BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola
mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam
kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini
juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. 1
Endoftalmitis di sebabkan oleh bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur
ini akan masuk dengan cara eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen
terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan
yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran
bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan
penyakit yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan
pertolongan prognosisnya akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan
kebutaan. 1
Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada
tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu
trauma tembus atau akibat pembedahan mata intra okuler. 1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 Endoftalmitis
2.1 Anatomi Bola Mata
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya
terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk
radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya1.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu1:
1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sclera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan
otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik
mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak.
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat
sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang
untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan
2
tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftamoskopi. 1
Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata
2.2 Definsi
Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang
diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan
sebagai bakteri atau jamur infeksi pada tubuh dan ruang vitreous mata cairan. Hal ini
tidak pernah disebabkan oleh virus atau parasit infeksi, sebagai agen ini terutama
menyebabkan radang retina dan Uvea. 2
2.3 Klasifikasi
Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Endoftalmitis Eksogen
Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari
lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis
post operasi dan endolftalmitis post trauma.
a. Endoftalmitis Post Operatif
Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan
flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi
3
setelah operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma,
keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan strabismus paracentesis,
pembedahan vitreus dll. 3
b. Endoftalmitis Post Trauma
Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang
menimbulkan luka robek pada mata.
2. Endoftalmitis Endogen
Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.
Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada :
1. Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit
jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll
2. Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,
pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll
3. Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,
artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll8
Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus infeksinya
seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus (infeksi kulit) dan
Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya Neisseria
meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia
colli dan Klebsiella.4
2.4 Etiologi
Penyebab endophthalmitis sangat bervariasi tergantung dari jenis nya.
1. Endophthalmitis post operasi kronis
Penyebab endophthalmitis post operasi kronis dibagi atas bakteri dan jamur.
Endophthalmitis kronis post operasi akibat jamur disebabkan oleh candida dan
aspergilus namun haruslah di bedakan dari endophthalmitis endogen.
Endophthalmitis post operasi kronis akibat bakteri paling sering disebabkan oleh
Propionibacterium acnes. Bakteri lain dengan tingkat virulensi terbatas seperti
Staphylococcus epidermidis dan spesies Corynebacterium, juga bisa bisa
menyebabkan infeksi kronik yang mirip. P acnes, bakteri gram-positive anaerob
kommensal, ditemukan di kulit kelopak mata atau konjuctiva orang normal.3
4
2. Endoftahmitis post operasi akut
Biasanya disebabkan oleh coagulase negative Staphylococcus, S aureus,
Streptococcus spp, organisme gram negatif.3
3. Endophthalmitis endogen
Bakteri endogen penyebab endophthalmitis memiliki variasi jenis yang luas,
penyebab tersering dari jenis gram positif diantaranya species Streptococcus
(endocarditis), Staphylococcusa ureas ( infeksi cutaneous), dan species Bacillus
(dari penggunaan obat intravena ) sedang untuk bakteri gram negatif paling sering
Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, and organismse enteric seperti
Escherichia coli dan spesies Klebsiella.3
Endofthamitis endogen akibat jamur disebabkan oleh candida (penyebab
terbanyak), aspergillus dan cocidioides. Endophthalmitis endogen karena
jamur juga bisa disebabkan oleh infeksi Histoplasma capsulatum.
