1
RINGKASAN HASIL KAJIAN/STUDI/PENELITIAN TAHUN 2015
Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia
dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015
Abstraksi
Kesiapan Indonesia dalam menghadapi bergulirnya Masyarakat ASEAN mulai 31 Desember 2015 sangat dipengaruhi oleh fungsi dan
efektivitas kelembagaan yang disiapkan oleh Pemerintah Indonesia. Dengan menggunakan kerangka pikir perencanaan pembangunan, reviu ini
menggali kelembagaan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Reviu ini mengidentifikasi bahwa masih terdapat berbagai persoalan dalam
hal kelembagaan, yang terkait dengan regulasi, perencanaan dan penganggaran serta pelibatan pelaku kepentingan sehingga persiapan menyambut
bergulirnya Masyarakat ASEAN di ketiga pilar belum optimal. Dari data yang didapatkan dan analisis yang dilakukan, reviu ini menyampaikan
rekomendasi kebijakan yang dapat diadopsi dalam jangka pendek dan jangka menengah.
1. Latar Belakang dan Permasalahan
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan organisasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya negara-negara
Asia Tenggara. ASEAN didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand pada 8 Agustus 1967, dan saat ini
keanggotaanya berkembang menjadi sepuluh negara dengan masuknya Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Vietnam. ASEAN telah berperan penting dalam memajukan kerjasama regional di Asia Tenggara dengan semangat equality dan
partnership untuk menciptakan perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran di kawasan. Mulai 31 Desember 2015, negara-negara
anggota ASEAN akan memasuki era Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Masyarakat ASEAN merupakan sebuah komunitas
yang beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam organisasi ASEAN yang menginginkan terwujudnya
perdamaian antar negara ASEAN dan ekonomi regional yang terintegrasi.1 Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar, yaitu Politik-
Keamanan, Ekonomi, dan Sosial-Budaya. Dengan adanya Masyarakat ASEAN, artinya sekat-sekat antarnegara menjadi semakin
pudar dan integrasi ASEAN sebagai sebuah kawasan menjadi semakin erat.
Arah kebijakan Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, dalam RPJMN II 2009-2014 dan RPJMN III 2014-2019 adalah
untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Pada RPJMN III, secara lebih spesifik Pemerintah Indonesia
menegaskan tentang peningkatan kesiapan domestik dalam menyongsong Masyarakat ASEAN yang mulai bergulir pada 31
Desember 2015. Pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN sangat penting untuk mencapai kepentingan nasional
Indonesia di ketiga pilar masyarakat ASEAN, baik untuk meningkatkan kemakmuran di dalam negeri, maupun untuk menjaga
stabilitas dan perdamaian di Kawasan Asia Tenggara.
Keberhasilan Indonesia di Masyarakat ASEAN akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan domestik, yang salah satunya
ditentukan oleh efektivitas kelembagaan di dalam negeri. Sejumlah pengamat dan hasil survey menunjukkan bahwa Indonesia, baik
Pemerintah maupun masyarakat belum siap menghadapi Masyarakat ASEAN. Hasil survey LIPI pada bulan Mei 2015
mengindikasikan bahwa Indonesia belum siap menghadapi Masyarakat ASEAN, dalam hal ini khususnya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). 2 Mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, juga menyampaikan bahwa terkait Masyarakat ASEAN,
Indonesia memiliki dua kelemahan, yaitu cenderung tidak memperhatikan standard setting dalam penentuan mekanisme rencana
kerja dan kurang pedulinya para pemangku kepentingan di Indonesia dalam pembentukan Masyarakat ASEAN. 3 Secara lebih
umum, terkait dengan kelembagaan, mantan Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
(UKP4) menyampaikan bahwa koordinasi antarlembaga di Indonesia masih sangat buruk, cara penanganan isu masih tidak sikron,
1 Berdasarkan Cebu Declaration on th Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015, dikutip dari http://www.asean.org/cebu-declaration-on-th-
acceleration-of-the-establishment-of-an-asean-community-by-2015/ pada tanggal 30 Januari 2015 pukul 15.52. 2 http://lipsus.kontan.co.id/v2/mea/read/281/Di-ASEAN-posisi-Indonesia-di-level-menengah-bawah
3 Konsultasi Nasional Visi Masyarakat ASEAN Pasca-2015, 5 Agustus 2015
2
dan satu kementerian sering tidak mengerti apa yang dilakukan oleh kementerian lainnya. 4 Dari kalangan dunia usaha, Ketua
Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Suryo Bambang Sulistio menyatakan keraguannya mengenai kesiapan Indonesia
menghadapi MEA karena pemerintah maupun dunia usaha belum mengintegrasikan program persiapan MEA seperti yang telah
dilakukan Singapura, Malaysia, dan Thailand. 5
Dengan mempertimbangkan sejumlah temuan mengenai persoalan kesiapan dan kelembagaan Indonesia tersebut, maka
reviu ini memutuskan untuk mengkaji kesiapan Indonesia dalam menghadapi bergulirnya Masyarakat ASEAN, dan secara lebih
khusus bertujuan untuk mencermati efektivitas kerangka kelembagaan Pemerintah RI dalam menangani isu ASEAN. Reviu ini
secara sistematis akan akan mengurai temuan terkait empat aspek, yaitu kelembagaan, regulasi nasional, perencanaan program dan
anggaran, serta pelibatan para pemangku kepentingan. Reviu ini akan berfokus pada pada proses internal yang terjadi di dalam
Pemerintah Indonesia, dan bukan pada proses diplomasi dan negosiasi di level regional.
2. Tujuan
Tujuan reviu ini adalah untuk menggali secara mendalam bagaimana kelembagaan yang selama ini telah dibangun oleh Pemerintah
Indonesia dalam menyongsong Masyarakat ASEAN, untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi kebijakan .
Beberapa pertanyaan utama yang akan dijawab oleh reviu ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah susunan/arrangement kelembagaan Pemerintah Indonesia dan stakeholder lainnya untuk menyambut Masyarakat
ASEAN selama ini sudah efektif?
2. Apa saja persoalan dan tantangan yang dihadapi dalam mempersiapkan Masyarakat ASEAN?
3. Aspek apa yang sudah berjalan dengan baik dan aspek apa yang masih perlu diperbaiki dalam mempersiapkan Masyarakat
ASEAN?
4. Bagaimana arrangement kelembagaan dan pembagian tugas ideal yang dapat mengoptimalkan upaya Indonesia menjalankan
arah kebijakan Pemerintah RI sesuai RPJMN terkait dengan ASEAN?
Reviu ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi Indonesia sebagai refleksi untuk menyempurnakan kelembagaan,
baik untuk Masyarakat ASEAN maupun untuk isu-isu lainnya. Reviu ini juga penting karena memaparkan kelembagaan, regulasi,
program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan dalam menyiapkan Indonesia untuk berperan dalam ASEAN, yang
masih tetap menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo.6 Kelembagaan yang kuat
dalam menyambut Masyarakat ASEAN 2015, dapat meningkatkan posisi diplomasi Indonesia dalam hubungan government-to-
government, baik di dalam Kawasan ASEAN maupun internasional.
Terkait dengan ruang lingkup, reviu ini berfokus pada kelembagaan Pemerintah Indonesia dalam mengangani isu ASEAN
secara umum, dan Masyarakat ASEAN secara lebih khusus. Menurut Geoffrey M. Hodgson, kelembagaan adalah sistem dan aturan
yang mengatur struktur interaksi sosial antar aktor.7 Fokus pada kelembagaan ini penting untuk diangkat guna meninjau kembali
efektivitas kelembagaan yang ada selama ini dan mengidentifikasi apa saja yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan peran dan
kepemimpinan Indonesia ke depannya di ASEAN. Topik kelembagaan ini unik karena penelitian tentang ASEAN selama ini
banyak menitikberatkan pada proses diplomasi dan kesiapan masing-masing negara, bukan spesifik pada kelembagaan negara
tersebut. Selain itu, alasan pembuatan reviu ini juga dilandasi oleh adanya dorongan penguatan Setnas ASEAN seperti yang
tercantum di dalam RPJMN Indonesia tahun 2015-2019. Berdasarkan RPJMN 2015-2019, perlunya penguatan Setnas ASEAN
tersebut merupakan respon atas masih lemahnya koordinasi antarlembaga dalam melaksanakan blue print Masyarakat ASEAN.8
3. Metodologi
3.1. Kerangka Analisis
4 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/14/11/06/nelo2t-indonesia-belum-siap-hadapi-pasar-bebas-asean
5 http://www.kemenperin.go.id/artikel/6317/Kadin-Ragukan-Kesiapan-RI-Sambut-AEC-2015
6 Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Majalah Masyarakat ASEAN Edisi 7: Membidik Peluang MEA.
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, p. 3-40. 7 Geoffrey M. Hodgson. 2006. What Are Institutions. Journal of Economic Issues. Vol. XL No. 1, p. 6.
8 Dikutip dalam RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 dalam Sub-Bab “Penguatan Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Butir Aksi Masyarakat ASEAN” p. 5-54.
3
Selama ini, kajian-kajian mengenai evaluasi terhadap Masyarakat ASEAN didominasi oleh kajian-kajian yang hanya
menfokuskan kepada pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN dan pencapaian Indonesia pada target yang telah ditetapkan di dalam
Cetak Biru MEA. Sedangkan kajian yang membahas koordinasi antar kementerian dan lembaga di Indonesia dalam menghadapi
Masyarakat ASEAN masih sangat terbatas. Kajian-kajian yang ada sekarang ini juga sedikit sekali membahas regulasi nasional
mengenai masyarakat ASEAN, perencanaan program dan anggaran dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, serta aspek pelibatan
pemangku kepentingan hingga ke tingkat pemerintah daerah.9
Beberapa contoh kajian yang spesifik membahas salah satu pilar dari Masyarakat ASEAN misalnya kajian yang ditulis oleh
Makmur Keliat dan tim, berjudul “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN”10
, kajian Deputi Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian Bappenas yang menunjukkan bahwa perekonomian daerah belum siap
untuk menghadapi persaingan terbuka dari luar negeri, dan kajian dari London School of Economics and Political Science (LSE)
yang menyimpulkan bahwa Pemerintah Indonesia cukup serius dalam mencapai kepentingan nasional di Masyarakat Ekonomi
ASEAN.11
Kajian ini kurang memperhatikan persoalan koordinasi, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku
kepentingan, yang memiliki kontribusi penting terhadap pencapaian kepentingan nasional Indonesia.
