REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
KERACUNAN ELPIJI
Ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang
Disusun oleh:
No Nama NIM Universitas
1. Andriyanti Setyawardani 030.07.017 FK TRISAKTI2. Annisa Oktantiani 030.07. FK TRISAKTI3. Bastian 030.07. FK TRISAKTI4. Eugenius Flaviantum 030.04.071 FK TRISAKTI5. Fernando Salim 030.07. FK TRISAKTI6. Sania Swasti 030.07.233 FK TRISAKTI7. Siti Rahmawati 030.07.248 FK TRISAKTI8. Zulfahrizzat 030.07.347 FK TRISAKTI
Dosen Pembimbing:
dr. Gatot Suharto
Residen Pembimbing:
dr. Istiqomah, M.HKes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONOGORO
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 5 MARET – 31 MARET 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui oleh dosen pembimbing, referat dari:
No Nama NIM Universitas
1. Andriyanti Setyawardani 030.07.017 FK TRISAKTI
2. Annisa Oktantiani 030.07.028 FK TRISAKTI
3. Bastian 030.07. FK TRISAKTI
4. Eugenius Flaviantum 030.04.071 FK TRISAKTI
5. Fernando Salim 030.07.093 FK TRISAKTI
6. Sania Swasti 030.07.233 FK TRISAKTI
7. Siti Rahmawati 030.07.248 FK TRISAKTI
8. Zulfahrizzat 030.07.347 FK TRISAKTI
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Trisakti Jakarta
Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Dosen Pembimbing : dr. Gatot Suharto
Residen Pembimbing : dr. Istiqomah, M.Hkes
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Semarang, Maret 2012
Dosen Penguji, Residen Pembimbing
dr. Gatot Suharto dr.Istiqomah, M.Hkes
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa
atas segala rahmat Nya, sehingga referat dengan judul “Keracunan Elpiji ”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepaniteraan di
bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Gatot Suharto, Sp F selaku dosen pembimbing dalam referat ini
2. Dr. Istiqomah, M.HKes selaku residen pembimbing yang telah memberikan
saran dan koreksi dalam penyusunan referat ini
3. Teman-teman koass dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
referat ini
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Maret 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orang senantiasa terpajan banyak jenis bahan alami maupun bahan
buatan manusia. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi
kesehatan, mungkin menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan
perubahan biologik yang kecil sekali. Kepedulian masyarakat yang semakin
besar untuk mengenal dan mencegah efek buruk ini telah mendorong
perubahan dramatik pada toksikologi dari suatu kajian tentang racun menjadi
suatu ilmu yang kian kompleks sekarang ini.
Bahan- bahan beracun terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu padat,
liquid atau cairan, gas dan uap. Cara- cara masuknya ke dalam tubuh juga
terbagi menjadi 3 jalan yaitu 1. Melalui mulut atau alat pencernaan dengan
jalan termakan atau terminum. Melalui mulut jarang terjadi, biasanya
disebabkan oleh tangan yang kotor atau tangan yang tercemar oleh bahan-
bahan beracun, dapat pula melalui makanan yang tercemar dan dapat juga
karena disengaja mencampurkan bahan-bahan beracun tersebut. 2. Melalui
kulit dengan jalan kontak atau bersentuhan, melalui absorbsi kulit lebih sering
terjadi, biasanya terjadi pada pekerja- pekerja yang sehari-hari bergaul dengan
bahan-bahan kimia beracun. Bahan-bahan kimia tersebut merupakan bahan-
bahan kimia yang dapat diabsorbsi oleh kulit yang selain dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan lokal dapat menimbulkan keracunan sistemik, yaitu yang
mempengaruhi atau merusak bagian organ tubuh bagian dalam seperti
kerusakan ginjal, hati, dll. 3. Melalui alat pernafasan dengan jalan aspirasi.
Keracunan melalui alat pernafasan paling sering terjadi dan merupakan hal
yang harus diperhatikan oleh setiap orang, karena absorpsi bahan kimia
melalui alat pernafasan sebagian dari bahan kimia tersebut diabsorbsi oleh
selaput lendir bagian atas alat pernafasan dan sebagian lagi menembus
jaringan paru-paru.
