Download doc - PTERIGIUM preskes

Transcript
Page 1: PTERIGIUM preskes

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATAPINGUEKULA

Oleh :

Novita Dwi Cahyanti G99121033Rosa Kristiansen G99121042Kisenda Bagus W. G99121022

Pembimbing:

dr. Raharjo Kuntoyo, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA2013

1

Page 2: PTERIGIUM preskes

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S.

Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : buruh bangunan

Alamat : Ngemplak, Boyolali

Tgl pemeriksaan : 19 November 2013

No. CM : 01229372

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama : daging putih mata kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan tumbuh daging putih di mata kanan sejak 1

bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan bahwa mata kanannya sering

berair, kadang perih, dan kadang terasa mengganjal. Pasien mengeluhkan

matanya sering merah berulang dan sering mengucek mata, pasien

mengatakan sering kelilipan terkena debu karena bekerja sebagai buruh

bangunan selama 15 tahun. Pasien tidak mengeluhkan pandangan mata

kabur, pandangan dobel, nyeri, pusing, gatal, silau, blobok. Keluhan mata

perih berkurang setelah pasien menggunakan tetes mata yang dibeli

sendiri. Mata kiri tidak ada keluhan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat hipertensi : disangkal

2. Riwayat kencing manis : disangkal

3. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

4. Riwayat trauma mata : disangkal

5. Riwayat kacamata : disangkal

2

Page 3: PTERIGIUM preskes

D. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat hipertensi : disangkal

2. Riwayat kencing manis : disangkal

3. Riwayat sakit serupa : disangkal

D. Kesimpulan Anamnesis

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesan umum

1. Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan subyektif

OD OS

A. Visus Sentralis

1. Visus sentralis jauh 6/6 6/6

a. pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan

b. koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Visus sentralis dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

