RANCANGAN RENCANA INDUK PENANGGULANGAN BENCANA (RIPB)
TAHUN 2015-2045
Rapat Kerja Nasional BNPB Tahun 2018
Tim Penyusunan RIPB 2015-2045
Nusa Dua, Bali, 21 Februari 2018
2
BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang RIPB
1.2. Landasan Hukum RIPB dalam Kerangka UU 24/2007
1.3. Capaian Pelaksanaan UU 24/2007 dan Implikasinya dalam Jangka Panjang
3
4Sumber : DIBI BNPB
24,65% (3.810) bencana geologi
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim.
gempabumi, tsunami, letusan gunungapi, dan tanah longsor
15.458bencana periode
2005 – 2015
AAAAAAAAAAAA
A
Korban dan Kerugian AEkonomi
Lebih Besar75,35% (11.648) bencana hidrometeorologi
BENCANA ALAM DI INDONESIA2005 - 2015
5
6
BAB II. VISI DAN MISI PB JANGKA PANJANG
2.1. Kerangka Jangka Panjang PB dalam RPJPN
2.2. Kerangka SDGs dan SFDRR dalam PB Indonesia
2.3. Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Jangka Panjang 2015-2045
7
8
9
KERANGKA PIKIR RIPB 2015 - 2045
10
11
12
FOKUS SUBSTANSI RIPB 2015-2045
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PB JANGKA PANJANG3.1. Arah Kebijakan Penanggulangan Bencana
3.2. Strategi Penanggulangan Bencana
3.3. Program Prioritas
14
15
16
17
BAB IV. KERANGKA PELAKSANAAN RENCANA INDUK PB JANGKA PANJANG
4.1. Pemantapan kerangka regulasi penanggulangan bencana
4.2. Penguatan Kerangka Kelembagaan penanggulangan bencana
4.3. Peningkatan Kerangka Investasi dalam penanggulangan bencana
18
19
20
21
22
23
BAB V. PROYEKSI SASARAN DAN DAMPAK PB JANGKA PANJANG5.1 Proyeksi Dampak Bencana dalam Pembangunan Nasional danWilayah
5.2. Proyeksi Sasaran Penanggulangan Bencana menurut jenisAncaman Bencana
5.3. Proyeksi Sasaran Penanggulangan Bencana menurut Wilayah dan Daerah
PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KERENTANAN TERHADAP BENCANA
25Sumber: Kepala BMKG, Januari 2018
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PRAKIRAAN INVESTASI PRB
Hampir ~ 75 % infrastruktur industri dasar dan konektivitas, termasuk prasarana pendukungnya dibangun pada zona
rentan/bahaya
Investasi 1 US$ pada sistem peringatan dini, dapat memitigasi 10 US$
Dalam kondisi normal, setiap tahun bencana di Indonesia
menelan rata-rata sekitar 30 T-Rp.
26Sumber: Kepala BMKG, Januari 2018
27
TARGET UTAMA:PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA 2015-2019
• Baseline indeks risiko bencana secara nasional adalah rata2 indeks risiko bencana dari 497 kabupaten/kota berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013 yaitu 156,3
• Baseline indeks risiko bencana pusat-pusat wilayah pertumbuhan yang dimaksud dalam RPJMN 2015-2019 adalah rata2 indeks risiko bencana dari 136 kabupaten/kota, yaitu 169,5
NO. TINGKATJUMLAH KAB/
KOTA
INDEKS RATA-
RATA
(BASELINE 2013)
TARGET
PENURUNAN INDEKS
(15%)
TAHUN TARGET
INDEKS
(TAHUN
2019)2015 2016 2017 2018 2019
1 NASIONAL 497 156.3 23.4 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 132.9
2KAB/KOTA PRIORITAS
NASIONAL136 169.4 25.4 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 144.0
TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH 2045
28
Peningkatan peran wilayah
SUMATERA sebagai pintu
gerbang kawasan Asia serta
pusat produksi dan pengolahan
hasil bumi
6,4 %PER
TAHUN
Peningkatan daya saing
PULAU KALIMANTAN sebagai
beranda negara serta pusat
pertambangan dan kehutanan
6,9%PER
TAHUN
Peningkatan daya saing
wilayah PULAU PAPUA
sebagai sentra perikanan,
pertanian/ perkebunan, industri
agro dan pangan, pariwisata
bahari dan alam, serta
pertambangan
8,3%PER
TAHUN
Wilayah PULAU SULAWESI pintu gerbang Kawasan Timur
Indonesia dan pusat industri pangan penggerak ekonomi, sumber
kebudayaan Indonesia, maupun sumber keanekaragaman hayati
Indonesia
7,4%PER
TAHUN
Peningkatan daya saing wilayah
BALI DAN NUSA TENGGARA
sebagai sentra
pertanian, peternakan, perikanan,
dan pusat pariwisata
7,2%PER
TAHUN
Menjaga momentum pertumbuhan PULAU
JAWA sebagai pusat industri dan jasa
nasional serta penghubung antara kegiatan
pertanian dengan non pertanian
6,1%PER
TAHUN
Peningkatan daya saing wilayah
KEPULAUAN MALUKU melalu
pendayagunaan sumberdaya
kelautan, daratan, serta
pengembangan kawasan
perbatasan berwawasan
lingkungan
9%PER
TAHUN
Pertumbuhan ekonomi harus mempertimbangkan risiko bencana tinggi sesuai dengan karakteristik di setiap wilayah
30
31
PROFIL PERMASALAHAN PENANGGULANGAN BENCANA PER WILAYAH
FAKTOR BENCANA SUMATERA JAWA-BALI KALIMANTAN SULAWESI NUSA TENGGARA
MALUKU PAPUA
ANCAMAN BENCANA
INDEKS KAPASITAS
1. Perkuatan kebijakan dan kelembagaan
2. Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu
3. Pengembangan sistem informasi diklat dan logistik
4. Penanganan tematik kawasan rawan bencana
5. Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana
6. Perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana
7. Pengembangan sistem pemulihan bencana
INDEKS KERENTANAN
:Tinggi :Sedang :Rendah *Simbol untuk indeks kapasitas berlaku kebalikan
32
Wilayah Pulau Kab Prioritas
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Kondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana
Jumlah Kejadian per Tahun 2016-
2017
Internalisasi PRBPenurunan
Tingkat Kerentanan
Peningkatan Kapasitas
Sumatera
Kota LhokseumaweBanjir, Gempa bumi dan Tsunami, Karhutla, dan Puting Beliung
8
1. RR pasca bencana masif Erupsi Gn. Sinabung, Gempa bumi Pidie, dan Kepulauan Mentawai belum terselesaikan
2. DAS Kritis penyebab banjir dan tanah longsor
3. Rawan Karhutla di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Lampung
4. Kapasitas pemerintah daerah yang minim
5. Penyebaran informasi peringatan dini yang belum optimal
• Integrasi Kajian dan Peta risiko bencana dalam penyusunan RTRW
• Penyusunan rencana kontinjensi di kab/kota
• Sosialisasi PRB• Rehabilitasi dan
rekonstrukti letusan Gunungapi Sinabung, Gempa bumi Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Kepulauan Mentawai, dan daerah pasca bencana alam lainnya
• Pemeliharaan dan penataan lingkungan pada beberapa DAS kritis di Pulau Sumatera
• Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana daerah.
• Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami di pesisir pantai barat Pulau Sumatera
• Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api.
• Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi)
• Monitoring hot spot kebakaran hutan dan lahan
• Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 21 kabupaten/kota risiko tinggi bencana
• Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan pusat logistik kebencanaan di Wilayah Sumatera
Kota Banda AcehGempa Bumi, Kekeringan, dan Puting Beliung
3
Kota MedanBanjir, Tanah Longsor, Karhutla, dan Puting Beliung
28
LangkatBanjir, Tanah Longsor, Gempa Bumi, Kebakaran Hutan, dan Puting Beliung
36 Sedang (0,5)
Deli SerdangPuting Beliung, Banjir, Banjir dan Tanah Longsor, Karhutla, dan Gempa Bumi
40Rendah (0,35)
Sedang (0,46)
KaroBanjir, Letusan Gunungapi, Tanah Longsor, Banjir dan Tanah Longsor, Puting Beliung, dan Karhutla
15Rendah (0,38)
SimalungunBanjir, Tanah Longsor, dan Puting Beliung
8Sedang (0,42)
Kota PadangBanjir, Puting Beliung, Tanah Longsor, Gelombang Pasang/Abrasi
51
Rendah (0,28)
Padang PariamanBanjir, Puting Beliung, Tanah Longsor, Gelombang Pasang/Abrasi, Gempa Bumi, dan Karlahut
35
MATRIKS KEBENCANAAN WILAYAH SUMATERA (1)
33
MATRIKS KEBENCANAAN WILAYAH SUMATERA (2)
Wilayah PulauKab /Kota Prioritas
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Kondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana
Jumlah Kejadian per Tahun 2016-
2017
Internalisasi PRBPenurunan Tingkat
KerentananPeningkatan Kapasitas
Sumatera
Kepulauan Mentawai
Banjir, Tanah Longsor, dan Gelombang Pasang/Abrasi
6
6. RR pasca bencana masif Erupsi Gn. Sinabung, Gempa bumi Pidie, dan Kepulauan Mentawai belum terselesaikan
7. DAS Kritis penyebab banjir dan tanah longsor
8. Rawan Karhutla di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Lampung
9. Kapasitas pemerintah daerah yang minim
10. Penyebaran informasi peringatan dini yang belum optimal
• Integrasi Kajian dan Peta risiko bencana dalam penyusunan RTRW
• Penyusunan rencana kontinjensi di kab/kota
• Sosialisasi PRB• Rehabilitasi dan
rekonstrukti letusan Gunungapi Sinabung, Gempa bumi Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Kepulauan Mentawai, dan daerah pasca bencana alam lainnya
• Pemeliharaan dan penataan lingkungan pada beberapa DAS kritis di Pulau Sumatera
• Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana daerah.
• Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami di pesisir pantai barat Pulau Sumatera
• Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api.
• Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi)
• Monitoring hot spot kebakaran hutan dan lahan
• Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 21 kabupaten/kota risiko tinggi bencana
• Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan pusat logistik kebencanaan di Wilayah Sumatera
Kota JambiKarhutla, Banjir, dan Puting Beliung
19
SarolangunBanjir, Banjir dan Tanah Longsor, Puting Beliung
10Rendah (0,28)
Kerinci
Banjir, Tanah Longsor, Banjir dan Tanah Longsor, Gempa bumi dan Tsunami, Kekeringan, Letusan Gunungapi, dan Puting Beliung
25 Rendah (0,27)
Kota Bengkulu Banjir dan Puting Beliung 3
MukomukoBanjir, Puting Beliung, Gempa Bumi, dan Tanah Longsor
6
Rejang LebongPuting Beliung, Banjir, dan Tanah Longsor
7
BanyuasinPuting Beliung, Banjir, dan Tanah Longsor
35 Rendah (0,31)
LahatBanjir, Puting Beliung, dan Tanah Longsor
38 Sedang (0,5)
Kota Bandar Lampung
Banjir, Kekeringan, Tanah Longsor, dan Puting Beliung
17
Lampung BaratBanjir, Tanah Longsor, Banjir dan Tanah Longsor, Puting Beliung, dan Kekeringan
9Rendah (0,25)
Sedang (0,45)Tanggamus
Banjir, Kekeringan, Puting Beliung, dan Tanah Longsor
13
34
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH SUMATERA
Batas IRB Sedang/Tinggi 144,4
19 Kab/Kota dari 21 Kab/Kota PrioritasPenanggulangan
Bencana di Wilayah Sumatera dalam RPJMN
2015 – 2019 memiliki Indeks Risiko Bencana
Tinggi
Daerah yang telah memiliki kapasitas Sedang dalam menghadapi bencana di
Wilayah Pulau Sumatera, yaitu Kota Medan, Kab. Lahat, Deli
Serdang, Simalungun, dan Tanggamus. Sementara daerah
lainnya masih memiliki kapasitas rendah dalam menghadapi bencana.
