RE-FORMULASI POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT
DIBAWAH PRESIDEN DONALD TRUMP TERHADAP ASIA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Oleh :
HUSNUL CHOTIMAH
E1 31 13 022
DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
i
ABSTRAKSI
HUSNUL CHOTIMAH, E131 13 022. “RE-FORMULASI POLITIK LUAR
NEGERI AMERIKA SERIKAT DIBAWAH PRESIDEN DONALD TRUMP
TERHADAP ASIA TIMUR” yang disusun oleh HUSNUL CHOTIMAH
(E13113022) dibawah bimbingan Drs. Patrice Lumumba, MA. Sebagai
pembimbing I dan Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si. sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Re-formulasi politik luar negeri
Amerika Serikat dibawah Presiden Donald Trump terhadap Asia Timur. Secara
spesifik penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pertama, apa yang
mendasari Re-formulasi politik luar negeri Amerika Serikat di Asia Timur.
Kedua, bagaimana wujud Re-formulasi politik luar negeri Amerika Serikat di Asia
Timur.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriftif –
Analitik yang bertujuan untuk menggambarkan perubahan formulasi politik luar
negeri Amerika Serikat dibawah Presiden Donald Trump terhadap Asia Timur.
Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka yang bersumber dari buku, jurnal,
dokumen, dan website yang valid sesuai dengan permasalahan penelitian.
Sedangkan untuk menganalisis data penulis menggunakan teknik analisis
kualitatif dengan teknik penulisan deduktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa politik luar negeri Amerika Serikat
dibawah Pemerintahan Donald Trump tidak jauh berbeda dari presiden
sebelumnya terutama dalam melihat posisi Asia Timur dalam melakukan
kerjasama dengan Amerika Serikat. Perubahan mendasar yang dilakukan oleh
Donald Trump terkhusus dalam politik luar negeri Amerika Serikat di Asia Timur
tercermin pada penekanan kerjasama bilateral yang mengedepankan kerjasama
ekonomi dan keamanan untuk menjaga dan mengamankan kepentingan
Amerika Serikat di asia timur. Kepentingan Amerika Serikat di wilayah Asia
Timur tidak semata-mata perihal ideologi lagi, melainkan sebagai negara
adikuasa, Amerika Serikat mempunyai kepentingan untuk memajukan
perekonomian negara-negara di wilayah Asia Timur disebabkan bahwa kemajuan
perekonomian di wilayah Asia Timur secara tidak langsung akan memberikan
keuntungan tersendiri bagi Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara
besar yang mempunyai posisi strategis bagi Asia Timur.
Kata Kunci : Amerika Serikat, Donald Trump, Politik Luar Negeri, Asia Timur
ii
ABSTRACT
HUSNUL CHOTIMAH, E131 13 022. "United States Political Re-Formulation
under the President Donald Trump on East Asia" under the supervision of Drs.
Patrice Lumumba, MA. As supervisor I and Pusparida Syahdan, S. Sos, M.Si., as
supervisor II.
This study aims to determine the Re-formulation of US foreign policy under
President Donald Trump on East Asia. Specifically, this study aims to illustrate
first, what is the underlying factor regarding the reformulation of US foreign
policy in East Asia. Second, how is the formation of US foreign policy Reform in
East Asia?
The research method that the author uses is descriptive-analytic research method
aimed to describe the change of US foreign policy formulation under President
Donald Trump on East Asia. Data collection method used is library from various
literature, such as books, journals, articles, daily newspapers, and the internet
regarding the topic. The authors used qualitative data analysis techniques with
deductive writing techniques.
The results of this study indicate that US foreign policy under Donald Trump
Government is not much different from the previous president especially in
viewing the position of East Asia in cooperation with the United States.
Fundamental changes by Donald Trump in particular in US foreign policy in East
Asia are reflected in the emphasis on bilateral cooperation that promotes
economic and security cooperation to safeguard and secure US interests in
eastern Asia. The interests of the United States in the region of East Asia are not
merely about ideology anymore, but as a superpower country, the United States
has the interest to promote the economies of countries in the region of East Asia
due to the economic progress in the East Asia region will indirectly provide its
own advantages for the United States, which is one of the major countries that
have a strategic position for East Asia.
Keywords: United States, Donald Trump, Foreign Policy, East Asia
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat segala
nikmat dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini dengan baik dan lancar. Salam dan salawat tidak lupa
pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa
ajaran yang benar ke muka bumi ini. Penulis sangat bahagia dengan selesainya
skripsi ini yang menjadi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana pada
Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin. Dalam penyelesaian skripsi ini memerlukan proses yang
panjang, dan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan yang sangat positif:
1. Orangtua penulis, Ayahanda dan Ibunda tercinta Bakran Labusa dan
Masnah yang telah menjadi orangtua yang tidak henti-hentinya
melimpahkan kasih sayang dan motivasi yang tidak pernah putus kepada
penulis. Terima kasih, besar harapan ananda bisa membahagiakan dan
membanggakan kalian. Kepada adik penulis Akram Muhammad dan
Nur Rahmadani, terima kasih atas segala bantuannya kepada penulis.
2. Rektor Universitas Hasanuddin beserta jajarannya.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beserta jajarannya.
4. Bapak Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, H. Darwis, MA,
Ph.D atas dukungannya selama ini.
iv
5. Bapak Drs. Patrice Lumumba, MA. selaku pembimbing I dan, ibu
Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya, memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
hingga selesainya skripsi ini.
6. Segenap dosen dan staf ilmu Hubungan Internasional, yang telah membagi
ilmu, membantu penulis dalam banyak hal termasuk paham akan ilmu HI,
memberi penulis pengertian bahwa kuliah di HI tidak melulu menjadi Duta
Besar, terimakasih banyak. Terimaksih untuk 3 tahun 25 bulan yang
penulis lewati di ruang kuliah.
7. Bunda dan Kak Rahma atas bantuan dan nasehatnya selama mengurus
administrasi sejak masih kuliah hingga pengurusan proposal dan skripsi.
Juga untuk Kak Ija staf kemahasiswa FISIP UNHAS yang juga selalu
memberikan bantuan serta nasihat bagi penulis terkhusus saat pengurusan
beasiswa dan berkas keperluan ujian.
8. Para staf akademik FISIP UNHAS yang telah banyak membantu dan
mengurus segala keperluan penulis.
9. Teruntuk sahabat campus-mate Dari Maba Nih, Muhammad Fajar Nur
si analis yang dari awal ngurus judul sampai proposal bareng eh skripsian
bareng juga yah jar,tempat penulis menanyakan dan menceritakan hal
apapun . Makasih fajar telah bersama dari maba dan membantu penulis
menyelesaikan skripsinya ,mohon maaf jikalau selama masa ini penulis
menyusahkan, jangan lupakan aku jar. Rizky Amaliah si model manis,
yang bersedia mendengarkan curahan hati dan keluh kesah penulis selama
v
ini, terimah kasih telah bersama dari maba sampai saat ini, terimah kasih
atas segalanya bantuannya untuk penulis, ku selalu mendoakanmu bahagia
selalu. Eka Azhari S terima kasih telah bersama penulis dari maba
walaupun pertemanan kita tak semulus pantat bayi, mohon maaf jika
dalam perjalanan pertemanan kita terdapat beberapa kekecewaan yang di
sebabkan oleh ego kita masing-masing, ku selalu menyanyangimu selalu
bahagia. Ilham Gafur sobi yang punya suara indah, kalau kau jadi artis
saya haters mu paling depan, terima kasih telah bersama penulis dari
maba, terima atas waktunya mendengarkan curahan hati penulis selalu
memberikan saran,bahagia ki. Aldy Azarya terima kasih fotograferku
yang telah bersama penulis dari maba, apapun pilihanmu ku selalu
mendukungmu sobi, yang tahu yang kau butuhkan dan kau inginkan hanya
kau sendiri sobiku,rajin makanlah sobi, bahagia selalu, Ahmad Aufar
Tahir fotograferku yang masuk kategori fotografer diseganiku dalam
MIMA 2018 terima kasih telah bersama penulis dari maba, pejuang cinta
yang punya teman Se-makassar dan Se-Unhas anak popular, semoga kau
selalu bahagia kamerad jangan lama kau acuhkan skripsimu, Enggra
Mamonto sang Mahakuasa sang Emosional cepatlah kau kaya raya agar
hidupmu tenang, Iksanul Tajuddin genius introvertnya gue sukses ki
kamerad. Muh Sandi mungkin banyak yang bilang kau itu mirip Aktor
indonesia, Akbar Rusdy genius extrovert di cariko mace Mia rajin ko
bede ngampus. Thanks for your companion, juga untuk saran dan
vi
masukannya selama mengerjakan tugas akhir ini, untuk berbagi tawa dan
mimpi.
