8000 1 ujung menerus 432,432 261,621 350 x 700 oke
16000 2 ujung menerus 761,905 507,936 600 x 1000 oke
2000 Kantilever 250 166,667 350 x 700 Oke
b. Balok anak
Dimensi balok anak diambil 250 x 450 mm2
c. Balok sun screen
Dimensi balok sun screen diambil 200 x 500 mm2
5.3.4 Dimensi Awal Pelat
Tebal pelat yang menghubungkan tumpuan pada semua sisi tidak boleh
kurang dari, tmin : ; dan tebal pelat tidak perlu lebih dari, tmax :
V-7
Diket : lebar balok, b = 300 mm
fy = 240 MPa
Ukuran panel pelat lantai mall = 4000 x 6000 mm2
Maka :
,527
Jadi, diambil tebal pelat t = 120 mm.
5.3.5 Dimensi Awal Kolom
Ditinjau kolom pada bentangan tengah yang memikul beban gravitasi
terbesar, yaitu kolom pada tingkat satu di daerah mall, panjang pelat arah X = 8.0 m,
arah Y = 8.0 m, tinggi kolom tingkat 1 = 5,5 m, tingkat 2 dan 3 = 5 m. sehingga tinggi
total kolom (H)= 15,5 m. Direncanakan kolom persegi 0.7 m × 0.7 m.
V-8
Gambar 5.1 Sketsa penampatan balok dan pelat pada kolom
5.3.5.1 Perhitungan Beban Gravitasi
1. Beban mati
a. Berat sendiri kolom = luas penampang x tinggi kolom x c
= 0,72 x 15,5 x 2400
= 18228 kg
b. Berat sendiri pelat lantai dan atap
= tebal pelat x panjang panel x lebar panel x c
x jumlah lantai
= 0,12 x 8 x 8 x 2400 x 3
= 55296 kg
c. Beban mati pelat lantai = (Berat finishing lantai tegel + langit-langit +
penggantung + instalasi ME) x luas panel x
jumlah lantai
= ((22 x 5) + 20 + 25) x (8 x 8) x 2
= 19840 kg
d. Beban mati pelat atap = (Berat waterproofing (aspal 2 cm) + langit-
langit + penggantung + instalasi ME) x luas
panel x jumlah lantai
= ((14 x 2) + 20 + 25) x (8 x 8) x 1
V-9
Kolom 700x700
= 4672 kg
e. Berat balok induk = Panjang balok x lebar balok x tinggi balok x
c x jumlah balok x jumlah lantai
= (4 - 1/2 x 0,8) x 0,35 x 0,7 x 2400 x 4 x 3
= 25401,6 kg
f. Berat balok anak = Panjang balok x lebar balok x tinggi balok x
c x jumlah balok x jumlah lantai
= (4 - 1/2 x 0,35) x 0,25 x 0,45 x 2400 x 8 x 3
= 24786 kg
g. Berat dinding bata = 2 (tinggi lantai 1 + lantai 2 – (jumlah lantai x
tinggi balok) x lebar panel x berat satuan
pasangan bata)
= 2((10 – (2 x 0,7)) x 8 x 250)
= 34400 kg
h. Beban mati total = 18228 + 55296 + 19840 + 4672 + 25401,6 +
24786 + 34400
= 182623,6 kg
2. Beban hidup
a. Beban hidup pelat lantai = luas panel pelat x beban hidup pelat x jumlah
lantai
= 8 x 8 x 400 x 2
= 51200 kg
b. Beban hidup pelat atap = luas panel pelat x beban hidup pelat
= 8 x 8 x 400
= 25600 kg
c. Beban hidup total = 51200 + 25600
= 76800 kg
V-10
3. Beban ultimit
Beban ultimit = 1,2 beban mati total + 1,6 beban hidup total
= 1,2 x 182623,6 + 1,6 x 76800
= 342028,32 kg = 3420283,2 N
Tabel 5.4. Pembebanan gravitasi pada kolom
Lokasi KolomUkuran panel(m)
Ukuran Balok induk
(mm)
Ukuran Balok anak
(mm)
Pu(N)
Pn(N)
Mall Interior 8 x 12 600 x 1000 250 x 450 4629949,2 7122998,77
Ruko Interior 8 x 5 350 x 700 250 x 450 2179527 3353118,46
Ruko Exterior 4 x 5 350 x 700 250 x 450 1089763,5 1676559,23
5.3.5.2 Penentuan Dimensi Kolom
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai Pu = 3487243,2 N, maka
dimensi kolom yang diperlukan dapat ditentukan dengan persamaan pendekatan Aperlu
= Pn/(0,8 x fc), dimana Aperlu adalah luas perlu penampang kolom, Pn adalah kuat
nominal kolom (Pu/) dan fc’ adalah kuat tekan beton yaitu fc’ = 29,05 MPa.
= 0,65 (Sengkang ikat)
Maka, Aperlu =
=
= 226418,853 mm2
aperlu =
=
= 475,835 mm
Maka, dimensi kolom 700 mm x 700 mm dapat digunakan.
Tabel 5.5. Variasi dimensi kolom
Lokasi Kolom Pn(N)
A perlum2
Dimensi Kolom
Luas Terpakai
V-11
m m2
Mall Interior 7122998,77 0,3065 0,8 x 0,8 0,64
Ruko Interior 3353118,46 0,1443 0,6 x 0,7 0,42
Ruko Exterior 1676559,23 0,0722 0,6 x 0,6 0,36
5.3 Pembebanan Struktur
5.4.1 Beban Mati
a. Berat finishing lantai = Berat finishing lantai tegel + langit-langit +
penggantung + instalasi ME
= (22 x 5) + 20 + 25
= 155 kg/m2
b. Berat finishing atap = Berat waterproofing (aspal 2 cm) + langit-langit
+ penggantung + instalasi ME
= (14 x 2) + 20 + 25
= 73 kg/m2
c. Berat dinding pasangan ½ bata mall lt. 2-3
= berat dinding bata x tinggi lantai
= 250 x 5
= 1250 kg/m
d. Berat dinding pasangan ½ bata ruko dengan tinggi lantai 3,5 m
= berat dinding bata x tinggi lantai
= 250 x 3,5
= 875 kg/m
e. Berat dinding pasangan ½ bata ruko dengan tinggi lantai 4 m
= berat dinding bata x tinggi lantai
= 250 x 4
= 1000 kg/m
f. Berat dinding ½ bata ruko dengan tinggi lantai 5 m
= berat dinding bata x tinggi lantai
V-12
= 250 x 5
= 1250 kg/m
g. Berat dinding beton lift (tebal 25 cm) dengan tinggi lantai 5 m
= berat dinding beton x tinggi lantai
= 2400 x 5 x 0,25
= 3000 kg/m
5.4.2 Beban Tangga
Beban tangga diperoleh dengan cara melakukan analisis struktur tangga
menggunakan program bantu SAP2000. Beban mati dan beban hidup tangga di
aplikasikan pada model tangga pada SAP2000, yang kemudian rekasi perletakannya
digunakan sebagai beban tangga.
5.4.2.1 Tangga Mall
Tabel 5.6. Pembebanan tangga mall
ElevasiJenis tangga
A B C DP1 (kg) P2 (kg) P1 (kg) P2 (kg) P1 (kg) P2 (kg) P1 (kg) P2 (kg)
+ 5,5 3444 2189 3444 2189 2081 3154 2081 3154
+ 10,5 3986 4443,5 3986 4443,5 3271 1730 3271 1730
+ 15,5 4218,1 1953,7 4218,1 1953,7 - - - -
5.4.2.2 Tangga Ruko
Tabel 5.7. Pembebanan tangga ruko
ElevasiJenis tangga
A BP1 (kg) P2 (kg) P1 (kg) P2 (kg)
+ 5,5 2400 2400 2700 2700+ 9,0 2400 2400 - -+ 10,5 - - 2700 2700+ 12,5 - 2400 - -+ 14,5 - - - 2700
5.4.2.3 Eskalator
Tabel 5.8. Pembebanan eskalator
V-13
Elevasi P1 (kg) P2 (kg)
+ 5,5 6500 7000
+ 10,5 6500 7000
+ 15,5 6500 7000
5.4.2.4. Lift
Tabel 5.9. Pembebanan lift
No.Jenis Lift
LS-01 LS-02P1 (kg) P2 (kg) P1 (kg) P2 (kg) P3 (kg) P4 (kg)
1 8500 6800 5450 4300 6600 4700
5.5 Beban Gempa
Beban gempa dihitung berdasarkan Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk bangunan gedung (SNI 03-1726-2012) dengan metode dinamik Respons Spektrum.
Akan tetapi beban gempa juga akan dihitung dengan analisis Statik Ekivalen sebgai
pembanding gaya geser dasar metode Respons Spektrum. Dalam analisis struktur
terhadap beban gempa, massa bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat
gempa.
Dalam analisis modal (modal analysis) untuk penentuan waktu getar
alami/fundamental struktur, mode shape dan analisis dinamik dengan Spectrum Respons
maupun Time History, maka massa tambahan yang diinput pada SAP2000 meliputi massa
akibat beban mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3.
Dalam hal ini massa akibat berat sendiri elemen struktur (kolom, balok, dan plat) sudah
dihitung secara otomatis oleh program.
5.5.1 Metode Statik Ekivalen
Data untuk keperluan input pembebanan gempa statik ekivalen diambil
seperti di bawah ini, dengan mengacu pada SNI 03-1726-2012.