35
36
PROFIL PROYEKSI KEBENCANAAN WILAYAH SUMATERA
Jenis Bencana yang mendominasi Wilayah Pulau
Sumatera antara lain banjir, tanah
longsor, dan puting beliung
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH SUMATERA
HUTAN PRIMER
HUTAN SEKUNDER
HUTAN TANAMAN
SEMAK BELUKAR
PERTANIAN NON SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHAN KOSONG
BADAN AIR
PERTAMBANGAN
BANDARA PELABUHAN
LAINNYA
37
38
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU SUMATERA
Jenis bencana: banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung api dan kebakaran hutan dan lahan
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dan pengetahuan masyarakat
tentang kebencanaanb. sosialisasi dan diseminasi PRB kepada masyarakat di 21 kabupaten/kota risiko tinggi.c. rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana di Pulau Sumatera, yaitu: letusan
gunung api Sinabung, Kabupaten Karo, Kepulauan Mentawai, Aceh Tengah, Bener Meriah, Sumatera Barat dan daerah pasca bencana alam lainnya.
d. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) kritis dan daerah rawan bencana alam di Pulau Sumatera.
e. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana.
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,
a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana daerah.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami pada kabupaten/kota di pesisir pantai barat Pulau Sumatera, sistem peringatan dini erupsi
gunung api di Pulau Sumaterac. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan secara berkala dan berkesinambungan terhadap bencana banjir, gempa bumi, tsunami, dan letusan
gunung api.d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi
bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api.e. Meningkatkan monitoring hot spot kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung.f. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 21 kabupaten/kota risiko tinggi bencana untuk mendukung Gerakan Desa Hebat.g. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 2 (dua) unit pusat logistik kebencanaan di wilayah
Sumatera Bagian Utara dan Sumatera Bagian Selatan yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil.
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH JAWA BALI
Wilayah Pulau
Kabupaten
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Kondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana 5 Tahun TerakhirJumlah Kejadian
per 5 TahunInternalisasi PRB
Penurunan Tingkat Kerentanan
Peningkatan Kapasitas
JAWA BAL
I
BADUNG kekeringan, puting beliung, tanah longsor 9
1. Kerawanan
Hidrometeorol
ogi Tinggi
2. Banyaknya
DAS Kritis
3. RR
Pascabencan
a: Banjir
Bandang Kab.
Garut
4. Penyebaran
Informasi
Peringatan
Dini Belum
Optimal
0.48
o Integrasi Kajian dan Peta risiko bencana dalam penyusunan RTRW
o Penyusunan rencana kontinjensi di kab/kota
o Menumbuhkan budaya sadar bencana
o Sosialisasi dan diseminasi PRB
o Pemeliharaan dan Penataan DAS Kritis di Ciliwung, Citarum, Bengawan Solo, dan Cisadane
o Penyediaan EWS Tsunami di pesisir selatan Pulau Jawa-Bali yang rawan;
o Penyediaan Pemantau Gunungapi di daerah yang memiliki ancaman Letusan Gunungapi;
o Penyediaan infrastruktur dan shelter evakuasi untuk bencana Gempa bumi, Tsunami, Letusan Gunungapi, dan banjir
o Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui Destana
BANDUNG BARAT Banjir, Kekeringan, puting beliung, tanah longsor 62 0.45
BANGKALAN banjir, puting beliung, tanah longsor 34 -
BANYUWANGI banjir, gempa, karhutla, puting beliung, tsunami 30 0.35
BEKASI puting beliung, tanah longsor 16 0.26
BOJONEGORO banjir, tanah longsor, kekeringan, puting beliung 191 0.48
BULELENGabrasi, karhutla, kekeringan, puting beliung, tanah longsor
87 0.44
CIAMISbanjir, tanah longsor, gempa bumi, kekeringan, puting beliung
112 0.4
CIANJURbanjir, tanah longsor, karhutla , kekeringan, puting beliung
65 -
CILACAP banjir, tanah longsor, abrasi, kekeringan, puting beliung 310 0.41
CIREBON kekeringan, puting beliung, tanah longsor 50 -
DEMAK puting beliung, tanah longsor 34 0.44
DKI JAKARTA banjir, puting beliung, tanah longsor 125 0.44
JEMBER gempa bumi, karhutla, puting beliung, tanah longsor 52 0.33
KEBUMEN banjir, tanah longsor, kekeringan, puting beliung 52 0.41
KENDAL kekeringan, puting beliung, tanah longsor 51 0.36
KOTA BANDUNG gempa bumi, puting beliung 12 0.41
39
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH JAWA BALI
Wilayah Pulau
Kabupaten
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Kondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana 5 Tahun TerakhirJumlah
Kejadian per 5 Tahun
Internalisasi PRBPenurunan Tingkat
KerentananPeningkatan
Kapasitas
JAWA BAL
I
KOTA BOGOR banjir, karhutla, puting beliung, tanah longsor 29
1. Kerawanan
Hidrometeorolo
gi Tinggi
2. Banyaknya DAS
Kritis
3. RR
Pascabencana:
Banjir Bandang
Kab. Garut
4. Penyebaran
Informasi
Peringatan Dini
Belum Optimal
0.41
o Integrasi Kajian dan Peta risiko bencana dalam
penyusunan RTRW
o Penyusunan rencana
kontinjensi di kab/kota
o Menumbuhkan budaya sadar
bencanao Sosialisasi dan
diseminasi PRBo Pemeliharaan
dan Penataan DAS Kritis di
Ciliwung, Citarum,
Bengawan Solo, dan Cisadane
o Penyediaan EWS Tsunami di pesisir selatan
Pulau Jawa-Bali yang rawan;
o Penyediaan Pemantau
Gunungapi di daerah yang
memiliki ancaman Letusan
Gunungapi;o Penyediaan infrastruktur dan shelter evakuasi untuk bencana Gempa bumi,
Tsunami, Letusan
Gunungapi, dan banjir
o Pengurangan risiko bencana
berbasis komunitas
melalui Destana
KOTA DENPASAR banjir, puting beliung, tanah longsor 8 0.5
KOTA DEPOK banjir, Puting beliung, tanah longsor 14 0.41
KOTA SEMARANGbanjir, tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, letusan
gunungapi, puting beliung81 0.49