10. Untuk SEATTLE, Ketua Angkatanku Thorgib pulang dari Taiwan
ujian mko cepat , Dyva & Ayyub, bro-broku Maul, chiwang, Iswan, Ari
& Ayat sang puitis, Ardi, Asrin sahabat BTP Blok AE, Ustadz Jabal, Eki
binaragawan, Arfan guru badminton, Inspektur VJ, Budi sang mawapres,
Chandra & Tari dua sejoli, Ucup sahabat dakwah, trio kece Abel, Oji &
Pim, Patrick sahabat bass. Fira ngampus lah cantik, Ina wanita idaman,
Avy ibu persitku, Dian yang punya Jeneponto dan isi-isinya, Opi bride
wannabe, Alfiah sobi gue yang paling emosional,Riska budiati ujianlah
secepatnya, ibu guru Puput , Nana smoky voice. Mahmud Ziza, Annisa
semoga berhasil programnya, Rani kalem, Fahira penari berbakat, Ullah,
Chufi & nicha kamerad KEMENKUMHAM, Dwiki, Beatrix. Lia
ujianlah cepat, Aila sobi depok yang paling introvert, Dillah gadis
bontang, Eda gadis sangata, Naomi sebelum kau tidur baiknya baca doa
dulu lah, dan juga wanita-wanita tangguh Rian KW, Zia, Tira, Lena &
Windows. Wanita-wanita idaman surga inshaAllah Oching, Mekay,
Sisca, Pupe, , Indah kalem, & Mashita jenius. Diah, juga Dea, Yanti,
Jen, Tifanny & Puji coba bikin girlband deh, Terimakasih banyak
SEATTLE atas pengalaman berharganya. This is the time to show what
we are capable of. See you on top guys!
11. Manis Mandja, Hildayani Rusdy sahabat makan Bakso gue pake jeruk
nipis nya banyak, bahagia ki selalu sama marjono,Mufidah Fahri terimah
vii
kasih atas segala bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsinya,yang harus kau tau matamu indah sobi, sobi dari ngurus-ngurus
apapun, selalu bahagia jangan sampai kau berada di persimpangan dilema
karna akan terjadi tepatnya malam minggu dan harusnya memilih
aku.Ivonne Kurnia wanita karirku yang kalem, sukses ki.
12. HIMAHI FISIP UNHAS Reza mana mi yang kau janjikan kepadaku,
Andi Rivaldy bahagia ki selalu, Ryan Akmal Panjang umur perjuangan,
bahagia ki selalu kamerad, perjuangki lebih keras untuk mendapatkannya.
Fadhil Panjang umur perjuangan. Kak Akmal, Kak Gufron,Kak
Sirton,Kak Dewe, Kak Dian. Kak Tillah, Kak Amel, Kak Ama, Kak
Bayu, Kak Aji, Kak Viko, Kak Ridho, Kak Aumi, Kak Agor, Kak
Dina, Kak, Haedar, Kak Riri , Kak Mekel. Terimah kasih atas segala
bantuannya.
13. Adik-Adik AGRESI 2014, Aisy, Tirza, Verrly, Aulia,Wulan, Ulfah,
Isni, Ani, Rahmi, Inggi, Uthe,Zulmi Terima kasih atas segala
bantuannya.
14. Adik-Adik LEGACY 2015, Mihram, Wais, Hari, Khiar Sheila, Firda,
April, Amel & Fiqri, Asrul, Rizka, Riz, Wini, zaza, ichana, Wulan,
Feby, lisda, Henny,Rara, Amoy, Aweks, Zul, Fandha, Fia, Ismi,Uga,
Terima kasih atas segala bantuannya.
15. Adik-Adik Geneva 2016 neng Silvi, Alief, Ika, Restu, Tatu, Aslam,
Ikrana, Era, serta adik-adik 2017 Terima kasih atas segalanya
bantuannya.
viii
16. Terkhusus Mace Halifah, Kak Muli, Kak Sari, terimah kasih atas asupan
gizi selama ini dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Terimah
kasih atas segala bantuannya.
17. Teman-teman Posko, Ibu Posko dan Bapak Posko KKN Desa
Bajiminasa,Kecematan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng gelombang
93, Kordes imskey, Imam Selle, Iin Suraeni, Ria Rifayanty,
Nurginaya, Ramlah wanita muslimah penulis. Terimah kasih atas doa
dan dukungannya.
18. Terimakasih untuk semua Elemen-Elemen yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan Skripsinya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Makassar, 12 Maret 2018
Husnul Chotimah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENERIMA TIM EVALUASI
ABSTRAKSI ............................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 7
D. Kerangka Konseptual ............................................................. 8
E. Metode Penelitian .................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 14
A. Konsep tentang Politik Luar Negeri ...................................... 14
B. Konsep tentang Kepentingan Nasional .................................. 17
C. Konsep tentang Kawasan ...................................................... 20
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG POLITIK NEGERI
AMERIKA SERIKAT DI BAWAH PRESIDEN DONALD
TRUMP DAN KAWASAN ASIA TIMUR .............................. 24
A. Politik Luar Negeri Amerika Serikat ...................................... 24
1. Landasan Politik Luar Negeri Amerika Serikat ........... 24
2. Tujuan Politik Luar Negeri Amerika Serikat ............... 32
B. Kawasan Asia Timur ............................................................. 39
1. Potensi Wilayah ......................................................... 39
2. Arti Penting Kawasan Asia Timur .............................. 40
BAB IV RE-FORMULASI POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA
SERIKAT DI ASIA TIMUR .................................................... 44
A. Memperkuat Komitmen ......................................................... 44
B. Politik Bagi Beban ................................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN .................................... 61
A. Kesimpulan............................................................................ 61
B. Saran-Saran ........................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan luar negeri adalah mengacu pada studi tentang kebijakan luar
negeri komparatif dengan beberapa pihak menyarankan bahwa sistem politik
yang berbeda memiliki sistem birokrasi yang berbeda dimana keputusan
(termasuk kebijakan luar negeri) dirumuskan dan diterapkan. Sementara di
kebanyakan negara maju, kebijakan publik cenderung dipersiapkan dan
dioperasikan melalui prosedur birokrasi yang ada, pembuat kebijakan utama di
negara-negara berkembang kebanyakan mendominasi hal ini. mengemukakan
bahwa seringkali aktor paling signifikan dalam pengambilan keputusan
kebijakan luar negeri di negara-negara berkembang adalah pembuat kebijakan
utama mereka.1
Akibatnya, dalam menjelaskan kebijakan luar negeri dan mengidentifikasi
pelaku yang terlibat dalam proses pembentukannya (pengambilan keputusan)
harus mempertimbangkan struktur domestic negara. Berdasarkan studi ini,
dapat diasumsikan bahwa perubahan sistem politik yang dialami oleh suatu
negara pada momen tertentu juga dapat menyebabkan negara untuk mengubah
kebijakan luar negerinya.
Selama masa pemilihan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dalam
kampanyenya telah mengemukakan pernyataan-pernyataan terkait
1 Christopher, Clapham, ed.,”Foreign Policy Making in Developing States, A Comparative
Approac . Westmead, England:Saxon House, 1997
2
kebijakannya yang menurut opini publik merupakan kebijakan kontroversial.
Donald Trump mengatakan salah satu kebijakannya terhadap Asia Timur jika
ia terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat adalah dengan membuka peluang
bagi Jepang dan Korea Selatan agar mampu memproduksi nuklir mereka
sendiri, dan bahwa kedua negara tidak seharusnya selalu tergantung pada
militer Amerika Serikat dalam kerangka melindungi keamanan nasionalnya
sendiri dari adanya ancaman Korea Utara dan Tiongkok.
Menurut Donald Trump, militer Amerika Serikat tidak akan mampu
melindungi Jepang dan Korea Selatan dalam jangka waktu panjang, dan
Amerika Serikat pada saat titik tertentu juga tidak bisa selalu melakukan
tugasnya sebagai polisi dunia. Dengan adanya kemampuan persenjataan nuklir
Korea Utara, Trump menyarankan agar sekutu Amerika Serikat (Jepang dan
Korea Selatan) sebaiknya memiliki kemampuan nuklir juga menghadapi fakta
perkembangan situasi internasional dan adanya ketegangan kawasan yang
terjadi.
Kepentingan Amerika Serikat di wilayah Asia Timur tidak semata-mata
perihal ideologi lagi. Sebagai negara adikuasa Amerika Serikat mempunyai
kepentingan untuk memajukan perekonomian negara-negara di wilayah Asia
Timur tersebut. Amerika Serikat meyakini bahwa kemajuan perekonomian di
wilayah Asia Timur secara tidak langsung akan memberikan keuntungan
tersendiri bagi Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan Samudera Pasifik yang
sebagian besar berbatasan langsung dengan negara-negara Asia Timur
3
merupakan wilayah yang memberikan dampak perekonomian tersendiri bagi
Amerika Serikat.
Keterlibatan Amerika Serikat di kawasan Asia Timur sangat penting
karena telah menjadi kunci untuk mempertahankan perdamaian antara
Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan sampai sekarang ini.
Kehadiran Amerika Serikat sangat penting untuk mencegah konflik apapun
antara negara-negara tersebut, dan Jepang serta Korea Selatan menjadi
representasi kehadiran Amerika Serikat di kawasan dan menjadi hal yang
substansial bagi Amerika Serikat dalam sektor perdagangan, serta mencegah
ekskalasi senjata nuklir dan konflik.