Pada keracunan melalui alat pernafasan seperti pada keracunan oleh
bahan kimia dalam bentuk gas, uap atau kabut yang mearangsang dan merusak
selaput lendir pernafasan, akan timbul gejala-gejala rasa pedih dan panas pada
tenggorok disertai batuk-batuk dan bisa menyebabkan asfiksia pada sebagian
dari gas beracun tersebut.
Di dunia, khususnya di Indonesia kasus keracunan Elpiji mulai banyak
ditemukan. Oleh karena itu referat ini akan membahas bagaimana sifat fisika,
sifat kimia, farmakokinetik, maupun farmakodinamik dari zat tersebut.
Elpiji adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal
dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas
berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana
(C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji
dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung
logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal
expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara
penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila
menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi,
tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1
Gas elpiji bersifat mudah terbakar. Dalam batas flammabality, elpiji
adalah sumber api yang terbuka. Sehingga letup (percikan api) yang sekecil
apapun dapat segera menyambar gas elpiji.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian keracunan?
2. Apa yang dimaksud Elpiji ?
3. Bagaimana Elpiji dapat menyebabkan keracunan?
4. Apa akibat dari keracunan Elpiji ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
a. Sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir stase Forensik dan
medikolegal di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
b. Menjelaskan pengertian dari Keracunan dan Elpiji, bagaimana
Elpiji dapat menyebabkan keracunan serta megetahui akibat dari
keracunan Elpiji.
1.4 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalani stase forensik
dan medikolegal mengenai keracunan Elpiji yang meliputi: Pengertian dari
Keracunan dan Elpiji, Bagaimana Elpiji dapat menyebabkan keracunan serta
megetahui akibat dari keracunan Elpiji.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keracunan
2.1.1 Definisi
Racun adalah zat yang dalam jumlah relatif kecil, bila masuk dalam
tubuh akan menimbulkan perubahan patofisiologi yang dapat
mengakibatkan penyakit atau kelainan bahkan kematian.
2.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi keracunan
1. Sifat keracunan : keracunan akut, keracunan kronis ( menahun ) dan
keracunan sistemik, yaitu keracunan yang mempengaruhi keseluruhan
atau merusak bagian organ-organ dalam tubuh seperti hati, ginjal,
jantung dan lain-lain.
2. Sifat bahan racun
a. Racun yang bersifat korosif dan iritatif, yaitu racun yang
merusak dan merangang jaringan-jaringan selaput lendir pada alat-alat
pernafasan, pencernaan dan kulit.
b. Racun yang merusak saraf ( neurotoksik ) seperti bisa ular
tanah yang mempengaruhi saraf pusat ( central nervous depression ),
carbon disulfide CS 2.
c. Racun yang merusak sel darah ( hematoksis dan hemapoetik )
seperti senyawa yang mengandung arsen dan bisa ular kobra.
3. Cara masuk. Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun
secara inhalasi. Cara masuk lain berturut-turut ialah intravena,
intramuscular, intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah
melalui kulit yang sehat.
4. Usia. Kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua dan anak-
anak lebih sensitive misalnya pada barbiturat. Bayi premature lebih
rentan terhadap obat karena ekskresi melalui ginjal belum sempurna dan
aktivitas mikrosom dalam hati belum cukup.
5. Kondisi tubuh. Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah
mengalami keracunan. Pada penderita demam dan penyakit lambung,
absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk fisik dan kondisi fisik,
misalnya lambung berisi atau kosong.
6. Konsentrasi. Umumnya konsentrasi lebih besar lebih merugikan,
misalnya racun yang bersifat korosif.
Keracunan bahan kimia dapat terjadi secara akut maupun kronis.
Keracunan kronis biasanya terjadinya disebabkan keracunan dalam
konsentrasi rendah tetapi terjadi berulang-ulang sehingga menimbulkan
penimbunan dalam tubuh atau kumulatif karena tidak dapat dikeluarkan
oleh tubuh.