KOTA SURABAYA banjir, puting beliung, tanah longsor 9 -
KOTA YOGYAKARTA banjir, puting beliung, tanah longsor 10 0.51
LAMONGAN banjir, kekeringan, puting beliung, tanah longsor 25 0.24
MAGELANG banjir, gempa bumi, kekeringan, puting beliung, tanah longsor 127 0.49
MALANGbanjir, tanah longsor, abrasi, gempa bumi, karhutla, puting beliung,
tanah longsor55 -
PACITANbanjir, tanah longsor, kekeringan, karhutla, puting beliung, tanah
longsor46 -
PANGANDARAN banjir, tanah longsor, puting beliung 29 0.22
SIDOARJO banjir, kekeringan, puting beliung, tanah longsor 36 -
SLEMAN banjir, letusan gunungapi, puting beliung, tanah longsor 59 0.49
SUKABUMIbanjir, tanah longsor, gempa bumi, karhutla, kekeringan, puting
beliung181 -
TABANAN banjir, kekeringan, puting beliung, tanah longsor 11 0.23
TANGERANG banjir, kekeringan, puting beliung, tanah longsor 22 0.33
TASIKMALAYAbanjir, tanah longsor, abrasi, gempa bumi, kekeringan, puting
beliung, 98 -
40
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH JAWA-BALI
Batas IRB Sedang/Tinggi 144,4
Wilayah Jawa-Bali memiliki 2daerah yang tergolong ke
dalam risiko bencana sedang, yaitu Kota Denpasar dan Kota
Semarang, sedangkan sisanya tergolong ke dalam
risiko tinggi
Daerah yang telah memiliki kapasitas Rendah dalam menghadapi bencana di
Wilayah Pulau Jawa Bali, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Bekasi, Jember, Kendal,
Lamongan, Pangandaran, Tabanan, Tangerang.
Sementara daerah lainnya masih memiliki kapasitas
Sedang dalam menghadapi bencana.
41
42
PROFIL PROTENSI KEBENCANAAN WILAYAH JAWA BALI
Jenis Bencana yang mendominasi
Wilayah Pulau Jawa-Bali antara lain banjir, tanah
longsor, dan puting beliung
HUTANPRIMER
HUTANSEKUNDER
HUTANTANAMA
N
SEMAKBELUKAR
PERTANIANNON
SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHANKOSON
G
BADANAIR
PERTAMBANGAN
BANDARAPELABUHAN
LAINNYA
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH JAWA
43
44
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU JAWA-BALI
Jenis Bencana : banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakatc. kerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi
kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat;d. Pemeliharaan dan penataan lingkungan disekitar daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung,
Citarum, Bengawan Solo, Cisadane dan daerah rawan bencana alam lainnya;e. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi
bencana.
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami di kabupaten/kota di pesisir selatan Pulau Jawa Bali yang rawan bencana tsunami;b. Penyediaan sistem pemantauan gunung api di Cilegon, Tasikmalaya, Wonosobo, Magelang, Kediri, Blitar, Klaten, Sleman, Bangli, Karangasemc. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi
bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir;d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana yang difokuskan pada daerah yang berisiko tinggi
bencana di Pulau Jawa-Bali;e. Penguatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, di Wilayah Jawa-Balif. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir.
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunanberkelanjutan
WILAYAH PULAU Kab Prioritas
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Strategi Penanganan (existing)
Jenis Bencana
# Kejadian
Bencana
2012-2016
Internalisasi PRBPenurunan Tingkat
KerentananPeningkatan Kapasitas
KALIMANTAN
Kota Pontianak Banjir, putting beliung, tanah longsor 9
• Kebakaran hutan
dan lahan
• Kerusakan
lingkungan akibat
illegal logging dan
pertambangan
• Kapasitas
pemerintah daerah
blm optimal
• Masyarakat belum
memiliki kesadaran
dan pemahaman
mengenai bencana
kebakaran hutan
dan lahan.
0.28
1. Kajian risiko
bencana melalui
penyusunan
kajian dan peta
risiko
2. Inrtegrasi PRB
dalam
perencanaan
pembangunan
3. Penyusuan
Rencana
kontinjensi
1. Restorasi lahan
gambut.
2. Pemulihan
kawasan DAS kritis.
3. Pencegahan
kebakaran hutan
dan lahan secara
structural maupun
non-structural di
kab/kota rawan
karhutla
1. Penguatan
kapasitas
masyarakat
dalam
pengurangan
risiko bencana
kebakaran
hutan dan lahan
2. Pemberdayaan
masyarakat
peduli api
Kota
Singkawang
Banjir, kebakaran hutan dan lahan,
tanah longsor14 0.41
Bengkayang Banjir, tanah longsor 7 0.3
Sambas Banjir, putting beliung 6 0.23
Sintang Banjir dan Kebakaran Hutan 2
Kapuas Hulu Putting Beliung 1 0.42
Ketapang - - 0.5
Landak Banjir, putting beliung 8 0.41
Kota BaruBanjir, kebakaran hutan dan lahan,
putting beliung14 0.43
Barito KualaBanjir, kebakaran hutan dan lahan,
putting beliung17 0.35
Tanah LautBanjir, gelombang pasang/abrasi,
putting beliung10 0.29
Kota
Palangkaraya
Banjir, Kebakaran hutan dan Lahan,
putting beliung6 0.41
Kapuas Banjir dan Putting Beliung 2 0.47
Kota SamarindaBanjir, Kebakaran hutan dan lahan,
putting beliung dan tanah longsor122 0.4
Kota
Balikpapan
Banjir, kebakaran hutan dan lahan,
putting beliung dan tanah longsor96 0.49
Kutai
Kertanegara
Banjir, kebakaran hutan dan lahan,
putting beliung dan tanah longsor77 0.39
Kota Tarakan Gempa bumi 1 0.34
NunukanBanjir, kebakaran hutan dan lahan,
putting beliung dan tanah longsor18 0.31
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH KALIMANTAN
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH KALIMANTAN
Wilayah Kalimantan memiliki 3 kabupaten yang tergolong risiko sedangyaitu Kota Pontianak, Kab. Landak, dan
Kota tarakan sedangkan kabupaten sisanya tergolong ke dalam risiko
bencana tinggi
Wilayah Kalimantan memiliki 8 daerah yang memiliki kapasitas Sedang dalam
hal penanggulangan bencana, terdiri dari Kota Singkawang, Kab. Kapuas Hulu,
Ketapang, Landak, Kotbaru, Kota palangkaraya, Kapuas, dan Kota
Balikpapan, Sedangkan kabupaten/kota lainnya tergolong ke dalam kapasitas
rendah.