Beranjak dari minimnya kajian terkait kesiapan internal dan khususnya aspek kelembagaan, reviu ini mencoba melihat
Masyarakat ASEAN secara keseluruhan dari ketiga pilar, untuk membahas isu-isu penting terutama terkait dengan koordinasi,
regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan dalam menangani Masyarakat ASEAN di Indonesia.
Dengan menggunakan kerangka berpikir perencanaan pembangunan, reviu ini secara longgar mengadopsi empat koridor yang
selama ini diterapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan sebagai berikut:
a. Kerangka Kelembagaan;
Melakukan pemetaan mengenai lembaga yang turut berperan dalam koordinasi penyiapan Masyarakat ASEAN, struktur
hubungan antar lembaga tersebut, dinamika koordinasi dan komunikasi antarlembaga tersebut, serta menilai efektivitasnya.
b. Kerangka Regulasi;
Melakukan pemetaan peraturan perundangan yang sudah disusun terkait dengan pelaksanaan fungsi kelembagaan yang ada, dan
menilai efektivitasnya
c. Kerangka Program dan Anggaran;
Melakukan analisis program dan anggaran yang dilaksanakan dan dialokasikan pada masing-masing lembaga, dan menilai
efektivitas program dan anggaran tersebut.
d. Pelibatan pemangku kepentingan Masyarakat ASEAN.
Mencermati bagaimana lembaga-lembaga yang mendapatkan penugasan dalam menyiapkan Masyarakat ASEAN melibatkan
berbagai kepentingan terkait selama ini.
Empat koridor ini diadopsi sebagai kerangka analisis karena dinilai mampu memberikan panduan yang sejalan dengan kepentingan
kajian ini, yakni memberikan rekomendasi kebijakan yang langsung dapat ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan, bukan untuk
kepentingan kajian ilmiah semata.
3.2. Metode Pelaksanaan Kajian
Reviu ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk pengumpulan data, kajian ini menggunakan data primer yang
dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD), serta data sekunder melalui data-data dari
penelitian sebelumnya berupa jurnal, buku, dan artikel. Reviu ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai narasumber
dengan mempertimbangkan ketiga pilar Masyarakat ASEAN. Masalah kelembagaan dan koordinasi dari masing-masing pemangku
kepentingan akan dilihat melalui pumpunan (focal points) dan Kementerian/Lembaga teknis masing-masing pilar dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, serta koordinasi mereka kepada Setnas ASEAN-Indonesia. Pemerintah Daerah, pengusaha, dan
9 Makmur Keliat, dkk, “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN, (Depok: ASEAN Study Center FISIP UI, 2014), hal. 7.
10 Ibid.
11 Dionisius A. Narjoko dan Teguh. Y. Wicaksono. Achieving the ASEAN Economic Community Agenda: An Indonesian Perspective. LSE Publication Reports, p.
23-24.
4
akademisi juga dilibatkan sebagai narasumber selaku pihak-pihak yang turut berkepentingan dalam mensukseskan Masyarakat
ASEAN.
Sulawesi Selatan dan Jawa Timur dipilih menjadi lokasi pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal. Pertama, Sulawesi
Selatan dan Jawa Timur merupakan dua contoh provinsi yang paling maju di Indonesia, baik dari segi politik-keamanan, ekonomi,
dan sosial-budaya sehingga dapat dijadikan patokan bagaimana pelaksanaan kelembagaan Masyarakat ASEAN di provinsi tersebut.
Sulawesi Selatan mewakili Indonesia Bagian Timur dan Jawa Timur mewakili Indonesia Bagian Barat. Secara khusus, Jawa Timur
dinilai sebagai provinsi yang paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kedua, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur
sama-sama merupakan daerah hub Indonesia, dimana lalu-lintas manusia serta barang dan jasa baik dari dalam dan luar negeri
mayoritas berlangsung di dua Provinsi tersebut.
Reviu ini selanjutnya melakukan analisis kualitatif menggunakan kerangka berpikir yang telah disebutkan di bagian terdahulu
dalam menstrukturkan hasil analisis untuk menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi. Reviu ini mencatat adanya keterbatasan
dalam hal metodologi karena keterbatasan jumlah kunjungan lapangan, sehingga sulit untuk melakukan generalisasi terhadap
temuan-temuan yang terdapat di wilayah-wilayah observasi untuk cakupan yang lebih luas. Namun demikian, dengan banyaknya
narasumber di tingkat Pusat yang dilibatkan serta pemilihan daerah secara strategis, hasil reviu ini diharapkan cukup mampu
memberikan gambaran kesiapan kelembagaan Indonesia yang diperlukan untuk merumuskan kebijakan di masa mendatang.
3.3. Data
Reviu ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan FGD yang melibatkan lebih dari 40
narasumber dari kalangan Kementerian/Lembaga, peneliti, dan pengusaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen resmi
terkait ASEAN yang dikeluarkan oleh Pemerintah, buku, jurnal, hasil survey dan catatan serta hasil pertemuan koordinasi terkait
ASEAN.
4. Hasil Kajian dan Analisis
4.1. Hasil Kajian
4.1.1. Kelembagaan Pemerintah Indonesia terkait Masyarakat ASEAN 2015
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) secara tradisional merupakan lembaga pemerintah yang menjadi pumpunan (focal point)
dalam hubungan dan kerja sama luar negeri, termasuk ASEAN. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu adalah lembaga
yang merumuskan dan melaksanakan kebijakan, serta melakukan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri
dalam rangka kerjasama ASEAN. Piagam ASEAN yang disepakati tahun 2007 dalam Pasal 13 mengamanatkan bahwa setiap
negara anggota ASEAN wajib untuk memiliki sebuah Sekretariat Nasional (Setnas). Piagam ASEAN tersebut telah disahkan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 sehingga Indonesia wajib membentuk Setnas ASEAN-Indonesia. Keputusan Presiden
(Keppres) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 kemudian menetapkan bahwa Ditjen Kerjasama ASEAN Kemlu adalah
koordinator yang menjalankan Setnas ASEAN-Indonesia tersebut. Setnas ASEAN-Indonesia ini berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri.12
Tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia adalah sebagai berikut13
:
1. Sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat nasional;
2. Sebagai penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional;
4. Mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN;
5. Memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional;
6. Berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN.
12
Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, bagian Kesatu. 13
Ibid, bagian Ketiga
5
Struktur organisasi Setnas ASEAN-Indonesia terdiri atas (a) koordinator, (b) anggota, (c) penanggung jawab, (d) wakil
penanggung jawab, dan (e) sekretaris. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia terdiri dari 92 pejabat Eselon I dan setingkat Eselon I dari
48 K/L yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia yang dibagi ke dalam 3 (tiga) pilar
Masyarakat ASEAN. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu yang memiliki
kewenangan untuk memimpin koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga (K/L) pada Setnas ASEAN-Indonesia.
Koordinator dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh Sekretaris Setnas ASEAN-Indonesia, yaitu Sekretaris Direktorat
Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu.14
Setiap pilar Masyarakat ASEAN, yakni Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat
Sosial-Budaya ASEAN memiliki Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, dan Sekretaris. Penanggung Jawab adalah
Anggota Setnas ASEAN-Indonesia yang dipilih oleh Anggota pada pilar terkait untuk membantu Koordinator Setnas ASEAN-
Indonesia dalam koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi K/L untuk mendukung pencapaian masing-masing pilar. Setiap Penanggung
Jawab dibantu oleh Wakil Penanggung Jawab yang juga merupakan Anggota Setnas ASEAN-Indonesia serta Sekretaris.15
Setnas ASEAN-Indonesia bertugas melakukan pertemuan rutin sekurang-kurangnya 1 (kali) dalam 6 (enam) bulan atau
sewaktu-waktu bila diperlukan.16
Pertemuan ini diadakan oleh Koordinator dan dihadiri oleh seluruh anggota Setnas ASEAN-
Indonesia. Pertemuan ini membahas pelaksanaan tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia. Koordinator dapat mendelegasikan
kewenangannya pada Penganggung Jawab pilar. Penanggung Jawab Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN adalah Deputi II
Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam).
Wakil Penanggung Jawab pilar politik-keamanan adalah Direktur Politik dan Keamanan ASEAN Kemlu. Sekretaris pilar politik-
keamanan adalah Direktur Mitra Wicara dan Antarkawasan Kemlu.17
Badan-badan sektoral di bawah pilar politik-keamanan adalah
sebagai berikut:
No Badan Sektoral Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN Focal Point
ASEAN Political-Security Community Council Kemenko Polhukam
1. ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM) Kemlu
2. ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) Kemhan
3. ASEAN Regional Forum (ARF) Kemlu
4. ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) Polri dan Kemlu
5. ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) Perwakilan negara (Bpk. Rafendi
Djamin)
6. ASEAN Law Ministers Meeting (ALAWMM) Kemenkumham
7. Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Kemlu
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber18
Penanggung Jawab Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah Deputi VI Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional
Kementerian Koordinator Bidang Perekeonomian (Kemenko Perekonomian). Wakil Penanggung Jawab pilar ekonomi adalah Dirjen Kerja
14
Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di
Indonesia. 15
Ibid 16
Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, bagian Keenam. 17
Ibid 18
Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resmi Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN (http://www.asean.org/asean-political-security-community/) dan
wawancara mendalam dengan Bpk. Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Polhukam, pada tanggal 25 September 2015.
