“RESPON MASYARAKAT PARUNG PANJANG TERHADAP
BIMBINGAN PRA NIKAH”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
MOH.RAKA NUANGSA. ABS
NIM: 1110044200028
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1437 H/ 2016 M
iii
ABSTRAK
MOH. RAKA NUANGSA ABS. NIM 1111044200028. RESPON
MASYARAKAT TERHADAP BIMBINGAN PRA NIKAH. Program Studi Hukum
Keluarga, Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M. Ix + 63 halaman
dan lampiran.
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan bimbingan pra nikah di KUA khususnya
KUA Parungpanjang. Untuk mengetahui respon calon pengantin terhadap
bimbingan pra nikah di BP4 Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor,
mengetahui sikap KUA Kecamatan Parungpanjang terhadap calon pengantin yang
tidak mengikuti bimbingan pra nikah, mengetahui dampak apa saja yang akan
terjadi apabila calon pengantin tidak mengikuti bimbingan pra nikah.
Sebagaimana program bimbingan pra nikah telah dimasukkan kedalam salah satu
proses dan prosedur perkawinan dan wajib diikuti calon pengantin yang mau
menikah. Melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) No.477 Tahun 2004,
pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon
pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah
tangga melalui kursus calon pengantin (suscatin).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
penulisan analisis deskriptif dengan melakukan pengkajian terhadap data-data
lapangan yang didukung dengan data-data kepustakaan. Seperti, peraturan
perundang-undangan, buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
judul skripsi ini.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa respon masyarakat sangat
mendukung terhadap bimbingan pra nikah. Namun bagi masyarakat yang tidak
mengikuti bimbingan pra nikah, KUA dan BP4 secara aktif menghimbau dan
menekankan kepada masyarakat tentang pentingnya bimbingan pra nikah.
Sementara dampak bagi masyarakat yang tidak mengikuti bimbingan pra nikah
adalah beresiko akan tidak cakapnya pasangan nikah dalam membangun keluarga
yang diharapkan.
Kata Kunci : Bimbingan Pra Nikah, Respon Masyarakat,
Sikap KUA dan BP4
Pembimbing : Dra. Hj. Maskufa M.Ag
Daftar Pustaka : 1987 s.d 2015
iv
KATA PENGANTAR
Tiada kata selain rasa syukur yang paling dalam kehadirat Allah SWT, atas
hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang sangat
sederhana ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalatullah wasalamuhu, semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, dan sahabat, yang telah mengemban
risalah Islam, sehingga dengan bekal sunnah dan syiroh beliau, umat Islam
terhantarkan dalam upaya mengamal baktikan seluruh syari’at Allah SWT.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak ditemui hambatan dan cobaan.
Walaupun harus melalui proses yang cukup sulit dan rumit, namun berkat hidayah
dan inayah Allah SWT sebagai manifestasi kasih sayang-Nya, skripsi ini dapat
terselesaikan, sadar dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini hanyalah setitik debu
untuk menuju kesuksesan. Juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi
kepada banyak pihak yang telah membantu langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
disampaikan kepada para pihak yang telah berjasa, baik berupa bimbingan, arahan
serta bantuan yang diberikan, diantaranya:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag, dan Arip Purkon, MA, Ketua Program Studi dan
Sekertaris Program Studi Ahwal al Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Dra. Hj. Maskufah M.A, Dosen Pembimbing Skripsi yang sangat bijaksana
dan dengan besar hati sabar serta bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, MA, Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis.
5. Dosen pengajar pada lingkungan Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal
Syakhsiyyah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakan Syariah dan hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pasilitas bagi penulis untuk mengadakan studi kepustakaan.
7. Ketua KUA Kecamatan Parungpanjang, Drs. H. Andi Mulyana, Khaerudin
S.Hi, Yani Warliyah S.Ag, Drs. Ahmad Baedowi MM, Sukron Naim S.Sy,
Sekartaji Damar Asri, Hasa Maileni dan semua pihak yang penulis tidak bisa
disebutkan namanya satu-persatu terimakasih telah membantu dan telah
memberikan data-data bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibunda tercinta Hj. Rusmini yang telah lama berpulang kepangkuan Illahi
Rabbi dan Ayahanda tersayang Moh. Rosidi, sujud abdiku kepada kalian atas
doa, pengorbanan dan memberikan motivasi tersbesar kalian selama ini,
“Allahummaghfilii waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shogiro”.
Kakek dan Nenekku (Alm) tercinta, adikku tersayang Rama Tadar Audal,
Moh. Ruslan Abdul Ghani, saudara-saudariku terkasih Rokide Sulaeman,
vi
Robby Binarta, M. Rodis Faisal, Reny, Rika, Yayan, Yuyun dan calon istriku
Orie Primadhita. Yang selalu memberikan bantuan dan support bagi penulis.
9. Terimakasih untuk sahabat terbaikku Lazuardi Nuriman, M. Deby Syahdan
Alfaizi, Saidul Iskandar, Rahadian, Amalul Arifin, Raynaldo, Dedy Muhadi
terimakasih telah memberikan dukungan doa dan semangatnya kepada penulis
dari awal perkuliahan hingga penulis menulis skripsi dan dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Terimakasih seluruh teman-teman Administrasi Keperdataan Islam 2011 yang
tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, yang telah menjadi teman
seperjuangan penulis dari awal masuk kuliah sampai menyelesaikan skripsi
ini, terimakasih untuk canda tawa kalian, semangat dan doa akan selalu
menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan.
Hanya kepada Allah-lah berharap dan berdo’a agar beliau-beliau mendapat
balasan dari Allah dengan sebaik-baiknya. Amin……
Suatu kenyataan yang tak terpungkiri lagi terhadap kekurangan dan
kebodohan diri dalam penyusunan dan penulisan skiripsi ini, untuk itu kritik dan
saran konstruksi selalu Penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
dating.
Akhirnya hanya kepada Allah Penulis memohon dan berharap, semoga
skripsi ini ada guna dan manfaatnya, baik untuk pribadi Penulis maupun bagi
mereka yang mencintai ilmu pengetahuan, serta bagi generasi penerus. Amin ya
rabbal Alamin
vii
Sebagai kata akhir, penulis panjatkan doa semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, amin.
Jakarta 05 Januari 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………….. ............ ii
ABSTRAKSI……………………………………………………………………. ............ iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ............ iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ............ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. ........ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... ........ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... ........ 5
D. Studi Review Terdahulu .............................................................. ........ 6
E. Kerangka Teori ............................................................................ ........ 8
F. Metode Penelitian ........................................................................ ........ 11
G. Sistematika Penelitian ................................................................. ........ 14
BAB II KAJIAN TEORITIS KURSUS PRA NIKAH DAN
TUJUAN KURSUS PRA NIKAH
A. Kursus Pra Nikah ........................................................................ ........ 16
B. Tujuan Kursus Pra Nikah ............................................................ ........ 23
BAB III DESKRIPSI UMUM BIMBINGAN PRA NIKAH
KECAMATAN PARUNGPANJANG KABUPATEN
BOGOR
A. Sejarah Singkat BP4 .................................................................... ........ 25
B. Dasar Hukum Berdirinya BP4 ..................................................... ........ 30
C. Profil BP4 Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor ........... ........ 31
ix
D. Program Kerja, Tugas dan Wewenang BP4 Kecamatan
Parungpanjang Kabupaten Bogor ................................................ ........ 38
E. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah .................................................... ........ 40
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG PERAN BIMBINGAN
PRA NIKAH
A. Hasil Penelitian Tentang Bimbingan Pra Nikah di Kecamatan
Parungpanjang ............................................................................. ........ 48
B. Sikap KUA Terhadap Masyarakat Yang Tidak Mengikuti
Suscatin ....................................................................................... ........ 60
C. Dampak Dari Ketidak Ikutan Masyarakat Terhadap Bimbingan
Pra Nikah ..................................................................................... ........ 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. ........ 62
B. Saran ............................................................................................ ........ 64
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ........ 65
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan menurut UU No 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Perkawinan menurut hukum Islam adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dalam Kompilasi Hukum
Islam BAB II Tentang dasar-dasar perkawinan Pasal 3 dijelaskan bahwa perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan
warahmah. Jadi tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga sakinah, mawaddah,
warrahmah bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tujuan perkawinan tersebut dapat dicapai apabila memenuhi persyaratan
dalam perkawinan, persyaratan untuk dilakukannya sebuah pernikahan semakin lama
semakin tinggi, tidak hanya mensyaratkan kematangan fisik, namun juga
mensyaratkan kematangan pada aspek ekonomi, psikologis dan social. Oleh karena
itu pasangan yang menikah pada usia remaja seringkali disebut dengan menikah
muda. Batas usia bagi seseorang untuk bersegera menikah, sebenarnya Islam tidaklah
menentukan secara mutlak. Namun demikian bila menghayati hadist yang berbunyi :
2
ج، فإنه أغض للبصر وأحصن للفر باب، هن استطاع هنكن الباءة فليتزو تط يا هعشر الش ج، وهن لن ي
وم، فإنه له وجاء فعليه بالص
„Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah,
maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih
memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia
berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng)‟.
Jelaslah bahwa batas usia untuk segera menikah adalah apabila seseorang
telah merasa “mampu” meliputi berbagai aspek, baik fisik, psikis, maupun social
ekonomi.1
Untuk mencapai tujuan perkawinan yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa. Dibutuhkan persyaratan-persyaratan yaitu siap fisik,
siap materi dan siap psikis.
Untuk menghindari terjadinya perceraian maka dibutuhkan kesiapan ketika
akan menjalankan sebuah keluarga, yang harus disiapkan yaitu siap fisik, siap materi
dan siap psikis. Karena sudah banyak kasus perceraian terjadi dan faktor-faktor
terjadinya perceraian itu adalah kurangnya kesiapan fisik, materi dan psikis.
Fakta menjelaskan bahwa jumlah perceraian di Indonesia baik karena cerai
talak atau cerai gugat, sampai tahun 2010 (Data dari Ditjen Badilag Mahkamah
Agung) jumlah perceraian mencapai 251.208 pasang atau 9% dari jumlah peristiwa
1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet 1, h.5
3
nikah dan rujuk sebesar 2.207.300, sejak 5 tahun sebelumnya angka perceraian dari
tahun ke tahun terus meningkat cukup tajam.2
Untuk menekan angka perceraian maka pemerintah membentuk BP4 yang
tugasnya adalah membimbing calon pengantin agar lebih siap dalam menjalani rumah
tangga kelak, BP4 ialah lembaga yang mengatur tentang bagaimana menciptakan
keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah. Salah satu tugas BP4 ialah
menyelenggarakan kursus calon pengantin atau yang biasa kita kenal sekarang
dengan istilah Kursus Pra Nikah. Kursus tersebut bukan hanya untuk calon pengantin
saja melainkan untuk orang yang sudah masuk usia nikah seperti anak sekolah SMA,
mereka-mereka ini sudah perlu untuk diberikan pemahaman tentang keluarga atau
rumah tangga, bagaimana dalam menjalani biduk rumah tangga yang baik sehingga
dapat tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dikemudian hari.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
DJ.II/542 Tahun 2013 dituliskan bahwa setiap pasangan calon pengantin perlu
mengikuti pembekalan singkat (short course) dalam bentuk kursus pranikah. Dengan
mengikuti kursus pranikah, setiap pasangan calon pengantin akan memperoleh bekal
yang memadai dalam kehidupan berumah tangga, termasuk masalah yang
menyangkut kepribadian dan fungsi-fungsi keluarga serta manajemen konflik.