2.1.3 Klasifikasi Keracunan
1. Berdasarkan sumber, dapat dibagi menjadi:
Racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan: opium (dari papaver
somniferum), kokain, kurare, aflatoksin (dari aspergilus niger).
Racun yang berasal dari hewan : bisa/toksin ular/laba-laba/hewan laut.
Racun yang berasal dari mineral : arsen, timah hitam.
Racun yang berasal dari bahan/zat sintetik sintetik : heroin.
2. Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi:
Racun yang terdapat di alam bebas, misalnya gas racun di alam.
Racun yang terdapat di rumah tangga : deterjen, desinfektan,
insektisida, pembersih (cleaners).
Racun yang terdapat di pertanian : insektisida, herbisida, pestisida.
Racun yang terdapat di industri dan laboratorium : asam dan basa kuat,
logam berat.
Racun yang terdapat di makanan: CN dalam singkong, toksin
botulinus, bahan pengawet.
3. Berdasarkan cara kerja, dapat dibagi menjadi:
Racun yang bekerja secara setempat (lokal) misalnya:
1. Racun yang bersifat korosif : lisol, asam kuat, basa kuat
2. Racun yang bersifat iritan : arsen, HgCl2
3. Racun yang bersifat anestetik : kokain, asam karbol
Racun yang kerjanya setempat ini, biasanya akan menimbulkan rasa
nyeri yang hebat, disertai peradangan dan kematian dapat disebabkan
syok akibat nyeri tersebut, atau misalnya peradangan sebagai
kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan.
Racun yang bekerja secara umum (sistemik)
Walaupun kerjanya secara sistemik, racun dalam golongan ini
biasanya mempunyai afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh
lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh
lainnya.
Racun yang bekerja secara setempat dan umum (lokal dan sistemik)
Misalnya asam oksalat, garam Pb, arsen dan asam karbol.
2.2 Elpiji
2.2.1 Definisi
Elpiji, pelafalan bahasa Indonesia dari akronim bahasa Inggris; LPG
(liquified petroleum gas, harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah
campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan
menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga
mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana
(C2H6) dan pentana (C5H12).
Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji
dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung
logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal
expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara
penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila
menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi,
tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1.
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya,
juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh,
dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C
(68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada
55 °C (131 °F).
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji
campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Menurut Keputusan Dirjen Migas
No.25 K/36/DDJM/1990 tanggal 14 Mei 1990, Gas Elpiji yang dipasarkan di
Indonesia adalah gas campuran yang terdiri dari Gas Propane dan Gas Butane
yang perbandingan campurannya adalah Propan 30% dan butane 70%. Sesuai
Keputusan Dirjen Migas No. 25 K/36/DDJM/1990 tanggal 14 Mei 1990 ini
juga menyebutkan bahwa Spesifikasi Bahan Bakar Gas Elpiji untuk Keperluan
Dalam Negeri adalah Spesifikasi LPG Propane (C3) dan Spesifikasi LPG
Butane (C4) menggunakan standar ASTM (American Standard Testing
Method)
Campuran atau paduan dari 2 jenis gas inilah yang dinamakan
“ELPIJI” yang sekarang tersebar luas di masyarakat untuk kepentingan dapur,
industri dan transportasi. Gas Elpiji termasuk yang dapat cair pada tekanan dan
suhu rendah. Namun jenis gas ini mempunyai sifat dan kelakuan yang sangat
berbahaya karena mudah terbakar dan mudah meledak. Elpiji banyak dipakai
sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di rumah tangga, namun di luar
negeri Elpiji sudah banyak kegunaannya, salah satunya sebagai bahan bakar
mobil.
Elpiji merupakan senyawa hydrocarbon yang dikenal sebagai butana,
Propana, Isobutana atau campuran antara Butana dengan Propana. Secara
umum Elpiji bersifat :
Berat jenis gas Elpiji lebih besar dari udara, yaitu :
Butana mempunyai berat jenis dua kali berat jenis udara.
Propana mempunyai berat jenis satu setengah kali berat udara.
Tidak mempunyai sifat pelumasan terhadap metal.
