28/11/2013
Evaluasi Salep Nosib
I. Tujuan
a. Mengetahui cara evaluasi dan uji stabilitas sediaan salep
b. Mengetahui metode titrasi dalam penetapan kadar Asam Benzoat dan Asam Salisilat
pada Salep Nosib
II. Teori dan Monografi :
a. Salep
1. Definisi Salep
Menurut buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ansel, Salep adalah
preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang dimaksudkan untuk pemakaian
pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Salep (unguenta) adalah sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat
harus larut atau terdispersi homogen ke dalam dasar salep yang cocok.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Salep adalah sediaan setengah
padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
Menurut Buku Ilmu Meracik Obat (IMO) Salep adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya
harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar obat dalam
salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%. Salep dapat
terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang
mengandung air dalam proporsi relative tinggi.
2. Fungsi Salep
- Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
- Sebagai bahan pelumas pada kulit
- Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit.
3. Dasar Salep
Berdasarkan komposisi dasar salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar:
(IMO)
- Dasar salep hidrokarbon
- Dasar salep absorbsi
- Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan
- Dasar salep yang larut dalam air
Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada
pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk:
- Laju penglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep
- Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbs per kutan dari obat
- Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep
- Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep
- Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.
4. Kualitas Dasar Salep
- Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
- Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi, dan ekskoriasi.
- Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
- Dasar salep yang cocok, yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan
kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau
menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah
yang diobati.
- Terdistribusi merata, harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan.
b. Salep Nosib/ Salep As. Benzoat dan Salisilat (Acidi Benzoici et Salicylici
Unguentum) [FI edisi IV halaman 40]
Salep asam benzoat dan salisilat adalah asam benzoat, C7H6O2, dan asam
salisilat, C7H6O3 dengan perbandingan lebih kurang 2 berbanding 1 yang dikandung
dalam dasar salep yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% C7H6O2 dan C7H6O3 dari jumlah masing-masing seperti yang tertera pada
etiket.
Baku pembanding Asam benzoat BPFI; lakukan pengeringan di atas silica gel P
selama 3 jam sebelum digunakan. Asam salisilat BPFI; lakukan pengeringan di atas
silica gel P selama 3 jam sebelum digunakan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, dan hindarkan dari suhu
lebih dari 300.
c. Monografi Kandungan Zat Aktif Salep
1. Asam Benzoat (FI IV hal:47)
Rumus molekul : C7H6O2
BM : 122,12
Pemerian : hablur berbentuk jarum atau sisik, putih. Sedikit berbau,
biasanya bau benzaldehid atau benzoin. Agak menguap pada
suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.
Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter.
2. Asam Salisilat (FI IV hal:51)
Rumus molekul : C7H6O3
BM : 138,12
Pemerian : hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus
putih, rasa agak manis tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintetis
warna putih dan tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam
etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam kloroform.
d. Metode Pemeriksaan
1. Kromatografi lapis Tipis/ KLT (FI IV hal:1004)
Pada kromatografi lapis tipis, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus
yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya
digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbs,
partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara
pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan. Kromatografi lapis tipis dengan
lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik
dan ukuran yang lebih sama, dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding
pada lempeng yang sama.
2. Titrasi Asam Basa
Merupakan reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, dimana ion
H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH- dari basanya membentuk molekul air
yang netral (pH=7). Dalam titrasi ini dapat dikatakan bahwa reaksi yang terjadi
adalah reaksi penetralan antara zat pentiter (titran) atau zat yang dititrasi (titrat).
III.Alat dan Bahan
a. Alat b. Bahan
- Buret, statip, klem - Salep Nosib
- Erlenmeyer - As. Oksalat
- Beaker glass - NaOH 0,1N dan 1N
- Gelas ukur - PP dan Larutan Kanji
- Labu ukur - Aqua bebas CO2
- Lumpang + alu - Etanol Netral dan
- Kertas pH - Larutan KI 10%
IV. Prosedur Kerja
a. Evaluasi Salep Nosib
1. Uji Etiket
Melihat berat bersih, ED, no. registrasi, no. batch, dosis, komposisi, label, KD,
Indikasi, logo produksi yang tertera pada etiket.
2. Uji Bobot Salep
Menimbang wadah beserta isi, lalu isinya dikeluarkan kemudian menimbang
wadah kosong.
Bobot salep = ( berat wadah + isi ) – wadah kosong.
3. Uji Organoleptis
Melihat bentuk dan warna, serta mencium bau dari sediaan salep nosib.
4. Uji Homogenitas
Mengamati salep yang dioleskan pada sekeping kaca atau objek glass. Susunan
homogen ditunjukkan bila tidak ada partikel-partikel yang menggumpal atau tidak
tercampur.
5. Uji Daya Serap Salep
Menimbang 1 g sediaan salep, kemudian ditetesi dengan air sambil diaduk sampai
dasar salep memisah dengan air.
6. Uji pH
Dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator universal (dimana harus
sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5).
b. Pembuatan Reagen
1. Pembuatan Aqua Bebas CO2 ( FI. IV halaman 1124 )
Air bebas karbondioksida P adalah air murni yang telah didihkan kuat-kuat selama
5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap
Karbondioksida dari udara.