5.5.1.1 Beban Gravitasi Tiap Lantai
Beban gravitasi tiap lantai meliputi beban mati (efektif 100%) dan beban
hidup (efektif 30%)
1. Berat atap mall (elevasi +15,5)
a. Beban mati
V-14
Volume balok = jumlah balok x lebar balok x (tinggi balok – tebal pelat)
x panjang balok
= (338 x (0,35x(0,7-0,12)x8)) + (9 x (0,35x(0,7-0,12)x6))
+ (297 x (0,25x(0,45-0,12)x8)) + (9 x (0,25x(0,45-
0,12)x6)) + (22 x (0,4x(0,8-0,12)x8))
= 548,912 + 10,962 + 102,3 + 4,455 + 47,872 = 808,221 m3
Berat balok = (berat isi beton) × (total volume balok atap)
= 2400 x 808,221 = 1939730,4 kg
Volume pelat = luas pelat atap x tebal pelat atap
= 9880,08 x 0,12
= 1185,609 m3
Berat pelat = (berat isi beton) × (total volume pelat atap)
= 2400 x 1185,609 = 2845462,05 kg
Berat finsihing lantai
= Luas pelat atap x berat finishing pelat
= 9880,08 x 73
= 721245,84 kg
Berat tangga, lift dan esklator
= Berat tangga mall A dan B + berat lift LS 01 + berat Lift
LS 02 + Berat Eskalator
= (4128,1 x 2 + 1953,7 x 2) + (8500 + 6800) + (5450 +
4300 + 6600 + 4700) + (7000 x 2)
= 62513,6 kg
Berat mati total = 100 % x (Berat balok + Berat Pelat + Berat finishing
lantai + Berat tangga, lift dan eskalator)
= 1 x (1939730,4 + 2845462,05 + 721245,84 + 62513,6)
= 5568951,89 kg
b. Beban hidup = 30% x (luas pelat × beban hidup atap (parkir))
= 0,3 x (9880,08 x 400)
= 1185609,6 kg
V-15
c. Berat total lantai atap
= 5568951,89 + 1185609,6
= 6754561,49 kg
Berat lantai 1 mall (elevasi +10,5)
a. Beban mati
Volume balok = jumlah balok x lebar balok x (tinggi balok – tebal pelat)
x panjang balok
= (383 x (0,35x(0,7-0,12)x8)) + (7 x (0,35x(0,7-0,12)x6))
+ (301 x (0,25x(0,45-0,12)x8)) + (8 x (0,25x(0,45-
0,12)x6)) + (34 x (0,25x(0,45-0,12)x4)) + (36 x
(0,4x(0,8-0,12)x8)) + (12 x (0,4x(0,8-0,12)x4)) + (10 x
(0,45x(0,9-0,12)x8)) + (3 x (0,6x(1-0,12)x8))
= 621,992 + 8,526 + 198,66 + 3,96 + 11,22 + 78,336 +
13,056 + 28,08 + 12,672 = 976,502 m3
Berat balok = (berat isi beton) × (total volume balok lantai 1)
= 2400 x 976,502 = 2343604,8 kg
Volume kolom = jumlah kolom x luas penampang kolom x (tinggi lantai –
tinggi balok) x panjang balok
= (196 x (0,7x0,7)x(5-0,7)) + (24 x (0,8x0,8)x(5-0,7)) +
(18 x (0,6 x0,6)x(4-0,7)) + (20 x (0,6x0,7)x(4-0,7))
= 412,972 + 66,048 + 21,384 + 27,72 = 528,124 m3
Berat kolom = (berat isi beton) × (total volume kolom)
= 2400 x 528,124 = 1267497,6 kg
Volume pelat = luas pelat atap x tebal pelat atap
= 11433,554 x 0,12
= 1372,026 m3
Berat pelat = (berat isi beton) × (total volume pelat atap)
= 2400 x 1372,026 = 3292863,552 kg
Berat finishing lantai
V-16
= Luas pelat atap x berat finishing pelat
= 11433,554 x 155
= 1772200,87 kg
Berat tangga mall, ruko dan eskalator
= Berat tangga mall A, B, C dan D + (berat tangga ruko x
jumlah tangga) + (berat eskalator x jumlah eskalator)
= (4128,1 x 2 + 1953,7 x 2 + 3271 x 2 + 1730 x 2) + (2700
x 48) + (7000 x 6 + 6000 x 6)
= 229765,6 kg
Berat dinding 1/2 bata
= (Panjang dinding ruko x berat pasangan ½ bata ruko) +
(Panjang dinding mall x berat pasangan ½ bata mall)
= (288 x 1000) + (580,49 x 1250)
= 1013612,5 kg
Berat mati total = 100 % x (Berat balok + berat kolom + berat Pelat + berat
finishing lantai + berat tangga dan eskalator + berat
dinding ½ bata)
= 1 x (2343604,8 + 1309840,8 + 3292863,552 +
1772200,87 + 229765,6 +1013612,5)
= 9916376,9 kg
b. Beban hidup = 30% x ((luas pelat lantai mall × beban hidup lantai mall)
+ (luas pelat lantai ruko x beban hidup lantai ruko))
= 0,3 x ((9861,056 x 400) + (1572,498 x 250)
= 1301264,07 kg
c. Berat total lantai 1 (elevasi +10,5)
= 9916376,9 + 1301264,07
= 11217640,97 kg
Dengan cara yang sama hasil perhitungan beban gravitasi pada elevasi lain
akan ditampilkan dalam tabel
Tabel 5.10. Berat gravitasi pada tiap lantai bangunan
V-17
Elevasi
Berat Balok
Berat Kolom
Berat PelatBeban Mati
Tambahan
Beban Hidup
Berat Total
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
+5,5 2834572,8 1299727,2 4042232,4 3804513,6 1548265,6 13529311,6
+9 350006,4 99724,8 435426,9 668746,9 113392,43 1667297,4
+10,5 2343604,8 1267497,6 3292863,5 3015579,9 1301264,1 11217640,97
+12,5 340176 - 435426,9 167968,63 45356,97 988928,5
+14,5 367497,6 - 452879,4 179592,35 47174,94 1047144,3
+15,5 1939730,4 - 2845462,1 769759,44 1185609,6 6754561,5
35204884,27
5.5.1.2 Geser Dasar Seismik, V
Gaya geser dasar seisimik untuk beban gempa statik ekivalen, ditentukan
sesuai dengan persamaan 3.36 yaitu :
V = Cs.W
a. Periode fundamental struktur, T
Periode fundamental struktur, T, ditentukan dengan persamaan 3.9 yaitu :
Ta = Ct . hnx
Dimana, Ct adalah 0,0466 (Rangka beton pemikul momen), hn adalah
ketinggian struktur dan x adalah 0,9 (Rangka beton pemikul momen). Maka,
Ta = 0,0466 . 15,50,9
= 0,5491 detik.
b. Koefisien respons seismik, Cs
Diketahui :
Sistem struktur penahan gempa SRPMK
R : 8
I : 1 (peruntukan bangunan mall)
Cd : 5,5
SS : 1,6
S1 : 0,75
Fa : 0,9 (untuk kelas situs SE dan SS ≥ 1,25)
Fv : 2,4 (untuk kelas situs SE dan S1 ≥ 0,5)
V-18
dfdd
dg
Cs ditentukan dengan persamaan 3.17 yaitu :
Nilai Cs yang dipakai adalah Cs = 0,12
c. Nilai gaya geser dasar seismik, V
V = 0,12 . W
Dimana W adalah berat total struktur yaitu 35204884,27 kg, maka :
V = 0,12 . 35204884,27
= 4224586,112 kg
5.5.1.3 Distribusi Vertikal Gaya Gempa, Fx
Distribusi vertikal gaya gempa, Fx dihitung sesuai dengan SNI 03-1726-2012
pasal 7.8.3 sebagai berikut :
Fx = Cvx . V
Cvx =
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur, untuk perioda
struktur = 0,5 detik atau kurang, k = 1, untuk perioda struktur = 2,5
V-19
detik atau lebih, k = 2 dan untuk perioda struktur antara 0,5 – 2,5
detik nilai k harus didapatkan dengan cara interpolasi linear.
k = dari hasil interpolasi nilai eksponen k antara 1 dan 2, nilai k adalah
1,02455 untuk perioda struktur = 0,5491 detik
Contoh perhitungan distribusi vertikal gaya gempa, Fx untuk elevasi +5,5
adalah :
Cvx =
= 0,21579
Fx = 0,21579 x 4224586,112
= 911641,351 kg
Untuk nilai Fx pada elevasi lain, dapat dilihat selengkapnya pada tabel 5.11
Tabel 5.11. Beban gempa statik ekivalen pada tiap lantai
Elevasi (m)
Berat Lantai (Wi) (kg)
wi x hik
(kg.m)Fx
(kg)
+5,5 13529311,6 77591525,93 911641,351
+9,0 1667297,4 15837339,84 186076,684
+10,5 11217640,97 124784611,8 1466124,177
+12,5 988928,5 13152370,88 154530,344
+14,5 1047144,3 16213848,84 190500,379
+15,5 6754561,5 111982846,2 1315713,179
Total 359562543,5 4224586,112
5.5.2 Metode Respons Spektrum
Diketahui :
Sistem struktur penahan gempa SRPMK
V-20
Ditanya :
a) T0
b) TS
c) Sa untuk perioda lebih kecil dari T0
d) Sa untuk perioda lebih dari TS
Penyelesaian :
a) T0
b) TS
c) Sa untuk perioda lebih kecil dari T0
d) Sa untuk perioda lebih dari TS
Tabel 5.12. Tabel Periode vs Percepatan Spektra
Periode ( T ) Percepatan Spektra ( Sa )
( detik ) ( g )
0 0,384
0,25 0,96
1,25 0,96
1,3 0,923
1,4 0,857
1,5 0,800
1,6 0,750
1,7 0,706
1,8 0,667
1,9 0,632
2 0,600
V-21
2,1 0,571
2,2 0,545
2,3 0,522
2,4 0,500
Tabel 5.12. Tabel Periode vs Percepatan Spektra (lanjutan)
Periode ( T ) Percepatan Spektra ( Sa )
( detik ) ( g )
2,5 0,480
2,6 0,462
2,7 0,444
2,8 0,429
2,9 0,414
3 0,400
3,1 0,387
3,2 0,375
3,3 0,365
3,4 0,353
3,5 0,343
V-22
Gambar 5.2 Grafik Respons Spektrum Rencana
V-23
5.6 Analaisis Struktur Portal dengan SAP2000
Untuk melakukan analisis struktur portal digunakan program bantu
SAP2000. Langkah pertama adalah menentukan unit satuan yang digunakan, dalam
perencanaan ini menggunakan (kgf, m, Co). Data yang meliputi properti material,
bentuk portal gedung, pembebanan struktur dan beban gempa yang diinput adalah
sebagai berikut :
5.6.1 Input Data Material Struktur
Pada perencanaan portal ini material yang digunakan adalah material beton
bertulang. Maka data material beton dan baja tulangan yang diinput pada program
sesuai dengan material rencana pada pasal 5.3.2 sebagai berikut :
a. Beton K-300
Kuat tekan, fc’ = 24,9 MPa
Modulus elastisitas, Ec = 23452,953 MPa
Angka poisson, υ = 0,2
b. Beton K-350
Kuat tekan, fc’ = 29,05 MPa
Modulus elastisitas, Ec = 25332,084 MPa
Angka poisson, υ = 0,2
c. Baja tulangan BJTD 40 (D22 dan D12)
Tegangan leleh minimum, fy = 392 MPa
Tegangan putus minimum, fu = 559 MPa
Modulus elastisitas, Es = 200.000 MPa
Angka poisson, υ = 0,3
5.6.2 Input Data Elemen Portal Struktur
Setelah data material yang digunakan telah dimasukkan, maka selanjutnya
ialah memasukan data elemen portal yaitu kolom, balok dan pelat. Data yang akan
dimasukkan pada program adalah sebagai berikut :
a. Elemen balok
Untuk elemen balok data yang dimasukkan yaitu meliputi dimensi rencana
balok, material balok, material tulangan, diameter tulangan dan lain-lain.