Merupakan Solvent yang baik terhadap karet, sehingga perlu diperhatikan
terhadap kemasan atau tabung yang di pakai.
Tidak berwarna baik berupa cairan maupun dalam bentuk gas.
Tidak berbau. Sehingga untuk kesalamatan, Elpiji komersial perlu ditambah
zat odor, yaitu Ethyl Mercaptane yang berbau menyengat seperti petai.
Tidak mengandung racun.
Bila menguap di udara bebas akan menbentuk lapisan karena kondensasi
sehingga adanya aliran gas.
Setiap kilo gram Elpiji cair dapat berubah menjadi kurang lebih 500 liter gas
Elpiji.
2.2.2 Penggunaan Elpiji dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai sumber energi (bahan bakar), digunakan oleh tangga untuk memasak,
penerangan, water heater, gas stoves, rice cookers, seterika, dan semacamnya. Secara
umum, Elpiji digunakan oleh restoran, rumah makan, rumah sakit, laboratorium.
Industri yang menggunakan Elpiji sebagai bahan bakar adalah pabrik-pabrik,
penyulingan, perusahaan keramik, dok perkapalan, bengkel dan semacamnya. Selain
digunakan sebagai bahan bakar, gas Elpiji digunakan pula sebagai bahan penekan.
Digunakan untuk hasil produksi yang berjenis spray, seperti deodorant, minyak wangi
spray, cat pylox, dan kosmetik sejenisnya.
2.2.3 Jenis yang dipasarkan
Jenis produk yang ditawarkan PERTAMINA agar dimanfaatkan oleh konsumen
adalah jenis Elpiji campuran antara Propana dan Butama.
Ciri-cirinya adalah :
1. Berbentuk cair.
2. Mempunyai daya pemanasan yang tinggi karena mempunyai nilai kalori yang
relatif lebih tinggi per-satuan beratnya dibanding bahan bakar lain untuk
kegunaan yang sama.
3. Tingkat polusi udara dari gas buang rendah dan tidak meninggalkan residu
apabila menguap.
4. Bersih, tidak beracun, tidak berwarna, mudah dan aman dalam pengangkutan
dan penyimpanannya.
5. Tidak menyebabkan pengkaratan pada besi dan tabung kemasan..
Jenis ELPIJI yang ada dipasaran adalah :
1. Elpiji Propana, merupakan Elpiji yang mengandung propana 95% volume
masing- masing dan ditambahkan dengan odor/pembau Ethyl Mercaptane.
Umumnya digunakan untuk industri.
2. Elpiji Butana, merupakan Elpiji yang mengandung butana 97,5% volume dan
ditambahkan dengan odor/pembau Ethyl Mercaptane. Umumnya digunakan
untuk industri.
3. Elpiji Mix, merupakan campuran antara propana (C3H8) dan butana (C4H10)
dengan komposisi antara 20-30% dan 70-80% volume dan ditambahkan oleh
odor/pembau EthylMercaptane. Umumnya digunakan sebagai bahan bakar
untuk rumah tangga.
A. PROPANA
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas
dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah
dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari
produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana
umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque
(pemanggang), dan di rumah-rumah.
Propana dijual sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG
(liquified petroleum gas - gas petroleum cair) yang dapat berupa campuran
dengan sejumlah kecil propena, butana, dan butena. Kadang ditambahkan juga
etanetiol sebagai bahan pemberi bau agar dapat digunakan sebagai deteksi jika
terjadi kebocoran. Di Amerika Utara, komposisi utama LPG adalah propana
(paling tidak 90%), dengan tambahan butana dan propena. Ini adalah standar
HD5, yang awalnya dibuat terutama untuk bahan bakar kendaraan.
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam
keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan
dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum lain
pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai
bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.
Dijual sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG (liquified petroleum
gas - gas petroleum cair) yang dapat berupa campuran dengan sejumlah kecil
propena, butana, dan butena. Kadang ditambahkan juga etanetiol sebagai bahan
pemberi bau agar dapat digunakan sebagai deteksi jika terjadi kebocoran. Di Amerika
Utara, komposisi utama LPG adalah propana (paling tidak 90%), dengan tambahan
butana dan propena. Ini adalah standar HD5, yang awalnya dibuat terutama untuk
bahan bakar kendaraan.