Batas IRB Sedang/Tinggi 144,4
46
47
PROFIL POTENSI BENCANA DI WILAYAH PULAU KALIMANTAN
ANALISIS KEJADIAN BENCANAJenis bencana yang paling sering terjadi di wilayah Pulau Kalimantan: 1. Banjir : 24%2. Kebakaran hutan dan lahan :
24%3. Tanah longsor : 18%4. Puting beliung : 17%
Kota yang paling sering dilanda bencana adalah1. Kota Samarinda : 122 kejadian2. Kota Balikpapan: 96 kejadian3. Kutai Kertanegara : 77
kejadian
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH KALIMANTAN
HUTAN PRIMER
HUTAN SEKUNDER
HUTAN TANAMAN
SEMAK BELUKAR
PERTANIAN NON SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHAN KOSONG
BADAN AIR
PERTAMBANGAN
BANDARA PELABUHAN
LAINNYA
48
49
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANAWILAYAH PULAU KALIMANTAN
Bencana alam : kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan kekeringan
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kebencanaan.;b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat c. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Kapuas, Mahakam dan Barito maupun daerah rawan bencana alam lainnya;d. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan
mitigasi bencana
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah,b. Meningkatkan monitoring hot spot di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Utara;c. Monitoring dan pemantauan ancaman bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan serta meningkatkan
penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat;d. Simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan;e. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana di 18 Kabupaten/Kota;f. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit pusat logistik
kebencanaan di wilayah pulau Kalimantan yang dapat menjangkau wilayah terpencil.
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunanberkelanjutan
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH SULAWESI
Wilayah Pulau
KabupatenAncaman
Isu Permasalahan KapasitasKondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana 5 Tahun TerakhirJumlah Kejadian per
5 TahunInternalisasi PRB
Penurunan Tingkat Kerentanan
Peningkatan Kapasitas
SULAWESI
BANTAENG Abrasi, karhutla, kekeringan, puting beliung 21
1. Tingkat kerawanan banjir dan longsor tinggi
2. Wilayah kerawanan bencana gempa bumi berada pada pusat pertumbuhan
3. Minimnya kesadaran pemda dan masyarakat terhadap penanggulangan bencana
0.27 Rendah
o Integrasi kajian dan peta risiko bencana
dalam RPJMD dan RTRW
o Pengenalan, pengkajian,
dan pemantauan
risiko bencana
o Menumbuhkan budaya
sadar bencana
o Rehab rekons pascabencan
a banjir bandang di
manadoo Pemeliharaan
dan penataan lingkungan di DAS mamasa,
Tondano, Limboto, dan
Tempe
o Penyediaan EWS bencana
banjir, longsor,
gempa bumi, tsunami,da Letusan Gn.
Apio Pembentukan
dan pengembangan destana di 24 Kab/Kota
prioritaso Pembanguna
n 2 unit depo logistik untuk manajemen
kebencanaano Pelaksanaan
simulasi dan gladi
kesiapsiagaan tanggap darurat banjir,
longsor, gempa bumi, tsunami, dan Letusan Gn.
Api
DONGGALABanjir, tanah longsor, abrasi, kekeringan,
letusan gunungapi,11 - -
GORONTALO Banjir, tanah longsor, puting beliung 230.49 Sedang
0.45 Sedang
KEPULAUAN SANGIHE banjir, abrasi, puting beliung, tanah longsor 12 0.3 Rendah
KOLAKAbanjir, karhutla, kekeringan, puting beliung,
tanah longsor21 0.28 Rendah
KONAWEbanjir, tanah longsor, kekeringan, puting
beliung21 0.28 Rendah
KOTA BITUNG tanah longsor 1 0.32 Rendah
KOTA GORONTALO banjir 3 0.32 Rendah
KOTA KENDARI banjir, tanah longsor, puting beliung 15 0.49 Sedang
KOTA MAKASSAR banjir, puting beliung, tanah longsor 4 0.48 Sedang
KOTA MANADObanjir, tanah longsor, gempa bumi, puting
beliung20 0.321 Rendah
KOTA PALU banjir, tanah longsor 5 0.45 Sedang
LUWU TIMUR banjir, puting beliung 8 0.49 Sedang
MAMUJU TENGAH banjir 2 0.25 Rendah
MAROS banjir, puting beliung 4 0.28 Rendah
MINAHASA SELATAN banjir, tanah longsor, puting beliung 5 0.47 Sedang
MINAHASA UTARA banjir, tanah longsor 2 0.37 RendahMOROWALI UTARA banjir, tanah longsor 2 - -
PARIGI MOUTONGbanjir, tanah longsor, gempa bumi, puting
beliung19 - -
POLEWALI MANDAR banjir, puting beliung, kekeringan 12 - -POSO banjir, tanah longsor, puting beliung 8 - -SIGI banjir, tanah longsor 7 - -
TAKALAR banjir, abrasi, kekeringan, puting beliung 7 - -
50
51
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH SULAWESI
Wilayah sulawesi memiliki 3kabupaten yang tergolong ke dalam risiko bencana sedang,
yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Sigi, dan Kota
Manado, sedangkan sisanya tergolong ke dalam risiko
tinggi
Batas IRB Sedang/Tinggi 144,4
Sumber: BNPB, 2015
Wilayah Sulawesi memiliki 7 daerah yang memiliki
kapasitas sedang dalam hal penanggulangan bencana,
terdiri dari kabupaten mamuju tengah, polewali
mandar, Bantaeng, Sigi, Poso, Parigi Moutong, dan Kabupaten Kolaka.