Cryptococcus neoformans. Sporothrix schenkii. Dan Blastomyces dermatitidis
namun kejadiannya lebih rendah dibandingkan candida dan aspergillus.3
4. Traumatic endophthalmitis
Hampir sama dengan endophthalmitis post operasi, dua pertiga dari
bakteri penyebab traumatic endofthamitis adalah gram positif dan 10-15%
adalah gram negatif. Bacillus cereus, dimana sangat jarang menyebabkan
endophthalmitis pada kasus lain, menyebabkan hampir 25% dari semua kasus
traumatic endophthalmitis.3
2.5 Patofisologi
Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi
mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-
ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah
permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan
dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi
karena respon imun.3,5
Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata,
dimana yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat
5
menyebar ke jaringan lunak dari mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu
integritas dari bola mata dapat menyebabkan Exogenous endophthalmitis (misalnya :
operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy).3,5
2.6 Manifestasi Klinis
1. Endophthalmitis post operasi kronik
Propionibacterium acnes sebagai penyebab terbanyak bermanifestasi berupa
plak putih diantara kapsul posterior dan implan IOL. Pasien akan merasakan pandangan
yang kabur dan inflamasi granulamatous yang persisten dimulai sekitar 3-4 bulan
setelah pembedahan. Pada kasus yang parah dapat terjadi inflamasi vitreus,
dekompensasi kornea hingga neovaskularisasi iris pada kasus terparah yang tidak
mendapat pengobatan.3
Gambar 2. A dan b endophthalmitis krinik post operasi yang disebabkan oleh
propiobacterium acnes. Granulomatous keratic precipitas dan plak putih di selubung
kapsul
2. Endophthalmitis post operasi akut
6
Sering disertai dengan hypopion, conjunctival vascular congestion, edema
kornea, edema keopak mata. gejala sering berupa nyeri dan visual loss yang nyata.3
3. Endolphthalmitis endogen
Gambaran dari endolphthalmitis endogen berasal dari penyakit sistemik yang
berlangsung seperti suhu tubuh yang tinggi (lebih dari 101,5‘ F), peningkatan jumlah
leukosit perifer, dan kultur kuman yang positif dari bagian lain (darah, urin, dahak).
pasien sering sakit dan dirawat karena penyakit utama yang mendasari munculnya
endophthalmitis endogen.3
Gejala klinis meliputi nyeri akut, fotofobia, dan penglihatan kabur. Pada
pemeriksaan biasanya ditemukan sangat menurunnya ketajaman visual, edema
periorbital dan kelopak mata, dan fibrin di ruang anterior, hipopyon mungkin juga
ditemukan. Mungkin ada peradangan yang signifikan pada vitreous dan sel vitreous.
Kadang-kadang, mengenai kedua mata secara bersamaan.Mikroabses kecil di retina
atau ruang subretinal dan putih, perdarahan pada retina (Roth spot) juga dapat dilihat.3
Pasien dengan Endolphthalmitis kandida mungkin hadir dengan penglihatan
kabur atau menurun akibat dari makula chorioretinal atau nyeri yang timbul dari uveitis
anterior. yang mungkin parah. Biasanya. Candida chorioretinitis ditandai dengan
multiple. bilateral. putih. well-circumscribed lesions kurang dari 1 mm. Tersebar
diseluruh postequatorial fundus dan terkait dengan inflamasi selular vitreous (Gambar
8-4). Para chorioretinallesions dapat berhubungan dengan pembuluh darah selubung
dan perdarahan intra retina, eksudat vitreous mungkin memperlihatkan penampilan
“string-of-pearls”. Endolfthalmitis endogen aspergillus menyebabkan nyeri akut dan
visual loss.3
4. Post traumatic endophthalmitis
Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat
termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan
pembengkakan kelopak.3
7
2.7 Diagnosis
Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah
dapat ditegakkan. Gejala endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif
yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,6:
Fotofobia
Nyeri pada bola mata
Penurunan tajam penglihatan
Nyeri kepala
Mata terasa bengkak
Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan
atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya
kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di
anamnesis mengenai ada atau tidak nya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.
Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah
diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang
rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis
endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis,
infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis.1
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang
terkena dan derajat infeksi/peradangan7. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat
berupa1:
Udem Palpebra Superior
reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
Gambar 3. Endoftalmitis
8
Udem Kornea
Kornea keruh
keratik presipitat
Bilik mata depan keruh
Hipopion
Kekeruhan vitreus
Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun
hilang sama sekali.
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan
masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan
proyeksi sinar yang baik1.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat
spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan
waktu 48 jam – 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari1,6,8:
Cairan dari COA dan corpus vitreous
Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab
itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan
pemeriksaan USG mata. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda
9
asing dalam bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui
apakah infeksi telah mencapai retina1.
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat
menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan
penunjang tersebut dapat berupa1
- Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.
- Foto rontgen thoraks
- USG jantung
- Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja
2.9 Diagnosis banding8
a. Panuveitis
b. Tumor intraokuler
c. Panoftalmitis
2.10 Tatalaksana
1. Terapi Antibiotik9
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua
kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg
dalam 0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1
ml
10
Gambar 4. injeksi intravitreal
Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
Antibiotik sistemik (jarang).
