0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I – 2008 Kantor Bank Indonesia Manado
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank
Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai
”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi
ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan
masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter
yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun
dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara, yang berisi kajian dan
analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia usaha, perbankan
dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Maret 2008
BANK INDONESIA MANADO
Jeffrey Kairupan Pemimpin
2
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 20
Sisi Permintaan halaman 21
Sisi Penawaran halaman 30
Analisis LQ (Location Quatient) halaman 39
Boks. 1 : Revitalisasi Pertanian dan Dukungan Pembiayaan Fiskal di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
halaman 42
Boks. 2 : Kredt Ketahan Pangan dan Energi (KKP – E) halaman 43
Box 3 : Tinjauan Liason Sektor Properti di Kota Manado halaman 45
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 48
Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 48
Inflasi Bulanan (Q-t-Q) halaman 52
Inflasi Zona Sulampua halaman 54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 56
Fungsi Intermediasi halaman 57
Risiko Kredit halaman 67
Perkembangan Bank Umum Syariah halaman 71
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 72
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Halaman 74
Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 75
Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi) halaman 77
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 81
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 81
Penemuan Uang Palsu halaman 85
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 86
RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 86
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 88
Pengangguran halaman 89
Kemiskinan halaman 91
Rasio Gini halaman 92
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 92
3
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH halaman 94
Pertumbuhan Ekonomi halaman 94
Inflasi halaman 99
LAMPIRAN halaman 101
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 103
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Secara umum, stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem
keuangan Indonesia masih terjaga di tengah kondisi perekonomian
global yang belum kondusif. Relatif terjaganya stabilitas nasional
tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Sulawesi Utara. Pada triwulan I – 2008, perekonomian
tumbuh 6,02% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 5,51% (y.o.y). Dari
sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong
oleh membaiknya kinerja ekspor disamping aktivitas konsumsi
yang tetap tinggi dan meningkatnya investasi. Dari sisi penawaran,
sebagian besar sektor menunjukkan perkembangan yang lebih
baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat, sektor pertanian,
sektor bangunan dan sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan
Restoran) merupakan sektor-sektor dominan yang memberikan
andil bagi pertumbuhan ekonomi.
Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I -
2008 memperlihatkan penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Secara akumulasi, hingga Maret 2008 inflasi Kota
Manado tercatat sebesar 1,04% (y.t.d) lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,34%
(y.t.d). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Manado tercatat
7,68% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan akhir triwulan lalu yang
tercatat sebesar 10,13% (y.o.y). Menurut sumber tekanannya,
inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan maupun
penawaran.
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I – 2008 cukup
menggembirakan tercermin dari laju pertumbuhan sebesar 6,02%
(y.o.y). Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan
Pada triwulan I – 2008, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh 6,02% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya…
Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I – 2008 memperlihatkan penurunan.…
5
sebelumnya yang tercatat 6,82% (y.o.y), namun masih lebih tinggi
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
5,41% (y.o.y).
Kegiatan konsumsi selama triwulan laporan sedikit mengalami
perlambatan walaupun masih tetap tumbuh positif sebesar 2,02%
(y.o.y). Peningkatan konsumsi terutama disumbangkan oleh
konsumsi swasta yaitu rumah tangga dan perusahaan sedangkan
konsumsi pemerintah relatif belum banyak menunjukkan
perkembangan yang berarti, atau jauh lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa even yang
mendorong peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga
diantaranya adalah perayaan hari besar keagamaan seperti Cap Go
Meh (Tahun Baru China, Hari Nyepi, Maulid Nabi dan Paskah.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain
tercermin dari menurunnya indeks berbagai indikator ekonomi
berdasarkan hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado diantaranya
indeks penghasilan, indeks ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama, serta indeks ketersediaan lapangan kerja.
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan listrik, dan
kenaikan harga bahan bangunan seperti semen dan seng, kegiatan
investasi mengalami perlambatan pertumbuhan walaupun masih
pada level yang positif. Kegiatan investasi yang tercermin dari nilai
tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 7,50%
(y.o.y) dengan kontribusi 1,49% terhadap laju pertumbuhan
ekonomi secara umum. Perkembangan kegiatan investasi antara
lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan
bangunan dari hasil Survey Penjualan Eceran Kota Manado yang
memperlihatkan trend kenaikan indeks.
Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan
World Ocean Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa
pembangunan berbagai proyek jalan, jembatan, lapangan udara
Kegiatan konsumsi selama triwulan laporan sedikit mengalami perlambatan walaupun masih tetap tumbuh positif…
Di tengah-tengah keterbatasan infrastuktur, pasokan listrik dan kenaikan harga bahan bangunan seperti semen dan seng, kegiatan investasi mengalami perlambatan pertumbuhan …
6
dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju
pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Dari sisi
pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan masih relatif
kecil. Namun demikian berdasarkan trend yang ada menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Peningkatan kegiatan investasi
juga tercermin dari struktur impor Sulawesi Utara dimana hampir
seluruhnya merupakan jenis barang modal.
Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor
menunjukkan peningkatan tercermin dari selisih bersih (netto)
kontribusi kegiatan ekspor dan impor yang tercatat sebesar 3,71%
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara secara umum.
Secara gabungan (antar provinsi maupun antar negara), transaksi
perdagangan berada pada kondisi surplus. Surplus perdagangan ini
terutama berasal dari transaksi perdagangan luar negeri,
sedangkan untuk transaksi perdagangan antar provinsi umumnya
masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena
hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar
Provinsi Sulawesi Utara terutama dari Kota Surabaya dan Kota
Makassar (seperti beras, bawang merah dan cabe). Membaiknya
kinerja perdagangan selama triwulan laporan antara lain didukung
oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US walaupun
masih dibayang-bayangi oleh trend peningkatan biaya produksi
akibat kenaikan harga minyak dunia dan tingginya inflasi baik di
dalam negeri dan maupun dunia.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I –
2008, disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Hampir seluruh
sektor mencatat perkembangan yang positif melebihi kinerja di
triwulan sebelumnya kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa
yang mengalami perlambatan. Menurut kontribusinya, sektor
pertanian, bangunan dan PHR (perdagangan, hotel dan restoran)
merupakan lokomotif pertumbuhan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada…
Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor menunjukkan peningkatan...
7
Sektor pertanian tumbuh 5,61% (y.o.y) dengan kontribusi 1,19%
terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub
sektornya, laju pertumbuhan sektor pertanian disumbangkan oleh
seluruh sub sektor yang ada dengan laju pertumbuhan tertinggi
dialami oleh sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman bahan.
Beberapa faktor yang mendorong perkembangan sub sektor
tanaman bahan makanan antara lain mulai memasukinya musim
panen padi di beberapa daerah serta dampak lanjutan program
revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi
Tahun 2007 lalu. Perkembangan sub sektor tanaman bahan
makanan selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi
dengan data perkembangan komoditi beras dan jagung.
Sementara itu, perkembangan sub sektor peternakan terutama
didominasi oleh peternakan kuda dan babi. Dari sisi pembiayaan,
peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian khususnya sub
sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan masih relatif
kecil yaitu hanya sebesar 4,28% dengan jumlah nominal Rp 281
milliar. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor
pertanian antara lain disebabkan masih relatif tingginya resiko
usaha di sektor tersebut.
Sektor bangunan tumbuh 7,79% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar
1,24%. Andil sektor ini merupakan yang tertinggi dibandingkan
sektor-sektor lainnya. Perkembangan sektor ini tercermin dari
meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain
Mal Manado Town Square, Mal Boulevard, ITC (Elektronik Centre),
perhotelan, ruko dan komplek perumahan. Perkembangan sektor
bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan
bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)
Kota Manado. Berdasarkan trend, terlihat bahwa indeks penjualan
bahan bangunan terus mengalami kenaikan hingga ke level 215,69
pada akhir triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, penyaluran
kredit di sektor bangunan mencapai Rp282 milliar atau meningkat
37,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sektor pertanian tumbuh 5,61% (y.o.y) dengan kontribusi 1,19% terhadap laju pertumbuhan secara umum...
Sektor bangunan tumbuh 7,79% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,24%...
8
Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil
dibandingkan total kredit yang disalurkan.
Sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran) tumbuh 7,24%
(y.o.y) dengan kontribusi 0,96%. Berdasarkan sub sektornya,
pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor
yang ada yaitu sub perdagangan besar dan eceran, sub sektor
restoran serta sub sektor hotel. Perkembangan sub sektor
perdagangan besar dan eceran, antara lain dapat dikonfirmasi
dengan indeks penjualan eceran hasil Survey Penjualan Eceran
yang terus memperlihatkan kenaikan indeks mencapai 154,91
pada akhir triwulan laporan. Perkembangan sub sektor hotel
antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan wisatawan
baik manca negara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu)
yang meningkat 137,15% dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Sedangkan perkembangan sub sektor restoran antara lain
sejalan dengan banyak bermunculannya restoran, rumah makan,
ruko serta mal khususnya di pusat Kota Manado. Kinerja sektor
PHR juga dapat dikonfirmasi melalui peningkatan aktivitas
perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di
pelabuhan Bitung yang mengalami peningkatan frekuensi selama
triwulan I – 2008 sebesar 12,67% (y.o.y). Dari segi pembiayaan,
sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor
konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan mencapai jumlah
Rp1,98 triliun atau meningkat 40,77% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 6,68% (y.o.y)
dengan kontribusi sebesar 0,80%. Menurut sub sektornya,
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik
oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi.
Perkembangan sub sektor angkutan antara lain dapat
dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan melalui
Survey Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks
Sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran) tumbuh 7,24% (y.o.y) dengan kontribusi 0,96%...
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 6,68% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,80%...
9
walaupun masih tetap dalam kondisi pesimis. Perkembangan
sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah
pemakaian bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non
industri. Selama triwulan I - 2008, tercatat penggunaan BBM non
industri meningkat 18,02% (y.o.y) dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub
sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan
oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone)
oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah
jangkauan. Hal ini antara lain terbukti pesatnya pembangunan
sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi
pada daerah yang sebelumnya terisolir. Dari sisi pembiayaan,
pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata
didukung pula oleh kredit yang disalurkan pada sektor ini yang
tercatat sebesar Rp84,85 milliar atau meningkat sebesar 79,80%
(y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sektor jasa-jasa selama triwulan laporan mengalami perlambatan
khususnya untuk sub sektor jasa pemerintahan. Tercatat sektor
jasa-jasa tumbuh 3,31% (y.o.y), sedikit melambat dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
3,76% (y.o.y). Perlambatan sub sektor jasa pemerintahan ternyata
seiring pula dengan turunnya persentase realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan laporan bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara
itu, untuk sub sektor jasa swasta justru mengalami mengalami
peningkatan sedikit bila dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Peningkatan sub sektor ini antara lain sebagai dampak cukup
banyaknya terdapat hari libur nasional selama triwulan laporan
yang dimanfaatkan masyatakat untuk melaksanakan kegiatan
rekreasi dan sosial.
Sektor jasa tumbuh melambat yaitu sebesar 3,31% (y.o.y)...
10
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado
selama triwulan I - 2008 memperlihatkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara akumulasi, hingga Maret 2008 inflasi Kota Manado tercatat
sebesar 1,04% (y.t.d) lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yang tercatat sebesar 3,34% (y.t.d). Sementara
itu, secara tahunan inflasi Kota Manado tercatat 7,68% (y.o.y),
lebih lambat dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar
10,13% (y.o.y) namun demikian dibandingkan angka inflasi
periode yang sama tahun lalu sebesar 6,98% (y.o.y) maka laju
perbahan harga selama triwulan laporan relatif masih lebih tinggi.
Berdasarkan sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal baik
dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan,
faktor seasonal berupa perayaan Tahun Baru Imlek 2559 dan
terdapatnya banyak hari libur nasional menyebabkan
meningkatnya permintaan masyarakat khususnya untuk barang
dan jasa tertentu. Selin itu, tingginya permintaan bahan bangunan
(kelompok) tercermin dari maraknya pembangunan pusat
perbelanjaan, hotel, ruko dan mal serta meningkatnya aktivitas
pembangunan infrastruktur milik pemerintah menjelang even
World Ocean Conference Tahun 2009 juga memberikan andil bagi
peningkatan tekanan inflasi. Dari sisi penawaran, faktor eksternal
berupa kenaikan harga minyak dunia yang terus berlanjut bahkan
hingga ke level USD 110 / barrel menyebabkan peningkatan biaya
produksi barang dan jasa secara umum. Kenaikan harga minyak
dunia ini, juga telah direspon oleh Pertamina dengan menaikkan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri pada kisaran 5-8 persen
per 1 Maret 2008. Sementara itu beberapa faktor yang sifatnya
regional dan memberikan tekanan harga selama triwulan laporan
diantaranya adalah faktor iklim/cuaca (cenderung hujan disertai
angin kencang) yang menyebabkan terhambatnya pasokan
beberapa komoditi khususnya untuk komoditi yang harus dipasok
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama tripulan I -2008 memperlihatkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya…
Berdasarkan sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal baik dari sisi permintaan maupun penawaran…
11
dari luar wilayah. Selain itu, masih sering berlangsungnya
pemadaman listrik serta banyaknya pungli (pungutan liar)
menyebabkan pelaku usaha mengalami kesulitan untuk menjual
barang/jasanya pada tingkat yang wajar.
Laju inflasi Zona Sulampua pada akhir triwulan I - 2008
menunjukkan kecenderungan meningkat bila dibandingkan
triwulan sebelumnya. Secara tahunan (y.o.y), laju inflasi Zona
tercatat sebesar 8,17% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan akhir
triwulan sebelumnya sebesar 7,39% (y.o.y) dan laju inflasi nasional
yang tercatat 8,17% (y.o.y). Menurut kotanya, inflasi di Kota
Ternate dan Jayapura merupakan yang tertinggi yaitu masing-
masing sebesar 12,94% (y.o.y) dan 11,99% (y.o.y) sedangkan
inflasi terendah dialami oleh Kota Ambon sebesar 7,05% (y.o.y).
Secara umum, inflasi kota-kota di Zona Sulampua relatif lebih
tinggi dibandingkan dibandingkan inflasi nasional.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan I - 2008 cukup baik tercermin
dari meningkatnya total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun, disertai membaiknya rasio fungsi
intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR
ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih significant
dibandingkan pertumbuhan dana. Sedangkan membaiknya
kualitas kredit lebih disebabkan oleh persentase meningkatnya
jumlah realisasi kredit baru yang lebih tinggi dibandingkan akibat
proses restrukturisasi kredit bermasalah.
DPK tumbuh 17,88% (y.o.y) lebih tinggi sedikit dibandingkan
triwulan sebelumnya (akhir Tahun 2007) yang tumbuh 17,49%
(y.o.y). Peningkatan DPK tersebut terjadi pada semua jenis
penempatan dana di perbankan, yakni giro, tabungan dan
deposito, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada rekening
tabungan dan giro sedangkan untuk jenis deposito
Kinerja perbankan pada Q1 - 2008 cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan DPK yang disertai dengan membaiknya rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL)…
DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh 17,88% (y.o.y) lebih tinggi sedikit dibandingkan triwulan sebelumya…
Laju inflasi Zona Sulampua pada triwulan I – 2008 menunjukkan kecenderungan meningkat …
12
pertumbuhannya relatif landai hanya 2,43%. Berdasarkan
trendnya, perlambatan pertumbuhan deposito mulai terlihat di
awal Tahun 2007 dan berlangsung hingga saat ini sebagai dampak
terus menurunnya BI Rate.
Kredit secara tahunan tumbuh 26,92% (y.o.y) yang disumbangkan
baik oleh jenis kredit investasi, modal kerja dan konsumsi
(walaupun dalam persentase yang bervariasi). Berdasarkan jenis
penggunaannya, peningkatan kredit terbesar terjadi pada kredit
modal kerja yang tumbuh 34,36% (y.o.y), disusul kredit konsumsi
23,49% (y.o.y) dan kredit investasi 18,59% (y.o.y). Namun
demikian, pangsa kredit modal kerja ternyata hanya 38,49% dari
total kredit yang disalurkan, atau masih lebih kecil dibandingkan
kredit konsumtif yang pangsanya mencapai 51,52% pada triwulan
I-2008. Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi
yang hanya 9,99% dari total kredit yang disalurkan.
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat dari 86,53% di
triwulan I – 2008 menjadi 93,16% pada triwulan I - 2008.
Meningkatnya rasio LDR ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan
pertumbuhan dana. Peningkatan jumlah kredit ini ternyata juga
diiringi dengan membaiknya kualitas kredit yang disalurkan
tercermin dari menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL) dari
5,12% pada triwulan I - 2007 menjadi 5,03% pada triwulan I -
2008.
Jumlah kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) pada triwulan I -
2008 mencapai Rp4,19 Triliun, meningkat sebesar 30,13% (y.o.y)
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Menurut pangsanya,
sebagian besar atau 60,49% dari total kredit MKM merupakan
jenis kredit menengah sedangkan sisanya 33,46% merupakan jenis
kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 6,05% merupakan
Fungsi intermerdiasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat menjadi 93,16% pada triwulan I - 2008…
Jumlah kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) pada triwulan I – 2008 mencapai Rp4,19 triliun, meningkat sebesar 30,13% (y.o.y)…
Kredit secara tahunan tumbuh 26,92% (y.o.y) dengan kenaikan terbesar dialami oleh jenis kredit modal kerja yang tumbuh 34,36% (y.o.y)…
13
jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama
disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk
kedua jenis kredit tersebut.
Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil bila dibandingkan
perbankan konvensional tercermin dari total aset perbankan
syariah yang kurang dari 5% total asset perbankan di Sulawesi
Utara. Saat ini jumlah bank syariah di wilayah Sulawesi Utara baru
2 (dua) bank yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat. Pada
triwulan I - 2008, total aset perbankan syariah mencapai Rp82,29
milliar atau naik 11,87% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Demikian pula dengan DPK yang tumbuh
38,28% (y.o.y) mencapai jumlah Rp64,23 milliar. Namun demikian,
dari keseluruhan jumlah DPK tersebut baru sebagain kecil yang
disalurkan kembali kepada masyarakat sebagai pembiayaan
tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang
hanya sebesar 25,25% dengan jumlah nominal pembiayaan
sebesar Rp16,22 milliar.
Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah
kerja Bank Indonesia Manado tercatat sebanyak 16 BPR yang
keseluruhannya merupakan jenis bank konvensional. Kinerja BPR
selama triwulan I – 2008 cukup baik tercermin dari peningkatan
total aset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total aset
BPR tercatat sebesar Rp176,2 milliar, dengan jumlah dana dan
kredit masing-masing sebesar Rp131,7 milliar dan Rp135,0 milliar.
Membaiknya kinerja BPR diiringi pula dari membaiknya fungsi
intermediasi dan kualitas kreditnya tercermin dari rasio LDR (Loan
to Deposit Ratio) yang naik menjadi sebesar 102,5% dan rasio NPL
(Non Performing Loan) yang turun dari 4,3% pada triwulan I –
2007 menjadi 2,6% di akhir triwulan laporan. Namun demikian,
secara keseluruhan pangsa BPR masih jauh lebih kecil
dibandingkan bank umum.
Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% dari total asset perbankan secara keseluruhan…
Kinerja BPR di Sulawesi Utara cukup menggembirakan, tercermin dari meningkatnya aset, DPK dan kredit diringi dengan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan dan membaiknya kualitas kredit…
14
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH (APBD)
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi
Sulawesi Utara dari waktu ke waktu menunjukkan trend
peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan
tahun sebelumnya terkecuali Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab.
Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di tingkat provinsi
yaitu sebesar 33,77% mencapai jumlah Rp604,70 milliar,
sedangkan persentase penurunan dialami oleh Kab. Sangihe
sebesar 20,50%. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana
perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah
alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan
kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33 Triliun atau mengalami
kenaikan sebesar 16,54%.
Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun
2008 ditetapkan sebesar Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar
7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari sisi pengeluaran
ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75%
dibandingkan sebelumnya. Selama triwulan I – 2008, kinerja
keuangan daerah di tingkat provinsi menunjukkan hasil yang
menggembirakan tercermin dari peningkatan persentase realisasi
baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Dari sisi
penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan triwulan I –
2008, tercatat Rp223,44 milliar. Pencapaian ini jauh lebih besar
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
sebesar Rp58,06 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah
realisasi anggaran sampai dengan triwulan I – 2007, tercatat
Rp154,35 milliar atau 17,45% dari total rencana pengeluaran
sebesar Rp884,71 milliar. Pencapaian ini juga jauh lebih baik
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
sebesar Rp106,73 milliar. atau 13,70% dari total rencana
pengeluaran sebesar Rp821,06 milliar.
Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat di wilayah Sulawesi Utara yang berasal dari pemerintah pusat maupun daerah mengalami peningkatan...
Di tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp847,37 milliar atau meningkat 7,01% dibandingkan tahun lalu…
15
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado
pada triwulan I - 2008 kembali berada pada kondisi net inflow
yang berarti aliran uang masuk ke khasanah lebih besar
dibandingkan aliran uang keluar. Hal ini merupakan pola musiman
setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow akibat
meningkatnya penggunaan uang kartal sehubungan dengan
terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran,
natal dan Tahun Baru 2008 serta meningkatnya realisasi belanja
perusahaan dan belanja pemerintah dalam membiayai berbagai
kegiatan dan proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup tahun
anggaran 2007.
