LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN BERBASIS
RUKUN TETANGGA (RT)
Progress Report Program Sayembara Good Governance Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2007
Disusun Tim Koordinasi PROGRAM PEMBANGUNAN BERBASIS RT
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
NOVEMBER, 2007
1
I. PENDAHULUAN
Program Pembangunan Berbasis RT (PBRT) merupakan program
inovasi pembangunan daerah di KSB. Program ini dilatarbelakangi oleh tiga
hal: pertama, minimnya partisipasi warga dalam proses pembangunan.
Kedua, rendahnya transparansi dan akuntabiltas pembangunan. Ketiga,
belum berjalannya optimalisasi anggaran berbasis rakyat miskin. Keempat,
lemahnya peran kelembagaan RT dalam pembangunan daerah. Program
PBRT digagas pada tahun 2006, dan mulai dilaksanakan secara efektif pada
tahun 2007.
Fokus PBRT diarahkan pada peningkatan partisipasi aktif
masyarakat, perbaikan kinerja pelayanan public, peningkatan transpransi,
partisipasi dan akuntabilitas melalui penguatan peran masyarakat
dilingkungan RT, khususnya bidang yang bersentuhan langsung,
mempengaruhi peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia), seperti
pendidikan, kesehatan dan perekonomian masyarakat. Komponen
pembentuk IPM tersebut dibenahi secara partisipatif yang dimulai dari
cakupan komunitas terkecil lingkup RT.
PBRT ditujukan pula untuk menyediakan ruang tumbuhnya
partisipasi masyarakat dan stakeholders untuk secara nyata dapat
mengambil bagian dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan daerah, aktif menjaga dan memelihara, sekaligus membangun
rasa memiliki atas hasil pembangunan yang telah dicapai. Melalui PBRT
pengawasan publik dalam bentuk kontrol sosial semakin meningkat, dan
kondisi ini mendorong upaya perbaikan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih transparan dan berkeadilan.
1.1. Tujuan
Tujuan umum (goal) PBRT adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin melalui penguatan partisipasi, transpraransi, akuntabilitas
dan keberpihakan anggaran untuk rakyat miskin di KSB serta perbaikan atas
2
ketersediaan, keterjangkauan dan kesetaraan dan kinerja pelayanan publik.
Keberhasilan program pembangunan berbasis RT tercermin dari
meningkatnya IPM (pendidikan, kesehatan dan perekonomian masyarakat
miskin) secara partisipatif, mandiri dan berkelanjutan.
Sedangkan tujuan khusus (objective) PBRT adalah :
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat (RT) dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan secara
partisipatif. Indikator keberhasilan tercermin dari ; tumbuhnya inisiasi
dan partisipasi aktif warga RT dalam proses pembangunan, adanya
mekanisme partisipasi warga RT, meningkatnya swadaya murni
masyarakat dalam mengelola pembangunan, adanya pengawasan warga
atas proses pembangunan di lingkungan RT;
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi warga miskin melalui peningkatan
ketersediaan, keterjangkauan, kesetaraan dalam pelayanan publik ke
tingkat RT. Indikator keberhasilan: adanya desentralisasi kewenangan
pengelolaan pembangunan swakelola ke tingkat warga, penyediaan
pelayanan dasar bagi warga miskin khususnya pendidikan dan
kesehatan, pelibatan RT dalam Jumantara, penyediaan informasi dan
mekanisme komplain pelayanan bagi warga;
3. Meningkatkan APBD dan APBDes yang pro-rakyat miskin (pro poor
budgeting) melalui penguatan SIOS, informasi publik, penguatan
partisipasi RT dalam proses penggaraan dan komitmen. Indikator
keberhasilan tercermin dari adanya data dan informasi SIOS di tingkat
RT dan daerah, RPJM/RPJP Desa, musyawarah perencanaan
pembangunan dilingkungan RT, meningkatnya ketepatan sasaran
anggaran bagi warga miskin;
4. Meningkatkan keberdayaan kelembagaan masyarakat (RT) dan warga
dalam pembangunan dilingkungan RT melalui penataan organisasi,
pendidikan/pelatihan-pelatihan, pendampingan serta penguatan
kapasitas kelembagaan dalam pemberdayaan ekonomi.