6
Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag). Sekretaris pilar ekonomi adalah Direktur Kerja Sama Ekonomi
ASEAN Kemlu.19
Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi adalah sebagai berikut:
Tabel 2 – Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi
No Badan Sektoral Masyarakat Ekonomi ASEAN Focal Point
ASEAN Economic Community Council Kemenko Perekonomian
1. ASEAN Economic Ministers (AEM) Kemendag
2. ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council) Kemendag
3. ASEAN Investment Area Council (AIA Council) BKPM dan Kemendag
4. ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM) Kemekeu
5. ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF) Kementan
6. ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) KemenESDM
7. ASEAN Ministerial Meeting on Minerals (AMMin) KemenESDM
8. ASEAN Ministerial Meeting on Science and Technology (AMMST) KemenristekDikti
9. ASEAN Telecommunications and IT Ministers Meeting (TELMIN) Kemenkominfo
10. ASEAN Transport Ministers Meeting (ATM) Kemenhub
11. ASEAN Tourism Ministers Meeting (M-ATM) Kemenpar
12. ASEAN Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC) -
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber20
Indonesia memiliki Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Komite Nasional ini dibentuk
supaya persiapan menuju MEA 2015 dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif untuk memberikan manfaat yang maksimal bagi
kepentingan nasional. Komite Nasional Nasional Persiapan MEA ditetapkan melalui Keppres No. 37 Tahun 2015. Komite Nasional
Persiapan MEA bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memberikan laporan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
atau sewaktu-waktu bila diperlukan.21
Ketua Komite Nasional Persiapan MEA adalah Menko Pereknomian. Menlu bertindak sebagai Wakil
Ketua I, Mendag sebagai Wakil Ketua II, dan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) sebagai Wakil Ketua III. Ketua Umum
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bertindak sebagai Sekretaris. Komite Nasional beranggotakan para menteri dan kepala dari K/L
terkait, para ketua Forum Gubernur, para rektor universitas, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), serta para
direktur BUMN dan pengusaha.22
Komite Nasional Persiapan MEA memiliki tugas mengoordinasikan persiapan pelaksanaan MEA; mengoordinasikan percepatan
peningkatan daya saing nasional dalam rangka pelaksanaan MEA; mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan
dalam persiapan dan pelaksanaan MEA serta peningkatan daya saing nasional; mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi kepada seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing
nasional.
Penanggung Jawab Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN adalah Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (PMK)23
. Wakil Penanggung Jawab pilar sosial-budaya ditetapkan sesuai badan sektoralnya. Sekretaris pilar sosial-
19
Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di
Indonesia. 20
Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resmi Masyarakat Ekonomi ASEAN (http://www.asean.org/asean-economic-community/) dan FGD dengan
narasumber Bpk. Benito Rio Avianto, Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Bidang Perekonomian, pada tanggal 20
Agustus 2015. 21
Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pasal 7. 22
Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pasal 3. 23
Dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia, Kemenko Bidang
PMK masih bernama Kemenko Bidang Kesejahteraan Rakyat.
7
budaya adalah Direktur Kerja Sama Fungsional ASEAN Kemlu.24
Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3 – Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya No Badan Sektoral Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN Focal Point
ASEAN Socio-Cultural Community Council Kemenko PMK
1. Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development (SOMSWD) Kemensos
2. Senior Officials Meeting Responsible for Culture and Arts (SOMCA) Kemendikbud
3. Senior Officials Meeting on Education (SOM-ED) Kemendikbud
4. ASEAN Senior Officials on the Environment (ASOEN) KLH
5. ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) BNPB
6. Senior Officials Meeting on Health Development (SOMHD) Kemenkes
7. Senior Labour Officials Meeting (SLOM) Kemenakertrans
8. Senior Officials Meeting Responsible for Information (SOMRI) Kemenkominfo
9. ASEAN Commission on the Promotion & Protection of the Rights of Women & Children (ACWC) Kemen PP & PA
10. ASEAN Committee on Women (ACW) Kemen PP & PA
11. Senior Officials Meeting on Rural Development and Poverty Eradication (SOMRDPE) Kemenko PMK
12. Senior Officials Meeting on Youth (SOMY) Kemenpora
13. ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS) Kemenpora
14. ASEAN Committee on Science and Technology (COST) KemenristekDikti
15. ASEAN Conference on Civil Service Matters (ACCSM) BKN
16. ASEAN Senior Officials on Drug Matters (SODM) BNN
Sumber: Hasil olahan dari wawancara mendalam25
24
Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di
Indonesia. 25
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kemenko
PMK, pada tanggal 16 November 2015.
8
4.1.2. Regulasi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015
Pemerintah Indonesia secara khusus telah membuat beberapa regulasi yang berkaitan dengan
persiapan Indonesia dalam menyambut Masyarakat ASEAN yang akan mulai dilaksanakan pada tanggal 31
Desember 2015. Regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah diantaranya:
1. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009
Dalam Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008, disebutkan bahwa semua Kementerian dan atau Lembaga
Negara beserta para Gubernur dan Walikota, wajib untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Fokus Program Ekonomi
Tahun 2008-2009 agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian sumber daya alam,
peningkatan ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Untuk melaksanakan tujuan dari Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009,
Presiden menunjuk Menteri Koordinator bidang Perekonomian yang bertindak sebagai koordinator dalam
mengkoordinasikan kegiatan yang dilaksanakan oleh para Menteri, Kepala Lembaga Negara, dan Gubernur,
serta Bupati atau Walikota.
2. Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 mengatur tentang pembagian kedudukan, tugas dan fungsi
kementerian negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon I Kementerian Negara. Peraturan
Presiden ini juga mengatur tentang Kementerian Koordinator. Masing-masing Kementerian Koordinator pada
akhirnya menjadi pumpunan (focal point) bagi masing-masing pilar Masyarakat ASEAN.
3. Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat
Ekonomi ASEAN Tahun 2011
Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 mengatur tentang instruksi Presiden Republik Indonesia kepada
para Kementerian dan atau Lembaga dalam pelaksanaan komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN
untuk mendukung peningkatan iklim investasi dan perdagangan serta meningkatkan daya saing nasional.
4. Keputusan Presiden (Keppres) No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat
Nasional ASEAN Indonesia
Keputusan Presiden (Keppres) No. 23 Tahun 2012 mengatur tentang susunan keanggotaan Sekretariat
Nasional (Seknas) ASEAN-Indonesia. Sesuai dengan amanat Pasal 13 Piagam ASEAN dan telah disahkan
dengan Undang-Undang No. 38 tahun 2008, Indonesia wajib membentuk Setnas ASEAN-Indonesia. Dalam
Keputusan Presiden No. 23 tahun 2012, disebutkan bahwa kedudukan Seknas ASEAN-Indonesia adalah
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri. Seknas ASEAN-
Indonesia dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia.
5. Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014 membahas Komite Nasional persiapan pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Untuk membantu pelaksanaan tugas Komite Nasional, dibentuk Tim
Pelaksana dan Tim Kerja Daerah. Susunan keanggotaan, tugas, dan tata kerja Tim Pelaksana dan Tim Kerja
Daerah ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Nasional. Tim
Pelaksana dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesiadan didukung oleh
Sekretariat Komite Nasional.
6. Instruksi Presiden No. 6 tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Instruksi Presiden No. 6 tahun 2014 membahas peningkatan daya saing nasional dalam rangka
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing nasional dan
kesiapan menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Presiden memberi instruksi kepada
beberapa pihak yaitu para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Sekretaris Kabinet, Jaksa Agung, Kepala
9
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Gubernur,
Para Bupati/Walikota.
7. Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Nasional ASEAN di Indonesia
Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 tahun 2014 mengatur tentang organisasi dan tata kerja Setnas
ASEAN-Indonesia. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN
yang karena kedudukannya, memiliki kewenangan untuk memimpin pelaksanaan fungsi koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-
Indonesia adalah Pejabat dalam Kementerian dan Lembaga terkait yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas
Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dibagi ke dalam tiga pilar Masyarakat ASEAN.
Setnas ASEAN-Indonesia terdiri atas Koordinator; Anggota; Penanggung Jawab; Wakil Penanggung
Jawab; dan Sekretaris. Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN selaku Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia
mempunyai tugas dan fungsi mengkoordinasikan kegiatan Setnas ASEAN-Indonesia pada tingkat nasional;
mengkoordinasikan penyimpanan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional;
mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional; mengkoordinasikan
persiapan-persiapan nasional untuk pertemuanpertemuan ASEAN; mengkoordinasikan kegiatan pemajuan
identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; dan mengkoordinasikan kegiatan kontribusi
pembentukan Komunitas ASEAN.
Anggota Setnas ASEAN-Indonesia yang berjumlah 92 pejabat Eselon I dan setingkat Eselon I dari 48
Kementerian dan Lembaga mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan Setnas ASEAN-Indonesia
pada tingkat nasional; penyimpanan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional;
keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional; persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-
pertemuan ASEAN; kegiatan pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibagi ke dalam tiga pilar yakni Komunitas Politik dan Keamanan
ASEAN; Komunitas Ekonomi ASEAN; dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
Untuk daerah, Provinsi Sulawesi Selatan belum memiliki regulasi khusus terkait dengan Masyarakat
ASEAN. Berbeda dengan Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Timur telah menata ulang regulasi terkait
Masyarakat ASEAN. Terdapat beberapa regulasi yang berguna untuk melindungi rakyat dan konsumen saat
diberlakukannya MEA.
1.1.3. Perencanaan Program dan Anggaran Menyambut Masyarakat ASEAN
Arah kebijakan Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009 – 2014 dan
RPJMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Pada
RPJMN III, secara lebih spesifik Pemerintah Indonesia juga menegaskan tentang peningkatan kesiapan
domestik dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah mulai bergulir pada 31 Desember
2015.
Dalam mencapai pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, maka Pemerintah
Indonesia telah memiliki beberapa program dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Misalnya, Kemenko
Perekonomian membentuk National Single Window (NSW) untuk menjaga kepentingan nasional dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kemendag juga telah memiliki beberapa program khusus untuk
menyambut MEA yaitu Certificate of Origin (CO), sistem Rule of Origin (ROO) dan AEC Centre. Kemlu
telah membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA) di berbagai universitas di Indonesia. Untuk mendukung
sosialisasi Masyarakat ASEAN, selain membentuk PSA dan melakukan berbagai seminar dan workshop,
Kemenlu juga telah membuat suatu dokumen khusus yang berjudul “Ayo Kita Kenali ASEAN”.26
Kemenko
Polhukam memiliki desk Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Desk ini berguna untuk meningkatkan
kesiapan Indonesia menghadapi masyarakat ASEAN 2015. Sementara itu, Kemenko PMK belum memiliki
26
Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN. Dikutip dari
http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pdf pada tanggal 25
Oktober 2015.
10
program khusus dalam menyambut Masyarakat ASEAN.27
Kemenko PMK hanya memiliki beberapa
program yang terkait isu-isu terkini di bidang sosial dan budaya dalam menyambut Masyarakat ASEAN,
seperti misalnya program poros sentra pelatihan dan pemberdayaan TKI, sertifikasi internasional bagi
perawat. Namun, program-program tersebut bukan merupakan program khusus dalam menyambut
Masyarakat ASEAN. Terkait anggaran, Kemenko PMK memiliki anggaran terkait ASEAN meskipun tidak
besar jumlahnya dan anggaran tersebut biasanya digunakan untuk menghadiri sidang-sidang atau pertemuan
ASEAN.