V-24
Contoh data elemen balok yang dimasukkan pada program adalah sebagai
berikut :
Jenis balok = B 25/45
Dimensi balok = lebar balok (width) = 0,25 m dan tinggi balok (depth) =
0,45 m
Material beton = Beton K-300
Penulangan Balok (concrete reinforcement) = pilih tipe penulangan
‘balok’ (beam) tulangan pokok (longitudinal bars) = BJTD 40
tulangan geser (confinement bars) = BJTP 40 jarak tepi beton ke pusat
tulangan pokok (concrete cover to longitudinal rebar center) = selimut
beton + tulangan geser + tulangan pokok = 0,04 + 0,12 + 0,11 = 0,063
m
Kemudian cara yang sama dilakukan pada jenis balok yang lain.
b. Elemen kolom
Contoh data elemen kolom yang dimasukkan pada program adalah sebagai
berikut :
Jenis kolom = K 70/70
Dimensi kolom = lebar kolom (width) = 0,7 m dan tinggi kolom (depth) =
0,7 m
Material beton = Beton K-350
Penulangan kolom (concrete reinforcement) = pilih tipe penulangan
‘kolom’ (column) tipe penulangan kolom (reinforcement configuration)
= tulangan kolom kotak (rectangular) tulangan pokok (longitudinal
bars) = BJTD 40 tulangan geser (confinement bars) = BJTD 40
selimut beton (cleaar cover for confinement bars) = 0,04 m diameter
tulangan pokok rencana (longitudinal bar size) = 22 mm diameter
tulangan geser (confinement bar size) = 12 mm pilih tipe tulangan
kolom untuk didesain (reinfircement to be designed).
Kemudian cara yang sama dilakukan pada jenis kolom yang lain.
c. Elemen pelat
V-25
Contoh data elemen kolom yang dimasukkan pada program adalah sebagai
berikut :
Jenis pelat = Pelat lantai mall
Material pelat = Beton K-300
Dimensi pelat = tebal pelat (thickness) = 0,12 m
Kemudian cara yang sama dilakukan pada jenis pelat yang lain.
5.6.3 Menggambar Model Struktur
Selanjutnya adalah menggambar model struktur yang sesuai dengan
perencanaan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat grid lines pada
sumbu x, y dan z yang sesuai dengan perencanaan. Setelah menentukan grid lines
garis bantu yang memudahkan penggambaran model akan muncul. Setelah itu model
struktur dapat digambar dengan lebih mudah.
V-26
Gambar 5.3. Gambar 3 dimensi portal
V-27
5.6.4 Pembebanan Struktur
Pembebanan struktur merupakan tahapan yang sangat penting selanjutnya.
Semua beban yang dipikul oleh model struktur harus diaplikasikan secara
keseluruhan. Hal ini sangat mempengaruhi hasil desain portal.
5.6.4.1 Memasukkan Fungsi Respons Spektrum
Grafik respons spektrum dimasukkan bukan sebagai beban atau load akan
tetapi sebagai suatu fungsi. Langkah memasukkan fungsi respons spektrum pada
program adalah : define functions respons spectrum add new function, pilih
user masukkan nilai perioda vs percepatan spektralnya. Kemudian digunakan faktor
pengali awal untuk fungsi respons spektrum sebesar g/R = 9,81/8 = 1,22625 pada arah
X maupun arah Y.
Gambar 5.4. Input grafik fungsi Respons Spektrum
V-28
5.6.4.2 Menentukan Jenis Beban yang Ada Pada Model Struktur
Dari beberapa jenis beban yang ada, untuk desain portal beton bertulang
bangunan PGM digunakan beban :
1) Dead
Adalah beban default program yaitu berat sendiri elemen struktur pada model
portal
2) Mati tambahan
Adalah beban mati tambahan meliputi, beban dinding, finishing dan
waterproofing
3) Hidup
Adalah beban hidup yang ada pada lantai dan atap
5.6.4.3 Memasukkan Beban Pada Elemen Struktur
Sebelumnya pada Bab 5.4 beban yang akan diaplikasikan pada portal telah
dihitung. Beban-beban pada elemen struktur seperti beban dinding, beban finishing,
beban tangga dan lain-lain harus dimasukkan pada balok, kolom dan pelat yang
dibebani. Cara memasukkan beban pada elemen portal adalah : untuk elemen balok
dan kolom (frame sections), beban dimasukkan dengan cara memilih balok atau
kolom yang memikul beban kemudian pilih menu assign frame loads distributed
(beban merata) dan point (beban terpusat) pilih jenis beban (mati tambahan atau
hidup) masukkan beban.
Untuk elemen pelat (area sections), beban dimasukkan dengan cara memilih
pelat yang memikul beban kemudian pilih menu assign area loads uniform to
frames pilih jenis beban (mati tambahan atau hidup) masukkan beban.
5.6.4.4 Memasukkan Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan merupakan hal yang penting dan sangat
mempengaruhi hasil desain portal. Kombinasi pembebanan yang digunakan sesuai
persamaan SNI 03-1726-2012 pasal 7.4.2, serta koefisien pembebanan sesuai
persamaan SNI 03-2847-2002, pasal 11.2.1, sebagai berikut:
V-29
1) Beban ultimmit
Kombinasi beban ultimit yang digunakan adalah 1,2 DL + 1,6 LL. Dimana
DL adalah beban mati struktur yang terdiri dari beban mati sendiri dan beban
mati tambahan. LL merupakan beban hidup pada model struktur.
2) Beban respons spektrum
Untuk kombinasi beban respons spektrum digunakan 4 jenis kombinasi yaitu:
a) COMRS-X
= (1,2 + 0,2SDS).DL + QE + 0,5.LL
= (1,2 + 0,2.0,96).DL + (RS x + 0,3RS y) + 0,5.LL
= 1,392.DL + 1,3.RS x + 0,39.RS y + 0,5.LL
b) COMRS-Y
1,392.DL + 1,3RS y + 0,39RS x + 0,5.LL
c) COMRS-X1
= (0,9 – 0,2SDS.).DL + QE
= (0,9 - 0,2.0,96).DL + (RS x + 0,3RS y)
= 0,708.DL + 1,3.RS x + 0,39.RS y
COMRS-Y1
d) 0,708.DL + 1,3.RS y + 0,39.RS x
Keterangan :
DL : Beban Mati
LL : Beban Hidup
Faktor redundansi = 1,3
RSx : Gempa respons spektrum arah x
RSy : Gempa respons spektrum arah y
5.6.5 Analisis Struktur
Setelah gambar model selesai dan semua beban yang ada telah dimasukkan
pada program, maka model siap untuk dianalisis. Dalam analisis ini akan diperoleh
info perioda getar alami struktur, gaya geser dasar, gaya-gaya dalam struktur dan juga
rasio pastisipasi massa struktur terhadap beban gempa.
5.6.5.1 Gaya Geser Dasar Respons Spektrum
V-30
Sesuai dengan peraturan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.9.4.1. Dalam analisis
dinamis respons spektrum, gaya geser dasar hasil analisis respons spektrum harus
minimum sebesar 85 persen dari hasil analisis statik ekivalen.
Tabel. 5.13. Gaya geser dasar respons spektrum
ArahGaya geser dasar
(kg)X 3973520,67
Y 3962134,22
Dari hasil di atas dapat diperoleh nilai perbandingan gaya geser dasar dalam
arah X maupun arah Y yaitu:
1) Arah X
85%.Vstatik ekivalen < Vrespons spektrum = 0,85(4224586,11) < 3973520,67
= 3590898,194 < 3973520,67
2) Arah Y
85%.Vstatik ekivalen < Vrespons spektrum = 0,85(4224586,11) < 3962134,22
= 3590898,194 < 3962134,22
Dari hasil di atas gaya geser dasar analisis respons spektrum pada masing-
masing arah X maupun arah Y telah memenuhi persyaratan minimum 85 persen dari
gaya geser dasar anlisis statik ekivalen. Maka faktor pengali g/R = 9,81/8 = 1,22625
pada fungsi respons spektrum dapat digunakan.
5.6.5.2 Partisipasi masa
Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur.
Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi
massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam
masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model (SNI
03-1726-2012).
Tabel 5.14. Rasio partisipasi massa struktur
V-31
Dari tabel 5.14. dapat dilihat pada mode atau ragam ke 4, partisipasi massa
struktur sudah diatas 90 persen. Maka persyaratan jumlah ragam yang disertakan pada
analisis sudah tepat.
5.6.5.3 Perioda fundamental struktur
Output analisis struktur dengan menggunakan program bantu juga
memberikan informasi tentang perioda alami fundamental struktur. Pada tabel 5.15.
dapat dilihat perioda fundamental struktur, T akibat fungsi respons spektrum adalah
0,5855 detik. Sedangkan perioda fundamental pendekatan, Ta yang digunakan
sebelumnya untuk menghitung gaya geser dasar seismik dengan metode anaisis statik
ekivalen adalah 0,5491 detik.
Pada SNI 03-1726-2012 Pasal 7.8.2 perioda fundamental struktur, T tidak
boleh melebihi untuk batasan atas pada perioda yang dihitung, Cu dan perioda
fundamental pendekatan, Ta. Dimana nilai Cu adalah 1,4 (untuk SD1 = 1,2), maka :
T < Cu.Ta
0,5855 detik < 1,4 . 0,5491 detik
0,5855detik < 0,7687 detik Ok...
Tabel 5.15. Perioda fundamental struktur
5.6.5.4 Simpangan Antar Lantai
V-32
Simpangan antar lantai hasil desain beton bertulang harus lebih kecil dari
syarart maksimum simpangan antar lantai a = 0,025.hsx. Dimana hsx adalah tinggi
tingkat di bawah tingkat x.
Diketahui : Cd = 5,5
ix = 0,0067 m
Ie = 1,0
Penyelesaian: Contoh perhitungan simpangan lantai elevasi +5,5 arah-X
1x = m
a = 0,025 . 5,5 = 0,1375 m
1 < a, Simpangan memenuhi syarat.
Hasil selanjutnya akan ditampilkan dalam bentuk tabel.
Tabel 5.16. Simpangan lantai arah-X
ElevasiTinggi tingkat
(m)
ix
(m)x
(m)x (m)
a
(m)x < a
+5.5 5,5 0,0067 0,0369 0,0369 0,1375 OK
+9.0 3,5 0,0121 0,0666 0,0297 0,0875 OK
+10.5 1,5 0,0136 0,0748 0,0082 0,0375 OK
+12.5 2 0,0152 0,0836 0,0088 0,050 OK
+14.5 2 0,0173 0,0952 0,0116 0,050 OK
+15.5 1 0,0199 0,1095 0,0143 0,025 OK
Tabel 5.17. Simpangan lantai arah-Y
ElevasiTinggi tingkat
(m)
iy
(m)y
(m)y (m)
a
(m)y < a
+5.5 5,5 0,0074 0,0407 0,0407 0,1375 OK
+9.0 3,5 0,0102 0,0561 0,0154 0,0875 OK
+10.5 1,5 0,0145 0,0798 0,0237 0,0375 OK
+12.5 2 0,0153 0,0842 0,0044 0,050 OK
+14.5 2 0,0179 0,0985 0,0142 0,050 OK
+15.5 1 0,0185 0,1018 0,0033 0,025 OK
V-33
5.7 Hasil Desain Beton Bertulang
Setelah syarat-syarat analisis terpenuhi maka selanjutnya ialah mengecek
kapasitas dimensi penampang dan menentukan kebutuhan tulangan geser dan utama
dengan menggunakan program SAP2000. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah
design code yang digunakan untuk perencanaan beton bertulang. Perancangan elemen
struktur menggunakan SAP2000 dihitung berdasarkan peraturan (design code)
internasional yang baku, seperti U.S (ACI 318), Canadian (CSA 1994), British (BSI
1989), Eurocode 2 (CEN 1992), dan New zealand (NZS 3101-95).
