1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan kebutuhan bahan bakar setiap tahun menjadi fokus utama
dalam permasalahan krisis energi diindonesia Krisis energi terjadi karena mulai
menipisnya cadangan bahan bakar fosil. konsumsi berlebih manusia terhadap
bahan bakar fosil menyebabkan cadangan bahan bakar tersebut menjadi semakin
menipis, sedangkan untuk pembaharuannya diperlukan waktu ribuan bahkan
jutaan tahu (Silvia 2010).
penanggulangan krisis energi dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumber
energy berbasis nabati, salah satu contohnya adalah bioetanol. Bioetanol
merupakan etanol hasil fermentasi biomassa. Alasan penggunaan bioetanol
sebagai bahan bakar yang dapat menggantikan premium, karena bioetanol bersifat
ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Penggunaan bioetanol dapat
menghemat penggunaan premium. Selain itu, bioetanol dapat menurunkan kadar
emisi gas rumah kaca hingga 80% dari hasil pembakarannya sehingga dapat
mengurai efek rumah kaca. Bahan baku untuk memproduksi bioetanol dapat
berasal dari bahan yang mengandung glukosa, berpati, dan bahan yang berselulosa
(Suryaningsih dan Irhas 2014).
Salah satu biomassa yang berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol
adalah sorgum. Sorghum memiliki banyak manfaat diantaranya biji sorghum di
gunakan sebagai bahan makanan, batang dan daun untuk pakan ternak, sedangkan
2
nira sorgum (sorghum swee) dapat diolah menjadi etanol (bioethanol)
(Suryaningsih R dan Irhas 2014).
Sebagai bahan bakar alternative dapat digunakan dalam berbagai
keperluan, seperti dicampur dengan bensin (Premium) untuk kendaraan bermotor
atau lebih dikenal sebagai gashol, di india bioethanol ini juga di gunakan sebagai
bahan bakar untuk penerangan lampu (lampu bertekanan etanol) disebut ‘noorie’
yang menghasilkan 1250 – 1300 lumens (setara dengan lampu 100 W) dan
digunakan sebagai bahan bakar kompor untuk memasak karena menghasilkan
panas capac (Suryaningsih dan Irhas 2014).
Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik
Tujuan khusus dari kerja praktik ini adalah memepelajari proses pembuatan
bioetanol berbasis tanaman sorgum Manfaat dari kerja praktek ini adalah dapat
mengetahui proses pembuatan bioethanol dengan teknologi fermentasi dan dapat
memberikan informasi pembuatan bioethanol berbasis sorgum.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
PUSAT APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI (PAIR) – BATAN
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) merupakan lembaga pemerintah
non kementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenaga nuklir. Lembaga ini terdiri
dari Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Pusat Teknologi Keselamatan dan
Metrologi Radiasi (PTKMR), Pusat Pengembangan Geologi Nuklir (PPGN),
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), dan Pusat Diseminasi Iptek Nuklir
(PDIN). Lembaga tersebut merupakan wujud pengembangan dari Pusat Penelitian
Pasar Jumat yang dibentuk pada tanggal 20 Desember 1966 sebagai implementasi
dari Keputusan Presiden No. 306 Tahun 1965, dan dikukuhkan melalui Keputusan
Presiden RI No. 299 Tahun 1968.
Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat berubah menjadi PAIR pada
tanggal 20 Februari 1980 melalui Keputusan Presiden RI No. 14 Tahun 1980.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.197 tahun 1998 tanggal 7 Desember
1998, Kepala BATAN menerbitkan Surat Keputusan No. 329/KA/VII/2000 yang
mengubah PAIR menjadi P3TIR (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Isotop dan Radiasi). Selanjutnya P3TIR berubah menjadi Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), dan mengalami perubahan kembali
menjadi PAIR pada tahun 2014. PAIR-BATAN terletak di Jalan Lebak Bulus
Raya No. 49, Pasar Jumat-Jakarta Selatan (Gambar 1).
4
Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN No. 392/KA/XI/2005 tanggal 24
November 2005, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi mempunyai tugas untuk
melaksanakan pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi. Fungsi
PAIR–BATAN terdiri dari pelaksanaan pengembangan dan aplikasi teknologi
isotop dan radiasi di bidang kebumian dan lingkungan; pelaksanaan
pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang proses radiasi;
pelaksanaan pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang
pertanian; pelaksanaan pengendalian keselamatan kerja dan pengelolaan limbah;
pelaksanaan urusan tata usaha; dan pelaksanaan pengamanan nuklir kawasan.