Jika LPG adalah gas cair dengan komponen utama adalah propana, maka LNG adalah
gas cair dengan komponen utama metana. Metana dan propana adalah senyawa
hidrokarbon rantai lurus yang tersusun untuk masing-masing satu unsur karbon dan
tiga unsur karbon. hidrokarbon sendiri? adalah istilah umum untuk menyebut jenis
senyawa tertentu yang terdiri atas unsur C (karbon) dan unsur H (unsur hidrogen)
yang terutama terbentuk sebagai hasil siklus hidup dari fosil-fosil mahluk hidup
purba.
Perubahan wujud dari pada menjadi cair bisa dilakukan (secara umum) dengan dua
hal. Yang pertama dengan mendinginkan gas melampaui di bawah titik didihnya.
Untuk elpiji (umumnya) titik didihnya pada tekanan atmosfer adalah -42 degC. Untuk
el-en-ji titik didihnya sekitar -162C. Dingin sekali bukan? Untuk mendinginkan ini
diperlukan energi, yang biasanya diwujudkan oleh alat yang bernama refrigerator
(kulkas di rumah adalah contoh refrigerator). Perubahan wujud juga dapat dilakukan
dengan meningkatkan tekanan gas metana (menjadi LNG) dan gas propana (menjadi
LPG). Pada temperatur kamar (25 C) metana akan mulai mencair pada 6.64 bar atau
92.78 psia sementara propana mulai mencair pada 6.31 bar. Berikut ini adalah sifat-
sifat dari gas propana :
1. Propana mempunyai berat jenis satu setengah kali berat udara.
2. Tidak mempunyai sifat pelumasan terhadap metal.
3. Merupakan Solvent yang baik terhadap karet, sehingga perlu diperhatikan terhadap
kemasan atau tabung yang di pakai.
4. Tidak berwarna baik berupa cairan maupun dalam bentuk gas.
5. Tidak berbau.
6. Tidak mengandung racun.
7. Bila menguap di udara bebas akan menbentuk lapisan karena kondensasi sehingga
adanya aliran gas.
B. BUTANA
Butana, juga disebut n-butana, adalah alkana rantai lurus dengan empat atom
karbon CH3CH2CH2CH3. Butana juga digunakan sebagai istilah kolektif untuk n-
butana dan satu-satunya isomernya, isobutana (disebut juga metilpropana), CH(CH3)3.
Butana sangat mudah terbakar, tidak berwarna, dan merupakan gas yang mudah
dicairkan. Nama butana diturunkan dari nama asam butirat.
Reaksi yang terjadi, Ketika oksigen tersedia dalam jumlah yang melimpah, maka
butana akan terbakar dan membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan,
apabila oksigen jumlahnya terbatas, maka akan terbentuk karbon monoksida.
2 C4H10 + 13 O2 → 8 CO2 + 10 H2O
2 C4H10 + 9 O2 → 8 CO + 10 H2O
n-Butana juga dipakai sebagai bahan baku dalam proses katalis DuPont untuk
membentuk maleat anhidrat:
2 CH3CH2CH2CH3 + 7 O2 → 2 C2H2(CO)2O + 8 H2O
Menghirup butana dapat menyebabkan euforia, mengantuk, narkosis, asfiksia, aritmia
jantung, kehilangan memori sementara dan frostbite, dapat mengakibatkan kematian
yang disebabkan sesak napas dan ventrikel fibrilasi.
2.2.4 Ciri Khas Elpiji
Bahan bakar gas cari Elpiji mempunyai ciri khas sebagai berikut :
1. Sensitif terhadap api.
2. Mudah terbakar.
3. Tidak berwarna dan berbau.
Untuk mengetahui kebocoran pada tabung gas, bahan bakar iini diberikan aroma
khusus (gas MERCAPTANE) yang berbau seperti petai. Bau ini amat menusuk
hidung, sehingga bila tabung bocor dapat segera terdeteksi dan dapat ditanggulangi
secepatnya.Sepintas lalu, tapaknya bahan bakar gas ini berbahaya. Namun anda tidak
perlu khawatir, dengan penggunaan yang tepat bahan bakar ini justru menghemat
waktu, memudahkan anda saat memasak dan aman bagi anda sekeluarga. Kompor
LPG berpemantik api otomatis, membuat anda tidak perlu menyediakan korek api
setiap hari.