3
1.2. Target Capaian Jangka Pendek
Target capaian dalam jangka pendek lebih diarahkan kepada
penyiapan sosial, perkuatan kelembagaan RT, dan optimalisasi Unit
Pengaduan Masyarakat (UPM) sebagai berikut :
1. Terlaksananya sosialisasi program Pembangunan Berbasis RT di
kabupaten, 8 kecamatan, 6 Kelurahan, 43 Desa dan 622 RT;
2. Teridentifikasinya stakeholder;
3. Tersusunnya SOP pelaksanaan program;
4. Tersusunnya Peraturan Bupati tentang Tugas Pokok dan Fungsi RT;
5. Tersusunnya SK Lurah/Kades tentang Pengangkatan Perangkat RT;
6. Tersusunnya Peraturan Bupati tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Pelaksana Kegiatan;
7. Tersedianya tenaga pendamping RT di setiap Kelurahan/Desa;
8. Tertatanya administrasi kependudukan di tingkat RT;
9. Terwujudnya pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan dan
pemukiman, kegiatan pembelajaran masyarakat, pemanfaatan
pekarangan dan usaha rumah tangga secara mandiri oleh masyarakat;
10. Terbangunnya Sistem Informasi Orang Susah (SIOS);
11. Tersusunnya laporan kegiatan;
12. Terpublikasinya pelaksanaan program minimal satu kali di media lokal;
13. Berfungsinya Unit Pengaduan Masyarakat secara efektif melalui
optimalisasi peran kesekretariatan, penyegaran tim, dan peningkatan
koordinasi rencana tindak lanjut pengaduan masyarakat.
1.3. Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan rencana peningkatan program dapat dikatakan berhasil
jika telah memenuhi indikator keberhasilan sebagai berikut :
1. Program Pembangunan Berbasis RT berlangsung secara berkelanjutan
berlandaskan asas partisipastif dan transparansi;
2. Di bidang pendidikan, adanya peningkatan melek aksara latin dan arab,
meningkatnya kegiatan pembelajaran masyarakat, dan meningkatnya
4
partisipasi masyarakat dalam pendidikan pra sekolah yang diindikasikan
dengan terbentuknya wadah PAUD pada masing-masing RT dan atau
lintas RT;
3. Di bidang kesehatan, meningkatnya kebersihan lingkungan masyarakat,
menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, serta
meningkatnya usia harapan hidup;
4. Capaian hasil di bidang pemberdayaan ekonomi keluarga, antara lain;
meningkatnya kegiatan usaha keluarga, termanfaatkannya pekarangan
rumah penduduk serta meningkatnya pendapatan keluarga;
5. Dalam jangka panjang, keberhasilan dari program ini dapat ditunjukkan
melalui indikator; angka pengangguran terbuka menurun, jumlah
keluarga miskin berkurang, daya beli masyarakat meningkat, IPM KSB
tertinggi di NTB tahun 2010, dan terwujudnya KSB sebagai kabupaten
percontohan di NTB.
5
II. RANCANGAN STARTEGI IMPLEMENTASI
2.1. Target Indikator Yang Dipakai
Untuk mencapai tujuan, sasaran dan hasil diatas. Ada dua target
indokator yang dipakai, pertama ; adanya penguatan partisipasi warga di
lingkungan RT melalui pelatihan, pendampingan/ pengorganisasian secara
sistematis dan berkelanjutan. Kedua; adanya perbaikan pelayanan publik
melalaui pelibatan warga dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasan pelayanan.
2.2. Rincian Kegiatan dan Deskripsi Tanggungjawab
Kegiatan dan hasil yang dicapai selama 3 bulan efektif PBRT berjalan
sebagai berikut :
No Kegiatan Yang Dilaksanakan Hasil Yang Dicapai Penanggung
Jawab
1 Workshop kemitraan antara Pemda
dengan LSM dalam pencanangan PBRT
Terbangunnya
kemitraan antara Pemda dan LSM
Bappeda
dengan Forum LSM
2 Grand design Program Pembangunan Berbasis RT secara partisipatif yang melibatkan para
pihak (stakeholders).
Adanya formulasi program PBRT yang sistematis, terarah,
terpadu serta terukur
Bappeda dan Dinas Sosial, Nakertrans dan
Pmberdayaan Masyarakat dan LEGITIMID KSB
3 Penyusunan dan pematangan draft buku panduan program yang akan dicetak sebagai referensi sekaligus
menjadi pedoman dalam implementasi program.
