Bagian I
Prospek Industri Pengolahan Daging di Indonesia thn 2012
Uraian satuan 2009 2010 2011
Jumlah Perusahaan Unit usaha 18 23 25
Jumlah Tenaga Kerja
orang 5.217 6.530 7.324
Kapasitas ton 77.233 89.026 110.260
Produksi ton 59.099 69.155 86.060
Kenaikan Produksi % 17,01 % 24,44 %
Utilitas % 76.52 % 77.68 % 78.06 %
Meat consumption in developing countries has been continuousl increasing from a modest average annual per capita consumption of 10 kg in the 1960s to 26 kg in 2000 and will reach 37 kg around the year 2030 according to FAO projections.
This forecast suggests that in a few decades, developing countries’ consumption of meat will move towards that of developed countries where meat consumption remains stagnant at a high level.
In general, however, as soon as consumers’ incomes allow, there is a general trend towards incorporating more animal protein, in particular meat, in the daily diet.
Provinsi Jumlah
Banten 7
Jakara 4
Jawa Barat 7
Jawa Timur 3
Bali 3
Kalimantan Barat 1
Total 25
Argentina 56 Australia 36
Malaysia 7 Singapore 7
Brazil 39 Vietnam 7
Mexico 17 Egypt 8
Philipine 4 Japan 10
Indonesia 2 United States 35
Argentina 36 Australia 36
Malaysia 34 Singapore 38
Brazil 48 Vietnam 7
Mexico 30 Egypt 6
Philipine 9 Japan 13
Indonesia 6 United States 44
Negara JumlahPenduduk
( juta )
Produksi Sosis
( m casing)
Rata rataMtr/orang
Indonesia
Pilipina
Thailand
Malaysia
220
83
64
27
57.600.000
635.000.000
465.000.000
150.000.000
0.26
7.65
7,26
5.55
Industry Employment 2007 (thousands) % Food Manufacturing 1482 100.0 Animal Slaughtering and Processing 507 34 Bakeries and Tortilla Mfg 278 19 Fruit & Veg Preserving and specialty 173 12 Other Food Products 165 11 Dairy Products 129 9 Sugar and Confectionary 74 5 Grain and Oilseed Milling 61 4 Animal Food 51 3 Seafood product prep and pkging 44 3
Industri pengolahan Indonesia yg dimulai thn 1943 dengan berdirinya CIP, kemudian tumbuh dengan era pabrik non kalengan besar di tahun 1976 dengan berdirinya Kemang Food Industries, dan terus berkembang cepat
Jika sebelumnya hanya ada pabrik kornet beef kalend dan pabrik relatip kecil sepeti Badranaya, Titiles , kini ada pabrik dengan karyawan bahkan diatas 800 orang dengan produk berkembang bukan saja, kalengan , produk non kalengan yang butuh regfrigerasi , tapi juga sudah sampai produk non kalengan yang bisa dijual tanpa failitas refrigrasi sehingga segmen pasar jadi tambah meluas.
Konsumsi per kapita baik daging sapi dan ayam masih sangat kecil di banding negara berkembang disekitar kita, sehingga potensi peningkatan konsumen sangat tinggi
Besaran produksi/konsumsi produk olahan pun masih kecil dibanding negara tetangga , sehingga masih sangat luas kemungkinan untuk berkembang bersamaan dengan perkembangan daya beli dan kebutuhan untuk lebih praktis
Sebagai contoh Malaysia saja memiliki konsumsi ayam perkapita 6 kali lipat ,konsumsi daging sapi 4 kalilipat , dan konsumsi sosis 22 kali lipat , ini juga menunjukkan bhw proporsi olahan thd daging segar di Malaysia,pilipina Thauland juga lebih tinggi dari Indonesia,.