Pernyataan dalam kampanye Donald Trump diharapkan oleh banyak pihak
agar tidak dijadikan kebijakan setelah terpilihnya Donald Trump khususnya
negara-negara kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. Jepang
dan Korea Selatan yang sangat maju dan memiliki kapabilitas yang kuat pada
teknologi nuklir, menjadikan kedua negara tidak sulit untuk menghasilkan
senjata nuklir. Namun, adanya Nuclear Non-proliferation Treaty menjadi salah
satu landasan utama bagi banyak pihak untuk Jepang dan Korea Selatan tidak
menghasilkan senjata nuklir.2
Amerika Serikat, menyadari akan seberapa pentingnya posisi Asia Timur
dan potensi ekonominya yang kemudian membawanya untuk ikut serta dalam
kegiatan baik politik dan ekonomi dan militer di negara-negara tersebut.
Kegiatan perdagangan seperti investasi, ekspor dan impor yang menjanjikan
2 Markus Wauran dalam https://www.geopoliticalmonitor.com/donald-trump-and-us-nuclear-
policy-in-east-asia/ di akses pada tanggal 26 Maret 2017
4
telah menarik minat Amerika Serikat untuk mempertahankan eksistensinya di
Asia Timur melalui berbagai cara seperti memperbaharui kerjasama
perdagangan, pendirian pangkalan militer di beberapa titik penting di negara-
negara Asia Timur, serta asistensi transformasi politik di masa-masa awal
pembentukan negara-negara Asia Timur.
Jika dikaitkan dengan masa depan Amerika Serikat, maka beberapa orang
akan sependapat jika Asia Timur merupakan sebuah region yang sangat
penting. Keterlibatan Amerika Serikat dengan Asia Timur merupakan sebuah
strategi wes penting yang dilakukan Amerika Serikat untuk menjadi sebuah
‘resident power’. Asia Timur kemudian memiliki peranan yang signifikan
dalam berbagai dinamika yang terjadi selama Amerika Serikat membangun
relasi dengan negara-negara Asia Timur 3.
Amerika Serikat memperkuat kekuatan militernya dengan cara
meningkatkan intensitas kerjasama militer antara Amerika Serikat dan Jepang,
kerjasama bilateral antara keduanya menjadi hal penting karena dengan begitu
Amerika dapat menandingi kekuatan militer Tiongkok. Selain itu melalui
kerjasama ini pula Amerika Serikat memiliki pintu gerbang untuk ikut
mempengaruhi sistem perpolitikan Jepang, dengan begitu Amerika Serikat
memiliki payung nuklir dan memegang Jepang sebagai strategi utama untuk
membendung pengaruh komunis, selain itu Amerika Serikat juga memiliki
kewajiban untuk melindungi Jepang apabila Jepang diserang 4.
3 Calder, K. & Ye, Min. 2010. The Making of North East Asia. Stanford: Stanford University
Press, Loc.cit 4 Doch, john. 2004, “The United States in the Asia Pacific”, hal 18 in Michael K Connors, Remy
Davidson, jorn Dosh (eds), The New Global Politics of the Asia-Pacific.
5
Kebijakan Amerika Serikat dalam usaha untuk menjaga stabilitas kemanan
regional Asia Timur adalah dengan melakukan hubungan bilateral dengan
aliansi dan penempatan pasukan militer. Pendekatan bilateral Amerika
tercermin dalam sebuah deklarasi pertahanan keamanan gabungan antara
Amerika Serikat dan Jepang pada 17 April 1996 oleh Presiden Clinton dan
Perdana Menteri Hashimoto, pertahanan ini dimaksudkan untuk melakukan
revitalisasi aliansi yang dapat lebih menjamin stabilisasi keamanan kawasan
Asia Pasifik, Jepang menjamin basis akses untuk tentara Amerika Serikat dan
berkomitmen untuk meningkatkan dukungannya terhadap Amerika Serikat .
Kedua belah pihak juga sepakat untuk membangun riset bersama dalam
bidang pertahanan rudal balistik.5
Salah satunya yaitu, Tiongkok mulai kembali memperlihatkan
eksistensinya sebagai salah satu negara besar utamanya di kawasan Asia
Timur melalui manuver-manuver politik dan militer di sekitar Laut Tiongkok
Selatan. Sudah menjadi hal umum jika Laut Tiongkok Selatan merupakan
kawasan yang telah lama menjadi sengketa antara negara-negara di kawasa
Asia Pasifik.
Tiongkok tercatat sering melakukan latihan militer bersama dengan Rusia
di kawasan Laut Tiongkok Selatan, hal ini kemudian meningkatkan tensi
kawasan, baik itu diantara claimant states Laut Tiongkok Selatan, maupun
Amerika Serikat yang tercatat sebagai sekutu beberapa negara di kawasan
Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan.
5 Christensen, Thomas J. 2003. “China, the US-Japan Alliance, and the Security Dilemma in East
Asia” dalam G John Ikenberry & M Mastanduno (eds), International Relations Theory and the
Asia Pacific. New York: Columbia University Press, hal 23
6
Menanggapi hal manuver-manuver tersebut, Amerika Serikat yang
dibawah kepemimpinan Presiden baru, Donald Trump melakukan reformulasi
kebijakan luar negeri yang mampu untuk meredam ancaman-ancaman
Tiongkok di kawasan Asia Timur. Selain itu, Amerika Serikat yang selama
ini memiliki beban untuk melindungi negara-negara sekutunya seperti Jepang,
Korea Selatan dan Taiwan meminta untuk melakukan sharing burden dalam
hal pembiayaan operasional militer Amerika Serikat.
Asia Timur merupakan kawasan yang sangat strategis yang pada saat
bersamaan juga merupakan kawasan yang sangat rentan akan konflik,
mengingat kawasan tersebut merupakan titik pertemuan beberapa negara-
negara dengan kepentingan berbeda. Amerika Serikat sebagai negara adidaya
tentu ingin mempertahankan dominasinya di kawasan tersebut, sehingga
dengan melihat kebangkitan Tiongkok beberapa waktu belakangan, Amerika
Serikat harus mengambil langkah taktis untuk mengatasi hal ini. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana reformulasi politik luar negeri
Amerika Serikat.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan pembahasan ini, penulis akan mengkaji Re-
formulasi politik luar negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donald
Trump Terhadap Asia Timur. Untuk mengetahui dan menjawab
permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan beberapa pertanyaan
penelitian, yakni sebagai berikut:
7
a. Apa yang mendasari Re-formulasi politik luar negeri Amerika Serikat di
Asia Timur?
b. Bagaimana wujud Re-formulasi politik luar negeri Amerika Serikat di
Asia Timur?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui apa saja yang mendasari Re-formulasi politik luar
negeri Amerika Serikat di Asia Timur .
b. Untuk menjelaskan wujud Re-formulasi politik luar negeri Amerika
Serikat di Asia Timur
2. Kegunaan Penelitian
Apabila tujuan di atas tercapai, maka penelitian ini :
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi akademisi
Ilmu hubungan internasional, yaitu dosen dan mahasiswa dalam
mengkaji dan memahami Reformulasi politik luar negeri Amerika
Serikat dibawah Presiden Donald Trump Terhadap Asia Timur
b. Sebagai referensi tambahan bagi setiap aktor hubungan internasional,
baik individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi non-
pemerintahan baik dalam tingkat nasional, regional maupun internasional
tentang Reformulasi politik luar negeri Amerika Serikat dibawah
Presiden Donald Trump Terhadap Asia Timur.
8
D. Kerangka Konseptual
Salah satu cara untuk mengetahui peran struktur domestik atau politik
mengenai kebijakan luar negeri adalah dengan mengacu pada studi tentang
kebijakan luar negeri komparatif dengan beberapa pihak menyarankan bahwa
sistem politik yang berbeda memiliki sistem birokrasi yang berbeda dimana
keputusan (termasuk kebijakan luar negeri) dirumuskan dan diterapkan.6
Akan tetapi kebanyakan negara maju, kebijakan publik cenderung
dipersiapkan dan dioperasikan melalui prosedur birokrasi yang ada, pembuat
kebijakan utama di negara-negara berkembang kebanyakan mendominasi hal
ini. Mengemukakan bahwa seringkali aktor paling signifikan dalam
pengambilan keputusan kebijakan luar negeri di negara-negara berkembang
adalah pembuat kebijakan utama mereka.7
Akibatnya, dalam menjelaskan kebijakan luar negeri dan
mengidentifikasi pelaku yang terlibat dalam proses pembentukannya
(pengambilan keputusan) harus mempertimbangkan struktur domestic negara.
Berdasarkan studi ini, dapat diasumsikan bahwa perubahan sistem politik
yang dialami oleh suatu negara pada momen tertentu juga dapat menyebabkan
negara untuk mengubah kebijakan luar negerinya.