Bappenas menemukan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah menyiapkan
beberapa program seperti pendirian Balai Latihan Kerja, membina mahasiswa untuk menjadi pengusaha
baru. Namun, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tidak secara khusus membuat program-program tersebut
untuk menyambut MEA. Sementara itu, Provinsi Jawa Timur telah menyiapkan beberapa program dalam
mensukseskan Masyarakat ASEAN, di bawah satu renaksi percepatan MEA untuk Jawa Timur. Strategi
Jatim untuk menghadapi MEA adalah “menyerang” dan “bertahan”. Pertama, “menyerang” adalah dengan
menyiapkan daya saing UMKM, seperti standardisasi produk-produk UMKM secara gratis dan standardisasi
keliling untuk menjangkau ke daerah-daerah. Kedua, strategi “bertahan” adalah dengan meningkatkan SDM,
misalnya dengan membuat “SMK Mini” di pondok pesantren supaya para lulusan SMK siap kerja. Strategi
“bertahan” adalah salah satu bentuk strategi Pemerintah Jawa Timur dalam melindungi produk-produk local,
misalnya dengan mensyaratkan agar produk dan tenaga kerja dari negara ASEAN memenuhi standard dan
kompetensi tertentu. Pemprov Jatim mendirikan Kantor Perwakilan Dagang di dalam maupun luar negeri
yang memperkerjakan orang di luar Pemprov antara lain sebagai market intelligence Gubernur Jatim.
1.1.4. Pelibatan Pemangku Kepentingan
Pemerintah Pusat mengoordinasikan kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia melalui Setnas
ASEAN-Indonesia. Keberhasilan Masyarakat ASEAN ini tidak dapat tercapai jika Pemerintah Pusat tidak
melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengan Masyarakat ASEAN. Para
pemangku kepentingan ini antara lain pemerintah daerah, kalangan pengusaha, dan akademisi.
Pemerintah Daerah
Dalam kaitannya dengan pelibatan Pemerintah Daerah, reviu ini melihatnya pada ada tidaknya
pedoman (guideline) dari Pemerintah Pusat untuk Pemerintah Daerah terkait persiapan Masyarakat ASEAN,
serta ada tidaknya fasilitas persiapan Masyarakat ASEAN oleh Pemerintah Pusat. Berdasarkan wawancara
mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, Pemerintah Pusat selama ini tidak memberikan guideline yang jelas
kepada Pemerintah Daerah terkait dengan Masyarakat ASEAN, terutama MEA. Ketiadaan guideline tersebut
membuat Pemda Jawa Timur akhirnya melakukan inisiatif sendiri dalam persiapan Masyarakat ASEAN.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, memberi mandat kepada Wakil Gubernur serta Asisten II untuk membuat
rencana aksi (renaksi) percepatan MEA untuk Jawa Timur. Mengenai kelembagaan, memang tidak secara
eksplisit dibentuk satu kelembagaan khusus, namun tetap ada koordinasi intens oleh Asisten II dengan SKPD
terkait. Koordinasi tersebut adalah terkait penyusunan peta jalan (roadmap) terkait MEA.28
Ketiadaan guideline juga membuat inisiatif daerah berbenturan dengan kebijakan Pusat. Contohnya di
Jawa Timur adalah mengenai impor garam.29
Pada tahun 2011, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan
Peraturan Gubernur (Pergub) larangan impor garam untuk melindungi petani garam dari masuknya garam
impor. Akan tetapi, pada tahun 2015 Pemerintah Pusat melalui Permendag 125/M-DAG/PER/12/2015
mengadopsi kebijakan yang lebih terbuka dengan menghapus pembatasan masa impor garam konsumsi,
menghapus ketentuan harga patokan garam, meniadakan kewajiban importir garam untuk menyerap garam
rakyat. Gubernur Soekarwo merespon kritis kebijakan tersebut dan memutuskan tetap mengacu kepada
kebijakan lama sesuai Pergub.30
Selain ketiadaan guideline, sosialisasi oleh Pemerintah Pusat untuk mempersiapkan Masyarakat
ASEAN di daerah juga masih minim. Minimnya sosialisasi membuat pengetahuan daerah akan ASEAN
27
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada tanggal 16 November 2015. 28
Berdasarkan keterangan dari Bapak Sigit Panuntun, Kepala Sub-Bidang Koperasi dan UMKM Bappeda Jawa Timur saat
wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20 Oktober 2015. 29
Ibid 30
Andi Nurroni, ” Gubernur Jatim Keberatan Kebijakan Impor Garam”, diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/20/o19bbl365-gubernur-jatim-keberatan-kebijakan-impor-garam pada
tanggal 23 Januari 2016.
11
masih terbatas. ASEAN masih dipandang sebagai agenda Pemerintah Pusat, bukan untuk menjadi
kepentingan mereka.
Pengusaha
Para pelaku usah adalah pihak yang akan berkompetisi langsung dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN, sehingga upaya untuk merangkul mereka sangat vital untuk kesuksesan Indonesia di Masyarakat
ASEAN. Kalangan usaha telah dimasukkan dalam susunan keanggotan Komite Nasional Percepatan MEA,
antara lain terdapat Ketua Umum Apindo, Ketua Umum Kadin, Ketua Umum Hipmi, dan beberapa direktur
perusahaan besar Indonesia.31
Gradasi pengusaha Indonesia sangat beragam tergantung dari skala bisnisnya, mulai dari Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), industri semi-mapan, hingga perusahaan besar.32
UMKM merupakan
sektor esensial yang dirangkul Pemerintah Pusat karena perekonomian Indonesia banyak ditopang oleh
UMKM, serta adanya kekhawatiran bahwa UMKM tidak bisa bersaing dalam Pasar Bebas ASEAN. Oleh
karena itu, UMKM diberi pendampingan untuk akses permodalan, kemudahan izin, dan bimbingan teknis.
Kementerian Koperasi dan UKM memiliki Pusat Layanan Unit Terpadu (PLUT), yaitu klinik UMKM yang
mengadvokasi pelaku UMKM yang baru memulai atau ingin mengembangkan bisnis melalui bimbingan
teknis oleh konsultan. UMKM juga diikutsertakan dalam pameran-pameran di luar negeri untuk membuka
pasar serta memperkenalkan produk-produk Indonesia.33
Kementerian Perdagangan juga telah mempermudah
para eksportir dengan didirikannya AEC Centre sebagai pusat informasi mengenai Masyarakat Ekonomi
ASEAN, penerbitan Certificate of Origin (CoO) yang semakin mudah, sistem Rules of Origin (RoO) untuk
cek asal barang, sistem self-certification eksportir yang bekerja sama dengan Bea Cukai, serta telah ada 86
lokasi yang sudah terintegrasi online dalam e-SKA.34
Akademisi
Akademisi merupakan pihak yang dapat membantu Pemerintah Pusat untuk merumuskan kebijakan
serta strategi dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Pemerintah Pusat melalui Kemlu bekerja sama dengan
perguruan tinggi dengan membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA), antara lain di Universitas Gadjah Mada,
Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas
Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas
Pattimura, Universitas Udayana, Universitas 17 Agustus, London School of Public Relations, Universitas
Narotama, dan Universitas Sumatera Utara.35
Pusat studi ini dimaksudkan sebagai pusat riset dan corong
sosialisasi mengenai ASEAN kepada publik. Kalangan akademisi juga telah dimasukkan dalam susunan
keanggotan Komite Nasional Percepatan MEA.36
Reviu ini telah mewawancarai akademisi dari PSA Universitas Indonesia serta PSA Universitas
Airlangga untuk mendapat gambaran mengenai kelangsungan PSA di Indonesia. Berbagai permasalahan
masih dihadapi oleh PSA di berbagai perguruan tinggi, antara lain tidak mendapatkan guideline (Standard
Operating Procedure) yang jelas dari Pemerintah Pusat (Kemlu) mengenai tugas dan fungsi PSA, tidak ada
maintenance dari Kemlu setelah MoU pendirian PSA disepakati, sehingga PSA menjad institusi yang sangat
loose.37
PSA juga tidak mendapatkan dana rutin dari Kemlu untuk operasionalnya, sehingga ruang gerak
PSA terbatas.
1.1.5. Pengalaman Thailand
Kalangan akademisi menilai Thailand sebagai salah satu negara ASEAN yang paling siap
menyongsong Masyarakat ASEAN. Meskipun sering terjadi instabilitas politik di Thailand, siapapun
pemerintah yang berkuasa akan selalu menempatkan ASEAN sebagai isu utama yang dibawa ke Parlemen. 31
Presiden Republik Indonesia, Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN. 32
Berdasarkan penjelasan Ibu Sherly Susilo, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam FGD di tingkat Pusat, pada tanggal 20
Agustus 2015. 33
Ibid 34
Berdasarkan penjelasan Ibu Mila K. Bishry, Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan dalam FGD di tingkat
Pusat, pada tanggal 20 Agustus 2015. 35
Berdasarkan penjelasan Bpk. Benito Rio Avianto, Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional
Kemenko Bidang Perekonomian dalam FGD Pusat di Jakarta, pada tanggal 20 Agustus 2015. 36
Presiden Republik Indonesia, Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN. 37
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Ibu Asra Virgianita, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia,
pada tanggal 1 Oktober 2015.
12
ASEAN memiliki arti penting bagi Thailand. Negara ini merupakan salah satu pendiri ASEAN pada tahun
1967, bahkan deklarasi pendirian ASEAN pun dicanangkan di ibukota negara tersebut. Indonesia dapat
melakukan refleksi dari pengalaman Thailand sebagai negara sahabat di ASEAN agar secara bersama dapat
mensukseskan Masyarakat ASEAN per 31 Desember 2015.