B. Visus Perifer

1. Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Proyeksi sinar Baik Baik

3

OD OS

Proses Peradangan, infeksi -

Lokalisasi Konjungtiva -

Sebab Iritasi debu, sinar matahari

-

Perjalanan Kronis -

Komplikasi - -

Page 4: PTERIGIUM preskes

3. Persepsi warna Baik Baik

C. Pemeriksaan Obyektif

1. Sekitar mata OD OS

a. tanda radang Tidak ada Tidak ada

b. luka Tidak ada Tidak ada

c. parut Tidak ada Tidak ada

d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada

e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada

2. Supercilia

a. warna Hitam Hitam

b. tumbuhnya Normal Normal

c. kulit Sawo matang Sawo matang

d. gerakan Dalam batas normal Dalam batas normal

3. Pasangan bola mata dalam orbita

a. heteroforia Tidak ada Tidak ada

b. strabismus Tidak ada Tidak ada

c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada

d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada

e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada

4. Ukuran bola mata

a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada

b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada

4

Page 5: PTERIGIUM preskes

c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak ada

d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada

5. Gerakan bola mata

a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat

b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat

c. temporal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat

d. nasal Tidak terhambat Tidak terhambat

e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat

f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat

6. Kelopak mata

a. pasangannya

1.) edema Tidak ada Tidak ada

2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada

3.) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada

4.) blefarospasme Tidak ada Tidak ada

b. gerakannya

1.) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal

2.) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal

c. rima

1.) lebar 10 mm 10 mm

2.) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada

3.) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada

d. kulit

5

Page 6: PTERIGIUM preskes

1.) tanda radang Tidak ada Tidak ada

2.) warna Sawo matang Sawo matang

3.) epiblepharon Tidak ada Tidak ada

4.) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada

e. tepi kelopak mata

1.) enteropion Tidak ada Tidak ada

2.) ekteropion Tidak ada Tidak ada

3.) koloboma Tidak ada Tidak ada

4.) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal

7. sekitar glandula lakrimalis

a. tanda radang Tidak ada Tidak ada

b. benjolan Tidak ada Tidak ada

c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

8. Sekitar saccus lakrimalis

a. tanda radang Tidak ada Tidak ada

b. benjolan Tidak ada Tidak ada

9. Tekanan intraocular

a. palpasi Kesan normal Kesan normal

b. tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. Konjungtiva

a. konjungtiva palpebra superior

1.) edema Tidak ada Tidak ada

2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada

6

Page 7: PTERIGIUM preskes

3.) sekret Tidak ada Tidak ada

4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada

b. konjungtiva palpebra inferior

1.) edema Tidak ada Tidak ada

2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada

3.) sekret Tidak ada Tidak ada

4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada

c. konjungtiva fornix

1.) edema Tidak ada Tidak ada

2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada

3.) sekret Tidak ada Tidak ada

4.) benjolan Tidak ada Tidak ada

d. konjungtiva bulbi

1.) edema Tidak ada Tidak ada

2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada

3.) sekret Tidak ada Tidak ada

4.) injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

5.) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

6.) permukaan Tampak pinguekula Tampak pinguekula

e. caruncula dan plika

semilunaris

1.) edema Tidak ada Tidak ada

2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada

3.) sikatrik Tidak ada Tidak ada

7

Page 8: PTERIGIUM preskes

11. Sclera

a. warna Putih Putih

b. tanda radang Tidak ada Tidak ada

c. penonjolan Tidak ada Tidak ada

12. Kornea

a. ukuran 12 mm 12 mm

b. limbus Jernih Jernih

c. permukaan Rata, mengkilap Rata, mengkilap

d. sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

e. keratoskop ( placido ) Tidak dilakukan Tidak dilakukan

f. fluorecsin tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan

g. arcus senilis Tidak ada Tidak ada

13. Kamera okuli anterior

a. kejernihan Jernih Jernih

b. kedalaman Dalam Dalam

14. Iris

a. warna Cokelat Cokelat

b. bentuk Tampak lempengan Tampak lempengan

c. sinekia anterior Tidak tampak Tidak tampak

d. sinekia posterior Tidak tampak Tidak tampak

15. Pupil

a. ukuran 3 mm 3 mm

b. bentuk Bulat Bulat

8

Page 9: PTERIGIUM preskes

c. letak Sentral Sentral

d. reaksi cahaya langsung Positif Positif

e. tepi pupil Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

16. Lensa

a. ada/tidak Ada Ada

b. kejernihan Jernih Jernih

c. letak Sentral Sentral

e. shadow test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. Corpus vitreum

a. Kejernihanb. Reflek fundus

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OS

A. Visus sentralis jauh

6/6 6/6

B. Visus perifer

Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Proyeksi sinar Baik Baik

Persepsi warna Baik Baik

C. Sekitar mata Dalam batas normal Dalam batas normal

D. Supercilium Dalam batas normal Dalam batas normal

E. Pasangan bola mata dalam orbita

Dalam batas normal Dalam batas normal

F. Ukuran bola mata

Dalam batas normal Dalam batas normal

G. Gerakan bola mata

Dalam batas normal Dalam batas normal

9

Page 10: PTERIGIUM preskes

H. Kelopak mata Dalam batas normal Dalam batas normal

I. Sekitar saccus lakrimalis

Dalam batas normal Dalam batas normal

J. Sekitar glandula lakrimalis

Dalam batas normal Dalam batas normal

K. Tekanan intarokular

Dalam batas normal Dalam batas normal

L. Konjungtiva palpebra

Dalam batas normal Dalam batas normal

M. Konjungtiva bulbi

Tampak pinguekula Tampak pinguekula

N. Konjungtiva fornix

Dalam batas normal Dalam batas normal

O. Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal

P. Kornea Dalam batas normal Dalam batas normal

Q. Camera okuli anterior

Kesan normal Kesan normal

R. Iris Bulat, warna coklat Bulat, warna coklat

S. Pupil Diameter 3 mm, bulat, sentral

Diameter 3 mm, bulat, sentral

T. Lensa Kesan normal Kesan normal

U. Corpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10

Page 11: PTERIGIUM preskes

V. DIAGNOSIS BANDING

ODS Pterigium

ODS Pinguekula

ODS Pseudopterigium

VI. DIAGNOSIS

ODS Pinguekula

VII. TERAPI

Cendo lyteers ED ODS

VIII. PLANNING

Eksisi apabila mengganggu tampilan kosmetik atau apabila pinguekula

tersebut menjadi meradang secara kronis.