Kebijakan luar negeri sebagai tindakan otoritatif yang dilakukan oleh
pemerintah dengan tujuan tertentu sehubungan dengan interaksi pemerintah
sebuah negara dengan pemerintah negara lain. Ini mengacu pada tindakan dan
6 Kenneth N, Waltz, “ Foreign Policy and Democtratic politics, the American and British
Experince”, Boston & Tronton: Brown, Little, 1967. 7 Christopher, Clapham, ed.,”Foreign Policy Making in Developing States, A Comparative
Approac . Westmead, England:Saxon House, 1997
9
tujuan pemerintah nasional yang dipersonalisasi dengan memperhatikan
wilayah dan objek yang berada di luar batas wilayah negara.8
Namun, kemunculan aktor non-negara juga dapat memiliki dampak yang
cukup besar terhadap keseluruhan dinamika sistem internasional. 9Oleh
karena itu, tindakan otoritatif yang dilakukan oleh pemerintah dalam
melakukan interaksi luar negeri juga mulai mencakup aktor non-negara.10
Dalam proses analisis, ilmuwan HI menguraikan esensi kebijakan luar
negeri lebih dalam. Modelski (1962) menganggapnya sebagai sistem aktivitas
yang melibatkan proses yang melibatkan proses input dan output. Dalam
sistem aktivitas inilah pembuat kebijakan menjadi salah satu elemen penting
dalam proses perumusan kebijakan luar negeri. Rosenau (1976) membedakan
tiga bagian integral dari kebijakan luar negeri yang dikenal sebagai tiga
konsep kebijakan luar negeri yaitu orientasi kelompok, rangkaian komitmen
dan tindakan, serta bentuk perilaku.
Orientasi kelompok yang dimaksud mengacu pada sikap, persepsi, dan
nilai yang berasal dari negara terhadap pengalaman sejarah dan keadaan
strategis yang terjadi di tempatnya dalam dunia politik. Sedangkan untuk
rangkaian komitmend dan tindakan yang dimaksud adalah kumpulan strategi
yang diambil saat negara-negara terhubung dengan lingkungan eksternal.
8 George , Modelski , “A Theory Of Foreign Policy “. New York: Praeger, 1962. 9 Richard W, Mansbach, “The Global Puzzle, Issues and actors in world Politics”, Boston & New
York: Houghton Mifflin. 2000 10 David, Wurfel & Bruce Burton, “ Introduction: A Foregin Policy Framework For Southeast
Asian States” in Timothy M. Shaw, ed., The Political Ekonomy Of Foregin Policy in Southeast
Asia. London:Macmilllan, 1990, Hal 5
10
Sementara itu, bentuk perilaku mengacu pada fase empiris kebijakan luar
negeri. Ini adalah langkah atau kegiatan konkret yang mengikuti tujuan umum
dari kebijakan luar negeri. Holsti (1983) mengambil pendekatan yang sedikit
berbeda dengan memperluas dan membagi konsep kebijakan luar negeri
menjadi empat komponen mulai dari yang umum sampai yang spesifik,
keempat komponen tersebut adalah; orientasi, peran nasional, tujuan, dan
tindakan.
Orientasi mengacu pada sikap dan komitmen terhadap lingkungan
eksternal dan kemudian menggabungkan strategi dasar untuk mencapai tujuan
domestik dan eksternal, tujuan ini muncul terutama dalam menghadapi
ancaman yang terus berlanjut. Sedangkan untuk Peran nasional berkaitan
dengan pembuat kebijakan yang dapat didefinisikan tentang jenis keputusan,
komitmen, peraturan, dan tindakan umum yang sesuai dengan keadaan
negara, dan fungsi yang harus dilakukan negara dalam berbagai pengaturan
geografis dan masalah internasional yang dibahas.
Komponen kebijakan luar negeri berikutnya yaitu tujuan, tujuan
dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan masa depan dan pengaturan
kondisi yang diinginkan pembuat kebijakan individual dalam kebijakan luar
negeri yang memegang pengaruh di luar negeri dalam mengubah ataupun
mempertahankan perilaku negara lain.
Terakhir, pengertian komponen tindakan adalah hal-hal yang "dilakukan
pemerintah kepada orang lain untuk mempengaruhi arah gerak kerjasama,
memenuhi peran, atau mencapai dan mempertahankan tujuan", tindakan pada
11
dasarnya adalah bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk mengubah atau
mempertahankan perilaku orang-orang yang menjadi aktornya. 11
Berdasarkan pemahaman Modelski, Rosenau, dan Holsti yang mewakili
banyak Akademisi HI, telah ada kesamaan dalam menganggap aspek utama
kebijakan luar negeri. Setidaknya ada tiga aspek utama kebijakan luar negeri,
yaitu sumber kebijakan luar negeri, proses menghasilkan sumber menjadi
kebijakan, dan tindakan yang dilakukan dalam menerapkan kebijakan.
Dalam literature besar HI, setidaknya ada tiga label berbeda yang
digunakan dalam membedakan ketiga aspek utama kebijakan luar negeri ini.
Tiga aspek utama ini diidentifikasikan sebagai sumber perilaku external,
dimana proses mengelola perilaku external menjadi sebuah tindakan. Kedua,
ketiga aspek masing-masing disebut sebagai aspek independen, aspek
intervensi, dan aspek yang bergantung pada kebijakan luar negeri. Dan
terakhir, tiga aspek utama dapat dikategorikan sebagai input dalam pembuatan
keputusan dan output dari kebijakan luar negeri.
Regionalisme dalam hubungan internasional memiliki banyak arti yang
dapat menggambarkan berbagai kasus dalam suatu wadah kawasan.
Kemunculan terminology ini pun dalam hubungan internasional tidak dapat
dipastikan dan belum ada yang dapat meyakinkannya. Namun beberapa studi
telah setidaknya memberikan gambaran mengenai apa maksud dari
regionalism tersebut
11 KJ, Holsti , “Internasional Poltics, A Framework For Analysis , 4th edition, London: Prentice-
Hall, 1983, Hal 144.
12
Dalam tulisan ini penulisan memfokuskan kepada kawasan Asia Timur
yang merupakan salah satu kawasan di benua Asia yang terdiri dari negara-
negara yang cukup kuat. Sebut saja Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan
juga Taiwan. Keberadaan negara-negara tersebut di Asia Timur menyebabkan
kawasan ini menjadi sebuah kawasan strategis dalam hubungan internasional.
Asia Timur menjadi lebih diperhitungkan lagi ketika memasuki era
pasca Perang Dingin. Sejak lama Asia Timur semakin mengukuhkan
kekuatannya melalui pertumbuhan ekonomi yang terbilang pesat.
Pertumbuhan ekonomi di Asia Timur ini juga disebabkan faktor mulai
terbukanya perekonomian di Tiongkok. Kemudian faktor lain yang
menjadikan Asia Timur sebagai kawasan strategis dalam hubungan
internasional adalah integrasi melalui pembentukan organisasi regional Asia
Pasifik . Dikarenakan Nilai strategis Asia Timur Penulis tertarik meneliti RE-
FORMULASI POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DI
BAWAH PRESIDEN DONALD TRUMP TERHADAP ASIA TIMUR.
E. Metode Penelitian
a. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode
desktiptif bertujuan untuk menggambarkan fakta-fakta tentang Re-
formulasi Politik Luar Negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donal
Trump Terhadap Asia Timur.
13
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel, dokumen dari
berbagai media baik elektronik maupun non elektronik.
c. Teknik Analisa Data
Penulis menggunakan teknik analisis data hasil penelitian dengan teknik
analisis data kualitatif.
d. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif,
yaitu dengan menggambarkan secara umum masalah yang diteliti,
kemudian menarik kesimpulan secara khusus dalam menjelaskan hasil
analisis data dalam penulisan ini.
24
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA
SERIKAT DI BAWAH PRESIDEN DONALD TRUMP
DAN KAWASAN ASIA TIMUR
A. Politik Luar Negeri Amerika Serikat
1. Landasan Politik Luar Negeri Amerika Serikat
Amerika Serikat dikenal sebagai bangsa yang menganut paham
Liberalisme yang mencakup prinsip demokrasi dalam system politik,
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi dan hak asasi manusia. Memiliki
ekonomi industry yang maju, jumlah kelas menengah yang cukup besar
dan tingkat Pendidikan yang tinggi merupakan bentuk kesuksesan
demokrasi yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Liberalisme
mengedepankan kebebasan individu untuk mengekspresikan dirinya.
Negara yang tidak hanya merupakan tempat bagi pemerintahan
berdasarkan hukum, tapi juga tempat perlindungan kebebasan individual.
Berdasarkan pemahaman ini liberalisme membentuk masyarakat yang
individualistis.12
Proses pembentukan ideologi Amerika Serikat ini melalui proses yang
tidak mudah, pembentukan ideologi tersebut dipengaruhi oleh factor
historis Amerika Serikat yang sangat panjang. Pemikiran liberalisme ini
bersumber pada motivasi kedatangan bangsa Eropa khususnya Inggris ke
benua Eropa. Sebelumnya telah bermukim bangsa yang lain seperti bangsa
India dan bangsa Eropa yaitu Portugis dan Spanyol. Kedatangan bangsa
12 Pareanom A, dkk. 2005. Amerika Dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesi
25
Eropa ini dilandasi oleh kebebasan demi kesejahteraan dan kebahagian
serta melepaskan diri dari belanggu dan tekanan di bidang politik,
ekonomi, dan agama.13
Dalam sistem internasional, pola interaksi yang terjadi antar negara-
negara pada umumnya dilandasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu
yang ingin dicapai oleh setiap negara. Masing-masing negara dalam dunia
internasional wajib memberikan tanggapan atas setiap situasi internasional
yang sedang terjadi. Dalam hal ini Amerika Serikat mempunyai
pandangan, cara, dan konsep tersendiri terhadap politik internasionalnya.