2 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Angka Perceraian (Jakarta: MA, 2014).
4
Kursus Pra Nikah menjadi sangat penting dan vital sebagai bekal bagi kedua
calon pasangan untuk memahami secara subtansial tentang seluk beluk kehidupan
keluarga dan rumah tangga.
Di Indonesia angka perceraian rata-rata secara nasional mencapai +200 ribu
pasang per tahun atau sekitar 10 persen dari peristiwa pernikahan yang terjadi setiap
tahun. Oleh sebab itu Kursus Pra Nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin
merupakan salah satu solusi dan kebutuhan bagi masyarakat untuk mengatasi atau
pun mengurangi terjadnya krisis perkawinan yang berakhir pada perceraian.
Fakta di Parungpanjang menjelaskan bahwa Bimbingan Pra Nikah yang
diadakan BP4 Parungpanjang belum di jalankan secara maksimal, data tahun 2015
dari 1124 pasang yang menikah hanya 268 pasang yang ikut Bimbingan Pra Nikah.3
Untuk itu menjadi menarik untuk di teliti lebih lanjut tentang bagaimana masyarakat
Parungpanjang meresponi tentang Bimbingan Pra Nikah ini.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam usaha meningkatkan mutu perkawinan dan dalam usahanya mencegah
terjadinya perselisihan didalam keluarga diperlukan peran Bimbingan Pra Nikah.
Sehubungan dengan penelitian Bimbingan Pra Nikah ini memiliki makna yang lebih
luas. Untuk lebih mendapatkan kejelasan dalam penulisan serta untuk mempersempit
3 Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Parungpanjang. Drs. H. Andi Mulyana pada hari
rabu 8 desember 2015.
5
dan mempermudah penelitian yang dimaksud, maka penulis membatasi masalah
tersebut pada respon masyarakat terhadap Bimbingan Pra Nikah. Yang dimaksud
masyarakat disini adalah masyarakat yang telah melakukan pernikahan di KUA
Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. Jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 55 responden yang sudah menikah, pilihan responden yang sudah menikah
untuk mengetahui apakah mereka pada saat menikah mengikuti Bimbingan Pra Nikah
atau tidak.
2. Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang ada maka penulis merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimana respon masyarakat di Kecamatan Parungpanjang terhadap
Bimbingan Pra Nikah?
b. Bagaimana KUA dan BP4 Kecamatan Parungpanjang menyikapi calon
pengantin yang tidak mengikuti Bimbingan Pra Nikah?
c. Apa dampaknya dari tidak diikutinya Bimbingan Pra Nikah oleh calon
pengantin?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui respon calon pengantin terhadap Bimbingan Pra Nikah di
BP4 Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor.
6
b. Untuk mengetahui sikap KUA Kecamtan Parungpanjang terhadap calon
pengantin yang tidak mengikuti Bimbingan Pra Nikah
c. Untuk mengetahui dampak apa saja yang akan terjadi apabila calon pengantin
tidak mengikuti Bimbingan Pra Nikah.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya yang membahas tema yang sama. Penelitian ini juga dapat
menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa hukum keluarga.
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi KUA
dan BP4 khususnya di kecamtan Parungpanjang. semoga penelitian ini dapat menjadi
bahan sumber tambahan dalam perumusan kebijakan di KUA dan BP4 Kecamatan
Parungpanjang.
D. Review Studi Terdahulu
NO IDENTITAS SUBTANSI PERBEDAAN
1 Maman
Faturokhman, (2011)
Konsentrasi Administrasi
Keperdataan Islam,
Dengan skripsinya
yang berjudul
“Kursus Pra Nikah:
Dalam skripsi
ini Maman
Faturokhman
mengulas tentang
teori dan prakteknya
di KUA tersebut, dan
lebih
Sedangkan
dalam skripsi saya
lebih kepada respon
masyarakat terhadap
bimbingan pra nikah
tidak menitik
beratkan pada
7
Teori dan Prakteknya
di KUA Kecamatan
Pesawan,Kabupaten
Kuningan Jawa Barat”
menitik beratkan
pada korelasi Kursus
Pra Nikah,
terhadap
Pembentukan
keluarga Sakinah.
korelasi Kursus Pra
Nikah, terhadap
pembentukan
keluarga sakinah.
.
2 Maulana
Ramadhan,(2012)Konsentrasi
Administrasi
Keperdataan Islam,
dengan skripsinya yang
Berjudul “Peran BP4
dalam Meminimalisir
Terjadinya Perceraian”
Dalam skripsi
ini Maulana
Ramadhan membahas
tentang peran
BP4 dalam
Meminimalisir
terjadinya perceraian,
disini dia
lebih cenderung
hanya membahas
tugas
dan wewenang BP4
itu sendiri dan dari
situ dapat dilihat
peranan BP4
Sedangkan
Dalam sksripsi saya
tidak menitik
beratkan pada peran
BP4 dalam
Meminimalisir
Terjadinya Perceraian
tersebut, melainkan
respon masyarakat
terhadap bimbingan
Pra Nikah, dan
dampak proses
perkawinan tidak
mengikuti Bimbngan
Pra Nikah.
8
dalam meminimalisir
terjadinya perceraian.
.
E. Kerangka Teori
a. Pengertian Respon
Respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap
stimulus. Respon adalah pemindahan atau pertukaran informasi timbal balik
dan mempunyai efek. Respon merupakan reaksi penolakan atau persetujuan
dari diri seseorang setelah menerima pesan. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa respon merupakan kecendrungan seseorang untuk
memberikan pemusatan perhatian pada sesuatu diluar dirinya karena ada
stimuli yang mendorong.
Respon bisa juga diartikan sebagai tanggapan, reaksi, atau jawaban.4
Tanggapan adalah bayangan atau kesan kesenangan dari apa yang pernah
diamati atau dikenali. Reaksi merupakan segala bentuk aktivitas individu yang
dibangkitkan oleh stimulus. Sedangkan jawaban adalah sesuatu yang muncul
karena adanya suatu pertanyaan. Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa
yang pokok dan dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dalam obyek yang
telah diamati dan tidak berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika
proses pengamatan sudah berhenti yang ada hanya kesannya saja.
4 Purwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal.43
9
Beberapa penelitian menunjukan bahwa respon muncul dari adanya
proses berpikir dan memperhatikan terhadap obyek, adanya proses tersebut
maka menimbulkan kesadaran individu akan memberikan perhatian lebih
tentang sesuatu yang disukainya sesuai dengan pengalaman yang didapatkan,
dan ia sadar terhadap objek yang dihadapi tersebut. Perhatian ini diartikan
sebgai proses mental ketika atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.5 Setelah individu menangkap
stimulus, maka proses selanjutnya adalah menyimpan dalam ingatan mereka.
Proses psikologi ini lazim dikenal sebagai memori, yang merupakan system
yang sangat berstruktur yang dapat menyebabkan organism sanggup merekam
fakta. Secara singkat memori melewati tiga proses, yaitu: perekam,
penyimpan, dan pemanggil.
1) Perekam adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera sikrit sarap
internal.
2) Penyimpanan merupakan proses menentukan beberapa lama informasi itu
berada dalam ingatan.
3) Pemanggil merupakan proses mengingat kembali informasi yang telah di
simpan.
Pada tahap akhir, ia menyimpan dalam ingatannya dan dijadikan
pengetahuan. Proses selanjutnya akan timbul perasaan suka atau tidak saja
5 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004), hal.
52
10
terhadap obyek. Kemudian individu akan menyeleksi dan memilih untuk
kemudian diyakini dari apa yang sudah dipilih.
b. Macam-macam respon
Secara umum akibat atau hasil mencakup tiga aspek, yaitu: Kognitif,
Afektif, Konatif. Efek kognitif berhubungan dengan pengetahuan yang
melibatkan proses berpikir, memecahkan masalah, dan dasar keputusan. Efek
afektif berhubungan dengan rasa suka atau tidak suka, opini, sikap.
Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku atau tindakan.6
Berdasarkan teori yang dikutip dari psikologi komunikasi karangan
Jalaluddin Rahmat. Respon dibagi menjadi tiga yaitu:
a) Respon kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi khalayak. Respon ini berkaitan dengan
tranmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.
b) Respon afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibensi khalayak. Respon ini ada hubungan dengan
emosi, sikap, atau nilai.
c) Respon behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.7
Adapun taksonomi dan klafikasi sebagai berikut:
6 Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta : Erlangga, 1987), hal.234
7 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004), hal.
52
11
Ranah koginitif (cognitive domain).
Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu
dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip, serta metode yang
diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digalli
pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingat-mengingat (recall)
atau mengenal kembali (recognitision).
Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok-poko
dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk
tertentu kebentuk lain.
Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk
menerapkan suatu kasus atau problem yang kongkrit dan baru.
Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu metode
kerja pada pemecahan problem baru. Kemampuan ini lebih
tinggi daripada kemampuan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Kualitatif Empiris untuk mendalami respon masyarakat terhadap
suatu gejala tertentu yaitu kursus pra nikah, penelitian ini menggunakan
12
metode kuntitatif merupakan upaya yang mendalam dan memakan waktu
berhubungan dengan lapangan dan situasi nyata8
2. Jenis Data dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer,
ialah data yang didapat langsung dari lapangan, atau diperoleh dari
survey dan observasi dilapangan. Data yang di diperoleh langsung dari
lembaga KUA untuk data jumlah pernikahannya yang terjadi, serta dari BP4
untuk data jumlah calon pengantin yang mengikuti Kursus Pra Nikah, dan dari
Pengadilan Agama terkait data perceraiannya.
b. Data Sekunder,
ialah data yang didapat dari studi pustaka dengan cara membaca,
mempelajari dan memahami buku-buku literatur serta pengetahuan yang
didapat saat di bangku perkuliahan, dan sumber-sumber lain yang relevan
dengan penelitian ini yaitu surat kabar, artikel, jurnal dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang di lakukan oleh penulis agar sesuai dengan
penelitian yang diinginkan, ialah sebagai berikut:
8 Boy S. SabarGuna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press, 2008), h.4
13
a. Observasi
Di lakukan untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian yang dituju, untuk mengetahui secara langsung mengenai hal-hal
apa saja yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Kuesioner
Pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui dan juga
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
c. Interview atau Wawancara
Di gunakan untuk mendapat informasi atau data-data yang berkaitan
dengan BP4 khusunya tentang Kursus pra Nikah yang dibutuhkan oleh penulis
secara langsung dari para narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Pendekatan Penelitian
Disamping teknik-teknik yang digunakan penulis, penulis juga
menggunakan metode pendekatan penelitian, ialah sebagai berikut:
a. Pendekatan Sosiologis, yaitu suatu cara mendekati masalah dengan cara
melihat dari sisi sosial di masyarakat itu sendiri.
b. Pendekatan Normatif, yaitu suatu cara mendekati masalah yang akan diteliti
dengan mengacu pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.9
9 Boy S. SabarGuna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press, 2008), h.4
14
5. Metode Analisis Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan teknik analisa data
dengan cara menganalisis dan mengambil kesimpulan dari seluruh data yang
diperoleh penulis dari kajian kuesioner, wawancara dan kepustakaan yang diseleksi
dan disusun, kemudian penulis melakukan klasifikasi data, bertujuan untuk menyusun
data berdasarkan bagian-bagian kategori tertentu. Data yang bersifat kuantitatif ini
akan dianalisis dengan analisis kuantitatif secara deskriptif yakni mendeskripsikan
suatu gejala yang telah diperoleh kemudian diolah dan dipaparkan dalam bentuk
angka-angka sehingga mudah difahami.