Ciprofloxacin intravena 200mg BD selama 2-3hari, diikuti 500mg oral BD selama
6-7 hari, atau
11
Gambar 5. alur Follow up intravitreal antibiotik
Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam
Ringkasan
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua
kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Vankomisin (Vancocin)
cakupan empiris untuk-organisme gram positif termasuk cereus B;. DOC untuk
intravitreal dan sistemik baik administrasi liputan gram positif yang sangat baik dan
telah menambahkan keuntungan dari menyediakan cakupan yang lebih baik terhadap
organisme resisten; bakterisidal terhadap organisme yang paling dan bakteriostatik
untuk enterococci; menghambat biosintesis dinding sel, mengganggu permeabilitas
membran sel dan sintesis RNA.
Setelah pemberian sistemik, obat menembus jaringan yang paling termasuk
vitreous, terutama jika penghalang darah-okular dikompromikan. Gunakan creatine
clearance untuk menyesuaikan dosis pada pasien dengan gangguan ginjal.
Gentamisin (Gentacidin, Garamycin)
Empirik cakupan untuk organisme gram-negatif termasuk aeruginosa P.
Aminoglikosida pilihan pertama untuk cakupan gram-negatif sistemik; inhibitor
bakterisida sintesis protein (ribosom subunit 30S). Dosis rejimen sangat banyak;
menyesuaikan dosis berdasarkan CrCl.
Seftazidim (Fortaz, Ceptaz)
Sefalosporin generasi ketiga dengan cakupan gram negatif yang luas tetapi
menurun khasiat-organisme gram positif, gram-negatif cakupan meliputi,
Citrobacter, Serratia, Neisseria, Providencia, dan Haemophilus spesies
Enterobacter. Sefalosporin mengikat untuk satu atau lebih dari penisilin mengikat
protein dan mencegah sintesis dinding sel menghambat pertumbuhan bakteri.
12
Seftriakson (Rocephin)
Sefalosporin generasi ketiga yang melintasi penghalang darah otak. Aktif
terhadap bakteri resisten termasuk gonokokus, H influenzae, dan organisme gram-
negatif lainnya. Digunakan dalam sumber hematogenous diduga untuk
endophthalmitis dalam kombinasi dengan vankomisin sementara budaya yang
tertunda. sefalosporin untuk mengikat protein penisilin mengikat dan mencegah
sintesis dinding sel, yang menghambat pertumbuhan bakteri.
Cefotaxime (Claforan)
Sefalosporin generasi ketiga yang memiliki cakupan gram negatif yang luas tapi
khasiat yang lebih rendah untuk organisme gram-positif. Sefalosporin mengikat
untuk satu atau lebih dari penisilin mengikat protein dan mencegah sintesis dinding
sel menghambat pertumbuhan bakteri.
Clindamycin (Cleocin)
Gunakan dalam penyalahgunaan obat IV atau penetrasi trauma dengan
kontaminasi tanah untuk cereus infeksi B dicurigai. Semisintetik antibiotik yang
menghambat sintesis protein bakteri dengan mengganggu pembentukan ikatan
peptida pada subunit ribosom 50S; memiliki kedua aktivitas bakteriostatik dan
bakterisida.
Antijamur
Untuk kandidiasis dicurigai atau infeksi Aspergillus. Diindikasikan pada pasien
yang imunosupresi, yang telah berdiamnya kateter vena, atau yang saat ini sedang
antibiotik spektrum luas.
Amfoterisin B (AmBisome)
Fungistatic atau fungisida tergantung pada konsentrasi dicapai dalam cairan tubuh;
poliena antibiotik yang dihasilkan oleh strain Streptomyces nodosus. Perubahan
permeabilitas membran sel jamur dengan mengikat sterol, yang menyebabkan
kematian sel jamur sebagai komponen intraseluler keluar bocor.
13
Terapi steroid
o Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
o Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari
o Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50
mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.
Terapi suportif
Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2
– 3 hari sekali.
Obat – obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan
tekanan intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali
sehari.