Pada dasarnya politik luar negeri Amerika Serikat membentuk pola
siklus antara Intervensionis dan Isolasionisme.14 Sebelumnya perlu
dijelaskan terlebih dahulu apa itu Isolasionis dan Intervensionis,
Isolasionis merupakan suatu bentuk kecenderungan dalam arah politik luar
negeri (khususnya arah politik luar negeri Amerika Serikat) yang
cenderung menutup diri dari kerjasama dengan negara lain. Ini kemudian
dikenal pilar dengan sebutan Unilateralisme.
Amerika Serikat mempunyai empat kerangka kerja utama dalam
mencapai kepentingan nasionalnya. Kerangka kerja politik luar negeri
tersebut meliputi power, peace, prosperity, dan principle:
1. Power, merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh Amerika
Serikat dalam merumuskan dan mempertimbangkan setiap
13 Albertine Minderop, Paragmatise-Sikap Hidup Dan Prinsip Politik Luar Negeri Amerika,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 2006 14 Jack E. Holmes, The Mood/Interest Theory of American Foreign Policy , University Press of
Kentucky; Reprint edition (July 7, 2014)
26
kebijakan yang dikeluarkannya. Tanpa Power kepentingan Amerika
Serikat di seluruh dunia tidak akan pernah terwujud adanya.
Dengan Power setiap aktor negara dapat mengontrol segala hal
agar sesuai dengan kepentingan yang dimiliki oleh negaranya.
2. Peace, secara makna perdamaian diartikan sebagai sebuah kondisi
dimana tidak ada perang. Dalam konteks politik luar negeri
Amerika Serikat, sebagai sebuah negara superpower Amerika
Serikat memposisikan dirinya sebagai polisi dunia yang berhak
melakukan apa saja demi terwujudnya perdamaian dunia dan
yang paling utama seluruh kepentingan nya di dunia berada
dalam kondisi yang aman. Apabila Amerika Serikat merasa terancam
maka ia akan mengeluarkan seluruh power-nya demi menyelamatkan
kepentingannya tersebut.
3. Prosperity, setiap negara dalam kepentingan nasionalnya pasti
mempunyai salah satu tujuan terpenting bagi bangsanya, yaitu
kemakmuran. Dalam konteks Amerika Serikat, politik luar
negerinya ditujukan untuk mencapai keuntungan dalam hal ekonomi.
4. Principles, dalam poin keempat ini, tujuan dari Politik Luar
Negeri Amerika Serikat adalah menyebarkan dan menanamkan
prinsip-prinsipnya ke seluruh penjuru dunia. Konteks prinsip
dalam hal ini adalah nilai-nilai yang dianut oleh Amerika Serikat
sendiri. Nilai-nilai itu tidak lain adalah demokrasi yang selalu
dikumandangkan oleh Amerika Serikat ke seluruh dunia. Hal
27
ini dilakukan agar kepentinganya di wilayah-wilayah yang ditargetkan
dapat tercapai semaksimal mungkin dengan adanya penyebaran nilai-
nilai demokrasi.
Keempat prinsip ini menjadi pedoman sekaligus koridor bagi
pemimpin Amerika Serikat dalam menjalankan politik luar negeri.
Walaupun kebijakan setiap pemimpin berbeda-beda namun tetap tidak
akan lepas dari keempat prinsip diatas.
Secara umum berbagai arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat
adalah harus menjaga posisi primacy Amerika Serikat yang
tak terganggu untuk memastikan global order dan balance of power
di berbagai dunia. Amerika Serikat juga ingin memantapkan diri
dalam hal keamanan dunia, dominasi sumber daya alam, orientasi
ekonomi, penyebaran ideology liberalisme dan demokrasi,
keamanan nasional dan pemberantasan terorisme, dan mewujudkan
tatanan dunia.
Dalam format politik internasional Amerika Serikat terdapat dua
pilar yang paling mengemuka yang dijadikan pokok negara
adidaya tersebut adalah politik dan liberalisme ekonomi dunia.
Dalam bidang politik bersumber dari ideologi kapitalisme yang
sudah dibuat dan diinternasionalisasikan.
Dalam bidang ekonomi, internasionalisasi kepentingan Amerika
Serikat tertuang dalam seperangkat organisasinya seperti IMF,
World Bank, dan WTO. Organisasi ini menawarkan bantuan
28
pinjaman kepada negara-negara dunia ketiga dengan syarat-syarat
tertentu. Langkah paling penting yang dilakukan Amerika Serikat
ialah mengubah sistem mata uang dunia dengan mengubah dollar
menjadi standar mata uang dunia. Perdagangan bebas juga menjadi
program utama WTO, tujuannya untuk membuka pasar seluruh
negara-negara di dunia bagi produk unggul dan investasi
negara-negara kapitalis. Dengan demikian negara berkembang
akan selalu berada di bawah hegemoni Amerika Serikat.
World Bank, International Monetary Fund, dan World Trade
Organization merupakan alat bagi AS untuk mencapai kepentingan
nasionalnya, tidak hanya dalam segi ekonomi, bahkan juga dalam
segi politik dan ideologinya. Sehingga, jika dilihat dari kacamata ini,
dapat dikatakan bahwa peran pemerintah tidak lagi menjadi central
state actor dalam pengatur dan pengontrol interaksi dalam
perdagangan antar negara. Kemunculan non-state actor justru
dilihat sebagai pemain baru yang memainkan peran central-actor,
dengan demikian hanya negara-negara yang memiliki kapasitas dan
kapabilitas serta power yang kuatlah yang memiliki peran dan
mampu bersaing dalam perekonomian dan perdagangan internasional.
Politik luar negeri suatu negara selalu mengarah kepada
promosi kepentingan nasional negara tersebut, termasuk
Amerika Serikat. Tindakan-tindakan Amerika Serikat ini
tercermin dari serangkaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat
29
terkait kompetisi ekonomi, memperkuat pertahanan, mewujudkan
perdamaian dan kebebasan, serta upaya perluasan ideologi demokrasi.
Namun pada dasarnya politik luar negeri tidak pernah bersifat
tetap, politik luar negeri harus merespon dan merumuskan
kebijakan sesuai dengan kepentingan nasional dan peluang dalam
hubungan internasional.
Kebijakan luar negeri sebagai tindakan otoritatif yang dilakukan
oleh pemerintah dengan tujuan tertentu sehubungan dengan interaksi
pemerintah sebuah negara dengan pemerintah negara lain. Ini mengacu
pada tindakan dan tujuan pemerintah nasional yang dipersonalisasi
dengan memperhatikan wilayah dan objek yang berada di luar batas
wilayah negara.15
Namun, kemunculan aktor non-negara juga dapat memiliki dampak
yang cukup besar terhadap keseluruhan dinamika sistem internasional.
16Oleh karena itu, tindakan otoritatif yang dilakukan oleh pemerintah
dalam melakukan interaksi luar negeri juga mulai mencakup aktor non-
negara.17
Dalam proses analisis, ilmuwan HI menguraikan esensi kebijakan
luar negeri lebih dalam. Modelski (1962) menganggapnya sebagai
sistem aktivitas yang melibatkan proses yang melibatkan proses input
15 George , Modelski , “A Theory Of Foreign Policy “. New York: Praeger, 1962. 16 Richard W, Mansbach, “The Global Puzzle, Issues and actors in world Politics”, Boston & New
York: Houghton Mifflin. 2000 17 David, Wurfel & Bruce Burton, “ Introduction: A Foregin Policy Framework For Southeast
Asian States” in Timothy M. Shaw, ed., The Political Ekonomy Of Foregin Policy in Southeast
Asia. London:Macmilllan, 1990, Hal 5
30
dan output. Dalam sistem aktivitas inilah pembuat kebijakan menjadi
salah satu elemen penting dalam proses perumusan kebijakan luar
negeri. Rosenau (1976) membedakan tiga bagian integral dari
kebijakan luar negeri yang dikenal sebagai tiga konsep kebijakan luar
negeri yaitu orientasi kelompok, rangkaian komitmen dan tindakan,
serta bentuk perilaku.
Orientasi kelompok yang dimaksud mengacu pada sikap, persepsi,
dan nilai yang berasal dari negara terhadap pengalaman sejarah dan
keadaan strategis yang terjadi di tempatnya dalam dunia politik.
Sedangkan untuk rangkaian komitmen dan tindakan yang dimaksud
adalah kumpulan strategi yang diambil saat negara-negara terhubung
dengan lingkungan eksternal.