Susunan kelembagaan Thailand terkait Masyarakat ASEAN pada dasarnya hampir sama dengan
Indonesia, namun Thailand lebih unggul dalam implementasi program-programnya sehingga gaung
Masyarakat ASEAN dapat dirasakan hingga ke pelosok daerah. Model kelembagaan Thailand untuk
Masyarakat ASEAN adalah top-down, yaitu dari sentral ke lokal, dari pusat ke daerah. Kementerian Luar
Negeri merupakan focal point dari kelembagaan Masyarakat ASEAN Thailand. Kementerian Luar Negeri
mempersiapkan segala sesuatu mengenai ASEAN, seperti menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi serta
mengoordinasi berbagai Kementerian/Lembaga terkait. Kementerian Luar Negeri juga bertindak sebagai
focal point untuk Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN bersama dengan Kementerian Pertahanan sebagai
wakilnya. Sementara itu, Kementerian Perdagangan bertindak sebagai focal point Masyarakat Ekonomi
ASEAN dan Kementerian Kemanan Manusia dan Pembangunan Sosial menjadi focal point Masyarakat
Sosial-Budaya ASEAN. Ketiga focal points memiliki badan-badan sektoral di bawahnya yang menangani isu
yang lebih teknis.38
Thailand juga memiliki Komite Nasional ASEAN yang diketuai oleh Menteri Luar
Negeri di bawah pengawasan Perdana Menteri, dengan anggota dari kalangan swasta, seperti serikat dagang,
industri, dan investasi serta lembaga think-tank dan organisasi masyarakat sipil. Terdapat pertemuan-
pertemuan rutin dalam Komite Nasional ASEAN. Setiap Kementerian/Lembaga harus melapor pada sub-
komite yang nantinya akan melapor ke Komite Nasional.39
Thailand memiliki sebuah grand strategy nasional mengenai bagaimana Thailand dapat membantu
ASEAN untuk mempersempit kesenjangan serta meningkatkan konektivitas di antara negara anggotanya.
Setiap Kementerian/Lembaga di Thailand harus memiliki rencana kerja (work plan) dan dapat mengajukan
proyek mengenai ASEAN yang harus mengacu pada grand strategy tersebut. Perdana Menteri adalah pihak
yang melakukan koordinasi dan mengumpulkan semua work plan tersebut, kemudian dipilih sesuai
prioritasnya. Formulasi kebijakan juga dikoordinasikan dengan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi. Mengenai anggaran, Thailand memiliki anggaran yang cukup besar untuk Masyarakat ASEAN.
Setiap Kementerian/Lembaga dapat mengajukan anggaran, yang kemudian dikelompokkan dalam klaster-
klaster berdasarkan prioritasnya, baru kemudian anggaran dialokasikan. Kementerian Keuangan adalah yang
mengatur urusan anggaran tersebut. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi adalah yang akan
memonitor anggaran tersebut agar sejalan dengan strategi nasional mengenai ASEAN.40
Pemerintah Thailand
memiliki program sosialisasi Masyarakat ASEAN hingga ke daerah-daerah. Pemerintah Thailand juga telah
melakukan promosi di media-media sejak tahun 2013 yang ditangani oleh Departemen Informasi Publik yang
berada langsung di bawah Perdana Menteri.
Pemerintah Pusat Thailand melibatkan Pemerintah Daerah, pengusaha, media massa, dan akademisi
sebagai pemangku kepentingan Masyarakat ASEAN, melalui Komite Nasional ASEAN yang bekerja sama
dengan Kementerian Dalam Negeri, melalui Kementerian Perdagangan sebagai koordinator kunci dari
pelibatan pengusaha, terutama UMKM, dan melalui Departemen Informasi Publik untuk turut melibatkan
media-media swasta dalam meningkatkan kesadaran mengenai Masyarakat ASEAN, serta menggunakan
Pusat Studi ASEAN yang berada baik di dalam maupun luar kampus sebagai lembaga think-tank. Para
akademisi juga dilibatkan dalam proyek untuk meningkatkan daya saing UMKM lokal dengan meningkatkan
value added produk mereka.41
1.2. Analisis Permasalahan
Reviu ini menemukan bahwa kelembagaan yang telah dibangun Pemerintah Indonesia saat ini belum
berperan optimal dalam mensukseskan persiapan Indonesia menuju Masyarakat ASEAN. Masih terdapat
berbagai persolaan dalam kelembagaan tersebut, antara lain pada tahap perencanaan, proses koordinasi,
hingga kelembagaan Setnas ASEAN-Indonesia itu sendiri.
1.2.1. Persoalan Perencanaan dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia
38
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN,
pada tanggal 30 Oktober 2015. 39
Ibid 40
Ibid 41
Op. Cit., wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, 30
Oktober 2015.
13
RPJMN 2015-2019 sebagai dokumen resmi perencanaan pembangunan nasional telah menyebutkan
tentang ASEAN. RPJMN 2015-2019 dalam bab Politik Luar Negeri menyebutkan bahwa salah satu arah
kebijakan bidang politik luar negeri adalah “meningkatkan kesiapan publik domestik dan meningkatnya
peran (kontribusi) dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN”.42
Cara untuk mencapainya antara lain dengan
“intervensi kebijakan pemerintah terkait Masyarakat ASEAN; penguatan kapasitas domestik dalam
pembentukan Masyarakat ASEAN; penguatan kelembagaan untuk mendukung pemantapan pelaksanaan
Masyarakat ASEAN; penguatan kemitraan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya”.43
Sementara itu,
dalam bab Kerja Sama Ekonomi Internasional disebutkan bahwa arah kebijakan ekonomi ekonomi
internasional adalah “mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, khususnya melalui peningkatan ekspor, pariwisata, dan investasi, bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat”.44
Salah satu strategi untuk mencapainya adalah dengan meningkatkan daya saing
nasional untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Meskipun kelembagaan ASEAN telah disebutkan dalam RPJMN 2015-2019 sebagai dokumen
perencanaan nasional, hal tersebut belum secara optimal mendukung persiapan pembentukan Masyarakat
ASEAN, karena beberapa alasan. Pertama, belum ada grand strategy nasional mengenai Masyarakat ASEAN
yang berperspektif helicopter view dengan mencakup ketiga pilar. Indonesia seharusnya memiliki grand
strategy yang melihat keseluruhan pilar dan mengkonsolidasikan ketiganya, yang idealnya dirumuskan oleh
Setnas ASEAN-Indonesia sebagai lembaga yang menaungi seluruh pilar. Saat ini setiap pilar bekerja sendiri-
sendiri, tidak ada suatu strategi yang menjadi pegangan bersama, terlebih untuk isu cross-cutting yang
melibatkan ketiga pilar, misalnya mengenai isu perdagangan manusia. Kedua, Indonesia belum memiliki
guideline yang jelas mengenai kelembagaan dan pelaksanaan komitmen tiap pilar. MEA merupakan pilar
yang lebih terdepan dalam hal ini, yaitu dengan adanya Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru MEA Tahun 2011 yang memuat matriks berisi program, tindakan, keluaran, target
penyelesaian, sasaran, dan penanggung jawab dari masing-masing komitmen yang berada dalam Cetak
Biru.45
Meskipun demikian, matriks tersebut belum menjamin semuanya berjalan optimal karena kurangnya
pengawasan dalam menjaga kelangsungan komitmen.
Perkembangan kelembagaan dan strategi MEA yang lebih kompleks dibandingkan dengan pilar yang
lain dinilai sebagai hal yang wajar. Hal ini tidak hanya ditemui di Indonesia, di Thailand pun MEA
merupakan pilar yang paling mendapatkan perhatian dibandingkan pilar lainnya karena dampaknya dianggap
lebih terlihat dan dirasakan langsung (tangible results).46
1.2.2. Persoalan Koordinasi dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia
Ketiadaan grand strategy yang jelas mengenai kelembagaan Masyarakat ASEAN, seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, membuat proses koordinasi antar Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan
lainnya menjadi tidak efektif. Reviu ini mengidentifikasi bahwa masalah koordinasi Masyarakat ASEAN
meliputi ketidakjelasan garis koordinasi, adanya ego sektoralisme, adanya rasa tidak percaya, dan minimnya
pertemuan nasional yang mempertemukan semua pihak.
Pertama, belum terbangun pengertian di semua pihak mengenai garis koordinasi yang ada, mengenai
siapa yang memegang kepemimpinan dan apa tugas masing-masing dalam kelembagaan Masyarakat
ASEAN. Hal ini menimbulkan gap ekspektasi antara lembaga satu dengan lembaga lainnya. Sebagai contoh,
Setnas ASEAN-Indonesia memandang bahwa Sekretariat Nasional lebih berfungsi untuk memberikan
konsultasi nasional terkait Masyarakat ASEAN, oleh karena itu yang seharusnya lebih proaktif menjadi
koordinator adalah para Kemenko.47
Sementara itu, di lain pihak, berdasarkan wawancara mendalam dengan
beberapa narasumber yang berasal dari Kementerian Koordinator, banyak narasumber yang menilai Setnas
ASEAN-Indonesia adalah pihak yang seharusnya lebih proaktif dalam koordinasi nasional.
Kedua, terdapat egosektoralisme di antara K/L, terutama di lembaga yang sangat teknis.
Egosektoralisme muncul ketika K/L terlalu berfokus pada sektor yang mereka kerjakan saja, tanpa ada
42
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014, Lampiran Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019, p. 5-43. 43
Ibid 44
Ibid, hal. 3-122 45
Presiden Republik Indonesia, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen
Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011. 46
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN,
pada tanggal 30 Oktober 2015. 47
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada
tanggal 14 September 2015.
14
keinginan untuk memahami apa yang dikerjakan oleh sektor lainnya. Salah satu Kementerian Koordinator
menyatakan bahwa mereka selalu mengundang Kementerian Koordinator lain dalam diseminasi tentang
ASEAN, namun tidak ada yang datang. Sementara itu, bila mereka diundang oleh K/L lain, mereka selalu
datang.48
Tantangan global dalam isu politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya semakin kompleks
dengan munculnya isu-isu yang bersifat cross-cutting. Namun yang terjadi saat ini adalah antarpilar tidak
bekerja sama.
Ketiga, reviu ini mencatat adanya keraguan Kemlu terhadap biro yang menangani kerja sama
internasional di K/L lain. Menjelang bergulirnya MEA, banyak K/L yang membuat biro kerja sama luar
negeri. Hal ini di satu sisi diakui Kemlu dapat memudahkan proses kerja sama luar negeri. Namun, Kemlu
sering tidak diinformasikan mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh biro kerja sama luar negeri tersebut.
Mereka sering kali baru melapor ke Kemlu bila terdapat masalah. Sementara itu, Komisi I DPR RI masih
menganggap seluruh kerja sama luar negeri adalah tanggung jawab Kemlu. Kemlu adalah yang dimintai
keterangan bila terdapat masalah, padahal masalah tersebut dilakukan oleh K/L lain. Inilah yang memicu
keraguan tersebut.49
Keempat, minimnya pertemuan nasional secara berkala untuk koordinasi Masyarakat ASEAN.