Tersedia modul panduan PBRT
Dinas Sosial, Nakertrans dan Pmberdayaan
Masyarakat bekerjasama dengan LEGITIMID KSB
4 Penyusunan draft regulasi dan konsultasi publik Program
Pembangunan Berbasis RT, yang terdiri dari : • Penyusunan Regulasi
Perencanaan Partisipatif
Berbasis RT,
• Penyusunan Regulasi SOP Sistem Informasi Orang Susah (SIOS),
• Penyusunan Regulasi
Adanya Paket Regulasi
(Perda/Perbup/SK) untuk mendukung PBRT
DSTTPBM, Bagan Hukum
dan Organisas bekerjasama dengan
LEGITIMID KSB.
6
kelembagaan RT,
• Penyusunan Regulasi Kader Pemberdayaan Masyarakat,
• Penyusunan Regulasi BUMDES,
• Penyusunan Regulasi RPJM Desa, dan
• Penyusunan Regulasi tentang SOP Unit Pengaduan
Masyarakat
5 Sosialisasi PBRT secara berjenjang.
Tersosialisasikkany
PBRT di 642 RT
Bupati,
Wartawan, Sekretriat Daerah, Camat,
Lurah dan Kepala Desa, LSM
6 Penataaan kelembagaan RT, sejumlah 642 RT di KSB sesuai
dengan kebutuhan dan melalui mekanisme musyawarah RT.
Terbentuknya kelembagaan/kepeng
urusan RT sebanyak 642 RT di 6 Kelurahan dan 42 Desa beserta SK penetapan
Masyarakat difasilitasi
kelurahan/desa dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Lurah dan Kepala Desa
7 Pelatihan SIOS untuk para ketua /Pengurus RT
502 pengurus RT mengikuti pelatihan SIOS
DSTTPM dengan LSM
8 Penyediaan 3 paket Buku untuk SIOS RT
3 x 642 RT telah menerima buku SIOS
DSTTPM dengan LSM
9 Fasilitasi dukungan dana stimulan untuk RT
Sejak bulan April 2007
Pengurus RT memperoleh insentif Rp. 100.000/bulan/RT,
dan memperoleh bantuan dana PBRT sebesar Rp. 1 juta/RT. Untuk TA. 2008 dialokasikan sebesar Rp. 1,5
juta/RT
BPKAD dan Dinas Sosial,
Nakertrans, dan Pemberdayaan Mayarakat
10 Achievment RT Award (sayembara tata kelola RT) se-KSB dalam Harlah Pemkab KSB
Pemberian hadiah sebagai reward keberhasilan RT dalam melaksanaan PBRT sebesar Rp. 10
juta untuk juara I,
Bappeda dan Dinas Sosial, Nakertrans, dan Pemberdayaan
Mayarakat
7
Rp. 7,5 juta untuk pemenang II, dan Rp. 5 juta untuk
pemenang III pada buan November 2007.
11 Rerutmen Tenaga Pendamping 40 orang Tenaga Kerja Sukarela Terdidik/Sarjana (TKST/KPM) telah direkrut dan ditetapkan sebagai
pendamping RT dengan SK Bupati KSB.
Dinas Sosial, Nakertrans, dan Pemberdayaan Mayarakat bekerjasama
dengan Forum LSM
12 Pelatihan Tenaga Pendamping RT
(TKST/KPM)
1. 40 orang TKST mengikuti Pelatihan CO/pengorganisas
ian masyarakat sipil
2. 40 orang TKST mengikti Pelatihan
SIOS
DSTTPM
bekerjasama dengan LSM
13 Pembuatan SIOS berbasis
komputer dari TKST.
1. Tersedianya perangkat dan sistem komputerisasi
database SIOS 2. 35 Desa/Kelurahan sudah tersusun
SIOS
Pengurus RT
bekerjasama dengan YSTP yang
dikoordinasikan oleh Dinas Sosial, Nakertrans dan
Pemberdayaan Masyarakat.