2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N ( FI. IV halaman 1183 )
4 gram NaOH dilarutkan dalam air hingga 1000 ml.
3. Pembuatan Larutan PP ( FI. III halaman 675 )
200 mg Fenolftalein dilarutkan dalam Etanol 90%. Ditambahkan air secukupnya
hingga 100 ml.
4. Pembuatan Larutan KI P (16,5%) (FI IV halaman 1166)
16,5 gr KI P dilarutkan dalam 100 ml air.
5. Pembuatan Asam Sulfat 2 N
5,5 ml H2SO4 (p) dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
6. Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,1 N (FI. IV halaman 1217)
26 gr Na2S2O3 P dan 200 mg Natrium Karbonat P dilarutkan dalam air bebas CO2
secukupnya hingga 1000 ml.
7. Pembuatan larutan kanji P (FI ed III halaman 694)
Gerus 50 mg pati P atau pati larut P dengan 5 ml air dan tambahkan sambil terus
diaduk air secukupnya hingga 100 ml, didihkan selama beberapa menit dinginkan.
8. Pembuatan KBrO3 0,1 N (FI. IV halaman 1215)
2,784 gr KBrO3 dilarutkan dalam air hingga 1000 ml.
9. Pembuatan Etanol Netral ( FI. IV halaman 1154 )
Pada sejumlah Etanol P ditambahkan 2 tetes atau 3 tetes fenolftalein LP Natrium
Hidroksida 0,02 N atau 0,1 N secukupnya hingga terjadi warna merah pucat .
Etanol netral P dibuat segera sebelum digunakan.
10. Pembuatan Eter Netral
Orientasi : 10 ml eter ditambahkan 3 tetes indikator PP ditambahkan NaOH 0,1 N
sampai merah muda.
11. Pembuatan Merah Fenol ( FI. III halaman 704)
50 mg merah fenol dihangatkan dengan 2,85 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol
(90%). Setelah larut sempurna ditambahkan etanol 20% secukupnya hingga 250
ml.
c. Uji Kualitatif Salep Nosib
1. KLT ( FI edisi IV halaman 40 )
Melakukan kromatografi lapis tipis (931). Pada jarak 2,5 cm dari tepi lempeng
kromatografi silica gel setebal 0,25 mm, menotolkan masing-masing µl larutan
dalam campuran CHCl3 pekat dan methanol pekat dengan volume sama yang
mengandung (1) zat uji setara ± asam benzoat 2,4 mg/ml dan asam salisilat 1,2
mg/ml (2) asam benzoat BPFI 2,4 mg/ml dan (3) asam salisilat BPFI 1,2 mg/ml.
Memasukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak
campuran Kloroform P : Aseton P : Isopropanol P : Metanol P : Ammonium
hidroksida P ( 30 : 30 : 15 : 15 : 10 ) dan membiarkan fase gerak merambat ± tiga
per empat tinggi lempeng, lempeng diangkat dan biarkan fase gerak menguap.
Lempeng diamati di bawah cahaya UV 254 nm. Harga Rf bercak utama yang
diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang diperoleh dari larutan (2) dan (3).
2. Uji Kualitatif Asam Benzoat
- Salep dilarutkan dengan aquadest, lalu dipanaskan di atas waterbath dan
ditambahkan NH4OH sampai larutan menjadi basa. Larutan dipanaskan lagi
di atas waterbath untuk menguapkan NH4OH. Setelah dingin ditambahkan
FeCl3. Jika terbentuk endapan ferribenzoat bewarna jingga kekuningan
sampai kecoklatan menunjukkan adanya asam benzoat.
- Salep ditambahkan merah metil, bila menghasilkan larutan merah muda
maka menunjukkan adanya asam benzoat.
3. Uji Kualitatif Asam Salisilat ( BP 1993 hal 1903 )
Salep Nosib dilebur di atas waterbath dengan menggunakan etanol netral
kemudian ditambahkan FeCl3, jika terbentuk warna ungu menunjukkan adanya
asam salisilat.
d. Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat (FI. III halaman 651)
Menimbang seksama ± 3 gram Asam Oksalat, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
dan dilarutkan dengan 50 ml air bebas CO2. Dititrasi dengan NaOH 1 N menggunakan
indikator PP hingga warna merah muda.
1ml NaOH 1 N ~ 63,04 mg Asam Oksalat
1ml NaOH 0,1 N ~ 6,304 mg Asam Oksalat
e. Penetapan Kadar Tunggal Asam Salisilat dengan metode Alkalimetri (Bp 1993
hal 1093)
Sebanyak 10 gr salep dilarutkan dalam 20 ml alcohol 95% netral dan 20 ml eter.
Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator merah-fenol.
1 ml NaOH 0,1 N ~ 13,812 mg Asam Salisilat
f. Penetapan Kadar Asam Benzoat dengan metode Alkalimetri (Total) (penuntun
praktikum kimia farmasi kuantitatif hal 22)
Salep ditimbang sebanyak 2,5 gr dan dilarutkan ke dalam 50 ml campuran alkohol
95% dan eter sama banyak yang sebelumnya telah dinetralkan dengan Phenolptalein.
Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator Phenolptalein.
1 ml NaOH 0,1 N ~ 12,212 mg Asam Benzoat