Sementara itu, bentuk perilaku mengacu pada fase empiris
kebijakan luar negeri. Ini adalah langkah atau kegiatan konkret yang
mengikuti tujuan umum dari kebijakan luar negeri. Holsti (1983)
mengambil pendekatan yang sedikit berbeda dengan memperluas dan
membagi konsep kebijakan luar negeri menjadi empat komponen
mulai dari yang umum sampai yang spesifik, keempat komponen
tersebut adalah; orientasi, peran nasional, tujuan, dan tindakan.
Orientasi mengacu pada sikap dan komitmen terhadap lingkungan
eksternal dan kemudian menggabungkan strategi dasar untuk mencapai
tujuan domestik dan eksternal, tujuan ini muncul terutama dalam
menghadapi ancaman yang terus berlanjut.
31
Sedangkan untuk Peran nasional berkaitan dengan pembuat
kebijakan yang dapat didefinisikan tentang jenis keputusan, komitmen,
peraturan, dan tindakan umum yang sesuai dengan keadaan negara,
dan fungsi yang harus dilakukan negara dalam berbagai pengaturan
geografis dan masalah internasional yang dibahas.
Komponen kebijakan luar negeri berikutnya yaitu tujuan, tujuan
dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan masa depan dan
pengaturan kondisi yang diinginkan pembuat kebijakan individual
dalam kebijakan luar negeri yang memegang pengaruh di luar negeri
dalam mengubah ataupun mempertahankan perilaku negara lain.
Terakhir, pengertian komponen tindakan adalah hal-hal yang
"dilakukan pemerintah kepada orang lain untuk mempengaruhi arah
gerak kerjasama, memenuhi peran, atau mencapai dan
mempertahankan tujuan", tindakan pada dasarnya adalah bentuk
komunikasi yang dimaksudkan untuk mengubah atau mempertahankan
perilaku orang-orang yang menjadi aktornya. 18
Berdasarkan pemahaman Modelski, Rosenau, dan Holsti yang
mewakili banyak Akademisi HI, telah ada kesamaan dalam
menganggap aspek utama kebijakan luar negeri. Setidaknya ada tiga
aspek utama kebijakan luar negeri, yaitu sumber kebijakan luar negeri,
proses menghasilkan sumber menjadi kebijakan, dan tindakan yang
dilakukan dalam menerapkan kebijakan.
18 KJ, Holsti , “Internasional Poltics, A Framework For Analysis , 4th edition, London: Prentice-
Hall, 1983, Hal 144.
32
Dalam literature besar HI, setidaknya ada tiga label berbeda yang
digunakan dalam membedakan ketiga aspek utama kebijakan luar
negeri ini. Pertama, tiga aspek utama ini diidentifikasikan sebagai
sumber perilaku external, dimana proses mengelola perilaku external
menjadi sebuah tindakan. Kedua, ketiga aspek masing-masing disebut
sebagai aspek independen, aspek intervensi, dan aspek yang bergantuk
pada kebijakan luar negeri. Dan terakhir, tiga aspek utama dapat
dikategorikan sebagai input dalam pembuatan keputusan dan output
dari kebijakan luar negeri.
2. Tujuan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Ke Asia Timur
Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak
ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri
tersebut merupakan kebijaksanaan suatu negarau ntuk mengatur hubungan
luar negerinya. Menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri yaitu
upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk
mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.19
Tujuan politik luar negeri merupakan mewujudkan kepentingan
nasional negaranya. Tujuan tersebut memuat gambaran atas keadaan
negara di masa mendatang dan kondisi masa depan yang diinginkan.
Dalam sistem internasional, pola interaksi yang terjadi antara negara-
negara pada umumnya dilandasi oleh adanya kepentingan-kepentingan
tertentu yang ingin dicapai oleh setiap negara. Masing-masing negara
19 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976.World Politics: An Introduction.
New York: The Free Pres, Hal 27
33
dalam sistem internasional berkewajiban memberikan tanggapan-
tanggapan atas situasi internasional dalam berbagai tujuan nasional yang
diinginkan sesuai dengan kepentingan nasionalnya masing-masing.
Dalam hal ini Amerika Serikat mempunyai pandangan, cara, serta
konsep tersendiri terhadap politik internasionalnya. Amerika Serikat juga
sama halnya dengan Negara-negara lain di dunia yang mempunyai
landasan dan sumber-sumber dalam setiap kebijakannya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat dibawah Pemerintahan Donald
Trump Dalam yang pada masa kepemimpinan yang tidak jauh berbeda
dari presiden sebelumnya, yang mengesankan dirinya sebagai orang
yang hanya mau tahu apa yang ada dalam benaknya sendiri, apa
yang ia inginkan, dan bagaimana itu diwujudkan apa pun alasannya,
bahkan ketika alasan itu pun terbukti ketidakbenarannya.
Semenjak terpilih menjadi Presiden Donald Trump mengubah
arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat berbeda dengan pemerintahan
sebelumnya. Donald Trump terlihat mulai menggeser arah kebijakan
politik luar negerinya dari unsur-unsur Multilateralisme dalam menjalin
hubungan luar negeri Amerika Serikat dengan negara-negara lainnya di
dunia.
Donald Trump menekankan pada kerjasama bilateral yang
mengedepankan diplomasi untuk menjaga dan mengamankan
kepentingan Amerika Serikat di wilayah-wilayah tertentu. Donald
Trump lebih mengedepankan untuk kembali membangun
34
aliansi, persekutuan, dan institusi yang dibutuhkan untuk
mengatasi ancaman serta memperketat keamanan. Terkait masalah
aliansi Amerika Serikat membutuhkan kerjasama yang tetap atau
konstan dan diperlukan revisi jika persekutuan tersebut ingin tetap efektif
dan relevan.
Selain itu Amerika Serikat pada masa pemerintahan Donald
Trump juga menjunjung tinggi nilai kebebasan. Khususnya
kebebasan individu, dimana kebebasan individu merupakan hak-hak
yang terpatri dalam diri sejak lahir dan tidak dapat diambil oleh
siapapun, penerapannya bersifat universal yang tidak memandang ras,
gender, atau status apapun. Tugas Amerika Serikat sebagai negara
Liberal adalah mempromosikan dan mengembangkan standar
moral universal yang mengacu pada kebebasan individu. Untuk
memperbaharui kepemimpinan Amerika Serikat di dunia, Donald
Trump akan memperkuat keamanan umum dengan menginvestasikan
dana pada bidang kemanusiaan.
Demi menciptakan Amerika serikat yang lebih baik yang
mencerminkan kelakuan baik dan menjadi aspirasi masyarakat
Amerika Serikat. Amerika Serikat juga berkomitmen untuk memperkuat
pilar dari masyarakat dunia yang adil.
Pada masa presiden sebelumnya mempromosikan hak asasi manusia
adalah kepentingan nasional yang terbilang menjadi prioritas, maka
Amerika Serikat berusaha melakukan berbagai upaya yaitu:
35
1. Mempromosikan penghormatan yang lebih besar terhadap
hak asasi manusia, termasuk kebebasan berekspresi,
kebebasan pers, hak-hak perempuan, dan perlindungan minoritas.
2. Mempromosikan aturan hukum, mencari akuntabilitas, dan
mengubah budaya impunitas (memberikan pembebasan atau
pengecualian dari tuntutan atau hukuman atau kerugian
kepada seseorang yang telah melakukan pelanggaran Hak Asasi
Manuisa).
3. Membantu upaya reformasi dan memperkuat kapasitas
kelembagaan kantor komisi tinggi PBB tentang hak asasi manusia.
4. Mengkoordinasikan kegiatan hak asasi manusia dengan sekutu
penting, termasuk Uni Eropa, dan organisasi regional .
Pada masa presiden sebelumnya Promosi Hak Asasi Manusia dan
demokrasi tidak hanya di dalam negeri, namun juga dipromosikan di
berbagai negara oleh karena nya Hak Asasi Manusia selalu
memainkan peran dalam kebijakan luar negeri sepanjang sejarah Amerika
Serikat pada masa presiden sebelumnya yang mana Amerika Serikat
memegang peran utama dalam pendirian Perserikatan bangsa-bangsa
dan penyusunan pernyataan Umum Tentang Hak-Hak Asasi Manusia.
Sebagian besar pernyataan umum tentang Hak Asasi Manusia
mengambil model sebagian dari U.S Bill of Right. Amerika Serikat
berusaha memajukan Hak Asasi Manusia dengan cara yang cukup
efektif, yaitu dengan cara menawarkan langkah-langkah kepada Uni
36
Eropa agar menetapkan standar Hak Asasi Manusia sebagai
persyaratan keanggotaan untuk negara-negara yang ingin bergabung
dengan NATO dan Uni Eropa .
Hak Asasi Manusia menjadi salah satu kunci Politik Luar Negeri
Amerika Serikat, selain itu tujuan Politik Luar Negeri Amerika
Serikat dan juga menjadi tantangan bagi Amerika Serikat adalah
bagaimana menangani Hak Asasi Manusia dan demokrasi tanpa
membuat hubungan terlalu tegang antara pemerintah Amerika
Serikat dengan pemerintah negara lain.