14 Pendampingan TKST ke masing-masing RT di 42 desa dan 6 kelurahan
1. Adanya proses pendampingan yang dilakukan secara
berkelajutan oleh TKST dimasing-masing RT dalam
kelurahan/desa 2. Terorganisirnya 642 RT
TKST berkoordinasi dengan Pemdes/Kelura
han dan Pemerintah Kecamatan
15 Pembentukan petugas/Juru Pemantau Kesehatan Masyarakat (Jumantara) dari pengurus RT
1. Terbentuknya Jumantara di setiap RT
2. Terbentunya
Dinas Kesehatan bekerjasama
dengan Kader
8
Forum Jumantara se-KSB dari unsur RT
Posyandu dan TKST
16 Pilot Project Aplikasi Penyelenggaraan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) di tingkat RT
1. Telah terbentuk PAUD di 2 (dua)
desa dan 1 (satu) kelurahan
2. Adanya bahan pembelajaran
Dinas Dikpora dan SKB
17 Pilot project informasi pembangunan untuk transparansi
program pembangunan sampai tingkat RT
1. Telah tersedia papan informasi
dan kotak pengaduan bagi masyarakat
dilingkungan RT pada Kelurahan Bugis dan Menala
Kantor Kelurahan
Bugis dan Menala
18 Inisiasi awal pembentukan/ penerapan mekanisme komplain dan keluhan warga
1. Adanya mekanisme komplain yang disediakan Pemda namun baru melalui media massa lokal
(kerjasama pemda dengan media) dan
website 2. Adanya draf
konsep
mekanisme komplain, namun masih dikoordinasikan
dengan SKPD terkait.
Sekretariat Daerah
19 Musyawarah-Musyawarah di tingkat RT :
a. Musyawarah perencanaan pembangunan;
b. Musyawarah pemetaan kemiskinan;
c. Musyawarah pemanfaatan
dana stimulan; d. Musyawarah gotong-
royong ; e. Musyawarah penyelesaiaan
masalah sosial kemasyarakatan.
1. 642 RT x 10 orang mengikuti musyawarah
2. Adanya rencana pembangunan di 642 RT
3. Adanya Rencana Tindak Lanjut Aksi disetiap RT
4. Meningkatnya keterlibatan warga dalam musyawarah RT
Sekretariat Daerah, Kecamatan, Kelurahan/Desa
, dan RT, SKPD terkait yang telah
memprogramkan agenda kerjanya untuk PBRT
9
20 Aksi Pembangunan oleh RT bersama warga ; seperti penyehatan lingkungan,
pemukiman, pekarangan dan usaha rumah tangga secara mandiri.
1. 642 RT x 10 warga x 3 kali melaksanakan
gotong royong 2. adanya perbaikan
sejumlah fasilitas
lingkungan RT, seperti jalan, drainase dll.
3. Meningkatnya partisipasi warga dilingkungan RT
Dinas Kesehatan, Dinas Dikpora,
DSTTPM
21 Serial Workshop Evaluasi dan Pelaporan
1. Terlaksananya workshop evaluasi program bulanan
2. 40 TKSTmengikuti workshop evaluasi bulanan
3. adanya laporan progrest report program secara obyektif dan
partisipatif
DSTTPM dan Legitimid KSB
22 Publikasi dan Penyusunan Rencana Program PBRT tahun 2008
1. Terpulikasikannya PBRT di media
massa lokal 2. Tersusunnya RKA
PBRT tahun 2008
3. Adanya Rencana tindak lanjut PBRT
Media Lokal dan DSTTPM
10
III. KEMAJUAN YANG DICAPAI
Program Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT) yang telah
dilaksanakan, telah memberikan banyak perubahan di Kabupaten Sumbawa
Barat. Berikut perbandingan sebelum adanya PBRT dan setelah adanya
PBRT:
No Sebelum adanya
PBRT
Setelah adanya
PBRT
Perubahan & potensinya
dimasa Mendatang
1 Mekanisme
partisipasi warga dalam proses pembangunan
hanya sampai pada tingkat desa/kelurahan
(Musrenbangdes).
Adanya mekanisme
partisipasi warga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan sampai tingkat RT.
PBRT menyediakan ruang
partisipasi yang semakin luas bagi warga dalam proses pembangunan dan kondisi ini
akan mendorong semakin meningkatkan partisipasi warga.