Karena peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu SNI 03-2847-2002 tidak
terdaftar pada program SAP2000, maka pada tulisan ini penulis menggunakan design
code ACI 318-1999 yang juga merupakan dasar dari SNI 03-2847-2002 dengan
merubah faktor reduksi kekuatan strukturya.
Gambar 5.5. Modifikasi faktor reduksi kekuatan pada SAP2000
Gambar 5.5. adalah kotak dialog yang akan muncul ketika akan melakukan
desain beton bertulang. Setelah faktor reduksi kekuatan disesuaikan dengan peraturan
yang berlaku di Indonesia, maka selanjutnya adalah mengecek kapasitas penampang
elemen struktur. Ketika menemukan balok atau kolom yang mengalami overstress
V-34
pada model struktur program SAP2000. Maka beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk memperbaikinya adalah dengan mengecek ulang model, memperbear dimensi
atau menaikan mutu material.
Setelah melewati proses memodifikasi elemen-elemen struktur yang
mengalami over stress atau over capacity maka semua elemen telah aman dari beban
yang telah kita aplikasikan.
Gambar 5.6. Kotak dialog hasil cek kapasitas
Gambar 5.7. Contoh output kebutuhan tulangan longitudinal balok dan kolom
Gambar 5.6. menunjukkan bahwa semua elemen portal baik balok dan kolom
telah aman dari beban yang telah di aplikasikan. Maka hasil dari desain beton
bertulang balok dan kolom portal gedung PGM dalam bentuk kebutuhan tulangan
utama dan geser dapat digunakan. Sedangkan gambar 5.7. menunjukkan beberapa
V-35
contoh kebutuhan tulangan longitudinal balok dan kolom. Nilai kebutuhan tulangan
longitudinal adalah dalam satuan mm2.
5.7.1 Desain Penulangan Balok
5.7.1.1 Tulangan Lentur Balok
Desain balok yang digunakan adalah menggunakan mutu beton K-300
dengan mutu baja tulangan utama BJTD 40. Dari hasil perancangan penulangan
dengan menggunakan SAP2000, diperoleh luas tulangan pokok yang diperlukan.
Luas tulangan aktual dan jumlah tulangan aktual dihitung secara manual.
Contoh penulangan balok adalah pada balok B 35/70 yang terletak pada grid
8-9/F elevasi +5.5. Luas tulangan perlu dan momen ultimit hasil analisa SAP2000
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.18. Momen ultimit dan luas tulangan perlu
Ujung iMomen ultimate(Mu
- i) = 486,075 kN.m
Lapangan
(Mu+) = 222,043 kN.m
ujung j
(Mu- j) = 486,532 kN.m
Kombinasi pembebananCOMRS-X ULTIMIT COMRS-X
Luas tulangan (SAP 2000)(Au
- i) = 2747 mm2
(Au+
i) = 1285 mm2(Au
-) = 784 mm2
(Au+) = 1168 mm2
(Au-j) = 2750 mm2
(Au+
j) = 1287 mm2
1. Tulangan lentur aktual balok pada daerah tumpuan
Pada daerah tumpuan digunakan momen ultimit pada ujung j karena nilainya
lebih besar dibandingkan pada ujung i. Direncanakan menggunakan tulangan pokok
D22 (luas AS = 380,133 mm2), tulangan sengkang D12 (luas AV = 226,195 mm2)
Jumlah tulangan (n) yang diperlukan pada sisi atas :
n = = 7,23 Digunakan 8 D22 dua lapisan.
Jumlah tulangan yang diperlukan pada sisi bawah :
n = = 3,39 Digunakan 4 D22 satu lapisan.
V-36
Gambar 5.8. Penampang balok rencana pada daerah tumpuan
2. Kontrol kuat lentur nominal balok daerah tumpuan
MU : 486,532 kN.m
Dimensi : 350 x 700 mm2
(ß1) : 0,85 (untuk fc’ ≤ 30 MPa)
Faktor reduksi kekuatan () : 0,8
Kuat tekan beton (fc’) : 24,9 MPa
Tegangan leleh baja (fy) : 392 MPa
Balok dianalisis menggunakan analisis balok bertulang rangkap, dengan
langkah-langkahnya sebagai berikut :
Anggap bahwa semua tulangan luluh, maka : fS = fS’ dan AS2 = As’
a) Perkiraan tinggi efektif penampang (d)
d = tinggi balok – selimut beton – tul.sengkang – tul. Utama - (½ x spasi
vertikal tulangan)
= 700 – 40 – 12 – 22 - (½ x 25)
= 613,5 mm
d’ = selimut beton + tul.sengkang + ½ tul. Utama
= 40 + 12 + 22/2 = 63 mm
b) Luas tulangan tarik, AS (8D22) = 380,133 x 8 = 3041,064 mm2
Luas tulangan tekan, AS’ (4D22) = 380,133 x 4 = 1520,532 mm2
AS1 = 3041,064 – 1520,532 = 1520,532 mm2
V-37
c) Hitung tinggi blok tekan beton (a) dan letak garis netral (c)
a = = = 80,463 mm
c = = = 94,662 mm
d) Dengan menggunakan diagram regangan, diperiksa regangan tulangan baja
tarik maupun tekan apakah sudah luluh atau tidak, sebagai berikut :
y = = = 0,00196
s’= 0,003 = 0,003 = 0,001 < y
s = 0,003 = 0,003 = 0,016 > y
Karena s > y > s’, maka tulangan baja tarik telah mencapai luluh tapi
tulangan baja tekan belum. Dengan demikian anggapan awal yang menyatakan
tulangan baja tarik dan tekan telah mencapai luluhnya tidak benar. Maka diperlukan
mencari letak garis netral terlebih dahulu. Nilai c akan didapatkan dengan
menggunakan persamaan :
e) Hitung tinggi blok tekan beton (a) dan letak garis netral (c)
(0,85.fc’.b. ß1)c2 + (600.AS’ – AS.fy)c – 600.d’AS’ = 0
(0,85.24,9.350.0,85) c2 + (600.1520,532 – 3041,064.392) c – 600.63.
1520,532) = 0
6296,5875c2 – 279777,888c – 57476109,6 = 0
Dengan menggunakan rumus ABC persamaan kuadrat diperoleh nilai c
sebesar 120,307 mm.
a = ß1.c
a = 0,85. 120,307 = 102,261 mm
V-38
f) Tegangan tekan baja, fs’
MPa
g) Menghitung momen nominal Mn
ND1 = (0,85.fc’)a.b = (0,85.24,9). 102,261.350 = 757,524 kN
ND2 = As’fs’ = 1520,532. 285,804 = 434,574 kN
ND = ND1 + ND2 = 757,524 + 434,574 = 1192,098 kN
NT = AS.fy = 3041,064.392 = 1192,097 kN
ND = NT
Mn1 = ND1 (z1) = ND1 (d-½ a)
= 757,524 (613,5- ½ 102,261)
= 426,008 kN.m
Mn2 = ND2 (z2) = ND2 (d – d’)
= 434,574 (613,5- 63)
= 239,233 kN.m
Mn = Mn1 + Mn2
= 426,008 + 239,233
= 665,241 kN.m
h) Kontrol MR vs MU
Mn > MU 0,8 (665,241) > 486,532
532,193 > 486,532 Ok !
i) Kontrol rasio penulangan aktual aktual
aktual = = 0,0143
min = = 0,0036
max = 0,75. b
b = = 0,0270
V-39
max = 0,75. 0,0278= 0,0208
Karena min < aktual < max 0,0036 < 0,0143 < 0,0208 maka, rasio
penulangan aktual untuk daerah tumpuan telah memenuhi persyaratan.
j) Cek spasi antar tulangan (s)
Jumlah tulangan (n) : 4 tulangan dalam 1 lapis
Spasi minimum : 25 mm / (1,0D = 1,0 x 22 = 22 mm)
Diameter tulangan pokok : 22 mm
Selimut beton : 40 mm
Diameter tulangan sengkang : 12 mm
Lebar badan balok (bw) : 350 mm
S =
S = = 52,667 mm
S > Smin 52,667 mm > 25 mm Ok !
3. Tulangan lentur aktual balok pada daerah lapangan
Jumlah tulangan (n) yang diperlukan pada sisi atas :
n = = 2,06 Digunakan 2 D22 satu lapisan.
Jumlah tulangan yang diperlukan pada sisi bawah :
n = = 3,07 Digunakan 4 D22 satu lapisan.
V-40
Gambar 5.9. Penampang balok rencana pada daerah lapangan
4. Kontrol kuat lentur nominal balok daerah lapangan
MU : 222,042 kN.m
Panjang bentang : 8000 mm
Jarak antara balok : 4000 mm
Balok dianalisis menggunakan analisis balok T, dengan langkah-langkahnya
sebagai berikut :
a) Menentukan lebar efektif flens (bef)
Lebar sayap balok efektif adalah nilai terkecil dari hasil perhitungan lebar
sayap efektif balok di bawah ini :
bef = ¼ panjang bentang
= ¼ (8000) = 2000 mm (terpakai)
bef = jarak antara balok
= 4000 mm
bef = bw + 16.hf
= 350 + 16(120) = 2270 mm
b) Perkiraan tinggi efektif penampang (d)
d = tinggi balok – selimut beton – tul.sengkang – ½tul. Utama
= 700 – 40 – 12 – ½(22)
= 637 mm
Dianggap tulangan tulangan baja tarik telah mencapai luluh.
c) Gaya tarik total (NT)
V-41
NT = AS . fy
NT = 1520,532 . 392 = 596,049 kN
d) Gaya tekan (ND)
ND = 0,85 . fc’ . bef . hf
ND = 0,85 . 24,9 . 2000 . 120 = 5079,60 kN
Karena ND > NT 5079,60 > 596,049, maka balok berperilaku sebagai balok
persegi karena flens menyediakan daerah tekan cukup luas sehingga daerah blok
tegangan tekan seluruhnya berada pada
e) Menentukan koefisien momen tahanan (k) menggunakan aktual
aktual = = 1,194x10-3
Nilai k, diperoleh dari persamaan :
aktual =
Dengan melakukan beberapa substitusi diperoleh persamaan :
k =
m =
k =
k = 0,463
f) Menghitung momen nominal Mn
V-42
Mn = bef.d2.k
= 2000 . (6372) . 0,463
= 375,742 kN.m
g) Kontrol MR vs MU
Mn > Mu 0,8 (375,742) > 222,041
300,594 > 222,042 Ok !
h) Kontrol rasio penulangan aktual aktual
aktual = = 0,0068
min = = 0,0036
max = 0,75. b
b = = 0,0270
max = 0,75. 0,0278= 0,0208
Karena min < aktual < max 0,0036 < 0,0068 < 0,0208 maka, rasio
penulangan aktual untuk daerah tumpuan telah memenuhi persyaratan.
i) Cek spasi antar tulangan (s)
Jumlah tulangan (n) : 4 tulangan dalam 1 lapis
Spasi minimum : 25 mm / (1,0D=1,0 x 22 = 22 mm)
Diameter tulangan pokok : 22 mm
Selimut beton : 40 mm
Diameter tulangan sengkang : 12 mm
Lebar badan balok (bw) : 350 mm
S =
V-43
S = = 52,667 mm
S > Smin 52,667 mm > 25 mm Ok !
