7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
1/19
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis
dapat menyelesaikan referat berjudul Pneumothoraksini tepat pada waktunya.
Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian
Radiologi RSU UKI. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dr. Budi Sp.Rad selaku dokter pembimbing dalam kepaniteraan klinik Ilmu
Radiologiini dan rekan-rekan koas yang ikut membantu memberikan semangat dan dukungan
moril.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang Radiologi
khususnya dan bidang kedokteran yang lain pada umumnya.
Jakarta, Juni 2013
Penulis
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
2/19
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
3/19
3
PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga
toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi
gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit
cairan dengan tekanan negatif yang ringan .
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan
terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal
sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan
maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder.
Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik.
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak
diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1 .
Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat
dibanding non perokok.Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan
insidensi puncak pada dekadeketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu,
pneumothorax traumatik dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung
pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-iatrogenik.
Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yangsangat sering terjadiSesuai
perkembangan di bidang pulmonologi telah banyak dikerjakan pendekatan baru berupa
tindakan torakostomi disertai video (VATS = video assisted thoracoscopy surgery),
ternyata memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien yang mengalami
pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah sakit .
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
4/19
4
PEMBAHASAN
A. DEFINISIPneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam cavum
pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (Bowman et al., 2011). Dalam
keadaan normal, rongga ini tidak terisi udara dan memiliki tekanan negatif sebesar -
11 sampai - 12 cm air pada waktu inspirasi dan - 4 sampai - 8 cm air pada saat
ekspirasi (Koentjahja, dkk, 1993; Suwento R dan Fachruddin D, 1991). Pada
penumotoraks, oleh karena terdapat udara bebas, maka tekanan di dalam rongga
pleura meningkat menjadi lebih positif dan tekanan normal dan bahkan dapat
melebihi tekanan atmosfir (Suwento R dan Fachruddin D, 1991). Akibat peningkatan
tekanan di dalam rongga pleura, jaringan paru akan mengempis yang derajatnya
tergantung pada besar kenaikan tekanan, pengembangan jaringan paru sisi yang sehat
terganggu, dan mediastinum dengan semua isinya terdorong ke arah sisi sehat dengan
segala akibatnya.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
5/19
5
Gambar 2. Perbedaan Pleura dengan Pneumothorax & Normal.
B. EPIDEMIOLOGIInsidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak
diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkanbahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar
40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1 (Sudoyo
et al., 2006). Sesuai perkembangan di bidang pulmonologi telah banyak dikerjakan
pendekatan baru berupa tindakan torakostomi disertai video (VATS = video assisted
thoracoscopy surgery), ternyata memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien
yang mengalami pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di
rumah sakit (Sudoyo et al., 2006).
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
6/19
6
Tabel 1: Menunjukkan jumlah pasien yang menderita pneumothorax di Wolfson Medical
Center pada tahun 1980-1997
C. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGIPneumothorax dapat terjadi secara spontan atau traumatik dan klasifikasi
pneumothorax berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Pneumotoraks spontanYaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini
dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tibatanpa diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasarioleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis
kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan
infeksi paru.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
7/19
7
Gambar 3. Radiograph pada pasien dengan small pneumothorax spontaneous
2. Pneumotoraks traumatikYaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru. Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karenajejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibatkomplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidentalAdalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis
dada, biopsi pleura.
2. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
8/19
8
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan
untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum era
antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru.
Gambar 4. Iatrogenic pneumothorax pada sisi kiri yang cukup luas (panah merah) dan sisi
kanan postpneumonectomy space (PPS). Note also the left sided internal jugular catheter
(yellow arrow).
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
9/19
9
Gambar 5. Iatrogenic dan traumatic pneumothorax .Radiograph pada pasien dengan
pneumothorax pada sisi kanan akibat luka tikam.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu:
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif
karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di
dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan
udara di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax)Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuaidengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan (Alsagaff at al.,
2009). Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal,
tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang
terluka (sucking wound) (Sudoyo et al., 2006).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada
waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di
dalam rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal
napas (Sudoyo et al., 2006).
