BAGIAN RADIOLOGI REFERATFAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2013UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MENINGIOMA
OLEH :ABDUL GAFUR ZULKARNAIN
10542 0059 09
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
0
DAFTAR ISI
Halaman Judul
1
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Anatomi dan fisiologi menings
BAB III Pembahasan
A. Definisi
B. Insiden dan Epidemiologi
C. Etiologi
D. Patogenesis
E. Diagnosis
a. Gambaran Klinis
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Pemeriksaan Patologi Anatomi
F. Penetalaksanaan
G. Prognosis
H. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
2
Meningioma adalah tumor yang berasal dari sel meningotelial yang berada
di aracnoid mater. Tumor ini memperlihatkan predominansi wanita yang moderat
(3:2) pada tempurung kepala (calvaria) kendati ratio wanita:laki-laki 10:1 pada
kanalis spinalis Oleh karena itu sebagian besar tumor terjadi di luar parenkim
otak. Meningioma biasanya timbul pada orang dewasa dan mungkin terbentuk di
kubah cranium dan medula spinalis. Hal ini mungkin berkaitan dengan
keberadaan reseptor meningotel dan respon trofik terhadap hormon tersebut.
Frekuensi tumor ini juga meningkat pada pasien dengan neurofibromatosis (NF)
tipe 2, tumor biasanya multipel. Pada pasien dengan NF tipe 2 serta pada sejumlah
kasus meningioma sporadik, gen NF2 terletak di 22q11, dan hilangnya gen
mungkin berkaitan dengan hilangnya sebagian atau seluruh kromosom 22. 1,2
Seperti banyak massa intrakranial yang membesar lainnya meningioma
intrakranial bermanifestasi sebagai tanda-tanda peningkatan TIK, kadang disertai
oleh kejang ataupun defisit neurologik fokal. Prognosis keseluruhan bagi pasien
dengan meningioma dipengaruhi oleh ukuran dan lokasi lesi, derajat histologik,
aksesibilitas bedah.3,4
Meningioma cenderung berupa massa berbentuk bulat dengan dasar
duramater tang batasnya jelas dan menimbulkan kompresi pada otak di bawahnya
tetapi mudah dipisahkan dari jaringan otak. Lesi tumor biasanya memiliki
konsistensi yang keras hingga bersifat fibrosa dan tidak menunjukkan adanya
nekrosis atau perdarahan.2
3
BAB II
4
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Menings Merupakan selaput atau membrane yang terdiri dari connective
tissue yang melapisi dan melindungi otak, terdiri dari tiga bagian yaitu uramater
Duramater atau pacymeninx dibentuk dari ja ringan ikat fibrous. Secara
konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan endosteal dan
lapisan meningeal.4
Sistem saraf pusat dikelilingi oleh lapisan pembungkus yaitu meninges,
berfungsi sebagai pelindung otak dan corda medulla dari kerusakan mekanis serta
memberi suplai nutrisi pada sel-sel saraf. Meninges dari luar ke dalam terdapat 3
lapisan yaitu duramater, arachnoidea, dan piamater.4
Duramater melekat pada dinding tengkorak, membentuk periosteum. Pada
duramater dijumpai dua lipatan besar yang terdapat pada muka interna yaitu falx
cerebri dan tentorium cerebelli. Pertemuan dua lipatan tersebut membentuk
protuberantia occipitalis interna fibrossa. Arachnoidea merupakan membran lunak
hampir transparan, terdapat diantara duramater dan piamater, mempunyai
trabekula sampai ke piamater. Piamater merupakan membran tipis yang terdiri
dari jaringan ikat dan pembuluh darah, berguna untuk menyuplai nutrisi.
Arachnoid dan piamater saling melekat dan seringkali dipandang sebagai satu
membrane yang disebut pia-arachnoid.4
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
Meningioma adalah tumor yang berasal dari sel meningotelial yang berada
di aracnoid mater. Oleh karena itu tumor ini sebagian besar terjadi di luar
parenkim otak. Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat
dan tidak menginvasi otak maupun medulla spinalis. Tumor ini memperlihatkan
predominansi wanita yang moderat (3:2) pada tempurung kepala (calvaria)
kendati ratio wanita:laki-laki 10:1 pada kanalis spinalis.1,2,4
B. Epidemiologi
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak
dijumpai pada usia pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20%
dari semua tumor primer di regio ini. Meningioma juga bisa timbul di sepanjang
kanalis spinalis, dan frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor
lain yang tumbuh di regio ini. Di intrakranial, meningioma banyak ditemukan
pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi
lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria.1,3,4
6
Meningioma intrakranial merupakan tumor kedua yang tersering disamping
Glioma, merupakan 13–20% dari tumor susunan saraf pusat. Meningioma dapat
terjadi pada semua usia namun jarang didapatkan pada bayi dan anak-anak. Angka
tertinggi penderita meningioma adalah pada usia 50-60 tahun. Meskipun demikian
dilaporkan juga dua kasus meningioma kongenital pada bayi. KOOS dan
MULLER menyatakan mulai usia 12 tahun insidens meningioma meningkat
secara progressif. Meningioma ini lebih banyak didapatkan pada wanita dari pada
laki-laki. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 : 2, sedangkan
JACOBSON dkk mendapatkan perbandingan wanita dan laki-laki adalah 7 : 4.3
Etiologi
Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma,
kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma
mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara tempat
terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga disimpulkan bahwa
penyebab timbulnya meningioma adalah trauma. Beberapa penyelidikan
berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara
meningioma dengan trauma.1,3
Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir kehamilan,
mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang meningkat
pada saat itu.3
Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai penyebabnya. Pada
penyelidikan dengan light microscope ditemukan virus like inclusion bodies
7
dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa
pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma
yang berada dalam membran inti.3
Patogenesis
Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas.
Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan
perkembangan edema peritumoral. Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma
terletak di daerah supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang
mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital
dan yang paling sedikit pada fossa posterior.1,3
Etiologi tumor ini diduga berhubungan dengan genetik, terapi radiasi,
hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini
mengalami kehilangan material genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada
lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada
22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan
NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang
menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu,
deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.1,3
Terapi radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma.
Bagaimana peranan radiasi dalam menimbulkan meningioma masih belum jelas.
Pasien yang mendapatkan terapi radiasi dosis rendah untuk tinea kapitis dapat
berkembang menjadi meningioma multipel di tempat yang terkena radiasi pada
8
dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi dapat menginduksi terjadinya
meningioma setelah periode laten yang pendek.
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya
faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma
hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma
ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain
juga ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan
reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex
diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik
dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari
meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada
meningioma.3,6
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan
pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma
sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10)
melaporkan meningioma secara bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma
mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma
mammae dengan meningioma.3,6
Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak
menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor
yang penting dalam pertumbuhan meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat
9
menjadi cepat selama periode peningkatan hormon, fase luteal pada siklus
menstruasi dan kehamilan.1,2,6
Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah
diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai
penyebab meningioma. Philips et al melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus
meningioma setelah trauma kepala pada populasi western Washington state.
Tanda dan Gejala
Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-
gejala dalam waktu yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk
meningioma tetapi tidak pathognomonis. Diperkirakan meningioma intrakranial
yang merupakan 1,44% dari seluruh otopsi sebagian besar tidak menunjukkan
gejala-gejala dan didapatkan secara kebetulan. Dari permulaan sampai timbulnya
gejala-gejala rata-rata ± 26 bulan, dilaporkan juga gejala-gejala yang lama
timbulnya yaitu antara 20 — 30 tahun. Walaupun demikian gejala-gejala yang
cepat tidak menyingkir kan adanya meningoma.1
Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain
misalnya sakit kepala, muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal
seperti kejang- kejang, kelumpuhan, atau hemiplegia. Gejala umum ini sering
sudah ada sejak lama bahkan ada yang bertahun-tahun sebelum penderita
mendapat perawatan dan sebelum diagnosa ditegakkan.
Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala
klinis lain yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :
10
kejang-kejang (±48%)
gangguan visus (± 29%)
gangguan mental (± 13%)
gangguan fokal (± 10%)
Prosedur Diagnostik
Diagnosa meningioma dapat ditentukan atas beberapa pemeriksaan sebagai
berikut :7
Elektroensefalografi (E.E.G.).
X ray foto tengkorak.
Angiografi
Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.
Brain Scan.
Computerized Tomography Scan (CT scan).
Histopatologik.
Elektroensefalografi (EEG)
Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75–85% dari kasus dan 15 —
25% dari penderita dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal. Tumor otak
11
sendiri tidak memberi aktivitas listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang
membuat ini pada daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa
sehingga hypersynchronisasi dari pelepasan-pelepasan listrik dari beribu-ribu atau
berjuta-juta sel saraf membentuk gelombang lambat atau gelombang runcing pada
EEG. Mungkin tumor ini memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron
didekatnya, mungkin dengan tekanan langsung, oedema atau mengacau (merusak)
innervasi daerahnya. Meningoma menunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G.