2 Minimnya partisipasi RT dan warga, khususnya warga miskin dan perempuan dalam
proses pembangunan
Adanya ruang dan partisipasi warga mikisn dan perempuan dalam proses
pembangunan. Khsusunya, dalam merumuskan prioritas
pembangunan di tingkat desa/kelurahan
PBRT mensyaratkan/mengharuskan agar dalam perencanaan pembangunan ditingkat RT melibatkan partisipasi warga
miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan
3 Kedudukan, Tugas pokok dan fungsi
RT tidak jelas. Peran RT lebih banyak untuk pengamanan kampung dan pengatar surat
Adanya penataan kelembagaan RT.
Regulasi RT diatur secara khusus, dan RT ditempatkan sebagai organsiasi masyarakat otonom yang diberikan peran besar dalam proses
pembangunan.
Dengan adanya kejelasan kedudukan, Tupoksi RT serta
kewenangan yang lebih besar dalam proses pembangunan serta adanya upaya penguatan organisasi RT. Dimas mendatang organisasi RT akan semakin kuat dan mandiri.
4 Tidak adanya dukungan dari Pemda, baik berupa finansial maupun peningkatan
kapasitas. Perhatian Pemda sangat
Adanya dukungan baik berupa dana operasional pembangunan Rp. 1 juta/RT, honorarium
untuk pengurus RT, pelatihan-pelatihan
Semakin meningkatnya kapasitas RT, dan akselereasi pembangunan di tingkat desa/kel semakin cepat. PBRT memberikan ruang lahirnya
proses pembelajaran bagi warga setempat dalam
11
minim juga adanya pendampingan RT oleh KPM/tenaga
pendamping.
mengelola program pembangunan secara mandiri
5 Anggaran Pemda
(APBD) maupun Anggaran Desa (APBDes) belum mengacu pada masalah dan kebutuhan warga miskin
APBD dan APBDES
diarahkan pada data SIOS (Sistem Informasi Orang Susah) dan hasil musyawarah pembangunan di tingkat RT
Anggaran akan semakin terarah
sesuai kebutuhan warga miskin dan upaya pengentasan kemiskinan di KSB akan semakin cepat teratasi.
6 Tidak ada database dan informasi
kependudukan (warga miskin, kesehatan, pendidikan,
ekonomi) di tingkat RT
Adanya data dan informasi mnegenai
kependukan (warga miskin, kesehatan, pendidikan, ekonomi) di tingkat
RT dalam desa/kelurahan yang bersifat aktual
Data dan informasi di masing-masing RT akan membuka
peluang lahirnya partisipasi dan transparansi, berkurangnya kesalahan dalam perencanaan pembangunan serta adanya alat
ukur bagi masyarakat untuk menilai progrest program pembangunan.
7 Tidak adanya Achievment RT Award (sayembara
tata kelola pembangunan yang biak)
Adanya Achievmnet RT Award mendorong
peningkatan motivasi dan partisipasi RT dan
warga pada masing-masing RT untuk menggerakkan
proses pembangunan dilingkungan RT
Para pengurus RT akan semakin termotivasi untuk berpartisipasi dan terus menunjukkan
eksistensi keberhasilan dalam pelaksanaan program pembangunan di masing-
masing lingkungannya. Kondisi ini akan mendorong semakin meningkatnya kompetsisi dalam
meraih hasil pembangunan yang lebih baik.
8 Database dan informasi orang miskin dan orang susah kurang valid, sehingga banyak terjadi konflik misalnya BLT dan
kontraproduktif terhadap pembangunan dan
orang miskin sering menjadi justifikasi dalam melaksanakan program tapi dalam realitanya tidak tepat sasaran
Data dan informasi tentang orang miskin ditentukan oleh warga sendiri dengan indikator-indikator yang ditetapkan sendiri
- Data dan informasi tentang orang miskin menjadi lebih valid
- Mendorong pelaksanaan pembangunan lebih tepat pada sasaran dalam usaha memecahkan masalah
kemiskinan
12
9 Banyak Program dan kegiatan pembangunan
belum mengacu pada RPJP dan RPJM, kurang
terintegrasi dan masih bersifat sektoral pada masing-masing
SKPD
SKPD menyesuaikan program dan kegiatan dengan
hasil musyawarah perencanaan pembangunan di
tingkat RT. Di tingkat Kelurahan/Desa didorong adanya
RPJP dan RPJM Desa sebagai kerangka acuan pembangunan
melalaui perda
Program dan kegiatan akan lebih terintegrasi dan fokus pada RPJM Daerah dan RPJM
Desa
10 Informasi publik
tentang anggaran maupun kebijakan masih minim, rahasia dan menjadi
stigma bahwa publik tidak perlu mengetahuinya.