Sedangkan kabupaten/kota lainnya tergolong kapasitas
rendah
Sumber: dibi.bnpb.go.id, diolah
52
PROYEKSI POTENSI BENCANA WILAYAH PULAU SULAWESI
Jenis Bencana yang mendominasi Wilayah Pulau
Sulawesi antara lain banjir, tanah
longsor, dan puting beliung
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH SULAWESI
HUTAN PRIMER
HUTAN SEKUNDER
HUTAN TANAMAN
SEMAK BELUKAR
PERTANIAN NON SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHAN KOSONG
BADAN AIR
PERTAMBANGAN
BANDARA PELABUHAN
LAINNYA
53
54
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU SULAWESI
Jenis bencana: banjir, longsor, gempa bumi, letusan gunung api dan kekeringan
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Menumbuhkan budaya sadar bencana dan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaanb. Sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui
media cetak, radio dan televisi pada 24 kabupaten/kota risiko tinggi bencana.c. Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana banjir bandang di Manado dan daerah
pasca bencana alam lainnya.d. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Mamasa,
Tondano, Limboto, Tempe maupun daerah rawan bencana alam lainnya.
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas kelembagaan, melalui penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana di kabupaten/kota risiko tinggi di Pulau
Sulawesi.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung apic. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi
bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas, melalui pembentukan dan pengembangan Desa Tangguh Bencana di 24 kabupaten/kota sasaran
di Wilayah Sulawesi.e. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan serta pembangunan 2 (dua) unit depo logistik di Wilayah Sulawesi
yang dapat menjangkau wilayah bencana secara cepat.f. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunanberkelanjutan
WILAYAH PULAU Kab Prioritas
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Strategi Penanganan (existing)
Jenis Bencana
# Kejadian
Bencana
2012-2016
Internalisasi PRBPenurunan Tingkat
KerentananPeningkatan Kapasitas
NUSA
TENGGARA
Kota MataramBanjir, Abrasi, Putting
Beliung dan Tanah Longsor7
1. Penyelesaian
rehabilitasi dan
rekonstruksi
pascabencana banjir
bandang di Kota
Bima dan Kab. Bima
2. Penataan bangunan
dan lingkungan di
sempadan sungai
3. Kapsitas pemerintah
dan masyarakat yang
masih minim.
4. Masyarakat belum
mendapatkan
informasi bencana
dengan baik
5. Masyarakat belum
memiliki kesadaran
dan pemahaman
mengenai bencana
6. Masyarakat di
daerah rawan
bencana belum siap
menghadapi
bencana
0.49
1. Penyusunan
master plan tata
ruang kawasan
rawan bencana di
Kota Bima dan
Kab.Bima
2. Kajian risiko
bencana
3. Penyusunan
rencana kontijenci
bencana gempa
bumi, leltusan
gunung api.
1. Percepatan
penyelesaian RR
Kota Bima dan Kab.
Bima
2. Penataan
lingkungan dan
bangunan di sekitar
sempadan sungai
3. Penyediaan sistem
peringatn dini
bencana letusan
gunung api
4. Pembangunna jalur
evakuasi
1. Pembentukan desa
tangguh bencana
2. Sosialisasi PRB
kepada masayrakat
3. Simulasi dan
pelatihan
pennggulangan
bencana
Lombok Barat
Banjir, putting beliung,
tanah longsor, abrasi,
gempa bumi
16
Lombok TimurBanjir, putting beliung,
gempa bumi, kekeringan21
Lombok TengahBanjir, putting beliung,
tanah longsor10 0.28
Lombok UtaraBanjir, putting beliung,
gempa bumi, Abrasi12
Kota BimaBanjir, putting beliung,
tanah longsor8 0.49
DompuBanjir, putting beliung,
gempa bumi, kekeringan13 0.48
Bima
Banjir, Abrasi, kekekeringan,
putting beliung, tanah
longsor
22 0.47
Kota KupangBanjir, putting beliung,
tanah longsor.18 0.46
Ngada 0.45
EndeBanjir, Abrasi, putting
beliung8 0.45
SikkaBanjir, abrasi, letusan
gunung api, putting beliung12 0.45
Manggarai Putting Beliung 2 0.42
AlorBanjir, abrasi, putting
beliung, tanah longsor54
BeluBanjir, kekeringan, putting
beliung10 0.4
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH NUSA TENGGARA
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH NUSA TENGGARA
Wilayah Nusa Tenggara memiliki 1 kabupaten yang tergolong risiko sedang
yaitu Kabupaten Bima sedangkan kabupaten sisanya tergolong ke dalam
risiko bencana tinggi
Wilayah Kalimantan memiliki 1 kabupaten yang tergolong risiko tinggi
yaitu Kabupaten Lombok Tengahsedangkan kabupaten sisanya tergolong
ke dalam kapasitas bencana sedang
56
57
PROYEKSI POTENSI BENCANA DI WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA
ANALISIS KEJADIAN BENCANAJenis bencana yang paling sering terjadi di wilayah Pulau Nusa Tenggara: 1. Puting beliung : 44%2. Banjir : 33%3. Tanah longsor : 8%
Kota yang paling sering dilanda bencana adalah1. Alor : 54 kejadian2. Bima: 22 kejadian3. Lombok Timur : 21 kejadian
HUTANPRIMER
HUTANSEKUNDER
HUTANTANAMA
N
SEMAKBELUKAR
PERTANIANNON
SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHANKOSON
G
BADANAIR
PERTAMBANGAN
BANDARAPELABUHAN
LAINNYA
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH BALI NUSA TENGGARA
58
59
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA
Jenis Bencana alam : gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kebencanaan;b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakatc. rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam gempa bumi di Lombok Utara,
Lombok Timur, letusan gunung api Rokatenda di Kabupaten Sikka dan daerah pasca bencana alam lainnya
d. Pemeliharaan, penataan bangunan dan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Dodokan dan Moyosari di NTB dan DAS Benain Aisessa di NTT
e. Menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas apratur dan kelembagaan penanggulangan bencana di daerahb. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, banjir dan letusan gunung di 15 kabupaten/kota sasaran di Kepulauan Nusa Tenggara c. Simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi
bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor;d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) pada
kawasan rawan dan risiko tinggi bencana tsunami dan letusan gunung api;e. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 15 kabupaten/kota sasaran di Kepulauan Nusa Tenggara;f. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit pusat logistik kebencanaan di
wilayah Nusa Tenggara yang dapat menjangkau wilayah terpencil
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunanberkelanjutan
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH MALUKU
Wilayah Pulau
Kabupaten
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Kondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana 5 Tahun TerakhirJumlah Kejadian
per 5 TahunInternalisasi PRB
Penurunan Tingkat Kerentanan
Peningkatan Kapasitas
MALUKU
BURU BANJIR 3
1. Akses daerah yang minim
2. Minimnya kapasitas pemda terhadap PB
3. Minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap PB
4. Belum optimalnya penyebaran informasi peringatan dini bencana
0.44
o Integrasi Kajian dan Peta Risiko
dalam RPJMD dan
RTRWo Harmonisas
i kebijakan PB Pusat-
daerah
o Rehab-rekon
pascabncana banjir
bandang di Way Ela
Kab. Maluku Tengah
o Pemeliharaan,
penataan bangunan
dan lingkungan di DAS Wae
Hatu Merah
Apur Efir
o Penyediaan sistem
peringatan dini
tsunami, letunas Gn.
Api, longsor,
dan banjiro Pengemba
ngan destana di
12 Kab/Kota
o Pembangunan 1 unit
pusat logistik
kebencanaan
HALMAHERA TIMUR - - -
HALMAHERA UTARA Banjir, Letusan gunungapi, puting beliung 4 0.34
KEPULAUAN SULA Banjir, tanah longsor 2 0.48
KOTA TERNATEBanjir, gempa bumi, karhutla, letusan gunungapi, puting beliung, tsunami
8 0.42
KOTA TIDORE KEPULAUAN - -
MALUKU TENGAHbanjir, tanah longsor, abrasi, kekeringan,
puting beliung9 0.39
MALUKU TENGGARA banjir, abrasi, puting beliung, tanah longsor 10 0.24
PULAU MOROTAI Puting beliung 1 0.46
SERAM BAGIAN BARAT banjir, gempa bumi, tanah longsor 3 0.36
SERAM BAGIAN TIMUR banjir, tanah longsor, puting beliung 3 0.48
60
61
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH MALUKU
Wilayah Maluku memiliki seluruh kabupaten yang
tergolong ke dalam risiko bencana
tinggi
Batas IRB Sedang/Tinggi 144,4
Sumber: BNPB, 2015
Wilayah Maluku memiliki 4 daerah yang memiliki
kapasitas rendah dalam hal penanggulangan bencana,
terdiri dari, kabupaten seram bagian barat, maluku
tengah, maluku tenggara, halmahera utara.
Sedangkan kabupaten/kota lainnya tergolong kapasitas
sedang.
Sumber: dibi.bnpb.go.id, diolah
Indeks Kapasitas Daerah Lokpri Wilayah
Maluku
PROYEKSI POTENSI BENCANA WILAYAH PULAU MALUKU
Jenis Bencana yang mendominasi Wilayah Pulau
Maluku antara lain banjir dan puting
beliung
62
HUTAN PRIMER
HUTAN SEKUNDER
HUTAN TANAMAN
SEMAK BELUKAR
PERTANIAN NON SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHAN KOSONG
BADAN AIR
PERTAMBANGAN
BANDARA PELABUHAN
LAINNYA
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH MALUKU
63
64
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU MALUKU
Jenis ancaman dominan: banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim dan abrasi
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunanberkelanjutan
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat.b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat yang
difokuskan di 12 kabupaten/kota.c. Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam banjir bandang di Way Ela
Kabupaten Maluku Tengah dan daerah pasca bencana alam lainnya.d. Pemeliharaan, penataan bangunan dan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Wae Hatu Merah Apur Efir maupun daerah rawan bencana alam lainnya.e. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko
bencana gempa bumi, banjir, longsor dan letusan gunung api3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,
a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, letusan gunung api, longsor dan banjir.c. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi
bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana di 12 kabupaten/kota sasaran di wilayah Kepulauan
Maluku.e. Manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit pusat logistik di wilayah Pulau Maluku yang dapat
menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil.f. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana di di 12 kabupaten/kota sasaran.
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH PAPUA
Wilayah Pulau
Kabupaten
Ancaman
Isu Permasalahan Kapasitas
Kondisi Pelaksanaan (Fakta berdasarkan asumsi dan data)
Jenis Bencana 5 Tahun TerakhirJumlah Kejadian per 5
TahunInternalisasi PRB
Penurunan Tingkat Kerentanan
Peningkatan Kapasitas
PAPUA
KOTA JAYAPURA Banjir, tanah longsor 10
1. Aksesbilitas daerah minim
2. Kapasitas pemda terkait PB minim
3. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap PB masih minim
4. Penyebaran informasi peringatan dini bencana belum optimal
5. Sos-ek masyarakat kurang
0.34
o Pemanfaatan kajian dan peta risiko
untuk penyusunan RPJMD dan
RTRWo Penyusunan
rencana kontinjensi
pada kab/kota
o Sosialisasi dan
diseminasi PRB di Kota
Sorong, Jayapura,
Manokwari, Kab. Nabire,
Merauke, Sarmi, Teluk Bintuni, dan Raja Ampato Rehab
rekons pascabenca
na di Wasior, Kab.