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat sebesar Rp163,86
milliar atau 3,82% (y.o.y) sedangkan aliran uang keluar meningkat
sebesar Rp58,21 milliar atau 20,30% (y.o.y). Secara netto, aliran
uang kartal berada pada kondisi net inflow sebesar Rp505,44
milliar lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya sebesar Rp399,79 milliar. Secara bulanan, net inflow hanya
terjadi di Bulan Januari 2008 sebesar Rp520,60 milliar, sedangkan
di 2 (dua) bulan berikutnya mengalami net outflow masing-masing
sebesar Rp419 juta dan Rp14,74 milliar.
Sementara itu, Bank Indonesia berupaya memelihara kualitas uang
kartal yang diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang
sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB
terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 51,44%, lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 59,96%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi
tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp304,7
Perkembangan aliran uang kartal di Bank Indonesia Manado selama triwulan I – 2008 berada pada kondisi net inflow...
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya...
Rasio PTTB terhadap aliran uang masuk tercatat sebesar 51,44%, lebih rendah...
16
milliar atau naik 19,39% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada
tiwulan I - 2008 sebanyak 25 lembar atau turun dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 157
lembar. Berdasarkan jumlah lembarannya, selama triwulan laporan,
jenis pecahan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling
banyak dipalsukan yaitu sebanyak 68% dari total keseluruhan
lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah
penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah
semakin sempit pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah
yang secara intensif disosialisasikan oleh KBI Manado. Selain itu,
peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian
telah berhasil membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di
Sulawesi Utara.
Perkembangan kliring lokal (tunai) terus menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan dari waktu ke waktu.
Jumlah rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama
triwulan I - 2008 tercatat sebesar 1.273 lembar atau meningkat
sebesar 5,29% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Bahkan secara nominal, jumlah rata-rata harian kliring
naik sebesar 24,50% mencapai jumlah Rp27,24 milliar.
Peningkatan rata-rata harian lembar dan nominal kliring tersebut
semakin menegaskan bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi
Utara mengalami pertumbuhan yang positif. Sementara itu, rata-
rata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong
selama triwulan laporan tercatat sebesar 0,53% dari total lembar
warkat yang dikliringkan atau meningkat dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,37%.
Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada triwulan I – 2008 turun…
Perkembangan kliring lokal (tunai) terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan…
17
0,35% menjadi 0,88% dari total nominal cek dan BG yang
dikliringkan.
Selama triwulan I - 2008, total volume transaksi melalui RTGS
(dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau
meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal
penyelesaian transaksi RTGS yang secara tahunan tumbuh sebesar
29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di
Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya tercermin dari menurunnya
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka
ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh
menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat tercermin dari
tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret
2007. Salah satu program kerja pemerintah daerah yang
diperkirakan cukup memberikan dampak positif bagi berkurangnya
TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh
pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat
perbankan khususnya dari sisi pembiayaan.
Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan
perkembangan yang menurun, tercermin dari Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 12,35% di Tahun
2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa
sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak
tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan
dan jasa. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja /TPAK
menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 61,97% dari
Secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara di Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik…
Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan perkembangan yang menurun, tercermin dari angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)…
Selama triwulan I – 2008, total volume transaksi melalui RTGS dari/ke/dalam Kota Manado meningkat 18,38% (y.o.y)…
18
sebelumnya 59,20%. Meningkatnya TPAK ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang
lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia
15 tahun ke atas.
Namun demikian, angka kemiskinan belum menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret
2007 bahkan cenderung meningkat dibandingkan periode-periode
sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru
tercatat sebesar 192,2 ribu orang dengan persentase 8,93%
terhadap total penduduk maka pada Maret 2007 angka tersebut
sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasion
11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin
tersebut berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada
diperkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit demi sedikit mulai
mengalami pergeseran dimana bila Februari 2004 hampir 81,32%
penduduk miskin merupakan orang-orang yang tinggal di desa
maka pada Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang
hingga hanya 68,40%. Dengan demikian, peningkatan jumlah
penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah
perkotaan dibandingkan pedesaan.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II – 2008 diperkirakan
akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan I -
2008. Beberapa faktor penyebab melambatnya pertumbuhan
ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah
meningkatnya tekanan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan
harga minyak dunia yang berlanjut pada kenaikan harga barang
dan jasa secara umum atau inflasi. Namun demikian,
perkembangan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan
masih tetap positif yaitu sebesar 6,26% (y.o.y). Dari sisi
permintaan, sektor konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor
diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II – 2008 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I – 2008…
Namun demikian, angka kemiskinan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret 2007 bahkan cenderung meningkat….
19
ekonomi walaupun dengan trend yang sedikit melambat.
Pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga antara lain ditopang
oleh masih relatif tingginya daya beli masyarakat walaupun dalam
bulan-bulan terakhir memperlihatkan trend penurunan. Hal ini
antara lain dapat dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi
penghasilan dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota
Manado periode Maret 2008. Tingginya daya beli masyarakat
antara lain bersumber dari kenaikan gaji, upah minimum provinsi
(UMP), serta penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan. Selain itu
berlangsungnya liburan sekolah pada akhir triwulan mendatang
diperkirakan akan mendorong laju konsumsi masyarakat.
OUTLOOK INFLASI REGIONAL
Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga
berbagai komoditas pangan di tingkat internasional di perkirakan
akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa secara
umum pada tingkat nasional dan regional termasuk di Provinsi
Sulawesi Utara. Selain itu, kelangkaan minyak tanah akibat tidak
berjalan baiknya kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke
LPG diperkirakan akan menyebabkan lonjakan harga khususnya
terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok. Dengan memperhatikan
besaran inflasi selama triwulan I – 2008 serta sumber-sumber
tekanan inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju
inflasi pada triwulan II – 2008 masih tetap akan tinggi. Hal ini
sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank
Indonesia Manado, dimana sebagian besar penjual atau konsumen
optimis bahwa harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan
mengalami kenaikan dengan level yang lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Selain berbagai faktor
eksternal, meningkatnya tekanan harga pada triwulan mendatang
juga dipengaruhi oleh masih terdapatnya kebutuhan pokok yang
harus sepenuhnya didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara.
Dengan memperhatikan besaran inflasi selama triwulan I – 2008 serta sumber-sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi pada triwulan II – 2008 masih tetap cukup tinggi…
20
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Secara umum, stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan Indonesia masih
terjaga di tengah kondisi perekonomian global yang belum kondusif. Kondisi fundamental
ekonomi dan risiko perekonomian yang masih terjaga tercermin dari membaiknya pasar
keuangan domestik dan peningkatan sovereign rating Indonesia. Hal tersebut ditandai
dengan kenaikan aliran masuk modal asing yang selanjutnya mendukung penguatan nilai
tukar rupiah dan menahan peningkatan inflasi lebih lanjut. Sementara itu, tekanan faktor
eksternal yang ditunjukkan oleh perlambatan perekonomian global, peningkatan harga
komoditas pangan dan energi, serta kenaikan tekanan inflasi dunia diperkirakan akan dapat
mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan meningkatkan tekanan
inflasi. Namun demikian secara regional khususnya Provinsi Sulawesi Utara berbagai faktor
perlambatan tersebut masih dapat dinetralisir sehubungan dengan meningkatnya kinerja
ekspor secara significant selama triwulan laporan.
Relatif terjaganya stabilitas nasional tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Pada triwulan I - 2008, perekonomian tumbuh
6,02% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
sebesar 5,51% (y.o.y). Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong
oleh membaiknya kinerja ekspor selain kegiatan konsumsi dan investasi. Peningkatan ekspor
diperkirakan dipicu oleh kecenderungan meningkatnya harga komoditas pertanian di
pasaran Internasional sehingga menarik petani dan para pelaku usaha termasuk eksportir
untuk meningkatkan penjualan produksinya ke luar negeri. Kondisi ini terjadi sehubungan
dengan terus meningkatnya permintaan masyarakat dunia akan komoditas pertanian
sebagai sumber bahan baku energi alternatif di tengah-tengah meningkatnya harga minyak
dunia.
Dari sisi penawaran, menurut sektornya, sebagian besar sektor menunjukkan
perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat, sektor pertanian,
sektor bangunan dan sektor PHR memberikan andil yang paling dominan. Perkembangan
sektor pertanian selama Tahun 2007 tak terlepas dari keberhasilan program revitalisasi
pertanian yang dijalankan oleh pemerintah daerah yang mendapat dukungan dari
masyarakat perbankan khususnya dari sisi pembiayaan.
21
A. SISI PERMINTAAN
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I - 2008 relatif cukup baik tercermin dari laju
pertumbuhan sebesar 6,02% (y.o.y). Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat 6,82% (y.o.y), namun masih lebih tinggi dibandingkan
triwulan yang sama tahun lalu sebesar 5,41% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya,
pertumbuhan ekonomi terutama disumbangkan oleh kegiatan ekspor disamping kegiatan
konsumsi dan investasi yang walaupun tumbuh lebih lambat namu tetap tumbuh positif.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (Persen)
Tumbuh Kontribusi Tumbuh Kontribusi
Konsumsi 4.76 2.37 3.50 2.84 1.94 2.02 1.35Konsumsi Swasta 4.05 2.15 2.89 2.37 1.08 2.07 0.91Konsumsi Pemerintah 6.27 2.80 4.71 3.78 0.87 1.93 0.44
PMTB 13.11 14.70 19.08 10.52 1.99 7.50 1.49Stok -22.00 81.72 15.35 -29.84 -0.72 -33.13 -0.53Ekspor 0.85 19.46 5.59 14.28 5.86 53.15 23.63Impor 2.81 21.54 6.97 11.92 3.67 60.93 19.92
PDRB 4.90 6.16 6.42 5.41 5.41 6.02 6.02
Q1-082006 2007
Q1-07JENIS PENGGUNAAN 2005
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan laporan sedikit mengalami perlambatan walaupun
masih tetap tumbuh positif sebesar 2,02% (y.o.y). Peningkatan konsumsi terutama
disumbangkan oleh konsumsi swasta yaitu rumah tangga dan perusahaan sedangkan
konsumsi pemerintah relatif belum banyak menunjukkan perkembangan yang berarti, atau
jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa even yang
mendorong peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga diantaranya adalah perayaan
hari besar keagamaan seperti Cap Go Meh (Tahun Baru China, Hari Nyepi, Maulid Nabi dan
Paskah.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain tercermin dari menurunnya
indeks berbagai indikator ekonomi berdasarkan hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado
diantaranya indeks penghasilan, indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama,
serta indeks ketersediaan lapangan kerja. Penurunan indeks penghasilan dari 148,5 pada
Desember 2007 menjadi hanya sebesar 85,0 pada Maret 2008 menunjukkan menurunnya
rasa optimisme masyarakat terhadap peningkatan penghasilan saat ini dibandingkan 3-6
bulan yang lalu. Hal ini menandakan telah terjadinya penurunan daya beli masyarakat akibat
terus meningkatnya harga barang dan jasa secara umum sebagai dampak kenaikan harga
22
minyak dunia dan faktor-faktor lainnya khususnya dari sisi penawaran. Bahkan rasa
optimisme tersebut telah sampai pada tahap pesimis di akhir triwulan laporan karena nilai
indeks hanya sebesar 85 atau jauh di bawah dari indeks netral sebesar 100 (angka indeks >
100 berarti optimis).
.
Selain itu, perlambatan pertumbuhan kegiatan konsumsi juga tercermin dari menurunnya
indeks ketersedian lapangan kerja pada triwulan laporan yang terus turun hingga pada level
pesimis. Bila pada Desember 2007, angka indeks masih berada pada level optimis sebesar
115 maka pada Maret 2008 mengalami penurunan significant hingga berada pada level
pesimis sebesar 96 yang berarti sebagian besar masyarakat menganggap bahwa
ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Hal ini
merupakan dampak lanjutan dari berbagai macam efisiensi yang dilakukan para pelaku
usaha guna mengatasi kenaikan biaya operasional dan biaya tenaga kerja.
Sementara itu, konsumsi pemerintah hanya tumbuh tipis 1,93% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,78% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah antara lain dapat dikonfirmasi dengan
kinerja keuangan pemerintah daerah yang hingga akhir triwulan I-2008 persentase jumlah
realisasinya diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
2. Investasi
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan listrik, dan kenaikan harga bahan
bangunan seperti semen dan seng, kegiatan investasi selama triwulan I – 2008 mengalami
perlambatan pertumbuhan walaupun masih pada level yang positif. Kegiatan investasi yang
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
nado
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
80
90
100
110
120
130
140
150
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2005 2006 2007 2008
Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini
Ekspektasi Konsumen
60
80
100
120
140
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2005 2006 2007 2008
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat IniPembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
23
tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 7,50% (y.o.y)
dengan kontribusi 1,49% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Pencapaian
ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
10,52% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,99%. Perkembangan kegiatan investasi selama
triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan
bangunan dari hasil Survey Penjualan Eceran Kota Manado yang memperlihatkan trend
kenaikan indeks dari 176,9 pada posisi Maret 2007 naik menjadi 215,7 pada posisi Maret
2008. Namun demikian, menurut komponen penyusunnya, kenaikan indeks bahan
bangunan lebih disebabkan oleh peningkatan penjualan bahan konstruksi kayu dan
perlengkapan konstruksi dibandingkan komoditi lain seperti semen, pasir, bahan konstruksi
logam serta bahan konstruksi tanah liat yang justru sedikit mengalami perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal paling tidak tercermin dari data
volume penjualan semen pada 3 (tiga) distributor utama di Sulawesi Utara yang mengalami
penurunan sebesar -25% sebagai dampak terganggunya pasokan semen dari produsen
yang mendorong kenaikan harga akhir-akhir ini.
Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan World Ocean
Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa pembangunan berbagai proyek jalan,
jembatan, lapangan udara dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju
pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Beberapa proyek yang harus
segera dijalankan diantaranya adalah pelebaran jalan Manado – Mapanget yang menelan
biaya Rp66 milliar, pembangunan jembatan Soekarno senilai Rp180 milliar dan proyek-
proyek lainnya yang secara keseluruhan menghabiskan biaya sebesar Rp854,99 milliar.
Grafik 1.3. Indeks Penjualan Bahan Bangunan
Grafik 1.4. Penjualan Semen di 3 Distributor Utama (Ton)
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Disperindag Provinsi Sulut
-
50
100
150
200
250
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F
2005 2006 2007 2008
Indeks Bangunan
Growth Kredit Konstruksi
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2007 2008
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70Total Tumbuh Y.o.Y (%)
24
Tabel 1.2. Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC (World Ocean Conference)
Jenis Kegiatan Target Rencana Biaya
Pekerjaan UmumPembangunan Jln Manado-Mapanget 11,8 km Rp66 MPembangunan Jembatan Soekarno 491 m Rp180 MPengembangan Air Minum 40 ltr/det Rp15 MPembangunan Jalan Boulevard II 4 km Rp40 MPembangunan Drainase dalam kota 25 km Rp19,5 MNormalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Tondano 1 km Rp7,5 MPembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km Rp146,4 MPembangunan Jembatan Sario 25 m Rp7,5 MSaringan Sampah Hidrolik 3 lokasi Rp70 MPembangunan RS Taraf Internasional 1 unit Rp150 M
Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 Rp50 MPerluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 Rp73,4 MPerluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 Rp6,69 MPengadaan Garbarata 2 unit Rp8 MPemasangan Eskalator 2 unit Rp3 MPembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken Rp6 MPembangunan Dermaga Penyeberangan Manado Rp6 M
Sumber : Harian Manado Post
Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan
investasi masih relatif kecil. Namun, melihat trend yang ada menunjukkan perkembangan
yang positif di mana bila pada akhir triwulan sebelumnya tumbuh 39,24% (y.o.y) maka
pada akhir triwulan laporan mencapai 43% (y.o.y) dengan jumlah baki debet sebesar Rp3,1
triliun. Peningkatan kegiatan investasi juga tercermin dari struktur impor Sulawesi Utara
dimana hampir seluruhnya merupakan jenis barang modal antara lain dalam bentuk mesin,
perkakas dan peralatan lain. Sejak Januari s.d. Februari 2008, nilai impor barang modal
tercatat sebesar USD 984 ribu.
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
Grafik 1.6. Nilai Transaksi Impor Barang Modal (USD)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : Direktorat Statistik Moneter Bank Indonesia *) s.d. Febuari 2008
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F
2005 2006 2007 2008
(%)
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
2004 2005 2006 2007 2008*)
M anufaktur / Barang M odal
Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
25
3. Ekspor – Impor
Kinerja perdagangan Provinsi Sulawesi Utara khususnya perdagangan luar negeri mencatat
kemajuan yang sangat significant selama triwulan I – 2008. Kenaikan harga berbagai
komoditas pangan di pasaran Internasional sebagai dampak dari meningkatnya jumlah
permintaan serta efek dari terus meningkatnya harga minyak mentah dunia telah
menambah minat para eksportir untuk menambah volume penjualannya ke luar negeri. Hal
ini tercermin dari kenaikan nilai tambah kegiatan ekspor luar negeri. Namun demikian,
seiring dengan itu tingkat ketergantungan Provinsi Sulawesi Utara terhadap daerah lain
ternyata juga masih cukup tinggi.
Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor selama triwulan laporan
menunjukkan peningkatan. Secara gabungan (antar provinsi maupun antar negara),
transaksi perdagangan berada pada kondisi surplus. Surplus perdagangan ini terutama
berasal dari transaksi perdagangan luar negeri, sedangkan untuk transaksi perdagangan
antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena
hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara
terutama dari Kota Surabaya dan Kota Makassar (seperti beras, bawang merah dan cabe).
Membaiknya kinerja perdagangan selama triwulan laporan antara lain didukung oleh relatif
stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US walaupun masih dibayang-bayangi oleh trend
peningkatan biaya produksi akibat kenaikan harga minyak dunia dan tingginya inflasi baik
di dalam negeri dan maupun dunia.
Kegiatan ekspor selama triwulan laporan tumbuh 53,15% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar
23,63%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
tumbuh 14,28% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 5,86%. Membaiknya kinerja ekspor
tersebut diiringi pula oleh meningkatnya kegiatan impor khususnya terhadap
barang/komoditi yang berasal dari provinsi/daerah lain sebagaimana tercermin laju
pertumbuhan impor sebesar 60,93% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 19,92%. Sementara
itu, realisasi jumlah nilai ekspor luar negeri Januari s.d. Februari 2008 mencapai nilai
USD114,31 juta dengan volume 138,67 ribu ton atau meningkat significant dibandingkan
periode yang sama tahun lalu (Januari s.d. Februari 2007) yang hanya sebesar USD 4,90
juta. Menurut jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk
kelompok bahan makanan (baik nabati maupun hewani) dan kelompok minyak nabati dan
hewani (animal or vegetable fats and oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut
26
Oil (VCO) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, China, Korea Selatan dan
Amerika Serikat.
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2008
Kegiatan perdagangan luar negeri Sulawesi Utara terutama bertumpu pada sumber daya
alam yang dimilikinya. Dengan demikian, perkembangan industri pengolahan harus terus
digalakkan oleh pemerintah daerah agar komoditi yang diekspor tidak semata-mata
mengandalkan bahan mentah/baku namun juga bahan setengah jadi/barang jadi sehingga
nilai tambahnya menjadi lebih tinggi, serta menambah penyediaan lapangan kerja baru.
Tabel 1.3.
Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara (dalam ribu USD)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2008
Grafik 1.7.Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Q1-08*)
Volume (Ribu Ton)
Nilai (Juta USD)
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08*)
Volume (Ribu Ton) Nilai (Juta USD)
KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
Food and Live Animals 59,488 95,367 112,762 68,547 128,552 21,357 Beverages and Tobacco - 39 - 6 - - Crude Materials, Ineble 4,757 7,624 13,127 4,280 2,107 315 Mineral Fuels, Lubricants etc - - - - - - Animal & Vegetable Oil & Fats 69,520 142,611 245,181 186,296 421,595 91,833 Chemical 420 165 2,436 2,492 4,211 561 Manufactured Goods 500 1,999 1,094 1,611 566 34 Machinery & Transport Eqp 56 125 25 87 145 7 Misc. Manufactured Articles 253 225 378 234 182 204 Commodities & Transaction Nes - - 7,290 9,810 - -
TOTAL 134,995 248,155 382,294 273,363 557,359 114,312
27
Grafik 1.8. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara
(dalam ribu USD)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia s.d. Februari 2008
Membaiknya kinerja ekspor luar negeri diiringi pula dengan masih tingginya nilai realisasi
impor non migas. Selama Januari s.d Februari 2008, nilai impor luar negeri tercatat USD 990
ribu dengan volume 80 ton, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar USD 31 ribu. Di satu sisi, besarnya nilai impor
mencerminkan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap barang/jasa yang berasal
dari negara lain namun berdasarkan strukturnya, ternyata sebagian besar barang yang
diimpor tersebut merupakan barang modal yang diperlukan dalam kegiatan investasi.
-
10
20
30
40
50
60
70
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)-
10
20
30
40
50
60
70
80
Nilai (Juta USD) - y kiri
Volume (Ribu Ton) - y kanan
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Februari 2008
Grafik 1.9.Nilai dan Volume Impor Sulawesi Utara
Tahun 2006
28.61%
17.18%
15.98%
5.49%
4.68%
4.25%
23.81%China
Amerika Serikat
Belanda
India
Korea Selatan
Filipina
Negara Lainnya
Tahun 2007
38.52%
14.93%12.98%
9.52%
4.81%
3.91%
15.32%Belanda
Amerika Serikat
China
Korea Selatan
India
Jerman
Negara Lainnya
Q1-2008
36.21%
25.69%
14.17%
11.96%
2.66%
1.83%
7.49%
Belanda
China
Korea Selatan
Amerika Serikat
Jepang
Vietnam
Negara Lainnya
Total Rp273 milliar Total Rp557 milliar
Total Rp114 milliar
28
Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor sejak Januari 2006 s.d Februari 2008 memiliki
perbedaan yang significant dibandingkan periode sebelum Tahun 2006. Pada periode
sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan
makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) sedangkan
untuk periode awal Tahun 2006 hingga awal Tahun 2008 lebih didominasi oleh barang-
barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi
barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus
meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara.
Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d.Februari 2008
Grafik1.10. Negara Asal Impor Sulawesi Utara (dalam ribu USD)
‘
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Februari 2008
KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
Food and Live Animals 6,201 2,411 5,035 5,061 6,401 - Beverages and Tobacco 0 - - - 1 - Crude Materials, Ineble 26 114 0 6 964 7,221 Mineral Fuels, Lubricants etc - - - - - - Animal & Vegetable Oil & Fats 1,194 15 160 717 - - Chemical 445 340 166 975 1,347 2,488 Manufactured Goods 1,842 297 101 7,678 349 97,372 Machinery & Transport Eqp 1,475 803 715 21,833 52,472 865,172 Misc. Manufactured Articles 179 185 65 643 418 19,406 Commodities & Transaction Nes - - - - - -
TOTAL 11,363 4,165 6,242 36,912 61,952 991,659
Tahun 2006
31.01%
13.84%
4.58%3.45%
1.72%
45.40%
Filipina
M alaysia
Vietnam
Australia
Jerman
Negara Lainnya
Tahun 2007
68.21%
12.98%
6.42%
3.89%
2.36% 6.13%
Amerika Serikat
Perancis
Vietnam
Thailand
Singapore
Negara Lainnya
Q1-2008
81.10%
9.47%
2.33%
5.08%0.73%
1.29%
Australia
Singapore
Filipina
Jerman
Jepang
Negara Lainnya
Total Rp36 milliar Total Rp61 milliar
Total Rp1 milliar
29
Berdasarkan negara asal barangnya, impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari
negara Australia dan Singapore, sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana
impor lebih banyak berasal dari negara Amerika Serikat, Perancis, dan Vietnam. Secara
netto, nilai perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor
masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor. Selama periode Januari s.d. Februari 2008,
jumlah surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar USD113,3 juta.
-
100
200
300
400
500
600Net Ekspor Nilai Ekspor
Nilai Impor
Net Ekspor 208.75 27.58 98.85 123.63 243.99 376.05 236.45 495.41 113.32
Nilai Ekspor 221.81 27.73 115.53 135.00 248.15 382.29 273.36 557.36 114.31
Nilai Impor 13.06 0.15 16.67 11.36 4.17 6.24 36.91 61.95 0.99
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Febuari 2008
Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas
ekspor impor serta bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang walaupun sepintas
menunjukkan perkembangan yang melambat namun ternyata hal ini lebih disebabkan
periode pengamatan yang baru berjalan 2 (dua) bulan. Secara umum, aktivitas perdagangan
hingga akhir triwulan laporan diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 1.5.
Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung 2007 2008
Q1 Q1*)
1 Perdagangan Luar Negeri
a. Impor Ton 57,180 51,368 9,978 -
b. Ekspor Ton 447,500 413,285 122,517 90,701
Jumlah Ton 504,680 464,653 132,495 90,701
2
a. Bongkar Ton 2,310,395 2,698,362 549,669 654,800
b. Muat Ton 803,014 950,690 220,222 212,611
Jumlah Ton 3,113,409 3,649,052 769,891 867,411
3,618,089 4,113,705 902,386 958,112 Total
Perdagangan Dalam Negeri
No. 20072006Jenis Kegiatan
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. Februari 2008
Grafik 1.11.Nilai Perdagangan Ekspor dan Impor Sulawesi Utara
30
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi
oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk
perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan
kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi
Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara
masih cukup tinggi.
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I - 2008 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada. Hampir seluruh sektor mencatat perkembangan positif yang
melebihi kinerja pada triwulan sebelumnya kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa yang mengalami
perlambatan. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan dan PHR (perdagangan,
hotel dan restoran) merupakan lokomotif pertumbuhan.
Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara
Tumbuh Kontribusi Tumbuh Kontribusi
Pertanian 6.15 4.67 6.55 4.28 0.91 5.61 1.19 Pertambangan & Penggalian -0.72 7.27 7.30 7.27 0.37 7.72 0.40 Industri Pengolahan 2.23 6.86 5.86 4.24 0.34 5.23 0.42 Listrik, Gas & Air Bersih 13.82 5.28 6.31 6.23 0.05 6.26 0.05 Bangunan 5.06 6.97 7.51 6.52 1.03 7.79 1.24 PHR 7.41 7.78 7.72 6.31 0.83 7.24 0.96 Pengangkutan & Komunikasi 5.83 5.56 6.88 6.78 0.80 6.68 0.80 Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5.64 10.03 7.47 6.25 0.42 5.86 0.40 Jasa-Jasa 2.79 4.21 3.21 3.76 0.64 3.31 0.55
PDRB 4.90 6.16 6.42 5.41 5.41 6.02 6.02
2006 2007Q1-07 Q1-08
JENIS PENGGUNAAN 2005
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Pertanian
Sektor pertanian tumbuh 5,61% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan andil sebesar 1,19%
terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektornya, laju pertumbuhan
sektor pertanian disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju pertumbuhan
tertinggi dialami oleh sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman bahan makanan
masing-masing sebesar 6,87% (y.o.y) dan 6,56% (y.o.y). Beberapa faktor yang mendorong
perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan antara lain mulai memasukinya musim
panen padi di beberapa daerah serta dampak lanjutan program revitalisasi pertanian yang
dicanangkan oleh pemerintah provinsi Tahun 2007 lalu. Sedangkan, perkembangan sub
sektor peternakan terutama didominasi oleh peternakan kuda dan babi.
31
Perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan selama triwulan laporan antara lain
dapat dikonfirmasi dengan data perkembangan komoditi beras dan jagung. Pada triwulan I
– 2008, jumlah produksi beras diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 55,08% (y.o.y)
bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau mencapai jumlah
109.563 ton. Demikian pula halnya dengan komoditi jagung yang selama triwulan laporan
mengalami peningkatan produksi sebesar 77,58% (y.o.y) mencapai jumlah 153.878 ton.
Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras
2007 2008 2005 2006 2007
Q1 Q1*) Y.o.Y
Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 103,189 30,076 36,202 20.37 Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 494,950 129,703 173,909 34.08 Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 276,604 70,648 109,563 55.08
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
2007 2008 2005 2006 2007
Q1 Q1*) Y.o.Y
Luas Panen (Ha) 71,644 82,185 121,716 29,085 39,721 36.57 Produksi Pipilan Kering (Ton)
195,305 242,711 403,127 86,653 153,878 77.58
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian khususnya sub
sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan menunjukkan perkembangan yang lebih
baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, penyaluran kredit pada sektor pertanian
tumbuh significant sebesar 67,11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun demikian, pangsa kredit pertanian masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang
berhasil disalurkan yaitu hanya sebesar 4,28% dengan jumlah nominal Rp 281 milliar.
Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan masih
relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut.
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
J F MAM J J A SOND J FM AM J J AS ON D J F MAM J J A SOND J F
(%)
20062005 20082007
Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 1.12. Pertumbuhan Kredit Pertanian
32
2. Sektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Selama triwulan I - 2008, sektor bangunan tumbuh 7,79% (y.o.y)
dengan kontribusi sebesar 1,24% terhadap laju pertumbuhan secara umum. Andil sektor ini
merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya. Perkembangan sektor ini
tercermin dari meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal
Manado Town Square, Mal Boulevard, ITC (Elektronik Centre), perhotelan, ruko dan
komplek perumahan. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi
dengan indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)
Kota Manado. Berdasarkan trend, terlihat bahwa indeks penjualan bahan bangunan terus
mengalami kenaikan hingga ke level 215,69 pada akhir triwulan laporan atau meningkat
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang berada pada indeks 179,93. Dari
sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp282 milliar atau
meningkat 37,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian,
alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta
perkembangan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan sektor-sektor properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi
oleh pembiayaan di luar sektor perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan
pembiayaan mandiri.
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan salah satu sektor yang konsisten
mencatat laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Di triwulan I -2008, laju pertumbuhan
sektor ini tercatat sebesar 7,24% (y.o.y) dengan kontribusi 0,96% terhadap laju
pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini
Grafik 1.13.Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan
dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)
Sumber : Survei Penjualan Eceran dan Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
-
50
100
150
200
250
J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M20062005 2007 2008
33
disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub perdagangan besar dan eceran,
sub sektor restoran serta sub sektor hotel dengan kontribusi tertinggi disumbangkan oleh
sub sektor perdagangan besar dan eceran. Perkembangan sub sektor perdagangan besar
dan eceran, antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran hasil Survey
Penjualan Eceran yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks 129,50 di
akhir triwulan I – 2007 naik menjadi 154,91 di akhir triwulan I – 2008. Berdasarkan
komponen pembentuknya, komoditi yang konsisten mengalami kenaikan indeks adalah alat
tulis, bahan bangunan, dan makanan sedangkan untuk komoditi tekstil, kebutuhan rumah
tangga dan kendaraan cenderung stagnan.
Grafik 1.14. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kota Manado
-
50
100
150
200
250
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2005 2006 2007 2008
Indeks Penjualan Bangunan
Tekstil Rumah Tangga
Alat Tulis KendaraanM akanan
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sub sektor hotel antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan
wisatawan. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
selama triwulan I -2008, tercatat jumlah kunjungan wisatawan manca negara (wisman)
maupun wisatawan nusantara (wisnu) meningkat 137,15% menjadi 99.256 orang
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebanyak 41.854 orang.
Sedangkan perkembangan sub sektor restoran antara lain sejalan dengan banyak
bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal khususnya di pusat Kota Manado.
Tabel 1.9.
Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dapat dikonfirmasi melalui
peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di
Triwulan I 2007 Triwulan I 2008 Y.o.Y
Wisatawan Manca Negara 4,854 5,336 9.93
Wisatawan Nusantara 37,000 93,920 153.84
Total 41,854 99,256 137.15
34
pelabuhan Bitung. Tercatat, aktivitas bongkar dan muat mengalami peningkatan frekuensi
selama triwulan I – 2008 menjadi 867.411 kegiatan dari sebelumnya 769.891 kegiatan di
triwulan yang sama tahun sebelumnya atau terdapat peningkatan sebesar 12,67% (y.o.y).
Tabel 1.10.
Perkembangan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri Di Pelabuhan Bitung – Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. Februari 2008
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor
konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan Sulawesi Utara yaitu sebesar
Rp1,98 triliun atau meningkat 40,77% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.
Grafik 1.15.
Perkembangan Kredit Sektor PHR
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F
(%)
2005 2006 2007
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I - 2008 tumbuh 6,68% (y.o.y) dengan
kontribusi sebesar 0,80% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Pencapaian
ini sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 6,78%
(y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
didukung baik oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masing-
masing tumbuh 6,43% (y.o.y) dan 8,89% (y.o.y). Perkembangan sub sektor angkutan
antara lain dapat dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan melalui Survey
2008
Q1 Q1*)
Perdagangan Dalam Negeri
a. Bongkar Ton 2,310,395 2,698,362 549,669 654,800
b. Muat Ton 803,014 950,690 220,222 212,611
Jumlah Ton 3,113,409 3,649,052 769,891 867,411
20072006JENIS KEGIATAN 2007
35
Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks walaupun masih tetap dalam kondisi
pesimis yaitu dari 38,25 di akhir Q1-2007 naik menjadi 44,67 pada akhir triwulan I - 2008.
-
20
40
60
80
100
120
J F M A M J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M2005 2006 2007 2008
Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian
bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan I - 2008, tercatat
penggunaan BBM non industri sebesar 128,6 ribu Kilo Liter (KL) meningkat sebesar 18,02%
(y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 108,9 ribu
Kilo Liter (KL). Berdasarkan jenisnya, peningkatan jumlah pemakaian BBM dialami oleh jenis
Solar yaitu sebesar 33,52% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah jenis minyak tanah
yang hanya naik 7,85% (y.o.y). Sementara itu, jenis premium mengalami kenaikan jumlah
pemakaian sebesar 10,74% (y.o.y) atau mencapai jumlah penggunaan sebesar 48,4 ribu
Kilo Liter (KL).
Tabel 1.11.
Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara (dalam KL)
Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Y.o.Y
1 Premium 43,741 46,261 33,011 51,919 48,437 10.74 2 Minyak Tanah 26,979 28,013 19,987 31,219 29,098 7.85 3 Solar 38,273 54,729 25,091 60,356 51,102 33.52
108,993 129,003 78,089 143,494 128,637 18.02 TOTAL
N O N I N D U S T R I
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh
masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain
terbukti pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di
beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan
pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan
Grafik 1.16. Indeks Penjualan Kendaraan
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
36
fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa
telekomunikasi.
-40
-20
0
20
40
60
80
100
J F M A M J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M A M J J A S O N D J F
(%)
2005 2006 2007 2008
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung
pula oleh kredit yang disalurkan pada sektor ini yang tercatat sebesar Rp84,85 milliar atau
meningkat sebesar 79,80% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir
triwulan laporan yang mencapai jumlah Rp6,57 triliun. Namun demikian, berdasarkan trend
yang ada, perkembangan kredit di sektor angkutan dan telekomunikasi dari waktu ke
waktu terus menunjukkan peningkatan.
5. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa selama triwulan I – 2008 sedikit mengalami perlambatan khususnya untuk
sub sektor jasa pemerintahan. Tercatat sektor jasa-jasa tumbuh 3,31% (y.o.y) selama
triwulan laporan atau sedikit melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,76% (y.o.y). Perlambatan sub sektor jasa pemerintahan
ternyata seiring pula dengan turunnya persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan laporan bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu, untuk sub sektor jasa swasta justru mengalami mengalami
peningkatan sedikit bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan sub
sektor ini antara lain sebagai dampak cukup banyaknya terdapat hari libur nasional selama
triwulan laporan yang dimanfaatkan masyatakat untuk melaksanakan kegiatan rekreasi dan
sosial.
Grafik 1.17. Pertumbuhan Kredit Sektor Transportasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
37
6. Sektor Lainnya
Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap
perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan I – 2008, sektor industri
pengolahan tumbuh 5,23% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,42% terhadap laju
pertumbuhan umum Provinsi Sulawesi Utara. Pencapaian ini relatif lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 4,24% (y.o.y).
Membaiknya perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan non
migas antara lain tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara selama
triwulan laporan (periode Januari s.d. Februari 2008) yang mencapai 138 ribu ton dari
sebelumnya (periode Januari s.d. Februari 2007) yang hanya sebesar 8 ribu ton. Salah satu
faktor yang mendorong meningkatnya kegiatan ekspor ke luar negeri diantaranya adalah
naiknya harga berbagai komoditas pangan dunia yang menyebabkan eksportir dan pelaku
usaha tertarik untuk menambah volume ekspor khususnya untuk produk-produk pertanian.
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh
perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada
sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir
triwulan laporan sebesar 36,04% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp169 milliar.
Grafik 1.18.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
J FM AM J J AS ON D J F MAM J J A SOND J FM AM J J AS ON D J F
(%)
20062005 20082007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Di tengah-tengah keterbatasan pasokan listrik selama ini, sektor listrik, gas dan air bersih
tumbuh 6,28% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada
pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini
38
disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih masing-masing
sebesar 6,36% (y.o.y) dan 5,88% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat
dikonfirmasi melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan I – 2008 mencapai 178 MW
(Mega Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data
perkembangan pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.20. Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.12. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit
bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain
tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik
yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN
untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya
pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada
Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar
Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang
hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk
menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) 1,052 1,058 1,160 1,361 1,364 1,366 1,068 1,072 1,078 -20.98
Bisnis dan Industri 37,028 36,990 40,691 48,334 48,645 48,917 37,994 38,353 38,642 -20.56
2006 2007Y.o.Y
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
140
145
150
155
160
165
170
175
180
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 20082007
39
yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal
kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya
pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya
biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang
dikeluarkan menjadi lebih tinggi.
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 7,72% (y.o.y) selama triwulan laporan
dengan kontribusi sebesar 0,4% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.
Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor
yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian
ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala
besar.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan walaupun masih tetap tumbuh positif
sebesar 5,86% (y.o.y) namun menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya sebesar 6,25% (y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, perlambatan
pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank, lembaga keuangan non bank dan jasa
perusahaan sedangkan sub sektor sewa bangunan justru mengalami pertumbuhan yang
lebih tinggi. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya
pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor
cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk
baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam
bertransaksi.
C. Analisis LQ (Location Quatient)
Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat
dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur
perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur
perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara
penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan
salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan
kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu
40
wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi
sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah,
pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.
Tabel 1.13.
Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007
S E K T O RSulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo Sulampua
Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80
Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62
Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13
Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68
Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50
Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05
Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76
Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84
T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00
Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua
(SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA
berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian
(17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan
sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-
masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi.
Tabel 1.14. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara
Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007)
Lapangan UsahaSulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Pertanian 1.04 0.75 1.08 Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84 Bangunan 0.71 2.42 1.15 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77 Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59
Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB
ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-
sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ.
Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan
sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor
pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan
41
dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis
tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis
yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu
sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian,
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat
lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.
42
Pendahuluan Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi selama 2 (dua) tahun terakhir yang menunjukkan perkembangan yang cukup significant. Besarnya kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi yang telah menetapkan program Revitalisasi Pertanian sebagai program unggulan/prioritas pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2005 – 2010. Tujuan Revitalisasi Pertanian Pelaksanaan program revitalisasi pertanian di Provinsi Sulawesi Utara secara umum diharapkan mencapai tujuan sebagaimana amanat RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005 – 2010, sebagai berikut : 1. Meningkatkan produktifitas dan produksi pertanian 2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani 3. Mengurangi kemiskinan 4. Membuka lapangan kerja baru 5. Meningkatkan ketahanan pangan 6. Meningkatkan daya saing ekonomi 7. Melestarikan lingkungan hidup. Agenda Revitalisasi Pertanian Pelaksanaan program revitalisasi pertanian di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan mencapai tujuannya pada tahun 2010, dengan agenda: 1. Penataan infrastruktur pertanian/pedesaan 2. Pengembangan kelembagaan petani dan penyuluh pertanian 3. Pengembangan teknologi pertanian 4. Pembiayaan pertanian 5. Pemasaran hasil/produk pertanian Sedangkan komoditas unggulan pertanian meliputi:
Tanaman Pangan : Padi, jagung dan kedelai Hortilkultura : Kentang,cabe, bawang merah,tanaman hias, Peternakan : Sapi potong, babi, ayam buras, kuda pacu dan itik.
Dukungan Pembiayaan Fiskal 1. Pagu APBN Tahun 2008 sebesar Rp146,14 milliar 2. APBD Provinsi sebesar Rp105 milliar 3. APBD Kabupaten/Kota (DAU) sebesar Rp15,07 milliar 4. Pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008 sebesar Rp46,94 milliar 5. Pembiayaan Deptan lainnya
LM3 dan DPM - LUEP Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sebanyak 214 desa @ Rp100 juta =
Rp21,4 milliar Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) sebesar Rp91,23 milliar terdiri dari :
- Pengembangan padi, jagung dan kedelai : Rp29,87 milliar - Pengembangan ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan sorgum : Rp11,82 milliar - Pengembangan cabai, bawang merah, kentang, pisang dan jahe : Rp42,85 milliar - Pengembangan pangan, gabah, jagung dan kedelai : Rp5,34 milliar - Pengembangan peternakan : Rp1,34 milliar
BOKS. 1
REVITALISASI PERTANIAN & DUKUNGAN PEMBIAYAAN FISKAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA PERIODE TAHUN 2008
43
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP – E) adalah jenis kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola penyaluran kredit yang digunakan KKP – E adalah executing dengan sumber pendanaan 100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan. Tujuan :
Meningkatkan ketahanan pangan nasional Membantu petani/peternak di bidang permodalan sehingga produktivitas dan pendapatan petani
menjadi lebih baik. Sasaran :
Petani tanaman pangan : padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan sorgum Petani hortikultura : bawang merah, cabai, kentang, jahe dan pisang Petani perkebunan : budidaya tebu Peternak sapi potong, sapi perah, pembibitan sapi, ayam ras, ayam buras, itik dan burung puyuh Koperasi pengadaan pangan gabah, jagung dan kedelai.
Suku Bunga, Jangka Waktu dan Plafond
Suku bunga : sebesar suku bunga komersial dikurangi subsidi yang dibayar pemerintah. Petani tebu => 8% per tahun dan petani tanaman pangan, peternakan, hortikultura dan
pengadaan pangan => 7% per tahun. Jangka waktu : disesuaikan dengan siklus usaha dan paling lama 5 (lima) tahun Besaran kredit : Plafond kredit maksimum per debitur (petani/peternak) maksimum Rp25 juta.
Persyaratan (1) Petani pemilik dat atau penggarap dengan luas garapan maksimal 4 ha. (2) Usia minimal 21 tahun / sudah menikah (3) Menjadi anggota kelompok tani (4) Bersedia mengikuti petunjuk PPL/dinas terkait setempat.