IX. PROGNOSIS

OD OS

1. Ad vitam Dubia et bonam Dubia et bonam

11

Page 12: PTERIGIUM preskes

2. Ad fungsionam Dubia et bonam Dubia et bonam

3. Ad sanam Dubia et bonam Dubia et bonam

4. Ad kosmetikum Dubia et bonam Dubia et bonam

TINJAUAN PUSTAKA

PINGUEKULA

A. DEFINISI

Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang

ditemukan pada orang tua, namun juga bisa pada orang dewasa dan akan-

anak. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal.

Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa

konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi

bila meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan

terlihat pembuluh darah yang melebar.

B. EPIDEMIOLOGI

Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah

iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering.

Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah

yang terletak kurang 370 Lintang Utara dan Selatan dari ekuator. Prevalensi

tinggi sampai 22% di daerah dekat ekuator dan kurang dari 2% pada daerah

12

Page 13: PTERIGIUM preskes

yang terletak di atas 400 Lintang. Insiden Pinguekula cukup tinggi di

Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.

Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi Pinguekula. Prevalensi

pinguekula meningkat dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari

kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara 20 dan 49. Kejadian berulang

(rekuren) lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali

lebih resiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan

rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah.

C. ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat

beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguekula.

Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah lingkungan

yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di

udara dan faktor herediter.

1. Radiasi ultraviolet

Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya

pinguekula adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea

dan konjungtiva menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak

lintang, waktu di luar rumah, penggunaan kacamata dan topi juga merupakan

faktor penting.

2. Faktor Genetik

Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan

pinguekula dan berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat

keluarga dengan pinguekula, kemungkinan diturunkan autosom dominan.

3. Faktor lain

Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer

kornea merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya

limbal defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis dari

pinguekula. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan

partikel tertentu, dry eye juga dapat menyebabkan pinguekula.

13

Page 14: PTERIGIUM preskes

D. PATOFISIOLOGI

Lesi degeneratif dari konjungtiva bulbar ini terjadi sebagai hasil dari radiasi

sinar ultraviolet (UV), namun sering juga dihubungkan dengan iritasi benda

iritan seperti debu. Sel epithelium yang melapisi pinguekula dapat saja

normal, menipis, atau menebal. Sementara kalsifikasi jarang terjadi.3

Pinguekula biasanya terjadi secara bilateral, karena kedua mata

mempunyai kemungkinan yang sama untuk kontak dengan sinar ultra violet,

debu dan kekeringan.

Daerah nasal konjungtiva relatif mendapat sinar ultra violet yang lebih

banyak dibandingkan dengan konjungtiva yang lain, karena disamping

kontak langsung, juga dari pantulan hidung. Hal ini mengakibatkan

pinguekula lebih sering terjadi pada daerah nasal konjungtiva.

Pinguekula dianggap terjadi akibat degenerasi atau degradasi serat kolagen

dalam konjungtiva. Degenerasi konjungtiva menciptakan deposit dan

pembengkakan jaringan yang biasanya akan datar.

Pinguekula lebih umum terjadi pada orang paruh baya atau lebih tua. Hal ini

karena seiring bertambahnya usia, kelenjar lakrimalis mulai menurun

fungsinya untuk membasahi mata sehingga mata cenderung kering dan tidak

terlindungi. Namun, mereka bisa muncul lebih awal jika seseorang di bawah

sinar matahari sangat sering. Pinguekula mungkin bertambah parah dari

waktu ke waktu dan tumbuh lebih besar terutama jika perlindungan terhadap

matahari tidak digunakan.