Informasi publik
tentang anggaran dan kebijakan pembangunan mulai diinformasikan
kepada warga. Beberapa desa telah membuat papan
informasi pembangunan. Pemkab akan mengalokasikan
anggaran 2008 untuk penyediaan perangkat informasi
di tingkat desa/kelurahan
Terbukanya aparatur
pemerintahan untuk menyediakan informasi-informasi tentang pembangunan kepada warga,
dan warga juga aktif melakukan pencarian data dan informasi. Kondisi ini akan mendorong
warga semakin kritis dan berusaha mengambil peran dalam proses pembangunan
11 Minimnya upaya
pemberdayaan para lulusan sarjana- yang menganggur,
namun memiliki potensi untuk dapat diberdayakan menjadi tenaga
kerja produktif, bermanfaat bagi masyarakat
setempat
Adanya rekruitmen
TKST/KPM sebagai tenaga pendamping, serta proses
pemberdayaan melalaui pelatihan, pendampingan dll secara berkelanjutan
Berkurangnya jumlah
penggangguran. Para sarjana menjadi lebih berdaya, mampu melakukan pendampingan
warga, memiliki motivasi, inisiasi dan kreatifitas untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat di tempatnya
berada.
12 Tidak tersedianya
mekanisme komplain/keluhan masyarakat atas pelayanan publik
dan aparatur pemerintah daerah
Adanya regulasi
tentang komplain dan keluhan warga, Pemda memberikan ruang bagi warga
untuk mengkomplain pelayanan dan
Aparatur pemerintah tidak lagi
menganggap komplain dan keluhan sebagai pengganggu tapi sebagai evaluasi kinerja. -warga tidak takut lagi
menyampaikan komplain dan keluhan tentang pelayanan
13
masih enggan untuk menerima komplain dari warga
mengevaluasi kinerja aparatur pemerintah. Telah dikembangkan
model mekanisme penyelesaian pelayanan di tingkat
RT
publik. Kondisi kedepan potensi pelayanan publik akan semakin baik dan meningkat
13 Rendahnya pelibatan LSM dalam merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi
kebijakan program
Adanya pelibatan LSM dalam proses perumusan, pelaksanaan dan monev program dan
kemitraan LSM dengan Pemda
Kemitraan Pemda KSB dengan sejumlah LSM akan mendorong adanya penguatan LSM dan kemitraan menuju tata kelola kepemerintahan lokal yang baik
(good governance).
14 Adanya perebedaan data dan informasi antar instansi (BPS, Dikes, Dukcapil. dll)
tentang kemiskinan dan warga miskin sehingga
menimbulkan masalah ketika adanya program pengentasan
kemiskinan, seperti ; kasus BLT BBM
Ukuran/indikator kemiskinan dan warga miskin miskin di setiap
kelurahan/desa dilakukan secara partsipaif melalui
mekanisme musyawarah perangkingan kemiskinan di
masing-masing RT
Berkurangnya konflik dan resistensi dalam masyarakat atas pola penyaluran program stimulan dan dukungan bantuan
terhadap masyrakat miskin dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk secara
bersama-sama menuntaskan masalah kemiskinan di RT masing-masing.
15 Belum adanya pemetaan potensi RT, Pemberdayaan
ekonomi bagi masyarakat dan keluarga miskin selama ini belum
menyentuh sasaran, baik karena akses permodalan
maupun lemahnya dukungan dari komunitas
Adanya regulasi pembentukan Bumdes untuk home
industri berbasis RT. KJKS saat ini membantu akses modal untuk usaha
kecil dan rumah tangga yang difasilitasi oleh
pengurus RT dan didukung oleh warga, termasuk memaksimalkan
pemanfaatan lahan pekarangan rumah. Sudah tumbuhnya
kegiatan usaha rumah tangga baik itu produk makanan khas, maupun
kerajinan yang dilakukan secara
Kedepan home industry berbasis RT diharapkan dapat tumbuh dan berkembang
14
koektif di lingkup RT yang ditunjang oleh dukungan
permodalan dari KJKS maupun termasuk dari dinas
terkait.