Dari profile Nampa juga terlihat bahwa perkembangan yang cukup tinggi di thn 2010 maupun 2011, yaitu masing masing 17 % dan 24 %
Di Amerika, olahan daging merupakan yang tertinggi nilainya diantara makanan olahan
FAO memperkirakan bhw konsumsi per kapita di negara maju akan stagnan tinggi ,. Sementara negara berkembang akan naik dari rata rata 26 kg thn 2000 menjadi 37 kg di tahun 2030, dimana tentunya kenaikan di wilayah yg masih rendah konsumsinya seperti Indonesia akan jauh lebih tuinggi dari yang saat ini sudah tinggi
Juga menarik pengalaman Matahari supermarket Group dimana sejak tahun 2009 nilai penjualan olahan lebih tinggi dari yang segar
Dapat disimpulkan potensi perkembangan industri pengolahan daging di tahun 2012 akan tinggi
Bagian II
Permasalahan dan Peran Industri Pengolahan daging dalam mendukung Swa Sembada sapi
Pada saat ini kebanyakan industri pengolahan makanan justru bermasalah dengan pasokan dalam negeri , apakah itu daging sapi , gula, garam, susu, buah dll, industri dikesankan penyebab jatuhnya harga petani/peternak krn hanya mau impor
Bisa dipertanyakan, apakah kita impor karena tidak tercukupinya bahan baku lokal yg baik sisi harga , kwalitas kontinuitas, , ataukah krn kita impor maka produk lokal tertekan
Kebijakan pengembangan budi daya lokal seharusnya mempertimbangkan keuntungan secara menyeluruh bukan keuntungan stau kelompok masyarakat atau sutu derah dengan kerugian kelompok lain atau daerah lain. Dimanana sinergi industri pasca panen dan budi daya harus di maksimalkan, bukan didikotomikan.
Dalam meningkatkan produksi budi daya dalam negeri dan meningkatkan kesejahteran petani/peternak , haruslah didasarkan pada efisiensi dan peningkatan daya saing bukan memaksa konsumen ( termasuk indsutri) membeli mahal , karena akan mengakibatkan kekalahan dalam bersaing global.
Prof Bustanul Arifin pernah mengatakan pada salah satu presentasinya bhw masih tingginya jumlah petani disebabkan oleh kegagalan industri berkembang dan menyerap tenaga ini menjadi tenaga kerja di bidang industri,
Ini harus di kaji , apakah bukan karena kurangnya bahan baku dan di persulitnya impor menyebabkan kurang berkembangnya industri olahan untuk membuka lapangan kerja. Dan memang sewajarnya pekerja di bidang budi daya menurun tapi di industri pasca panen meningkat
Malang (beritajatim.com) - Keluhan para jagal akan sulitnya sapi di pasaran mendapat respon postif dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmasvet) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur berjanji akan memperketat keluarnya hewan ternak ke provinsi lain .Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmasvet) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Irawan Subiyanto, saat melakukan kunjungan di Rumah Potong Hewan (RPH), Kota Malang Kamis (11/1/2012).
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2012-11/123628/Pemprov_Akan_Perketat_Penjualan_Sapi_Keluar_Jatim
Denpasar (Antara Bali) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali menurunkan
kuota sapi yang diperdagangkan pada 2012 dibandingkan dengan 2011.
"Kuota sapi yang diperdagangkan pada tahun ini adalah sebesar 61.000 ekor sedangkan tahun lalu sebanyak 76.500 ekor," kata Kepala Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra, di Denpasar, Kamis.
http://bali.antaranews.com/berita/17773/kuota-sapi-perdagangan-antarpulau-diturunkan
Negara Negara
India 304.000 China 105.060
Indonesia 14.800 USA 92.550
Brazil 191.000 Colombia 31.871
Argentina 48.656 Mexico 21.697
Australia 28.280 Russia 16.919
HARGA DAGING SAPI INDUSTRI DAN HOTEL
Daging industri
eks Australia
Harga/kgRp.
Daging yg dibeli sebuah htlBintang 3 di JKT
Harga/kgRp.