5.7.1.2 Tulangan geser balok
Penulangan geser menggunakan mutu baja tulangan BJTD 40. Luas tulangan
geser perlu dan gaya geser maksimum analisa SAP2000 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.19. Gaya geser ultimit dan luas tulangan sengkang perlu
Ujung iGaya geser ultimate(Vu i) = 253,342 kN.m
U jung j
(Vu j) = 254,64 kN.m
Kombinasi pembebananCOMRS-X COMRS-X
Luas tulangan Geser (SAP 2000)(Av i) = 1,003 mm2/mm (Av j) = 1,005 mm2/mm
Desain penulangan geser menggunakan kebutuhan luas tulangan geser yang
paling besar, yaitu pada tumpuan j. VU = 254,64 kN.m dan Av = 1,005mm2/mm.
d = 609,5 mm
bw = 350 mm
fc’ = 24,9 MPa
fy = 294 MPa
Dsengkang = 12 mm
Asengkang = 2 (0,25 x x 122) (sengkang 2 kaki)
= 226,195 mm2
Syarat kuat geser Vn > VU
Vn = Vc + Vs
= 0,75
Spasi tulangan sengkang (s), direncanakan menggunakan sesuai dengan
kebutuhan tulangan geser hasil analisa SAP2000.
1. Tulangan geser aktual balok pada daerah tumpuan
V-44
s =
= digunakan spasi 200 mm
2. Kontrol penulangan geser aktual
Vc = (1/6 . fc’) bw . d
= (1/6 . 24,9) 350 . 609,5
= 177,415 kN
VU > ½ Vc 255,402 > 0,5 . 0,75 . 177,415
255,402 > 66,531 Tulangan geser dibutuhkan.
Vs =
Vn = Vc + Vs
= 177,415 + 270,217
= 447,632 kN
Vn > VU
0,75 (447,632) > 257,303
335,724 > 254,64 Ok !
3. Kontrol spasi tulangan geser maksimum
Berdasarkan SNI-2847-2002, pasal 23.3, spasi sengkang yang digunakan
pada daerah tumpuan (2h dari muka muka tumpuan) tidak boleh melebihi nilai
berikut:
smax = ¼ ×d = ¼ × 609,5 = 152,375 mm, atau
smax = 8 ×Dtul pokok = 8 × 22 = 176 mm, atau
smax = 24 ×Dsengkang = 24 × 12 = 288 mm, dan
smax = 300 mm, Spasi sengkang terpasang, s = 200 mm > smaks No !
karena spasi sengkang terpasang melebihi spasi maksimum, maka digunakan
spasi tulangan sengkang, s = 150 mm
4. Syarat pelaksanaan
V-45
a) Pada daerah di luar 2h dari tumpuan, spasi sengkang yang digunakan tidak
boleh melebihi d/2 = 609,5/2 = 304,75 mm. s = 250 mm.
b) Pada daerah sambungan tulangan lentur, berdasarkan SNI-2847-2002, pasal
23.3.4, spasi sengkang yang digunakan adalah nilai terkecil dari (d/4 =
609,5/4 = 152,375 mm) atau 100 mm. s = 100 mm.
5.7.1.3 Penulangan Torsi Balok
Untuk perencanaan momen torsi balok yang ditinjau adalah B1 yang terletak
pada grid 2/H-I. Tinjauan terhadap momen torsi, berdasarkan hasil analisa struktur
pada SAP2000 diperoleh momen torsi maksimum (Tu= 50,448 kN.m).
Tu = 50,448 kN.m
bef = 2000 mm
hf = 120 mm
bw = 350 mm
h = 700 mm
Vu = 174,387 kN.m
As = 2407,983 mm2
Tu,min
Acp = bef x hf + bw x (h-hf)
= 2000 x 120 + 350 x (700-120) = 443000 mm2
Pcp = 2x(bef + hf + (h-hf))
= 2 x (2000 + 120 + (700-120)) = 5400 mm2
Tu = 11,334 kN.m
Karena Tu < Tmaks maka penulangan torsi diperlukan.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.6.2 untuk struktur statis tak tentu
dimana dapat terjadi pengurangan momen puntir pada komponen strukturnya yang
disebabkan oleh redistribusi gaya-gaya dalam akibat adanya keretakan, momen puntir
terfaktor maksimum Tu menjadi :
V-46
Tu,max
Tu,max = 45,336 kN.m
Tu > Tu,max 50,448 kN.m > 45,336 kN.m, karena Tu dari hasil analisis
menggunakan SAP2000 melewati nilai Tu,max maka Tu yang digunakan adalah
Tu = Tu,max = 45,336 kN.m
1. Tulangan sengkang terhadap torsi
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 13.6 tulangan sengkang untuk torsi
harus direncakan dengan rumus :
Tn = ,
Dimana :
Ao = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm2)
At = Luas satu kaki tualangan sengkang torsi (mm2)
fyv = Tegangan leleh tulangan sengkang torsi
= 45o (beton non-prategang)
s = Spasi sengkang torsi (mm)
Maka,
Ao = 0,85.Aoh
Aoh = (bw – (2 x selimut beton)) x (h – (2 x selimut beton))
= (350 – (2 x 40)) x (700 – (2 x 40))
= 167400 mm2
Ao = 0,85 x 167400 = 142290 mm2
Tn = kN.m
60,448 =
V-47
= 0,542 mm
Vn =
Vc = (1/6 . fc’) bw . d
= (1/6 . 24,9) 350 . 609,5
= 177,415 kN
Vs = Vn - Vc
= 232,516 – 177,415
= 55,101 kN
=
Kombinasi sengkang geser dan sengkang puntir
=
Avt = 2 (0,25 x x 122)
= 226,195 mm2
s =
= 172,011 mm D12-150
Tulangan sengkang terpakai adalah D12-150, maka tulangan sengkang
terpakai sudah memnuhi kebutuhan geser dan torsi.
2. Tulangan longitudinal untuk menahan torsi
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 13.6 tulangan longitudinal tambahan
untuk menahan torsi tidak boleh kurang dari :
Al =
Ph = 2x(bw – (2 x ½ Dsengkang) + 2x(h – (2 x ½ Dsengkang)
V-48
Ph = 2x(350 – (2 x (½ 12))) + 2x(700 – (2 x (½ 12)))
= 2052 mm
Al =
= 1112,184 mm2
Luas Al tersebut seperempatnya di sudut-sudut atas, seperempat lainnya
didistribusikan merata pada sisi tegak dengan spasi tidak melebihi 300 mm.
Ast = ¼(Al) + As
= ¼(1112,184) + 2407,983
= 2686,029 mm2 8D22 (As,terpasang = 3041,062 mm2) Ok!
Tulangan tarik terpasang pada daerah tumpuan sudah memenuhi. Pada sisi
tegak balok akan dipasang tulangan memanjang tambahan yaitu :
¼Al = ¼(1112,184)
= 278,046 mm2
Digunakan tulangan memanjang D16 untuk menahan torsi yaitu :
n = = 1,38 2 Batang
Maka, tulangan memanjang yang digunakan untuk menahan momen torsi
pada kedua sisi balok adalah 4D16.
Gambar 5.10 Sketsa Penulangan Torsi
5.7.1.4 Penyaluran dan Sambungan Tulangan Balok
1. Penjangkaran tulangan balok
V-49
Berdasarkan SNI-2847-2002 pasal 23.5.4, panjang penjangkaran untuk
tulangan tarik, (ldh) ≥ fy×db/(5.4√(f’c)). Panjang penjangkaran tulangan longitudinal
balok ke dalam join adalah sebagai berikut:
(ldh) ≥ fy×db/(5.4√(f’c)) = 392 × 22/(5.4√(24,9)) = 320,048 325 mm
≥ 8×db= 8×22 = 176 mm
≥ 150 mm = 150 mm.
Panjang penjangkaran yang tersedia pada kolom,
l = lebar kolom – selimut beton
= 800-40 = 760 mm. > (ldh= 325 mm) Ok!
2. Penyaluran dan sambungan tulangan balok
Panjang penyaluran yang direncanakan sesuai dengan SNI 03-2847-2002
pasal 14.1 yaitu :
a) Penyaluran tulangan balok pada kondisi tarik, ld
dimana :
faktor lokasi penulangan = 1,3
faktor pelapis = 1
faktor ukuran batang tulangan = 1
faktor beton agregat ringan = 1
db : diameter tulangan yang disalurkan = D22
Ktr : untuk penyederhanaan perencanaan boleh diambil = 0
c : niliai terkecil antara jarak dari sumbu batang atau kawat ke
permukaan beton terdekat dan setengah spasi sumbu ke sumbu
batang atau kawat yang disalurkan.
jarak dari sumbu batang ke permukaan beton terdekat adalah : selimut beton
+ ½ tulangan pokok = 40 + ½(22) = 51 mm. Setengah spasi sumbu ke sumbu batang
adalah : ½ (spasi tulangan pokok + tulangan pokok) = ½ (52 + 22) = 37 mm. Dari
kedua jarak tersebut diambil nilai c = 37 mm karena merupakan nilai terkecil.
V-50
ld = 42,04 db 42db
ld = 42(22) = 924 mm
b) Penyaluran tulangan balok pada kondisi tekan, ld
ld =
c) Penyambungan tulangan dalam kondisi tarik
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 14.15 sambungan tulangan
longitudinal dalam kondisi tarik adalah = 1,3 ld = 1,3 (924) = 1201,2 mm 1250 mm.
d) Penyambungan tulangan dalam kondisi tekan
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 14.16 sambungan tulangan
longitudinal dalam kondisi tekan adalah = 0,07.db.fy = 0,07(22 x 392) = 603,7 mm
610 mm.