Operatif
Vitrektomy
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat
beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous
yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan.
Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut
endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik dari visi persepsi cahaya.
Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak
responsif terhadap terapi medikamentosa. 10
Penatalakasanaan pada endoftalmitis pasca operasi
Pars Plana Vitrectomy dan injection intravitreal dan endocapsular vancomycin
adalah terapi dalam banyak kasus kronis pasca operasi bakteri endophthalmitis, namun
ini mungkin tidak sepenuhnya berhasil dalam pemberantasan infeksi, terutama jika
kapsul lensa sudah terinfeksi. Dalam kasus seperti pemasangan IOL, capsulectomy
lengkap, injeksi intravitreal vankomisin bisa menyembuhkan. Pengobatan
endophthalmitis jamur kronis lebih sulit dan membutuhkan penggunaan agen antijamur
intravitreal (amfoterisin dan vorikonazol) dan, mungkin, agen antijamur sistemik pada
14
kasus yang paling parah. Beberapa operasi mungkin diperlukan. Peran sistemik terapi
dalam bentuk kronis endophthalmitis jamur tidak dapat dibuktikan.3
Pentalaksanaaan pada endoftalmitis bakteri
Pada endoftalmitis endogen bakteri, darah, kultur cairan tubuh lainnya, dan
hasil kultur mata untuk memastikan diagnosis dan memilih terapi. Antibiotik
intravitreal diberikan pada saat vitrectomy jika belum jelas adakah organisme jamur
yang ikut berperan, pengobatan etiologi jamur dan bakteri adalah vitrectomy. Selain itu,
antibiotik intravena kadang-kadang diperlukan selama beberapa minggu, tergantung
pada organisme yang menginfeksi.3
Penatalaksanaan pada endoftalmitis jamur3
Pasien yang memiliki endophthalrnitis jamur endogen, terapi anti jamur
sistemik dapat diberikan selama 6 minggu atau lebih. Pilihan anti mikroba inisial
adalah empiris dan dapat disesuaikan dengan hasil kultur.
Endoftalmitis jamur endogen karena Candida, Aspergillus, dan Coccidiodes
dapat dikelompokkan ke dalam Non-neoplastic Masquerade Syndrome karena pada
banyak pasien, kondisi ini disalah artikan sebagai Uveitis non infeksius dan diobati
dengan kortikosteroid saja. Hal ini biasanya memperburuk perjalanan klinis penyakit.
Sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan diagnosis yang benar.
Kondisi ini membutuhkan terapi anti jamur sistemik dan lokal serta intervensi bedah.
Pengobatan kandidiasis intraokular adalah pemberian agen antifungal intravena
dan intravitreal.
15
2.11 Pencegahan
Untuk pasien yang pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak,
anda dapat menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah
operasi dan melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur.
Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, bisa digunakan pelindung mata saat
bekerja dan pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari
debris industri yang dapat menembus mata.
2.12 Komplikasi
Penyulit endoftalmitis adalah apabila proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid, dan sclera) dan badan kaca maka akan dapat
mengakibatkan panoftalmitis.1
2.13 Prognosis
Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan
jaringan parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat
baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan,
tapi akhirnya hilangnya seluruh mata.
Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan
diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor
prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab.
Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila
disebabkan jamur.
Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena
jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulens.8
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S.H. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak..Dalam: Ilmu Penyakit
Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2009. hal 3, 9, 175-8.
2. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
3. Bobrow JC, dkk, 2008. Intraocular Inflammation and Uveitis. Dalam: American
Academy of Ophtalmology. San Francisco,2011. hal 269-273, 355-360
4. Graham, R. 2006. Endopthalmitis Bacterial.
http://emedicine.medscape.com/article/1201134-overview
5. Seal, David. Pleyer, Uwe. Ocular Infection second edition. Informa Healthcare:
2007: 239-268
6. Vaughan, D.G. Vitreus. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya
Medika, 2002. hal 182-3.
7. Egan,D. Endophthalmitis. http://emedicine.medscape.com/article/799431-overview
8. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists
the villains. Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6
9. Gan IM. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative
endophthalmitis: a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp
Ophthalmol. 2005;243(12):1200-5.
17