90 CL 48.500 Top side lokal 61.000
85 CL 46.000 Sirloin lokal 75.000
80 CL 43.500 Tenderloin lokal 80.000
75 CL 39.000 Tenderloin import 150.000
65 CL 35.000 Sirloin import 124.000
20 CL 23.000 Rib eye import 111.000
USA Argentina Indonesia
Av. Land holding (ha)* 149/190 283/470 0.3
Value (US$/ha) 5880 2965 Rp 30 jt
Total farm area (jt ha) 381.4 178.5 3(?)
Farm No (000) 2000 380
Land rent (Mil. Rp/ha) 2.73 0.75
1st figure from Well(2000), 2nd from Lence (2000)
Sumber : http://www.wedlinydomowe.com/sausage-types/emulsified-sausage
• This does not mean that only best lean cuts of meat must be employed.
• Using meat trimmings is in fact encouraged. • Those trimmings may consist of cheaper grades of meat such
as heart, cheek meat, pork or beef tripe, and fats.
• A commercial manufacturer can not afford the luxury of using only top quality meats and to keep the costs down he has to use second grade meat trimmings.
• Keep in mind that there is nothing wrong with such meats from a nutritional point of view, but in order to successfully incorporate them in a sausage we have to resort to water binding agents which will help to absorb and hold water within the meat structure.
PERAN DALAM MENDUKUNG SWA SERMBADA (1)
Di lihat dari data maka sesungguhnya peningkatan produksi budi daya daging ( 1.87 % ) belum seimbang dengan peningkatan permintaan ( 4.87 %)
Nampa telah menyampaikan spek yang dibutuhkan dengan harga yang diinginkan, dan ternmyata tidak ada penawaran lokal yang menyanggupi .
Spek itu adalah daging industri dengan besar kandungan lemak yg tertentu ,beku , dgn harga antara Rp.35.000 sampai Rp.45.000 dan jumlah sekitar 1.250 ton perbulan.
Menurut perhitungan simulasi kami, itu bisa di penuhi jika di peroleh sapi dgn harga sekitar Rp22.500 dgn kandungan daging 40.8 % thd berat sapi hidup.
Harga diharapkan bisa di capai jika di beli langsung dari peternak.. Sementara yield 40.8 % adalah menurut Kementrian Pertanian adalah rata rata yield sapi di Indonesia
Hasil “turba “ kami ke peternak menunjukkan bhw harga saat ini sedang menggila, dan sulit di cari yield setinggi yang disebut dirjen peternakan isat menentukan pasokan dalam negeri itu.
Walau demkian peternak yang kami hubungi percaya bhw masih ada harapan untuk memneuhi permintaan Nampa ,walau harus mulai dgn jumlah kecil, dan akan bertambah jika dilakukan pembenahan menyeluruh secara bertahap
Nampa akan bekerjasama dimana pihak peternak akan
mencoba mendapatkan sapi yang paling mendekati harga standar dan kandungan daging, sementara Nampa akan membeli daging industri nya dan memasarkan selebihnya ke pihak ke 3 yang akan di ajak kerjasama ( perhotelan dan supermarket ). Mungkin akan dimula dengan jumlah 5 sampai 10 ekor perhari di bbrp tempat ( yang di rencanakan di Bali , Jawa, Sulawesi Selatan)
Kami berpendapat bahwa yang harus di pastikan oleh pemerintah adalah tercapainya sasaran program di dalam blue print seperti
adanya bakalan yg sdh di pergaki genetiknya shg ADG nya lebih baik ( ada pembenihan /pemliaan )
Adanya pabrik pakan yang hasilkan pakan yg baik, Adanya pencegahan pemotongan sapi Adanya RPH yang memeiliki pekerja yg kompeten dan dilengkapi
peralatan pemotonganpengemasan dan refrigerasi yang cukup. Adanya transportasi berpendingan dr RPH ke Konsumen. . Jika itu telah terbukti terjadi, yg berakibat kenaikan produksi
Barulah kemudian bisa bertahap menurunkan kuota impor Dilain pihak industri olahan harus berusaha membeli langsung produk peternak baik dgn