16 RT belum terlibat secara aktif dalam upaya peningkatan derajat kesehatan,
dan perbaikan kualitas SDM dan perbaikan
pendidikan warga masyarakat sbagai kebutuhan dasar (basic need)
RT dilibatan secara aktif dalam pendataan mesalah pengamatan
masalah kesehatan masyarakat sebagai Jumantara dan
penunjang program desa siaga termasuk dalam memberikan data dan informasi
kodisi pendidikan masyarakat yang dibahas dalam rapat
dengan Komite Sekolah dan Dewan Pendidkan
Keterlibtan RT memberikan dampak terhadap peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman warga dengan
efektifnya kegiatan Jum’at bersih yang dikoordnir oleh RT.
Akses dan koordinasi penanganan masalah penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarkat semakin
kuat baik oleh PKBM, PAUD dan SKB trutama bagi warga yang tidak memiliki kemampuan baca
tulis dan tidak terampil.
17 Bazda dan KJKS kesulitan dalam membrikan data
Bantuan untuk kaum duafa, fakir dan miskin, yatim piatu, dan lainnya
melalui BAZDA dan KJKS
BAZDA dan KJKS dapat memperoleh data dan informasi
langsung dari RT dan SIOS
Bantuan tepat sasaran sangat membantu kaum dhuafa, dan kondisi ini akan mendorong
kepercayaan bagi para pemberi zakat, infak, sadakoh di KSB.
15
IV. PEMBELAJARAN
4.1. Pembelajaran Yang Dapat Dipetik
Program PBRT yang menjadi program unggulan Pemda KSB dalam
sayembara ini memberikan dampat yang luas bagi masyarakat. Berikut
beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari implementasi program ini :
1. Luasnya ruang publik yang diberikan sampai kepada unit komunitas
warga terkecil untuk berpartisipasi dalam pembangunan semakin
memperbesar kesadaran dan rasa tanggung jawab masyarakat
terhadap upaya penyuksesan program dan kegiatan pembangunan
yang direncanakan termasuk peranserta dari perempuan;
2. Efisiensi dan penghematan anggaran sampai 68% (terutama biaya
operasional dan beaya tenaga kerja) pada proyek/kegiatan dengan
skala menengah ke bawah yang bisa dilaksanakan langsung oleh
masyarakat, seperti pembukaan dan penataan jalan lingkungan dan
pemukiman dengan mutu yang sangat memuaskan;
3. Mengurangi kebocoran anggaran dalam hal penyediaan pengadaan
barang dan jasa, oleh karena dana langsung diluncurkan kepada
masyarakat yang berdampak pada berkurangnya beban pemerintah
daerah dalam menyediakan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pelayanan umum yang bisa disediakan sendiri oleh masyarakat yang
dikembangkan dari dana stimulan;
4. Menunjang upaya percepatan pengentasan kemiskinan yang dilakukan
oleh pemerintah melalui program-program pemberdayaan masyarakat
khususnya bagi masyarakat/warga miskin karena relatif tepat sasaran.
4.2. Faktor Penentu Keberhasilan
Perubahan yang terjadi tidak berjalan dengan sendiri, tetapi
ditunjang oleh beberapa faktor yang menjadi penentu sebagai berikut :
16
1. Adanya dukungan masyarakat dan good will pemda untuk menginisiasi
inovasi pola pengembangan partisipasi, transparansi dan akuntbilitas
pembangun daerah;
2. Adanya semangat perubahan sebagai Kabupaten baru yang merupakan
potensi sekaligus modal sosial bagi pemerintah daerah untuk
melakukan perubahan;
3. Visi dan misi pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJM KSB
sebagai Kabupaten Percontohan di NTB menjadi motivasi Pemerintah
dan sluruh lapisan masyarakat untuk berkreasi melakukan inovasi
pembangunan daerah;
4. Adanya keinginan kuat dan semangat kebersamaan untuk membangun
KSB sebagai kabupaten baru untuk mengejar ketertinggalannya dengan
kabupaten/kota lainnya di NTB menjadi modal sosial untuk membangun
motivasi masyarakat dalam PBRT;
5. Adanya pelibatan para pihak pemangku kepentingan dalam program
PBRT dari semua unsur/ranah civil society (pemerintah, swasta,
masyaraat/LSM, perguruan tinggi, dan mass media) yang terpadu
dalam koordinasi perumusan, pernecanaan, operasioanalisasi dan
monitoring dan evaluasi partisipatif secara berkala;
6. Pemda dan DPRD KSB berkomitmen untuk mendukung pengalokasian
dari semua tahapan kegiatan dan rencana implementasi dari PBRT
untuk dialokasikan dalam APBD secara berkelanjutan mulai TA 2007
yang diintegrasikan dalam kegiatan SKPD terkait.