Gambar 5.11. Hasil penulangan penampang balok (B1)
V-51
Tabel 5.20. Desain penulangan lentur balok
Jenis balok
Dimensi balok
Penulangan lentur
MR-
(kN.m)MR
+
(kN.m)MU
-
(kN.m)MU
+
(kN.m)Kontrol
Tumpuan Lapangan
Tulangan tarik
Tulangan tekan
Tulangan tarik
Tulangan tekan
B1 35/70 8D22 4D22 4D22 2D22 532,192 300,389 527,098 234,197 Ok!
B2 35/70 10D22 5D22 5D22 2D22 659,234 374,437 600,136 285,008 Ok!
B3 35/70 6D22 3D22 3D22 2D22 420,764 225,921 410,356 138,272 Ok!
B4 35/70 4D22 2D22 2D22 2D22 284,562 151,034 273,792 107,439 Ok!
B5 40/80 10D22 5D22 6D22 3D22 782,023 519,591 731,459 504,386 Ok!
B6 40/80 8D22 4D22 4D22 2D22 630,497 348,073 620,890 272,046 Ok!
B7 45/90 12D22 6D22 7D22 3D22 1079,398 688,168 940,287 626,975 Ok!
B8 45/90 10D22 5D22 5D22 2D22 899,660 493,647 863,268 467,260 Ok!
B9 60/100 14D22 7D22 8D22 3D22 1431,232 880,167 1243,553 868,189 Ok!
B10 60/100 12D22 6D22 6D22 3D22 1231,849 662,643 946,750 486,563 Ok!
B11 25/45 6D22 3D22 3D22 2D22 236,344 136,514 225,285 111,179 Ok!
B12 25/45 3D22 2D22 2D22 2D22 123,295 91,429 115,399 81,013 Ok!
BK1 35/70 5D22 3D22 5D22 3D22 335,701 - 297,735 - Ok!
BK2 35/70 3D22 2D22 3D22 2D22 217,019 - 210,356 - Ok!
BK3 40/80 5D22 3D22 5D22 3D22 399,052 - 162,249 - Ok!
BK4 45/90 5D22 3D22 5D22 3D22 461,571 - 173,218 - Ok!
V-52
Tabel 5.21. Desain penulangan geser balok
Jenis balok
Dimensi balok
Penulangan geserVn
(kN)VU
(kN)Kontrol
Tumpuan Lapangan
B1 35/70 D12 - 150 D12 - 250 405,924 268,616 Ok!B2 35/70 D12 - 150 D12 - 250 405,924 315,295 Ok!B3 35/70 D12 - 150 D12 - 250 421,473 206,038 Ok!B4 35/70 D12 - 150 D12 - 250 421,473 147,934 Ok!B5 40/80 D12 - 150 D12 - 250 494,342 446,187 Ok!B6 40/80 D12 - 150 D12 - 250 494,342 299,210 Ok!B7 45/90 D12 - 150 D12 - 250 588,997 497,268 Ok!B8 45/90 D12 - 150 D12 - 250 588,997 147,934 Ok!B9 60/100 D12 - 150 D12 - 250 746,869 711,257 Ok!
B10 60/100 D12 - 150 D12 - 250 746,869 542,999 Ok!B11 25/45 D12 - 150 D12 - 250 231,921 169,378 Ok!B12 25/45 D12 - 150 D12 - 250 231,921 103,468 Ok!BK1 35/70 D12 - 150 D12 - 250 421,473 178,305 Ok!BK2 35/70 D12 - 150 D12 - 250 421,473 148,258 Ok!BK3 40/80 D12 - 150 D12 - 250 510,624 100,210 Ok!BK4 45/90 D12 - 150 D12 - 250 606,012 127,063 Ok!
V-53
5.7.2 Desain penulangan kolom
5.7.2.1 Tulangan pokok kolom
Berbeda dengan desain balok, mutu beton yang digunakan pada desain kolom
adalah mutu beton K-350 dengan mutu baja tulangan utama BJTD 40. Dari hasil
analisa struktur dan perancangan penulangan dengan menggunakan SAP2000,
diperoleh luas tulangan pokok yang diperlukan. Luas tulangan aktual dan jumlah
tulangan aktual dihitung secara manual.
Contoh penulangan kolom adalah pada kolom K 70/70 yang terletak pada
grid 8/F pada lantai dasar.
PU : 2827,112 kN
1,2PDL : 1631,698 kN
1,2PDL + 1,6PLL : 2827,007 kN
M2s : 468,959 kN.m
M2ns : 5,18 kN.m
Dimensi : 700 x 700 mm2
Luas 1 tulangan pokok (As) : 380,133
Tulangan perlu (SAP2000) : 4900 mm2
(ß1) : 0,85 (untuk fc’ ≤ 30 MPa)
Faktor reduksi kekuatan () : 0,65
Kuat tekan beton kolom (fc’) : 29,05 MPa
Kuat tekan beton balok (fc’) : 24,9 MPa
Tegangan leleh baja (fy) : 392 MPa
Panjang kolom lantai 1 (lc) : 5,5 m
Panjang kolom lantai 2 (lc2) : 5 m
Panjang balok (lb) : 8 m
1. Cek kelangsingan kolom
Ic = 0,7.(1/12).(700.7003) = 1,4x1010 mm4
Ec = 4700 fc = 4700 29,05 = 25332,084 MPa
EIc/lc = (25332,084(1,4x1010))/5500 = 6,448x1010 Nmm
EIc/lc2= (25332,084(1,4x1010))/5000 = 7,093x1010 Nmm
V-54
Ib = 0,35.(1/12).(350.7003) = 3,5x109 mm4
Eb = 4700 fc = 4700 24,9 = 23452,953 MPa
EIb/lb = (23452,953(3,5x109))/8000 = 1,026x1010 Nmm
A = = 6,599
B = 0 (tumpuan jepit)
k = 1,59 (dari nomogram panjang efektif portal bergoyang)
lu = lc - hbalok = 5500 – 700
= 4800 mm
r = 0,3b = 0,3(700)
= 210
k.lu/r = 1,59x 4800 / 210 > 22
= 36,343 > 22 Termasuk kolom panjang
2. Cek eksentrisitas kolom
Mu = M2ns + s . M2s
s =
Pc =
EI =
d =
= 0,577
EI =
V-55
= 1,286x1014
Pc =
= 21790339,19 N
s =
= 1,21
Mu = 5,18 + . 486,959 = 593,998 kN.m
e = = 210,108 mm
emin = 0,1h = 0,1 x 700 = 70 mm
3. Tulangan pokok aktual kolom
Jumlah tulangan (n) yang diperlukan pada sisi atas :
n = = 16 Digunakan 16 D22
Gambar 5.12. Penulangan penampang kolom rencana
4. Kontrol kuat rencana kolom
a) Perkiraan tinggi efektif penampang (d)
V-56
d = h – selimut beton – tul. Sengkang – tul. Memanjang
= 700 – 40 – 12 – (½ x 22)
= 637 mm
b) y = 0,5 x h
= 0,5 x 700
= 350 mm
c) cb =
=
= 385,282 mm
d) a = ß1 x cb
= 0,85 x 385,282
= 327,490 mm
e) =
=
= 0,0025
f) =
=
= 0,0019
s’ > y Tulangan tekan telah mencapai tegangan lelehnya fs’ = fy = 392
MPa
g) As’ = 5 x As
= 5 x 380,133
= 1900,665 mm2
V-57
h) Cc = 0,85 x fc’ x b x a
= 0,85 x 29,05 x 700 x 327,490
= 5660,581 kN
i) Cs = As’ x fs’ = 1900,665 x 392 = 745,060 kN
j) Ts = As x fs
= 1900,665 x 392
= 745,061 kN
k) Pn,b = Cc + Cs – Ts
= 5660,581 + 745,060 – 745,061
= 5660,580 kN
l) Mn,b = Cc (y – a/2) + Cs (y – d’) + Ts (d – y)
= 5660,581 (350 – 327,490/2) + 745,060 (350 – 63) + 745,061 (637
– 350)
= 1481,976 kN.m
m) eb = Mn,b/Pn,b = 1481,976/5660,580
= 261,806 mm eb>e Kolom mengalami keruntuhan desak
Untuk jenis keruntuhan desak digunakan metoda pendekatan dari WhitneyPo = 0,85 . fc’ (Ag – Ast ) + Ast . fy
= [0,85 x 29,05 x (490000 – 6082,128)] + [6082,128 x 392]= 14333336,23 N
Pn =
=
= 6428,696 kN
1) Kontrol keamanan kolom
Pu > 0,1.fc’.Ag
6428696 N > 1423450 N Ok!!
V-58
Digunakan faktor reduksi ϕ = 0,65
ϕPn = 0,65 x 6428,696 = 4178,652 kN
ϕPn = 4178,652 kN > Pu = 2827,112 kN Kolom aman
n) Kontrol rasio penulangan aktual aktual
aktual = = 0,0124
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4, niliai min dan max adalah :
min = 0,01
max = 0,06
Karena min < aktual < max 0,01 < 0,0124 < 0,06 maka, rasio penulangan
pokok kolom memenuhi syarat.
o) Cek spasi antar tulangan (s)
Jumlah tulangan (n) : 5 tulangan dalam 1 lapis
Spasi minimum : 40 mm / (1,5D = 1,5 x 22 = 33 mm)
Diameter tulangan pokok : 22 mm
Selimut beton : 40 mm
Diameter tulangan sengkang : 12 mm
Lebar kolom : 700 mm
S =
S = = 121,5 mm
S > Smin 121,5 mm > 40 mm Ok !
5.7.2.2 Tulangan geser kolom
Dari hasi analisa struktur dan desain beton bertulang dengan SAP2000
diperoleh gaya geser maksimum VU = 139,477 kN.m
V-59
PU = NU = 2827,112 kN
d = 637 mm
b = 700 mm
fc’ = 29,05 MPa
fy = 294 MPa
Dsengkang = 12 mm
Asengkang = 4 (0,25 x x 122)
= 452,389 mm2
Syarat kuat geser Vn > VU
Vn = Vc + Vs
= 0,75
Spasi tulangan sengkang (s), direncanakan menggunakan sesuai dengan
kebutuhan tulangan geser hasil analisa SAP2000.
1. Cek kebutuhan tulangan geser
Vc =
=
= 400,717 kN
VU < ½ Vc 139,477 > 0,5 . 0,75 . 400,717
139,477 < 150,269 secara teoritis tulangan geser tidak dibutuhkan. Maka
akan dipasang tulangan sengkang minimum.
Ag . fc’ / 10 > PU
490000 . 29,05 / 10 > 2827,112 kN
1423,45 kN < 2827,112 kN Karena PU lebih besar dari Ag . fc’ / 10, maka
pasal 23.4 SNI 03-2847-2002 tentang syarat penulangan geser dan kuat lentur
nominal untuk kolom pada sistem struktur (SRPMK) berlaku.