Prosedur Penyaluran Keterangan : 1. Kel. Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dibantu PPL/dinas terkait 2. RDKK disahkan oleh dinas teknis/PPL
BOKS. 2
KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP – E)
Bank Pelaksana
Bank PelaksanaKel. Tani/Koperasi
Petani
7 4
3
6 5
1
2
44
3. RDKK diajukan langsung kepada bank 4. Bank meneliti dokumen RDKK dan bila layak akad kredit dengan kel. Tani 5. Kel. Tani meneruskan KKP - E kepada petani 6. Petani mengembalikan kredit kepada kel. Tani 7. Kel. Tani mengembalikan KKP – E langsung kepada bank sesuai jadwal
Bank Pelaksana 1. PT. BRI (Persero), Tbk 2. PT. BNI (Persero), Tbk 3. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 4. PT. Bank Bukopin 5. PT. BCA, Tbk 6. PT. Bank Danamon, Tbk 7. PT. Agroniaga, Tbk 8. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk 9. PT. Bank Niaga, Tbk 10. BPD Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Sumsel, Kalsel dan Papua
Peran Stakeholders 1. Melakukan upaya intermediasi akses permodalan kepada bank 2. Identifikasi petani yang layak dibiayai KKP – E 3. Membantu mencarikan penjamin pasar atau penjamin kredit (avalis) 4. Melakukan bimbingan dan pengawasan agar kredit dimanfaatkan secara optimal dan tepat
sasaran
45
Kenaikan harga minyak dunia sejak akhir tahun 2004 yang mendorong pemerintah menaikkan harga BBM nasional sebanyak 2 kali pada tahun 2005 telah menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi baik nasional maupun regional. Indikasi meningkatnya tekanan inflasi tercermin dari meningkatnya harga bahan baku di sektor properti termasuk di Kota Manado. Seiring hal tersebut, suku bunga acuan BI rate kembali dinaikkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi. Kombinasi faktor-faktor di atas telah memicu menurunnya pertumbuhan sektor properti tidak terkecuali di Kota Manado. Kenaikan harga bahan baku dan melemahnya daya beli masyarakat di tahun 2006 merupakan kombinasi penyebab penurunan pertumbuhan sektor properti, namun seiring menurunnya suku bunga serta relative stabilnya harga mendorong pertumbuhan yang lebih baik sektor properti pada tahun 2007 lalu. Selanjutnya pengusaha berharap agar tingkat suku bunga dapat diturunkan kembali sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih baik termasuk di sektor properti di Kota Manado.
Kondisi Terkini Properti (Non Residen dan Residen) merupakan gambaran Liaison KBI Manado di bulan Maret 2008 yang mewawancarai 2 pengusaha properti dengan pangsa tertinggi di Kota Manado yaitu PT Ciputra Internasional (Properti Residen) dan PT Megasurya Nusalestari (Properti Non Residensial) yang termasuk anggota Real Estate Indonesia (REI) Sulut.
Grafik 1 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Komponen Bahan
Bangunan Tahun 2005-2007
(80)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2006 2007 2008
Pers
en
Semen
Pasir
Bahan konstruksi dari kayu
Perlengkapan kostruksi
Sumber: SPE Kota Manado
Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan tahunan penjualan komponen bahan bangunan relatif meningkat. Setelah tumbuh negatif di awal tahun 2006, pertumbuhan penjualan komoditi semen menunjukkan pertumbuhan positif di akhir tahun 2006 hingga tahun 2007. Pola yang sama juga terjadi pada komoditi pasir, kayu dan peralatan konstruksi. Pertumbuhan negatif tertinggi tercatat pada bulan Januari 2006 (-24,54%), hal ini diperkirakan merupakan dampak langsung kenaikan harga BBM tahun 2005 yang berpengaruh kepada penurunan penjualan semen. Pertumbuhan negatif ini terjadi hingga bulan september 2006, namun setelah itu penjualan semen mencatat pertumbuhan tahunan positif seiring membaiknya keadaan perekonomian yang berdampak kepada membaiknya permintaan masyarakat, dengan rata-rata pertumbuhan penjualan berkisar 30%.
BOKS. 3
TINJAUAN LIASON SEKTOR PROPERTI DI KOTA MANADO
46
Kenaikan harga semen rata-rata pada triwulan I tahun 2008 dibanding rata-rata triwulan I tahun 2007 di Kota Manado mencapai 42,85%. Kenaikan harga semen di Kota Manado disebabkan antara lain: berkurangnya pasokan semen yang keseluruhannya berasal dari luar daerah akibat kendala transportasi/faktor cuaca dan meningkatnya kebutuhan semen.
Berdasarkan data/informasi DISPERINDAG Provinsi Sulawesi Utara, selama triwulan I tahun 2007 hingga triwulan I tahun 2008, harga semen telah melonjak dari rata-rata Rp.35.000,-/zak di triwulan I tahun 2007 menjadi rata-rata Rp.50.000,-/zak pada triwulan I tahun 2008. Trend kenaikan harga ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa bulan ke depan mengingat meningkatnya permintaan masyarakat dan mulai direalisasikannya proyek-proyek pemerintah.
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sulut, kenaikan harga komponen bahan bangunan berdampak signifikan kepada turunnya realisasi pembangunan properti tipe residensial. Indikasi ini dapat dilihat dari gabungan data 14 perusahaan pengembang baik skala kecil, menengah dan besar (termasuk PT Ciputra Internasional) yang merupakan anggota REI Sulut, menunjukkan terjadi penurunan realisasi pembangunan perumahan sebesar 46% atau dari 941 unit di tahun 2005 menjadi 508 unit di tahun 2006.
Namun demikian, membaiknya permintaan masyarakat sebagai dampak stabil dan rendahnya suku bunga memberikan pengaruh positif terhadap realisasi pembangunan yang meningkat kembali sebesar 32% dibandingkan tahun 2006 atau menjadi sebesar 674 unit rumah berbagai tipe.
Sumber : Survei Harga Properti Residen Sulut Sumber : LBU KBI Manado Penyaluran kredit perbankan ke sektor properti di Sulawesi Utara relatif stabil dalam 2 tahun terakhir. Kenaikan harga produk properti akibat kenaikan harga bahan baku relatif tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit kepada sektor properti, hal ini ditandai dengan persentase pangsa kredit properti terhadap total kredit yang relatif tidak berubah berkisar antara 12% - 15%, meskipun secara nominal mengalami kenaikan. Tercatat hingga bulan Februari 2008 total kredit yang disalurkan sebesar Rp1,1 Triliun dari total kredit sebesar Rp8,01 Triliun atau meningkat sebesar 50% dibandingkan akhir tahun 2006.
Dampak Kenaikan Harga Semen dan bahan bangunan lainnya di Sulut mendorong peningkatan harga jual produk properti oleh pengembang baik tipe residen maupun non residen. Kenaikan harga jual produk ini didorong oleh keinginan pengembang untuk mempertahankan margin keuntungan yang didapatnya meskipun tidak mengalami kenaikan margin keuntungan. Hal
0
200
400
600
800
1000
1200
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Un
it
Grafik 2
Realisasi Pembangunan Properti Residensial di Sulut
Grafik 3 Realisasi Kredit Kepada Properti dan
Total Kredit
0%
20%
40%
60%
80%
100%
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2006 2007 2008
Kredit Properti Total Kredit
47
ini tercermin dari hasil wawancara dengan contact liaison yang seluruhnya menyatakan mempertahankan margin keuntungan yang diperoleh dengan cara menaikkan harga produk.
Stabilnya Suku Bunga di level yang rendah sepanjang tahun 2007 merupakan satu-satunya faktor yang dominan didalam mempengaruhi tingkat penjualan properti di Sulut dibandingkan tahun 2006, meskipun biaya bahan baku mengalami peningkatan. Rendahnya suku bunga tersebut telah mendorong penjualan properti melalui skim kredit perbankan meningkat.
Beberapa hal penting yang diperoleh melalui contact liaison.
Penjualan rata-rata di tahun 2007 meningkat berkisar antara15%-40% dibandingkan tahun 2006. Penjualan rata-rata tahun 2007 tersebut meningkat di atas rata-rata tahun sebelumnya, sebagian besar pembeli adalah berasal dari domestik (Sulut) dengan menggunakan skim kredit perbankan 60%. Hal ini menandakan bahwa permintaan masyarakat terhadap produk properti mengalami perbaikan setelah sempat turun di tahun 2006 sebagai dampak turunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM tahun 2005.
Kenaikan rata-rata biaya produksi terbesar disebabkan kenaikan harga bahan baku terutama semen dan bahan bangunan lainnya mengalami kenaikan berkisar 50% - 100% dibandingkan tahun 2006. Struktur biaya masih didominasi oleh biaya bahan bangunan yang mencapai 70% dari total biaya produksi atau relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya, diikuti oleh biaya tenaga kerja 30%.
Rata-rata margin keuntungan dipertahankan pada level tetap dibandingkan tahun sebelumnya yaitu berkisar antara 5% - 12,5%. Hal ini berpengaruh kepada kenaikan harga jual produk sebagai dampak kenaikan harga bahan baku terutama bahan bangunan. Meskipun rata-rata margin keuntungan dipertahankan tetap namun secara total mengalami peningkatan, hal ini disebabkan total penjualan mengalami peningkatan sebagaimana tersebut diatas.
48
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I - 2008
memperlihatkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama
tahun sebelumnya. Secara akumulasi, hingga Maret 2008 inflasi Kota Manado tercatat
sebesar 1,04% (y.t.d) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 3,34% (y.t.d). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Manado
tercatat 7,68% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar
10,13% (y.o.y) namun demikian dibandingkan angka inflasi periode yang sama tahun lalu
sebesar 6,98% (y.o.y) maka laju perbahan harga selama triwulan laporan relatif masih lebih
tinggi.
A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)
Inflasi Tahunan Kota Manado sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode-periode
sebelumnya. Hingga akhir Maret 2008, inflasi tahunan Kota Manado tercatat 7,68% (y.o.y),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y).
Demikian pula bila dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua dan Nasional yang masing-
masing sebesar 8,44% (y.o.y) dan 8,17% (y.o.y), maka laju inflasi Kota Manado masih
relatif lebih rendah. Kondisi ini berbeda bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
dimana laju inflasi Kota Manado relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi Zona Sulampua dan
inflasi nasional.
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3
2005 2006 2007 2008
M anado
Sulampua
Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 2.1.Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Y.o.Y)
49
Berdasarkan sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal baik dari sisi permintaan
maupun penawaran. Dari sisi permintaan, faktor seasonal berupa perayaan Tahun Baru
Imlek 2559 dan terdapatnya banyak hari libur nasional menyebabkan meningkatnya
permintaan masyarakat khususnya untuk barang dan jasa tertentu. Dari sisi penawaran,
faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak dunia yang terus berlanjut bahkan hingga
ke level USD 110 / barrel menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang dan jasa
secara umum. Kenaikan harga minyak dunia ini, juga telah direspon oleh Pertamina dengan
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri pada kisaran 5-8 persen per 1 Maret
2008. Sementara itu beberapa faktor yang sifatnya regional dan memberikan tekanan harga
selama triwulan laporan diantaranya adalah faktor iklim/cuaca (cenderung hujan disertai
angin kencang) yang menyebabkan terhambatnya pasokan beberapa komoditi khususnya
untuk komoditi yang harus dipasok dari luar wilayah Sulawesi Utara. Selain itu, masih sering
berlangsungnya pemadaman listrik serta banyaknya pungli (pungutan liar) menyebabkan
pelaku usaha mengalami kesulitan untuk menjual barang/jasanya pada tingkat yang wajar.
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar1 Bahan Makanan 23.25 22.43 23.31 13.52 13.33 12.89 14.05 21.14 13.582 Makanan Jadi 8.12 7.25 5.28 5.23 7.90 6.62 7.75 4.52 2.333 Perumahan 9.18 11.25 9.95 -1.60 2.94 2.38 4.78 5.34 6.894 Sandang 8.82 10.15 8.55 4.06 3.59 2.19 3.92 7.39 10.315 Kesehatan 6.75 3.67 3.74 1.41 7.39 8.87 10.13 12.12 10.086 Pendidikan 10.40 10.35 3.01 1.38 2.18 1.70 1.61 3.15 2.347 Transportasi 30.72 30.31 30.47 0.12 0.90 1.16 1.17 1.18 0.52
16.08 15.98 15.15 5.09 6.98 6.43 7.79 10.13 7.68
2006 2007 2008
Umum
KelompokNo.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar1 Bahan Makanan 7.12 6.78 7.23 4.17 4.33 4.11 4.67 7.04 4.672 Makanan Jadi 1.44 1.31 0.95 0.87 1.30 1.11 1.27 0.75 0.393 Perumahan 2.05 2.49 2.17 -0.35 0.62 0.51 0.99 1.11 1.394 Sandang 0.61 0.71 0.59 0.26 0.23 0.15 0.25 0.48 0.655 Kesehatan 0.28 0.16 0.16 0.06 0.29 0.34 0.38 0.46 0.396 Pendidikan 0.54 0.54 0.17 0.07 0.11 0.08 0.08 0.15 0.117 Transportasi 4.00 3.95 3.86 0.02 0.13 0.17 0.17 0.17 0.07
16.08 15.98 15.15 5.09 6.98 6.43 7.79 10.13 7.68Umum
KelompokNo.2006 2007 2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut kelompoknya, inflasi tertinggi dialami kelompok bahan makanan dengan laju
13,58% diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok kesehatan masing-masing dengan
laju inflasi 10,31% dan 10,08%. Kelompok dengan laju perubahan harga terendah adalah
kelompok transportasi. Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan
memberikan andil terbesar yaitu 4,67% terhadap laju inflasi tahunan Kota Manado secara
umum yang tercatat 7,68% (y.o.y). Berikutnya adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar dengan andil sebesar 1,39%. Tingginya permintaan bahan bangunan
Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Y.o.Y)
Tabel 2.2. Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Y.o.Y)
50
(kelompok) tercermin dari maraknya pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, ruko dan mal
serta meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur milik pemerintah menjelang even
World Ocean Conference Tahun 2009 menyebabkan harga-harga komoditi pada kelompok
perumahan terus bergerak naik. Tekanan harga pada kelompok perumahan air, listrik, gas
dan bahan bakar juga disebabkan oleh sempat terganggunya pasokan gas elpiji ke wilayah
Sulawesi Utara. Akibatnya, harga eceran tabung gas elpiji mengalami kenaikan yang cukup
significant yaitu rata-rata sebesar 50%. Untuk tabung 12 kg naik dari Rp90.000,- menjadi
Rp135.000,- sedangkan tabung 50 kg naik dari Rp460.000,- menjadi Rp600.000,- per
tabung. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan harga eceran tabung gas elpji di jawa yang
hanya berkisar pada harga Rp60.000,- s.d. Rp70.000,- untuk ukuran tabung 12 kg.
Tingginya harga tersebut disebabkan belum ada depot elpiji di wilayah Sulawesi Utara
sehingga kebutuhan tabung gas elpiji harus dipasok dari Makassar – Sulawesi Selatan
sehingga komponen biaya transportasi dari Makassar ke Manado menjadi mahal yaitu
sekitar Rp80.000,- per tabung ukuran 12 kg. Hal ini masih ditambah lagi dengan adanya
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pertamina Makassar terkait pembatasan pengangkutan gas
elpiji ke Manado khususnya untuk memenuhi unsur keamanan sehingga pasokan relatif
terbatas akhir-akhir ini.
Kelompok penyumbang inflasi berikutnya adalah kelompok sandang yang memberikan
andil sebesar 0,65%. Salah satu komoditi yang tercatat mengalami kenaikan harga sangat
significant dan memberikan sumbangan yang cukup besar adalah emas perhiasan. Kenaikan
harga emas ini lebih disebabkan oleh kekhawatiran penguatan harga minyak yang akan
mendorong inflasi dan sebagai perlindungan dari melemahnya pasar kredit AS. Berikutnya
adalah kelompok kesehatan dan kelompok makanan jadi dengan sumbangan sebesar
0,39% terhadap laju inflasi Kota Manado secara umum. Kenaikan harga pada kelompok
kesehatan terutama disumbangkan oleh sub kelompok jasa kesehatan dan perawatan
jasmani dan kosmetik. Kecenderungan terus meningkatnya biaya kesehatan menyebabkan
semakin meningkatnya beban hidup khususnya bagi masyarakat kecil. Kenaikan tarif dokter
umum, dokter specialis dan tarif laboratorium merupakan beberapa bentuk pelayanan
kesehatan yang sering mengalami kenaikan harga.
51
Hasil forum diskusi inflasi Kota Manado yang diselenggarakan secara periodik setiap
bulannya, untuk periode Bulan Januari – Maret 2008, memperlihatkan bahwa sumber-
sumber tekanan inflasi Kota Manado terutama berasal dari kelompok bahan makanan
(beras, ikan, daging, dlsb), bahan bangunan (semen dan seng) dan kesehatan. Adapun
faktor-faktor penyebab meningkatnya harga pada kelompok/komoditi tersebut antara lain
disarikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.3. Kelompok/Komoditi Penyumbang Inflasi dan
Faktor Penyebab Kenaikan Harga
NO. KELOMPOK/KOMODITI FAKTOR PENYEBAB KENAIKAN HARGA
1 Bahan Bangunan Faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak dunia; Faktor dometik dan regional, kesulitan sarana transportasi laut (kapal-kapal tua banyak di jual ke China) serta Faktor iklim/cuaca yang menghambat distribusi
2 Beras Meningkatnya motif berjaga-jaga masyarakat sehubungan dengan pemberitaan mengenai terjadinya kelangkaan pangan dunia
3 Ikan Faktor iklim/cuaca, banyaknya pungli dan meningkatnya aktivitas penjualan ikan di laut (selanjutnya di ekspor ke luar negeri)
4 Tahu, Tempe dan Kecap Kesulitan bahan baku (impor)5 Minyak Tanah Semakin berkurangnya pasokan seiring dengan implementasi program pemerintah
berupa konversi minyak tanah ke gas.6 Tepung Terigu Kenaikan harga gandum sebagai bahan baku utama di luar negeri7 Minyak Goreng Kenaikan harga kelapa sawit dunia, kemasan, biaya transportasi dan kenaikan harga
minyak bumi8 Daging (sapi, ayam dan babi) Kenaikan harga pakan ternak9 Bawang Merah dan Cabe Merah Tingginya permintaan dan kurangnya stok akibat struktur pasar yang oligopoli
10 Kelompok Kesehatan Kenaikan biaya transportasi (biaya kontainer), naiknya biaya operasional (gaji karyawan dan BBM) dan masih tingginya retribusi/pungutan di lapangan. Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Selanjutnya dengan melakukan disagregasi inflasi, laju perubahan harga tahunan Kota
Manado terutama disumbangkan oleh kelompok inflasi inti (core inflation) dan inflasi
volatile food. Sedangkan kelompok inflasi administered cenderung tidak banyak mengalami
perubahan. Menurut definisinya, inflasi inti adalah kelompok barang dan jasa yang
pembentukkan harganya lebih dominan dipengaruhi oleh kebijakan moneter (bank sentral)
sedangkan inflasi volatile food adalah kelompok barang/komoditi yang pergerakan
harganya cenderung berfluktuatif misalnya kelompok bahan makanan dan makanan jadi.
Laju inflasi kelompok volatile food pada akhir triwulan I - 2008 tercatat sebesar 15,67%
(y.o.y) dengan andil 4,40%. Sedangkan kelompok inflasi inti (core inflation) mengalami
inflasi sebesar 6,34% (y.o.y) dengan andil 3,16% terhadap laju inflasi Kota Manado secara
umum.
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil1 Inflasi Inti 5.78 2.92 5.61 2.83 7.65 3.80 6.78 3.40 6.34 3.162 Inflasi Administered 2.82 0.65 2.36 0.53 2.40 0.53 1.89 0.42 0.53 0.123 Inflasi Volatile Food 12.83 3.41 11.71 3.06 12.56 3.45 23.01 6.30 15.67 4.40
6.98 6.98 6.43 6.43 7.79 7.79 10.13 10.13 7.68 7.68Inflasi IHK
Mar-07 Jun-07 Sep-07 Des-07 Mar-08Disagregasi InflasiNo.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.4. Disagregasi Inflasi (Y.o.Y)
52
Menurut komoditinya, penyumbang tertinggi inflasi tahunan Kota Manado diakhir triwulan
I - 2008 adalah minyak goreng, beras, cabe rawit, bawang merah dan emas perhiasan.
Sementara komoditi dengan sumbangan deflasi tertinggi diantaranya adalah daun bawang,
tude, bawang putih, tomat buah dan ikan mujair.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
B. INFLASI TRIWULANAN (Q.t.Q)
Secara triwulanan, inflasi Kota Manado mengalami perlambatan dibandingkan akhir
triwulan sebelumnya. Tercatat, laju inflasi Kota Manado pada triwulan I - 2008 sebesar
1,04% (q.t.q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama
tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat 3,49% (q.t.q) dan 3,34% (q.t.q). Laju
perubahan harga ini juga relatif lebih rendah dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua
(Sulawesi, Maluku dan Papua) maupun nasional yang tercatat masing-masing sebesar
3,19% (q.t.q) dan 3,41% (q.t.q). Berdasarkan faktor penyebabnya, sumber tekanan inflasi
selama triwulan laporan berasal baik dari sisi permintaan maupun penawaran khususnya
sebagai dampak kenaikan harga minyak dunia dan iklim yang menghambat pendistribusian
barang khususnya ke wilayah Indonesia Timur.