Bidang Pertanian
Kegiatan pokok bidang ini adalah melakukan aplikasi teknologi isotop dan
radiasi dalam riset serta pengembangan di bidang pertanian. Bidang ini terdiri dari
5 kelompok, yaitu pemuliaan tanaman, pemupukan dan nutrisi tanaman,
pengendalian hama penyakit tanaman, nutrisi ternak, serta kesehatan dan
reproduksi ternak. Pemuliaan tanaman berperan dalam menginduksi mutasi pada
materi genetik melalui iptek nuklir karena memiliki energi cukup tinggi untuk
5
dapat menimbulkan perubahan pada struktur atau komposisi materi genetik
tanaman (genom, kromosom, gen atau DNA). Pemuliaan tanaman biasanya
diawali dengan upaya peningkatan ragam genetik tanaman, dilanjutkan dengan
seleksi, pemurnian benih, pengujian, hingga pelepasan varietas unggul. Fokus
kelompok pemuliaan tanaman adalah tanaman pangan, tanaman industri serta
hortikultura.
Kelompok pemupukan dan nutrisi tanaman melakukan penelitian yang
berhubungan dengan tanah dan tanaman menggunakan teknik nuklir, yaitu dengan
aplikasi isotop dan radiasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isotop
digunakan sebagai alat (tool) untuk merunut (trace) dalam mempelajari perilaku
(behaviour) dan dinamika unsur hara dalam tanah dan tanaman. Radiasi
digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang digunakan sebagai media
pengembangan mikroba untuk pupuk hayati. Kelompok pengendalian hama dan
penyakit menggunakan teknik nuklir berupa teknik radiasi dan isotop radioaktif.
Iradiasi memberikan dampak yang bervariasi bagi makhluk hidup, diantaranya
pengaruh letal dan pengaruh mandul atau steril.
Kelompok nutrisi ternak berperan dalam menunjang program swasembada
daging nasional dengan memanfaatkan sumberdaya pakan lokal untuk
pengembangan pakan ternak ruminansia. Pakan lokal diharapkan mampu
menggantikan dan meningkatkan mutu pakan, serta meningkatkan populasi ternak
sehingga mudah diperoleh dan lebih murah. Kelompok kesehatan dan reproduksi
ternak berperan dalam pengembangan sistem pencegahan penyakit dan efisiensi
reproduksi pada ternak dengan memanfaatkan teknik nuklir dan teknik terkait.
6
Teknik nuklir (iradiasi) digunakan untuk melemahkan virulensi agen penyakit,
akan tetapi masih mampu menginduksi kekebalan penyakit. Kegiatan litbang juga
mencakup peningkatan kinerja reproduksi ternak.
Laboratorium Mikrobiologi Kelompok Nutrisi Ternak PAIR – BATAN
Laboratorium ini berfungsi dalam melakukan pengujian mikroorganisme
dari sampel untuk analisis pakan ternak. Fasilitas yang terdapat pada laboratorium
ini terbagi menjadi 2, yaitu dengan teknik nuklir dan tanpa teknik nuklir. Fasilitas
yang digunakan dalam tenik nuklir adalah ternak yang difistula, kandang,
waterbath, centrifuge, liquid scintillation counter (LSC), analisis pengaktifan
neutron (APN), multi chanel analysis (MCA), ruang asam, film badge, dan
detektor. Pakan, ternak, dan kandang ternak merupakan fasilitas pendukung yang
tidak langsung menggunakan teknik nuklir.
Alat dan bahan yang mendukung kegiatan nutrisi ternak tanpa teknik
nuklir adalah alat pengukur kandungan protein, ammonia, serat kasar, produksi
gas, pH, asam lemak mudah menguap (VFA), oven, timbangan analitik, dan tanur.
Fasilitas yang mendukung untuk penelitian dan analisis pakan ikan dengan teknik
nuklir dan non nuklir adalah gamma counter, aquarium, kolam percobaan, mesin
pelet, aerator, dan oven.