Data tersebut diorganisir dan dianalisis sehingga memberikan gambaran
teratur, jelas, ringkas tentang suatu gejala, landasan dan peristiwa.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah penambahan dan penulisan pada skripsi ini, maka
penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Dalam Bab I, yaitu bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review
terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Selanjutnya dalam Bab II, berisi Pengertian Kursus Pra Nikah, Tujuan Kursus Pra
Nikah,
15
Kemudian Bab III, berisi tentang deskripsi umum Bimbingan Pra Nikah
Kecamatan Parung Panjang yang meliputi Sejarah Singkat,Dasar Hukum Berdirinya,
Profil, Program Kerja dan Wewenang, serta Praktek Kursus Pra Nikah.
Dan dilanjutkan Bab IV, memuat tentang Kegiatan dan Peran Bimbingan Pra
Nikah Kecamatan Parungpanjang kabupaten Bogor, serta Analisis Penulis.
Dan di lanjutkan dengan Bab V, ialah Penutup, yang berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran dari penulis.
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS
KURSUS PRA NIKAH DAN TUJUAN KURSUS PRA NIKAH
A. Kursus Pra Nikah
Kursus Pra nikah dilaksanakan oleh lembaga BP4 ( Badan Penasehat
Pembinaan Pelestarian Perkawinan). BP4 ialah lembaga yang mengatur tentang
bagaimana menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
Sehingga BP4 mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan, penasihat dan penerangan mengenai
nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan
maupun kelompok.
2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan keluarga.
3. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara
di Pengadilan Agama.
4. Menberikan bantuan Advokasi dalam mengatasi masalah
perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di
Pengadilan Agama.
17
5. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami
yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan
pernikahan tidak tercatat.
6. Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang
memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri;1
Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang
lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat
diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan.
Dijelaskan pula bahwa tugas BP4 berdasarkan hasil Musyawarah
Nasional yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2004 yang
dipimpin oleh ketua sidang H. Imam Masykoer Alie dan sekretaris sidang
Drs. H. Zamhari Hasan, MM adalah Menyelenggarakan kursus calon
pengantin, penataran/pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan
sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga
Salah satu tugas BP4 ialah menyelenggarakan kursus calon pengantin
atau yang biasa kita kenal sekarang dengan istilah Kursus Pra Nikah. Kursus
tersebut bukan hanya untuk calon pengantin saja melainkan untuk orang
yang sudah masuk usia nikah seperti anak sekolah SMA, mereka-mereka ini
sudah perlu untuk diberikan pemahaman tentang keluarga atau rumah
tangga, bagaimana dalam menjalani biduk rumah tangga yang baik sehingga
1 BP4 Pusat, sejarah BP4, (Jakarta: BP, 2005), h. 2
18
dapat tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah
dikemudian hari.
Pengertian Kursus Pra Nikah tercantum dalam Peraturan Direktur
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kursus Pra Nikah pada Bab I Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:
Kursus Pra Nikah adalah Pemberian bekal pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia
nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.2
Jadi Kursus Pra Nikah ialah bimbingan kepada calon pengantin
(calon suami istri) sebagai bekal pengetahuan untuk mengarungi bahtera
rumah tangga yang diberikan oleh petugas BP4 dalam hal pemberian materi
sekitar pernikahan, kesehatan keluarga serta munakahat.
Adapun dari pengertian yang di atas menurut prosedur yang berjalan
dilapangan sebagai berikut ialah:
1. Sarana Pembelajaran
Sarana penyelenggara kursus pra nikah meliputi sarana belajar
mengajar: silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang
dibutuhkan untuk pembelajaran. Silabus dan modul disiapkan
oleh kementrian Agama untuk dijadikan acuan oleh
penyelenggara kursus pra nikah.
2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 3
19
2. Materi dan Metode Pembelajaran
Materi kursus pra nikah terdiri dari kelompok dasar, kelompok
inti dan kelompok penunjang. Materi ini dapat di berikan dengan
metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, study kasus (simulasi)
dan penugasan yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan dilapangan.
3. Narasumber/ Pengajar
a. Konsultan keluarga,
b. Tokoh agama,
c. Psikolog, dan
d. Professional dibidangnya.
4. Pembiayaan
Pembiayaan kursus pra nikah sesuai ketentuan pasal 5 dapat
bersumber dari dana APBN, dan APBD. Dana pemerintah berupa
APBN atau APBD bisa diberikan kepada penyelenggara dalam
bentuk bantuan, bantuan kepada badan/ lembaga penyelenggara
dapat dibenarkan sepanjang untuk peningkatan kesejahteraan dan
pembinaan umat sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, pemerintah dapat membantu badan/ lembaga swasta dari
dana APBN/ APBD.
20
5. Sertifikasi
Sertifikasi adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berkompeten yang telah di akredetasi oleh
kementerian Agama bahwa yang bersangkutan telah mengikuti
kegiatan kursus pra nikah.
Sertifikat disiapkan oleh organisasi lembaga, atau badan yang
menyelenggarakan kursus pra nikah (pasal 6 ayat 1, 2 dan 3)
Sertifikat tersebut diberikan kepada peserta kursus sebagai tanda
kelulusan atau sebagai bukti yang bersangkutan telah mengikuti
kursus pra nikah.
Calon pengantin yang telah mengikuti kursus pra nikah diberikan
sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan. Sertifikat tersebut akan
menjadi syarat kelengkapan pencatatan perkawinan yaitu pada
saat mendaftar di KUA kecamatan, karena dengan memiliki
sertifikat berarti pasangan pengantin sudah mempunyai bekal
pengetahuan tentang kerumahtanggaan dan berupaya
mempersiapkan diri secara matang untuk mengarungi keidupan
baru rumah tangga yaitu dengan membekali dirinya pengetahuan
dan pemahaman tentang seluk beluk kerumahtanggaan, sehingga
apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan diantisipasi
secara baik karena sudah dibekali rambu-rambunya.
21
Sertifikat dimaksud dikeluarkan oleh penyelenggara setelah
peserta kursus dinyatakan lulus secara meyakinkan mengikuti
kursus. Sertifikat yang dimaksud merupakan syarat pelengkap
pencatatan perkawinan pada saat pendaftaran nikah di KUA
kecamatan. Bentuk sertifikat ( model, warna, dan ukuran)
diserahkan kepada badan atau lembaga penyelenggara dengan
berkewajiban mencantum nomer akreditasi/ kelembagaan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Agama.3
Diharapkan dengan pemberian materi tersebut dapat meningkatkan
kualitas keluarga atau rumah tangga yang di idam-idamkan oleh para
pasangan calon pengantin, yaitu mencapai keluarga yang sakinah,
mawaddah, warrahmah.
Penasehatan yaitu upaya penasehatan atau bimbingan yang diberikan
oleh para penasehat kepada yang dinasehati.4 Setelah mencapai usia baligh,
manusia digerakan oleh keinginan seksualnya untuk mencari pasangan
hidup, sebagai tumpuan harapannya. Itu adalah tanggung jawab pertama
yang dihadapi manusia, karena sebelum puber seseorang tidak harus
mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukannya walaupun harus
3 Arsip Kementerian Urusan Agama (KUA) Kecamatan Parungpanjang.
4 Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Proyek Peningkatan Keluarga Sakinah Tahun 2001 Tentang Pedoman Konselor
Keluarga Sakinah, h.72
22
diarahkan agar ia tumbuh dewasa secara terhormat.5Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa bimbingan itu merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya
dengan baik agar individu itu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan
dapat mengadakan penyesuaian diri dengan baik.6
Dijelaskan dalam kitab Riyadhus Shalihin dalam bab nasehat:
ؤمنون اخوة، وقال ت عال اخباراعن نوح صلمى اهلل عليو وسلمم، وان
اامل م، وعن ىو صلمى اهلل عليو وسلمم، قال ت عال، انم ص
م ناص ارى رض اهلل عنو انم وانا ل: عن اب رق يمة تيم بن اوس ادم يث، فاالوم ا اال حا ، وامم انمب صلمى اهلل عليو وسلمم امي
تابو ورسوو هلل و ين انمصيحة، ق لنا من؟ قال: تهم، رواه مسلم. اثمان قال: اد سلمي وعامم
ة امل عن جريربن عبدا -وال ئمم
الة وايتاء ل م هلل رض اهلل عنو قال: باي عت رسول اهلل صلمى اهلل عليو وسلمم على اقام اصم متفق (سلم، ازمكاة وانصح
.)عليم
Artinya: Allah berfirman: sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, dan
Allah berfirman yang dikabarkan dari Nabi Nuh AS: dan saya bernasehat
kepada beliau Nabi Hud AS, dan saya bagi kalian adalah penasehat
terpercaya dan adapun beberapa hadist, maka yang pertama: dari Abi
Ruqoyah Tamim bin Ausindori RA bahwasannya Allah bersabda agama itu
adalah nasehat, kami berkata untuk siapa?, dijawab untuk Allah, kitabnya,
Rosulnya, umat muslim dan paman mereka. Diriwayatkan oleh Muslim,
yang kedua dari Jarir ibn Abdillah RA berkata: Rosulullah SAW
5 Mahmud Ash-Shabbagh, Keluarga Bahagia Dalam Islam “Edisi Indonesia”, (Yogyakarta:
CV. Pustaka Mantiq, 1993), cet.5, h. 56
6 Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), cet
2, h. 3
23
menjelaskankepadakutentang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
bernasehat bagi setiap muslim. Diriwayatkan Muttafaqun Alaih.7
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu memberikan
nasehat yang baik dan dalam hadist diatas dijelaskan bahwa umat muslim
wajib memberikan nasehat kepada setiap muslim. Kaitannya hadist diatas
dengan suscatin, bahwa dalam bimbingan pra nikah atau kursus calon
pengantin di dalamnya meliputi materi-materi dan nasehat-nasehat
khususnya tentang perkawinan.
Bahwa penasehatan ialah hal yang paling penting untuk menciptakan
kemandirian seseorang, dengan adanya penasehatan diharapkan orang yang
dinasehati atau dibimbing dapat mengetahui hal yang baik dan buruk serta
dapat mengatasi sendiri hal yang buruk tersebut.