Minimnya pertemuan dapat menghambat terbentuknya jalur komunikasi, sehingga engagement antar
pemangku kepentingan menjadi kurang. Forum pertemuan nasional ini seharusnya bisa menjadi mekanisme
check and balances perkembangan tiap K/L dalam melaksanakan komitmen Masyarakat ASEAN. Bahkan,
FGD reviu ini mendapatkan apresiasi sebagai forum yang pertama kalinya mempertemukan para pemangku
kepentingan, yaitu K/L, pengusaha, dan akademisi untuk duduk bersama. Apresiasi tersebut mengindikasikan
bahwa belum ada forum yang dapat mempertemukan mereka sebelumnya.50
1.2.3. Permasalahan Setnas ASEAN-Indonesia
Reviu ini melihat bahwa Setnas ASEAN-Indonesia masih memiliki masalah garis koordinasi
kelembagaan, masalah Sumber Daya Manusia, serta masalah anggaran.
Pertama, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki masalah garis koordinasi kelembagaan. Koordinator
Setnas ASEAN-Indonesia, menurut Keppres Nomor 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan
Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia, adalah Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu yang
bertanggung jawab kepada Menteri Luar Negeri dan Presiden. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia
membawahi tiga Penanggung Jawab Pilar, yaitu Kemenko Polhukam untuk pilar politik-keamanan, Kemenko
Perekonomian untuk pilar ekonomi, dan Kemenko PMK untuk pilar sosial-budaya. Secara kelembagaan
negara, seharusnya posisi Kementerian Koordinator berada di atas K/L Sektoral. Akan tetapi, dalam Setnas
ASEAN-Indonesia posisi Kementerian Koordinator berada di bawah K/L sektoral, yaitu Kementerian Luar
Negeri yang pada dasarnya berada di bawah koordinasi Kemenko Polhukam.
Kedua, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki masalah Sumber Daya Manusia. Lembaga yang krusial
untuk keberhasilan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN ini dikerjakan hanya oleh beberapa orang.
Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia seharusnya adalah Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu.
Akan tetapi, dikarenakan padatnya kesibukan Dirjen, maka pihak yang secara teknis menjalankan fungsi
Setnas ASEAN-Indonesia adalah seorang Ketua Pelaksana Harian dengan dibantu empat orang lainnya.51
Bappenas mewawancarai Ketua Pelaksana Harian yang pada saat wawancara memegang jabatan sementara.
Jabatan sebagai Ketua Pelaksana Harian diberikan saat beliau memiliki jeda waktu sebelum ditugaskan
menjadi Duta Besar. Pengurus Setnas ASEAN-Indonesia yang lain juga memiliki pekerjaan di bagian lain
Kemlu. Artinya, Setnas ASEAN-Indonesia tidak dijalankan oleh Sumber Daya Manusia yang benar-benar
ditugaskan hanya untuk menjalankan Setnas.
Ketiga, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki masalah anggaran. Setnas ASEAN-Indonesia memiliki
anggaran yang sangat terbatas, yaitu sekitar Rp1,2 Miliar untuk menjalankan operasional selama setahun.52
Sementara itu, menurut Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-
Indonesia, Setnas diharapkan dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat
nasional, penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional, mengoordinasikan
48
Berdasarkan pernyataan seorang pejabat Kementerian Koordinator dalam FGD di Jakarta Pusat, 20 Agustus 2015. Off the
record. 49
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seorang pejabat Kemlu. Off the record. 50
Berdasarkan pernyataan Ibu Mila K. Bishry, Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan dalam FGD Pusat, pada
tanggal 20 Agustus 2015. 51
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bpk. Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada
tanggal 14 September 2015. 52
Ibid
15
pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional, mengoordinasikan dan mendukung
persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN, memajukan identitas dan kesadaran
ASEAN pada tingkat nasional, dan berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN. Anggaran yang
tersedia selama ini tidak cukup untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut. Anggaran Setnas ASEAN-
Indonesia pada akhirnya lebih banyak terserap untuk kegiatan menghadiri sidang-sidang ASEAN.53
1.2.4. Permasalahan Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia
Regulasi nasional yang selama ini dibuat oleh Pemerintah Indonesia masih mengalami tumpang
tindih dan ketidaksinkronan, sehingga menyebabkan Indonesia belum dapat mempersiapkan dirinya dengan
baik dalam Masyarakat ASEAN. Contohnya, jika dilihat dari sudut pandang tugas dan fungsi Setnas
ASEAN-Indonesia, maka sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki
kedudukan dan kewenangan dalam mengatur dan mengkoordinasikan fungsi koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi Kementerian / Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Seperti halnya yang tertuang dalam
Keppres No. 23 tahun 2012, maka yang menjalankan tugas sebagai ketua dari Setnas ASEAN-Indonesia
adalah Dirjen Kerjasama ASEAN. Padahal, Dirjen Kerjasama ASEAN secara struktural adalah pejabat
eselon I, sedangkan anggota dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah juga pejabat eselon I dari masing-masing
kementerian atau lembaga, maka kedudukan Ketua Setnas ASEAN-Indonesia tidak lebih tinggi daripada
anggotanya. Hal inilah yang menyebabkan Setnas ASEAN-Indonesia belum bisa menjalankan tugas dan
fungsi komunikasinya dengan optimal
Selain itu, masih banyak juga pemangku kepentingan terutama dari Kementerian atau Lembaga yang
belum mengetahui bahwa berdasarkan Permenlu No.2 tahun 2014, masing-masing dari 48 Kementerian atau
Lembaga wajib untuk mendelegasikan satu atau dua orang pejabat eselon I nya untuk menjadi anggota Setnas
dan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014. Karena anggota Setnas
ASEAN-Indonesia masih sebatas pejabat dari Kementerian / Lembaga, maka fungsi check and balances nya
hampir tidak ada karena pada dasarnya pejabat eselon I dari masing-masing Kementerian / Lembaga tersebut
telah memiliki tugas pokok dan fungsi utama di kementerian masing-masing, sehingga tugas dan fungsi
sebagai anggota Setnas ASEAN-Indonesia menjadi terbengkalai.54
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014, Komite Nasional merupakan panitia nasional
persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini berarti Komite Nasional hanya khusus
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pilar ekonomi. Presiden Indonesia sejauh ini
belum membuat Komite Nasional untuk pilar-pilar lainnya, padahal dalam Piagam ASEAN, Indonesia
berkomitmen tidak hanya kepada pilar ekonomi namun juga pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan
budaya. Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Komite Nasional
untuk persiapan Masyarakat Sosial dan Budaya perlu dibuat agar implementasi dari program masing-masing
pilar dapat diturunkan hingga ke level Pemda. Hal ini dikarenakan Setnas ASEAN-Indonesia tidak memiliki
unit kerja (Tim Kerja Daerah) hingga ke level daerah. Satu-satunya yang telah memiliki Tim Kerja Daerah
adalah Komite Nasional persiapan MEA. Pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan untuk membentuk
Komite Nasional untuk dua pilar lainnya dan kemudian masing-masing koordinator dari Komite Nasional
berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia sehingga pola koordinasinya dapat lebih rapi dan terstruktur.
Selain itu, di dalam Keppres No. 37 tahun 2014, terdapat tumpang tindih tugas dan fungsi antara
Komite Nasional dan Setnas ASEAN-Indonesia. Di Keppres No, 37 tahun 2014 disebutkan bahwa Menteri
Luar Negeri adalah Wakil Ketua I dari Koordinator Komite Nasional. Hal ini tumpang tindih dengan tugas
dan fungsi Menteri Luar Negeri yang merupakan pimpinan dari koordinator Setnas ASEAN-Indonesia. Jika
dilihat dari garis komando / hirarki, maka dengan skema seperti ini, Setnas ASEAN-Indonesia yang
dijalankan oleh Dirjen Kerjasama ASEAN dan berada di bawah Menteri Luar Negeri, berada di bawah garis
komando / hirarki Komite Nasional. Padahal di dalam Keppres No, 37 tahun 2014, disebutkan dalam salah
satu pasal, Komite Nasional harus berkoordinasi dengan Setnas ASEAN karena sesuai dengan Keppres No.
23 tahun 2012 dan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia adalah koordinator utama dari
persiapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN di Indonesia.
53
Ibid 54
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan, pada tanggal 25 September 2015.
16
Terlepas dari tumpang tindih tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia dengan Komite Nasional,
Setnas ASEAN-Indonesia juga belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal. Hal ini dibuktikan
dengan belum adanya Prosedur Standar Operasi (SOP) yang khusus membahas persiapan Indonesia dalam
menghadapi Masyarakat ASEAN, seperti diamanahkan Keppres No. 23 tahun 2012 mengenai tugas dan
fungsi Setnas ASEAN-Indonesia.
Temuan penting lainnya adalah perlunya regulasi khusus untuk pilar lain selain pilar ekonomi,
mengingat selama ini fokus regulasi kebanyakan berkaitan dengan MEA. Bahkan menurut Direktur Politik-
Keamanan, Direktorat Jenderal kerja Sama ASEAN, M. Chandra W. Yudha, pembangunan pilar politik dan
keamanan ASEAN mungkin bagi banyak orang tidak sepenting pembangunan pilar ekonomi ASEAN.55
Untuk pilar ekonomi, telah dibuat regulasi yang khusus mengatur pilar ekonomi yaitu Inpres No. 5 Tahun
2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009, Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang
Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Inpres No. 6 Tahun 2014
tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.Untuk
kedua pilar lainnya, belum dibuat regulasi khusus. Pemerintah Indonesia juga harus mempertegas dan
membuat detail dari regulasi-regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Selama ini, penjabaran tugas dan fungsi
masing-masing pemangku kepentingan masih sangat umum, sehingga membuka celah untuk koordinasi
yang kurang maksimal dan tumpang tindih tugas dan fungsi. Indonesia seharusnya juga mempersiapkan
blueprint nasional dalam menghadapi Masyarakat ASEAN 2025 dengan baik. Blueprint tersebut harus
dibedah dari ketiga pilar dengan ditunjang oleh roadmap yang jelas dan koordinasi antar pemangku
kepentingan.56
1.2.5. Perencanaan Program dan Anggaran Indonesia Terkait Masyarakat ASEAN
Mayoritas dari program menyambut Masyarakat ASEAN selama ini lebih banyak difokuskan untuk
menghadiri events, konferensi, dan banyak forum ASEAN lainnya, daripada untuk membuat program
khusus Masyarakat ASEAN di Indonesia, misalnya mengadakan balai pelatihan, pendampingan, iklan
layanan masyarakat terkait Masyarakat ASEAN yang lebih menarik dan informatif.57
Hal ini cukup
mengkhawatirkan mengingat arah kebijakan Pemerintah Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di
dalam RPJMN II 2009-2014 dan RJPMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Seharusnya program-program yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia
lebih tepat sasaran, sehingga hasil yang dikeluarkan pun dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Program-
program yang dibuat masih sebatas pertemuan dan diskusi, belum mengarah ke program-program teknis,
oleh karena itu, masih banyak pihak menganggap isu Masyarakat ASEAN adalah isu elit.58
Program-program pemerintah saat lebih banyak terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (pilar
ekonomi), sedangkan program-program nasional yang berkaitan dengan pilar politik dan keamanan serta
pilar sosial dan budaya sangat kurang bahkan nyaris tidak ada. Hal ini terlihat dari banyak sekali program
dan kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dibandingkan
dengan dua pilar lainnya. Indikator kesuksesan dari MEA memang lebih mudah diukur (tangible indicators),
sehingga perhatian kepada pilar ini menjadi lebih besar. Namun demikian, program-program nasional terkait
dengan pilar-pilar lain juga harus segera disusun karena Masyarakat ASEAN bukan hanya sekedar
Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun juga menyangkut isu politik dan keamanan serta sosial dan budaya.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia juga perlu mempertimbangkan pembentukan Komite Nasional bukan hanya
dalam mempersiapkan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun juga Komite Nasional dalam
mempersiapkan Indonesia di Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Masyarakat Sosial dan Budaya
ASEAN.