Teluk Wondama, Yapen, dan Waropen
o Penyediaan EWS
tsunami, longsor,
banjiro Penyediaan
infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaa
n (Shelter/TES
)o Kegiatan
PRB
KOTA SORONG Banjir, tanah longsor 3 0.34
MANOKWARI Banjir, gempa bumi, puting beliung 5 0.45
MERAUKE Kekeringan 1 -
NABIRE Banjir, tanah longsor, puting beliung 5 0.35
RAJA AMPAT Banjir, puting beliung 3 0.49
SARMI Banjir 1 0.23
TELUK BINTUNI - 0 -
TELUK WONDAMA Banjir 1 0.3
65
Indeks Risiko Bencana Lokpri Wilayah Papua Tahun 2015
66
PROFIL KEBENCANAAN WILAYAH PAPUA
Wilayah Papua memiliki 1 kabupaten yang
tergolong risiko sedangyaitu kab. Kepulauan
Yapen, sedangkan kabupaten sisanya tergolong ke dalam
risiko bencana tinggi
Batas IRB Sedang/Tinggi 144,4
Sumber: BNPB, 2015
Wilayah Papua memiliki 3 daerah yang memiliki
kapasitas Sedang dalam hal penanggulangan bencana,
terdiri dari kabupaten Kepulauan Yapen,
Manokwari, Raja Ampat, Sedangkan kabupaten/kota lainnya tergolong ke dalam
kapasitas rendah.
Sumber: dibi.bnpb.go.id, diolah
Indeks Kapasitas Daerah Lokpri Wilayah Papua
PROYEKSI POTENSI KEBENCANAAN WILAYAH PAPUA 2015-2045
Jenis Bencana yang mendominasi
Wilayah Pulau Papua merupakan bencana hidrometeorologi, antara lain banjir,
tanah longsor, dan puting beliung
67
HUTAN PRIMER
HUTAN SEKUNDER
HUTAN TANAMAN
SEMAK BELUKAR
PERTANIAN NON SAWAH
SAWAH
PERMUKIMAN
LAHAN KOSONG
BADAN AIR
PERTAMBANGAN
BANDARA PELABUHAN
LAINNYA
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PAPUA
68
69
STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU PAPUA
Jenis ancaman bencana yang dominan di Pulau Papua : banjir, longsor, gempabumi, dan tsunami
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunanberkelanjutan
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Penguatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana di Kota Sorong,
Jayapura, Manokwari, Kabupaten Nabire, Merauke, Sarmi, Teluk Bituni dan RajaAmpat.
b. Penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam di WasiorKabupaten Teluk Wondama, Yapen dan Waropen dan pasca bencana alam lainnya.
c. Penataan bangunan dan lingkungan permukiman yang berada di lokasi rawanbencana.
d. Mendorong dan menumbuhkan kearifan lokal masyarakat Papua untuk penguranganrisiko bencana
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,
a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana daerah.
b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, longsor, banjir di Sorong, Manokwari, Nabire dan Sarmi serta memastikan berfungsinya sistemperingatan dini dengan baik.
c. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapibencana, yang difokuskan pada kawasan rawan dan risiko tinggi bencana.
d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana di Kota Sorong, Jayapura, Manokwari, KabupatenNabire, Merauke, Sarmi, Teluk Bintuni dan Raja Ampat.
e. Pembangunan 1 unit pusat logistik kebencanaan di Wilayah Papua, yang dapat menjangkau wilayah terpencil.
f. Melaksanakan simulasi tanggap darurat secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana di Sorong, Manokwari, Nabire, TelukBituni, Teluk Wondama dan Sarmi
BAB VI. PENUTUP6.1. Kaidah Pelaksanaan RIPB 2015-2045
6.2 Tindak Lanjut Penjabaran RIPB di tingkat Wilayah dan Daerah
71
KESINAMBUNGAN IMPELEMENTASI DAN RANCANGAN TEMA DAN PRIORITAS NASIONAL RKP 2019
72
PRIORITAS NASIONAL 2:
PENGURANGAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH MELALUI PENGUATAN KONEKTIVITAS DAN KEMARITIMAN DALAM RKP 2019
Tahapan Penyusunan
RIPB 2015 - 2045
73
“Finalisasi Proses Penyusunan RIPB”
FGD lintas stakeholders (Cemara, 27-28 November
2017)
Pembentukan Tim Perumus – Tim Teknis –Tim Asistensi
(Agustus 2017)
Pembahasan Tema – Outline – Jangka Waktu Dokumen RIPB
(September 2017 )
FGD Investasi PRB terkait
RIPB(Bappenas,
Oktober 2017)
Rapat Koordinasi Penyusunan
Proyek Prioritas Bencana RKP
2019(6 Februari 2018
di Bappenas & BNPB)
Tindak lanjut konsultasi ke K/L (23 – 31
Jan 2018
Pertemuan Es 1 – 2
Bappenas terkait RIPB(Selasa, 13
Februari 2017)
Sosialisasi RIPB (21 Feb 2018):
• MenteriPPN/Bappenas
• Kepala BNPB• Kepala BMKG• Menteri PUPR
Launching RIPB
2015 – 2045(Maret 2018)
Finalisasi Draft RIPB Februari –
Maret 2018
Tindak lanjut Pusgen ITB (16 Januari
2018)
Seminar Hazards Geo –
Hidro – Non Alam (11 – 12
Jan 2018)
PERPRES (APRIL 2018)
Tindak lanjut konsultasi ke K/L (23 – 31
Jan 2018
TINDAK LANJUT PROSES RAPERPRES RIPB
74
75
TERIMA KASIH DAN MOHON MASUKAN