Pada kasus-kasus didapatkan 53% dengan focus abnormal. Pada meningioma
intraventriculer enam dari delapan kasus menunjukkan EEG yang abnormal.3,7
Foto Tengkorak
Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perubahan dari X foto
tengkorak pada meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan
radiologis tersebut adalah:3
Hyperostosis : 25% – 44,1% Pembesaran dari canalis yang dilalui oleh
arteri meningiamedia (foramen Spinosum) : 25% Perkapuran dari tumor : 3% —
20% Kerusakan dari tulang : 1,5% – 16,1% Pembuatan specule : 4,3% adalah
pembuatan tulang-tulang baru sebagai tiang yang ramping tegak lurus pada
permukaan tulang yang normal. Penebalan tulang yang difus. Hyperostosis dan
kalsifikasi tumor terutama Psammomatous merupakan tanda yang paling penting
untuk diagnosa meningioma disamping peningkatan Vascularisasi dan kerusakan
tulang.
Angiografi
12
Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah
adanya pembuluh darah yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang
arteri sistim karotis eksterna. Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang
memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali
neningioma.3,7
Meningioma menunjukkan ciri-ciri paling khas sebagai berikut: (i)
Mendapat darah dari sistim karotis eksterna. (ii) Homogenous akan tetapi sharphy
sircumscribed cloud, adanya tumor cloud yang homogen dari cairan kontras pada
seluruh tumor. Batas vaskuler intrinsik dari meningioma sering jelas sekali dan
konfigurasinya berbentuk bulat-bulatan (lobulated).3,7
Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi
Pneumografi dapat menunjukkan paling jelas tumor intraventrikuler dan
tumor yang letaknya dalam, dekat pada ventrikel atau mengadakan invasi pada
struktur di garis tengah (invading midline structures).3
Brain Scan
Brainscan biasanya kurang cermat untuk diagnosa dari tumor yang tumbuh
lambat dan berasal dari glia. Mungkin tak lebih dari separo menunjukkan
Brainscan yang positip. Keterbatasan atau kejelekan dari radionucleide brainscan
ini ialah tak dapat memberi petunjuk yang dapat dipercaya mengenai jenis atau
macam nature dari lesi. Ia hanya menunjukkan suatu daerah dengan uptake yang
13
abnormal dalam kepala, yang dapat sebagai neoplasma, vaskuler, radang atau
trauma. Ia tak memberi informasi mengenai status dari otak dan derajad dari
deformitas atau adanya edema otak, dilatasi ventrikel atau tekanan intrakranial
yang tinggi. Dalam hal ini, C.T. scan dari otak lebih superior dibandingkan
dengan isotop brainscan.3
Computerized Tomography scan (CT scan)
Meningioma biasanya lebih padat dibandingkan dengan otak oleh karena
adanya Calcium dalam tumor. Nilai absorpsi mungkin antara 20 – 300 Um, dan
lesi-lesi itu dengan densitas sedang, bertambah jelas dengan penyuntikan, kontras
walau dengan jumlah yang sedikit (20 – 40 cc). Bila meningioma dengan densitas
sangat mendekati otak,maka kita dapat salah menerka edema sebagai tumor dan
dapat mendiagnosis salah sebagai glioma. Sesuai dengan laporan BECKER dkk
(1) bila meningioma mengandung banyak kalsium, ia sangat padat dan
diagnosisnya jelas.3
CT. Scan dapat menunjukkan ventrikel dan ruangan subarachnoid, juga massa
tumor, sering dapat memberi informasi tentang lokalisasi secara terperinci.
Histopatologik. Histopatologi dari meningioma menunjukkan gambaran yang
beraneka ragam. Beberapa sarjana membagi menjadi gambaran yang sederhana
didasarkan jenis yang paling sering didapatkan.3,7
14
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Gambar Patologi Anatomi
Meningioma biasanya
bermanifestasi sebagai lesi padat berlobus yang melekat keduramater di antara
tumor dan otak atau medula spinalis atau sekitar biasanya terdapat batas yang
jelas. Meningioma sebagian besar berasal dari sel-sel meningotel yang melekat
15
erat ke duramater. Seperti tumor ini yang mendorong, bukan menginfiltrasi
parenkim orak disekitarnya (Diadaptasi dari burns DK The central Nervous
System). 1,3,5,10
Meningioma intrakranial banyak ditemukan di regio parasagital, selanjutnya
di daerahpermukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis spinalis
meningioma lcbihsering menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini
mengakibatkan tekananhebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebuk
ke jaringan otak. Kadang-kadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil
yang berasal dari psammomabodies, bahkan dapat ditemukan pembentukan
jaringan tulang baru.3Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler
dan meliputi dura secaraluas. Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen
atau merah kecoklatanhomogen serta dapat seperti berpasir. Dikatakan atipikal
jika ditemukan prosesmitosis pada 4 sel per lapangan pandang elektron atau
terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma yang
tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth.3,5,10
. Sedangkan pada anaplastik akan ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel,
nuklear pleomorphism, abnormalitas polapertumbuhan meningioma dan infiltrasi
serebral. Imunohistokimia dapat membantudiagnosis meningioma. Pada pasien
dengan meningioma, 80% menunjukkan adanyaepithelial membrane antigen
(EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7antibodi (positif pada
Schwannomas) dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).3,5,10
PENATALAKSANAAN
16
Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau
radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan
faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi.12
Rencana preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan
dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2
antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan.12
Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua
pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III
yang memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian
metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi
direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau
mastoid.