B. Tujuan Kursus Pra Nikah
Tujuan bimbingan pra nikah sebagaimana yang telah tercantum pada
Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian
Agama No. DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kursus Pra Nikah, tujuan kursus pra nikah adalah mewujudkan keluarga
sakinah, mawaddah dan warrahmah adapun tujuan khusus :
7Syehk Al-Islam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Sarf AL-Nawawi, Riyadhu Sholihin
Min Kalami Sayyidi Al-Mursalin, (Syria-Indonesia: Maktaba Salim ibn Sa’ad ibn Sya’ban Wa’khihi
Ahmad). h. 107
24
1. Penyelenggara kurusus pra nikah adalah BP4 dan organisasi keagamaan
Islam yang telah memiliki akreditasi dari Kementerian Agama;
2. Kementerian Agama dapat menyelenggarakan kurusus pra nikah yang
pelaksanaannya bekerjasama dengan Badan Penasihatan, Pembinaan,
dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau organisasi keagamaan Islam
lainnya.
3. Dalam pelaksaannya BP4 dan organisasi Keagaman Islam
penyelenggara Kurusu pra nikah dapat bekerjasama dengan instansi atau
kementerian lain atau lembaga lainnya.
4. Akreditasi yang diberikan keapada BP4 dan organisasi keagamaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku selama 2 tahun dan
selanjutnya dapat diperpanjang dengan permohonan baru.8
8 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, h. 4
25
BAB III
DESKRIPSI UMUM BIMBINGAN PRA NIKAH KECAMATAN PARUNG
PANJANG KABUPATEN BOGOR
A. Sejarah singkat BP4
Kementrian Agama yang kemudian dikenala dengan Departemen
Agama dibentuk di Indonesia, tepatnya tanggal 3 januari 1946. Tugas pokok
Kementerian Agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama yang
pertama yaitu Bapak H.M. Rasyid sebagi berikut : “Pemerintah RI
mengadakan kementerian agama sendiri ialah untuk memenuhi kewajiban
pemerintah terhadap pelaksanaan UUD 1945 pasal 29 yang berbunyi : Negara
menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”.1
Yang menjadi salah satu tugas Kementerian Agama saat ini adalah
“melaksanakan Undang-Undang Republik Indonesisa Nomer 22 Tahun 1946
tentang pengawasan dan pencatatan nikah, talak dan rujuk yang dilakukan
menurut agama Islam.2
1 Zamhari Hasan, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian : Majalah
Nasihat Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta : BP4 Pusat,1997), edisi Juni No. 301, h. 39 2 Ibid
26
Tugas Kementerian Agama sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang tersebut diatasa adalah : “Hanya mengawasi dan mencatat peristiwa
pernikahan, talak dan rujuk tidak termasuk bagaimana upaya untuk
memelihara dan merawat serta menjaga kelestarian pernikahan yang telah
dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga hal itu terserah pasangan masing-
masing bagaimana melakukan hal tersebut. Dengan kata lain bahwa
Kementerian Agama (Departemen Agama) tidak mempunyai tugas langsung
untuk menangani dan mencarikan pemecahannya terhadap kasus-kasus yang
terjadi dalam keluarga”.3
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan nilai perkawinan
dalam suatu keluarga maka beberapa pejabat yang berada dilingkungan
Kementerian Agama dan para tokoh masyarakat memandang perlu untuk
mendirikan suatu lembaga penasihat perkawinan yang dapat mencarikan jalan
keluar bagi permasalahan-permasalahan yang kerapkali timbul dalam
keluarga, lembaga penasihat perkawinan itu dikenal dengan nama BP4 (Badan
Penasihat Perkawinan Pelestarian dan Perceraian).4
BP4 sebagai badan yang memutuskan perhatian dan kegiatannya pada
pembinaan keluarga, mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama
dalam situasi masyarakat keadaan yang seperti ini, maka keluarga akan
merasakan akibatnya. Sebab pergeseran nilai daripada norma-norma itu lebig
3 BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan : Majalah Nasihat Perkawinan dan
Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997). H. 14 4 Ibid
27
terlihat dalam kehidupan para remaja atau generasi muda khsusnya. Apabila
orang tua kurang menyadari gejala ini dan tidak berusaha menyelami
kehidupan para remaja atau anak-anaknya, maka pergeseran ini bisa menjadi
perbenturan nilai yang mewujudkan apa yang disebut “generation gap”. Dan
dalam keadaan seperti ini, secara eksistensi keluarga menghadapi bencana.5
Selain fakta-fakta yang terjadi diatas, kemudian antara tahun 1950
sampai 1954 dilakukan penilaian terhadap statistic Nikah, Talak dan Rujuk (
NTR ) seluruh Indonesia ditemukan pula fakta-fakta yang menunjukan
labilnya perkawinan Indonesia. Dari data statistic pernikahan di seluruh
Indonesia, angka cerai dan talak mencapai 60 % sampai 70 % ( rata-rata 1300-
1400 kasus perceraian per hari ), bahkan angka tersebut lebih besar
dibandingkan dengan angka pernikahan yang terjadi pada waktu itu. Hal
tersebut mendorong H.S.M Nasaruddin Latief untuk menggerakan lahirnya
organisasi penasihat perkawinan yang dianggapnya semacam dokter
perkawinan bagi pasangan suami isteri. Maka pada bulan April 1954 di setiap
KUA se-Jakarta dibentuk SPP ( Seksi Penasihat Perkawinan ).6
Dengan membentuk SPP (Seksi Penasihat Perkawinan ) pada kantor
Urusan Agama se-Jakarta Raya mulai April 1954, yang kemudian pada tahun
1956 menjelma menjadi P5 ( Panitia Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian ) sebagai organisasi masyarakat yang bergerak dibidang usaha
mengurangi perceraian, mempertinggi nilai perkawinan dengan memberikan
5 Departemen Agama RI, Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, hasil
Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, ( Jakarta : Departemen Agama,
2001 ), h. 54 6 Ibid
28
nasihat bagi mereka yang mengalami kegoncangan dalam rumah tangganya.
Usaha P5 ini mendapat sambutan luas dari masyarakat dan pemerintah
( Departemen Agama ) sehingga kemudian meluas ke Jawa Timur,
Kalimantan, Lampung, dan Sumatera Selatan.7
Bersamaan dengan itu pada tahun yang sama, tanggal 3 Oktober 1954
di Bandung didirikan suatu badan yang sejenis, dengan nama BP4 ( Badan
Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian ), organisasi ini didirikan
atas prakarsa Bapak Abdur Rauf Hamidy atau yang lebih dikenal dengan
sebutan “Pak Arhata”, yang pada waktu itu menjabat sebgai Kepala Kantor
Urusan Agama Propinsi Jawa Barat yang didukung oleh organisasi-organisasi
wanita dan pemuka-pemuka masyarakat. Pada saat itu, BP4 cepat berkembang
di Jawa Barat, bahkan meluas ke Jawa Tengah pada tahun 1957, Daerah
Istimewa Yogyakarta mengikuti gerakan yang serupa dengan mendirikan
organisasi sejenis dengan nama BKRT (Badan Kesejahteraan Rumah
Tangga). 8
Ketiga organisasi diatas berjalan dengan tujuan yang serupa yaitu
“menyelamatkan setiap rumah tangga dari keruntuhan sambil menunggu
lahirnya Undang-Undang perkawinan yang diharapkan akan mengatur
perkawinan menjadi lebih stabil serta menciptakan keluarga ata rumah tangga
yang bahagia sejahtera dan kekal.
7 BP4 Pusat, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan Keluarga : Majalah
Nasihat Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1992 ), edisi Januari No. 235, h. 8 8 ibid
29
Sehingga sampai waktunya, pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati
gagasan peleburan organisasi-organisasi penasihatan perkawinan yang bersifat
local itu menjadi badan tingkat nasional yang diberi nama Badan Penasihatan
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian atau disingkat BP4. Hal tersebut
adalah merupakan musyawarah wakil-wakil ketiga organisasi tersebut pada
tanggal 3 Januari 1960.9
Berdirinya BP4 ini disambut gembira oleh para peserta konfrensi
Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30 Januari
1961 di Cipayung Bogor. Organisasi ini memperoleh pengakuan resmi dari
pemerintah. Pada tahun itu juga oleh Menteri Agama No. 85 Tahun 1961.
Dinyatakan dengan Surat Keputusan ( SK ) tersebut, bahwa BP4 merupakan
satu-satunya badan resmi yang bergerak dalam bidang usaha penasihatan
perkawinan dan mengurangi perceraian dalam rangka melaksanakan ketetapan
Menteri Agama RI No. 53 Tahun 1958. Organisasi BP4 ini berpusat di Jakarta
dengan cabang-cabang di seluruh Indonesia.10
Dalam hal diatas, dapat simpulkan BP4 mempunyai peranan yang
cukup besar khususnya pada perkawinan umat Islam, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomer 114 Tahun 2009
Tanggal 30 Juli 2009, yakni BP4 berubah menajadi badan atau lembaga atau
juga organisasi professional yang bersifat sosisal keagamaan sebagai mitra
9 BP4 Pusat, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah : Majalah Nasihat Perkawinan
dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997 ), edisi Januari No. 295, h. 12-13 10
Ibid
30
kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah
warrahmah. Hal itu terlihat dari pasal 3 Anggaran Dasar yang baru, yang
ditetapkan oleh Munas XIV/2009 di Jakarta.11
B. Dasar Hukum Berdirinya BP4
Beberapa alasan menjadi “ backround filsafat “ berdirinya BP4
dicantumkan dalam mukaddimah anggaran dasar BP4 adalah sebagai berikut :
Pertama adalah Firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 21, yaitu :
Artinya : “ dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
saying, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir “.
Kesimpulan yang dapat diambil dari ayat diatas adalah pertama, bahwa
manusia dianjurkan membentuk keluarga dimana Allah SWT mneciptakan
pria dan wanita. Dalam hubungan kekeluargaan atau perkawinan Allah SWT
menumbuhkan ketentraman dan kasih saying satu dengan yang lainnya.12
Dengan demikian, ketentraman, rasa kasih sayang adalah tiga serangkai yang
harus tumbuh dalam perkawinan. Dan BP4 ingin memelihara hidup suburnya
11
Hasil Musyawarah Nasional BP4 ke XIV Tahun 2009 12
Sumarta, Keberadaan BP4 Sebagai Lembaga Penasihat : Majalah Nasihat Perkawinan dan
Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1995 ), edisi Mei No. 275, h. 12-13.
31
nilai-nilai tersebut.13
Kedua, bahwa terwujudnya rumah tangga sejahtera dan
bahagia diperlukan adanya bimbingan yang terus menerus dan tiada hentinya
dari para korps penasihat. Ketiga, diperlukan adanya penasihat perkawinan
yang berakhlak tinggi, berbudi dan berhati nurani yang bersih, sehingga
melaksanakan tugas dengan baik.
Ketiga ulasan diatas, merupakan motivasi daripada berdirina BP4. Oleh
karena itu, diharapkan seluruh aparat dan pelaksanaan BP4 dalam setiap
kesempatan tugas harus dapat menjiwai dan menghayati ketiga motivasi ini
dan memberi arah dalam suatu susunan organisasi yang dilengkapi sejumlah
ketentuan, sehingga diharapkan keteraturan dalam pelaksanaan tugas yang
lebih baik.