V-60
Maka, spasi maksimum tulangan sengkang pada arah sumbu longitudinal
kolom adalah:
(1/4b) = ¼ × 700 = 175 mm,
(6 tul pokok) = 6×22 = 132 mm,
Sx = 100 + (350-hx)/3 = 100 + (350 –233)/3 = 139 mm,
100 mm ≤ Sx≤ 150 mm.
Sehingga digunakan spasi sengkang (s) =100 mm.
2. Cek kuat lentur minimal kolom
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4 kuat lentur minimal kolom
harus memenuhi persamaan Me ≥ 6/5 Mg. Dimana Me adalah jumlah momen pada
pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang
merangka pada hubungan balok-kolom tersebut.
Dan Mg adalah adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom,
sehubungan dengan kuat lentur nominal balok-balok yang merangka pada hubungan
balok-kolom tersebut.
Gambar. 5.13. Pertemuan balok dan kolom
Me T = Me B = Mn kolom 700/700 = 1481,976 kN.m
Mg L = Mg R = Mn balok 350/700 = 660,473 kN.m
Me ≥ 6/5 Mg
(1481,976 + 1481,976) ≥ 6/5(660,473 + 660,473)
2963,952 ≥ 6/5 (1320,946) 2662,722 ≥ 1585,1352 Ok!
V-61
Gambar 5.14. Hasil penulangan kolom (K1)
3. Penyaluran dan sambungan tulangan kolom
a) Penyaluran tulangan kolom, ld
dimana :
faktor lokasi penulangan = 1,3
faktor pelapis = 1
faktor ukuran batang tulangan = 1
faktor beton agregat ringan = 1
db : diameter tulangan yang disalurkan = D22
Ktr : untuk penyederhanaan perencanaan boleh diambil = 0
c : niliai terkecil antara jarak dari sumbu batang atau kawat ke
permukaan beton terdekat dan setengah spasi sumbu ke sumbu
batang atau kawat yang disalurkan.
jarak dari sumbu batang ke permukaan beton terdekat adalah : selimut beton
+ ½ tulangan pokok = 40 + ½(22) = 51 mm. Setengah spasi sumbu ke sumbu batang
adalah : ½ (spasi tulangan pokok + tulangan pokok) = ½ (121 + 22) = 71,5 mm. Dari
kedua jarak tersebut diambil nilai c = 51 mm, karena merupakan nilai terkecil.
ld = 36,7 db 37db
ld = 37(22) = 814 mm
b) Penyambungan tulangan kolom
V-62
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 14.15 sambungan tulangan
longitudinal dalam kondisi tarik adalah = 1,3 ld = 1,3 (814) = 1058,2 mm 1100 mm.
V-63
Tabel 5.22. Desain penulangan kolom
Jenis balok
Dimensi kolom
Tulangan pokok
Kelangsingan kolom
Jenis Keruntuhan
Pn
(kN)PU
(kN)Mn
(kN.m)Mu
(kN.m)Tulangan geser
KontrolTumpuan Lapangan
K1 70/70 16Kolom Panjang
Desak 4178,652 2827,112 877,968 593,998 D12-120 D12-200 Ok!
K2 80/80 20Kolom Panjang
Tarik 4865,128 3304,720 1551,577 894,488 D12-120 D12-200 Ok!
K3 60/60 16Kolom Panjang
Desak 2673,456 1298,365 658,015 319,565 D12-120 D12-200 Ok!
K4 60/70 16Kolom Panjang
Tarik 4233,670 1844,057 1022,560 619,762 D12-120 D12-200 Ok!
V-64
5.7.3 Desain penulangan join
Berdasarkan SNI-2847-2002 pasal 23.5, Gaya-gaya pada tulangan
longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom harus ditentukan dengan
menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25fy. Tulangan
transversal berupa sengkang yang dipasang pada ujung kolom harus dipasang di join
hubungan balok-kolom. Apabila kolom terkekang pada keempat sisinya, maka
tulangan sengkang yang dipasang setidak-tidaknya setengah dari sengkang yang
digunakan pada ujung kolom, spasi yang digunakan dapat diperbesar menjadi 150
mm.
5.7.3.1 Join terkekang di empat sisi
Join terkekang empat sisi merupakan join yang dikekang balok pada keempat
sisinya. Join yang ditinjau terletak pada grid 7/F pada elevasi +5,5. Pada arah X, join
yang ditinjau terkekang oleh balok tipe B10 di sebelah kiri dan balok tipe B1 pada
sebelah kanan. Sedangakan pada arah Y, join yang ditinjau terkekang oleh balok tipe
B1 di sebelah kiri dan balok tipe B5 pada sebelah kanan dan kolom K2 pada titik join.
1. Analisa geser joint pada arah X
Mkap,ki = 1,25(Mn B10) = 1,25 (1535,421)
= 1919,276 kN.m
ND,ki = NT,ki = 1,25(ND B10) = 1,25 (1788,144)
= 2235,18 kN
Mkap,ka = 1,25(Mn B1) = 1,25 (660,472)
= 825,59 kN.m
ND,ka = NT,ka = 1,25(ND B1) = 1,25 (1192,096)
= 1490,12 kN
Kuat geser nominal hubungan balok kolom yang terkekang keempat sisi,
sesuai dengan SNI 03-2847,2002 pasal 23.5 tidak boleh diambil lebih besar dari
1,7fc’ . Aj
Vj = ND,ki + ND,ka - Vkolom
Vkolom =
V-65
Dimana : hk,a adalah tinggi kolom atas
hk,b adalah tinggi kolom atas
Vkolom =
= 522,832 kN
Vj = 2235,18 + 1490,12 – 522,832 = 3202,468 kN
Vj = 0,8 (3202,468) = 2561,974 kN
Kontrol kuat geser
Vj < 1,7fc’ . Aj 2561,974 kN < 1,729,05 . (800x800)
2561,974 kN < 5864,108 kN kuat geser hubungan balok kolom sudah mencukupi
Ok!. Dengan cara yang sama kontrol kuat geser pada arah Y akan ditampilkan dalam
tabel 5.23
.Tabel 5.23. Geser nominal join arah Y
ND,ki
(kN)ND,ka
(kN)Mkap,ki
(kN.m)Mkap,ka
(kN.m)Vkolom
(kN)Vj
(kN)1,7fc' . Aj
(kN)
1,7fc' . Aj > Vj
1490,120 1192,096 971,568 660,472 310,865 2371,352 5864,108 Ok!
2. Penulangan sengkang pada joint
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 23.5 tentang hubungan balok-kolom
pada SRPMK. Penulangan sengkang pada hubungan balok kolom tidak boleh kurang
dari :
hc = hkolom – 2(selimut beton + Dsengkang + (½ x D22))
= 800 – 2(40 + 12 + (½ x 22))
= 674 mm
Ag = 800 x 800 = 640000 mm2
Ach = (800 – 2(selimut beton + ½Dsengkang))2
= (800 – 2(40 + ½(12)))2
= 501264 mm2
= = = 4,495 mm2/mm
V-66
= = = 4,147 mm2/mm
= 4,495 mm2/mm (terbesar)
Digunakan spasi tulangan sengkang pada tumpuan kolom sebagai spasi
tulangan sengkang pada joint yaitu 100 mm. Sehingga diperoleh luas tulangan
sengkang adalah = 4,495 x 100 = 449,5 mm2
Sehingga tulangan sengkang yang digunakan adalah :
= 3,97 (dibutuhkan sengkang D12-100 dengan 4
kaki)
Sehingga digunakan 4D12-100 sebagai tulangan sengkang pada joint.
Tabel 5.24. Tulangan geser pada joint
Jenis balok
Dimensi kolom
Ag (mm2)
Ach (mm2)
Ash1 (mm2)
Ash2 (mm2)
Tulangan geser
K1 70/70 490000 369664 382,8375 415,4145 4D12-100
K2 80/80 640000 501264 449,5339 414,7285 4D12-100
K3 60/60 360000 258064 316,1411 416,2554 4D12-100
K4 60/70 420000 308864 382,8375 448,178 4D12-100
V-67
Gambar 5.15. Tampak samping penulangan join terkekang empat sisi
Gambar 5.16. Tampak atas penulangan join terkekang empat sisi
5.7.3.2 Join terkekang di tiga sisi
Join terkekang tiga sisi merupakan join yang dikekang balok pada ketiga
sisinya. Join yang ditinjau terletak pada grid 7/I pada elevasi +5,5. Pada arah X, join
V-68
yang ditinjau terkekang oleh balok tipe B1 baik di sebelah kiri maupun disebelah
kanan. Pada arah Y, join yang ditinjau terkekang oleh balok tipe B1.
1. Analisa join pada arah Y
Mkap,ka = 1,25(Mn B1) = 1,25 (660,472)
= 825,59 kN.m
ND,ka = NT,ka = 1,25(ND B1) = 1,25 (1192,096)
= 1490,12 kN
Kuat geser nominal hubungan balok kolom yang terkekang pada tiga sisi,
sesuai dengan SNI 03-2847,2002 pasal 23.5 tidak boleh diambil lebih besar dari
1,25fc’ . Aj
Vj = ND,ka - Vkolom
Vkolom =
Dimana : hk,a adalah tinggi kolom atas
hk,b adalah tinggi kolom atas
Vkolom =
= 157,255 kN
Vj = 1490,12 – 157,255 = 1332,865 kN
Vj = 0,8 (1332,865) = 1066,292 kN
Kontrol kuat geser
Vj < 1,25fc’ . Aj 1066,292 kN < 1,2529,05 . (700x700)
1066,292 kN < 3301,256 kN kuat geser hubungan balok kolom sudah mencukupi
Ok!
Dengan cara seperti pada contoh join yang terkekang di keempat sisi, kontrol kuat
geser pada arah X akan ditampilkan dalam tabel 5.25.
Tabel 5.25. Geser nominal join arah X
ND,ki
(kN)ND,ka
(kN)Mkap,ki
(kN.m)Mkap,ka
(kN.m)Vkolom
(kN)Vj
(kN)1,25fc' . Aj
1,25fc' . Aj > Vj
1192,096 1192,096 660,472 660,472 251,608 2132,584 3301,256 Ok!
V-69
Gambar 5.17. Tampak samping penulangan join terkekang tiga sisi
Gambar 5.18. Tampak atas penulangan join terkekang tiga sisi
5.8 Perbandingan Hasil Desain Portal dengan Perencanan di Lapangan
5.8.1 Balok
Balok hasil desain pada tulisan ini berjumlah 12 (dua belas) jenis dan balok
kantilever 4 (empat) jenis yang dibedakan berdasarkan dimensi dan jumlah tulangan
pokoknya. Dimensi balok hasil desain terdiri dari 25/45, 35/70, 40/80, 45/90, dan
V-70
60/100. Dengan dimensi balok induk yang paling dominan adalah 35/70, dan untuk
balok anak 25/45.