4.3. Kendala dan Tantangan
Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam PBRT adalah :
1. Besaran cakupan dan luasnya sektor yang menjadi target yang
ditetapkan belum diimbangi oleh ketersediaan jumlah dan kapasitas
tenaga pendamping baik dari TKST maupun dari aparatur pemerintah
terutama dalam melakukan monitoring terhadap efktifitas pelaksanaan
program untuk semua RT di KSB;
17
2. Disadari sepenuhnya bahwa regulasi sampai tingkat Perda sangat efektif
untuk menjamin implementasi program secara berkelanjutan, namun
karena sangat tebatasnya waktu untuk paket regulasi implementasi
program terutama untuk pembahsan dengan legislatif sehingga baru
sampai pada pembuatan Peraturan Bupati sebagai payung hukum, dan
akan terus ditingkatkan menjadi Perda;
3. Untuk konsep aplikasi dari mekanisme transparansi dan akutabilitas
baru efektif sampai di tingkat kelurahan/desa, sedangkan menyangkut
mekanisme tranparansi dan akuntabilitas anggaran dan program
pembangunan dari masing-masing SKPD masih terpusat melalui
sekrtariat daerah (belum ada unit khusus) dan semetara masih
dilakukan melalui kerjasama dengan media massa (kolom khusus
keluhan pelayanan publik);
4. Perubahan regulasi dan kebijakan (seperti: PP No. 41 Th. 2007 tentang
Struktur OPD) maupn kebijakan lainnya (kebijakan anggaran) acapkali
memberikan dampak yang membias terhadap kositensi dan
keberlangsungan program-program teremasuk PBRT.
4.4. Rencana Tindak Lanjut
Pada TA. 2008 Pemda akan melanjutkan serangkaian kegiatan
(tindak lanjut program) sebagai berikut :
1. Meningkatkan/memperkuat kapasitas dan skill KPM (Kader
Pemberdayaan Masyarakat) dalam melakukan proses pendampingan RT
melalui berbagai kegiatan pelatihan, yaitu:
o Pelatihan analisis sosial (social maping)dan memperkuat kapasitas
KPM dalam PBRT;
o Pelatihan teknik fasilitasi perencanaan;
o Pelatihan pemetaan kemiskinan secara partisipatif (Poor Wealth
Ranking/PWR);
18
2. Fasilitasi pelaksanaan kegiatan Musrenbang di tingkat RT terutama
pelibatan waga miskin dan kelompok perempuan dalam menyusun
program dan rencana kegiatan pembangunan TA. 2009;
3. Pengembangan dan desiminasi konsep dan implementasi PBRT dalam
semua tataran dan sektr pembangunan di KSB;
4. Pengembangan dan perluasan akses ketersedian, keterjangkauan, dan
kesetaraan menyediakan sarana dan parasarana kebutuhan dasar
termasuk pemberian pelayanan yang optimal;
5. Pengembangan evaluasi dan monitoring secara partisipatif yang
melibatkan para pihak untuk melihat progress keberhasilan dan capaian
implemtasi program;
6. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan RT dalam proses pembangunan;
antara lain adalah peningkatan skill pengurus RT dalam memfasilitasi
proses musyawarah/pelatihan, pendataan SIOS dan sebagainya;
7. Melakukan proses pendampingan model inovasi pembangunan berbasis
RT (Pilot project di beberapa desa);
8. Membentuk Model Informasi Pembangunan di Tingkat RT dan model
pengelolaan dana pembangunan dibawah Rp. 50 juta rupiah;
9. Melakukan Analisis dan Advokasi APBD Berbasis RT;
10. Memfasilitasi model mekanisme komplain pelayanan publik.
Taliwang, 10 Desember 2007
Koordinator Pelaksana Program Pembangunan Berbasis RT
Kepala Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat,
Ir. W. MUSYAFIRIN
NIP. 080 108 070