Tantangan kedua bagi Amerika Serikat adalah menerapkan
kebijakan hak asasi manusia di tengah-tengah kebijakan prioritas
yang lain seperti kepentingan politik, militer, dan ekonomi yang
bertentangan dengan tindakan pada hak asasi manusia(Cohen,
2008).Serangan terorisme 11 September 2001 membuat promosi
demokrasi menjadi elemen penting dalam pembuatan kebijakan luar
negeri AS di Timur tengah. Tak lama setelah serangan tersebut
muncul berbagai pandangan bahwa terorisme Islamis adalah ancaman
utama AS.
Kepentingan Amerika Serikat di wilayah Asia Timur tidak semata-
mata perihal ideologi lagi. Sebagai negara adikuasa Amerika Serikat
mempunyai kepentingan untuk memajukan perekonomian negara-negara
di wilayah Asia Timur tersebut. Amerika Serikat meyakini bahwa
kemajuan perekonomian di wilayah Asia Timur secara tidak langsung
37
akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Amerika Serikat. Hal ini
dikarenakan Samudera Pasifik yang sebagian besar berbatasan langsung
dengan negara-negara Asia Timur merupakan wilayah yang memberikan
dampak perekonomian tersendiri bagi Amerika Serikat.
Kebijakan-kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat yang
diterapkan di wilayah Asia-Pasifik sejatinya berdasarkan pada tiga
variabel utama. Variabel pertama adalah adanya kondisi pasca Perang
Dingin dimana Amerika Serikat mengklaim dirinya sebagai pemimpin
global yang membawa pada indikasi bahwa Amerika Serikat menjadi
perlu untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan
sistem ekonomi pasar pada seluruh negara di dunia, terutama negara-
negara yang sebelumnya tidak mengenal sistem tersebut seperti negara-
negara di kawasan Asia Timur .20
Variabel yang kedua adalah ketatnya peran dan kebijakan Amerika
Serikat di wilayah Asia-Pasifik adalah atas dasar persepsi bahwa wilayah
Samudera Pasifik sejatinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Amerika Serikat sendiri. Hal ini berimplikasi pada adanya sentimensi
yang tinggi dari Amerika Serikat saat ada isu yang muncul di wilayah
Samudera Pasifik termasuk negara-negara yang berbatasan langsung
dengan wilayah tersebut seperti kawasan Asia Timur. Variabel yang
ketiga adalah kurangnya arah kebijakan yang pasti serta sistem politik di
Amerika Serikat sendiri yang sangat rumit. Banyaknya aktor dan
20 Jorn, Dosch “The United States in the Asia Pacific” in Michael K Connors, Remy. 2004 Hal 24
38
kepentingan yang dibawa dalam setiap pembahasan kebijakan-kebijakan
luar negeri Amerika Serikat terkait wilayah Asia Timur membuat
kebijakan yang dihasilkan menjadi sangat lemah dan terkesan tidak
konsisten.21
Dalam upaya untuk memperjuangkan kepentingannya, Amerika
Serikat menggunakan kekuatan baik hard power maupun soft power untuk
mencapai tujuan politiknya. Sejak pasca Perang Dingin, tampilnya
Amerika Serikat sebagai negara hegemon tentu juga membawa indikasi
bahwa secara kekuatan militer pasti angkatan bersenjata Amerika Serikat
sangat tangguh apabila sewaktu-waktu diperlukan kekuatan hard power
untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam konteks untuk mencapai
kepentingan politik di Asia-Pasifik, Amerika serikat menggunakan US
Navy sebagai komponen utamanya.
Sementara dalam menggunakan kekuatan berbasis soft power nya,
Amerika Serikat mengedepankan kepada aspek ideologi demokrasinya,
kebudayaan seperti musik, film-film Hollywood serta Multinational
Corporation-nya seperti Mc Donald dan sebagainya untuk menancapkan
pengaruh yang kuat di setiap negara di seluruh belahan dunia demi untuk
mencapai tujuan negara dan kepentingannya tersebut. 22
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa Amerika
Serikat memang memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap negara-
negara di wilayah Asia Timur. Kepentingan-kepentingan tersebut
21 Ibid hal 26 22 Ibid hal 28
39
diantaranya adalah ideologi, ekonomi serta untuk menjaga kestabilan
kondisi keamanan di wilayah Samudera Pasifik. Dalam upaya untuk
mencapai kepentingannya tersebut, Amerika Serikat menggunakan
berbagai macam strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimilikinya untuk mencapai tujuan dan kepentingannya di kawasan Asia-
Pasifik tersebut.
B. Kawasan Asia Timur
1. Potensi Wilayah
Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan
dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Asia Timur
terdiri dari tujuh negara yakni, Tiongkok, Korea Utara, Korea Selatan,
Taiwan, Mongolia, Hong Kong dan Macau. Ketujuh Negara tersebut
memiliki masing-masing identitas yang berbeda.
Di mulai dari Tiongkok yang dikenal dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia dan perkembangan ekonomi yang pesat. Lalu Jepang
dengan keunggulan teknologinya yang sangat menonjol di dunia. Korea
Utara dengan kekuatan nuklirnya. Kemudian, Taiwan dengan ketegasan
untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. Korea Selatan
dengan budaya yang sangat digemari oleh kalangan remaja di seluruh
dunia, Mongolia dengan daratan terpencil dengan pegunungan tinggi yang
menakjubkan, danau besar, padang rumput berbukit luas. Hong Kong
dengan penghubung perdagangan utama dan pusat keuangan dunia. Serta
Macau dengan pelancong terbanyak.
40
Asia Timur sebagai kawasan regional yang berdasarkan pada sistem
negara peradaban memang merupakan entitas yang sangat besar. Negara-
negara di kawasan ini juga merupakan negara yang memegang peranan
penting dalam konteks hubungan internasional. Demografi penduduk serta
wilayah geografis yang strategis membuat kawasan ini menjadi penting
bagi negara-negara lain di dunia. Diantara negara-negara yang mempunyai
kepentingan di wilayah Asia Timur ini adalah Amerika Serikat. Selain
wilayah ini dilalui oleh sebagian besar jalur perdagangan internasional,
sejatinya kepentingan Amerika Serikat terhadap wilayah Asia Timur ini
telah jelas tergambar sejak dahulu kala.
2. Arti Penting Kawasan Asia Timur
Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang mencakup negara-
negara Asia Timur. Kawasan ini sangat luas dan mencakup negara Jepang,
Korea Selatan, Korea Utara, Tiongkok, Taiwan, Hongkong, Mongolia, dan
Macau. Paling sedikit negara 2 negara di kawasan ini yakni Taiwan dan
Korea, menjadi rebutan saling pengaruh negara Amerika Serikat , sebagai
pusat ketegangan, yang juga menjadi ancaman dan keamanan dunia,
mengingat potensi kekuatan nuklir yang dimiliki Amerika Serikat yang
terlibat konflik.
Dikawasan ini terdapat Laut China Selatan yang merupakan wilayah
panas (hot spot), yang rawan konflik terbuka (bersenjata) setiap waktu,
antara negara-negara di dalam dan luar kawasan perairan tersebut, apalagi
41
dengan meningkatnya kebutuhan atas energi dan sumber daya alam
lainnya.
Di lihat dari letak geografis, kawasan Laut China Selatan merupakan
kawasan jalur laut internasional yang bernilai politis, ekonomis, dan
strategis. Kawasan Laut China Selatan dikelilingi oleh negara pantai,
diantaranya Taiwan, Tiongkok, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura,
Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Brunei Darussalam serta memiliki
potensi sumber daya alam yang besar dari kemakmuran negara yang dapat
menguasai kawasan tersebut.
Potensi sumber daya alam dan jalur perdagangan laut internasional
menjadi kawasan ini menjadi jalur tersibuk untuk dilalui oleh pedagang
regional ataupun internasional. Hal ini, menjadi ancaman bagi negara
regional di kawasan Laut China Selatan. Penguasaan jalur pelayaran di
Laut China Selatan memiliki makna tersendiri bagi Tiongkok dan Amerika
Serikat 23.
Munculnya Tiongkok sebagai negara hegemoni baru di kawasan Asia
semakin mendorong Amerika Serikat terus mencari perhatian khususnya
dari negara-negara di kawasan. Untuk meluaskan pengaruh Amerika
Serikat atau Tiongkok di negara Laut China Selatan sangat potensial
dijadikan sebagai pangkalan militer paling strategis Amerika Serikat.24
Dikawasan ini juga terdapat Selat Malaka, Selat Malaka Adalah
perbatasan laut (sea borderlines) Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
23 Auslin, Michael, “Security in the Indo-Pacific Commons: Toward A Regional Security”,
American Enterprise Institute, 2010 24 Ibid hal 11
42
Selat ini merupakan salah satu jalur pelayaran penting di dunia, dan satu
dari sembilan selat dan terusan strategis di dunia. Selat yang membentang
sekitar 800 km dan lebar 1,7 kilometer, setiap tahunnya diperkirakan
dilintasi kurang lebih 70 ribu kapal atau kira-kira 150-200 kapal setiap
harinya.