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
10/19
10
Gambar 6. Simple Pneumothorax. Tidak ada pendorongan mediastinum ke arah kontralateral
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
11/19
11
Gambar 6. Tension pneumothorax. Chest X-Ray right tension pneumothorax. Terlihat
mediastinum tergeser kekiri dan menekan pada hemidiaphragm kanan.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
12/19
12
Gambar 7. Tension pneumothorax pada sisi kanan demonstrates a collapsedpada paru kanan
dan terjadi deviasi mediastinum ke kiri.
Tabel 2: Etiologi Pneumothorax
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecilparu (< 50% volume paru).
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru(> 50% volume paru).
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
13/19
13
D. GEJALA KLINISBerdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah:
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakanmendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam padasisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak
pernapasan.
3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.4. Denyut jantung meningkat.5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.
E. PEMERIKSAAN FISIKPada pemeriksaan fisik torak didapatkan :
1. Inspeksi :a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding
dada).
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal.c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar.
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat.c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar.
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleuratinggi
4. Auskultasi :a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang.
b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
14/19
14
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Rongent Thorax
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumotoraks antara lain:
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akantampak garis yang merupakan tepi paru/ terlihat garis pleura. Tidak adanya
gambaran vaskular marking perifer dari garis pleura. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan
lobus paru.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
15/19
15
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yangberada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalsmelebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
2. CT scan
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
16/19
16
3. BGA (Blood Gas Arteri)Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas
yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
G. PENATALAKSANAANTujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara
dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan Pemberian O2Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah
menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi.
Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi
dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama
selama 2 hari . Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan
terbuka
2. Tindakan dekompresiHal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra
pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan
cara:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengandemikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil : Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke
dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada
pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah
klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari
ujung infus set yang berada di dalam botol (Alsagaff at al., 2009).
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
17/19
17
Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri darigabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang
tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut
dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa
plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang
berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara
yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol (Alsagaff at
al., 2009).
WSD (WaterSealed Drainage)Indikasi pemasangan WSD:
- Hemotoraks, efusi pleura- Pneumotoraks ( > 25 % )- Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk- Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator.
Kontra indikasi pemasangan WSD:
- Infeksi pada tempat pemasangan- Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
Cara Pemasangan WSD :
- Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, dilinea aksillaris anterior dan media.
- Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.- Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam
sampai muskulus interkostalis.
- Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudiandilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan
sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.
- Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuatdengan menggunakan Kelly forceps
- Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan kedinding dada
- Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.- Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah
dimasukkan.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
18/19
18
H. REHABILITASI Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan
secara tepat untuk penyakit dasarnya.
Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalukeras.
Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksanringan.
Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk, sesaknapas.
I. PROGNOSIS.Lebih dari 50 % pasien dengan panumothorak dapat kambuh kembali.
Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumothorak yang dilakukan
torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya
tidak dijumpai komplikasi.
J. DIAGNOSA BANDING. Emfisema Paru Asma Bronchial
K. KOMPLIKASI1. Tension Pneumothoraks
2. Emfisema Subkutis dan Emfisema Mediastinum
3. Syok kardiogenik.
7/27/2019 REFERAT RADIOLOGI PNEUMOTHORAKS DWI.docx
19/19
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Asril Bahar, 1999, Penyakit-penyakit Pleura,Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid II,Balai Penerbit FKUI, Jakarta
2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata.Setiati, Siti.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. p. 1063
3. Kahar Kusumawidjaja, 2000, Pleura dan Mediastinum,Radiologi diagnositik, BalaiPenerbit FKUI, Jakarta.
4. Joten H.J., Andrew B.C., 1993,Essentials of Radiologic Imaging, Ed. 6, Paul andJuhl, Clippincott-Raven, Philadelphia.
5. David Sutton, 1987,A Textbook of Radiology and Imaging, Ed. 4, ChurchillLivingstone, Edinburgh, london, Melbourne and New York.
6.
Peter Amstrong, Martin L.W., 1986,X-Ray Diagnosis, Economy Edition, PG Asian.
Recommended