C. Profil BP4 Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor
Berawal dari lahirnya UU Nomor 22 tahun 1946 itulah mulai ada
unifikasi bidang hukum pencatatan perkawinan, talak, cerai dan rujuk yang
lebih berkeadilan sosial bagi umat Islam khususnya untuk wilayah pulau Jawa
dan Madura. Dan kemudian diikuti oleh UU No. 32 Tahun 1954 yaitu undang
– undang berlakunya UU No. 22 tahun 1946 untuk seluruh wilayah Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya dengan lahirnya Departemen Agama
(Kementerian Agama sekarang) pada tanggal 3 Januari 1946 mulailah
Pemerintah mendirikan Kantor Urusan Agama Kecamatan termasuk di
13
Djazuli Wangsa Saputra, et. Al, Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan dan
Keluarga : Majalah Nasihat Perkawinan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1998 ), edisi Januari No. 187,
h. 8
32
dalamnya Kantor Urusan Agama Kecamatan Parungpanjang pada tahun 1950-
an berdasarkaan sidang Paripurna DPRD Kab. Bogor yang dituangkan dalam
peraturan daerah ( Perda ).
Tugas pokok Kementerian Agama adalah melaksanakan sebagian tugas
umum Pemerintah dan Pembangunan di bidang Agama, adapun tugas pokok
dan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan Parungpanjang adalah
melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor
sebagaimana Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun 2001 pasal 2 ( dua
) tentang penataan organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Dalam menjalankan tugas tersebut Kantor Urusan Agama Kecamatan
Parungpanjang menyelenggarakan fungsi :
a. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.
b. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,
pengetikan dan rumah tangga KUA.
c. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina
masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan
pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan Dirjen Bimas
Islam dan penyelenggara haji berdasarkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tersebut
di atas, KUA menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik
dengan instansi vertikal maupun kementerian/lembaga pemerintah daerah di
33
KUA
Fungsi Badan Amil Zakat (BAZ)
Fungsi Badan Kesejahteraan Masjid
(BKM) Badan Pembinaan
Penasehat Dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
Lembaga Pembinaan Pengamalan Agama (LP2A)
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an
Drs. H. Andi Mulyana
(Kepala KUA)
Khaerudin S. Hi (Penghulu Pertama) Drs. Ahmad Baedowi MM
(Penghulu Muda)
Yani Warliah S.Ag (Pelaksana)
Herna Angraena S.Pd (Sukwan)
Sukron Naim S.Sy
(Sukwan)
lingkungan Kecamatan, sehingga selain tugas dan fungsinya tersebut KUA
juga melaksanakan tugas semi resmi maupun lintas sektoral antara lain
meliputi :
1. Nama-nama tugas semi resmi
2. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Parungpanjang
Dari deskripsi singkat tentang KUA diatas dapat terlihat mengenai beberapa
tugas semi resmi maupun lintas sektoral. Diantaranya adalah BP4. BP4 sebagai salah
satu badan semi resmi yang keberadaannya dikukuhkan KMA N0.85 Tahun 1961 jo
KMA No.30 Tahun 1997. BP4 Kecamatan ParungPanjang mempunyai tugas dan
34
fungsi yang strategis dalam membantu perkembangan bangsa. Terutama tugas untuk
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Meningkatkan kualitas
perkawinan dan mengurangi terjadinya perceraian. Karena keluarga sebagai unit
terkecil dari organisasi yang turut mempengaruhu perkembangan bangsa Indonesia
sendiri.14
BP4 Kecamatan Parungpanjang berada dalam lingkungan KUA Kecamatan
Parungpanjang, terletak di wilayah Barat.15
Adapun batas tanah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur : Terminal Pasar Parungpanjang
b. Sebelah Barat : Masjid Raya AL-Barqah
c. Sebelah Utara : Polsek Parungpanjang
d. Sebelah Selatan : Stasiun Parungpanjang
Adapun Batas Wilayah sebagai berikut :
Wilayah kantor Urusan Agama Kecamatan Parungpanjang berbatasan dengan:
a. Sebelah Timur : Terminal Pasar Parungpanjang
b. Sebelah Barat :Masjid Raya AL-Barqah
c. Sebelah Utara : Polsek ParungPanjang
d. Sebelah Selatan :Stasiun Parung Panjang
14
Arsip KUA Kecamatan Parungpanjang Tahun 2010 15
Arsip KUA Kecamatan Parungpanjang Tahun 2010
35
Wilayah Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor terdiri dari 11 Desa
yang meliputi:
1. Desa Parungpanjang
2. Desa Cikuda
3. Desa Dago
4. Desa Lumpang
5. Desa Gorowong
6. Desa Pingku
7. Desa Gintung Cilejet
8. Desa Cibunar
9. Desa Jagabita
10. Desa Jagabaya
11. Desa Kabasiran
Berdasarkan data kependudukan yang ada pada Kantor Urusan Agama
Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor dan hasil sensus penduduk Tahun 2009
adalah sebagai berikut:
- Laki-laki : 687214 jiwa
- Perempuan : 581242 jiwa
- Jumlah : 105972 jiwa16
16
Profil KUA Kecamatan Parungpanjang
36
Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama adalah sebagai berikut:
- Pemeluk Agama Islam : 99787 jiwa
- Pemeluk Agama Kristen Katholik : 1738 jiwa
- Pemeluk Agama Kristen Protestan : 2679 jiwa
- Pemeluk Agama Hindu :1426jiwa
- Pemeluk Agama Budha : 342jiwa
a. Kondisi Perekonomian
Masyarakat Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor mayoritas adalah
petani yang masih tradisional dan selebihnya adalah pedagang, pegawai negeri,
pekerja di sector informal (buruh), ternak ayam, konfeksi dan lain-lain.
b. Kondisi Pendidikan
Penduduk Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor masih banyak
diantara penduduknya yang berpendidikan belum optimal terutama masyarakat yang
bertempat tinggal di pedalaman yang tidak terjangkau atauh jauh dari sarana
pendidikan formal seperti SD,MI,SLTP/MTs,SMU,MAN dan lain-lain.
37
Untuk lebih jelasnya keberadaan sarana pendidikan yang berada di wilayah
Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:
a. Sarana Pendidikan Islam Formal dan Non Formal
NO SEKOLAH JUMLAH
1 Raudlatul Atfal (RA) 16
2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47
3 Madrasah Diniyah (MD) 4
4 Madrasah Tsanawiyah (MT) 8
5 Madrasah Aliyah (MA) 4
6 Pondok Pesantren 64
7 Majlis Ta’lim 91
8 TPA 21
b. Sarana Pendidikan Umum
NO SEKOLAH JUMLAH
1 Taman Kanak-kanak (TK) 20
2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 45
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 7
4 Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1
5 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3
6 Surau 18 17
Demikianlah sekelumit keadaan Penduduk Kecamatan Parungpanjang
Kabupaten Bogor ditinjau dari segi formal berikut sarana dan prasarana yang ada
diwilayah Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor.
17
Profil KUA Kecamatan Parungpanjang
38
D. Program Kerja, Tugas dan Wewenang BP4
Tugas dan wewenang BP4 pada intinya adalah bagaimana menciptakan
keluarga sakinah mawaddah warrahmah sebagaimana yang tersirat dalam surat Ar-
Rum 21, serta mencegah perceraian dan penyakit rumah tangga guna membentuk
bangsa dengan akhlak yang mulia yang sesuai dengan ajaran Islam.18
Upaya-upaya BP4 senantiasa difokuskan pada bagaimana meningkatkan
mutu perkawinan dan berusaha menekan perceraian semaksimal mungkin. Sampai
saat ini dan sampai kapan pun perceraian tetap dijadikan sebagai suatu perbuatan
yang sangat dibenci oleh Allah SWT walaupun statusnya halal. Kata “dibenci” itu
adalah majaz yang maksudnya tidak mendapat pahala, tidak ada pendekatan kepada
Allah SWT dalam perbuatan ini. Hal ini sebagai dalil bahwa baik sekali menghindari
talak itu selama masih ada jalan keluarnya.
Salah satu dari misi BP4 yang saat ini perlu mendapay perhatian dan
dijadikan prioritas utama adalah mengantisipasi dan menanggulangi kasus yang dapat
mengancam keutuhan dan ketahanan keluarga. Dengan demikian partisipasi aktif BP4
benar-benar memberi dukungan kongkrit pada Gerakan Nasional Pembangunan
Keluarga Sejahtera yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu wujud nyata dari
upaya ke arah itu adalah dengan adanya kegiatan “Pemilihan Ibu Teladan” yang
diselenggarakan oleh BP4 mulai tingakat kecamatan sampai tingkat Nasional saat ini.
18
Ali Akba, Problem Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan dan Keluarga, XXIV, h. 82
39
Diharapkan dengan kegiatan tersebut pada ibu mampu menjadi pelopor dan
penggerak terwujudnya keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan hidup material
dan spiritual yang layak, bertahan serta memiliki hubungan yang serasi dan selaras
dan seimbang.
Dalam kaitannya dengan tugas BP4 ini mustoha mengatakan bahwa “Upaya
penurunan angka perceraian dan peningkatan mutu keluarga sakinah adalah
merupakan sebagian tugas dan wewenang BP4 Secara historis tugas tersebut
setidaknya telah melekat pada BP4 sejak tahun 1961”.19
Secara rinci dapat dijabarkan tugas dan wewenang BP4 adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat mengenai
kehidupan keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Memberikan bimbingan dan nasehat kepada masyarakat mengenai kehidupan
berumah tangga yang ideal.
3. Memberikan penataran kepada calon pengantin dengan materi-materi ibadah
dan muamalah, hukum pernikahan, imunisasi, keluarga berencana dan
kesehatan, dan UU pernikahan.
19
Mustoha, Kerjasama badan Penasihat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian dengan
Peradilan Agama”, Makalah Loka Karya, ( Jakarta : Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997 ), h.2.
40
4. Memberikan nasehat kepada suami isteri yang melaporkan adanya
perselisihan antar rumah tangga sehingga tercipta keadaan yang diinginkan
yaitu bahagia, sejahtera dan terhindar dari perceraian.20
Dari paparan di atas menurut analisis penulis maka dapat dikatan
bahwa pada intinya tugas yang diemban BP4 ini adalah untuk mensukseskan
perkawinan di Indonesia sehingga terjalin dengan harmonis dan berjalan lancer
dengan memberikan penerangan tentang hukum munakahat dan penerangan NTR
serta berupaya untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, ketaqwaan dan akhlaqul
karimah pada tiap keluarga, sehingga disana dapat terlahir keturunan yang
berkualitas yang akan menjadi pilar-pilar kesuksesan sebuah bangsa. Tapi pada
dasarnya upaya mewujudkan keluarga yang bahagia sejahtera bukan hanya
kewajiban pemerintah semata, melainkan juga merupakan badan yang mesti kita
pikul bersama untuk sama-sama mewujudkannya.
E. Pelaksanaan Kursus Pranikah.
a) Prosedur dan tata cara pelaksanaan kursus pra nikah
Berdasarkan Intruksi Bersama Direktur Jendral (Dirjen) Bimbingan
Masyarakat Islam tentang Kursus Calon Pengantin Nomor DJ II/491 Tahun
2009 mengintruksikan agar bagi setiap calon pengantin dapat melaksanakan
pelayanan dan bimbingan kursus calon pengantin. Hal ini diterapkan melalui
20
Arsip KUA Kecamatan Parungpanjang, 2015.