Sumber : http://www.batan.go.id/patir/
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sorghum bicolor L. Moench
Sorgum merupakan tanaman asli yang berasal dari wilayah - wilayah tropis
dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australia, wilayah yang terdiri dari
Australia, Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga
Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara
spesies - spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies
Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman ini sekeluarga dengan tanaman serealia
lainnya seperti padi, jagung dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan
tebu. Dalam taksonomi, tanaman - tanaman tersebut tergolong dalam satu famili
besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae atau rumput -
rumputan (Humam S 2010).
Sorghum bicolor L. Moench memiliki potensi penting sebagai sumber
karbohidrat bahan pangan, pakan, dan komoditi ekspor. tanaman sorgum juga
memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan tanaman palawija lainnya yaitu
tanaman sorghum lebih tahan terhadap cekaman lingkungan, misalnya pada lahan
kering, Tanaman sorgum memiliki ketahanan terhadap kondisi kering karena
adanya lapisan lilin pada batang dan daunnya yang dapat mengurangi kehilangan
air karena penguapan. Potensi yang dimiliki tanaman sorgum dapat digunakan
sebagai suatu upaya pemberdayaan lahan kering dan lahan kritis. (Suryaningsih R
dan Irhas 2014).
8
Gambar 1 Tanaman Sorghum
Salah satu cara pengembangan teknologi budidaya tanaman sorgum yang
dapat diterapkan yaitu upaya untuk mengatur kerapatan atau populasi tanaman
sorgum, sehingga peningkatan produktivitas sorgum masih dapat dilakukan
dengan mengatur jarak tanam optimalnya. Dengan adanya ketersediaan air
terutama di musim kemarau yang cenderung kurang dapat memenuhi kebutuhan
tanaman, maka hal ini membuka peluang bagi pengembangan tanaman sorgum
yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kering (Suryaningsih R dan
Irhas 2014).
9
Bioetanol
Etanol merupakan cairan yang secara luas digunakan untuk berbagai
keperluan yang didasarkan pada konsentrasi, sifat kimia etanol tidak beracun,
dapat digunakan sebagai campuran bensin, kosmetik, obat-obatan pelarut dalam
kimia dan industri fermertasi (Suryaningsih dan Irhas 2014).
Ada dua metode yang digunakan untuk menghasilkan etanol yaitu hidrasi
etilen dan fermentasi, namun dengan kenaikan harga minyak mentah, produk
etanol dibuat dari bahan baku yang mengandung pati, gula dan selulosa seperti
singkong, ubi jalar, gandum, sorghum dan jagung. etanol dihasilkan melalui
proses fermentasi dan penyulingan (Suryaningsih dan Irhas 2014).
satu molekul glukosa dalam proses fermentasi akan menghasilkan 2 molekul
etanol dan karbon dioksida. Berdasarkan berat 1 gram gula, secara teoritis akan
menghasilkan 0,51 gram etanol, karena sebagian besar sumber karbon digunakan
untuk pembentukkan biomassa, sehingga secara teori menghasilkan etanol
berkisaran antara 90-95% (Human 2010).
Bioetanol adalah salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama
dikembangkan untuk menggantikan bahan bakar minyak yang dibuat dari
biomassa tanaman (batang) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi).
bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar alternative yang terbarukan dan
sebagai bahan bakar pengganti fosil (Silvia 2010).
Bioetanol yang dihasilkan dari sorghum diproduksi oleh proses fermentasi
dan penyulingan, melalui lima fase, tahap pertama adalah proses penggilingan
batang sorgum untuk mendapatkan nira dari sorgum, tahap kedua terdiri dari pra
10
proses fermentasi meliputi proses sterilisasi dan proses pembuatan starter dengan
menambahkan nutrisi dan saccaharomyces cerevisie (ragi tape), tahap ketiga
adalah proses fermentasi selama 48 jam dengan menambahkan stater inoculum
proses pembuatan dan menambahkan antifoam, tahap keempat adalah proses
penyulingan, tahap kelima adalah saringan molekul dehidrasi (Silvia 2010).
Produksi etanol dari nira sorghum tidak bisa mencapai 100% (sempurna),
ini karena tidak semua glukosa dapat diubah menjadi etanol, namun kebanyakan
dari glukosa akan diubah menjadi CO, bioetanol yang dihasilkan dari glukosa
adalah 51%, berdasarkan reaksi di bawah ini :
C6H12O62 2C2H5OH+2CO2 Saccharomyces cerevisiae
Hal ini terjadi karena pada saat proses fermentasi kemungkinan kontaminasi
mikroba lainnya, selain itu konversi juga tergantung pada panjang proses
fermentasi, jumlah stater yang digunakan dan kualitas nira sorgum yang
digunakan (Sari 2009).