Grade I Gross total resection of tumor, dural attachments and abnormal
bone
Grade II Gross total resection of tumor, coagulation of dural attachments
17
Grade III Gross total resection of tumor, without resection or coagulation of
dural attachments, or alternatively of its extradural extensions ( e.g invaded sinus
or hyperostotic bone)
Grade IV Partial resection of tumor
Grade V Simple decompression (biopsy)
Tabel di atas Klasifikasi Simpson untuk reseksi meningioma intracranial
Operasi
Meningioma yang terletak di vault biasanya dapat dioperasi seluruhnya.
Pada basis otak terdapat kesukaran tekhnis untuk diambil seluruhnya.3
Drainage ventrikel
Cara ini digunakan umpamanya pada neoplasma dari fossa posterior dengan
obstruksi akut dari sistem ventrikel, tekanan intrakranial meningkat secara massif
dan oedema otak yang ikut menyertainya.12
Penutupan vaskuler
Cara ini digunakan paling sering pada meningioma dengan banyak sekali
pembuluh darah (highly vascular meningioma). Biasanya dilakukan ± 24 jam
18
sebelum operasi yaitu penutupan dari arteria karotis eksterna yang memberi darah
pada tumor dengan macam-macam tehnik embolisasi.12
Pembesaran lapangan operasi (Operative magnification)
Penggunaan microscope bedah atau loupe dengan cahaya fiberoptic
memberi dimensi baru untuk pendekatan operasi, dari banyak tnmor.12
Terapi Ajuvan
Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak
dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan
efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus
rekurensi baik yang didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada
kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan
pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi, external
beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir
menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus
meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung
teori ini belum banyak dikemukakan.13,14
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat
rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat
ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi.13,14
19
Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu
penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk
meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui teknik yang
bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co
gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat
(proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik
ini dapat mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang dari
2,5 cm.13,14
Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi dengan
gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan sekitar 88%
pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-kawan
memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 %
kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien
yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan
tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit
neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut
kejadiannya sekitar 5 %.13,14
Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi
20
sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit
sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi
(baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan
adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung),
walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak.
Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan
cyclophosphamide, adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan
hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti
hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma
dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel
dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian
hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan
meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan
dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang
agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding
pemberian dengan kemoterapi. 14
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus
dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen)
dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4
hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi
Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan
refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara
21
pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga
pasien. 13
Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg
perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14
pasien menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa
tumor pada empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya membaik
walaupun tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat pertumbuhan ulang
pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari kelompok Netherlands
dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor berlanjut pada
empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada
tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah
sampel yang lebih besar pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada
terapi yang menjadi prosedur tetap untuk terapi pada tumor ini. 14
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang
dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan
survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan
menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada
penyelidikan lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan
kekambuhannya tinggi. 3,14
22
Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya
mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:
invasi dan kerusakan tulang
tumor tidak berkapsul pada saat operasi
invasi pada jaringan otak.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan,
dengan kemajuan tehnik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka
kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi
selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%.
Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitn perdarahan
dan oedema otak.
Kesimpulan
Meningioma intrakranial merupakan tumor intrakranial kedua yang
tersering disamping glioma, perjalananya sangat lambat dan lebih sering
didapatkan pada wanita pada usia 50 – 60 th. Diduga sebagai penyebabnya adalah
trauma, kehamilan dan virus. Lokalisasi tersering didaerah supra tentorial di para
sagital. Permulaan sampai timbul gejala-gejala rata-rata 26 bulan. Gejala-gejala
umum seperti tumor intrakranial disertai gejala-gejala fokal tergantung lokalisasi
dari tumor. Diagnosa dibuat berdasarkan pemeriksaan tumor intracranial pada
umumnya, yaitu dibuat berdasarkan pemeriksaan klinik , E.E.G., x-foto
23
tengkorak, angiografi, PEG atau ventrikulografi. Diagnosa banding seringkali
menyerupai insuffisiensi serebral sementara dan berulang-ulang,infark otak,
chronic subdural hematoma, perdarahan sub archnoid dan meningitis.serosa.
Pengobatan dengan operasi, drainage ventrikel, penutupan vaskuler, pembesaran
lapangan operasi. Prognosa pada umumnya baik, survival rate lima tahun adalah
75%. Angka kematian : diperkirakan post operasi selama lima tahun (1942 –
1946) adalah 7,9% dan (1957 – 1966) adalah 8,5%.3,14
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Recommended