Tabel 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi Tertinggi
Tabel 2.5. Komoditi Penyumbang Deflasi Tertinggi
No. Kelompok Komoditi Bobot
Laju Inflasi Y.o.Y
Sumbangan Y.o.Y
1 Minyak Goreng 0.013 87.22 1.16
2 Beras 0.120 5.49 0.66
3 Cabe Rawit 0.001 321.81 0.46
4 Bawang Merah 0.006 69.54 0.42
5 Emas Perhiasan 0.005 59.53 0.31
6 Malalugis 0.008 37.12 0.30
7 Sewa Rumah 0.027 9.30 0.25
8 Semen 0.007 37.12 0.25
9 Daging Ayam Ras 0.007 33.38 0.22
10 Susu Bubuk 0.008 22.12 0.18
4.21
7.68
Sumbangan 10 komoditi dengan andil inflasi tertinggi
Laju Inflasi Umum
No. Kelompok Komoditi Bobot
Laju Deflasi Y.o.Y
Sumbangan Y.o.Y
1 Daun Bawang 0.010 -30.83 -0.31
2 Tude 0.019 -9.15 -0.17
3 Bawang Putih 0.004 -33.33 -0.13
4 Tomat Buah 0.003 -37.50 -0.11
5 Mujair 0.006 -9.93 -0.05
6 Tomat Sayur 0.004 -7.74 -0.03
7 Rokok Kretek Filter 0.033 -0.91 -0.03
8 Kol Putih/Kubis 0.001 -38.69 -0.02
9 Labu Parang/Manis/Me 0.001 -24.52 -0.02
10 Hand Body Lotion 0.001 -11.96 -0.02
-0.89
7.68
Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesar
Laju Inflasi Umum
53
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Dengan melakukan disagregasi inflasi, teridentifikasi bahwa sumber tekanan inflasi pada
triwulan laporan terutama berasal dari kelompok inflasi inti (core inflation) dengan andil
sebesar 1,08% terhadap laju inflasi triwulanan Kota Manado yang tercatat 1,04% (q.t.q).
Kondisi ini berbeda bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama
tahun sebelumnya dimana tekanan inflasi lebih banyak disumbangkan oleh kelompok inflasi
volatile food. Sementara itu, perkembangan harga barang/komoditi yang termasuk dalam
kelompok inflasi administered prices cenderung tidak banyak mengalami perubahan harga
sehubungan tidak adanya kebijakan tata niaga yang dikeluarkan pemerintah selama
triwulan laporan dan kalaupun ada perubahan harga tersebut lebih banyak terjadi di tingkat
pengecer.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut kelompoknya, inflasi tertinggi selama triwulan laporan terjadi pada kelompok
kesehatan dan kelompok sandang masing-masing sebesar 3,80% (q.t.q) dan 3,45% (q.t.q),
sedangkan inflasi terendah dialami oleh kelompok transportasi dengan laju 0,05% (q.t.q).
Namun demikian, berdasarkan andilnya, sumber tekanan inflasi terbesar justru terjadi pada
kelompok perumahan dengan andil 0,46% terhadap laju inflasi triwulanan Kota Manado
sebesar 1,04% (q.t.q). Berikutnya adalah kelompok sandang dengan andil 0,22% dan
Tabel 2.6. Disagregasi Inflasi (Q.t.Q)
Grafik 2.2. Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Q.t.Q)
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil1 Inflasi Inti 2.64 1.33 0.23 0.10 2.52 1.26 1.25 0.64 2.21 1.082 Inflasi Administered 1.63 0.37 0.21 0.04 0.06 0.01 -0.01 0.00 0.27 0.063 Inflasi Volatile Food 6.02 1.65 -2.10 -0.60 7.88 2.17 9.86 2.85 -0.31 -0.09
3.34 3.34 -0.46 -0.46 3.45 3.45 3.49 3.49 1.04 1.04Inflasi IHK
Mar-07 Jun-07 Sep-07 Des-07 Mar-08No. Disagregasi Inflasi
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3
2005 2006 2007 2008
M anado
Sulampua
Nasional
54
kelompok kesehatan dengan andil 0,15%. Kondisi ini berbeda bila dibandingkan triwulan
sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya dimana sumber tekanan inflasi justru
berasal dari kelompok bahan makanan.
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar
1 Bahan Makanan 6.97 -1.80 6.34 1.62 6.79 -2.18 7.44 7.94 0.122 Makanan Jadi 0.48 1.73 0.12 2.84 3.02 0.52 1.18 -0.24 0.863 Perumahan -3.61 0.90 0.26 0.91 0.83 0.36 2.61 1.44 2.324 Sandang 1.17 1.96 0.24 0.64 0.71 0.59 1.94 3.99 3.455 Kesehatan -0.17 -0.10 0.44 1.23 5.72 1.27 1.61 3.06 3.806 Pendidikan 0.63 0.32 0.32 0.12 1.41 -0.15 0.23 1.63 0.617 Transportasi -0.07 0.14 0.04 0.01 0.71 0.40 0.04 0.02 0.05
1.52 0.05 2.15 1.29 3.34 -0.46 3.45 3.49 1.04
2006 2007 2008KelompokNo.
Umum Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan komoditinya, minyak goreng, cabe rawit, emas perhiasan, beras dan semen
merupakan penyumbang terbesar inflasi Kota Manado. Sedangkan komoditi ikan dan sayur-
sayuran justru mengalami penurunan harga (deflasi) selama triwulan.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
C. INFLASI ZONA SULAMPUA (SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA)
Laju inflasi Zona Sulampua pada akhir triwulan I - 2008 menunjukkan kecenderungan
meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan (y.o.y), laju inflasi Zona
Tabel 2.7. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Q.t.Q)
Tabel 2.8.Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Q.t.Q)
Tabel 2.9. Sepuluh Komoditi Penyumbang Inflasi Tertinggi
Tabel 2.10. Sepuluh Komoditi Penyumbang Deflasi Tertinggi
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar1 Bahan Makanan 2.15 -0.58 2.02 0.54 2.26 -0.75 2.52 2.79 0.042 Makanan Jadi 0.08 0.28 0.02 0.47 0.50 0.09 0.20 -0.04 0.143 Perumahan -0.80 0.19 0.06 0.19 0.17 0.07 0.53 0.29 0.464 Sandang 0.08 0.13 0.02 0.04 0.05 0.04 0.12 0.25 0.225 Kesehatan -0.01 0.00 0.02 0.05 0.22 0.05 0.06 0.12 0.156 Pendidikan 0.03 0.02 0.02 0.01 0.07 -0.01 0.01 0.08 0.037 Transportasi -0.01 0.02 0.01 0.00 0.10 0.06 0.01 0.00 0.01
1.52 0.05 2.15 1.29 3.34 -0.46 3.45 3.49 1.04
KelompokNo.
Umum
2006 2007 2008
No.Kelompok Komoditi
Bobot Laju Inflasi Q.t.Q Sumbangan
Q.t.Q
1 Minyak Goreng 0.017 38.51 0.649
2 Cabe Rawit 0.004 50.83 0.1893 Emas Perhiasan 0.006 20.68 0.1344 Beras 0.118 1.12 0.131
5 Semen 0.007 16.30 0.1216 Kangkung 0.004 20.54 0.091
7 Cabe Merah 0.003 22.67 0.0788 Susu Bubuk 0.009 8.07 0.0719 Pisang 0.006 10.63 0.068
10 Roti Tawar 0.005 11.11 0.056
1.591.04
Sumbangan 10 komoditi dengan andil inflasi tertinggiLaju Inflasi Umum
No.Kelompok Komoditi
Bobot Laju Inflasi Q.t.Q Sumbangan
Q.t.Q
1 Cakalang 0.027 -20.19 -0.552 Malalugis 0.014 -23.12 -0.323 Bawang Merah 0.012 -17.53 -0.214 Tomat Buah 0.003 -50.00 -0.175 Tomat Sayur 0.005 -29.32 -0.146 Tude 0.017 -3.87 -0.077 Sawi Hijau 0.001 -31.11 -0.048 Telur Ayam Ras 0.005 -6.74 -0.039 Kacang Panjang 0.001 -17.31 -0.0210 Deho 0.012 -1.82 -0.02
-1.571.04
Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesarLaju Inflasi Umum
55
tercatat sebesar 8,17% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar
7,39% (y.o.y) dan laju inflasi nasional yang tercatat 8,17% (y.o.y). Menurut kotanya, inflasi
di Kota Ternate dan Jayapura merupakan yang tertinggi yaitu masing-masing sebesar
12,94% (y.o.y) dan 11,99% (y.o.y) sedangkan inflasi terendah dialami oleh Kota Ambon
sebesar 7,05% (y.o.y). Secara umum, inflasi kota-kota di Zona Sulampua relatif lebih tinggi
dibandingkan dibandingkan inflasi nasional.
Secara triwulan, laju inflasi zona pada triwulan I - 2008 tercatat 3,41% (q.t.q), meningkat
dibandingkan Q4-2007 yang tercatat sebesar 2,09% (q.t.q). Berdasarkan andilnya, Kota
Makassar merupakan penyumbang inflasi tertinggi dengan andil sebesar 1,87% terhadap
inflasi zona (dengan pangsa 54,83%), diikuti oleh Kota Jayapura dengan andil 0,36% dan
kota-kota lainnya di Zona Sulampua. Sementara itu berdasarkan perubahan harganya,
selama triwulan laporan tercatat Kota Jayapura mengalami inflasi tertinggi yaitu 6,50%
(y.o.y) disusul Kota Ternate 4,71% (y.o.y) dan kota-kota lain. Satu-satunya kota yang
mengalami deflasi selama triwulan laporan adalah Kota Gorontalo yaitu sebesar -0,04%.
Sumber : Direktorat Statistik Moneter, Bank Indonesia
Tabel 2.11.Perkembangan Harga di Zona Sulampua dan Nasional
Zona/Kota Bobot Kota Inflasi (%) SumbanganSulampua 7.27 3.19 3.19 8.44
Manado 1.27 1.04 0.18 7.68Palu 0.68 1.49 0.14 9.09Makassar 3.06 4.45 1.87 7.96Kendari 0.50 2.90 0.20 8.41Gorontalo 0.46 -0.04 0.00 8.33Ambon 0.58 2.92 0.23 7.05Ternate 0.32 4.71 0.21 12.94Jayapura 0.40 6.50 0.36 11.99
Indonesia 100 3.41 8.17
Y.o.Y (%)
Jan-Mar 2008Y.t.D
56
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan I - 2008 (posisi Februari 2008)
cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan
kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit
yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana. Sedangkan membaiknya kualitas
kredit lebih disebabkan oleh meningkatnya jumlah realisasi kredit baru dibandingkan
restrukturisasi kredit-kredit yang bermasalah.
Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama triwulan I - 2008, namun
pertumbuhan DPK tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan
sebagai dampak genjarnya promosi penjualan ORI seri 4 (Obligasi Republik Indonesia) oleh
pemerintah yang menyebabkan beralihnya sebagian kecil dana masyarakat di sistem
perbankan untuk pembelian ORI seri 4 (tercermin dari relatif landainya pertumbuhan
deposito). Untuk jenis simpanan lainnya yaitu tabungan dan giro justru mengalami
peningkatan yang berarti. Hal ini memperlihatkan tingginya motif berjaga-jaga dan motif
transaksi oleh masyarakat dalam memanfaatkan sistem perbankan dibandingkan motif
berinvestasi, paling tidak dalam kurun waktu awal Tahun 2007 hingga saat ini.
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Total Aset 7,418 7,914 8,141 8,820 8,958 9,319 9,905 10,548 10,362
Tumbuh Y.o.Y (%) 23.96 25.92 22.96 16.35 20.76 17.76 21.67 19.59 15.67
DPK (Rp Miliar) 5,066 5,324 5,450 6,018 5,985 6,436 6,504 7,070 7,055 Tumbuh Y.o.Y (%) 16.01 18.58 12.46 14.94 18.14 20.88 19.34 17.49 17.88Kredit (Rp Miliar) 4,307 4,620 4,792 5,071 5,179 5,638 6,079 6,577 6,573 Tumbuh Y.o.Y (%) 24.39 25.10 22.84 22.99 20.25 22.04 26.85 29.70 26.91 LDR (%) 85.02 86.78 87.93 84.26 86.53 87.61 93.46 93.02 93.16 NPL (%) 5.78 5.71 6.08 4.84 5.12 4.91 6.29 3.77 5.03
Share UMKM 63.01 62.84 62.17 59.69 62.19 64.42 63.86 61.79 63.77 NPL UMKM (%) 8.22 10.11 8.8 7.91 8.23 7.62 7.11 5.67 6.47
Komponen2006 2007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Tabel 3.1.Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
57
A. FUNGSI INTERMEDIASI
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Secara umum respon perbankan terhadap kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia
cukup baik. Konsistensi BI Rate pada level 8,0% sejak tanggal 6 Desember 2007 yang lalu
ternyata diikuti oleh pergerakan penurunan suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga
kredit yang masing-masing tercatat sebesar 6,81% dan 14,93%. Tingkat bunga ini relatif
lebih rendah bila dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya, dimana suku bunga
deposito 1 bulan dan kredit masing-masing tercatat sebesar 7,03% dan 15,23%. Sepanjang
kurun waktu Januari s.d. Desember 2007, rata-rata suku bunga deposito 1 bulan berada
pada posisi 7,62% sedangkan suku bunga kredit tertimbang berada pada besaran 15,87%
atau turun dibandingkan rata-rata tingkat suku bunga tahun lalu. Namun demikian terlihat
bahwa penurunan suku bunga dana ternyata lebih sensitif terhadap BI Rate dibandingkan
dengan penurunan suku bunga pinjaman.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Penyerapan Dana Masyarakat
Tidak berubahnya BI Rate yaitu tetap di level 8% sejak 6 Desember 2007 ternyata masih
tetap direspon positif oleh masyarakat dalam menempatkan dananya ke dalam sistem
perbankan. Selama triwulan I - 2008, tercatat DPK mengalami pertumbuhan tahunan
sebesar 17,88% (y.o.y) lebih tinggi sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya (akhir Tahun
2007) yang tumbuh 17,49% (y.o.y). Peningkatan DPK tersebut terjadi pada semua jenis
penempatan dana di perbankan, yakni giro, tabungan dan deposito, dengan kenaikan
tertinggi terjadi pada rekening tabungan dan giro masing-masing sebesar 30,15% dan
Grafik 3.1.Perkembangan Suku Bunga
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F
Penjaminan Dep. 1 Bulan Kredit
Deposito 1 Bln BI Rate
2006 2007 2008
58
16,34%. Sedangkan untuk jenis deposito pertumbuhannya relatif landai yaitu hanya
tumbuh 2,43%. Berdasarkan trendnya, perlambatan pertumbuhan deposito mulai terlihat di
awal Tahun 2007 dan berlangsung hingga saat ini sebagai dampak terus menurunnya BI
Rate.
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F
2005 2006 2007 2008
DPKGiroDepositoTabungan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan jenisnya, penempatan dana dalam sistem perbankan didominasi oleh jenis
tabungan dengan pangsa 50,52%, mencapai jumlah Rp3.564 miliar, disusul deposito
(31,31%) dengan jumlah nominal Rp2.209 milliar dan giro (18,17%) atau sebesar Rp1.282
milliar. Sejak Agustus 2006, perkembangan tabungan menunjukkan trend peningkatan
yang cukup berarti, berbeda halnya dengan deposito dan giro. Secara umum, selama
triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem perbankan tidak
mengalami perubahan yang significant walaupun pada periode tersebut berlangsung
promosi penjualan ORI seri 4. Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap sistem
perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil dibandingkan jenis
instrumen investasi lainnya. Khusus untuk jenis simpanan giro, dimulainya dropping dana
pemerintah pusat ke daerah menyebabkan dana yang tersimpan dalam rekening giro
kembali meningkat di triwulan I - 2008 setelah sebelumnya sempat menurun di akhir Tahun
2007 terkait dengan perilaku musiman pelunasan kredit jenis rekening koran untuk modal
kerja.
Grafik 3.2.Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(Persen)
59
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Bank SwastaBank Pemerintah
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah menyerap hampir
62,19% dari total DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta. Berdasarkan laju
pertumbuhannya, bank pemerintah dan bank swasta mengalami perkembangan yang
cukup baik yaitu masing-masing sebesar 17,29% (y.o.y) dan 18,84% (y.o.y). Hal ini tak
lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan perbankan Manado dalam menjaring para
nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik
provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp770 milliar atau turun sebesar 3,88% (y.o.y)
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta justru
mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp6.285 milliar atau naik sebesar 21,23% (y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.4. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun
(Rp. Milliar)
Grafik 3.5. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan
(Rp. Milliar)
Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(Milliar Rp)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
SwastaPemerintah
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Tabungan
Deposito
Giro
60
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08
M inahasa BolmongSangihe Talaud M anadoBitung
Berdasarkan wilayah penghimpunan dana, dari keseluruhan total DPK, sebesar 75,33%
atau Rp5.315 milliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Manado, selanjutnya
adalah Kota Bitung (8,16%), Kabupaten Minahasa (6,54%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (5,40%) dan Kabupaten Sangihe – Talaud (4,56%). Tingginya penghimpunan
dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jaringan kantor bank yang sebagian besar
terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada
di Manado tercermin dari maraknya aktifitas pembangunan daerah yang lebih terfokus di
sekitar Manado.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan laju pertumbuhan dana secara tahunan, seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Utara mengalami pertumbuhan yang positif dengan kenaikan tertinggi dialami oleh Kota
Bitung sebesar 27,3% (y.o.y), berikutnya ada Kota Manado dan Kabupaten Minahasa yang
masing-masing tumbuh 18,3% (y.o.y) dan 18,1% (y.o.y). Wilayah dengan laju
pertumbuhan dana terendah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow yang hanya tumbuh
7,7% (y.o.y).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Berdasarkan data historis yang ada, terlihat bahwa secara umum trend penyaluran kredit
menunjukkan peningkatan. Hal ini menandakan bahwa fungsi intermediasi perbankan telah
berjalan cukup baik. Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling
significant dialami oleh kredit modal kerja yang sejak awal Tahun 2007 mencatat
pertumbuhan yang terus meningkat. Hal yang hampir sama dialami oleh kredit konsumsi
yang tumbuh relatif stabil pada kisaran 20% (y.o.y). Namun demikian, kondisi sedikit
Grafik 3.6. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota s.d. November 2007 (%)
Grafik 3.7. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
Bitung Q1-08
Q4-07
Q1-07
61
berbeda dialami oleh jenis kredit investasi yang walaupun tumbuh positif namun trend
pertumbuhannya menunjukkan perlambatan.
Grafik 3.8.
Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Persen)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2005 2006 2007 2008
Kredit InvestasiM odal KerjaKonsumsi
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Pada triwulan I-2008, kredit tahunan perbankan tumbuh 26,92% (y.o.y). Pertumbuhan ini
disumbangkan baik oleh jenis kredit investasi, modal kerja dan konsumsi (walaupun dalam
persentase yang bervariasi). Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan kredit terbesar
terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh 34,36% (y.o.y), disusul kredit konsumsi
23,49% (y.o.y) dan kredit investasi 18,59% (y.o.y). Namun demikian, pangsa kredit modal
kerja ternyata hanya 38,49% dari total kredit yang disalurkan, atau masih lebih kecil
dibandingkan kredit konsumtif yang pangsanya mencapai 51,52% pada triwulan I-2008.
Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi yang hanya 9,99% dari total kredit
yang disalurkan.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.9. Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara
(Rp. Milliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Konsumsi Investasi M odal Kerja
62
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
30,24% dari total kredit sebesar Rp6.573. Disusul kredit jasa dunia usaha dengan pangsa
5,24%, kredit konstruksi (4,30%) dan kredit pertanian (4,29%). Selain tingginya tingkat
konsumsi masyarakat Sulawesi Utara, tingginya minat wisatawan asing dan domestik untuk
berkunjung ke Sulawesi Utara (tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus
berlangsungnya pembangunan hotel-hotel baru) menyebabkan pihak perbankan di
Sulawesi Utara sangat tertarik untuk membiayai sektor PHR ini.
Sementara itu, berdasarkan pencapaiannya, peningkatan kredit paling significant terjadi
pada sektor jasa dunia usaha yang tumbuh 99,03% (y.o.y) mencapai jumlah Rp344,38
milliar atau meningkat dibandingkan pencapaian akhir triwulan sebelumnya yang tumbuh
81,71% (y.o.y). Berikutnya adalah kredit sektor angkutan yang tumbuh 79,80% (y.o.y),
kredit sektor pertanian 67,11% (y.o.y), dan kredit sektor PHR 40,77% (y.o.y).
Meningkatnya kredit pertanian pada triwulan laporan merupakan bentuk keberhasilan
program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada
Tahun 2007 lalu yang mendapat dukungan perbankan. Tercatat hingga akhir Tahun 2007,
jumlah kredit revitalisasi pertanian yang berhasil disalurkan oleh perbankan selama Tahun
2007 mencapai jumlah Rp11 milliar. Selain sektor-sektor yang mengalami peningkatan
kredit, terdapat pula beberapa sektor yang pembiayaannya justru mengalami kontraksi yaitu
sektor listrik, gas dan air sebesar -45,03% (y.o.y) dan sektor jasa sosial sebesar -79,13%
(y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.10. Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
(Rp Milliar)
178 193 199 181 174 199 264 309 282181 212 225 208 210 250 267 294 283
393 415 423 438 542 501510
584 620
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Pertanian KonstruksiPHR Sektor Produktif LainnyaLainnya (Konsumsi)
63
Berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank umum milik pemerintah masih terus
mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional.
Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan mencapai
Rp4.721 milliar dengan pangsa mencapai 71,83% sedangkan selebihnya disalurkan oleh
kelompok bank swasta sebesar Rp1.851 milliar. Meskipun bank swasta mencatat pangsa
yang lebih kecil dibandingkan bank pemerintah, namun dilihat dari sisi pertumbuhan bank
swasta justru mengalami pertumbuhan yang lebih significant selama triwulan laporan yaitu
tumbuh 35,44%, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan bank pemerintah yang
hanya tumbuh sebesar 23,86%.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari jumlah kredit yang berhasil disalurkan sebesar
Rp6.573 milliar, sebesar 65,58% atau sebesar Rp4.310 milliar disalurkan di wilayah Kota
Manado hal ini tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota
Manado sebagai sentra pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh
Kabupaten Minahasa sebesar 11,49% atau sebesar Rp755 milliar, Kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 9,20% atau Rp604 milliar, Kota Bitung 7,77% atau sebesar Rp511
milliar dan Kabupaten Sangihe – Talaud sebesar 5,96% atau sebesar Rp392 milliar.
Berdasarkan pertumbuhannya, seluruh kabupaten dan kota pada triwulan laporan mencatat
pertumbuhan kredit yang lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun pada
level yang masih tetap positif. Rata-rata pertumbuhan kredit di setiap wilayah
kabupaten/kota berada pada range 20-28% (y.o.y) pada triwulan ini. Wilayah dengan laju
Grafik 3.11. Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
(Rp. Milliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Bank Swasta
Bank Pemerintah
64
pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota Bitung yaitu sebesar 28,90% (y.o.y) sedangkan
yang terendah adalah Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 20,41% (y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan To Deposit (LDR) yang
naik dari 86,53% di triwulan I – 2007 menjadi 93,16% pada triwulan I - 2008. Membaiknya
rasio LDR ini disebabkan karena peningkatan kredit yang lebih significant dibandingkan
pertambahan dana. Berdasarkan wilayah administrasinya, rasio LDR tertinggi dialami oleh
Kab. Minahasa yaitu sebesar 163,62%, disusul oleh Kab. Bolmong sebesar 158,57%.
Adapun wilayah dengan rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado yaitu hanya sebesar
81,10%.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.12. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota
TRIWULAN I - 2008 (%)
Grafik 3.13. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08
BitungM anadoSangihe TalaudBolmongM inahasa
19.20
16.90
17.85
22.09
13.26
27.39
24.05
23.78
30.83
35.66
22.05
22.42
20.41
28.88
28.90
- 5 10 15 20 25 30 35 40
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
Bitung
Q1-08
Q4-07
Q1-07
158.31
139.44
110.67
74.42
87.64
187.29
156.99
129.60
78.49
100.74
163.61
158.57
121.82
81.10
88.72
- 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
Bitung Q1-08Q4-07Q1-07
65
Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya
terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan
konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko
yang cukup tinggi di beberapa sektor. Guna lebih mendorong perkembangan
perekonomian secara nasional maupun regional didukung oleh relatif membaiknya kondisi
makro ekonomi, Bank Indonesia sejak September 2007 ini telah menurunkan suku bunga
(BI rate) sebesar 25 bps menjadi 8,0% yang bertahan hingga akhir triwulan laporan.
Kebijakan tersebut diharapkan mampu menjadi stimulus dan insentif bagi perekonomian
meskipun kebijakan tersebut perlu juga didukung dengan kebijakan di bidang fiskal,
investasi dan sektor riil.
4. Kredit UMKM
Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan
yang cukup baik tercermin dari laju pertumbuhannya yang sejak Mei 2007 selalu lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara total. Pada triwulan 1-2008, jumlah kredit
MKM yang disalurkan mencapai Rp4,19 Triliun dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar
30,13% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan total kredit yang
hanya sebesar 26,76% (y.o.y).
Grafik 3.15 Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit
0
5
10
15
20
25
30
35
40
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 1112 1 2
(%)
Kredit UM KM
2005 20082006 2007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 60,49% dari total kredit MKM merupakan jenis
kredit menengah sedangkan sisanya 33,46% merupakan jenis kredit kecil dan baru
sebagian kecil atau hanya 6,05% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro
dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua
66
165 185 190 190 216 372 237 248 254-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
M enengahKecilM ikro
39 55 44 41 47 49 50 46 47
104
137111
99112 114
222
99119
80
102
10699
106 114
105
86
105
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
M enengahKecilM ikro
jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 18,55% dan 8,51%, jauh dari batas
toleransi Bank Indonesia sebesar 5%. Sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup
baik yaitu sebesar 4,13%.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit MKM masih belum merata dan lebih banyak
terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,64% dari total
kredit MKM yang disalurkan, diikuti kota dan kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki
pangsa pada kisaran kurang dari 9%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan
kredit MKM di Kabupaten Minahasa merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 42,96% (y.o.y)
sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kota Manado
yang hanya tumbuh 27,01% (y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.16. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp. Milliar)
Grafik 3.17. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)
Grafik 3.18. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Persen)
Grafik 3.19. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Persen)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08
BitungM anadoSangihe-TalaudBolmongM inahasa
19.65
42.79
35.87
35.06
12.35
19.59
16.24
19.73
32.71
37.54
34.92
38.29
42.96
27.01
31.78
0 10 20 30 40 50
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
Bitung
Q1-07 Q4-07 Q1-08
(%)
67
-
2,000
4,000
6,000
8,000M illiar
-12345678910
%
Outstanding 4,307 4,620 4,792 5,071 5,179 5,638 6,079 6,577 6,573
Plafond 4,952 5,207 5,458 5,687 5,745 6,045 6,603 7,328 7,572
Rasio (Persen) 6.92 6.66 7.39 6.96 7.64 6.96 6.70 6.70 9.03
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
B. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada TRIWULAN I - 2008
memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat rasio
kelonggaran tarik pada TRIWULAN I - 2008 sebesar 9,03% meningkat dibandingkan
triwulan lalu yang hanya sebesar 6,70%. Hal ini menunjukkan perbankan sudah
menjalankan fungsi intermediasi perbankannya dengan baik namun terkendala oleh kondisi
sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya
beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit. Tercatat
jumlah kredit yang telah diambil dan dipergunakan oleh debitur hingga triwulan laporan
sebesar 90,97% dari total plapond kredit yang disetujui atau sebesar Rp6,88 Trilliun. Dan
dari jumlah tersebut, sebesar Rp313 milliar telah dilunasi.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) adalah varial yang mengukur saldo bersih pendapatan bunga
dikurangi biaya bunga. Pada awal tahun nilai NIM akan kembali menurun dan terus
meningkat hingga akhir tahun. Pada akhir TRIWULAN I - 2008, total NIM tercatat sebesar
Rp124 milliar atau sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp126 milliar. Namun demikian secara umum, nilai
NIM masih tetap positif yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam
bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga
(antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito). Hal ini seiring dengan
Grafik 3.20.Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(milliar)
68
-
200
400
600
800
1,000
1,200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
NIMBiaya Bunga
peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga
berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan
suku bunga acuan (BI rate) ternyata lebih cepat diikuti oleh pergerakan suku bunga
simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga yang ditanggung bank
relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan moneter lebih dinikmati
oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga kredit relatif lambat.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Rasio BOPO
Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami sedikit
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan akhir TRIWULAN I -
2008, tingkat efisiensi operasional perbankan sedikit mengalami penurunan tercermin dari
rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 72,80% dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tecatat sebesar 87,28%.
Grafik 3.21. Net Interest Margin Bank Umum
Grafik 3.22. Rasio Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional Bank Umum
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400M iliar
-
20
40
60
80
100
120
140%
BO PO Rasio
BO 272 571 651 891 210 436 637 850 152
PO 312 469 814 1,115 281 569 874 1,188 209
Rasio 87.28 121.81 79.97 79.90 74.81 76.60 72.83 71.56 72.80
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
69
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan akhir TRIWULAN I - 2008,
rasio ROA bank umum tercatat sebesar 0,51%, lebih rendah bila dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,81%. Penurunan rasio ROA ini disebabkan oleh
kenaikan total aset yang lebih cepat dibandingkan kemampuan bank untuk menghasilkan
laba. Hal ini terindikasi antara lain dari menurunnya jumlah laba yang berhasil dihimpun
perbankan sebesar -27,77% (y.o.y) menjadi Rp53 milliar bila dibandingkan posisi yang sama
tahun sebelumnya.
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q2
Aset (Rp Juta) 8,958 9,319 9,905 10,548 10,362
L/R (Rp Juta) 72 132 244 221 53
ROA (Persen) 0.81 1.41 2.46 2.09 0.51
2007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Resiko Pasar
Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti
ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset
dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan
suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain :
jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang
tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga
dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas
tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu
mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat
digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit
dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko
pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan
untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening
administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional
tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap
position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position
Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum
70
maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap
yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga
(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud
(degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite).
Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan
suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat
sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada
karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain
jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
1 Penempatan pada Bank Indonesia 875,527 695,867 594,361 335,133 495,073
2 Penempatan pada Bank Lain 218,982 179,788 325,513 537,735 303,272
3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,995 21,515 20,964 20,000 9,406
4 Kredit yang Diberikan 5,178,783 5,638,381 6,078,692 6,576,952 6,572,753
5 Tagihan Lainnya 2,829 2,777 2,823 2,846 2,773
6,286,116 6,538,328 7,022,353 7,472,666 7,383,277
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
1 Giro 2,144,720 1,311,101 1,364,753 1,189,195 1,282,087
2 Tabungan 2,738,769 2,994,238 2,998,019 3,724,885 3,564,430
3 Simpanan Berjangka 2,144,720 2,130,479 2,141,467 2,156,324 2,208,649
4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 4,991 5,091 5,102 4,812 4,774
5 Kewajiban kepada Bank Lain 118,066 176,283 217,312 697,268 275,456
6 Surat Berharga yang Diterbitkan 208,094 208,732 211,454 170,124 169,434
7 Pinjaman yang Diterima 11,621 12,265 12,062 11,242 11,329
8 Kewajiban Lainnya 66,914 62,041 54,701 67,661 50,643
9 Setoran Jaminan 11,871 9,950 10,368 13,357 10,833
7,449,766 6,910,180 7,015,238 8,034,868 7,577,635
-1,163,650 -371,852 7,115 -562,202 -194,358
No. Passiva2007
2007
RSA
RSL
GAP
No. Aktiva
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara padatriwulan I - 2008 menunjukkan kebijakan negatif
gap yang berarti RSA < RSL. Dengan demikian, bank akan merugi bila SBI turun karena
penurunan biaya bunga akan lebih besar dibandingkan penurunan pendapatan bunga. Bila
diasumsikan pada triwulan mendatang terjadi penurunan suku bunga (BI Rate) maka
diperkirakan pendapatan bank akan menurun. Sebaliknya, apabila suku bunga naik maka
pendapatan akan meningkat karena peningkatan interest expense lebih besar dari pada
peningkatan interest income.
Tabel 3.3. Portofolio Interest Instrument Perbankan
di Sulawesi Utara
71
C. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Secara umum, kiprah perbankan syariah masih relatif kecil bila dibandingkan perbankan
konvensional tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset
perbankan di Sulawesi Utara. Saat ini jumlah bank syariah di wilayah Sulawesi Utara baru 2
(dua) bank yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat.
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Y.o.Y
Aset 73,559 79,172 79,295 82,797 82,294 11.87
DPK 46,454 48,115 48,542 62,386 64,237 38.28
Pembiayaan 6,694 8,881 9,449 12,267 16,220 142.31
FDR (%) 14.41 18.46 19.47 19.66 25.25 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Pada triwulan I - 2008, total aset perbankan syariah mencapai Rp82,29 milliar atau naik
11,87% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan
DPK yang tumbuh 38,28% (y.o.y) mencapai jumlah Rp64,23 milliar. Namun demikian, dari
keseluruhan jumlah DPK tersebut baru sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada
masyarakat sebagai pembiayaan tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit
Ratio) yang hanya sebesar 25,25% dengan jumlah nominal pembiayaan sebesar Rp16,22
milliar.
Secara sektoral, sebagian besar pembiayaan pada triwulan laporan diberikan kepada sektor
produktif (kredit investasi dan modal kerja) dengan pangsa sebesar 89,05% (y.o.y)
sedangkan sisanya di sektor konsumsi. Namun, menurut kinerjanya pembiayaan di sektor
konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu naik hingga lebih 3 (tiga) kali lipat
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pembiayaan untuk kredit
produktif hanya meningkat 134% (y.o.y). Sementara itu, berdasarkan jenisnya, sebagian
besar dana pihak ketiga disimpan dalam bentuk dana investasi terikat sebesar 96,45%
sedangkan sisanya dalam bentuk dana simpan wadiah. Berdasarkan komponen
pembentuknya, dana investasi terikat ini meliputi tabungan deposito mudarabah yang
selama triwulan laporan meningkat hingga lebih dari 100% mencapai jumlah Rp13,41
milliar dan tabungan mudharabah yang juga mengalami kenaikan sebesar 6,85% mencapai
jumlah Rp14,99 milliar.
Tabel 3.4. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah
(Rp Milliar)
72
D. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja
Bank Indonesia Manado sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional
dengan rincian sebanyak 16 BPR dengan jumlah kantor 34 unit beroperasi di Sulawesi Utara
sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo.
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Aset 144.7 148.8 152.3 170.6 176.2 21.7
DPK 102.4 111.2 116.0 125.9 131.7 28.6
Deposito 76.4 80.8 82.9 86.5 94.1 23.1
Tabungan 26.0 30.4 33.1 39.5 37.6 44.8
Kredit 110.6 121.7 126.9 130.8 135.0 22.0
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 25.8 25.7 28.7 29.1 31.4 21.6
Investasi 11.1 11.8 11.7 12.0 12.2 9.7
Konsumsi 73.7 84.2 86.5 89.8 91.4 24.0
Sektoral
Pertanian 1.9 2.3 2.7 3.1 3.0 60.5
Perindustrian 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 -18.5
PHR 19.3 18.9 20.5 21.0 23.9 23.7
Jasa-jasa 12.8 12.5 13.1 11.5 10.4 -19.4
Lain-lain 75.8 87.3 90.0 94.7 97.0 28.0
LDR (Persen) 108.0 109.4 109.3 103.9 102.5
NPL (Persen) 4.3 4.5 4.2 3.4 2.6
Y.o.YKomponen2007
Sumber : Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Kinerja BPR selama triwulan I - 2008 cukup menggembirakan tercermin dari meningkatnya
total asset, DPK (dana pihak ketiga), kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total asset BPR
tercatat Rp176,2 milliar atau naik 21,7% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu, jumlah DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 28,6% (y.o.y)
mencapai jumlah Rp131,7 milliar dan kredit naik 21,6% (y.o.y) mencapai Rp135 milliar.
Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa
sebesar 71,43% atau sebesar Rp94,1 milliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan.
Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi
dengan pangsa 67,72%, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 23,27% dan
sisanya kredit investasi 9,01%.
Dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, jenis kredit konsumsi mencatat
pertumbuhan tertinggi sebesar 24% (y.o.y) berikutnya kredit modal kerja (21,6%) dan
kredit invetasi (9,7%). Peningkatan kredit konsumsi ini seiring dengan pertumbuhan
Tabel 3.5. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Di Sulawesi Utara (Rp Milliar)
73
ekonomi daerah yang masih bertumpu pada sektor konsumsi serta berbagai kemudahan
yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun
bunga yang diberikan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi intermediasi berjalan cukup
baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR yang mencapai 102,5%.
Membaiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula dengan membaiknya kualitas
kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing Loan) dari 4,3% pada triwulan
I-2007 menjadi 2,6% padatriwulan I - 2008.
74
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara dari waktu ke
waktu menunjukkan trend peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan tahun sebelumnya terkecuali
Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab. Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di
tingkat provinsi yaitu sebesar 33,77% mencapai jumlah Rp604,70 milliar, sedangkan
persentase penurunan terendah dialami oleh Kab. Sangihe sebesar 20,50%. Berdasarkan
komponen pembentuknya, dana perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah alokasi dana
dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33
Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 16,54%.
Tabel 4.1 Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
*) Daerah Pemekaran Tahun 2007
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2008, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi yaitu sebesar 13,97% dengan jumlah
Rp604 milliar naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,17%. Berikutnya
adalah Kota Manado sebesar 11,65% dan Kota Bitung sebesar 7,57%. Alokasi dana
terendah diperoleh oleh Kab. Bolmut (Bolaang Mongondow Utara) dengan pangsa 2,14%
dari total dana perimbangan di Sulawesi Utara atau sebesar Rp92 milliar.
Total Dana Perimbangan
(J t R )
Naik/Turun (Persen)
Pemprov 608.33 33.77Manado 504.13 10.52Bitung 327.74 2.84Tomohon 293.07 16.67Minahasa 459.47 14.52Minsel 316.74 -12.94Minut 361.32 14.52Bolmong 406.96 -16.88Talaud 326.03 11.65Sangihe 297.18 -20.50Kotamobagu *) 94.66 n.a.Bolmut*) 92.74 n.a.Sitaro*) 120.89 n.a.Mitra*) 122.79 n.a.TOTAL 4,332.07 16.54
75
Grafik 4.1. Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2007 Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2008
A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI
Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar
Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar 7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari
sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75% dibandingkan
sebelumnya. Selama triwulan I – 2008, kinerja keuangan daerah di tingkat provinsi
menunjukkan hasil yang menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya tercermin dari peningkatan persentase realisasi baik dari sisi penerimaan
maupun pengeluaran. Dari sisi penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan
triwulan I – 2008, tercatat Rp223,44 milliar atau 26,37% dari target penerimaan sebesar
Rp847,27 milliar. Pencapaian ini jauh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya sebesar Rp58,06 milliar atau 7,92% dari target penerimaan sebesar
Rp791,77 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi anggaran sampai dengan
triwulan I – 2007, tercatat Rp154,35 milliar atau 17,45% dari total rencana pengeluaran
sebesar Rp884,71 milliar. Pencapaian ini juga jaun lebih baik dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp106,73 milliar atau 13,70% dari total
rencana pengeluaran sebesar Rp821,06 milliar.
13.97%
11.65%
7.57%
6.77%
10.62%7.32%
8.35%
9.40%
7.53%
6.87%
2.14%
2.19%
2.79%
2.84%
Pemprov
Manado
Bitung
Tomohon
Minahasa
Minsel
Minut
Bolmong
Talaud
Sangihe
Kotamobagu
Bolmut
Sitaro
Mitra
12.28%
8.58%
6.76%
10.80%9.80%
8.49%
13.18%
7.86%
10.06% 12.17%Pemprov
Manado
Bitung
Tomohon
Minahasa
Minsel
Minut
Bolmong
Talaud
Sangihe
Total : Rp 3,71 Triliun Total : Rp 4,33 Triliun
76
Tabel 4.2. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
s.d. 31 Maret 2008 (Dalam Milliar Rp)
Nominal % Realisasi % thd PDRB Nominal % Realisasi % thd PDRB A. PENERIMAAN RUPIAH 791.77 58.06 7.92 1.23 847.28 223.44 26.37 4.07
Pendapatan Asli Daerah 240.20 46.31 21.26 0.98 238.95 79.70 33.36 1.451. Pajak Daerah 199.79 42.13 23.62 0.89 199.60 56.13 28.12 1.022. Retrebusi 5.31 0.81 16.39 0.02 4.99 0.33 6.51 0.013. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 26.87 0.00 0.00 0.00 27.00 12.90 47.79 0.244. Lain-lain 8.23 3.37 42.61 0.07 7.35 10.34 140.66 0.19Dana Perimbangan 488.57 11.76 2.41 0.25 608.33 143.74 23.63 2.621. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 41.57 0.00 0.00 0.00 47.33 2.09 4.40 0.042. Dana Alokasi Umum 447.00 11.76 2.63 0.25 532.92 133.23 25.00 2.433. Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 0.00 0.00 28.08 8.42 30.00 0.15Lain-Lain Pendapatan yang Sah 63.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
B. PENGELUARAN RUPIAH 821.06 106.73 13.70 2.26 884.71 154.35 17.45 2.81Konsumsi Pemerintah 669.27 104.50 16.55 2.21 738.65 147.15 19.92 2.681. Belanja Pegawai 311.99 55.45 17.62 1.17 373.02 60.74 16.28 1.112. Belanja Barang dan Jasa 205.33 19.64 10.80 0.42 187.17 24.57 13.13 0.452. Belanja Bantuan Sosial 64.98 15.38 27.61 0.33 53.95 14.17 26.26 0.263. Belanja Bagi Hasil 70.95 12.42 18.83 0.26 90.50 45.12 49.86 0.824. Belanja Bantuan Keuangan 11.00 0.00 0.00 0.00 20.00 1.25 6.25 0.025. Belanja Tidak Terduga 5.02 1.61 26.85 0.03 6.00 0.00 0.00 0.006. Belanja Hibah 8.00 1.30 16.25 0.02Pembentukan Modal Tetap Bruto 151.80 2.23 1.51 0.05 146.06 7.20 4.93 0.13Belanja Modal 151.80 2.23 1.51 0.05 146.06 7.20 4.93 0.13
D. SURPLUS/ (DEFISIT) 0.00 -48.67 0.00 69.09C. PEMBIAYAAN DAERAH -29.29 48.67 -37.43 -9.50D. Sisa Lebih Tahun Berkenan 0.00 0.00 0.00 59.59
U R A I A NAPBD-P
2007
Realisasi APBD s.d. 31 Maret 2008
Realisasi APBD s.d. 31 Maret 2007 APBD 2008
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara *) PDRB Q1 - 2008 (Harga Berlaku)
1. Penerimaan Daerah
Realisasi penerimaan daerah selama triwulan I – 2008 mencapai Rp223,44 milliar.
Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama berasal dari dana
perimbangan dengan pangsa 64,33%, Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa
35,66% serta sisanya yang merupakan penerimaan lain-lain. Kinerja pemerintah provinsi
dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-aset yang dimiliki menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Hal ini antara lain tercermin dari pencapaian realisasi
Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang selama triwulan laporan telah mencapai jumlah
persentase realisasi sebesar 41,85% dari target Tahun 2008 sebesar Rp238,95 milliar.
Namun demikian, target PAD tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana
pembangunan tercermin dari rasio kemandirian fiskal daerah (perbandingan PAD terhadap
total belanja) yang hanya sebesar 35,66% yang berarti kegiatan ekonomi dan sosial
sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pusat.
2. Pengeluaran Daerah
Realisasi pengeluaran daerah selama triwulan I - 2008 mencapai jumlah Rp154,35 milliar.
Jumlah tersebut diperkirakan masih akan lebih besar dikarenakan masih terdapatnya
pengeluran yang belum sempat dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Menurut
77
komponen pembentuknya, pengeluaran daerah selama triwulan laporan terutama berasal
dari konsumsi pemerintah sebesar 95,33% sedangkan sisanya merupakan belanja modal.
Walaupun secara umum kinerja pengeluaran daerah pada triwulan laporan masih lebih baik
dibandingkan periode yang sama tahun lalu namun sama halnya seperti periode-periode
sebelumnya, pangsa belanja modal masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 4,66% disamping
realisinya sering kali terhambat. Hal antara lain disebabkan oleh masih terdapatnya
kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan penegakan hukum
yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan proyek berjalan
lambat. Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah masih relatif kecilnya pangsa
belanja modal terhadap komponen belanja daerah yang tidak lebih dari 5%. Dengan
demikian sebagian besar belanja daerah masih diperuntukkan bagi belanja pegawai semata
berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.
3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel
PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
2,68% terhadap nilai tambah kegiatan pengeluaran pemerintah sedangkan terhadap
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya memberikan pangsa 0,13%. Relatif
rendahnya dampak stimulus fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data
APBD secara detail dan lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di
tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran
pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD
provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 2,81% terhadap PDRB Sulawesi Utara.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai triwulan I – 2008 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah penerimaan
pemerintah lebih besar dibandingkan pengeluarannya.
B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI
DI SULAWESI UTARA
Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi
Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota
78
Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab.
Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.
1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006
Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah
mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan
sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan
daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang
terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.
Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi
penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa
yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab.
Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya
sebesar 88,85%.
Grafik 4.4. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006
Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
-100200300400
500600700800
Prov
. Sul
ut
Kot
a M
anad
o
Kot
a Bi
tung
*)
Kot
a To
moh
on *
)
Kab
. Min
ahas
a
Kab
. Min
sel *
)
Kab
. Min
ut
Kab
. Bol
mon
g
Kab
. Tal
aud
*)
Kab
. San
gihe
*)
Miliar Rp
80
85
90
95
100
105
110%Target Realisasi %
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara *) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%
Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh
kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau
92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785
milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik,
belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi
Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan
yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar.
79
Grafik 4.4. Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006
Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
-100200300400
500600700800
Prov
. Sul
ut
Kot
a M
anad
o
Kot
a Bi
tung
*)
Kot
a To
moh
on *
)
Kab
. Min
ahas
a
Kab
. Min
sel *
)
Kab
. Min
ut
Kab
. Bol
mon
g
Kab
. Tal
aud
*)
Kab
. San
gihe
*)
Miliar Rp
-
20
40
60
80
100
120%Target Realisasi %
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara *) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%
2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007
Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara
memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi
mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat
maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain
menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab
dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara,
dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun
2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%.
Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi
dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02%
dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan
Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran
belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing
sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong
dan Kabupaten Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan
membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi
untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat
sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh
80
besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan
belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi),
besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun
dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan
sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.
Tabel 4.4. Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
(dalam Milliar Rp)
2006 2007
1 Prov. Sulut 644.08 733.08 13.82
2 Kota Manado 468.69 546.52 16.61
3 Kota Bitung 270.42 322.29 19.18
4 Kota Tomohon 221.81 267.79 20.73
5 Kab. Minahasa 358.98 444.71 23.88
6 Kab. Minsel 339.6 407.17 19.9
7 Kab. Minut 290.47 342.7 17.98
8 Kab. Bolmong 481.59 540.35 12.2
9 Kab. Talaud 249.59 351.97 41.02
10 Kab. Sangihe 350.37 427.56 22.03
3,675.58 4,384.14 19.28
APBDPenerimaan
% Kenaikan
Total Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Tabel 4.5.
Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam milliar Rp)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
2006 2007
1 Prov. Sulut 677.21 778.84 15.01
2 Kota Manado 470.11 546.52 16.26
3 Kota Bitung 264.77 321.23 21.33
4 Kota Tomohon 224.98 269.82 19.93
5 Kab. Minahasa 360.18 458.76 27.37
6 Kab. Minsel 340.26 407.17 19.67
7 Kab. Minut 299.37 354.96 18.57
8 Kab. Bolmong 496.98 567.33 14.15
9 Kab. Talaud 276.97 355.31 28.28
10 Kab. Sangihe 375.07 430.1 14.67
3,785.89 4,490.04 18.60Total
APBDBelanja
% Kenaikan
81
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan I - 2008
kembali berada pada kondisi net inflow yang berarti aliran uang masuk ke khasanah lebih
besar dibandingkan aliran uang keluar. Hal ini merupakan pola musiman setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami net outflow akibat meningkatnya penggunaan uang kartal
sehubungan dengan terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal
dan Tahun Baru 2008 serta meningkatnya realisasi belanja perusahaan dan belanja
pemerintah dalam membiayai berbagai kegiatan dan proyek yang ada menjelang
berakhirnya tutup tahun anggaran 2007.
Secara historis, jumlah aliran uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia
Manado khususnya sejak awal Tahun 2007 sampai dengan saat ini mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan sejak Desember Tahun 2006, Bank Indonesia telah
mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya uang lusuh dan tidak layak
edar saja yang masuk ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang masih layak edar dikelola
oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan akan terjadi interaksi
yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas manajemen
pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat sebesar
Rp163,86 milliar atau sebesar 3,82% (y.o.y) sedangkan aliran uang keluar meningkat
sebesar Rp58,21 milliar atau naik sebesar 20,30%. Secara netto, aliran uang kartal berada
pada kondisi net inflow sebesar Rp505,44 milliar lebih tinggi bila dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar Rp399,79 milliar. Secara bulanan, net inflow hanya terjadi
di Bulan Januari 2008 sebesar Rp520,60 milliar, sedangkan di 2 (dua) bulan berikutnya
mengalami net outflow masing-masing sebesar Rp419 juta dan Rp14,74 milliar.
82
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sementara itu, Bank Indonesia juga berupaya memelihara kualitas uang kartal yang
diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk
pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio
PTTB terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 51,44%, lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59,96%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar
Rp304,7 milliar atau naik 19,39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, penerapan Focus Group (FG) oleh Bank Indonesia bertujuan agar
uang yang disetorkan kembali ke Bank Indonesia merupakan uang yang benar-benar sudah
tidak layak lagi untuk diedarkan atau digunakan. Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to transaction)
yang lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara berkala
melaksanakan kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan salah satu
bank umum di wilayah tersebut.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
(Rp Milliar)
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000 InflowOutflowNet Flow
Inflow 1,087.3 1,000.3 1,233.6 1,048.19428.47 128.97 105.14 252.51 592.33Outflow 847.58 1,115.98 1,298.5 1,554.81 28.68 452.86 167.99 928.43 86.89Net Flow 239.80 -115.62 -64.88 -506.62399.79 -323.88 -62.86 -675.92505.44
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12006 2007 2008
83
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
(Persen)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400M iliar
-
20
40
60
80
100
Rasio Rasio Inflow PTTB
Rasio 9.87 36.50 13.63 10.07 59.56 91.75 60.02 1.48 51.44
Inflow 1,087.3 1,000.3 1,233.6 1,048.1 428.47 128.97 105.14 252.51 592.33
PTTB 107.33 365.16 168.10 105.54 255.21 118.33 63.11 3.73 304.70
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sama halnya dengan kondisi perkasan di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado, kondisi
perkasan di Provinsi Gorontalo (diwakilkan dengan keberadaan kas titipan di salah satu
bank umum disana) juga mengalami net inflow sebesar Rp70,31 milliar yang berarti aliran
uang kartal masuk lebih besar dibandingkan aliran uang kartal keluar. Bila dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan net inflow sebesar 14,27%
dengan jumlah nominal sebesar Rp11,7 milliar. Net inflow yang terjadi selama triwulan
laporan merupakan pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya (akhir Tahun 2007)
terjadi peningkatan penggunaan uang kartal di masyarakat berkenaan dengan banyak
terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan Tahun Baru
2008.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp Milliar)
-100
0
100
200
300
400
500
600InflowOutflowNetflow
Inflow 258.04 303.15 111.56 522.47 365.74 413.10 437.31 548.97 532.88
Outflow 261.81 293.17 103.67 526.97 283.74 404.00 465.60 556.96 462.57
Netflow -3.77 9.97 7.89 -4.50 82.01 9.10 -28.30 -7.98 70.31
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
84
Selain di Provinsi Gorontalo, keberadaan kas titipan juga terdapat di salah satu bank umum
di Kabupaten Sangihe (dengan ibukota Tahuna). Keberadaan kas titipan di wilayah terluar
Provinsi Sulawesi Utara tersebut (hampir berbatasan dengan negara tetangga yaitu Filipina),
sebagai upaya melaksanakan kebijakan Clean Money Policy khususnya di wilayah yang jauh
dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna
cenderung mengalami net outflow (terkecuali di awal tahun). Pada triwulan I - 2008, kas
titipan Tahuna mengalami net inflow sebesar Rp20,01 milliar atau meningkat 40,16%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya seperti yang terjadi pada
kasanah titipan di Provinsi Gorontalo, net inflow yang terjadi di kasanah titipan di Tahuna
lebih disebabkan oleh kembali masuknya aliran uang kartal ke dalam sistem perbankan
setelah sebelumnya banyak ditarik keluar oleh masyarakat guna keperluan pembiayaan
berbebagai kebutuhan dalam menghadapi pesta perayaan berbagai hari besar keagamaan
seperti lebaran, natal dan Tahun Baru 2008. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja
pemerintah menjelang akhir tahun anggaran juga menjadi pemicu meningkatnya
kebutuhan uang kartal di triwulan sebelumnya.
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120 InflowOutflowNetflow
Inflow 28.17 13.73 22.82 54.28 47.82 12.21 27.83 37.29 51.50
Outflow 30.70 41.45 55.27 94.27 33.55 73.96 62.01 106.66 31.49
Netflow -2.53 -27.71 -32.46 -39.99 14.27 -61.76 -34.17 -69.37 20.01
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan
tercatat sebesar Rp1,41 trilliun atau meningkat dibandingkan posisi kas gabungan pada
akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp882,02 milliar. Naiknya posisi kas
gabungan disebabkan oleh melonjaknya saldo kas titipan di Provinsi Gorontalo dan Tahuna
sehubungan dengan kembali masuknya aliran uang kartal. Berdasarkan perhitungan rata-
rata outflow dan kegiatan PTTB selama Tahun 2006 dan dengan mengambil asumsi tidak
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna
(Rp Milliar)
85
ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado, posisi kas gabungan tersebut
diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 3 sampai 4 bulan mendatang.
B. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada tiwulan I - 2008
sebanyak 25 lembar atau turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebanyak 157 lembar, walaupun masih lebih banyak dibandingkan triwulan
sebelumnya sebanyak 15 lembar. Berdasarkan jumlah lembarannya, selama triwulan
laporan, jenis pecahan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling banyak dipalsukan
yaitu sebanyak 68% dari total keseluruhan lembar uang palsu yang ditemukan.
Berkurangnya jumlah penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah
semakin sempit pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat
terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah yang secara intensif disosialisasikan oleh KBI Manado.
Selain itu, peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil
membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri
keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado telah secara berkala melaksanakan kegiatan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan,
instansi pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang
Rupiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah
asli dan yang dipalsukan. Melalui kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun
mendatang, diharapkan tingkat peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan
dengan proses penanganan hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama
dengan instansi penegak hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
(Lembar)
2008
Q1
- Rp100.000,- 3 3 16 529 44 36 2
- Rp50.000,- 4 9 73 480 87 162 17
- Rp20.000,- 1 4 6 10 74 31 6
- Rp10.000,- - - - 4 13 15 -
- Rp5.000,- - - - 1 2 1 -
- Rp1.000,- - - - - - - -
Total 8 16 95 1,024 220 245 25
200720052004Pecahan 2002 20062003
86
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
Perkembangan kliring lokal (tunai) terus menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan dari waktu ke waktu. Jumlah rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama triwulan I - 2008 tercatat sebesar 1.273 lembar atau meningkat sebesar
5,29% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan secara nominal,
jumlah rata-rata harian kliring naik sebesar 24,50% mencapai jumlah Rp27,24 milliar.
Peningkatan rata-rata harian lembar dan nominal kliring tersebut semakin menegaskan
bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong selama
triwulan laporan tercatat sebesar 0,53% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau
meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
0,37%. Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,35% menjadi
0,88% dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan.
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Lembar 84,463 93,075 88,942 73,802 75,010 84,817 90,390 75,426 76,386
Nominal (Rp Milliar) 1,185 1,287 1,339 1,221 1,354 1,428 1,625 1,425 1,634
Lembar 1,361 1,502 1,412 1,407 1,209 1,368 1,412 1,347 1,273
Nominal (Rp Milliar) 19.13 20.73 21.26 23.15 21.88 23.02 25.39 25.45 27.24
Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong
Lembar (%) 0.40 0.43 0.12 0.50 0.37 0.29 0.29 0.49 0.53
Nominal (%) 0.35 0.50 0.27 0.74 0.35 0.28 0.38 0.54 0.88
2007KETERANGAN
2006
Perputaran Kliring
Rata-Rata Harian
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. RTGS (Real Time Gross Settlement)
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI
RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko
settlement-nya dapat diperkecil. Selama triwulan I - 2008, perkembangan total volume
transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau
meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS yang secara tahunan
tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado
87
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
(Milliar)
Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Nilai 11,738 13,437 11,565 13,433 15,976 36.10
Volume 6,770 7,478 8,731 14,251 7,225 6.72
Nilai 4,846 6,615 7,549 7,046 6,369 31.42
Volume 5,007 5,944 7,175 12,356 6,481 29.44
Nilai 3,648 4,971 5,615 4,682 3,856 5.71
Volume 1,936 2,553 3,077 7,681 2,527 30.53
NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 26,200 29.50
Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 16,233 18.38
TOTAL TRANSAKSI
2007Y.o.Y
Dalam Kota
Ke Manado
Dari Manado
88
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di Tahun 2007
menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya tercermin
dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka
ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat tercermin dari tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret 2007. Salah satu
program kerja pemerintah daerah yang diharapkan akan memberikan dampak positif bagi
berkurangnya TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah
provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat perbankan khususnya dari sisi
pembiayaan.
Di Tahun 2006 yang lalu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dirasa kurang berkualitas
karena masih diiringi oleh tingginya angka kemiskinan dan pengangguran atau yang lebih
dikenal dengan Paradoc of Growth. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga
Tahun 2007 bila tidak ada upaya-upaya konkret dari pemerintah daerah untuk
mengatasinya. Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka pengangguran dan
kemiskinan adalah pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melebihi tingkat penyerapannya
di dunia kerja. Kondisi ini masih diperparah lagi dengan dampak kebijakan pemerintah
untuk menaikkan harga BBM di akhir Tahun 2005 lalu yang berdampak sangat besar
terhadap masyarakat dan juga pelaku usaha sehingga terpaksa melakukan pengurangan
jumlah tenaga kerja (downsizing). Tak jarang terdapt beberapa perusahaan yang terpaksa
menghentikan usahanya karena tidak mampu lagi menanggung tingginya biaya operasional
yang tinggi.
Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah daerah Sulawesi Utara di Tahun 2007 telah
mencanangkan kembali program revitalisasi pertanian. Pada tahap awal program ini lebih
difokuskan pada pengembangan tanaman jagung dan rumput laut. Berbagai kemudahan
diberikan oleh pemda antara lain dalam bentuk pemberian bantuan pupuk dan benih secara
gratis kepada petani/kelompok tani yang prospektif. Program revitalisasi pertanian ini
ternyata mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan di Sulawesi Utara dengan
fasilitasi Bank Indonesia Manado. Wujud dari peran serta perbankan antara lain adalah
89
pembentukkan skim kredit jagung dan rumput laut dengan bunga yang relatif rendah.
Selain itu dibentuk pula pola penjaminan bagi usaha kecil (UMKM) yang melibatkan
Askrindo, BPD Sulut dan Pemda Sulut. Seluruh usaha ini sedikit banyak ternyata telah
menampakkan hasil, paling tidak tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dari 14,62% di akhir Tahun 2006 menjadi 12,35% pada Agustus 2007.
A. PENGANGGURAN
Perkembangan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara memperlihatkan perkembangan
yang menurun, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi
12,35% di Tahun 2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa
sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja di Sulawesi
Utara diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan jasa. Namun demikian, dari
segi jumlah, angka pengangguran dirasakan masih cukup tinggi yaitu sebanyak 127 ribu
orang dari jumlah sebesar 1,03 juta penduduk Sulawesi Utara yang termasuk dalam
kelompok angkatan kerja. Berdasarkan definisinya, seluruh penduduk berusia 15 tahun ke
atas yang telah bekerja atau sedang mencari kerja digolongkan ke dalam angkatan kerja
sedangkan penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah dan ibu rumah tangga
masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (rasio angkatan kerja dibandingkan
dengan jumlah penduduk 15 tahun ke atas) di Tahun 2007 tercatat sebesar 61,97% atau
naik dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59,20%. Meningkatnya
TPAK ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang
lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Tabel 6.1.
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Utara
2004 2005 2006 2007 *)
Penduduk 15 Thn ke atas 1,756,509 1,601,686 1,639,268 1,672,655 Angkatan Kerja 984,152 998,398 970,415 1,036,499
Mencari Kerja 107,410 140,275 141,865 127,996 Bekerja 797,347 858,093 828,550 908,503
Bukan Angkatan Kerja 782,357 603,288 668,853 636,156 TPAK (persen) 56.03 62.33 59.20 61.97 TPT (persen) 10.91 14.05 14.62 12.35
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara *) Agustus 2007
90
Berdasarkan persebarannya, dari jumlah sebanyak 13 kabupaten dan kota di Sulawesi
Utara, tercatat jumlah angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak
206.622 orang, diikuti oleh Kabupaten Minahasa sebesar 154.204 orang. Demikian pula
berdasarkan jumlah pekerjanya, Kota Manado tercatat memiliki jumlah pekerja terbanyak
sebesar 166.262 orang diikuti Kota Manado (181.833 orang) dan Kabupaten Minahasa
(132.261 orang). Namun demikian, walaupun berdasarkan jumlah angkatan kerja dan
pekerjanya Kabupaten Bolmong memiliki jumlah terbanyak, berdasarkan rasio TPAK
(Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) Kabupaten Bolmong justru berada di urutan ke 3
terendah dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara setelah Kota Bitung dan
Kabupaten Kepulauan Talaud masing-masing dengan rasio 61,83% dan 62,73%.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara *) Agustus 2007 *) Agustus 2007
Sementara itu, jumlah pengangguran terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak 40.360
orang, disusul Kabupaten Minahasa sebanyak 17.669 orang dan Kabupaten Minahasa
Utara sebanyak 11.030 orang, sedangkan terendah tercatat di Kabupaten Kep. Talaud
sebanyak 3.815 orang. Namun demikian, berdasarkan rasio Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT), Kota Manado tercatat yang tertinggi yaitu sebesar 19,53% diikuti Kota Bitung
sebesar 13,85% dan Kabupaten Minahasa Utara sebesar 13,68%. Adapun wilayah yang
memiliki rasio TPT terendah adalah Kabupaten Bolmong sebesar 7,33%. Hal ini berarti
kemampuan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Bolmong lebih besar dibandingkan
daerah lainnya di Sulawesi Utara. Rasio TPT adalah perbandingan jumlah pengangguran di
suatu wilayah terhadap jumlah angkatan kerjanya.
Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat
Pengangguran Terbuka
Tabel 6.2. Angkatan Kerja di Kab/Kota
Se – Sulawesi Utara Tahun 2007
7.33 11
.46
15.1
6
9.17
9.37 13
.68
7.39
7.71 9.30
19.5
3
13.8
5
9.84
9.55 12
.35
-5
1015202530354045
Bol
mon
g
Min
ahas
a
Sang
ihe
Kep.