Pemerintah Indonesia juga perlu mengajak semua pemangku kepentingan untuk selalu mengarus-
utamakan (mainstreaming) isu Masyarakat ASEAN dalam program masing-masing (rencana program).
55
M. Chandra W. Yudha. 2015. Memimpin Pembangunan Politik dan Keamanan ASEAN. Media Publikasi Direktorat Jenderal
Kerjasama ASEAN Edisi 8, ISSN 2460-1683, Kementerian Luar Negeri RI , p. 4. 56
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan, pada tanggal 25 September 2015. 57
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada
tanggal 14 September 2015. 58
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Mohammad Faisal, Direktur Riset CORE Indonesia, pada tanggal 21 September
2015.
17
Bappenas dapat memulai melakukan koordinasi pelaksanaan baik di tingkat planning maupun persiapan.
Bappenas dapat menjadi focal point dalam isu pembangunan di Masyarakat ASEAN.59
Dari sisi anggaran, masing-masing Kementerian Pumpunan sudah mengalokasikan anggaran untuk
menyambut Masyarakat ASEAN, namun jumlahnya terbatas dan penyerapannya lebih banyak untuk
menghadiri events ASEAN, bukan untuk mendukung program-program tepat sasaran. Oleh karena itu,
masing-masing Kementerian Pumpunan perlu untuk meningkatkan jumlah anggaran terkait program-program
yang bertujuan untuk mensukseskan Indonesia di Masyarakat ASEAN dan menyusun program dan kegiatan
yang tepat. Selain itu, alokasi dari anggaran tersebut juga harus diatur agar dapat lebih tepat sasaran.
1.2.6. Analisis Pelibatan Pemangku Kepentingan Masyarakat ASEAN
Reviu ini mengidentifikasi bahwa kurangnya pelibatan pemangku kepentingan dalam persiapan
Masyarakat ASEAN disebabkan oleh dua hal, yaitu isu ASEAN yang masih elitis serta tidak adanya grand
strategy nasional mengenai Masyarakat ASEAN.
Pertama, ASEAN masih dipandang sebagai isu yang elitis. ASEAN belum sepenuhnya dipandang
sebagai kepentingan bersama. ASEAN merupakan bagian dari foreign policy yang secara tradisional adalah
kepentingan pemerintah pusat, terutama Kementerian Luar Negeri. Pada tingkat regional, nature organisasi
ASEAN sendiri masih elitis dengan prinsip non-interferensi dan konsensus. Akan tetapi, seiring dengan
berlakunya Masyarakat ASEAN, organisasi ini bergerak ke arah yang lebih inklusif dan people-centered,
yaitu masyarakat luas juga bisa ikut sepenuhnya memiliki ASEAN. Hal ini seharusnya dapat menjadi
momentum bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk lebih terlibat dalam mensukseskan Masyarakat
ASEAN.Pandangan yang elitis mengenai ASEAN dapat menimbulkan ego sektoralisme dan rasa tidak
percaya, seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya.
Kedua, ketiadaan grand strategy membuat kelembagaan serta program-program mengenai
Masyarakat ASEAN menjadi belum jelas, sehingga hal ini berpengaruh kepada kelangsungan pelibatan
pemangku kepentingan. Ketiadaan grand strategy sebagai cita-cita nasional yang jelas mengenai ASEAN
membuat para pemangku kepentingan berjalan sendiri-sendiri, padahal sejatinya mereka dapat diarahkan
untuk turut mensukseskan Masyarakat ASEAN. Seharusnya, Pemerintah Pusat melalui Setnas ASEAN-
Indonesia menjadi koordinator para pemangku kepentingan dengan didukung sebuah grand strategy dan
guideline yang jelas.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto masih
meragukan kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015. Karena Pemerintah Indonesia maupun dunia
usaha juga belum terlihat berupaya mengintegrasikan program untuk persiapan ke arah Masyarakat Ekonomi
ASEAN.60
Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, diperlukan adanya keterlibatan integratif
dalam pembuatan kebijakan pemerintah Indonesia seperti yang sudah dilakukan negara-negara Asean lain,
di antaranya Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dalam hal ini, Indonesia masih harus berbenah karena
sektor swasta masih jauh berada di luar lingkaran pengambilan keputusan oleh negara. Pemerintah Indonesia
bisa mendapatkan inovasi-inovasi atau ide-ide program yang inovatif jika peran Pusat Studi ASEAN (PSA)
dimaksimalkan.
2. Kesimpulan dan Rekomendasi
2.2.Kesimpulan
Pertama, reviu ini menemukan bahwa terdapat berbagai persoalan dalam perencanaan, proses koordinasi,
hingga dalam kelembagaan Setnas ASEAN-Indonesia. Indonesia belum memiliki grand strategy yang jelas
mengenai Masyarakat ASEAN, sehingga kelembagaan tidak memiliki guideline yang dapat diacu. Belum
terbangun pengertian di semua pihak seperti apa sebenarnya garis koordinasi yang ada, siapakah yang
memegang pucuk kepemimpinan, dan apa tugas mereka masing-masing dalam hal Masyarakat ASEAN.
Terdapat egosektoralisme di antara Kementerian/Lembaga, terutama di lembaga yang sangat teknis, serta
adanya rasa tidak percaya, baik Kementerian Luar Negeri dengan Biro Luar Negeri yang ada di
59
Berdasarkan saran dari Bapak Lingga Setiawan, Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri dalam FGD
yang dilakukan oleh Bappenas pada tanggal 20 Agustus 2015. 60
_____, Indonesia Harus Menang Dalam Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN, dikutip dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7409/Industri-Nasional-Harus-Menang-dalam-Ajang-Masyarakat-Ekonomi-ASEAN pada
tanggal 30 Desember 2016 pukul 22.28.
18
Kementerian/Lembaga lain maupun antara pusat dengan daerah. Minimnya pertemuan nasional secara
berkala untuk koordinasi Masyarakat ASEAN menjadi salah satu penyebab munculnya ketidakpercayaan
tersebut. Setnas ASEAN-Indonesia belum memiliki Prosedur Standar Operasi yang jelas mengenai tugas dan
fungsi, serta posisi kelembagaannya yang masih bermasalah.
Kedua, regulasi nasional yang selama ini dibuat oleh Pemerintah Indonesia masih tumpang tindih dan
tidak sinkron, sehingga menyebabkan Indonesia belum bisa mempersiapkan dirinya dengan baik dalam
Masyarakat ASEAN. Di samping itu, belum ada regulasi khusus untuk pilar lain selain pilar ekonomi,
karena selama ini fokus regulasi sebagian besar berkaitan dengan MEA.
Ketiga, dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari program menyambut Masyarakat ASEAN selama ini
difokuskan untuk menghadiri events, konferensi, dan banyak forum ASEAN lainnya, dan belum difokuskan
untuk membuat program khusus Masyarakat ASEAN di Indonesia. Di samping itu, program-program
pemerintah pun lebih banyak terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (pilar ekonomi), dan belum
memberikan porsi yang memadai untuk pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya. Dari sisi
anggaran, masing-masing Kementerian Pumpunan sudah mengalokasikan anggaran untuk menyambut
Masyarakat ASEAN, namun jumlahnya masih terbatas dan pelaksanaannya masih kurang efektif.
Keempat, para pemangku kepentingan, seperti Pemerintah Daerah, pengusaha, dan akademisi selama ini
masih kurang dilibatkan dalam menyongsong Masyarakat ASEAN 2015. Hal ini disebabkan ASEAN masih
dipandang sebagai isu yang elitis serta tidak adanya grand strategy sehingga upaya pemasyarakatan isu
ASEAN belum berjalan dengan optimal.
2.3.Rekomendasi
Berdasarkan diskusi dan analisis di atas, maka terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat
dirumuskan. Dalam jangka pendek atau setahun mendatang, Pemerintah Indonesia perlu memperkuat dan
mengoptimalkan Kinerja Setnas ASEAN-Indonesia. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam proses ini
adalah merekrut pejabat dan sumber daya manusia secara full time dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai, menyusun perencanaan aktivitas yang impactful dan mencerminkan peran Setnas ASEAN sesuai
ekspektasi stakeholders. Langkah lainnya adalah dengan menyusun integrated calender events yang
melibatkan tiga pilar Masyarakat ASEAN, dengan pemilihan lokasi secara strategis dan terintegrasi di Setnas
ASEAN-Indonesia. Pemerintah juga perlu untuk mengalokasikan dukungan anggaran yang memadai untuk
mendukung kegiatan secara layak. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia bisa melihat gambaran aktivitas dan
anggaran ASEAN Economic Community (AEC) Center yang telah lebih tertata. Langkah lain yang sangat
krusila adalah memperjelas dan mempertegas tugas, fungsi, dan kewenangan Setnas ASEAN-Indonesia dan
membangun skema koordinasi yang lebih jelas dengan lembaga terkait lainnya. Setnas ASEAN juga perlu
menyusun Standard Operasional Procedures (SOP) sesuai yang telah diamanahkan oleh berbagai peraturan
yang berlaku. Selanjutnya, Setnas-ASEAN Indonesia juga perlu menjadwalkan dan mewujudkan pertemuan
berkala yang melibatkan semua pemangku kepentingan terkait. Untuk memastikan agar langkah-langkah
tersebut berjalan dengan efektif, Kementerian PPN/Bappenas perlu melakukan monitoring dan intensif
terkait Setnas ASEAN, secara khusus. Dengan demikian, apabila ada di antara rekomendasi di atas tidak bisa
berjalan, Kementerian PPN/Bappenas bisa langsung membantu memberikan solusi debottlenecking.