11
BAB IV
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik
Kegiatan kerja praktik dilaksanakan mulai pada tanggal 23 Juli 2014 - 23
Agustus 2014. Lokasi kegiatan di Laboratorium Kelompok Nutrisi Ternak PAIR-
BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya, Jakarta Selatan
Objek Kerja Praktek
Objek kerja praktek adalah tanaman sorghum.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah Erlenmeyer, gelas ukur, ember, gayung,
tabung sampel, alat peras sorghum, tabung gas CO2 dan portable refractometer
(alat ukur kadar gula), sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman sorgum,
nira sorgum, molases, NPK, saccaharomyces cerevisie (ragi tape), dan urea.
Metode Kegiatan Kerja Praktik
1. Persiapan
Tahapan awal kerja praktik dilakukan dengan proses pemanenan tanaman
sorgum kemudian memishkan antara batang sorghum dengan daun sorghum,
batang sorgum kemudian diperas dengan alat peras sorghum sehingga
menghasilkan nira sorghum.
12
2. Pembuatan media Fermentasi
Sebanyak 1,85 l nira sorghum dipindahkan ke dalam erlenmeyer ukuran 2 l
dan dicampurkan dengan molasses 1,85 ml, NPK 1,87 g, urea 9,25 g dan 10 g
saccaharomyces cerevisie (ragi tape) kemudian di aduk dan di tambahkan gas
CO2 selama 3 menit kemudian fermentasi alkohol diamati dalam beberapa waktu
diantaranya hari ke 0, hari ke 3, hari ke 13 dan hari ke 21.
3. Analisis parameter
Beberapa parameter yang diamati diantaranya pH media, kadar gula Brix,
Kadar Volatile fatty acids (VFA), Kadar Etanol dan Foto Mikroba.
Pengamatan kadar pH menggunakan alat pH meter, dengan mengambil
sampel dari setiap media fermentasi, pengamamatan foto mikroba untuk
mengetahui aktivitas fermentasi oleh ragi tape, pengaman kadar gula (brix) dan
pengamatan kadar alkohol menggunakan alat portable refratometer untuk
mengetahui kadar alkohol yang terbentuk.
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Media Produksi Alkohol
Batang Sorgum yang Diperas menghasilkan 3,7 liter nira sorgum,
kemudian nira sorgum yang didapat dipindahkan ke dalam 2 buah Erlenmeyer
berukuran 2 liter, Gambar 1 menunjukkan nira sorgum yang masih segar dan
belum ditambahkan berbagai nutrient untuk proses fermentasi alkohol, sedangkan
pada gambar 2 terlihat warna media lebih keruh akibat dari penambahan molasses,
ragi, NPK dan urea sebagai sumber nutrisi bagi mikroba dalam proses fermentasi
alkohol.
(A) (B)
Gambar 2. (A) Nira Sorgum Dalam Erlenmeyer, (B) Nira sorgum dalam media fermentasi
14
Tabel 1. Data Pengamatan
Parameter A B
0 3 13 21 0 3 13 21
pH 5,14 3,68 3,55 3,47 5,17 3,66 3,66 3,44
VFA 1,7307 4,6152 17,307 5,769 3,4614 7,4997 17.307 10,3842
Gula 12 11 7,5 7,5 12 11 8 7,5
Alkohol 5,5 4,5 3,3 5,5 4,3 3,4
Berdasarkan data pada tabel 1 terlihat waktu optimum fermentasi alkohol
ada pada hari ke 3, dengan indikasi kadar alkohol 5,5% dan waktu optimum
terbentuknya senyawa antara atau hasil sekunder ada pada hari ke 13, hal itu di
buktikan pada kadar VFA tinggi di hari ke 13.
15
Kadar pH
Fermentasi nira sorgum dengan inokulum ragi tape mengakibatkan
perubahan pada tingkat keasaman di tiap waktu pengamatan (Gambar 1).
Perubahan pH menunjukkan adanya aktivitas mikroba (Gambar 2). pH awal
media nira sorgum berkisar antara 5,14 – 5,17, pada pengamatan hari ke 3, hari ke
13 dan hari ke 21 pH mengalami penurunan menjadi lebih asam sejumlah 3,47.