E. MANIFESTASI KLINIS

Pinguekula sering bermanifestasi di dekat limbus pada zona interpapebral,

paling sering daerah nasal, berupa penonjolan putih kekuningan, deposit

subepithelial yang amorf. Pinguekula dapat membesar secara bertahap dalam

periode waktu yang lama. Inflamasi berulang dan iritasi okuli mungkin

dijumpai.

14

Page 15: PTERIGIUM preskes

F. DIAGNOSIS

Seorang dokter mata biasanya dapat mendiagnosa pinguekula dengan

observasi eksternal, secara umum menggunkan instrumen yang disebut slit

lamp. Slit lamp adalah sebuah mikroskop dengan sumber cahaya dan dapat

memperjelas struktur mata bagi pemeriksa. Bagaimanapun, karena

pinguekula dapat saja terlihat seperti pertumbuhan jaringan mata yang serius,

penting bagi penderita untuk memeriksakan mata mereka pada ahli mata

yang profesional.

Secara histopatologi, jaringan kolagen subepitelial menjadi

berfragmen, bergelombang, dan lebih basofilik dengan pewarnaan

hematoksilin-eosin. Jaringan juga diwarnai dengan pewarna jaringan elastic

dan bukan jaringan yang tidak elastic. Jaringan ini biasanya tidak elastik

terhadap terapi dengan elastase yang tidak mencegah pewarnaan positif untuk

elastin. Jenis degenerasi kolagen ini, sebagaimana karakteristik pewarnaan

pada jaringan elastic disebut elastoid atau degenerasi elastotik atau secara

sederhana, elastosis.

Ada 3 karakteristik pinguekula yang konsisten:

1. Degenerasi basofilik kolagen (elastosis). Perubahan ini bermanifestasi

sebagai nodul dari degenerasi basofilik terfragmentasi. Juga disebut

degenerasi kolagen elastotic karena akan merosot noda hitam dengan

Verhoeff-van Gieson noda dan memberikan penampilan serat elastis.

Kontroversi muncul karena beberapa peneliti percaya sudah ada serat elastis

yang terlibat sementara yang lain menunjukkan elastase yang tidak

15

Page 16: PTERIGIUM preskes

menghilangkan noda tersebut. Ada juga mungkin degenerasi kolagen urat

saraf yang tidak basofilik.

2. Peradangan kronis di substantia propria. Peradangan biasanya

dimediasi oleh limfosit dan sel-sel inflamasi mononuklear.

3. Peningkatan vaskularisasi. Tidak ada dari temuan ini yang khusus,

namun mereka hampir tidak berubah. Selain epitel yang melapisi dikatakan

menipis, epitel dapat pula hiperplastik atau displastik (dalam hal diagnosis

utama adalah displasia). Mungkin terdapat pula fokus keratinisasi.

G. PENATALAKSANAAN

Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis. Eksisi

jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu

tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang

secara kronis. Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan

pada pasien dengan inflamasi kronis.

Bagaimanapun, proses penyembuhan pasca operasi pengangkatan jaringan

pinguekula, walaupun tidak sakit, biasanya membutuhkan waktu yang lama.

Biasanya juga terdapat angka kekambuhan yang tinggi (50-60% di beberapa

daerah). Sehingga, operasi biasanya dihindari jika masalah yang timbul akibat

pinguekula tidak begitu signifikan.

16

Page 17: PTERIGIUM preskes

DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, M. Pinguecula. (2011). www.eyewiki.aao.org/P ingucula.

Ilyas, S. (2009). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Unknown. Pinguecula and Pterigium. http://www.dcareaeyecare.com/ pinguecula_article.html

Vaughan, D. (2010). Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17