41
KUA yang berwenang dalam memberikan pelayanan pernikahan kepada
masyarakat.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh calon pengantin yang
akan mengikuti kursus adalah si calon pengantin harus mendaftarkan
kehendak menikah, yang mana dapat dilakukan oleh calon mempelai, orang
tua atau wakilnya. Pemberitahuan kehendak nikah disampaikan kepada PPN
diwilayah kecamatan tempat tinggal calon isteri dengan membawa surat-surat
yang diperlukan serta mengisi formulir pemberitahuan. Setelah itu melakukan
pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan pra nikah disini adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh seorang wanita sebagai calon pengantin ketika akan
melangsungkan pernikahan. Hal sesusai dengan ketentuan admistrasi yang ada
di KUA sebagai salah satu persiapan dan syarat administrasi pernikahan.
Setelah pemeriksaan kesehatan si calon pengantin mendaftarkan diri
ke KUA. Setiap calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan harus
melengkapi semua persyaratan administrasi yang telah ditentukan oleh KUA.
Apabila semua berkas telah lengkap, maka calon pengantin bisa
mengikuti bimbingan atau kursus pra nikah. Untuk pelaksanaannya itu
sendiri, pemberian bimbingan dilakukan di KUA. Tujuan diadakannya Kursus
42
pra nikah adalah memberikan bekal pengetahuan kepada calon pengantin
dalam menjalani bahtera rumah tangga kelak.
Adapun cara yang dilakukan oleh BP4 Parungpanjang dalam
memberikan bimbingan kepada para calon pengantin adalah dengan
menggunakan metode ceramah, yaitu para calon suami isteri diberikan
ceramah-ceramah yang berisikan nasehat-nasehat tentang perkawinan dan
keluarga, dan masih banyak lagi, kemudian dialog, yaitu metode Tanya jawab
seputar rumah tangga dan perkawinan, kemudian simulasi, yaitu calon
pengantin melakukan latihan membaca ijab qabul.21
b) Materi-materi yang diberikan dalam kursus pra nikah
Materi Kursus calon pengantin diberikan narasumber terdiri dari konsultan
perkawinan dan keluarga sesuai keahlian yang dimiliki dengan metode
ceramah, dialog, simulasi dan studi kasus. Materi tersebut meliputi tata cara
dan prosedur perkawinan, pengetahuan agama, peraturan perundang-
undangan di bidang perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami isteri,
kesehatan reproduksi, manajemen keluarga dan psikologi perkawinan dan
keluarga.22
21
Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Parungpanjang. Drs. H. Andi Mulyana pada hari
rabu 8 desember 2015 22
Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Parungpanjang. Drs. H. Andi Mulyana pada hari
rabu 8 desember 2015
43
Penyelenggaraan yang berwenang terhadap pelaksanaan kursus calon
pengantin adalah Badan Penasihat, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (
BP4 ) atau badan dan lembaga lain yang telah mendapat akreditasi dari
Depag.
Sarana penyelenggara Kursus calon pengantin seperti silabus, modul,
sertifikat tanda lulus peserta dari sarana prasarana lainnya disediakan oleh
Depag. Sertifikat tanda lulus bukti kelulusan mengikuti Suscatin nanti
menjadi persyaratan pendaftaran perkawinan. Adapun jadwal kursus pra nikah
dan pematerinya23
seperti yang ditulis dalam tabel berikut:
Tabel 1
23
Arsip BP4 KUA Kecamatan Parungpanjang, 2015
JADWAL KURSUS PRA NIKAH
Hari Materi Penyaji Waktu
Senin Agama PENAMAS 09.00-10.00
Munakahat KUA 10.00-11.00
Kamis
PKK/UPGK
KB/Kesehatan
BIDAN/DOKTER
PLKB/DOKTER
09.00-10.00
10.00-11.00
44
Tabel 2
PEMBERI MATERI KURSUS CALON PENGANTIN
Nama Materi
Drs. H. Andi Mulyana Undang-Undang Perkawinan No 1
Tahun 1974 dan KHI Hak dan
Kewajiban suami isteri
Sukron Naim S.Sy Munakahat
Bimbingan sholat
Khaerudin S.Hi Tuntunan Ibadah
Kebersamaan
Itulah materi-materi yang diberikan dan para pengajar dalam
pemberian bimbingan kursus pra nikah.
c) Waktu dan Tempat
Pemberian bimbingan dilaksanakan satu minggu dua kali, setiap hari
selasa dan kamis pukul 09.00 sampai pukul 11.00 WIB, tergantung
adanya tidaknya calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan,
namun biasanya pasangan yang hadir dalam kursus minimal dua pasangan
calon pengantin, tetapi kalau sudah hadir semua bisa sampai 5,6 pasangan
yang hadir. Namun karena kurangnya tenaga pengajar, maka pemberian
45
bimbingan dilakukan hanya satu kali dalam seminggu. Walaupun tenaga
pengajar banyak, tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu, tenaga
pengajar hanya 3 sampai 4 orang itupun pegawai KUA semua. Factor lain
yang menghambat adalah masalah fianansial, karena apabila memanggil
petugas dari instansi lain yang terkait harus mengeluarka anggaran untuk
transportasi, sedangkan KUA tidak ada anggaran untuk itu. Karena
memang untuk kursus calon pengantin BP4 tidak memungut biaya
pendaftaran, hanya kesadaran dan keikhlasan dari calon pengantin saja.
Untuk tempat pemberian bimbingan dilaksanakan di kantor KUA.
d) Hambatan-hambatan
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang untuk mencapai cita-cita
dalam hidupnya tidak selalu berjalan mulus, tetapi selalu saja ada kendala
yang menghambat usaha seseorang yang mau tidak mau harus dipecahkan
dan diselesaikan demi tercapainya cita-cita dan tujuannya.
Begitupun di dalam upaya mensosisalisasikan dan memberikan
bimbingan pada calon pengantin, BP4 Kecamatan Parungpanjang
mendapat kendala atau hambatan untuk terlaksananya program kerja
tersebut, diantaranya adalah :
1. Keuangan, hal yang paling pokok ini sering menjadi kendala bagi upaya
sosisalisasi program kerja BP4 dan juga kendala dalam pemeberian
46
bimbingan kepada calon pengantin, terutama untuk mendatangkan pemeberi
materi yang perlu biaya operasional.
2. Kurangnya waawasan dan tenaga pengajar, kurangnya wawasan dari si
pemateri juga menjadi kendala, karena tidak adanya biaya operasional untuk
mendatangkan pemateri dari instansi lain maka tenaga pengajar pun seadanya.
Sebagaimana yang dituturkan oleh kepala KUA Bapak Drs. H. Andi Mulyana.
“kurangnya tenaga pengajar menjadi hambatan tersendiri bagi kami karena tenaga
pengajar hanya itu-itu saja dan ada sebagian pemateri yang kurang begitu
menguasai materi dan wawasan si pemateri yang kurang luas juga menjadi
kendala bagi kami dalam memberikan bimbingan”.24
3. SDM (Sumber Daya Manusia), yang dimaksud dengan sumber daya manusia
disini adalah tingkat pendidikan dari masyarakat Kecamatan Parungpanjang
yang masih lemah dan kurang.
4. Tidak ada waktu dari si calon pengantin, meskipun sudah di beritahukan
sebelumnya, tetapi tidak menutup kemungkinan tidak ada kesediaan dari
calon pengantin itu sendiri untuk mengikuti bimbingan. Hal ini disebabkan
karena calon pengantin sibuk bekerja dan salah satu calon tinggal diluar kota.
Dari rangkaian hambatan yang dikemukakan diatas, penulis
menyimpulkan bahwa faktor keuanganlah yang menjadi masalah utama.
24
Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Parungpanjang, Drs. H. Andi Mulyana pada hari
rabu 8 desember 2015
47
Karena kalau saja ada dana operasional dari tingkat atas dalam upaya BP4
melakukan sosialisai atau pelaksanaan programnya tentu menjamin
kesejahteraan para petugas terkait. Sekiranya BP4 pusat memberikan dana
operasional kerja untuk dianggarkan sesuai dengan keperluan pemberian
bimbingan.
48
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG PERAN BIMBINGAN PRA
NIKAH
Hasil Pembahasan Tentang Peran Bimbingan Pra Nikah
Kursus calon pengantin hanya dapat dilakukan oleh BP4 khususnya di
tingkat kecamatan sebagai penerapan bentuk kemitraan terhadap lembaga
BP4. Kursus Pra Nikah atau kursus calon pengantin bertujuan agar para calon
pengantin sadar dan paham tentang hidup berumah tangga, juga agar pasangan
calon pengantin bisa memahami dengan baik khususnya kewajiban sebagai
suami istri dalam pembahasan ini bahwa BP4 khususnya di kecamatan
Parungpanjang sangat berpengaruh pada masyarakat. Karena sebagian
masyarakat Parungpanjang masih banyak yang belum paham tentang
bimbingan pra nikah.
A. Hasil Penelitian Tentang Bimbingan Pra Nikah Di Kecamatan
Parungpanjang
Sebagian besar masyarakat kecamatan Parungpanjang, masyarakatnya
sudah banyak yang melakukan atau mengikuti Bimbingan Pranikah serta
sudah berjalannya kegiatan bimbingan pranikah yang ada di KUA Kecamatan
Parungpanjang.
Bimbingan Pranikah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
masyarakat khususnya masyarakat kecamatan Parungpanjang, dan juga
49
Bimbingan Pranikah memberikan wawasan kepada masyarakat tentang
perkawinan atau cara berumah tangga.
sehingga setiap pasangan suami isteri yang sudah menikah mempunyai bekal
atau wawasan dalam membina rumah tangga
Bimbingan Pranikah sangat positif bagi masyarakat kecamatan
Parungpanjang yang diadakan oleh BP4 setempat.
Beberapa upaya program disebutkan dan yang dilakuan oleh pengurus
BP4 terhadap masyarakat kecamatan Parungpanjang menjadi suatu kegiatan
yang sangat diperluka oleh calon penganti. Dengan demikian langkah-langkah
tersebut disebutkan akan menguntungkann bagi masyarakat Parungpanjang
terutama bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.
Dengan diadakannya penyuluhan dan bimbingan terhadap calon
pengantin, masyarakatpun sadar arti penting sebuah bimbingan pranikah
karena dalam berumah tangga harus mempunyai wawasan tentang arti sebuah
perkawinan.1
Adapun hasil peneliti tentang respon masyarakat Parungpanjang
terhadap kursus pra nikah di bagi pada tiga aspek yaitu aspek pengetahuan,
aspek pemahaman, dan aspek partisipasi.