mengambilnya untuk pabrik exisiting atau membangun olahan pasca panen “kecil “ di sentra peternak/petani
Diharapkan adanya jaminan pembelian oleh industri pasca panen ada keberanian bank/pemeritah untuk membiayai perkembangan peternak/petani kecil
Kebutu han untuk Daging
Industri( ton)
Ekuivalen Pemotong
Sapi per tahun
(ekor)
Kenaikan Kebutuh
a per tahun
(%)
Pasokan Lokal
Pertahun i (ekor)
%Pemenuh
an dari pasokan
lokal
jumlah Pemo
tongan Perbulan
(ekor)
keterangan
2012 15.799 181.597 10.000 5.51 1.000 10 bln
2013 18.169 208.836 15 20.800 9.58 1.667 12 bln
2014 20.894 240.161 15 48.000 19.99 4.000 12 bln
2015 24.028 276.195 15 82.000 29.69 6.833 12 bln
2016 27.632 317.613 15 125.000 39.36 10.417 12 bln
2017 31.777 365.255 15 210.000 57.49 17.500 12 bln
2018 36.544 420.043 15 270.000 64.28 22.500 12 bln
2019 42.025 483.050 15 483.050 100 40.254 12 bln
Beberapa catatan program dari blue print Swa Sembada 2014
Industri pengolahan daging Dalam hal pengembangan industri pengolahan daging, Pemerintah
akan terus memfasilitasinya dengan mengutamakan penggunaan bahan baku dari dalam negeri. Pemerintah akan terus membina terselenggaranya kemitraan yang sehat antara indutri pengolahan daging dengan peternak budidaya, sehingga peternak akan berhubungan langsung dengan industri dan memutus rantai tataniaga yang cukup panjang, karena hal ini akan meningkatkan margin peternak.
Hasil studi menunjukkan bahwa sektor hulu (peternak) hanya menikmati 40% dari harga pasar konsumen. Ini berarti sebagain besar keuntungan dinikmati oleh pedagang, dan menjadi tidak proporsional. Dampaknya terhadap sektor retail, di segmen hulu sektor retailnya dikuasai oleh usaha kecil, sedangkan di sektor hilirnya dikuasai pengusaha besar
.
. (1) penyediaan bakalan/daging sapi lokal, (2) peningkatan produktivitas dan
reproduktivitas ternak sapi lokal, (3) pencegahan pemotongan sapi betina
produktif, (4) penyediaan bibit sapi lokal, dan (5) pengaturan stock daging sapi dalam
negeri.
(i) mengurangi angka kematian; (ii) mencegah pemotongan betina produktif; (iii) menunda potong agar bobot potong sesuai potensi
genetiknya; (iv) meningkatkan produktivitas; serta (v) meningkatkan mutu genetik.
Selama ini RPH yang ada masih berorientasi kepada pendapatan di daerah sehingga investasi pemotongan dan pengolahan yang menuntut kualitas daging tertentu tidak tercapai
.. angka kelahiran hanya sebesar 21% (menurut SPN) dari yang
seharusnya mencapai 30%; berat karkas sapi dewasa siap potong hanya sebesar 141 kg (bandingkan dengan sapi hasil IB yang dapat mencapai 300 kg); calving interval sangat panjang (18-24 bulan) pada hal seharusnya bisa diperpendek lagi menjadi 13-14 bulan
Menekan kematian pedet dari 20-40% menjadi 5 – 10%, dan kematian induk dari 10-20% menjadi 2 – 5%,
Mencegah pemotongan sapi betina produktif yang secara nasional masih sangat besar,
Melakukan tunda potong sapi lokal atau sapi hasil IB sehingga mencapai bobot potong maksimal sesuai potensi genetik dan potensi ekonominya,
. Meningkatkan produktivitas sapi lokal dan sapi hasil IB sehingga meningkatkan jumlah sapi betina produktif, menekan nilai atau angka service per conception (S/C), memperpendek calving interval, mempercepat umur beranak pertama, dan memperpanjang masa produktif (longivity), yang secara keseluruhan dapat meningkatkan calf crop sekitar 30-40%.
. Meningkatkan mutu genetik sehingga Average Daily Gain (ADG) menjadi lebih besar,