Sebagian di antaranya adalah kapal-kapal tangki raksasa yang
berukuran 180.000 dwt ke atas, yang mengangkut lebih dari 40 persen
barang-barang perdagangan negara di dunia, dengan volume perdagangan
mencapai 19.245,7 juta ton per tahun dengan kenaikan rata-rata 4,3 persen
per tahun. Itu belum termasuk petro product sebesar 15,2 juta barel per
hari. Setengah dari minyak dunia diangkut melalui selat ini dengan jumlah
sekitar 11 juta barel minyak perhari, utamanya dari Timur Tengah ke
Jepang, Cina dan Korsel. Selat Malaka merupakan lintasan terdekat dari
Lautan Hindia menuju Lautan Pasifik dan sebaliknya, sehingga telah
menjadi urat nadi perekonomian dunia.
Selat Malaka sebenarnya merupakan alur pelayaran sempit, dangkal,
berbelok-belok, dan ramai. Pada bagian di selat Singapura yang lebarnya
hanya 1,7 km, hanya 1,3 km yang bisa dilalui, sementara di bagian selat
Philip (Philip Channel) hanyalah kira-kira 800 meter lebar yang dapat
dilayari. Arus laut pada selat Malaka dapat mencapai kecepatan 3 mil
dengan perubahan kecepatan yang tidak teratur.
Seiring dengan meningkatnya perdagangan di kawasan Asia Timur
menuju kawasan Afrika, Amerika, dan Eropa, kemampuan Selat Malaka
43
semakin menurun, terutama untuk melayani kapal-kapal berukuran besar
VLCC. Dalam kondisi demikian, kecelakaan besar pun seringkali terjadi,
karena kepadatan lalu-lintas dan keadaan fisik selat yang beberapa bagian
tingkat kedangkalannya kurang dari 23 meter.
Kedangkalan ini sangat berbahaya bagi kapal-kapal raksasa yang
sarat-bebannya lebih dari 19 meter. Tentu berbagai kecelakaan yang
terjadi bukan saja merugikan pemilik kapal, namun juga menimbulkan
masalah lingkungan, misalnya tumpahan minyak dari kapal yang karam.25
25 https://indoprogress.com/2016/06/internasionalisasi-selat-malaka/ di akses pada tanggal 01
desember 2017
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang penulis telah uraikan dalam setiap bab tentang
Re-formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di bawah
Presiden Donald Trump Terhadap Asia Timur, maka penulis dapat menarik
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Amerika Serikat sebagai negara adidaya memprioritaskan kemakmuran
masyarakatnya. Pada pemerintahan sebelumnya Amerika Serikat lebih
menitikberatkan kebijakannya di Timur Tengah dan Eropa. Akan tetapi
pada pemerintahan Donald Trump saat ini Amerika Serikat lebih berfokus
kepada kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui
kerjasama bilateral dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia
Timur.
2. Amerika Serikat meyakini bahwa kemajuan perekonomian di wilayah Asia
Timur secara tidak langsung akan memberikan keuntungan tersendiri bagi
Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan Samudera Pasifik yang sebagian
besar berbatasan langsung dengan negara-negara Asia Timur merupakan
wilayah yang memberikan dampak perekonomian tersendiri bagi Amerika
Serikat.
62
B. Saran-saran
1. Donal Trump harus mempertahankan kebijakan politik luar negerinya dan
lebih terbuka pada kerjasama bilateral dengan negara-negara lain.
2. Sebagai negara yang menjadi tujuan kepentingan luar negeri Amerika
Serikat, kawasan Asia Timur harus mementingkan kepentingan nasional
negara-negara Asia Timur dari pengaruh kebijakan politik Luar Negeri
Amerika Serikat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Clapham, Christopher, ed.,”Foreign Policy Making in Developing States, A
Comparative Approac . Westmead, England:Saxon House, 1997
Calder, K. & Ye, Min. 2010. The Making of North East Asia. Stanford: Stanford
University Press, Loc.cit
John ,Doch, 2004, “The United States in the Asia Pacific”, hal 18 in Michael K
Connors, Remy Davidson, jorn Dosh (eds), The New Global Politics of the
Asia-Pacific.
Christensen, Thomas J. 2003. “China, the US-Japan Alliance, and the Security
Dilemma in East Asia” dalam G John Ikenberry & M Mastanduno (eds),
International Relations Theory and the Asia Pacific. New York: Columbia
University Press, hal 23
Waltz ,Kenneth N, “ Foreign Policy and Democtratic politics, the American and
British Experince”, Boston & Tronton: Brown, Little, 1967.
Modelski, George, “A Theory Of Foreign Policy “. New York: Praeger, 1962.
Richard W, Mansbach, “The Global Puzzle, Issues and actors in world Politics”,
Boston & New York: Houghton Mifflin. 2000
Wurfel ,David & Bruce Burton, “ Introduction: A Foregin Policy Framework For
Southeast Asian States” in Timothy M. Shaw, ed., The Political Ekonomy
Of Foregin Policy in Southeast Asia. London:Macmilllan, 1990, Hal 5
Holsti, KJ , “Internasional Poltics, A Framework For Analysis , 4th edition,
London: Prentice-Hall, 1983, Hal 144.
Joseph S. Nye, 1992, Understanding International Conflicts, USA: Harper Collins
College Publisher, Hal. 40-41.
Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, 1982. Introduction to
International Relations: Power and Justice, New Jersey: Prentice Hall,
Hal. 85.
Aleksius Jemadu, 2014, Politik Global dalam Teori dan Praktik Edisi 2,
Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 52
Mohtar Mas’oed, 1994, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,
Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, hal. 34.
64
Jack C. Plano dan Roy Olton, 1990,Loc cit
P. Anthonius Sitepu, 2011, Studi Hubungan Internasional,Yogyakarta: Graha
Ilmu, Hal. 165
De la Reza, German A. 2006. The Divide between New and Old Regionalisms:
An
AnalyticalFramework[online].http://www.ajlas.org/v2006/paper/2010vol23
no206.pdf. Diakses pada 30 Nov 2017
Fawcett, Louise. 2005. “Regionalism from an Historical Perspective” in Global
Politics of Regionalism: The Theory and Practice, by Marry Farell, Bjorn
Hettne, Luk Van Langenhove. London: Ploto Press.
Hettne, Bjorn dan Fredrik Soderbaum. 2008. “The Future of Regionalism: Old
Divides, New Frontiers” in Regionalisation and Global Governance: the
Taming of Globalisation?, oleh Andrew F. Cooper, Christopher W. Hughes
dan Philippe De Lombaerde (eds). London: Routledge.
Hennida, Citra. 2015. Dinamika Kawasan. Diambil dari perkuliahan Dinamika
Hubungan Internasional Kawasan, 2 September 2015. Surabaya:
Universitas Airlangga
Warleigh-Lack, Alex. 2008. “Studying Regionalisation Comparatively: a
Conceptual Framework” in Regioalisation and Global Goverance: the
Taming of Globalisation?, by Andrew F. Cooper, ChristopherW. Hughes
and Philippe De Lombaerde (eds). London: Routledge
Pareanom A, dkk. 2005. Amerika Dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesi
Albertine Minderop, Paragmatise-Sikap Hidup Dan Prinsip Politik Luar Negeri
Amerika, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 2006
Jack E. Holmes, The Mood/Interest Theory of American Foreign Policy ,
University Press of Kentucky; Reprint edition (July 7, 2014)
Rosenau, James N, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976.World Politics: An
Introduction.New York: The Free Pres, Hal 27
Dosch, John “The United States in the Asia Pacific” in Michael K Connors,
Remy. 2004 Hal 24
Michael, Leifer,”The Balance Of Power in East Asia”,London. RUSI, 1986.
65
Jurnal
Pareira, Andre H. 2005. Keamanan Ekonomi Pasca Perang Dingin: Negara
Dipersimpangan Antara Globalisme dan Regionalisme. Jurnal Governance.
Vol. 1 No. 4 pp. 30-47
Vӓyrynen, Raimo. 2003. Regionalism: Old and New. International Studies
Review. Vol 5 No. 1 pp. 25-51
Ali Martin dan Sugiarto Pramono. Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional.
“Faktor- faktor Pendorong Integrasi Regional”. Vol. 8, No. 1, Januari 2011
Hettne,B. The New Regionalism : A Prologue. In Hettne,B. (ed), The New
Regionalism and the Future of Security Development, Vol.4.2000. London
: Macmillan.
Cheng Li China's Political Development: Chinese and American Perspectives
(2014, co-author)Beauchamp-Mustafaga, N. (2014). China’s Foreign
Policy in 2014: A year to harvest partnership and the silk road. China
Brief. Vol. XIV. No. 24. 19 Desember 2014.
Internet
Auslin, Michael, “Security in the Indo-Pacific Commons: Toward A Regional
Security”,AmericanEnterpriseInstitute,2010https://indoprogress.com/2016/
06/internasionalisasi-selat-malaka/ di akses pada tanggal 01 sDesember
2017
Markus Wauran dalam https://www.geopoliticalmonitor.com/donald-trump-and-
us-nuclear-policy-in-east-asia/ di akses pada tanggal 26 Maret 2017