1 Wawncara Pribadi Dengan Bapak Drs. H. Andi Mluyana. Parungpanjang 22 desember 2015
50
1. Tingkat Pengetahuan
Hasil penelitian dapat dirincikan sebagai berikut
Keterangan:
1. Sangat tidak penting
2. Tidak penting
3. Cukup penting
4. Penting
5. Sangat pentin
Tabel 1.1
NO
Parameter
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
Responden
Sangat
Tidak Tahu
Tidak
Tahu
Cukup
Tahu
Tahu Sangat
Tahu
1
Bimbingan
Pra nikah
5
(9,09%)
5
(9,09%)
10
(18,18%)
18
(32.73%)
17
(30,91%)
55
2
Penyuluhan
Pra nikah
5
(9,09%)
5
(9,09%)
10
(18,18%)
15
(27.27%)
20
(36,37%)
55
3
Suscatin
4
(7,27%)
5
(9,09%)
11
(20%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
4
Cara Hidup
Berkeluarg
a
2
(3,64%)
4
(7,27%)
10
(18,18%)
14
(25,46%)
25
(45,45%)
55
5
Pendidikan
Anak
2
(3.64%)
5
(9,09%)
10
(18,18%)
10
(18,18%)
28
(50,91%)
55
6
Kewajiban
suami Istri
3
(5,46%)
4
(7,27%)
15
(27,27%)
18
(32,73%)
15
(27,27%)
55
51
7
Komunikas
i Dalam
Keluarga
5
(9,08%)
4
(7,28%)
11
(20%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
8
Tujuan
Bimbingan
Pra Nikah
4
(7,28%
5
(9,08%)
10
(18,18%)
18
(32,73%)
18
(32,73%)
55
9
Lembaga
BP4
5
(9,08%)
4
(7,28%)
11
(20%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
10
Tujuan
Pernikahan
3
(5,46%)
7
(12,72%)
10
(18,18%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
2. Tingkat pemahaman
Keterangan :
1. Sangat tidak paham
2. Tidak paham
3. Cukup paham
4. Paham
5. Sangat paham
52
Tabel 2.2
NO
Parameter
Tingkat
Pemahaman
Jumlah
Responden
Sangat
Tidak
Paham
Tidak
Paham
Cukup
Paham
Paham Sangat
Paham
1
Kesiapan Lahir Batin
Bagi Calon Pengantin
2
(3,64%)
5
(9,09%)
10
(18,18%)
13
(23,64%)
25
(45,45%)
55
2
Kebutuhan Materi
Bagi Calon Pengantin
4
(7,28%)
6
(10,91%)
15
(27,27%)
15
(27.27%)
15
(27,27%)
55
3
Kehidupan masa
depan bagi calon
pengantin
2
(3,64%)
5
(9,09%)
10
(18,18%)
13
(23,63%)
25
(45,46%)
55
4
Motivasi keluarga
bagi calon pengantin
5
(9,09%)
2
(3,64%)
7
(12,72%)
16
(29,10%)
25
(45,45%)
55
5
Komunikasi suami
istri dalam rumah
tangga
4
(7,27%)
5
(9,09%)
11
(20%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
6
Pendidikan anak bagi
yang sudah
berkeluarga
2
(3,64%)
7
(12,72%)
15
(27,27%)
10
(18,18%)
21
(38,19%)
55
7
Adanya pemimpin
dalam keluarga
5
(9,09%)
5
(9,09%)
10
(18,18%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
8
Adanya kerukunan
dalam berkeluarga
4
(7,27%)
6
(10,91%)
8
(14,55%)
12
(21,82%)
25
(45,45%)
55
9
Adanya tanggung
jawab dalam
berkeluarga
2
(3,64%)
7
(12,72%)
11
(20%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
10
Adanya kepercayaan
suami istri dalam
rumah tangga
3
(5,46%)
7
(12,72%)
10
(18,18%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
53
Tingkat Partisipasi
Keterangan :
1. Sangat tidak bersedia
2. Tidak bersedia
3. Cukup bersedia
4. Bersedia
5. Sangat bersedia
Tabel 1.3
NO
Parameter
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
Responden
Sangat
Tidak
Bersedia
Tidak
Bersedia
Cukup
Bersedia
Bersedia Sangat
Bersedia
1
Calon
Pengantin
Mengikuti
Bimbingan
Pra Nikah
3
(5,46%)
4
(7,27%)
11
(20%)
15
(27,27%)
22
(40%)
55
2
Kegiatan
Yang di
Buat Oleh
BP4
2
(3,64%)
3
(5,45%)
15
(27,27%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
3
Materi
tentang
Bimbingan
Pra Nikah
3
(5,46%)
7
(12,72%)
10
(18,18%)
15
(27,27%)
20
(36,37%)
55
4
Pembinaan
Bagi Calon
Pengantin
2
(3,64%)
1
(1,82%)
12
(21,82%)
15
(27,27%)
25
(45,45%)
55
Sosialisasi
54
5 Bimbingan
Pra Nikah
1
(1,82%)
2
(3,64%)
12
(21,82%)
15
(27,27%)
25
(45,45%)
55
6
Jadwal
Bimbingan
Pra Nikah
2
(3,64%)
2
(3,63%)
5
(9,09%)
11
(20%)
35
(63,64%)
55
7
Sertifikat
dari BP4
4
(7,27%)
6
(10,91%)
10
(18,18%)
20
(36,37%)
15
(27,27%)
55
B. Pembahasan Penelitian Tentang Bimbingan Pra Nikah
1. Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa dari aspek
Pengetahuan. Masyarakat rata-rata sudah mengetahui adanya Bimbingan Pra
Nikah. Untuk lebih jelasnya dapat diuaraikan sebagai berikut:
1. Pada parameter pengetahuan tentang adanya Bimbingan Pra Nikah dijelaskan
sebanyak 10 (18,18%) responden yang tidak mengetahui adanya Bimbingan
Pra Nikah dan 45 (81,82%) sudah cenderung tahu adanya Bimbingan Pra
Nikah
2. Pada parameter pengetahuan tentang Penyuluhan Bimbingan Pra Nikah
dijelaskan sebanyak 10 (18,18%) responden yang tidak mengetahui adanya
Penyuluhan Bimbingan Pra Nikah dan 45 (81,82%) sudah cenderung
mengetahui adanya Penyuluhan Bimbingan Pra Nikah
3. Pada parameter pengetahuan tentang Kursus Calon Pengantin (Suscatin)
dijelaskan sebanyak 9 (16,36%) responden yang tidak mengetahui adanya
55
Kursus Calon Pengantin dan 46 (83,64%) responden sudah cenderung
mengetahui adanya Kursus Calon Pengantin
4. Pada parameter pengetahuan tentang cara hidup berkeluarga dijelaskan
sebanyak 6 (10,90%) responden yang tidak mengetahui Cara Hidup
Berkeluarga dan 49 (89,1%) responden sudah cenderung mengetahui Cara
Hidup Berkeluarga
5. Pada parameter pengetahuan tentang Pendidikan Anak dijelaskan sebanyak 7
(12,72%) responden yang tidak mengetahui Pendidikan Anak dan 48
(87,28%) responden sudah cenderung mengetahui Pendidikan Anak
6. Pada parameter pengetahuan tentang Kewajiban Suami Istri dijelaskan
sebanyak 7 (12,72%) responden yang tidak mengetahui Hak dan Kewajiban
Suami Istri dan 48 (87,28%) responden sudah cenderung mengetahui Hak dan
Kewajiban Suami Istri
7. Pada parameter pengetahuan tentang Komunikasi Dalam Keluarga dijelaskan
sebanyak 9 (16,37%) responden tidak mengetahui Komunikasi Dalam
Keluarga dan 46 (83,63%) responden sudah mengetahui Komunikasi Dalam
Keluarga
8. Pada parameter pengetahuan tentang Tujuan Bimbingan Pra Nikah dijelaskan
sebanyak 9 (16,37%) responden tidak mengetahui Tujuan Bimbingan Pra
Nikah dan 46 (83,63%) responden sudah cenderung mengetahui Tujuan
Bimbingan Pra Nikah
56
9. Pada parameter pengetahuan tentang Lembaga BP4 dijelaskan sebanyak 9
(16,37%) responden tidak mengetahui Lembaga BP4 dan 46 (83,63%)
responden sudah cenderung mengetahui Lembaga BP4
10. Pada parameter pengetahuan tentang Tujuan Pernikahan dijelaskan sebanyak
10 (18,18%) responden tidak mengetahui Tujuan Pernikahan dan 45 (81,82%)
responden sudah cenderung mengetahui Tujuan Pernikahan.
Dari beberapa parameter diatas mayoritas masyarakat Parungpanjang
mengetahui ada dan pentingnya kursus pra nikah.
2. Tingkat Pemahaman
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa dari aspek
pemahaman, masyarakat rata-rata sudah paham dengan Bimbingan Pra Nikah.