Di luar pembenahan Setnas-ASEAN Indonesia, beberapa hal yang harus segera dilakukan dalam
jangka pendek adalah membangun koordinasi lintas-pilar di dalam Kementerian PPN/Bappenas sebagai
penyusunan dokumen perencanaan. Koordinasi lintas-pilar ini perlu melibatkan Kedeputian Bidang
Polhukhankam sebagai mitra Kemenlu dan Kemenko Polhukam, Kedeputian Bidang Bidang Ekonomi
sebagai mitra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Perdagangan, dan
Kedeputian Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan sebagai mitra Kemenko Bidang
PMK. Dengan adanya koordinasi lintas-pilar sejak dalam proses perencanaan ini, maka sinkronisasi
kebijakan, program, penganggaran serta regulasi di ketiga pilar Masyarakat ASEAN diharapkan dapat
dimulai sejak sedini mungkin.
Dalam jangka menengah, yakni 3-5 tahun, beberapa langkah yang perlu diambil adalah melakukan
analisis dan sinkronisasi regulasi dan peraturan perundangan yang sudah ada untuk ketiga pilar Masyarakat
ASEAN. Analisis regulasi yang komprehensif diperlukan untuk memahami akar persoalan kelembagaan dan
koordinasi yang muncul sebagai hasil tumpang tindah dan tidak sinkronnya sejumlah existing regulations.
Dengan analisis yang komprehensif ini, selanjutnya Pemerintah dapat mulai melakukan simplifikasi dan
19
sinkronisasi peraturan perundanga sesuai kebutuhan. Langkah lain yang perlu dipertimbangkan adalah
mencermati kembali komposisi anggota Setnas ASEAN-Indonesia, yang mungkin sangat perlu untuk
melibatkan Kementerian PPN/Bappenas, Kemenkominfo, dan juga mempertimbangkan kemungkinan
perluasan keanggotaan meniru pola Komite Nasional yang tidak hanya melibatkan K/L namun juga
akademisi dan tokoh politik
Dalam jangka menengah, Pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan solusi yang lebih
permanen terhadap salah satu akar persoalan, yakni dengan mempertimbangkan kembali kedudukan Setnas
ASEAN – Indonesia. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah sudah tepat Setnas ASEAN -
Indonesia ini berada di bawah Ditjen ASEAN Kemlu, atau perlu ditingkatkan levelnya, misalnya dengan
menempatkannya langsung di bawah Presiden Republik Indonesia, seperti model yang diadopsi oleh
Thailand di mana Setnas ASEAN – Thailand berada di bawah Perdana Menteri langsung. Beberapa
rekomendasi lain yang juga layak dipertimbangkan dalam kurun waktu jangka menengah antara lain adalah
mempertimbangkan pembuatan Komite Nasional untuk masing-masing pilar, tidak hanya untuk pilar
ekonomi, tapi juga pilar politik keamanan dan pilar sosial budaya, dan melengkapinya dengan Tim Kerja
Daerah, dan membangun garis koordinasi yang tidak terputus dari Pusat hingga ke daerah. Langkah lain yang
perlu ditempuh adalah dengan menyusun Grand Strategy Nasional terkait Masyarakat ASEAN-Indonesia,
dan mensosialisasikannya ke seluruh pemangku kepentingan dan sehingga diimplementasikan hingga ke
tingkat daerah. Dalam proses ini, pelibatan media massa dalam proses sosialisasi, implementasi, hingga
pengawasan Masyarakat ASEAN, melalui koordinasi dengan Kemenkominfo harus ditempuh. Pelibatan
Kemendagri untuk mengoptimalkan koordinasi Setnas dan Komite Nasional di daerah, sektor swasta melalui
skema Public-Private Partnership (PPP) dan Pusat Studi ASEAN (PSA) di berbagai universitas perlu
dilakukan.
20
DAFTAR PUSTAKA
A. Narjoko, Dionisius, dan Teguh. Y. Wicaksono. 2009. Achieving the ASEAN Economic Community
Agenda: An Indonesian Perspective. LSE Publication Reports, p. 23-24.
Amri, Mulya 2013.” Chapter 1: Overview: Competitiveness Analysis and Development Strategies for 33
Indonesian Provinces.” World Scientific. Diakses pada tanggal 21 Januari 2016.
http://www.worldscientific.com/doi/suppl/10.1142/8795/suppl_file/8795_chap01.pdf.
ASEAN Next Generation CSR Forum, diakses dari https://www.kemenkopmk.go.id/pengumuman/asean-
next-generation-csr-forum pada tanggal 12 November 2015.
Bappenas. Peningkatan Daya Saing Daerah dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Laporan Akhir Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas.
Berita Negara Republik Indonesia. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia.
Cebu Declaration on th Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015, diakses dari
http://www.asean.org/cebu-declaration-on-th-acceleration-of-the-establishment-of-an-asean-community-by-
2015/ pada tanggal 30 Januari 2015.
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN 2011. Ayo Kita Kenali ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI.
Diakses dari
http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pd
f.pada pada tanggal 28 Januari 2016.
“FSPTI: Buruh Butuh Perda Khusus,” diakses dari http://balikpapan.prokal.co/read/news/172251-fspti-
buruh-butuh-perda-khusus pada tanggal 30 Januari 2016
“Indonesia Harus Menang Dalam Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN,” diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7409/Industri-Nasional-Harus-Menang-dalam-Ajang-Masyarakat-
Ekonomi-ASEAN pada tanggal 30 Desember 2016
Jebsen and Jessen. 2014. Singapore and the ASEAN Economic Community. Singapore Institute of
International Affairs, p. 11.
“Kadin Ragukan Kesiapan RI Sambut AEC 2015” diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/6317/Kadin-Ragukan-Kesiapan-RI-Sambut-AEC-2015 pada tanggal 11
November 2015.
Keliat. Makmur., dkk, “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN,” (Depok: ASEAN
Study Center FISIP UI, 2014), p. 7
Kementerian Luar Negeri RI 2009. Tentang ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI. Diakses dari
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Tentang-ASEAN.aspx pada tanggal 28 Januari 2016.
Kementerian Luar Negeri RI. 2009. Kerjasama Fungsional ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI, p. 1-18
Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN. Diakses dari
http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pd
f pada tanggal 25 Oktober 2015
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014.
Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
21
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Kadin Ragukan Kesiapan RI Sambut AEC 2015.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/6317/Kadin-Ragukan-Kesiapan-RI-Sambut-AEC-2015 pada tanggal 18
Agustus 2016.
Kemenko Polhukam. Diakses dari
http://www.polkam.go.id/LinkClick.aspx?fileticket=nUI%2BeJ6jpBM%3D&tabid=38&language=id-ID
pada tanggal 25 Oktober 2015
M. Hodgson, Geoffrey. 2006. What Are Institutions. Journal of Economic Issues. Vol. XL No. 1, p. 6.
“MEA Tantangan Terbesar Jatim,” diakses dari http://www.koran-
sindo.com/news.php?r=5&n=0&date=2016-01-04 pada tanggal 26 Januari 2016
Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Majalah
Masyarakat ASEAN Edisi 7: Membidik Peluang MEA. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
Kementerian Luar Negeri RI, p. 3-40.
Nurroni, Andi 2016. „Gubernur Jatim Keberatan Kebijakan Impor Garam‟. Republika, 20 Januari. Diakses
dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/20/o19bbl365-gubernur-jatim-keberatan-
kebijakan-impor-garam pada tanggal 23 Januari 2016.
PPID Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia. Diakses dari 20 Januari 2016.
http://ppid.kemlu.go.id/content/Pages/KerjasamaASEAN.aspx.
Presiden Republik Indonesia. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011.
Presiden Republik Indonesia. Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-
Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
Putri, Winda Destiana 2014. “Indonesia Belum Siap Hadapi Pasar Bebas ASEAN.” Republika, 6 November.
Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/14/11/06/nelo2t-indonesia-belum-siap-
hadapi-pasar-bebas-asean pada tanggal 18 Agustus 2015.
Rattanasevee, Pattharapong. Why Indonesia should take a leading role in
ASEAN. East Asia Forum. Diakses dari http://www.eastasiaforum.org/2015/03/28/why-indonesia-should-
take-a-leading-role-in-asean/ pada tanggal 28 Januari 2016.
Rattanasevee, P. 2014. Leadership in ASEAN: The Role of Indonesia Reconsidered. Asian Journal of
Political Science, 22 (2), p. 113-127.
RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 dalam Sub-Bab “Penguatan Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Butir
Aksi Masyarakat ASEAN” p. 5-54.
RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 yang terdapat di dalam Sub-Bab “Kerjasama Ekonomi Internasional” p.
3-56.
“Sambut MEA, Apa Saja Program Pemerintah?” diakses dari http://makassarterkini.com/2015/10/29/sambut-
mea-apa-saja-program-pemerintah/ pada tanggl 30 Januari 2016
22
“SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” diakses dari
http://old.bappenas.go.id/print/3813/sdm-berkualitas-kunci-sukses-hadapi-era-masyarakat-ekonomi-asean/
pada tanggal 10 Desember 2015
Suroso, G.T. 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Perekonomian Indonesia. Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan
The ASEAN Secretariat Jakarta. 2015. ASEAN 2025: Forging Ahead Together. ASEAN Secretariat Jakarta,
ISBN 978-602-0980-45-4, p. 9-103
UNDP. Institutional Arrangements. UNDP. Diakses 13 Januari 2016.
http://www.undp.org/content/undp/en/home/ourwork/capacitybuilding/drivers_of_change/institut_arrangemt.
html.
Widyaningsih, Erlina dan Christopher B. Roberts 2014. „Indonesia in ASEAN: Mediation, leadership, and
extra-mural diploacy‟. National Security College Issue Brief, Australian National University, no. 13, May
2014. hal. 1-12.
Diakses 28 Januari 2016. http://nsc.anu.edu.au/documents/Indonesia-Article13.pdf
23