Penurunan ini terjadi akibat adanya aktivitas mikroba dalam medium,
perubahan pH dalam fermentasi disebabkan karena dalam aktivitasnya sel khamir
selain menghasilkan etanol sebagai metabolit primer juga menghasilkan asam
asam organic seperti asam malat, asam tartarat, asam sitrat, asam laktat, asam
asetat, asam butirat dan asam propionate sebagai hasil samping (Nurhayati S dan
Apriliana D 2013).
Grafik 1. Data Pengukuran pH
16
Kadar Volatile fatty acids (VFA)
Pada uji pengukuran Volatile fatty acids (VFA), nilai VFA awal berkisar
antara 1,7307 - 3,4614, namun pada pengamatan hari ke 13 nilai VFA meningkat
hingga 17,307 ditunjukan pada tabel 2, peningkatan ini terjadi karena saat proses
fermentasi aktivitas mikroba dalam medium menghasilkan produk samping
berupa asam organic seperti asam malat, asam tartarat, asam sitrat, asam laktat,
asam asetat, asam butirat dan asam propionate.
Grafik 2. Data Pengukuran VFA
17
Kadar Gula
Pengujian kadar Gula menggunakan alat Portable Refractometer,
tujuannya adalah untuk mengetahui penyerapan nutrient selama proses fermentasi,
berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 4, besar kadar gula nira sorgum
setelah diperas adalah 12%, setelah ditambahkan berbagai perlakuan kadar gula
nira berkurang menjadi berkisar antara 8% - 10%, hal itu diperkirakan karena
masih adanya aktivitas mikroba pada masa penyimpanan nira sebelum digunakan
karena suhu penyimpanan yang masih dapat ditolerir sehingga terdapat beberapa
mikroba yang dapat hidup.
Penurunan kadar gula setelah nira sorgum di tambah urea molasses dan
NPK pada pengamatan hari ke 0, hari ke 3, hari ke 13 dan hari ke 21, penurunan
kadar gula disebabkan adanya penyerapan glukosa oleh mikroba dalam kultur
selama proses fermentasi, glukosa merupakan sumber karbon utama bagi mikroba
yang diserap melalui transfer aktif yang kemudian di metabolisme untuk
menghasilkan energy dan mensintesis bahan pembentuk sel, serta sintesis
metabolit (Priest dan Campbell 1996).
18
Grafik 3. Uji Kadar Gula
Foto Mikroba
Adanya aktivitas mikroba yang menyebabkan penurunan pH medium
dapat di deteksi menggunakan mikroskop dan dapat dilihat pada gambar 1.
Terlihat beberapa jenis mikroba yang di dominasi oleh khamir dan beberapa
bakteri yang berbentuk basil, khamir ini diduga berasal dari ragi tape yang
ditambahkan ke dalam medium, menurut kavanagh (2005) ragi yang digunakan
dalam pangan umumnya adalah jenis mikroba khamir, khususnya saccharomyces
cerevisiae, karena dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap alkohol serta mampu menghasilkan alkohol dalam jumlah yang
banyak.
19
Saccharomyces cerevisiae memiliki sel berbentuk ellipsoid atau silindris,
ukuran sel Saccharomyces cerevisiae antara 5-20 mikron, biasanya 5-10 kali lebih
besar dari ukuran bakteri dan merupakan khamir uniseluler (Buckle et al 2007).
Gambar 3. Foto Mikroba media fermentasi hari ke 3
20
Kadar Alkahol
Pengujian kadar alkohol menggunakan alat Portable Refractometer,
Pembentukkan alkohol dilakukan dalam kondisi anaerob oleh saccharomyces
cerevisiae (ragi tape), yang merupakan jenis mikroba fakultatif anaerob, tenaga
yang diperoleh melalui respirasi anaerob sebagian digunakan untuk
pembentukkan alkohol (Nurhayati S dan Apriliana D 2013).
Alkohol terbentuk akibat regenerasi NAD+ sehingga enzim mengubah
piruvat menjadi asetaldehid yang berperan sebagai penerima hydrogen dan CO2,
NADH kemudian membawa electron dan ion H+ ke dua molekul asetaldehid
sehingga dihasilkan produk akhir berupa alcohol.