Tal
aud
Min
sel
Min
utB
olm
ong
Uta
raKe
p. S
itar
o
Mit
ra
Man
ado
Bit
ung
Tom
ohon
Kota
Kota
mob
agu
(%)TPT TPAKNo. Kabupaten/Kota Bekerja Pengangguran
Jumlah Angkatan Kerja
1 Bolmong 83,050 6,573 89,623 2 Minahasa 136,535 17,669 154,204 3 Sangihe 43,045 7,691 50,736 4 Kep. Talaud 37,791 3,815 41,606 5 Minsel 70,067 7,244 77,311 6 Minut 69,620 11,030 80,650 7 Bolmong Utara 50,636 4,039 54,675 8 Kep. Sitaro 31,532 2,633 34,165 9 Mitra 53,165 5,449 58,614 10 Manado 166,262 40,360 206,622 11 Bitung 67,847 10,911 78,758 12 Tomohon 37,088 4,049 41,137 13 Kota Kotamobagu 61,865 6,533 68,398
908,503 127,996 1,036,499 Sulawesi Utara
91
B. KEMISKINAN
Hingga Maret 2007, angka kemiskinan di Sulawesi Utara belum menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan bahkan cenderung meningkat dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru tercatat sebesar 192,2
ribu orang dengan persentase 8,93% terhadap total penduduk Sulawesi Utara maka pada
Maret 2007, angka tersebut sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasio
11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin tersebut berada di
daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit
demi sedikit mulai mengalami pergeseran dimana bila pada Februari 2004 hampir 81,32%
penduduk miskin Sulawesi Utara merupakan orang-orang yang tinggal di desa maka pada
Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang hingga hanya 68,40%. Dengan demikian,
peningkatan jumlah penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah
perkotaan dibandingkan di wilayah pedesaan.
Dibandingkan angka kemiskinan nasional, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara
relatif masih jauh lebih rendah baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Sebagai
ilustrasi, persentase angka kemiskinan di Sulawesi Utara pada Maret 2007 tercatat 11,42%
sedangkan angka kemiskinan nasional sebesar 16,58%. Namun demikian, angka
kemiskinan secara nasional cenderung tidak banyak mengalami perubahan yaitu berada
pada kisaran 16% dari total penduduk Indonesia, sedangkan angka kemiskinan di Sulawesi
Utara terus meningkat dari 8,93% pada Februari 2004 naik hingga 11,42% pada Maret
2007. Namun demikian, implementasi program revitalisasi pertanian oleh pemerintah
daerah di awal Tahun 2007 yang mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan
diharapkan akan mampu menurunkan angka kemiskinan Sulawesi Utara pada akhir Tahun
2007 ini.
Tabel 6.3.
Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Kota Desa Total Kota Desa TotalSulawesi Utara 35.9 156.3 192.2 4.37 11.76 8.93 Indonesia 11,369.0 24,777.9 36,146.9 12.13 20.11 16.66
Sulawesi Utara 46.4 155.0 201.4 4.96 12.70 9.34 Indonesia 13,297.4 23,504.7 36,802.1 12.48 20.63 16.69 Sulawesi Utara 61.2 171.4 232.6 6.52 14.01 10.76 Indonesia 13,568.4 23,820.9 37,389.3 12.68 20.84 16.90 Sulawesi Utara 79.0 171.0 250.0 8.31 13.80 11.42 Indonesia 13,559.3 23,609.0 37,168.3 12.52 20.37 16.58
Mar 2007
Jul 2006
Jul 2005
Feb 2004
Persentase Penduduk MiskinPeriode
Jumlah Penduduk Miskin (000 Orang)
92
C. Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan
membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis
diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka
tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan
apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.
Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya,
persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi
menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan
kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah
terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah
dan 20% teratas.
Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara
40% populasi dengan pendapatan terendah
40% populasi dengan pendapatan moderat
20% populasi dengan pendapatan tertinggi
Rasio Gini 40% populasi dengan pendapatan terendah
40% populasi dengan pendapatan moderat
20% populasi dengan pendapatan tertinggi
Rasio Gini
Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32
Provinsi 2005 2007
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah
sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan rata-
rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen
penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah
dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
93
Tabel 6.5. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Utara
Komponen IPM 2002 2004 2005 2006
Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8
Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3
Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8
Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9
IPM 71.3 73.4 74.2 74.4
Peringkat Nasional 2 2 2 2
Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di
Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan
terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata
99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di
bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan
Talaud.
Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun
sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623
ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara
kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi
Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.
Tabel 6.6.
Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005
2004 2005 2004 2005
Bolaang Mongondow 70.7 71.6 121 105
Minahasa 73.5 74.0 47 46
Minahasa Selatan 71.2 71.5 96 113
Minahasa Utara 72.7 73.7 69 57
Kepulauan Sangihe 72.8 73.4 67 64
Kepulauan Talaud 71.8 72.3 80 87
Manado 75.9 76.3 8 12
Bitung 73.2 73.6 56 59
Tomohon 72.9 73.3 63 67
Sulawesi Utara 73.4 74.2 2 2
Indonesia 68.7 69.6
KAB/KOTAIPM Ranking Nasional
94
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
A. PERKIRAAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami
sedikit perlambatan dibandingkan triwulan I - 2008. Beberapa faktor penyebab
melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah
meningkatnya tekanan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang
berlanjut pada kenaikan harga barang dan jasa secara umum atau inflasi. Namun demikian,
perkembangan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan masih tetap positif yaitu
sebesar 6,26% (y.o.y).
Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II - 2008
Berdasarkan Jenis Penggunaan
Tumbuh Kontribusi Tumbuh Kontribusi
Konsumsi 4.76 2.37 3.50 2.90 2.03 1.36 0.92Konsumsi Swasta 4.05 2.15 2.89 2.52 1.19 0.69 0.32Konsumsi Pemerintah 6.27 2.80 4.71 3.67 0.84 2.73 0.61
PMTB 13.11 14.70 19.08 15.56 2.99 12.24 2.55Stok -22.00 81.72 15.35 9.24 0.16 0.33 0.01Ekspor 0.85 19.46 5.59 12.41 5.35 12.39 5.64Impor 2.81 21.54 6.97 12.17 4.14 7.98 2.86
PDRB 4.90 6.16 6.42 6.38 6.38 6.26 6.26
Q2-07 Q2-08*)2005 2006 2007
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima
Tabel 7.2.
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II - 2008 Berdasarkan Lapangan Usaha
Tumbuh Kontribusi Tumbuh KontribusiPertanian 6.15 4.67 6.55 8.29 1.85 4.36 0.99 Pertambangan & Penggalian -0.72 7.27 7.30 6.22 0.33 9.20 0.49 Industri Pengolahan 2.23 6.86 5.86 5.18 0.39 2.46 0.18 Listrik, Gas & Air Bersih 13.82 5.28 6.31 5.95 0.04 8.15 0.06 Bangunan 5.06 6.97 7.51 6.89 1.04 6.44 0.97 PHR 7.41 7.78 7.72 6.81 0.99 9.09 1.33 Pengangkutan & Komunikasi 5.83 5.56 6.88 6.50 0.73 7.34 0.82 Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5.64 10.03 7.47 7.84 0.52 8.18 0.55 Jasa-Jasa 2.79 4.21 3.21 2.95 0.49 5.36 0.86
PDRB 4.90 6.16 6.42 6.38 6.38 6.26 6.26
2005 2006 2007Q2-07 Q2-08*)
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima
1. Prospek Permintaan Agregat
Dari sisi permintaan, sektor konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor diperkirakan akan
menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi walaupun dengan trend yang sedikit
melambat. Pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga antara lain ditopang oleh masih
relatif tingginya daya beli masyarakat walaupun dalam bulan-bulan terakhir memperlihatkan
trend penurunan. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi
95
penghasilan dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Maret 2008.
Tingginya daya beli masyarakat antara lain bersumber dari kenaikan gaji, upah minimum
provinsi (UMP), serta penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan. Selain itu berlangsungnya
liburan sekolah pada akhir triwulan mendatang diperkirakan akan mendorong laju konsumsi
masyarakat.
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen Kota Manado
60
80
100
120
140
160
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2005 2006 2007 2008
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Realisasi investasi diperkirakan semakin meningkat seiring dengan kelanjutan berbagai
proyek infrastruktur pemerintah dan swasta guna mensukseskan even WOC (World Ocean
Conference) Tahun 2009 dan Manado sebagai kota pariwisata dunia 2010. Dari sisi belanja
fiskal, meningkatnya alokasi DIPA ke Sulawesi Utara dari Pemerintah Pusat yang mencapai
jumlah Rp 4,33 triliun di Tahun 2008 atau naik 16,54% diperkirakan akan meningkatkan
sumbangan belanja pemerintah daerah dalam PDRB Sulawesi Utara. Berdasarkan komponen
penyusunannya, DIPA sebagian besar disalurkan dalam bentuk DAU (Dana Alokasi Umum)
dengan pangsa sebesar 79,2% sedangkan sisanya dalam bentuk DAK (Dana Alokasi
Khusus) dan DBH (Dana Bagi Hasil) masing-masing dengan pangsa 15,6% dan 15,2%.
Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana pribadi juga
berasal dari pemerintah baik APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan non
bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang
disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang
dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah
Rp673 milliar atau meningkat 15,56% dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Sementara
96
itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi yang
rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga cukup
memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih baik. Hal
ini antara lain didukung oleh terus bergerak turunnya tingkat suku bunga.
Tabel 7.3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008
No. Jenis Penggunaan 2007 2008 Share
1 Pendidikan 144.25 202.48 30.06
2 Kesehatan 99.09 107.75 16.00
3 Kependudukan - 11.03 1.64
4 Jalan 93.92 128.97 19.15
5 Irigasi 43.05 65.88 9.78
6 Air Minum & Penyehatan Lingkunga 27.28 32.18 4.78
7 Kelautan dan Perikanan 30.78 30.77 4.57
8 Pertanian 46.94 46.94 6.97
9 Prasarana Pemerintahan 7.67 34.81 5.17
10 Lingkungan Hidup 8.65 8.63 1.28
11 Kehutanan - 4.08 0.61
501.63 673.50 100.00 Total Sumber : DPJPKPD, Depkeu
2. Prospek Penawaran Agregat
Dari sisi penawaran, sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR (Perdagangan, Hotel
dan Restoran) diperkirakan masih akan menjadi lokomotif pertumbuhan Sulawesi Utara.
Sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh 4,36% (y.o.y).
Pertumbuhan sektor pertanian ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan angka ramalan
(ARAM) tanaman padi dan palawija di Tahun 2008 yang diperkirakan mengalami
peningkatan.
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y
Produksi (Ton)
Padi Sawah 441,573 473,940 7.33 484,477 2.22
Padi Ladang 13,329 21,010 57.63 21,630 2.95
Padi (Sawah + Ladang) 454,902 494,950 8.80 506,107 2.25
Jagung 242,714 406,759 67.59 462,565 13.72
Kedelai 4,875 4,562 -6.42 6,222 36.39
Kacang Tanah 7,205 7,553 4.83 8,232 8.99
Kacang Hijau 2,078 2,153 3.61 2,057 -4.46
Ubi Kayu 82,416 74,406 -9.72 81,163 9.08
Ubi Jalar 37,345 35,485 -4.98 40,790 14.95
Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi Sawah 49.53 50.14 1.23 50.44 0.60
Padi Ladang 23.98 24.24 1.08 24.49 1.03
Padi (Sawah + Ladang) 48.03 47.97 -0.12 48.26 0.60
Jagung 29.53 35.17 19.10 35.35 0.51
Kedelai 14.68 17.14 16.76 13.91 -18.84
Kacang Tanah 12.38 13.12 5.98 13.14 0.15
Kacang Hijau 13.8 13.34 -3.33 13.31 -0.22
Ubi Kayu 136.86 130.33 -4.77 130.38 0.04
Ubi Jalar 99.45 98.08 -1.38 98.08 0.00
Tabel 7.4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi dan Palawija
di Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.5. Tingkat Produktivitas Produksi Padi dan Palawija
97
Selain itu, meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008
tercermin pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana
irigasi yang mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun
APBD. Secara rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan
dengan alokasi dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan
sebanyak 6 lokasi dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD
kabupaten, kota dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar.
Tabel 7.6.
Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum) 2008
1 Noongan 1286 Langowan 438 2 Lahendong 1059 Ratahan 94 3 Ranoyapo 2059 Tompaso Baru 650 4 Ranombolay 1157 Tombatu 430 5 Talawaan-Meras 1705 Minut 400 6 Buyat 769 Buyat-Ratatotok 190 7 Katulidan Sintakan 650 Passi-Kotamobagu 170 8 Tombolikat Sita 1076 Kotabunan 250 9 Pusian Molong 1171 Dumoga Timur 150 10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 2040 Lolak 200 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag 1476 Lolayan 250
1 Buko Tuntung 1166 Pinogaluman 342 3,564
No.
Total
Rehabilitasi
Peningkatan
Kegiatan LokasiLuas (Ha) Volume (Ha)
Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Tabel 7.7.
Proyek Irigasi di Sulawesi Utara Sumber Dana APBN 2008
No. Kegiatan LokasiAlokasi (Milliar)
1 Bakan (lanjutan) Bolmong 2.25 2 Torosik (lanjutan) Bolmong 2.00 3 Lolak (lanjutan) Bolmong 2.00 4 Otam (lanjutan) Bolmong 1.75 5 Nunuk (bendung & jarin Talaud 8.25 6 Pinaingan Talaud 1.75 7 Halabolu Bolmong 1.85 8 Bontane (lanjutan) Talaud 4.00 9 Bowonbaru (lanjutan) Talaud 2.00 10 Lalue (lanjutan) Talaud 2.50
28.35
1 Maelang Bolmong 1.50 2 Ayong Bolmong 2.00 3 Pusian Bolmong 1.84 4 Salongo Bolmong 0.80 5 Moayat Bolmong 1.37 6 Noongan Minahasa 1.00
8.51
Total
Total
Rehabilitasi Jaringan
Pembangunan
Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan tumbuh 9,09% (y.o.y) lebih
tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain didorong oleh perbaikan
permintaan, bisnis ritel pada periode-periode mendatang juga diperkirakan semakin
prospektif seiring dengan bertahannya tingkat suku bunga pada level 8% di tengah-tengah
98
meningkatnya tekanan inflasi. Perkembangan sektor PHR dapat dikonfirmasi dengan indeks
ekspektasi penjualan dalam 3-6 bulan y.a.d yang masih tetap memperlihatkan optimisme
peningkatan.
Grafik 7.2 Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d
708090
100
110120130
140
150160
170
J F M A M J J A S O N D J F M
2007 2008
3 bln yad 6 bln yad
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Sektor bangunan diperkirakan tumbuh 6,44% (y.o.y) tercermin dari terus berlangsungnya
pembangunan mal, hotel, apartemen, IT center dan kompleks perumahan. Selain di dukung
oleh meningkatnya permintaan, tumbuhnya sektor bangunan juga disebabkan oleh relatif
stabilnya suku bunga pada level 8% sejak pertengahan Tahun 2007. Namun demikian ke
depan diperkirakan penurunan tingkat suku bunga sedikit tertahan sehubungan dengan
tingginya angka inflasi dan tekanan harga minyak yang terus bergerak naik. Kondisi ini
dipertegas lagi dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado yang menunjukkan
pesimisme bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami
penurunan.
Grafik 7.3. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh 7,34% (y.o.y) pada triwulan
mendatang. Menurut sub sektornya, peningkatan sub sektor komunikasi antara lain
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
3 bulan yad 6 bulan yad
2006 2007 2008
99
Grafik 7.4. Ekspektasi Harga Menurut Penjual
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
3 bulan yad 6 bulan yad
2006 2007 2008
80
100
120
140
160
180
200
220
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
3 bulan yad 6 bulan yad
2006 2007 2008
Grafik 7.5. Ekspektasi Harga Menurut Konsumen
ditandai dengan terus berlangsungnya pembangunan menara BTS (Base Tranceiver System)
oleh provider telekomunikasi khususnya di daerah-daerah yang selama ini terisolir. Selain
itu, penawaran berbagai produk dan tarif yang semakin kompetitif serta hadirnya provider
telekomunikasi baru diperkirakan akan meramaikan persaingan jasa telekomunikasi yang
telah ada selama ini. Hal yang sama terjadi pada kinerja sub sektor pengangkutan yang
diperkirakan akan mengalami peningkatan dimana pada akhir triwulan mendatang
intensitas dan frekuensi masyarakat dalam melaksanakan perjalanan diperkirakan akan
meningkat sehubungan dengan terdapatnya liburan sekolah.
B. OUTLOOK INFLASI
Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga berbagai komoditas pangan
di tingkat internasional di perkirakan akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa
secara umum pada tingkat nasional dan regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Selain
itu, kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya kebijakan konversi energi dari
minyak tanah ke LPG diperkirakan akan menyebabkan lonjakan harga khususnya terhadap
bahan-bahan kebutuhan pokok.
Dengan memperhatikan besaran inflasi selama tahun 2007 serta sumber-sumber tekanan
inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi Kota Manado pada triwulan
mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini
sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, dimana
sebagian besar penjual atau konsumen optimis bahwa harga barang/jasa pada 3-6 bulan
mendatang akan mengalami kenaikan dengan level yang lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya.
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
100
Selain berbagai faktor eksternal, meningkatnya tekanan harga pada triwulan mendatang
juga dipengaruhi oleh masih terdapatnya kebutuhan pokok yang harus sepenuhnya
didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa komoditi tersebut diantaranya
adalah gula pasir, mentega, susu kental manis, dan terigu.
101
LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
MAKRO EKONOMI
IHK Kota Manado 146.21 145.58 150.61 155.86 155.86 157.48 Laju Inflasi Kota Manado (Y.o.Y) 6.98 6.43 7.79 10.13 10.13 7.68
PDRB - ADHK (Milliar Rp) 3,186 3,506 3,560 4,147 14,398 3,377 Pertumbuhan PDRB (y.o.y %) 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42 6.02
Jenis Penggunaan-Konsumsi 2,126 2,374 2,472 2,731 9,704 2,169
- Konsumsi RT 1,310 1,482 1,547 1,624 5,963 1,333 - Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit 98 111 116 120 444 103 - Konsumsi Pemerintah 719 781 810 987 3,297 733
- Pembentukkan Modal Tetap Bruto 633 731 851 939 3,154 681 - Perubahan Stok 51 62 68 30 211 34 - Ekpor 1,416 1,597 1,595 1,874 6,482 2,169 - Impor 1,042 1,258 1,426 1,426 5,152 1,676
Sektoral- Pertanian 674 794 789 843 3,100 712 - Pertambangan & Penggalian 167 188 191 220 765 179 - Industri Pengolahan 256 263 285 301 1,105 270 - Listrik, Gas, & Air Bersih 26 26 27 29 108 27 - Bangunan 507 529 587 657 2,280 547 - Perdagangan, Hotel & Restoran 424 511 518 698 2,150 454 - Pengangkutan & Komunikasi 382 393 365 546 1,685 407 - Keuangan, Persewaan & Jasa 217 236 246 262 961 230 - Jasa 533 566 551 592 2,242 551 Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 9.23 16.06 388.98 143.09 557.36 114.31 Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 13.61 22.46 703.56 194.62 138.68 138.68 Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 0.03 52.13 4.43 5.36 61.95 0.99 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 0.00 0.15 11.30 11.30 26.87 0.08
2007INDIKATOR 2007
102
LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH
2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
PERBANKAN
Bank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 8,958 9,319 9,905 10,548 10,548 10,362 DPK (Rp Triliun) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,070 7,055
- Tabungan (Rp Triliun) 2,739 2,994 2,998 3,725 3,725 3,564 - Giro (Rp Triliun) 1,102 1,311 1,365 1,189 1,189 1,282 - Deposito (Rp Triliun) 2,145 2,130 2,141 2,156 2,156 2,209
Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelapor 5,179 5,638 6,079 6,577 6,577 6,573 - Modal Kerja 1,883 2,014 2,245 2,540 2,540 2,530 - Konsumsi 2,742 3,024 3,215 3,363 3,363 3,387 - Investasi 554 601 619 674 674 657
LDR 86.52 87.61 93.46 93.02 93 93.16 NPL Gross (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 4 5.03 Kredit UMKM (Rp Triliun) 3,221.01 3,632.38 3,881.77 4,063.91 4,064 4,191.40Kredit Mikro ( < Rp50 juta) 216.24 372.20 237.45 248.10 248 253.66 Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) 1,026.16 1,116.48 1,355.41 1,344.45 1,344 1,402.38Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 milliar) 1,978.61 2,143.70 2,288.91 2,471.35 2,471 2,535.37NPL UMKM Gross (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 3.77 5.03
BPR :Total Aset (Rp Triliun) 145 149 152 171 171 176 DPK (Rp Triliun) 102 111 116 126 126 132
- Tabungan (Rp Triliun) 26 30 33 39 39 38 - Deposito (Rp Triliun) 76 81 83 86 86 94
Kredit (Rp Trilun) 111 122 127 131 131 135 - Modal Kerja 26 26 29 29 29 31 - Konsumsi 74 84 86 90 90 91 - Investasi 11 12 12 12 12 12
Kredit UMKM (Rp Triliun) 111 122 127 131 131 135 Rasio NPL Gross (%) 4.27 4.52 4.18 3.38 3.38 2.63 LDR 108.03 109.39 109.34 103.88 103.88 102.48
Bank SyariahTotal Aset (Rp Milliar) 73,559 79,172 79,295 82,797 82,797 82,294 DPK (Rp Milliar) 46,454 48,115 48,542 62,386 62,386 64,237 Pembiayaan 6,694 8,881 9,449 12,267 12,267 16,220 FDR 14.41 18.46 19.47 19.66 19.66 25.25
2007 2007INDIKATOR
103
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan
104
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.