Untuk lebih jelasnya dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Pada parameter pemahaman tentang Kesiapan Lahir Batin dijelaskan
sebanyak 7 (12,72%) responden tidak memahami Kesiapan Lahir Batin dan
48 (87,28%) responden sudah cenderung memahami Kesiapan Lahir Batin
2. Pada parameter pemahaman tentang Kebutuhan Materi Bagi Calon Pengantin
dijelaskan sebanyak 10 (18,18%) responden tidak memahami Kebutuhan
Materi Bagi Calon Pengantin dan 45 (81,82%) responden sudah cenderung
memahami Kebutuhan Materi Bagi Calon Pengantin
3. Pada parameter pemahaman tentang Kehidupan Masa Depan Bagi Calon
Pengantin dijelaskan sebanyak 7 (12,72%) responden tidak memahami
57
Kehidupan Masa Depan Bagi Calon Pengantin dan 48 (87,28%) responden
sudah cenderung memahami Kehidupan Masa Depan Bagi Calon Pengantin
4. Pada parameter pemahaman tentang Motivasi Keluarga Bagi Calon Pengantin
dijelaskan sebanyak 7 (12,72%) responden tidak memahami Motivasi
Keluarga Bagi Calon Pengantin dan 48 (87,28%) responden sudah cenderung
memahami Motivasi Keluarga Bagi Calon Pengantin
5. Pada parameter pengetahuan tentang Komunikasi Suami Istri Dalam Berumah
Tangga dijelaskan sebanyak 9 (16,36%) responden tidak memahami
Komunikasi Suami Istri Dalam Berumah Tangga dan 46 (83,64%) responden
sudah cenderung memahami Komunikasi Suami Istri Dalam Berumah Tangga
6. Pada parameter pemahaman tentang Pendidikan Anak Bagi Yang Sudah
Berkeluarga dijelaskan sebanyak 9 (16,36%) responden tidak memahami
Pendidikan Anak Bagi Yang Sudah Berkeluarga dan 46 (83,64%) responden
sudah cenderung memahami Pendidikan Anak Bagi Yang Sudah Berkeluarga
7. Pada parameter pemahaman tentang Adanya Pemimpin Dalam Keluarga
dijelaskan sebanyak 10 (18,18%) responden tidak memahami Adanya
Pemimpin Dalam Keluarga dan 45 (81,82%) responden sudah cenderung
memahami Adanya Pemimpin Dalam Keluarga
8. Pada parameter pemahaman tentang Adanya Kerukunan Dalam Berkeluarga
dijelaskan sebanyak 10 (18,18%) responden tidak memahami Adanya
Kerukunan Dalam Keluarga dan 45 (81,82%) responden sudah cenderung
memahami Adanya Kerukunan Dalam Keluarga
58
9. Pada parameter pemahaman tentang Adanya Tanggung Jawab Dalam
Berkeluarga dijelaskan sebanyak 9 (16,36%%) responden tidak memahami
Adanya Tanggung Jawab Dalam Berkeluarga dan 46 (83,64%) responden
sudah cenderung memahami Adanya Tanggung Jawab Dalam Berkeluarga
10. Pada parameter pemahaman tentang Adanya Kepercayaan Suami Istri Dalam
Rumah Tangga dijelaskan sebanyak 10 (18,18%) responden tidak memahami
Adanya Kepercayaan Suami Istri dan 45 (81,82%) responden sudah
cenderung memahami Adanya Kepercayaan Suami Istri
3. Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa dari aspek
partisipasi, masyarakat rata-rata sudah berpartisipasi dalam Bimbingan Pra
Nikah. Untuk lebih jelasnya dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Pada parameter partisipasi tentang Calon Pengantin Mengikuti Bimbingan Pra
Nikah dijelaskan sebanyak 7 (12,72%) responden tidak bersedia Mengikuti
Bimbingan Pra Nikah dan 48 (87,28%) responden sudah cenderung bersedia
mengikuti Bimbingan Pra Nikah
2. Pada parameter partisipasi tentang Kegiatan Yang Dibuat Oleh BP4
dijelaskan sebanyak 5 (9,09%) responden tidak bersedia dalam kegiatan yang
dibuat oleh BP4 dan 50 (90,91%) responden sudah cenderung bersedia dalam
kegiatan yang dibuat oleh BP4
59
3. Pada parameter Partsipasi tentang Materi Bimbingan Pra Nikah dijelaskan
sebanyak 10 (18,18%) responden tidak bersedia dengan Materi Bimbingan
Pra Nikah dan 45 (81,82%) responden sudah cenderung bersedia dengan
Materi Bimbingan Pra Nikah
4. Pada parameter partisipasi tentang Pembinaan Bagi Calon Pengantin
dijelaskan sebanyak 3 (5,45%) responden tidak bersedia dengan Pembinaan
Bagi Calon Pengantin dan 52 (94,55%) responden sudah cenderung bersedia
dengan Pembinaan Bagi Calon Pengantin
5. Pada parameter partisipasi tentang Sosialisasi Bimbingan Pra Nikah
dijelaskan sebanyak 3 (5,45%) responden tidak bersedia mengikuti
Soasialisasi Bimbingan Pra Nikah dan 52 (94,55%) responden sudah
cenderung bersedia mengikuti Sosialisasi Bimbingan Pra Nikah
6. Pada parameter partisipasi tentang Mengikuti Jadwal Bimbingan Pra Nikah
dijelaskan sebanyak 4 (7,27%) responden tidak bersedia mengikuti Jadwal
Bimbingan Pra Nikah dan 51 (92,73%) responden sudah cenderung bersedia
mengikuti Jadwal Bimbingan Pra Nikah
7. Pada parameter partisipasi tentang masyarakat mendapatka sertifikat dari BP4
dijelaskan sebanyak 10 (18,18%) responden tidak bersedia mendapatkan
sertifikat dari BP4 dan 45 (81,82%) responden sudah cenderung bersedia
mendapatkan sertfikat dari BP4.2
2 Hasil Wawancara Kepada Masyarakat Parungpanjang. 21 Desember 2015
60
C. Sikap KUA terhadap masyarakat yang tidak mengikuti suscatin
BP4 KUA Kecamtan Parungpanjang sebelum melakukan Bimbingan
Suscatin bahwa BP4 KUA sudah mengadakan sosialisasi kepada masyrakat
Parungpanjang untuk mengikuti suscatin. Dan bagi masyarakat yang tidak
mengikuti suscatin maka sikap yang diambil oleh BP4 adalah memberikan
undangan atau panggilan kepada masyarakat yang tidak mengikuti suscatin
supaya wajib untuk mengikuti kegiatan tersebut dan apabila masih tidak
hadir BP4 akan memberikan teguran kepada masyarakat dan memberikan
penjelasan bahwa suscatin itu sangat penting bagi calon pengantin karena
masih banyak masyarakat yang belum paham terhadap tujuan berkeluarga.3
D. Dampak dari ketidak ikutan masyarakat terhadap bimbingan pra nikah
Dampak yang dihasilkan oleh masyarakat bagi yang tidak mengikuti
bimbingan pra nikah adalah :
1. Masyarakat tidak mendapatkan pengetahuan tentang
perkawinan
2. Tidak mendapatkan sertifikat dari BP4
3. Rentan terjadinya perceraian
4. Masyarakat tidak mengetahui tentang tata cara dan prosedur
perkawinan
5. Masyarakat tidak mengetahui tentang pengetahuan Agama
3 Wawncara Pribadi Dengan Bapak Drs. H. Andi Mluyana. Parungpanjang 22 desember 2015
61
6. Masyarakat tidak mengetahui tentang Undang-undang
perkawinan
7. Masyarakat tidak mengetahui tentang management keluarga
8. Masyarakat tidak mengetahui tentang hak dan kewajiban suami
istri
9. Masyarakat tidak mengetahui tentang program keluarga
berencana (KB).4
4 Wawncara Pribadi Dengan Bapak Drs. H. Andi Mluyana. Parungpanjang 22 desember 2015
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan yang bersumber
pada teori maupun yang bersumber dari data-data yang penulis kumpulkan
maka penulis mengambil kesimpulan segabai berikut:
1. Respons Masyarakat terhadap Pengetahuan, Pemahaman danPartisipasi
Dari permasalahan yang ada mengenai Respons Masyarakat Terhadap
Bimbingan Pranikah, sekarang sudah terjawab dengan dilakukannya
penelitian di BP4 KUA Kecamatan Parungpanjang yang ditanggapi oleh
ketua BP4 itu sendiri dan akhirnya permasalahan tersebut bisa dipecahkan.
Dan adanya jalan keluar yang sangat mudah dan berdampak baik bagi
masyarakat Parungpanjang yaitu dengan cara melaksanakan Bimbingan
Pranikah yang diadakan selama satu minggu dua kali, mengadakan
sosialisasi kepada masyarakat Parungpanjang, mengadakan seminar
tentang perkawinan, memberikan penyuluhan yang bersifat positif dan
melakukan kegiatan-kegiatan baru guna mendapatkan respons yang baik
dari masyarakat Parungpanjan gitu sendiri.
63
2. Sikap KUA dan BP4 Kecamatan Parungpanjang Dalam Menyikapi Calon
Pengantin Yang Tidak Mengikuti Bimbingan PraNikah
BP4 KUA Kecamtan Parungpanjang sebelum melakukan Bimbingan
Suscatinbahwa BP4 KUA sudah mengadakan sosialisasi kepada masyrakat
Parungpanjang untuk mengikuti suscatin. Dan bagi masyarakat yang tidak
mengikuti suscatin maka sikap yang diambil oleh BP4 adalah memberikan
undangan atau panggilan kepada masyarakat yang tidak mengikuti suscatin
supaya wajib untuk mengikuti kegiatan tersebut dan apabila masih tidak hadir
BP4 akan memberikan teguran kepada masyarakat dan memberikan
penjelasan bahwa suscatin itu sangat penting bagi calon pengantin karena
masih banyak masyarakat yang belum paham terhadap tujuan berkeluarga.
3. Dampak dari tidak di ikutinya Bimbingan Pra Nikah Oleh Calon Pengantin
Dampak yang dihasilkan oleh masyarakat bagi yang tidak mengikuti
bimbingan pranikah adalah :
1. Masyarakat tidak mendapatkan pengetahuan tentang perkawinan
2. Tidak mendapatkan sertifikat dari BP4
3. Rentan terjadinya perceraian
4. Masyarakat tidak mengetahui tentang tata cara dan prosedur
perkawinan
5. Masyarakat tidak mengetahui tentang pengetahuan Agama
6. Masyarakat tidak mengetahui tentangUndang-undang perkawinan
64
7. Masyarakat tidak mengetahui tentang management keluarga
8. Masyarakat tidak mengetahui tentang hak dan kewajiban suami istri
9. Masyarakat tidak mengetahui tentang program keluarga berencana
(KB).
B. Saran-saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Disarankan kepada BP4 Kecamatan Parungpanjang agar terus berupaya
dan berusaha meningkatkan kegiatan Bimbingan Pranikah dan terus
melakukan langkah-langkah yang baik agar masyarakat
Parungpanjang lebih mengetahui dampak positif terhadap Bimbingan
Pranikah
2. BP4 harus lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan pungsinya
3. Upaya yang dilakukan oleh BP4 terhadap Bimbingan pranikah jangan
sampai tidak terlaksana dan tidak berjalan dengan baik sehingga masih
ada masyarakat yang tidak mengikuti bimbingan pranikah
4. Dengan adanya upaya-upaya itu masyarakat lebih mengetahui dan
paham terhadap perkawinan dan rumah tangga
5. Disarankan juga kepada masyarakat agar selalu memberikan dukungan
kepada BP4 dalam melakukan kegiatan bimbingan pranikah
6. Masyarakat harus lebih memikirkan masa depan keluarga supaya
menjadi keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Abd. Rahman, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003),
Akbar Ali, Problem Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan dan Keluarga,
XXIV,
Arsip BP4 KUA Kecamatan Parungpanjang, 2015
Arsip Kementerian Urusan Agama (KUA) Kecamatan Parungpanjang.
Rahim, Fakih Ainur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta, UUI Pers.
1994,
Walgito Bimo, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Andi Offset,
2004),
Guna, Boy S Sabar, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press,
2008),
BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan : Majalah Nasihat Perkawinan dan
Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997).
BP4 Pusat, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan Keluarga :
Majalah Nasihat Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1992 ),
edisi Januari No. 235,
BP4 Pusat, sejarah BP4, (Jakarta: BP, 2005),
BP4 Pusat, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah : Majalah Nasihat
Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997 ), edisi Januari No.
295,
Mc. Quail Denis, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta : Erlangga, 1987),
Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Proyek Peningkatan Keluarga Sakinah Tahun 2001 Tentang
Pedoman Konselor Keluarga Sakinah,
Departemen Agama RI, Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,
hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, (
Jakarta : Departemen Agama, 2001 ),
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Angka Perceraian (Jakarta: MA,
2014).
Saputra, Dzajuli Wangsa, et. Al, Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan
dan Keluarga : Majalah Nasihat Perkawinan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat,
1998 ), edisi Januari No. 187,
Hasil Musyawarah Nasional BP4 ke XIV Tahun 2009
Hasil Wawancara Kepada Masyarakat Parungpanjang. 21 Desember 2015
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2004),
Ash-Shabbagh, Mahmud, Keluarga Bahagia Dalam Islam “Edisi Indonesia”,
(Yogyakarta: CV. Pustaka Mantiq, 1993), cet.5,
Mustoha, Kerjasama badan Penasihat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian dengan
Peradilan Agama”, Makalah Loka Karya, ( Jakarta : Kantor BP4 Pusat, 27
Maret 1997 ),
Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah,
Profil KUA Kecamatan Parungpanjang
Purwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004),
Sumarta, Keberadaan BP4 Sebagai Lembaga Penasihat : Majalah Nasihat
Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1995 ), edisi Mei No. 275,
AL-Nawawi, Syehk Al-Islam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Sarf, Riyadhu
Sholihin Min Kalami Sayyidi Al-Mursalin, (Syria-Indonesia: Maktaba Salim
ibn Sa’ad ibn Sya’ban Wa’khihi Ahmad).
Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Parungpanjang. Drs. H. Andi Mulyana
pada hari rabu 8 desember 2015
Hasan, Zamhari, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian : Majalah
Nasihat Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta : BP4 Pusat,1997), edisi Juni No.
301,