Berdasarkan data pengamatan pada tabel 3, kadar alkohol tertinggi ada
pada pengamatan hari ke 3 dengan kadar alkohol sejumlah 5,5%, hal itu
menandakan bahwa proses fermentasi alkohol berlangsung paling optimum di hari
ke 3, hal ini disebabkan produksi alkohol dalam fermentasi di pengaruhi oleh
tersedianya urea, urea berperan sebagai sumber nitrogen bagi mikroba,
tersedianya sumber nitrogen dengan konsentrasi yang tepat dalam media
fermentasi mampu meningkatkan pertumbuhan mikroba sehingga dapat diperoleh
kadar etanol maksimum.
Selain pengaruh urea, lama fermentasi juga mempengaruhi terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan, lama fermentasi alkohol yang paling optimal untuk
proses pembuatan bioethanol adalah 3 hari (sari etal 2008), jika fermentasi
21
dilakukan lebih dari 3 hari, justru kadar alkohol nya dapat berkurang, karena
alkohol telah dikonversi menjadi senyawa lain, misalnya ester.
Grafik 2. Data Pengukuran Alkohol
22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa nira sorgum dapat dijadikan
bahan baku pembuatan bioetanol, produksi bioetanol paling maksimum terjadi
pada hari ke 3 sebesar 5,3%.
Saran
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan bioetanol
yang maksimal, mulai dari mengganti sumber
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Visi dan Misi PAIR-BATAN
Visi
Visi PATIR adalah terwujudnya teknologi isotop dan radiasi yang handal,
mempunyai daya saing dan keselamatan tinggi serta berperan nyata dalam
pembangunan pertanian, industri, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan
.
Misi
1. Melaksanakan penelitian pengembangan untuk meningkatkan penguasaan dan
pemanfatan iptek nuklir sehingga menjadi pusat acuan dalam penerapan teknologi
isotop dan radiasi di bidang pertanian, proses radiasi, kebumian dan lingkungan.
2. Meningkatkan pengembangan pemanfaatan teknologi isotop dan radiasi untuk
menghasilkan produk inovasi yang memiliki daya saing, menyentuh kepentingan
masyarakat luas serta diserap dan dimanfaatkan oleh pengguna akhir.
3. Menumbuhkan jejaring kerjasama dan sinergi antar lembaga penelitian baik di
dalam maupun luar negeri serta membangun kemitraan dengan pelaku usaha
untuk menguatkan ketahanan pangan, meningkatkan kemampuan industri nasional
serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara optimal.
24
4. Menerapkan sistem mutu dalam manajemen penelitian dan pengembangan
untuk mewujudkan budaya keselamatan yang tinggi pada setiap aspek kegiatan
serta meningkatkan transparansi dalam pengelolaan administrasi menuju ke arah
diversifikasi sumber pembiayaan penelitian.
Struktur Organisasi
25
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Kerja Praktik
No
.Hari, Tanggal Kegiatan
1. Rabu, 23 Juli 2014
Menyiapkan alat dan bahan
Pemanenan tanaman sorgum dari kebun
Pemisahan daun sorghum dari batang sorgum
Pemerasan batang sorghum dengan alat peras
sorghum
Mendapatkan nira sorghum
Pembuatan media fermentasi
Pengamatan hari ke 0
2. Kamis, 24 Juli 2014
Pengamatan media fermentasi hari ke 1
Pengujian kadar ph
Pengujian kadar brix
Pengujian VFA
3. Jumat, 25 Juli 2014
Pengamatan media fermentasi Hari ke 2
Pengujian kadar ph
Pengujian kadar brix
Pengujian VFA
4. Sabtu, 26 Juli 2014 Pengamatan media fermentasi Hari ke 3
Pengujian kadar ph
26
Pengujian kadar brix
Pengujian VFA
Penyaringan reduksi hasil media fermentasi
5. Minggu, 27 Juli 2014
6. Senin, 28 Juli 2014
7. Selasa, 29 Juli 2014
8. Rabu, 30 Juli 2014
9. Kamis, 31 Juli 2014