Sementara desain balok pada proyek Palu Grand Mall terdiri dari 30 (tiga
puluh) jenis balok induk dan 13 jenis balok anak. Dimensi balok induk terdiri dari
30/60, 35/70, 30/50, 40/80, 50/85, 25/50, 50/110, 50/100 dan 70/140. Dengan dimensi
balok induk yang paling dominan adalah 35/70. Sedangkan untuk balok anak, dimensi
balok terdiri dari 30/60, 25/40, 20/30, 15/30, 30/50, 35/70, 20/40 dan 15/40. Dengan
dimensi balok anak yang dominan adalah 30/50.
Dimensi balok induk terbesar hasil perencanaan pada tulisan ini adalah balok
tipe B9 dengan dimensi 60 cm x 100 cm, yang terletak pada lantai 1 grid 15-17/I
dengan panjang bentang 16 m. Jumlah tulangan pokok balok B9, untuk daerah
tumpuan tulangan tarik = 14D22 dan tulangan tekan = 7D22. Pada daerah lapangan
tulangan tarik = 8D22 dan tulangan tekan = 3D22. Tulangan sengkang yang
digunakan pada daerah tumpuan adalah D12-150 dan pada daerah lapangan D12-250.
Penulangan torsi yang digunakan pada sisi kiri dan kanan balok adalah 2D16.
Sementara dimensi balok induk terbesar perencanaan proyek Palu Grand
Mall adalah balok tipe B30 dengan dimensi 70 cm x 140 cm, yang terletak pada lantai
1 grid 15-16/I-J dengan panjang bentang 11,32 m. Jumlah tulangan pokok balok B30,
untuk daerah tumpuan tulangan tarik = 11D22 dan tulangan tekan = 11D22. Pada
daerah lapangan tulangan tarik = 9D22 dan tulangan tekan = 9D22. Tulangan
sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan adalah D10-100 dan pada daerah
lapangan D10-150. Penulangan torsi yang digunakan pada sisi kiri dan kanan balok
adalah 2D10.
Untuk tipe balok anak, dimensi terbesar hasil perencanaan pada tulisan ini
adalah balok tipe B11 dengan dimensi 25 cm x 45 cm. Jumlah tulangan pokok balok
B11, untuk daerah tumpuan tulangan tarik = 6D22 dan tulangan tekan = 3D22. Pada
daerah lapangan tulangan tarik = 3D22 dan tulangan tekan = 2D22. Tulangan
sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan adalah D12-150 dan pada daerah
lapangan D12-250.
Sementara dimensi balok anak terbesar perencanaan proyek Palu Grand Mall
adalah balok tipe BA10 dengan dimensi 35 cm x 70 cm. Jumlah tulangan pokok balok
V-71
BA10, untuk daerah tumpuan tulangan tarik = 8D22 dan tulangan tekan = 7D22. Pada
daerah lapangan tulangan tarik = 3D22 dan tulangan tekan = 3D22. Tulangan
sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan adalah D10-100 dan pada daerah
lapangan D10-150. Penulangan torsi yang digunakan pada sisi kiri dan kanan balok
adalah 2D10.
Dari hasil perbandingan desain balok, dapat dilihat bahwa dimensi balok
terbesar pada tulisan ini lebih kecil dibandingkan dengan dimensi balok terbesar pada
perencanaan proyek pada gedung Palu Grand Mall. Pada lokasi yang sama untuk
balok terbesar hasil perencanaan pada tulisan ini (B9), desain balok proyek palu grand
mall menggunakan balok tipe B26 dengan dimensi 50/110. Tulangan pokok balok
B26 pada daerah tumpuan, tulangan tarik = 14D22 dan tulangan tekan 14D22.
Sedangkan pada daerah lapangan menggunakan tulangan tarik = 7D22 dan tulangan
tekan 7D22.
Pada lokasi yang sama dengan balok tipe B9 desain balok proyek Palu Grand
Mall pun lebih besar dibandingkan hasil desain balok pada tulisan ini. Tulangan
pokok yang digunakan pada perencanaan proyek Palu Grand Mall pun lebih tinggi
dibandingkan hasil desain pada tulisan ini. Tetapi dimensi balok induk yang dominan
digunakan sama yaitu balok 35/70.
5.8.2 Kolom
Elemen kolom portal hasil desain pada tulisan ini berjumlah 4 (empat) jenis
kolom dengan dimensi kolom hasil desain terdiri dari 60/60, 70/70, 80/80, dan 60/70.
Dengan dimensi kolom yang paling dominan adalah 70/70. Sementara desain kolom
pada proyek Palu Grand Mall terdiri dari 6 (enam) jenis kolom dengan dimensi terdiri
dari 50/80, 60/60, 70/70, 80/80, 90/90, dan 100/100. Dengan dimensi kolom yang
paling dominan adalah 80/80.
Dimensi kolom terbesar yang digunakan pada proyek Palu Grand Mall adalah
K37 dengan dimensi 100/100 yang terletak pada grid 13/B. Tulangan pokok K37 =
44D22. Tulangan sengkang pada daerah tumpuan = 4D10 – 100 dan pada pada daerah
lapangan = 4D10 – 150. Pada lokasi yang sama, hasil desain kolom pada tulisan ini
yaitu K1 dengan dimensi 70/70. Tulangan pokok yang digunakan kolom K1 = 16D22.
V-72
Tulangan sengkang hasil desain pada tulisan ini = 4D12 – 100 pada daerah tumpuan,
dan 4D12 – 120 pada daerah lapangan.
V-73
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan perancangan penulangan yang telah dilakukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini, dapat ditarik kesimpulan:
1. Waktu getar alami struktur hasil analisa menggunakan fungsi respons
spektrum (0,5855 detik) tidak melebihi batas waktu getar yang diberikan
sesuai dengan SNI 03-1726-2012 yaitu T = Cu . Ta, dimana Ta adalah waktu
getar pendekatan (0,5491 detik) dan Cu adalah koefisien batas atas waktu
getar (1,4) sehingga T = 1,4 . 0,5491 = 0,7687 detik.
2. Balok hasil dari perencanaan pada tulisan ini diperoleh 12 jenis balok dengan
2 tumpuan (B1-B12) dan 4 jenis balok kantilever (BK1-BK4). Diemensi
balok terdiri dari balok 35/70, 25/45, 35/70, 40/80, 45/90 dan 60/100.
Sedangkan tipe balok pada perencanaan gedung PGM dibedakan atas 2 jenis
yaitu balok induk BI dan balok anak BA. Untuk balok induk terdiri dari balok
dengan dimensi : 30/60, 35/70, 30/50, 40/80, 50/85, 25/50, 50/110, 50/100
dan 70/140. Sedangkan untuk balok anak terdiri dari balok dengan dimensi :
30/60, 25/40, 20/30, 15/30, 30/50, 35/70, 20/40 dan 15/40. Sedangkan untuk
elemen kolom, hasil perencanaan pada tulisan ini diperoleh 4 jenis kolom
yaitu K1(70/70), K2(80/80), K3(60/60) dan K4(50/80). Sedangkan jenis
kolom yang digunakan dalam pembangunan PGM terdiri dari kolom dengan
dimensi 60/60, 70/70, 80/80, 90/90, 100/100 dan 50/80.
3. Pada perancangan tulangan lentur balok, diperoleh tulangan terbesar pada
balok interior grid 16/H-J bentangan 16 m yaitu B9 (600x1000 mm2)
tulangan pada tumpuan (As = 14D22, As’ = 7D22), tulangan pada tengah
bentangan (As = 8D22, As’ = 3D22).
4. Pada tulisan ini penulis melakukan beberapa perubahan pada denah struktur
portal gedung PGM. Perubahan yang paling mencolok adalah pada tulisan ini
penulis menambahkan balok anak pada arah horizontal. Dimana pada
perencanaan PGM yang sesungguhnya hanya digunakan balok anak
memanjang searah sumbu Y gedung sehingga panel lantai utama yang
VI-1
berukuran 8 x 8 m2 menjadi 8 x 4 m2 karena balok anak ditempatkan pada
tengah bentang. Dengan penambahan balok anak dalam arah horizontal
membuat struktur portal menjadi lebih aman dan ukuran panel menjadi 4 x 4
m2.
5. Pada hubungan balok kolom (join) digunakan tulangan sengkang tertutup
(4D12-100) berdasarkan tulangan transversal yang direncanakan di ujung
kolom (lo) (SNI-2847-2002 pasal 23.5
6.2 Saran
Setelah melakukan studi literatur, analisa dan perancangan yang dilakukan
pada struktur portal PGM diperoleh beberapa hal untuk dijadikan saran dalam
penulisan selanjutnya sebagai berikut:
1. Dengan adanya perubahan status tingkat bahaya gempa di Kota Palu, maka
perencanaan stuktur gedung bertingkat harus dihitung secara akurat agar
meminimalisir pengaruh beban gempa.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambahkan elemen dinding
geser penahan gempa atau menggunakan base isolator untuk mereduksi
beban gempa.
VI-2
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2012, Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung Dan Non Gedung (SNI
03-1726-2012), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 1989, Tata Cara Perencanaan
Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002, Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002, Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Struktur Beton Bertulang. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Dewobroto, Wiryanto.2007. Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000 Edisi
Baru, P.T. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Chopra, A.K., 1995. Dynamics of Structures Theory and Applications to Earthquake
Engineering. Prentice-Hall. New Jersey.
Satyarno, Iman dkk. 2012. Belajar SAP2000 Analisis Gempa. Zamil Publishing.
Yogyakarta.
1987, Pedoman Data Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPURG 1987),
Departemen PU.
Nawangalam, Purbolaras. 2012. Tips Cepat dan Tepat.
http://www.purbolaras.wordpress.com
2010, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
Dan Non Gedung (RSNI 03-1726-2002), BSN.
P-1
Palantik, E. 2009, Perencanaan Portal Tahan Gempa Jenis B dengan Daktilitas
Penuh Berdasarkan Peraturan Gempa SNI-1726-2002, Universitas
Tadulako, Palu.
Website : http://www.purbolaras.wordpress.com
Website : http://palukota.bps.go.id
Website : http://tssp.semenpadang.co.id/informasi-145-mutu-beton.html.
Website : http://www.ilmusipil.com
P-2
Tabel kategori risiko bangunan gedung dan struktur untuk beban gempa
Jenis pemanfaatan KategoriRisiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan- Fasilitas sementara- Gudang penyimpanan- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan- Rumah toko dan rumah kantor- Pasar- Gedung perkantoran- Gedung apartemen/ Rumah susun- Pusat perbelanjaan/ Mall- Bangunan industri- Fasilitas manufaktur- Pabrik
II
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop- Gedung pertemuan- Stadion- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat- Fasilitas penitipan anak- Penjara- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa- Fasilitas penanganan air- Fasilitas penanganan limbah- Pusat telekomunikasi
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
III
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
IV
L-1
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
(Sumber : SNI 03-1726-2012)
L-2
Tabel Pembe
L-3
Tabel Pembebanan berdasarkan SNI-03-1727-1989-F
L-4