2.2.5 Sifat khas Elpiji
Perlu diketahui, gas Elpiji bersifat Flammable (mudah terbakar). Dalam batas
Flammability , LPG adalah sumber api yang terbuka. Sehingga letup (percikan api)
yang sekecil apapun dapat segera menyambar gas Elpiji.
Maka pastikan bahwa bau gas LPG telah hilang sama sekali dari dalam rumah,
walaupun membutuhkan waktu yang agak lama. Hal ini karena sifat gas LPG yang
sangan lamban berputar di udara.
2.2.6 Sifat Umum Elpiji
Sebagai bahan bakar, gas LPG mudah terbakar apabila terjadi persenyawaan di udara.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan perlu diketahui beberapa sifat
umumnya.
1. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan
membentuk gas secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar.
2. LPG menghambur di udara secara perlahan sehingga sukar mengetahuinya
secara dini.
3. Berat jenis LPG lebih besar dari pada udara sehingga cenderung bergerak
kebawah.
4. LPG tidak mengandung racun.
5. Daya pemanasannya cukup tinggi, namun tidak meninggalkan debu dan abu
(sisa pembakaran).
6. Cara penggunaanya cukup mudah dan praktis.
3.1 Keracunan Elpiji
3.1.1 Definisi
Perubahan patofisiologi yang dapat mengakibatkan penyakit atau
kelainan bahkan kematian yang disebabkan oleh zat racun yang
terkandung dalam Elpiji
3.1.2 Cara masuk
Zat didalam Elpiji (propana dan butana) dapat masuk ke dalam tubuh
melalui 2 cara, yaitu melalui inhalasi dan kontak langsung dengan
tubuh seperti tersentuh oleh mata atau kulit
3.1.3 Farmakodinamik
Pada orang yang keracunan Elpiji dapat terjadi kematian karena proses
asfiksia yang disebabkan inhalasi propana. Temuan otopsi utama
umumnya sangat mirip dan termasuk bahan berbusa di saluran napas
atas dan rongga mulut, perdarahan petechial di epikardium dan rongga
pleura, dan kongesti dan edema pada otak dan paru.
3.1.4 Farmakokinetik
Sebuah laporan yang memberikan informasi kuantitatif atau kualitatif
propana konsentrasi pada jaringan. Tingkat tertinggi propana darah
1100 pg / ml, paru-paru 1028 mg / g, otak 820 ug / g, hati 572 ug / g,
dan ginjal 256 ug / g.
3.1.5 Studi eksperimental
Delapan relawan (4 pria dan 4 wanita Kaukasia siswa 20 hingga 22
tahun-dari-usia) mengalami eksposur tunggal sampai 1000 ppm hingga
10 menit (4 laki-laki, 4 perempuan) dan 250 atau 500 ppm hingga 8
jam (2 jantan, 2 betina) (Stewart et al. 1977). Selain itu, 2 pria dan 2
wanita yang terkena sampai 1000 ppm, 8 jam per hari selama 9 hari
lebih dari 2 minggu. Konsentrasi eksposur secara terus-menerus
dipantau, rata-rata konsentrasi yang diberikan sebesar 2% dari
konsentrasi target untuk eksposur jangka waktu yang diberikan.
Sejumlah parameter klinis (misalnya hitung darah lengkap, BUN,
enzim serum, urinanalysis) dan fungsi adrenokortikal dipelajari, tes
neurologis dan neurobehavioral dilakukan (tes kognitif, EEG, Visual
Evoked Response), dan paru (pengukuran spirometri) dan pemeriksaan
jantung (termasuk EKG) dipantau. Tidak ada efek dari paparan
propana yang ditemukan pada salah satu parameter yang diteliti, tidak
ada keluhan subjektif yang tercatat.