10. Jumat, 1 Agustus 2014
11. Sabtu, 2 Agustus 2014
12. Minggu, 3 Agustus 2014
13. Senin, 4 Agustus 2014 Pengamatan Hari Ke 12
14. Selasa, 5 Agustus 2014
Pengamatan Hari Ke 13
Pemisahan Residu pada media fermentasi
Mengeringkan Residu didalam oven
15. Rabu, 6 Agustus 2014 Pengamatan proses pengeringan residu di oven
Pengkoreksian data-data hasil kerja praktek
16. Kamis, 7 Agustus 2014 Pengamatan proses pengeringan residu di oven
17. Jumat, 8 Agustus 2014 Pengamatan proses pengeringan residu di oven
18. Sabtu, 9 Agustus 2014
19. Minggu,10 Agustus2014
20. Senin, 11 Agustus 2014 Mengeluarkan haasil pengeringan residu yang
27
sudah kering
Residu kering di simpan dalam wadah
21. Selasa, 12 Agustus 2014
Melakukan proses penggerusan residu kering
dengan cara di blender sehingga menghasilkan
serbuk
22. Rabu, 13 Agustus 2014
Memisahkan residu yang ada di media
fermentasi B
Memasukkan hasil pemisahan ke dalam kulkas
23. Kamis, 14 Agustus 2014 Memasukkan Residu Ke dalam oven
24. Jumat, 15 Agustus 2014 Kontol pengeringan Residu dalam oven
25. Sabtu, 16 Agustus 2014
26.Minggu, 17 Agustus
2014
27. Senin, 18 Agustus 2014 Mengeluarkan Residu yang sudah kering dari
oven
28. Selasa, 19 Agustus 2014 Menggerus residu kering hingga menjadi bubuk
29. Rabu, 20 Agustus 2014 Persiapan panen benih
30. Kamis, 21 Agustus 2014
Pemanenan benih
Menghitung benih dan pencatatan
Pemindahan benih pada kolam pemeliharaan
benih
28
Lampiran 3. Alat Dan Bahan
Alat Keterangan
Erlenmeyer 2000 ml
Gelas Ukur
29
Tabung Reaksi
Tabung CO2
30
pH Meter
Refractomater Portable
Alat Timbang
Peralatan Uji VFA
31
Alat Penggilingan Sorgum
Alat Keterangan
Batang Sorgum
NPK
32
Urea
Molases
33
Nira Sorgum
Ragi Tape
34
Lampiran 4. Hasil Pengujian
Parameter A B
0 3 13 21 0 3 13 21
pH 5,14 3,68 3,55 3,47 5,17 3,66 3,66 3,44
VFA 1,7307 4,6152 17,307 5,769 3,4614 7,4997 17.307 10,3842
Gula 12 11 7,5 7,5 12 11 8 7,5
Alkohol 5,5 4,5 3,3 5,5 4,3 3,4
35
DAFTAR PUSTAKA
Suryaningsih R, Irhas. 2014. Bioenergy Plants in Indonesia: Sorghum for
Producing Bioethanol as an Alternative Energy Substitute of Fossil Fuels.
Departemen Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, D.I
Yogyakarta.
[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional. Denah Lokasi.
http://www.batan.go.id/patir/denah.html. [26 Agustus 2014]
Humam S, etal. 2010. Perbaikan Kualitas Sorgum Manis Melalui Teknik Mutasi
untuk Bioetanol Jakarta: Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Silvia. 2010. Produksi Etanol Dari Sorgum (Sorghum bicolour L. Moench) diikuti
oleh hidrolisis enzimatik melalui fermentasi menggunakan Saccharomices
cerevisiae. s.l. Biochemical Technology Laboratory;
Sari RPP. 2009. Pembuatan Etanol Dari Nira Sorgum Dengan Proses Fermentasi.
Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponogoro. Semarang
Fatimah S. 2007. Analisis Volatile Fatty Acids (VFA) Probiotik R1 Dan R2
Dalam Ekstrak Singkong (Manihot esculenta Crantz). [Skripsi]. Jakarta:
36
Fakultas Ilmu Matematika Dan Pengetahuan Alam, Institut Sains Dan
Teknologi Nasional
Nurhayati S dan Apriliana D. 2013. Pengaruh Pemberian Urea Sebagai Sumber
Nitrogen Terhadap Produksi Bioetanol Berbahan Baku Nira Sorgum.
Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Biologi, Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Priest FG, Campbell i. 1996. Brewing Microbiology. Ed ke-2. London: Chapman
& Hall
Kavanagh, kevin, 2005, Fungi Biology and Application, John Willey & Sons Ltd.
England
Recommended